Anda di halaman 1dari 34

ASUHAN KEBIDANAN PADA WANITA FASE PRAKONSEPSI

DENGAN KEK (KEKURANGAN ENERGI KRONIK)

DI TPMB LILIK HIDAYATI SURABAYA

Disusun guna Memenuhi Persyaratan Ketuntasan


Stase Asuhan Kebidanan Prakonsepsi dan Kehamilan Sehat

Program Studi Pendidikan Profesi Bidan

Disusun Oleh :

Nama : Leanita Brilliantika, S.Tr. Keb


NIM : 21159010092
Kelas :B

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN


STIKES NGUDIA HUSADA MADURA
TAHUN 2021-2022
HALAMAN PERSETUJUAN
LAPORAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PADA WANITA FASE PRAKONSEPSI


DENGAN KEK (KEKURANGAN ENERGI KRONIK)
DI TPMB LILIK HIDAYATI SURABAYA

Disusun Oleh :

Nama : Leanita Brilliantika, S.Tr. Keb


NIM : 21159010092
Kelas :B

Tanggal Pemberian Asuhan 14 Mei 2022


Disetujui :

Kepala Ruangan dan pembimbing Klinik

Tanggal : 22 Mei 2022

Di : TPMB Lilik Hidayati (Lilik Hidayati, S.Keb.Bd)

Pembimbing Institusi

Tanggal : 22 Mei 2022

Di : TPMB Lilik Hidayati (Dwi Wahyuningtyas, S.SiT., M.PH)


NIDN :0727048401
BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Umumnya penyakit kekurangan gizi merupakan masalah kesehatan masyarakat
yang menyangkut multidisiplin dan selalu harus dikontrol terutama masyarakat yang
tinggal di negara-negara berkembang. Selanjutnya karena menyangkut masyarakat
banyak, kekurangan gizi yang terjadi pada sekelompok masyarakat tertentu menjadi
masalah utama di dunia. Masalah gizi masih merupakan masalah kesehatan
masyarakat yang utama di negara berkembang termasuk Indonesia dan merupakan
penyebab kematian ibu dan anak secara tidak langsung yang sebenarnya dapat
dicegah. (Puli et al. n.d, 2014)

Berdasarkan survei Demografi dan kesehatan Indonesia (SDKI) 2012


menyebutkan bahwa wanita usia subur (pra konsepsi) yang tidak hamil yang
mengalami KEK sebesar 14,5%, Sedangkan wanita yang hamil usia 15-49 tahun yang
mengalami KEK sebesar 17,3%. Sedangkan berdasarkan data kemenkes RI pada
tahun 2016, khususnya di Sulawesi Selatan data kejadian KEK mencapai angka
12,50%, wanita usia subur, usia 15-19 tahun yang beresiko mengalami KEK
sebanyak 30,6%, sedangkan wanita hamil sebanyak 38,5%. Dan pada usia 20- 25
tahun yang tidak hamil sebanyak 30,1% mengalami KEK, sedangkan yang hamil
30,6% yang mengalami KEK.

Menurut data (WHO 2018) prevalensi KEK secara global yaitu 35%-75%.
Kejadian kekurangan energi kronik di Negara-negara berkembang seperti
Bangladesh, india, Thailand, Indonesia, Myanmar, dan Srilangka adalah 15%-47%
yaitu dengan BMI <18,5%. Adapun Negara yang mengalami kejadian yang tertinggi
adalah Bangladesh yaitu 47%, sedangkan Indonesia merupakan urutan keempat
terbesar setelah india dengan prevelasi 35,5% dan yang paling rendah adalah
Thailand dengan prevalensi 15-25%.

Peran pemerintah dan tenaga kesehatan agar memperhatikan status gizi


masyarakat khususnya wanita pra konsepsi agar dapat lebih memperhatikan status
kesehatan dan kualitas gizi. Serta pentingnya pemberian informasi kepada wanita pra
konsepsi melalui penyuluhan, flip- chart dan poster tentang kesehatan. (Puli et al. n.d.
2014)

Kesehatan prakonsepsi adalah kesehatan baik pada perempuan maupun laki-laki


selama usia reproduktif yakni usia yang masih dapat memiliki keturunan. Tujuan
kesehatan prakonsepsi adalah untuk mencapai ibu dan anak dalam kondisi sehat.
Bhutta dan lassi (2015) menyebutkan proporsi mortalitas dan mordibitas pada ibu dan
bayi secara signifikan dapat dicegah dengan cara pemberian intervensi gizi sederhana
sebelum kehamilan. Alasan pemberian intervensi gizi tersebut adalah status zat gizi
mikro adekuat pada masa prakonsepsi bagi perempuan sangatlah penting, disamping
menjaga berat badan (status gizi) dalam rentang normal. (Anggraeny dan Dian. 2017)

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan masalah di antaranya :
1. Bagaimanakah konsep prakonsepsi ?
2. Bagaimanakah pedoman gizi seimbang pada prakonsepsi ?

1.3 Tujuan Penulisan


Adapun tujuan penulisan dari makalah ini, yaitu :
1. Untuk mengetahui konsep prakonsepsi
2. Untuk mengetahui pedoman gizi seimbang pada prakonsepsi

1.4 Manfaat Penulisan


1. Bagi Institusi Pendidikan
Hasil penulisan makalah ini dapat dijadikan acuan untuk pengembangan
keilmuan dimasa yang akan datang terutama pada pelayanan kebidanan .
2. Bagi Penulis
Penulisan makalah yang dilakukan diharapkan dapat menambah pengetahuan dan
pemahaman mengenai pentingnya gizi seimbang pada prakonsepsi.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Prakonsepsi


1. Pengertian Prakonsepsi
Masa pra konsepsi merupakan masa sebelum hamil atau masa sebelum
terjadinya pertemuan antara ovum (sel telur) dengan sperma. Wanita pra konsepsi
diasumsikan sebagai wanita dewasa atau wanita usia subur yang siap menjadi
seorang ibu. Reproduksi manusia merupakan hasil dari pembentukan kompleks
yang melibatkan interaksi berbagai proses, seperti genetik, biologis, lingkungan dan
tingkah laku. Proses pra konsepsi dialami oleh pria dan wanita sebagai tahap
sebelum konsepsi (Dieny, Ayu and Dewi Marfu’ah Kurniawati, 2019).

Masa pra konsepsi merupakan fase dalam siklus kehidupan yang memerlukan
perhatian khusus terutama dari segi pencakupan kebutuhan energi dan zat gizinya.
Status gizi wanita yang optimal dalam masa persiapan kehamilan merupakan hal
yang krusial dan mempengaruhi outcome dari kehamilan. Dikhawatirkan dengan
asupan makan yang kurang baik dari segi jumlah maupun kualitasnya, dapat
berakibat buruk bagi calon ibu, salah satu dampaknya adalah pertambahan berat
badan saat kehamilan yang tidak adekuat. Penambahan berat badan dibutuhkan saat
kehamilan sesuai dengan status gizi ibu sebelum hamil (Anggraeny and
Aristiningsih, 2017).

Pelayanan prakonsepsi dianggap sebagai komponen utama pelayanan


kesehatan pada wanita usia subur. Tujuan pelayanan prakonsepsi adalah
menyediakan sarana promosi, skrining, dan intervensi pada wanita usia subur dalam
rangka menurunkan faktor resiko yang mempengaruhi kehamilan yang akan datang.

2. Karakteristik Periode Prakonsepsi

Periode prakonsepsi ini dipengaruhi oleh beberapa karakteristik seperti ciri fisik
wanita dan ciri fisik pria.

a) Karakteristik fisiologis wanita

Sistem reproduksi pria dan wanita mulai berkembang pada bulan pertama
setelah konsepsi dan berlannjut untuk perkembangan ukuran dan kompleksitas
fungsi selama pubertas. Wanita dilahirkan dengan ovum yang belum matang,
sekitar 7 juta ovum yang belum matang dibentuk pada awal perkembangan janin,
namun hanya 3 juta sel telur yang tersisa pada pubertas. sekitar 400-500 sel telur
akan matang selama masa subur yang dilepaskan untuk kesuburan dan hanya
sedikit sekali sel telur yang tersisa saat menopause.

b) Karakteristik fisiologis pria

Kemampuan reproduksi pada pria ditentukan dari interaksi kompleks antara

hipotalamus, kelenjar pituitari, dan testis, fluktuasi ladar sinyal GnRH dan LH.

FSH menstimulasi maturasi sperma, sedangkan LH menstimulasi testis untuk

mensekresikan testosteron. Testosterone akan menstimulasi maturasi organ

reproduksi pria, sperma dan pembentukan jaringan otot pematangan sel sperma

membutuhkan waktu sekitar 70-80 hari. Sperma yang matang akan disimpan di

epididimis. Pada proses ejakulasi, sperma bercampur dengan berbagai secret

yang disebut semen. Secara simultan proses ini memproduksi sperma matang

didalam tubulus seminiferus dan jumlahnya mencapai lebih kurang 200 juta

dalam setiap ejakulasi.

c) Karakteristik sosial

Fase prakonsepsi berada pada masa dewasa awal (setelah remaja, namun

sebelum dewasa akhir). Oleh karena itu karakteristik yang terjadi pada fase pra

konsepsi tidak jauh berbeda dengan karakteristik sosial pada masa dewasa.

d) Karakteristik Psikologis

Fase pra konsepsi dapat digolongkan ke dalam psikologi, perkembangan,

yaitu masa dewasa awal. Dari sisi psikologis, masa ini ditandai dengan ciri-ciri

kedewasaan, terjadi masa transisi fisik, intelektual, dan peranan sosial. Berbagai

masalah muncul sebagai dampak masa transisi dari ketergantungan ke masa

mandiri, baik dari segi ekonomi, kebebasan, menentukan diri sendiri, maupun

pandangan tentang masa depan yang sudah lebih realitas (Dieny, Ayu and Dewi

Marfu’ah Kurniawati, 2019).


3. Kesehatan Dalam Periode Prakonsepsi

Wanita usia subur (WUS) adalah wanita yang sedang dalam peralihan masa

remaja akhir hingga usia dewasa awal. Karakteristik WUS yang paling utama

adalah ditandai dengan peristiwa fisiologis, seperti menstruasi dan tercapainya

puncak kesuburan dengan fungsi organ reproduksi yang sudah berkembang dengan

baik. WUS diasumsikan sebagai wanita dewasa yang siap menjadi seorang ibu.

Kebutuhan pada masa ini berbeda dengan masa anak-anak, remaja, ataupun lanjut

usia. Kebutuhan zat gizi pada masa ini menjadi penting karena merupakan masa

dalam mempersiapkan kehamilan dan menyusui.

WUS sebagai calon ibu merupakan kelompok rawan yang harus diperhatikan

status kesehatannya, terutama status gizinya. Kualitas seorang generasi penerus

akan ditentukan oleh kondisi ibunya sejak sebelum hamil dan selama kehamilan,

masa pernikahan dapat dikaitkan dengan masa pra konsepsi karena setelah

menikah wanita akan menjalani proses konsepsi (Dieny, Ayu and Dewi Marfu’ah

Kurniawati, 2019).

4. Konseling Prakonsepsi

Konseling pra konsepsi dalam praktik pelayanan bertujuan untuk

meningkatkan pengetahuan tentang gizi wanita pra konsepsi dalam mempersiapkan

diri menghadapi kehamilan dan diet yang tepat dan seimbang untuk mencukupi

kebutuhan gizinya. Dengan konseling tersebut diharapkan wanita pra konsepsi

dapat mengatur dan mengubah pola konsumsi makanan yang dimakan sehari-hari.

Pola konsumsi makanan dapat berubah maka diharapkan indeks massa tubuhnya

akan berubah juga (Labuan, 2019).

Sebaiknya, ada juga kelas individual dibicarakan masalah yang sangat

pribadi. Sementara itu, pada kelas bersama dilakukan diskusi interaktif antara

pasangan lain dibawah bimbingan seorang konselor (Dieny, Ayu and Dewi
Marfu’ah Kurniawati, 2019).

5. Kebutuhan Gizi pada Masa Prakonsepsi

Pasangan usia subur yang menginginkan kehamilan diharapkan mempunyai

berat badan ideal. Dengan kondisi ini akan relatife lebih mudah menjalani

kehamilan dibandingkan dengan calon ibu dengan berat badan berlebih atau terlalu

kurus. Kenyataannya adalah, data menunjukan bahwa sepertiga (35,6%) wanita

usia subur menderita kekurangan energi kronis (KEK). Kondisi ini akan

menghambat pertumbuhan janin sehingga akan menimbulkan resiko pada bayi

dengan BBLR. Mengingat besarnya angka wanita subur menderita KEK maka

terdapat potensi terjadinya gagal tumbuh antargenerasi.

Pengaturan gizi sebelum hamil (sebelum terjadinya konsepsi) perlu

mendapatkan perhatian, karena status gizi yang baik bagi ibu sebelum kehamilan

datang, akan menjadi dasar yang baik bagi kehamilan yang membutuhkan asupan

gizi lebih dari yang sebelum kehamilan. Ibu hamil yang berat badanya kurang pada

waktu konsepsi mempunyai kemungkinan bayi lahir dini (prematur) dan

mengalami toksemia, lebih-lebih bila ibu mengalami anemia (Badriah., 2018).

Dengan gizi seimbang sumber gizi tersebut dapat digunakan wanita untuk

memenuhi masa menarche, menstruasi, pra konsepsi, infertil/fertil, premenopause,

menopause dan setelah menapause. Dengan gizi yang dikonsumsi oleh setiap

wanita, diharapkan dapat menjadi berguna bagi ,tubuh kita ini yang sangat

memerlukan sumber makanan, vitamin dan juga energi yang diambil dari nilai gizi

suatu makanan. Berat badan yang sangat rendah juga dapat mengganggu fungsi

fertilitas seorang wanita.

Skrining gizi adalah alat pengukur secara antropometri (TB, LILA, BB) dan

secara biokimia massal kadar hb. Kesehatan reproduksi menjadi titik awal

perkembangan kesehatan ibu dan anak yang dapat dipersiapkan secara dini, bahkan
sebelum seorang perempuan menjadi ibu, persiapan tersebut dapat dilakukan

melalui skrining pra nikah.

Table 2.1 kebutuhan energi, protein, lemak, karbohidrat, serat, dan


air pada masa pra konsepsi

Energi Protein Lemak Karbohidr Serat Air


Usia at
(kkal) (gr) (gr) (gr) (gr) (ml)
Pria
17-18 th 2675 66 89 368 37 2200
19-29 th 2775 62 81 375 37 2500
30-40 2625 65 73 394 38 2600

Wanita
16-18 th 2125 59 71 2923 30 2100
19-29 th 2250 56 75 305 32 2300

Sumber : Angka kecukupan Gizi, 2013

Table 2.2 kebutuhan vitamin E, vitamin C, asam folat, zat besi,seng dan
selenium pada masa pra konsepsi

Vitamin E Vitamin C Asam Zat Seng/ Selenium


Usia folat besi zinc
Mg Mg Mcg Mg Mg Mcg
Pria
17-18 th 15 90 400 15 17 30
19-29 th 15 90 400 13 13 30
30-49 th 15 90 400 13 13 30

Wanita
16-18 th 15 75 400 26 14 30
19-29 th 15 75 400 26 10 30
30-35 th 15 75 400 26 10 30

Sumber : Angka kecukupan gizi, 2013


B. Konsep dasar Teori KEK (Kekurangan Energi kronik)
1. Pengertian KEK (Kekurangan Energi kronik)
Kekurangan energi kronis didefinisikan sebagai keadaan ketika wanita
mengalami kekurangan gizi (kalori dan protein) yang berlangsung lama atau
menahun. Kekurangan energi kronis (KEK) ditandai dengan lingkar lengan atas
<23,5 cm. kekurangan energi kronis pada wanita usia subur (pra konsepsi) yang
berlangsung secara terus menerus dan dalam waktu yang lama dapat mengakibatkan
gangguan kesehatan. Selain lingkar lengan terhadap batasan lain untuk
mendefinisikan kekurangan energi kronis, yaitu jika indek masa tubuh (IMT)
<18,5 kg/m. IMT dikategorikan dalam tiga tingkatan, yaitu underweight ringan
(mild), underweight sedang (moderate), dan underweight berat (serve) (Dieny, Ayu
and Dewi Marfu’ah Kurniawati, 2019).
Tabel 2.3 klasifikasi KEK berdasarkan IMT

Tingkat KEK IMT kg/m


Normal >18,5
Tingkat I 17,0-18,4
Tingkat II 16,0-16,6
Tingkat III <16,0
Sumber: (Fillah Firah Dieny,dkk, 2019)

Tabel 2.4 klasifikasi KEK menggunakan dasar lILA (cm) pada


wanita usia subur

Klasifikasi Batas ukur


KEK <23,5 cm
Normal 23,5 cm

Sumber: (Fillah Firah Dieny. dkk, 2019)

2. Etiologi KEK
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kejadian kekurangan energi kronis
(KEK) diantaranya terdapat faktor penyebab langsung dan faktor penyebab tidak
langsung. Factor penyebab langsung yaitu tingkat konsumsi energi, tingkat konsumsi
protein, penyakit infeksi dan usia menarche. Sedangkan penyebab tidak langsung
adalah pengetahuan tentang gizi pra konsepsi dan aktivitas fisik (Labuan, 2019).

Kualitas dan kuantitas diet merupakan salah satu faktor yang menyebabkan
terjadinya resiko terjadinya KEK. Kualitas diet merupakan indeks yang penting untuk
mengetahui asupan zat gizi makro, serta pola diet yang mempengaruhi terjadinya
resiko penyakit terkait dengan diet. Menurut penelitian yang telah dilakukan di
negara-negara berkembang seperti di Indonesia dan India diketahui bahwa kualitas
diet seorang akan mempengaruhi status gizi pada wanita usia subur (WUS) termasuk
CPW (Dieny, Ayu and Dewi Marfu’ah Kurniawati, 2019).

Secara umum KEK pada remaja disebabkan karena makanan yang terlalu
sedikit. Penurunan berat badan yang secara drastis pada remaja seperti takut gemuk
seperti ibunya atau dipandang kurang seksi oleh lawan jenis (Depkes 2010). Makanan-
makanan yang bervariasi dan cukup mengandung kalori dan protein termasuk
makanan pokok seperti nasi, ubi dan kentang setiap hari serta makanan yang
mengandung protein seperti daging, ikan telur, kacang-kacangan, atau susu perlu
dikonsumsi oleh para remaja tersebut sekurang-kurangnya sehari sekali (Dieny, Ayu
and Dewi Marfu’ah Kurniawati, 2019).

3. Tanda dan Gejala KEK


Kekurangan energi kronis (KEK) memberikan tanda dan gejala yaitu dapat
dilihat dan diukur. Tanda dan gejala KEK yaitu lingkar lengan atas (LILA) kurang
dari 23,5 cm dan pengukuran IMT (Dieny, Ayu and Dewi Marfu’ah Kurniawati,
2019).

4. Faktor Risiko Terjadinya KEK


Kekurangan energi kronik (KEK) bisa juga terjadi pada :
a. Remaja
Masa remaja merupakan masa perubahan yang dramatis dalam diri seseorang.
Pertumbuhan pada usia anak yang relatif terjadi dengan kecepatan yang sama,
secara mendadak meningkat saat memasuki usia remaja. Usia remaja 10-18 tahun
merupakan periode rentang gizi karena berbagai sebab seperti penyebab langsung
yaitu penyakit anak atau mungkin penyakit infeksi yang diderita anak. Penyebab
tidak langsung yaitu seperti ketahanan pangan dikeluarga, pola pengasuhan anak,
serta pelayanan kesehatan lingkungan dan kebiasaan makan yang buruk.

Kekurangan energi kronis biasa saja terjadi pada masa remaja dan akan
berlanjut ke masa sebelum hamil dan saat hamil jika tidak ditangani, KEK pada
calon pengantin wanita atau calon ibu akan menyebabkan masalah pada masa
selanjutnya saat wanita tersebut hamil dan menyusui.

b. Wanita Usia Subur


WUS sebagai calon ibu merupakan kelompok rawan yang harus diperhatikan
status kesehatanya, Terutama status gizinya. Kualitas seorang generasi penerus
akan ditentukan oleh kondisi ibunya sejak sebelum hamil dan selama kehamilan,
masa pernikahan dapat dikaitkan dengan masa pra konsepsi karena setelah menikah
wanita akan menjalani proses konsepsi (Dieny, Ayu and Dewi Marfu’ah
Kurniawati, 2019).

Untuk mencegah resiko KEK pada ibu hamil sebelum kehamilan wanita usia
subur harus mempunyai gizi yang baik dengan LILA tidak kurang dari 23,5 cm.
apabila LILA ibu sebelum hamil kurang dari angka tersebut, sebaiknya kehamilan
ditunda sehingga tidak beresiko melahirkan BBLR (Diantoko, 2019).

Masa pra konsepsi yang didukung dengan kondisi gizi yang baik pada calon
ibu akan menunjang fungsi yang optimal reproduksi. Hal tersebut berkaitan dengan
proses pematangan telur, produksi sel telur dengan kualitas, serta membuat proses
pembuahan yang sempurna. Gizi yang baik juga akan mempersiapkan cadangan
energi untuk tumbuh kembang janin. Pemenuhan asupan nutrisi yang cukup akan
mempengaruhi kondisi secara menyeluruh pada masa konsepsi.

c. Ibu Hamil
Kondisi KEK pada ibu hamil harus segera ditindak lanjuti sebelum usia
kehamilan mencapai 16 minggu. Pemberian makan tambahan makanan yang tinggi
energi dan tinggi protein melalui pemberian PMT ibu hamil selama 90 hari dan
dipadukan dengan penerapan porsi kecil tapi sering, akan berhasil menekan angka
kejadian BBLR di Indonesia. Penambahan 200-450 kalori dan 12-20 gram protein
dan kebutuhan ibu adalah angka yang mencukupi untuk memenuhi gizi janin. Maka
makan yang bervariasi dan cukup mengandung energi dan protein (termasuk
makanan pokok seperti nasi, ubi dan kentang setiap hari dan makan yang
mengandung protein seperti daging, ikan, telur, kacang-kacangan atau susu
sekurang-kurangnya sehari sekali. Minyak dari kelapa atau mentega dapat
ditambahkan pada makanan untuk meningkatkan pasokan energi. PMT dan
pemberian zat gizi pada ibu hamil yang menderita KEK dapat meningkatkan
konsentrasi hb (Diantoko, 2019).

5. Patofisiologi KEK
Kekurangan energi kronis terjadi melalui beberapa tahapan, yaitu pada tahapan
awal akan terjadi ketidakcukupan zat gizi, terutama energi dan protein. Jika keadaan
ini berlangsung dalam jangka waktu yang lama maka cadangan jaringan akan
digunakan. Tahap kedua adalah terjadinya kemerosotan jaringan karena penggunaan
cadangan terus menerus yang ditandai dengan penurunan berat badan, Ketiga terjadi
perubahan biokimia dan dapat dideteksi dengan pemeriksaan laboratorium (Dieny,
Ayu and Dewi Marfu’ah Kurniawati, 2019).

KEK biasanya terjadi pada masa remaja dan akan berlanjut ke masa
sebelumnya jika tidak ditangani. KEK pada calon pengantin wanita akan
menyebabkan masalah pada masa selanjutnya saat wanita tersebut hamil dan
menyusui. Wanita yang mengalami KEK pada masa kehamilan dapat mengalami
anemia, komplikasi pada masa kehamilan, perdarahan dan mudah terserang penyakit
infeksi, pengaruh kurang energi kronis pada proses persalinan dapat mengakibatkan
proses pada persalinan menjadi sulit dan lama, persalinan sebelumnya waktunya
(prematur), dan persalinan melalui operasi. Ibu yang kek akan mengakibatkan janin
yang dikandungnya keguguran, abortus, bayi lahir mati, cacat bawaan, anemia pada
bayi, mati dalam kandungan (asfiksia intrapartum), dan berat badan lahir rendah
BBLR, kekurangan energi kronis pada ibu menyusui dapat berpengaruh pada kualitas
dan volume Asi.(Dieny, Ayu and Dewi Marfu’ah Kurniawati, 2019).

6. Diagnosis KEK
Diagnosis pada kasus ini yaitu dengan Pengukuran LILA, merupakan suatu
cara untuk mengetahui KEK ibu hamil, wanita usia subur dan termasuk remaja putri,
pengukuran LILA tidak dapat digunakan untuk memantau perubahan status gizi dalam
jangka pendek. Pengukuran dilakukan menggunakan pita LILA dan ditandai dengan
sentimeter, dengan batas ambang 23,5 cm (batas antara merah dan putih di pita LILA).
Apabila tidak tersedia pita LILA dapat digunakan sentimeter/metlin yang biasa
dipakai tukang jahit pakaian. Apabila ukuran LILA kurang dari 23,5 cm (dibagian
merah pita LILA) artinya mempunyai resiko KEK (Diantoko, 2019).

Lingkar lengan atas (LILA) merupakan salah satu cara untuk menentukan
status gizi yang mudah, murah, dan cepat yang dapat memberikan gambaran tentang
tentang jaringan otot dan lapisan lemak bawah kulit. LILA mencerminkan cadangan
energi sehingga dapat digunakan untuk mengetahui risiko KEK pada wanita pra
konsepsi (Fillah Fitria Dieny, 2019).

7. Komplikasi KEK

KEK jika tidak segera ditangani pada masa pra konsepsi maka sangat beresiko
mengalami gangguan alat reproduksi, anemia, dan rentang terkena penyakit, pada
masa kehamilan dapat terjadi keguguran, anemia, dan IUFD, pada saat melahirkan
menyebabkan perdarahan, anemia, persalinan lama dan infeksi, sadangkan dampak
pada bayi yaitu cacat lahir, kematian perinatal dan berat lahir rendah atau BBLR
(berat kurang dari 2500 gr). Bayi yang dilahirkan BBLR akan mengalami hambatan
perkembangan dan kemunduran pada fungsi intelektualnya, dan akan mempunyai
resiko kematian (Diantoko, 2019).

Dampak jangka panjang dari berat badan lahir rendah pada bayi adalah
rendahnya tingkat kecerdasan anak, gangguan neurologis, dan gangguan tumbuh
kembang. Bayi dengan berat badan lahir rendah juga dapat mengalami cerebral palsy.
Cerebral palsy adalah kelompok gangguan yang menyebabkan penderitanya tidak
dapat mengontrol pergerakan dan sering disertai dengan gangguan kognitif. Dampak
jangka panjang dari KEK akan seperti rantai tidak terputus. Hal yang dapat
dilakukan untuk memutus rantai lingkaran tersebut adalah dengan pencegahan KEK
pada calon pengantin (Dieny, Ayu and Dewi Marfu’ah Kurniawati, 2019).

8. Penatalaksanaan KEK

Penatalaksanaan pada pasien pra konsepsi dengan KEK yaitu:

a. Perbaikan gizi

Perbaikan gizi pada wanita pra konsepsi merupakan paradigma baru dalam
menangani masalah gizi ibu hamil di Indonesia, yang didasari oleh keterlambatan
ibu hamil yang pada kontak pertama dengan pelayanan antenatal (Labuan, 2019).

b. Melakukan konseling

Konseling pra konsepsi dalam praktik pelayanan bertujuan untuk


meningkatkan pengetahuan tentang gizi wanita pra konsepsi dalam mempersiapkan
diri menghadapi kehamilan dan diet yang tepat dan seimbang untuk mencukupi
kebutuhan gizinya. Dengan konseling tersebut diharapkan wanita pra konsepsi
tersebut diharapkan wanita pra konsepsi dapat mengatur dan mengubah pola
konsumsi makanan yang dimakan sehari-hari. Pola konsumsi makanan dapat
berubah maka diharapkan indeks massa tubuhnya akan berubah juga (Labuan,
2019).

c. Penyuluhan

Peran pemerintah dan tenaga kesehatan agar mendorong masyarakat khususnya


wanita pra konsepsi agar dapat lebih memperhatikan status kesehatan dan
ketersediaan pangan ditingkat keluarga. Serta pentingnya pemberian informasi
kepada wanita pra konsepsi melalui penyuluhan, flipchart dan poster tentang
kesehatan (Puli et al. n.d. 2014).

d. Perbaikan nutrisi

Pentingnya masa pra konsepsi (pembuahan) dalam menunjang kesehatan bayi


yang sehat dapat dilakukan dengan beberapa cara berikut :
1. Melengkapi pola makan yang bervariasi untuk nutrisi yang seimbang.

Hindari makanan siap saji yang tidak sehat pada 6 bulan sebelum kehamilan.

2. Cermati jumlah konsumsi makanan, sehingga terhindar dari kondisi

makanan berlebih.

3. Mengurangi konsumsi makanan yang mengandung pengawet. Makanan

yang diawetkan seperti makanan kaleng, instan, dan minuman dengan bahan

kimia.

C. Standart Asuhan Kebidanan


1. Langkah- langkah asuhan kebidaanan menurut varney:
a) Pengumpulan data dasar secara lengkap
Mengumpulkan semua data yang dibutuhkan secara lengkap dan akurat dari
berbagai sumber yang berkaitan dengan kondisi klien secara keseluruhan. Untuk
memperoleh data dilakukan dengan cara:
1. Data subjektif / anamnesa

a. Biodata

Nama : Berguna untuk memperlancar komunikasi dalam


asuhan sehingga tidak terlihat kaku dan lebih akrab
(Astuti, 2012).

Umur : Faktor Umur Ibu, Melahirkan anak pada usia ibu yang
muda atau terlalu tua mengakibatkan kualitas
janin/anak yang rendah dan juga akan merugikan
kesehatan ibu. ibu yang terlalu muda (kurang dari 20
tahun) dapat terjadi kompetisi makanan antara janin dan
ibunya sendirii yang masih dalam masa pertumbuhan.
Umur ibu dalam kehamilan yang sekarang diukur
dengan umur yang ≤ 20 tahun, 21-35 tahun, > 35 tahun
(Muliawati, 2013).

Suku bangsa : Ras, etnis, dan keturunan haris diidentifikasi dalam


rangka memberikan perawatan yang peka budaya
kepada klien dan keluarga (Astuti, 2012).
Agama : tanyakan pilihan agama klien dan berbagai praktik
terkait agama yang harus diobservasi (Astuti, 2012)

Pendidikan : tanyakan pendidikan tertinggi yang klien tamatkan,


informasi ini membantu klinisi memahami klien
sebagai individu dan memberikan gambaran
kemampuan baca-tulisnya dan tanyakan pengetahuan
terhadap kandungan gizi dalam makanan karena dapat
mempengaruhi dalam pemilihan makanan (Astuti,
2012).

Pekerjaan : Untuk mengetahui apakah wanitaa usia subur terlalu


lelah dalam pekerjaan yang berhubungan dengan
keseimbangan tubuh.

b. Keluhan utama : mudah lelah, susah berkonsentrasi, mudah sakit

c. Riwayat Menstruasi :
Menarche : 10-16 tahun
Siklus : 21 – 35 hari
Banyaknya : 30 – 40 cc
Lamanya : 2 – 7 hari
Sifat darah : encer, merah, tidak bergumpal
Teratur / tidak : Teratur

Disminorche : Tidak

d. Riwayat Kesehatan lalu

Faktor Riwayat Penyakit infeksi sebelum hamil, Riwayat Penyakit


sebelum hamil dapat bertindak sebagai pemula terjadinya kurang gizi
sebagai akibat menurunnya nafsu makan, adanya gangguan penyerapan
dalam saluran pencernaan atau peningkatan kebutuhan zat gizi oleh adanya
penyakit. Kaitan penyakit dengan keadaan gizi kurang merupakan hubungan
timbal balik, yaitu hubungan sebab akibat. Penyakit dapat memperburuk
keadaan gizi dan keadaan gizi yang jelek dapat mempermudah penyakit
yang umumnya terkait dengan masalah gizi antara lain diare, tuberculosis,
lambung, tipes dan DM (Muliawati, 2013).
e. Riwayat Kesehatan keluarga

Beberapa data penting dalam riwayat kesehatan pasien yang perlu kita
ketahui adalah apakah pasien pernah atau sedang menderita penyakit,
seperti jantung, diabetes mellitus, ginjal, hipertensi, dan hepatitis
(Sulistyawati, 2009)

f. Riwayat Obstetrik

Faktor Paritas, Paritas adalah berapa kali seorang ibu telah melahirkan.
Dalam hal ini ibu dikatakan terlalu banyak melahirkan adalah lebih dari 3
kali. Manfaat riwayat obstetrik ialah membantu menentukan besaran
kebutuhan akan zat gizi karena terlalu sering hamil dapat menguras
cadangan zat gizi tubuh Ibu. Jarak melahirkan yang terlalu dekat akan
menyebabkan kualitas janin/anak yang rendah dan juga akan merugikan
kesehatan ibu, ibu tidak memperoleh kesempatan untuk memperbaiki
tubuhnya sendiri karena ibu memerlukan energi yang cukup untuk
memulihkan keadaan setelah melahirkan anaknya. Dengan mengandung
kembali maka akan menimbulkan masalah gizi bagi ibu dan janin/bayi
berikut yang dikandung. Berapa kali seorang ibu pernah melahirkan Bayi
(parietas) diukur dalam Baik jika 2 kali, dan Buruk jika ≥ 3 kali (Muliawati,
2013).

g. Kebiasaan

Dikaji apakah mempunyai kebiasaan merokok, minum alkohol / jamu-


jamuan.

h. Pola aktivitas sehari-hari

1) Pola Nutrisi

Pola konsumsi ini juga dapat mempengaruhi status kesehatan ibu,


dimana pola konsumsi yang kurang baik dapat menimbulkan suatu
gangguan kesehatan atau penyakit pada ibu. Jumlah pola konsumsi
makanan selama 1 hari dalam makanan diukur dengan Baik jika makan
dengan porsi 4 sehat 5 sempurna, Cukup jika hanya 4 sehat, dan kurang
jika hanya nasi dan lauk saja (Muliawati, 2013).

2) Pola Eliminasi

BAB : dikaji frekuensi dan konsistensi


BAK : dikaji frekuensi dan warna

3) Pola Istirahat

Beberapa yang perlu ditanyakan adalah berapa lama istirahat malam


hari dan istirahat siang hari.

4) Pola Aktivitas

Mengkaji aktivitas sehari-hari pasien karena data ini memberikan


tentang seberapa berat aktifitas yang biasa dilakukan pasien dirumah
(Sulistyowati, 2009).
2. Data objektif
a. Pemeriksaan umum
Keadaan umum : Untuk mengetahui data ini kita cukup mengamati
pasien secara keseluruhan (Sulistyawati, 2009).
Kesadaran : untuk mendapatkan gambaran tentang kesadaran
pasien, kita dapat melakukan pengkajian tingkat
kesadaran mulai dari keadaan composmentis
(kesadaran maksimal) sampai dengan koma (pasien
sedang tidak dalam keadaan sadar) (Sulistyawati,
2009).
BB : untuk mengetahui status gizi pasien
TB : Penting kaitannya dalam penentuan Indeks Masa
Tubuh (IMT)
LILA : Pengukuran LILA bertujuan untuk mendapatkan
gambaran situasi gizi klien. Ambang batas LILA
pada WUS dengan risiko KEK adalah 23,5 cm yaitu
diukur menggunakan pita ukur (Astuti, 2012)
b. Tanda-tanda vital
Tekanan darah : normalnya 110/70 – 130/90 mmHg
Nadi : normalnya 60 – 100 x/menit
Respirasi : normalnya 16 – 20 x/menit
Suhu : normalnya 36,5-37,5⁰C
c. Pemeriksaan fisik
Kepala : Rambut hitam, bersih, tidak rontok
Muka : Tidak pucat
Mata : Melputi warna sclera dan konjungtiva
Mulut / gigi : Meliputi pemeriksaan keadaan bibir, stomatitis, dan
karies
Leher : Tidak nampak pembesaran vena jugularis, kelenjar
thyroid dan kelenjar limfe
Dada / payudara : Tidak ada massa abnormal pada payudara
Abdomen : Tidak ada kelainan
Ekstremitas : Tidak ada oedem, tidak ada varices, reflek patella +
d. Pemeriksaan penunjang laboratorium
Menurut Kemenkes RI (2018) menyatakan bahwa pemeriksaan
penunjang (laboratorium) yang diperlukan oleh remaja terdiri dari :

1) Pemeriksaan darah meliputi Hemoglobin (Hb) dan golongan darah.

2) Pemeriksaan untuk mendeteksi penyakit tertentu yang diturunkan, gula


darah dan thalasemia.

3) Pemeriksaan untuk mendeteksi penyakit menular seksual, hepatitis B,


sifilis, dan HIV.
b) Interpretasi data dasar
Pada langkah ini dilakukan identifikasi yang benar terhadap diagnosa
atau masalah dan kebutuhan klien, berdasarkan interpretasi yang benar atas data-
data yang dikumpulkan. Data dasar yang telah dikumpulkan diidentifikasikan
sehingga ditemukan masalah atau masalah yang spefisik.Interpretasi data
terdiri dari diagnosa kebidanan, diagnosa masalah dan diagnosa kebutuhan.
Interpretasi data pada remaja dengan kekurangan gizi adalah :
1) Diagnosa kebidanan
Dalam menegakkan diagnosa bidan dengan menggunakan pengetahuan
sebagai dasar atau arahan untuk mengambil tindakan. Setelah melakukan
pemeriksaan maka akan didapatkan kesimpulan bahwa masalah Kekurangan
Energi Kronis ditetapkan berdasarkan interpretasi data yang dikumpulkan
saat melakukan pemeriksaan bahwa hasil pengukuran Lingkar Lengan Atas
kurang dari 23,5 cm dan ditemukan wajah dan konjungtiva pucat saat
dilakukan pemeriksaan fisik (Adiputra dkk, 2018).
Diagnosis KEK dapat ditegakkan apabila wanita usia subur dengan ukuran indeks
masa tubuhnya (IMT) dibawah normal kurang dari 18,5 untuk orang dewasa dan
ukuran LiLA kurang dari 23,5 cm.
2) Masalah
Masalah adalah hal-hal yang berkaitan dengan pengalaman klien yang
ditemukan dari hasil pengkajian atau yang ditemukan dari hasil pengkajian
atau yang menyertai diagnosis. Masalah dapat muncul tapi dapat pula tidak.
Hal ini muncul berdasarkan sudut pandang klien dengan keadaan yang
dialami apakah menimbulkan masalah terhadap klien atau tidak. Masalah
pada kasus ini yaitu KEK (Kekurangan Energi Kronik) dengan keluhan sering
merasa lelah dan sulit berkonsentrasi.
3) Kebutuhan
Kebutuhan adalah hal-hal yang dibutuhkan oleh klien dan belum
teridentifikasi dalam diagnosis dan masalah yang didapatkan dengan
melakukan analisis data. Kebutuhan yang muncul setelah dilakukan
pengkajian. Ditemukan hal- hal yang membutuhkan asuhan, dalam hal ini
klien tidak menyadari. Kebutuhan pada klien KEK (Kekurangan Energi
Kronik) yaitu perubahan pola makan dan perbaikan status gizi.
c) Mengidentifikasi diagnosa atau masalah potensial
Langkah ini akan menguraikan beberapa komplikasi yang dapat terjadi pada
wanita usia subur dengan kekurangan energi kronis jika tidak ditangani dengan tepat.
Resiko yang dapat ditimbulkan jika Kekurangan Energi Kronis yaitu
mengalami anemia gizi (kurang darah), melahirkan bayi dengan berat lahir rendah
(BBLR) akan mengakibatkan anemia pada bayi baru lahir dan terinfeksi (Saraswati
Sumarno, 2016).
Dampak kekurangan energi kronis, KEK dapat terjadi pada wanita usia subur
dan pada ibu hamil. Seseorang dikatakan menderita risiko KEK bilamana Lingkar
Lengan Atas <23,5 cm. Status gizi ibu sebelum dan selama hamil dapat
mempengaruhi pertumbuhan janin yang sedang dikandung. Janin sangat tergantung
kepada ibunya untuk pernapasan, pertumbuhan dan untuk melindunginya dari
penyakit. Apabila masukan gizi pada ibu hamil tidak sesuai maka akan terjadi
gangguan dalam kehamilan baik terhadap ibu maupun janin yang dikandungnya
(Yuliastuti, 2014).
Apabila makanan selama hamil tidak tercukupi maka dapat mengakibatkan
kekurangan gizi sehingga ibu hamil mengalami gangguan. Gizi kurang pada ibu
hamil dapat menyebabkan risiko dan komplikasi pada ibu hamil, antara lain anemia
yang dapat berujung pada pendarahan pasca persalinan, berat badan tidak bertambah
secara normal dan terkena infeksi (Muliawati, 2013).
Pada janin, Ibu yang mengalami kek, terutama pada saat kondisi hamil,
dapat berpengaruh terhadap berat bayi yang dilahirkan. Ibu yang mengalami
masalah gizi kurang atau tidak memiliki gizi yang cukup selama kehamilan akan
berisiko melahirkan bayi dengan berat badan rendah (BBLR). Terhambatnya
pertumbuhan intrauterine pada ibu hamil yang mengalami Kekurangan Energi
Kronis akan menyebabkan kelahiran bayi dengan berat badan yang rendah. Salah
satu studi menyatakan bahwa ibu hamil yang mengalami KEK mempunyai
peluang melahirkan anak yang pendek 6,2 kali lebih besar dari pada ibu yang tidak
KEK (Triatmaja, 2017).

d) Menetapkan kebutuhan terhadap tindakan segera


Menentukan kebutuhan klien terhadap tindakan yang segera dilakukan oleh
bidan atau untuk konsultasi, kolaborasi serta melakukan rujukan terhadap
penyimpangan abnormal. Dari beberapa referensi diatas maka pada kasus KEK tidak
diperlukan tindakan segera kepada klien selama keadaan atau kondisi ibu yang
mengalami KEK ini tidak merasakan seperti gejala anemia, sesak nafas, pingsan,
syok atau dalam keadaan tidak sadarkan diri. Namun jika merasakan gejala tersebut
maka perlu dilakukan tindakan segera dan kolaborasi dengan dokter kandungan dan
tim kesehatan lainnya.

e) Menyusun rencana asuhan yang menyeluruh


Merupakan pengembangan rencana asuhan yang menyeluruh dan ditentukan
oleh langkah-langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan manajemen
terhadap masalah atau diagnosa yang telah diidentifikasi atau diantisipasi. Rencana
harus mencakup setiap hal yang berkaitan dengan semua aspek kesehatan dan
disetujui oleh kedua belah pihak (bidan dan klien).

Rencana yang diberikan pada KEK adalah :


1) terjadinya masalah gizi umumnya disebabkan pola makan yang tidak
seimbang, untuk memenuhi kebutuhan nutrisi seorang wanita harus memiliki
motivasi yang kuat pemberian Motivasi inilah yang dapat mendorong
seseorang untuk melakukan sesuatu karena ingin mencapai tujuan yang
dikehendaki (Manik dan Rindu, 2017).
2) bidan hendaknya melakukan kolaborasi dengan petugas gizi dalam kegiatan
monitoring dan evaluasi asupan pemberian makanan dan kenaikan berat
badan (Tempali dan Sumiaty, 2019).

3) mengusahakan agar ibu memeriksakan kondisinya secara rutin untuk


mendeteksi secara dini kejadian kurang energi kronis, dan penyuluhan tentang
asupan nutrisi yang dibutuhkan oleh tubuh (Tempali dan Sumiaty, 2019).

f) Pelaksanaan langsung asuhan dengan efisien dan aman


Langkah ini merupakan pelaksanaan dari rencana asuhan secara efisien dan aman.
Langkah ini bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan atau anggota tim kesehatan
lainnya. Selama melakukan tindakan intervensi, bidan menganalisa dan memonitor
keadaan kesehatan pasiennya.
Pelaksanaan pada gizi kurang adalah:

a.Setelah diberikan motivasi, diharapkan pasien atau klien dapat termotivasi untuk
memperbaiki pola makan dan memperbaiki asupan gizi sehingga dapat segera
merencanakan kehamilan yang sehat.
b.Setelah dilakukan kolaborasi dengan petugas gizi, pasien akah dihitung
kebutuhan energinya, akan dapat dievaluasi kebutuhan energi pasien tersebut dan
untuk menentukan rencana tindakan selanjutnya

c.Setelah pasien rutin kontrol ke tenaga kesehatan, baik bidan dan petugas gizi,
diharapkan kebiasaan pola makan dapat berubah, kebutuhan zat gizi mengalami
peningkatan, dan penambahan berat badan sehingga IMT menjadi normal.
g) Evaluasi
Evaluasi dilakukan untuk mengkaji keefektifan dari asuhan yang sudah
diberikan. Ada kemungkinan bahwa sebagian rencana tersebut efektif sedangkan
sebagian belum efektif. Proses evaluasi ini dilaksanakan untuk menilai mengapa
proses penatalaksanaan efektif / tidak efektif serta melakukan penyesuaian pada
rencana asuhan tersebut.
Penelitian (Yulianti dan Sari, 2018) pada evaluasi kebidanan didapatkan
dimana keadaan umum ibu baik, ibu mengerti tentang kebutuhan gizi yang
dibutuhkan, Ibu mengerti tentang makanan tambahan bagi wanita usia subur, Berat
Badan ibu mengalami peningkatan, keadaan ibu baik, Ibu bersedia melakukan
ANC rutin, Lingkar lengan atas > 23,5 dan HB > 11gr%.

Pendokumentasian asuhan kebidanan (SOAP)


1) Subjektif
Menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan data klien melalui
anamnesis sebagai langkah pertama.
2) Objektif
Menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik klien, hasil
laboratorium dan uji diagnostic lain yang dirumuskan dalam data fokus untuk
mendukung asuhan sebagai langkah kedua.

3) Analisa
Menggambarkan pendokumentasian hasil analisis dan interpretasi data
subjektif dan objektif dalam suatu identifikasi:
a) Diagnosis atau masalah
b) Antisipasi diagnosis / masalah potensial
c) Perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter, konsultasi / kolaborasi dan /
atau rujukan sebagai langkah II, III,dan IV
4) Penatalaksanaan
Penatalaksanaan, mencatat seluruh perencanaan dan penatalaksanaan yang sudah
dilakukan seperti tindakan antisipatif, tindakan segera, tindakan secara
komprehensif, penyuluhan, dukungan, kolaborasi, evaluasi/follow up dari
rujukan.
BAB III
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEBIDANAN PADA PRAKONSEPSI
Ny “L” UMUR 27 TH DENGAN KEK
DI TPMB LILIK HIDAYATI SURABAYA

A. Pelaksanaan Asuhan
Hari : Sabtu
Tanggal : 14 Mei 2022
Tempat : TPMB Lilik Hidayati
Jam : 17.30 WIB
Pemberi Asuhan : Leanita Brilliantika, S.Tr.Keb
B. Identitas Istri Identitas Suami
Nama : Ny “L” Nama : Tn “U”
Umur : 27 tahun Umur : 30 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Swasta (jaga toko buku) Pekerjaan : Swasta (jual nasi)
Penghasilan : 1.200.000 Penghasilan :1.500.000
Alamat : Jl. Bulak Setro 3 no. 95 Alamat : Jl. Bulak Setro 3 no. 95.
C. Manajemen Asuhan Kebidanan
1. Pengumpulan data dasar
a. Data Subjektif
1. Alasan berkunjung
Merencanakan kehamilan
2. Riwayat kesehatan sekarang.
Klien mengatakan merasa sehat,dan tidak memiliki riwayat penyakit seperti
DM, Asma, Jantung, dan tidak ada penyakit menular seperti TBC, Hepatitis.
3. Riwayat kesehatan keluarga.
Klien mengatakan baik dalam keluarga tidak ada yang menderita penyakit
keturunan seperti DM, Asma, Jantung, dan tidak ada penyakit menular
seperti TBC, Hepatitis.
4. Riwayat haid.
Menarche : 14 tahun
Siklus : 29 hari
Lama haid : 9 hari
Jumlah : ± 3 x / hari ganti kotex. Konsistensi encer
Nyeri haid : kadang-kadang.
Flour albus : ada dan sebelum haid tidak bau, tidak gatal
5. Riwayat Obstetri
Su Riwayat persalinan anak nifas
a kehamilan
mi k Usi penyul penolon cara pen S Bb/ H/ usia ASI pen
K e a it g yul e pb M yuli
e- ibu it x t
1 1 24 abortu
s
1 2 24 - dokter Norm pre pr 1900 H 32bl 2 th -
al mat
ur

6. Riwayat Kontrasepsi
Pasien menggunakan KB IUD
7. Riwayat Psikososial
 Perkawinan ke :1
 Lama perkawinan : 4 tahun
 Penerimaan keluarga : baik
 Budaya yang mempengaruhi kehamilan : tidak ada masalah yang berarti
8. Riwayat kebiasaan sehari-hari.
a) Pola nutrisi.
Makan 2 x/ hari dengan porsi sedikit, tidak terbiasa sarapan pagi karena
membuat mulas. Menu nasi, lauk, sayur, minum ± 6-8 gelas/hari air
putih. Tidak ada pantang makanan,dan tidak ada alergi.
b) Pola istirahat dan tidur. Pasien tidak terbiasa tidur siang. Tidur malam ±
6-7 jam.
c) Pola aktivitas.
Pekerjaan klien setiap hari di toko buku membersihkan dan menata
buku, jika kiriman buku datang klien harus angkat-angkat buku ke
gudang. Klien bekerja setiap hari senin-sabtu, pagi-sore, terkadang
lembur. Klien mengerjakan pekerjaan rumah tangga sendiri, tidak
dibantu suami.
d) Personal hygiene
Mandi 2 x / hari,gosok gigi 2 x / hari, ganti pakaian 2 x / hari atau bila
kotor, keramas 2-3 x / minggu atau bila perlu ganti celana dalam 2x /
hari.
e) Pola eleminasi.
BAB I x / hari konsistensi lembek.
BAK 4-5 x / hari warna kuning jernih, bau khas, tidak ada nyeri.
f) Pola kebiasaan lain
Klien mengatakan tidak pernah merokok, minum jamu, minum alkohol,
dan obat – obatan

b. Data objektif
1. Pemeriksaan Umum
a) Keadaan umum : baik
BB/TB : 41 kg/156 cm
Lila : 22,7 cm
Tensi : 110/70 mmHg
Nadi : 80 x/menit
Suhu : 36,5x/menit

IMT : 16,8
b) Pemeriksaan fisik
Kepala : Rambut berwarna hitam kecoklatan, sedikit kasar, mudah
rontok
Muka : terlihat sedikit cowong, terdapat flek hitam di
sekitar mata
Mata : konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterus
Mulut : tidak ada karies gigi, gusi tidak bengkak, gigi tidak mudah
goyah, tidak terdapat jaringan parut di sudut bibir, lidah tidak
bengkak
Kulit : kulit tampak kering dan kasar
Leher : Tidak terjadi pembengkakan kelenjar tiroid dan parotis
Abdomen: tidak ada kelainan
Ekstremitas : tidal oedem, Reflek patella +/+
c) Pemeriksaan penunjang
Tidak dilakukan
2. Interprestasi Data Dasar
Tanggal : 14-05-2022
Jam : 17.37 WIB
a) Diagnosis
Ny “L” 27 Tahun Akseptor KB IUD dengan Prakonsepsi
b) Masalah
KEK (Kekurangan Energi Kronik)
c) Kebutuhan
Perbaikan Pola makan
a) Identifikasi diagnose dan masalah potensial
Anemia

3. Identifikasi Kebutuhan/ Tindakan segera


Tidak ada
4. Intervensi
Tanggal 14-05-2022
Jam 17.40 WIB
a. Jalin Komunikasi interpersonal
b. Fasilitasi informed consent kesediaan menjadi responden
c. Informasikan hasil pemeriksaan dan asuhan yang akan diberikan
d. Anjurkan untuk merubah kebiasaan pola makan
e. Anjurkan mengonsumsi makan makanan dengan gizi seimbang
f. Diskusikan bersama suami untuk kerjasama bersama istri menyelesaikan pekerjaan
rumah tangga agar beban ibu berkurang

g. Diskusikan bersama suami keputusan merencanakan kehamilan agar kehamilan


ditunda terlebih dahulu sembari memperbaiki gizi istri.
h. Berikan pendidikan kesehatan pranikah tentang pentingnya status gizi yang baik untuk
mendukung kehamilan yang sehat.

i. Monitoring tiap minggu dengan video call

j. rujukan ke puskesmas untuk konsultasi ke petugas gizi


5. Implementasi

Tanggal 14–05-2022
Jam : 17.50

a. Menjalin komunikasi interpersonal, pasien kooperatif

b. Memfasilitasi informed consent kesediaan menjadi responden, pasien bersedia

c. Menginformasikan hasil pemeriksaan dan asuhan yang akan diberikan, pasien


mengetahui

d. Menganjurkan untuk merubah kebiasaan pola makan, pasien bersedia untuk mulai
merubah kebiasaan pola makan.
e. Menganjurkan mengonsumsi makan makanan dengan gizi seimbang, pasien bersedia
mencoba mengikuti anjuran

f. Mendiskusikan bersama suami untuk kerjasama bersama istri menyelesaikan


pekerjaan rumah tangga agar beban ibu berkurang, suami memehami dan bersedia
membantu ibu menyelesaikan pekerjaan rumah tangga

g. Mendskusikan bersama suami keputusan merencanakan kehamilan agar kehamilan


ditunda terlebih dahulu sembari memperbaiki gizi istri, suami memahami dan akan
mendiskusikan kembali bersama istri dan keluarga di rumah.

h. Memberikan pendidikan kesehatan prakonsepsi tentang pentingnya status gizi yang


baik untuk mendukung kehamilan yang sehat, pasien dapat memahami dan
mengulangi informasi yang diberikan

i. Monitoring tiap minggu dengan video call, pasien bersedia

j. Memberikan rujukan ke puskesmas untuk konsultasi ke petugas gizi, pasien bersedia


konsultasi ke petugas gizi di Puskesmas, pasien bersedia

6. Evaluasi

Tanggal: 14-05-2022
Jam : 18.00
S : pasien dan suami memahami konseling yang telah diberikan
O : Pasien kooperatif
A : Ny “L” 27 Tahun Akseptor KB IUD dengan Prakonsepsi
P : Monitoring minggu depan dengan video call
BAB IV
PENUTUP

1. KESIMPULAN
Pengkajian yang dilakukan dihasilkan data subyektif meliputi alasan pada waktu
masuk, karena wanita usia subur ingin mengetahui persiapan prakonsepsi untuk
merencanakan kehamilan sehat. Data obyektif didapatkan keadaan umum baik namun
dtemukan masalah pada prakonsepsi yaitu KEK (Kekurangan Energi Kronik).
Interpretasi data pada diagnose kebidanan adalah Ny “L” 27 Tahun akseptor KB
IUD dengan prakonsepsi. Perencanaan pada kasus ini yaitu jalin komunikasi
interpersonal, Fasilitasi informed consent kesediaan menjadi responden, informasikan
hasil pemeriksaan dan asuhan yang akan diberikan, anjurkan untuk merubah kebiasaan
pola makan, Anjurkan mengonsumsi makan makanan dengan gizi seimbang,
Diskusikan bersama suami keputusan merencanakan kehamikan agar kehamilan ditunda
terlebih dahulu sembari memperbaiki gizi istri, berikan pendidikan kesehatan pranikah
tentang pentingnya status gizi yang baik untuk mendukung kehamilan yang sehat,
jadwalkan kontrol ulang dan rujukan ke puskesmas untuk konsultasi ke petugas gizi.
Pada tahap pelaksanaan dari semua rencana ini dapat dilakukan oleh bidan secara
mandiri maupun kolaborasi dengan dokter dan rujukan, pelaksanaan telah sesuai dengan
perencanaan sehingga tidak terjadi kesenjangan antara teori dan kasus dilapangan.
Evaluasi didapatkan keadaan pasien baik, kooperatif, dan bersedia mengikuti anjuran
bidan.
2. SARAN
1. Bagi profesi
Bidan dapat meningkatkan pengetahuan dan mutu pelayanan yang menyeluruh
dalam melakukan asuhan kebidanan pada wanita prakonsepsi sesuai dengan
manajemen kebidanan menurut varney
2. Bagi institusi
a) bagi TPMB
diharapkan dapat mempertahankan mutu pelayanan yang optimal dalam
melaksanakan asuhan kebidanan pada prakonsepsi.
b) bagi pendidikan
diharapkan bagi institusi pendidikan lebih menambah refrensi terbaru tentang
kebutuhan prakonsepsi.
c) bagi Pasien
Untuk Pasien, masih perlunya pendidikan tentang kesehatan dan edukasi tentang
gizi dan perlu mendapatkan penyuluhan tentang gizi seimbang.
DAFTAR PUSTAKA

Adiputra ,D,L. Gizi dalam kesehatan reproduksi. Bandung. PT Refika Aditama.


Edisi pertama. 2018.

Adriani, Meryana. 2016. Peranan Gizi dalam Siklus Kehidupan. Jakarta. Penerbit
Prenadamedia Group.
Aeda, E. (2018). Hubungan Usia dan Status Pekerjaan Ibu dengan Kejadian
Kekurangan Energi Kronis Pada Ibu Hamil. 27-37.
Agustin dan Mayasari. (2015). Kejadian Kurang Energi Kronis Pada Ibu Hamil
Berdasarkan Umur, Paritas Dan Pendidikan. 23-34.
Betty, dkk. (2014). Asuhan Kebidanan 7 Langkah Soap. Jakarta: EGC.
Evi dan Suhariyati (2015). Asuhan Kebidanan Pada Ibu Hamil Trimester Tiga dengan
Kekurangan Energi Kronis (KEK) di Wilayah Kerja Puskesmas Brambag
Kecamatan Diwek Kabupaten Jombang.
Aminin, D. (2014). Pengaruh Kekurangan Energi Kronis (KEK) dengan Kejadian
Anemia Pada Ibu Hamil. 167–172.
Anggraeny, O. dan A. A. D. (2017). Gizi Prakonsepsi, Kehamilan, dan Menyusui.
UB press.
Angraini, D. I. (2018). Hubungan Faktor Keluarga dengan Kejadian Kurang Energi
Kronis pada Wanita Usia Subur di Kecamatan Terbanggi Besar. 2, 146–150.
Ayunda A, A. (2018). Asuhan Kebidanan Pada Ibu Hamil Ny. S G3 P2 A0 Umur
Kehamilan 18 Minggu 5 Hari dengan KEK di Bidan Praktik Mandiri (BPM) Ny.
Mayzun, S.SiTBergas, Kabupaten Semarang. Journal of Chemical Information
and Modeling, 53(9), 1689–1699.
Balebu, dwi W. dan A. L. (2019). Hubungan Pemanfaatan Posyandu Prakonsepsi
dengan Status Gizi Wanita Prakonsepsi di Desa Lokasi Fokus Stunting
Kabupaten Banggai. 10, 1603–1614.
Dieny, D. (2019). Gizi Prakonsepsi. (N. Syamsiah (ed.). Bumi Medika. Doloksaribu,
L. G. dan A. M. S. (2019). Pengaruh Konseling Gizi Prakonsepsi
Terhadap Pengetahuan dan Sikap Wanita Pranikah di Kecamatan Batang Kuis.
Wahana Inovasi, 8(1), 63–73.
Hernawati, Y. dan R. K. (2019). Hubungan Pemberian Makanan Tambahan Pada Ibu
Hamil dengan Kurang Energi Kronis di Wilayah Kerja Puskesmas Ibrahim Adjie
Kota Bandung Tahun 2018. Sehat Masada, XIII, 40–46.
Hubu, D. (2018). Pengetahuan , Asupan Energy dan Zat Gizi Berhubungan dengan
Kekurangan Energy Kronis Pada Wanita Prakonsepsi. 1(April), 15– 23.
10

Kawareng, D. (2014). Pengetahuan dan Harapan Wanita Prakonsepsi Terhadap


Pelayanan Prakonsepsi Sebelum dan Sesudah Edukasi di Kecamatan Ujung Tanah
Kota Makassar. 1–12.
Luthfiani, R. (2016). Kurma dalam Al-Qur’an dan Hubunganya dengan Kesehatan
(Telaah Tafsir Mawd). 1–18.
Mahirawati, V. K. (2014). Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kekurangan Energi
Kronis (KEK) Pada Ibu Hamil di Kecamatan Kamoning dan Tambelangan,
Kabupaten Sampang, Jawa Timur. 193–202.
Manik, M. dan R. (2017). Faktor yang Berpengaruh Terhadap Kenaikan Berat Badan Ibu
Hamil dengan KEK Pada Trimester III. 16, 23–31.
Mayasari, A. T. dan hermina humune. (2014). Kejadian Kurang Energi Kronis Pada Ibu
Hamil Berdasarkan Umur, Paritas, dan Pendidikan. 110.
Muliawati, S. (2013). Faktor Penyebab Ibu Hamil Kurang Energi Kronis di Puskesmas
Sambi Kecamatan Sambi Kabupaten Boyolali Tahun 2012. 3(3), 40–50.
Nisa, D. (2018). Penyebab Kejadian Kekurangan Energi Kronis Pada Ibu Hamil Risiko
Tinggi dan Pemanfaatan Antenatal Care di Wilayah Kerja Puskesmas Jelbuk
Jember. 6(2), 136–142. https://doi.org/10.20473/jaki.v6i2.2018.136-
142
Nurmila. (2017). Manajemen Asuhan Kebidanan Antenatal Care Pada Ny “R” dengan
Kekurangan Energi Kronis di Puskesmas Somba Opu Gowa Tahun 2017. 40.
Paramata, Y. dan M. S. (2019). Kurang Energi Kronis pada Wanita Usia Subur di
Wilayah Kecamatan Limboto, Kabupaten Gorontalo. 120–125.
Prawita, D. (2017). Survei Intervensi Ibu Hamil Kurang Energi Kronik (KEK) di
Kecamatan Jatinangor Tahun 2015. Jurnal Sistem Kesehatan, 2(4), 186–191.
https://doi.org/10.24198/jsk.v2i4.12492
Puli, D. (2014). Hubungan Sosial Ekonomi dengan Kekurangan Energi Kronik (KEK)
Pada Wanita Prakonsepsi di Kota Makassar. 1–7.
Putri, M. C. (2017). Hubungan Asupan Makan dengan Kejadian Kurang Energi Kronis
(KEK) pada Wanita Usia Subur (WUS) di Kecamatan Terbanggi Besar Kabupaten
Lampung Tengah.
Rahman, D. (2013). Asosiasi Pengetahuan dan Sikap Wanita Pra Konsepsi Tentang
Kapsul Gizi Mikro Terhadap Kepatuhan Mengkonsumsi di Kota Makassar. 1, 1–9.
Roosleyn, I. P. T. (2016). Strategi Dalam Penanggulangan Pencegahan Anemia Pada
Kehamilan. Jurnal Ilmiah Widya, 3(3), 1–9.
Rosalina, E. dan S. (2015). Asuhan Kebidanan Pada Ibu Hamil Trimester Tiga dengan
Kurang Energi Kronis (KEK) di Wilayah Kerja Puskesmas Brambang Kecamatan
Diwek Kabupaten Jombang.
Saraswati, E. dan I. S. (2016). Risiko Ibu Hamil Kurang Energi Kronis KEK dan Anemia
Untuk Melahirkan Bayi Dengan Berat Lahir Rendah (BBLR).
Tempali, S. R. dan S. (2019). Peranan Edukasi Bidan dalam Mencegah Kurang Energi
Kronis (Kek) Pada Ibu Hamil di Provinsi Sulawesi Tengah. Jurnal Bidan Cerdas
(JBC), 2(1), 34. https://doi.org/10.33860/jbc.v2i1.140
Triatmaja, N. T. (2017). Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Status Kurang Energi
Kronis (KEK) Ibu Hamil di Kabupaten Kediri.
Umisah, I. N. dan D. I. P. (2017). Perbedaan Pengetahuan Gizi Prakonsepsi dan Tingkat
Konsumsi Energi Protein pada Wanita Usia Subur (WUS) Usia 15- 19 Tahun
Kurang Energi Kronis (KEK) dan Tidak KEK di SMA Negeri 1 Pasawahan. 10(2),
23–36.
Wijayanti, I. T. (2019). Pola Makan Ibu Hamil yang Mempengaruhi Kejadian Kek di
Puskesmas Gabus I Kabupaten Pati. Jurnal SMART Kebidanan, 6(1), 5.
https://doi.org/10.34310/sjkb.v6i1.226
Winarsih. (2018). Pengantar Ilmu Gizi Dalam Kebidanan. Pustaka Baru Press.
Wulandari, R. (2018). Manajemen Asuhan Kebidanan Antenatal Pada Ny “R”
dengan Kekurangan Energi Kronis di Puskesmas Jumpandang Baru.
Yulianti, S. dan N. N. S. (2018). Upaya Perbaikan Gizi dengan Pemberian Makanan
Tambahan Pada Ny. D Umur 24 Th G1 P0 A0 Hamil Trimester II dengan Kurang
Energi Kronis (Kek) di Bpm Satiarmi Kota Bengkulu Tahun 2018. JournalOf
Midwifery, 6(2), 35–40.
https://doi.org/10.37676/jm.v6i2.632
Yuliastuti, E. (2014). Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kekurangan Energi
Kronis Pada Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Sungai Bilu Banjarmasin. 1(2).
Yulizawati, D. (2016). Pengaruh Pendidikan Kesehatan Metode Peer Education Mengenai
Skrining Prakonsepsi Terhadap Pengetahuan dan Sikap Wanita Usia Subur di
Wilayah Kabupaten Agam Tahun 2016. 11–20

Anda mungkin juga menyukai