Anda di halaman 1dari 6

STUDI KASUS PRA KONSEPSI “PASANGAN USIA SUBUR DENGAN

PERENCANAAN KEHAMILAN”

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas kelompok pada mata kuliah
berpikir kritis

Dosen Pengampu : Wahyu Setyaningsih, S.ST., M.Kes

Disusun oleh :

1. Tika Jihan Syariyanti P17312195051


2. Leti Anggarsari P17312195052
3. Dewi Rohmawati P17312195053
4. Yhen Ari Bekti P17312195054
5. Siti Nuradhawiyah P17312195055
6. Imroatul Chumaida P17312195056

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
JURUSAN KEBIDANAN
PROGRAM STUDI PROFESI KEBIDANAN
TAHUN 2019
Pasangan Usia Subur dengan Perencanaan Kehamilan

Leti Anggarsari 1 Tika Jihan Syariyanti 2 Dewi Rohmawati 3


Yhen Ari Bekti4 Siti Nuradhawiyah5Imroatul Chumaida6
1-6
Politeknik Kesehatan Kemenkes Malang, Indonesia

Email: letianggi1@gmail.com

ABSTRAK
Di masyarakat kadang infertilitas di salah artikan sebagai ketidakmampuan mutlak untuk memiliki
anak atau ”kemandulan” pada kenyataannya dibidang reproduksi, infertilitas diartikan sebagai
kekurangmampuan pasangan untuk menghasilkan keturunan, jadi bukanlah ketidakmampuan mutlak
untuk memiliki keturunan. Sebuah kasus Perempuan usia 22 tahun, datang ke PMB ingin
memeriksakan kesehatannya untuk melakukan perencanaan kehamilan. lama pernikahan sampai saat
ini memasuki 1 tahun dan belum pernah hamil pernah menggunakan kontrasepsi KB pil selama 3
bulan dan KB kalender selama 4 bulan karena ingin menunda kehamilan serta melakukan hubungan
seksual setiap seminggu sekali. Pada pemeriksaan fisik pasien didapatkan IMT ibu adalah obesitas
yaitu 27, 29 dengan tinggi badan 156 cm, dan berat badan 69 kg. Pasien didiagnosis dengan PUS pra
konsepsi. Terapi yang diberikan yaitu memberikan konseling dan edukasi pada pasien tentang masa
subur, koitus secara teratur, diet rendah karbohidrat dan lemak, olah raga teratur, dan memberikan
terapi oral pada pasangan usia subur asam folat 1x1 hari, vitamin E 1x1 hari selama 1 bulan. Pasien
dianjurkan kunjungan ulang 1 bulan untuk melihat status gizi, dan frekuensi serta waktu koitus .
Obesitas, penggunaan kontrasepsi, serta frekuensi hubungan sexsual mempengaruhi kesuburan
seseorang. Perubahan pola makan, aktivitas fisik, serta keteraturan hubungan sexsual diperlukan untuk
memperbaiki kesuburan pasangan usia subur.
Kata Kunci: Pasangan Usia Subur, Pra Konsepsi

ABSTRACT
Infertilitas there was a system problem reproduction illustrated by the failure to conceive after 12
months or more had sexual intercourse at least 2-3 times a week regularly without using
contraception. A case of a 22- year-old woman, coming to PMB, wants to have her health checked for
pregnancy planning. The length of marriage to date is 1 year and has never been pregnant and has
used birth control pills for 3 months and calendar birth control for 4 months because they want to
postpone pregnancy and have sexual relations once a week. On physical examination the patient is
obtained BMI is obese namely 27, 29 with 156 cm height, and body weight 69 kg. Patients were
diagnosed with pre-conception EFA. The therapy provided is to provide counseling and education to
patients about the fertile period, regular coitus, a diet low in carbohydrates and fats, regular exercise,
and provide oral therapy to couples of fertile age folic acid 1x1 days, vitamin E 1x1 day for 1
month. Patients are recommended a 1-month return visit to see nutritional status, and the frequency
and time of coitus. Obesity, contraceptive use, and frequency of sexual intercourse affect one's
fertility. Changes in diet, physical activity, and regular sexual relationships are needed to improve
fertility of fertile age couples.
Keywords: Pairs of Infertile Age, Pre-Conception

Pendahuluan
Pasangan Usia Subur (PUS) adalah pasangan suami istri dengan usia istri berumur
antara 15 sampai dengan 49 tahun atau usia istri berumur kurang dari 15 tahun dan sudah haid
atau usia istri berumur lebih dari 50 tahun tetapi masih haid (BKKBN, 2013).
Kesehatan yang baik merupakan salah satu faktor yang paling penting dalam
kehamilan. Kesehatan prakonsepsi adalah cara untuk meningkatkan hasil kehamilan yang
positif dengan mendorong perempuan untuk terlibat dalam gaya hidup yang sehat sebelum
mereka hamil (Williams & Wilkins, 2012). Keadaan yang kurang mendukung kondisi-
kondisi prakonsepsi akan berdampak kurang baik pula terhadap pembentukan terjadinya
proses konsepsi (Sujiono, 2004).
Infertilitas adalah suatu permasalahan yang cukup lama dalam dunia kedokteran.
Namun sampai saat ini ilmu kedokteran baru berhasil menolong ± 50% pasangan infertililitas
untuk memperoleh keturunan. Di masyarakat kadang infertilitas di salah artikan sebagai
ketidakmampuan mutlak untuk memiliki anak atau ”kemandulan” pada kenyataannya
dibidang reproduksi, infertilitas diartikan sebagai kekurangmampuan pasangan untuk
menghasilkan keturunan, jadi bukanlah ketidakmampuan mutlak untuk memiliki keturunan.
Infertilitas adalah ketidakmapuan untuk hamil setelah 12 bulan atau 6 bulan pada
wanita yang berusia lebih dari 35 tahun tanpa menggunakan alat kontrasepsi dan melakukan
hubungan seksual aktif ( Kusmiran,2013). Infertilitas dibagi menjadi 2 yaitu infertilitas primer
dan infertilitas sekunder. Infertilitas primer adalah istilah yang diberikan kepada pasangan
suami istri yang belum memiliki anak selama masa pernikahan meskipun sudah berhubungan
intim secara teratur dan tidak menggunakan alat kontrasepsi sedangkan infertilitas sekunder
jika terjadi setelah kelahiran anak pertama ( Mardiana, Lina 2005).
Menurut WHO infertilitas adalah sebuah permasalahan sistem reproduksi yang
digambarkan dengan kegagalan untuk memperoleh kehamilan setelah 12 bulan atau lebih
melakukan hubungan seksual minimal 2-3 kali seminggu secara teratur tanpa menggunakan
alat kontrasepsi .
Menurut catatan WHO, diketahui penyebab infertilitas pada perempuan di antaranya,
adalah: faktor tuba fallopii (saluran telur) 36%, gangguan ovulasi 33%, endometriosis 30%,
dan hal lain yang tidak diketahui sekitar 26%. Hal ini berarti sebagian besar masalah
infertilitas pada perempuan disebabkan oleh gangguan pada organ reproduksi atau karena
gangguan proses ovulasi.
Di Indonesia terdapat sekitar tiga juta pasangan suami istri yang tidak mempunyai
anak dan dikatakan sebagai pasangan yang mengalami kemandulan atau infertilitas. Sebagian
besar pasangan suami istri berpikir bahwa mereka akan mudah memperoleh anak. Sebetulnya
1 diantara 10 pasang akan mengalami hambatan untuk mempunyai anak.Sekitar 40 % kasus
infertilitas disebabkan oleh kemandulan wanita, 30 % disebabkan oleh kemandulan pria dan
30% oleh keduanya.
Terdapat sebuah penelitian yang menemukan 54,4% wanita infertil merupakan wanita
yang bekerja penuh waktu, 33,3 % wanita yang bekerja paruh waktu, 3,5% merupakan ibu 7
rumah tangga . Delapan puluh empat persen (84%) perempuan akan mengalami kehamilan
dalam kurun waktu satu tahun pertama pernikahan bila mereka melakukan hubungan suami
istri secara teratur tanpa menggunakan alat-alat kontrasepsi. Selain itu terdapat berbagai
faktor lain yang mempengaruhi fertilitas.
Dalam sebuah penelitian yang dilakukan oleh Purnomo, Windhu dan Sa’adah,
Najakhatus dengan judul “Karakteristik Dan Perilaku Berisiko Pasangan Infertil Di Klinik
Fertilitas Dan Bayi Tabung Tiara Cita Di Rumah Sakit Putri Surabaya” menyatakan jika
responden yang melakukan perilaku berisiko obesitas yaitu sebesar 40,9% dan menurut
penelitian yang telah dilakukan oleh Oktarina, Anastasa dkk mengenai “ Faktor – Faktor yang
mempengaruhi Infertilitas pada Wanita di Klinik Fertilitas Endokrinologi Reproduksi”
menyatakan bahwa sebagian wanita yang mengalami infertilitas adalah wanita karir yaitu
sebanyak 66,1%.

KASUS
Pasangan Usia Subur (PUS) usia 22 tahun, datang ke PMB ingin memeriksakan
kesehatannya untuk melakukan perencanaan kehamilan. menikah sejak Agustus 2018, lama
pernikahan sampai saat ini memasuki 1 tahun dengan suami pertama, selama menikah belum
pernah hamil.
Klien menyatakan setelah menikah langsung menggunakan kontrasepsi KB pil selama
3 bulan dikarenakan ingin menunda kehamilan dengan alasan masih kuliah. Pada bulan
januari sampai dengan April klien mengatakan mengganti metode kontrasepsi dengan KB
alami yaitu KB kalender. Pada bulan Mei 2019 klien menyatakan sudah tidak menggunakan
kontrasepsi KB lagi, dan melakukan hubungan seksual setiap seminggu sekali.
Haid pertama kali dialami klien sejak umur 11 tahun, siklus haid selama 29 hari setiap
kali haid, dengan lama haid 6 hari, banyak darah 2-3 kali ganti pembalut, berwarna merah,
berbau normal, dan setiap haid mengalami dismenore pada hari pertama dan kedua, pasien
menyatakan dismenore yang dialami ibu tidak mengganggu aktivitasnya, untuk mengurangi
dismenore pasien menyatakan minum air hangat dan berbaring. Klien menyatakan hari
pertama haid terakhir tanggal 31 Juli 2019 biasanya sebelum haid klien mengalami
premenstrual syndrome seperti keluar jerawat, kadang-kadang pinggang merasakan sakit, dan
perubahan emosi.
Klien menyatakan sudah 5 kali di imunisasi TT, terakhir Imunisasi TT usia 21 tahun
pada saat mau menikah. Klien menyatakan tidak pernah mengalami penyakit menular seksual,
operasi kandungan, dysfunctional uterine bleeding, dan kanker kandungan serta perkosaan.
Klien tidak memiliki riwayat penyakit menurun seperti diabetes, jantung, asma, hipertensi
Klien menyatakan memiliki riwayat alergi makanan seperti udang dan ikan pindang,
klien makan 3 kali sehari makanan apapun kecuali menghindari udang dan ikan pindang.
Klien selalu makan sayur dan buah.
Pada pemeriksaan fisik klien didapatkan keadaan umum baik, kesadaraan
composmentis, tekanan darah 110/70 mmHg, Nadi 80x/menit, pernafasan 22 x/menit, Suhu
36,2 0 C, LILA 31 cm. Status gizi pasien berdasarkan IMT adalah obesitas yaitu 27, 29 yang
didapatkan dari tinggi badan 156 cm, dan berat badan 69 kg. Pemeriksaan pada mata
didapatkan hasil sklera tidak ikterik, konjungtiva berwarna merah muda dan tidak anemis.
Pemeriksaan palpasi pada leher tidak ada pembesaran vena jugularis dan tidak ada
pembesaran kelenjar tiroid, payudara tidak teraba adanya benjolan. Pada sistem
cardiovaskuler klien menyatakan tidak ada nyeri dada, jantung berdebar-debar, dan tidak
terdapat bunyi murmur pada saat pemeriksaan auskultasi. Pemeriksaan laboratorium
didapatkan hasil golongan darah B, Hemoglobin 12 gr/dL, GDA 103 mg/dL.
Klien didiagnosis dengan Pasangan Usia Subur (PUS) dengan perencanaan
kehamilan. Terapi yang diberikan oleh Bidan yaitu memberikan konseling dan edukasi pada
Pasangan Usia Subur (PUS) tentang masa subur, koitus secara teratur, diet rendah karbohidrat
dan lemak, olah raga teratur, dan memberikan terapi oral pada Pasangan Usia Subur (PUS)
asam folat 1x1 hari, vitamin E 1x1 hari selama 1 bulan. Pasangan Usia Subur (PUS)
dianjurkan kunjungan ulang 1 bulan untuk melihat status gizi, dan frekuensi serta waktu
koitus.

PEMBAHASAN
Berdasarkan anamnesis klien datang ingin memeriksakan kesehatan untuk melakukan
perencanaan kehamilan, klien sudah lama menikah 1 tahun dan pernah menunda kehamilan
dengan menggunakan kontrasepsi KB pil dan KB kalender selama 8 bulan. Sudah 4 bulan
tidak menggunakan KB karena ingin memiliki anak, dan melakukan koitus 1 minggu sekali.
Pengaruh kontrasepsi oral, dimana penurunan fertilitas dapat terjadi setelah beberapa bulan
penghentian penggunaan dikarenakan pengaruh hormon endokrin. Pada pemeriksaan fisik
didapatkan bahwa klien mengalami obesitas, dimana status gizi pasien berdasarkan IMT yaitu
27, 29. Wanita yang obesitas memiliki resiko sulit untuk hamil dibandingkan dengan wanita
dengan berat badan normal, hal ini disebabkan tidak seimbangnya fungsi hormonal endokrin.
Berdasarkan ahli ginekologi Prof. Biran Affandi dalam acara peluncuran dan konfersi pers pil
kontrasepsi oral terbaru di kawasan senayan jakarta selatan mengatakan bahwa orang yang
obesitas akan sulit hamil, kelebihan berat badan diakibatkan adanya timbunan lemak yang ada
di dalam tubuh, lemak yang berlebih akan mempengaruhi hormon dalam tubuh termasuk
hormon ovulasi sehingga ovulasi menjadi tidak teratur. Hal ini sejalan dengan penelitian
Shinta Fransiske (2102) yang berjudul Hubungan Kegemukan, Tekanan/Stress dan Faktor
Lainnya dengan Subfertilitas Wanita di RSPAD Gatot Soebroto Tahun 2012, pada uji statistik
diperoleh nilai p = 0,019, bahwa ada hubungan bermakna antara kegemukan dengan
subfertilitas wanita. Hasil uji statistik juga didapatkan OR= 4,053 artnya wanita kegemukan
beresiko 4,053 kali mengalami subfertilitas dan nilai 95% CI OR terletak antara 1,369-12,001.
Pada penelitian kasus control yang dilakukan Amanta Ariella dengan responden suami istri
didapatkan kebermaknaan dimana obesitas memberikan resiko 13,6 kali.
Wanita yang mengalami kegemukan akan mengalami penambahan lemak tubuh.
Lemak tubuh akan menghubungi konsentrasi SHBG (Sex-Hormone-Binding- Globulin).
Lemak ini akan terakumulasi pada lemak visceral yang jika menumpuk dalam waktu lama
akan menyebabkan resisten insulin dan sistem metabolic. Sel-sel lemak dapat menambah
konsentrasi leptin dan hormone LH (Lutenizing Hormone). Shazia Malik mengemukakan
bahwa wanita yang mengalami kegemukan lebih sering mengalami menstruasi yang tidak
teratur dan anovulasi.
Penatalaksanan yang diberikan oleh bidan yaitu dengan memberikan KIE tentang
aktifitas fisik, berdasarkan jurnal kedokteran 2012 oleh Husnah pasien dengan obesitas
dianjurkan untuk menghindari makanan fast food atau junkfood, menghindari makanan yang
mengandung lemak total lebih dri 8 gram dan lemak jenuh 3 gram per 100 gram makan,
memilih makanan yang kaya akan serat dan mengurangi pengunaan garam makanan, berolah
raga teratur 3 kali dalam seminggu lamanya 20 menit setiap kali berolah raga karena akan
membakar 150 kalori dan dapat menurunkan badab 6-7 kilogram dalam setahun.
Menurut penelitian Renata Cristina Ferreira yang dilakukan mulai Januari 2005-
Desember 2007, aktivitas fisik dapat mempengaruhi reproduksi wanita. Aktivitas fisik dan
indeks massa tubuh memberikan hubungan yang erat dengan subfertilitas wanita.
Pemberian asam folat pra konsepsi mengurangi resiko defek tabung saraf (NTDs).
Badan pelayanan kesehatan masyarakat Amerika serikat merekomendasikan pemakaian
suplementasi 0,4 mg asam folat perhari bagi semua wanita yang akan hamil. Menurut
Muhammad Ilham yang dikutip dalam artikel Jalani Program Hamil, Ini Kadar Asam Folat
yang Dibutuhkan Per Hari, asam folat merupakan komponen penting yang harus dipenuhi
sebelum kehamilan dan selama masa-masa awal kehamilan untuk mencegah defek tabung
saraf serta berbagai abnormalitas kongenital yang terkait dengan asam folat seperti defek
jantung, anomali saluran kemih, cleft oral facial, dan defek anggota 14 gerak.
Oleh karena itu, pemberian suplementasi asam folat penting diberikan untuk wanita
yang sedang mempersiapkan kehamilan. Semua wanita yang berada dalam usia reproduktif
(12-45 tahun) yang masih memiliki kemungkinan untuk hamil disarankan untuk
mengkonsumsi asam folat dalam suplementasi multivitamin. Asupan asam folat bisa dapatkan
dalam beberapa macam makanan, seperti daging merah, sayuran hijau, kacang-kacangan,telur.
Pemberian vitamin E pada PUS yang ingin merencanakan kehamilan juga sangat
perlu. Menurut sebuah enelitian oleh tim ahli dari Turki, suplemen vitamin E bisa membantu
wanita yang punya masalah dengan dinding Rahim yang tipis. Dalam penelitian yang
dilakukan pada tahun 2012, bahwa vitamin E memicu penebalan dinding Rahim. Penelitian
serupa juga pernah dilakukan oleh tim Jepang dalam jurnal Fertility and Sterility tahun 2010,
memberikan asupan vitamin E pada wanita yang memiliki dinding rahim yang tipis bisa
meningkatkan penebalan pada diding rahim, hal ini vitamin E bertugas sebagai antioksidan
dalam tubuh. Antioksidan mampu melindungi sitem reproduksi wanita dari radikal bebas atau
kerusakan yang membuat dinding rahim tipis.
Sebuah studi dalam internasional Journal Of General Medicine tahun 2011 menguak bahwa
vitamin E mampu meningkatkan kulaitas sel spermapada laki-laki. Penelitian ini juga
mengungkapkan bahwa 10,8 % yang mendapatkan vitamin E memiliki sperma dengan
pergerakan dan bentuk yang lebih baik. Asupan vitamin E bisa didapatkan dari biji-bijian
seperti biji bunga matahari, selain itu vitamin E juga bisa didapat dari kacang almond, bayam,
labu, manga, dan alpukat.
Obesitas, penggunaan kontrasepsi, serta frekuensi hubungan sexsual mempengaruhi
kesuburan seseorang. Obesitas, penggunaan kontrasepsi, serta frekuensi hubungan sexsual
mempengaruhi kesuburan seseorang. Pasangan usia subur (PUS) hendaknya melakukan
Perubahan pola makan, aktivitas fisik, serta keteraturan hubungan sexsual untuk memperbaiki
kesuburan pasangan usia subur.

DAFTAR PUSTAKA
Ika, N. 2018. Artikel Jalani Program Hamil, Ini Kadar Asam Folat yang Dibutuhkan Per
Hari". https://tirto.id, di akses pada tanggal 20 Agustus 2019

Kusmiran, E. 2014. Kesehatan Reproduksi Remaja Dan Wanita. Jakarta : Salemba Medika
Wahyuni, Tri. 2015. Artikel Penjelasan Ilmiah Orang Gemuk Yang Sulit Hamil. CNN
Indonesia. https://www.cnnindonesia.com, di akses pada tanggal 20 Agustus 2019
Fransiske, Shinta. 2012. Hubungan Kegemukan, Tekanan/Stress dan Faktor Lainnya dengan
Subfertilitas Wanita di RSPAD Gatot Soebroto Tahun 2012. https://lib.ui.ac.id, di akses
pada tanggal 20 Agustus 2019
Ariella, A. 2009. Hubungan antara obesitas dan faktor lain dengan status fertilitas pada
pasangan usia subur di perumahan Citra Garden City Jakarta tahun 2009.
https://lib.ui.ac.id, di akses pada tanggal 20 Agustus 2019
dr. Tania. Artikel Menguak Manfaat Vitamin E Untuk Kesuburan. https://hellosehat.com, di
akses pada tanggal 20 Agustus 2019
Husnah. 2012. Tatalaksana Obesitas. Jurnal kedokteran syiah kuala volume 12 nomer 12.
www.jurnal.unsiah.ac.id tatalaksana obesitas diakses tanggal 20 agustus 2019

Anda mungkin juga menyukai