Anda di halaman 1dari 55

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kemampuan pelayanan kesehatan sangatlah berpengaruh dengan

perbandingan tinggi rendahnya angka kematian ibu dan bayinya. Angka

kematian bayi lebih mencerminkan kesanggupan suatu negara untuk

memberi suatu pelayanan kesehatan.

(Manuaba, IGB)

Di tingkat ASEAN, Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia 35 per

1000 kelahiran hidup yaitu hampir 5 kali lipat dibandingkan dengan angka

kematian bayi Malaysia, hampir 2 kali lipat dibanding dengan Thailand da

1,3 kali dibandingkan dengan Philipina.

Menurut Survey Demokrafi dan Kesehatan Indonesia (SDKI)

2007 Angka kematian neonatal 19 per kelahiran hidup.

Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Provinsi

Sulawesi Selatan memperlihatkan angka kematian neonatus sebesar

576 per 100.000 kelahiran hidup dengan penyebab asfiksia

185 (32,6%) jiwa.

Data yang diperoleh dari Rumah Sakit Umum Sawerigading Palopo

memperlihatkan angka kematian neonatal pada tahun 2008 adalah

512 jiwa dan kejadian asfiksia pada bayi baru lahir adalah 36 jiwa.
2

Kemajuan ilmu dan teknologi kedokteran sangat berperan dalam

menurunkan angka kematian dan kesakitan neonatus, demikian pula

kejadian asfiksia neonatus mengalami perubahan yang nyata walaupun

demikian perubahan ini tampak masi sangat tinggi dan belum dapat

memecahkan permasalahan asfiksia secara tuntas, keadaan asfiksia ini

masih berpengaruh terhadap kualitas bayi dimasa mendatang.

(Manuaba IBG, 1998)

Dengan mengunakan proses manajemen asuhan kebidanan

diharapkan asfiksia dapat teratasi dengan cepat dan tepat.

Kenyataan inilah kemudian mendorong penulis untuk mengkaji

permasalahan sebagai wujud perhatian dan tanggung jawab penulis

dalam memberikan kontribusi pemikiran pada berbagai pihak yang

berkompoten untuk mencari solusi yang tepat atas permasalahan

tersebut.

Berdasarkan latar belakang diatas penulis tertarik untuk melakukan

studi kasus asfiksia ringan pada bayi baru lahir di Rumah Sakit Umum

Sawerigading Palopo.

B. Ruang Lingkup Pembahasan

Pembahasan studi kasus ini, menggunakan pendekatan proses

Manajemen Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir Pada By.”V”, dengan


3

Asfiksia Ringan di Rumah Sakit Umum Sawerigading Palopo tanggal

18-19 Mei 2010..

C. Tujuan Penulisan

1. Tujuan umum

Penulis dapat menerapkan dan mengembangkan pola pikir

secara ilmiah dalam memberikan asuhan kebidanan secara nyata

serta mendapatkan pengalaman dalam memecahkan masalah

khususnya pada By.”V”, Bayi Baru Lahir dengan Asfiksia Ringan di

Rumah Sakit Umum Sawerigading Palopo tanggal 18-19 Mei 2010.

2. Tujuan khusus

a. Mengumpulkan data dan menganalisa data dasar pada By.”V”,

Bayi Baru Lahir dengan Asfiksia Ringan di Rumah Sakit Umum

Sawerigading Palopo tanggal 18-19 Mei 2010.

b. Merumuskan diagnosa/masalah aktual pada By.”V”, Bayi Baru

Lahir dengan Asfiksia Ringan di Rumah Sakit Umum

Sawerigading Palopo tanggal 18-189 Mei 2010.

c. Mengantisipasi diagnosa/masalah potensial pada By.”V”, Bayi

Baru Lahir dengan Asfiksia Ringan di Rumah Sakit Umum

Sawerigading Palopo tanggal 18-19 Mei 2010.

d. Mengevaluasi perlunya tindakan segera dan kolaborasi pada

By.”V”, Bayi Baru Lahir dengan Asfiksia Ringan di Rumah Sakit

Umum Sawerigading Palopo tanggal 18-19 Mei 2010.


4

e. Menyusun rencana tindakan asuhan kebidanan pada By.”V”,

Bayi Baru Lahir dengan Asfiksia Ringan di Rumah Sakit Umum

Sawerigading Palopo tanggal 18-19 Mei 2010.

f. Melaksanakan tindakan asuhan kebidanan pada By.”V”, bayi

Baru Lahir dengan Asfiksia Ringan di Rumah Sakit Umum

Sawerigading Palopo tanggal 18-19 Mei 2010.

g. Mengevaluasi tindakan asuhan kebidanan pada By.”V”, Bayi

baru Lahir dengan Asfiksia Ringan di Rumah Sakit Umum

Sawerigading Palopo tanggal 18-19 Mei 2010

h. Melaksanakan pendokumentasian asuhan kebidanan pada

By.”V”, Bayi baru Lahir dengan Asfiksia Ringan di Rumah Sakit

Umum Sawerigading Palopo tanggal 18-19 Mei 2010.

D. Manfaat Penulisan

1. Manfaat Praktis

Salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan Diploma III

Kebidanan di Akademi Kebidanan Kamanre Palopo.

2. Manfaat Ilmiah

Diharapkan karya tulis ilmiah ini dapat menjadi sumber informasi

dan memperkaya khasanah ilmu pengetahuan.

3. Manfaat Institusi
5

Sebagai bahan masukan bagi rekan mahasiswi Diploma III

Akademi Kebidanan Kamanre Palopo untuk penyusunan karya tulis

ilmiah berikutnya.

4. Bagi Penulis

Menambah wawasan dan pengalaman dalam penerapan

manajemen asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dcengan asfiksia

ringan.

E. Metode Penulisan

Dalam menyusun karya tulis ilmiah ini digunakan dasar teori yang

dipadukan dengan praktek, metode yang digunakan adalah sebagai

berikut:

1. Studi Kepustakaan

Mempelajari buku-buku, literatur, mengambil data dari internet,

profil kesehatan yang relevansi dengan karya tulis ini.

2. Studi Kasus

Melakukan studi kasus bayi baru lahir dengan asfiksia ringan

dalam hal ini pendekatan yang digunakan adalah identifikasi data

dasar, identifikasi diagnosa/masalah aktual dan potensial,

melaksanakan tindakan segera dan kolaborasi, menyusun rencana

tindakan asuhan kebidanan, melaksanakan tindakan asuhan

kebidanan dan mengevaluasi tindakan asuhan kebidanan serta


6

mendokumentasikan hasil asuhan kebidanan. Untuk memperoleh data

akurat penulis menggunakan tehnik:

a. Anamnese

Penulis melakukan tanya jawab dengan orang tua dan

keluarga yang dapat membantu memberikan informasi yang

dibutuhkan.

b. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik dilakukan secara sistematis mulai dari kepala

sampai kaki yang meliputi: inspeksi, palpasi, auskultasi dan

perkusi.

3. Studi dokumentasi.

Membaca dan mempelajari status pasien yang berhubungan

dengan keadaan klien status yang bersumber dari catatan dokter,

bidan, petugas laboratorium atau hasil pemeriksaan penunjang

lainnya.

4. Berdiskusi dengan tenaga kesehatan yang terkait, pembimbing karya

tulis ilmiah ini.

F. Sistimatika Penulisan

Studi kasus ini terdiri dari lima bab dan disusun dengan sistematika

sebagai berikut:
7

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang

B. Ruang lingkup pembahasan

C. Tujuan penulisan

1. Tujuan umum

2. Tujuan khusus

D. Manfaat penulisan

E. Metode penulisan

F. Sistematika penulisan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan tentang Bayi Baru Lahir

1. Pengertian Bayi Baru Lahir

2. Perawatan

B. Tinjauan tentang Asfiksia Ringan

1. Pengertian

2. Etiologi

3. Perubahan Patofisiologi Dan Gangguan Klinis

4. Klasifikasi Asfiksia

5. Tindakan Pada Asfiksia Neonatorum

6. Prinsip Dasar Resusitasi

7. Cara Resusitasi
8

C. Tinjauan tentang Proses manajemen kebidanan

1. Pengertian manajemen kebidanan

2. Tahapan dalam manajemen kebidanan

3. Pendokumentasian asuhan kebidanan

4. Jenis-jenis pendokumentasian asuhan kebidanan

BAB III TINJAUAN KASUS

A. Langkah 1. Identifikasi data dasar

B. Langkah 2. Identifikasi diagnosa / masalah aktual

C. Langkah 3, Antisipasi diagnosa / masalah potensial

D. Langkah 4. Tindakan segera/kolaborasi

E. Langkah 5. Rencana asuhan kebidanan

F. Langkah 6. Implementasi asuhan kebidanan

G. Langkah 7. Evaluasi asuhan kebidanan

H. Pendokumentasian Asuhan Kebidanan

BAB IV PEMBAHASAN

Membandingkan antara tinjauan pustaka dan pelaksanaan

asuhan kebidanan di Rumah Sakit Umum Sawerigading Palopo

dalam menangani bayi baru lahir dengan asfiksia ringan.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
9

B. Saran

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
10

A. Tinjauan tentang Bayi Baru Lahir

1. Pengertian Bayi Baru Lahir

Bayi Baru Lahir adalah bayi yang baru mengalami proses

kelahiran yang harus menyesuaikan diri dari kehidupan intra uterin ke

kehidupan ekstra uterin.

(Buku Saku Bidan, 2002)

2. Perawatan

Hal ini ditunjukkan untuk merawat bayi baru lahir pada menit-menit

kehidupan:

a. Pertahankan kebersihan jalan nafas

b. Menjaga bayi tetap hangat

c. Perlihatkan bayi pada orang tua dan tempatkan pada perut ibu

d. Klem dan potong tali pusat

e. Catat nilai APGAR pada satu dan lima menit pertama

f. Melakukan segera pemeriksaan menyeluruh pada bayi

B. Tinjauan tentang Asfiksia Ringan

1. Pengertian
11

Asfiksia neonatorum adalah bayi baru lahir tidak dapat bernafas

secara spontan dan teratur segera setelah lahir. Keadaan ini biasanya

disertai dengan keadaan Hipoksia serta sering berakhir dengan asidosis.

Asfiksia akan bertambah buruk apabila penanganan bayi tak dilakukan

secara sempurna sehingga tindakan perawatan dilaksanakan untuk

mempertahankan kelangsungan hidup dan mengatasi gejala lanjut yang

mungkin timbul.

(Wiknjosastro, 2005)

Asfiksia neonatorum adalah keadaan dimana bayi tidak dapat

bernafas secara spontan dan teratur setelah lahir. Asfiksia berarti

hipoksia yang progresif karena gangguan pertukaran gas serta transport

O2 dari ibu ke janin sehingga terdapat gangguan dalam persediaan O2

dan kesulitan mengeluarkan CO2, saat janin di uterus hipoksia.

(http://kusuma.blog.friendster.com/2008)

Asfiksia Neonatorum adalah suatu keadaan bayi baru lahir yang

gagal bernafas secara spontan dan teratur segera setelah lahir, sehingga

dapat menurunkan O2 dan mungkin meningkatkan C02 yang

menimbulkan akibat buruk dalam kehidupan lebih lanjut.

(Manuaba, 1998)

2. Etiologi
12

Pengembangan Paru BBL pada menit-menit pertama kelahiran dan

kemudian disusul dengan pernafasan teratur. Bila terdapat pertukaran gas

atau pengangkutan oksigen dari ibu ke janin, maka akan terjadi asfiksia

janin atau neonatus.

Towel (1996) mengajukan Penggolongan Penyebab Kegagalan

Pernapasan Pada bayi yang terdiri dari:

a. Faktor Ibu

1) Hipoksia Ibu, hal ini akan menimbulkan hipoksia janin, hipoksia ibu

dapat terjadi karena hipoventilasi akibat pemberian obat analgetik

atau anastesi dalam

2) Gangguan aliran darah uterus

Mengurangnya aliran darah pada uterus akan menyebabkan

berkurangnya penga,liran O2 ke plasenta dan kejanin. Hal ini sering

ditemukan pada kasus-kasus.

a) Gangguan kontrasi uterus, misalnya : Hipertensi, Hipotoni /

uterus akibat penyakit atau obat

b) Hipotensi mendadak pada ibu karena perdarahan

c) Hipertensi pada penyakit eklamsia.

b. Faktor Plasenta

Solusi plasenta. Perdarahan plasenta, dan lain-lain

c. Fator Fetus
13

Tali pusat menumbung lilitan tali pusat, kompresi tali pusat antara janin

dan jalan lahir.

d. Faktor Neonatus

1) Pemakaian obat anastesi / analgetika yang berlebihan pada ibu

secara langsung dapat menimbulkan depresi pusat pernapasan

janin.

2) Trauma yang terjadi pada persalinan. Misalnya : Perdarahan Intra

Cranial

3) Kelainan Kongenital. Misalnya : Hernia diafragmatika atresia

saluran pernapasan hipoplasia paru dan lain-lain.

(Wiknjosastro, 2005)

3. Perubahan Patofisiologi Dan Gangguan

Klinis

Pernapasan Spontan BBL tergantung kepada kondisi janin pada

masa kehamilan dan persalinan. Bila terdapat gangguan Pertukaran gas

atau pengangkutan O2 selama kehamilan / persalinan akan terjadi asfiksia

yang lebih berat. Keadaan ini akan mempengaruhi fungsi sel tubuh dan

bila tidak teratasi akan menyebabkan kematian asfiksia yang terjadi

dimulai dengan suatu periode opnu (Primary Apnoe) disertai dengan

penurunan frekuensi diikuti oleh pernapasan teratur. Pada penerita

asfiksia berat. Usaha bernafas tidak tampak dan bayi selanjutnya berada
14

dalam periode apnue kedua. Pada tingkat ini terjadi bradikardi dan

penurunan TD.

Pada asfiksia terjadi pula gangguan metabolisme dan perubahan

keseimbangan asam-asam pada tubuh bayi. Pada tingkat pertama hanya

menimbulkan asidosis respiraktonik. Bila gangguan berlanjut dalam tubuh

bayi akan terjadi proses metabolisme an acrobic yang berupa glikolisis

gukogen tubuh. Sehingga glikogen tubuh terutama pada jantung dan hati

akan berkurang. Pada tingkat selanjutnya akan terjadi perubahan kardio

vaskuler yang disebabakan oleh beberapa keadaan diantarannya :

a. Hilangnya Sumber Glukogen dalam jantung akan mempengaruhi

fungsi jantung

b. Terjadi asidosis metabolis akan menimbulkan kelemahan otot jantung

c. Pengisian udara alucolus yang kurang adekuat akan mengakibatkan

tetap tingginya Resistensi Pembuluh darah Paru sehingga sirkulasi

darah ke paru dan demikian pula kesistem sirkulasi tubuh lain akan

mengalami gangguan.

(Rustam, 1998)

Untuk menentukan tingkat asfiksia neonatorum digunakan kriteria

penilaian yaitu yang disebut dengan skor APGAR. Skor APGAR biasanya

dinilai 1 menit setelah bayi lahir lengkap pada skor APGAR menit 1 ini

menunjukan beratnya ASFIKSIA yang diderita dan untuk menentukan

pedoman resusitasi dan perlu juga dinilai setelah 5 menit bayi lahir
15

karena hal ini mempunyai koralasi yang erat dengan morbiditas dan

mertilitas neonatal.

4. Klasifikasi Asfiksia

a. Asfiksia berat (nilai APGAR 0-3)

Memerlukan resusitasi segera secara aktif dan pemberian oksigen

terkendali.

b. Asfiksia Ringan – sedang (nilai APGAR 4-6)

Memerlukan resusitasi dan pemberian oksigen sampai bayi dapat

bernapas normal kembali.

c. Bayi normal atau sedikit asfiksia (nilai apgar 7-9)

d. Bayi normal dengan nilai APGAR 10 (Mochtar R, 1998).

5. Tindakan Pada Asfiksia Neonatorum

Tindakan yang dikerjakan pada lazim disebut resusitasi BBL sebelum

resusitasi dikerjakan perlu diperhatikan bahwa :

a. Faktor waktu sangat penting

b. Kerusakan yang timbul pada bayi akibat anoksia / hipoksia antenatal

tidak dapat diperbaiki tetapi kerusakan yang akan terjadi karena

anoksia / hipoksia pascanatal harus dicegah dan diatasi.

c. Riwayat kehamilan dan partus akan memberikan keterangan yang

jelas tentang fakta penyebab terjadinya depresi pernapasan pada BBL


16

d. Penilaian BBL perlu dikenal baik, agar resusitasi yang dilakukan dapat

dipilih dan ditentukan secara adekuat

(Prawiroharjo, 2005).

6. Prinsip dasar resusitasi

Prinsip dasar resusitasi yang perlu diingat ialah :

a. Memberi lingkungan yang baik pada bayi dan mengusahakan saluran

pernapasan tetes bebas serta merangsang timbulnya pernapasan

b. Memberi bantuan pernapasan secara efektif pada bayi yang

menunjukan usaha pernapasan lemah

c. Melakukan koraksi terhadap asidosis yang terjadi

d. Menjaga agar sirkulasi tetap baik

(Wiknjosastro, 2005)

6. Cara Resusitasi

a. Letakkan bayi dilingkungan yang hangat kemudian keringkan tubuh

bayi dan selimuti tubuh bayi untuk mengurangi evaporasi

b. Sisihkan kain yang basah kemudian tidurkan bayi terlentang pada alas

yang datar

c. Ganjal bahu dengan kain setinggi 1 cm (sniffing positor)

d. Hisap lendir dengan menghisap lendir dec dari mulut apabila sudah

bersih kemudian lanjutkan kehidung


17

e. Lakukan rangsangan taktil dengan cara menyentil telapak kaki bayi

dan mengusap-usap punggung bayi.

f. Nilai Pernapasan

1) Jika nafas spontan lakukan penilaian denyut jantung selama 6 detik,

hasil kalikan 10, denyut jantung > 100 x /menit. Nilai warna kulit jika

merah / sianosis perifer lakukan observasi. Apabila baru diberikan

O2. denyut jantung < 100 x / menit lakukan ventilasi tekanan positif.

2) Jika pernapasan megap-megap lakukan ventilasi tekanan positif

g. Ventilasi tekanan Positif /PPV dengan memberikan O 2 100% melalui

anbubag atau masker.

masker harus menutupi hidung dan mulut tidak menutupi mata. jika

tidak ada ambubag beri bantuan nafas mulut kemulut. Kecepatan PPV

40-60 x/menit.

h. Setelah 30 detik lakukan penilaian denyut jantung selama 6 detik.

Hasil kalikan 10

1) 100 hentikan bantuan nafas, observasi nafas spontan

2) 60-100 ada peningkatan denyut jantung teruskan pemberian PPV

3) 60-100 dan tidak ada peningkatan denyut jantung, lakukan PPV

disertai kompresi jantung

4) < 10 x/ menit, lakukan PPV disertai kompresi jantung

i. Kompresi jantung
18

Perbandingan kompresi jangtung dengan ventilasi ada 3:1 ada 2 cara

kompresi jantung

1) Kedua ibu jari menekan stemum sedalam 1 cm dan tangan lain

mengelilingi tubuh bayi.

2) Jari tengah dan telunjuk menekan stemum dan tangan lain

menahan belakang tubuh bayi.

j. Lakukan penilaian denyut jantung setiap 30 detik setelah kompresi

ada.

k. Denyut jantung 80 x / menit kompresi jantung dihentikan lakukan PPV

sampai denyut jantung > 100 x / menit dan bayi dapat nafas spontan.

l. Jika denyut jantung 0 atau < 10x / menit. Lakukan pemberian obat

epineprin 1 : 10.000 dosis 0,2 – 0,3 ml / Kg BB IV

m. Lakukan penilaian denyut jantung janin jika > 100x/menit hentikan obat

n. Jika denyut jantung < 80 x / menit ulangi pemberian epineprin sesuai

dosis tiap 3-5 menit

o. Lakukan penilaian denyut jantung jika denyut jantung tetap / tidak

respon terhadap diatas dan tanpa ada hiporolemi beri natrikus dengan

dosis 2 MEG / Kg BB secara IV selama 2 menit. (Wiknjosastro, 2005)

C. Tinjauan tentang Proses Manajemen Kebidanan

1. Pengertian Manajemen Kebidanan


19

Manajemen kebidanan adalah pendekatan yang digunakan oleh

bidan dalam menerapkan metode pemecahan masalah secara

sistematis mulai dari pengkajian fisik sampai, analisis data, diagnosis

kebidanan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.

Asuhan kebidanan adalah penerapan fungsi dan kegiatan yang

menjadi tanggung jawab bidan dalam memberikan pelayanan kepada

klien yang mempunyai kebutuhan/masalah di bidang kesehatan ibu

pada masa kehamilan, persalinan, nifas, bayi setelah lahir serta KB.

2. Proses Manajemen Kebidanan Menurut

Helen Varney (1997)

Varney (1997) menjelaskan bahwa proses manajemen

merupakan proses pemecahan masalah yang ditemukan oleh perawat

dan bidan pada awal tahun 1970an. Proses ini memperkenalkan

sebuah metode dengan pengorganisasian, pemikiran dan tindakan-

tindakan dengan urutan yang logis dan menguntungkan baik bagi klien

maupun bagi tenaga kesehatan.

Proses manajemen kebidanan menurut Varney terdiri dari tujuh

langkah yang berurutan dan setiap langkah disempurnakan secara

periodik. Proses dimulai dengan pengumpulan data dasar dan berakhir

dengan evaluasi. Ketujuh langkah tersebut membentuk suatu

kerangka lengkap yang dapat diaplikasikan dalam situasi apapun.akan


20

tetapi, setiap langkah dapat diuraikan lagi menjadi langkah-langkah

yang lebih rinci dan ini bisa berubah sesuai dengan kebutuhan pasien.

1) Langkah I. Pengumpulan Data Dasar

Pada langkah ini dilakukan pengkajian mengumpulkan

semua data yang diperlukan untuk mengevaluasi keadaan klien

secara lengkap, yaitu:

a) Riwayat kesehatan

b) Pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhan

c) Meninjau catatan terbaru atau catatan sebelumnya

d) Meninjau data laboratorium dan membandingkan

dengan hasil studi.

Pada langkah ini dikumpulkan semua informasi yang akurat

dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien. Bidan

mengumpulkan data dasar awal yang lengkap. Bila klien

mengajukan komplikasi yang perlu dikonsultasikan pada dokter

dalam manajemen kolaborasi bidan akan melakukan konsultasi.

Pada keadaan tertentu dapat terjadi langkah pertama akan overlap

dengan langkah kelima dan langkah keenam karena data yang

diperlukan diambil dari hasil pemeriksaan laboratorium atau

pemeriksaan diagnostic yang lain.

2) Langkah II. Identifikasi Diagnosa / Masalah Aktual


21

Pada langkah ini dilakukan identifikasi yang benar terhadap

diagnosis atau masalah dan kebutuhan klien berdasarkan

interpretasi yang benar atas dasar data-data yang telah

dikumpulkan diinterpretasikan sehingga ditemukan masalah atau

diagnosis yang spesifik. Diagnosis kebidanan yaitu diagnosis yang

ditegakkan oleh standar nomenklatur diagnosis kebidanan. Standar

nomenklatur diagnosis kebidanan tersebut adalah:

a) Diakui dan telah disahkan oleh profesi

b) Berhubungan langsung dengan praktik kebidanan

c) Memiliki ciri khas kebidanan

d) Didukung oleh Clinical Judgenment dalam praktik

kebidanan.

e) Dapat diselesaikan dengan pendekatan manajemen

kebidanan.

3) Langkah III. Mengidentifikasi diagnosis atau masalah potensial

Pada langkah ini mengidentifikasi masalah atau diagnosis

potensial lain berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosis yang

telah diidentifikasi.langkah ini membutuhkan antisipasi bila

memungkinkan dilakukan pencegahan sambil mengamati klien,

bidan diharapkan dapat bersiap-siap bila diagnosis/masalh potensial

ini benar-benar terjadi. Pada langkah ini penting sekali melakukan

asuhan yang aman.


22

4) Langkah IV. Mengidentifikasi dan menetapkan kebutuhan yang

memerlukan penanganan segera.

Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau

dokter untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan tim

kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi klien.langkah keempat

mencerminkan kesinambungan dari proses Manajemen kebidanan.

Jadi, manajemen bukan hanya selama asuhan primer periodic atau

kunjungan prenatal saja tetapi juga selama wanita tersebut bersama

dengan bidan terus-menerus, misalnya pada waktu persalinan.

Data baru mungkin saja dikumpulkan dan dievaluasi.

Beberapa data mungkin mengindikasikan situasi yang gawat

dimana bidan harus bertindak segara untuk kepentingan

keselamatan jiwa ibu dan anak.

Dari data yang dikumpulkan dapat menunjukkan satu situasi

yang memerlukan tindakan segera sementara yang lain harus

menunggu intervensi dari dokter.

5) Langkah V. Merencanakan Asuhan yang Menyeluruh

Pada langkah ini dilakukan perencanaan yang menyeluruh,

ditentukan langkah-langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan

kelanjutan manajemen terhadap diagnosis atau masalah yang telah

diidentifikasi dan diantisipasi., pada langkah ini, informasi/data

dasar yang tidak lengkap dapat dilengkapi.


23

Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa

yang sudah teridentifikasi dari kondisi klien atau dari setiap

masalah yang berkaitan tetapi juga dari kerangka pedoman

antisipasi terhadap wanita tersebut seperti yang diperkirakan akan

terjadi berikutnya, apakah diperlukan penyuluhan atau konseling

dan apakah perlu merujuk klien bila ada masalah-masalah yang

berkaitan dengan social ekonomi, cultural atau masalah psikologis.

6) Langkah VI. Melaksanakan Perencanaan

Pada langkah ini, rencana asuhan yang menyeluruh di langkah

kelima harus dilaksanakan secara efisien dan aman. Perencanaan

ini bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan atau sebagian dilakukan

oleh bidan dan sebagian lagi dilakukan oleh klien atau anggota tim

kesehatan lainnya. Jika bidan tidak melakukan sendiri, bidan tetap

memikul tanggung jawab untuk mengarahkan pelaksanaannya,

memastikan langkah-langkah tersebut benar-benar terlaksana.

Dalam situasi dimana bidan benar-benar berkolaborasi dengan

dokter, untuk menangani klien yang mengalami komplikasi, maka

keterlibatan bidan dalam manajemen asuhan bagi klien adalah

bertanggung jawab terhadap terlaksananya rencana asuhan

bersama yang menyeluruh tersebut.manajemen yang efisien akan

akan menyingkat waktu dan biaya serta meningkatkan mutu dari

asuhan klien.
24

7) Langkah VII. Evaluasi

Pada langkah ini dilakukan evaluasi keefektifan dari

asuhanyang sudah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan

bantuan apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai dengan

kebutuhan sebagaimana telah diidentifikasi dalam masalah dan

diagnosis. Rencana tersebut dapat dianggap efektif bila memang

benar efektif dalam pelaksanaannya. Ada kemungkinan bahwa

sebagian rencana tersebut lebih efektif sedang sebagian belum

efektif.

8. Pendokumentasian Manajemen Asuhan Kebidanan

a. Pengertian

Metode 4 langkah yang dinamakan SOAP ini disarikan dengan

proses penatalaksanaan kebidanan. Dipakai untuk

mendokumentasikan asuhan pasien dalam rekam medis pasien

sebagai catatan kemajuan.

1) S (Subjektif) adalah apa yang dikatakan klien tersebut

2) O (Objektif) adalah apa yang dilihat dan dirasakan bidan

sewaktu melakukan pemeriksaan, hasil laboratorium

3) A (Assesment) adalah kesimpulan apa yang dibuat

berdasarkan data – data subjektif/objektif tersebut


25

4) P (Planning) adalah apa yang dilakukan berdasarakan

hasil pengevaluasian tersebut diatas.

Tabel 1. Pendokumentasian Asuhan Kebidanan

7 (tujuh) step proses berpikir 5 step kerja dalam SOAP

menurut Varney pengambilan keputusan


Langkah I Pengumpulan Data Langkah I Pengumpulan Subjektif /

Data Objektif
Langkah II Langkah II Asesment

Identifikasi Masalah Identifikasi Masalah

Langkah III

Rencana Asuhan

Langkah IV Implementasi

Asuhan Kebidanan
26

Langkah V Mengevaluasi Langkah III

Asuhan kebidanan rencana asuhan


Langkah VI Implementasi Langkah IV Implementasi Planning

asuhan kebidanan Asuhan Kebidanan


Langkah VII Evaluasi asuhan Langkah V Mengevaluasi

kebidanan Asuhan kebidanan


Sumber: Varney’s Midwifery,1997

BAB III

TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN BAYI BARU LAHIR PATOLOGIS


PADA BY “H” DENGAN ASFIKSIA RINGAN
DI RSU SAWERIGADING PALOPO
TANGGAL 18-19 JULI 2009

No . registrasi : xxxx

Tgl .lahir : 18 Juli 2009 jam 06.35

Tgl .Pengkajian : 18 Juli 2009 jam 06.35


27

Nama pengkaji : Fauziah Indriati

I. LANGKAH I. IDENTITAS DATA DASAR

A. Identitas

1. Identitas bayi

Nama : By “V”

Tgl. Lahir : 18 Juli 2009

Umur : 0 hari

Jenis kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Anak ke : 1(satu)

Alamat : XXXX

2. Identitas orang tua

Nama: Ny “V”/Tn “F”

Umur : 25 Thn/26 Thn

Suku : Bugis/Bugis

Agama : Islam /Islam

Pendidikan : D3/S1

Pekerjaan : Perawat/PNS

Alamat : xxxx
28

B. DATA BIOLOGIS/FISIOLOGIS

1. Riwayat Kehamilan

a. P1 Ao

b. HPHT tanggal : 13-10-2008

c. HTP tanggal : 20-7-2009

d.Ibu mengatakan tidak ada riwayat penyakit jantung, DM,

Hipertensi.

e. TT2x

C. RIWAYAT PERSALINAN SEKARANG

1. Bayi lahir tanggal 18 Juli 2009

2. Jenis persalinan normal/spontan.

3. Perlangsungan kala I: 10 jam 45 menit

4. Perlangsungan Kala II: 30 menit

5. Bayi lahir dengan lilitan tali pusat satu kali dileher

6. Bayi lahir tidak segera menangis

D. RIWAYAT PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR

1. Nutrisi / Cairan

Bayi belum disusui ibunya.

2. Eliminasi

a. BAK : bayi sudah bak

b. BAB : bayi sudah bab


29

3. Personal Hygiene

a. Popok bayi di ganti tiap kali basah.

b. Baju bayi di ganti tiap kali kotor.

c. Tali pusat masih basah.

E. DATA SOSIAL EKONOMI.

1. Biaya perawatan ditanggung oleh Tn.”F” sebagai ayah bayi.

2. Ibu dan keluarga sangat bahagia dengan kelahiran bayinya.

F. PEMERIKSAAN FISIK

1. Keadaan Umum lemah

2. BB lahir : 3400 gr

3. PB lahir : 51 cm

4. TTV : N : 90x/mnt

P : 30x/mnt

S : 36,50c

APGAR SCORE

Tanda o 1 2
Apperence Pucat Badan Seluruh tubuh 1 1

merah,ekstremita kemerahan

s biru
Pulse Tdk ada <100 > 100 1 2
Grimance Tdk ada Sedikit gerakan Batuk bersin 1 1
Activity Tdk ada Ekstremitas Gerakan aktif 1 1

dalam sedikit
30

fleksi
Respiratio Tdk ada Lemah/Tidak Baik/menangis 1 1

Jumlah 5 6

Keterangan: Penilaian 1 menit setelah lahir 5

Penilaian 5 menit setelah lahir 6

5. Kepala

a. Inspeksi: Rambut tipis dan hitam.

Tidak ada pembengkakan pada daerah kepala.

b. Ukuran lingkar kepala:

1) Sirkumferensia Fronto-oksipitalis :

34 cm

2) Sirkumferensia Submento-Bregma :

35 cm

3) Sirkumferensia Suboksipitalis-Bregmatika :

35 cm

4) Sirkumferensia Mento-oksipitalis :

32 cm
31

6. Mata

Konjungtiva merah muda, sklera putih, tidak ada PUS

7. Telinga

Simetris kiri dan kanan, tidak ada secret, daun telinga lunak, dan

mudah terlipat

8. Mulut / Bibir

Bibir Nampak merah, lembab, reflex isap lemah, tidak ada tanda-

tanda infeksi pada palatum

9. Leher

Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, pembuluh limfe, dan vena

jungularis.

10. Dada

a. Simetris kiri dan kanan, tidak terdapat areola, puting susu

tidak menonjol.

b. Lingkar dada : 35 cm

11. Bahu dan lengan

Jumlah jari, tangan dan kaki lengkap, pergerakan baik.

12. Perut
32

Bentuk bulat, perut bayi lembek pada saat dalam keadaan diam,

tali pusat masih basah.

13. Genetalia/anus

a. Alat genetalia lengkap.

b. Anus berlubang

14. Tungkai/kaki

Simetris kiri dan kanan, jari-jari lengkap, pergerakan aktif.

15. Kulit

Warna kulit badan kemerahan dan ekstremitas biru, dan tidak ada

tanda bawaan sejak lahir.

II. LANGKAH II. IDENTIFIKASI DIAGNOSA / MASALAH POTENSIAL

Diagnosa : Bayi lahir dengan asfiksia ringan

Ds : Ibu mengatakan HpHt tanggal 13-10-2008

Do :

1. Bayi lahir tanggal 18 Juli

2009

2. BBL : 3400 gram


33

3. PBL : 51 cm

4. JK : Perempuan

5. Bayi lahir pervaginam

dengan lilitan tali pusat 1 x, bayi tidak segera

menangis.

6. Seluruh tubuh berwarna

merah ekstremitas biru.

7. frekuensi jantung belum

teratur atau lemah

Analisa dan interpretasi data

1. Partus aterm bila umur kehamilannya diatas 37 minggu dari tanggal

13-10-2008 sampai tanggal 18-07-2009 adalah 39 minggu 5 hari.

2. Bayi lahir tidak segera menangis atau asfiksia ringan terjadi karena

pertukaran gangguan dalam persediaan O2 dan dalam

menghilangkan CO2 (Wiknojosastro Hamifa 2005).

3. Kulit bayi yang berwarna merah, ekstermitas biru dan frekuensi

jantung lemah menandakan bahwa bayi mengalami asfiksia ringan.

(Wiknojosastro Hamifa 2005).

III. LANGKAH III IDENTIFIKASI DIAGNOSA MASALAH / POTENSIAL

Masalah potensial :Terjadinya asfiksia sedang


34

Ds :-

Do :

1. Bayi lahir tanggal 18 Juli 2009 jam 06.35

2. Bayi lahir tidak segera menangis pernapasan

lemah belum teratur.

3. Seluruh tubuh berwarna merah, ekstermitas

biru.

4. Frekuensi jantung belum teratur / lemah.

Analisa dan interpretasi data:

Bayi lahir tidak segera menangis terjadi karena pertukaran gas O 2 dan

dalam menghilangkan CO2 dan apabila asfiksia ringan tidak teratasi

secara maka dapat mengakibatkan asfiksia sedang.(Mochtar Rustam

1998).

IV. LANGKAH IV TIDAKAN EMERGENCY /KOLABORASI

1. Atur posisi bayi dengan posisi kepala sedikit ekstensi dan Bebaskan

jalan napas dengan menggunakan caution.

Rasional:Agar cairan tidak teraspirasi dan membebaskan jalan napas

seperti pada hidung dan mulut yang menghambat

pernapasan sehingga bayi dapat bernafas spontan dan

teratur.

2. Lakukan rangsangan taktil.


35

Rasional: Dengan rangsangan taktil biasanya bayi dapat segera

menangis.

3. Lakukan resusitasi

Rasional: Untuk menambah suplai Oksigen agar bayi dapat bernapas

spontan.

V. LANGKAH V INTERVENSI

Diagnosa :Bayi lahir dengan asfiksia ringan.

Tujuan :Asfiksia ringan dapat teratasi

Kriteria :

1. Frekuensi jantung dapat teratasi

2. Bayi menangis

3. Bayi dapat beradaptasi dengan perubahan

lingkungan.

Intervensi tanggal 18 Juli 2009

1. Keringkan dan bungkus badan bayi dengan kain yang kering.


36

Rasional:Mencegah kehilangan panas melalui inspeksi dan radiasi

sehingga tidak terjadi hypotermi.

2. Atur posisi bayi dengan posisi kepala sedikit ekstensi dan Bebaskan

jalan napas dengan menggunakan caution.

Rasional:Agar cairan tidak teraspirasi dan membebaskan jalan napas

seperti pada hidung dan mulut yang menghambat

pernapasan sehingga bayi dapat bernafas spontan dan

teratur.

3. Lakukan rangsangan taktil

Rasional:Dengan rangsangan taktil biasanya bayi dapat segera

menangis.

4. Lakukan resusitasi

Rasional: Untuk menambah suplai Oksigen agar bayi dapat bernapas

spontan.

5. Menilai usaha bernapas,warna kulit dan frekuensi denyut jantung.

Rasional:untuk mengetahui kondisi bayi.

6. Merawat tali pusat dilakukan setelah asfiksia teratasi.

Rasional:Untuk mencegah terjadi infeksi.

7. Atas anjuran dokter beri Vit. K 1 ml secara IM

Rasional: Untuk mencegah pendarahan otak.

VI. LANGKAH VI IMPLEMENTASI

Tanggal, 18 Juli 2009 jam 06.35


37

Diagnosa : Bayi baru lahir aterm

Masalah aktual :Asfiksia ringan

Masalah potensial: Terjadinya asfiksia sedang

1. Mengeringkan tubuh bayi,mengganti kain basah dengan

kain yang kering.

Hasil: Bayi sudah memakai pakaian yang bersih dan kering

2. Mengatur posisi bayi dengan posisi kepala sedikit ekstensi

dan bersihkan mulut hingga hidung dengan menggunakan caution.

Hasil: Bayi sudah dapat bernafas megap-megap.

3. Melakukan rangsangan taktil

Hasil: Bayi sudah dapat menangis

4. Melakukan resusitasi

Hasil: Bayi sudah dapat bernapas spontan, dan normal

5. Menilai usaha bernapas,warna kulit dan frekuensi denyut

jantung.

Hasil: N: 148x/menit P: 50x/menit

S: 36,5° C

6. Merawat tali pusat.

Hasil:Tali pusat sudah terawat dan terbungkus kasa steril.

7. Menyuntikkan Vit. K secara IM.

Hasil: Bayi sudah disuntik

VII. LANGKAH VIII EVALUASI


38

Tanggal, 18 Juli 2009

1. Asfiksia ringan teratasi

2. Bayi dapat beradaptasi dengan lingkungan

3. Bayi dapat menangis dengan dilakukannya rangsangan taktil.

4. Cairan tidak teraspirasi dan isapan pada hidung menimbulkan

pernapasan mangap-mangap.

5. Bayi dapat bernapas normal, warna kulit kemerahan dan frekuensi

jantung normal.

PENDOKUMENTASIAN ASUHAN BAYI BARU LAHIR PATOLOGI


39

PADA BY “V” DENGAN ASFIKSIA RINGAN


DI RSU SAWERIGADING PALOPO
TANGGAL 18 JULI 2009

No . Registrasi : xxxx

Tgl .Lahir : 18 Juli 2009 jam 06.35

Tgl .Pengkajian : 18 Juli 2009 jam 06.35

Nama pengkaji : Fauziah Indriati

Identitas

1. Identitas bayi

Nama : By “V”

Tgl. Lahir : 18 Juli 2009

Umur : 0 hari

Jenis kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Anak ke : 1 (satu)

Alamat : XXXX

2. Identitas orang tua


40

Nama : Ny “V”/Tn “F”

Umur : 25 Thn/26 Thn

Suku : Bugis/Bugis

Agama : Islam /Islam

Pendidikan : D3/S1

Pekerjaan : Perawat/PNS

Alamat : xxxx

Data Subyektif (S)

Ibu mengatakan HpHt tanggal 13-10-2008

Data Obyektif (O)

1. HTP: 20-07-2009

2. Bayi lahir tanggal 18 Juli 2009 jam 06.35

3. Bayi lahir tidak segera menangis

4. BB: 3400 gr

PB : 51 cm

N : 90x/i

P : 30x/i

S : 36,50c

5. Seluruh tubuh berwarna merah, ekstermitas biru


41

6. Frekuensi jantung masih lemah

Assement (A)

Diagnosa : Bayi baru lahir aterm

Masalah aktual : Asfiksia ringan

Masalah potensial: Terjadinya asfiksia sedang

Planning (P)

Tanggal 18-7-2009, jam 06.35

1. Mengeringkan tubuh bayi, mengganti kain basah dengan

kain yang kering.

Hasil: Bayi sudah memakai pakaian yang bersih dan kering

2. Mengatur posisi bayi dengan posisi kepala sedikit ekstensi

dan bersihkan mulut hingga hidung dengan menggunakan caution.

Hasil: Bayi sudah dapat bernafas megap-megap.

3. Melakukan rangsangan taktil

Hasil: Bayi sudah dapat menangis dengan dilakukannya rangsangan

taktil.

4. Melakukan resusitasi

Hasil: Bayi sudah dapat bernapas spontan dan normal.


42

5. Menilai usaha bernapas, warna kulit dan frekuensi denyut

jantung.

Hasil: N: 148x/menit

S: 36,5° C

P: 50x/menit

6. Merawat tali pusat.

Hasil:Tali pusat sudah terawat dan terbungkus kasa steril.

7. Menyuntikkan Vit. K secara IM.

Hasil: Bayi sudah disuntik.


43

PENDOKUMENTASIAN ASUHAN BAYI BARU LAHIR PATOLOGI


PADA BY “V” DENGAN ASFIKSIA RINGAN
DI RSU SAWERIGADING PALOPO
TANGGAL 19 JULI 2009

No . Registrasi : xxxx

Tgl .Lahir : 18 Juli 2009 jam 06.35

Tgl .Pengkajian : 19 Juli 2009 jam 10.00

Nama pengkaji : Fauziah Indriati

Identitas

1. Identitas bayi

Nama : By “V”

Tgl. Lahir : 18 Juli 2009

Umur : 2 hari

Jenis kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Anak ke : 1 (satu)

Alamat : XXXX
44

2. Identitas orang tua

Nama : Ny “V”/Tn “F”

Umur : 25 Thn/26 Thn

Suku : Bugis/Bugis

Agama : Islam /Islam

Pendidikan : D3/S1

Pekerjaan : Perawat/PNS

Alamat : xxxx

Data Subyektif (S)

Ibu mengatakan HpHt tanggal 13-10-2008

Data Obyektif (O)

1. HTP: 20-07-2009

2. Bayi lahir tanggal 18 Juli 2009 jam 06.35

3. Tali pusat masih basah

4. BB: 3400 gr

PB : 51 cm

N : 130x/i

P : 50x/i
45

S : 36,50c

5. Frekuensi jantung sudah teratur

6. Bayi sudah rawat gabung

Assement (A)

Bayi baru lahir hari kedua

Planning (P)

Tanggal 19-7-2009, jam 10.00

1. Observasi tanda-tanda vital

Hasil: N : 130x/i

P : 52x/i

S : 36,50c

2. Merawat tali pusat.

Hasil:Tali pusat sudah terawat dan terbungkus kasa steril.

3. Menganjurkan ibu menjaga kebersihan bayinya dan

mengganti popok setiap kali BAB dan BAK.

Hasil: Ibu mau melakukannya.

4. Menganjurkan ibu menyusui bayinya kapanpun banyinya mau

(ondemand).

Hasil: Ibu bersedia.


46

5. Menganjurkan ibu untuk membawa bayinya untuk di

imunisasi

Hasil: Ibu Bersedia

6. Atas intruksi dokter klien boleh pulang.

BAB IV

PEMBAHASAN

Merumuskan Diagnosa/Masalah pada bab ini penulis akan

membandingkan antara tinjauan kasus pada bayi “V” dengan asfiksia ringan

dirumah sakit Sawerigading Palopo dengan teori penaganan asfiksia ringan.

Dalam pembahasan ini, penulis akan membahas berdasarkan

pendekatan manajemen asuhan kebidanan dengan tujuh langkah, yaitu:

pengumpulan data dasar, merumuskan diagnosa/masalah aktual,

memutuskan diagnosa/masalah potensial, melaksanakan tindakan segera

dan kolaborasi, merencanakan dan melaksanakan tindakan asuhan

kebidanan serta mengevaluasi asuhan kebidanan.

A. Pengumpulan data

Tahap pengkajian diawali dengan pengiumpulan data melalui anamnese

yang meliputi identitas bayi dan ibu, data biologis/fisiologis riwayat kehamilan,

persalinan sekarang dan pemeriksaan fisik yang berpedoman pada format

pengkajian yang tersedia, namun tidak menutup kemungkinan untuk

menambahkan data-data lain yang ditemukan jika dibutuhkan.


47

Asfiksia dalam tinjauan pustaka adalah keadaan dimana bayi tidak

bernafas secara sepontan dan teratur setelah lahir. Asfiksia terjadi karena

gangguan gas serta transpor O 2 dari ibu kejanin sehinga terjadi gangguan

dalam persediaan O2 dan dalam menghilangkan CO2

Data yang diperoleh pada kasus bayi “V” yaitu asfiksia ringan dengan

melihat data yang diperoleh maka tidak terdapat perbedaan tinjauan pustaka

dengan kasus nyata pada bayi “V” dengan asfiksia ringan.

Pada tahap pengkajian ini, penulis tidak menemukan hambatan yang

berarti karena adanya sikap kooperatif dan keluarga bayi “V” dapat menerima

kehadiran penulis saat pengumpulan data sampai tindakan yang diberikan

serta mau menerima anjuran saran yang diberikan oleh bidan.

B. Merumuskan Diagnosa I Masalah Aktual

Asfiksia dalam tinjauan pustaka adalah keadaan dimana bayi tidak

dapat segera bernafas secara sepontan dan teratur setelah lahir. Sedangkan

tinjauan pada kasus bayi “V” ditemukan tidak segera menagis, gerakan atau

tonus otot tidak aktif dan warna kulit merah, ekstremitas biru sehingga

ditegakkan diagnosa asfiksia ringan bayi aterm.

Demikan penerapan tinjauan pustaka dan tinjauan studi kasus pada bayi

“V” secara garis besar tampak adanya persamaan dalam diagnosa Aktual

yang ditegakkan sehingga memudahkan memberikan tindakan selanjutnya.


48

C. Masalah Potensial

Pada tinjauan pustaka manejemen asuhan kebidanan mengidentifikasi

adanya masalah potensial yang mungkin terjadi pada bayi “V” berdasarkan

pengumpulan data, pengamatan yang cermat dan observasi serta evaluasi

jika kondisi yang tidak normal apabila tidak mendapat penanganan segera

dapat membawa dampak yag lebih berbahaya sehingga menggancam bayi

“V” dan tinjauan pustaka asfiksia ringan jika tidak ditangani segera dapat

mennyebabkan terjadinya asfiksia sedang.

D. Mengidentifikasi Perlunya Tindakan Segera/Kolaborasi

Pada tinjauan manejemen asuhan kebidanan,tindakan yang harus

dilakukan oleh bidan sesuai wewenangnya untuk mengantisipasi

kemungkinan terjadinya asfiksia berat, hipotemi dan infeksi tali pusat. Bidan

dapat berkomunikasi/kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain sesuai

dengan kondisi bayi “V”. Berdasarkan tinjauan pustaka tindakan segera

dilakukan apabila klien menunjukan asfiksia keadaan tersebut ditemukan

sehingga bayi “V” diperlukan tindakan yang segera. Dengan demikian adanya

kesamaan antara tinjauan pustaka dan manejemen asuhan kebidanan pada

studi kasus dilahan praktek dan ini berarti tidak ada kesengajaan.
49

E. Rencana asuhan kebidanan

Pada tinjauan, manejemen asuhan kebidanan suatu rencana tindakan

yang termasuk indikasi apa yang timbul berdasarkan kondisi klien serta

hubunganya dengan masalah yang dialami klien akan tetapi meliputi

antisipasi dengan bimbingan terhadap keluarga klien dan rencana tindakan

harus disetujui oleh keluarga klien. Semua tindakan harus berdasarkan

rasional yang relevan dan diakui kebenarannya, situasi dan kondisi harus

secara teoritis.

Pada bayi “V” dengan asfiksia ringan, penulis merencanakan asuhan

kebidanan berdasarkan diagnosa/masalah aktual dan potensial sebagai

berikut; masalah aktual (bayi baru lahir aterm dengan asfiksia ringan),

masalah potensial (asfiksia berat dan infeksi tali pusat), rencana tindakan

yaitu: keringkan tubuh bayi,ganti kain yang basah dengan yang kering,

bersikan dan bungkus tubuh bayi, atur posisi bayi dengan kepala sedikit

ekstensi dan bersihkan mulut dan hidung dan lakukan rangsangan taktil,

resusitasi, penatalaksanaan nilai usaha bernafas, warna kulit dan frekuensi

jantung, atas anjuran dokter beri Vit. K dan perawatan tali pusat setelah

asfiksia teratasi.

Dalam tinjauan pustaka dikatakan bahwa asfiksia ringan tindakan yang

harus segera diberkan adalah mengringkan tubuh bayi dan

membukusnya.mengatur posisi bayi dan membersihkan mulut hingga


50

hidung. Hal ini menunjukan bahwa ada kesamaan antara tinjauan pustaka

dan manejemen asuhan kebidanan pada penerapan studi kasus dilahan

praktek.

F. Melaksanakan asuhan kebidanan

Sesuai tinjauan manejemen kebidanan bahwa melaksanakan rencana

tindakan harus efisiensi dan menjamin rasa aman bagi klien. Implementasi

dapat dikerjakan keseluruhan oleh bidan serta bekerja sama dengan tim

kesehatan lainnya sesuai daengan tindakan yang direncanakan.

Pada studi bayi “V” dengan asfiksia ringan semua tindakan yang telah

direncanakan dilaksanakan seluruhnya dengan baik, tanpa hambatan karena

kerja sama dan penerimaan yang baik, keluarga klien dan petugas kesehatan

yang ada diruang bayi.

G. Evaluasi Hasil Asuhan Kebidanan

Pada tinjauan manejemen asuhan kebidanan evaluasi merupakan

langkah akhir dan proses manejemen asuhan kebidanan. Mengevaluasi

percapaian dengan kriteria yang didentifikasikan, memutuskan apakah

tujuan telah tercapai atau belum.

Pada tinjauan pustaka evaluasi yang telah dilakukan adalah menilai

asuhan bernafas, frekuensi denyut jantung, dan warna kulit. Berdasarkan

studi kasus bayi, dengan asfiksia ringan tidak ditemukan hal-hal yang

menyimpang dan evaluasi warna kulit kemerah-merahan, frekuensi jantung


51

sudah teratur yaitu: 148 x/menit dan bayi menangis dan dapat bernafas

secara spontan sesuai tinjauan pustaka, oleh karena itu bila dibandingkan

dengan tinjauan pustaka dan studi kasus bayi “V” secara garis besar tidak

ditemukan kesengajaan.

BAB V
52

KESIMPULAN DAN SARAN

Setelah penulis mempelajari teori dan pengalaman langsung dilahan

praktek melalui studi kasus tentang manajemen asuhan kebidanan pada bayi

“V” dengan asfiksia ringan di Rumah Sakit sawerigading Palopo, maka

penulis dapat menarik kesimpulan sebagai berikut:

A . Kesimpulan

1. Asfiksia adalah suatu keadaan dimana bayi tidak dapat

bernafas spontan dan teratur setelah lahir. Terjadi karena gangguan

pertukaran gas serta transport O2 dari ibu ke janin sehingga terjadi

gangguan dalam persediaan O2 dan dalam menghilangkan CO2.

2. Data yang diperoleh dari Rumah Sakit Sawerigading Palopo

pada tahun 2008 terdapat 142 kelahiran bayi dimana 12 bayi

mengalami asfiksia.

3. penanganan bayi asfiksia harus dilaksanakan segera mungkin

yaitu mengeringkan tubuh bayi, mengganti kain basah dengan kain

yang kering, mengatur posisi bayi dengan posisi kepala sedikit

ekstensi dan bersihkan mulut hingga hidung dengan menggunakan

caution, melakukan rangsangan taktil, melakukan resusitasi, serta

menilai usaha bernapas, warna kulit dan frekuensi denyut jantung.


53

4. Metode pemecahan masalah dengan menggunakan

pendekatan manajemen kebidanan dengan asfiksia ringan

B. Saran

1. Dalam rangka pelayanan terhadap klien dengan asfiksia,

sebaiknya mengunakan pendekatan proses manejemen asuhan

kebidanan untuk meningkatkan kualitas pelayanan di Rumah Sakit

Umum Sawerigading Palopo.

2. Seorang bidan hendaknya mampu mengenali komplikasi yang

mungkin timbul akibat kasus asfiksia, serta mampu mengambil

keputusan klinik sercara cepat untuk menghindari keterlambatan

dalam merujuk hingga mencegah kematian ibu dan bayi

3. Dalam penaganan asfiksia perlu kerja sama bidan dan keluarga

klien agar dapat mencegah terjadinya asfiksia berat.

4. Saran untuk insitusi

Untuk mendapatkan hasil yang diharapkan, penerapan manejemen

asuhan kebidanandan pemecahan masalah harus lebih ditingkatkan

mengigat proses tersebut sangat bermanfaat dalam membina tenaga

bidan, guna menciptakan sumber daya manusia berpotensi dan

profesional.

DAFTAR PUSTAKA
54

Dinas kesehatan Propinsi Sulawesi Selatan 2006-2007, Laporan kematian

Ibu dan Anak di Puskesmas dan Rumah sakit Propinsi Sulawesi

Selatan Tahun 2006-2007.

Manuaba, I.B.G, 1998. Ilmu Kebidanan, penyakit Kandungan dan KB

untuk Pendidikan Bidan, Jakarta

Mochtar Rustam, 1998. Sinopsis Obstetri : Obstetri Fisiologi, Obstetri

Patologi Jilid I, Jakarta

Prawirohardjo Sarwono, 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta. Yayasan Bina

Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Prawirohardjo Sarwono, 2002. Buku Acuan Nasional Pelayanan

Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta. Yayasan Bina Pustaka

Sarwono Prawirohardjo

Unknow, 2007, Abortus Inkomplit, (online), http://www.

kusuma.blog.friendster.com, diakses 25 Juni 2009.

Unknow, 2007, SDKI, (online). http://www.ropeg.depkes.go.id, diakses 25

Juni 2009.

Varney Helen, 2002. Buku Saku Bidan. Varney’s midwifery Text Book. Third

Editing, Jones and Barket, Bandung.

Wiknjosastro, 2005. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal

dan Neonatal. Jakarta. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Panduan Penulisan KTI AKBID Kamanre Palopo, 2009


55

Anda mungkin juga menyukai