Anda di halaman 1dari 55

LAPORAN ASUHAN KEBIDANAN

HOLISTIC PADA BAYI BARU LAHIR FISIOLOGIS


DI KLINIK SINAR SEHAT BENGKURING

Oleh :
MERY FARIDA HUTAPEA
NIM. P07224422146

KEMENTERIAN KESEHATANREPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KALIMANTAN TIMUR
JURUSAN KEBIDANAN PRODI PROFESI BIDAN
TAHUN 2022
LEMBAR PENGESAHAN
ASUHAN KEBIDANAN FISIOLOGIS HOLISTIC NEONATUS
Laporan komprehensif asuhan kebidanan fisiologis holistik pada neonatus telah
diperiksa, dievaluasi dan disetujui oleh pembimbing ruangan dan pembimbing
institusi di Klinik Sinar Sehat Samarinda

Samarinda, November 2022


Mahasiswa

Mery Farida Hutapea


NIM. P07224422146

Mengetahui,
Pembimbing Ruangan Pembimbing Institusi

Sa’diyah, S.Tr.Keb Indah Corniawati, M.Keb


NIP. 197911292003122004 NIP. 197508242006042002
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan limpahan
rahmat dan kasih-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Asuhan Kebidanan Pada
Bayi Baru Lahir Fisiologis.

Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir Fisiologis ini tidak akan selesai tepat
pada waktunya tanpa bantuan dari berbagai pihak yang telah membantu. Penulis
menyadari bahwa dalam penulisan dan penyusunan Asuhan Kebidanan ini masih jauh
dari sempurna. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran untuk perbaikan
penyusunan yang akan datang. Semoga Asuhan Kebidanan ini dapat memberikan
manfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.

Samarinda, November 2022

Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL………………………………………………………………… i
LEMBAR PENGESAHAN…………………………………………..........................ii
KATA PENGANTAR………………………………………………………………...iii
DAFTAR ISI.................................................................................................................vi
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................1
A. Latar Belakang..................................................................................................1
B. Tujuan................................................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA....................................................................................3
A.Konsep Dasar Teori Bayi Baru Lahir Fisiologis................................................4
B. Konsep Dasar ManajemenAsuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir
Fisiologis..........................................................................................................14
BAB III TINJAUAN KASUS
BAB IV PEMBAHASAN
A. Pengumpulan Data Dasar
B. Interpretasi Data Dasar
C. Identifikasi Diagnosa Dan Masalah Potensial
D. Identifikasi Kebutuhan Tindakan Segera
E. Merencanakan Asuhan Yang Menyeluruh
F. Penatalaksanaan
G. Evaluasi
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................30
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bayi baru lahir normal adalah berat lahir antara 2500 - 4000 gram,
cukup bulan, lahir langsung menangis, dan tidak ada kelainan kongenital
(cacat bawaan) yang berat.Pada waktu kelahiran, sejumlah adaptasi
psikologik mulai terjadi pada tubuh bayi baru lahir, karena perubahan
dramatis ini, bayi memerlukan pemantauan ketat untuk menentukan
bagaimana membuat suatu transisi yang baik terhadap kehidupannya
diluar uterus.Bayi baru lahir juga membutuhkan perawatan yang dapat
meningkatkan kesempatan menjalani masa transisi dengan berhasil
(Marmi & Rahardjo, 2015).
Faktor penyebab kematian bayi di Indonesia berdasarkan hasil Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas) menunjukkan bahwa, penyebab kematian
terbanyak pada kelompok bayi usia 0-6 harididominasi oleh
gangguan/kelainan pernafasan (35,9%), prematuritas (32,4%) dan sepsis
(12%). Dilain pihak faktor ibu yang berkontribusi terhadap lahir mati dan
kematian bayi diusia 0-6 hari adalahHipertensi Maternal (23,6%),
komplikasi kehamilan dan kelahiran (17,5%), ketuban pecah dini dan
perdarahan antepartum masing-masing (12,5%). Penyebab utama kematian
bayi pada kelompok 7-28 hari yaitu Sepsis (20,5%), malformasi
kongenital (18,1%) dan pnemonia (15,4%). Dan penyebab utama kematian
bayi pada kelompok 29 hari – 11 bulan yaitu Diare (31,4%), pnemonia
(23,8) dan meningitis/ensefalitis (9,3%), sedangkan cakupan KN 1 :
77,31% ( Kemenkes, 2015).
Ditinjau dari pertumbuhan dan perkembangan bayi, periode neonatal
merupakan periode yang paling kritis. Pencegahan asfiksia,
mempertahankan suhu tubuh bayi terutama pada BBLR, pemberian ASI
dalam usaha menurunkan angka kematian oleh karena diare, pencegahan
terhadap infeksi, pemantauan kenaikan berat badan dan stimulasi psikologi
merupakan tugas pokok bagi pemantau kesehatan bayi dan anak.

1
Hal ini akan memberikan kontribusi yang positif dalam penurunan
angka kematian bayi. Oleh karena itu peran bidan dalam mengatasi
terjadinya komplikasi pada bayi sehingga perlu dilakukan asuhan
kebidanan yang memadai dalam rangka melaksanakan fungsinya untuk
memelihara kesehatan reproduksi sehingga dapat meningkatkan kesehatan
dan taraf hidup ibu dan bayi yang pada akhirnya dapat menurunkan AKI
dan AKB.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah melaksanakan praktek klinik, diharapkan mahasiswa dapat
melaksanakan Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir Fisiologis.
2. Tujuan Khusus
a. Mendeskripsikan konsep dasar teori Bayi Baru Lahir Fisiologis.
b. Mendeskripsikan konsep dasar manajemen Asuhan Kebidanan
Pada Bayi Baru Lahir Fisiologis.
c. Melaksanakan Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir
Fisiologisdengan pendekatan Varney, yang terdiri dari :
1) Melakukan pengkajian
2) Menginterpretasikan data dasar
3) Mengidentifikasi diagnosis / masalah potensial
4) Mengidentifikasi kebutuhan tindakan segera
5) Mengembangkan rencana intervensi
6) Melakukan tindakan sesuai dengan rencana intervensi
7) Melakukan evaluasi atas tindakan yang telah dilakukan
d. Mendokumentasikan pelaksanaan Asuhan Kebidanan Pada Bayi
Baru Lahir Fisiologis dalam bentuk catatan SOAP.
e. Melakukan pembahasan adanya kesenjangan antara teori dan
praktik di lapangan

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Teori Bayi Baru Lahir


1. Definisi
Bayi baru lahir adalah bayi umur 0 sampai dengan 28 hari (PMK.
No. 53 Tahun 2014). Bayi baru lahir (neonatus) normal adalah bayi
dari kehamilan 37 minggu sampai 42 minggu dan berat badan lahir
2.500 gr sampai dengan 4.000 gr. Neonatus merupakan masa bayi baru
lahir sampai 28 hari. Periode neonatus adalah bulan pertama
kehidupan. Selama periode neonatus bayi mengalami pertumbuhan dan
perubahan yang menakjubkan (Mary Hsamilton, 2017).
BBL fisiologis adalah bayi yang lahir dari kehamilan 37-42
minggu dan berat badan lahir 2500-4000 gram (Kemenkes RI, 2010).
Neonatus adalah bayi yang baru lahir 28 hari pertama kehidupan
(Rudolph, 2015).

2. Frekuensi Pemeriksaan Bayi Baru Lahir


PMK No.53 Tahun 2014 menyatakan frekuensi kunjungan Bayi
Baru Lahir minimal 3 (tiga) selama usia 0 sampai 28 hari yaitu 1 (satu)
kali pada umur 6-48 jam, 1 (satu) kali pada umur 3-7 hari, dan 1 (satu)
kali pada umur 8-28 hari.

3. Standar Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir


Pelayanan Kesehatan Neonatal Esensial merupakan bagian dari
pelayanan kesehatan anak yang dilakukan secara komprehensif
dengan pendekatan pemeliharaan peningkatan kesehatan (promotif),
pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan penyakit (kuratif), dan
pemulihan penyakit (rehabilitatif) (Kemenkes RI, 2014).
Pelayanan Kesehatan Neonatal Esensial menurut PMK No.53
Tahun 2014 meliputi tatalaksana Bayi Baru Lahir:

3
a. Pada saat lahir 0 (nol) sampai 6 (enam) jam
Pelayanan kesehatan neonatal esensial meliputi suhan menjaga
Bayi tetap hangat, inisiasi menyusu dini, pemotongan dan
perawatan tali pusat, pemberian suntikan vitamin K1, pemberian
salep mata antibiotic, pemberian imunisasi hepatitis B0,
pemeriksaan fisik BBL, pemantauan tanda bahaya, penanganan
asfiksia BBL, pemberian tanda identitas diri, dan merujuk kasus
yang tidak dapat ditangani dalam kondisi stabil, tepat waktu ke
fasilitas pelayanan kesehatan yang lebih mampu.
b. Setelah lahir 6 (enam) jam sampai 28 (dua puluh delapan) hari
Pelayanan kesehatan neonatal esensial meliputi suhan menjaga
Bayi tetap hangat, perawatan tali pusat, pemeriksaan BBL,
perawatan dengan metode kanguru pada Bayi BBLR, pemeriksaan
status vitamin K1 profilaksis dan imunisasi, penanganan BBL sakit
dan kelainan bawaan, merujuk kasus yang tidak dapat ditangani
dalam kondisi stabil, tepat waktu ke fasilitas pelayanan kesehatan
yang lebih mampu.

4. Klasifikasi Neonatus
Bayi baru lahir atau neonatus di bagi dalam beberapa klasifikasi
menurut Marmi K (2015), yaitu:
1) Neonatus menurut masa gestasinya :
a) Kurang bulan (preterm infant) : < 259 hari (37 minggu)
b) Cukup bulan (term infant) : 259-294 hari (37-42 minggu)
c) Lebih bulan (postterm infant) : > 294 hari (42 minggu atau
lebih)
2) Neonatus menurut berat badan lahir :
a) Berat lahir rendah : < 2500 gram
b) Berat lahir cukup : 2500-4000 gram
c) Berat lahir lebih : > 4000 gram

4
3) Neonatus menurut berat lahir terhadap masa gestasi (masa gestasi
dan ukuran berat lahir yang sesuai untuk masa kehamilan) :
a) Nenonatus cukup/kurang/lebih bulan (NCB/NKB/NLB)
b) Sesuai/kecil/besar untuk masa kehamilan (SMK/KMK/BMK).

5. Perubahan Fisiologis Bayi Baru Lahir


Transisi ekstrauterin bayi baru lahir yang paling dramatis dan
cepat terjadi dalam empat area yaitu, sistem pernapasan, sistem
sirkulasi, kemampuan termoregulasi, dan kemampuan memperoleh
sumber glukosa ().
a. Perubahan pernapasan
Sistem pernapasan adalah sistem yang paling tertantang
ketika perubahan dari lingkungan intrauterin ke lingkungan
ekstrautrin, bayi baru lahir harus segera mulai bernpas begitu lahir
ke dunia. Selama didalam uterus, janin mendapatkan oksigen dari
pertukaran oksigen melalui plasenta. Setelah bayi lahir,
pertukaran oksigen harus terjadi melalui paru (Varney et al.,
2007).
Nafas aktif pertama menghasilkan rangkaian peristiwa
tanpa gangguan yang membantu perubahan sirkulasi janin mejadi
sirkulasi dewasa, mengosongkan paru dari cairan, menetapkan
volume paru neonatus dan Varney, 2007 karakteristik fungsi paru
pada bayi baru lahir, dan mengurangi tekanan pulmonalis.
faktor-faktor yang berperan pada rangsangan nafas pertama
bayi adalah:
1.) Hipoksia pada akhir persalinan dan rangsangan
fisiklingkungan luar rahim yang merangsang pusatpernafasan
otak.
2.) Tekanan terhadap rongga dada, selama persalinan terjadi
kompresi paru yang merangsang masuknya udara kedalam
paru secara mekanis.

5
3.) Penimbunan karbondioksida, kadar karbondioksida meningkat
dalam darah dan akan merangsang pernapasan, peningkatan
karbondioksida akan menambah frekuensi dan tingkat gerakan
pernafasan janin.
4.) Perubahan suhu yaitu dalam keadaan yang dingin akan
merangsang pernapasan.
b. Perubahan sirkulasi
Aliran darah dari pasenta berhenti pada saat tali pusat
diklem. Sirkulasi janin memiliki karakteristik berupa sistem
bertekanan rendah. Karena paru adalah organ tertutup yang berisi
cairan, paru memerlukan aliran darah yang minimal (Varney et
al., 2007). Sistem sirkulasi mengalami perubahan pada saat bayi
dilahirkan.Terdapat dua perubahan yang harus terjadi untuk
mendapatkan sistem sirkulasi yang baik, yaitu menutupnya
foramen ovale pada atrium dan ductus arteriosus antara paru dan
aorta.Frekuensi nadi BBL ± 120-160 x/menit, kadang mengalami
murmur yang akan hilang pada usia 6 bulan. Tekanan darah
bervariasi ± 72/42 mmHg.Menangis meyebabkan peningkatan
tekanan sistolik.Volume darah ± 80-110 cc/kg/BB, menjadi 2x
lipat pada akhir tahun pertama (Varney et al., 2007).
c. Perubahan termoregulasi
Pengendalian panas merupakan cara kedua untuk
menstabilkan fungsi pernapasan dan sirkulasi bayi. Termogulasi
adalah upaya mempertahankan keseimbangan antara produksi dan
mengeluarkan panas.Pada saat lahir, faktor yang berperan dalam
kehilangan panas pada BBL meliputi area permukaan tubuh bayi
baru lahir yang luas, berbagai tingkat insulasi lemak subkutan,
dan derajat fleksi otot. Kemampuan bayi baru lahir tidak stabil
dalam mengendalikan suhu secara adekuat sampai dua hari
setelah lahir (Varney et al., 2007).
Mekanisme kehilangan panas bayi.

6
1.) Konveksi: proses kehilangan panas karena panas mengalir daru
permukaan tubuh ke suhu udara yang lebih dingin disekitarnya
2.) Konduksi: proses kehilangan panas dari permukaan tubuh ke
permukaan benda padat yang menempel di tubuhnya
3.) Radiasi: proses kehilangan panas dari tubuh ke benda padat
disekitar bayi tetapi tidak dengan kontak langsung.
4.) Evaporasi: proses kehilangan panas saat kulit bayi basah,
terjadi karena penguapan kulit tersebut.
d. Sistem pengaturan glukosa
Pada saat tali pusat di klem, bayi baru lahir harus
menemukan cara untuk mempertahankan keseimbangan glukosa
yang esensial bagi fungsi otak neonatus. Pada setiap bayi baru
lahir, kadar glukosa darah turun selama periode yang singkat (1-2
jam setelah kelahiran). Bayi baru lahir yang sehat menghasilkan
glukosa sebanyak 4-8 mg/kg/menit sebagai respon terhadap
kebutuhan (Varney et al., 2007).
e. Sistem gastrointestinal
Kemapuan bayi baru lahir cukup bulan untuk menelan dan
mencerna sumber makanan dari luar terbatas. BBL kurang
mampu mencerna protein dan lemak dibandingkan orang dewasa.
Absorbsi karbohidrat relatif efisien, tetapi tetap kurang efisien
dibandingkan kemampuan orang dewasa. Kemampuan bayi baru
lahir khususnya efisien dalam mengabsorbsi monosakarida,
seperti glukosa, asalkan jumlah glukosa tidak terlalu banyak
(Varney et al., 2007).
Saat lahir perut bawah bayi dipenuhi oleh meconium
Mekonium dibentuk dari zat amnron, zat-zat yang didalamnya
(sel-sel epidermis, lanugo yang ditelan bayi) sekresi saluran
cerna, dan pecahan sel mukosa.Keluaran mekonium yang pertama
adalah steril dengan warna hijau kehitaman dan lengket.
Mekanium akan berganti feses yang berwarna hijau kecoklatan

7
dalam hari ke 4-5. Ditensi otot abdomen mempengaruhi relaksi
dan kontraksi otot kolon sehinggabayi segera BAB setelah diberi
ASI.
f. Sistem imunitas
Sistem imunitas bayi baru lahir yang belum sempurna
menyebabkan bayi rentan terhadap infeksi dan respon alergi.
Menurut Varney (2007), imunitas bayi dibagi menjadi dua yaitu:
1.) Imunitas alami
Imunitas alami terdiri dari struktur tubuh yang mencegah
atau meminimalkan infeksi. Beberapa contoh imuniyas alami
meliputi: perlindungan barier yang diberikan oleh kulit dan
membran mukosa, kolonisasi pada kulit dan usus oleh mikroba
pelindung, perlindungan kimia yang diberikan oleh lingkungan
asam pada lambung, penutupan usus yang membuat lapisan
usus menjadi matur.
2.) Imunitas yang didapat
Neonatus dilahirkan dengan imunitas pasif terhadap
virus dan bakteri yang pernah dihadapi ibu. Janin mendapatkan
imunitas dari imunoglobulin varietas IgG. Neonatus tidak akan
memiliki kekebalan pasif terhadap penyakit atau mikroba
kecuali jika ibu berespon terhadap infeksi-infeksi tersebut
selama hidupnya (Varney et al., 2007).
g. Sistem integumen
Verniks caseosa, suatu lapisan putih seperti keju, menutupi
kulit bayi saat lahir. Verniks caseosa berguna dalam mencegah
terjadinya infeksi karena kandungan protein yang memiliki sifat
seperti antibiotik.Kulit bayi sangat sensitif dan mudah rusak,
warnanya agak merah saat baru lahir.Pada wajah, bahu dan
punggung ditumbuhi lanugo, lanugo berfungsi sebagai pelindung
tubuh bayi dalam rahim agar tidak terendam oleh cairan ketuban
dan menahan verniks.

8
6. Manajemen Bayi Baru Lahir
Prawirohardjo (2014)menyatakan manajemen perawatan bagi
bayi baru lahir atara lain:
a. Pengaturan suhu
Keadaan telanjang dan basah pada bayi baru lahir
menyebabkan bayi mudah kehilangan panas melalui empat cara
yaitu koduksi, konveksi, evaporasi, dan radiasi. Bayi pada saat
lahir mempunyai suhu 0,5-1oC lebih tinggi dibanding suhu
ibunya. Tidak jarang bayi mengalami penurunan suhu tubuh
dalam 15-30 menit setelah lahir. Mencegah kehilangan panas bayi
dapat dilakukan dengan melakukan persiapan sebelum kelahiran
dengan menutup pintu dan jendela kamar bersalin, mematikan
AC, dan menyiapkan troli resusitasi dengan pemanas diatasnya,
serta mengeringkan dan menyelimuti bayi dengan handuk hangat
atu kain kering .
Berdasarkan penelitian Amelia dan Nuraini,
(2019)menyatakan bahwa terdapat hubungan antara Inisiasi
Menyusu Dini (IMD) dengan kestabilan suhu tubuh bayi baru
lahir dengan pvalue = 0,0001, dari hasil penelitian menyatakan
terdapat peningkatan suhu tubuh BBL hingga 0,79oC setelah
dilakukan IMD. Dalam penelitian lain menyatakan terdapat
pengaruh inisiasi menyusu dini terhadap suhu aksila pada bayi
setelah satu jam kelahiran.Suhu tubuh bayi baru lahir setelah
pelaksanaan IMD berada dalamkeadaan stabil dikarenakan ibu
dan bayi tampak lebih tenang dan bahagia. Kulit tubuh ibumampu
mengontrol kehangatan dadanya sesuai kebutuhanbayinya, hal ini
akanmembuat bayiakan berada pada suhu tubuh yang optimal
sehingga bayi merasa lebih tenang dan nyaman (Hutagaol et al.,
2014).

9
b. Resusitasi
Resusitasi neonatus tidak rutin dilakukan pada semua bayi
baru lahir. Tetapi penilaian untuk menentukan apakah bayi
membutuhkan resusitasi atau tidak haru dilakukan pada seluruh
bayi baru lahir. Pada bayi sehat dengan napas spontan, tonus baik
dan ketuban jernih, tidak dilakukan resusitasi, tetapi harus
dilakukan perawatan rutin. Bila bayi gagal bernapas spontan,
hipotonus, atau ketuban bercampur mekonium, maka harus
dilakukan tindakan resusitasi.
Secara umum, bayi cukup bulan yang mampu untuk
bernapas secara spontan dan memiliki denyut jantung teratur
dapat segera dilakukan perawatan mandiri, tetapi pada bayi
prematur dan bayi cukup bulan yang lahir dengan keadaan yang
kurang baik seperti nafas tidak spontan, suara tangis merintih, dan
denyut jantuk tidak teratur membutuhkan dukungan untuk transisi
dari kehidupan intrauterin ke kehidupan ekstrauterin, hal tersebut
dilakukan dengan pemberian resusitasi (Yeo et al., 2017).
c. Inisiasi menuyu dini (IMD)
Segera setelah lahir, bayi diletakkan di dada atau perut atas
ibu selama paling sedikit satu jam untuk memberi kesempatan
pada bayi untuk mencari dan menemukan puting susu ibunya.
Manfaat IMD bagi bayi adalah membantu stabilisasi pernapasan,
mengendalikan suhu tubuh bayi lebih baik dibandingkan dengan
inkubator, menjaga kolonisasi kuman yang aman untuk bayi dan
mencegah infeksi nosokomial. Kontak kulit kekulit juga membuat
bayi lebih tenang sehingga didapat pola todur yang baik. Manfaat
IMD bagi ibu dapat mengoptimalkan pengeluaran hormon
oksitosin, an secara psikologis dapat menguatkan ikatan batin
antara ibu dan bayi.
Dalam penelitian Smith (2017) menyatakan bahwa terdapat
peningkatan risiko kemantian neonatal yang disebabkan oleh

10
keterlambatan dalam inisiasi menyusu dini. Bayi yang mulai
menyusu antara 2-23 jam setelah lahir memiliki risiko kematian
neonatal 33% lebih besar dibanding dengan bayi yang mulai
menyusu dalam waktu satu jam setelah lahir. Organisasi
Kesehatan Dunia (WHO) dan UNICEF merekomendasikan agar
menyusui dimulai dalam waktu satu jam setelah lahir.
d. Pengikatan dan pemotongan tali pusat
Penanganan tali pusat harus dilakukan secara asepsis untuk
mencegah infeksi tali pusat dan tetanus neonatorum. Tali pusat
diikan 2-3 cm dari kuit bayi, dengan menggunakan klem plastik
atau menggunakan tali yang bersih (lebih baik bisa steril) yang
panjangnya cukum membuat ikatan yang kuat (±15 cm).
Kemudian tali pusat dipotong pada ±1cm di distal tempat tali
pusat diikat, menggunakan instrumen yang steril dan tajam.
Penggunaan instrumen yang tumpul dapat meningkatkan risiko
terjadinya infeksi karena trauma yang lebih banyak pda jaringan.
Penjepitan tali pusat segera setelah lahir adalah praktik yang
umum. Namun, bukti menunjukkan bahwa ada manfaat dari
penundaan penjepitan tali pusat (Delayed Cord Clamping) saat
lahir, terutama bagi bayi baru lahir yang tidak
membutuhkanresusitasi. Penundaan penjepitan tali pusat
dikaitkan dengan insiden yang lebih rendah dari semuaderajat
perdarahan intraventrikular (IVH), tekanan darah dan volume
darah ang lebih tinggi, menurunkan kebutuhan transfusi darah,dan
insiden enterokolitis nekrosis yang lebih rendah. Penundaan
penjepitan tali pusat dilakukan selama 30-60 detik dengan kondisi
bayi cukup bulan ataupun prematur yang tidak membutuhkan
resusitasi, menangis kuat, nafas teratur, dan tidak ada riwayat
cairan ketuban bercampur mekonium (Yeo et al., 2017).

11
e. Profilaksis mata
Pemberian antibiotik profilaksis pada mata terbukti dapat
mencegah terjadinya konjungtivitis. Profilaksis mata yang sering
digunakan yaitu tetes mata silver nitrat 1%, salp mata eritromisin,
dan salem mata tetrasiklin. Ketiga preparat ini efektif untuk
mencegah konjungtivitis akibat gonore.
f. Pemberian vitamin K
Pemberian vitamin K1 baik secara intramuskular maupun
oral terbukti menurunkan kejadian penyakit akibat defidiensi
vitamin K (PDVK). tingginya risiko mortilitas dan morbiditas
pada bayi maka pemberian vitamin K segera setelah lahir
merupakan tindakan yang tepat dalam mencegah terjadinya
perdarahan pada bayi baru lahir. Sejalan dengan penelitian Ng dan
Loewy, (2018) menyatakan bayi baru lahir berisiko mengalami
perdarahan yang disebabkan oleh devisiensi vitamin K, Canadian
Pediatric Society dan College of Family Physicians of Canada
merekomendasikan pemberian IM rutin vitamin K dosis tunggal
0,5 mg hingga 1 mg untuk semua bayi baru lahir.
g. Pengukuran antropometri
Bayi baru lahir harus ditimbang berat lahirnya. Pengukuran
panjang lahir tidak rutin dilakukan karena tidak banyak
bermakna. Pengukuran dengan pita ukur tidak akurat. Bila
diperlukan data mengai panjang lahir, sebaiknya dilakukan
dengan menggunakan stadiometer bayi dengan menjaga bayi
dalam posisi lurus dan ekstermitas dalam keadaan ekstensi.
Menurut Villar J, Giuliani F, Barros F, et al (2018)
pengukuran antropometri bayi baru lahir harus mencakup
penilaian panjang badan, berat badan, lingkar kepala, rasio
berat⁄panjang, dan jika memungkinkan dilakukan pengukuran
lemak dan massa bebas lemak. Data antropometri untuk bayi baru
lahir, bayi dan anak-anak mencerminkan kesehatan umum, status

12
gizi, dan kelangsungan hidup mereka dimasa mendatang,
pengukuran antropometri pada bayi baru lahir akan membantu
mengidentifikasi apakah bayi baru lahir berisiko dan membantu
dalam memberikan manajemen perawatan yang lebih baik Ba-
Saddik & Al-Asbahi, 2020).

13
B. Konsep Dasar ManajemenAsuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir
Normal
I. PENGKAJIAN
Tanggal pengkajian :
Waktu pengkajian :
Tempat pengkajian :
Nama pengkaji :
DATA SUBJEKTIF
1. Identitas klien
Nama :
Umur/tanggal lahir :
Jenis kelamin :
Tanggal MRS :
2. Identitas orang tua
Nama ayah :
Nama ibu :
Usia ayah/ibu :
Pendidikan ayah/ibu :
Pekerjaan ayah/ibu :
Agama :
Suku/bangsa :
Alamat :

3. Riwayat Kehamilan Sekarang


1. P .....A ... P .....A.....H .......
2. Pemeriksaan Kehamilan (Ante Natal Care) : teratur / tidak teratur
3. Komplikasi Kehamilan :
 Bayi baru lahir normal adalah bayi baru lahir dengan
presentasi belakang kepala melalui vagina tanpa bantuan
alat pada usia kehamilan genap 37-42 minggu dengan berat

14
lahir 2500 – 4000 gram dengan nilai APGAR skor >7 tanpa
cacat bawaan ( Dewi,2011).
 Umur/tanggal lahir bayi baru lahir normalnya lahir pada usia
kehamilan genap 37 minggu sampai dengan42
minggu(Aiiyeyeh dan Lia.,2010).
 Umur kehamilan neonatus cukup bulan adalah 37 minggu – 42
minggu (Maryunani & Nurhayati, 2008a).

4. Riwayat Persalinan Sekarang


1. BB Ibu : Kenaikan 12-15 kg selama hamil
2. TB Ibu : >145cm
3. Keadaan Umum Ibu :
4. Tanda-Tanda Vital
TD = 110-120/70-80 mmHg
N = 60-100 x/menit
RR = 16-25 x/menit
T = 36,5-37,5oC
(varney,2004)
5. Komplikasi Persalinan :- Ibu
- Bayi
6. Keadaan Ketuban : Utuh/ Pecah
7. Lama Ketuban Pecah :
8. Kondisi Ketuban : Jernih / Keruh / Mekonium / Darah
9. Lama : KALA I :
KALA II :
KALA III :

14
Lama persalinan pada primigravida dan multigravida
Kala Persalinan Primigravida Multigravida
I 10-12 jam 6-8 jam
II 1-1,5jam 0,5-1 jam
III 10 menit 10 menit
IV 2 jam 2 jam
Jumlah (tanpa memasukan 10-12 jam 8-10 jam
kala IV yang bersifat
observasi)

Jika kala I dan II memanjang maka bisa menjadi indikasi gawat janin (dr.Ida Ayu
Chandranita,dkk,2010;h.698).

5. Keadaan Bayi Saat Lahir


1. Kelahiran : Tunggal / Gamelli
2. Nilai APGAR
 Bayi baru lahir normal adalah bayi baru lahir dengan nilai
APGAR skor >7 tanpa cacat bawaan( Dewi,2011. h:1).
3. Nilai 7-10 : Normal
4. Nilai 4-6 : bayi dengan asfiksia ringan dan sedang
5. Nilai 1-3 : bayi dengan asfiksia berat

6. Tindakan Resusitasi

7. Terapi :
a) Pencegahan Infeksi Mata

15
Salep mata untuk pencegahan infeksi mata diberikan setelah 1 jam
kontak kulit ke kulit da bayi selesai menyusu. Pencegahan infeksi tersebut
mengandung antibiotik tetrasikilin 1%. Salep antibiotik harus tepat
diberikan pada waktu satu jam setelah kelahiran. Upaya pencegahan
infeksi mata tidak efektif jika diberikan lebih dari satu jam setelah
kelahiran. (APN JNPK-KR, 2008).
b) Pemberian vitamin K1
Kejadian perdarahan karena defisiensi vitamin K pada bayi baru
lahir dilaporkan cukup tinggi, berkisar 0.25-0,5%. Semua bayi baru lahir
harus diberikan vitamin K1 injeksi 1 mg intramuskular setelah 1 jam
kontak kulit ke kulit dan bayi selesai menyusu untuk mencegah
perdarahan BBL akibat defisiensi vitamin K. (APN JNPK-KR, 2008).
c) Pemberian imunisasi
Imunisasi Hepatitis B bermanfaat untuk mencegah infeksi Hepatitis
B terhadap bayi, terutama jalur penularan ibu-bayi. Imunisasi Hepatitis B
pertama diberikan 1 jam setelah pemberian vitamin K1, pada saat bayi
baru berumur 2 jam. Selanjutnya Hepatitis B dan DPT diberika pada
umur 2 bulan, 3 bulan dan 4 bulan. Dianjurkan BCG dan OPV diberikan
pada saat bayi berumur 24 jam atau pada usia 1 bulan. Selanjutnya OPV
diberikan sebanyak 3 kali pada umur 2 bulan, 3 bulan dan 4 bulan.
Melakukan pencatatan dan menganjurkan ibu untuk kembali pada jadwal
imunisasi berikutnya. (APN JNPK-KR, 2008).

16
DATA OBJEKTIF
1. Pemeriksaan Umum :
a. Keadaan Umum :
b. Tanda-tanda Vital
N = 120-160 x/menit,
RR = 30 – 50 x/menit,
T = 36,5-37,2oC
 Tekanan darah dipantau hanya bila ada indikasi
 Pada pernapasan normal, perut dan dadabergerak hampir
bersaman tanpa adanya retraksi, tanpa terdengar suara pada waktu
inspirasi maupun ekspirasi. Gerakan pernapasan 30 – 50 kali
permenit(Saifuddin, 2006).
 Pernapasan dalam pernapasanbayi baru lahir ditandai dengan
bayi segera menangis kuat (Saifuddin, 2006).
 Pernafasan kurang lebih 40-60 x/menit (Sitiava, 2012).
 Nadi dapat dipantau disemua titik nadi perifer (Saifuddin, 2006).
 Frekuensi jantung 120-160 x/menit (Sitiava, 2012).
 Ukur suhu tubuh bayi melalui anus atau ketiak bayi normalnya
36,5-37,2 C (Saifuddin, 2006).
c. Antropometri :
BB = lahir 2500 – 4000 gram
PB = 48 – 52 cm
LK = - Circum ferensia Suboccipito Bregmatica : cm
- Circum ferensia Fronto Oksipito : cm
- Circum ferensia Mento Oksipito Bregmatica : cm
 Ukuran lingkar kepala :

17
1. Circumferentia sub occipito bregmatica (lingkaran kecil kepala)
32 cm
2. Circumferenrtia fronto occipitalis (lingkaran sedang kepala) 34
cm
3. Circumferentia mento oksipitalis (lingkaran besar kepala) 35 cm.
( Dewi,2011) dan (Sitiava, 2012).

2. Pemeriksaan Fisik
a. Kepala :
1. Lakukan Inspeksi pada daerah kepala. Raba sepanjang
garis sutura dan fontanel ,apakah ukuran dan
tampilannya normal. Sutura yang berjarak lebar
mengindikasikan bayi preterm,moulding yang buruk
atau hidrosefalus. Pada kelahiran spontan letak kepala,
sering terlihat tulang kepala tumpang tindih yang
disebut moulding/moulase. Keadaan ini normal kembali
setelah beberapa hari sehingga ubun-ubun mudah
diraba. Perhatikan ukuran dan ketegangannya. Fontanel
anterior harus diraba, fontanel yang besar dapat terjadi
akibat prematuritas atau hidrosefalus, sedangkan yang
terlalu kecil terjadi pada mikrosefali. Jika fontanel
menonjol, hal ini diakibatkan peningkatan tekanan
intakranial, sedangkan yang cekung dapat tejadi akibat
deidrasi. Terkadang teraba fontanel ketiga antara
fontanel anterior dan posterior, hal ini terjadi karena
adanya trisomi 21.
2. Periksa adanya tauma kelahiran misalnya; caput
suksedaneum, sefal hematoma, perdarahan
subaponeurotik/fraktur tulang tengkorak.

18
3. Perhatikan adanya kelainan kongenital seperti ;
anensefali, mikrosefali, kraniotabes dan sebagainya.
b. Wajah
1. Wajah harus tampak simetris. Terkadang wajah bayi
tampak asimetris hal ini dikarenakan posisi bayi di
intrauteri.
2. Perhatikan kelainan wajah yang khas seperti sindrom
down atau sindrom piere robin.
3. Perhatikan juga kelainan wajah akibat trauma lahir
seperti laserasi, paresi N.fasialis.
c. Mata
1. Goyangkan kepala bayi secara perlahan-lahan supaya
mata bayi terbuka.
2. Lakukan inspeksi daerah mata. Periksa jumlah, posisi
atau letak mata
3. Perksa adanya strabismus yaitu koordinasi mata yang
belum sempurna
4. Periksa adanya glaukoma kongenital, mulanya akan
tampak sebagai pembesaran kemudian sebagai
kekeruhan pada kornea
5. Katarak kongenital akan mudah terlihat yaitu pupil
berwarna putih. Pupil harus tampak bulat. Terkadang
ditemukan bentuk seperti lubang kunci (kolobama)
yang dapat mengindikasikan adanya defek retina
6. Periksa adanya trauma seperti palpebra, perdarahan
konjungtiva atau retina
7. Periksa adanya sekret pada mata, konjungtivitis oleh
kuman gonokokus dapat menjadi panoftalmia dan
menyebabkan kebutaan

19
8. Apabila ditemukan epichantus melebar kemungkinan
bayi mengalami sindrom down.
d. Hidung
1. Kaji bentuk dan lebar hidung, pada bayi cukup bulan
lebarnya harus lebih dari 2,5 cm. Bayi harus bernapas
dengan hidung, jika melalui mulut harus diperhatikan
kemungkinan ada obstruksi jalan napas akarena atresia
koana bilateral, fraktur tulang hidung atau ensefalokel
yang menonjol ke nasofaring.
2. Periksa adanya sekret yang mukopurulen yang
terkadang berdarah , hal ini kemungkinan adanya sifilis
congenital.
3. Periksa adanya pernapasa cuping hidung, jika cuping
hidung mengembang menunjukkan adanya gangguan
pernapasan.
e. Mulut
1. Lakukan Inspeksi apakah ada kista  yang ada pada
mukosa mulut.
2. Perhatikan mulut bayi, bibir harus berbentuk dan
simetris. Ketidaksimetrisan bibir menunjukkan adanya
palsi wajah. Mulut yang kecil menunjukkan
mikrognatia.
3. Periksa adanya bibir sumbing, adanya gigi atau ranula
(kista lunak yang berasal dari dasar mulut)
4. Periksa keutuhan langit-langit, terutama pada
persambungan antara palatum keras dan lunak.
5. Perhatikan adanya bercak putih pada gusi atau palatum
yang biasanya terjadi akibat Epistein’s pearl atau gigi.

20
6. Periksa lidah apakah membesar atau sering bergerak.
Bayi dengan edema otak atau tekanan intrakranial
meninggi seringkali lidahnya keluar masuk (tanda
foote).
f. Telinga
1. Periksa dan pastikan jumlah, bentuk dan posisinya.
2. Pada bayi cukup bulan, tulang rawan sudah matang.
3. Daun telinga harus berbentuk sempurna dengan
lengkungan yang jelas dibagia atas.
4. Perhatikan letak daun telinga. Daun telinga yang
letaknya rendah (low set ears) terdapat pada bayi
yangmengalami sindrom tertentu (Pierre-robin).
5. Perhatikan adanya kulit tambahan atau aurikel hal ini
dapat berhubungan dengan abnormalitas ginjal.
6. Bunyikan bel atau suara. Apabila terjadi refleks terkejut
maka pendengarannya baik, kemudian apabila tidak
terjadi refleks maka kemungkinan terjadi gangguan
pendengaran.
g. Leher
1. Leher bayi biasanya pendek dan harus diperiksa
kesimetrisannya. Pergerakannya harus baik. Jika
terdapat keterbatasan pergerakan kemungkinan ada
kelainan tulang leher.
2. Periksa adanya trauma leher yang dapat menyebabkan
kerusakan pad fleksus brakhialis
3. Lakukan perabaan untuk mengidentifikasi adanya
pembengkakan.periksa adanya pembesaran kelenjar
tyroid dan vena jugularis

21
4. Adanya lipata kulit yang berlebihan di bagian belakang
leher menunjukkan adanya kemungkinan trisomi 21.
5. Raba seluruh klavikula untuk memastikan keutuhannya
terutama pada bayi yang lahir dengan presentasi
bokong atau distosia bahu. Periksa kemungkinan
adanya fraktur.
h. Dada, Paru dan Jantung
1. Periksa kesimetrisan gerakan dada saat bernapas.
Apabila tidak simetris kemungkinan bayi mengalami
pneumotoraks, paresis diafragma atau hernia
diafragmatika. Pernapasan bayi yang normal dinding
dada dan abdomen bergerak secara bersamaan. Tarikan
sternum atau interkostal pada saat bernapas perlu
diperhatikan. Frekuensi pernapasan bayi normal antara
40-60 kali permenit. Perhitungannya harus satu menit
penuh karena terdapat periodic breathing, dimana pola
pernapasan pada neonatus terutama pada premature ada
henti nafas yang berlangsung 20 detik dan terjadi secara
berkala. Pada bayi cukup bulan, puting susu sudah
terbentuk dengan baik dan tampak simetris
2. Payudara dapat tampak membesar tetapi ini normal.
3. Lakukan palpasi pada daerah dada, untuk menentukan
ada tidaknya fraktur klavikula dengan cara meraba ictus
cordis dengan menentukan posisi jantung.
4. Lakukan Auskultasi paru dan jantung dengan
menggunakan stetoskop untuk menlai frekuensi dan
suara napa/jantung. Secara normal frekuensi denyut
jantung antara 120-160 x / menit.

22
i. Abdomen
1. Abdomen harus tampak bulat dan bergerak secara
bersamaan dengan gerakan dada saat bernapas. Kaji
adanya pembengkakan
2. Lakukan pemeriksaan pada tali pusat bertujuan untuk
menilai ada tidaknya kelainan pada tali pusat seperti,
ada tidaknya vena dan arteri, tali simpul pada tali pusat
dan lain-lain.
3. Jika perut sangat cekung kemungkinan terdapat hernia
diafragmatika
4. Abdomen yang membuncit kemungkinan karena
hepato-splenomegali atau tumor lainnya
5. Jika perut kembung kemungkinan adanya enterokolitis
vesikalis, omfalokel atau ductus omfaloentriskus
persisten.
6. Lakukan Auskultasi adanya bising Usus.
7. Lakukan perabaan hati, umumnya teraba 2-3 cm di
bawah arkus kosta kanan. Limpa teraba 1 cm di bawah
arkus kosta kiri.
8. Lakukan palpasi ginjal, dengan cara atur posisi
terlentang dan tungkai bayidi lipat agar otot-otot
dinding perut dalam keadaan relaksasi, batas bawah
ginjal dapat di raba setinggi umbilikus di antara garis
tengah dan tepi perut bagian ginjal dapat di raba sekitar
2-3 cm. Adanya pembesaran pada ginjal dapat di
sebabkan oleh neoplasma, kelainan bawaan, atau
trombosis vena renalis.

23
j. Ekstermitas Atas
1. Kedua lengan harus sama panjang, periksa dengan cara
meluruskan kedua lengan ke bawah
2. Kedua lengan harus bebas bergerak, jika gerakan
kurang kemungkinan adanya kerusakan neurologis atau
fraktur
3. Periksa jumlah jari. Perhatikan adanya polidaktili atau
sidaktili
4. Telapak tangan harus dapat terbuka, garis tangan yang
hanya satu buah berkaitan dengan abnormaltas
kromosom, seperti trisomi 21
5. Periksa adanya paronisia pada kuku yang dapat
terinfeksi atau tercabut sehingga menimbulkan luka dan
perdarahan.

k. Ekstermitas Bawah
1. Periksa kesimetrisan tungkai dan kaki. Periksa panjang
kedua kaki dengan meluruskan keduanya dan
bandingkan
2. Kedua tungkai harus dapat bergerak bebas. Kuraknya
gerakan berkaitan dengan adanya trauma, misalnya
fraktur, kerusakan neurologis.
3. Periksa adanya polidaktili atau sidaktili padajari kaki.
l. Genetalia

24
1. Pada bayi laki-laki panjang penis 3-4 cm dan lebar 1-
1,3 cm.Periksa posisi lubang uretra. Prepusium tidak
boleh ditarik karena akan menyebabkan fimosis
2. Periksa adanya hipospadia dan epispadia
3. Skrotum harus dipalpasi untuk memastikan jumlah
testis ada dua
4. Pada bayi perempuan cukup bulan labia mayora
menutupi labia minora
5. Lubang uretra terpisah dengan lubang vagina
6. Terkadang tampak adanya sekret yang berdarah dari
vagina, hal ini disebabkan oleh pengaruh hormon ibu
(withdrawl bedding)
m. Anus dan Rectum
1. Periksa adanya kelainan atresia ani , kaji posisinya
2. Mekonium secara umum keluar pada 24 jam pertama,
jika sampai 48 jam belum keluar kemungkinan adanya
mekonium plug syndrom, megakolon atau obstruksi
saluran pencernaan
n. Kulit
1. Perhatikan kondisi kulit bayi.
2. Periksa adanya ruam dan bercak atau tanda lahir
3. Periksa adanya pembekakan
4. Perhatinan adanya vernik kaseosa ( zat yang bersifat
seperti lemak berfungsi sebagai pelumas atau sebagai
isolasi panas yang akan menutupi bayi cukup bulan).
5. Perhatikan adanya lanugo (rambut halus yang terdapat
pada punggung bayi) jumlah yang banyak terdapat pada
bayi kurang bulan daripada bayi cukup bulan(Asuhan
Keperawatan: 169)

25
o. Lanugo : , didaerah
 Rambut lanugo tidak terlihat, rambut kepala biasanya terlihat
sempurna. (Sitiava, 2012 hal 191)
 Warna kulit pada bayi baru lahir normal adalah berwarna
kemerahan atau merah muda dan terdapat lanugo dan verniks
caseosa. Dan bayi yang mengalami kelainan dapat menunjukan
perubahan warna seanosis yang dapat berbahaya pada bayi
(Maryunani & Nurhayati, 2008b).
p. Verniks : , didaerah
 Warna kulit pada bayi baru lahir normal adalah berwarna
kemerahan atau merah muda dan terdapat lanugo dan verniks
caseosa.
 Dan bayi yang mengalami kelainan dapat menunjukan perubahan
warna seanosis yang dapat berbahaya pada bayi (Maryunani &
Nurhayati, 2008).
q. Status Neurologi (Refleks)
 Morro :
 Rooting :
 Sucking :
 Swallowing :
 Babinski :
 Graf :
 Moro adalah gerakan lengan dan kaki yang terjadi ketika bayi yang
baru lahir dikejutkan oleh suara atau gerakan keras.
 Rooting merupakan bayi baru lahir akan menoleh kearah dimana
terjadi sentuhan pada pipinya. Bayi akan membuka mulutnya apabila
bibirnya disentuh dan berusaha untuk mengisap benda yang
disentuhkan tersebut (Asuhan Persalinan Normal,2008).

26
 Sucking merupakan rangsangan puting susu pada langit – langit bayi
menimbulkan refleks mengisap. Isapan ini akan menyebabkan areola
dan puting susu ibubtertekan gusi,lidah dan langit – langit bayi ,
sehingga sinus laktiferus dibawah areola dan ASI terpancar keluar
(Asuhan Persalinan Normal,2008).
 Reflek Swallowing merupakan kumpulan ASI di dalam mulut bayi
mendesak otot – otot di daerah mulut dan faring untuk mengaktifkan
refleks menelan dan mendorong ASI ke dalam lambung bayi (Asuhan
Persalinan Normal,2008).
 Refleks babinski ditimbulkan dengan stimulus gesekan
pada telapak kaki, yang menghasilkan dorsofleksi jari besar dan
pengembangan jari-jari yang lebih kecil. Biasanya stimulus semacam
itu menyebabkan semua jari-jari kaki menekuk ke bawah. Disebut juga
Babinski’s toe sign.
 Refeks graps atau menggenggam sudah baik (Sitiava, 2012).

 Nutrisi
Jenis makanan : ( ) ASI
( ) PASI
( ) Lain-Lain
 World Health Organization (WHO) merekomendasikan pemberian
ASI secara eksklusif sekurangnya selama usia 6 bulan pertama,
dan rekomendasi serupa juga didukung oleh American Academy of
Pediatrics (AAP), Academy of Breastfeeding Medicine, demikian
pula oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI).

 Eliminasi

27
- BAB Pertama, Tanggal : Jam :
Warna : Konsistensi :
- BAK Pertama, Tanggal : Jam :
Warna : Konsistensi :

 Eliminasi yang baik ditandai dengan keluarnya mekonium dalam


24 jam pertama dan berwarna hitam kecoklatan (Dewi, 2011).
 Mekonium harus keluar dalam dua puluh empat jam sesudah lahir,
bila tidak harus waspada terhadap atresia ani/obstruksi usus(
Saifuddin, 2006).
 Urine harus ada pula dalam waktu dua puluh empat jam. Kadang –
kadang pengeluaran urine tidak diketahui oleh karena pada saat
keluar pada saat bayi lahir dan tercampur dengan air ketuban. Bila
urine tidak ada dalam dua puluh empat jam harus diperhatikan
kemungkinan obstruksi saluran kencing (Saifuddin, 2006).

8. Data Penunjang (Laboraturium/ Rongent)


Tes laboratorium dan penelitian pendukung adalah komponen
esensial dari pengujian fisik sebagai tes dan penelitian yang dilakukan sebagai
bagian dari skrining rutin dapat bervariasi tergantung pada usia wanita
tersebut, status resikonya (Varney et al., 2007).

9. Terapi Yang Didapatkan


a. Salep Mata 0,5 % :
b. Injeksi Vit. K (1 mg) :
c. Imunisasi Hb 0 :
 Pemberian vitamin K ,Kejadian Perdarahan karena difesiensi vitamin K
pada bayi baru lahir dilaporkan cukup tinggi, berkisar 0,25 – 0,5 %. Untuk

28
mencegah terjadinya perdarahan tersebut, semua bayi baru lahir normal dan
cukup bulan perlu diberi vitamin K per oral 1mg/hari selama 3 hari,sedangkan
bayi resiko tinggi dari vitamin K parenteral dengan dosis 0,5 – 1 mg IM
(Prawirohardjo, 2014).
 Pemberian salep mata eritomisin 0,5% atau tetrasiklin 1% dianjurkan untuk
pencegahan penyakit mata karena klamidia (penyakit menular seksual ).
Perawatan harus dikerjakan segera.tindakan ini dapat dikerjakan setelah
perawatan tali pusat dan harus dictat dalam status termasuk obat apa yang
digunakan(Prawirohardjo,2006).

I. IDENTIFIKASI DIAGNOSA / MASALAH


Pada langkah ini dilakukan identifikasi terhadap diagnosis atau masalah
berdasarkan interpretasi yang benar atas data – data yang telah dikumpulkan.
(Muslihatun,2010)
A. Diagnosa Kebidanan
Diagnosa kebidanan adalah diagnosa yang di tegakkan oleh bidan
dalam lingkup praktik kebidanan dan memenuhi standar nomenklatur
diagnose didapatkan dari data subjektif dan objektif.
Diagnosa :NCB SMK USIA...
B. Masalah
Masalah adalah hal – hal yang berkaitan dengan pengalaman klien
yang ditemukan dari hasil pengkajian atau yang menyertai diagnosis.
C. Kebutuhan
Kebutuhan adalah hal – hal yang dibutuhkan oleh klien dan belum
teridentifikasi dalam diagnosis dan masalah yang didapatkan dalam
melakukan analisa data.

II. IDENTIFIKASI MASALAH POTENSIAL

29
a. Sesak napas
b. Tampak retraksi di dada
c. Malas minum
d. Panas atau suhu badan bayi rendah
e. Kurang aktif

III. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN SEGERA


a. Isap lendir
b. Jaga kehangatan

IV. INTERVENSI
1. Ukur apgar skor pada menit ke-1 dan ke-5 setelah kelahiran
Rasional : Membantu menentukan kebutuhan terhadap intervensi segera
(misal : penghisapan, oksigen).
2. Perhatikan adanya pernafasan cuping hidung ,retraksi dada, pernafasan
mendengkur, krekels, atau ronki.
Rasional : Tanda-tanda ini normal dan sementara pada periode
reaktivitas pertama, tetapi dapat menandakan distres pernafasan bila ini
menetap .Krekels dapat terdengar sampai cairan direabsorbsi dari paru-
paru. Ronki menandakan aspirasi sekresi oral.

3.Bersihkan jalan nafas, hisap nasofaring dengan perlahan sesuai kebutuhan


,dengan menggunakan spuit balon atau kateter penghisap Delee.
Rasional: membantu menghilangkan akumulasi cairan, memudahkan
upaya pernafasan, dan membantu mencegah aspirasi.

4. Observasii TTV setiap jam pada 6 jam pertama


Rasional : mengetahui perubahan-perubahan vital yang lebih dini.
5. Lakukan kontak dini ibu dengan bayi

30
Rasional : agar terjalin Bounding Attachment.
6. Jaga kehangatan tubuh bayiagar tetap hangat
Rasional :Dengan menjaga suhu tubuh bayi, mencegah kehilangan
panasmelalui kepala, mencegah penguapan panas secara evaporasi dan
bayi merasa tenang dan hangat.
7. Memotivasi ibu untuk menyusui bayi sesering mungkin dan
mengajarkan ibu cara menyusui yang benar
Rasional : memotivasi yang benar dan jelas maka kebutuhan ASI
eksklusif terpenuhi.
8. Lakukan pengkajian fisik rutin terhadap bayi baru lahir, perhatikan
jumlah pembuluh darah tali pusat dan adanya anomali
Rasional : membantu mendeteksi abnormalitas dan defek neurologis,
menentukan usia gestasi dan mengidentifikasi kebutuhan terhadap
pemantauan tetap dan perawatan lebih intensif. Tali pusat mengandung
3 pembuluh darah. Hanya ada satu pembuluh darah arteri dihubungkan
dengan abnormalitas genitourinarius .
9. Berikan profilaksis mata dalam bentuk salep eritromisin 1% kira-kira 1
jam setelah kelahiran (setelah masa interaksi orangtua bayi).
Rasional : membantu mencegah oftalmia neonatorum yang disebabkan
oleh neisseria gonorrhoeae, yang mungkin ada pada jalan lahir ibu.
Eritromisin secara efektif menghilangkan baik organisme gonorrhea
dan clamidia .Profilaksis mata mengeruhkan pandangan bayi,
menurunkan kemampuan bayi untuk berinteraksi dengan orangtua.
10. Berikan Vitamin.K1 (Phytomenadione) dengan dosis 1mg atau 0,5cc
secara IM (pada paha sebelah kiri)
Rasional : Bayi baru lahir cenderung mengalami kekurangan
Vitamin.Kkarena cadangan vitamin K dalam hati relatif masih
rendah ,sedikitnya transfer vitamin K melalui tali pusat, rendahnya
kadar vitamin K pada asi dan sterilitas saluran pencernaan pada bayi

31
baru lahir. Kekurangan vitamin K beresiko tinggi bagi bayi untuk
mengalami perdarahan yang disebut juga perdarahan akibat defisiensi
vitamin K (PDVK).

VI. IMPLEMENTASI
Pelaksanaan dilakukan dengan efisien dan aman sesuai dengan
rencana asuhan yang telah disusun. Pelaksanaan ini bisa dilakukan
seluruhnya oleh bidan atau sebagian dikerjakan oleh klien atau anggota tim
kesehatan lainnya.

VII. EVALUASI
Evaluasi merupakan penilaian tentang keberhasilan dan keefektifan
asuhan kebidanan yang telah dilakukan. Evaluasi didokumentasikan dalam
bentuk SOAP.

32
BAB III
TINJAUAN KASUS
Pengkajian
Tanggal pengkajian : 11 APRIL 2022
Tempat pengkajian : KLINIK SINAR SEHAT
Nama pengkaji : MERY FARIDA HUTAPEA
S.
1. Identitas
Identitas Bayi
Nama : By. Ny. A
Tanggal lahir : 11 November 2022 Pukul : 05.50 WITA
Jenis Kelamin : Laki-laki
Identitas Orang Tua
Nama Istri : Ny. A Nama Suami : Tn. F
Umur : 27 th Umur : 27 th

Suku : Banjar Suku : Banjar

Agama : Islam Agama : Islam

Pendidikan : S1 Pendidikan : S1

Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Swasta

Alamat : Jl Perum Puspira

O.

1. Keadaan Bayi Saat Lahir


Bayi lahir tanggal 11 November 2022 pukul 05.50 WITA pada usia kehamilan 38

33
minggu 1 hari melalui persalinan normal, jenis kelamin laki-laki, kelahiran
tunggal, tali pusat warna putih segar terdiri atas 2 arteri satu vena, ketuban jernih,
bayi menangis segera setelah lahir, bergerak aktif dan warna kulit kemerahan
APGAR skor 8 /9dan segera dilakukan IMD selama 1 jam.

2. Pola Fungsional Kesehatan


Nutrisi : bayi sudah mendapatkan ASI, saat IMD ASI ibu sudah keluar.
Eliminasi : bayi sudah BAB dan BAK

3. Pemeriksaan Umum
a. Antropometri
Panjang Badan : 49 cm
Berat Badan : 3360 gram
Lingkar Kepala
Circum ferensia subocsipito bregmatika : 32 cm
Circum ferensia fronto oksipito : 34 cm
Circum ferensia mento oksipito : 36 cm
Lingkar Dada : 33 cm
Lingkar Perut : 30 cm
Lila : 10 cm
b. Tanda-Tanda Vital
Nadi :125 x⁄i
Suhu : 36,6 oC
Pernapasan : 45 x⁄i

4. Pemeriksaan fisik
Kepala : bentuk bulat, rambut berwarna hitam, tidak ada caput sucaedenum
dan cepal hematoma
Wajah : simetris tidak terdapat verniks caseosa

34
Mata : simetris, kelopak mata terbuka, sklera putih, tidak ada perdarahan
Hidung : terdapat dua lubang hidung, terdapat pengeluaran cairan lender
Telinga : simetris, terdapat lubang di kedua telinga, teraba lunak dan membalik
seketika saat di tekuk
Mulut : simetris, terdapat palatum, tidak ada labioscizis atau labiopalatoscizis
Leher :pergerakan aktif, terdapat verniks caseosa pada lipatan leher
Dada : simetris, tidak ada retraksi dinding dada
Abdomen : terana lembek, tali pusat warna putih terdapat 2 arteri 1 vena dan
tidak ada perdarahan tali pusat
Genetalia : labia mayora menutup labia minora, terdapat uretra, terdapat klitoris,
tidak ada pengeluaran cairan
Anus : terdapat lubang anus
Ekstermitas
Atas : simetris, gerak aktif, jari tangan lengkap, terdapat garis telapak
tangan, terdapat verniks caseosa pada lipatan lengan, tidak ada
polidaktili
Bawah : simetris, gerak aktif, jari kaki lengkap, terdapat garis telapak kaki,
terdapat verniks caseosa pada lipatan paha, tidak ada polidaktili

5. Pemeriksaann Neurologis
Refleks Morro : (+), bayi terkejut saat dikejutkan dengan suara
Refleks Rooting : (+), bayi menoleh kearah pipi yang disentuh
Refleks Sucking : (+), bayi menghisap puting susu
Refleks Swallowing : (+), bayi dapat menelan ASI
Refleks Babynski : (+), bayi menekukkan jari saat telapak kaki disentuh
Refleks Grashping : (+), bayi menggenggam saat telapak tangan disentuh

6. Terapi Yang Didapatkan


Injeksi Neo K : sebanyak 1 mg 0,5 cc pada paha kiri bayi

35
Injeksi Hb0 : sebanyak 0,5 cc pada paha kanan bayi
Salp Mata : salp mata oxytetracyclin 1% pada mata kanan dan kiri bayi

A.
Diagnosis : NCB-SMK Usia 0 hari
Masalah : tidak ada
Diagnosis potensial : tidak ada
Masalah potensial : tidak ada
Kebutuhan segera : tidak ada

P.

No. Tanggal Penatalaksanaan Paraf

Menyiapkan kain lampin, pakaian, popok, topi dan sarung tangan bayi
1. 11-11-2022 Mhs
diatas meja pemeriksaan; perlengkapan bayi telah tersedia
Mengangkat bayi dari dada ibu dan menempatkan bayi diatas tempat
2. datar dan dibawah cahaya lampu untuk menjaga kehangatan bayi; bayi Mhs
menjadi lebih hangat
Melakukan pengukuran antropometri; BB: 3360 gr, PB: 49 cm, LK
3. (subocsipito bregmatika : 34 cm, fronto oksipito: 33 cm, mento oksipito: Mhs
36 cm) LD: 30 cm, LP: 30 cm, LILA 10 cm.
Melakukan pemeriksaan fisik; keadaan bayi normal, seluruh anggota
4. Mhs
tubuh lengkap dan tidak ada kelainan pada fisik bayi
Melakukan perawatan tali pusat dengan membungkus tali pusat
5. menggunakan kassa steril; tali pusat terbungkus kasa steril dan tidak ada Mhs
perdarahan pada tali pusat
Memakaikan pakaian bayi serta topi dan sarung tangan dan kaki; bayi
6. Mhs
menjadi lebih hangat

36
Menjelaskan pada orang tua bahwa bayi akan diberikan suntikan Vitamin
K yang bertujuan untuk mencegah terjadinya perdarahan pada bayi
terutama pada otak dan usus karena pada bayi berisiko terjadi perdarahan
akibat kekurangan zat pembeku darah yaitu Vitamin K, suntikan
7. imunisasi HB0 setelah 6 jam kelahiran untuk membentuk kekebalan Mhs
tubuh dan mencegah bayi terinfeksi penyakit Hepatitis B, serta pemberian
salp mata sebagai pencegahan pada bayi dari infeksi kuman dan bakteri
setelah melalui proses persalinan; orang tua bersedia agar bayinya
diberikan neoK, HB0 dan salp mata.
Memberikan injeksi neoK 1 mg 0,5 cc pada ⅓ paha kiri bayi secara IM;
8. Mhs
tidak ada perdarahan pada bekas suntikan
Menyelimuti bayi dengan kain lampin; bayi menjadi lebih tenang dan
9. Mhs
hangat
Memberikan salp mata oxytetracyclin 1% pada kedua mata bayi; salap
10. Mhs
mata telah masuk ke mata kanan dan kiri bayi
Melakukan rawat gabung bayi dan ibunya, menjelaskan hasil
11. pemeriksaan fisik serta menganjurkan ibu untuk sesegera mungkin Mhs
menyusi bayi; bayi menyusu pada ibu

12. Memandikan bayi setelah 6 jam kelahiran; Bayi telah dimandikan Mhs

Memberikan injeksi HB0 0,5 cc pada ⅓ paha kanan bayi secara IM; tidak
13
ada perdarahan pada bekas suntikan
14. Memberi KIE pada orang tua bayi mengenai ASI ekslusif, ASI ekslusif Mhs
adalah ASI yang diberikan pada bayi selama 6 bulan tanpa diberikan
cairan tambahan lain seperti susu formula, madu, air teh, dan air putih
serta tambahan makanan padat seperti pisang, bubur susu, biskuit, bubur
nasi atau nasi tim. ASI merupakan makanan terbaik bagi bayi pada 6
bulan pertama kehidupan karena ASI mengandung sumber vitamin dan
mineral yang paling mudah dicerna oleh saluran pencernaan bayi, selain
itu ASI mengandung protein dan dapat meningkatkan kekebalan tubuh
yang berfungsi melindungi bayi dari infeksi kuman dan bakteri sehingga
dapat mencegah bayi terinfeksi penyakit serta mempercepat proses
penyembuhan ketika bayi sakit; orang tua bayi mengetahui tujuan dan
mafaan dari ASI ekslusif serta ibu bersedia untuk memberikan ASI

37
ekslusif pada bayinya.
Memberi KIE pada orang tua bayi mengenai perawatan tali pusat, yaitu
dengan hanya membungkus tali pusat menggunakan kassa steril tanpa
memberikan betadine, alkohol atau membubuhi kopi. Tali pusat tidak
perlu ditarik-tarik karena akan lepas dengan sendirinya dalam kurun
15. waktu 5-7 hari apabila perawatan tali pusat dilakukan dengan benar, Mhs
kondisi tali pusat yang sering basah dan lembab dapat memperlambat
pelepasan tali pusat serta menimbulkan infeksi, oleh sebab itu dianjurkan
rutin mengganti kassa secara rutin saat mandi dan jika terkena BAK;
oraang tua bayi mengetahui perawatan tali pusat yang benar.
Memberi KIE mengenai Skrining Hipotiroid Konginetal (SHK) yang
bertujuan untuk mendeteksi secara dini adanya risiko terjadinya
keterbelakangan mental oleh bayi akibat dari kekurangan hormon tiroid.
Hormon Tiroid merupakan hormon yang sangat mempengaruhi fungsi
jaringan dan organ tubuh, pada bayi dan anak-anak hormon tiroid
berperan dalam tumbuh kembang terutama pada perkembangan otak.
Oleh sebab itu sangat penting melakukan SHK sedini mungkin, SHK
16. Mhs
dilakukan pada usia bayi 42-72 jam setelah lahir dengan mengambil
sample darah dari tumit bayi yang kemudian akan dilakukan pemeriksaan.
Apabila terdapat kelainan pada hormon tiroid bayi orang tua akan
dihubungi dan bayi dapat diberikan penanganan sedini mungkin sehingga
menurunkan angka kematian dan kecacatan bayi akibat kelainan pada
hormon tiroid; orang tua mengetahui pentingnya melakukan SHK dan
bersedia melakukan SHK pada bayinya.
17. Memberi KIE mengenai imunisasi dasar lengkap bada bayi balita yang Mhs
bermanfaat dalam membentuk kekebalan tubuh bayi antara lain 1)
imunisasi BCG yang disuntikan pada lengan kanan bayi pada usia 1 bulan
yang berguna dalam membentuk kekebalan tubuh bayi dari infeksi virus
TBC, 2) imunisasi Polio yang diberikan dengan cara diteteskan pada
mulut bayi dalam 4 kali pemberian pada usia 1, 2, 3, dan 4 bulan yang
bertujuan untuk membentuk kekebalan tubuh bayi dari infeksi virus
Poliomyelitis yaitu penyebab terjadinya penyakit polio atau lumpuh layu
pada bayi dan balita, 3) imunisasi DPT-HB-HIB atau Pentavalen yang
diberikan pada paha bayi dalam 3 kali pemberian pada usia 2, 3, 4, dan 18

38
bulan bulan yang bertujuan untuk membentuk kekebalan tubuh bayi dari
infeksi bakteri yang dapat menyebabkan penyakit difteri yang dapat
menginfeksi hidung dan tenggorokan, pertusis atau batuk rejan, tetatus
yang dapat mempengaruhi sistem saraf, selain itu membentuk kekebalan
tubuh bayi dari infeksi virus Hepatitis B yang dapat menyebabkan
peradangan pada organ hati, dan membentuk kekebalan tubuh dari infeksi
bakteri Hib yang dapat menyebabkan penyakit radang otak (miningitis),
infeksi paru-paru, dan pneumonia. 4) imunisasi IPV (inactivated
poliovirus) yaitu vaksin polio yang diberikan pada paha bayi sebanyak
satu kali, fungsinya sama dengan yang ditetes hanya saja pemberiannya
melalui suntikan yang diberikan pada usia 4 bulan. 5) imunisasi MR yang
diberikan pada usia 9 dan 24 bulan yang bertujuan untuk membentuk
kekebalan tubuh bayi dari infeksi penyakit campak dan rubella yang dapat
menyebabkan kecacatan dan kematian bayi balita; orang tua mengetaui
mengenai imunisasi dasar lengkap dan bersedia membawa bayinya untuk
imunisasi ke puskesmas.
Menganjurkan orang tua untuk melakukan kunjungan ulang untuk bayi
baru lahir yaitu pada usia 3-7 hari dan usia 8-28 hari untuk memeriksa
pertumbuhan dan perkembangan bayi serta untuk dilakukan manajemen
18. terpadu bayi muda (MTBM) oleh petugas kesehatan atau jika memiliki Mhs
keluhan orang tua disarankan untuk segera membawa bayi ke tempat
pelayanan kesehatan terdekat; orang tua bersedia membawa bayinya ke
klinik

39
BAB IV
PEMBAHASAN

A. Pengumpulan Data Dasar


Bayi ibu A lahir tanggal 11 November 2022 pukul 05.50 WITA dengan
jenis kelamin laki-laki, berat badan 3360 gram dan panjang badan 49 cm pada
usia kehamilan 38 minggu 1 hari hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan
bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dengan umur kehamilan 37 minggu
sampai 42 minggu dan berat lahir 2500 gram sampai 4000 gram (Varney et al.,
2007). Bayi baru lahir adalah bayi umur 0 sampai dengan 28 hari (PMK. No. 53
Tahun 2014). Bayi baru lahir (neonatus) normal adalah bayi dari kehamilan 37
minggu sampai 42 minggu dan berat badan lahir 2.500 gr sampai dengan 4.000
gr.BBL fisiologis adalah bayi yang lahir dari kehamilan 37-42 minggu dan berat
badan lahir 2500-4000 gram (Kemenkes RI, 2010). Neonatus adalah bayi yang
baru lahir 28 hari pertama kehidupan (Rudolph, 2013).
Segera setelah lahir bayi dilakukan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) selama 1
jam, keadaan telanjang dan basah pada bayi baru lahir menyebabkan bayi mudah
kehilangan panas,berdasarkan penelitian Amelia dan Nuraini (2019) menyatakan
bahwa terdapat hubungan antara Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dengan kestabilan
suhu tubuh bayi baru lahir dengan pvalue = 0,0001, dari hasil penelitian
menyatakan terdapat peningkatan suhu tubuh BBL hingga 0,79oC setelah
dilakukan IMD. Dalam penelitian lain menyatakan terdapat pengaruh inisiasi
menyusu dini terhadap suhu aksila pada bayi setelah satu jam kelahiran.Suhu
tubuh bayi baru lahir setelah pelaksanaan IMD berada dalam keadaan stabil
dikarenakan ibu dan bayi tampak lebih tenang dan bahagia. Kulit tubuh
ibumampu mengontrol kehangatan dadanya sesuai kebutuhanbayinya, hal ini
akanmembuat bayiakan berada pada suhu tubuh yang optimal sehingga bayi
merasa lebih tenang dan nyaman (Hutagaol et al., 2014). Dalam penelitian lain
menunjukkan hasil yang serupa yaitu menurunnya pervalensi kejadian

40
hopotermia hingga 42% pada bayi baru lahir yang menerima tindakan skin to
skin contact (SSC) melalui IMD (Safari et al., 2018) Dalam penelitian Smith
(2017)menyatakan bahwa terdapat peningkatan risiko kemantian neonatal yang
disebabkan oleh keterlambatan dalam inisiasi menyusu dini. Bayi yang mulai
menyusu antara 2-23 jam setelah lahir memiliki risiko kematian neonatal 33%
lebih besar dibanding dengan bayi yang mulai menyusu dalam waktu satu jam
setelah lahir.
Pada pemeriksaan fisik bayi tidak ditemukan kelainan, tali pusat bayi segar
dan terdapat 2 arteri dan 1 vena. Setelah 1 jam setelah IMD, bayi segera
dilakukan pemeriksaan fisik dan diberi injeksi Vit K 1 mg atau 0,5 cc secara IM
pada paha sebelah kiri bayi. Dalam penelitian (Sankar et al., 2016) menyatakan
bahwa pemberian 1 mg vitamin K saat lahir dapat mengurangi kejadian
perdarahan akibat defisiensi vitamin K selama bayi, mengingat tingginya risiko
mortilitas dan morbiditas pada bayi maka pemberian vitamin K segera setelah
lahir merupakan tindakan yang tepat dalam mencegah terjadinya perdarahan
pada bayi baru lahir. Sejalan dengan penelitian (Ng & Loewy, 2018)menyatakan
bayi baru lahir berisiko mengalami perdarahan yang disebabkan oleh devisiensi
vitamin K, Canadian Pediatric Society dan College of Family Physicians of
Canada merekomendasikan pemberian IM rutin vitamin K dosis tunggal 0,5 mg
hingga 1 mg untuk semua bayi baru lahir.
Bayi akan diberikan imunisasi Hb0 0,5 cc pada paha kanan bayi secara IM
sebagai pencegahan terhadap infeksi hepatitis B pada usia 6 jam. Vaksin hepatitis
B mengandung antigen permukaan virus hepatitis B yang diinaktifkan (HBsAg)
dan dijerap pada adjuvan aluminium hidroksida. Di buat secara biosintetis
menggunakan teknologi DNA rekombinan. vaksin digunakan pada individu yang
memiliki risiko tinggi tertular hepatitis B, pada bayi baru lahir diberikan segera
setalah bayi lahir dan dilanjutkan hingga tiga dosis pada usia 2 3 dan 4 bulan
untuk membentuk kekebelan tubuh bayi dari infeksi virus hepatitis B (BPOM RI,
2015). Dalam penelitian Hu A, Cai dan Zheng (2021) menyatakan bahwa risiko

41
infeksi hepatitis B dari ibu ke bayi mencapai 12,1% oleh sebab itu pemberian
imunisasi hepatitis B segera setelah lahir dianggap mampu menurunkan risiko
penularan dari ibu ke bayi serta memberikan perlindungan pada bayi dari risiko
terlular dari lingkungan. Sejalan dengan penelitian Awuku & Yeboah-Afihene,
(2018) menyatakan bahwa risiko bayi baru lahir terinfeksi virus hepatitis B
mencapai 90% pada ibu yang terkonfirmasi positif, sedangkan 5-20% bayi
terinfeksi hepatitis B dari ibu yang terkonfirmasi negatif. WHO menganjurkan
pemberian imunisasi hepatitis B dosis lahir (HB0) diberikan sesegera mungkin
setelah lahir, sebaiknya dalam waktu 24 jam (Akbar et al., 2021).
Salp mata oxytetracyclin 1% diberikan pada kedua mata bayi sebagai
pencegahan terhadap infeksi bakteri dari jalan lahir. Konjungtivitis neonetal
adalah penyakit mata yang paling umum pada neonatus di seluruh dunia, faktor
risiko terjadinya infeksi mata antara lain ketuban pecah dini, kelahiran prematur,
infeksi subklinis dari saluran kelamin wanita selama kelahiran, dan definsiensi
nutrisi selama kehamilan(Msukwa et al., 2014). Konjungtivitis neonatal dikaitkan
dengan perawatan prenatal yang buruk, faktor risiko ibu paling umum meliputi
ketuban pecah dini, sepsis saat lahir, IMS, HIV positif, infeksi stafilokokus
selama kehamilan, dan korioamnionitis. Pencegahan paling umun dilakukan
adalah dengan pemberian salp mata tertasiklin pada neonatus (34%) dan
kombinasi antara benzly penicilin dan gentamicin (25%)(Smith-Norowitz et al.,
2021). Dalam penelitian Berhe et al., (2017) menyatakan perawatan neonatal
esensial meliputi perawatan tali pusat yang aman, pemberian salp mata
tertasiklin, vaksinasi saat lahir, dan pemberian ASI segera setelah lahir terbukti
dapat menurunkan faktor risiko kematian neonatal.
Menunda untuk memandikan bayi segera setelah persalinan dapat
menurunkan resiko terjadinya hipotermi pada bayi. Menurut Khan et al (2018)
Perawatan termal bayi baru lahir adalah salah satu yang direkomendasikan
strategi untuk mengurangi hipotermia, yang berkontribusi terhadap morbiditas
dan mortalitas neonatal. Menurut Monteagudo et, al., (2011) penelitian

42
menunjukkan bahwa mandi pertama harus ditunda setidaknya selama 24 jam,
tanpa melepas vernix caseosa, yang akan membawa sejumlah manfaat bagi bayi
baru lahir, seperti: termoregulasi yang memadai, hidrasi kulit, tidak adanya
pengelupasan kulit, pengurangan eritema toksik neonatal, peningkatan
penyembuhan luka dan perlindungan dari kolonisasi kulit oleh bakte non-patogen
dikumpulkan di tingkat nasional dalam banyak survei. WHO (2013)
merekomendasikan penundaan memandikan bayi optimalnya dilakuakn minimal
6 jam sampai 24 jam usia kelahiran, untuk menjaga agar tidak terjadi hipotermi.
Menurut Penelitian Priyadarshi et al., (2022) yang melakukan penelitian di india
pada 1646 neonatus yang dimandikan setelah 6 jam dan 24 jam kelahiran dapat
mencegah terjadinya hipotermi dan hipoglikemi serta meningkatkan prilaku ASI
Eklusif yang tentu meningkatkan kesehatan neonates.
B. Interpretasi Data Dasar
Data yang didapatkan dari konsep asuhan kebidanan bayi baru lahir fisiologis
yang ditemukan di lahan praktik Klinik Sinar Sehat pada Bayi ibu A NCB SMK
usia 1 jam penulis menegakkan diagnosa sesuai nomenklatur kebidanan.

C. Identifikasi Diagnosa Dan Masalah Potensial


Berdasarkan tinjauan teori dan tinjauan kasus tidak ada masalah atau penyakit
yang berpotensi mengganggu kesehatan bayi.

D. Identifikasi Kebutuhan Akan Tindakan Segera


Pada kasus yang ditemukan di lahan praktik pda Bayi Ibu A NCB SMK usia 1
jam tidak ada tindakan kebutuhan segera yang perlu dilakukan.

E. Merencanakan Asuhan Yang Menyeluruh


Pada tahap perencanaan asuhan pada Bayi Ibu A NCB SMK usia 1 jam antara
lain pemberian asuhan sejumlah 8 yaitu:
1. Inisiasi Menyusu Dini (IMD)

43
Menurunnya pervalensi kejadian hopotermia hingga 42% pada bayi baru
lahir yang menerima tindakan skin to skin contact (SSC) melalui IMD (Safari et
al., 2018) Dalam penelitian Smith (2017) menyatakan bahwa terdapat
peningkatan risiko kemantian neonatal yang disebabkan oleh keterlambatan
dalam inisiasi menyusu dini. Bayi yang mulai menyusu antara 2-23 jam setelah
lahir memiliki risiko kematian neonatal 33% lebih besar dibanding dengan bayi
yang mulai menyusu dalam waktu satu jam setelah lahir.
Inisiasi Menyusu Dini (IMD) selama 1 jam, keadaan telanjang dan basah
pada bayi baru lahir menyebabkan bayi mudah kehilangan panas,berdasarkan
penelitian Amelia dan Nuraini (2019) menyatakan bahwa terdapat hubungan
antara Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dengan kestabilan suhu tubuh bayi baru lahir
dengan pvalue = 0,0001, dari hasil penelitian menyatakan terdapat peningkatan
suhu tubuh BBL hingga 0,79oC setelah dilakukan IMD
2. Menjaga kehangatan bayi
3. Pemeriksaan fisik
4. Pemebrian injeksi vitamin K
Sankar et al. (2016) menyatakan bahwa pemberian 1 mg vitamin K saat
lahir dapat mengurangi kejadian perdarahan akibat defisiensi vitamin K selama
bayi, mengingat tingginya risiko mortilitas dan morbiditas pada bayi maka
pemberian vitamin K segera setelah lahir merupakan tindakan yang tepat dalam
mencegah terjadinya perdarahan pada bayi baru lahir. Sejalan dengan penelitian
(Ng & Loewy, 2018) menyatakan bayi baru lahir berisiko mengalami perdarahan
yang disebabkan oleh devisiensi vitamin K, Canadian Pediatric Society dan
College of Family Physicians of Canada merekomendasikan pemberian IM rutin
vitamin K dosis tunggal 0,5 mg hingga 1 mg untuk semua bayi baru lahir.
5. Pemberian salp mata
Salp mata oxytetracyclin 1% diberikan pada kedua mata bayi sebagai
pencegahan terhadap infeksi bakteri dari jalan lahir. Konjungtivitis neonetal
adalah penyakit mata yang paling umum pada neonatus di seluruh dunia, faktor

44
risiko terjadinya infeksi mata antara lain ketuban pecah dini, kelahiran prematur,
infeksi subklinis dari saluran kelamin wanita selama kelahiran, dan definsiensi
nutrisi selama kehamilan(Msukwa et al., 2014). Konjungtivitis neonatal dikaitkan
dengan perawatan prenatal yang buruk, faktor risiko ibu paling umum meliputi
ketuban pecah dini, sepsis saat lahir, IMS, HIV positif, infeksi stafilokokus
selama kehamilan, dan korioamnionitis. Pencegahan paling umun dilakukan
adalah dengan pemberian salp mata tertasiklin pada neonatus (34%) dan
kombinasi antara benzly penicilin dan gentamicin (25%)(Smith-Norowitz et al.,
2021).
6. Memandikan Bayi usia lebih dari 6 jam
Menunda untuk memandikan bayi segera setelah persalinan dapat menurunkan
resiko terjadinya hipotermi pada bayi. Menurut Khan et al (2018) Perawatan
termal bayi baru lahir adalah salah satu yang direkomendasikan strategi untuk
mengurangi hipotermia, yang berkontribusi terhadap morbiditas dan mortalitas
neonatal. WHO (2013) merekomendasikan penundaan memandikan bayi
optimalnya dilakuakn minimal 6 jam sampai 24 jam usia kelahiran, untuk
menjaga agar tidak terjadi hipotermi. Menurut Penelitian Priyadarshi et al.,
(2022) yang melakukan penelitian di india pada 1646 neonatus yang dimandikan
setelah 6 jam dan 24 jam kelahiran dapat mencegah terjadinya hipotermi dan
hipoglikemi serta meningkatkan prilaku ASI Eklusif yang tentu meningkatkan
kesehatan neonates.
7. Pemberian imunisasi Hb0 pada usia 6 jam
Vaksin hepatitis B mengandung antigen permukaan virus hepatitis B yang
diinaktifkan (HBsAg) dan dijerap pada adjuvan aluminium hidroksida. Di buat
secara biosintetis menggunakan teknologi DNA rekombinan. vaksin digunakan
pada individu yang memiliki risiko tinggi tertular hepatitis B, pada bayi baru
lahir diberikan segera setalah bayi lahir dan dilanjutkan hingga tiga dosis pada
usia 2 3 dan 4 bulan untuk membentuk kekebelan tubuh bayi dari infeksi virus
hepatitis B (BPOM RI, 2015). Penelitian Awuku & Yeboah-Afihene, (2018)

45
menyatakan bahwa risiko bayi baru lahir terinfeksi virus hepatitis B mencapai
90% pada ibu yang terkonfirmasi positif, sedangkan 5-20% bayi terinfeksi
hepatitis B dari ibu yang terkonfirmasi negatif. WHO menganjurkan pemberian
imunisasi hepatitis B dosis lahir (HB0) diberikan sesegera mungkin setelah lahir,
sebaiknya dalam waktu 24 jam (Akbar et al., 2021).
8. Melakukan rawat gabung ibu dan bayi.

F. Pelaksaan
Tahap ini merupakan tahap pelaksanaan dari semua rencana sebelumnya,baik
terhadap masalah klien maupun diagnosa yang ditegakkan. Pelaksanaan ini dapat
dilakukan bidan secara kolaborasi dengan tim kesehatan lainnya (Sari, 2012).
Dari 7 rancangan asuhan kebidanan pada By. Ny. A, semua asuhan dapat
dilaksanakan sesuai dengan tugas dan wewenang kebidanan yang berdasarkan
evidence base kebidanan.

G. Evaluasi
Langkah ini dilakukan untuk mengevaluasi keefektivitasan dari asuhan yang
telah diberikan meliputi pemenuhan akan bantuan apakah benar-benar telah
terpenuhi sesuai dengan kebutuhan sebagaimana telah diindentifikasi dalam
diagnosa dan masalah. Rencana tersebut dapat dianggap efektif bila memang
benar efektif dalam pelaksanaannya (Estiwidani, 2008).
1. Bayi berhasil mendapatkan puting saat melakukan IMD
2. Bayi tetap terjaga kehangatannya
3. Hasil pemeriksaan fisik, tidak ditemukan kelainan atau kecacatan fisik
4. Bayi Ny. A telah diberikan suntikan vitamin K untuk mencegah perdarahan
5. By. Ny. A telah diberikan salp mata untuk menghindari infesi pada mata
6. By. Ny. A dimandikan lebih dari 6 jam setelah kelahiran agar menjaga tidak
terjadi hipotermi
7. By. Ny. A telah diberikan suntik HB0 untuk memberikan pencegahan terhadap

46
infeksi virus Hepatitis B
8. By. Ny. A dapat melakukan rawat gabung dengan ibu

47
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kasus yang dibahas dalam laporan ini adalah asuhan kebidanan bayi baru
lahir fisiologis pada bayi ibu A NCB SMK usia 1 jam. Berdasarkan hasil
pengkajian, pemeriksaan fisik, evaluasi dan permbahasan yang telah dipaparkan
sebelumnya pelaksanaan asuhan bayi baru lahir di Klinik Sinar Sehat telah
dilaksanakan dengan baik dan seluruh asuhan yang direncanakan telah diberikan.

B. Saran
Setelah menyimpulkan proses kegiatan asuhan kebidanan pada bayi baru
lahir fisiologis maka terdapat beberapa saran yang diajukan, antara lain:
1. Bagi orang tua, dianjurkan untuk melakukan perawatan bayi baru lahir
sesuai dengan kebutuhan bayi serta memantau pertumbuhan dan
perkembangan secara teratur.
2. Bagi tenaga kesehatan, diharapkan untuk memberikan pelayanan asuhan
bayi baru lahir sesuai dengan standar yang berlaku agar dapat memberikan
pelayanan yang berkualitas dan bayi baru lahir yang sehat.

48
DAFTAR PUSTAKA

Akbar, S. M. F., al Mahtab, M., Begum, F., Hossain, S. A. S., Sarker, S., Shrestha, A.,
Khan, M. S. I., Yoshida, O., & Hiasa, Y. (2021). Implications of birth-dose
vaccination against hepatitis B virus in southeast Asia. In Vaccines (Vol. 9, Issue 4).
MDPI. https://doi.org/10.3390/vaccines9040374
Amelia, P. K., & Nuraini, N. (2019). Hubungan Inisiasi Menyusu Dini dengan Kestabilan
Suhu Tubuh pada Bayi Baru Lahir di RS Muhammadiyah Gresik Kabupaten Gresik.
https://doi.org/10.21070/mid.v5i2.2764
Awuku, Y. A., & Yeboah-Afihene, M. (2018). Hepatitis B At-Birth dose vaccine: An urgent
call for implementation in Ghana. In Vaccines (Vol. 6, Issue 1). MDPI AG.
https://doi.org/10.3390/vaccines6010015
Berhe, M., Medhaniye, A. A., Kahsay, G., Birhane, E., & Abay, M. (2017). Essential
neonatal care utilization and associated factors among mothers in public health
facilities of Aksum Town, North Ethiopia, 2016. PLoS ONE, 12(4).
https://doi.org/10.1371/journal.pone.0175902
Hu, A. qun, Cai, Q. ying, Zhang, M., Liu, H. yan, Wang, T. lei, Han, W. hui, Li, Q., Fan,
W., Li, Y. jie, He, Y. ning, & Zheng, Y. jie. (2021). Overt and occult hepatitis B
infection after neonatal vaccination: mother-to-infant transmission and HBV vaccine
effectiveness. International Journal of Infectious Diseases, 104, 601–609.
https://doi.org/10.1016/j.ijid.2021.01.045
Hutagaol, H. S., Darwin, E., & Yantri, E. (2014). Pengaruh Inisiasi Menyusu Dini (IMD)
terhadap Suhu dan Kehilangan Panas pada Bayi Baru Lahir. In Jurnal Kesehatan
Andalas (Vol. 3, Issue 3). http://jurnal.fk.unand.ac.id
Kemenkes RI. (2014). Profil Kesehatan Indonesia. In: Kesehatan (Jakarta, Ed.).
Khan, S. M., Kim, E. T., Singh, K., Amouzou, A., & Carvajal-Aguirre, L. (2018). Thermal
care of newborns: Drying and bathing practices in Malawi and Bangladesh. Journal
of Global Health, 8(1). https://doi.org/10.7189/jogh.08.010901
Marmi K, R. (2015). Asuhan Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Prasekolah. Pustaka
Pelajar.
Marmi, S. S., & Rahardjo, K. (2015). Asuhan Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak
Prasekolah. Pustaka Pelajar.
Maryunani, A., & Nurhayati. (2008a). Asuhan Bayi Baru Lahir Normal (Asuhan 
Neonatal). TIM.
Maryunani, A., & Nurhayati. (2008b). Asuhan Bayi Baru Lahir Normal (Asuhan 
Neonatal). TIM.
Msukwa, G., Batumba, N., Drucker, M., Menezes, L., & Ranjit, R. (2014). Maternal and
neonatal risk factors associated with vertical transmission of ophthalmia neonatorum
in neonates receiving health care in Blantyre, Malawi. Middle East African Journal of
Ophthalmology, 21(3), 240–243. https://doi.org/10.4103/0974-9233.134684
Ng, E., & Loewy, A. D. (2018). Guidelines for Vitamin K prophylaxis in newborns.
Paediatrics and Child Health (Canada), 23(6), 394–397.
https://doi.org/10.1093/pch/pxy082

49
Postnatal care of the mother and newborn 2013. (n.d.).
Prawirohardjo, S. (2014). Ilmu Kandungan (3rd ed.). PT Bima Pustaka Sarwono
Prawirohadjo.
Priyadarshi, M., Balachander, B., Gupta, S., & Sankar, M. J. (2022). Timing of first bath in
term healthy newborns: A systematic review. Journal of Global Health, 12.
https://doi.org/10.7189/jogh.12.12004
Rudolph, A. M. D. (2013). Buku Ajar Pedatri Rudolph Volume 1 (Vol. 1). EGC.
Safari, K., Saeed, A. A., Hasan, S. S., & Moghaddam-Banaem, L. (2018). The effect of
mother and newborn early skin-to-skin contact on initiation of breastfeeding,
newborn temperature and duration of third stage of labor. International Breastfeeding
Journal, 13(1). https://doi.org/10.1186/s13006-018-0174-9
Saifuddin, A. B. (2006). Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan  Maternal dan
Neonatal. Yayasan Bina Sarwono Prawirohardjo.
Sankar, M. J., Chandrasekaran, A., Kumar, P., Thukral, A., Agarwal, R., & Paul, V. K.
(2016). Vitamin K prophylaxis for prevention of Vitamin K deficiency bleeding: A
systematic review. In Journal of Perinatology (Vol. 36, Issue S1, pp. S29–S34).
Nature Publishing Group. https://doi.org/10.1038/jp.2016.30
Smith, E. R., Hurt, L., Chowdhury, R., Sinha, B., Fawzi, W., & Edmond, K. M. (2017).
Delayed breastfeeding initiation and infant survival: A systematic review and meta-
analysis. PLoS ONE, 12(7). https://doi.org/10.1371/journal.pone.0180722
Smith-Norowitz, T. A., Ukaegbu, C., Kohlhoff, S., & Hammerschlag, M. R. (2021).
Neonatal prophylaxis with antibiotic containing ointments does not reduce incidence
of chlamydial conjunctivitis in newborns. BMC Infectious Diseases, 21(1).
https://doi.org/10.1186/s12879-021-05974-3
Varney, H., Krabs, J., & Gegor, C. (2007). Buku Ajar Kebidanan (EGC, Ed.; Vol. 1).
Yeo, C. L., Biswas, A., Ee, T. T. K., Chinnadurai, A., Baral, V. R., Chang, A. S. M., Ereno,
I. L., Ho, K. Y. S., Poon, W. B., Shah, V. A., & Quek, B. H. (2017). Singapore
neonatal resuscitation guidelines 2016. In Singapore Medical Journal (Vol. 58, Issue
7, pp. 391–403). Singapore Medical Association.
https://doi.org/10.11622/smedj.2017066
 
Monteagudo, B., Labandeira, J., León-Muiños, E., Romarís, R., Ramírez-Santos, A.,
González-Vilas, D., Fernández-Prieto, R., & Toribio, J. (2011). Influencia de los
factores neonatales y maternos en la prevalencia de vérnix caseosa [Influence of
neonatal and maternal factors on the prevalence of vernix caseosa]. Actas dermo-
sifiliograficas, 102(9), 726–729. https://doi.org/10.1016/j.ad.2011.01.006

50

Anda mungkin juga menyukai