Disusun Oleh :
SITI MUSLIMAH
NIM. P07224422139
i
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEBIDANAN POSTPARTUM
FISIOLOGIS DI UPT. PUSKESMAS WARU
Siti Muslimah
NIM. P07224422139
Mengetahui,
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan limpahan
Timur. Tak lupa saya sebagai penyusun mengucapkan terima kasih kepada dosen
pembimbing saya, yaitu ibu Ita Kusumayanti, S.ST yang telah membimbing saya
Kebidanan ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu penulis mengharapkan kritik
dan saran untuk perbaikan penyusunan yang akan datang. Terima kasih kepada
Penulis
iii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN.......................................................................................ii
KATA PENGANTAR.................................................................................................iii
DAFTAR ISI..............................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................5
A. Latar Belakang..........................................................................................5
B. Tujuan........................................................................................................6
Fisiologis...................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................33
iv
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sustainable Development Goals (SDGs) yaitu Pembangunan
Berkelanjutan ini hadir menggantikan Millenium Development Goals (MDGs)
yang telah berakhir pada tahun 2015. Tujuan SDGs yang ke-3 adalah
menjamin kehidupan yang sehat dan mendorong kesejahteraan bagi semua
orang di segala usia. Dengan meningkatkan kesehatan sesuai target yang
sudah ditentukan bahwa SDGs menargetkan penurunan Angka Kematian Ibu
(AKI) di Indonesia pada tahun 2030 adalah 70 kematian per100.000
kelahiran hidup dan penurunan Angka Kematian Bayi(AKB) pada tahun 2030
adalah menjadi 12 kematian per 1.000 kelahiran hidup. (Dirjen Bina Gizi Kia,
2015)
Berdasarkan Survei Demografi Keluarga Indonesia (SDKI) tahun 2012,
saat ini di Indonesia AKI mencapai angka 359 per 100.000 kelahiran hidup
dan AKB mencapai angka 32 per 1.000 kelahiran hidup. Angka tersebut
menempatkan Indonesia menjadi peringkat yang tertinggi di ASEAN. Untuk
kesehatan ibu dan anak diharapkan terjadi penurunan kematian ibu ¾
dibanding kondisi tahun 1990 dan demikian pula untuk kematian anak terjadi
penurunan 2/3. Untuk Indonesia diharapkan kematian ibu turun menjadi
102/100.000 kelahiran hidup (KH) dan kematian bayi 23/1000 KH dengan
kelahiran hidup pada tahun 2015. (Kemenkes, 2015)
Kematian ibu disebabkan oleh penyebab tidak langsung yaitu kematian
ibu oleh penyakit dan bukan karena kehamilan dan persalinnya. Penyakit
tuberculosis, anemia, malaria, sifilis, HIV, AIDS dan lain-lain dan penyebab
kematian ibu langsung yaitu pendarahan (25%, biasanya pendarahan pasca
persalinan), sepsis (15%), hipertensi dalam kehamilan (12%), partus macet
(8%), komplikasi abortus tidak aman (13%), dan sebab-sebab lain (8%)
(Saiffudin, 2014).
5
Komplikasi pada proses kehamilan, persalinan, dan nifas juga
merupakan salah satu penyebab kematian ibu dan kematian bayi. Komplikasi
kebidanan adalah kesakitan pada ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas, dan atau
janin dalam kandungan, baik langsung maupun tidak langsung, termasuk
penyakit menular dan tidak menular yang dapat mengancam jiwa ibu ataupun
janin. Sebagai upaya menurunkan angka kematian ibu dan angka kematian
bayi maka dilakukan pelayanan/penanganan komplikasi kebidanan.
Pelayanan/penanganan komplikasi kebidanan adalah pelayanan kepada ibu
hamil, bersalin, atau nifas untuk memberikan perlindungan dan penanganan
definitif sesuai standar oleh tenaga kesehatan kompeten pada tingkat
pelayanan dasar dan rujukan (Profil Kesehatan Indonesia, 2015). Berdasarkan
latar belakang di atas, maka penulis melakukan studi kasus pada ibu masa
nifas dengan melakukan asuhan sesuai standar pada ibu nifas.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mendeskripsikan pelaksanaan asuhan kebidanan pada Ibu Nifas Fisiologis
dengan menggunakan pola pikir ilmiah melalui pendekatan manajemen
kebidanan menurut Varney.
2. Tujuan Khusus
a. Menjelaskan konsep dasar teori Ibu Nifas
b. Menjelaskan konsep dasar manajemen asuhan kebidanan pada Ibu Nifas
berdasarkan 7 langkah Varney.
c. Melaksanakan asuhan kebidanan pada Ibu Nifas dengan pendekatan
Varney, yang terdiri dari :
1) Melakukan pengkajian
2) Menginterpretasikan data dasar
3) Mengidentifikasi diagnosis / masalah potensial
4) Mengidentifikasi kebutuhan tindakan segera
5) Mengembangkan rencana intervensi
6) Melakukan tindakan sesuai dengan rencana intervensi
6
7) Melakukan evaluasi atas tindakan yang telah dilakukan
d. Mendokumentasikan pelaksanaan asuhan kebidanan pada Ibu Nifas
dalam bentuk catatan SOAP
e. Melakukan pembahasan menggunakan 7 langkah Varney.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
8
3. Tujuan Asuhan pada Masa Nifas
a. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologi
b. Melaksanakan skrining yang komprehensif, mendeteksi masalah secara
dini, mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi baik pada ibu
maupun bayinya.
c. Memberikan pendidikan kesehatan pada ibu yang berkaitan dengan
perawatan kesehatan diri, nutrisi, KB, menyusui, pemberian imunisasi
pada bayi, dan perawatan bayi sehat.
d. Memberikan pelayanan KB
e. Memberikan kesehatan emosional pada ibu. (Anita, 2014)
3. Frekuensi Kunjungan
Menurut (Kementerian Kesehatan RI, 2020) di dalam revisi buku KIA
(Kesehatan Ibu dan Anak) kunjungan nifas (KF) dilakukan sesuai jadwal
kunjungan 4x selama masa nifas. Adapun kebijakan program yang disusun
untuk kunjungan masa nifas ialah sebagai berikut :
a) Kunjungan Nifas (KF 1) : pada periode 6 (enam) jam sampai dengan
2 (dua) hari pasca persalinan
9
fundus dibawah umbilikus, tidak ada perdarahan abnormal, tidak
ada bau.
2) Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi, perdarahan abnormal
3) Memastikan ibu mendapatkan cukup makanan, cairan, dan
istirahat.
4) Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan
tanda-tanda penyulit.
5) Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi dan
tali pusat, serta menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari-
hari.
10
4. Perubahan Fisiologis pada Masa Nifas
Perubahan fisiologis pada masa nifas : (Walyani, 2015).
a. Sistem Kardiovaskular
Denyut jantung, volume dan curah jantung meningkat segera setelah
melahirkan karena terhentinya aliran darah ke plasenta yang
mengakibatkan beban jantung meningkat yang dapat diatasi dengan
haemokonsentrasi sampai volume darah kembali normal, dan pembuluh
darah kembali ke ukuran semula.
b. Sistem Reproduksi
1) Uterus
Uterus secara berangsur-angsur menjadi kecil (involusi) sehingga
akhirnyak kembali seperti sebelum hamil.
a) Bayi lahir fundus uteri setinggi pusat dengan berat uterus 1000gr
b) Akhir kala III persalinan tinggi fundus uteri teraba 2 jari bawah
pusat dengan berat uterus 750gr
c) Satu minggu postpartum tinggi fundus uteri teraba pertengahan
pusat simpisis dangan berat uterus 500gr
d) Dua minggu postpartum tinggi fundus uteri tidak teraba diatas
simpisis dengan berat urterus 350gr
e) Enam minggu postpartum fundus uteri bertambah kecil dengan
berat uterus 50gr
Pijat uterus secara teratur yang dilakukan selama 45 detik setiap
jam setelah melahirkan mempercepat proses involusi. Pijat rahim
secara teratur dipercaya dapat mempercepat penyembuhan
pascapersalinan dan mencegah kemungkinan komplikasi. (Selda
Ildan Calim, 2014)
2) Lochea
Lochea adalah cairan secret yang berasal dari cavum uteri dan
vagina dalam masa nifas. Macam-macam lochea
11
Tabel 2.10
Perubahan Lochea berdasarkan Waktu dan Warna
Lochea Waktu Warna Ciri-ciri
Rubra (cruenta) 1-3 hari Merah Berisi darah segar dan sisa-sisa
postpartum selaput ketuban, sel-sel desidua,
verniks kaseosa, lanugo, dan
Mekonium
Sanguinolenta 3-7 hari Berwarna Berisi darah dan lendir
postpartum merah
kekuningan
Serosa 7-14 hari Merah jambu Cairan serum, jaringan desidua,
postpartum kemudian leukosit, dan eritrosit.
Kuning
Alba 2 minggu Berwarna Putih Cairan berwarna putih seperti
postpartum krim terdiri dari leukosit dan sel-
sel desidua.
Purulenta Terjadi infeksi, keluar cairan
seperti nanah berbau busuk
3) Serviks
Segera setelah melahirkan, serviks menjadi lembek, kendur, terkulai
dan berbentuk seperti corong. Hal ini disebabkan korpus uteri
berkontraksi, sedangkan serviks tidak berkontraksi, sehingga
perbatasan antara korpus dan serviks uteri berbentuk cincin.
Warna serviks merah kehitam-hitaman karena penuh pembuluh
darah. Segera setelah bayi lahir, tangan pemeriksa masih dapat
dimasukkan 2-3 jari dan setelah 1 minggu hanya 1 jari saja yang
dapat masuk. Namun demikian, selesai involusi, ostium eksternum
tidak sama seperti sebelum hamil (Rukiyah, 2011).
12
4) Vulva dan Vagina
Vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan yang
sangat besar selama proses melahirkan bayi, dan dalam beberapa
hari pertama sesudah proses tersebut, kedua organ ini tetap berada
dalam keadaan kendur. Setelah 3 minggu vulva dan vagina kembali
kepada keadaan tidak hamil dan rugae dalam vagina secara
berangsur-angsur akan muncul kembali sementara labia menjadi
lebih menonjol. (Walyani, 2015).
5) Payudara
Pada semua wanita yang telah melahirkan proses laktasi terjadi
secara alami. Proses menyusui mempunyai dua mekanisme
fisiologis, yaitu produksi susu dan sekresi susu (let down). Selama
sembilan bulan kehamilan, jaringan payudara tumbuh menyiapkan
fungsinya untuk menyediakan makanan bagi bayi baru lahir. Setelah
melahirkan, ketika hormon yang dihasilkan plasenta tidak ada lagi
untuk menghambat kelenjar pituitary akan mengeluarkan prolaktin
(hormon laktogenik). Ketika bayi menghisap puting, reflek saraf
merangsang lobus posterior pituitary untuk menyekresi hormon
oksitosin. Oksitosin merangsang reflek let down (mengalirkan),
sehingga menyebabkan ejeksi ASI melalui sinus aktiferus payudara
ke duktus yang terdapat pada puting. Ketika ASI dialirkan karena
isapan bayi atau dengan dipompa sel-sel acini terangsang untuk
menghasilkan ASI lebih banyak (Saleha, 2013).
c. Sistem Pencernaan
Setelah kelahiran plasenta, maka terjadi pula penurunan produksi
progesteron. Sehingga hal ini dapat menyebabkan heartburn dan
konstipasi terutama dalam beberapa hari pertama. Kemungkinan terjadi
hal ini karena kurangnya keseimbangan cairan selama persalinan dan
adanya reflek hambatan defekasi dikarenakan adanya rasa nyeri pada
perineum karena adanya luka episiotomi (Bahiyatun, 2016).
13
d. Sistem Perkemihan
Diuresis dapat terjadi setelah 2-3 hari postpartum. Dieresis terjadi
karena saluran urinaria mengalami dilatasi. Kondisi ini akan kembali
normal setelah 4 minggu postpartum. Pada awal postpartum, kandung
kemih mengalami edema, kongesti, dan hipotonik. Hal ini disebabkan
oleh adanya overdistensi pada saat kala dua persalinan dan pengeluaran
urine yang tertahan selama proses persalinan. Sumbatan pada uretra
disebabkan oleh adanya trauma saat persalinan berlangsung dan trauma
ini dapat berkurang setelah 24 jam postpartum (Bahiyatun, 2016).
c. Tanda-tanda Vital
Perubahan tanda-tanda vital terdiri dari beberapa, yaitu: (Nurjanah,
2013)
1) Suhu Badan
Satu hari (24 jam) postpartum suhu badan akan naik sedikit (37,5oC-
38oC) sebagai akibat kerja keras waktu melahirkan, kehilangan
cairan (dehidrasi) dan kelelahan karena adanya bendungan vaskuler
dan limfatik. Apabila keadaan normal suhu badan menjadi biasa.
Biasanya pada hari ketiga suhu badan naik lagi karena adanya
pembentukan ASI, payudara menjadi bengkak, berwarna merah
karena banyaknya ASI. Bila suhu tidak turun kemungkinan adanya
infeksi endometrium, mastitis, tractus genetalis atau system lain.
2) Nadi
Denyut nadi normal pada orang dewasa antara 60-80 kali per menit
atau 50-70 kali per menit. Sesudah melahirkan biasanya denyut nadi
akan lebih cepat. Denyut nadi yang melebihi 100 kali per menit,
harus waspada kemungkinan infeksi atau perdarahan postpartum.
3) Tekanan Darah
Tekanan darah meningkat pada persalinan 15 mmHg pada systole
dan 10 mmHg pada diastole. Biasanya setelah bersalin tidak berubah
(normal), kemungkinan tekanan darah akan rendah setelah ibu
melahirkan karena ada perdarahan. Tekanan darah tinggi pada
14
postpartum dapat menandakan terjadinya preeklamsi pada masa
postpartum.
4) Pernapasan
Keadaan pernapasan selalu berhubungan dengan keadaan suhu dan
denyut nadi. Bila suhu dan nadi tidak normal, pernapasan juga akan
mengikutinya, kecuali apabila ada gangguan khusus pada saluran
napas contohnya penyakit asma. Bila pernapasan pada masa
postpartum menjadi lebih cepat, kemungkinan ada tanda-tanda syok.
15
tanggung jawab dalam merawat bayinya, dia harus menyesuaikan diri
dengan tuntutan ketergantungan bayinya dan terhadap interaksi social.
Ibu sudah mulai menyesuaikan diri dengan ketergantungan. Keinginan
untuk merawat diri dan bayinya meningkat pada fase ini.
16
j) Merasa sedih karena tidak dapat mengasuh sendiri bayinya atau diri
sendiri.
k) Merasa sangat letih atau nafas terengah-engah.
17
Pekerjaan :
Alamat :
b. Keluhan Utama
Menurut Putri, dkk (2021), ketidaknyamanan yang dirasakan oleh
ibu nifas yaitu rasa nyeri yang timbul beberapa hari pertama setelah
persalinan pervaginam. Ibu dapat merasakan tidaknyaman karena
berbagai alasan, salah satunya, nyeri setelah melahirkan episiotomi,
rasa nyeri yang mengganggu salah satunya jahitan episiotomi dapat
menimbulkan rasa tidak nyamanan pada ibu.
c. Riwayat Kesehatan Klien
Data-data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya
penyakit yang diderita pada saat ini yang ada hubungannya dengan
masa nifas dan bayinya (Ambarwati, dkk. 2010)
Riwayat persalinan dengan perdarahan postpartum sebelumnya
memberikan trauma buruk pada organ reproduksi seorang
perempuan. Oleh karena itu Kewaspadaan harus dilakukan jika
setelah terdapat riwayat persalinan buruk pada masa sebelumnya (A.
Fahira Nur, 2019)
e. Riwayat Menstruasi
Mempunyai gambaran tentang keadaan dasar dari organ
reproduksinya. (Sulistyawati, 2010)
Riwayat siklus : Jarak antara menstruasi yang di alami dengan
menstruasi berikutnya dalam hitungan hari,
18
biasanya sekitar 23-32 hari. (Sulistyawati,2010)
Lama haid :
Jumlah menstruasi : Data ini menjelaskan seberapa banyak darah
menstrusi yang dikeluarkan. (Sulistyawati,
2010)
f. Riwayat Obstetri
Kehamilan Persalinan Anak Nifas
No U Pn J BB/ Abnorma
Suami Ank Jns Pnlg Tmpt Peny H M Lakts Peny
K y K PB litas
1
2
Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu. Berapa kali ibu
hamil, apakah pernah abortus, cara persalinan yang lalu, penolong
persalinan, keadaan nifas yang lalu.
Paritas
Pada grande multiparitas, terjadi involusi endometrium berulang,
sehingga memungkinkan untuk terjadinya defek minor medium,
yang berakibat pada berkurangnya serabut miometrium sehingga
persalinan pada grandemultiparitas cenderung mengalami atonia
uteri. Selain itu akibat berkurangnya serabut miometrium maka
pada grandemultiparitas elatisitas miometrium akan berkurang
sehingga memudahkan untuk terjadinya ruptura uteri. (Fathina
Friyandini, 2015)
Wanita multipara, cenderung mengalami wasir dan sakit kepala.
Namun, wanita primipara mereka memiliki peningkatan risiko
komplikasi laktasi, masalah seksual, masalah dalam dinamika
kebiasaan pasangan, inkontinensia feses, rasa terbakar saat buang
air kecil, nyeri perineum, nyeri payudara, depresi, kecemasan, dan
gejala kesedihan. Semua perasaan ini bisa disebabkan oleh kadar
kortisol, yang sangat terkait dengan suasana hati. Wanita yang
melahirkan pertama kali lebih sering mengalami nyeri perineum
pada masa nifas, Ketidaknyamanan dan rasa terbakar saat buang air
19
kecil, nyeri payudara dan inkontinensia feses lebih sering terjadi
pada wanita primipara. (JuanMiguel Martínez-Galiano, 2018)
Jarak kehamilan kurang dari 2 tahun dapat meningkatkan risiko
kematian pada ibu yang sering hamil. Jarak kehamilan yang
pendek menyebabkan ibu terlalu payah akibat hamil, risiko
perdarahan, anemia pada ibu, kecacatan bayi, serta bayi berat badan
lahir rendah Kelahiran yang pendek akan menyebabkan
seorang ibu belum cukup waktu untuk memulihkan kondisi
tubuhnya setelah melahirkan sebelumnya. Ibu hamil dalam
kondisi tubuh kurang sehat inilah yang merupakan salah
satu faktor penyebab kematian ibu dan bayi yang dilahirkan
serta resiko terganggunya sistem reproduksi (A. Fahira Nur, 2019)
20
kontraktilitasnya dari waktu ke waktu, menyebabkan disfungsi
rahim. (Lill Trine NyflHaiuntuk, 2017)
h. Riwayat Kontrasepsi
Untuk mengetahui apakah pasien pernah ikut KB dengan kontrasepsi
jenis apa, berapa lama, adakah keluhan selama menggunakan
kontrasepsi serta rencana KB setelah masa nifas ini dan beralih ke
kontrasepsi apa. (Ambarwati, dkk. 2010)
21
persalinan.
Sulit BAB (konstipasi) dapat terjadi karena ketakutan akan rasa sakit,
takut jahitan terbuka atau karena adanya haemoroid. Buang air besar
harus dilakukan 3-4 hari pasca persalinan. Bila masih sulit buang air
besar dan terjadi obstipasi apalagi berak keras dapat diberikan obat
laksans per oral atau per rectal. (Bahiyatun, 2016).
Istirahat Wanita pasca persalinan harus cukup istirahat. Delapan jam pasca
persalinan, ibu harus tidur terlentang untuk mencegah perdarahan.
Sesudah 8 jam, ibu boleh miring kekiri atau kekanan untuk mencegah
trombisis. (Bahiyatun, 2016).
Ibu nifas dijadwalkan istirahat malam kurang lebih 7 –8 jam
(Marmi, 2012). Menurut Hidayat (2016), ibu setelah melahirkan
pola tidurnya menjadi tidak teratur yang dapat menyebabkan
ibu mengalami kurang tidur sehingga akan mudah terjadi
perubahan suasana kejiwaan yang dapat rentan terjadi gangguan
tidur karena tidak dapat beradaptasi dengan perubahan psikologis
maupun peran barunya.
Aktivitas Mobilisasi sangat bervariasi, tergantung pada komplikasi persalinan,
nifas, atau sembuhnya luka (jika ada luka). Jika tidak ada kelainan ,
lakukan mobilisasi sedini mungkin, yaitu dua jam setelah persalian
normal. Ini berguna untuk memepercepat sirkulasi darah dan
mengeluarkan cairan vagina (lochea). (Bahiyatun, 2016).
Personal Pada masa postpartum, seorang ibu sangat rentan terhadap infeksi.
Hygiene Oleh karena itu, kebersihan diri sangat penting untuk mencegah
terjadinya infeksi. Kebersihan tubuh, pakaian, tempat tidur, dan
lingkungan sangat penting untuk tetap dijaga (Saleha, 2013).
Perawatan luka perineum bertujuan untuk mencegah infeksi,
meningkatkan rasa nyaman dan mempercepat penyembuhan.
Perawatan luka perineum dapat dilakukan dengan cara mencuci daerah
genital dengan air dan sabun setiap kali habis BAK/BAB yang dimulai
dengan mencuci bagian depan, baru kemudian daerah anus, Pembalut
22
hendaknya diganti minimal 2 kali sehari (Kemenkes RI, 2013).
Seksualitas Dinding vagina kembali pada keadaan sebelum hamil dalam waktu 6-8
minggu. Secara fisik aman untuk memulai hubungan suami istri begitu
darah merah berhenti, dan ibu dapat memasukkan 1 atau 2 jari ke
dalam vagina tanpa rasa nyeri. Begitu darah merah berhenti dan ibu
tidak merasakan ketidaknyamanan, maka aman untuk memulai
melakukan hubungan suami istri kapan saja ibu siap (Dewi dkk, 2011)
Menurut penelitian Wood, dkk (2022) menunjukkan bahwa sebanyak
satu dari lima ibu postpartum dapat memiliki dampak mendalam pada
hasrat seksual dan persepsi terhadap kenikmatan seksual.
23
LP :…………. cm
LILA:………..cm
Kecacatan : Ada/tidak
IMD : ( ) Ya ( ) Tidak
Eliminasi
BAK : f : ……x/hari, warna : …….., konsistensi :………
BAB : f : ……x/hari, warna : ……..., konsistensi :………
Nutrisi : ASI/PASI/Lainnya :……………...
B. DATA OBYEKTIF
1. Pemeriksaan Umum
Kesadaran : Untuk mendapatkan gambaran tentang
kesadaran pasien, kita dapat melakukan
pengkajian derajat kesadaran pasien dari
keadaan compos mentis sampai dengan
koma. (Sulistyawati, 2010)
Tanda Vital :
Tekanan darah : Biasanya tidak berubah, kemungkinan
tekanan darah akan rendah setelah
melahirkan karena ada pendarahan. Tekanan
darah tinggi pada postpatrtum dapat
menandakan terjadinya preeklamsi
postpartum. Pada beberapa kasus di temukan
keadaan hipertensi post partum, tetapi
keadaan ini akan menghilang dengan
sendirinya apabila tidak ada penyakit-
penyakit lain yang menyertainya dalam 2
bulan pengobatan (Nurjanah, 2013)
Suhu badan : 24 jam postpartum suhu badan ajan naik
sekitar (37,5-38C) sebagai akibat kerja keras
waktu melahirkan, dan kelelahan.
24
Peningkatan suhu badan mencapai pada 24
jam pertama pada masa nifas pada umumnya
di sebabkan oleh dehidrasi, yang di sebabkan
oleh keluarnya cairan pada waktu
melahirkan, selain itu bisa juga di sebabkan
karena istirahat dan tidur yang di perpanjang
selama awal persalinan. (Nurjanah, 2013)
Denyut nadi : Denyut nadi normal orang dewasa adalah 60-
80 x/menit. Sehabis melahirkan biasanya
denyut nadi akan lebih cepat. Denyut nadi di
atas 100x/menit pada masa nifas adalah
mengindikasikan adanya suatu infeksi, hal ini
salah satunya bisa di akibatkan oleh proses
persalinan sulit atau karena kehilangan darah
yang berlebih. (Nurjanah, 2013)
Pernafasan : Keadaan pernapasan selalu berhubungan
dengan keadaan suhu dan denyut nadi. Bila
suhu dan nadi tidak normal, pernapasan juga
akan mengikutinya, kecuali apabila ada
gangguan khusus pada saluran napas. (Dewi,
dkk. 2013). Pernafasan harus berada dalam
rentang yang normal, yaitu sekitar 20-30
x/menit.
Antropometri :
Tinggi Badan : Tinggi badan merupakan salah satu ukuran
pertumbuhan seseorang. Tinggi badan dapat
diukur dengan stasiometer atau tongkat
pengukur (Tambunan dkk, 2011).
BB sebelum hamil :
BB sekarang : Massa tubuh di ukur dengan pengukuran
25
massa atau timbangan. Indeks massa tubuh
digunakan untuk menghitung hubungan
antara tinggi dan berat badan, serta menilai
tingkat kegemukan. (Tambunan dkk, 2011).
LILA :
2. Pemeriksaan Fisik
Kepala : Kepala merupakan organ tubuh yang penting dikaji
karena dikepala terdapat organ-organ yang sangat
berperan dalam fungsi kehidupan. Inspeksi dengan
memperhatiakan bentuk kepala terdapat benjolan atau
tidak, nyeri tekan dan dan kebersihan kepala
(Tambunan dkk, 2011)
Wajah : Pada daerah muka dilihat kesimetrisan muka, apakah
kulitnya normal, pucat. Ketidaksimetrisan muka
menunjukkan adanya gangguan pada saraf ke tujuh
(Nervus Fasialis). (Tambunan dkk, 2011)
Mata : Bentuk simetris, konjungtiva pucat atau cukup merah
sebagai gambaran tentang anemianya (kadar Hb) secara
kasar, normal warna merah muda sclera normal
berwarna putih, bila kuning menandakan ibu mungkin
terinfeksi hepatitis, bila merah kekuningan adanya
konjungtivitis. Kelopak mata yang bengkak
kemungkinan adanya preeklamsia. (Tambunan dkk,
2011)
Hidung : Hidung di kaji untuk mengetahui keadaan bentuk dan
fungsi hidung bagian dalam, lalu sinus- sinus.
(Tambunan dkk, 2011)
Mulut : Untuk mengetahui bentuk dan kelainan pada mulut
(Tambunan dkk, 2011). Pemeriksaan mulut bertujuan
untuk menilai ada tidaknya trismus, halitosis dan
labioskisis. Trismus yaitu kesukaran membuka mulut.
26
Halitosis yaitu bau mulut tidak sedap karena personal
hygine yang kurang. Labioskisis yaitu keadaan bibir
tidak simetris. Selanjutnya dilakukan pemeriksaan pada
gusi untuk menilai edema atau tanda-tanda radang
(Tambunan dkk,2011)
Telinga : Untuk mengetahui keadaan telinga luar, saluran telinga,
gendang telinga/membrane timpani, dan pendengaran.
teknik yang di gunakan adalah inspeksi dan palpasi.
(Tambunan dkk, 2011). Pemeriksaan pendengaran
dilaksanakan dengan bantuan garfutala untuk
mengetahui apakah pasien mengalami gangguan
pendengaran atau tidak (Tambunan dkk, 2011)
Leher : Teknik yang di gunakan adalah inspeksi dan palpasi.
(Tambunan dkk, 2011). Tujuan pengkajian leher secara
umum adalah mengetahui bentuk leher serta organ-
organ penting yang berkaitan. Pembesaran kelanjar
limfe dapat disebabkan oleh berbagai penyaki,
misalnya peradangan akut/kronis. Pembesaran limfe
juga terjadi dibeberapa kasus seperti tuberculosis atau
sifilis. Palpasi kelenjar tyroid dilakukan untuk
mengetahui adanya pembesaran kelenjar tyroid yang
biasanya disebabkan oleh kekurangan garam yodium
(Tambunan dkk, 2011)
Dada : Mengkaji kesehatan pernafasan (Tambunan,2011)
Payudara : Payudara mencapai maturitas yang penuh selama masa nifas
kecuali jika laktasi disupresi. Payudara akan menjadi lebih
besar, lebih kencang dan mula-mula lebih nyeri tekan
sebagai reaksi terhadap perubahan status hormonal serta
dimulainya laktasi (Tambunan dkk, 2011)
Kolostrum merupakan ekskresi cairan dengan viskositas
kental, lengket dan berwarna kekuningan pada hari pertama
27
sampai hari keempat postpartum.
ASI transisi yang keluar setelah kolostrum sampai sebelum
ASI matang, yaitu sejak hari keempat sampai hari
kesepuluh.
ASI matur disekresi pada hari kesepuluh dan seterusnya,
tampak berwarna putih, kandungannya relatif konstan.
Mengkaji simetris atau tidak, konsistensi, ada
pembengkakan atau tidak, putting menonjol/tidak, dan
lecet/tidak. (Tambunan dkk,2011)
Abdomen : Evaluasi abdomen terhadap involusi uterus, teraba lembut ,
tekstur Doughy (kenyal), musculus rectus abdominal utuh
(intact) atau terdapat diastasis recti dan kandung kemih,
distensi, striae. Untuk involusi uterus periksa kontraksi
uterus, konsistensi (keras, lunak, boggy), perabaan distensi
kandung kemih, posisi dan tinggi fundus uteri. : Tinggi
fundus uterus, lokasi, kontraksi uterus, dan nyeri.
(Kesehatan et al., 2013), Diastasis rektus abdominalis : 12 x
2 cm (Varney, 2015)
Genetalia :
Lokhia rubra (1-3 hari, kehitaman)
Lokhia sanguilenta (3-7 hari, putih bercampur merah)
Lokhia serosa (7-14 hari, kekuningan/kecoklatan)
Lokhia alba (>14 hari, putih)
Lokia adalah ekskresi cairan rahim selama masa nifas dan
mempunyai reaksi basa atau alkalis yang dapat
membuat organisme berkembang lebih cepat dari pada
kondisi asam yang ada pada vagina normal
Haemoragic postpartum adalah hilangnya darah lebih dari 500-600
ml selama 24 jam pertama setelah lahirnya bayi. HPP
biasanya kehilangan darah lebih dari 500 ml selama
atau sesudah kelahiran. (Rukiyah, 2010)
28
Tanda tanda REEDA (bila ada laserasi/ heating)
Ekstremitas : Inspeksi untuk mengecek apakah ada
varices. Tidak teraba oedema, Reflex Homan
sign(-) (varney 2015).
3. Pemeriksaan Penunjang
Anemia dapat menyebabkan perdarahan karena Hb yang rendah
dapat mengurangi pasokan sel darah merah. Fungsi HB adalah
mengikat oksigen untuk ditranspor ke jaringan termasuk ke uterus.
Kurangnya pasokan oksigen ke uterus menyebabkan uterus tidak
berkontrasi secara adekuat sehingga terjadi perdarahan. (Sumiaty,
2017).
29
g. Mastitis
(Sunarsih, 2014:123)
V. INTERVENSI
30
dengan cara mencuci daerah genital dengan air dan sabun
setiap kali habis BAK/BAB yang dimulai dengan mencuci
bagian depan, baru kemudian daerah anus, Pembalut
hendaknya diganti minimal 2 kali sehari (Kemenkes RI,
2013).
5. Lakukan perawatan payudara
Rasional : Perawatan mamae telah dimulai sejak hamil supaya
putting susu tidak keras dan kering sebagai persiapan
menyusui bayinya. Dianjurkan sekali supaya ibu menyusui
bayinya karena baik untu kesehatan bayinya
6. KIE ASI ekslusif dan cara menyusui yang benar
Rasional : ASI merupakan makanan terlengkap untuk bayi, yang
terdiri dari proporsi seimbang dan kuantitas cukup atas
semua zat gizi yang diperlukan untuk 6 bulan pertama
kehidupannya (Aprillia, 2010). ASI yang diproduksi ibu
akan sesuai dengan kebutuhan nutrisi bayi (Farrer, 2011).
7. KIE untuk melakukan kunjungan ulang ke tempat pelayanan
kesehatan
Rasional : Kunjungan ulang dilakukan untuk memantau nifas dan
neonatus untuk mencegah komplikasi pada ibu dan
neonatus. Pada penelitian Yanemoto, dkk. (2021)
menjelaskan bahwa kunjungan postpartum dapat mencegah
berkembangnya masalah kesehatan atau mengurangi
dampaknya sejak dini. Kunjungan juga memungkinkan
untuk melibatkan tidak hanya penilaian ibu dan bayi baru
lahir untuk masalah fisik tetapi juga penilaian mental ibu
kesehatan, keadaan keluarga dan lingkungan rumah.
I. IMPLEMENTASI
Pelaksanaan dilakukan dengan efisien sesuai dengan rencana
asuhan yang telah disusun. Pelaksanaan ini bisa dilakukan seluruhnya
31
oleh bidan atau sebagian dikerjakan oleh klien atau anggota tim
kesehatan lainnya.
II. EVALUASI
Evaluasi merupakan penilaian tentang keberhasilan dan
keefektifan asuhan kebidanan yang telah dilakukan. Evaluasi
didokumentasikan dalam bentuk SOAP.
DAFTAR PUSTAKA
Ari, Sulistyawati, Esty Nugraheny. 2010. Asuhan Kebidanan pada Ibu Bersalin.
Jakarta: Salemba Medika.
32
Barata, Atep Adya 2008. Dasar – Dasar Pelayanan Prima. Jakarta: elex Media
Kompetindo.
Crockett, L Katie, et al. 2018. A Review of the Effects of Physical Therapy on Self-
Esteem in Postpartum Women With Lumbopelvic Dysfunction. Journal
Obtetric Gynocology Colombia.
Damayanti, E. S. & Purnamasari, A. (2011). Berpikir positif dan harga diri pada
wanita yanng mengalami masa premenopause. Jurnal Humanitas.
Dewi, Vivian Nanny Lia; Sunarsih, Tri. 2011. Asuhan Kebidanan Ibu Nifas.
Jakarta : Salemba Medika.
Hasselquist, M. B., 2006. Tata Laksana Ibu dan Bayi Pasca Kelahiran. Jakarta:
Prestasi Pustakarya.
Kementerian Kesehatan RI. (2020). Buku KIA 2020. In Buku Kesehatan Ibu dan
Anak Kementerian Kesehatan RI (pp. 1–53).
https://gizi.kemkes.go.id/katalog/buku-kia.pdf
Kesehatan, K., Indonesia, R., Kemenkes, P., & Jurusan, Y. (2013). Kementerian
kesehatan republik indonesia poltekkes kemenkes yogyakarta jurusan
kebidanan. Http://Eprints.Poltekkesjogja.Ac.Id.
http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/5165/1/4_Asuhan Kebidanan Nifas dan
Menyusui_6. Modul Praktikum 1 Petunjuk Praktikum Nifas.pdf
Lee, Hsiu-Jung RN, et al. 2017. Back massage intervention for relieving lower
back pain in puerperal women: A randomized control trial study.
International Journal of Nursing Practice
Marmi. 2012. Asuhan Neonatus, bayi, balita, dan anak prasekolah. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Martins, Deminice et.al (2018), Vitamin A intake of Brazilian mothers and retinol
concentrations in maternal blood, human milk, and the umbilical cord.
Journal of International Medical Research. Vol. 46(4) 1555–1569. diakses
pada tanggal 06 Mei 2021
33
Michele Ondeck. 2019. Healthy Birth Practice #2: Walk, Move Around, and
Change Positions Throughout Labor. The Journal of Perinatal Education,
28(2), 81–87, Diakses tanggal 14/04/2021
Saleha, 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika
Varney, Helen. 2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Edisi 4. Jakarta : EGC
34