Praktik bidan adalah serangkain kegiatan pelayanan kesehatan yang diberikan oleh bidan
kepada pasien (individu, keluarga dan masyarakat) sesuai dengan kewenangan dan
kemampuannya. Bidan yang menjalankan praktek harus memliki surat izin praktek bidan (SIPB)
sehingga dapat menjalankan praktek kesehatan (kebidanan)
Kompetensi bidan
Kompetensi bidan adalah kemampuan yang dimiliki oleh lulusan pendidikan profesi bidan
yang meliputi pengetahuan, keterampilan, dan sikap dalam memberikan pelayanan kebidanan
(bayi baru lahir/neonatus, bayi, balita dan anak prasekolah, remaja, masa sebelum hamil, masa
kehamilan, masa persalinan, masa pasca keguguran) pada berbagai tatanan pelayanan kesehatan
secara aman dan bertanggung jawab sesuai dengan standar sbagai syarat mampu oleh masyarkat
Menurut (sujianti, 2009 dan mufdlilah, 2009) kompetensi bidan adalah kemampuan dan
karakteristik yang meliputi pengetahuan, keterampilan dan prilaku yang harus dimiliki oleh
seorang bidan dalam melaksanakan praktek kebidanan secara aman dan bertanggung jawab pada
berbagai tatanan pelayanan kesehatan. Di dalam lingkup praktik kebidanan, kompetensi bidan
sebagai mana tertuang dalam buku kompetensi bidan di indonesia.
1. Bidan mempunyai persyaratan pengetahuan dan keterampilan dalam ilmu sosial kesehatan
masyarakat, dan etika yang membentuk dasar dari asuhan yang bermutu tinggi sesuai
dengan budaya, untuk wanita, bayi baru lahir, dan keluarganya.
2. Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi, pendidikan kesehatan yang tanggap
terhadap budaya, dan memberikan pelayanan yang menyeluruh di masyarakat dalam
rangka untuk meningkatkan kehidupan keluarga yang sehat, perencanaan kehamilan, dan
kesiapan untuk menjadi orang tua.
3. Bidan memberikan asuhan antenatal yang bermutu tinggi untuk mengoptimalkan kesehatan
ibu selama kehamilan yang meliputi deteksi dini, pengobatan, dan rujukan.
4. Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi, tanggap tehadap budaya setempat selama
persalinan, memimpin suatu persalinan yang bersih dan aman, menangani situasi kegawat
daruratan tertentu untuk mengoptimalkan kesehatan wanita dan bayi baru lahir.
5. Bidan dapat memberikan asuhan pada ibu nifas dan menyusui yang bermutu tinggi serta
tanggap terhadap budaya setempat.
6. Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi dan komprehensif pada bayi baru lahir
(bbl) sehat sampai usia 1 bulan
7. Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi dan komprehensif pada bayi dan balita
sehat.
8. Bidan memberikan asuhan yang brmutu tinggi dan komprehensif pada keluarga dan
kelompok.
9. Bidan mampu melaksanakan asuhan kebidanan pada wanita ( ibu dengan ganguan sistem
reproduksi
Dengan demikian seorang bidan dimasa sekarang dituntut memiliki kompetensi dalam
memberikan pelayanan kebidanan
1. Peran bidan
a. Peran sebagai pelaksana
Sebagai pelaksana, bidan memiliki tiga kategori tugas, yaitu tugas mandiri, tugas
kolaborasi, dan tugas ketergantungan.
Tugas mandiri
Tugas kolaborasi
Tugas-tugas kolaborasi (kerja sama) bidan, yaitu:
1. Menerapkan manajemen kebidanan pada setiap asuhan kebidanan sesuai fungsi kolaborasi
dengan melibatkan klien dan keluarga. Mencakup:
a. Mengkaji masalah yang berkaitan dengan komplikasi dan kondisi kegawatdaruratan
yang memerlukan tindakan kolaborasi.
b. Menentukan diagnosis, prognosis, dan prioritas kegawat daruratan yang memerlukan
tindakan kolaborasi.
c. Merencanakan tindakan sesuai dengan prioriras kegawat daruratan dan hasil
kolaborasi serta berkerjasama dengan klien.
d. Melaksanakan tindakan sesuai dengan rencana dan dengan melibatkan klien.
e. Mengevaluasi hasil tindakan yang telah diberikan.
f. Menyusum rencana tindak lanjut bersama klien.
g. Membuat pencatatan dan pelaporan.
2. Memberi asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan risiko tinggi dan pertolongan pertama
pada kegawat daruratan yang memerlukan tindakan kolaborasi, mencakup:
a. Mengkaji kebutuhan asuhan pada kasus risiko tinggi dan keadaan kegawatdaruratan
yang memerlukan tindakan kolaborasi.
b. Menentukam diagnosis, prognosis, dan prioritas sesuai dengan faktor risiko serta
keadaan kegawat daruratan pada kasus risiko tinggi.
c. Menyusun rencana asuhan dan tindakan pertolongan pertama sesuai dengn prioritas
d. Melaksanalkan asuhan kebidanan pada kasus ibu hamil dengan risiko tinggi dan
memberi pertolongan pertama sesuai dengan prioritas.
e. Mengevaluasi hasil asuhan kebidanan dan pertolongan pertama.
f. Menyusun rencana tindak lanjut bersama klien.
g. Membuat pencatatan dan pelaporan.
3. Memberi asuhan kebidanan pada ibu dalam masa persalinan dengan resiko tinggi serta
keadaan kegawatdaruratan yang memerlukan pertolongan pertama dengan tindakan
kolaborasi dengan melibatkan klien dan keluarga, mencakup:
a. Mengkaji kebutuhan asuhan kebidanan pada ibu dalam masa persalinan dengan
risiko tinggi dan keadaan kegawat daruratan yang memerlukan tindakan kolaborasi.
b. Menentukan diagnosis, prognosis, dan prioritas sesuai dengan faktor risiko dan
keadaan kegawatdaruratan
c. Menyusun rrencana asuhan kebidanan pada i6tl dalam masa persalinan dengan risiko
tinggi dan pertolongan pertama sesuai dengan prioritas.
d. Melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu dalam masa persalinan dengan risiko
tinggi dan memberi pertolongan pertama sesuai dengan priositas.
e. Mengevaluasi hasil asuhan kebidanan dan pertolongan pertama pada ibu hamil
dengan risiko tinggi.
f. Menyusun rencana tindak lanjut bersama klien.
g. Membuat pencatatan dan pelaporan.
4. Memberi asuhan kebidanan pada ibu dalam masa nifas dengan risiko tinggi serta
pertolongan pertama dalam keadaan kegawatdaruratan yang memerlukan tindakan
kolaborasi bersama klien dan keluarga, mencakup:
a. Mengkaji kebutuhan asuhan pada ibu dalam masa nifas dengan risiko tinggi dan
keadaan kegawatdaruratan yang memerlukan tindakan kolaborasi.
b. Menentukan diagnosis, prognosis, dan prioritas sesuai dengan faktor risiko serta
keadaan kegawatdaruratan.
c. Menyusun rencana asuhan kebidanan pada ibu dalam masa nifas dengan risiko tinggi
dan pertolongan pertarna sesuai dengan prioritas.
d. Melaksanakan asuhan kebidanan dengan risiko tinggi dan memberi pertolongan
pertama sesuai dengan rencana.
e. Mengevaluasi hasil asuhan kebidanan dan pertolongan pertama.
f. Menyusun rencana tindak lanjut bersama klien.
g. Membuat pencatatan dan pelaporan.
5. Memberi asuhan kebidanan pada bay, baru lahir dengan risiko tinggi dan pertolongan
pertama dalam keadaan kegawatdaruraran yang memerlukan tindakan kolaborasi bersama
klien dan keluarga, mencakup:
a. Mengkaji kebutuhan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir de ngan risiko tinggi dan
keadaan kegawatdaruratan yang memerlukan tindakan kolaborasi.
b. Menentukan diagnosis, prognosis, dan prioritas sesuai dengan faktor risiko serta
keadaan kegawatdaruratan.
c. Menyusun rencana asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan risiko tinggi dan
memerlukan pertolongan pertama sesuai dengan prioritas.
d. Melaksanakan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan risiko tinggi dan
pertolongan pertama sesuai dengan prioritas.
e. Mengevaluasi hasil asuhan kebidanan dan pertolongan pertama.
f. Menyusun rencana tindak lanjut bersama klien.
g. Membuat pencatatan dan pelaporan.
6. Memberi asuhan kebidanan pada balita dengan risiko cinggi serta pertolongan pertama
dalam keadaan kegawatdaruratan yang memerlukan tindakan kolaborasi betsamut klien
dan keluarga, mencakup:
a. Mengkaji kebutuhan asuhan pada balita dengan risiko tinggi dan keadaan
kegawatdaruratan yang nemerlukan tindakan kolaborasi.
b. Menentukan diagnosis, prognosis, dan prioritas sesuai dengan faktor risiko serta
keadaan kegawatdaruratan.
c. Menyusun rencana asuhan kebidanan pada balita dengan risiko tinggi dan
memerlukan pertolongan pertama sesuai dengan prioritas.
d. Melaksanakan asuhan kebidanan pada balita dengan risiko tinggi dan pertolongan
pertama sesuai dengan prioritas.
e. Mengevaluasi hasil asuhan kebidanan dan pertolongan pertama.
f. Menyusun rencana tindak lanjut bersama klien.
g. Membuat pencatatan dan pelaporaan.
Tugas ketergantungan
1. Menerapkan manajamen kebidanan ,pada setiap asuhan kebidanan sesuai dengan fungsi
keterlibatan klien dan keluarga, mencakup:
a. Mengkaji kebutuhan asuhan kebidanan yang memerlukan tindakan di luar lingkup
kewenangan bidan dan memerlukan rujukan.
b. Menentukan diagnosis, prognosis, dan prioritas serta sumbersumber dan fasilitas
untuk kebutuhan intervensi lebih lanjut bersama klien/keluarga.
c. Merujuk klien uncuk keperluan iintervensi lebih lanjut kepada petugas/insitusi
pelayanan kesehaatan yang berwenang dengan dokumentasi yang lengkap.
d. Membuat pencatatan dan pelaporan serta mendokumentasikan seluruh kejadian dan
intervensi.
2. Memberi asuhan kebidanan melalui konsultasi dan rujukan pada kasus kehamilan dengan
risiko tinggi serta kegawatdaruratan, mencakup:
a. Mengkaji kebutuhan asuhan kebidanan melalui konsultasi dan rujukan
b. Menentukan diagnosis, prognosis, dan prioritas.
c. Memberi pertolongan pertama pada kasus yang memerlukan rujukan.
d. Memberi asuhan kebidanan melalui konsultasi dan rujukan.
e. Mengirim klien untuk keperluan intervensi lebih lanjut pada petugas/institusi
pelayanan kesehatan yang berwenang.
f. Membuat pencatatan dan pelaporan serta mendokumentasikan seluruh kejadian dan
intervensi.
3. Memberi asuhan kebidanan melalui konsultasi serta rujukan pada masa persalinan dengan
penyulit tertentu dengan melibatkan klien dan keluarga, mencakup:
a. Mengkaji adanya penyulit dan kondisi kegawatdaruratan pada ibu dalam persalinan
yang memerlukan konsultasi dan rujukan.
b. Menentukan diagnosis, prognosis, dan prioritas.
c. Memberi pertolongan pertama pada kasus yang memerlukan rujukan.
d. Merujuk klien untuk keperluan intervensi lebih lanjut pada petugas/institusi
pelayanan kesehatan yang berwenang.
e. Membuat pencatatan dan pelaporan serta mendokumentasikae seluruh kejadian dan
intervensi.
4. Memberi asuhan kebidanan melalui konsultasi dan rujukan pada ibu dalam masa nifas
yang disertai penyulit tertentu dan kegawatdaruratan dengan melibatkan klien dan
keluarga, mencakup:
a. Mengkaji adanya penyulit dan kondisi kegawatdaruratan pada ibu dalam masa nifas
yang memerlukan konsultasi serta rujukan.
b. Menentukan diagnosis, prognosis, dan prioritas.
c. Memberi pertolongan pertama pada kasus yang memerlukan rujukan.
d. Mengirim klien untuk keperluan intervensi lebih lanjut pada petugas/institusi
pelayanan kesehatan yang berwenang
e. Membuat pencatatan dan pelaporan serta mendokumentasikan seluruh kejadian dan
intervensi.
5. Memberi asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan kelainan tertentu dan
kegawatdaruratan yang memerlukan konsultasi serta rujukan dengan melibatkan keluarga,
mencakup:
a. Mengkaji adanya penyulit dan kondisi kegawatdaruratan pada bayi baru lahir yang
memerlukan konsultasi serta rujukan.
b. Menentatkan diagnosis, prognosis, dan prioritas.
c. Memberi pertolongan pertama pada kasus yang memerlukan rujukan
d. Merujuk klien untuk keperluan intervensi lebih lanjut pada petugas/institusi
pelayanan kesehatan yang berwenang.
e. Membuat pencatatan dan pelaporan serta dokumentasi.
6. Memberi asuhan kebidanan kepada anak balita dengan kelainan tertentu dan
kegawatdaruratan yang memerlukan konsultasi serta rujukan dengan melibatkan
klien/keluarga, mencakup:
a. Mengkaji adanya penyulit dan kegawatdaruratan pada balita yang memerlukan
konsultasi serta rujukan.
b. Menenrukan diagnosis, prognosis, dan prioritas.
c. Memberi pertolongan pertama pada kasus yang memerlukan rujukan
d. Merujuk klien untuk keperluan intervensi lebih lanjut pada petugas/institusi
pelayanan kesehatan yang berwenang.
e. Membuat pencatatan dan pelaporan serta dokumentasi.
1. Mengkaji kebutuhan terutama yang berhubungan dengan kesehatan ibu dan anak untuk
meningkatkan serta mengembangkan program pelayanan kesehatan di wilayah kerjanya
bersama tim kesehatan dan pemuka masyarakat.
2. Menyusun rencana kerja sesuai dengan hasil pengkajian bersama masyarakat.
3. Mengelola kegiatan-kegiatan pelayanan kesehatan masyarakat, khususnya kesehatan ibu
dan anak serta keluarga berencana (kb) sesuai dengan rencana.
4. Mengoordinir, mengawasi, dan membimbing kader, dukun, atau petugas kesehatan lain
dalam melaksanakan program/kegiatan pelayanan kesehatan ibu dan anak-serta kb.
5. Mengembangkan strategi untuk meningkatkan kesehatan masyarakat khususnya kesehatan
ibu dan anak serta kb, termasuk pemanfaatan sumber-sumber yang ada pada program dan
sektor terkait.
6. Menggerakkan dan mengembangkran kemampuan masyarakat serta memelihara
kesehatannya dengan memanfaatkan potensi-potensi yang ada.
7. Mempertahankan, meningkatkan mutu dan keamanan praktik profesional melalui
pendidikan, pelatihan, magang sena kegiatan kegiatan dalam kelompok profesi.
8. Mendokumentasikan seluruh kegiatan yang telah dilaksanakan.
Bidan berpartisipasi dalam tim untuk melaksanakan program kesehatan dan sektor lain di
wilayah kerjanya melalui peningkatan kemampuan dukun bayi, kader kesehatan, serta tenaga
kesehatan lain yang berada di bawah bimbingan dalam wilayah kerjanya, mencakup:
1. Bekerja sama dengan puskesmas, institusi lain sebagai anggota tim dalam memberi
asuhan kepada klien dalam bentuk konsultasi rujukan dan tindak lanjut.
2. Membina hubungan baik dengan dukun bayi dan kader kesehatan atau petugas lapangan
keluarga berencaca (PLKB) dan masyarakat.
3. Melaksanakan pelatihan serta membimbing dukun bayi, kader dan petugas kesehatan
lain.
4. Memberi asuhan kepada klien rujukan dari dukun bayi.
5. Membina kegiatan-kegiatan yang ada di masyarakat, yang berkaitan dengan kesehatan
Sebagai pendidik bidan memiliki 2 tugas yaitu sebagai pendidik dan penyuluh kesehatan
bagi klien serta pelatih dan pembimbing kader.
Bidan memberi pendidikan dan penyuluhan kesehatan kepada klien (individu, keluarga,
kelompok, serta maryarakat) tentang penanggulangan masalah kesehatan, khususnya yang
berhubungan dengan kesehatan ibu, anak, dan keluarga berencana, mencakup:
Bidan melatih dan membimbing kader, peserta didik kebidanan dan keperawatan, serta membina
dukun dl wilayah atau tempat kerjanya, mencakup:
1. Mengkaji kebutuhan pelatihan dan bimbingan bagi kader, dukun bayi, serta peserta didik
2. Menyusun rencana pelatihan dan bimbingan sesuai dengan hasil pengkajian.
3. Menyiapkan alat bantu mengajar (audio visual aids, ava) dan bahan untuk keperluan
pelatihan dan bimbingan sesuai dengan rencana yang telah disusun.
4. Melaksanakan pelatihan untuk dukun bayi dan kader sesuai dengan rencana yang telah
disusun dengan melibatkan unsur-unsur terkait.
5. Membimbing peserta didik kebidanan dan keperawatan dalam lingkup kerjanya.
6. Menilai hasil pelatihan dan bimbingan yang telah diberikan.
7. Menggunakan hasil evaluasi untuk meningkatkan program bimbingan.
8. Mendokumentasikan semua kegiatan termasuk hasil evaluasi pelatihan serta bimbingan
secara sistematis dan lengkap.
Bidan melakukan investigasi atau penelitian terapan dalam bidang kesehatan baik secara mandiri
maupun berkelompok, mencakup:
2. Fungsi bidan
Berdasarkan peran bidan seperti yang dikemukakan di atas, maka fungsi bidan adalah sebagai
berikut.
a. Fungsi pelaksana
c. Fungsi pendidik
Fungsi bidan sebagai pendidik mencakup:
1. Memberi penyuluhan kepada individu, keluarga, dan kelompok masyarakat terkait dengan
pelayanan kebidanan dalam lingkup kesehatan serta keluarga berencana.
2. Membimbing dan melatih dukun bayi serta kader kesehata sesuai dengan bidang tanggung
jawab bidan.
3. Memberi bimbingan kepada para peserta didik bidan dalam kegiatan praktik di klinik dan
di masyarakat
4. Mendidik peserta didik bidan atau tenaga kesehatan lainnya sesuai dengan bidang
keahliannya.
d. Fungsi peneliti
Fungsi bidan sebagai peneliti mencakup:
1. Melakukan evaluasi, pengkajian, survei, dan penelitian yang dilakukan sendiri atau
berkelompok dalam lingkup pelayanan kebidanan.
2. Melakukan penelitian kesehatan keluarga dan keluarga berencana.
1. Memberi bimbingan asuhan dan nasehat kepada remaja putri, bumil, bulin, bufas, buteki,
kb, menopouse
2. Melakukan asuhan kebidanan untuk proses kehamilan normal, kehamilan dengan kasus
patologis tertentu, dan kehamilan dengan risiko tinggi.
3. Menolong persalinan normal dan kasus persalinan patologis tertentu.
4. Memberikan askeb pada bbl, bayi, dan balita sehat
5. Melakukan tindakan pencegahan dan deteksi dini terhadap kondisi ibu dan anak
6. Membimbing calon bidan, dukun, tenaga kader dalam lingkup kia/kb
7. Meneliti dan mengevaluasi kegiatan pelayanan kb yang dilakukan oleh perbaikan dan
peningkatan
8. Memotivasi dan mengarahkan masyarakat terutama wanita dalam rangka mewujudkan
kesehatan dan kesejahteraan keluarga
Sebagai tenaga professional, bidan memikul tanggung jawab dalam melaksanakan tugasnya.
Seorang bidan harus dapat mempertahankan tanggung jawabnya bila terjadi gugatan terhadap
tindakan yang dilakukannya.
Bidan adalah salah satu tenaga kesehatan. Pengaturan tenaga kesehatan ditetapkan di dalam
undang-undang dan peraturan pemerintah. Tugas dan kewenangan bidan serta ketentuan yang
berkaitan dengan kegiatan praktik bidan diatur didalam peraturan atau kepuasan menteri
kesehatan.
Kegiatan praktik bidan dikontrak oleh peraturan tersebut. Bidan harus dapat mempertanggung
jawabkan tugas dan kegiatan yang dilakukannya sesuai dengan peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
Setiap bidan memiliki tanggung jawab memelihara kemempuan profesionalnya. Oleh karena itu
bidan harus selalu meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya dengan mengikuti pelatihan,
pendidikan berkelanjutan, seminar, serta pertemuan ilmiah lainnya.
Setiap bidan diharuskan mendokumentasikan kegiatan dalam bentuk catatan tertulis. Catatan
bidan mengenai pasien yang dilayaninya dapat dipertanggung jawabkan bila terjadi
gugatan.catatan yang dilakukan bidan dapat digunakan sebagai bahan laporan untuk disampaikan
kepada atasannya.
Bidan memiliki kewajiban memberi asuhan kepada ibu dan anak yang meminta pertolongan
kepadanya. Ibu dan anak merupakan bagian dari keluarga. Oleh karena itu, kegiatan bidan sangat
erat kegiatannya dengan keluarga.tanggung jawab bidan tidak hanya pada kesehatan ibu dan
anak, tetapi juga menyangkut kesehatan keluarga.
Bidan adalah anggota masyarakat yang bertanggung jawab. Oleh karena itu bidan turut
bertanggung jawab dalam memecahkan masalah kesehatan masyarakat (misaknya lingkungan
yang tidak sehat, penyakit menular, masalah gizi, terutama yang menyangkut kesehatan ibu d
Tugas bidan
Wewenang bidan
Episiotomi
Pertolongan persalinan normal
Penjahitan luka jalan lahir tingkat 1dan 2
Penanganan kegawat daruratan di lakukan perujukan
Memberikan tablet tambah darah pada ibu hamil
Pemberian vitamin a dosis tinggi pada ibu nifas
Fasilitasi / bimbingan imd dan promosi asi eksklusif
Pemberian uterotonika pada managemen aktif kala tiga dan post partum
Penyuluhan dan konseling
Bimbingan pada kelompok ibu hamil
Pemberian surat keterangan kehamilan dan kelahiran
Memberikan pelayanan kesehatan bbl, bayi, anak balita dan anak sekolah dan bidan berwenang
melakukan
Melakukan pelayanan esensial ( imd, pemberian vit k, pemberian hbo, pemerikaan fisik
baaru lahir, pemantauan tanda bahaya,pemberian tanda identitas diri, merujuk kasus yang
tdk dapat di tanganidalam kondisi stabil dan tepat waktu ke fasilitas yan kes yang lebih
mampu
Penanganan kegawat daruratan di lanjutkan dengan rujukan
Bayi asfiksia di lakukan pembersihan jalan nafas ventilasi tekanan positif dan atau
kompresi jantung
Penanganan awal hipotermia pada bbl dengan bblr dengan metode kangguru
Penanganan awal infeksi tali pusat dengan mengoleskan alcohol atau iodin serta
menjagatali pusat tetap kering memebrikan salep mata
Pemantauan tumbang bayi, anak balita dan anak prasekolah
Penimbangan bb
Ukur lingkar kepala
Ukur tinggi badan
Stimulasi deteksi dini
Intervensi dini penyimpangan tumbuh kembang balita dengan menggunakan
kuesioner pra skrining perkembangan (KPSP)
Konseling dan penyuluhan
Pemberian komunikasi informasi edukasi KIE kepada ibu dan keluarga tentang
perawatan bayi baru lahir, asi ekslusif, tanda bahaya pada bayi baru lahir, pelayaan
kesehatan, imunisasi, gizi seimbang, phbs, dan tumbuh kembang.
Pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana
Bidan berwenang memberikan
Penyuluhan dan konseling kesehatan reproduksi perempuan dan kb
Pelayanan kontrasepsi oral, kondom dan suntikan
Pelimpahan wewenang
a. Pemberian pelayanan alat kontrasepsi dalam rahim dan alat kontrasepsi bawah kulit
b. Asuhan antenatal terintegrasi dengan intervensi khusus penyakit tertentu
c. Penanganan bayi dan anak balita sakit sesuai dengan pedoman yang ditetapkan
d. Pemberian imunisasi rutin dan tambahan sesuai program pemerintah
e. Melakukan pembinaan peran serta masyarakat di bidang kesehatan ibu dan anak, anak usia
sekolah dan remaja, dan penyehatan lingkungan
f. Pemantauan tumbuh kembang bayi, anak balita, anak pra sekolah dan anak sekolah;
g. Melaksanakan deteksi dini, merujuk, dan memberikan penyuluhan terhadap infeksi
menular seksual (IMS) termasuk pemberian kondom, dan penyakit lainnya
h. Pencegahan penyalah gunaan narkotika, psikotropika dan zat adiktif lainnya (napza)
melalui informasi dan edukasi
i. Melaksanakan pelayanan kebidanan komunitas
Proses pengambilan keputusan merupakan bagian dasar dan integral dalam praktik suatu profesi
dan keberadaanya sangat penting karena akan menentukan tindakan selanjutnya.
Menurut George r.Terry, pengambilan keputusan adalah memilih alternatif yang ada.
Penjelasannya:
Fungsi pengambilan keputusan individual atau kelompok baik secara institusional ataupun
organisasional, sifatnya futuristik.
Tujuan pengambilan keputusan tujuan yang bersifat tunggal (hanya satu masalah dan tidak
berkaitan dengan masalah lain) tujuan yang bersifat ganda (masalah saling berkaitan, dapat
bersifat kontradiktif ataupun tidak kontradiktif).
3. Pengambilan keputusan individu dan profesi yang dipengaruhi standar praktik kebidanan,
peningkatan kualitas kebidanan.
Kerangka pengambilan keputusan dalam asuhan kebidanan memperhatikan hal-hal
sebagai berikut :
2. Bidan harus menghargai wanita sebagai individu dan melayani dengan rasa hormat.
1. Teori utilitarisme:
Ketika keputusan diambil, memaksimalkan kesenangan, meminimalkan ketidaksenangan.
Dipercayai bahwa semua manusia memiliki satu kesamaan, mencari kesenangan dan
menghindari ketidaksenangan. Seseorang yang melakukan suatu aktifitas akan, pada
akhirnya, membawa ,mereka pada kesenangan dan menghindari segala sesuatu yang akan
menimbulkan ketidak senangan.
teori ini dibagi menjadi menjadi 2 bentuk yaitu :
Utilitarisme perbuatan (act-utilitarianism).
Pada bentuk ini setiap perbuatan dinilai berdasarkan konsekuensinya. Maka suatu
perbuatan dapat dinilai baik atau buruk sejauh dapat meningkatkan atau mengurangi
kebahagiaan sebanyak mungkin orang. Bentham, sampai pada the principles of utility
yang berbunyi “the greatest happines of the great number”.
Contoh kasus: pelaksanaan imunisasi pin setiap bulan oktober – november untuk
mengeliminasi penyakit polio di indonesia.
Utilitarianisme aturan (rule-utilitarianism)
Seorang filsuf inggris-amerika (stephen t) menegaskan bahwa prinsip kegunaan tidak
harus diterapkan atas salah satu perbuatan, melainkan atas aturan-aturan yang
mengatur perbuatan kita.
Contoh kasus : kasus aborsi terapeutik yang diberlakukan kepada pasien dengan
kondisi tertentu, karena di suatu agama dan hokum tidak dibenarkan tapi ketika
kondisi ibu tersebut benar-benar akan mengancam jiwa ibu maka abortus
terapeutikus akan sangat dibutuhkan.
2. Teori hedonisme:
Menurut aristippos, sesuai kodratnya, setiap manusia mencari kesenangan dan
menghindari ketidaksenangan. Hedone dalam bahasa yunani berarti kesenangan. Dalam
filsafat yunani hedonisme sudah ditemukan pada aristippos dari kyrene (sekitar 433 – 355
sm), seorang murid socrates.
Socrates telah bertanya tentang tujuan akhir bagi kehidupan manusia atau apa yang
sungguh-sungguh baik bagi manusia,tapi ia sendiri tidak memberikan jawaban yang jelas
atas pertanyaan itu dan hanya mengkritik jawaban-jawaban yang dikemukakan oleh orang
lain. Aristippos menjawab yang sungguh baik bagi manusia adalah kesenangan. Filsuf lain
yang melanjutkan hedonisme adalah epikuros ( 341 – 270 sm ) yang memimpin sebuah
sekolah filsafat di athena. Epikuros pun melihat kesenangan (hedone) sebagai tujuan hidup
manusia. Seorang filsuf inggris, john locke (1632 – 1794) mengemukakan “kita sebut baik
apa yang menyebabkan atau meningkatkan kesenangan, sebaliknya kita namakan jahat apa
yang dapat mengakibatkan atau meningkatkan ketidak senangan apa saja atau mengurangi
kesenangan apa saja dalam diri kita”.
3. Teori deontology :
Menurut immanuel kant: sesuatu dikatakan baik bila bertindak baik.
Contoh bila berjanji ditepati, bila pinjam hrus dikembalikan.
Deontologi berasal dari kata “deon” yang berarti kewajiban. Teori deontologi disusun oleh
immanuel kant (seorang methaphysician) pada abad 18. Kant memformulasikan teori ini
sebagai istilah lain dari hal-hal benar yang harus dilakukan tanpa mempertimbangkan
konsekwensinya. Teori kants merefleksikan bahwa bertindak secara moral memiliki kaitan
dengan penghormatan terhadap tugas. Dalam teori ini. Aturan-aturan moral diaplikasikan
pada setiap orang.
Contohnya: seseorang tidak boleh berbohong pada kondisi apapun (henry,1996).
Kant percaya bahwa rasionalisasi yang mengikat hal ini adalah yang dia sebut
sebagai hukum moral tertinggi (gillon,1992). Sebuah tindakan dapat dikatakan
bermoral hanya bila diterima oleh setiap orang sebagai hukum yang universal
Kant percaya bahwa manusia adalah makhluk hidup yang dapat menjadi
seseorang yang berotonomi dan memiliki moral rasional dan harus dihormati
(edwards 1996). Contoh kasus : ketika seorang harus ke suatu tempat, lalu
datang seorang bapak yang minta pertolongan bidan agar dapat membantu
kelahiran bayinya, maka bidan harus melakukan kewajiban yang dilakukan
sebagai seorang bidan.
4. Teori eudemonisme:
Menurut filsuf yunani aristoteles, bahwa dalam setiap kegiatannya manusia mengejar suatu
tujuan, ingin mencapai sesuatu yang baik bagi kita. Pandangan ini berasal dari filsuf yunani
besar, aristoteles (384 – 322 sm). Dalam bukunya, etika nikomakheia, ia mulai dengan
menegaskan bahwa dalam setiap kegiatannya manusia mengejar suatu tujuan. Bisa
dikatakan juga, dalam setiap teori eudomonisme pandangan ini berasal dari filsuf yunani
besar, aristoteles (384 – 322 sm). Dalam bukunya, etika nikomakheia, ia mulai dengan
menegaskan bahwa dalam setiap kegiatannya manusia mengejar suatu tujuan. Bisa
dikatakan juga, dalam setiap perbuatan kita ingin mencapai sesuatu yang baik bagi kita.
Sering sekali kita mencari tujuan untuk mencapai suatu tujuan lain lagi. Timbul
pertanyaan, apakah ada juga tujuan yang dikejar karena dirinya sendiri dan bukan karena
sesuatu yang lain lagi, apakah ada kebaikan terakhir yang tidak dicari demi sesuatu yang
lain lagi. Menurut aristoteles semua orang akan menyetujui bahwa tujuan tertinggi ini,
dalam terminology modern kita bisa mengatakan: makna terakhir hidup manusia, adalah
kebahagiaan (eudaimonia).
Contoh kasus : ketika seorang bidan di desa menghadapi kasus kegawatdaruratan dalam
situasi bingung, takut dan cemas tapi tetap harus mampu melaksanakan penatalaksanaan
untuk mencegah kondisi menjadi lebih buruk.
a. Strategi: dipengaruhi oleh kebijakan organisasi atau pimpinan, rencana dan masa depan,
rencana bisnis dan lain-lain.
b. Cara kerja : yang dipengaruhi pelayanan kebidanan di dunia, klinik, dan komunitas.
c. Individu dan profesi: dilakukan oleh bidan yang dipengaruhi oleh standart praktik
kebidanan.
3. Rasional : pengetahuan
4. Praktik : keterampilan dan kemampuan individu
10. Tujuan
Contoh kasus:
Di sebuah desa terdapat seorang bidan yang bernama bidan c, bidan tersebut baru lulusan
sekolah kebidanan tahun yang lalu, tetapi bidan c sudah membuka klinik praktik mandiri. Pada
suatu ketika, ada ibu hamil yang mendatangi bidan c tersebut dalam keadaan pendarahan hebat.
Karena pengalaman yang belum cukup banyak, bidan c bingung dan ragu-ragu harus melakukan
apa karena bidan C baru pertama kali melayani pasien pendarahan di klinik praktik mandiri
miliknya sehingga bidan C bingung untuk menentukan pilihan apakah harus merujuknya ke
rumah sakit atau menolong persalinan ibu hamil tersebut di klinik miliknya. Karena terlalu lama
ia memikirkan tindakan, maka ibu hamil tersebut sudah kehabisan darah dan sudah tidak bisa
untuk ditolong lagi.
Contoh kasus:
Di sebuah desa terpencil seorang ibu mengalami pendarahan postpartum setelah melahirkan
bayinya yang pertama di rumah. Ibu tersebut menolak untuk diberikan suntikkan uterotonika.
Bila ditinjau dari hak pasien atas keputusan yang menyangkut dirinya maka bidan bisa saja tidak
memberikan suntikkan karena kemauan pasien. Tetapi bidan akan berhadapan dengan masalah
yang lebih rumit bila terjadi pendarahan hebat dan harus diupayakan pertolongan untuk merujuk
pasien, dan yang lebih fatal lagi bila akhirnya pasien meninggal karena pendarahan. Dalam hal
ini bisa dikatakan tidak melaksanakan tugasnya dengan baik. Walaupun bidan memaksa
pasiennya untuk disuntik, mungkin itulah keputusan yang terbaik yang harus ia lakukan.
Contoh kasus:
Ny. Michel usia 25 tahun, hamil pertama yang akan melahirkan di bidan x. Ny. Michel
tinggal di amerika bersama seorang suami. Ny. Michel pendarahan hebat dan letak janinnya
sungsang. Namun, saat ny. Michel akan dirujuk ke rumah sakit, ternyata terjadi badai salju di
luar sehingga bidan x tidak dapat melakukan apa-apa. Ny. Michel pun meninggal dan bayi yang
masih di dalam kandungannya tersebut saat diperiksa masih berdetak denyut jantungnya. Lalu
bidan x membicarakan hal ini pada suami ny. Michel, dan suaminya pun memaksa bidan x untuk
melakukan sesuatu, yaitu seksio caesaria karena ia tidak ingin anaknya meninggal juga. Awalnya
bidan x tidak ingin melakukan pelanggaran ini, namun jika bidan x tidak cepat mengambil
keputusan, maka bayi yang ada di dalam kandungan ny. Michel akan ikut meninggal. Sehingga
dengan terpaksa bidan x melakukan seksio caesaria di rumahnya dengan menggunakan pisau
dapur dalam keadaan ny. Michel telah meninggal. Jadi, bayi tersebut dapat diselamatkan dan ny.
Michel telah meninggal dunia dari sebelum bidan x melakukan seksio caesaria pada ny. Michel.
4. Pengambilan keputusan yang reaktif. Sering kali dilaksanakan dalam situasi marah-marah
atau tergesa-gesa.
Contoh kasus:
Seorang remaja putri dengan usia kandungan baru 8 minggu, ia hamil di luar nikah dan
pasangannya pun tidak ingin mempertanggung jawabkan apa yang telah mereka perbuat. Remaja
putri tersebut datang ke bidan b berniat untuk menggugurkan kandungannya tersebut. Dengan
keadaan emosional yang meningkat, remaja putri tersebut tidak dapat berpikir panjang sehingga
menyuruh bidan untuk melakukan aborsi pada kandungannya. Awalnya bidan B tidak ingin
melakukannya, namun remaja putri tersebut memaksa dan mengiming”kan bayaran dengan
harga tinggi sehingga bidan B berubah pikiran dan bersedia melakukan aborsi. Namun tindakan
yang dipilih bidan B dan remaja putri tersebut berakibat fatal dan terjadi pendarahan hebat pada
remaja putri tersebut sehingga remaja putri tersebut meninggal dunia.
5. Pengambilan keputusan yang ditangguhkan, dialihkan pada orang lain yang bertanggung
jawab.
Contoh kasus:
Ny. Dini usia 35 tahun, akan melakukan persalinan multipara dibidan x. Namun plasenta
pada kandungan ny. Dini menutupi jalan lahir normal sehingga kandungan ny. Dini harus
dilahirkan secara seksio caesaria. Tetapi bidan x tidak dapat melakukan tindakan tersebut karena
tindakan seperti itu sudah melanggar batasan kerja bidan. Jadi, bidan x langsung melakukan
tindakan untuk merujuk ny. Dini ke rumah sakit dan memindahkan tanggung jawab bidan x
kepada tenaga kesehatan di rumah sakit tersebut.
6. Pengambilan keputusan secara berhati-hati, berpikir baik-baik, mempertimbangkan
berbagai pilihan.
Contoh kasus:
Seorang ibu yang sedang hamil tetapi mempunyai penyakit darah tinggi yang menahun
atau mempunyai penyakit jantung yang parah yang dapat membahayakan baik bagi calon ibu
maupun bagi janin yang sedang dikandungnya. Bidan a mempertimbangkan berbagai pilihan
untuk mengaborsi, tetap melakukan persalinan normal atau melakukan seksio caesaria. Namun,
bidan a memilih aborsi terapeutik atau pengguguran kandungan buatan yang dilakukan atas
indikasi medis agar ibu hamil tersebut dapat diselamatkan. Namun semua ini dilakukan atas
dasar pertimbangan medis yang akurat.
1. Identifikasi dan tegaskan apa masalahnya, baik oleh sendiri atau dengan orang lain.
2. Tetapkan hasil apa yang diinginkan.
3. Uji kesesuaian dari setiap solusi yang ada.
4. Pilih solusi yang lebih baik.
5. Laksanakan tindakan tanpa ada keterlambatan.