Anda di halaman 1dari 53

TUGAS ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF

“Nifas”
Diajukan Guna Memenuhi Tugas Asuhan Kebidanan Komprehensif
Program Studi S1 Kebidanan Alih Jenjang
Dosen : Rupdi, SST., M.Kes

Disusun Oleh:

KELOMPOK 1

Alvinda Prativi 191560412002


Ezra Tamba 191560412009
Fauziah Handayani 191560412010
Irma Yuanita 191560412013
Rahma Susanti 191560412022
Shifa Rahmania 191560412025
Sri Nurhidayati 191560412031
Vivi Violita Imansari 191560412035

i
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MEDISTRA INDONESIA
Jl. Cut Mutia No. 88A, RT 001/RW 002 Sepanjang Jaya,
Kec Rawalumbu, Kota Bekasi, Jawa Barat 17113
Telp : (021)82431375
TAHUN 2020-2021

ii
iii
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang maha pengasih lagi maha panyayang,
kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-nya, yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan inayah-nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas.

Terima kasih kami ucapkan kepada ibu Rupdi, SST., M.Kes selaku dosen Asuhan
Kebidanan Komprehensif yang telah memberikan saran dan bimbingannya. Selain itu,
kami menyadari dalam penulisan makalah ini masih banyak terdapat kekurangan
sehingga kami mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi
kesempurnaan laporan ini. Akhir kata semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi
mahasiswi S1 Kebidanan Alih Jenjang.

   

November 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................... i

DAFTAR ISI...................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN................................................................................................. 1

1.1 Latar Belakang............................................................................................................ 1


1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................... 2
1.3 Tujuan............................................................................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................. 3

2.1 Pengertian Masa Nifas..................................................................................................... 3

2.2 Tanda – Tanda Bahaya Masa Nifas.................................................................................... 3

2.3 Macam – Macam Komplikasi pada Masa Nifas dan Cara Penanganannya.................. 5

2.4 Persiapan Pasien Pulang ............................................................................................... 28

2.5 Home Visit dalam Asuhan Post Natal .......................................................................... 33

2.6 Breast Feeding .............................................................................................................. 38

2.7 Peran Menjadi Orang Tua ............................................................................................. 40

2.8 Kelompok Ibu Post Partum ........................................................................................... 43

2.9 Contoh Kasus ................................................................................................................ 44

BAB III PENUTUP........................................................................................................... 47

3.1 Simpulan........................................................................................................................ 47
3.2 Saran............................................................................................................................ 47

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................ 48

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masa nifas merupakan masa yang diawali sejak beberapa jam setelah plasenta lahir dan
berakhir setelah 6 minggu setelah melahirkan. Akan tetapi seluruh organ kandungan baru
pulih kembali, seperti dalam keadaan sebelum hamil dalam waktu 3 bulan setelah bersalin.
Masa nifas tidak kalah penting dengan masa-masa ketika hamil, karena pada saat ini organ-
organ reproduksi sedang mengalami proses pemulihan setelah terjadinya proses kehamilan
dan bersalin.

Periode pasca persalinan meliputi masa transisi kritis bagi ibu, bayi dan keluarganya
secara fisiologis, emosional dan social. Baik di Negara maju maupun Negara berkembang,
perhatian utama bagi ibu dan bayi terlalu banyak tertuju pada masa kehamilan dan
persalinan, sementara keadaan yang sebenarnya justru merupakan kebalikannya, oleh karena
resiko kesakitan dan kematian ibu serta bayi lebih sering terjadi pada masa pascapersalinan.
Keadaan ini terutama disebabkan oleh konsekuensi ekonomi, disamping ketidaktersediaan
pelayanan atau rendahnya peranan pasilitas kesehatan dalm menyediakan pelayanan
kesehatan yang cukup berkualitas. Rendahnya kualitas pelayanan kesehatan juga
menyebabkan rendahnya keberhasilan promosi kesehatan dan deteksi dini sera
penatalaksanaan yang adekuat terhadap masalah dan penyakit yang timbul pada masa
pascapersalinan (Saifuddin, 2008).

Walaupun menderita nyeri dan tidak nyaman, kelahiran bayi biasanya merupakan
peristiwa yang menyenangkan karena dengan berakhirnya masa kehamilan yang telah lama
ditunggu-tunggu dan dimulainya suatu kehidupan baru. Namun kelahiran bayi juga
merupakan suatu masa kritis bagi kesehatan ibu. Banyak kemungkinan untuk timbul
masalah atau penyulit pada masa nifas.

1
1.2 Rumusan Masalah

1. Apa pengertian Nifas?


2. Apa Tanda – Tanda Bahaya Masa Nifas?
3. Apa saja Macam – Macam Komplikasi pada Masa Nifas dan Cara Penanganannya?
4. Bagaimana Persiapan Pasien Pulang?
5. Bagaimana Home Visit dalam Asuhan Post Natal?
6. Bagaimana Breast Feeding?
7. Bagaimana Peran Menjadi Orang Tua?
8. Bagaimana Kelompok Ibu Post Partum?

1.3 Tujuan

1. Mengetahui pengertian Nifas


2. Mengetahui Tanda – Tanda Bahaya Masa Nifas
3. Mengetahui Macam – Macam Komplikasi pada Masa Nifas dan Cara Penanganannya
4. Mengetahui Persiapan Pasien Pulang
5. Mengetahui Home Visit dalam Asuhan Post Natal
6. Mengetahui Breast Feeding
7. Mengetahui Peran Menjadi Orang Tua
8. Mengetahui Kelompok Ibu Post Partum

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Masa Nifas

Masa nifas adalah masa sesudah persalinan dan kelahiran bayi, plasenta, serta selaput
yang diperlukan untuk memulihkan kembali organ kandungan seperti sebelum hamil dengan
waktu kurang lebih 6 minggu. Masa nifas (puerperium), berasal dari bahasa latin, yaitu puer
yang artinya bayi dan partus yang artinya melahirkan atau berarti masa sesudah melahirkan.
Asuhan kebidanan masa nifas adalah penatalaksanaan asuhan yang diberikan pada pasien
mulai dari saat setelah lahirnya bayi sampai dengan kembalinya tubuh dalam keadaaan
seperti sebelum hamil atau mendekati keadaan sebelum hamil. Periode masa nifas
(puerperium) adalah periode waktu selama 6-8 minggu setelah persalinan. Proses ini dimulai
setelah selesainya persalinan dan berakhir setelah alatat reproduksi kembali seperti keadaan
sebelum hamil/tidak hamil sebagai akibat dari adanya perubahan fisiologi dan psikologi
karena proses persalinan (Saleha, 2009).

2.2 Tanda – Tanda Bahaya Masa Nifas

1. Terlalu Banyak Darah Yang Keluar


Untuk normalnya, darah yang keluar saat masa nifas adalah 500-600 ml per 24 jam
setelah bayi dilahirkan. Sama seperti saat sedang haid, seorang wanita biasanya memakai
pembalut untuk mencegah darah nifas tembus di pada celana dalam. Seorang Ibu harus
waspada jika dalam waktu satu jam sudah ganti pembalut lebih dari 2 pembalut. Ganti
pembalut disini dalam artian karena terlalu banyak darah yang keluar. Hal seperti ini
menandakan jika masa nifas seperti ini sangat berbahaya dan harus segera konsultasi ke
Dokter.
2. Penglihatan Kabur
Mengalami rabun merupakan ham yang wajar yang terjadi pada setiap orang. Hal ini
disebabkan karena alergi yang menyebabkan mata menjadi tidak sehat. Bagi seorang ibu

3
yang memiliki gangguan mata seperti mata minus biasanya disarankan untuk melahirkan
secara caesar. Hal ini dilakukan untuk keselamatan Ibu karena khawatir minusnya akan
semakin bertambah. Bagi seorang ibu yang mengalami pandangan kabur setelah
melahirkan, tentunya ini harus segera di tanyakan ke bidan atau dokter terdekat.
Pasalnya, penglihatan kabur saat wanita mengalami nifas biasanya disebabkan karena
terlalu banyak darah yang keluar.

3. Sakit Kepala Berlebih Disertai Mual

Seiring dengan keluarnya darah setelah melahirkan seringkali membuat wanita


mengalami sakit kepala. Tapi hal ini memang wajar karena kurangnya sel darah merah.
Tapi untuk wanita yang mengalami sakit kepala berlebih dan rasa mual, maka hal ini
sudah tidak wajar karena bisa menjadi penyebab gangguan penyakit yang disebabkan
oleh nifas. Pusing atau sakit kepala yang berlebihan harus segera dibawa ke dokter untuk
berkonsultasi. Jika dibiarkan terlalu lama akan mengganggu kesehatan ibu yang baru
melahirkan. Penanganan yang cepat tentunya akan lebih mudah ditangani daripada
dibiarkan terlalu lama.

4. Terjadi Pembengkakan Wajah dan Bagian Lainnya

Pembengkakan ini tidak hanya muncul pada wajah saja, namun juga pada bagian
kaki dan tangan sehingga membuat seorang ibu yang baru saja melahirkan mengalami
kesulitan berjalan karena pembengkakan pada bagian kaki. Gejala pembengkakan pada
kaki biasanya diawali dengan munculnya varises yang semakin menjalar. Hal ini
sebaiknya segera diatasi sebelum merambat ke bagian tubuh lainnya.

5. Suhu Tubuh Yang Mengalami Peningkatan

Suhu tubuh memang tidak bisa diprediksi, khususnya pada ibu hamil dan setelah
persalinan. Ini dikarenakan daya tahan tubuh setiap orang berbeda-beda. Bagi ibu setelah
melahirkan mungkin akan naik turun seiring dengan proses persalinan yang
menyebabkan dehidrasi. Tapi hal ini hanya berlangsung selama 1 sampai 3 hari saja.
Suhu tubuh untuk ibu yang baru melahirkan umumnya 37-38 derajat celcius. Jika suhu
tubuh lebih dari itu maka sudah tidak wajar sehingga harus kembali ke Rumah sakit
untuk diperiksa.

4
6. Mengalami Depresi Setelah Melahirkan

Depresi ibu melahirkan biasanya dialami oleh wanita yang baru pertama kali
melahirkan. Bagi beberapa orang, ini merupakan proses instrospeksi terhadap waktu yang
merubah seseorang yang tadinya lajang dan sekarang memiliki bayi. Pendarahan yang
berlebihan seringkali disebabkan karena ibu yang stres setelah melahirkan. Ini biasanya
akan membuat ibu enggan menyentuh bayinya karena terlalu stress. Jika sudah begini
sebaiknya dibawa ke rumah sakit atau ke psikolog agar dapat membantu mengatasi
perasaan deperesinya.

7. Darah Nifas Yang Berbau Menyengan

Bau darah pada nifas umumnya sama dengan bau darah haid. Bau yang tidak enak
atau lebih menyengat biasanya merupakan tanda bahayanya masa nifas sehingga harus
segera diatasi. Ini biasanya diikuti oleh gumpalan darah yang lebih besar dan
menyebabkan rasa sakit pada vagina saat mengeluarkannya. Untuk mengantisipasi
terjadinya hal yang tidak diinginkan, sebaiknya segera konsultasikan ke dokter agar dapat
diatasi lebih cepat.

2.3 Macam – Macam Komplikasi pada Masa Nifas dan Cara Penanganannya

2.3.1 Pendarahan Post Partum

Pendarahan post partum adalah pendarahan yang terjadi pada jalan lahir yang
volumenya lebih dari 500 ml dan berlangsung dalam 24 jam setelah bayi lahir.
Menurut waktu terjadinya, pendarahan post partum di bagi menjadi 2 tahap, yaitu :

1) Post partum dini (Early post partum) di sebut juga perdarahan post partum primer.
Perdarahan pada post partum primer terjadi dalam 24 jam pertama setelah bayi
lahir.
2) Post partum lanjut (Late post partum) disebut juga perdarahan post partum
sekunder. Terjadi setelah24 jam pertama sejak bayi lahir.

5
Perdarahan post partum dapat di sebabkan oleh berbagai faktor, diantaranya :
1. Atonia Uteri
Atonia uteri adalah suatu keadaan dimana uterus gagal berkontraksi dengan baik
setelah persalinan. Penyebab atonia uteri antara lain :
1) Umur ibu yang terlalu muda ( kurang dari 20 tahun ) atau terlalu tua ( lebih dari
40 tahun )
2) Status paritas ( multipara dan grande multi )
3) Partus lama atau partus tak maju
4) Uterus terlalu regang atau besar ( pada kehamilan kembar atau bayi besar )
5) Kelainan uterus
6) Faktor social ekonomi yang berpengaruh terhadap status gizi ibu.
2. Uterus Atonik
Uterus atonik terjadi karena sisa plasenta atau selaput ketuban tertinggal di dalam
uterus dan menyebabkan terjadinya perdarahan. Bagian plasenta yang masih
menempel pada dinding uterus mengakibatkan kontraksi uterus tidak ade kuat
sehingga pembuluh darah yang terbuka pada dinding uterus tidak dapat
berkontraksi/terjepit dengan sempurna.
3. Inversio Uteri
Inversio uteri terjadi dimana rahim sebagian atau seluruhnya ikut keluar ketika
plasenta lahir. Bagian rahim bagian atas (fundus) menjadi terbalik (inversi)
mengarah ke bawah, tergantung derajatnya bagian rahim ini bisa sampai ke mulut
rahim hingga keluar dari jalan lahir.
Penyebab inversio uteri adalah :
1) Uterus lembek dan lemah ( tidak berkontraksi )
2) Grandemultipara
3) Kelemahan pada organ reproduksi (tonus otot rahin yang lemah )
4) Meningkatnya tekanan IntraAbdomen ( akibat mengejan yang terlalu kuat atau
batuk yang berlebihan )

6
Inversioa uteri dibagi menjadi :
1) Inversio uteri ringan
Terbaliknya fundus uteri kedalam cavum uteri namun belum keluar dari rongga
Rahim.
2) Inversio uteri sedang
Fundus uteri terbalik menonjol ke cavum uteri dan sudah masuk ke dalam
vagina
3) Inversio uteri berat
Uterus dan vagina dalam keadaan terbalik dan sebagian sudah keluar dari
vagina.
4. Robekan Jalan Lahir
Robekan jalan lahir merupakan laserasi atau luka yang terjasi sepanjang jalan
lahir (perineum) akibat proses persalinan. Robekan jalan lahir dapat terjadi secara di
sengaja ( episiotomy) atau tidak di sengaja. Tanda-tanda ibu yang mengalami
robekan jalan lahir adalah perdarahan segar yang mengalir dan terjadi segera setelah
bayi lahir, kontraksi uterus baik, plasenta baik, kadang ibu terlihat pucat, lemah dan
menggigil akibat berkurangnya haemoglobin. Berdasarkan kedalam robekan dan
luasnya laserasi, robekan jalan lahir / perineum di bagi menjadi 4 tingkat, yaitu :
1) Tingkat 1
Robekan hanya terjadi pada selaput lender vagina atau tanpa mengenai kulit
perineum
2) Tingkat 2
Robekan mengenai selaput lender vagina dan oto perineum transersalis tapi
tidak mengenai sphingter ani
3) Tingkat 3
Robekan mengenai seluruh perineum dan otot sphingter ani
4) Tingkat 4
Robekan sampai ke mukosa rectum

7
Penatalaksanaan :

1) Pijat Kontraksi agar berkontraksi dan keluarkan bekuan darah


2) Kaji kondisi pasien ( denyut jantung , tekanan darah , warna kulit , kesadaran,
kontraksi uterus) dan perkirakan banyaknya darah yang sudah keluar. Jika
pasien dalam kondisi syok, pastikan jalan nafas dalam kondisi terbuka.
3) Berikan oksitosin ( oksitosin untu 10 iu IV dan ergometrin 0,5 IV. Berikan
melalui IM apabila tidak bisa melalui IV).
4) Siapkan donor untuk transfuse, ambil darah untuk cross cek berikan NaCl
11/15 menit apabila pasien mengalami syok), pada kasus syok yang parah
gunakan plasma ekspander.
5) Kandung kemih selalu dalam kondisi kosong.
6) Awasi agar uterus tetap berkontraksi denganbaik. Tambahkan 40 iu oksitosin
dalam 1 liter cairan infus dengan tetesan 40 tetesan/menit. Usahakan tetap
menyusui bayinya.
7) Jika perdarahan persisten dan uterus tetap relaks, lakukan kompresi bimanul.
8) Jika perdarahan persisten dan uterus tetap berkontraksi dengan baik, pastikan
laserasi jalan lahir.
9) Jika ada indikasi mungkin terjadi infeksi maka berikan antibiotic.
10) Lakukan pencatatan yang akurat. Penatalaksaan Lanjutan : Pantau Kondisi
pasien 24-48 jam selanjutnya.

2.3.2 Hematoma

Hematoma adalah pembengkakan jaringan yang berisi darah. Bahaya hematoma


adalah kehilangan sejumlah darah karena haemoragi, anemia, dan infeksi. Hematoma
terjadi karena rupture pembuluh darah spontan atau akibat trauma. Pada siklus
reproduktif, hematoma sering kali terjadi selama proses melahirkan atau segera
setelahnya, seperti hematoma vulva, vagina, atau hematoma ligamentum latum uteri.

8
Penyebab hematoma adalah:

1) Pelahiran operatif
2) Laserasi sobekan pembuluh darah yang tidak dijahit selama injeksi lokal atau
pudendus, atau selama penjahhitan episiotomy atau laserasi
3) Kegagalan hemostatis lengkap sebelum penjahitan laserasi atau episiotomy
4) Pembuluh darah diatas apeks insisi atau laserasi tidak dibendung, atau kegagalan
melakukan jahitan pada titik tersebut
5) Penanganan kasar pada jaringan vagina kapanpun atau pada uterus selama masase

Tanda Dan Gejala Umum Hematoma

Tanda-tanda umum hematoma adalah nyeri ekstrem di luar proporsi


ketidaknyamanan dan nyeri yang diperkirakan. Tanda dan gejala lain hematoma vulva
atau vagina adalah

1) Penekanan perineum, vagina, uretra, kandung kemih, atau rectum dan nyeri hebat
2) Pembengkakan yang tegang dan berdenyut
3) Perubahan warna jaringan kebiruan atau biru kehitaman

Hematoma vulva adalah yang paling jelas, dan hematoma vagina umumnya dapat
diidentifikasi jika dilakukan inspeksi vagina dan serviks dengan cermat. Hematoma
ukuran kecil dan sedang mungkin dapat secara spontan diabsopsi. Jika hematoma terus
membesar dan bukan menjadi stabil, bidan harus memberitahuka dokter konsultan
untuk evaluasi dan perawatan lebih lanjut.

Tanda dan gejala hematoma ligamentum latum uteri meliputi:

1) Nyeri uteri lateral sensitive terhadap palpasi


2) Penyebaran nyeri ke panggul
3) Pembengkakan yang sangat nyeri diidentifikasi pada pemeriksaan rectum tinggi
4) Penonjolan jaringan tepat diatas pintu atas panggul, menyebar kearah lateral (ini
adalah ujung ligamentumlatum uteri yang membengkak).
5) Distensi abdomen

9
6) Jika di duga terjadi hematoma ligamentum latum uteri, penting
mengkonsultasikannya dengan dokter Hematoma Puerperalis atau hematoma
pada masa nifas ini terjadi karena rupture pembuluh darah, khususnya pembuluh
vena di balik kulit genetalia ekterna dan di bawah mukosa vagina. Trauma
penyebab terjadi pada saat melahirkan atau perbaikan. Pada kasus yang jarang
dijumpai, peristiwa tersebut berlangsung selama kehamilan dan dalam proses
persalinan yang sangat awal dan adanya hematoma yang besar dapat merintangi
kemajuan persalinan. Kerusakan pada pembuluh darah bisa menimbulkan
nekrosis dan hematoma mungkin tidak terlihat selama beberapa hari.
Kebanyakan hematoma berukuran kecil dan terletak tepat dibawah kulit
perineum. Keadaan ini tidak begitu penting sekalipun menyebabkan rasa nyeri
dan perubahan warna kulit. Karena darah dapat diabsorpsi secara spontan,
tindakan tidak perludilakukan selain perawatan perineum yang lazim.

Rupture pembuluh darah yang ada di balik mukosa vagina merupakan masalah
serius, karena darah dalam jumlah yang besar dapat berkumpul dalam jaringan
submukosa yang longgar. Banyak hematoma vaginal mengandung lebih dari
setengah liter darah pada saat diagnosis dibuat. Massanya dapat sedemikian besar
sehingga menyumbat lumen vagina, dan tekanan pada rectum dapat besar sekali.
Kalau perdarahan terjadi pada dasar ligamentum, darah dapat mengalir sampai ke
dalam ruang retroperitoneal dan bahkan bisa mencapai ginjal. Banyak hematoma
yang terjadi setelah kelahiran spontan yang mudah disamping berkaitan dengan
kelahiran traumatic. Seringkali hematoma terdapat pada sisi-sisi yang berlawanan
dengan episiotomy. Peregangan jaringan dalam dapat mengakibatkan rupture
pembuluh darah yang dalam tanpa terlihat perdarahan. Varikositas memainkan
peranan predisposisi. Kemungkinan adanya kelainan pembekuan harus
dipertimbangkan. Kegagalan dalam mencapai hemostatis yang sempurna merupakan
factor etiologi yang penting.

Diagnosis dibuat dalam waktu 12 jam melahirkan. Secara klasik, keluhan nyeri
dari pasien tidak akan diperhatikan karena dianggap sebagai bagian dari kesakitan
postpartum pada perineum yang lazim terjadi. Beberapa saat kemudian barulah

10
bahwa keluhan nyeri tersebut tidak sebanding dengan trauma yang biasa terjadi
setelah melahirkan. Pemberian sedative dan analgesic tidak meredakan rasa nyeri.
Pemeriksaan yang seksama pada vagina danvulva akhirnya mengungkapkan adanya
pembengkakan, perubahan warna, nyeri tekan yang sangat, tekanan rektal dan massa
fluktuan yang bisa diraba per rectum atau per vaginam. Kalau darah yang hilang dari
sirkulasi umum berjumlah banyak, terdapat gejala pucat, takikardi, hipotensi dan
bahkan syok. Jika hematoma tersebut tinggi letaknya dan mengalami rupture ke
dalam cavum peritonei, shock dapat timbul mendadak dan pasiennya dapat
meninggal dunia.

Tindakan yang aktif tidak diperlukan bagi hematoma yang kecil dan yang tidak
akan menjadi besar. Daerah hematoma harus dijaga agar tetap bersih, dan nekrosis
jaringan dapat diikuti oleh infeksi, pasien harus mendapat preparat antibiotika.
Hematoma yang besar dan yang dapat membesar membutuhkan terapi pembedahan.
Luka tersebut dibuka, bekuan darah dikosongkan dan jika ditemukan titik perdarahan
maka bagian tersebut diikat. Daerah bekas hematoma ditampon dengan kassa steril
sementara didalam vagina juga ditempatkan tampon untuk menekan. Tampon ini
dibiarkan ditempatnya selama 24 jam hingga 48 jam. Antibitik diberikan, transfuse
darah dilakukan kalau perlu, dan pasien diobservasi dengan cermat untuk menjaga
kalau-kalau terjadi perdarahan baru. Sebuah indwelling catheter harus dipasangkan.

2.3.3 Infeksi Nifas

Infeksi nifas adalah keadaan yang mencakup semua peradangan alat alat genitalia
dalam masa nifas. Masuknya kuman – kuman dapatterjadi dalam kehamilan, waktu
persalinandan nifas. Demam dalam masa nifas sering juga disebut morbiditas nifas dan
merupakan indeks kejadian infeksi nifas. Morbiditas nifas ditandai dengan suhu 38°C
atau lebih, yang terjadi selama 2 hari berturut-turut. Kenaikan suhu ini terjadi sesudah
24 jam pasca- persalinan dalam 10 hari pertama masa nifas.

Mikroorganisme penyebab infeksi puerperalisdapat berasal dari luar (eksogen)


atau dari jalan lahir penderita sendiri (endogen). Mikroorganisme endogen lebih sering
menyebabkan infeksi. Mikroorganisme yang tersering menjadi penyebab ialah
golongan streptococcus, basil coli, dan stafilacoccus. Akan tetapi, kadang-kadang

11
mikroorganisme lain memegang peranan, seperti: Clostridium welchii, Gonococcus,
Salmonella typii, atau Clostridium tetani.

Cara Terjadinya Infeksi adalah:

1) Tangan pemeriksa atau penolong yang tertutup sarung tangan pada


pemeriksaan dalam atau operasi membawa bateri yang sudah ada dalam
vagina ke dalam uterus
2) Alat tidak tersteril dengan baik
3) Doplet Infection. Sarung tangan atau alat-alat terkena kontaminasi bakteri
yang berasal dari hidung atau tenggorokan dokter atau pembantu-
pembantunya.

Predisposisi terjadinya infeksi adalah:

1) Pecah ketuban yang lama sebelum persalinan


2) Teknik aseptik tidak sempurna
3) Tidak memperhatikan teknik mencuci tangan
4) Pemeriksaan dalam terlalu sering
5) Tindakan operasi persalinan, terutama pelahiran melalui sc
6) Trauma jaringan sangat luas atau luka terbuka, seperti laserasi yang tidak
diperbaiki
7) Hematoma
8) Hemoragi, khususnya jika kehilangan darah lebih dari 1.000 ml
9) Retensi sisa plasenta atau membran janin
10) Perawatan perineum tidak memadai
11) Infeksi vagina/serviks atau PMS yang tidak ditangani

Tanda dan gejala infeksi pada umumnya adalah peningkatan suhu tubuh,
malaise umum, nyeri, dan lochea berbau tidak sedap. Peningkatan kecepatan nadi
dapat terjadi, terutama pada infeksi berat. Interpretasi kultur laboratorium dan
sensifitas, pemeriksaan lebih lanjut, dan penanganan memerlukan diskusi serta
kolaborasi dengan dokter konsultan anda. Tempat-Tempat Infeksi Pada Masa
Nifas Meskipun infeksi pascapartum terbanyak adalah endometritis, yang jauh

12
lebih umum terjadi setelah pelahiran SC daripada pelahiran pervaginam, adanya
laserasi atau trauma jaringan dalam saluran genetalia dapat terkena infeksi setelah
melahirkan. Selain itu, juga terdapat penyebaran infeksi yang berasal dari infeksi
local dan menyebar melalui jalur sirkulasi vena dan limfanik sehingga
mengakibatkan infeksi bakteri di tempat yang lebih jauh. Area perluasaan infeksi
puerperium melalui selulitis panggul, salpingitis, ooforitis, tromboflebitis panggul
atau femoral, dan bacteremia.

Jenis – Jenis Infeksi

a. Infeksi pada Vulva, Perineum, Vagina, Serviks Infeksi luka perineum dan
luka abdominal adalah peradangan karena masuknya kuman - kuman kedalam
luka episiotomy atau abdomen pada waktu persalinan dan nifas, dengan
tanda-tanda infeksi jaringan sekitar

Faktor Predisposisi (Penyebab)

1) Kurangnya tindakan aseptic saat melakukan penjahitan


2) Kurangnya hygiene pasien
3) Kurangnya nutrisi

Tanda Dan Gejala

1) Nyeri local
2) Dysuria
3) Suhu derajat rendah- jarang diatas 38,3°C
4) Edema
5) Sisi jahitan merah dan inflamasi
6) Mengeluarkan pus atau eksudat berwarna abu-abu kehijauan
7) Pemisahan atau terlepasnya lapisan luka operasi
b. Endometritis
Endometritis adalah infeksi yang terjadi pada endometrium. Jenis infeksi
endometritis ialah infeksi yang paling sering. Kuman-kuman yang memasuki
endometrium, biasanya melalui luka bekas insersio plasenta, dan dalam waktu
yang singkat mengikutsertakan seluruh endometrium. Pada infeksi dengan

13
kuman yang tidak terlalu pathogen, radang terbatas pada endometrium.
Biasanya demam mulai 48 jam postpartum dan bersifat naik turun (remittens).
His lebih nyeri dari biasanya dan lebih lama dirasakan. Lochea bertambah
banyak, berwarna merah atau cokelat, serta berbau. Lochea yang berbau tidak
selalu menyertai endometritis sebagai gejala. Sering terdapat subinvolusi.
Leukosit naik anatara 15.000-30.000/mm3. sakit kepala, kurang tidur, dan
kurang nafsu makan dapat mengganggu penderita.
Tanda dan gejala endometritis yaitu:
1) Peningkatan demam hingga 40°C, bergantung pada keparahan
infeksi
2) Menggigil
3) Nyeri pada saat perabaan uterus
4) Nyeri panggul
5) Uterus membesar
6) Nadi menurun
7) Uterus lembek

Penanganan dengan obat antimikroba spectrum luas termasuk


sefalosporin (misalnya: cefoxitin, cefotetan) danpenisilin spektum-luas, atau
inhibitor kombinasi penicillin/betalaktamase (Augmentin, Unasyn).
Kombinasi klindamisn dan gentamisin juga dapat digunakan seperti
metronodazol jika ibu tidak menyusui. Endrometritie ringan dapat ditangani
dengan terapi oral meskipun infeksi yang lebih serius memerlukan
hospitalisasi untuk terapi intravena. Penyebaran endometritis, jika tidak
ditangani dapat menyebabkan salpingitis, tromboflebitis septik, peritonitis,
dan fasilitas nekrotikans. Setiap dugaan adanya infeksi memburuk, gejala
yang tidak dapat dijelaskan, atau nyeri akut memerlukan konsultasidokter dan
rujukan. Jika infeksi tidak meluas, maka suhu turun secara berangsur-angsur
dan turun pada hari ke-7 sampai 10. Pasien sedapatnya diisolasi, tetapi bayi
boleh terus menyusu pada ibunya. Untuk kelancaran pengeliran lochea,
pasien boleh diletakkan dengan posisi fowler dan diberi juga uterustonika.

14
c. Parametritis
Parametritis meruoakan peradangan pada parametrium yang merupakan
lapisan terluar yang melapisi uterus. Parametritis disebut juga sellulitis
pelvika.
Tanda Gejala Parametritis :
1) Suhu badan meningkat 38°C - 40°C
2) Menggigil
3) Nyeri perut bagian bawah dan terasa kaku
4) Denyut nadi meningkat
5) kerjadi lebih dari hari ke7 postpartum
6) Lochea yang purulent dan berbau
d. Peritonitis
Peritonitis adalah peradangan lapisan tipis di dinding bagian dalam perut
(peritoneum). Peritoneum juga berfungsi untuk melindungi organ di dalam
perut. Jika dibiarkan memburuk, maka peritonitis bisa menyebabkan infeksi
seluruh sistem tubuh yang membahayakan nyawa. Peritonitis dapat berasal
dari penyebaran melalui pembuluh limfe uterus, parametritis yang meluas ke
peritroneum, salpingo-ooforitis meluas ke peritoneum atau langsung sewaktu
tindakan per abdominal. Peritonitis yang terlokalisasi hanya dalam rongga
pelvis disebut pelvioperitonitis, bila meluas ke seluruh rongga peritoneum
disebut peritonitis umu, dan keadaan ini sangat berbahaya karena dapat
menyebabkan kematian 33% dari seluruh kematian infeksi.
Tanda dan Gejala
1) Demam dengan temperatur sangat tinggi.
2) Perut terasa kembung.
3) Detak jantung semakin cepat.
4) Diare.
5) Menggigil.
6) Terus menerus merasa haus.
7) Tidak mengeluarkan urine atau jumlah urine lebih sedikit.
8) Sulit buang air besar dan mengeluarkan gas.

15
9) Nafsu makan menurun.
10) Kelelahan.
11) Pembengkakan perut disertai nyeri saat perut disentuh.
12) Mual dan muntah.
e. Tetanus
Tetanus merupakan penyakit infeksi akut dan seringkali fatal yang
disebabkan oleh bakteri Clostridium tetani yang memproduksi toksin (racun).
Racun ini yang kemudian menghasilkan gangguan saraf yang ditandai dengan
meningkatnya tegangan dan kekejangan otot.
Diagnosis
1) Trismus (keterbatasan pergerakan rahang)
2) Kaku kuduk, wajah
3) Punggung melengkung
4) Perut kaku seperti papan
5) Spasme spontan
6) aktor Predisposisi
7) Imunisasi tidak lengkap atau tidak imunisasi
8) Luka tusuk
9) Adanya infeksi bakteri lainnya

Tatalaksana

1. Tatalaksana Umum
Rujuk ibu ke rumah sakit
2. Tatalaksana Khusus
- Selama mempersiapkan rujukan:
- Miringkan ibu ke samping agar tidak terjadi aspirasi
- Jaga jalan nafas tetap terbuka
- Atasi kejang dengan diazepam 10 mg IV selama 2 menit. Jauhkan
ibu dari kebisingan dan cahaya
- Pasang jalur intravena untuk memberikan cairan. Jangan berikan
cairan lewat mulut

16
- Berikan antibiotika benzil penisilin 2 juta unit IV setiap 4 jam
selama 8 jam. Lalu lanjutkan dengan ampisilin 500 mg 3 kali sehari
selama 10 hari
- Berikan antitoksin tetanus 3000 unit IM
- Di fasilitas kesehatan yang lebih lengkap, cari tahu dan singkirkan
penyebab infeksi (misalnya jaringan yang terinfeksi)
- Ventilasi mekanik mungkin diperlukan
Upaya Pencegahan Infeksi Nifas
a. Pada masa hamil
o Mencukupi asupan nutrisi saat hamil
o Mengobati penyakit yang diderita ibu saat hamil
o Jangan melakukan pemeriksaan dalam kalau tidak diperlukan
o Mengurangi koritus pada hamil tua untuk mencegah ketuban pecah agar
tidak infeksi
b. Pada masa persalinan
o Hindari melakukan pemeriksaan dalam berulang – ulang
o Menjaga kesterilan alat
o Hindari partus lama dan ketuban pecah lama
o Mencegah terjadinya pendarahan
c. Pada masa nifas
o Perawatan luka harus dilakukan dengan baik jangan sampai terjadi
infeksi
o Penderita infeksi nifas harus diisolasi atau dipisahkan dengan ibu yang
sehat
o Tamu yang bekunjung harus dibatasi

Pengobatan pada Infeksi

Bidan masih diperkenankan untuk memberi antibiotik ringan seperti


penisilin kapsul, preparat sulfat, dan sebagainya. Di samping itu, perawatan
luka lokal perlu dilakukan untuk mengurangi penyebaran infeksi masa nifas.
Pada kasus infeksi masa nifas yang berat sebaiknya dirujuk dan

17
dikonsultasikan agar mendapat pengobatan yang tepat. Sebagian infeksi masa
nifas yang berat perlu mendapat perawatan di rumah sakit agar dapat di
lakukan observasi untuk menyelamatkan jiwa pasien.

2.3.4 Subinvolusi

Involusi adalah keadaan uterus mengecil oleh kontraksi rahim dimana berat rahim
dari 1000 gram saat setelah bersalin, menjadi 40-60 mg 6 minggu kemudian. Bila
pengecilan ini kurang baik atau terganggu di sebut sub-involusi. Subinvolusi adalah
kegagalan perubahan fisiologis pada sistem reproduksi pada masa nifas yang terjadi
pada setiap organ dan saluran yang reproduktif. Subinvolusi merupakan istilah yang
digunakan untuk menunjukkan kemunduran yang terjadi pada setiap organ dan saluran
reproduktif,kadang lebih banyak mengarah secara spesifik pada kemunduran uterus
yang mengarah ke ukurannya.(Varney’s Midwivery) Faktor penyebab sub-involusi,
antara lain: sisa plasenta dalam uterus, endometritis, adanya mioma uteri
(Prawirohardjo, 2005).

Pada pemeriksaan bimanual di temukan uterus lebih besar dan lebih lembek dari
seharusnya, fundus masih tinggi, lochea banyak dan berbau, dan tidak jarang terdapat
pula perdarahan (Prawirohardjo, 2005).

Penyebab subinvolusi adalah:

1) Status gizi ibu nifas buruk


2) Kurang mobilisasi
3) Faktor usia
4) Parietas
5) Terjadi infeksi pada endometrium
6) Terdapat sisa plasenta dan selaputnya
7) Terdapat bekuan darah yang tidak keluar
8) Mioma uteri
9) Tidak ada kontraksi

18
Subinvolusi Dapat Terjadi Pada:

a. Subinvolusi Uterus
Subinvolusi Uterus adalah kegagalan uterus untuk mengikuti pola normal
involusi/proses involusi rahim tidak berjalan sebagaimana mestinya,sehingga
proses pengecilan uterus terhambat.
Tanda dan gejala
1) Fundus uteri letaknya tetap tinggi di dalam abdomen/pelvis dari yang
seharusnya atau penurunan fundus uteri lambat.
2) Konsistensi uterus lembek
3) Pengeluaran lochea seringkali gagal berubah
4) Terdapat bekuan darah
5) Lochea berbau menyengat
6) Uterus tidak berkontraksi
7) Pucat, pusing dan tekanan darah rendah serta suhu tubuh tinggi Penyebab
8) Terjadi infeksi pada myometrium
9) Terdapat sisa plasenta dan selaput plasenta di dalam uterus
10) Lochea rubra lebih dari 2 minggu post partum dan pengeluarannya lebih
banyak dari yang diperkirakan

Terapi

1) Pemberian antibiotika
2) Pemberian uterotonika
3) Pemberian tablet Fe

b. Subinvolusi tempat plasenta


Yaitu kegagalan bekas tempat implantasi untuk berubah
Tanda dan Gejala :
1) Tempat implantasi masih meninggalkan parut dan menonjol
2) Perdarahan

19
Penyebab

1) Tali pusat putus akibat dari traksi yang berlebihan


2) Inversio uteri sebagai akibat tarikan
3) Tidak adanya regenerasi endometrium di tempat implantasi plasenta
4) Tidak ada pertumbuhan kelenjar endometrium

c. Subinvolusi Ligamen
Yaitu kegagalan ligamen dan diafragma pelvis vasia kembali seperti sedia kala.
Tanda dan Gejala
1) Ligamentum rotundum masih kendor
2) Ligamen, fasia dan jaringan lat penunjang serta alat genitalia masih
kendor
Penyebab
1) Terlalu sering melahirkan
2) Faktor umur
3) Ligamen, fasia dan jaringan penunjang serta alat genitalia sudah berkurang
elastisitasnya.

d. Subinvolusi serviks
Yaitu kegagalan serviks berubah kebentuk semula seperti sebelum hamil.
Tanda dan Gejala
1) Konsistensi serviks lembek
2) Perdarahan

Penyebab

1) Multiparitas
2) Terjadi ruptur saat persalinan
3) Lemahnya elastisitas serviks

20
e. Subinvolusi Lochea
Yaitu tidak ada perubahan pada konsistensi lochea. Seharusnya lochea berubah
secara normal sesuai dengan fase dan lamanya postpartum.

Tanda dan gejala

1) Perdarahan tidak sesuai dengan fase


2) Darah berbau menyengat
3) Perdarahan
4) Demam,menggigil

Penyebab

1) Bekuan darah pada serviks


2) Uterus tidak berkontraksi
3) Posisi ibu telentang sehingga menghambat darah nifas untuk keluar
4) Tidak mobilisasi
5) Robekan jalan lahir
6) Infeksi

f. Subinvolusi Vulva dan Vagina


Yaitu tidak kembalinya bentuk dan konsistensi vulva dan vagina seperti semula
setelah beberapa hari postpartum.
Tanda dan Gejala
1) Vulva dan vagina kemerahan
2) Terlihat oedem
3) Konsistensilembek
Penyebab
1) Elastisitas vulva dan vagina lemah
2) Infeksi
3) Terjadi robekan vulva dan vagina saat partus

21
g. Subinvolusi Perineum
Yaitu tidak ada perubahan perineum setelah beberapa hari persalinan
Tanda dan Gejala
1) Perineum terlihat kemerahan
2) Konsistensi lembek
3) Oedema

Penyebab

1) Tonus otot perineum sudah lemah


2) Kurangnya elastisitas perineum
3) Infeksi
4) Pemotongan benang catgut terlalu pendek pada saat laserasi sehingga
jahitan perineum putus.

2.3.5 Masalah Payudara

a. Bendungan Asi
Pembendungan ASI menurut Pritchar (1999) adalah pembendungan air susu
karena penyempitan duktus lakteferi atau oleh kelenjar-kelenjar tidak dikosongkan
dengan sempurna atau karena kelainan pada puting susu (Buku Obstetri Williams).
Pada versi lain bendungan air susu diartikan sebagai pembengkakan pada payudara
karena peningkatan aliran vena dan limfe sehingga menyebabkan bendungan ASI
dan rasa nyeri disertai kenaikan suhu badan (Sarwono, 2005:700). Setiap ibu akan
mengalami bendungan atau pembengkakan pada payudara. Hal ini merupakan
kondisi yang alamiah. Bendungan payudara adalah peningkatan aliran vena dan
limfe pada payudara dalam rangka mempersiakan diri untuk laktasi.
Penyebab terjadinya bendungan ASI :
1. Pengosongan mamae yang tidak sempurna
Dalam masa laktasi, terjadi peningkatan produksi ASI pada Ibu yang
produksi ASI-nya berlebihan. apabila bayi sudah kenyang dan selesai menyusu
& payudara tidak dikosongkan, maka masih terdapat sisa ASI di dalam

22
payudara. Sisa ASI tersebut jika tidak dikeluarkan dapat menimbulkan
bendungan ASI
2. Faktor hisapan bayi yang tidak aktif
Pada masa laktasi, bila Ibu tidak menyusukan bayinya sesering mungkin
atau jika bayi tidak aktif mengisap, maka akan menimbulkan bendungan ASI.
3. Faktor posisi menyusui bayi yang tidak benar
Teknik yang salah dalam menyusui dapat mengakibatkan puting susu
menjadi lecet dan menimbulkan rasa nyeri pada saat bayi menyusu. Akibatnya
Ibu tidak mau menyusui bayinya dan terjadi bendungan ASI.
4. Puting susu terbenam
Puting susu yang terbenam akan menyulitkan bayi dalam menyusu.
Karena bayi tidak dapat menghisap puting dan areola, bayi tidak mau menyusu
dan akibatnya terjadi bendungan ASI.
5. Puting susu terlalu panjang
Puting susu yang panjang menimbulkan kesulitan pada saat bayi menyusu
karena bayi tidak dapat menghisap areola dan merangsang sinus laktiferus
untuk mengeluarkan ASI. Akibatnya ASI tertahan dan menimbulkan
bendungan ASI.

Penanganan yang dilakukan bila ibu menyusui bayinya :

1. Susukan bayi sesering mungkin


2. Menyusui dengan kedua payudara secara bergantian kiri dan kanan
3. Kompres hangat payudara sebelum menyusui
4. Bantu dengan memijat payudara untuk permulaan menyusui
5. Sangga payudara
6. Kompres dingin pada payudara diantara waktu menyusui
7. Bila diperlukan berikan parasetamol 500 mg per oral setiap 4 jam
8. Lakukan evaluasi setelah 3 hari untuk mengevaluasi hasilnya

23
Bila ibu tidak menyusui :

1. Sangga payudara
2. Kompres dingin payudara untuk mengurangi pembengkakan dan rasa sakit
3. Bila diperlukan berikan parasetamol 500 mg per oral setiap 4 jam
4. Jangan dipijat atau memakai kompres hangat pada payudara

b. Mastitis
Mastitis termasuk salah satu infeksi payudara. Mastitis disebabkan oleh kuman
terutama Staphylococcus aureus melalui luka pada puting susu atau melalui
peredaran darah. Keadaan ini bisa menjadi fatal bila tidak diberikan tindakan yang
tepat. Abses payudara, penggumpalan nanah lokal di dalam payudara, merupakan
komplikasi berat dari mastitis.
Tanda gejala mastitis adalah :
1. Peningkatan suhu yang cepat (39,5°C sampai 40°C)
2. Peningkatan kecepatan nadi
3. Menggigil
4. Sakit kepala
5. Nyeri hebat
6. Bengkak
7. Area payudara keras

Tindakan:

1. Berikan kloksasiklin 500 mg setiap 6 jam selama 10 hari. Bila diberikan


sebelum terbentuk abses biasanya keluhan akan berkurang
2. Sangga payudara
3. Kompres dingin
4. Bila diperlukan berikan parasetamol 500 mg per oral setiap 4 jam
5. Ibu harus didorong menyusui bayinya
6. Ikuti perkembangan 3 hari setelah pemberian pengobatan

24
c. Abses Payudara
Abses payudara terjadi apabila mastitis tidak tertangani dengan baik, sehingga
memperberat infeksi. Abses payudara merupakan komplikasi akibat peradangan
payudara / mastitis yang sering timbul pada minggu ke dua post partum (setelah
melahirkan), karena adanya pembengkakan payudara akibat tidak menyusui dan
lecet pada puting susu.
Tanda dan gejala abses payudara adalah:
1. Discharge putting susu
2. Demam
3. Menggigil
4. Pembengkakan payudara
5. Nyeri yang sangat hebat
6. Massa besar dan keras
7. Kulit berwarna kemerahan dan kebiruan mengindikasikan abses berisi pus.

Penanganan abses payudara adalah:

1. Diperlukan anestesi umum (ketamin)


2. Insisi radial dari tengah dekat pinggir areola, ke pinggir supaya tidak
memotong saluran ASI
3. Pecahkan kantung pus dengan tissue forceps atau jari tangan
4. Pasang tampon dan drain
5. Berikan kloksasiklin 500 mg setiap 6 jam selama 10 hari
6. Sangga payudara
7. Kompres dingin
8. Berikan parasetamol 500 mg setiap 4 jam sekali bila diperlukan
9. Ibu didorong tetap memberikan ASI
10. Lakukan evaluasi setelah pemberian pengobatan selama 3 hari

25
2.3.6 Tromboflebitis

Tromboflebitis merupakan inflamasi permukaan pembuluh darah disertai


pembentukan pembekuan darah. Bekuan darah dapat terjadi di permukaan atau di
dalam vena. Tromboflebitis cenderung terjadi pada periode pasca partum pada saat
kemampuan penggumpalan darah meningkat akibat peningkatan fibrinogen; dilatasi
vena ekstremitas bagian bawah disebabkan oleh tekanan kepala janin kerena
kehamilan dan persalinan; dan aktifitas pada periode tersebut yang menyebabkan
penimbunan, statis dan membekukan darah pada ekstremitas bagian bawah.

Tromboflebitis dibagi menjadi 2, yaitu:

1) Tromboflebitis Pelvik
Pelvio tromboflebitis mengenai vena-vena dinding uterus dan ligamentum
latum, yaitu vena ovarika, vena uterina dan vena hipograstika. Vena yang paling
sering terkena ialah vena ovarika dekstra karena infeksi pada tempat implantasi
plasenta yang terletak dibagian atas uterus; proses biasanya unilateral. Perluasan
infeksi dari vena ovarika sinistra ialah ke vena renalis, sedangkan perluasan
infeksi dari vena ovarika dekstra ialah ke vena kava inferior. Peritonium selaput
yang menutupi vena ovarika dekstra dapat mengalami inflamasi dan dapat
menyebabkan perisalpingo-ooforitis dan periapendistits. Perluasan infeksi dari
vena uterina ialah ke vena iliaka komunis. Biasanya terjadi sekitar hari ke-14 atau
ke-15 pasca partum.
Tanda dan Gejala Tromboflebitis Pelvik adalah:
1) Nyeri, yang terdapat pada perut bagian bawah dan atau perut bagian
samping
2) Timbul pada hari ke 2 – 3 masa nifas dengan atau tanpa panas.
3) Menggigil berulang kali
4) Suhu badan naik turun secara tajam (360c menjadi 400c).
5) Penyakit dapat berlangsung selama 1 – 3 bulan.
6) Cenderung terbentuk PUS, yang menjalar ke mana-mana, terutama ke
paru- paru.
7) Gambaran darah : Terdapat leukositosis

26
8) Pada periksa dalam hampir tidak ditemukan apa-apa karena yang paling
banyak terkena adalah vena ovarika, yang sukar dicapai pada pemeriksaan
dalam.

2) Tromboflebitis Femoralis
Tromboflebitis femoralis mengenai vena-vena pada tungkai, misalnya vena
femarolis, vena poplitea dan vena safena. Sering terjadi sekitar hari ke-10 pasca
partum. Komplikasi jarang terjadi, tapi ketika mereka terjadi mereka bisa serius.
Komplikasi yang paling serius terjadi ketika bekuan darah dislodges, bepergian
melalui hati dan occluding lebat jaringan kapiler paru-paru; ini adalah emboli
paru-paru dan sangat mengancam nyawa. Gangguan ini berjalan secara cepat,
dapat berlanjut menjadi emboli paru-paru yang berkemampuan menjadi
komplikasi fatal.
Tanda dan Gejala Tromboflebitis Femoralis Pada salah satu kaki yang terkena,
akan memberikan tanda-tanda sebagai berikut:
1) Kaki sedikit dalam keadaan fleksi dan rotasi keluar serta sukar bergerak,
lebih panas dibanding dengan kaki lainnya.
2) Seluruh bagian dari salah satu vena pada kaki terasa tegang dan keras pada
paha bagian atas.
3) Nyeri hebat pada lipat paha dan daerah paha.
4) Reflektorik akan terjadi spasmus sehingga kaki menjadi bengkak, tegang,
nyeri dan dingin dan pulsasi menurun.
5) Edema kadang-kadang terjadi sebelum atau setelah nyeri dan pada
umumnya terdapat pada paha bagian atas, tetapi lebih sering dimulai dari
jari-jari kaki dan pergelangan kaki, kemudian meluas dari bawah ke atas.
6) Nyeri pada betis, yang dapat terjadi spontan atau dengan memijit betis.
7) Keadaan umum tetap baik, suhu badan subfebris selama 7 – 10 hari,
kemudian suhu mendadak naik kira-kira pada hari ke 10 – 20, yang
disertai dengan menggigil dan nyeri sekali

27
Faktor Predisposisi Tromboflebitis:

1) Pertambahan usia, semakin tua maka semakin beresiko terjadi


tromboflebitis
2) Episode tromboflebitis sebelumnya
3) Pembedahan obstetric
4) Kelahiran
5) Obesitas
6) Imobilisasi
7) Trauma vascular
8) Varises
9) Multiparietas

2.4 Persiapan Pasien Pulang

A. Evaluasi secara terus menerus meliputi :


1. Meninjau ulang data
a. Catatan intrapartum dan antepartum (jika tidak diketahui atau merupakan
kunjungan pertama)
b. Jumlah jam atau hari postpartum
c. Catatan pengawasan dan perkembangan sebelumnya
d. Catatan suhu, nadi, pernafasan, dan tekanan darah postpartum
e. Catatan hasil laboratorium
f. Catatan pengobatan

2. Mengkaji riwayat
a. Ambulasi : apakah ibu melakukan ambulasi, seberapa sering, apakah kesulitan,
dengan bantuan mandiri, apakah ibu pusing melakukan ambulasi
b.  Berkemih : bagaimana frekuensinya, jumlah, apakah ada nyeri, atau dysuria
c. Defekasi : bagaimana frekuensinya, jumlah dan frekuensinya, jumlah, apakahada
nyeri, atau dysuria

28
d. Nafsu makan : apa yang ia makan, seberapasering, apakah ada rasa panas pada
perut, mual, dan muntah
e. Gangguan ketidaknyamanan atau nyeri : lokasinya, kapan, tipe nyeri, dan apa
yang dapat mengurangi nyeri tersebut
f. Psikologis ibu : bagaimana perhatian terhadap dirinya dan bayinya, perasaan
terhadap bayinya, dan perasaan terhadap persalinan
g.  Istirahat dan tidur : apakah ibu mengalami gangguan tidiur, apakah ibu
mengalami kelelahan
h. Menyusui : bagaimana proses menyusui dikaikan dengan dirinya dan bayi, apakah
ada reaksi antara ibu dan bayi selama menyusui, apakah ada masalah atau
pertanyaan (misal, waktu menyusui, posisi, rasa sakit pada puting, atau
pembengkakan)

3. Pemeriksaan fisik
a. Mengukur tekanan darah, suhu, nadi, dan pernapasan
b. Memeriksa payudara dan puting, apakah ada pembengkakan atau lecet pada
puting dan infeksi
c. Memeriksa abdomen, terdiri dari palpasi uterus (memastikan kontraksi baik) dan
kandungan kemih
d.  Memeriksa lokea : bagaimana jumlah, warna, konsistensi, dan bau
e.  Memeriksa perinium : bagaimana penyembuhan ( adakah oedem, hematoma,
nanah, luka yang terbuka, dan hemaroid )
f. Memeriksa kaki : adakah varises, edema, tanda homan, refleks, nyeri tekan, dan
kemerahan pada betis.

B.     Mengatasi cemas
Peran bidan disini menjelaskan pada ibu dan suaminya tentang bagaimana tentang
mengatasi rasa cemas selama masa nifas, antara lain :
1. Bidan dapat memperhatikan dan memberi ucapan selamat atas kehadiran bayinya
yang dapat memberi perasaan senang pada ibu.

29
2. Dalam memberikan dukungan, bidan dapat melibatkan suami, keluarga, dan
teman dalam merawat bayinya sehingga beban ibu berkurang. Hal ini akan
menciptakan hubungan baik antara ibu dan keluarga, ibu dan bidan,
atau bidan dan keluarga
3. Bidan dapat memberi informasi atau konseling mengenai kebutuhan ibu selama
periode ini, sehingga membangun kepercayaan diri ibu dalam perannya sebagai
ibu.
4. Bidan dapat mendukung pendidikan kesehatan, termasuk pendidikan dalam
peranya sebagai orang tua.
5. Bidan dapat membantu dalam hubungan ibu dan bayinya serta penerimaan bayi
dalam keluarga.
6. Bidan juga dapat berperan sebagai teman bagi ibu dan keluarga dalam memberi
nasihat :
a. Bagi ibu
 Ibu dianjurkan untuk mendidik dirinya. Bila ada riwayat depresi dalam
keluarga,ibu harus mengetahui tanda-tandanya. Depresi ini dapat diobati.
 ibu dianjurkan menerima apa yang dirasakan. Perubahan yang tiba-tiba atau
mood swing merupakan hal yang normal setelah melahirkan. Izinkan diri
anda berbicara mengenai perasaan, baik yang positif maupun negatif.
b.    Bagi keluarga
Bidan harus menjadi orang yang penuh perhatian. Dengarkan ungkapan
perasaan ibu tetapi jangan memperbaikinya. Katakan padanya bahwa anda
memperhatikannya.
7.    Waspadai gejala depresi tanyakan pada ibu apa yang ia rasakan serta apakah ia
dapat makan dan tidur dengan nyaman

30
C.     Gangguan rasa nyeri
Gangguan rasa nyeri dan ketidaknyamanan masa nifas banyak terjadi, walaupun
tanpa komplikasi saat melahirkan. Bidan diharapkan dapat memberi asuhan terhadap
rasa nyeri dan ketidaknyaman rasa tersebut, yang diuraikan sebagai berikut :
1.    After pain kram perut
Hal ini disebabkan oleh adanya serangkaian kontrkasi dan relaksasi terus-
menerus pada uterus. Gangguan ini lebih banyak terjadi pada wanita dengan
paritas yang banyak ( multipara ) dan wanita menyusui. Cara yang efektif untuk 
mengurangi after pain adalah dengan mengosongkan kandung kemih yang penuh
menyebabkan kontraksi uterus tidak optimal ketika kandung kemih kosong, ibu
dapat telengkup dengan bantal dibawah perut. Hal ini akan menjaga kontraksi dan
menghilangkan nyeri. Beri tahu ibu bahwa ketika ia telungkup pertama kali, ia
akan merasakan kram yang hebat sekitar lima menit sebelum nyeri hilang. Pada
keadaan ini dapat juga diberi analgesik ( parasetamol, asam mefenamat, kodein,
asetaminofen ).
2.    Pembengkakan payudara
Pembengkakan payudara terjadi karena adanya gangguan akumulasi air susu
dan meningkatnya vaskularitas dan kongesti. Hal tersebut menyebabkan
penyumbatan pada saluran limfa dan vena, terjadi hari ke- 3 postpartum baik pada
ibumenyusui maupun tidak menyusui dan berakhir kira-kira 24-48 jam
Tanda-tanda gejala gangguan ini meliputi ibu merasa payudaranya bengkak
dan mengalami distensi, kulit payudara menjadi mengkilat dan merah, payudara
hangat jika disentuh, vena pada payudara terlihat, payudara nyeri, terasa keras,
dan penuh. Cara mengurangi pembengkakan atara lain  :
a. Untuk ibu menyusui
1) Menyusui sesering mungkin
2) Menyusui 2-3 jam sekali secara teratur tanpa makanan tambahan
3) Gunakan kedua payudara saat menyusui
4) Gunakan air hangat pada payudara, dengan menempelkan kain atau
handuk yang hangat pada payudara

31
5) Jika ada pembengkakan aerola atau jika payudara masih terasa penuh
setelah menyusui. Lakukan pengeluaran ASI secara manual
6) Gunakan bra yang kuat untuk menyangga payudara, pastikan bahwa
bra tidak menekan payudara karena dapat menyebabkan penekanan
lebih lanjut
7) Letakkan kantong es pada payudara diantara waktu menyusui untuk
mengurangi nyeri
8) Minum paracetamol / asetaminofen untuk menguangi rasa nyeri dan
menghalangi aliran ASI
b.    Bagi ibu yang tidak menyusui
1) Gunakan bra yang kuat untuk menyangga payudara dan tepat
ukuranya
2) Letakkan kantong es pada payudara untuk mengurangi rasa nyeri dan
menghalangi aliran ASI
3) Yakinkan diri bahwa itu hanya terjadi selama 24-48 jam
4) Hindari masase payudara dan memberi sesuatu yang hangat pada
payudara karena dapat meningkatkan produksi ASI
5) Minum parasetamol/asetaminofen untuk menghilangkan nyeri
3.    Nyeri perineum
Nyeri perinium dapat disebabkan oleh episiotomi, laserasi, atau jahitan. Sebelum
memberikan asuhan, sebaiknya bidan mengkaji apakah nyeri yang dialami ibu normal
atau ada komplikasi, seperti hematoma atau infeksi, asuhan yang dapat diberikan
untuk nyeri perinium yaitu :
a. Letakkan kantong es didaerah genital untuk mengurangi rasa nyeri, selama ±
20 menit, 2 atau 3 kali sehari.
b. Lakukan rendam duduk dalam air hangat atau dingin sedalam 10-15 cm selama
30 menit, 2 atau 3 kali sehari. Perhatikan kebersihan bak mandi agar tidak terjadi
infeksi ( tidak dilakukan pada ibu dengan jahitan diperinium ).
c.  Lakukan latihan kegel untuk meningkatkan sirkulasi didaerah tersebut dan
membantu memulihkan tonus otot. Untuk melakukan hal ini, bayangkan  secara
perlahan rileks kembali. Gerakan ini dapat dilakukan kapan pun.

32
d. Minum paracetamol/asetaminofen untuk mengurangi nyeri.

2.5 Home Visit dalam Asuhan Post Natal

Asuhan masa nifas penting diberikan pada ibu dan bayi, karena merupakan masa krisis
baik ibu dan bayi. Enam puluh persen (60%) kematian ibu terjadi setelah persalinan, dan
50% kematian pada masa nifas terjadi 24 jam pertama. Demikian halnya dengan
masa neonatus juga merupakan masa krisis dari kehidupan bayi. Dua pertiga kematian bayi
terjadi 4 minggu setelah persalinan, dan 60% kematian bayi baru lahir terjadi 7 hari setelah
lahir.

Jadwal Kunjungan Rumah Pada Masa Nifas Kunjungan pada masa nifas dilakukan


minimal 4 x. Adapun tujuan kunjungan rumah untuk menilai keadaan ibu dan bayi baru
lahir serta mencegah, mendeteksi dan menangani komplikasi pada masa nifas. Kunjungan
rumah memiliki keuntungan bidan dapat melihat dan berinteraksi dengan keluarga dalam
lingkungan yang alami dan aman serta bidan mampu mengkaji kecukupan sumber yang ada,
keamanan dan lingkungan di rumah.

Jadwal kunjungan rumah pada masa nifas sesuai dengan program pemerintah meliputi:

a. Kunjungan I (6-8 jam postpartum)


Kunjungan I (6-8 jam postpartum) meliputi:
1) Mencegah perdarahan masa nifas oleh karena atonia uteri.
2) Deteksi dan perawatan penyebab lain perdarahan serta lakukan rujukan bila
perdarahan berlanjut.
3) Pemberian ASI awal.
4) Konseling ibu dan keluarga tentang cara mencegah perdarahan karena atonia
uteri.
5) Mengajarkan cara mempererat hubungan ibu dan bayi baru lahir.
6) Menjaga bayi tetap sehat melalui pencegahan hipotermi.

33
b. Kunjungan II (6 hari postpartum)
Kunjungan II (6 hari postpartum) meliputi:
1) Memastikan involusi uterus berjalan normal, uterus berkontraksi baik, tunggi
fundus uteri di bawah umbilikus, tidak ada perdarahan abnormal.
2) Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi dan perdarahan.
3) Memastikan ibu cukup istirahat, makanan dan cairan.
4) Memastikan ibu menyusui dengan baik dan benar serta tidak ada tanda-tanda
kesulitan menyusui.
5) Memberikan konseling tentang perawatan bayi baru lahir.

c. Kunjungan III (2 minggu postpartum)

Asuhan pada 2 minggu post partum sama dengan asuhan yang diberikan pada
kunjungan 6 hari post partum.

d. Kunjungan IV (6 minggu postpartum)

Kunjungan IV (6 minggu postpartum) meliputi:

1) Menanyakan penyulit-penyulit yang dialami ibu selama masa nifas.


2) Memberikan konseling KB secara dini.

Asuhan Lanjutan Masa Nifas Di Rumah

Prinsip pemberian asuhan lanjutan pada masa nifas di rumah meliputi:

1) Asuhan postpartum di rumah berfokus pada pengkajian, penyuluhan


dan konseling.
2) emberian asuhan kebidanan di rumah, bidan dan keluarga dilakukan dalam
suasana rileks dan kekeluargaan.
3) Perencanaan kunjungan rumah.
4) Keamanan

34
Perencanaan kunjungan rumah meliputi:

1) Kunjungan rumah tidak lebih 24-48 jam setelah pasien pulang.


2) Memastikan keluarga sudah mengetahui rencana kunjungan rumah dan waktu
kunjungan bidan telah direncanakan bersama.
3) Menjelaskan maksud dan tujuan kunjungan.
4) Merencanakan tujuan yang ingin dicapai dan menyusun alat serta perlengkapan
yang digunakan.
5) Memikirkan cara untuk menciptakan dan mengembangkan hubungan baik
dengan keluarga.
6) Melakukan tindakan yang sesuai standar pelayanan kebidanan dalam pemberian
asuhan.
7) Membuat pendokumentasian hasil kunjungan.
8) Meyediakan sarana telepon untuk tindak lanjut asuhan.

Keamanan pada saat kunjungan rumah meliputi:

1) Mengetahui alamat lengkap pasien dengan jelas.


2) Menggambar rute alamat pasien.
3) Memperhatikan keadaan di sekitar lingkungan rumah pasien sebelum kunjungan
4) Memberitahu rekan kerja ketika melakukan kunjungan.
5) Membawa telepon selular sebagi alat komunikasi.
6) Membawa cukup uang.
7) Menyediakan senter (kunjungan malam hari).
8) Memakai tanda pengenal dan mengenakan pakaian yang sopan.
9) Waspada pada bahasa tubuh yang diisyaratkan dari siapa saja yang ada selama
kunjungan.
10) Menunjukkan perasaan menghargai di setiap kesempatan.
11) Saat perasaan tidak aman muncul, segeralah akhiri kunjungan.

35
Pelaksanaan Asuhan Nifas Masa Nifas Di Rumah

Pelaksanaan asuhan nifas meliputi:

1) Ibu baru pulang dari rumah sakit.


2) Kunjungan postnatal rutin.
3) Pengamatan psikologi ibu.

Ibu baru pulang dari RS

Ibu baru pulang dari RS meliputi:

1) Keputusan bersama antara tenaga kesehatan dengan ibu/keluarga.


2) Bidan memberikan informasi tentang ringkasan proses persalinan, hasil dan info
lain yang relevan.
3) Mengulang kembali bilamana perlu.

Kunjungan postnatal rutin

Kunjungan postnatal rutin meliputi:

1) Kunjungan rumah dilakukan minimal 2x setiap hari.


2) Mengajarkan ibu dan keluarga tentang perawatan bayi baru lahir.
3) Mengajarkan ibu untuk merawat diri.
4) Memberikan saran dan nasehat sesuai kebutuhan dan realistis.
5) Bidan harus sabar dan telaten menghadapi ibu dan bayi.
6) Melibatkan keluarga saat kunjungan rumah.

Pengamatan pada psikologi ibu

Bidan melakukan pengamatan pada psikologi ibu, meliputi:

1) Memberikan pendidikan kesehatan tanda bahaya masa nifas.


2) Bidan mengobservasi perilaku keluarga.
3) Meluangkan waktu untuk sharing dengan ibu dan keluarga.
4) Memberikan dukungan.
5) Melakukan dokumentasi pasca kunjungan.
6) Perencanaan skrining test.

36
7) Memberikan penyuluhan sehubungan dengan kebutuhan pada masa nifas.

Pendidikan Kesehatan Masa Nifas

Pendidikan kesehatan masa nifas meliputi:

1) Gizi.
2) Kebersihan diri/ bayi.
3) Istirahat/ tidur.
4) Pemberian ASI.
5) Latihan/ senam nifas.
6) Hubungan seks dan keluarga berencana.
7) Tanda-tanda bahaya selama masa nifas.
a. Gizi
Pendidikan kesehatan gizi untuk ibu menyusui antara lain: konsumsi tambahan 500
kalori setiap hari, makan dengan diet berimbang, minum sedikitnya 3 liter air setiap hari,
tablet zat besi harus diminum selama 40 hari pasca bersalin dan minum kapsul vitamin A
(200.000 unit).
b. Kebersihan diri
Pendidikan kesehatan kebersihan diri untuk ibu nifas antara lain: menganjurkan
kebersihan seluruh tubuh; mengajarkan ibu cara membersihkan daerah kelamin;
menyarankan ibu untuk mengganti pembalut; menyarankan ibu untuk cuci tangan
sebelum dan sesudah membersihkan daerah kelamin; jika ibu mempunyai luka episiotomi
atau laserasi, menyarankan untuk menghindari menyentuh daerah luka.
c. Istirahat / tidur
Pendidikan kesehatan untuk ibu nifas dalam hal istirahat/tidur meliputi:
menganjurkan ibu untuk cukup istirahat; menyarankan ibu untuk kembali ke kegiatan
rumah secara perlahan-lahan; menjelaskan pada ibu bahwa kurang istirahat akan
pengaruhi ibu dalam jumlah ASI yang diproduksi, memperlambat proses
involusi uterus dan memperbanyak perdarahan, menyebabkan depresi dan ketidak
mampuan untuk merawat bayi serta diri sendiri.

37
d. Pemberian ASI
Pendidikan kesehatan untuk ibu nifas dalam pemberian ASI sangat bermanfaat,
karena pemberian ASI merupakan cara yang terbaik untuk ibu dan bayi. Oleh karena itu,
berikan KIE tentang proses laktasi dan ASI; mengajarkan cara perawatan payudara.
e. Latihan/ senam nifas
Pendidikan kesehatan tentang latihan/senam nifas meliputi: mendiskusikan
pentingnya pengembalian otot-otot perut dan panggul kembali normal; menjelaskan
bahwa latihan tertentu beberapa menit setiap hari dapat bantu mempercepat
pengembalian otot-otot perut dan panggul kembali normal.
f. Hubungan seks dan Keluarga Berencana
Pendidikan kesehatan tentang seks dan keluarga berencana yaitu: hubungan seks
dan KB dapat dilakukan saat darah nifas sudah berhenti dan ibu sudah merasa nyaman;
keputusan untuk segera melakukan hubungan seks dan KB tergantung pada pasangan
yang bersangkutan; berikan KIE tentang alat kontrasepsi KB.
g. Tanda-tanda bahaya masa nifas
Pendidikan kesehatan tanda-tanda bahaya masa nifas meliputi: berikan pendidikan
kesehatan tanda bahaya masa nifas untuk mendeteksi komplikasi selama masa nifas.
Tanda bahaya berupa: perdarahan dan pengeluaran abnormal, sakit daerah
abdomen/punggung, sakit kepala terus menerus/penglihatan kabur/nyeri ulu hati, bengkak
pada ekstremitas, demam/muntah/sakit saat BAK, perubahan pada payudara,
nyeri/kemerahan pada betis, depresi postpartum.

2.6 Breast Feeding

Direct breastfeeding alias menyusui langsung dari payudara ibu ke bayi sangat
disarankan, terutama pada bulan-bulan pertama setelah bayi lahir. Meski begitu, sebenarnya
menyusui langsung atau menyusui dengan botol adalah pilihan bagi para ibu. Namun perlu
diingat, hal ini nyatanya bisa berpengaruh pada pertumbuhan dan pola asuh anak dalam
jangka panjang. Lebih lanjut, ternyata menyusui langsung memiliki manfaat yang luar biasa
bagi ibu maupun bayi. Menyusui langsung dari puting susu terbukti bisa memberi manfaat
baik untuk kesehatan ibu dan bayi. Bagi seorang ibu, menyusui langsung bisa membantu

38
mengembalikan rahim ke ukuran semula serta menurunkan risiko kanker payudara setelah
melahirkan. Menyusui langsung juga akan membakar kalori lebih banyak, mengurangi risiko
kanker ovarium, serta menghindari penyakit diabetes. Selain pada ibu, manfaat sehat dari
menyusui langsung juga bisa dirasakan bayi.

Selain manfaat kesehatan, nyatanya menyusui langsung juga bisa membantu


membangun kedekatan antara ibu dan anak. Membiasakan bayi untuk menyusu langsung
dari puting payudara bisa meningkatkan ikatan emosional antara ibu dan anak. Sentuhan
langsung antara kulit ibu dan bayi nyatanya bisa menjadi hal yang baik bagi perkembangan
anak.  Selain untuk kesehatan ibu, menyusui langsung alias direct breastfeeding nyatanya
juga bisa memberi manfaat untuk bayi. Sebelumnya perlu diketahui, bayi disarankan untuk
mendapat asupan ASI eksklusif selama kurang lebih 2 tahun. Air Susu Ibu (ASI) memiliki
banyak kandungan nutrisi yang dibutuhkan bayi dalam pertumbuhan dan menjaga tubuhnya
tetap sehat.  Menyusu langsung dari puting bisa membantu meningkatkan kesehatan sistem
pencernaan Si Kecil. Masalah, seperti diare dan sakit perut cenderung jarang terjadi pada
anak yang terbiasa menyusu langsung dari puting susu ibu. Manfaat lain yang bisa didapat
saat bayi menyusu langsung adalah memperkuat sistem kekebalan tubuh, sehingga tidak
mudah terinfeksi virus penyebab penyakit.

Bayi yang sejak dini terbiasa menyusu langsung juga disebut bisa meningkatkan IQ
bayi. Selain itu, anak yang mengonsumsi ASI cenderung memiliki IQ yang lebih tinggi
dibanding bayi yang diberi susu formula. Menyusu langsung juga baik untuk perkembangan
bayi prematur, dan sangat dianjurkan untuk dilakukan. Direct breastfeeding juga bisa
membantu mencegah sindrom kematian bayi mendadak atau sudden infant death
syndrome (SIDS).

Memberi ASI secara langsung memberi banyak manfaat sehat untuk ibu dan bayi, tetapi
hal ini juga bisa menjadi tantangan tersendiri. Perasaan tidak nyaman bisa terjadi dan ibu
diharapkan bisa mengatasi hal itu agar bisa memberi manfaat sehat untuk bayi maupun ibu.
Direct breastfeeding juga bisa membuat ibu muda merasa khawatir, apakah ASI yang keluar
sudah cukup atau malah berlebih. Ada juga risiko bayi mengalami bingung puting, sehingga
sulit untuk mengisap ASI. Namun jangan khawatir, setiap bayi maupun ibu umumnya
memiliki naluri untuk bisa menjalani hal tersebut dengan benar.

39
2.7 Peran Menjadi Orang Tua

a. Pengertian orang tua


Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebut bahwa: "orang tua artinya ayah
dan ibu. Sedangkan menurut Miami M.Ed. dikemukakan bahwa orang tua adalah pria dan
wanita yang terikat dalam perkawinan dan siap sedia untuk memikul tanggu jawab
sebagai ayah dan ibu dari anak-anak yang dilahirkannya. Oleh sebab itu orang tua
mempunyai posisi sebagai kepala keluarga atau pemimpin rumah tangga. Orang tau
sebagai pembentuk pribadi pertama dalam kehidupan anak, kepribadian orang tua, sikap
dan cara hidup  mereka merupakan unsur-unsur pendidikan yang tidak langsung, yang
dengan sendirinya akan masuk ke dalam pribadi anak yang sedang bertumbuh. Ketika
dirumah sedang terjadi perselisihan di hadapan anak, maka anak tersebut akan terombang
ambing diantara bapak dan ibunya. Hal tersebut secara tidak langsung membuat anak
untuk mengarahkan sikap negatifnya kepada dirinya sendiri, dengan menghukum dirinya
seperti mengurung diri, tidak mau berhubungan dengan orang lain. Dari uraian tentang
pengertian orang tua dapat di tarik kesimpulan bahwa orang tua memilki tugas serta
peranan yang bukan hanya sebagai perawatan anak dalam hal fisik saja tetapi orang tua
juga harus dapat mengembangkan serta menjadi tesladan yang baik dalam hidup anaknya
sehingga anak mampu berkembang secara optimal.

b.    Mendidik

Istilah mendidik seorang anak dalam konteks Orang Tua adalah suatu upaya orang
tua dalam memperhatikan anaknya dalam mengarahkan anaknya kearah kedewasaan
yang baik secara jasmani maupun orang rohani. Jadi dapat juga diartikan bahwa
mendidik adalah sebagai upaya pembinaan pribadi, sikap mental dan aknal anak didik.

c.    Membentuk Pribadi Atau Karakter

Yang dimaksud dengan membentuk pribadi Anak adalah suatu peran orang tua
dalam hal membimbing, mengarahkan anaknya pada arah yang benar. Masa peran
pembentuk kepribadian anaknya adalah pada masa anak tersebut masih kecil. Sebab masa
kanak-kanak adalah masa pembentukan yang masih taat akan suatu perintah yang
disampaikan kepadanya, namun setelah anak itu menjadi dewasa untuk membentuk

40
pribadinya tidak muda, karena pada masa ia dewasa ia mempunyai pegangan tersendiri
atau telah mampu mandiri sendiri. Pribadi seseorang berkaitan dengan
karakter.  Terbentuknya suatu karakter seseorang dimulai sejak kecil. Karakter yang baik
menurut Lickona  adalah sesuatu yang diinginkan bagi anak-anak bangsa. Karakter yang
baik adalah hidup dengan tingkah laku yang benar yakni tingkah laku benar dalam hal
berhubungan dengan orang lain dan berhubungan dengan diri sendiri. Karakter
mengalami pertumbuhan yang membuat suatu nilai menjadi budi pekerti. Karakter
terbentuk tiga bagian yang dimana saling berkaitan dengan satu sama lain yaitu
pengetahuan moral, perilaku moral dan perasaan moral. Ketiga karakter tersebut sangat
begitu penting dalam hal pembentukan moral anak-anak.

Pembinaan suatu karakter kepada anak tidak terlepas dari penerapan pembentukan
moral. Maksud pembinaan karakter adalah memberi suatu pemahaman dan pengertian
tentang yang yang baik dan tidak baik kepada anak. Dalam pembentukan suatu karakter
ada dua kebajikan fundamental yang dibutuhkan yaitu rasa hormat atau rerpect dan
tanggung jawab atau responsibility.  Kebajikan itu merupakan nilai moral fundamental
yang harus diajarkan dalam pendidikan karakter. Selain dua kebajikan fundamental itu,
ada sepuluh kebajikan esensial yang dibutuhkan untuk membentuk karakter yang baik.
Berdasarkan pendapat Lickona (2004:7- 11)

kesepuluh kebajikan esensial itu adalah kebijaksaan, keadilan, ketabahan,


pengendalian diri, kasih, sikap positif, kerja keras, integritas, penuh syukur, dan
kerendahan hati. Pembinaan karakter adalah segalah sesuatu yang dilakukan orang tua
dalam memberih suatu pengaruh yang besar terhadap karakter anak-anaknya. Hal ini
berupa sikap keteladanan orang tua dalam berbicara atau menyampaikan suatu nasehat.
Dalam pembentukan karakter tidak semudah yang seseorang bayangkan, sebab
pembentukan sifat seseorang memelurkan waktu yang bigitu panjang. Sebab karakter
seseorang merupakan sifat atau tabiat seseorang. Tapi cara dalam membentuk sikap atau
karakter seorang adalah menanamkan hal-hal yang baik kepada anak. Tujuan dari
pembentukan karakter adalah untuk membentuk pribadi seorang
anak supaya anak tersebut menjadi manusia yang baik dan warga negara yang baik.
Untuk dapat tercapainya tujuan tersebut, orang tau dapat mengetahui apakah di saat orang

41
tau memberikan suatu didikan kepada anaknya apakan ada suatu perubahan atau tidak.
Jadi orang tua hendaklah mampu dan terampil malaksanakan penilaian supaya dapat
mengetahuai kemampuan yang dicapai oleh anaknya setelah ia melaksakan
proses keterlibatanya dengan orang lain maupun yang di kerjakan seorang anak. Dalam
konteks pembangunan karakter anak, orang tua harus memiliki peranan strategis dalam
mencapai suatu perubahan karakter anak. Dan yang paling penting dalam hal
mengajarkan sesuai dengan firman Tuhan.

d.   Memenuhi Kebutuhan

Hal ini merupakan suatu kewajiban dari orang tau dalam memenuhi kebutuhan anak.
Yang berkaitan dengan memenuhi kebutuhan anak adalah dimulai dari mengasuh,
membesarkan dan mengarahkan menunju kepada kedewasaan serta menanamkan norma
agama, nilai normal dan sosial yang berlaku bagi msayarkat. Sebagai orang tau juga
harus mengembangkan potensi anak, memberi teladan dan mampu mengembangkan
pertumbuhan kepribadian dengan penuh tanggung jawab dan penuh kasih sayang. Secara
sadar orang tau mengemban kewajiban untuk memelihara dan membina anaknya sampai
ia mampu berdiri sendiri (dewasa), baik secara fisik, sosial, ekonomi, maupun moral serta
keagamaanya. Dasar-dasar tanggung jawab orang tua terhadap pendidikan anaknya
meliputi: kasih orang tua kepada anaknya, tanggung jawab social bagi keluarga dan
seterusnya.

2.8 Kelompok Ibu Post Partum

Manusia memiliki sifat bawaan untuk bersosialisasi dan terlibat dalam kelompok
tertentu setiap hari, misalnya kelompok anggota keluarga, kelompok kerja, dan
sebagainya. Kadang-ladang ibu yang baru menjalani masa postpartum juga ingin mencari
suatu kelompok khusus dari orang-orang yang sudah berpengalaman. Kadang kala ibu
post partum yang sudah pernah bertemu di puskesmas atau di rumah sakit mulai
bergabung untuk membentuk kelompok pendukung yang saling membantu. Dengan
menyadari manfaat postpartum tersebut bidan mungkin berkeinginan untuk membentuk

42
kelompok postpartum sebagai strategi untuk menjebatani puskesmas atau rumah sakit
dengan rumah.

Kelompok post partum adalah kumpulan pribadi yang sedang menjalani masa
postpartum adalah sebagai berikut :

1) Mencoba untuk memuaskan kebutuhan personal dengan menggabungkan diri dengan


suatu kelompok
2) Berinteraksi dengan saling menghargai tujuan bersama
3) Mengalami kenikmatan suatu hubungan yang interdependen

Perilaku kelompok ditentukan oleh peraturan dan norma yang distujui bersama.
Menyadari perasaan mereka juga dirsakan oleh orang lain dan bahwa mereka tidak
sendirian atau perasaan dan kekhawatiran mereka adalah unik dan dapat mengurangi
kecemasan dan membuat anggota kelompok merasa lebih yakin bahwa perasaan mereka
adalah normal. Bebas berbagi perasaan dengan orang lain bisa menimbulkan rasa nyaman
dan haru.

Sering kali di dalam suatu kelompok pendukung, ibu yang berpengalaman dapat
memberi informasi konkret yang sangat berharga kepada anggota kelompok yang lain.
Misalnya, seorang ibu baru menceritakan nasehat bidannya untuk mengompres
payudaranya saat bengkak untuk memperoleh rasa nyaman, sehingga timbul rasa hangat.
Ibu yang tidak berpengalam akan meniru tindakkan ibu yang lain dalam kelompok
tersebut yang di anggap baik.

Akhirnya, menceritakan keadaan dirinya di dalam suatu kelompok, baik


mengekspresikan perasaan atau membagikan pengetahuan memiliki nilai teurapeutik dan
aultruisme, sehingga timbul sifat mendahulukan kepentingan orang lain, maka hal itu
akan meningkatkan harga dirinya.

43
2.9 Contoh Kasus
Ny R usia 25 tahun mengatakan pasca melahirkan hari ke-2 di klinik bidan bunda sehat.
ditolong oleh bidan pasca melahirkan spontan dan ibu mengatakan ini kehamilan pertama
dan anak pertama. Saat ini ibu mengeluh nyeri luka perieium dan, ibu mengatakan masih
bingung cara menyusui yang benar dan posisi yang nyaman saat menyusui. Tekanan darah
110/80 mmHg, Nadi 84 x/m, Respirasi 24 x/m, Suhu 36,5 oC, Putting susu Menojol,
Pengeluaran ASI Sedikit, TFU 2 jari dibawah pusat, Pengeluaran lochia/warna bau amis
( lochia rubra, warna merha kecoklatan, bau amis, perineum Heacting grade II. (Rencana
pulang rawat inap)

SUBJEKTIF
 Ny R usia 25 tahun mengatakan pasca melahirkan hari ke-2 di klinik bidan bunda sehat.
ditolong oleh bidan pasca melahirkan spontan.
 Ibu mengatakan ini kehamilan pertama dan anak pertama
 Saat ini ibu mengeluh nyeri luka perieium
 ibu mengatakan masih bingung cara menyusui yang benar dan posisi yang nyaman saat
menyusui.

OBJEKTIF
 Tekanan darah 110/80 mmHg, Nadi 84 x/m, Respirasi 24 x/m, Suhu 36,5 Oc
 Putting susu Menojol
 Pengeluaran ASI Sedikit
 TFU 2 jari dibawah pusat
 Pengeluaran lochia/warna bau amis ( lochia rubra, warna merah kecoklatan, bau amis,
perineum Heacting II.

ASSESMENT
 Diagnosa : Ny.R. P1A0, umur 25 tahun, post partum hari ke 2
 Masalah : - Nyeri Luka Perineum
- Ibu bingung cara menyusui yang benar
-ASI keluar sedikit

44
 Kebutuhan : - Vulva hygiene
-Berikan konseling tekhnik menyusui yang benar
-Edukasi rencana pulang rawat inap, motivasi
-Home care
 Masalah potensial : tidak ada

PLANN
 Menjelaskan kepada ibu tentang hasil pemeriksaan
Tekanan darah 110/80 mmHg, Nadi 84 x/m, Respirasi 24 x/m, Suhu 36,5 Oc
Putting susu Menojol, Pengeluaran ASI Sedikit,TFU 2 jari dibawah pusat
Pengeluaran lochia/warna bau amis ( lochia rubra, warna merha kecoklatan, bau amis,
perineum Heacting II.
 Melakukan perawatan personal Hyiene dan vulva hygiene. Dengan mengganti pembalut
dan pakaian dalam ibu minimal 2 kali sehari dengan membersihkan vagina dari depan
kebelakang untuk menghindari infeksi
 Edukasi Pentingnya ASI eksklusif dan fungsi ASI, ASI merupakan makana yang baik
bagi bayi, ASI mengandung zat imnuglobin yang diperlukan oleh bayi, Colostrum pada
ASI mengansung antibiotika yang memberikan perlindungan terhadap infeksi, ASI
mudah dicerna, ASI selalu segar, bersih, dan siap minum
 Perawatan Payudara Mengajari ibu tekhnik Posisi menyusui yang benar adalah: seluruh
puting payudara ada di tengah mulut bayi. Saat bayi mengisap, gusi bayi harus
menyentuh seluruh puting dan lidah bayi berada di atas gusi bawah bayi. Pastikan bayi
tidak hanya mengisap ujung puting payudara. Posisikan bayi agar tetap dekat dengan
Anda.
 Perawatan payudara dilakukan dengan mengginakan baby oil untuk melicinkan dengan
gerakan melingkar dari pangkal payudara sampai puting susu dan perawatan terakhir
mengompres payudara denga air hangat dan dingin secara bergantian
 Cara pemberian ASI yang benar
Payudara yang akan disusui ditopang dengan 4 jari pada bagian pangkal mamae dan ibu
jari dibagian atas sehingga membentuk huru C. Pada saat menyusui sebaiknya aerola

45
mamae juga ikut terhisap oleh bayi. Menganurkan pada ibu untuk susui bayinya kapan
saja ia butuhkan
 Gizi Ibu nifas Makan-makan yang berserat untuk memperlacar BAB dan mencegah
terjadinya konstipasi pada ibu, makan-makanan yang berserat contohnya seperti makan
buah-buahan dan sayur-sayuran.
Ibu harus mendapatkan protein, mineral, vitamin yang cukup, bisa dengan minum susu,
sayur-sayuran, buah-buahan, ikan (lauk pauk)
 PIL zat besi harus diminum selama 40 hari postpartum
Minum kapsul vitamin A agar bisa memberikan vitamani A pada bayi melalui ASI
Minum air putih 8-10 gelas perhari untuk mencegah kelelahan yang berlebihan
 Pentingnya isttrahat Menganjurkan ibu istrhat yang cukup untuk mencegah kelelahan
yang berlebihan, Beristrahat pada siang hari dan malam hari
 Ibu bisa kembali kegiatan rumah tangga secara berlahan-lahan
 Mobilisasi secara bertahap karna ibu melahirkan secara spontan sehingga boleh aktifitas
kekamar mandi secara mandiri seperti BAK DAN BAB, kecuali ibu pusing harus
didampingi
 Memandikan bayi 1-2 kali/hari, rawat tali pusat kassa steril tanpa menggunakan alkohol
atau bethadine
 ganti popok bayi setiap BAK dan BAB untuk mencegah terjadi infeksi, gunakan pakaian
yang bersih.
 Menjadwalkan kunjungan rumah ( home care ) hari ke 6
 Memberikan motivasi kepada ibu untuk selalu positif thinking dan seamngat untuk
menjani peran sebagai ibu
EVALUASI
 Ibu mengatakan mengerti dengan penjelasan yang telah diberikan dan mau melakukan
apa yang telah dianjurkan oleh bidan.

46
BAB III

PENUTUP

3.1 Simpulan

Masa nifas adalah masa sesudah persalinan dan kelahiran bayi, plasenta, serta selaput
yang diperlukan untuk memulihkan kembali organ kandungan seperti sebelum hamil
dengan waktu kurang lebih 6 minggu. Masa nifas (puerperium), berasal dari bahasa latin,
yaitu puer yang artinya bayi dan partus yang artinya melahirkan atau berarti masa
sesudah melahirkan. Asuhan kebidanan masa nifas adalah penatalaksanaan asuhan yang
diberikan pada pasien mulai dari saat setelah lahirnya bayi sampai dengan kembalinya
tubuh dalam keadaaan seperti sebelum hamil atau mendekati keadaan sebelum hamil

3.2 Saran

Diharapkan makalah ini dapat memberikan manfaat pada para pembaca dalam
menambah pengetahuan tentang filosofi Nifas. Makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, oleh sebab gk/mitu kritk dan saran diharapkan untuk dapat
menyempurnakannya.

47
DAFTAR PUSTAKA

Buku Asuhan Kebidanan (Varney’s Midwifery) Edisi : 4 Vol : 2 Jakarta :EGC, Helen Varney :2003
Bobak, L Jensen, 2005. “ Perawatan Maternitas”, Jakarta :EGC Huliana, M, 2003. Perawatan Ibu
Melahirkan “ Puspa Swara”.
JHPIEGO, 2001 “ Paduan Pengajar Asuhan KebidananFisiologis Bagi Dosen DIII Kebidanan”
Dalam AsuahanKebidanan Postpartum. Edisi ke-4 Jakarta : Pusdiknes
Pedoman Kesehatan Ibu dan Anak, tahun 2009

48

Anda mungkin juga menyukai