Anda di halaman 1dari 39

LAPORAN KOMPREHENSIF

ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR FISIOLOGIS


DI RSUD Dr KANUJOSO DJATIWIBOWO BALIKPAPAN
TAHUN 2022

DISUSUN OLEH :

HIDAJATUNNIKMA
NIM. P07224422113

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KALIMANTAN TIMUR
JURUSAN KEBIDANAN PRODI PROFESI KEBIDANAN
2022
LEMBAR PENGESAHAN

ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR NORMAL

Asuhan kebidanan pada By.Ny.P NCB-SMK usia 1 jam telah diperiksa,


dievaluasi dan disetujui oleh pembimbing ruangan dan pembimbing Institusi

Disetujui di Balikpapan, November 2022

Mahasiswa

Hidajatunnikma
NIM. P07224422113

Mengetahui,

Dosen Pembimbing Institusi Preceptor lahan

Sekar Handayani, M.Keb


Tuti Widiyaningsih, S.ST
NIP. 19798152001122002
NIP. 197305251993032005

ii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Alloh SWT, karena atas berkat dan
rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan Asuhan Kebidanan
Asuhan Kebidanan Holistic Pada Bayi Baru Lahir Normal di RSUD Dr Kanujoso
Djatiwibowo ini. Dimana penyusunan laporan ini terwujud atas bimbingan,
pengarahan dan bantuan dari berbagai pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu
persatu, dan pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih
kepada:
1. H. Supriadi B, S.Kep., M.Kep selaku Direktur Politeknik Kesehatan
Kementerian Kesehatan KalimantanTimur.
2. Inda Corniawati,M.Keb selaku Ketua Jurusan Kebidanan Politeknik
Kesehatan Kementerian Kesehatan Kalimantan Timur.
3. Nursari Abdul Syukur, M.Keb selaku Ketua Program Studi Profesi
Kebidanan Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan KalimantanTimur.
4. Sekar Handayani, M.Keb selaku Pembimbing yang telah memberikan
bimbingan dan masukan dengan sabar kepada peneliti dalam penyusunan
laporan ini.
5. Tuti Widiyaningsih, S.ST selaku penanggung jawab Lahan Praktik di RSUD
Dr Kanujoso Djatiwibowo yang telah memberikan bimbingan dan masukan
dengan sabar kepada peneliti dalam penyusunan laporan ini.
6. Seluruh dosen dan staf Program Studi Profesi Kebidanan Politeknik
Kesehatan Kementerian Kesehatan KalimantanTimur.
7. Orang tua dan keluarga yang telah memberikan bantuan baik dukungan
material dan moral.
8. Sahabat yang telah banyak membantu saya dalam menyelesaikan
penyusunan laporan ini yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu.

iii
Akhir kata, saya berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas
segala kebaikan semua pihak yang telah membantu. semoga laporan
komprehensif ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu.

Balikpapan, November 2022


Penulis

Hidajatunnikma
NIM. P07224422113

iv
DAFTAR ISI

Lembar Pengesahan ......................................................................................... ii


Kata Pengantar................................................................................................. iii
Daftar Isi........................................................................................................... v
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG......................................................................... 1
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum................................................................................. 2
2. Tujuan Khusus................................................................................ 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. KONSEP TEORI
1. Pengertian Bayi Baru Lahir …………………………….............. 3
2. Klasifikasi Bayu Baru Lahir ......................................................... 3
3. Frekuensi dan Standar Asuhan ……………………………......... 4
4. Perubahan Fisiologis Bayi Baru Lahir ………………………….. 5
5. Manajemen Bayi Baru Lahir ………………………..................... 9
6. Refleks Bayi Baru Lahir………………………............................ 13
B. KONSEP MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN 7 LANGKAH
VARNEY
1. Langkah I (Pengkajian)................................................................... 15
2. Langkah II (Interpretasi data)......................................................... 19
3. Langkah III (Identifikasi diagnosa dan masalah potensial)............ 19
4. Langkah IV (Identifikasi Tindakan segera dan atau kolaborasi).... 19
5. Langkah V (Rencana Menyeluruh asuhan kebidanan)................... 19
6. Langkah VI (Pelaksanaan).............................................................. 21
7. Langkah VII (Evaluasi).................................................................. 21

BAB III TINJAUAN KASUS ...................................................................... 22


BAB IV PEMBAHASAN ............................................................................. 27
BAB V PENUTUP ........................................................................................ 31
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................... 32

v
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Bayi baru lahir adalah bayi yang lahir dari usia kehamailan 37 minggu
sampai 42 minggu dengan berat badan lahir 2500 gram sampai 4000 gram
(Indriasari, 2012). Neonatal adalah bayi berumur 0 (baru lahir) sampai
dengan usia 28 hari, disebut juga bayi baru lahir (Ahmad dkk, 2013). Jadi
bayi baru lahir adalah bayi yang lahir dengan kahamilan cukup bulan dan
berumur 0-28 hari. Masa bayi baru lahir merupakan periode yang berbahaya,
baik secara fisik maupun psikologis.
Secara fisik periode ini berbahaya karena sulitnya mengadakan
penyesuaian diri secara radikal yang penting pada lingkungan yang sangat
baru dan sangat berbeda. Hal ini terbukti dengan tingginya tingkat kematian.
Salah satu tanda bahwa bayi sehat adalah bayi yang mengalami pertumbuhan
sesuai dengan usianya. Pertumbuhan lebih ditekankan pada pertambahan
ukuran fisiknya, yaitu menjadi lebih besar atau lebih matang bentuknya,
seperti pertambahan ukuran berat, tinggi badan, dan lingkar kepala. oleh
karena itu bayi baru lahir membutuhkan perawatan yang optimal untuk
kelangsungan hidup kedepannya (Ahmad dkk, 2013).
Perawatan bayi baru lahir meliputi memandikan, perawatan tali pusat,
memakaikan pakaian, mengganti atau memakaikan popok, pemberian ASI
serta Imunisasi. Kurang baiknya penanganan atau perawatan bayi baru lahir
yang sehat akan menyebabkan kelainan-kelainan yang mengakibatkan cacat
seumur hidup, bahkan kematian. Penelitian menunjukkan bahwa 50%
kematian bayi terjadi pada periode neonatal yaitu di bulan pertama kelahiran
(Dewi, 2011).
Penanganan bayi baru lahir memerlukan upaya bersama tenaga
kesehatan khususnya bidan dengan memberikan asuhan komprehensif sesuai
dengan PerMenKes RI No.1464/MenKes/2010 sejak bayi dalam kandungan,
selama persalinan, segera sesudah melahirkan serta melibatkan keluarga dan

1
masyarakat dalam memberikan pelayanan kesehatan yang berkualitas seperti
mengajarkan cara merawat tali pusat, cara memandikan bayi serta cara
menyusui yang benar dan pemantauan pertumbuhan dan perkembangan
selanjutnya akan menghasilkan bayi yang sehat.

B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Agar mahasiswa dapat memberikan Asuhan Kebidanan berdasarkan
pendekatan manajemen kebidanan dengan pendokumentasian SOAP pada
kasus bayi baru lahir normal.

2. Tujuan Khusus
a. Menjelaskan konsep dasar teori asuhan bayi baru lahir normal.
b. Menjelaskan konsep dasar manajemen asuhan kebidanan pada kasus
bayi baru lahir normal berdasarkan 7 langkah Varney
c. Melakukan asuhan kebidanan pada kasus bayi baru lahir normal
dengan pendekatan Varney, yang terdiri dari:
1) Melakukan pengkajian
2) Menginterpretasi data dasar
3) Mengidentifikasi diagnosis/masalah potensial
4) Mengidentifikasi kebutuhan tindakan segera
5) Mengembangkan rencana intervensi
6) Melakukan tindakan sesuai dengan rencana intervensi
7) Melakukan evaluasi atas tindakan yang telah dilakukan
d. Mendeskripsikan pelaksanaan asuhan kebidanan pada kasus bayi baru
lahir normal dalam bentuk catatan SOAP
e. Membahas adanya kesenjangan antara teori dan praktik di lapangan

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. KONSEP DASAR TEORI ASUHAN KEBIDANAN BAYI BARU


LAHIR NORMAL
1. Pengertian Bayi Baru Lahir
Bayi baru lahir adalah bayi umur 0 sampai dengan 28 hari (PMK.
No. 53 Tahun 2014). Bayi baru lahir (neonatus) normal adalah bayi dari
kehamilan 37 minggu sampai 42 minggu dan berat badan lahir 2.500 gr
sampai dengan 4.000 gr. Neonatus merupakan masa bayi baru lahir
sampai 28 hari. Periode neonatus adalah bulan pertama kehidupan.
Selama periode neonatus bayi mengalami pertumbuhan dan perubahan
yang menakjubkan (Mary Hsamilton, 2017).
BBL fisiologis adalah bayi yang lahir dari kehamilan 37-42 minggu
dan berat badan lahir 2500-4000 gram (Kemenkes RI, 2010). Neonatus
adalah bayi yang baru lahir 28 hari pertama kehidupan (Rudolph, 2015).
Bayi adalah individu baru yang lahir di dunia. Dalam keadaannya yang
terbatas, maka individu baru ini sangatlah membutuhkan perawatan dari
orang lain. Neonatus mengalami masa perubahan dari kehidupan di
dalam rahim yang serba tergantung pada ibu menjadi kehidupan diluar
rahim yang serba mandiri. Masa perubahan yang paling besar terjadi
selama jam ke 24-72 pertama. Transisi ini hampir meliputi semua sistem
organ dan yang terpenting adalah system pernafasan sirkulasi, ginjal dan
hepar. Oleh sebab itu sangatlah diperlukan penataan dan persiapan yang
matang untuk melakukan suatu asuhan terhadap neonatus (BBL).
2. Klasifikasi Bayi Baru Lahir
Bayi baru lahir atau neonatus di bagi dalam beberapa klasifikasi
menurut Marmi (2015), yaitu :
a) Neonatus menurut masa gestasinya :
1) Kurang bulan (preterm infant) : < 259 hari (37 minggu)

3
2) Cukup bulan (term infant) : 259-294 hari (37-42 minggu)
3) Lebih bulan (postterm infant) : > 294 hari (42 minggu atau
lebih)
b) Neonatus menurut berat badan lahir :
1) Berat lahir rendah : < 2500 gram
2) Berat lahir cukup : 2500-4000 gram
3) Berat lahir lebih : > 4000 gram
c) Neonatus menurut berat lahir terhadap masa gestasi (masa gestasi
dan ukuran berat lahir yang sesuai untuk masa kehamilan) :
1) Neonatus cukup/kurang/lebih bulan (NCB/NKB/NLB)
2) Sesuai/kecil/besar untuk masa kehamilan (SMK/KMK/BMK).
3. Frekuensi Dan Standar Asuhan Bayi Baru Lahir
Menurut Kemenkes (2020), menyatakan frekuensi kunjungan Bayi
Baru Lahir minimal 3 (tiga) selama usia 0 sampai 28 hari yaitu 1 (satu)
kali pada umur 6-48 jam, 1 (satu) kali pada umur 3-7 hari, dan 1 (satu)
kali pada umur 8-28 hari.
Pelayanan Kesehatan Neonatal Esensial merupakan bagian dari
pelayanan kesehatan anak yang dilakukan secara komprehensif dengan
pendekatan pemeliharaan peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan
penyakit (preventif), penyembuhan penyakit (kuratif), dan pemulihan
penyakit (rehabilitatif) (Kemenkes, 2020). Pelayanan Kesehatan
Neonatal Esensial tatalaksana Bayi Baru Lahir :
a) Pada saat lahir 0 (nol) sampai 6 (enam) jam
Pelayanan kesehatan neonatal esensial meliputi asuhan
menjaga bayi tetap hangat, inisiasi menyusu dini, pemotongan dan
perawatan tali pusat, pemberian suntikan vitamin K1, pemberian
tetes mata antibiotik, pemberian imunisasi hepatitis B0, pemeriksaan
fisik BBL, pemantauan tanda bahaya, penanganan asfiksia BBL,
pemberian tanda identitas diri, dan merujuk kasus yang tidak dapat
ditangani dalam kondisi stabil, tepat waktu ke fasilitas pelayanan
kesehatan yang lebih mampu.

4
b) Setelah lahir 6 (enam) jam sampai 28 (dua puluh delapan) hari
Pelayanan kesehatan neonatal esensial meliputi asuhan
menjaga bayi tetap hangat, perawatan tali pusat, pemeriksaan BBL,
perawatan dengan metode kangguru pada bayi BBLR, pemeriksaan
status vitamin K1 profilaksis dan imunisasi, penanganan BBL sakit
dan kelainan bawaan, merujuk kasus yang tidak dapat ditangani
dalam kondisi stabil, tepat waktu ke fasilitas pelayanan kesehatan
yang lebih mampu.
4. Perubahan Fisiologis
Transisi ekstrauterin bayi baru lahir yang paling dramatis dan cepat
terjadi dalam empat area yaitu, sistem pernapasan, sistem sirkulasi,
kemampuan termoregulasi, dan kemampuan memperoleh sumber glukosa
(Varney, 2017).
a) Perubahan pernapasan
Sistem pernapasan adalah sistem yang paling tertantang ketika
perubahan dari lingkungan intrauterin ke lingkungan ekstrautrin,
bayi baru lahir harus segera mulai bernafas begitu lahir ke dunia.
Selama didalam uterus, janin mendapatkan oksigen dari pertukaran
oksigen melalui plasenta. Setelah bayi lahir, pertukaran oksigen
harus terjadi melalui paru-paru.
Nafas aktif pertama menghasilkan rangkaian peristiwa tanpa
gangguan yang membantu perubahan sirkulasi janin mejadi sirkulasi
dewasa, mengosongkan paru dari cairan, menetapkan volume paru
neonatus dan karakteristik fungsi paru pada bayi baru lahir, dan
mengurangi tekanan pulmonalis.
Faktor-faktor yang berperan pada rangsangan nafas pertama
bayi adalah:
1) Hipoksia pada akhir persalinan dan rangsangan fisik lingkungan
luar rahim yang merangsang pusat pernafasan otak.

5
2) Tekanan terhadap rongga dada, selama persalinan terjadi
kompresi paru yang merangsang masuknya udara kedalam paru
secara mekanis.
3) Penimbunan karbondioksida, kadar karbondioksida meningkat
dalam darah dan akan merangsang pernapasan, peningkatan
karbondioksida akan menambah frekuensi dan tingkat gerakan
pernafasan janin
4) Perubahan suhu yaitu dalam keadaan yang dingin akan
merangsang pernapasan.
b) Perubahan sirkulasi
Aliran darah dari plasenta berhenti pada saat tali pusat diklem.
Sirkulasi janin memiliki karakteristik berupa sistem bertekanan
rendah. Karena paru adalah organ tertutup yang berisi cairan, paru
memerlukan aliran darah yang minimal. Sistem sirkulasi mengalami
perubahan pada saat bayi dilahirkan. Terdapat dua perubahan yang
harus terjadi untuk mendapatkan sistem sirkulasi yang baik, yaitu
menutupnya foramen ovale pada atrium dan ductus arteriosus antara
paru dan aorta. Frekuensi nadi BBL ± 120-160 x/menit, kadang
mengalami murmur yang akan hilang pada usia 6 bulan. Tekanan
darah bervariasi ± 72/42 mmHg. Menangis menyebabkan
peningkatan tekanan sistolik. Volume darah ± 80-110 cc/kg/BB,
menjadi 2x lipat pada akhir tahun pertama.
c) Perubahan termoregulasi
Pengendalian panas merupakan cara kedua untuk menstabilkan
fungsi pernapasan dan sirkulasi bayi. Termoregulasi adalah upaya
mempertahankan keseimbangan antara produksi dan mengeluarkan
panas. Pada saat lahir, faktor yang berperan dalam kehilangan panas
pada BBL meliputi area permukaan tubuh bayi baru lahir yang luas,
berbagai tingkat insulasi lemak subkutan, dan derajat fleksi otot.
Kemampuan bayi baru lahir tidak stabil dalam mengendalikan suhu
secara adekuat sampai dua hari setelah lahir.

6
Mekanisme kehilangan panas bayi.
1) Konveksi : proses kehilangan panas karena panas mengalir dari
permukaan tubuh ke suhu udara yang lebih dingin disekitarnya.
2) Konduksi : proses kehilangan panas dari permukaan tubuh ke
permukaan benda padat yang menempel di tubuhnya.
3) Radiasi : proses kehilangan panas dari tubuh ke benda padat
disekitar bayi tetapi tidak dengan kontak langsung.
4) Evaporasi : proses kehilangan panas saat kulit bayi basah,
terjadi karena penguapan kulit tersebut.
d) Sistem pengaturan glukosa
Pada saat tali pusat di klem, bayi baru lahir harus menemukan
cara untuk mempertahankan keseimbangan glukosa yang esensial
bagi fungsi otak neonatus. Pada setiap bayi baru lahir, kadar glukosa
darah turun selama periode yang singkat (1-2 jam setelah kelahiran).
Bayi baru lahir yang sehat menghasilkan glukosa sebanyak 4-8
mg/kg/menit sebagai respon terhadap kebutuhan.
e) Sistem gastrointestinal
Kemampuan bayi baru lahir cukup bulan untuk menelan dan
mencerna sumber makanan dari luar terbatas. BBL kurang mampu
mencerna protein dan lemak dibandingkan orang dewasa. Absorbsi
karbohidrat relatif efisien, tetapi tetap kurang efisien dibandingkan
kemampuan orang dewasa. Kemampuan bayi baru lahir khususnya
efisien dalam mengabsorbsi monosakarida, seperti glukosa, asalkan
jumlah glukosa tidak terlalu banyak.
Saat lahir perut bawah bayi dipenuhi oleh mekonium.
Mekonium dibentuk dari zat amnion, zat-zat yang didalamnya (sel-
sel epidermis, lanugo yang ditelan bayi) sekresi saluran cerna, dan
pecahan sel mukosa. Keluaran mekonium yang pertama adalah steril
dengan warna hijau kehitaman dan lengket. Mekonium akan berganti
feses yang berwarna hijau kecoklatan dalam hari ke 4-5. Ditensi otot

7
abdomen mempengaruhi relaksi dan kontraksi otot kolon sehingga
bayi segera BAB setelah diberi ASI.
f) Sistem imunitas
Sistem imunitas bayi baru lahir yang belum sempurna
menyebabkan bayi rentan terhadap infeksi dan respon alergi.
Imunitas bayi dibagi menjadi dua yaitu:
1) Imunitas alami
Imunitas alami terdiri dari struktur tubuh yang mencegah
atau meminimalkan infeksi. Beberapa contoh imunitas alami
meliputi: perlindungan barier yang diberikan oleh kulit dan
membran mukosa, kolonisasi pada kulit dan usus oleh mikroba
pelindung, perlindungan kimia yang diberikan oleh lingkungan
asam pada lambung, penutupan usus yang membuat lapisan usus
menjadi matur.
2) Imunitas yang didapat
Neonatus dilahirkan dengan imunitas pasif terhadap virus
dan bakteri yang pernah dihadapi ibu. Janin mendapatkan
imunitas dari imunoglobulin varietas IgG. Neonatus tidak akan
memiliki kekebalan pasif terhadap penyakit atau mikroba
kecuali jika ibu merespon terhadap infeksi-infeksi tersebut
selama hidupnya.
g) Sistem integument
Verniks caseosa, suatu lapisan putih seperti keju, menutupi
kulit bayi saat lahir. Verniks caseosa berguna dalam mencegah
terjadinya infeksi karena kandungan protein yang memiliki sifat
seperti antibiotik. Kulit bayi sangat sensitif dan mudah rusak,
warnanya agak merah saat baru lahir. Pada wajah, bahu dan
punggung ditumbuhi lanugo, lanugo berfungsi sebagai pelindung
tubuh bayi dalam rahim agar tidak terendam oleh cairan ketuban dan
menahan verniks.

8
5. Manajemen Bayi Baru Lahir
Prawirohardjo (2014) menyatakan manajemen perawatan bagi bayi
baru lahir atara lain:
a) Pengaturan suhu
Keadaan telanjang dan basah pada bayi baru lahir menyebabkan
bayi mudah kehilangan panas melalui empat cara yaitu konduksi,
konveksi, evaporasi, dan radiasi. Bayi pada saat lahir mempunyai
suhu 0,5-1oC lebih tinggi dibanding suhu ibunya. Tidak jarang bayi
mengalami penurunan suhu tubuh dalam 15-30 menit setelah lahir.
Mencegah kehilangan panas bayi dapat dilakukan dengan melakukan
persiapan sebelum kelahiran dengan menutup pintu dan jendela
kamar bersalin, mematikan AC, dan menyiapkan troli resusitasi
dengan pemanas diatasnya, serta mengeringkan dan menyelimuti
bayi dengan handuk hangat atau kain kering.
Berdasarkan penelitian Ernawati & Nuraini (2019) menyatakan
bahwa terdapat hubungan antara Inisiasi Menyusu Dini (IMD)
dengan kestabilan suhu tubuh bayi baru lahir dengan p value =
0,0001, dari hasil penelitian menyatakan terdapat peningkatan suhu
tubuh BBL hingga 0,79oC setelah dilakukan IMD. Dalam penelitian
lain menyatakan terdapat pengaruh inisiasi menyusu dini terhadap
suhu aksila pada bayi setelah satu jam kelahiran. Suhu tubuh bayi
baru lahir setelah pelaksanaan IMD berada dalam keadaan stabil
dikarenakan ibu dan bayi tampak lebih tenang dan bahagia. Kulit
tubuh ibu mampu mengontrol kehangatan dadanya sesuai kebutuhan
bayinya, hal ini akan membuat bayi akan berada pada suhu tubuh
yang optimal sehingga bayi merasa lebih tenang dan nyaman
(Hutagaol, Darwin, & Yanti, 2016)
b) Resusitasi
Resusitasi neonatus tidak rutin dilakukan pada semua bayi baru
lahir. Tetapi penilaian untuk menentukan apakah bayi membutuhkan

9
resusitasi atau tidak harus dilakukan pada seluruh bayi baru lahir.
Pada bayi sehat dengan napas spontan, tonus baik dan ketuban
jernih, tidak dilakukan resusitasi, tetapi harus dilakukan perawatan
rutin. Bila bayi gagal bernapas spontan, hipotonus, atau ketuban
bercampur mekonium, maka harus dilakukan tindakan resusitasi.
Secara umum, bayi cukup bulan yang mampu untuk bernapas
secara spontan dan memiliki denyut jantung teratur dapat segera
dilakukan perawatan mandiri, tetapi pada bayi prematur dan bayi
cukup bulan yang lahir dengan keadaan yang kurang baik seperti
nafas tidak spontan, suara tangis merintih, dan denyut jantung tidak
teratur membutuhkan dukungan untuk transisi dari kehidupan
intrauterin ke kehidupan ekstrauterin, hal tersebut dilakukan dengan
pemberian resusitasi (Yeo et.al, 2017).
Penilaian Apgar Skor
Tanda Apgar 0 1 2
Tubuh merah
Warna muda, Seluruhnya
Biru pucat
(apperence) ekstremitas merah muda
biru
Denyut jantung
Tidak ada Lambat < 100 > 100
(pulse)
Kepekaan
Menangis
reflek Tidak ada Merintih
kuat
(gremace)
Tonus otot Fleksi pada
Lemah Gerakan aktif
(activity) ekstremitas
Usaha nafas Lambat, tidak Menangis
Tidak ada
(respiration) teratur dengan keras
(Sumber : Saifuddin, 2010)
Klasifikasi :
Asfiksia ringan (apgar skor 7-10)
Asfiksia sedang (apgar skor 4-6)
Asfiksia berat (apgar skor 0-3)
c) Inisiasi menyusu dini (IMD)

10
Segera setelah lahir, bayi diletakkan di dada atau perut atas ibu
selama paling sedikit satu jam untuk memberi kesempatan pada bayi
untuk mencari dan menemukan puting susu ibunya. Manfaat IMD
bagi bayi adalah membantu stabilisasi pernafasan, mengendalikan
suhu tubuh bayi lebih baik dibandingkan dengan inkubator, menjaga
kolonisasi kuman yang aman untuk bayi dan mencegah infeksi
nosokomial. Kontak kulit ke kulit juga membuat bayi lebih tenang
sehingga didapat pola tidur yang baik. Manfaat IMD bagi ibu dapat
mengoptimalkan pengeluaran hormon oksitosin, secara psikologis
dapat menguatkan ikatan batin antara ibu dan bayi.
Dalam penelitian Smith ER, Hurt L, Chowdhury R, Sinha B,
Fawzi W, Edmond KM, et al. (2017) menyatakan bahwa terdapat
peningkatan risiko kematian neonatal yang disebabkan oleh
keterlambatan dalam inisiasi menyusu dini. Bayi yang mulai
menyusu antara 2-23 jam setelah lahir memiliki risiko kematian
neonatal 33% lebih besar dibanding dengan bayi yang mulai
menyusu dalam waktu satu jam setelah lahir. Organisasi Kesehatan
Dunia (WHO) dan UNICEF merekomendasikan agar menyusui
dimulai dalam waktu satu jam setelah lahir.
d) Pengikatan dan pemotongan tali pusat
Penanganan tali pusat harus dilakukan secara asepsis untuk
mencegah infeksi tali pusat dan tetanus neonatorum. Tali pusat diikat
2-3 cm dari kulit bayi, dengan menggunakan klem plastik atau
menggunakan tali yang bersih (lebih baik bisa steril) yang
panjangnya cukup membuat ikatan yang kuat (±15 cm). Kemudian
tali pusat dipotong pada ±1cm di distal tempat tali pusat diikat,
menggunakan instrumen yang steril dan tajam. Penggunaan
instrumen yang tumpul dapat meningkatkan risiko terjadinya infeksi
karena trauma yang lebih banyak pada jaringan.
Penjepitan tali pusat segera setelah lahir adalah praktik yang
umum. Namun, bukti menunjukkan bahwa ada manfaat dari

11
penundaan penjepitan tali pusat (Delayed Cord Clamping) saat lahir,
terutama bagi bayi baru lahir yang tidak membutuhkan resusitasi.
Penundaan penjepitan tali pusat dikaitkan dengan insiden yang lebih
rendah dari semua derajat perdarahan intraventrikular (IVH),
tekanan darah dan volume darah lebih tinggi, menurunkan kebutuhan
transfusi darah, dan insiden enterokolitis nekrosis yang lebih rendah.
Penundaan penjepitan tali pusat dilakukan selama 30-60 detik
dengan kondisi bayi cukup bulan ataupun prematur yang tidak
membutuhkan resusitasi, menangis kuat, nafas teratur, dan tidak ada
riwayat cairan ketuban bercampur mekonium (Yeo et.al, 2017).
e) Profilaksis mata
Pemberian antibiotik profilaksis pada mata terbukti dapat
mencegah terjadinya konjungtivitis. Profilaksis mata yang sering
digunakan yaitu tetes mata gentamicin, salep mata eritromisin, dan
salep mata tetrasiklin. Ketiga preparat ini efektif untuk mencegah
konjungtivitis akibat gonore.
f) Pemberian vitamin K
Pemberian vitamin K1 baik secara intramuskular maupun oral
terbukti menurunkan kejadian penyakit akibat defisiensi vitamin K
(PDVK). Dosis yang diberikan secara intramuskular sebanyak 1 mg
dosis tunggal. Dalam penelitian MJ Sankar et al (2016) menyatakan
bahwa pemberian 1 mg vitamin K saat lahir dapat mengurangi
kejadian perdarahan akibat defisiensi vitamin K selama bayi,
mengingat tingginya risiko mortilitas dan morbiditas pada bayi maka
pemberian vitamin K segera setelah lahir merupakan tindakan yang
tepat dalam mencegah terjadinya perdarahan pada bayi baru lahir.
Sejalan dengan penelitian Eugene Ng & Amanda D. Loew
(2018) menyatakan bayi baru lahir berisiko mengalami perdarahan
yang disebabkan oleh defisiensi vitamin K, Canadian Pediatric
Society dan College of Family Physicians of Canada

12
merekomendasikan pemberian IM rutin vitamin K dosis tunggal 0,5
mg hingga 1 mg untuk semua bayi baru lahir.

g) Pengukuran antropometri
Bayi baru lahir harus ditimbang berat lahirnya. Pengukuran
panjang lahir tidak rutin dilakukan karena tidak banyak bermakna.
Pengukuran dengan pita ukur tidak akurat. Bila diperlukan data
mengenai panjang lahir, sebaiknya dilakukan dengan menggunakan
stadiometer bayi dengan menjaga bayi dalam posisi lurus dan
ekstermitas dalam keadaan ekstensi.
Menurut Villar J, Giuliani F, Barros F, et al (2018) pengukuran
antropometri bayi baru lahir harus mencakup penilaian panjang
badan, berat badan, lingkar kepala, rasio berat⁄panjang, dan jika
memungkinkan dilakukan pengukuran lemak dan massa bebas
lemak. Data antropometri untuk bayi baru lahir, bayi dan anak-anak
mencerminkan kesehatan umum, status gizi, dan kelangsungan hidup
mereka dimasa mendatang, pengukuran antropometri pada bayi baru
lahir akan membantu mengidentifikasi apakah bayi baru lahir
berisiko dan membantu dalam memberikan manajemen perawatan
yang lebih baik (Ba-Saddik & Al-Asbahi, 2020).

6. Refleks Pada Bayi Baru Lahir


Dalam Asuhan Bayi Baru Lahir (2010), terdapat beberapa
reflek yang pada umumnya dimiliki bayi baru lahir diantaranya
ialah:
a. Refleks morro positif jika lengan dan kaki bergerak ketika
dikejutkan oleh suara atau gerakan keras
b. Refleks rooting positif jika bayi menoleh kearah sentuhan pada
pipinya

13
c. Refleks sucking positif jika rangsangan puting susu pada langit–
langit bayi menimbulkan reflex mengisap atau berusaha untuk
mengisap benda yang disentuhkan
d. Refleks swallowing positif jika kumpulan ASI di dalam mulut
mengaktifkan reflex menelan
e. Refleks babinski positif jika jari-jari kaki bayi menekuk
kebawah apabila ada gesekan pada telapak kaki
f. Refleks graps positif bila jari menyentuh telapak tangan bayi
maka jari jarinya akan langsung menggenggam sangat kuat.
g. Refleks tonic neck bila posisi terlentang lengan disamping tubuh
tempat kepala menoleh kearah itu terulur sedangkan lengan
sebelah terkulai.
h. Refleks stepping bila disangga secara tegak dengan kaki
menyentuh permukaan yang rata, bayi akan terangsang untuk
berjalan (JNPK-KR, 2016).

B. KONSEP DASAR MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN BAYI


BARU LAHIR NORMAL
I. PENGKAJIAN
A. DATA SUBJEKTIF
1. Identitas
a. Identitas Klien
Nama : Nama orang tua BBL
Umur / T.L :0–28 hari. Bayi Baru Lahir adalah masa
yang dimulai ketika bayi keluar dari perut
ibu hingga bulan pertama kehidupan
(Varney, 2015).
Jenis Kelamin :
Tanggal MRS : Identitas sangat penting untuk menghindari
bayi tertukar, gelang identitas tidak boleh

14
dilepas sampai penyerahan bayi (Manuaba,
2012).
b. Identitas Orang Tua
Nama Ayah :
Nama Ibu :
Usia ayah/Ibu :
Pendidikan Ayah/Ibu :
Pekerjaan Ayah/Ibu :
Agama :
Suku/Bangsa :
Alamat :
2. Keadaan Bayi Saat Lahir
a. Kelahiran : Tunggal / Gamelli
b. Nilai APGAR :Bayi baru lahir normal adalah bayi baru
lahir dengan nilai APGAR skor >7 tanpa cacat bawaan
(Dewi, 2011).
Nilai 7-10 : Normal
Nilai 4-6 : bayi dengan asfiksia ringan dan sedang
Nilai 1-3 : bayi dengan asfiksia berat
3. Terapi :
a. Pencegahan Infeksi Mata
Tetes mata untuk pencegahan infeksi mata diberikan
setelah 1 jam kontak kulit ke kulit bayi selesai menyusu.
Pencegahan infeksi tersebut mengandung antibiotik tetrasiklin
1%. Tetes mata antibiotik harus tepat diberikan pada waktu
satu jam setelah kelahiran. Upaya pencegahan infeksi mata
tidak efektif jika diberikan lebih dari satu jam setelah kelahiran
(APN JNPK-KR, 2016).
b. Pemberian vitamin K1
Kejadian perdarahan karena defisiensi vitamin K pada
bayi baru lahir dilaporkan cukup tinggi, berkisar 0.25-0,5%.

15
Semua bayi baru lahir harus diberikan vitamin K1 injeksi 1 mg
intramuskular setelah 1 jam kontak kulit ke kulit dan bayi
selesai menyusu untuk mencegah perdarahan BBL akibat
defisiensi vitamin K (APN JNPK-KR, 2016).

c. Pemberian imunisasi
Imunisasi Hepatitis B bermanfaat untuk mencegah
infeksi Hepatitis B terhadap bayi, terutama jalur penularan ibu-
bayi. Imunisasi Hepatitis B pertama diberikan 1 jam setelah
pemberian vitamin K1, pada saat bayi baru berumur 2 jam.
Selanjutnya Hepatitis B dan DPT diberikan pada umur 2 bulan,
3 bulan dan 4 bulan. Dianjurkan BCG dan OPV diberikan pada
saat bayi berumur 24 jam atau pada usia 1 bulan. Selanjutnya
OPV diberikan sebanyak 3 kali pada umur 2 bulan, 3 bulan dan
4 bulan. Melakukan pencatatan dan menganjurkan ibu untuk
kembali pada jadwal imunisasi berikutnya (APN JNPK-KR,
2016).

B. DATA OBJEKTIF
1. Pemeriksaan Umum :
a. Keadaan Umum :
b. Tanda-tanda Vital
Nadi :120-160 x/menit,
Respirasi :40 – 60 x/menit,
Suhu :36,5-37,5oC
c. Antropometri :
Berat lahir : 2500 – 4000 gram
Panjang badan : 48 – 52 cm
Lingkar kepala:
Ukuran lingkar kepala :

16
Circumferentia sub occipito bregmatica (lingkaran kecil
kepala) 32 cm
Circumferentia fronto occipitalis (lingkaran sedang kepala)
34 cm
Circumferentia mento occipitalis (lingkaran besar kepala)
35 cm (Sitiava, 2012).
2. Pemeriksaan Fisik
Kepala :Bulat, tidak molding, tidak caput succedaneum dan
cepal hematoma, teraba ubun-ubun besar dan ubun-
ubun kecil.
Mata :Simetris, tidak ada kotoran dan perdarahan, pupil
normal, gerakan mata aktif, tidak oedema palpebra,
konjungtiva merah muda, sclera berwarna putih.
Hidung :simetris, tidak ada pernafasan cuping hidung, tidak
ada sekret.
Telinga :Simetris, tidak ada sekret, telinga lembut dan
fleksibel (Stright, 2015).
Mulut :Simetris, tidak ada labio palatoskhizis dan
labioskhizis dan gigi, bibir tidak pucat, mukosa
mulut lembab, bayi menangis kuat, refleks isap
baik, sekresi lendir tidak berlebihan, sekresi lendir
yang berlebihan merupakan indikasi fistula trakeo
esofagus (Stright, 2015).
Leher :Pergerakan leher baik
Dada :Simetris, tidak ada retraksi dinding dada, tidak ada
suara nafas tambahan, puting susu menonjol, bunyi
jantung teratur (120-160 x/menit) (Saifuddin, 2016).
Abdomen :Simetris, teraba kembung, tidak teraba benjolan,
tali pusat terdiri dari 2 arteri dan 1 vena, tali pusat
berwarna putih kebiruan, tidak ada perdarahan tali
pusat (Stright, 2015).

17
Punggung :Simetris, tidak terdapat pilonidal dimple, tidak ada
kelainan fleksibilitas tulang punggung, tidak ada
spina bifida.
Genetalia :
a. Perempuan : Terdapat klitoris, tidak ada pengeluaran
secret, labia minora tertutup labia mayora (Sitiava, 2012).
b. Laki-Laki : Tidak hipospadia dan epispadius, testis
sudah turun (Sitiava, 2012).
Anus : Ada lubang anus, ada/tidak mekonium
Kulit : Kemerahan, lanugo biasanya tidak terlihat
karna rambut kepala terlihat sempurna
(Nurhayati, 2018). Terdapat verniks caseosa
pada lipatan-lipatan (Nurhayati, 2018).
Ekstremitas :
a. Atas : Jari tangan lengkap, tampak jelas garis
tangan pada bayi, tidak terdapat polidaktili dan sindaktili.
b. Bawah : Jari kaki lengkap, tampak jelas garis kaki
pada bayi, tidak terdapat polidaktili dan sindaktili.

3. Pemeriksaan Neurologis
a. Refleks morro positif jika lengan dan kaki bergerak ketika
dikejutkan oleh suara atau gerakan keras.
b. Refleks rooting positif jika bayi menoleh kearah sentuhan
pada pipinya.
c. Refleks sucking positif jika rangsangan puting susu pada
langit–langit bayi menimbulkan reflex mengisap atau
berusaha untuk mengisap benda yang disentuhkan.
d. Refleks swallowing positif jika kumpulan ASI di dalam
mulut mengaktifkan reflex menelan.
e. Refleks babinski positif jika jari-jari kaki bayi menekuk
kebawah apabila ada gesekan pada telapak kaki.

18
f. Refleks grasp positif bila jari menyentuh telapak tangan
bayi maka jari jarinya akan langsung menggenggam
sangat kuat.
g. Refleks tonic neck bila posisi terlentang lengan disamping
tubuh tempat kepala menoleh kearah itu terulur sedangkan
lengan sebelah terkulai.
h. Refleks stepping bila disangga secara tegak dengan kaki
menyentuh permukaan yang rata, bayi akan terangsang
untuk berjalan (JNPK-KR, 2016).

II. INTERPRETASI DATA DASAR


Diagnosis : NCB/ NKB, KMK/ BMK/ SMK, Usia … (jam/hari)
Masalah : Tidak ada

III.IDENTIFIKASI DIAGNOSA DAN MASALAH POTENSIAL


Langkah ini diambil berdasarkan diagnosis dan masalah aktual
yang telah diidentifikasi. Pada langkah ini juga dituntut untuk
merumuskan tindak antisipasi agar diagnosis dan masalah potensial
tersebut tidak terjadi.
Diagnosis/Masalah Potensial : Tidak ada

IV. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN TINDAKAN SEGERA


Langkah ini mencakup rumusan tindakan emergensi/darurat
yang harus dilakukan untuk menyelamatkan ibu dan bayi. Rumusan ini
mencakup tindakan segera yang bisa dilakukan secara mandiri,
kolaborasi atau bersifat rujukan.
Kebutuhan Segera : Tidak ada

V. INTERVENSI

19
Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh
sebagai kelanjutan manajemen terhadap diagnosis dan masalah yang
telah diidentifikasi.
1. Jaga kehangatan tubuh bayi
R : Bayi baru lahir memiliki kemampuan terbatas dalam mengatur
suhu tubuhnya yang berhubungan dengan lingkungannya, bayi
akan terancam bahaya hipotermia jika tidak dilakukan tindakan
pencegahan. Mengurangi kehilangan panas akibat evaporasi
dan konduksi, melindungi kelembaban bayi dari aliran udara
atau pendingin udara, dan membatasi stress akibat perpindahan
dari uterus yang hangat ke lingkungan yang lebih dingin.
Karena besar area permukaan relative dari kepala bayi baru
lahir dalam hubungannya dengan tubuh, bayi dapat mengalami
kehilangan panas dramatic dari kelembaban dan kepala yang
tidak tertutup (Farrer, 2011).
2. Lakukan Inisiasi Menyusu Dini (IMD)
R : Kolostrum dan ASI mengandung sekretorius IgA dalam jumlah
tinggi, yang memberikan imunitas bentuk pasif serta makrofag
dan limfosit yang membantu mengembangkan respons
inflamasi lokal (Doenges, 2018).
3. Lakukan pemeriksaan antropometri
R : Antropometri merupakan salah satu komponen dalam penilaian
status gizi. Pengukuran pada bayi baru lahir dinilai penting
guna melihat konsekuensi kesehatan jangka panjang khususnya
bagi BBLR dan BBLB (Purba, 2019).
4. Lakukan perawatan tali pusat
R : Untuk mencegah terjadinya infeksi tali pusat dan menjaga
personal hygiene bayi (Sodikin, 2009).
5. Berikan profilaksis mata dalam bentuk obat tetes mata kira-kira 1
jam setelah kelahiran (setelah masa interaksi orang tua bayi)

20
R : Membantu mencegah oftalmia neonatorum yang disebabkan
oleh neisseria gonorrhoeae, yang mungkin ada pada jalan lahir
ibu. Eritromisin secara efektif menghilangkan baik organisme
gonorrhea dan clamidia. Profilaksis mata mengeruhkan
pandangan bayi, menurunkan kemampuan bayi untuk
berinteraksi dengan orang tua.
6. Berikan Neo K (Phytomenadione) dengan dosis 1 mg atau 0,5 cc
secara IM (pada paha sebelah kiri)
R : Bayi baru lahir cenderung mengalami kekurangan vitamin K
karena cadangan vitamin K dalam hati relative masih rendah,
sedikitnya transfer vitamin K melalui tali pusat, rendahnya
kadar vitamin K pada ASI dan sterilitas saluran pencernaan
pada bayi baru lahir. Kekurangan vitamin K berisiko tinggi
bagi bayi untuk mengalami perdarahan yang disebut juga
perdarahan akibat defisiensi vitamin K (PDVK).
7. Jaga personal hygiene bayi
R : Untuk menjaga personal hygiene bayi baru lahir yang baik
harus ditunjang dengan perawatan kebersihan sehari-hari bayi
baru lahir.
8. Observasi keadaan umum, tanda-tanda vital dan eliminasi bayi
R : Membantu mendeteksi abnormalitas dan defekneurologis,
menentukan usia gestasi dan mengidentifikasi kebutuhan
terhadap pemantauan tetap dan perawatan lebih intensif.
9. Berikan KIE tentang menyusui.
R : ASI merupakan makanan terlengkap untuk bayi, yang terdiri
dari proporsi seimbang dan kuantitas cukup atas semua zat gizi
yang diperlukan untuk 6 bulan pertama kehidupannya
(Aprillia, 2010). ASI yang diproduksi ibu akan sesuai dengan
kebutuhan nutrisi bayi (Farrer, 2011).
VI. IMPLEMENTASI

21
Pelaksanaan dilakukan dengan efisien dan aman sesuai dengan
rencana asuhan yang telah disusun. Pelaksanaan ini bisa dilakukan
seluruhnya oleh bidan atau sebagian dikerjakan oleh klien atau anggota
tim kesehatan lainnya.

VII. EVALUASI
Evaluasi merupakan penilaian tentang keberhasilan dan
keefektifan asuhan kebidanan yang telah dilakukan. Evaluasi
didokumentasikan dalam bentuk SOAP.
BAB III
TINJAUAN KASUS

Tanggal pengkajian : 02 November 2022


Waktu pengkajian : 10.30 WITA
Tempat pengkajian : RSUD Dr. Kanujoso Djatiwibowo
Nama pengkaji : Hidajatunnikma

S
1. Identitas bayi
Nama : By.Ny.P
Tanggal lahir : 02 November 2022 Pukul : 09.03 WITA
Jenis kelamin : Laki-Laki
2. Identitas orang tua
Nama ibu : Ny. P Nama suami : Tn.D
Usia : 30 Tahun Usia : 35 Tahun
Suku : Banjar Suku : Jawa
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : S-1
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Swasta
Alamat : Jl. Wonorame RT. 70 Manggar

22
O
1. Keadaan bayi saat lahir
Bayi lahir tanggal 02 November 2022 pukul 09.03 WITA pada usia
kehamilan 38 minggu 4 hari melalui persalinan pervaginam, jenis kelamin
laki-laki, kelahiran tunggal, tali pusat warna putih segar terdiri atas 2 arteri
satu vena, ketuban jernih, bayi menangis segera setelah lahir, bergerak
aktif dan warna kulit kemerahan APGAR skor 7/9 dan segera dilakukan
IMD selama 1 jam.

2. Pola fungsional kesehatan


Nutrisi : sudah dilakukan IMD pada bayi
Eliminasi : bayi belum BAB dan BAK
3. Pemeriksaan umum
a. Antropometri
Panjang Badan : 49 cm
Berat Badan : 2900 gram
Lingkar Kepala
Circum ferensia subocsipito bregmatika : 31 cm
Circum ferensia fronto oksipito : 33 cm
Circum ferensia mento oksipito : 36 cm
Lingkar Dada : 31 cm
Lingkar Perut : 30 cm
Lila : 10 cm
b. Tanda-tanda vital
Nadi : 140 x⁄i
Suhu : 36,8 oC
Pernapasan : 42 x⁄i
4. Pemeriksaan fisik
Kepala :bentuk bulat, rambut berwarna hitam, tidak ada caput
sucaedenum dan tidak ada cepal hematoma
Wajah :simetris terdapat lanugo dan verniks caseosa

23
Mata :simetris, kelopak mata terbuka, sklera putih, tidak ada
perdarahan
Hidung :terdapat dua lubang hidung, terdapat pengeluaran cairan
lendir
Telinga :simetris, terdapat lubang di kedua telinga, teraba lunak dan
membalik seketika saat di tekuk
Mulut :simetris, terdapat palatum, tidak ada labioscizis atau
labiopalatoscizis
Leher :pergerakan aktif, terdapat verniks caseosa pada lipatan
leher
Dada :simetris, tidak ada retraksi dinding dada
Abdomen :teraba lembek, tali pusat warna putih terdapat 2 arteri 1
vena dan tidak ada perdarahan tali pusat
Punggung :tidak terdapat kelainan seperti spina bifida
Genetalia :testis sudah turun, tidak ada hipospadia dan epispadius
Anus :terdapat lubang anus
Ekstermitas
Atas :simetris, gerak aktif, jari tangan lengkap, terdapat garis
telapak tangan, terdapat verniks caseosa pada lipatan
lengan, tidak ada polidaktili
Bawah :simetris, gerak aktif, jari kaki lengkap, terdapat garis
telapak kaki, terdapat verniks caseosa pada lipatan paha,
tidak ada polidaktili
5. Pemeriksaan neurologis
Refleks Morro :(+), bayi terkejut saat dikejutkan dengan suara
Refleks Rooting :(+), bayi menoleh kearah pipi yang disentuh
Refleks Sucking :(+), bayi menghisap puting susu
Refleks Babinski :(+), bayi menekukkan jari-jari saat telapak kaki
disentuh
Refleks Graps :(+), bayi menggenggam saat telapak tangan
disentuh

24
6. Terapi yang didapatkan
Injeksi Neo K : sebanyak 1 mg 0,5 cc pada paha kiri bayi
Injeksi Hb0 : sebanyak 0,5 cc pada paha kanan bayi
Salep mata : salep mata oxytetracyclin 1% pada mata kanan dan kiri bayi

A
Diagnosis : NCB-SMK usia 1 jam
Masalah : tidak ada
Diagnosis potensial : tidak ada
Masalah potensial : tidak ada
Kebutuhan segera : tidak ada
P
No. Tanggal Penatalaksanaan Paraf
02/11/22 Menyiapkan kain lampin, pakaian, popok, topi dan sarung Mhs
1. 10.15 tangan bayi diatas meja pemeriksaan
; perlengkapan bayi telah tersedia
10.17 Mengangkat bayi dari dada ibu dan menempatkan bayi Mhs
diatas tempat datar dan dibawah cahaya lampu untuk
2.
menjaga kehangatan bayi
; bayi menjadi lebih hangat
10.19 Melakukan pengukuran antropometri; BB: 2900 gr, PB: 49 Mhs
cm, LK (subocsipito bregmatika : 31 cm, fronto oksipito:
3.
33 cm, mento oksipito: 36 cm) LD: 31 cm, LP: 30 cm,
LILA 10 cm.
10.20 Melakukan pemeriksaan fisik Mhs
4. ; keadaan bayi normal, seluruh anggota tubuh lengkap dan
tidak ada kelainan pada fisik bayi
10.30 Melakukan perawatan tali pusat dan membungkus tali Mhs
5. pusat dengan kassa steril
; tidak ada perdarahan pada tali pusat
6. 10.31 Memakaikan pakaian bayi serta topi dan sarung tangan dan Mhs

25
kaki
; bayi menjadi lebih hangat
10.33 Menjelaskan pada orang tua bahwa bayi akan diberikan Mhs
suntikan Vitamin K yang bertujuan untuk mencegah
terjadinya perdarahan pada bayi terutama pada otak dan
usus karena pada bayi berisiko terjadi perdarahan akibat
kekurangan zat pembeku darah yaitu Vitamin K, suntikan
imunisasi HB0 untuk membentuk kekebalan tubuh dan
7.
mencegah bayi terinfeksi penyakit Hepatitis B, serta
pemberian obat tetes mata sebagai pencegahan pada bayi
dari infeksi kuman dan bakteri setelah melalui proses
persalinan
; orang tua bersedia agar bayinya diberikan neoK, HB0 dan
obat tetes mata
10.35 Memberikan injeksi neoK 1 mg 0,5 cc pada ⅓ paha kiri Mhs
8. bayi secara IM
; tidak ada perdarahan pada bekas suntikan
10.36 Menyelimuti bayi dengan kain lampin; bayi menjadi lebih Mhs
9.
tenang dan hangat
10.37 Memberikan salp mata oxytetracyclin 1% pada mata kanan Mhs
10. dan kiri bayi pada kedua mata bayi
; selep mata telah diberikan ke mata kanan dan kiri bayi
10.38 Melakukan rawat gabung bayi dan ibunya, menjelaskan Mhs
hasil pemeriksaan fisik serta menganjurkan ibu untuk
11.
sesegera mungkin menyusui bayi
; bayi menyusu pada ibu
11.40 Memberikan injeksi HB0 0,5 cc pada ⅓ paha kanan bayi Mhs
12. secara IM
; tidak ada perdarahan pada bekas suntikan

26
BAB IV
PEMBAHASAN

Bayi Ny.P lahir tanggal 02 November 2022 pukul 09.03 WITA dengan jenis
kelamin laki-laki, berat badan 2900 gram dan panjang badan 49 cm pada usia
kehamilan 38 minggu 4 hari, hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan bayi
baru lahir normal adalah bayi yang lahir dengan umur kehamilan 37 minggu
sampai 42 minggu dan berat lahir 2500 gram sampai 4000 gram (Varney, 2017).
Bayi baru lahir adalah bayi umur 0 sampai dengan 28 hari (PMK. No. 53 Tahun
2014). Bayi baru lahir (neonatus) normal adalah bayi dari kehamilan 37 minggu
sampai 42 minggu dan berat badan lahir 2.500 gr sampai dengan 4.000 gr. BBL
fisiologis adalah bayi yang lahir dari kehamilan 37-42 minggu dan berat badan
lahir 2500-4000 gram (Kemenkes RI, 2010). Neonatus adalah bayi yang baru lahir
28 hari pertama kehidupan (Rudolph, 2015).
Segera setelah lahir bayi dilakukan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) selama 1
jam, keadaan telanjang dan basah pada bayi baru lahir menyebabkan bayi mudah
kehilangan panas. Berdasarkan penelitian Ernawati & Nuraini (2019) menyatakan
bahwa terdapat hubungan antara Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dengan kestabilan
suhu tubuh bayi baru lahir dengan pvalue = 0,0001, dari hasil penelitian
menyatakan terdapat peningkatan suhu tubuh BBL hingga 0,79 oC setelah
dilakukan IMD.

27
Dalam penelitian lain menyatakan terdapat pengaruh inisiasi menyusu dini
terhadap suhu aksila pada bayi setelah satu jam kelahiran. Suhu tubuh bayi baru
lahir setelah pelaksanaan IMD berada dalam keadaan stabil dikarenakan ibu dan
bayi tampak lebih tenang dan bahagia. Kulit tubuh ibu mampu mengontrol
kehangatan dadanya sesuai kebutuhan bayinya, hal ini akan membuat bayi akan
berada pada suhu tubuh yang optimal sehingga bayi merasa lebih tenang dan
nyaman (Hutagaol, Darwin, & Yanti, 2016).
Dalam penelitian lain menunjukkan hasil yang serupa yaitu menurunnya
pervalensi kejadian hopotermia hingga 42% pada bayi baru lahir yang menerima
tindakan skin to skin contact (SSC) melalui IMD (Saeed A,Saleem S, &
Moghaddam L, 2018). Dalam penelitian Smith ER, Hurt L, Chowdhury R, Sinha
B, Fawzi W, Edmond KM, et al. (2017) menyatakan bahwa terdapat peningkatan
risiko kematian neonatal yang disebabkan oleh keterlambatan dalam inisiasi
menyusu dini. Bayi yang mulai menyusu antara 2-23 jam setelah lahir memiliki
risiko kematian neonatal 33% lebih besar dibanding dengan bayi yang mulai
menyusu dalam waktu satu jam setelah lahir.
Setelah 1 jam IMD, bayi segera dilakukan pemeriksaan fisik dan diberi
injeksi Vit K 1 mg atau 0,5 cc secara IM pada paha sebelah kiri bayi. Dalam
penelitian MJ Sankar et al (2016) menyatakan bahwa pemberian 1 mg vitamin K
saat lahir dapat mengurangi kejadian perdarahan akibat defisiensi vitamin K
selama bayi, mengingat tingginya risiko mortilitas dan morbiditas pada bayi maka
pemberian vitamin K segera setelah lahir merupakan tindakan yang tepat dalam
mencegah terjadinya perdarahan pada bayi baru lahir. Sejalan dengan penelitian
Eugene Ng & Amanda D. Loew (2018) menyatakan bayi baru lahir berisiko
mengalami perdarahan yang disebabkan oleh devisiensi vitamin K, Canadian
Pediatric Society dan College of Family Physicians of Canada
merekomendasikan pemberian IM rutin vitamin K dosis tunggal 0,5 mg hingga 1
mg untuk semua bayi baru lahir.
Salep mata oxytetracyclin 1% diberikan pada kedua mata bayi sebagai
pencegahan terhadap infeksi bakteri dari jalan lahir. Konjungtivitis neonetal
adalah penyakit mata yang paling umum pada neonatus di seluruh dunia, faktor

28
risiko terjadinya infeksi mata antara lain ketuban pecah dini, kelahiran prematur,
infeksi subklinis dari saluran kelamin wanita selama kelahiran, dan definsiensi
nutrisi selama kehamilan (Ranjit, et al, 2016). Konjungtivitis neonatal dikaitkan
dengan perawatan prenatal yang buruk, faktor risiko ibu paling umum meliputi
ketuban pecah dini, sepsis saat lahir, IMS, HIV positif, infeksi stafilokokus
selama kehamilan, dan korioamnionitis. Pencegahan paling umun dilakukan
adalah dengan pemberian salep mata tertasiklin pada neonatus (34%) dan
kombinasi antara benzly penicilin dan gentamicin (25%) (Smith-Norowitz et al,
2021).
Perawatan tali pusat dilakukan dengan membungkus tali pusat hanya dengan
kassa steril kering dimana menurut penelitian Sastrawinata (2011), alasan
merawat tali pusat menggunakan kassa kering steril adalah agar tali pusat tetap
dalam kondisi bersih dan kering, sehingga dapat mengurangi terjadinya infeksi
yang dapat berpengaruh pada lama pelepasan tali pusat pada bayi baru lahir.
Sejalan dengan penelitian yang dilakukan Putri (2019) yang menunjukkan
hampir seluruh responden 20 ibu (87,0%) melakukan perawatan tali pusat dengan
kassa kering sesuai standar dengan lama pelepasan tali pusat dalam kategori
normal, sedangkan sebagian besar dari responden 5 ibu (62,5%) melakukan
perawatan tali pusat dengan kassa kering tidak sesuai standar dengan lama
pelepasan tali pusat dalam kategori lambat.
Bayi diberikan imunisasi Hb0 0,5 cc pada paha kanan bayi secara IM
sebagai pencegahan terhadap infeksi hepatitis B. Vaksin hepatitis B mengandung
antigen permukaan virus hepatitis B yang diinaktifkan (HBsAg) dan dijerap pada
adjuvan aluminium hidroksida. Dibuat secara biosintetis menggunakan teknologi
DNA rekombinan. vaksin digunakan pada individu yang memiliki risiko tinggi
tertular hepatitis B, pada bayi baru lahir diberikan segera setalah bayi lahir dan
dilanjutkan hingga tiga dosis pada usia 2 3 dan 4 bulan untuk membentuk
kekebalan tubuh bayi dari infeksi virus hepatitis B (BPOM RI, 2015).
Dalam penelitian A. Hu, Q. Cai, M. Zhang et al. (2021) menyatakan bahwa
risiko infeksi hepatitis B dari ibu ke bayi mencapai 12,1% oleh sebab itu
pemberian imunisasi hepatitis B segera setelah lahir dianggap mampu

29
menurunkan risiko penularan dari ibu ke bayi serta memberikan perlindungan
pada bayi dari risiko tertular dari lingkungan. Sejalan dengan penelitian Yaw
Asante Awuku & Mary Yeboah-Afihene (2018) menyatakan bahwa risiko bayi
baru lahir terinfeksi virus hepatitis B mencapai 90% pada ibu yang terkonfirmasi
positif, sedangkan 5-20% bayi terinfeksi hepatitis B dari ibu yang terkonfirmasi
negatif. WHO menganjurkan pemberian imunisasi hepatitis B dosis lahir (HB0)
diberikan sesegera mungkin setelah lahir, sebaiknya dalam waktu 24 jam (Akbar
M.,Al Mahtab,M.et al, 2021).
Dalam penelitian Berhe M et al. (2017) menyatakan perawatan neonatal
esensial meliputi perawatan tali pusat yang aman, pemberian salep mata
tertasiklin, vaksinasi saat lahir, dan pemberian ASI segera setelah lahir terbukti
dapat menurunkan faktor risiko kematian neonatal.
Berdasarkan uraian data yang didapatkan menunjukkan adanya persamaan
yang terdapat dalam tinjauan pustaka dengan kasus sehingga tidak ditemukan
adanya kesenjangan antara teori dan praktik di lapangan.

30
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kasus yang dibahas pada laporan ini adalah asuhan kebidanan pada bayi
baru lahir normal NCB-SMK usia 1 jam. Berdasarkan hasil pengkajian,
pemeriksaan fisik, evaluasi dan pembahasan yang telah dipaparkan
sebelumnya, pelaksanaan asuhan kebidanan kehamilan di RSUD Dr.
Kanujoso Djatiwibowo telah dilakukan sesuai dengan rencana tindakan dan
terdapat hubungan timbal balik antara klien dan mahasiswa.
B. Saran
Setelah menyimpulkan proses kegiatan asuhan kebidanan pada bayi baru
lahir normal NCB-SMK usia 1 jam maka terdapat beberapa saran yang
diajukan, antara lain:
1. Bagi bayi baru lahir, dianjurkan kepada orang tua bayi untuk melakukan
pemeriksaan bayi baru lahir maupun pertolongan persalinan di fasilitas
kesehatan sehingga mendapatkan pelayanan kesehatan terpadu guna
menurunkan angka kesakitan dan kematian pada bayi baru lahir.
2. Bagi tenaga kesehatan, dianjurkan untuk meningkatkan keterampilan

31
yang dimiliki dalam melakukan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir,
sesuai dengan standar profesi bidan guna menurunkan angka kesakitan
dan kematian pada bayi baru lahir.

DAFTAR PUSTAKA

Asiyah, N., Islami., Mustagfiroh, L. (2017). Perawatan Tali Pusat Terbuka


Sebagai Upaya Mempercepat Pelepasan Tali Pusat. Indonesia Jurnal
Kebidanan, 1(1), 29-36.
Akbar, S. M. F., Al Mahtab, M., Begum, F., Hossain, S. A. S., Sarker, S.,
Shrestha, A., Khan, M. S. I., Yoshida, O., & Hiasa, Y. (2021). Implications
of birth-dose vaccination against hepatitis B virus in southeast Asia.
Vaccines, 9(4), 1–8.
Awuku, Y. A., & Yeboah-Afihene, M. (2018). Hepatitis B At-Birth dose vaccine:
An urgent call for implementation in Ghana. Vaccines, 6(1), 8–11.
Berhe, M., Medhaniye, A. A., Kahsay, G., Birhane, E., & Abay, M. (2017).
Essential neonatal care utilization and associated factors among mothers in
public health facilities of Aksum Town, North Ethiopia, 2016. PLoS ONE,
12(4), 1–11.
Ernawati, Nuraini N. (2019). Hubungan Inisiasi Menyusu Dini dengan Kestabilan
Suhu Tubuh pada Bayi Baru Lahir di RS Muhammadiyah Gresih Kabupaten
Gresik. Midwiferia Jurnal Kebidanan, 5(2).
Farrer, H. (2011). Perawatan Maternitas Edisi 2. Jakarta: EGC.

32
Hamilton, Persis Mary. (2017). Dasar-Dasar Keperawatan Maternitas Edisi 6.
Jakarta: EGC.
Hu, A. qun, Cai, Q. ying, Zhang, M., Liu, H. yan, Wang, T. lei, Han, W. hui, Li,
Q., Fan, W., Li, Y. jie, He, Y. ning, & Zheng, Y. jie. (2021). Overt and
occult hepatitis B infection after neonatal vaccination: mother-to-infant
transmission and HBV vaccine effectiveness. International Journal of
Infectious Diseases, 104, 601–609.
Hutagaol, H. S., Darwin, E., & Yantri, E. (2014). Pengaruh Inisiasi Menyusu Dini
(IMD) terhadap Suhu dan Kehilangan Panas pada Bayi Baru Lahir. Jurnal
Kesehatan Andalas, 3(3), 332–338.
Kementerian Kesehatan RI. (2013). Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di
Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan. Jakarta : Unicef.
Marmi. 2011. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Hamil. Yogyakarta : Penrbit Pelajar.
Ng, E., & Loewy, A. D. (2018). Guidelines for Vitamin K prophylaxis in
newborns. Paediatrics and Child Health (Canada), 23(6), 394–397.
Purba, dkk. (2019). Status Antropometri Pada Bayi Yang Dirawat Di Neonatal
Intensive Care Unit RSUP Prof.Dr.R.D.Kandou Manado. Jurnal Medik dan
Rehabilitasi (JMR), 1(3).
Putri, E., Limoy, M. (2019). Hubungan Perawatan Tali Pusat Menggunakan
Kassa Kering Steril Sesuai Standar Dengan Lama Pelepasan Tali Pusat
Pada Bayi Baru Lahir di Puskesmas Siantan Hilir Tahun 2019. Jurnal
Kebidanan, 9(1).
Rudolph, A. M. (2015). Buku Ajar Pediatri Rudolph (Volume 1). Jakarta: EGC.
Safari, K., Saeed, A.A., Hasan, S.S., Banaem-Moghaddam, L. (2018). The Effect
of Mother and Newborn Early Skin-to-Skin Contact on Initiation of
Breastfeeding, Newborn Temperature and Duration of Third Stage of
Labor. International Breastfeeding Journal 13(32).
Sankar, M. J., Chandrasekaran, A., Kumar, P., Thukral, A., Agarwal, R., & Paul,
V. K. (2016). Vitamin K prophylaxis for prevention of Vitamin K deficiency
bleeding: A systematic review. Journal of Perinatology, 36(S1), S29–S34.
Sastrawinata, P. (2011). Buku Saku Perawatan Tali Pusat. Jakarta: EGC.

33
Smith, E. R., Hurt, L., Chowdhury, R., Sinha, B., Fawzi, W., & Edmond, K. M.
(2017). Delayed breastfeeding initiation and infant survival: A systematic
review and meta-analysis. PLoS ONE, 12(7), 1–16.
Varney. 2017. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Edisi 4, Volume 2. Jakarta: EGC.
Yeo, C. L., Biswas, A., Ee, T. T. K., Chinnadurai, A., Baral, V. R., Chang, A. S.
M., Ereno, I. L., Ho, K. Y. S., Poon, W. B., Shah, V. A., & Quek, B. H.
(2017). Singapore neonatal resuscitation guidelines 2016. Singapore
Medical Journal, 58(7), 391–403.

34

Anda mungkin juga menyukai