Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN KASUS

PRAKTIK KEBIDANAN STAGE NEONATUS, BAYI, DAN BALITA


DI PUSKESMAS KEBASEN KABUPATEN BANYUMAS

Disusun oleh :
NASTITI
P1337424821025

PRODI PROFESI KEBIDANAN


JURUSAN KEBIDANAN SEMARANG
POLTEKKES KEMENKES SEMARANG
TAHUN 2021

1
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Kasus Neonatus,Bayi, dan Balita di Puskesmas Kebasen Kabupaten


Banyumas, telah disahkan oleh pembimbing pada:

Hari :

Tanggal :

Dalam Rangka Praktik Klinik Kebidanan Fisiologis Neonatus,Bayi, dan Balita


yang telah diperiksa dan disetujui oleh pembimbing klinik dan pembimbing institusi
Prodi Profesi Kebidanan Jurusan Kebidanan Politeknik Kesehatan Kementerian
Kesehatan Semarang Tahun 2021.

Mahasiswa

Nastiti
NIM. P1337424821025

Banyumas, 2021
Pembimbing Lahan Pembimbing Institusi

Dyah Ikasumiwi, STr.Keb,Bdn Dr. Runjati,M.Mid


NIP.198401302006042005 NIP. 19741114 199803 2 001

i
ASUHAN KEBIDANAN PADA BALITA
AN. N UMUR 37 BULAN DENGAN TUMBUH KEMBANG NORMAL
DI PUSKESMAS KEBASEN KABUPATEN BANYUMAS

A. PENGKAJIAN
Tanggal : 1 Desember 2021
Waktu : 09.30 WIB
Tempat : Puskesmas Kebasen
B. IDENTITAS
a. Identitas Bayi
Nama : An. N
Tanggal/Jam lahir : 9 November 2018 / 05.00 WIB
Jenis kelamin : Perempuan
b. Identitas Orang tua
Nama ibu : Ny. T Nama suami : Tn. S
Umur : 21 tahun Umur : 25 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pendidikan : Karyawan Swasta
Alamat : Gambarsari 1/2 Alamat : Gambarsari 1/2

B. DATA SUBYEKTIF
1. Alasan datang : Ibu mengatakan ingin memeriksakan tumbuh kembang
anaknya
di posyandu
2. Keluhan Utama : Ibu mengatakan tidak ada keluhan pada anaknya
3. Riwayat Kesehatan:
a. Dahulu : Ibu mengatakan anaknya tidak memiliki cacat bawaan, anak
tidak pernah menderita penyakit yang memerlukan
penanganan khusus.
b. Sekarang : Ibu mengatakan saat ini anaknya dalam keadaan sehat, tidak
mengalami deman, batuk, pilek, diare, mual, muntah. Anak
tidak pernah dirawat di rumah sakit ataupun menjalani
operasi.
c. Keluarga : Ibu mengatakan dalam keluarga bayi tidak ada yang
menderita

1
penyakit yang mengarah ke penyakit  jantung, hipertensi,
hepatitis, malaria, asma, DM, TBC, PMS, HIV/ AIDS. Dalam
keluarga tidak ada riwayat kembar maupun cacat bawaan.

4. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas:


Dahulu : Ibu mengatakan An. N merupakan anak pertamanya
Sekarang:
Hamil Persalinan Nifas

Ke Komplikasi Tahun UK Jenis Penolong tempat penyulit BB L Jk Laktasi Komplikasi

1 Tidak ada 2018 40 Normal Bidan PKM Tidak 2500 P Ya Tidak ada
mg ada gr

5. Riwayat tumbang:
Pertumbuhan BB:
BB Lahir : 2500 gr
BB 1 bulan lalu : 12 kg
BB sekarang : 12,5 kg
Perkembangan anak:
Berdiri : ± 10 bulan
berjalan : 14 bulan
saat ini : Pemantauan menggunakan KPSP (terlampir)
Kelainan bawaan : Tidak ada kelainan bawaan
6. Riwayat Imunisasi : Imunisasi dasar lengkap
Jenis imunisasi Tanggal Usia

Hb 0 9 November 2018 0 hari

BCG, Polio 1 4 Desember 2018 1 bulan

Pentabio 1, Polio 2 4 Januari 2019 2 bulan

Pentabio 2, Polio 3 4 Februari 2019 3 bulan

Pentabio 3, Polio 4 1 Februari 2019 4 bulan

IPV 1 Februari 2019 4 bulan

MR 5 Agustus 2019 9 bulan

Pentabio Booster 5 Mei 2020 18 bulan

MR Booster 5 Mei 2020 18 Bulan

2
7. Pola kebiasaan sehari- hari :
a. Pola nutrisi : Ibu mengatakan anaknya makan 3x dalam sehari dengan
menu :
nasi, sayur bervariasi, daging, ayam, tahu, tempe, telur, dan
camilan berupa biskuit. Minum : 4-5 gelas/ hari (air putih) dan
2 gelas susu perhari. Nafsu makan baik.
b. Pola eliminasi : Ibu mengatakan anaknya BAB 1-2x dalam sehari,
konsistensi
lembek, warna kuning kecoklatan ,bau khas feces.
Sedangkan BAK 5-6x dalam sehari konsistensi cair, warna
kuning jernih, bau khas urine. Tidak ada keluhan pada pola
eliminasi
c. Pola istirahat : Ibu mengatakan anaknya tidur siang selam 2 jam per hari dan
tidur malam 9 jam per hari
d. Pola aktifitas : Ibu mengatakan anak selalu aktif bermain dengan teman –
teman sebayanya di halaman rumah.
e. Personal hygiene : Ibu mengatakan anaknya mandi 2x /hari, gosok gigi 2-
3x/hari, keramas 2 hari sekali, ganti baju 2-3x/hari
setelah mandi atau apabila baju kotor
f. Pola Sosial Ekonomi : Ibu mengatakan anak diasuh langsung oleh orang
tuanya, dalam keluarga yang harmonis. Ibu
mengatakan penopang perekonomian keluarga
adalah ayah, penghasilan keluarga mampu untuk
mencukupi kebutuhan keluarga dan kebutuhan
anaknya.
C. DATA OBYEKTIF
1. Pemeriksaan Umum:
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
Vital signs : N = 102 x/mnt
RR = 30 x/mnt
S = 36,7℃
2. Pengukuran antropometri:
BB : 12,3 kg
PB : 90 cm
a. BB mengalami kenaikan sebesar 300 gram, sehingga memenuhi batas
minimal kenaikan BB maka pertumbuhan bayi normal.

3
b. Grafik panjang badan bayi menurut umur mendapatkan z score antara -2
SD sampai dengan 2 SD, dapat diartikan berat badan bayi menurut
panjang bayi normal
c. Grafik berat badan menurut panjang badan bayi mendapatkan z score
antara -2 SD sampai dengan 2 SD, dapat diartikan berat badan bayi
menurut panjang badan adalah normal.
3. Status Present:
Kepala : rambut hitam, pertumbuhan rambut merata, simetris, tidak
ada benjolan abnormal
Muka : tidak pucat, tidak ada pembengkakan
Mata : simetris, konjungtiva merah muda, sklera putih bersih
Hidung : tidak ada sekret, tidak ada polip, simetris
Mulut : simetris, bibir lembab, gusi tidak berdarah, tidak tampak
karies
Telinga : tidak ada penumpukan serumen, tidak ada benjolan
abnormal
Leher : tidak ada pembesaran kelenjar thyroid, kelenjar limfe, dan
vena jugularis. Tidak ada nyeri tekan
Dada : simetris, tidak ada tarikan dinding dada, tidak ada nyeri
tekan
Pulmo/ : tidak ada wheezing, tidak ada ronkhi dan stridor. Deyut
COR jantung teratur
Abdomen : tidak ada pembesaran limpa dan hepar, tidak kembung
Genetalia : tidak dilakukan pemeriksaan
Punggung : tidak ada kelainan tulang punggung
Anus : tidak dilakukan pemeriksaan
Ekstremitas : ekstrimitas atas dan bawah pergerakan normal, tidak ada
oedem, jari lengkap, kuku bersih dan tidak pucat
Kulit : turgor kulit baik

D. ANALISA
Diagnosa : An. N jenis kelamin perempuan umur 37 bulan dengan tumbuh
kembang normal
E. PENATALAKSANAAN (Tanggal 22 November 2021, Jam 09.35 WIB)
1. Memberi tahu ibu hasil pemeriksaan bahwa anaknya dalam keadaan sehat dan
pertumbuhannya normal BB = 12,3 kg, TB = 90 cm
Hasil : ibu tahu bahwa anaknya dalam keadaan sehat dan normal BB = 12,3 kg,
TB = 90 cm
2. Memberitahu ibu hasil pengukuran antropometri yaitu :

4
a. BB sekarang : 12,3 kg, BB mengalami kenaikan sebesar 300 gram, sehingga
memenuhi batas minimal kenaikan BB maka pertumbuhan
bayi normal.
b. PB sekarang : 90 cm, grafik panjang badan bayi menurut umur mendapatkan
z score antara -2 SD sampai dengan 2 SD, dapat diartikan
berat badan bayi menurut panjang bayi normal
c. Grafik berat badan menurut panjang badan bayi mendapatkan z score antara
-2 SD sampai dengan 2 SD, dapat diartikan berat badan bayi menurut
panjang badan adalah normal.
Hasil : ibu mengerti dan merasa senang jika anaknya tumbuh dengan normal
dan sehat
3. Melakukan stimulasi perkembangan anak sesuai dengan usianya yaitu 30 bulan
dengan KPSP
Berdasarkan penelitian Christina Entoh, Fransisca Noya dan Kadar
Ramadhan tahun 2020 tentang “Deteksi Perkembangan Anak Usia 3 Bulan – 72
Bulan Menggunakan Kuesioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP)”
mendapatkan hasil Deteksi Dini Perkembangan pada 140 anak berusia 3 – 72
bulan di Desa Labuan Kecamatan Lage, terdapat 134 anak (95,7%) dengan
hasil yang sesuai dan 6 orang (4,3%) dengan hasil meragukan. Dari 6 anak
dengan hasil skrining meragukan, setelah 2 minggu kemudian dilakukan
skrining, memperoleh hasil perkembangan 100% sesuai. Kegiatan ini
menyarankan agar deteksi dini perkembangan perlu dilakukan secara rutin pada
anak 3 – 12 bulan dengan menggunakan KPSP sesuai usia anak. Deteksi dini
perkembangan dapat menemukan gangguan pertumbuhan dan perkembangan
anak sehingga dapat dilakukan intervensi sedini mungkin. Secara umum ada 2
faktor yang memengaruhi gangguan tumbuh kembang anak, faktor dalam
(internal) seperti genetik dan faktor luar (eksternal) seperti lingkungan. Masalah
eksternal dapat diatasi dengan memberikan gizi yang baik dan memberikan
stimulasi sesering mungkin berdasarkan tahap usia anak. Berdasarkan beberapa
penelitian menyimpulkan stimulasi yang diberikan di lingkungan anak dapat
memengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak menjadi baik (Entoh, Noya
and Ramadhan, 2020).
Hasil : anak mendapatkan score KPSP 9, maka perkembangan anak sesuai
dengan tahap perkembangannya.
4. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan tumbuh kembang dengan metode KPSP
yaitu anak mendapatkan score KPSP 9, maka perkembangan anak sesuai
dengan tahap perkembangannya. Serta menganjurkan ibu mestimulasi anaknya
dengan cara mengajarkan anak untuk menaiki tangga sendiri tanpa berpegangan
atau pun dengan pegangan pada dinding atau pegangan tangga.

5
Hasil penelitian oleh Alfia Kurniawati dan Lilik Hanifah tahun 2017
tentang “Hubungan Pengetahuan Ibu tentang Stimulasi Tumbuh Kembang
Balita dengan Perkembangan Balita Usia 12-36 Bulan di Posyandu Kasih Ibu 7
Banyu Urip Klego Boyolali” menunjukkan adanya hubungan antara
pengetahuan stimulasi tumbuh kembang dengan perkembangan balita usia 12-
36 bulan di Posyandu Kasih Ibu Banyu Urip Klego Boyolali yang ditunjukkan
dengan hasil nilai korelasi Spearman Rank (rs) yaitu t hitung (0,504) > t tabel
(0,364) pada taraf signifikasi 5% dengan nilai p (0,005 < 0,05). Hal ini sesuai
dengan teori bahwa pengetahuan atau kognitif merupakan dominan yang sangat
penting untuk terbentuknya tindakan seseorang.10 Ibu dengan pengetahuan
baik dapat berpengaruh terhadap sikap dan perilaku dalam stimulasi tumbuh
kembang secara bertahap dan berkelanjutan sesuai dengan umur anak, terhadap
4 aspek kemampuan dasar anak. Stimulasi merupakan hal yang sangat penting
dalam tumbuh kembang anak. Anak yang mendapat stimulasi yang terarah dan
teratur akan lebih cepat berkembang dibandingkan dengan anak yang kurang
atau tidak mendapat stimulasi. Maka dari itu, pengetahuan tentang stimulasi
tumbuh kembang, sangat penting bagi ibu yang mempunyai anak (Kurniawati
and Hanifah, 2017).
Hasil: ibu mengetahui dan merasa senang hasil pemeriksaan tumbuh kembang
anaknya adalah normal, serta ibu bersedia untuk menstimulasi anaknya
sesuai dengan anjuran.
5. Menganjurkan ibu untuk menstimulasi dan memantau pertumbuhan dan
perkembangan anaknya seperti meminta anak untuk mencoret – coret kertas
tanpa dibantu, meminta anak untuk menyusun 4 kubus, berbicara 2 kata
misalnya minta minum, mau tidur, dll, menyebutkan nama – nama hewan di
gambar, meminta anak untuk mengikuti perintah ibu misalnya letakkan kertas
ini dilantai, berikan kertas itu pada ibu, meminta anak untuk menggunakan
sepeda roda 3, meminta anak untuk memakai sepatu sendiri, melompati sebuah
kertas, membuat garis lurus ke bawah sepanjang sekurang – kurangnya 2,5 cm,
melempar bola searah perut atau dada dgn jarak 1,5 m.
Penelitian yang dilakukan Yusari Asih tentang “Hubungan Pemberian
Stimulasi Ibu dengan Perkembangan Balita di Posyandu” tahun 2016
menerangkan bahwa ada hubungan antara pemberian stimulasi oleh ibu dengan
perkembangan balita di Posyandu Melati Wilayah Kerja Puskesmas Pringsewu
Kabupaten Pringsewu tahun 2015 dengan p-value 0,044 dan Odd Ratio 4,593.
Pemberian stimulasi ibu merupakan kegiatan yang dilakukan untuk merangsang
kemampuan dasar anak agar dapat tumbuh dan berkembang secara optimal.
Dengan merangsang seluruh sistem indra, melatih kemampuan motorik halus
dan kasar, kemampuan berkomunikasi serta perasaan dan pikiran anak secara

6
benar, adekuat dan teratur sesuai kelompok umur anak maka perkembangan
anakpun akan sesuai dengan tahapan perkembangan kelompok umurnya.
Pemberian stimulasi yang baik menunjukan kepedulian ibu terhadap
perkembangan balitanya dengan demikiaan perkembangan balita pun akan lebih
baik, selain itu ibu juga dapat mendeteksi dini setiap kelainan tumbuh kembang
dan kemungkinan penanganan yang efektif serta mencari penyebab dan
mencegah keadaan tersebut (Asih, 2016).
Hasil : Ibu bersedia untuk menstimulasi anaknya sesuai dengan umur anaknya
6. Menganjurkan ibu untuk tetap mencukupi kebutuhan nutrisi anak dengan
memberikan makanan yang bergizi dan beragam, memberikan camilan sehat
pada anak, dan memberikan susu sesering mungkin pada anak agar berat badan
dan tinggi badan anak mengalami kenaikan.
Penelitian yang dilakukan oleh Selasih Putri Isnawati Hadi pada tahun
2019 menjelaskan bahwa terdapat hubungan antara status gisi dengan
perkembangan motorik kasar pada anak. Anak yang status gizinya kurang akan
berdampak pada kurang optimalnya jaringan otot pada anak yang tentunya akan
mempengaruhi gerakan anak. sumber energi yang merupakan hasil dari
metabolisme oksidatif. Proses okesigen yang bekerja dengan variasi makanan
seluler dalam tubuh, akan memecah ATP dalam tubuh. Dari lebih 95% energi
inilah yang akan digunakan otot untuk bergerak. Asupan gizi yang cukup akan
pada juga berpengaruh pada perkembangan otak anak usia toodler sehingga
akan berdampak pada tingkat kemampuan motorik yang sesuai
perkembangannya (Hadi, 2019).
Selain pada motorik kasar, juga terdapat hubungan antara status gisi
dengan perkembangan motorik halus pada anak. Anak dengan status gizi baik
berart anak memiliki pertumbuhan yang baik juga termasuk pertumbuhan otak,
syaraf, dan otot. Status gizi yang kurang akan penghambat perkembangan
karena akan mempengaruhi penurunan jumlah dan ukuran sel otak.
Kemampuan sistem syaraf pada otak untuk membuat dan melepas
neurotransmitter tergantung pada konsentrasi zat gizi tertentu dalam darah yang
diperoleh dari komposisi makanan yang dikonsumsi anak (Hadi, 2019).
Hasil : Ibu mengerti dan bersedia tetap mencukupi kebutuhan nutrisi anak.
7. Memberitahu ibu untuk segera memeriksakan anaknya ke tenaga kesehatan
apabila ada keluhan atau ketidaknormalan terhadap tumbuh kembang anaknya
serta menganjurkan untuk melakukan kunjungan ulang setiap 6 bulan atau
mengikuti posyandu setiap bulan agar tumbuh kembang bayi dapat terus
dipantau.
Menurut penelitian Karimatul Hilmiyah dan Luvi Dian Afriyani tahun
2018 tentang “Hubungan Kepatuhan Kunjungan Posyandu Terhadap Status

7
Gizi Balita Di Desa Mlilir” menyatakan bahwa kepatuhan dalam kunjungan
posyandu di Desa Mlilir Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang Tahun
2018 sebagian besar dalam kategori patuh yaitu sejumlah 42 responden
(77,8%). Terdapat hubungan yang signifikan antara kepatuhan dalam
kunjungan posyandu dengan status gizi balita di Desa Mlilir Kecamatan
Bandungan Kabupaten Bandungan Tahun 2018 diperoleh hasil p-value 0,000 <
0,05. Ibu yang rutin ke posyandu akan dapat dipantau status gizi anak balitanya
oleh petugas kesehatan dan begitu juga sebaliknya ibu yang tidak rutin ke
posyandu maka status gizi anak balitanya akan suit untuk dipantau (Hilmiyah
and Afriyani, 2018)
Hasil: Ibu mengerti dan bersedia untuk segera memeriksakan anaknya ke tenaga
kesehatan apabila ada keluhan atau ketidaknormalan terhadap tumbuh
kembang anaknya serta bersedia untuk melakukan kunjungan ulang dan
posyandu.

8
CATATAN PERKEMBANGAN (SOAP)

Nama Pasien : An. N


Tanggal : 24 November 2021
Jam : 10.00 WIB
Tempat : Via Chat Whatsapp
Subyektif Bidan bertanya apakah anaknya ada keluhan, bagaimana
dengan pola makannya, bagaimana perkembangan anaknya.
Ibu mengatakan anaknya tidak ada keluhan, anaknya makan
teratur dan lahap. Anak sudah bisa berjalan menaiki tangga
tanpa berpegangan, walaupun hanya 2-3 tangga,

Obyektif -
Analisa Anak N jenis kelamin perempuan umur 37 bulan dengan
tumbuh kembang normal
Penatalaksanaan 1. Menganjurkan ibu untuk tetap mencukupi kebutuhan
nutrisi anak dengan memberikan makanan yang bergizi
dan beragam, memberikan camilan sehat pada anak, dan
memberikan susu sesering mungkin pada anak agar berat
badan dan tinggi badan anak mengalami kenaikan.
Hasil : Ibu mengerti dan bersedia tetap mencukupi
kebutuhan nutrisi anak
2. Menganjurkan ibu untuk menstimulasi dan memantau
pertumbuhan dan perkembangan anaknya seperti meminta
anak untuk mencoret – coret kertas tanpa dibantu,
meminta anak untuk menyusun 4 kubus, berbicara 2 kata
misalnya minta minum, mau tidur, dll, menyebutkan nama
– nama hewan di gambar, meminta anak untuk mengikuti
perintah ibu misalnya letakkan kertas ini dilantai, berikan
kertas itu pada ibu, meminta anak untuk menggunakan
sepeda roda 3, meminta anak untuk memakai sepatu
sendiri, melompati sebuah kertas, membuat garis lurus ke
bawah sepanjang sekurang – kurangnya 2,5 cm, melempar
bola searah perut atau dada dgn jarak 1,5 m.
Hasil : Ibu bersedia untuk menstimulasi anaknya sesuai
dengan umur anaknya
3. Memberitahu ibu untuk segera memeriksakan anaknya ke
tenaga kesehatan apabila ada keluhan atau
ketidaknormalan terhadap tumbuh kembang anaknya serta
menganjurkan untuk melakukan kunjungan ulang setiap 6

9
bulan atau mengikuti posyandu setiap bulan agar tumbuh
kembang bayi dapat terus dipantau.
Hasil: Ibu mengerti dan bersedia untuk segera
memeriksakan anaknya ke tenaga kesehatan
apabila ada keluhan atau ketidaknormalan
terhadap tumbuh kembang anaknya serta bersedia
untuk melakukan kunjungan ulang dan posyandu

10
PEMBAHASAN

Penulis melakukan asuhan kebidanan pada An.N umur 37bulan dengan


pertumbuhan dan perkembangan fisiologis, yang dilakukan tanggal 1 Desember 2021.
Ada beberapa hal yang penulis uraikan pada bab pembahasan ini dimana penulis akan
membahas kesenjangan dan kesesuaian antara teori dan penatalaksanaan dari kasus
yang ada.
1. Data Subjektif
Dari pengkajian diperoleh data identitas balita yaitu An.N lahir pada tanggal
9 November 2018, pukul 05.00 WIB, jenis kelamin perempuan. Pada pengukuran
antropometri didapatkan hasil BB lahir adalah 2500 gram, PB lahir 47 cm, LK
lahir 33 cm, LD lahir 32 cm, dan LILA lahir 10 cm. Menurut teori dari (Dewi,
2010), menyatakan berat bayi baru lahir yang normal yaitu berat badan bayi 2500-
4000 gram, sehingga berat lahir An.B merupakan berat lahir normal.
Pola kebiasaan sehari-hari yang dikaji adalah pola nutrisi, ibu mengatakan
bahwa anaknya sudah memakan makanan keluarga, dan tidak ada kelainan pada
pola nutrisi, anak makan dengan lahap.
Anak berkemih dengan frekuensi 6-10 kali sehari (Dewi, 2010). Pada
praktiknya An.B BAK sebanyak 5-6 kali perhari dan BAB 1-2 kali perhari tanpa
ada keluhan. Pada pola istirahat, An.B tidur selama kurang lebih 10-12 jam
perhari.
Dari data yang diperoleh diatas dapat diambil kesimpulan yaitu pada data
subjektif tidak ada kesenjangan antara teori dan praktek.
2. Objektif
Hasil pemeriksaan tanda-tanda vital pada An.N yaitu N = 102x/menit, RR =
30x/menit, S = 36,7°C, BB = 12,3 kg, PB = 90 cm. BB mengalami kenaikan
sebesar 300 gram, sehingga memenuhi batas minimal kenaikan BB maka
pertumbuhan bayi normal. Grafik panjang badan bayi menurut umur mendapatkan
z score antara -2 SD sampai dengan 2 SD, dapat diartikan berat badan bayi
menurut panjang bayi normal. Grafik berat badan menurut panjang badan bayi
mendapatkan z score antara -2 SD sampai dengan 2 SD, dapat diartikan panjang
badan bayi menurut umur adalah normal.
Hal ini sesuai dengan teori yang menyebutkan denyut jantung normal
neonatus adalah 100-120 kali per menit dan tidak terdengar bunyi murmur, status
pernapasan yang baik adalah napas dengan laju normal 40-60 kali per menit, tidak
ada wheezing dan ronki dan suhu normal adalah 36,50C-37,50C (Dewi, 2011).
Menurut (Kemenkes RI, 2016), pemeriksaan pada abdomen normalnya perut
bayi datar, teraba lemas, tali pusat masih basah, tidak ada perdarahan tali pusat.
Pemeriksaan pada mata normalnya tidak ada kotoran atau sekret. Pada hasil

11
pemeriksaan An.B adalah perut datar, teraba lemas.
3. Analisa
Diagnosa yang ditegakkan berdasarkan data yang telah diperoleh yaitu
An.N umur 37 bulan dengan tumbuh kembang normal. Dari pengkajian tidak
ditemukan masalah dan kebutuhan segera yang harus dilakukan.
4. Penatalaksanaan
Secara garis besar, asuhan yang diberikan pada An.N yaitu:
a. Memberi tahu ibu hasil pemeriksaan bahwa anaknya dalam keadaan sehat dan
pertumbuhannya normal BB = 12,3 kg, TB = 90 cm
b. Memberitahu ibu hasil pengukuran antropometri yaitu :
1) BB sekarang : 12,3 kg, BB mengalami kenaikan sebesar 500 gram, sehingga
memenuhi batas minimal kenaikan BB maka pertumbuhan
bayi normal.
2) PB sekarang : 90 cm, grafik panjang badan bayi menurut umur mendapatkan
z score antara -2 SD sampai dengan 2 SD, dapat diartikan
berat badan bayi menurut panjang bayi normal
3) Grafik berat badan menurut panjang badan bayi mendapatkan z score antara
-2 SD sampai dengan 2 SD, dapat diartikan berat badan bayi menurut
panjang badan adalah normal.
c. Melakukan stimulasi perkembangan anak sesuai dengan usianya yaitu 30 bulan
dengan KPSP
Berdasarkan penelitian Christina Entoh, Fransisca Noya dan Kadar
Ramadhan tahun 2020 tentang “Deteksi Perkembangan Anak Usia 3 Bulan – 72
Bulan Menggunakan Kuesioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP)”
mendapatkan hasil Deteksi Dini Perkembangan pada 140 anak berusia 3 – 72
bulan di Desa Labuan Kecamatan Lage, terdapat 134 anak (95,7%) dengan
hasil yang sesuai dan 6 orang (4,3%) dengan hasil meragukan. Dari 6 anak
dengan hasil skrining meragukan, setelah 2 minggu kemudian dilakukan
skrining, memperoleh hasil perkembangan 100% sesuai. Kegiatan ini
menyarankan agar deteksi dini perkembangan perlu dilakukan secara rutin pada
anak 3 – 12 bulan dengan menggunakan KPSP sesuai usia anak. Deteksi dini
perkembangan dapat menemukan gangguan pertumbuhan dan perkembangan
anak sehingga dapat dilakukan intervensi sedini mungkin. Secara umum ada 2
faktor yang memengaruhi gangguan tumbuh kembang anak, faktor dalam
(internal) seperti genetik dan faktor luar (eksternal) seperti lingkungan. Masalah
eksternal dapat diatasi dengan memberikan gizi yang baik dan memberikan
stimulasi sesering mungkin berdasarkan tahap usia anak. Berdasarkan beberapa
penelitian menyimpulkan stimulasi yang diberikan di lingkungan anak dapat

12
memengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak menjadi baik (Entoh, Noya
and Ramadhan, 2020).
d. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan tumbuh kembang dengan metode KPSP
yaitu anak mendapatkan score KPSP 9, maka perkembangan anak sesuai
dengan tahap perkembangannya. Serta menganjurkan ibu mestimulasi anaknya
dengan cara mengajarkan anak untuk menaiki tangga sendiri tanpa berpegangan
atau pun dengan pegangan pada dinding atau pegangan tangga.
Hasil penelitian oleh Alfia Kurniawati dan Lilik Hanifah tahun 2017
tentang “Hubungan Pengetahuan Ibu tentang Stimulasi Tumbuh Kembang
Balita dengan Perkembangan Balita Usia 12-36 Bulan di Posyandu Kasih Ibu 7
Banyu Urip Klego Boyolali” menunjukkan adanya hubungan antara
pengetahuan stimulasi tumbuh kembang dengan perkembangan balita usia 12-
36 bulan di Posyandu Kasih Ibu Banyu Urip Klego Boyolali yang ditunjukkan
dengan hasil nilai korelasi Spearman Rank (rs) yaitu t hitung (0,504) > t tabel
(0,364) pada taraf signifikasi 5% dengan nilai p (0,005 < 0,05). Hal ini sesuai
dengan teori bahwa pengetahuan atau kognitif merupakan dominan yang sangat
penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Ibu dengan pengetahuan baik
dapat berpengaruh terhadap sikap dan perilaku dalam stimulasi tumbuh
kembang secara bertahap dan berkelanjutan sesuai dengan umur anak, terhadap
4 aspek kemampuan dasar anak. Stimulasi merupakan hal yang sangat penting
dalam tumbuh kembang anak. Anak yang mendapat stimulasi yang terarah dan
teratur akan lebih cepat berkembang dibandingkan dengan anak yang kurang
atau tidak mendapat stimulasi. Maka dari itu, pengetahuan tentang stimulasi
tumbuh kembang, sangat penting bagi ibu yang mempunyai anak (Kurniawati
and Hanifah, 2017).
e. Menganjurkan ibu untuk menstimulasi dan memantau pertumbuhan dan
perkembangan anaknya seperti meminta anak untuk mencoret – coret kertas
tanpa dibantu, meminta anak untuk menyusun 4 kubus, berbicara 2 kata
misalnya minta minum, mau tidur, dll, menyebutkan nama – nama hewan di
gambar, meminta anak untuk mengikuti perintah ibu misalnya letakkan kertas
ini dilantai, berikan kertas itu pada ibu, meminta anak untuk menggunakan
sepeda roda 3, meminta anak untuk memakai sepatu sendiri, melompati sebuah
kertas, membuat garis lurus ke bawah sepanjang sekurang – kurangnya 2,5 cm,
melempar bola searah perut atau dada dgn jarak 1,5 m.
Penelitian yang dilakukan Yusari Asih tentang “Hubungan Pemberian
Stimulasi Ibu dengan Perkembangan Balita di Posyandu” tahun 2016
menerangkan bahwa ada hubungan antara pemberian stimulasi oleh ibu dengan
perkembangan balita di Posyandu Melati Wilayah Kerja Puskesmas Pringsewu
Kabupaten Pringsewu tahun 2015 dengan p-value 0,044 dan Odd Ratio 4,593.

13
Pemberian stimulasi ibu merupakan kegiatan yang dilakukan untuk merangsang
kemampuan dasar anak agar dapat tumbuh dan berkembang secara optimal.
Dengan merangsang seluruh sistem indra, melatih kemampuan motorik halus
dan kasar, kemampuan berkomunikasi serta perasaan dan pikiran anak secara
benar, adekuat dan teratur sesuai kelompok umur anak maka perkembangan
anakpun akan sesuai dengan tahapan perkembangan kelompok umurnya.
Pemberian stimulasi yang baik menunjukan kepedulian ibu terhadap
perkembangan balitanya dengan demikiaan perkembangan balita pun akan lebih
baik, selain itu ibu juga dapat mendeteksi dini setiap kelainan tumbuh kembang
dan kemungkinan penanganan yang efektif serta mencari penyebab dan
mencegah keadaan tersebut (Asih, 2016).
f. Menganjurkan ibu untuk tetap mencukupi kebutuhan nutrisi anak dengan
memberikan makanan yang bergizi dan beragam, memberikan camilan sehat
pada anak, dan memberikan susu sesering mungkin pada anak agar berat badan
dan tinggi badan anak mengalami kenaikan.
Penelitian yang dilakukan oleh Selasih Putri Isnawati Hadi pada tahun
2019 menjelaskan bahwa terdapat hubungan antara status gisi dengan
perkembangan motorik kasar pada anak. Anak yang status gizinya kurang akan
berdampak pada kurang optimalnya jaringan otot pada anak yang tentunya akan
mempengaruhi gerakan anak. sumber energi yang merupakan hasil dari
metabolisme oksidatif. Proses okesigen yang bekerja dengan variasi makanan
seluler dalam tubuh, akan memecah ATP dalam tubuh. Dari lebih 95% energi
inilah yang akan digunakan otot untuk bergerak. Asupan gizi yang cukup akan
pada juga berpengaruh pada perkembangan otak anak usia toodler sehingga
akan berdampak pada tingkat kemampuan motorik yang sesuai
perkembangannya (Hadi, 2019).
Selain pada motorik kasar, juga terdapat hubungan antara status gisi
dengan perkembangan motorik halus pada anak. Anak dengan status gizi baik
berart anak memiliki pertumbuhan yang baik juga termasuk pertumbuhan otak,
syaraf, dan otot. Status gizi yang kurang akan penghambat perkembangan
karena akan mempengaruhi penurunan jumlah dan ukuran sel otak.
Kemampuan sistem syaraf pada otak untuk membuat dan melepas
neurotransmitter tergantung pada konsentrasi zat gizi tertentu dalam darah yang
diperoleh dari komposisi makanan yang dikonsumsi anak (Hadi, 2019).
Anak yang masa balitanya kekurangan makanan bergizi biasanya akan
mengalami keterlambatan pertumbuhan (kurus). Anak yang kurang gizi akan
cenderung menjadi anak yang lemah dan kurang minat terhadap kegiatan di
sekelilingnya (gerak motorik). Bila kurang gizi (otot dan zat gizi kurang) anak
pun tidak aktif, padahal bergerak aktif berfungsi untuk melatih keterampilan

14
motorik. Anak yang kurang gizi cenderung mudah tersinggung, pemurung,
tidak dapat diduga dan sangat gugup (bicara dan bahasa serta sosial dan
kemandirian) (Humaira, Jurnalis and Edison, 2016).
g. Memberitahu ibu untuk segera memeriksakan anaknya ke tenaga kesehatan
apabila ada keluhan atau ketidaknormalan terhadap tumbuh kembang anaknya
serta menganjurkan untuk melakukan kunjungan ulang setiap 6 bulan atau
mengikuti posyandu setiap bulan agar tumbuh kembang bayi dapat terus
dipantau.
Menurut penelitian Karimatul Hilmiyah dan Luvi Dian Afriyani tahun
2018 tentang “Hubungan Kepatuhan Kunjungan Posyandu Terhadap Status
Gizi Balita Di Desa Mlilir” menyatakan bahwa kepatuhan dalam kunjungan
posyandu di Desa Mlilir Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang Tahun
2018 sebagian besar dalam kategori patuh yaitu sejumlah 42 responden
(77,8%). Terdapat hubungan yang signifikan antara kepatuhan dalam
kunjungan posyandu dengan status gizi balita di Desa Mlilir Kecamatan
Bandungan Kabupaten Bandungan Tahun 2018 diperoleh hasil p-value 0,000 <
0,05. Ibu yang rutin ke posyandu akan dapat dipantau status gizi anak balitanya
oleh petugas kesehatan dan begitu juga sebaliknya ibu yang tidak rutin ke
posyandu maka status gizi anak balitanya akan suit untuk dipantau (Hilmiyah
and Afriyani, 2018).

15
DAFTAR PUSTAKA

Asih, Y. (2016) ‘Hubungan Pemberian Stimulasi Ibu dengan Perkembangan Balita di


Posyandu’, Jurnal Keperawatan, XI(2), pp. 211–215.
Dewi, V. N. L. (2010) Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita. Jakarta: Salemba
Medika.
Entoh, C., Noya, F. and Ramadhan, K. (2020) ‘Deteksi Perkembangan Anak Usia 3
Bulan – 72 Bulan Menggunakan Kuesioner Pra Skrining Perkembangan
(KPSP)’, Poltekita: Jurnal Pengabdian Masyarakat, 1(1), pp. 8–14. doi:
10.33860/pjpm.v1i1.72.
Hadi, S. P. I. (2019) ‘Hubungan Status Gizi Dengan Perkembangan Motorik Pada
Anak Usia 12-36 Bulan Di Desa Sambirejo, Kecamatan Bringin, Kabupaten
Semarang’, Jurnal Kebidanan Kestra (Jkk), 1(2), pp. 1–7. doi:
10.35451/jkk.v1i2.126.
Hilmiyah, K. and Afriyani, L. D. (2018) ‘Hubungan Kepatuhan Kunjungan Posyandu
terhadap Status Gizi Balita di Desa Mlilir’, Indonesian Journal of Midwifery
(IJM), 1(2), pp. 85–88. doi: 10.35473/ijm.v1i2.103.
Humaira, H., Jurnalis, Y. D. and Edison, E. (2016) ‘Hubungan Status Gizi dengan
Perkembangan Psikomotorik Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Lapai Padang
Tahun 2014’, Jurnal Kesehatan Andalas, 5(2), pp. 402–408.
Kemenkes RI (2016) Stimulasi Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang Anak.
Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.
Kurniawati, A. and Hanifah, L. (2017) ‘HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU
TENTANG STIMULASI TUMBUH KEMBANG BALITA DENGAN
PERKEMBANGAN BALITA USIA 12-36 BULANDI POSYANDU KASIH
IBU 7 BANYU URIP KLEGO BOYOLALI’, Jurnal Kebidanan Indonesia,
6(1), pp. 83–100.

16

Anda mungkin juga menyukai