Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEBIDANAN ANAK PRASEKOLAH NORMAL

DISUSUN OLEH:
NIDA FATIMATUZ ZAHRA
NIM. P077224422259

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES KALIMANTAN TIMUR
PROGRAM STUDI PROFESI BIDAN
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Tuhan Yang Maha Esa karena dengan limpahan
Rahmat, Karunia, Taufiq dan Hidayah-Nya penyusun dapat menyelesaikan
laporan asuhan kebidanan bayi, balita dan ana pra sekolah dengan baik sebagai
media pembelajaran dalam ilmu kebidanan dengan mengutip beberapa referensi.
Penyusun berterimakasih kepada rekan sejawat yang telah membantu
terselesaikannya laporan ini. Penyusun juga berterimakasih kepada ibu Dr. Hj.
Evy Nurachma, M. Kes selaku pembimbing institusi dan Ibu Bd. Sari Yuliyati,
S.ST yang telah memberikan arahan dan dukungan demi kesempurnaan laporan
ini.
Penyusun berharap adanya saran dan kritik yang membangun demi perbaikan
laporan. Penyusun juga berharap laporan ini dapat berguna di masa sekarang dan
yang akan datang. Semoga laporan sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun
yang membacanya.

Samarinda, 29 Mei 2023

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Gangguan pertumbuhan dan perkembangan merupakan masalah yang
serius bagi negara maju maupun negara berkembang di dunia. Pertumbuhan
dapat dilihat dari berat badan, tinggi badan, dan lingkar kepala, sedangkan
perkembangan dapat dilihat dari kemampuan motorik, sosial dan emosional,
kemampuan berbahasa serta kemampuan kognitif. Pada dasarnya, setiap anak
akan melewati proses tumbuh kembang sesuai dengan tahapan usianya, akan
tetapi banyak faktor yang memengaruhinya. Anak merupakan generasi
penerus bangsa yang layak untuk mendapatkan perhatian dan setiap anak
memiliki hak untuk mencapai perkembangan kognisi, sosial dan perilaku
emosi yang optimal dengan demikian dibutuhkan anak dengan kualitas yang
baik agar tercapai masa depan bangsa yang baik (Hapsari, 2018).
Berdasarkan World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa 5-
25% anak usia pra sekolah di dunia mengalami disfungsi otak minor,
termasuk gangguan perkembangan motorik halus (WHO, 2010). Angka
kejadian terhadap gangguan perkembangan pada anak usia 3-17 tahun di
Amerika Serikat mengalami peningkatan dari tahun 2014 sebesar 5,76 % dan
di tahun 2016 sebesar 6,9% (Zablotsky et al., 2017).
Tumbuh kembang anak di Indonesia masih perlu mendapatkan perhatian
serius, Angka keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan masih cukup
tinggi yaitu sekitar 5-10% mengalami keterlambatan perkembangan umum.
Dua dari 1.000 bayi mengalami gangguan perkembangan motorik dan 3
sampai 6 dari 1.000 bayi juga mengalami gangguan pendengaran serta satu
dari 100 anak mempunyai kecerdasan kurang dan keterlambatan bicara.
Populasi anak di Indonesia menunjukkan sekitar 33% dari total populasi yaitu
sekitar 83 juta dan setiap tahunnya jumlah populasi anak akan meningkat
(Sugeng, 2019).
Berdasarkan hasil riset kesehatan dasar (Riskesdas) pada tahun 2013,
prevalensi anak dengan tubuh pendek (stunting) 37,2% yang berarti terjadi
peningkatan dibandingkan tahun 2010 (35,6%). Persentase tertinggi pada
tahun 2013 adalah di Provinsi Nusa Tenggara Timur (51,7%) dan Kalimantan
Timur menempati posisi ke 19 dengan presentase 30%.
Proses tumbuh kembang anak merupakan hal penting yang harus
diperhatikan sejak dini, mengingat bahwa anak merupakan generasi penerus
bangsa memiliki hak untuk mencapai perkembangan yang optimal, sehingga
dibutuhkan anak dengan kualitas baik demi masa depan bangsa yang lebih
baik. Golden age period merupakan periode yang kritis yang terjadi satu kali
dalam kehidupan anak, dimulai dari umur 0 sampai 5 tahun (Chamidah,
2018).
Anak yang memiliki awal tumbuh kembang yang baik akan tumbuh
menjadi dewasa yang lebih sehat, hal ini dipengaruhi oleh hasil interaksi
faktor genetik dan faktor lingkungan, sehingga nantinya memiliki kehidupan
yang lebih baik (Deki, 2016).
Upaya deteksi dini salah satunya dapat dilakukan melalui program
Stimulasi Deteksi Intervensi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK). SDIDTK
merupakan program pembinaan tumbuh kembang anak secara komprehensif
dan berkualitas melalui kegiatan stimulasi, deteksi dan intervensi. Tiga jenis
deteksi dini tumbuh kembang yaitu deteksi dini penyimpangan pertumbuhan,
yang dilakukan untuk menemukan status gizi kurang atau buruk dan bentuk
kepala mikrosefali atau makrosefali. Kedua, deteksi dini penyimpangan
perkembangan, untuk mengetahui adanya keterlambatan perkembangan anak,
gangguan daya lihat, dan gangguan daya dengar. Ketiga, deteksi dini
penyimpangan perilaku emosional, yaitu untuk mengetahui adanya masalah
perilaku emosional, autisme dan gangguan pemusatan perhatian dan
hiperaktivitas (Fazrin, 2018).
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui mengenai tumbuh kembang anak sehat serta
program kesehatan yang menunjang bagi kesehatan bayi/balita/anak pra
sekolah.
2. Tujuan Khusus
a. Mendeskripsikan konsep dasar teori alat bayi/balita/anak pra sekolah
normal.
b. Mendeskripsikan konsep dasar manajemen asuhan kebidanan pada
bayi/balita/anak pra sekolah normal.
c. Melaksanakan asuhan kebidanan pada bayi/balita/anak pra sekolah
normal dengan pendekatan Varney, yang terdiri dari :
1) Melakukan pengkajian
2) Menginterpretasikan data dasar
3) Mengidentifikasi diagnosis / masalah potensial
4) Mengidentifikasi kebutuhan tindakan segera
5) Mengembangkan rencana intervensi
6) Melakukan tindakan sesuai dengan rencana intervensi
7) Melakukan evaluasi atas tindakan yang telah dilakukan
d. Mendokumentasikan pelaksanaan asuhan kebidanan pada
bayi/balita/anak pra sekolah normal dalam bentuk catatan SOAP.
e. Membuat pembahasan dengan menggunakan 7 langkah Varney
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Konsep Dasar Teori Asuhan Kebidanan Anak Prasekolah Normal


Definisi Pertumbuhan dan Perkembangan
Pertumbuhan berkaitan dengan masalah perubahan dalam besar,
jumlah, ukuran, atau dimensi tingkat sel, organ, maupun individu. Yang
bisa diukur dengan ukuran berat (gram, pound, kilogram), ukuran
panjang (cm, meter), umur tulang, dan keseimbangan metabolis (retensi
kalsium dan nitrogen dalam tubuh) (Armini, 2017).
Pertumbuhan (growth) mempunyai ciri-ciri khusus, yaitu perubahan
ukuran, perubahan proporsi, hilangnya ciri-ciri lama, serta munculnya
ciri-ciri baru. Keunikan pertumbuhan adalah mempunyai kecepatan yang
berbeda-beda di setiap kelompok umur dan masing-masing organ juga
mempunyai pola pertumbuhan berbeda (Marmi & Kukuh, 2016).
Perkembangan (development) adalah pertambahan kemampuan
struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks. Perkembangan
menyangkut adanya proses diferensiasi sel-sel, jaringan, organ, dan
sistem organ yang berkembang sedemikian rupa sehingga masing-masing
dapat memenuhi fungsinya (Marmi & Kukuh, 2016).
Maka pertumbuhan dan perkembangan merupakan suatu manifestasi
yang kompleks dari perubahan morfologi, biokimia, dan fisiologis yang
terjadi sejak konsepsi sampai maturitas/dewasa. Banyak orang
menggunakan istilah “tumbuh” dan “kembang” secara sendiri-sendiri
atau bahkan ditukar-tukar. Istilah tumbuh kembang sebenarnya
mencakup 2 peristiwa yang sifatnya berbeda, tetapi saling berkaitan dan
sulit dipisahkan, yaitu pertumbuhan dan perkembangan (Soetjiningsih &
Ranuh, 2017).
B. Etiologi Pertumbuhan dan Perkembangan
Menurut (Marmi & Kukuh, 2016) terdapat 2 faktor utama yang
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak, yaitu:
a. Faktor herediter
Merupakan faktor pertumbuhan yang dapat diturunkan yaitu suku,
ras, dan jenis kelamin. Jenis kelamin ditentukan sejak dalam
kandungan. Anak laki-laki setelah lahir cenderung lebih besar dan
tinggi dari pada anak perempuan, hal ini akan nampak saat anak
sudah mengalami masa pra pubertas. Ras dan suku bangsa juga
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan. Misalnya suku
bangsa Asia memiliki tubuh yang lebih pendek dari pada orang
Eropa atau suku asmat dan Irian berkulit hitam.
b. Faktor lingkungan
1) Lingkungan pre-natal
Kondisi lingkungan yang mempengaruhi fetus dalam uterus
yang dapat mengganggu pertumbuhan dan perkembangan janin
antara lain gangguan nutrisi karena ibu kurang mendapat asupan
gizi yang baik, gangguan endokrin pada ibu (diabetes mellitus),
ibu yang mendapatkan terapi sitostatika atau mengalami infeksi
rubella, toxoplasmosis, sifilis dan herpes. Faktor lingkungan
yang lain adalah radiasi yang dapat menyebabkan kerusakan
pada organ otak janin.
2) Lingkungan post-natal
Lingkungan yang dapat mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan setelah bayi lahir adalah :
a) Nutrisi
Nutrisi adalah salah satu komponen yang penting dalam
menunjang keberlangsungan proses pertumbuhan dan
perkembangan. Terdapat kebutuhan zat gizi yang
diperlukan seperti protein, karbohidrat, lemak, mineral,
vitamin dan air. Apabila kebutuhan tersebut tidak atau
kurang terpenuhi maka dapat menghambat pertumbuhan
dan perkembangan anak. Asupan nutrisi yang berlebihan
juga berdampak buruk bagi kesehatan anak, yaitu terjadi
penumpukan kadar lemak yang berlebihan dalam sel atau
jaringan bahkan pada pembuluh darah.
(1) Asupan nutrisi yang tidak adekuat, baik secara
kuantitas maupun kualitatif
(2) Hiperaktivitas fisik atau istirahat yang kurang
(3) Adanya penyakit yang menyebabkan peningkatan
kebutuhan nutrisi
(4) Stress emosi yang dapat menyebabkan menurunnya
nafsu makan atau absorbsi makanan tidak adekuat.
b) Budaya lingkungan
Budaya keluarga atau masyarakat akan mempengaruhi
bagaimana mereka dalam mempersepsikan dan memahami
kesehatan dan perilaku hidup sehat. Pola perilaku ibu hamil
dipengaruhi oleh budaya yang dianutnya, misalnya larangan
untuk makan-makanan tertentu padahal zat gizi tersebut
dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan janin.
Keyakinan untuk melahirkan di dukun beranak dari pada
tenaga kesehatan. Setelah anak lahir dibesarkan di
lingkungan atau berdasarkan lingkungan budaya masyarakat
setempat.
c) Status sosial dan ekonomi keluarga
Anak yang dibesarkan di keluarga yang berekonomi tinggi
untuk pemenuhan kebutuhan gizi akan tercukupi dengan
baik dibandingkan dengan anak yang dibesarkan di keluarga
yang berekonomi sedang atau kurang. Demikian juga status
pendidikan orang tua, keluarga dengan pendidikan tinggi
akan lebih mudah menerima arahan terutama tentang
peningkatan pertumbuhan dan perkembangan anak,
penggunaan fasilitas kesehatan dan lain-lain dibandingkan
dengan keluarga dengan latar belakang pendidikan rendah.
d) Iklim atau cuaca
Iklim tertentu akan mempengaruhi status kesehatan anak
misalnya musim penghujan akan dapat menimbulkan banjir
sehingga menyebabkan sulitnya transportasi untuk
mendapatkan bahan makanan, timbul penyakit menular, dan
penyakit kulit yang dapat menyerang bayi dan anak-anak.
anak yang tinggal di daerah endemik misalnya endemik
demam berdarah akan meningkat.
e) Olahraga atau latihan fisik
Manfaat olahraga atau latihan fisik yang teratur akan
meningkatkan sirkulasi darah sehingga meningkatkan
suplai oksigen ke seluruh tubuh, meningkatkan aktivitas
fisik dan menstimulasi perkembangan otot dan jaringan sel.
f) Posisi anak dalam keluarga
Posisi anak sebagai anak tunggal, anak sulung, anak tengah
atau anak bungsu akan mempengaruhi pola perkembangan
anak tersebut diasuh dan dididik dalam keluarga.
g) Status kesehatan
Status kesehatan anak dapat berpengaruh pada pencapaian
pertumbuhan dan perkembangan. Hal ini dapat terlihat
apabila anak dalam kondisi sehat dan sejahtera maka
percepatan pertumbuhan dan perkembangan akan lebih
mudah dibandingkan dengan anak dalam kondisi sakit.
h) Faktor hormonal
Faktor hormonal yang berperan dalam pertumbuahan dan
perkembangan anak adalah somatotropon yang berperan
dalam mempengaruhi pertumbuhan tinggi badan, hormon
tiroid dengan menstimulasi metabolisme tubuh,
glukokortiroid yang berfungsi menstimulasi pertumbuhan
sel interstisial dari testis untuk memproduksi testosteron
dari ovarium untuk memproduksi esterogen selanjutnya
hormon tersebut akan menstimulasi perembangan seks baik
pada anak laki-laki maupun perempuan sesuai dengan peran
hormonnya.
Dalam penelitian Stella et. al, (2017) mengevaluasi metode
stimulasi perkembangan dengan membuat dua kelompok
intervensi. Satu kelompok mendapatkan paket intervensi rumah
tangga terpadu (IHIP), sedangkan kelompok lainnya mendapat
intervensi tumbuh kembang anak usia dini (ECD). Intervensi
ECD berbasis rumah secara efektif meningkatkan
perkembangan anak secara keseluruhan di seluruh domain
(kebiasaan dasar, perkembangan pribadi dan sosial,
keterampilan motorik kasar, keterampilan motorik halus,
hubungan antar objek, ruang dan waktu, serta komunikasi).
Strategi berbasis rumahan bisa menjadi komponen yang
menjanjikan dari program pengentasan kemiskinan yang
berusaha meningkatkan hasil perkembangan anak-anak di
pedesaan Peru.
Dalam penelitian lain yang dilakukan oleh Joshua et.al,
(2018) Intervensi stimulasi pada anak usia dini meningkatkan
beberapa aspek dari pola asuh ibu. Peningkatan pola pengasuhan
ini dapat berfungsi sebagai kunci keberhasilan program ECD.

C. Ciri-ciri Tumbuh Kembang


Berikut ini adalah ciri-ciri tumbuh kembang, antara lain sebagai
berikut (Sulistyawati, 2016):
a. Tumbuh kembang adalah proses yang kontinu sejak dari konsepsi
sampai dengan maturitas (dewasa) yang dipengaruhi oleh faktor
bawaan dan lingkungan, tumbuh kembang sudah terjadi sejak bayi di
dalam kandungan hingga setelah kelahirannya. Sejak kelahirannya
itulah tumbuh kembang anak mulai diamati.
b. Dalam periode tertentu, terdapat masa percepatan atau perlambatan
serta laju tumbuh kembang yang berlainan di antara organ-organ.
Terdapat tiga periode pertumbuhan cepat, yaitu pada masa janin,
bayi, dan pubertas. Pertumbuan organ-organ manusia mengikuti
empat pola, yaitu pola umum, limfoid, neural, dan reproduksi.
c. Pola perkembangan bersifat relatif sama pada semua anak, tetapi
kecepatannya berbeda antara anak yang satu dengan yang lainnya.
d. Perkembangan erat hubungannya dengan maturasi sistem susunan
saraf. Contohnya, tidak ada latihan yang dapat menyebabkan anak
dapat berjalan sampai sistem saraf siap untuk itu, tetapi tidak adanya
kesempatan praktik akan menghambat kemampuan ini.
e. Aktivitas seluruh tubuh diganti respons tubuh yang khas. Misalnya,
bayi akan menggerakkan seluruh tubuhnya, tangan, dan kakinya jika
melihat sesuatu yang menarik. Namun, anak lebih besar reaksinya
hanya tertawa atau meraih benda tersebut.
f. Arah perkembangan adalah sefalokaudal. Langkah pertama sebelum
berjalan adalah menegakkan kepalanya.
g. Refleks primitif seperti refleks memegang dan berjalan akan
menghilang sebelum gerakkan volunteer tercapai.

D. Kebutuhan Dasar Anak


Kebutuhan dasar anak untuk tumbuh kembang, secara umum
digolongkan menjadi 3 kebutuhan dasar (Armini, 2017):
a. Kebutuhan Fisik Biomedis (Asuh)
Meliputi :
1) Pangan/gizi merupakan kebutuhan terpenting
Dalam penelitian Dr Marie-Claire Bartolo (2020) Selama masa
kanak-kanak dan usia sekolah, anak-anak mulai membangun
kebiasaan makan dan olahraga yang tetap ada sepanjang hidup
mereka. Jika anak-anak membentuk kebiasaan sehat, risiko
mereka terkena banyak penyakit kronis akan sangat menurun. Di
sisi lain, kebiasaan makan yang buruk dan aktivitas fisik selama
masa kanak-kanak menjadi penyebab masalah kesehatan di
masa dewasa. Berikut ini adalah panduan praktis tentang
kualitas, frekuensi dan jumlah makanan yang akan diberikan
kepada anak usia 6-23 bulan,

2) Perawatan kesehatan dasar, antara lain imunisasi, pemberian


ASI, penimbangan bayi/anak yang teratur, pengobatan kalau
sakit, dan lain-lain.
3) Papan/pemukiman yang layak.
4) Hygiene perorangan, sanitasi lingkungan.
5) Sandang.
6) Kesegaran jasmani, rekreasi, dan lain-lain.
b. Kebutuhan emosi/kasih sayang (Asih)
Kasih sayang dari orangtuanya (Ayah-ibu) akan menciptakan ikatan
yang erat (boding) dan kepercayaan dasar (basic trust). Hubungan
yang erat dan selaras antara ibu/pengganti ibu dengan anak
merupakan syarat yang mutlak untuk menjamin tumbuh kembang
yang selaras, baik fisik, mental, maupun psikososial.
Penelitian Robert & Rebecca (2016) menyebutkan bahwa bukti dari
bidang psikologi perkembangan, neurobiologi, dan studi epigenetik
bahwa pengabaian, ketidakkonsistenan orang tua dan kurangnya
cinta dapat menyebabkan masalah kesehatan mental jangka panjang
serta mengurangi potensi dan kebahagiaan secara keseluruhan.
c. Kebutuhan akan stimulasi mental (Asah)
Stimulasi mental merupakan cikal bakal dalam proses belajar
(pendidikan dan pelatihan) pada anak. Stimulasi mental (Asah) ini
mengembangkan perkembangan mental psikososial, kecerdasan,
keterampilan, kemandirian, kreativitas, agama, kepribadian, moral
etika, produktivitas dan sebagainya.
Metode membaca yang dilakukan juga akan mempengaruhi anak
dalam mengembangkan kemampuannya, dalam penlitian Bernice
et.al, (2020) Siswa taman kanak-kanak yang tingkat kemampuan
membacanya rendah dipasangkan dengan siswa yang lebih mahir
tingkat membacanya. intervensi buddy reading ini berhasil dilakukan
di lingkungan sekolah pedesaan dengan sumber daya pengajar yang
rendah.

E. Deteksi Dini Tumbuh Kembang Anak


a. Deteksi Dini Penyimpangan Pertumbuhan
1) Pengukuran berat badan terhadap tinggi badan (BB/TB)
Tujuan pengukuraan BB/TB adalah untuk menentukan status
gizi anak, normal, kurus, kurus sekali, atau gemuk.
(a) Berikut contoh pengukuran tinggi badan pada anak.
(b) Berikut contoh penimbangan berat badan pada anak

2) Pengukuran Lingkar Kepala Anak (LKA)


Tujuan pengukuran lingkaran kepala anak adalah untuk
mengetahui lingkaran kepala anak dalam batas normal atau di
luar batas normal. (Kemenkes RI, 2012).
Berikut contoh pengukuran lingkaran kepala anak dan grafik
lingkaran kepala anak menurut umur.

b. Deteksi Dini Penyimpangan Perkembangan


1) Skrining/pemeriksan perkembangan anak menggunakan
kuesioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP)
Tujuan skrining/pemeriksaan perkembangan anak menggunakan
KPSP adalah untuk mengetahui perkembangan anak normal atau
ada penyimpangan. Jadwal skrining pemeriksaan KPSP rutin
adalah pada umur 3, 6, 9, 12, 15, 18, 21, 24, 30, 36, 43, 48, 60,
66, dan 72 bulan. Jika anak belum mencapai umur skrining
tersebut, minta ibu datang kembali pada umur skrining yan
terdekat untuk
pemeriksaan rutin. Skrining/pemeriksaan dilakukan oleh tenaga
kesehatan, guru TK dan petugas PADU terlatih.
Interprestasi hasil KPSP :
a) Hitung berapa jumlah jawaban Ya.
b) Jumlah Jawaban „Ya‟ = 9-10, perkembangan anak sesuai
dengan tahap perkembangannya (S).
c) Jumlah Jawaban „Ya‟ = 7 atau 8, perkembangan anak
meragukan (M).
d) Jumlah Jawaban „Ya‟ = 6 atau kurang, kemungkinan ada
penyimpangan (P).
e) Untuk jawaban „Tidak”, perlu dirinci jumlah jawaban
„Tidak‟ menurut jenis keterlambatan (gerak kasar, gerak
halus, bicara dan bahasa, sosialisasi dan kemandirian).
Intervensi:
Bila perkembangan anak sesuai umur (S), lakukan tindakan
berikut:
a) Beri pujian kepada ibu karena telah mengasuh anaknya
dengan baik.
b) Teruskan pola asuh anak sesuai dengan tahap
perkembangan anak.
c) Beri stimulasi perkembangan anak setiap saat, sesering
mungkin, sesuai dengan umur dan kesiapan anak.
d) Ikutkan anak pada kegiatan penimbangan dan pelayanan
kesehatan di posyandu secara teratur sebulan 1 kali dan
setiap ada kegiatan BKB.
e) Lakukan pemeriksaan rutin menggunakan KPSP setiap 3
bulan pada anak berumur < 24 bulan dan setiap 6 bulan
pada anak umur sampai 72 bulan.
Bila perkembangan anak meragukan (M), lakukan tindakan
berikut:
a) Beri petunjuk pada ibu agar melakukan stimulasi
perkembangan pada anak lebih sering lagi.
b) Ajarkan ibu cara melakukan intervensi stimulasi
perkembangan anak untuk mengatasi
penyimpangan/mengejar ketertinggalannya.
c) Lakukan pemeriksaan kesehatan untuk mencari
kemungkinan adanya penyakit yang menyebabkan
penyimpangan perkembangan.
d) Lakukan penilaian ulang KPSP 2 minggu kemudian dengan
menggunakan daftar KPSP yang sesuai dengan umur anak.
e) Jika hasil KPSP ulang jawaan „Ya‟ tetap 7 atau 8 maka
kemungkinan ada penyimpangan (P).
Bila tahapan perkembangan terjadi penyimpangan (P),
lakukan tindakan berikut:
Rujuk ke Rumah Sakit dengan menuliskan jenis dan jumlah
penyimpangan perkembangan (gerak kasar, gerak halus, bicara
& bahasa, sosialisasi dan kemandirian). (Kemenkes RI, 2012).
2) Tes Daya Dengar (TDD)
Tujuan tes daya dengar adalah untuk menemukan gangguan
pendengaran sejak dini, agar dapat segera ditindaklanjuti untuk
meningkatkan kemampuan daya dengar dan bicara anak.
Jadwal TDD adalah setiap 3 bulan pada bayi umur kurang dari
12 bulan dan setiap 6 bulan pada anak umur 12 bulan keatas. Tes
ini dilaksanakan oleh tenaga kesehatan, guru TK, tenaga PAUD
dan petugas terlatih. Alat yang diperlukan adalah instrumen TDD
menurut umur anak, gambar binatang (ayam, anjing, kucing) dan
manusia, mainan (boneka, kubus, sendok, cangkir, bola).
(Kemenkes RI, 2012).
Cara melakukan TDD:
a) Tanyakan tanggal bulan dan tahun anak lahir, hitung umur
anak dalam bulan.
b) Pilih daftar pertanyaan TDD yang sesuai denga umur anak.
c) Pada anak umur kurang dari 24 bulan:
(1) Semua pertanyaan dijawab oleh orang tua atau
pengasuh anak.
(2) Bacakan pertanyaan dengan lambat, jelas dan nyaring,
satu bersatu dan berurutan.
(3) Tunggu jawaban dari orang tua atau pengasuh anak.
Jawaban YA jika menurut orang tua atau pengasuh,
anak dapat melakukannya dalam sebulan terakhir.
Jawaban TIDAK jika menurut orang tua atau pengasuh
anak tidak dapat melakukannya dalam sebulan terakhir.
d) Pada anak umur 24 bulan atau lebih:
(1) Pertanyaan-pertanyaan berupa perintah melalui orang
tua atau pengasuh untuk dikerjakan oleh anak.
(2) Amati kemampuan anak dalam melakukan perintah
orang tua atau pengasuh.
Jawaban YA jika ank dapat melakukan perintah orang
tua atau pengasuh.
Jawaban TIDAK jika anak tidak dapat atau tidak mau
melakukan perintah orang tua atau pengasuh.
Interpretasi:
a) Bila ada satu atau lebih jawaban TIDAK, kemungkinan
anak mengalami gangguan pendengaran.
b) Catat dalam buku KIA atau kartu kohort bayi/balita atau
status/catatan medik anak, jenis kelamin.
Intervensi:
a) Tindak lanjut sesuai dengan buku pedoman yang ada.
b) Rujuk bila tidak dapat diatanggulangi. (Kemenkes RI,
2012).
3) Tes Daya Lihat (TDL)
Tujuan tes daya lihat adalah untuk mendeteksi secara dini
kelainan daya lihat agar segera dapat dilakukan tindakan
lanjutan sehingga kesempatan untuk memperoleh ketajaman
daya lihat menjadi lebih besar. Jadwal tes daya lihat dilakukan
setiap 6 bulan pada anak usia prasekolah umur 36 sampai 72
bulan. Tes ini dilakukan oleh tenaga kesehatan, guru TK, dan
petugas terlatih. Alat atau sarana yang diperlukan yaitu dua buah
kursi, poster E atau snellen chart (Kemenkes, 2012).
Cara melakukan tes daya lihat:
a) Pilih ruangan yang bersih dan tenang
b) Gantung poster E setinggi mata anak pada posisi duduk
c) Letakkan sebuah kursi sejauh 3 meter dari poster E
menghadap ke poster E.
d) Letakkan sebuah kursi lainnya disamping poster E untuk
pemeriksa.
e) Pemeriksa memberikan kartu E pada anak, latih anak dalam
mengarahkan kartu E yang ada ditangannya mengahadap
atas, bawah, kanan, kiri, sesuai petunjuk pada poster E atau
snellen chart. lakukan hal ini dengan benar sampai anak
dapat mengarah kan kartu E dengan benar.
f) Selanjutnya anak diminta menutup mata dengan kertas atau
buku, dengan alat penunjuk, tunjuk huruf E pada poster E
atau snellen chart, satu persatu, mulai baris pertama sampai
baris keempat atau baris E terecil yang masih dapat dilihat.
Puji anak setiap kali dapat mencocokkan kartu E yang ada
di
g) tangannya dengan yang ada di poster E atau snellen chart.
Ulangi pemeriksaan tersebut pada mata yang belum
diperiksa dengan cara yang sama.
h) Tulis baris “E” terkecil yang masih dapat dilihat, pada
kertas yang telah tersediakan: Mata kanan :……. Mata kiri:
………
Berikut dibawah ini adalah contoh tes daya lihat dan poster E.
Interpretasi:

Hasil pemeriksaan TDL yaitu bila kedua mata anak tidak dapat
melihat baris ketiga poster E, artinya anak tidak dapat
mencocokkan arah kartu E yang dipegangnya dengan yang ada
pada poster E pada baris ketiga yang ditunjuk oleh pemeriksa.
Kemungkinan anak mengalami gengguan daya lihat.
Intervensi :
Yang perlu dilakukan bila kemungkinan anak mengalami
gangguan penglihatan maka minta anak datang lagi untuk
pemeriksaan ulang, bila pada peameriksaan berikutnya anak
tidak dapat melihat sampai baris yang sama maka rujuk kerumah
sakit dengan menuliskan mata yang mengalami gangguan
(kanan,
kiri atau keduanya). (Kemenkes RI, 2012).
B. Konsep Dasar Manajemen Asuhan Kebidanan Anak Prasekolah
Normal
I. PENGKAJIAN
Tanggal pengkajian :
Waktu pengkajian :
Tempat pengkajian :
Nama pengkaji :

A. Data Subyektif
1. Identitas
a. Identitas Klien
Nama :
Umur/Tanggal lahir : Pada saat kondisi kesehatan kronik
terjadi mempengaruhi tumbuh kembang
anak dari satu tahap ke tahap berikutnya.
(Narendra, dkk, 2008)
Jenis Kelamin :
Tanggal MRS :
b. Identitas orang tua
Nama ayah :
Nama ibu :
Usia ayah/ibu :
Pendidikan ayah/ibu :
Pekerjaan ayah/ibu :
Agama :
Suku/bangsa :
Alamat :

2. Riwayat Kesehatan Klien


a. Riwayat Kesehatan Sekarang
1) Keluhan utama
Untuk mengetahui apa saja yang dirasakan klien pada saat
mengkaji agar dapat menegtahui tindakan apa yang
dilakukan.
2) Riwayat perjalan penyakit dan upaya untuk mengatasi
b. Riwayat Kesehatan yang Lalu
1) Riwayat kehamilan dan kelahiran
Cara kelahiran spontan atau buatan, aterm atau prematur,
perdarahan, ditolong oleh siapa, berat badan dan panjang
badan bayi baru lahhir, komplikasi persalinan
(Soetjiningsih, 2012). Keadaan bayi dan tali pusat, minum
ASI/PASI.
2) Riwayat imunisasi
Tujuan dari pemberian imunisasi adalah untuk menurunkan
angka kesakitan, kematian dan kecacatan akibat Penyakit
yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi (PD3I) (Kemenkes
RI, 2016)
3) Riwayat alergi
terdapat hubungan antara riwayat alergi orang tua,
pemberian ASI ekslusif, paparan asap rokok, riwayat
persalinan, riwayat penggunaan antibiotik, pajanan alergen
dan paparan hewan terhadap kejadian alergi, Riwayat
penyakit yang pernah diderita (Ramadhona, 2018)
4) Riwayat operasi/pembedahan
5) Riwayat tumbuh kembang

3. Riwayat Kesehatan Keluarga


Untuk mengetahui apakah keluarga klien mempunyai penyakit
keturunan maupun menular yang dapat mempengaruhi kesehatan
klien seperti kanker, penyakit jantung, hipertensi, diabetes, ginjal,
penyakit jiwa, kelainan bawaan, kehamilan ganda, TB, epilepsi,
kelainan darah, alergi, dan kelainan genetic.

4. Pola Fungsional Kesehatan


Pola Keterangan
Nutrisi Pada usia prasekolah, anak mengalami
perkembangan psikis menjadi balita yang
lebih mandiri, autonom, dan dapat lebih
mengekspresikan emosinya. Sifat
perkembangan khas yang terbentuk ini turut
mempengaruhi pola makan anak. Hal tersebut
menyebabkan anak terkadang bersikap terlalu
pemilih dan rewel saat makanan. Gangguan
pola makan yang terjadi jika tidak segera
diatasi dapat berkembang menjadi masalah
kesulitan makan (Harinda, 2012).
Eliminasi Proses eliminasi pada anak sudah
menunjukkan proses kemandirian (Hidayat,
2008)
BAK : 5-6 x / hari
BAB : 1x / hari
Istirahat Anak yang mulai besar akan mulai berkurang
waktu tidurnya karena kegiatan fisiknya
meningkat terutama saat bermain pada anak
umur 6-12tahun (Soetjiningsih, 2012)
Personal Hygiene Personal hygiene sangat penting bagi anak
karena seringkali anak terkenabpenyakit
akibat tidak memperhatikan personal hygiene
(Utami & Andiko, 2019).
Aktivitas anak usia prasekolah mampu memanipulasi
objek kecil, menggunakan balok-balok dalam
berbagai ukuran dan bentuk. Anak usia
prasekolah melakukan gerakan dasar seperti
berlari, berjalan, memanjat dan melompat
(Hurlock, 2011).

5. Riwayat Psikososiokultural Spiritual


a. Komposisi, fungsi dan hubungan keluarga (genogram)
1) Stimulasi, motivasi belajar, ganjaran / hukuman yang wajar,
cinta dan kasih sayang, kuantitas interaksi anak dengan orang
tua mempengaruhi perkembangan anak (Soetjiningsih, 2012 )
2) Pekerjaan / pendapatan keluarga, pendidikan ayah / ibu,
jumlah saudara, jenis kelamin, stabilitas rumah tangga
mempengaruhi tumbuh kembang (Soetjiningsih, 2012)
3) Faktor genetika merupakan modal dasar dalam mencapai
hasil akhir proses tumbuh kembang anak, melalui instruksi
genetika yang terkandung di dalam sel telur yang telah
dibuahi, dapat ditentukan kualitas dan kuantitas pertumbuhan.
Ditandai dengan intensitas dan kecepatan pembelahan, derajat
sensitivitas jaringan terhadap rangsangan umur pubertas dan
berhentinya pertumbuhan tulang (Soetjiningsih, 2012)
b. Keadaan lingkungan rumah dan sekitar
1) Lingkungan merupakan faktor yang sangat menentukan
tercapai atau tidak potensi bawaan. Lingkungan yang cukup
baik akan memungkinkan tercapainya peotensi bawaan,
sedangkan yang kurang baik akan menghambatnya
(Soetjiningsih, 2012)
c. Kultur dan kepercayaan yang mempengaruhi kesehatan
1) Adat istiadat yang berlaku di tiap daerah akan berpengaruh
terhadap tumbuh kembang anak (Soetjiningsih, 2012)

B. Data Obyektif
1. Pemeriksaan Umum
Kesadaran : Composmentis
Tanda Vital :
Tekanan darah :
- 1 tahun: 96/65 mmHg
- 2 tahun: 99/65 mmHg
- 4 tahun : 99/65 mmHg (Sacharine, 2008)
Nadi :
- Usia 1-12 bulan :110x permenit
- Usia 2- 5 tahun : 100-115x permenit
(Sacharine,2008)
Pernapasan :
- Usia 1- 12 bulan : 25-30x permenit
- Usia 2- 5 tahun : 20-25x permenit
(Sacharine,2008)
Suhu : 36,5-37,5˚C (Sacharine, 2008)
Antropometri :
Tinggi badan : Pada anak umur lebih dari 2 tahun pengukuran
pada anak umur kurang dari 2 tahun dengan posisi
tidur telentang dan pada umur lebih dari 2 tahun
dengan posisi berdiri (Soetjiningsih, 2012)
Berat badan : Berat badan dipakai sebagai indikator yang terbaik
pada saat ini untuk mengetahui keadaan gizi dan
tumbuh kembang anak (Meadow roy, 2011)
Lila : Laju tumbuh lambat dari 11cm pada saat lahir
menjadi 16cm pada umur 1 tahun selanjutnya
tidak banyak berubah 1 sampai 3 tahun
(Soetjiningsih, 2012)
Lingkar kepala :Pertumbuhan lingkar kepala yang paling pesat
adalah pada 6 bulan peratama,yaitu dari 34 pada
waktu lahir menjadi 44cm pada umur 6 bulan
sedangkan pada umur 1 tahun 47cm, 2 tahun
49cm,dewasa 54cm (Soetjiningsih, 2012)

2. Pemeriksaan Fisik
Inspeksi
Kepala : rambut bersih,lembut,kulit kepala bersih,tidak ada
lesi
Wajah : Mata segaris denga telinga; hidung digaris tengah
(varney,2007)
Mata : Sklera jenih, konjungtiva jernih, iris berwarna
merata dan blateral, pupil bilateral dan reaktif
terhadap cahaya, kornea jernih, retina
transparan.klopak mata tanpa ptosis dan edeme.
(varney, 2007).
Telinga : Posisi telinga garis lurus terhadap mata (Varney,
2007), tidak tampak pengeluaran secret atau serumen
Hidung : Tidak ada sumbatan jalan nafas Posisinya garis
tengah; nares ada di kedua sisi, (Varney, 2007). tidak
tampak pengeluaran secret atau serumen
Mulut : tampak simetris, membran mukosa lembab, tidak
tampak stomatitis,gigi tampak bersih dan lengkap,
gusi tidak tampak odema
Leher : tidak tampak pembesaran pada kelenjar tyroid, getah
bening,maupun vena jugularis
Dada : tampak simetris,tidak tampak retraksi dinding dada
Abdomen : tampak simetris,tidak terdapat bekas luka operasi
Genetalia eksterna: laki – laki : tampak normal
Perempuan : tampak normal
Anus : tidak ada kelainan
Ekstremitas : tampak sama panjang,tidak tampak oedema, jari-jari
lengkap
Palpasi
Kepala : tidak teraba lesi atau tumor
Wajah : tidak teraba oedema pada wajah
Mata : tidak teraba oedema
Telinga : tidak teraba benjolan atau masa
Hidung : tidak teraba polip
Leher : tidak teraba pembesaran vena jugularis, kelenjar
tyroid dan getah bening
Abdomen : tidak teraba masa,benjolan
Genetalia eksterna : tampak normal
Anus : tidak ada kelainan
Ekstremitas : tidak teraba oedem,
Auskultasi
Dada : terdengar bunyi vesikuler diseluruh lapang
paru,dan tidak ada bunyi tambahan.
Abdomen : terdengar bising usus 4 sampai 5 kali permenit di
setiap kuadran

3. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboraturium :
Pemeriksaan diagnostic lainnya :

II. INTERPRETASI DATA DASAR


Data dasar yang sudah dikumpulkan diinterprestasikan sehingga dapat
merumuskan diagnosis dan masalah yang spesifik
Diagnosis : bayi/balita. ……… usia ……. bayi/balita sehat
Masalah : hal-hal yang berkaitan dengan pengalaman hal yang
sedang dialami klien yang ditemukan dari hasil pengkajian
atau yang menyertai diagnosis.
Kebutuhan : Hal-hal yang dibutuhkan oleh klien dan belum
teridentifikasi dalam diagnosis dan masalah.
III. IDENTIFIKASI DIAGNOSIS/MASALAH POTENSIAL
Langkah ini diambil berdasarkan diagnosis dan masalah aktual yang
telah diidentifikasi. Pada langkah ini juga dituntut untuk merumuskan
tindakan antisipasi agar diagnosis/masalah potensial tersebut tidak terjadi.

IV. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN TINDAKAN SEGERA


Langkah ini mencakup rumusan tindakan emergensi/darurat yang harus
dilakukan untuk menyelamatkan ibu dan bayi. Rumusan ini mencakup
tindakan segera yang bisa dilakukan secara mandiri, kolaborasi, atau
bersifat rujukan.

V. INTERVENSI
1. Jelaskan hasil pemeriksaan pada pendamping pasien
Rasional : Informed konsen , hak pendamping untuk mengetahui
keadaan bayinya
2. Berikan KIE personal hygiene bayi/balita/anak
Rasional: Menjaga personal hygiene untuk memberikan rasa nyaman
dan mencegah infeksi
3. Berikan pendidikan kesehatan mengenai kebutuhan nutrisi
Rasional: Pendidikan kesehatan mengenai kebutuhan nutrisi dapat
mencegah bayi/balita/anak terkena penyakit.
4. Anjurkan ibu untuk memberikan stimulasi tumbuh kembang yang
sesuai dengan usia anak
Rasional: Stimulasi yang sesuai dengan usia anak dapat meningkatkan
pencapaian tumbuh kembang bayi/balita/anak yang optimal
5. Berikan mainan yang bersifat edukatif kepada bayi/balita/anak
Rasional: Dengan memberikan mainan yang bersifat edukatif kepada
bayi/balita/anak dapat mengembangkan kemampuan pola pikir
bayi/balita/anak
6. Berikan pendidikan kesehatan tentang pentingnya pemberian
imunisasi.
Rasional: Pendidikan imunisasi diberikan bertujuan untuk
memberikan kekebalan pada bayi agar dapat mencegah penyakit dan
kematian bayi serta anak yang disebabkan oleh penyakit yang sering
berjangkit.

VI. IMPLEMENTASI
Pelaksanaan dilakukan dengan efisien dan aman sesuai dengan rencana
asuhan yang telah disusun. Pelaksanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh
bidan atau sebagian dikerjakan oleh klien atau anggota tim kesehatan
lainnya.

VII. EVALUASI
Evaluasi merupakan penilaian tentang keberhasilan dan keefektifan
asuhan kebidanan yang telah dilakukan. Evaluasi didokumentasikan dalam
bentuk SOAP.
DAFTAR PUSTAKA

Armini, N. W. (2017). Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Pra
Sekolah. Yogyakarta: ANDI.
Bernice et.al. (2020). Implementing a Buddy Reading Program to Improve
Reading in Young Children. Indonesian Journal of Early Childhood, 9(2),
73-80.
Chamidah. (2018). Deteksi Dini Perkembangan Balita Dengan Metode DDST II
Di Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Juanda Samarinda. Jurnal
Endurance, 3(2), 367-374.
Deki, P. (2016). Factors Affecting Early Childhood Growth and Development :
Golden 1000 Days. Journal of Advanced Practices in Nursing, 1(1), 1-7.
Dr Marie-Claire Bartolo. (2020). Nutrition in childhood. The Journal of the Malta
College of Family Doctors, 3(1), 12-20.
Fazrin, I. (2018). Pendidikan Kesehatan Deteksi Dini Tumbuh Kembang Pada
Anak Di Paud Lab School UNPGRI Kediri. . Journal of Community
Engagement in Health, 1(2), 6-14.
Hapsari. (2018). Hubungan Pendapatan Keluarga, Pengetahuan Ibu Tentang Gizi,
Tinggi Badan Orang Tua, dan Tingkat Pendidikan Ayah Dengan Kejadian
Stunting Pada Anak Umur 12-59 Bulan. Universitas Muhammadiah
Surakarta.
Joshua et.al. (2018). Stimulation Interventions and Parenting in Low- and MiddleI
Income Countries: A Meta-analysis. American Academy of Pediatrics,
141(4), 1-17.
Kemenkes RI. (2012). Pedoman Pelaksanaan Stimulasi, Deteksi dan. Jakarta:
Kemenkes RI.
Kemenkes RI. (2013). Riskesdas. Jakarta: Kemenkes RI.
Marmi & Kukuh. (2016). Asuhan Neonatus, Bayi, Balita dan Anak Prasekolah.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Narendra, dkk. (2008). Buku Ajar Tumbuh Kembang Anak dan Remaja. Jakarta:
EGC.
Robert & Rebecca. (2016). The importance of early bonding on the long-term
mental health and resilience of children. London Journal of Primary Care,
8(1), 12-14.
Soetjiningsih & Ranuh. (2012). Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC.
Stella et. al. (2017). Impact of a child stimulation intervention on early child
development in rural Peru: a cluster randomised trial using a reciprocal
control design. BMJ, 217–224.
Sugeng. (2019). Gambaran Tumbuh Kembang Anak pada Periode Emas Usia 0-
24 Bulan di Posyandu Wilayah Kecamatan Jatinangor. Jurnal Sistem
Kesehatan, 4(2), 96-101.
Sulistyawati, A. (2016). Dukungan Pendidikan Anak Usia Dini (Paud) Terhadap
Tumbuh Kembang Anak. Jurnal Ilmu Kebidanan, 2(2), 1-9.
Zablotsky et al. (2017). Estimated Prevalence of Children With Diagnosed
Developmental Disabilities in the United States, 2014–2016. Centers for
Disease Control and Prevention.

Anda mungkin juga menyukai