ASUHAN KEHAMILAN
Disusun Oleh
Kristina Klara Pradilla 2115. 6051.1018
Shifa Rahmania 2115. 6051.1026
Siti Ayu Agustina 2115. 6051.1031
Sri Nurhidayati 2115. 6051.1032
Vivi Violita Imansari 2115. 6051.1036
Disusun Oleh
Kristina Klara Pradilla 2115. 6051.1018
Shifa Rahmania 2115. 6051.1026
Siti Ayu Agustina 2115. 6051.1031
Sri Nurhidayati 2115. 6051.1032
Vivi Violita Imansari 2115. 6051.1036
Preseptor Klinik
2
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan bimbinganNya
kami dapat menyelesaikan satuan acara penyuluhan “Prakonsepsi”. Satuan acara penyuluhan ini
merupakan salah satu syarat untuk memenuhi persyaratan kelulusan pada Stase 2 Konsepsi dan
Prakonsepsi pada Program Studi Kebidanan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Medistra Indonesia.
Selama Penyusunan Satuan Acara Penyuluhan penulis mendapat bantuan dari berbagai pihak,
untuk itu dengan segala hormat dan kerendahan hati penulis menyampaikan penghargaan dan
5. Dr. Lenny Irmawaty SST., M.Kes selaku Wakil Ketua I Bidang Akademik STIKes
Medistra Indonesia.
7. Hainun Nisa, SST., M.Kes selaku Wakil Ketua III Bidang Kemahasiswaan STIKes
Medistra Indonesia.
8. Puri Kresna Wati, SST., M.KM selaku Kaprodi Program Studi (S1) dan Pedidikan
Profesi Bidan
9. Farida Simanjuntak, SST., M.Kes selaku sekertaris Program Studi (S1) dan Pedidikan
Profesi Bidan
3
10. Dr. Marni Br Karo. S.Tr. Keb., SKM., M.Kes selaku dosn pembimbing Klinik Stase
12. Serta semua pihak yang telah membantu penyelesaian penulisan laporan ini.
Mohon maaf atas segala kesalahan dan ketidaksopanan yang mungkin telah saya perbuat.
Atas segala bantuannya, penulis hanya bisa memohon semoga bantuan yang telah
diberikan dicatat oleh Allah SWT sebagai amal baik dan dibalas dengan pahala yang
setimpal. Penulis menyadari sepenuhnya akan keterbatasan dan kekurangan yang dimiliki
sehingga satuan acara penyuluhan ini masih jauh dari kesempurnaan, maka segala kritik dan
saran yang bersifat membangun akan membantu dalam penyempurnaan Laporan ini. Akhir
kata semoga SAP ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca, tenaga kesehatan pada
Penulis
4
SATUAN ACARA PENYULUHAN
Waktu : WIB
Tempat : Zoom
A. Latar Belakang
Kehamilan merupakan proses yang normal dan alamiah pada seorang wanita
dimana dalam masa kehamilan terjadi perubahan fisik, psikologis dan sosial. Setiap
kehamilan membawa resiko bagi ibu. WHO memperkirakan sekitar 15% dari seluruh wanita
hamil akan berkembang menjadi komplikasi yang berkaitan dengan kehamilanya serta
mengancam jiwanya (Hani, 2010).
Antenatal care sebagai salah satu upaya pencegahan awal dari faktor resiko
kehamilan. Pelayanan antenatal adalah pelayanan kesehatan oleh tenaga kesehatan untuk ibu
selama masa kehamilannya, dilaksanakan sesuai dengan standar pelayanan antenatal yang
ditetapkan dalam standar pelayanan kebidanan. Pelayanan antenatal sesuai standar meliputi
anamnesis pemeriksaan fisik (umum dan kebidanan), pemeriksaan laboratorium atas indikasi,
serta intervensi dasar dan khusus Menurut (Depkes RI, 2015).
Menurt WHO, antenatal care merupakan cara untuk mendeteksi dini
terjadinya resiko tinggi terhadap kehamilan dan persalinan dan dapat menurunkan angka
kematian ibu serta memantau keadaan janin (Hardiani, 2012). Menurut data WHO tahun
2013 , AKI di Indonesia yang tertinggi di Negara ASEAN yakni 190per 100.000 kelahiran
hidup. Angka Kematian Ibu (AKI) di Negara Malaysia 29 per kelahiran hidup, Singapura 6
per kelahiran hidup, Thailand 26 per kelahiran hidup dan Vietnam 49 perkelahiran hidup
(dalam Ardilah, 2015).
5
Untuk mencegah risiko yang lebih berbahaya bagi ibu hamil dan janinya,
maka penegtahuan ibu tentang tanda-tanda bahaya kehamilan perlu ditingkatkan.
Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan terjadi setelah orang melakukan penginderaan
terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan itu terjadi melalui panca indera manusia yakni
indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar penginderaan
manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan dan kognitif merupakan domain
yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (over behavior) (Notoatmodjo,
2012).
Analisa Situasi
1. Peserta
30 orang pasangan usia subur
2. Via
Zoom
3. Pengajar
Penyajian oleh mahasiswa STIKes Medistra Indonesia
B. Tujuan
1. Tujuan Instruksional Umum
Setelah mendapatkan penyuluhan, ibu mampu mengetahui tentang tanda bahaya
kehamilan trimester I, II, III
E. Media
PPT
6
Leaflet
Kegiatan
Tahap /
No.
Waktu
Penyuluhan Peserta
7
Kehamilan Trimester pertanyaan
III 3. Memperhatikan
d. Tujuan Mengetahui dan mendengarkan
Tanda Bahaya
Kehamilan
8
MATERI
A. Pengertian kehamilan
Kehamilan secara umum merupakan proses melanjutkan keturunan yang terjadi secara
alami. Pengertian kehamilan bervariasi menurut beberapa ahli, tetapi mengandung satu
inti yang sama,yaitu proses fisiologis yang terjadi pada perempuan akibat adanya
pembuahan antara sel kelamin laki-laki dan sel kelamin perempuan. Dengan kata lain
pembuahan oleh spermatozoa, sehingga mengalami nidasi pada uterus dan berkembang
sampai kelahiran Janin (Pratiwi, Arantika Meidya & Fatimah, 2018). Lama hamil
normal adalah 280 hari atau 40 Minggu dihitung dari Hari petama Haid Terakhir
(HPHT).
Tanda bahaya kehamilan adalah tanda-tanda yang mengindikasikan adanya bahaya yang
dapat terjadi selama kehamilan/periode antenatal, yang apabila tidak dilaporkan atau
tidak terdeteksi bisa menyebabkan kematian ibu (Pusdiknakes, 2013). Menurut
Kusmiyati dkk (2013), kehamilan merupakan hal yang fisiologis. Namun kehamilan
yang normal dapat berubah menjadi patologi. Salah satu asuhan yang dilakukan oleh
tenaga kesehatan untuk menapis adanya risiko ini yaitu melakukan pendeteksian dini
adanya komplikasi/ penyakit yang mungkin terjadi selama hamil.
9
sehingga dapat dilakukan berbagai upaya maksimal untuk 14 mencegah gangguan yang
berat baik terhadap kehamilan dan keselamatan ibu maupun bayi yang dikandungnya.
D. Macam-macam Tanda Bahaya Kehamilan Trimester I, Trimester II, Trimester III
1 Tanda Bahaya Kehamilan Trimester I (0 – 12 minggu)
a. Perdarahan Pada Kehamilan Muda Salah satu komplikasi terbanyak pada
kehamilan ialah terjadinya Perdarahan. Perdarahan dapat terjadi pada setiap usia
kehamilan. Pada kehamilan muda sering dikaitkan dengan kejadian abortus,
misscarriage, early pregnancy loss. Perdarahan pada kehamilan muda dikenal
beberapa istilah sesuai dengan pertimbangan masing-masing, setiap terjadinya
perdarahan pada kehamilan maka harus selalu berfikir tentang akibat dari
perdarahan ini yang menyebabkan kegagalan kelangsungan kehamilan
(Hadijanto, 2013).
1) Abortus
Macam-macam abortus :
10
ukuran kantong amnion normal, jantung janin berdenyut, dan kantong
amnion kosong, serviks tertutup, dan masih terdapat janin utuh.
b) Abortus Insipien (inevitable)
Merupakan suatu abortus yang tidak dapat dipertahankan lagi ditandai
dengan pecahnya selaput janin dan adanya pembukaan serviks. Pada
keadaan ini didapatkan juga nyeri perut bagian bawah atau nyeri kolek
uterus yang hebat. Pada pemeriksaan vagina memperlihatkan dilatasi
osteum serviks 16 dengan bagian kantung konsepsi menonjol. Hasil
Pemeriksaan USG mungkin didapatkan jantung janin masih berdenyut,
kantung gestasi kosong (5-6,5 minggu), uterus kosong (3-5 minggu) atau
perdarahan subkorionik banyak di bagian bawah.
c) Abortus Incompletus (incomplete)
Pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada kehamilan sebelum 20 minggu
dengan masih ada sisa yang tertinggal dalam uterus. Pada pemeriksaan
vagina, canalis servikalis terbuka dan jaringan dapat diraba dalam cavum
uteri atau kadang-kadang sudah menonjol dari osteum uteri eksternum.
Pada USG didapatkan endometrium yang tipis dan ireguler.
d) Abortus Completus (complete)
Pada abortus completus semua hasil konsepsi sudah dikeluarkan. Pada
penderita ditemukan perdarahan sedikit, osteum uteri telah menutup, dan
uterus sudah banyak mengecil. Selain ini, tidak ada lagi gejala kehamilan
dan uji kehamilan menjadi negatif. Pada Pemeriksaan USG didapatkan
uterus yang kosong.
e) Missed Abortion
Kematian janin berusia sebelum 20 minggu, tetapi janin mati itu tidak
dikeluarkan selama 8 minggu atau lebih.
f) Abortus Habitualis (habitual abortion)
abortus spontan yang terjadi berturutturut tiga kali atau lebih. Pada
umumnya penderita tidak sukar menjadi hamil, namun kehamilannya
berakhir sebelum 28 minggu.
11
2) Kehamilan ektopi
Kehamilan Ektopik adalah kehamilan abnormal yang terjadi di luar rongga
rahim, janin tidak dapat bertahan hidup sehingga tidak berkembang sama
sekali. Kehamilan ektopik ialah kehamilan dimana sel telur setelah dibuahi
(fertilisasi) berimplantasi dan tumbuh di luar endometrium kavum uteri.
Kehamilan ektopik mengalami abortus atau ruptur apabila masa kehamilan
berkembang melebihi kapasitas ruang implantasi misalnya tuba. Kehamilan
ektopik merupakan penyebab pendarahan berat yang berpotensi kematian.
Pada keadaan itu, telur yang telah dibuahi tertanam, tumbuh dan berkembang
di luar uterus. Tempat kehamilan ektopik yang paling sering terjadi adalah
pada tuba falopi. Karena tidak dapat menampung embrio yang terus tumbuh.
Tuba falopi akan segera pecah (biasanya dalam waktu 10 minggu kehamilan
yang pertama). Selanjutnya terjadi pendarahan yang terkumpul dalam rongga
perut dan menimbulkan rasa nyeri setempat atau menyeluruh yang berat,
pingsan, dan syok.
Kehamilan Ektopik biasanya terjadi di tuba falopi, yang di kerenakan oleh
sebuah kondisi (misalnya jaringan perut dari infeksi terdahulu) yang
menghambat atau memperlambat jalan telur yang sudah di buahi. Ibu yang
berisiko kondisi seperti ini mencakup mereka yang memiliki riwayat penyakit
peradangan panggul, endometriosis, kehmilan ektopik terdahulu, atau
pembedahan tuba falopi, serta perokok (Rahmana 2016)
3) Mola hidatidosa
Adalah suatu kehamilan yang berkembang tidak wajar dimana tidak
ditemukan janin dan hampir seluruh vili korialis mengalami perubahan
berupa degenerasi hidropik. Secara makroskopik, molahidatidosa mudah
dikenal yaitu berupa gelembung-gelembung putih, tembus pandang, berisi
cairan jernih, dengan ukuran bervariasi dari beberapa millimeter sampai 1
atau 2 cm, pada permulaannya gejala mola hidatidosa tidak seberapa berbeda
dengan kehamilan 19 biasa yaitu mual, muntah, pusing, dan lain-lain, hanya
saja derajat keluhannya sering lebih hebat. Selanjutnya perkembangan lebih
pesat, sehingga pada umumnya besar uterus lebih besar dari umur kehamilan.
12
Ada pula kasuskasus yang uterusnya lebih kecil atau sama besar walaupun
jaringannya belum dikeluarkan, dalam hal ini perkembangan jaringan
trofoblas tidak begitu aktif sehingga perlu dipikirkan kemungkinan adanya
dying mole. Perdarahan merupakan gejala utama mola. Biasanya keluhan
perdarahan inilah yang menyebabkan mereka datang ke rumah sakit. Gejala
perdarahan ini biasanya terjadi antara bulan pertama sampai ketujuh dengan
rata-rata 12-14 minggu. Sifat perdarahan bias intermiten, sedikit-sedikit atau
sekaligus banyak sehingga menyebabkan syok atau kematian. Karena
perdarahan ini umumnya pasien mola hidatidosa masuk dalam keadaan
anemia (dr. Ratna Dewi Puspita Sari, S. Ked. 2018)
b. Muntah terus dan tidak bisa makan pada kehamilan Mual dan muntah adalah
gejala yang sering ditemukan pada kehamilan trimester I. Mual biasa terjadi
pada pagi hari, gejala ini biasa terjadi 6 minggu setelah HPHT dan berlangsung
selama 10 minggu. Perasaan mual ini karena meningkatnya kadar hormon
estrogen dan HCG dalam serum. 20 Mual dan muntah yang sampai
menggangguaktifitas seharihari dan keadaan umum menjadi lebih buruk,
dinamakan Hiperemesis Gravidarum
c. Anemia
Anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan keadaan hemoglobin di
bawah 11 gr% pada trimester I. Anemia dalam kehamilan disebabkan oleh
defisiensi besi dan perdarahan akut bahkan tak jarang keduanya saling
berinteraksi. Anemia pada trimester I bisa disebabkan karena mual muntah pada
ibu hamil dan perdarahan pada ibu hamil trimester I (Widoyoko and Septianto
2020).
d. Demam Tinggi
Ibu hamil yang menderita demam dengan suhu tubuh >38ºC dalam kehamilan
merupakan suatu tanda bahaya.Demam tinggi dapat merupakan gejala adanya
infeksi dalam kehamilan. Demam dapat disebabkan oleh infeksi dalam
kehamilan yaitu masuknya mikroorganisme pathogen ke dalam tubuh wanita
hamil yang kemudian menyebabkan timbulnya tanda atau gejala–gejala dari
13
suatu penyakit.Pada infeksi berat dapat terjadi demam dan gangguan fungsi
organ vital (Tibu 2017).
2. Tanda Bahaya Kehamilan Trimester II (13 – 28 minggu)
a. Demam Tinggi
Ibu menderita demam dengan suhu tubuh >38ºC dalam kehamilan merupakan
suatu masalah. Demam tinggi dapat merupakan gejala adanya infeksi dalam
kehamilan. Menurut SDKI tahun 2007 penyebab kematian ibu karena infeksi
(11%). Penanganan demam antara lain dengan istirahat baring, minum banyak dan
mengompres untuk menurunkan suhu (Saifuddin, 2002, p.249). Demam dapat
disebabkan oleh infeksi dalam kehamilan yaitu masuknya mikroorganisme
pathogen ke dalam tubuh wanita hamil yang kemudian menyebabkan timbulnya
tanda atau gejala–gejala penyakit. Pada infeksi berat dapat terjadi demam dan
gangguan fungsi organ vital. Infeksi dapat terjadi selama kehamilan, persalinan
dan masa nifas (Pusdiknakes, 2003).
14
kebutuhan zat besi dua kali lipat akibat peningkatan volume darah tanpa ekspansi
volume plasma, untuk memenuhi kebutuhan ibu (mencegah kehilangan darah
pada saat melahirkan) dan pertumbuhan janin. Ironisnya, diestimasi dibawah 50%
ibu tidak mempunyai cadangan zat besi yang cukup selama kehamilannya,
sehingga risiko defisiensi zat besi atau anemia meningkat bersama dengan
kehamilan. Kondisi anemia pada ibu hamil mempunyai dampak kesehatan
terhadap ibu dan anak dalam kandungan, antara lain meningkatkan risiko bayi
dengan berat lahir rendah, keguguran, kelahiran prematur dan kematian pada ibu
dan bayi baru lahir. Hasil survey menunjukkan bahwa prevalensi anemia pada ibu
hamil masih sangat tinggi, yaitu 51 %, dan pada ibu nifas 45%. Tidak jarang
kondisi anemia pada ibu hamil menjadi penyebab utama terjadinya perdarahan,
partus lama, aborsi dan infeksi yang merupakan faktor kematian utama ibu
(Widoyoko and Septianto 2020).
Selain itu anemia kehamilan juga sangat berisiko terhadap bayi yang akan
dilahirkan dan akan menyebabkan stunting pada balita. Hal ini dikarenakan
asupan gizi yang didapatkan tidak mencukupi. Salah satu faktor resiko kejadian
stunting pada anak balita adalah status gizi ibu saat hamil. Pada umumnya
penyebab anemia pada ibu hamil adalah kurangnya gizi, kurangnya zat besi dalam
makanan yang dikonsumsi, penyerapan yang kurang baik dan penyakit-penyakit
kronik (seperti TBC, paru-paru, cacing usus, dan malaria). Tingginya angka
kurang gizi pada ibu hamil mempunyai kontribusi terhadap tingginya stunting di
Indonesia diperkirakan mencapai 350.000 bayi setiap tahunnya (Widyaningrum
and Romadhoni 2018).
3. Tanda Bahaya Kehamilan Trimester III (29 – 42 minggu)
a. Perdarahan Pervaginam
a. Perdarahan pada masa kehamilan lanjut setelah 22 minggu sampai sebelum
persalinan. Perdarahan pervaginaan dikatakan tidak normal bila ada
tandatanda seperti keluarnya darah merah segar atau kehitaman dengan
bekuan, perdarahan kadang banyak kadang tidak terus menerus, perdarahan
disertai rasa nyeri. Perdarahan semacam ini bisa berarti plasenta previa,
15
solusio plasenta, ruptur uteri, atau dicurigai adanya gangguan pembekuan
darah (Kusumawati, 2014).
16
e. Bayi kurang bergerak seperti biasa, Ibu hamil mlai dapat merasakan gerakan
bayinya pada usia kehamilan 16-18 minggu (multigravida, sudah pernah hamil
dan melahirkan sebelumnya) dan 18-20 minggu (primigravida, baru pertama
kali hamil). Jika janin tidur, gerakannya akan melemah. janin harus bergerak
paling sedikit 3 kali dalam periode 3 jam (10 gerakan dalam 12 jam). Gerakan
janin akan lebih mudah terasa jika ibu berbaring/beristirahat, makan dan
minum. (Kusumawati, 2014). Jika ibu tidak merasakan gerakan janin sesudah
usia 22 minggu/ memasuki persalinan, maka perlu diwaspadai terjadinya
gawat janin atau kematian janin dalam uterus.
f. Pengeluaran Cairan Pervaginam (Ketuban Pecah Dini) Yang dimaksud cairan
di sini adalah air ketuban. Ketuban yang pecah pada kehamilan aterm dan
disertai dengan munculnya tanda-tanda persalinan adalah normal. Pecahnya
ketuban sebelum terdapat tanda-tanda persalinan dan ditunggu satu jam belum
dimulainya tanda-tanda persalinan ini disebut ketuban pecah dini. Ketuban
pecah dini menyebabkan hubungan langsung antara dunia luar dan ruangan
dalam rahim sehingga memudahkan terjadinya infeksi. Makin lama periode
laten (waktu sejak ketuban pecah sampai terjadi kontraksi rahim), makin besar
kemungkinan kejadian kesakitan dan kematian ibu atau janin dalam rahim
(Marjati Kusbandiyah Jiarti, Julifah Rita, 2010).
g. Kejang pada eklampsia dibagi menjadi 4 tingkatan yaitu tingkat awal atau
aura, tingkat kejangan tonik, tingkat kejangan klonik, dan tingkat koma
Tingkat awal atau aura berlangsung sekitar 30 detik. Mata penderita terbuka
tanpa melihat, kelopak mata dan tangan bergetar dan kepala diputar kekanan
atau kekiri. Tingkat kejangan tonik berlangsung 30 detik. Pada tingkat ini
seluruh otot menjadi kaku, wajah kelihatan kaku, tangan menggenggam dan
kaki bengkok ke dalam. Pernafasan berhenti, wajah menjadi sianotik dan lidah
dapat tergigit. Stadium ini akan disusul oleh tingkat kejangan klonik yang
berlangsung antara 1-2 menit. Spasme tonik menghilang, semua otot
berkontraksi dan berulang-ulang dalam tempo yang cepat. Mulut membuka
dan menutup dan lidah dapat tergigit lagi. Bola mata menonjol. Dari mulut
keluar lidah yang berbusa, wajah menunjukkan kongesti dan sianotis. Setelah
17
kejang terhenti, pasien bernafas dengan mendengkur. Pada tingkat koma,
lamanya ketidaksadaran tidak selalu sama. Secara perlahan penderita biasa
menjadi sadar lagi. Terminasi kehamilan merupakan satusatunya terapi
definitif untuk eklampsia. Terminasi kehamilan dilakukan bila telah dilakukan
stabilisasi (pemulihan) hemodinamika dan metabolisme ibu yaitu 4-8 jam
setelah satu atau lebih keadaan setelah pemeberian obat anti kejang terakhir,
setelah kejang terakhir, setelah pemberian obat-obat anti hipertensi terakhir
dan penderita mulai sadar (responsif dan orientasi), cara terminasi kehamilan
disesuaikan dengan keadaan ibu saat masuk. Seksio sesaria dapat
dipertimbangkan bila anak hidup atau bila ada indikasi.
h. Menurut World Health Organization (WHO) mendefinisikan anemia
kehamilan sebagai kadar hemoglobin kurang dari 11gr atau kurang dari 33%
pada setiap waktu pada kehamilan yang mempertimbangkan hemodilusi yang
normal terjadi dalam kehamilan dimana kadar hemoglobin kurang dari 11 gr
pada trimester pertama (Atikah Proverawati, 2018; 82). Sebagian besar
anemia di Indonesia selama ini dinyatakan sebagai akibat kekurangan besi
(Fe) yang diperlukan untuk pembentukan hemoglobin Kebutuhan Fe pada
janin akan meningkat hingga pada trimester akhir sehingga diperlukan
suplemen Fe.(Sulistioningsih, 2018) . Pengaruh anemia dalam kehamilan
dapat berakibat fatal jika tidak segera di atasi diantaranya dapat menyebabkan
keguguran, partus prematus, partus lama, atonia uteri dan menyebabkan
perdarahan serta syok. Hal tersebut berkaitan dengan banyak faktor yang
berpengaruh antara lain status gizi, umur, pendidikan dan pekerjaan .
Sedangkan pengaruh anemia terhadap hasil kosepsi diantaranya dapat
menyebabkan keguguran, kematian janin dalam kandungan, kematian janin
waktu lahir, kematian perinatal tinggi, prematuritas dan cacat bawaan (Assis Z
et al, 2014)
i. Jika suhu ibu hamil berada pada > 38°C dalam kehamilan, ini menandakan ibu
dalam masalah. Demam pada kehamilan merupakan manifestasi tanda gejala
infeksi kehamlan. Penangannya dapat dengan memiringkan bada ibu kerag
kekiri, cukupi kebutuhan cairan ibu dan kompres hangat guna menurunkan
18
suhu ibu. komplikasi yag ditimbulkan jika ibu mengalami demam tinggi yaitu
sistitis (infeksi kandung kencing) serta infeksi saluran kemih atas. Penanganan
demam antara lain dengan istirahat baring, minum banyak dan mengompres
untuk menurunkan suhu. Demam dapat disebabkan oleh infeksi dalam
kehamilan yaitu masuknya mikroorganisme pathogen ke dalam tubuh wanita
hamil yang kemudian menyebabkan timbulnya tanda atau gejala–gejala
penyakit. Pada infeksi berat dapat terjadi demam dan gangguan fungsi 27
organ vital. Infeksi dapat terjadi selama kehamilan, persalinan dan masa nifas
19
DAFTAR PUSTAKA
dr. Ratna Dewi Puspita Sari, S. Ked., SpOG. 2018. Hubungan Riwayat Abortus Dengan
Kejadian Mola Hidatidosa Pada Wanita Usia Reproduktif Di Rsud Abdul Moeloek
Lampung. http://repository.lppm.unila.ac.id/10424/1/dr Ratna DPS %28Laporan Penelitian
Fakultas 2018%29.pdf.
Rahmana, Dini. 2016. “SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN UNTUK MENENTUKAN
JENIS KEHAMILAN EKTOPIK DENGAN METODE FORWARD CHAINING.” 2(2):
35–43.
Ruqaiyah, Ruqaiyah. 2018. “Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Abortus Inkomplit Di
RSIA Sitti Khadijah I Makassar Tahun 2018.” Jurnal Kesehatan Delima Pelamonia 2(2):
93–98.
Tibu, Rosmawati. 2017. “PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG TANDA-TANDA
BAHAYA DALAM KEHAMILAN DI PUSKESMAS LEPO-LEPO KOTA KENDARI
TAHUN 2017.” Karya Tulis Ilmiah: 70.
http://repository.poltekkes-kdi.ac.id/224/1/KARYA TULIS ILMIAH.pdf.
Widoyoko, Abiyyi Pratama Husada, and Rendy Septianto. 2020. “Pengaruh Anemia Terhadap
Kematian Maternal.” Jurnal Penelitian Perawat Profesional 2(1): 1–6.
Widyaningrum, Dian Anisia, and Dhiyah Ayu Romadhoni. 2018. “Riwayat Anemia Kehamilan
Dengan Kejadian Stunting Pada Balita Di Desa Ketandan Dagangan Madiun.” Medica
Majapahit 10(2): 86–99.
http://ejournal.stikesmajapahit.ac.id/index.php/MM/article/view/291.
Yuniarti, Hilda, Sultina Sarita, and Feriyani. 2018. “Determinan Kejadian Intra Uterine Fetal
Death (Iufd) Di Rsud Kota Kendari Tahun 2017 Skripsi.” Politeknik Kesehatan Kendari.
Irianti, B., Halida, E. M., Duhita, F., Prabanda, F., Yulita, N., Hartiningtyaswati, S., &
Anggraini, Y. (2014). Asuhan Kehamilan Berbasis Bukti. Jakarta: Sagung Seto.
20
21