Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEBIDANAN BAYI BARU LAHIR

PADA BAYI NY. N DENGAN PEMBERIAN IMD

DI RUANG BERSALIN RSU KUMALA SIWI KUDUS

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Praktik

Stase Asuhan Kebidanan Masa BBL

Oleh:

Dwi Mayasari
NIM.2202218002

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN

FAKULTAS KEBIDANAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUDUS

TAHUN 2023

HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Pendahuluan

Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir

Pada Bayi Ny. N Dengan Pemberian IMD

Di Ruang Bersalin RSU Kumala Siwi Kudus

Oleh:

Dwi Mayasari
NIM.2202218002
Menyetujui,

Pembimbing Akademik Pembimbing CI

(………………………….) (………………………….)

Mengetahui,

Ketua Program Studi Profesi Bidan

(………………………….)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, anugrah, serta hidayah-Nya kepada kami sehingga kami dapat

menyelesaikan tugas laporan pendahuluan pada stase Bayi Baru Lahir yang berjudul “Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir Pada Bayi Ny. N Dengan

Pemberian IMD Di Ruang Bersalin RSU Kumala Siwi Kudus”.

Penyusunan laporan ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Untuk itu perkenankan kami menyampaikan ucapan terimakasih kepada

dosen pembimbing, pembimbing lahan dan semua pihak yang tidak bisa kami sebutkan satu-persatu yang telah membantu dalam penyelesaian laporan

ini.

Laporan yang telah kami buat ini masih jauh dari kata sempurna oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif.

Semoga laporan ini dapat menjadi bahan referensi dan bermanfaat bagi kita semua.

Kudus, 7 September 2023

Dwi Mayasari
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL............................................................................................................................................................................................................. i

HALAM PENGESAHAN.................................................................................................................................................................................................... ii

KATA PENGANTAR........................................................................................................................................................................................................ iii

DAFTAR ISI....................................................................................................................................................................................................................... iv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang............................................................................................................................................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah........................................................................................................................................................................................................... 2

C. Tujuan............................................................................................................................................................................................................................ 2

BAB II TINJAUAN TEORI

A. Pengertian Inisiasi Menyusui Dini (IMD)................................................................................................................................................................. 3

B. Prinsip IMD............................................................................................................................................................................................................. 3

C. Manfaat IMD........................................................................................................................................................................................................... 5

D. Persiapan pelaksanaan IMD..................................................................................................................................................................................... 6

E. Tatalaksana Melakukan IMD................................................................................................................................................................................... 6

F. Penyebab IMD yang Kurang Tepat.......................................................................................................................................................................... 7

G. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pelaksanaan IMD.............................................................................................................................................. 7

H. Faktor-faktor yang Menghambat IMD...................................................................................................................................................................... 8

I. Tahapan Perilaku Bayi dalam IMD......................................................................................................................................................................... 10

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Inisiasi Menyusu Dini (IMD) merupakan faktor yang terpenting sebagai penentu keberhasilan ASI eksklusif. Dengan inisiasi menyusu dini

produksi ASI akan terstimulasi sejak dini, juga dapat merangsang pengeluaran plasenta dan mempercepat pengeluaran ASI. Cara bayi melakukan

inisiasi menyusu dini dinamakan the breast crawl atau merangkak mencari payudara setelah bayi dikeringkan dan diletakkan pada perut ibu dengan

kontak kulit ke kulit (Lau Y, 2015).

Masalah angka kematian bayi (AKB) di Indonesia masih cukup tinggi. Hasil SDKI tahun 2017 menunjukan bahwa angka kematian bayi

sebesar 24 per 1.000 kelahiran hidup (Zedadra dkk, 2019). Faktor penyebab utama kematian bayi di Indonesia adalah kematian neonatal sebesar

46,2%, diare sebesar 15%, pneumonia 12,7%, kelainan kongenital 5,7%, meningitis 4,5%, tetanus 1,7%, dan tidak diketahui penyebabnya sebesar

3,7% (Zedadra dkk, 2019). Angka kematian bayi ini tidak berdiri sendiri, melainkan terkait dengan faktor-faktor lain, terutama gizi. Status gizi ibu

pada waktu melahirkan dan gizi bayi itu sendiri sebagai faktor tidak langsung maupun langsung sebagai penyebab kematian bayi. Oleh karena itu,

pemenuhan kebutuhan gizi bayi sangat perlu mendapat perhatian yang serius. Gizi untuk bayi yang paling sempurna dan paling murah adalah ASI

atau Air Susu Ibu (Adelina, 2017).

Pemberian ASI pada satu jam pertama kelahiran atau yang sering disebut dengan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) merupakan awal keberhasilan

dalam pemberian ASI eksklusif. Program Inisiasi Menyusu Dini dapat menyelamatkan sekurang-kurangnya 30.000 bayi Indonesia yang meninggal

pada 1 jam kelahiran (Heriani, 2017). Berdasarkan data Kementerian Kesehatan tahun 2019, angka kematian bayi dan balita di Indonesia semakin

meningkat. Setidaknya, tiap 6 menit bayi baru lahir di Indonesia meninggal. Angka kematian bayi dan balita yang tinggi itu bisa ditekan dengan

melakukan IMD dan memberikan ASI Eksklusif. Kebijakan inisiasi menyusu dini telah disosialisasikan di Indonesia sejak Agustus 2007.

Penelitian Smith dkk di Tanzania mengungkapkan bahwa penundaan inisiasi menyusu dini akan meningkatan resiko morbiditas pada awal

kehidupannya. Cara mengurangi morbiditas bayi pada awal kehidupan dengan melakukan inisiasi menyusu dini dilanjutkan dengan pemberian ASI

eksklusif selama 6 bulan dan diperpanjang hingga usia bayi 2 tahun (Smith dkk., 2017). Sementara penelitian Rosyid dan Sumarmi tahun 2017

menyebutkan bahwa dengan melakukan IMD, ibu akan semakin percaya diri untuk terus memberikan ASI secara eksklusif dan bayi akan merasa

nyaman saat terjadi kontak kulit dengan ibu.

Pelaksanaan IMD di ruang bersalin pada fasilitas pelayanan kesehatan kerap terkendala oleh beberapa faktor. Menurut Sirajuddin, Abdullah

dan Lumula, faktor-faktor yang berhubungan dengan pelaksanaaan IMD antara lain pendidikan ibu, pengetahuan ibu, sikap ibu, tindakan bidan dan

dukungan keluarga. Hal itu berarti diperlukan adanya kerja sama yang baik antara petugas kesehatan dan pasien beserta keluarganya untuk dapat

menyukseskan pelaksanaan inisiasi menyusu dini pada bayi baru lahir. Namun dalam praktiknya, terkadang masih ditemukan adanya petugas

kesehatan yang tidak membantu ibu untuk mulai menyusui bayinya segera setelah lahir, atau sebaliknya, ibu tidak ingin menyusui bayinya segera

setelah lahir dengan berbagai alasan.

Pelaksanaan IMD masih rendah di Indonesia. Pelaksanaan inisiasi menyusu dini tidak terlepas oleh faktor yang mendorongnya, diantaranya

disebabkan oleh tingkat pendidikan, dukungan keluarga, pengetahuan, sikap, pengalaman dan persepsi ibu yang kurang, serta dipengaruhi oleh
perilaku dan tindakan bidan yang tidak melakukan konseling mengenai IMD pada masa kehamilan dan tidak mendukung penatalaksanaan IMD dalam

Asuhan Persalinan Normal (APN) (Mujur, dkk. 2014).

Inisiasi menyusu dini sangat meningkatkan keberhasilan menyusu ekslusif dan lama menyusu sampai 2 tahun. Sedangkan praktiknya banyak

penghambat dalam melakukan inisiasi menyusu dini sebagai contoh yaitu anggapan cairan kuning yang keluar pertama kali itu tidak baik dan

berbahaya bagi bayi, cairan kolostrum terlalu sedikit sehingga perlu cairan lain supaya bayi tidak rewel, hal tersebut merupakan penghambat dalam

inisiasi menyusu dini (Mujur, dkk. 2014).

Dari Uraian di atas sehingga saya tertarik untuk menerapkan prinsip-prinsip Manajemen “Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir Pada Bayi Ny.

N Dengan Pemberian IMD Di Ruang Ponek RSU Kumala Siwi Kudus”.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan IMD?

2. Apa saja prinsip IMD ?

3. Apa saja manfaat IMD ?

4. Apa saja persiapan melakukan IMD?

5. Apa saja tatalaksana melakukan IMD?

6. Apa saja penyebab IMD yang kurang tepat?

7. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan IMD?

8. Apa saja faktor-faktor yang menghambat IMD ?

9. Apa saja tahapan perilaku bayi dalam IMD?

C. Tujuan Penulisan

1. Tujuan umum

Untuk melaksanakan asuhan kebidanan dengan IMD pada Bayi Baru Lahir di RSU Kumala Siwi Kudus

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui pengertian IMD?

b. Untuk mengetahui prinsip IMD ?

c. Untuk mengetahui manfaat IMD ?

d. Untuk mengetahui persiapan melakukan IMD?

e. Untuk mengetahui tatalaksana melakukan IMD?

f. Untuk mengetahui penyebab IMD yang kurang tepat?

g. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan IMD?

h. Untuk mengetahui faktor-faktor yang menghambat IMD ?

i. Untuk mengetahui tahapan perilaku bayi dalam IMD?


BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Pengertian Inisisasi Menyusui Dini (IMD)

Inisiasi Menyusui Dini( IMD) adalah permulaan kegiatan menyusu dalam satu jam pertama setelah bayi lahir. Inisiasi dini juga bisa diartikan

sebagai cara bayi menyusu satu jam pertama setelah lahir dengan usaha sendiri dengan kata lain menyusu bukan disusui. Cara bayi melakukan inisiasi

menyusui dini ini dinamakan The Breast Crawl atau merangkak mencari payudara (Maryunani, 2012).

Inisiasi Menyusui Dini adalah proses membiarkan bayi dengan nalurinya sendiri dapat menyusu segera dalam satu jam pertama setelah lahir,

bersamaan dengan kontak kulit antara bayi dengan kulit ibunya, bayi dibiarkan setidaknya selama satu jam di dada ibu, sampai bayi menyusu sendiri

(Depkes, 2008).

Inisiasi Menyusui Dini dalam istilah asing sering di sebut early inisiation breastfreeding adalah memberi kesempatan pada bayi baru lahir

untuk menyusu sendiri pada ibu dalam satu jam pertama kelahirannya. Ketika bayi sehat di letakkan di atas perut atau dada ibu segera setelah lahir

dan terjadi kontak kulit (skin to skin contac) merupakan pertunjukan yang menakjubkan, bayi akan bereaksi oleh karena rangsangan sentuhan ibu, dia akan

bergerak di atas perut ibu dan menjangkau payudara. (Roesli, 2008)

Inisiasi Menyusui Dinidisebut sebagai tahap ke empat persalinan yaitu tepat setelah persalinan sampai satu jam setelah persalinan,

meletakkan bayi baru lahir dengan posisi tengkurap setelah dikeringkan tubuhnya namun belum dibersihkan, tidak dibungkus di dada ibunya segera

setelah persalinan dan memastikan bayi mendapat kontak kulit dengan ibunya, menemukan puting susu dan mendapatkan kolostrom atau ASI yang

pertama kali keluar (Roesli, 2008)

Inisiasi Menyusui Dini adalah proses menyusu bukan menyusui yang merupakan gambaran bahwa inisiasi menyusu dini bukan program

ibu menyusui bayi tetapi bayi yang harus aktif sendiri menemukan putting susu ibu. Setelah lahir bayi belum menujukkan kesiapannya untuk menyusu

Reflek menghisap bayi timbul setelah 20-30 menit setelah lahir. Bayi menunjukan kesiapan untuk menyusu 30-40 menit setelah lahir (Roesli, 2008).

Kesimpulan dari berbagai pengertian di atas, IMD adalah suatu rangkaian kegiatan dimana bayi segera setelah lahir yang sudah terpotong tali

pusatnya secara naluri melakukan aktivitas-aktivitas yang diakhiri dengan menemukan puting susu ibu kemudian menyusu pada satu jam pertama

kelahiran.
B. Prinsip IMD

Inisiasi Menyusui Dini adalah proses membiarkan bayi dengan nalurinya sendiri dapat menyusu segera dalam satu jam pertama setelah lahir,

bersamaan dengan kontak kulit antara bayi dengan kulit ibu bayi dibiarkan setidaknya selama satu jam di dada ibu, sampai dia menyusu sendiri. (Depkes,

2014)

Prinsip dasar IMD adalah tanpa harus dibersihkan dulu, bayi diletakkan di dada ibunya dengan posisi tengkurap dimana telinga

dan tangan bayi berada dalam satu garis sehingga terjadi kontak kulit dan secara alami bayi mencari payudara ibu dan mulai menyusu.(Rosita,

2008)

Kesimpulan dari pendapat di atas, prinsip IMD adalah cukup mengeringkan tubuh bayi yang baru lahir dengan kain atau handuk tanpa

harus memandikan, tidak membungkus (bedong) kemudian meletakkannya ke dada ibu dalam keadaan tengkurap sehingga ada kontak kulit dengan

ibu, selanjutnya beri kesempatan bayi untuk menyusu sendiri pada ibu pada satu jam pertama kelahiran.

C. Manfaat IMD

Menurut Roesli (2012), menyampaikan bahwa IMD bermanfaat bagi ibu dan bayi baik secara fisiologis maupun psikologis, yaitu

sebagai berikut:

1. Ibu

Sentuhan dan hisapan payudara ibu mendorong keluarnya oksitoksin.Oksitoksin menyebabkan kontraksi pada uterus sehingga membantu

keluarnya plasenta dan mencegah perdarahan.Oksitoksin juga menstimulasi hormon-hormon lain yang menyebabkan ibu merasa aman dan

nyaman, sehingga ASI keluar dengan lancar.

2. Bayi

Bersentuhan dengan ibu memberikan kehangatan, ketenangan sehingga napas dan denyut jantung bayi menjadi teratur.Bayi memperoleh

kolostrom yang mengandung antibodi dan merupakan imunisasi pertama. Di samping itu, kolostrom juga mengandung faktor pertumbuhan yang

membantu usus bayi berfungsi secara efektif, sehingga mikroorganisme dan penyebab alergi lain lebih sulit masuk ke dalam tubuh bayi.

3. Manfaat secara Psikologis :

a. Adanya Ikatan Emosi (Emotional Bonding) :

1) Hubungan ibu-bayi lebih erat dan penuh kasih sayang.

2) Ibu merasa lebih bahagia.

3) Bayi lebih jarang menangis.

4) Ibu berperilaku lebih peka (affectionately).

5) Lebih jarang menyiksa bayi (child abused).

b. Perkembangan : anak menunjukkan uji kepintaran yang lebih baik di kemudian hari.

D. Persiapan Melakukan IMD

Roesli (2012) menjabarkan, berikut ini persiapan yang harus dilakukan sebelum pelaksanakan IMD di RS :

1. Pertemuan pimpinan Rumah Sakit, dokter kebidanan, dokter anak, dokter anastesi, bidan, tenaga kesehatan yang bertugas di kamar bersalin, ka-
mar operasi, kamar perawatan ibu melahirkan untuk mensosialisasikan Rumah Sakit Sayang Bayi.

2. Melatih tenaga kesehatan terkait yang menolong, mendukung ibu menyusui, termasuk menolong IMD yang benar.

3. Setidaknya antenatal (ibu hamil), dua kali pertemuan tenaga kesehatan bersama orang tua, membahas keuntungan ASI dan menyusui, tatalaksana

menyusui yang benar, IMD termasuk inisiasi dini pada kelahiran dengan obat –obatan atau tindakan.

4. Di Rumah Sakit Sayang Ibu, IMD termasuk langkah ke-4 dari 10 langkah keberhasilan menyusui.

E. Tatalaksana melakukan IMD

Secara umum menurut Maryunani (2012), tatalaksana IMD adalah sebagai berikut :

1. Dianjurkan suami atau keluarga mendampingi ibu saat persalinan.

2. Disarankan untuk tidak atau mengurangi penggunaan obat kimiawi saat persalinan. Dapat diganti dengan cara non kimiawi misalnya, pijat,aroma

terapi,gerakan atau hypnobirthing.

3. Biarkan ibu menentukan cara melahirkan yang diinginkan misalnya melahirkan tidak normal di dalam air atau dengan jongkok.

4. Seluruh badan dan kepala bayi dikeringkan secepatnya,kecuali kedua tangannya. Lemak putih (vernix) yang menyamankan kulit bayi sebaiknya

dibiarkan.

5. Bayi ditengkurapkan di dada atau perut ibu. Biarkan kulit bayi melekat dengan kulit ibu. Posisi kontak kulit dengan kulit ini dipertahankan mini-

mum satu jam atau setelah menyusuawal selesai. Keduanya diselimuti jika perlu gunakan topi bayi

6. Bayi dibiarkan mencari putting susu ibu, ibu dapat merangsang bayi dengan sentuhan lembut, tetapi tidak memaksakan bayi ke puting susu

7. Ayah didukung agar membantu ibu untuk mengenali tanda-tanda atau perilaku bayi sebelum menyusu. Hal ini dapat berlangsung beberapa menit

atau satu jam, dukungan ayah akan meningkatkan rasa percaya diri ibu. Jika bayi belum menemukan puting payudara ibunya dalam waktu satu

jam, biarkan kulit bayi tetap bersentuhan dengan kulit ibunya sampai berhasil menyusu pertama.

8. Dianjurkan memberikan kesempatan kontak kulit dengan kulit pada ibu yang melahirkan dengan tindakan

9. Bayi dipisahkan dari ibu untuk ditimbang,diukur dan dicap setelah satu jam

10. Rawat gabung ibu dan bayi dalam satu kamar selama 24 jam.

Menurut Depkes (2009), dalam buku pedoman pelaksanaan program rumah sakit sayang ibu dan anak, tatalaksana IMD yaitu:

1. Dianjurkan suami atau keluarga mendampingi ibu saat persalinan.

2. Disarankan untuk tidak atau mengurangi penggunaan obat kimiawi saat persalinan. Dapat diganti dengan cara non kimiawi, misalnya pijat,

aroma therapy atau gerakan.

3. Biarkan ibu menentukan cara melahirkan yang diinginkan, misalnya melahirkan normal, didalam air atau dengan jongkok.

4. Keringkan bayi secepatnya, kecuali kedua tangannya. Pertahankan lemak putih alami (vernix) yang melindungi kulit barru bayi.

5. Bayi di tengkurapkan didada atau perut ibu. Biarkan kulit bayi melekat dengan kulit ibu. Posisi kontak kulit dengan kulit ini dipertahankan mini-

mum satu jam atau setelah menyusu awal selesai. Keduanya diselimuti, jika perlu gunakan topi bayi.

6. Biarkan bayi mencari puting susu ibu. Ibu dapat merangsang bayi dengan sentuhan lembut, tetapi tidak memaksakan bayi ke puting susu.
7. Ayah didukung agar membantu ibu untuk mengenali tanda-tanda atau perilaku bayi sebelum menyusu.

8. Dianjurkan untuk memberikan kesempatan kontak kulit pada ibu yang melahirkan dengan tindakan, misalnya operasi sectio caesarea.

9. Bayi dipisahkan dari ibu untuk ditimbang, diukur dan dicap setelah satu jam atau menyusu awal selesai. Prosedur yang invasif misalnya suntikan

vitamin K dan tetesan mata bayi dapat ditunda.

10. Rawat gabung-ibu dan bayi dirawat satu kamar selama 24 jam, bayi tetap tidak dipisahkan dan bayi selalu dalam jangkauan ibu. Pemberian

minuman prelaktal (cairan yang diberikan sebelum ASI keluar) dihindarkan.

Depkes (2009) juga menjelaskan tatalaksana IMD pada persalinan SC yaitu :

1. Tenaga dan pelayanan kesehatan yang suportif.

2. Jika mungkin, diusahakan suhu ruangan 20°-25° C. Disediakan selimut untuk menutupi punggung bayi untuk mengurangi hilangnya panas dari

kepala bayi.

3. Usahakan pembiusan ibu bukan pembiusan umum tetapi epidural.

4. Tatalaksana selanjutnya sama dengan tatalaksana umum diatas.

5. Jika inisiasi dini belum terjadi dikamar bersalin, kamar operasi, atau bayi harus dipindah sebelum satu jam maka bayi tetap diletakan didada ibu

ketika dipindahkan ke kamar perawatan atau pemulihan. Menyusu dini dilanjutkan di kamar perawatan ibu atau kamar pulih.

F. Penyebab IMD yang kurang tepat

Pada umumnya praktik IMD yang kurang tepat menurut Roesli (2012), adalah sebagai berikut :

1. Begitu lahir, bayi diletakkan di perut ibu yang sudah dialasi kain kering

2. Bayi segera dikeringkan dengan kain kering, tali pusat dipotong, lalu diikat

3. Karena takut kedinginan, bayi dibedong dengan selimut bayi

4. Dalam keadaan dibedong, bayi diletakkan didada ibu (tidak terjadi kontak dengan kulit ibu). Bayi dibiarkan di dada ibu (bonding) untuk beberapa

lama (10 – 15 menit) atau sampai tenaga kesehatan selesai menjahit perineum.

5. Selanjutnya diangkat, dan disusukan pada ibu dengan cara memasukkan puting susu ibu ke mulut bayi.

6. Setelah itu, bayi dibawa ke kamar transisi atau kamar pemulihan (recovery room) untuk ditimbang, diukur, dicap, diazankan oleh ayah, diberi sun-

tikan vitamin K, dan kadang diberi tetes mata.

G. Faktor-Faktor yang mempengaruhi pelaksanaan IMD

Roesli (2012) menjelaskan, ada beberapa faktor yang mendukung pelaksanaan IMD :

1. Kesiapan fisik dan psikologis ibu

Fisik dan psikologi ibu harus sudah dipersiapkan dari awal kehamilannya, konseling dalam pemberian informasi mengenai IMD bisa diberikan

selama pemeriksaan kehamilan. Pemeliharaan puting payudara dan cara massase payudara juga perlu di ajarkan agar ibu lebih siap menghadapi

persalinan dan dapat langsung memberikan ASI pada bayinya, rasa cemas, tidak nyaman dan nyeri selama proses persalinan sangat

mempengaruhi ibu untuk menyusui bayinya untuk itu perlu adanya konseling.

2. Tenaga atau pelayan kesehatan


Untuk keberhasilan pelaksanaan IMD, konsultasi dengan dokter ahli kandungan di perlukan untuk membantu proses IMD. Memilih BPS/RS atau

fasilitas pelayanan kesehatan yang mendukung pemberian ASI.

3. Bayi akan kedinginan

Bayi berada dalam suhu yang aman jika melakukan kontak kulit dengan sang ibu. Suhu payudara ibu akan meningkat 0,5 derajat dalam dua menit

jika bayi diletakkan di dada ibu. Berdasarkan hasil penelitian Dr. Niels Bergman (2005) ditemukan bahwa suhu dada ibu yang melahirkan

menjadi 1°C lebih panas dari suhu dada ibu yang tidak melahirkan. Jika bayi yang diletakkan didada ibu ini kepanasan, suhu dada ibu akan turun

1°C. Jika bayi kedinginan, suhu dada ibu akan meningkat 2°C untuk menghangatkan bayi. Jadi dada ibu merupakan tempat yang terbaik bagi bayi

yang baru lahir dibandingkan tempat tidur yang canggih dan mahal.

4. Ibu kelelahan

Memeluk bayinya segera setelah lahir membuat ibu merasa senang dan keluarnya oksitosin saat kontak kulit ke kulit serta saat bayi menyusu dini

membantu menenangkan ibu.

5. Kurang dukungan suami dan keluarga

Penolong persalinan dapat melanjutkan tugasnya.Bayi yang masih di dada ibu dapat menemukan sendiri payudara ibu.Libatkan ayah atau keluarga

terdekat untuk menjaga bayi sambil memberi dukungan pada ibu.

6. Kamar bersalin atau kamar operasi sibuk.

Ibu dapat dipindahkan ke ruang pulih atau kamar perawatan dengan bayi masih di dada ibu, berikan kesempatan pada bayi untuk meneruskan

usahanya mencapai payudara dan menyusu dini.

7. Ibu harus di jahit.

Kegiatan merangkak mencari payudara terjadi di area payudara dan lokasi yang dijahit adalah bagian bawah ibu.

8. Bayi harus segera dibersihkan, dimandikan, ditimbang, dan diukur. Menunda memandikan bayi berarti menghindarkan hilangnya panas badan

bayi. Selain itu, kesempatan vernix meresap, melunakkan, dan melindungi kulit bayi lebih besar. Bayi dapat dikeringkan segera setelah lahir. Pen-

imbangan dan pengukuran dapat ditunda sampai menyusu awal selesai.

9. Bayi kurang siaga. Pada 1-2 jam pertama kelahirannya, bayi sangat siaga. Setelah itu, bayi tidur dalam waktu yang lama. Jika bayi mengantuk

akibat obat yang diasup oleh ibu, kontak kulit akan lebih penting lagi karena bayi memerlukan bantuan lebih untuk bonding.

10. Kolostrom tidak keluar atau jumlah kolostrom tidak memadai sehingga diperlukan cairan lain. Kolostrom cukup dijadikan makanan pertama bayi

baru lahir. Bayi dilahirkan .dengan membawa bekal air dan gula yang dapat dipakai pada saat itu.

11. Kolostrom tidak baik, bahkan berbahaya untuk bayi. Kolostrom sangat diperlukan untuk tumbuh-kembang bayi. Selain sebagai imunisasi pertama

dan mengurangi kuning pada bayi baru lahir, kolostrom melindungi dan mematangkan dinding usus yang masih muda.

H. Faktor-faktor yang menghambat IMD

Maryunani (2012) menjelaskan, ada faktor-faktor yang dapat menghambat IMD baik pada persalinan normal maupun pada persalinan sectio caesarea.

1. Faktor-faktor yang menghambat IMD pada persalinan normal, yaitu :

a. Pada persalinan normal, diharapkan agar setiap ibu dapat mencapai keberhasilan, mampu melaksanakan program IMD tidak lebih dari satu

jam.
b. Namun pada kenyataannya, ada beberapa ibu yang mengeluhkan beberapa hal yang dapat menghambat keberhasilan IMD.

c. Beberapa hal yang dapat menghambat keberhasilan program IMD pada pasien dengan persalinan normal tersebut, antara lain :

d. Kondisi ibu yang masih lemah (bagi ibu post-partum normal, dalam kondisi kelemahan ini, ibu tidak mampu untuk melakukan program

IMD).

e. Ibu lebih cenderung suka untuk beristirahat saja dari pada harus kesulitan membantu membimbing anaknya untuk berhasil melakukan

program IMD.

2. Faktor-faktor yang menghambat IMD pada persalinan sectio caesarea, yaitu :

a. Rooming-in (Rawat Gabung).

b. Kondisi sayatan di perut ibu. Pada pasien caesar, dimana terdapat sayatan di perut, ibu cenderung masih mengeluhkan sakit pada daerah

sayatan dan jahitan di perut, sehingga ibu memilih untuk istirahat, dahulu, dan memulihkan kondisinya yang lemas sebelum memberikan

IMD pada bayinya. Oleh karena itu, maka pada pasien dengan persalinan caesar, ibu baru bisa berhasil memberikan ASI pertamanya

kepada bayi setelah lebih dari satu jam pasca melahirkan.

c. Kondisi kelemahan akibat pengaruh anestesi yang diberikan sebelumnya.

I. Tahapan perilaku bayi dalam IMD

Menurut Roesli (2012) menyampaikan, semua bayi dalam proses IMD akan melalui lima tahapan perilaku (free- feeding behavior)sebelum ia

berhasil menyusui. Tahapan tersebut adalah sebagai berikut :

1. 30 menit pertama

Dalam 30 menit pertama merupakan stadium istirahat/diam dalam keadaan siaga (rest/quite alert stage).Bayi diam tidak bergerak dan sesekali

mata terbuka lebar melihatibunya.Masa tenang yang istimewa ini merupakan penyesuaian peralihan dari keadaan dalam kandungan ke keadaan di

luar kandungan.Bounding( hubungan kasih sayang) merupakan dasar pertumbuhan bayi dalam suasana aman.

2. 30 –40 menit

Pada masa ini, bayi mengeluarkan suara, gerakan mulut seperti mau minum, mencium, dan menjilat tangan.Bayi mencium dan merasakan cairan

ketuban yang ada ditangannya. Bau ini sama dengan bau yang dikeluarkan payudara ibu. Bau dan rasa ini akan membimbing bayi untuk

menemukan payudara dan putting susu ibu.

3. Mengeluarkan air liur

Saat menyadari bahwa ada makanan di sekitarnya, bayi mulai mengeluarkan air liurnya.

4. Bayi mulai bergerak ke arah payudara

Menemukan, menjilat, mengulum putting, membuka mulut lebar dan melekat dengan baik

DAFTAR PUSTAKA

Ekaristi P, Kandou GD, Mayulu N. Hubungan Inisiasi Menyusui Dini (IMD) Dengan Pemberian ASI Eksklusif di Kota Manado. 2017.

Fikawati S, Syafiq A, Karima K. Gizi Ibu dan Bayi. Depok: Rajawali Pers; 2018.
Handayani L, Yunengsih, Solikhah. Hubungan Pengetahuan dan Teknik Menyusui dengan Pemberian ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Pengasih Ii
Kabupaten Kulonprogo. Jurnal Kesmas Indo. 2014;6(3).

Helmizar. Gizi Ibu Hamil dan Gizi Ibu Menyusui. Padang 2016. 20. Astutik RY. Payudara dan Laktasi. Jakarta: Salemba Medika; 2014.

Maryunani A. Inisiasi Menyusu Dini, ASI Eksklusif dan Manajemen Laktasi. Jakarta: CV.Trans Info Media; 2015.

Nirwana A. ASI dan Susu Formula Yogyakarta: Nuha Medika; 2014. 43. Nuraini T, Julia M, Dasuki D. Sampel Susu Formula dan Pr

Notoatmojo S. Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta; 2012. 22.

Nurleli, Purba JM, Sembiring R. Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Ibu Dengan TIindakan Pemberian ASI Eksklusif di Puskesmas Rambung Kecamatan Binjai
Selatan Kota Binjai Tahun 2017.

PP No. 33 Tahun 2012 tentang Pemberian Air Susu Ibu Eksklusif.

Prasetyono DS. Buku Pintar ASI Eksklusif. Yogyakarta: DIVA Press; 2009.

Proverawati & Rahmawati. ASI & Menyusui. Jakarta: Nuha Medika: 2010.

Roesli (2012), Panduan inisiasi menyusu dini Plus ASI Ekslusif, Jakarta : Pustaka Bunda

S. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: PT Rineka Cipta; 2003.

Tarigan U, NK. Aryastami. 2012. Pengetahuan, Sikap Dan Perilaku Ibu Bayi Terhadap Pemberian Asi Eksklusif. Buletin Penelitian Sistem Kesehatan – Vol. 15
No. 4 Oktober 2012: 390-397.

Wiji RN. ASI dan Panduan Ibu Menyusui. Yogyakarta: Nuha Medika; 2013.

Anda mungkin juga menyukai