Anda di halaman 1dari 26

Fungsi bidan dalam praktik kebidanan

Pengertian praktik bidan

Praktik bidan adalah serangkain kegiatan pelayanan kesehatan yang diberikan oleh bidan
kepada pasien (individu, keluarga dan masyarakat) sesuai dengan kewenangan dan
kemampuannya. Bidan yang menjalankan praktek harus memliki surat izin praktek bidan (SIPB)
sehingga dapat menjalankan praktek kesehatan (kebidanan)

Kompetensi bidan

Kompetensi adalah karakteristik yang mendasari seseorang berkaitan dengan efektivitas


kinerja dan tindakan cerdas, penuh tanggung jawab yang dimiliki individu sebagai syarat untuk
dianggap mampu dan memiliki hubungan kausal atau sebab akibat dengan kriteria yang
dijadikan acuan atau suatu kemampuan untuk melaksanakan atau melakukan suatu pekerjaan
atau tugas yang dilandasi atas keterampilan dan pegetahuan serta didukung oleh sikap kerja yang
yang harus dimiliki oleh seorang bidan dalam melaksanakan praktek kebidanan pada berbagai
pelayanan kesehatan secara aman dan bertanggung jawab sesuai dengan standar sebagai syrarat
untuk dianggap mampu oleh masyarakat

Kompetensi bidan adalah kemampuan yang dimiliki oleh lulusan pendidikan profesi bidan
yang meliputi pengetahuan, keterampilan, dan sikap dalam memberikan pelayanan kebidanan
(bayi baru lahir/neonatus, bayi, balita dan anak prasekolah, remaja, masa sebelum hamil, masa
kehamilan, masa persalinan, masa pasca keguguran) pada berbagai tatanan pelayanan kesehatan
secara aman dan bertanggung jawab sesuai dengan standar sbagai syarat mampu oleh masyarkat

Menurut (sujianti, 2009 dan mufdlilah, 2009) kompetensi bidan adalah kemampuan dan
karakteristik yang meliputi pengetahuan, keterampilan dan prilaku yang harus dimiliki oleh
seorang bidan dalam melaksanakan praktek kebidanan secara aman dan bertanggung jawab pada
berbagai tatanan pelayanan kesehatan. Di dalam lingkup praktik kebidanan, kompetensi bidan
sebagai mana tertuang dalam buku kompetensi bidan di indonesia.

Standar kompetensi bidan indonesia ada 9 yaitu

1. Bidan mempunyai persyaratan pengetahuan dan keterampilan dalam ilmu sosial kesehatan
masyarakat, dan etika yang membentuk dasar dari asuhan yang bermutu tinggi sesuai
dengan budaya, untuk wanita, bayi baru lahir, dan keluarganya.
2. Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi, pendidikan kesehatan yang tanggap
terhadap budaya, dan memberikan pelayanan yang menyeluruh di masyarakat dalam
rangka untuk meningkatkan kehidupan keluarga yang sehat, perencanaan kehamilan, dan
kesiapan untuk menjadi orang tua.
3. Bidan memberikan asuhan antenatal yang bermutu tinggi untuk mengoptimalkan kesehatan
ibu selama kehamilan yang meliputi deteksi dini, pengobatan, dan rujukan.
4. Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi, tanggap tehadap budaya setempat selama
persalinan, memimpin suatu persalinan yang bersih dan aman, menangani situasi kegawat
daruratan tertentu untuk mengoptimalkan kesehatan wanita dan bayi baru lahir.
5. Bidan dapat memberikan asuhan pada ibu nifas dan menyusui yang bermutu tinggi serta
tanggap terhadap budaya setempat.
6. Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi dan komprehensif pada bayi baru lahir
(bbl) sehat sampai usia 1 bulan
7. Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi dan komprehensif pada bayi dan balita
sehat.
8. Bidan memberikan asuhan yang brmutu tinggi dan komprehensif pada keluarga dan
kelompok.
9. Bidan mampu melaksanakan asuhan kebidanan pada wanita ( ibu dengan ganguan sistem
reproduksi

Dengan demikian seorang bidan dimasa sekarang dituntut memiliki kompetensi dalam
memberikan pelayanan kebidanan

Peran dan fungsi bidan

1. Peran bidan
a. Peran sebagai pelaksana

Sebagai pelaksana, bidan memiliki tiga kategori tugas, yaitu tugas mandiri, tugas
kolaborasi, dan tugas ketergantungan.

Tugas mandiri

1. Menetapkan manajemen kebidanan pada setiap asuhan kebidanan yang diberikan,


mencakup:
a. Mengkaji status kesehatan untuk memenuhi kebutuhan asuhan klien.
b. Menentukan diagnosis.
c. Menyusun rencana tindakan sesuai dengan masalah yang dihadapi
d. Melaksanakan tindakan sesuai dengan rencana yang telah disusun.
e. Mengevaluasi tindakan yang telah diberikan.
f. Membuat rencana tindak lanjut kegiatan/tindakan.
g. Membuat pencatatan dan pelaporan kegiatan/tindakan.
2. Memberi pelayanan dasar pranikah pada anak remaja dan dengan melibatkan mereka
sebagai klien, mencakup:
a. Mengkaji status kesehatan dan kebutuhan anak remaja dan wanita dalam masa
pranikah.
b. Menentukan diagnosis dan kebutuhan pelayanan dasar.
c. Menyusun rencana tindakan/layanan sebagai prioritas mendasar bersama klien.
d. Melaksanakan tindakan/layanan sesuai dengan rencana.
e. Mengevaluasi hasil tindakan/layanan yang telah diberikan bersama klien.
f. Membuat rencana tindak lanjut tindakan/layanan bersama klien.
g. Membuat pencatatan dan pelaporan asuhan kebidanan.
3. Memberi asuhan kebidanan kepada klien selama kehamilan normal, mencakup:
a. Mengkaji status kesehatan klien yang dalam keadaan hamil.
b. Menentukan diagnosis kebidanan dan kebutuhan kesehatan klien
c. Menyusun rencana asuhan kebidanan bersama klien sesuai dengan prioritas masalah.
d. Melaksanakan asuhan kebidanan sesuai dengan rencana yang telah disusun.
e. Mengevaluasi hasil asuhan yang telah diberikan bersama klien.
f. Membuat rencana tindak lanjut asuhan yang telah diberikan bersama klien.
g. Membuat rencana tindak lanjut asuhan kebidanan bersama klien,
h. Membuat pencatatan dan pelaporan asuhan kebidanan yang telah diberikan.
4. Memberi asuhan kebidanan kepada klien dalam masa persalinan dengan melibatkan
klien/keluarga, mencakup:
a. Mengkaji kebutuhan asuhan kebidanan pada klien dalam masa persalinan.
b. Menentukan diagnosis dan kebutuhan asuhan kebidanan dalam masa persalinan.
c. Menyusun rencana asuhan kebidanan bersama klien sesuai dengar prioritas masalah.
d. Melaksanakan asuhan kebidanan sesuai dengan rencana yang telah disusun.
e. Mengevaluasi asuhan yang telah diberikan bersama klien.
f. Membuat rencana tindakan pada ibu selama masa persalinan sesuai dengan prioriras.
g. Membuat asuhan kebidanan.
5. Memberi asuhan kebidanan pada bayi baru lahir, mencakup:
a. Mengkaji status keselhatan bayi baru lahir dengan melibatkan keluarga.
b. Menentukan diagnosis dan kebutuhan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir.
c. Menyusun rencana asuhan kebidanan sesuai prioritas.
d. Melaksanakan asuhan kebidanan sesuai dengan rencana yang telah dibuat.
e. Mengevaluasi asuhan kebidanan yang telah diberikan.
f. Membuat rencana tindak lanjut.
g. Membuat rencana pencatatan dan pelaporan asuhan yang telah diberikan.
6. Memberi asuhan kebidanan pada klien dalam masa nifas dengan melibatkan
klien/keluarga, mencakup:
a. Mengkaji kebutuhan asuhan kebidanan pada ibu dalam masa nifas.
b. Menentukan diagnosis dan kebutuhan asuhan kebidanan pada masa nifas.
c. Menyusun rencana asuhan kebidanan berdasarkan prioritas masalah.
d. Melaksanakan asuhan kebidanan sesuai dengan rencana.
e. Mengevaluasi bersama klien asuhan kebidanan yang telah diberikan.
f. Membuat rencana tindak lanjut asuhan kebidanan bersama klien.
7. Memberi asuhan kebidanan pada wanita usia subur yang membutuhkan pelayanan keluarga
berencana, mencakup:
a. Mengkaji kebutuhan pelayanan keluarga berencana pada pus (pasangan usia subur)
b. Menentukan diagnosis dan kebutuhan pelayanan.
c. Menyusun rencana pelayanan kb sesuai prioritas masalah bersama klien.
d. Melaksanakan asuhan sesuai dengan rencana yang telah dibuat.
e. Mengevaluasi asuhan kebidanan yang telah diberikan.
f. Membuat rencana tindak lanjut pelayanan bersama klien.
g. Membuat pencatatan dan laporan.
8. Memberi asuhan kebidanan pada wanita dengan gangguan sistem reproduksi dan wanita
dalam masa klimakterium serta menopause, mencakup:
a. Mengkaji status kesehatan dan kebutuhan asuhan klien.
b. Menentukan diagnosis, prognosis, prioritas, dan kebutuhan asuhan.
c. Menyusun rencana asuhan sesuai prioritas masalah bersama klien.
d. Melaksanakan asuhan kebidanan sesuai dengan rencana.
e. Mengevaluasi bersama klien hasil asuhan kebidanan yang telah diberikan.
f. Membuat rencana tindak lanjut bersama klien.
g. Membuat pencatatan dan pelaporan asuhan kebidanan.
9. Memberi asuhan kebidanan pada bayi dan balita dengan melibatkan keluarga, mencakup:
a. Mengkaji kebutuhan asuhan kebidanan sesuai dengan tumbuh kembang bayi/balita.
b. Menentukan diagnosis dan prioritas masalah.
c. Menyusun rencana asuhan sesuai dengan rencana.
d. Melaksanakan asuhan sesuai dengan prioritas masalah.
e. Mengevaluasi hasil asuhan yang telah diberikan.
f. Membuat rencana tindak lanjut.
g. Membuat pencatatan dan pelaporan asuhan.

Tugas kolaborasi
Tugas-tugas kolaborasi (kerja sama) bidan, yaitu:

1. Menerapkan manajemen kebidanan pada setiap asuhan kebidanan sesuai fungsi kolaborasi
dengan melibatkan klien dan keluarga. Mencakup:
a. Mengkaji masalah yang berkaitan dengan komplikasi dan kondisi kegawatdaruratan
yang memerlukan tindakan kolaborasi.
b. Menentukan diagnosis, prognosis, dan prioritas kegawat daruratan yang memerlukan
tindakan kolaborasi.
c. Merencanakan tindakan sesuai dengan prioriras kegawat daruratan dan hasil
kolaborasi serta berkerjasama dengan klien.
d. Melaksanakan tindakan sesuai dengan rencana dan dengan melibatkan klien.
e. Mengevaluasi hasil tindakan yang telah diberikan.
f. Menyusum rencana tindak lanjut bersama klien.
g. Membuat pencatatan dan pelaporan.

2. Memberi asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan risiko tinggi dan pertolongan pertama
pada kegawat daruratan yang memerlukan tindakan kolaborasi, mencakup:
a. Mengkaji kebutuhan asuhan pada kasus risiko tinggi dan keadaan kegawatdaruratan
yang memerlukan tindakan kolaborasi.
b. Menentukam diagnosis, prognosis, dan prioritas sesuai dengan faktor risiko serta
keadaan kegawat daruratan pada kasus risiko tinggi.
c. Menyusun rencana asuhan dan tindakan pertolongan pertama sesuai dengn prioritas
d. Melaksanalkan asuhan kebidanan pada kasus ibu hamil dengan risiko tinggi dan
memberi pertolongan pertama sesuai dengan prioritas.
e. Mengevaluasi hasil asuhan kebidanan dan pertolongan pertama.
f. Menyusun rencana tindak lanjut bersama klien.
g. Membuat pencatatan dan pelaporan.

3. Memberi asuhan kebidanan pada ibu dalam masa persalinan dengan resiko tinggi serta
keadaan kegawatdaruratan yang memerlukan pertolongan pertama dengan tindakan
kolaborasi dengan melibatkan klien dan keluarga, mencakup:
a. Mengkaji kebutuhan asuhan kebidanan pada ibu dalam masa persalinan dengan
risiko tinggi dan keadaan kegawat daruratan yang memerlukan tindakan kolaborasi.
b. Menentukan diagnosis, prognosis, dan prioritas sesuai dengan faktor risiko dan
keadaan kegawatdaruratan
c. Menyusun rrencana asuhan kebidanan pada i6tl dalam masa persalinan dengan risiko
tinggi dan pertolongan pertama sesuai dengan prioritas.
d. Melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu dalam masa persalinan dengan risiko
tinggi dan memberi pertolongan pertama sesuai dengan priositas.
e. Mengevaluasi hasil asuhan kebidanan dan pertolongan pertama pada ibu hamil
dengan risiko tinggi.
f. Menyusun rencana tindak lanjut bersama klien.
g. Membuat pencatatan dan pelaporan.
4. Memberi asuhan kebidanan pada ibu dalam masa nifas dengan risiko tinggi serta
pertolongan pertama dalam keadaan kegawatdaruratan yang memerlukan tindakan
kolaborasi bersama klien dan keluarga, mencakup:
a. Mengkaji kebutuhan asuhan pada ibu dalam masa nifas dengan risiko tinggi dan
keadaan kegawatdaruratan yang memerlukan tindakan kolaborasi.
b. Menentukan diagnosis, prognosis, dan prioritas sesuai dengan faktor risiko serta
keadaan kegawatdaruratan.
c. Menyusun rencana asuhan kebidanan pada ibu dalam masa nifas dengan risiko tinggi
dan pertolongan pertarna sesuai dengan prioritas.
d. Melaksanakan asuhan kebidanan dengan risiko tinggi dan memberi pertolongan
pertama sesuai dengan rencana.
e. Mengevaluasi hasil asuhan kebidanan dan pertolongan pertama.
f. Menyusun rencana tindak lanjut bersama klien.
g. Membuat pencatatan dan pelaporan.
5. Memberi asuhan kebidanan pada bay, baru lahir dengan risiko tinggi dan pertolongan
pertama dalam keadaan kegawatdaruraran yang memerlukan tindakan kolaborasi bersama
klien dan keluarga, mencakup:
a. Mengkaji kebutuhan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir de ngan risiko tinggi dan
keadaan kegawatdaruratan yang memerlukan tindakan kolaborasi.
b. Menentukan diagnosis, prognosis, dan prioritas sesuai dengan faktor risiko serta
keadaan kegawatdaruratan.
c. Menyusun rencana asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan risiko tinggi dan
memerlukan pertolongan pertama sesuai dengan prioritas.
d. Melaksanakan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan risiko tinggi dan
pertolongan pertama sesuai dengan prioritas.
e. Mengevaluasi hasil asuhan kebidanan dan pertolongan pertama.
f. Menyusun rencana tindak lanjut bersama klien.
g. Membuat pencatatan dan pelaporan.
6. Memberi asuhan kebidanan pada balita dengan risiko cinggi serta pertolongan pertama
dalam keadaan kegawatdaruratan yang memerlukan tindakan kolaborasi betsamut klien
dan keluarga, mencakup:
a. Mengkaji kebutuhan asuhan pada balita dengan risiko tinggi dan keadaan
kegawatdaruratan yang nemerlukan tindakan kolaborasi.
b. Menentukan diagnosis, prognosis, dan prioritas sesuai dengan faktor risiko serta
keadaan kegawatdaruratan.
c. Menyusun rencana asuhan kebidanan pada balita dengan risiko tinggi dan
memerlukan pertolongan pertama sesuai dengan prioritas.
d. Melaksanakan asuhan kebidanan pada balita dengan risiko tinggi dan pertolongan
pertama sesuai dengan prioritas.
e. Mengevaluasi hasil asuhan kebidanan dan pertolongan pertama.
f. Menyusun rencana tindak lanjut bersama klien.
g. Membuat pencatatan dan pelaporaan.

Tugas ketergantungan

Tugas-tugas ketergantungan (merujuk) bidan, yaitu:

1. Menerapkan manajamen kebidanan ,pada setiap asuhan kebidanan sesuai dengan fungsi
keterlibatan klien dan keluarga, mencakup:
a. Mengkaji kebutuhan asuhan kebidanan yang memerlukan tindakan di luar lingkup
kewenangan bidan dan memerlukan rujukan.
b. Menentukan diagnosis, prognosis, dan prioritas serta sumbersumber dan fasilitas
untuk kebutuhan intervensi lebih lanjut bersama klien/keluarga.
c. Merujuk klien uncuk keperluan iintervensi lebih lanjut kepada petugas/insitusi
pelayanan kesehaatan yang berwenang dengan dokumentasi yang lengkap.
d. Membuat pencatatan dan pelaporan serta mendokumentasikan seluruh kejadian dan
intervensi.
2. Memberi asuhan kebidanan melalui konsultasi dan rujukan pada kasus kehamilan dengan
risiko tinggi serta kegawatdaruratan, mencakup:
a. Mengkaji kebutuhan asuhan kebidanan melalui konsultasi dan rujukan
b. Menentukan diagnosis, prognosis, dan prioritas.
c. Memberi pertolongan pertama pada kasus yang memerlukan rujukan.
d. Memberi asuhan kebidanan melalui konsultasi dan rujukan.
e. Mengirim klien untuk keperluan intervensi lebih lanjut pada petugas/institusi
pelayanan kesehatan yang berwenang.
f. Membuat pencatatan dan pelaporan serta mendokumentasikan seluruh kejadian dan
intervensi.
3. Memberi asuhan kebidanan melalui konsultasi serta rujukan pada masa persalinan dengan
penyulit tertentu dengan melibatkan klien dan keluarga, mencakup:
a. Mengkaji adanya penyulit dan kondisi kegawatdaruratan pada ibu dalam persalinan
yang memerlukan konsultasi dan rujukan.
b. Menentukan diagnosis, prognosis, dan prioritas.
c. Memberi pertolongan pertama pada kasus yang memerlukan rujukan.
d. Merujuk klien untuk keperluan intervensi lebih lanjut pada petugas/institusi
pelayanan kesehatan yang berwenang.
e. Membuat pencatatan dan pelaporan serta mendokumentasikae seluruh kejadian dan
intervensi.
4. Memberi asuhan kebidanan melalui konsultasi dan rujukan pada ibu dalam masa nifas
yang disertai penyulit tertentu dan kegawatdaruratan dengan melibatkan klien dan
keluarga, mencakup:
a. Mengkaji adanya penyulit dan kondisi kegawatdaruratan pada ibu dalam masa nifas
yang memerlukan konsultasi serta rujukan.
b. Menentukan diagnosis, prognosis, dan prioritas.
c. Memberi pertolongan pertama pada kasus yang memerlukan rujukan.
d. Mengirim klien untuk keperluan intervensi lebih lanjut pada petugas/institusi
pelayanan kesehatan yang berwenang
e. Membuat pencatatan dan pelaporan serta mendokumentasikan seluruh kejadian dan
intervensi.
5. Memberi asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan kelainan tertentu dan
kegawatdaruratan yang memerlukan konsultasi serta rujukan dengan melibatkan keluarga,
mencakup:
a. Mengkaji adanya penyulit dan kondisi kegawatdaruratan pada bayi baru lahir yang
memerlukan konsultasi serta rujukan.
b. Menentatkan diagnosis, prognosis, dan prioritas.
c. Memberi pertolongan pertama pada kasus yang memerlukan rujukan
d. Merujuk klien untuk keperluan intervensi lebih lanjut pada petugas/institusi
pelayanan kesehatan yang berwenang.
e. Membuat pencatatan dan pelaporan serta dokumentasi.
6. Memberi asuhan kebidanan kepada anak balita dengan kelainan tertentu dan
kegawatdaruratan yang memerlukan konsultasi serta rujukan dengan melibatkan
klien/keluarga, mencakup:
a. Mengkaji adanya penyulit dan kegawatdaruratan pada balita yang memerlukan
konsultasi serta rujukan.
b. Menenrukan diagnosis, prognosis, dan prioritas.
c. Memberi pertolongan pertama pada kasus yang memerlukan rujukan
d. Merujuk klien untuk keperluan intervensi lebih lanjut pada petugas/institusi
pelayanan kesehatan yang berwenang.
e. Membuat pencatatan dan pelaporan serta dokumentasi.

Peran sebagai pengelola


Sebagai pengelola bidan memiliki 2 tugas, yaitu tugas pengembangan pelayanan dasar
kesehatan dan tugas partisipasi dalam tim.

Mengembangkan pelayanan dasar kesehatan

Bidan bertugas; mengembangkan pelayanan dasar kesehatan, terutama pelayanan kebijakan


untuk individu, keluarga kelompok khusus, dan masyarakat di wilayah kerja dengan melibatkan
masyarakat/klien, mencakup:

1. Mengkaji kebutuhan terutama yang berhubungan dengan kesehatan ibu dan anak untuk
meningkatkan serta mengembangkan program pelayanan kesehatan di wilayah kerjanya
bersama tim kesehatan dan pemuka masyarakat.
2. Menyusun rencana kerja sesuai dengan hasil pengkajian bersama masyarakat.
3. Mengelola kegiatan-kegiatan pelayanan kesehatan masyarakat, khususnya kesehatan ibu
dan anak serta keluarga berencana (kb) sesuai dengan rencana.
4. Mengoordinir, mengawasi, dan membimbing kader, dukun, atau petugas kesehatan lain
dalam melaksanakan program/kegiatan pelayanan kesehatan ibu dan anak-serta kb.
5. Mengembangkan strategi untuk meningkatkan kesehatan masyarakat khususnya kesehatan
ibu dan anak serta kb, termasuk pemanfaatan sumber-sumber yang ada pada program dan
sektor terkait.
6. Menggerakkan dan mengembangkran kemampuan masyarakat serta memelihara
kesehatannya dengan memanfaatkan potensi-potensi yang ada.
7. Mempertahankan, meningkatkan mutu dan keamanan praktik profesional melalui
pendidikan, pelatihan, magang sena kegiatan kegiatan dalam kelompok profesi.
8. Mendokumentasikan seluruh kegiatan yang telah dilaksanakan.

Berpartisipasi dalam tim

Bidan berpartisipasi dalam tim untuk melaksanakan program kesehatan dan sektor lain di
wilayah kerjanya melalui peningkatan kemampuan dukun bayi, kader kesehatan, serta tenaga
kesehatan lain yang berada di bawah bimbingan dalam wilayah kerjanya, mencakup:

1. Bekerja sama dengan puskesmas, institusi lain sebagai anggota tim dalam memberi
asuhan kepada klien dalam bentuk konsultasi rujukan dan tindak lanjut.
2. Membina hubungan baik dengan dukun bayi dan kader kesehatan atau petugas lapangan
keluarga berencaca (PLKB) dan masyarakat.
3. Melaksanakan pelatihan serta membimbing dukun bayi, kader dan petugas kesehatan
lain.
4. Memberi asuhan kepada klien rujukan dari dukun bayi.
5. Membina kegiatan-kegiatan yang ada di masyarakat, yang berkaitan dengan kesehatan

Peran sebagai pendidik

Sebagai pendidik bidan memiliki 2 tugas yaitu sebagai pendidik dan penyuluh kesehatan
bagi klien serta pelatih dan pembimbing kader.

a. Memberi pendidikan dan penyuluhan kesehatan pada klien

Bidan memberi pendidikan dan penyuluhan kesehatan kepada klien (individu, keluarga,
kelompok, serta maryarakat) tentang penanggulangan masalah kesehatan, khususnya yang
berhubungan dengan kesehatan ibu, anak, dan keluarga berencana, mencakup:

1. Mengkaji kebutuhan pendidikan dan penyuluhan kesehatan, khususnya dalam bidang


kesehatan ibu, anak, dan keluarga berencana bersama klien.
2. Menyusun rencana penyuluhan kesehatan sesuai dengan kebutuhan yang telah dikaji, baik
untuk jangka pendek maupun jangka panjang bersama klien.
3. Menyiapkan alat serta materi pendidikan dan penyuluhan sesuai dengan rencana yang telah
disusun.
4. Melaksanakan program/rencana pendidikan dan penyuluhan kesehatan sesuai dengan
rencana jangka pendek serta jangka panjang dengan melibatkan unsur-unsur terkait,
termasuk klien.
5. Mengevaluasi hasil pendidikan/penyuluhan kesehatan bersama klien dan menggunakannya
untuk memperbaiki serta meningkatkan program di masa yang akan datang.
6. Mendokumentasikan semua kegiatan dan hasil pendidikan/ penyuluhan kesehatan secara
lengkap serta sistematis.

b. Melatih dan membimbing kader

Bidan melatih dan membimbing kader, peserta didik kebidanan dan keperawatan, serta membina
dukun dl wilayah atau tempat kerjanya, mencakup:

1. Mengkaji kebutuhan pelatihan dan bimbingan bagi kader, dukun bayi, serta peserta didik
2. Menyusun rencana pelatihan dan bimbingan sesuai dengan hasil pengkajian.
3. Menyiapkan alat bantu mengajar (audio visual aids, ava) dan bahan untuk keperluan
pelatihan dan bimbingan sesuai dengan rencana yang telah disusun.
4. Melaksanakan pelatihan untuk dukun bayi dan kader sesuai dengan rencana yang telah
disusun dengan melibatkan unsur-unsur terkait.
5. Membimbing peserta didik kebidanan dan keperawatan dalam lingkup kerjanya.
6. Menilai hasil pelatihan dan bimbingan yang telah diberikan.
7. Menggunakan hasil evaluasi untuk meningkatkan program bimbingan.
8. Mendokumentasikan semua kegiatan termasuk hasil evaluasi pelatihan serta bimbingan
secara sistematis dan lengkap.

c. Peran sebagai peneliti/investigator

Bidan melakukan investigasi atau penelitian terapan dalam bidang kesehatan baik secara mandiri
maupun berkelompok, mencakup:

a. Mengidentifikasi kebutuhan investigasi yang akan dilakukan.


b. Menyusun rencana kerja pelatihan.
c. Melaksanakan investigasi sesuai dengan rencana.
d. Mengolah dan menginterpretasikan data hasil investigasi.
e. Menyusun laporan hasil investigasi dan tindak lanjut.
f. Memanfaatkan hasil investigasi untuk meningkatkan dan mengembangkan program kerja
atau pelayanan kesehatan.

2. Fungsi bidan

Berdasarkan peran bidan seperti yang dikemukakan di atas, maka fungsi bidan adalah sebagai
berikut.

a. Fungsi pelaksana

Fungsi bidan sebagai pelaksana mencakup:

1. Melakukan bimbingan dan penyuluhan kepada individu, keluarga, serta masyarakat


(khususnya kaum remaja) pada masa pra perkawinan
2. Melakukan asuhan kebidanan untuk proses kehamilan normal, kehamilan dengan kasus
patologis tertentu, dan kehamilan dengan risiko tinggi.
3. Menolong persalinan normal dan kasus persalinan patologis tertentu.
4. Merawat bayi segera setelah lahir normal dan bayi dengan risiko tinggi.
5. Melakukan asuhan kebidanan pada ibu nifas.
6. Memelihara kesehatan ibu dalam masa menyusui.
7. Melakukan pelayanan kesehatan pada anak balita dan pcasekolah
8. Memberi pelayanan keluarga berencana sesuai dengan wewenangnya.
9. Memberi bimbingan dan pelayanan kesehatan untuk kasus gangguan sistem reproduksi,
termasuk wanita pada masa klimakterium internal dan menopause sesuai dengan
wewenangnya.
b. Fungsi pengelola
Fungsi bidan sebagai pengelola mencakup:
1. Mengembangkan konsep kegiatan pelayanan kebidanan bagi individu, keluarga, kelompok
masyarakat, sesuai dengan kondisi dan kebutuhan masyarakat setempat yang didukung
oleh partisipasi masyarakat.
2. Menyusun rencana pelaksanaan pelayanan kebidanan di lingkungan unit kerjanya.
3. Memimpin koordinasi kegiatan pelayanan kebidanan.
4. Melakukan kerja sama serta komunikasi inter dan antar sektor yang terkait dengan
pelayanan kebidanan
5. Memimpin evaluasi hasil kegiatan tim atau unit pelayanan kebidanan.

c. Fungsi pendidik
Fungsi bidan sebagai pendidik mencakup:
1. Memberi penyuluhan kepada individu, keluarga, dan kelompok masyarakat terkait dengan
pelayanan kebidanan dalam lingkup kesehatan serta keluarga berencana.
2. Membimbing dan melatih dukun bayi serta kader kesehata sesuai dengan bidang tanggung
jawab bidan.
3. Memberi bimbingan kepada para peserta didik bidan dalam kegiatan praktik di klinik dan
di masyarakat
4. Mendidik peserta didik bidan atau tenaga kesehatan lainnya sesuai dengan bidang
keahliannya.

d. Fungsi peneliti
Fungsi bidan sebagai peneliti mencakup:
1. Melakukan evaluasi, pengkajian, survei, dan penelitian yang dilakukan sendiri atau
berkelompok dalam lingkup pelayanan kebidanan.
2. Melakukan penelitian kesehatan keluarga dan keluarga berencana.

Fungsi bidan tambahan:

1. Memberi bimbingan asuhan dan nasehat kepada remaja putri, bumil, bulin, bufas, buteki,
kb, menopouse
2. Melakukan asuhan kebidanan untuk proses kehamilan normal, kehamilan dengan kasus
patologis tertentu, dan kehamilan dengan risiko tinggi.
3. Menolong persalinan normal dan kasus persalinan patologis tertentu.
4. Memberikan askeb pada bbl, bayi, dan balita sehat
5. Melakukan tindakan pencegahan dan deteksi dini terhadap kondisi ibu dan anak
6. Membimbing calon bidan, dukun, tenaga kader dalam lingkup kia/kb
7. Meneliti dan mengevaluasi kegiatan pelayanan kb yang dilakukan oleh perbaikan dan
peningkatan
8. Memotivasi dan mengarahkan masyarakat terutama wanita dalam rangka mewujudkan
kesehatan dan kesejahteraan keluarga

Tanggung jawab bidan

Sebagai tenaga professional, bidan memikul tanggung jawab dalam melaksanakan tugasnya.
Seorang bidan harus dapat mempertahankan tanggung jawabnya bila terjadi gugatan terhadap
tindakan yang dilakukannya.

a. Tanggung jawab terhadap peraturan perundang-undangan

Bidan adalah salah satu tenaga kesehatan. Pengaturan tenaga kesehatan ditetapkan di dalam
undang-undang dan peraturan pemerintah. Tugas dan kewenangan bidan serta ketentuan yang
berkaitan dengan kegiatan praktik bidan diatur didalam peraturan atau kepuasan menteri
kesehatan.

Kegiatan praktik bidan dikontrak oleh peraturan tersebut. Bidan harus dapat mempertanggung
jawabkan tugas dan kegiatan yang dilakukannya sesuai dengan peraturan perundang-undangan
yang berlaku.

b. Tanggung jawab terhadap pengembangan kompetensi

Setiap bidan memiliki tanggung jawab memelihara kemempuan profesionalnya. Oleh karena itu
bidan harus selalu meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya dengan mengikuti pelatihan,
pendidikan berkelanjutan, seminar, serta pertemuan ilmiah lainnya.

c. Tanggung jawab terhadap penyimpanan catatan kebidanan

Setiap bidan diharuskan mendokumentasikan kegiatan dalam bentuk catatan tertulis. Catatan
bidan mengenai pasien yang dilayaninya dapat dipertanggung jawabkan bila terjadi
gugatan.catatan yang dilakukan bidan dapat digunakan sebagai bahan laporan untuk disampaikan
kepada atasannya.

d. Tanggung jawab terhadap keluarga yang dilayani

Bidan memiliki kewajiban memberi asuhan kepada ibu dan anak yang meminta pertolongan
kepadanya. Ibu dan anak merupakan bagian dari keluarga. Oleh karena itu, kegiatan bidan sangat
erat kegiatannya dengan keluarga.tanggung jawab bidan tidak hanya pada kesehatan ibu dan
anak, tetapi juga menyangkut kesehatan keluarga.

e. Tanggung jawab terhadap profesi


Bidan harus menerima tanggung jawab keprofesian yang dimiliki. Oleh karena itu dia
harus mematuhi dan berperan aktif dalam melaksanakan asuhan kebidanan sesuai dengan
kewenangan dan standar keprofesian. Bidan harus ikut dan badan resmi kebidanan. Untuk
mengembangkan kemampuan keprofesiannya, bidan harus mencari informasi tentang
perkembangan kebidanan melalui media kebidanan, seminar, dan pertemuan ilmiah lainnya.
Semua bidan harus menjadi anggota organisasi bidan. Bidan memiliki hak mengajukan suara dan
pendapat tentang profesinya.n anak). Baik secara mandiri maupun bersama tenaga kesehatan
lain, bidan berkewajiban memanfaatkan sumber daya yang ada untuk meningkatkan kesehatan
masyarakat. Bidan harus memelihara kepercayaan masyarakat. Imbalan yang diterima dari
masyarakat sesuai dengan kepercayaan yang diberikan oleh masyarakat kepada bidan. Tanggung
jawab terhadap masyarakat merupakan cakupan dan bagian tanggung jawab kepada tuhan.

f. Tanggung jawab terhadap masyarakat

Bidan adalah anggota masyarakat yang bertanggung jawab. Oleh karena itu bidan turut
bertanggung jawab dalam memecahkan masalah kesehatan masyarakat (misaknya lingkungan
yang tidak sehat, penyakit menular, masalah gizi, terutama yang menyangkut kesehatan ibu d

Tugas bidan

Dalam menyelenggarakan praktik kebidanan, bidan

Bertugas memberikan pelayanan yang meliputi:

a. Pelayanan kesehatan ibu


b. Pelayanan kesehatan anak
c. Pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana
d. Pelaksanaan tugas berdasarkan pelimpahan wewenang
e. Pelaksanaan tugas dalam keadaan keterbatasan tertentu.

Wewenang bidan

Dalam menyelenggarakan praktek kebidanan, bidan memiliki kewenangan untuk memberikan

a. Pelayanan kesehatan ibu.


Pelayanan yang di berikan pada masa sebelum hamil masa hamil masa pesalinan masa nifas
masa menyusui dan masa antara dua kehamilan

Konseling pada masa sebelum hamil


Antenatal kehamilan
Peralinan normal
Ibu nifas normal
Ibu menyusui
Konseling pada masa antara dua kehamilan

Wewenang bidan dalam memberikan pelayanan

Episiotomi
Pertolongan persalinan normal
Penjahitan luka jalan lahir tingkat 1dan 2
Penanganan kegawat daruratan di lakukan perujukan
Memberikan tablet tambah darah pada ibu hamil
Pemberian vitamin a dosis tinggi pada ibu nifas
Fasilitasi / bimbingan imd dan promosi asi eksklusif
Pemberian uterotonika pada managemen aktif kala tiga dan post partum
Penyuluhan dan konseling
Bimbingan pada kelompok ibu hamil
Pemberian surat keterangan kehamilan dan kelahiran

b. Pelayanan kesehatan anak

Memberikan pelayanan kesehatan bbl, bayi, anak balita dan anak sekolah dan bidan berwenang
melakukan

Melakukan pelayanan esensial ( imd, pemberian vit k, pemberian hbo, pemerikaan fisik
baaru lahir, pemantauan tanda bahaya,pemberian tanda identitas diri, merujuk kasus yang
tdk dapat di tanganidalam kondisi stabil dan tepat waktu ke fasilitas yan kes yang lebih
mampu
Penanganan kegawat daruratan di lanjutkan dengan rujukan
 Bayi asfiksia di lakukan pembersihan jalan nafas ventilasi tekanan positif dan atau
kompresi jantung
 Penanganan awal hipotermia pada bbl dengan bblr dengan metode kangguru
 Penanganan awal infeksi tali pusat dengan mengoleskan alcohol atau iodin serta
menjagatali pusat tetap kering memebrikan salep mata
Pemantauan tumbang bayi, anak balita dan anak prasekolah
 Penimbangan bb
 Ukur lingkar kepala
 Ukur tinggi badan
 Stimulasi deteksi dini
 Intervensi dini penyimpangan tumbuh kembang balita dengan menggunakan
kuesioner pra skrining perkembangan (KPSP)
Konseling dan penyuluhan
 Pemberian komunikasi informasi edukasi KIE kepada ibu dan keluarga tentang
perawatan bayi baru lahir, asi ekslusif, tanda bahaya pada bayi baru lahir, pelayaan
kesehatan, imunisasi, gizi seimbang, phbs, dan tumbuh kembang.
Pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana
Bidan berwenang memberikan
 Penyuluhan dan konseling kesehatan reproduksi perempuan dan kb
 Pelayanan kontrasepsi oral, kondom dan suntikan

Pelimpahan wewenang

Bidan memiliki kewenangan memberikan pelayanan berdasarkan: Penugasan dari pemerintah


sesuai kebutuhan

Kewenangan berdasarkan program pemerintah meliputi:

a. Pemberian pelayanan alat kontrasepsi dalam rahim dan alat kontrasepsi bawah kulit
b. Asuhan antenatal terintegrasi dengan intervensi khusus penyakit tertentu
c. Penanganan bayi dan anak balita sakit sesuai dengan pedoman yang ditetapkan
d. Pemberian imunisasi rutin dan tambahan sesuai program pemerintah
e. Melakukan pembinaan peran serta masyarakat di bidang kesehatan ibu dan anak, anak usia
sekolah dan remaja, dan penyehatan lingkungan
f. Pemantauan tumbuh kembang bayi, anak balita, anak pra sekolah dan anak sekolah;
g. Melaksanakan deteksi dini, merujuk, dan memberikan penyuluhan terhadap infeksi
menular seksual (IMS) termasuk pemberian kondom, dan penyakit lainnya
h. Pencegahan penyalah gunaan narkotika, psikotropika dan zat adiktif lainnya (napza)
melalui informasi dan edukasi
i. Melaksanakan pelayanan kebidanan komunitas

Pelimpahan wewenang melakukan tindakan pelayanan kesehatan secara mandat dari


dokter.

Pelimpahan tindakan pelayanan kesehatan dilakukan dengan ketentuan:


a. Tindakan yang dilimpahkan termasuk dalam kompetensi yang telah dimiliki oleh bidan
penerima pelimpahan
b. Pelaksanaan tindakan yang dilimpahkan tetap di bawah pengawasan dokter pemberi
pelimpahan
c. Tindakan yang dilimpahkan tidak termasuk mengambil keputusan klinis sebagai dasar
pelaksanaan tindakan
d. Tindakan yang dilimpahkan tidak bersifat terus menerus.

Pengambilan keputusan dalam pelayanan kebidanan

Pengambilan keputusan merupakan kemampuan mendasar bagi praktisi kesehatan,


khususnya dalam asuhan keperawatan dan kebidanan. Tidak hanya berpengaruh pada proses
pengelolaan asuhan keperawatan dan kebidanan, tetapi penting untuk meningkatkan kemampuan
merencanakan perubahan. Perawat dan bidan pada semua tingkatan posisi klinis harus memiliki
kemampuan menyelesaikan masalah dan mengambil keputusan yang efektif, baik sebagai
pelaksana/staf maupun sebagai pemimpin. Pengambilan keputusan bukan merupakan bentuk
sinonim.

Pemecahan masalah dan proses pengambilan keputusan membutuhkan pemikiran kritis


dan analisis yang dapat ditingkatkan dalam praktek. Pengambilan keputusan merupakan upaya
pencapaian tujuan dengan menggunakan proses yang sistematis dalam memilih alternatif.
Pemecahan masalah termasuk dalam langkah proses pengambilan keputusan, yang difokuskan
untuk mencoba memecahkan masalah secepatnya. Masalah dapat digambarkan sebagai
kesenjangan diantara “apa yang ada dan apa yang seharusnya ada”. Pemecahan masalah dan
pengambilan keputusan yang efektif diprediksi bahwa individu harus memiliki kemampuan
berfikir kritis dan mengembangkan dirinya dengan adanya bimbingan dan role model di
lingkungan kerjanya.

Pengertian pengambilan keputusan

Proses pengambilan keputusan merupakan bagian dasar dan integral dalam praktik suatu profesi
dan keberadaanya sangat penting karena akan menentukan tindakan selanjutnya.
Menurut George r.Terry, pengambilan keputusan adalah memilih alternatif yang ada.

Ada 5 (lima) hal pokok dalam pengambilan keputusan:

1. Intuisi : berdasarkan perasaan, lebih subyektif dan mudah terpengaruh

2. Pengalaman : pengetahuan praktis, seringnya terpapar suatu kasus meningkatkan


kemampuan dalam mengambil keputusan

3. Fakta : keputusan yang rill, valid dan baik

4. Wewenang : lebih bersifat rutinitas

5. Rasional : keputusan bersifat obyetif, transparan dan konsisten

Penjelasannya:

1. Intuisi berdasarkan perasaan, lebih subyektif dan mudah terpengaruh


Keputusan yang diambil berdasarkan intuisi atau perasaan lebih bersifat subjektif yaitu
mudah terkena sugesti, pengaruh luar, dan faktor kejiwaan lain.
2. Pengalaman mewarnai pengetahuan praktis, seringnya terpapar suatu kasus meningkatkan
kemampuan mengambil keputusan terhadap nsuatu kasus. Dalam hal tersebut, pengalaman
memang dapat dijadikan pedoman dalam menyelesaikan masalah
3. Fakta, keputusan lebih riel, valit dan baik.
Keputusan yang berdasarkan sejumlah fakta, data atau informasi yang cukup itu memang
merupakan keputusan yang baik dan solid, namun untuk mendapatkan informasi yang
cukup itu sangat sulit.
4. Wewenang lebih bersifat rutinitas
Keputusan yang berdasarkan pada wewenang semata maka akan menimbulkan sifat rutin
dan mengasosiasikan dengan praktik dictatorial. Keputusan berdasarkan wewenang
kadangkala oleh pembuat keputusan sering melewati permasahan yang seharusnya
dipecahkan justru menjadi kabur atau kurang jelas
5. Rasional, keputusan bersifat obyektif, transparan, konsisten.
Keputusan yang bersifat rasional berkaitan dengan daya guna. Masalah – masalah yang
dihadapi merupakan masalah yang memerlukan pemecahan rasional. Keputusan yang
dibuat berdasarkan pertimbangan rasional lebih bersifat objektif

Pendekatan tradisional dalam pengambilan keputusan :


a. Mengenal dan mengidentifikasi masalah.
b. Menegaskan masalah dengan menunjukan hubungan antara masa lalu dan sekarang.
c. Memperjelas hasil prioritas yang ingin dicapai.
d. Mempertimbangkan pilihan yang ada.
e. Mengevaluasi pilihan tersebut.

Fungsi dan tujuan pengambilan keputusan

 Fungsi pengambilan keputusan individual atau kelompok baik secara institusional ataupun
organisasional, sifatnya futuristik.
 Tujuan pengambilan keputusan tujuan yang bersifat tunggal (hanya satu masalah dan tidak
berkaitan dengan masalah lain) tujuan yang bersifat ganda (masalah saling berkaitan, dapat
bersifat kontradiktif ataupun tidak kontradiktif).

Cara memperbaiki pengertian kita tentang situasi :

1. Melakukan penyelidikan yang mamadai.

2. Menggunakan sarana ilmiah dan keterangan para ahli.

3. Memperluas pandangan tentang situasi.

4. Kepekaan terhadap pekerjaan.

5. Kepekaan terhadap kebutuhan orang lain

Bentuk pengambilan kebijakan dalam kebidanan:

1. Strategi pengambilan keputusan yang dipengaruhi oleh kebijakan organisasi/pimpinan,


fungsi pelayanan dan lain-lain

2. Cara kerja pengambilan keputusan dengan proses pengambilan keputusan yang


dipengaruhi pelayanan kebidanan klinik dan komunitas, strategi pengambilan keputusan
dan alternatif yang tersedia

3. Pengambilan keputusan individu dan profesi yang dipengaruhi standar praktik kebidanan,
peningkatan kualitas kebidanan.
Kerangka pengambilan keputusan dalam asuhan kebidanan memperhatikan hal-hal
sebagai berikut :

1. Bidan harus mempunyai responbility dan accountability.

2. Bidan harus menghargai wanita sebagai individu dan melayani dengan rasa hormat.

3. Pusat perhatian pelayanan bidan adalah safety and wellbeing mother.

4. Bidan berusaha menyokong pemahaman ibu tentang kesejahteraan dan menyatakan


pilihannya pada pengalaman situasi yang aman.

5. Sumber proses pengambilan keputusan dalam kebidanan adalah : knowledge,


ajaran intrinsic, kemampuan berfikir kritis, kemampuan membuat keputusan klinis yang
logis.

Teori-teori pengambilan keputusan

1. Teori utilitarisme:
Ketika keputusan diambil, memaksimalkan kesenangan, meminimalkan ketidaksenangan.
Dipercayai bahwa semua manusia memiliki satu kesamaan, mencari kesenangan dan
menghindari ketidaksenangan. Seseorang yang melakukan suatu aktifitas akan, pada
akhirnya, membawa ,mereka pada kesenangan dan menghindari segala sesuatu yang akan
menimbulkan ketidak senangan.
teori ini dibagi menjadi menjadi 2 bentuk yaitu :
Utilitarisme perbuatan (act-utilitarianism).
Pada bentuk ini setiap perbuatan dinilai berdasarkan konsekuensinya. Maka suatu
perbuatan dapat dinilai baik atau buruk sejauh dapat meningkatkan atau mengurangi
kebahagiaan sebanyak mungkin orang. Bentham, sampai pada the principles of utility
yang berbunyi “the greatest happines of the great number”.
Contoh kasus: pelaksanaan imunisasi pin setiap bulan oktober – november untuk
mengeliminasi penyakit polio di indonesia.
Utilitarianisme aturan (rule-utilitarianism)
Seorang filsuf inggris-amerika (stephen t) menegaskan bahwa prinsip kegunaan tidak
harus diterapkan atas salah satu perbuatan, melainkan atas aturan-aturan yang
mengatur perbuatan kita.
Contoh kasus : kasus aborsi terapeutik yang diberlakukan kepada pasien dengan
kondisi tertentu, karena di suatu agama dan hokum tidak dibenarkan tapi ketika
kondisi ibu tersebut benar-benar akan mengancam jiwa ibu maka abortus
terapeutikus akan sangat dibutuhkan.
2. Teori hedonisme:
Menurut aristippos, sesuai kodratnya, setiap manusia mencari kesenangan dan
menghindari ketidaksenangan. Hedone dalam bahasa yunani berarti kesenangan. Dalam
filsafat yunani hedonisme sudah ditemukan pada aristippos dari kyrene (sekitar 433 – 355
sm), seorang murid socrates.
Socrates telah bertanya tentang tujuan akhir bagi kehidupan manusia atau apa yang
sungguh-sungguh baik bagi manusia,tapi ia sendiri tidak memberikan jawaban yang jelas
atas pertanyaan itu dan hanya mengkritik jawaban-jawaban yang dikemukakan oleh orang
lain. Aristippos menjawab yang sungguh baik bagi manusia adalah kesenangan. Filsuf lain
yang melanjutkan hedonisme adalah epikuros ( 341 – 270 sm ) yang memimpin sebuah
sekolah filsafat di athena. Epikuros pun melihat kesenangan (hedone) sebagai tujuan hidup
manusia. Seorang filsuf inggris, john locke (1632 – 1794) mengemukakan “kita sebut baik
apa yang menyebabkan atau meningkatkan kesenangan, sebaliknya kita namakan jahat apa
yang dapat mengakibatkan atau meningkatkan ketidak senangan apa saja atau mengurangi
kesenangan apa saja dalam diri kita”.
3. Teori deontology :
Menurut immanuel kant: sesuatu dikatakan baik bila bertindak baik.
Contoh bila berjanji ditepati, bila pinjam hrus dikembalikan.
Deontologi berasal dari kata “deon” yang berarti kewajiban. Teori deontologi disusun oleh
immanuel kant (seorang methaphysician) pada abad 18. Kant memformulasikan teori ini
sebagai istilah lain dari hal-hal benar yang harus dilakukan tanpa mempertimbangkan
konsekwensinya. Teori kants merefleksikan bahwa bertindak secara moral memiliki kaitan
dengan penghormatan terhadap tugas. Dalam teori ini. Aturan-aturan moral diaplikasikan
pada setiap orang.
Contohnya: seseorang tidak boleh berbohong pada kondisi apapun (henry,1996).
Kant percaya bahwa rasionalisasi yang mengikat hal ini adalah yang dia sebut
sebagai hukum moral tertinggi (gillon,1992). Sebuah tindakan dapat dikatakan
bermoral hanya bila diterima oleh setiap orang sebagai hukum yang universal
Kant percaya bahwa manusia adalah makhluk hidup yang dapat menjadi
seseorang yang berotonomi dan memiliki moral rasional dan harus dihormati
(edwards 1996). Contoh kasus : ketika seorang harus ke suatu tempat, lalu
datang seorang bapak yang minta pertolongan bidan agar dapat membantu
kelahiran bayinya, maka bidan harus melakukan kewajiban yang dilakukan
sebagai seorang bidan.
4. Teori eudemonisme:
Menurut filsuf yunani aristoteles, bahwa dalam setiap kegiatannya manusia mengejar suatu
tujuan, ingin mencapai sesuatu yang baik bagi kita. Pandangan ini berasal dari filsuf yunani
besar, aristoteles (384 – 322 sm). Dalam bukunya, etika nikomakheia, ia mulai dengan
menegaskan bahwa dalam setiap kegiatannya manusia mengejar suatu tujuan. Bisa
dikatakan juga, dalam setiap teori eudomonisme pandangan ini berasal dari filsuf yunani
besar, aristoteles (384 – 322 sm). Dalam bukunya, etika nikomakheia, ia mulai dengan
menegaskan bahwa dalam setiap kegiatannya manusia mengejar suatu tujuan. Bisa
dikatakan juga, dalam setiap perbuatan kita ingin mencapai sesuatu yang baik bagi kita.
Sering sekali kita mencari tujuan untuk mencapai suatu tujuan lain lagi. Timbul
pertanyaan, apakah ada juga tujuan yang dikejar karena dirinya sendiri dan bukan karena
sesuatu yang lain lagi, apakah ada kebaikan terakhir yang tidak dicari demi sesuatu yang
lain lagi. Menurut aristoteles semua orang akan menyetujui bahwa tujuan tertinggi ini,
dalam terminology modern kita bisa mengatakan: makna terakhir hidup manusia, adalah
kebahagiaan (eudaimonia).
Contoh kasus : ketika seorang bidan di desa menghadapi kasus kegawatdaruratan dalam
situasi bingung, takut dan cemas tapi tetap harus mampu melaksanakan penatalaksanaan
untuk mencegah kondisi menjadi lebih buruk.

Bentuk pengambilan keputusan :

a. Strategi: dipengaruhi oleh kebijakan organisasi atau pimpinan, rencana dan masa depan,
rencana bisnis dan lain-lain.
b. Cara kerja : yang dipengaruhi pelayanan kebidanan di dunia, klinik, dan komunitas.
c. Individu dan profesi: dilakukan oleh bidan yang dipengaruhi oleh standart praktik
kebidanan.

Pendekatan tradisional dalam pengambilan keputusan :

a. Mengenal dan mengidentifikasi masalah


b. Menegaskan masalah dengan menunjukan hubungan antara masa lalu dan sekarang.
c. Memperjelas hasil prioritas yang ingin dicapai.
d. Mempertimbangkan pilihan yang ada.
e. Mengevaluasi pilihan tersebut.
f. Memilih solusi dan menetapkan atau melaksanakannya.

Faktor-faktor yang mendasari pengambilan keputusan antara lain:

1. Fisik : rasa yang dirasakan oleh tubuh

2. Emosional : perasaan dan sikap

3. Rasional : pengetahuan
4. Praktik : keterampilan dan kemampuan individu

5. Inter personal : jaringan sosial dan hubungan antar individu

6. Struktural : lingkup sosial, ekonomi dan politik

7. Posisi atau kedudukan

8. Masalah yang dihadapi

9. Situasi dan kondisi

10. Tujuan

Proses pengambilan keputusan

a. Identifikasi masalah. Dalam hal ini pemimpin diharapkan mampu mengindentifikasikan


masalah yang ada di dalam suatu organisasi.
b. Pengumpulan dan penganalisis data. Pemimpin diharapkan dapat mengumpulkan dan
menganalisis data yang dapat membantu memecahkan masalah yang ada
c. Pembuatan alternatif-alternatif kebijakan. Setelah masalah dirinci dengan tepat dan
tersusun baik, maka perlu dipikirkan cara-cara pemecahannya.
d. Pemilihan salah satu alternatif terbaik. Pemilihan satu alternatif yang dianggap paling tepat
untuk memecahkan masalah tertentu dilakukan atas dasar pertimbangan yang matang atau
rekomendasi. Dalam pemilihan satu alternatif dibutuhkan waktu yang lama karena hal ini
menentukan alternative yang dipakai akan berhasil atau sebaliknya.
e. Pelaksanaan keputusan. Dalam pelaksanaan keputusan berarti seorang pemimpin harus
mampu menerima dampak yang positif atau negatif. Ketika menerima dampak yang
negatif, pemimpin harus juga mempunyai alternatif yang lain.
f. Pemantauan dan pengevaluasian hasil pelaksanaan. Setelah keputusan dijalankan
seharusnya pimpinan dapat mengukur dampak dari keputusan yang telah dibuat.

Dasar pengambilan keputusan :

a. Ketidak sanggupan (bersifat segera)


b. Keterpaksaaan karena suatu krisis, yang menuntut sesuatu unutuk segera dilakukan.

Pengambilan keputusan yang etis


a. Mempunyai pertimbangan yang benar atau salah
b. Sering menyangkut pilihan yang sukar
c. Tidak mungkin dielakkan
d. Dipengaruhi oleh norma, situasi, iman,lingkungan sosial

Tipe-tipe/jenis-jenis pengambilan keputusan


1. Pengambilan keputusan untuk tidak berbuat apa-apa karena ketidak sanggupan atau merasa
tidak sanggup.

Contoh kasus:

Di sebuah desa terdapat seorang bidan yang bernama bidan c, bidan tersebut baru lulusan
sekolah kebidanan tahun yang lalu, tetapi bidan c sudah membuka klinik praktik mandiri. Pada
suatu ketika, ada ibu hamil yang mendatangi bidan c tersebut dalam keadaan pendarahan hebat.
Karena pengalaman yang belum cukup banyak, bidan c bingung dan ragu-ragu harus melakukan
apa karena bidan C baru pertama kali melayani pasien pendarahan di klinik praktik mandiri
miliknya sehingga bidan C bingung untuk menentukan pilihan apakah harus merujuknya ke
rumah sakit atau menolong persalinan ibu hamil tersebut di klinik miliknya. Karena terlalu lama
ia memikirkan tindakan, maka ibu hamil tersebut sudah kehabisan darah dan sudah tidak bisa
untuk ditolong lagi.

2. Pengambilan keputusan intuitif, sifatnya segera langsung diputuskan karena keputusan

tersebut dirasa paling tepat.

Contoh kasus:

Di sebuah desa terpencil seorang ibu mengalami pendarahan postpartum setelah melahirkan
bayinya yang pertama di rumah. Ibu tersebut menolak untuk diberikan suntikkan uterotonika.
Bila ditinjau dari hak pasien atas keputusan yang menyangkut dirinya maka bidan bisa saja tidak
memberikan suntikkan karena kemauan pasien. Tetapi bidan akan berhadapan dengan masalah
yang lebih rumit bila terjadi pendarahan hebat dan harus diupayakan pertolongan untuk merujuk
pasien, dan yang lebih fatal lagi bila akhirnya pasien meninggal karena pendarahan. Dalam hal
ini bisa dikatakan tidak melaksanakan tugasnya dengan baik. Walaupun bidan memaksa
pasiennya untuk disuntik, mungkin itulah keputusan yang terbaik yang harus ia lakukan.

3. Pengambilan keputusan yang terpaksa karena harus segera dilaksanakan.

Contoh kasus:
Ny. Michel usia 25 tahun, hamil pertama yang akan melahirkan di bidan x. Ny. Michel
tinggal di amerika bersama seorang suami. Ny. Michel pendarahan hebat dan letak janinnya
sungsang. Namun, saat ny. Michel akan dirujuk ke rumah sakit, ternyata terjadi badai salju di
luar sehingga bidan x tidak dapat melakukan apa-apa. Ny. Michel pun meninggal dan bayi yang
masih di dalam kandungannya tersebut saat diperiksa masih berdetak denyut jantungnya. Lalu
bidan x membicarakan hal ini pada suami ny. Michel, dan suaminya pun memaksa bidan x untuk
melakukan sesuatu, yaitu seksio caesaria karena ia tidak ingin anaknya meninggal juga. Awalnya
bidan x tidak ingin melakukan pelanggaran ini, namun jika bidan x tidak cepat mengambil
keputusan, maka bayi yang ada di dalam kandungan ny. Michel akan ikut meninggal. Sehingga
dengan terpaksa bidan x melakukan seksio caesaria di rumahnya dengan menggunakan pisau
dapur dalam keadaan ny. Michel telah meninggal. Jadi, bayi tersebut dapat diselamatkan dan ny.
Michel telah meninggal dunia dari sebelum bidan x melakukan seksio caesaria pada ny. Michel.

4. Pengambilan keputusan yang reaktif. Sering kali dilaksanakan dalam situasi marah-marah
atau tergesa-gesa.

Contoh kasus:

Seorang remaja putri dengan usia kandungan baru 8 minggu, ia hamil di luar nikah dan
pasangannya pun tidak ingin mempertanggung jawabkan apa yang telah mereka perbuat. Remaja
putri tersebut datang ke bidan b berniat untuk menggugurkan kandungannya tersebut. Dengan
keadaan emosional yang meningkat, remaja putri tersebut tidak dapat berpikir panjang sehingga
menyuruh bidan untuk melakukan aborsi pada kandungannya. Awalnya bidan B tidak ingin
melakukannya, namun remaja putri tersebut memaksa dan mengiming”kan bayaran dengan
harga tinggi sehingga bidan B berubah pikiran dan bersedia melakukan aborsi. Namun tindakan
yang dipilih bidan B dan remaja putri tersebut berakibat fatal dan terjadi pendarahan hebat pada
remaja putri tersebut sehingga remaja putri tersebut meninggal dunia.

5. Pengambilan keputusan yang ditangguhkan, dialihkan pada orang lain yang bertanggung
jawab.
Contoh kasus:
Ny. Dini usia 35 tahun, akan melakukan persalinan multipara dibidan x. Namun plasenta
pada kandungan ny. Dini menutupi jalan lahir normal sehingga kandungan ny. Dini harus
dilahirkan secara seksio caesaria. Tetapi bidan x tidak dapat melakukan tindakan tersebut karena
tindakan seperti itu sudah melanggar batasan kerja bidan. Jadi, bidan x langsung melakukan
tindakan untuk merujuk ny. Dini ke rumah sakit dan memindahkan tanggung jawab bidan x
kepada tenaga kesehatan di rumah sakit tersebut.
6. Pengambilan keputusan secara berhati-hati, berpikir baik-baik, mempertimbangkan
berbagai pilihan.

Contoh kasus:

Seorang ibu yang sedang hamil tetapi mempunyai penyakit darah tinggi yang menahun
atau mempunyai penyakit jantung yang parah yang dapat membahayakan baik bagi calon ibu
maupun bagi janin yang sedang dikandungnya. Bidan a mempertimbangkan berbagai pilihan
untuk mengaborsi, tetap melakukan persalinan normal atau melakukan seksio caesaria. Namun,
bidan a memilih aborsi terapeutik atau pengguguran kandungan buatan yang dilakukan atas
indikasi medis agar ibu hamil tersebut dapat diselamatkan. Namun semua ini dilakukan atas
dasar pertimbangan medis yang akurat.

Tips pengambilan keputusan dalam keadaan kritis :

1. Identifikasi dan tegaskan apa masalahnya, baik oleh sendiri atau dengan orang lain.
2. Tetapkan hasil apa yang diinginkan.
3. Uji kesesuaian dari setiap solusi yang ada.
4. Pilih solusi yang lebih baik.
5. Laksanakan tindakan tanpa ada keterlambatan.

Anda mungkin juga menyukai