DISUSUN OLEH:
NIDA FATIMATUZ ZAHRA
NIM. P077224422259
Puji syukur kehadirat Allah Tuhan Yang Maha Esa karena dengan limpahan
Rahmat, Karunia, Taufiq dan Hidayah-Nya penyusun dapat menyelesaikan
laporan asuhan kebidanan bayi, balita dan ana pra sekolah dengan baik sebagai
media pembelajaran dalam ilmu kebidanan dengan mengutip beberapa referensi.
Penyusun berterimakasih kepada rekan sejawat yang telah membantu
terselesaikannya laporan ini. Penyusun juga berterimakasih kepada ibu Dr. Hj.
Evy Nurachma, M. Kes selaku pembimbing institusi dan Ibu Bd. Sari Yuliyati,
S.ST yang telah memberikan arahan dan dukungan demi kesempurnaan laporan
ini.
Penyusun berharap adanya saran dan kritik yang membangun demi perbaikan
laporan. Penyusun juga berharap laporan ini dapat berguna di masa sekarang dan
yang akan datang. Semoga laporan sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun
yang membacanya.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Gangguan pertumbuhan dan perkembangan merupakan masalah yang
serius bagi negara maju maupun negara berkembang di dunia. Pertumbuhan
dapat dilihat dari berat badan, tinggi badan, dan lingkar kepala, sedangkan
perkembangan dapat dilihat dari kemampuan motorik, sosial dan emosional,
kemampuan berbahasa serta kemampuan kognitif. Pada dasarnya, setiap anak
akan melewati proses tumbuh kembang sesuai dengan tahapan usianya, akan
tetapi banyak faktor yang memengaruhinya. Anak merupakan generasi
penerus bangsa yang layak untuk mendapatkan perhatian dan setiap anak
memiliki hak untuk mencapai perkembangan kognisi, sosial dan perilaku
emosi yang optimal dengan demikian dibutuhkan anak dengan kualitas yang
baik agar tercapai masa depan bangsa yang baik (Hapsari, 2018).
Berdasarkan World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa 5-
25% anak usia pra sekolah di dunia mengalami disfungsi otak minor,
termasuk gangguan perkembangan motorik halus (WHO, 2010). Angka
kejadian terhadap gangguan perkembangan pada anak usia 3-17 tahun di
Amerika Serikat mengalami peningkatan dari tahun 2014 sebesar 5,76 % dan
di tahun 2016 sebesar 6,9% (Zablotsky et al., 2017).
Tumbuh kembang anak di Indonesia masih perlu mendapatkan perhatian
serius, Angka keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan masih cukup
tinggi yaitu sekitar 5-10% mengalami keterlambatan perkembangan umum.
Dua dari 1.000 bayi mengalami gangguan perkembangan motorik dan 3
sampai 6 dari 1.000 bayi juga mengalami gangguan pendengaran serta satu
dari 100 anak mempunyai kecerdasan kurang dan keterlambatan bicara.
Populasi anak di Indonesia menunjukkan sekitar 33% dari total populasi yaitu
sekitar 83 juta dan setiap tahunnya jumlah populasi anak akan meningkat
(Sugeng, 2019).
Berdasarkan hasil riset kesehatan dasar (Riskesdas) pada tahun 2013,
prevalensi anak dengan tubuh pendek (stunting) 37,2% yang berarti terjadi
peningkatan dibandingkan tahun 2010 (35,6%). Persentase tertinggi pada
tahun 2013 adalah di Provinsi Nusa Tenggara Timur (51,7%) dan Kalimantan
Timur menempati posisi ke 19 dengan presentase 30%.
Proses tumbuh kembang anak merupakan hal penting yang harus
diperhatikan sejak dini, mengingat bahwa anak merupakan generasi penerus
bangsa memiliki hak untuk mencapai perkembangan yang optimal, sehingga
dibutuhkan anak dengan kualitas baik demi masa depan bangsa yang lebih
baik. Golden age period merupakan periode yang kritis yang terjadi satu kali
dalam kehidupan anak, dimulai dari umur 0 sampai 5 tahun (Chamidah,
2018).
Anak yang memiliki awal tumbuh kembang yang baik akan tumbuh
menjadi dewasa yang lebih sehat, hal ini dipengaruhi oleh hasil interaksi
faktor genetik dan faktor lingkungan, sehingga nantinya memiliki kehidupan
yang lebih baik (Deki, 2016).
Upaya deteksi dini salah satunya dapat dilakukan melalui program
Stimulasi Deteksi Intervensi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK). SDIDTK
merupakan program pembinaan tumbuh kembang anak secara komprehensif
dan berkualitas melalui kegiatan stimulasi, deteksi dan intervensi. Tiga jenis
deteksi dini tumbuh kembang yaitu deteksi dini penyimpangan pertumbuhan,
yang dilakukan untuk menemukan status gizi kurang atau buruk dan bentuk
kepala mikrosefali atau makrosefali. Kedua, deteksi dini penyimpangan
perkembangan, untuk mengetahui adanya keterlambatan perkembangan anak,
gangguan daya lihat, dan gangguan daya dengar. Ketiga, deteksi dini
penyimpangan perilaku emosional, yaitu untuk mengetahui adanya masalah
perilaku emosional, autisme dan gangguan pemusatan perhatian dan
hiperaktivitas (Fazrin, 2018).
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui mengenai tumbuh kembang anak sehat serta
program kesehatan yang menunjang bagi kesehatan bayi/balita/anak pra
sekolah.
2. Tujuan Khusus
a. Mendeskripsikan konsep dasar teori alat bayi/balita/anak pra sekolah
normal.
b. Mendeskripsikan konsep dasar manajemen asuhan kebidanan pada
bayi/balita/anak pra sekolah normal.
c. Melaksanakan asuhan kebidanan pada bayi/balita/anak pra sekolah
normal dengan pendekatan Varney, yang terdiri dari :
1) Melakukan pengkajian
2) Menginterpretasikan data dasar
3) Mengidentifikasi diagnosis / masalah potensial
4) Mengidentifikasi kebutuhan tindakan segera
5) Mengembangkan rencana intervensi
6) Melakukan tindakan sesuai dengan rencana intervensi
7) Melakukan evaluasi atas tindakan yang telah dilakukan
d. Mendokumentasikan pelaksanaan asuhan kebidanan pada
bayi/balita/anak pra sekolah normal dalam bentuk catatan SOAP.
e. Membuat pembahasan dengan menggunakan 7 langkah Varney
BAB II
TINJAUAN TEORI
Hasil pemeriksaan TDL yaitu bila kedua mata anak tidak dapat
melihat baris ketiga poster E, artinya anak tidak dapat
mencocokkan arah kartu E yang dipegangnya dengan yang ada
pada poster E pada baris ketiga yang ditunjuk oleh pemeriksa.
Kemungkinan anak mengalami gengguan daya lihat.
Intervensi :
Yang perlu dilakukan bila kemungkinan anak mengalami
gangguan penglihatan maka minta anak datang lagi untuk
pemeriksaan ulang, bila pada peameriksaan berikutnya anak
tidak dapat melihat sampai baris yang sama maka rujuk kerumah
sakit dengan menuliskan mata yang mengalami gangguan
(kanan,
kiri atau keduanya). (Kemenkes RI, 2012).
B. Konsep Dasar Manajemen Asuhan Kebidanan Anak Prasekolah
Normal
I. PENGKAJIAN
Tanggal pengkajian :
Waktu pengkajian :
Tempat pengkajian :
Nama pengkaji :
A. Data Subyektif
1. Identitas
a. Identitas Klien
Nama :
Umur/Tanggal lahir : Pada saat kondisi kesehatan kronik
terjadi mempengaruhi tumbuh kembang
anak dari satu tahap ke tahap berikutnya.
(Narendra, dkk, 2008)
Jenis Kelamin :
Tanggal MRS :
b. Identitas orang tua
Nama ayah :
Nama ibu :
Usia ayah/ibu :
Pendidikan ayah/ibu :
Pekerjaan ayah/ibu :
Agama :
Suku/bangsa :
Alamat :
B. Data Obyektif
1. Pemeriksaan Umum
Kesadaran : Composmentis
Tanda Vital :
Tekanan darah :
- 1 tahun: 96/65 mmHg
- 2 tahun: 99/65 mmHg
- 4 tahun : 99/65 mmHg (Sacharine, 2008)
Nadi :
- Usia 1-12 bulan :110x permenit
- Usia 2- 5 tahun : 100-115x permenit
(Sacharine,2008)
Pernapasan :
- Usia 1- 12 bulan : 25-30x permenit
- Usia 2- 5 tahun : 20-25x permenit
(Sacharine,2008)
Suhu : 36,5-37,5˚C (Sacharine, 2008)
Antropometri :
Tinggi badan : Pada anak umur lebih dari 2 tahun pengukuran
pada anak umur kurang dari 2 tahun dengan posisi
tidur telentang dan pada umur lebih dari 2 tahun
dengan posisi berdiri (Soetjiningsih, 2012)
Berat badan : Berat badan dipakai sebagai indikator yang terbaik
pada saat ini untuk mengetahui keadaan gizi dan
tumbuh kembang anak (Meadow roy, 2011)
Lila : Laju tumbuh lambat dari 11cm pada saat lahir
menjadi 16cm pada umur 1 tahun selanjutnya
tidak banyak berubah 1 sampai 3 tahun
(Soetjiningsih, 2012)
Lingkar kepala :Pertumbuhan lingkar kepala yang paling pesat
adalah pada 6 bulan peratama,yaitu dari 34 pada
waktu lahir menjadi 44cm pada umur 6 bulan
sedangkan pada umur 1 tahun 47cm, 2 tahun
49cm,dewasa 54cm (Soetjiningsih, 2012)
2. Pemeriksaan Fisik
Inspeksi
Kepala : rambut bersih,lembut,kulit kepala bersih,tidak ada
lesi
Wajah : Mata segaris denga telinga; hidung digaris tengah
(varney,2007)
Mata : Sklera jenih, konjungtiva jernih, iris berwarna
merata dan blateral, pupil bilateral dan reaktif
terhadap cahaya, kornea jernih, retina
transparan.klopak mata tanpa ptosis dan edeme.
(varney, 2007).
Telinga : Posisi telinga garis lurus terhadap mata (Varney,
2007), tidak tampak pengeluaran secret atau serumen
Hidung : Tidak ada sumbatan jalan nafas Posisinya garis
tengah; nares ada di kedua sisi, (Varney, 2007). tidak
tampak pengeluaran secret atau serumen
Mulut : tampak simetris, membran mukosa lembab, tidak
tampak stomatitis,gigi tampak bersih dan lengkap,
gusi tidak tampak odema
Leher : tidak tampak pembesaran pada kelenjar tyroid, getah
bening,maupun vena jugularis
Dada : tampak simetris,tidak tampak retraksi dinding dada
Abdomen : tampak simetris,tidak terdapat bekas luka operasi
Genetalia eksterna: laki – laki : tampak normal
Perempuan : tampak normal
Anus : tidak ada kelainan
Ekstremitas : tampak sama panjang,tidak tampak oedema, jari-jari
lengkap
Palpasi
Kepala : tidak teraba lesi atau tumor
Wajah : tidak teraba oedema pada wajah
Mata : tidak teraba oedema
Telinga : tidak teraba benjolan atau masa
Hidung : tidak teraba polip
Leher : tidak teraba pembesaran vena jugularis, kelenjar
tyroid dan getah bening
Abdomen : tidak teraba masa,benjolan
Genetalia eksterna : tampak normal
Anus : tidak ada kelainan
Ekstremitas : tidak teraba oedem,
Auskultasi
Dada : terdengar bunyi vesikuler diseluruh lapang
paru,dan tidak ada bunyi tambahan.
Abdomen : terdengar bising usus 4 sampai 5 kali permenit di
setiap kuadran
3. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboraturium :
Pemeriksaan diagnostic lainnya :
V. INTERVENSI
1. Jelaskan hasil pemeriksaan pada pendamping pasien
Rasional : Informed konsen , hak pendamping untuk mengetahui
keadaan bayinya
2. Berikan KIE personal hygiene bayi/balita/anak
Rasional: Menjaga personal hygiene untuk memberikan rasa nyaman
dan mencegah infeksi
3. Berikan pendidikan kesehatan mengenai kebutuhan nutrisi
Rasional: Pendidikan kesehatan mengenai kebutuhan nutrisi dapat
mencegah bayi/balita/anak terkena penyakit.
4. Anjurkan ibu untuk memberikan stimulasi tumbuh kembang yang
sesuai dengan usia anak
Rasional: Stimulasi yang sesuai dengan usia anak dapat meningkatkan
pencapaian tumbuh kembang bayi/balita/anak yang optimal
5. Berikan mainan yang bersifat edukatif kepada bayi/balita/anak
Rasional: Dengan memberikan mainan yang bersifat edukatif kepada
bayi/balita/anak dapat mengembangkan kemampuan pola pikir
bayi/balita/anak
6. Berikan pendidikan kesehatan tentang pentingnya pemberian
imunisasi.
Rasional: Pendidikan imunisasi diberikan bertujuan untuk
memberikan kekebalan pada bayi agar dapat mencegah penyakit dan
kematian bayi serta anak yang disebabkan oleh penyakit yang sering
berjangkit.
VI. IMPLEMENTASI
Pelaksanaan dilakukan dengan efisien dan aman sesuai dengan rencana
asuhan yang telah disusun. Pelaksanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh
bidan atau sebagian dikerjakan oleh klien atau anggota tim kesehatan
lainnya.
VII. EVALUASI
Evaluasi merupakan penilaian tentang keberhasilan dan keefektifan
asuhan kebidanan yang telah dilakukan. Evaluasi didokumentasikan dalam
bentuk SOAP.
DAFTAR PUSTAKA
Armini, N. W. (2017). Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Pra
Sekolah. Yogyakarta: ANDI.
Bernice et.al. (2020). Implementing a Buddy Reading Program to Improve
Reading in Young Children. Indonesian Journal of Early Childhood, 9(2),
73-80.
Chamidah. (2018). Deteksi Dini Perkembangan Balita Dengan Metode DDST II
Di Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Juanda Samarinda. Jurnal
Endurance, 3(2), 367-374.
Deki, P. (2016). Factors Affecting Early Childhood Growth and Development :
Golden 1000 Days. Journal of Advanced Practices in Nursing, 1(1), 1-7.
Dr Marie-Claire Bartolo. (2020). Nutrition in childhood. The Journal of the Malta
College of Family Doctors, 3(1), 12-20.
Fazrin, I. (2018). Pendidikan Kesehatan Deteksi Dini Tumbuh Kembang Pada
Anak Di Paud Lab School UNPGRI Kediri. . Journal of Community
Engagement in Health, 1(2), 6-14.
Hapsari. (2018). Hubungan Pendapatan Keluarga, Pengetahuan Ibu Tentang Gizi,
Tinggi Badan Orang Tua, dan Tingkat Pendidikan Ayah Dengan Kejadian
Stunting Pada Anak Umur 12-59 Bulan. Universitas Muhammadiah
Surakarta.
Joshua et.al. (2018). Stimulation Interventions and Parenting in Low- and MiddleI
Income Countries: A Meta-analysis. American Academy of Pediatrics,
141(4), 1-17.
Kemenkes RI. (2012). Pedoman Pelaksanaan Stimulasi, Deteksi dan. Jakarta:
Kemenkes RI.
Kemenkes RI. (2013). Riskesdas. Jakarta: Kemenkes RI.
Marmi & Kukuh. (2016). Asuhan Neonatus, Bayi, Balita dan Anak Prasekolah.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Narendra, dkk. (2008). Buku Ajar Tumbuh Kembang Anak dan Remaja. Jakarta:
EGC.
Robert & Rebecca. (2016). The importance of early bonding on the long-term
mental health and resilience of children. London Journal of Primary Care,
8(1), 12-14.
Soetjiningsih & Ranuh. (2012). Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC.
Stella et. al. (2017). Impact of a child stimulation intervention on early child
development in rural Peru: a cluster randomised trial using a reciprocal
control design. BMJ, 217–224.
Sugeng. (2019). Gambaran Tumbuh Kembang Anak pada Periode Emas Usia 0-
24 Bulan di Posyandu Wilayah Kecamatan Jatinangor. Jurnal Sistem
Kesehatan, 4(2), 96-101.
Sulistyawati, A. (2016). Dukungan Pendidikan Anak Usia Dini (Paud) Terhadap
Tumbuh Kembang Anak. Jurnal Ilmu Kebidanan, 2(2), 1-9.
Zablotsky et al. (2017). Estimated Prevalence of Children With Diagnosed
Developmental Disabilities in the United States, 2014–2016. Centers for
Disease Control and Prevention.