Anda di halaman 1dari 22

SATUAN ACARA PENYULUHAN

ASUHAN KEHAMILAN

Disusun untuk memenuhi persyaratan kelulusan


Pada Stase 3 Asuhan Kehamilan
Program Studi Pendidikan Profesi Bidan STIKes Medistra Indonesia

Disusun Oleh
Kristina Klara Pradilla 2115. 6051.1018
Shifa Rahmania 2115. 6051.1026
Siti Ayu Agustina 2115. 6051.1031
Sri Nurhidayati 2115. 6051.1032
Vivi Violita Imansari 2115. 6051.1036

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN


STIKES MEDISTRA INDONESIA
TA. 2021/2022
HALAMAN PERSETUJUAN

SATUAN ACARA PENYULUHAN


ASUHAN KEHAMILAN

Disusun Oleh
Kristina Klara Pradilla 2115. 6051.1018
Shifa Rahmania 2115. 6051.1026
Siti Ayu Agustina 2115. 6051.1031
Sri Nurhidayati 2115. 6051.1032
Vivi Violita Imansari 2115. 6051.1036

Disetujui untuk diseminarkan pada tanggal : November 2021

Dosen pembimbing klinik

Tangggal. : November 2021 (Dr. Lenny Irmawati., SST., M.Kes)


NIDN. 0319017902

Preseptor Klinik

Tanggal. : November 2021

2
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan bimbinganNya

kami dapat menyelesaikan satuan acara penyuluhan “Prakonsepsi”. Satuan acara penyuluhan ini

merupakan salah satu syarat untuk memenuhi persyaratan kelulusan pada Stase 2 Konsepsi dan

Prakonsepsi pada Program Studi Kebidanan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Medistra Indonesia.

Selama Penyusunan Satuan Acara Penyuluhan penulis mendapat bantuan dari berbagai pihak,

untuk itu dengan segala hormat dan kerendahan hati penulis menyampaikan penghargaan dan

terima kasih kepada:

1. Usman Ompusunggu, SE selaku Pembina Yayasan Medistra Indonesia

2. Saver Mangandar Ompusunggu, SE., selaku Ketua Yayasan Medistra Indonesia

3. Linda K Telaumbanua, S, SST., M.Keb selaku Ketua STIKes Medistra Indonesia

4. Vermona marbum, MKM. Sealaku BPH STIKes Medistra Indonesia

5. Dr. Lenny Irmawaty SST., M.Kes selaku Wakil Ketua I Bidang Akademik STIKes

Medistra Indonesia.

6. Farida Banjarnahor, SH selaku Wakil ketua II Bidang Administrasi dan Kepegawaian

STIKes Medistra Indonesia.

7. Hainun Nisa, SST., M.Kes selaku Wakil Ketua III Bidang Kemahasiswaan STIKes

Medistra Indonesia.

8. Puri Kresna Wati, SST., M.KM selaku Kaprodi Program Studi (S1) dan Pedidikan

Profesi Bidan

9. Farida Simanjuntak, SST., M.Kes selaku sekertaris Program Studi (S1) dan Pedidikan

Profesi Bidan

3
10. Dr. Marni Br Karo. S.Tr. Keb., SKM., M.Kes selaku dosn pembimbing Klinik Stase

Konsepsi dan Prakonsepsi

11. Dosen dan staff STIKes Medistra Indonesia

12. Serta semua pihak yang telah membantu penyelesaian penulisan laporan ini.

Mohon maaf atas segala kesalahan dan ketidaksopanan yang mungkin telah saya perbuat.

Atas segala bantuannya, penulis hanya bisa memohon semoga bantuan yang telah

diberikan dicatat oleh Allah SWT sebagai amal baik dan dibalas dengan pahala yang

setimpal. Penulis menyadari sepenuhnya akan keterbatasan dan kekurangan yang dimiliki

sehingga satuan acara penyuluhan ini masih jauh dari kesempurnaan, maka segala kritik dan

saran yang bersifat membangun akan membantu dalam penyempurnaan Laporan ini. Akhir

kata semoga SAP ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca, tenaga kesehatan pada

umumnya dan tenaga kebidanan khususnya.

Aamiin ya Robal alamiin.

Karawang, November 2021

Penulis

4
SATUAN ACARA PENYULUHAN

Bidang Studi : Ilmu Kebidanan

Topik : Asuhan Kehamilan

Sub Pokok Bahasan : Tanda Bahaya Kehamilan

Sasaran : ibu hamil Trimester I, II, III

Hari / Tanggal : november 2021

Waktu : WIB

Tempat : Zoom

A. Latar Belakang
Kehamilan merupakan proses yang normal dan alamiah pada seorang wanita
dimana dalam masa kehamilan terjadi perubahan fisik, psikologis dan sosial. Setiap
kehamilan membawa resiko bagi ibu. WHO memperkirakan sekitar 15% dari seluruh wanita
hamil akan berkembang menjadi komplikasi yang berkaitan dengan kehamilanya serta
mengancam jiwanya (Hani, 2010).
Antenatal care sebagai salah satu upaya pencegahan awal dari faktor resiko
kehamilan. Pelayanan antenatal adalah pelayanan kesehatan oleh tenaga kesehatan untuk ibu
selama masa kehamilannya, dilaksanakan sesuai dengan standar pelayanan antenatal yang
ditetapkan dalam standar pelayanan kebidanan. Pelayanan antenatal sesuai standar meliputi
anamnesis pemeriksaan fisik (umum dan kebidanan), pemeriksaan laboratorium atas indikasi,
serta intervensi dasar dan khusus Menurut (Depkes RI, 2015).
Menurt WHO, antenatal care merupakan cara untuk mendeteksi dini
terjadinya resiko tinggi terhadap kehamilan dan persalinan dan dapat menurunkan angka
kematian ibu serta memantau keadaan janin (Hardiani, 2012). Menurut data WHO tahun
2013 , AKI di Indonesia yang tertinggi di Negara ASEAN yakni 190per 100.000 kelahiran
hidup. Angka Kematian Ibu (AKI) di Negara Malaysia 29 per kelahiran hidup, Singapura 6
per kelahiran hidup, Thailand 26 per kelahiran hidup dan Vietnam 49 perkelahiran hidup
(dalam Ardilah, 2015).

5
Untuk mencegah risiko yang lebih berbahaya bagi ibu hamil dan janinya,
maka penegtahuan ibu tentang tanda-tanda bahaya kehamilan perlu ditingkatkan.
Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan terjadi setelah orang melakukan penginderaan
terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan itu terjadi melalui panca indera manusia yakni
indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar penginderaan
manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan dan kognitif merupakan domain
yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (over behavior) (Notoatmodjo,
2012).
Analisa Situasi

1. Peserta
30 orang pasangan usia subur
2. Via
Zoom

3. Pengajar
Penyajian oleh mahasiswa STIKes Medistra Indonesia

B. Tujuan
1. Tujuan Instruksional Umum
Setelah mendapatkan penyuluhan, ibu mampu mengetahui tentang tanda bahaya
kehamilan trimester I, II, III

2. Tujuan Instruksional Khusus


Setelah mengikuti penyuluhan peserta diharapkan mampu :
a. Peserta mengetahui tanda bahaya kehamilan.
b. Peserta mengetahui tujuan mengetahui tanda bahaya kehamilan.
C. Materi
1. Tanda bahaya kehamilan
D. Metode
Ceramah

E. Media
 PPT

6
 Leaflet

F. Kegiatan Belajar Mengajar

Kegiatan
Tahap /
No.
Waktu
Penyuluhan Peserta

1. Pembukaan 1. Mengucapkan salam 1. Menjawab salam


2. Memperkenalkan diri 2. Memperhatikan
(5 menit)
dan mendengarkan
3. Memperhatikan
3. Menjelaskan judul
dan mendengarkan
materi serta tujuan
yang ingin dicapai
oleh peserta
penyuluhan dan
melakukan kontrak
waktu

2. Penyajian Isi Menjelaskan kepada


pasien tentang
(15 menit)
a. Tanda Bahaya
1. Memperhatikan,
Kehamilan Trimester
mendengarkan,
I.
dan bisa
b. Tanda Bahaya
menirukan dengan
Kehamilan Trimester
benar
II
2. Menjawab
c. Tanda Bahaya

7
Kehamilan Trimester pertanyaan
III 3. Memperhatikan
d. Tujuan Mengetahui dan mendengarkan
Tanda Bahaya
Kehamilan

3. Evaluasi 1. Memberikan 1. Mengajukan


kesempatan kepada pertanyaan
peserta untuk bertanya
2. Memberikan
2. Memperhatikan
reinforcement positif
dan mendengarkan
kepada peserta atas
kemampuannya
3. Memperhatikan
bertanya
dan mendengarkan
3. Menjawab pertanyaan
peserta

4. Terminasi 1. Menyimpulkan hasil 1. Mendengarkan


penyuluhan
(15 menit)
2. Mengucapkan terima
2. Mencengarkan
kasih atas peran serta
3. Menutup acara
3. Mendengarkan
penyuluhan dengan
4. Membalas atau
mengucapkan salam
menjawab salam

8
MATERI

TANDA BAHAYA KEHAMILAN TRIMESTER I, TRIMESTER II, TRIMESTER III

A. Pengertian kehamilan

Kehamilan secara umum merupakan proses melanjutkan keturunan yang terjadi secara
alami. Pengertian kehamilan bervariasi menurut beberapa ahli, tetapi mengandung satu
inti yang sama,yaitu proses fisiologis yang terjadi pada perempuan akibat adanya
pembuahan antara sel kelamin laki-laki dan sel kelamin perempuan. Dengan kata lain
pembuahan oleh spermatozoa, sehingga mengalami nidasi pada uterus dan berkembang
sampai kelahiran Janin (Pratiwi, Arantika Meidya & Fatimah, 2018). Lama hamil
normal adalah 280 hari atau 40 Minggu dihitung dari Hari petama Haid Terakhir
(HPHT).

B. Pengertian Tanda bahaya kehamilan

Tanda bahaya kehamilan adalah tanda-tanda yang mengindikasikan adanya bahaya yang
dapat terjadi selama kehamilan/periode antenatal, yang apabila tidak dilaporkan atau
tidak terdeteksi bisa menyebabkan kematian ibu (Pusdiknakes, 2013). Menurut
Kusmiyati dkk (2013), kehamilan merupakan hal yang fisiologis. Namun kehamilan
yang normal dapat berubah menjadi patologi. Salah satu asuhan yang dilakukan oleh
tenaga kesehatan untuk menapis adanya risiko ini yaitu melakukan pendeteksian dini
adanya komplikasi/ penyakit yang mungkin terjadi selama hamil.

C. Deteksi Dini Tanda Bahaya Kehamilan


Pada umumnya 80-90 % kehamilan akan berlangsung normal dan hanya 10-12 %
kehamilan yang disertai dengan penyulit atau berkembang menjadi kehamilan patologis.
Kehamilan patologis tidak terjadi secara mendadak karena kehamilan dan efeknya
terhadap organ tubuh berlangsung secara bertahap dan berangsurangsur. Deteksi dini
gejala dan tanda bahaya selama kehamilan merupakan upaya terbaik untuk mencegah
terjadinya gangguan yang serius terhadap kehamilan ataupun keselamatan ibu hamil.
Faktor predisposisi dan adanya penyulit penyerta sebaiknya diketahui sejak awal

9
sehingga dapat dilakukan berbagai upaya maksimal untuk 14 mencegah gangguan yang
berat baik terhadap kehamilan dan keselamatan ibu maupun bayi yang dikandungnya.
D. Macam-macam Tanda Bahaya Kehamilan Trimester I, Trimester II, Trimester III
1 Tanda Bahaya Kehamilan Trimester I (0 – 12 minggu)
a. Perdarahan Pada Kehamilan Muda Salah satu komplikasi terbanyak pada
kehamilan ialah terjadinya Perdarahan. Perdarahan dapat terjadi pada setiap usia
kehamilan. Pada kehamilan muda sering dikaitkan dengan kejadian abortus,
misscarriage, early pregnancy loss. Perdarahan pada kehamilan muda dikenal
beberapa istilah sesuai dengan pertimbangan masing-masing, setiap terjadinya
perdarahan pada kehamilan maka harus selalu berfikir tentang akibat dari
perdarahan ini yang menyebabkan kegagalan kelangsungan kehamilan
(Hadijanto, 2013).
1) Abortus

Menurut Leveno Kenneth (2015) abortus adalah Pengakhiran kehamilan,


baik secara spontan maupun disengaja, sebelum 20 minggu
berdasarkan hari pertama haid terakhir. Definisi lain yang digunakan
adalah adalah pelahiran janin Neonates yang memiliki berat kurang
dari 500 gram. Namun, definisi abortus bervariasi, berdasarkan undang-
undang suatu negara untuk melaporkan abortus kematian janin, dan
kematian neonatus. (Ruqaiyah 2018)

Macam-macam abortus :

a) Abortus Imminens (threatened)


Suatu abortus imminens dicurigai bila terdapat pengeluaran vagina yang
mengandung darah, atau perdarahan pervaginam pada trimester pertama
kehamilan. Suatu abortus iminens dapat atau tanpa disertai rasa mules
ringan, sama dengan pada waktu menstruasi atau nyeri pinggang bawah.
Perdarahan pada abortus imminens seringkali hanya sedikit, namun hal
tersebut berlangsung beberapa hari atau minggu. Pemeriksaan vagina pada
kelainan ini memperlihatkan tidak adanya pembukaan serviks. Sementara
pemeriksaan dengan real time ultrasound pada panggul menunjukkan

10
ukuran kantong amnion normal, jantung janin berdenyut, dan kantong
amnion kosong, serviks tertutup, dan masih terdapat janin utuh.
b) Abortus Insipien (inevitable)
Merupakan suatu abortus yang tidak dapat dipertahankan lagi ditandai
dengan pecahnya selaput janin dan adanya pembukaan serviks. Pada
keadaan ini didapatkan juga nyeri perut bagian bawah atau nyeri kolek
uterus yang hebat. Pada pemeriksaan vagina memperlihatkan dilatasi
osteum serviks 16 dengan bagian kantung konsepsi menonjol. Hasil
Pemeriksaan USG mungkin didapatkan jantung janin masih berdenyut,
kantung gestasi kosong (5-6,5 minggu), uterus kosong (3-5 minggu) atau
perdarahan subkorionik banyak di bagian bawah.
c) Abortus Incompletus (incomplete)
Pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada kehamilan sebelum 20 minggu
dengan masih ada sisa yang tertinggal dalam uterus. Pada pemeriksaan
vagina, canalis servikalis terbuka dan jaringan dapat diraba dalam cavum
uteri atau kadang-kadang sudah menonjol dari osteum uteri eksternum.
Pada USG didapatkan endometrium yang tipis dan ireguler.
d) Abortus Completus (complete)
Pada abortus completus semua hasil konsepsi sudah dikeluarkan. Pada
penderita ditemukan perdarahan sedikit, osteum uteri telah menutup, dan
uterus sudah banyak mengecil. Selain ini, tidak ada lagi gejala kehamilan
dan uji kehamilan menjadi negatif. Pada Pemeriksaan USG didapatkan
uterus yang kosong.
e) Missed Abortion
Kematian janin berusia sebelum 20 minggu, tetapi janin mati itu tidak
dikeluarkan selama 8 minggu atau lebih.
f) Abortus Habitualis (habitual abortion)
abortus spontan yang terjadi berturutturut tiga kali atau lebih. Pada
umumnya penderita tidak sukar menjadi hamil, namun kehamilannya
berakhir sebelum 28 minggu.

11
2) Kehamilan ektopi
Kehamilan Ektopik adalah kehamilan abnormal yang terjadi di luar rongga
rahim, janin tidak dapat bertahan hidup sehingga tidak berkembang sama
sekali. Kehamilan ektopik ialah kehamilan dimana sel telur setelah dibuahi
(fertilisasi) berimplantasi dan tumbuh di luar endometrium kavum uteri.
Kehamilan ektopik mengalami abortus atau ruptur apabila masa kehamilan
berkembang melebihi kapasitas ruang implantasi misalnya tuba. Kehamilan
ektopik merupakan penyebab pendarahan berat yang berpotensi kematian.
Pada keadaan itu, telur yang telah dibuahi tertanam, tumbuh dan berkembang
di luar uterus. Tempat kehamilan ektopik yang paling sering terjadi adalah
pada tuba falopi. Karena tidak dapat menampung embrio yang terus tumbuh.
Tuba falopi akan segera pecah (biasanya dalam waktu 10 minggu kehamilan
yang pertama). Selanjutnya terjadi pendarahan yang terkumpul dalam rongga
perut dan menimbulkan rasa nyeri setempat atau menyeluruh yang berat,
pingsan, dan syok.
Kehamilan Ektopik biasanya terjadi di tuba falopi, yang di kerenakan oleh
sebuah kondisi (misalnya jaringan perut dari infeksi terdahulu) yang
menghambat atau memperlambat jalan telur yang sudah di buahi. Ibu yang
berisiko kondisi seperti ini mencakup mereka yang memiliki riwayat penyakit
peradangan panggul, endometriosis, kehmilan ektopik terdahulu, atau
pembedahan tuba falopi, serta perokok (Rahmana 2016)
3) Mola hidatidosa
Adalah suatu kehamilan yang berkembang tidak wajar dimana tidak
ditemukan janin dan hampir seluruh vili korialis mengalami perubahan
berupa degenerasi hidropik. Secara makroskopik, molahidatidosa mudah
dikenal yaitu berupa gelembung-gelembung putih, tembus pandang, berisi
cairan jernih, dengan ukuran bervariasi dari beberapa millimeter sampai 1
atau 2 cm, pada permulaannya gejala mola hidatidosa tidak seberapa berbeda
dengan kehamilan 19 biasa yaitu mual, muntah, pusing, dan lain-lain, hanya
saja derajat keluhannya sering lebih hebat. Selanjutnya perkembangan lebih
pesat, sehingga pada umumnya besar uterus lebih besar dari umur kehamilan.

12
Ada pula kasuskasus yang uterusnya lebih kecil atau sama besar walaupun
jaringannya belum dikeluarkan, dalam hal ini perkembangan jaringan
trofoblas tidak begitu aktif sehingga perlu dipikirkan kemungkinan adanya
dying mole. Perdarahan merupakan gejala utama mola. Biasanya keluhan
perdarahan inilah yang menyebabkan mereka datang ke rumah sakit. Gejala
perdarahan ini biasanya terjadi antara bulan pertama sampai ketujuh dengan
rata-rata 12-14 minggu. Sifat perdarahan bias intermiten, sedikit-sedikit atau
sekaligus banyak sehingga menyebabkan syok atau kematian. Karena
perdarahan ini umumnya pasien mola hidatidosa masuk dalam keadaan
anemia (dr. Ratna Dewi Puspita Sari, S. Ked. 2018)
b. Muntah terus dan tidak bisa makan pada kehamilan Mual dan muntah adalah
gejala yang sering ditemukan pada kehamilan trimester I. Mual biasa terjadi
pada pagi hari, gejala ini biasa terjadi 6 minggu setelah HPHT dan berlangsung
selama 10 minggu. Perasaan mual ini karena meningkatnya kadar hormon
estrogen dan HCG dalam serum. 20 Mual dan muntah yang sampai
menggangguaktifitas seharihari dan keadaan umum menjadi lebih buruk,
dinamakan Hiperemesis Gravidarum
c. Anemia
Anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan keadaan hemoglobin di
bawah 11 gr% pada trimester I. Anemia dalam kehamilan disebabkan oleh
defisiensi besi dan perdarahan akut bahkan tak jarang keduanya saling
berinteraksi. Anemia pada trimester I bisa disebabkan karena mual muntah pada
ibu hamil dan perdarahan pada ibu hamil trimester I (Widoyoko and Septianto
2020).
d. Demam Tinggi
Ibu hamil yang menderita demam dengan suhu tubuh >38ºC dalam kehamilan
merupakan suatu tanda bahaya.Demam tinggi dapat merupakan gejala adanya
infeksi dalam kehamilan. Demam dapat disebabkan oleh infeksi dalam
kehamilan yaitu masuknya mikroorganisme pathogen ke dalam tubuh wanita
hamil yang kemudian menyebabkan timbulnya tanda atau gejala–gejala dari

13
suatu penyakit.Pada infeksi berat dapat terjadi demam dan gangguan fungsi
organ vital (Tibu 2017).
2. Tanda Bahaya Kehamilan Trimester II (13 – 28 minggu)
a. Demam Tinggi

Ibu menderita demam dengan suhu tubuh >38ºC dalam kehamilan merupakan
suatu masalah. Demam tinggi dapat merupakan gejala adanya infeksi dalam
kehamilan. Menurut SDKI tahun 2007 penyebab kematian ibu karena infeksi
(11%). Penanganan demam antara lain dengan istirahat baring, minum banyak dan
mengompres untuk menurunkan suhu (Saifuddin, 2002, p.249). Demam dapat
disebabkan oleh infeksi dalam kehamilan yaitu masuknya mikroorganisme
pathogen ke dalam tubuh wanita hamil yang kemudian menyebabkan timbulnya
tanda atau gejala–gejala penyakit. Pada infeksi berat dapat terjadi demam dan
gangguan fungsi organ vital. Infeksi dapat terjadi selama kehamilan, persalinan
dan masa nifas (Pusdiknakes, 2003).

b. IUFD (Intra Uterine Fetal Death)


Bayi kurang bergerak seperti biasa Gerakan janin tidak ada atau kurang (minimal
3 kali dalam 1 jam). Ibu mulai merasakan gerakan bayi selama bulan ke-5 atau ke-
6. Jika bayi tidak bergerak seperti biasa dinamakan IUFD (Intra Uterine Fetal
Death). IUFD adalah tidak adanya tanda-tanda kehidupan janin didalam
kandungan. 22 Beberapa ibu dapat merasakan gerakan bayinya lebih awal. Jika
bayi tidur gerakannya akan melemah. Bayi harus bergerak paling sedikit 3 kali
dalam 1 jam jika ibu berbaring atau beristirahat dan jika ibu makan dan minum
dengan baik (Yuniarti, Sarita, and Feriyani 2018).
c. Anemia
Anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar haemoglobin di bawah
11 gr/dl pada trimester 1 dan 3 atau kadar haemoglobin kurang dari 10,5 gr/dl
pada trimester 2, nilai batas tersebut dan perbedaannya dengan wanita tidak hamil
terjadi karena hemodilusi, terutama pada trimester 2. Lebih dari 50% ibu hamil
dengan anemia, dan menyebabkan kesakitan dan kematian maternal. Anemia
sering terjadi akibat defisiensi zat besi karena pada ibu hamil terjadi peningkatan

14
kebutuhan zat besi dua kali lipat akibat peningkatan volume darah tanpa ekspansi
volume plasma, untuk memenuhi kebutuhan ibu (mencegah kehilangan darah
pada saat melahirkan) dan pertumbuhan janin. Ironisnya, diestimasi dibawah 50%
ibu tidak mempunyai cadangan zat besi yang cukup selama kehamilannya,
sehingga risiko defisiensi zat besi atau anemia meningkat bersama dengan
kehamilan. Kondisi anemia pada ibu hamil mempunyai dampak kesehatan
terhadap ibu dan anak dalam kandungan, antara lain meningkatkan risiko bayi
dengan berat lahir rendah, keguguran, kelahiran prematur dan kematian pada ibu
dan bayi baru lahir. Hasil survey menunjukkan bahwa prevalensi anemia pada ibu
hamil masih sangat tinggi, yaitu 51 %, dan pada ibu nifas 45%. Tidak jarang
kondisi anemia pada ibu hamil menjadi penyebab utama terjadinya perdarahan,
partus lama, aborsi dan infeksi yang merupakan faktor kematian utama ibu
(Widoyoko and Septianto 2020).
Selain itu anemia kehamilan juga sangat berisiko terhadap bayi yang akan
dilahirkan dan akan menyebabkan stunting pada balita. Hal ini dikarenakan
asupan gizi yang didapatkan tidak mencukupi. Salah satu faktor resiko kejadian
stunting pada anak balita adalah status gizi ibu saat hamil. Pada umumnya
penyebab anemia pada ibu hamil adalah kurangnya gizi, kurangnya zat besi dalam
makanan yang dikonsumsi, penyerapan yang kurang baik dan penyakit-penyakit
kronik (seperti TBC, paru-paru, cacing usus, dan malaria). Tingginya angka
kurang gizi pada ibu hamil mempunyai kontribusi terhadap tingginya stunting di
Indonesia diperkirakan mencapai 350.000 bayi setiap tahunnya (Widyaningrum
and Romadhoni 2018).
3. Tanda Bahaya Kehamilan Trimester III (29 – 42 minggu)
a. Perdarahan Pervaginam
a. Perdarahan pada masa kehamilan lanjut setelah 22 minggu sampai sebelum
persalinan. Perdarahan pervaginaan dikatakan tidak normal bila ada
tandatanda seperti keluarnya darah merah segar atau kehitaman dengan
bekuan, perdarahan kadang banyak kadang tidak terus menerus, perdarahan
disertai rasa nyeri. Perdarahan semacam ini bisa berarti plasenta previa,

15
solusio plasenta, ruptur uteri, atau dicurigai adanya gangguan pembekuan
darah (Kusumawati, 2014).

b. Pada ibu hamil terjadi proses penyesuaian yang dapat menimbulkan


perubahan fisiologis baik secara fisik maupun psikologis. Perubahan-
perubahan yang terjadi selama kehamilan, salah satunya pusing (sakit kepala)
(Seda Karacay Yikar & Nazik, 2018). Pusing yang berkelanjutan berdampak
pada gejala anemi, tekanan darah yang naik turun, dehidrasi hingga sinkope
(pingsan) (Irianti et al., 2014; Nurhayati, 2018).
Sakit kepala yang hebat dalam kehamilan adalah gejala dari pre eklampsi.
Perubahan visual (penglihataan) secara tiba-tiba (pandangan kabur) dapat
berubah pada masa kehamilan (Kusumawati, 2014).
c. Akibat pengaruh hormonal, ketajaman penglihatan dapat berubah selama
masa kehamilan. Perubahan ringan (minor) adalah perubahan yang normal.
Jika masalah visual yang mengindikasikan perubahan mendadak, misalnya
pandangan menjadi kabur dan berbayang disertai rasa sakit kepala yang hebat,
ini sudah menandakan gejala preeklamsi (Pantiawati, 2010). Penglihatan
kabur dikarenakan sakit kepala hebat, sehingga terjadi oedem pada otak dan
meningkatkan resistensi otak yang mempengaruhi sistem saraf pusat yang
dapat menimbulkan kelainan selebral, dan gangguan penglihatan.
d. Bengkak di muka atau tangan Hampir separuh dari ibu-ibu akan mengalami
bengkak yang normal pada kaki yang biasanya muncul pada sore hari dan
biasanya hilang setelah beristirahat atau meletakkannya lebih tinggi. Bengkak
disertai dengan keluhan fisik lainnya. Hal ini merupakan pertanda dari
anemia, gangguan fungsi ginjal, gagal jantung ataupun pre eklampsia. Gejala
anemia dapat muncul dalam bentuk oedema (bengkak) karena dengan
menurunnya kekentalan darah pada penderita anemia, disebabkan oleh
berkurangnya kadar hemoglobin (Hb, sebagai pengangkut oksigen dalam
darah). Pada darah yang rendah kadar Hb-nya, kandungan cairannya lebih
tinggi dibandingkan dengan sel-sel darah merahnya (Kusumawati, 2014).

16
e. Bayi kurang bergerak seperti biasa, Ibu hamil mlai dapat merasakan gerakan
bayinya pada usia kehamilan 16-18 minggu (multigravida, sudah pernah hamil
dan melahirkan sebelumnya) dan 18-20 minggu (primigravida, baru pertama
kali hamil). Jika janin tidur, gerakannya akan melemah. janin harus bergerak
paling sedikit 3 kali dalam periode 3 jam (10 gerakan dalam 12 jam). Gerakan
janin akan lebih mudah terasa jika ibu berbaring/beristirahat, makan dan
minum. (Kusumawati, 2014). Jika ibu tidak merasakan gerakan janin sesudah
usia 22 minggu/ memasuki persalinan, maka perlu diwaspadai terjadinya
gawat janin atau kematian janin dalam uterus.
f. Pengeluaran Cairan Pervaginam (Ketuban Pecah Dini) Yang dimaksud cairan
di sini adalah air ketuban. Ketuban yang pecah pada kehamilan aterm dan
disertai dengan munculnya tanda-tanda persalinan adalah normal. Pecahnya
ketuban sebelum terdapat tanda-tanda persalinan dan ditunggu satu jam belum
dimulainya tanda-tanda persalinan ini disebut ketuban pecah dini. Ketuban
pecah dini menyebabkan hubungan langsung antara dunia luar dan ruangan
dalam rahim sehingga memudahkan terjadinya infeksi. Makin lama periode
laten (waktu sejak ketuban pecah sampai terjadi kontraksi rahim), makin besar
kemungkinan kejadian kesakitan dan kematian ibu atau janin dalam rahim
(Marjati Kusbandiyah Jiarti, Julifah Rita, 2010).
g. Kejang pada eklampsia dibagi menjadi 4 tingkatan yaitu tingkat awal atau
aura, tingkat kejangan tonik, tingkat kejangan klonik, dan tingkat koma
Tingkat awal atau aura berlangsung sekitar 30 detik. Mata penderita terbuka
tanpa melihat, kelopak mata dan tangan bergetar dan kepala diputar kekanan
atau kekiri. Tingkat kejangan tonik berlangsung 30 detik. Pada tingkat ini
seluruh otot menjadi kaku, wajah kelihatan kaku, tangan menggenggam dan
kaki bengkok ke dalam. Pernafasan berhenti, wajah menjadi sianotik dan lidah
dapat tergigit. Stadium ini akan disusul oleh tingkat kejangan klonik yang
berlangsung antara 1-2 menit. Spasme tonik menghilang, semua otot
berkontraksi dan berulang-ulang dalam tempo yang cepat. Mulut membuka
dan menutup dan lidah dapat tergigit lagi. Bola mata menonjol. Dari mulut
keluar lidah yang berbusa, wajah menunjukkan kongesti dan sianotis. Setelah

17
kejang terhenti, pasien bernafas dengan mendengkur. Pada tingkat koma,
lamanya ketidaksadaran tidak selalu sama. Secara perlahan penderita biasa
menjadi sadar lagi. Terminasi kehamilan merupakan satusatunya terapi
definitif untuk eklampsia. Terminasi kehamilan dilakukan bila telah dilakukan
stabilisasi (pemulihan) hemodinamika dan metabolisme ibu yaitu 4-8 jam
setelah satu atau lebih keadaan setelah pemeberian obat anti kejang terakhir,
setelah kejang terakhir, setelah pemberian obat-obat anti hipertensi terakhir
dan penderita mulai sadar (responsif dan orientasi), cara terminasi kehamilan
disesuaikan dengan keadaan ibu saat masuk. Seksio sesaria dapat
dipertimbangkan bila anak hidup atau bila ada indikasi.
h. Menurut World Health Organization (WHO) mendefinisikan anemia
kehamilan sebagai kadar hemoglobin kurang dari 11gr atau kurang dari 33%
pada setiap waktu pada kehamilan yang mempertimbangkan hemodilusi yang
normal terjadi dalam kehamilan dimana kadar hemoglobin kurang dari 11 gr
pada trimester pertama (Atikah Proverawati, 2018; 82). Sebagian besar
anemia di Indonesia selama ini dinyatakan sebagai akibat kekurangan besi
(Fe) yang diperlukan untuk pembentukan hemoglobin Kebutuhan Fe pada
janin akan meningkat hingga pada trimester akhir sehingga diperlukan
suplemen Fe.(Sulistioningsih, 2018) . Pengaruh anemia dalam kehamilan
dapat berakibat fatal jika tidak segera di atasi diantaranya dapat menyebabkan
keguguran, partus prematus, partus lama, atonia uteri dan menyebabkan
perdarahan serta syok. Hal tersebut berkaitan dengan banyak faktor yang
berpengaruh antara lain status gizi, umur, pendidikan dan pekerjaan .
Sedangkan pengaruh anemia terhadap hasil kosepsi diantaranya dapat
menyebabkan keguguran, kematian janin dalam kandungan, kematian janin
waktu lahir, kematian perinatal tinggi, prematuritas dan cacat bawaan (Assis Z
et al, 2014)
i. Jika suhu ibu hamil berada pada > 38°C dalam kehamilan, ini menandakan ibu
dalam masalah. Demam pada kehamilan merupakan manifestasi tanda gejala
infeksi kehamlan. Penangannya dapat dengan memiringkan bada ibu kerag
kekiri, cukupi kebutuhan cairan ibu dan kompres hangat guna menurunkan

18
suhu ibu. komplikasi yag ditimbulkan jika ibu mengalami demam tinggi yaitu
sistitis (infeksi kandung kencing) serta infeksi saluran kemih atas. Penanganan
demam antara lain dengan istirahat baring, minum banyak dan mengompres
untuk menurunkan suhu. Demam dapat disebabkan oleh infeksi dalam
kehamilan yaitu masuknya mikroorganisme pathogen ke dalam tubuh wanita
hamil yang kemudian menyebabkan timbulnya tanda atau gejala–gejala
penyakit. Pada infeksi berat dapat terjadi demam dan gangguan fungsi 27
organ vital. Infeksi dapat terjadi selama kehamilan, persalinan dan masa nifas

Tujuan Mengenali Tanda Bahaya Kehamilan Tujuan pentingnya mengetahui tanda


bahaya kehamilan menurut Pusdiknakes-WHO-JHPIEGO (2003) dalam tibu 2017
yaitu :
a. Mengenali tanda-tanda yang mengancam bagi ibu hamil dan janinnya sejak dini.
b. Dapat mengambil tindakan yang tepat yaitu menghubungi tenaga kesehatan
terdekat bila menemui tanda bahaya kehamilan untuk mendapat perawatan
segera (Tibu 2017).

19
DAFTAR PUSTAKA

dr. Ratna Dewi Puspita Sari, S. Ked., SpOG. 2018. Hubungan Riwayat Abortus Dengan
Kejadian Mola Hidatidosa Pada Wanita Usia Reproduktif Di Rsud Abdul Moeloek
Lampung. http://repository.lppm.unila.ac.id/10424/1/dr Ratna DPS %28Laporan Penelitian
Fakultas 2018%29.pdf.
Rahmana, Dini. 2016. “SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN UNTUK MENENTUKAN
JENIS KEHAMILAN EKTOPIK DENGAN METODE FORWARD CHAINING.” 2(2):
35–43.
Ruqaiyah, Ruqaiyah. 2018. “Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Abortus Inkomplit Di
RSIA Sitti Khadijah I Makassar Tahun 2018.” Jurnal Kesehatan Delima Pelamonia 2(2):
93–98.
Tibu, Rosmawati. 2017. “PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG TANDA-TANDA
BAHAYA DALAM KEHAMILAN DI PUSKESMAS LEPO-LEPO KOTA KENDARI
TAHUN 2017.” Karya Tulis Ilmiah: 70.
http://repository.poltekkes-kdi.ac.id/224/1/KARYA TULIS ILMIAH.pdf.
Widoyoko, Abiyyi Pratama Husada, and Rendy Septianto. 2020. “Pengaruh Anemia Terhadap
Kematian Maternal.” Jurnal Penelitian Perawat Profesional 2(1): 1–6.
Widyaningrum, Dian Anisia, and Dhiyah Ayu Romadhoni. 2018. “Riwayat Anemia Kehamilan
Dengan Kejadian Stunting Pada Balita Di Desa Ketandan Dagangan Madiun.” Medica
Majapahit 10(2): 86–99.
http://ejournal.stikesmajapahit.ac.id/index.php/MM/article/view/291.
Yuniarti, Hilda, Sultina Sarita, and Feriyani. 2018. “Determinan Kejadian Intra Uterine Fetal
Death (Iufd) Di Rsud Kota Kendari Tahun 2017 Skripsi.” Politeknik Kesehatan Kendari.
Irianti, B., Halida, E. M., Duhita, F., Prabanda, F., Yulita, N., Hartiningtyaswati, S., &
Anggraini, Y. (2014). Asuhan Kehamilan Berbasis Bukti. Jakarta: Sagung Seto.

Andriana R. Wanita usia 19 tahun, primigravida hamil 38 minggu dengan intrapartum


eklampsia. J Medula Unila. 2015; 4(2):155-60.
Ross MG. Eclampsia [internet]. USA: Medscape; 2016 [diakses pada 29 Oktober November
2021]. Tersedia dari: http://emedicine.medscape.com/article/2 53960-overview#
Assis Z, Aleem M, Enawgaw B. 2014. Prevalence of anemia and associated risk factors among
pregnant women attending antenatal care in azezo health Gondar Town, Northwest
Ethiopia. Ankara: J Interdiscipl Histopathol.

20
21

Anda mungkin juga menyukai