PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
a. Tujuan umum
Mampu melakukan asuhan kebidanan pada neonatus kurang bulan KMK,BBLSR dengan
sepsis neonatal awitan lambat
b. Tujuan khusus
1. Mampu melakukan pengkajian pada neonatus kurang bulan KMK,BBLSR dengan
Sepsis neonatal awitan lambat
2. Mengidentifikasi pemeriksaaan yang diperlukan untuk diagnosis
3. Mampu menegakan diagnose dan masalah potensial
4. Mampu mengidentifikasikan kebutuhan dan rencana asuhan
5. Mampu melakukan tindakan asuhan kebidanan dan mengevaluasi asuhan yang diberikan.
1.3 Manfaat
Penulisan makalah ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan maha
siswa sehingga dapat mengaplikasikannya dalam memberikan asuhan kebidanan pada
neonatus kurang bulan KMK,BBLSR dengan sepsis neonatal awitan lambat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Bayi berat badan lahir rendah adalah bayi dengan berat badan lahir kurang dari 2500
gram (Arief, 2009). BBLR adalah bayi yang lahir dengan berat kurang dari 2500 gram tanpa
memandang usia gestasi (JNPK-KR 2008) Dahulu bayi baru lahir yang berat badan lahir kurang
atau sama dengan 2500 gram disebut premature. Untuk mendapatkan keseragaman pada kongres
European Perinatal Medicine II di London (1970), telah disusun definisi sebagai berikut:
1. Preterm infant (premature) atau bayi kurang bulan : bayi dengan masa kehamilan kurang dari 37
minggu (259 hari)
2. Term infant atau bayi cukup bulan : bayi dengan masa kehamilan mulai 37 minggu sampai
dengan 42 minggu (259-293 hari)
3. Post term atau bayi lebih bulan : bayi dengan masa kehamilan mulai 42 minggu atau lebih (294
hari atau lebih)
World Health Organization (WHO) pada tahun 1961 menyatakan bahwa semua bayi baru
lahir yang berat badannya kurang atau sama dengan 2500 gram disebut low birth weight infant
(bayi berat badan lahir rendah/BBLR), karena morbiditas dan mortalitas neonatus tidak hanya
bergantung pada berat badannya tetapi juga pada tingkat kematangan (maturitas) bayi tersebut.
Klasifikasi BBLR :
a. Berdasarkan BB lahir
1.BBLR : BB < 2500gr
2.BBLSR : BB 1000-1500gr
3.BBLASR : BB <1000 gr
b. Berdasarkan umur kehamilan
1. Prematur
Adalah bayi lahir dengan umur kehamilan kurang dari 37 minggu dan mempunyai berat badan
sesuai dengan berat badan untuk masa kehamilan atau disebut Neonatus Kurang Bulan – Sesuai
Masa Kehamilan ( NKB- SMK).
2. Dismaturitas.
Adalah bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan seharusnya untuk masa kehamilan,
dismatur dapat terjadi dalam preterm, term, dan post term. Dismatur ini dapat juga Neonatus
Kurang Bulan – Kecil untuk Masa Kehamilan (NKB- KMK),
Neonatus Cukup Bulan-Kecil Masa Kehamilan ( NCB-KMK ), Neonatus Lebih Bulan-Kecil
Masa Kehamilan ( NLB- KMK )
B. Etiologi
1.Persalinan kurang bulan/premature
2.Bayi lahir kecil untuk masa kehamilan
C. Tanda-Tanda Klinis
Gambaran klinis BBLR secara umum:
~ Berat lahir kurang dari 2500 gram
~ Untuk BBLR Kurang Bulan
Tanda prematuritas:
-Tulang rawan telinga belum terbentuk
-Masih terdapat lanugo
-Refleks masih lemah
-Alat kelamin luar: pada perempuan labium mayus belum menutupi labium minus,pada laki-
Laki belum terjadi penurunan testis dan kulit testis rata.
~ Untuk BBLR kecil masa kehamilan :
Tanda janin tumbuh lambat
-Tidak dijumpai tanda prematuritas seperti tersebut di atas
-Kulit keriput
-Kuku lebih panjang
E. Penatalaksanaan
1. Medikamentosa
Pemberian vitamin K1:
a. Injeksi 1 mg IM sekali pemberian, atau
b. Per oral 2 mg sekali pemberian atau 1 mg 3 kali pemberian (saat lahir, umur 3-10 hari, dan umur
6 minggu)
2. Diatetik
Pemberian nutrisi yang adekuat
a. Apabila daya isap belum baik, bayi dicoba untuk menetek sedikit demi sedikit
b. Apabila bayi belum bisa meneteki pemberian ASI diberikan melalui sendok atau pipet
c. Apabila bayi belum ada reflek menghisap dan menelan harus dipasang slang penduga/ sonde
fooding
Pemberian minum bayi berat lahir rendah (BBLR) menurut berat badan lahir dan keadaan bayi
adalah sebagai berikut
a. Berat lahir 1750-2500 gram
1) Bayi sehat
a) Biarkan bayi menyusu pada ibu semau bayi. Ingat bahwa bayi kecil lebih mudah merasa letih
dan malas minum, anjurkan bayi menyusu lebih sering ( setiap 2 jam)
b) Pantau pemberian minum dan kenaikan berat badan untuk menilai efektifitas menyusui. Apabila
bayi kurang dapat menghisap tambahkan ASI peras dengan menggunakan salah satu alternative
cara pemberian minum.
2) Bayi sakit
a) Apabila bayi dapat minum per oral dan tidak memerlukan cairan IV, berikan minum seperti pada
bayi sehat
b) Apabila bayi memerlukan cairan intravena:
Berikan cairan intravena hanya selama 24 jam pertama
Mulai berikan minum per oral pada hari ke-2 segera setelah bayi stabil.
c) Apabila masalah sakitnya menghalangi proses menyusui (contoh; gangguan nafas, kejang),
berikan ASI peras melalui pipa lambung:
Berikan cairan IV dan ASI menurut umur
Berikan minum 8 kali dalam 24 jam . Apabila bayi telah mendapat minum 160 ml/kgBB per
hari tetapi masih tampak lapar berikan tambahan ASI setiap kali minum. Biarkan bayi menyusu
apabila keadaan bayi sudah stabil dan bayi menunjukkan keinginan untuk menyusu dan dapat
menyusu tanpa terbatuk atau tersedak.
b. Berat lahir 1500-1749 gram
1) Bayi sehat
a) Berikan ASI peras dengan cangkir/sendok. Bila jumlah yang dibutuhkan tidak dapat diberikan
menggunakan cangkir/sendok atau ada resiko terjadi aspirasi ke dalam paru (batuk atau
tersedak), berikan minum dengan pipa lambung.
b) Berikan minum 8 kali dalam 24 jam ( setiap 3 jam). Apabila bayi telah mendapatkan minum
160/kgBB per hari tetapi masih tampak lapar, beri tambahan ASI setiap kali minum.
c) Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan sendok/cangkir, coba untuk
menyusui langsung.
2) Bayi sakit
a) Berikan cairan intravena hanya selama 24 jam pertama
b) Beri ASI peras dengan pipa lambung mulai hari ke-2 dan kurangi jumlah cairan IV secara
perlahan.
c) Berikan minum 8 kali dalam 24 jam ( tiap 3 jam). Apabila bayi telah mendapatkan minum
160/kgBB per hari tetapi masih tampak lapar, beri tambahan ASI setiap kali minum.
d) Lanjutkan pemberian minum menggunakan cangkir/sendok apabila kondisi bayi sudah stabil dan
bayi dapat menelan tanpa batuk atau tersedak
e) Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan cangkir/sendok, coba untuk
menyusui langsung
c. Berat lahir 1250-1499 gram
1) Bayi sehat
a) Beri ASI peras melalui pipa lambung
b) Beri minum 8 kali dalam 24 jam ( setiap 3 jam). Apabila bayi telah mendapatkan minum 160
ml/kgBB per hari tetapi masih tampak lapar, beri tambahan ASI setiap kali minum
c) Lanjutkan pemberian minum mengguanakan cangkir/sendok
d) Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan cangkir/sendok, coba untuk
menyusui langsung
2) Bayi sakit
a) Beri cairan intravena hanya selama 24 jam pertama
b) Beri ASI peras melalui pipa lambung mulai hari ke-2 dan kurangi jumlah cairan intravena secara
perlahan
c) Beri minum 8 kali dalam 24 jam (setiap 3 jam). Apabila bayi telah mendapatkan minum 160
ml/kgBB per hari tetapi masih tampak lapar, beri tambahan ASI setiap kali minum
d) Lanjutkan pemberian minum menggunakan cangkir/sendok
e) Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan cangkir/sendok, coba untuk
menyusui langsung
d. Berat lahir (tidak tergantung kondisi)
1) Berikan cairan intravena hanya selama 48 jam pertama
2) Berikan ASI melalui pipa lambung mulai pada hari ke-3 dan kurangi pemberian cairan intravena
secara perlahan
3) Berikan minum 12 kali dalam 24 jam (setiap 2 jam). Apabila bayi telah mendapatkan minum
160 ml/kgBB perhari tetapi masih tampak lapar, beri tambahan ASI setiap kali minum
4) Lanjutkan pemberian minum menggunakan cangkir/sendok
5) Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan cangkir/sendok, coba untuk
menyusui langsung
3. Suportif
Hal utama yang dilakukan adalah mempertahankan suhu tubuh normal:
a. Membersihkan jalan napas
b. Memotong tali pusat dan perawatan tali pusat
c. Membersihkan badan bayi dengan kapas baby oil/minyak
d. Memberikan obat mata
e. Membungkus bayi dengan kain hangat
f. Pengkajian keadaan kesehatan pada bayi dengan berat badan lahir rendah
g. Mempertahankan suhu tubuh bayi dengan cara:
~ Badan bayi harus dalam keadaan kering
~ Gunakan salah satu cara menghangatkan dan mempertahankan suhu tubuh bayi, seperti
kontak kulit ke kulit, kangaroo mother care, pemancar panas, incubator atau ruangan hangat yang
tersedia di tempat fasilitas kesehatan setempat sesuai petunjuk
~ Jangan memandikan atau menyentuh bayi dengan tangan dingin
~ Ukur suhu tubuh dengan berkala
h. Yang juga harus diperhatikan untuk penatalaksanaan suportif ini adalah:
1) Jaga dan pantau patensi jalan nafas
2) Pantau kecukupan nutrisi, cairan dan elektrolit
i. Bila terjadi penyulit, harus dikoreksi dengan segera (contoh; hipotermia, kejang, gangguan nafas,
hiperbilirubinemia)
j. Berikan dukungan emosional pada ibu dan anggota keluarga lainnya
k. Anjurkan ibu untuk tetap bersama bayi. Bila tidak memungkinkan, biarkan ibu berkunjung
setiap saat dan siapkan kamar untuk menyusui
4. Pemantauan (Monitoring)
a. Pemantauan saat dirawat
1) Terapi
a) Bila diperlukan terapi untuk penyulit tetap diberikan
b) Preparat besi sebagai suplemen mulai diberikan pada usia 2 minggu
2) Tumbuh kembang
a) Pantau berat badan bayi secara periodic
b) Bayi akan kehilangan berat badan selama 7-10 hari pertama (sampai 10% untuk bayi
dengan berat lahir ≥1500 gram dan 15% untuk bayi dengan berat lahir <1500 gram
c) Bila bayi sudah mendapatkan ASI secara penuh (pada semua kategori berat lahir) dan telah
berusia lebih dari 7 hari:
Tingkatkan jumlah ASI dengan 20 ml/kg/hari sampai tercapai jumlah 180 ml/kg/hari
Tingkatkan jumlah ASI sesuai dengan penigkatan berat badan bayi agar jumlah pemberian ASI
tetap 180 ml/kg/hari
Apabila kenaikan berat badan tidak adekuat, tingkatkan jumlah pemberian ASI hingga 200
ml/kg/hari
Ukur berat badan setiap hari, panjang badan dan lingkar kepala setiap minggu.
b. Pemantauan setelah pulang
Diperlukan pemantauan setelah pulang untuk mengetahui perkembangan bayi dan
mencegah/mengurangi kemungkinan untuk terjadinya komplikasi setelah pulang sebagai berikut:
1) Setelah pulang hari ke-2,10,20,30, dilanjutkan setiap bulan
2) Hitung umur koreksi
3) Pertumbuhan, berat badan, panjang badan dan lingkar kepala
4) Tes perkembangan, Denver development screening test (DDST)
5) Awasi adanya kelainan bawaan
6) Mengajarkan ibu/orang tua cara:
a) Membersihkan jalan napas
b) Mempertahankan suhu tubuh
c) Mencegah terjadinya infeksi
d) Perawatan bayi sehari-hari:
(1) Memandikan
(2) Perawatan tali pusat
(3) Pemberian ASI
(4) Dll
7) Menjelaskan pada ibu (orang tua)
a) Pemberian ASI
b) Makanan bergizi bagi ibu
c) Mengikuti program KB segera mungkin
8) Observasi keadaan umum bayi selama 3 hari, apabila tidak ada perubahan atau keadaan
umum semakin menurun bayi harus dirujuk ke rumah sakit. Berikan penjelasan kepada keluarga
bahwa anaknya harus dirujuk ke rumah sakit.
F. Diagnosis
Menegakkan diagnosis BBLR adalah dengan mengukur berat lahir bayi dalam jangka
waktu 1 jam setelah lahir, dapat diketahui dengan dilakukan anamnesis, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang.
1. Anamnesis
Riwayat yang perlu ditanyakan pada ibu dalam anamnesis untuk menegakkan mencari etiologi
dan factor-faktor yang berpengaruh terhadap terjadinya BBLR:
a. Umur ibu
b. Riwayat hari pertama haid terakhir
c. Riwayat persalinan sebelumnya
d. Parietas, jarak kelahiran sebelumnya
e. Kenaikan berat badan selama hamil
f. Aktivitas
g. Penyakit yang diderita selama hamil
h. Obat-obatan yang diminum selama hamil
2. Pemeriksaan fisik
Yang dapat dijumpai saat pemeriksaan fisik pada bayi BBLR antara lain:
a. Berat badan
b. Tanda-tanda prematuritas (pada bayi kurang bulan)
c. Tanda bayi cukup bulan atau lebih bulan (bila bayi kecil untuk masa kehamilan)
3. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan antara lain:
a. Pemeriksaan skor ballard
b. Tes kocok (shake test), dianjurkan untuk bayi kurang bulan
c. Darah rutin, glukosa darah, kalau perlu dan tersedia fasilitas diperiksa kadar elektrolit dan
analisa gas darah
d. Foto dada ataupun babygram diperlukan pada bayi baru lahir dengan umur kehamilan kurang
bulan dimulai pada umur 8 jam atau didapat/diperkirakan akan terjadi sindrom gawat napas
G. Pencegahan
~Mencegah persalinan premature
~Pemeriksaan selama kehamilan secara teratur yang berkualitas
~Meningkatkan status nutrisi ibu
~Melarang merokok pada ibu hamil
H. Perawatan
Perawatan yang dilakukan pada bayi BBLR meliputi :
1. Mempertahankan suhu tubuh optimal
2. Mempertahankan oksigenasi
3. Memenuhi kebutuhan nutrisi
4. Mencegah dan mengatasi infeksi
5. Mengatasi hiperbilirubinemia
6. Memenuhi kebutuhan psikologis
7. Melibatkan program imunisasi
B. Etiologi
1. Semua infeksi pada neonatus dianggap oportunisitik dan setiap bakteri mampu menyebabkan
sepsis.
2. Mikroorganisme berupa bakteri, jamur, virus atau riketsia. Penyebab paling sering dari sepsis :
Escherichia Coli dan Streptococcus grup B (dengan angka kesakitan sekitar 50 – 70 %. Diikuti
dengan malaria, sifilis, dan toksoplasma. Streptococcus grup A, dan streptococcus viridans,
patogen lainnya gonokokus, candida alibicans, virus herpes simpleks (tipe II) dan organisme
listeria, rubella, sitomegalo, koksaki, hepatitis, influenza, parotitis.
3. Pertolongan persalinan yang tidak higiene, partus lama, partus dengan tindakan.
4. Kelahiran kurang bulan, BBLR, cacat bawaan
Faktor-faktor yang mempengaruhi kemungkinan infeksi secara umum berasal dari tiga
kelompok, yaitu :
1. Faktor Maternal
a. Status sosial-ekonomi ibu, ras, dan latar belakang.
b. Status paritas (wanita multipara atau gravida lebih dari 3) dan umur ibu (kurang dari 20 tahun
atua lebih dari 30 tahun).
c. Kurangnya perawatan prenatal.
d. Ketuban pecah dini
e. Prosedur selama persalinan
2. Faktor neonatatal
a. Prematurius (berat badan bayi kurang dari 1500 gram), merupakan faktor resiko utama untuk
sepsis neonatal.
b. Defisiensi imun. Neonatus bisa mengalami kekurangan IgG spesifik, khususnya terhadap
streptokokus atau Haemophilus influenza. IgG dan IgA tidak melewati plasenta dan hampir tidak
terdeteksi dalam darah tali pusat.
c. Laki-laki dan kehamilan kembar. Insidens sepsis pada bayi laki- laki empat kali lebih besar dari
pada bayi perempuan.
3. Faktor diluar ibu dan neonatal
a. Penggunaan kateter vena/ arteri maupun kateter nutrisi parenteral merupakan tempat masuk bagi
mikroorganisme pada kulit yang luka. Bayi juga mungkin terinfeksi akibat alat yang
terkontaminasi.
b. Paparan terhadap obat-obat tertentu, seperti steroid, bisa menimbulkan resiko pada neonatus
yang melebihi resiko penggunaan antibiotik spektrum luas, sehingga menyebabkan kolonisasi
spektrum luas, sehingga menyebabkan resisten berlipat ganda.
c. Kadang-kadang di ruang perawatan terhadap epidemi penyebaran mikroorganisme yang berasal
dari petugas ( infeksi nosokomial), paling sering akibat kontak tangan.
d. Pada bayi yang minum ASI, spesies Lactbacillus dan E.colli ditemukan dalam tinjanya,
sedangkan bayi yang minum susu formula hanya didominasi oleh e. colli
4. Faktor predisposisi
Terdapat berbagai faktor predisposisi terjadinya sepsis, baik dari ibu maupun bayi sehingga
dapat dilakukan tindakan antisipasi terhadap kemungkinan terjadinya sepsis. Faktor tersebut
adalah :
a. Penyakit infeksi yang diderita ibu selama kehamilan
b. Perawatan antenatal yang tidak memadai
c. Ibu menderita eklampsia, diabetes mellitus
d. Pertolongan persalinan yang tidak higiene, partus lama, partus dengan tindakan.
e. Kelahiran kurang bulan, BBLR, dan cacat bawaan.
f. Adanya trauma lahir, asfiksia neonatus, tindakan invasif pada neonatus.
g. Tidak menerapkan rawat gabung
h. Sarana perawatan yang tidak baik, bangsal yang penuh sesak
i. Ketuban pecah dini
Etiologi terjadinya sepsis pada neonatus adalah dari bakteri.virus, jamur dan protozoa (
jarang ). Penyebab yang paling sering dari sepsis awitan awal adalah Streptokokus grup B dan
bakteri enterik yang didapat dari saluran kelamin ibu. Sepsis awitan lanjut dapat disebabkan oleh
SGB, virus herpes simplek (HSV), enterovirus dan E.coli. Pada bayi dengan berat badan lahir
sangat rendah, Candida dan Stafilokokus koagulase-negatif (CONS), merupakan patogen yang
paling umum pada sepsis awitan lanjut.
Jika dikelompokan maka didapat:
b. H. influenzae.
c. Listeria monositogenes.
d. Pseudomonas
e. Klebsiella.
f. Enterobakter.
g. Salmonella.
h. Bakteria anaerob.
i. Gardenerella vaginalis
C. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala sepsis neonatorum umumnya tidak jelas dan tidak spesifik.Tanda dan gejala
sepsis neonatorum yaitu: Tanda dan gejala umum meliputi hipertermia atau hipotermi bahkan
normal, aktivitas lemah atau tidak ada tampak sakit, berat badan menurun tiba-tiba; Tanda dan
gejala pada saluran pernafasan meliputi dispnea, takipnea, apnea, tampak tarikan otot
pernafasan,merintih, mengorok, dan pernafasan cuping hidung; Tanda dan gejala pada system
kardiovaskuler meliputi hipotensi, kulit lembab, pucat dan sianosis; Tanda dan gejala pada
saluran pencernaan mencakup distensi abdomen, malas atau tidak mau minum, diare; Tanda dan
gejala pada sistem saraf pusat meliputi refleks moro abnormal, iritabilitas, kejang, hiporefleksia,
fontanel anterior menonjol, pernafasan tidak teratur; Tanda dan gejala hematology mencakup
tampak pucat, ikterus, patikie, purpura, perdarahan, splenomegali.
D. Patofisiologi
Mikroorganisme atau kuman penyebab infeksi dapat mencapai neonatus melalui beberapa
cara yaitu:
a. Pada masa antenatal atau sebelum lahir
Pada masa antenatal kuman dari ibu setelah melewati plasenta dan umbilikus masuk ke
dalam tubuh bayi melalui sirkulasi darah janin. Penyebab infeksi adalah virus yang dapat
menembus plasenta antara lain:virus rubella, herpes, sitomegalo, koksaki, influenza, parotitis.
Bakteri yang melalui jalur ini antara lain: malaria, sipilis, dan toksoplasma.
b. Pada masa intranatal atau saat persalinan
Infeksi saat persalinan terjadi karena kuman yang ada pada vagina dan serviks naik
mencapai korion dan amnion. Akibatnya terjadi amnionitis dan korionitis, selanjutnya kuman
melalui umbilikus masuk ke tubuh bayi. Cara lain yaitu pada saat persalinan, kemudian
menyebabkan infeksi pada janin dapat terjadi melalui kulit bayi atau port de entre, saat bayi
melewati jalan lahir yang terkontaminasi oleh kuman ( misalnya: herpes genetalia, candida
albicans, gonorrhea).
c. Infeksi pascanatal atau sesudah melahirkan
Infeksi yang terjadi sesudah kelahiran umumnya terjadi akibat infeksi nasokomial dari
lingkungan di luar rahim (misalnya melalui alat-alat penghisap lendir, selang endotrakea, infus,
selang nasogastrik, botol minuman atau dot. Perawat atau profesi lain yang ikut menangani bayi,
dapat menyebabkan terjadinya infeksi nasokomial. Infeksi juga dapat melalui luka umbilikus.
(Surasmi, 2003)
E. Klasifikasi
Berdasarkan umur dan onset / waktu timbulnya gejala-gejala, sepsis neonatorum dibagi
menjadi dua:
1. Early onset sepsis neonatal / sepsis awitan awal dengan ciri-ciri:
a. Umur saat onset → mulai lahir sampai 7 hari.
b. Penyebab → organisme dari saluran genital ibu.
c. Organisme → grup B Streptococcus, Escherichia coli, Listeria non-typik, Haemophilus
influezae dan enterococcus.
d. Klinis → melibatkan multisistem organ (resiko tinggi terjadi pneumoni)
e. Mortalitas → mortalitas tinggi (15-45%).
2. Late onset sepsis neonatal / sepsis awitan lanjut dengan ciri-ciri:
a. Umur saat onset → 7 hari sampai 30 hari.
b. Penyebab → selain dari saluran genital ibu atau peralatan.
c. 0rganisme → Staphylococcus coagulase-negatif, Staphylococcus aureus, Pseudomonas, Grup B
Streptococcus, Escherichia coli, dan Listeria.
d. Klinis → biasanya melibatkan organ lokal/fokal (resiko tinggi terjadi meningitis).
e. Mortalitas → mortalitas rendah ( 10-20%).
F. Diagnosis
a. Dari gejala-gejala klinis / manifestasi klinis
Sepsis neonatorum adalah infeksi yang masuk ke dalam tubuh secara langsung, yang dapat
menimbulkan gejala klinis yang berat. Penyebab sepsis neonatorum adalah bakteri gram positif
dan gram negatif, virus infeksi, dapat masuk secara hematogen, atau infeksi asenden. Waktu
masuknya infeksi dapat berlangsung sebagai berikut.
1. Sebelum in partu. Potensi infeksi neonatus dalam keadaan :
a. Ketuban pecah dini akibat infeksi asenden.
b. Akibat melakukan amniotomi.
c. Infeksi ibu sebelum persalinan.
d. Prematuritas akan lebih rentan terhadap infeksi
e. Pertolongan persalinan yang tidak bersih situasinya.
2. Pada saat in partu sebagai akibat bayi dengan berat badanlahir rendah/prematuritas atau akibat
alat resusitasi yang tidak steril.
3. Terdapat sumber infeksi (infeksi lokal).
4. Stomatitis,perlukaam badan.
5. Sumber infeksi kulit (furunkel).
Berdasarkan kejadiannya, infeksi sepsis neonatorum berlangsung dalam dua awitan
berikut :
1. Awitan dini :
a. Gejala klinisnya tampak secara dini yaitu sekitar/sejak semula (rata-rata 48 jam pertama).
b. Infeksi berkaitan dengan sumber pada ibunya saat proses persalinan.
c. Kumannya: stafilokokus (E. Coli, H. Infuenzae, Klebsiella, Monilia).
2. Awitan lanjut :
a. Gejala klinisnya tampak setelah7 hari, saat penderita telah pulang.
b. Sumber infeksinya: faktor lingkungan yang kotor dan infeksius, infeksi nosokomial di rumah
sakit.
c. Penyebab infeksinya : S. Aureus, stafilokokus grup beta, E. Coli monositogen.
d. Komplikasi berat : komplikasi susunan saraf pusat.
Diagnosis sepsis nenoatorum sulit ditetapkan karena gejalanya tidak khas. Setiap perubahan
keadaan fisik atau gambaran darah neonatus dianggap terjadi infeksi sepsis neonatorum.
Diagnosis ditegakkan jika terdapat lebih dari satu kumpulan gejala berikut ini :
1. Gejala umum infeksi : tampak sakit, tidak mau minum, suhu naik atau turun,
sklerena/skerederna.
2. Gejala gastrointestinal : terdapat diare, muntah, hepatomegali, splenomegali, atau perut
kembung.
3. Gejala paru : sianosis, apnea, atau takipnea.
4. Gejala kardiovaskular : terdapat takikardia, edema atau dehidrasi.
5. Gejala neurologic : letargi , peka rangsang atau kejang.
6. Gejala hematologis-laboratorium : ikterus, pendarahan bawah kulit, leukopenia, dan
leukosit kurang dari 5.000/mm3.
7. Pemeriksaan tambahan untuk memperkuat sepsis neonatorum adalah : LED meningkat,
trombositopenia, granulasi toksis vakuolisasi sel atau granulasi toksis, vakuolisasi
nukleus polimorf.
Diagnosis pastinya ditegakkan bila dijumpai bakteri kuman dalam darah dan semua cairan
yang dikeluarkan oleh tubuh.
G. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan untuk sepsis neonatorum ada tiga tahap yaitu sebagai beikut :
1. Perawatan umum :
a. Tindakan aseptik dengan cuci hama.S
b. Pertahankan suhu tubuh sekitar 36,5-37ºC.
c. Jalan napas harus bersih, artinya jangan sampai ada gangguan napas.
d. Cairan diberikan dengan infus.
e. Lakukan perawatan bayi dan tali pusat dengan baik.
2. Medikamentosa :
Kriteria sembuh adalah keadaan umum membaik, gejala penyakit menghilang dan didukung
pemeriksaan laboraturium.
H. Pencegahan
a. Dari Ibu.
Prenatal skreening dan pengobatan jika ada infeksi
b. Dari Neonatus
Pemberian antibiotik profilaksis untuk bayi-bayi asimtomatis yang diduga beresiko tinggi
terjadi sepsis oleh Grup B Streptococcus masih kontroversial.
I. Pengobatan
Prinsip pengobatan sepsis neonatorum adalah mempertahankan metabolisme tubuh dan
memperbaiki keadaan umum dengan pemberian cairan intravena termasuk kebutuhan nutrisi.
Menurut Yu Victor Y.H dan Hans E. Monintja pemberian antibiotik hendaknya memenuhi
kriteria efektif berdasarkan hasil pemantauan mikrobiologi, murah, dan mudah diperoleh, tidak
toksik, dapat menembus sawar darah otak atau dinding kapiler dalam otak yang memisahkan
darah dari jaringan otak dan dapat diberi secara parenteral. Pilihan obat yang diberikan ialah
ampisilin dan gentamisin atau ampisilin dan kloramfenikol, eritromisin atau sefalasporin atau
obat lain sesuai hasil tes resistensi.
Dosis antibiotik untuk sepsis neonatorum : Ampisislin 200 mg/kgBB/hari, dibagi 3 atau 4
kali pemberian; Gentamisin 5 mg/kg BB/hari, dibagi dalam 2 pemberian; Kloramfenikol 25
mg/kg BB/hari, dibagi dalam 3 atau 4 kali pemberian; Sefalasporin 100 mg/kg BB/hari, dibagi
dalam 2 kali pemberian;Eritromisin 500 mg/kg BB/hari, dibagi dalam 3 dosis.(surasmi,2003)
J. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan darah rutin (hb, leuko, trombosit, CT, BT, LED, SGOT, SGPT)
2. Kultur darah dapat menunjukkan organisme penyebab.
3. Analisis kultur urine dan cairan sebrospinal (CSS) dengan lumbal fungsi dapat
4. Mendeteksi organisme.
5. DPL menunjukan peningkatan hitung sel darah putih (SDP) dengan peningkatan
6. Neutrofil immatur yang menyatakan adanya infeksi.
7. Laju rendah darah, dan protein reaktif-c (CRP) akan meningkat menandakan adanya
perubahan
8. Inflamasi.
BAB III
TINJAUAN KASUS
3. Riwayat Intranatal
Bayi lahir pukul 10.50 WITA, Tanggal 25-10- 2016, bayi lahir tidak segera
menangis(asfiksia sedang). Berat badan lahir:1350 gram PB 45 Cm,LK 30 Cm, LD
29 Cm,jenis kelamin laki-laki tidak terdapat adanya kelainan kongenital.
Jenis Persalinan :SC indikasi PEB
Air Ketuban : jernih
Kondisi plasenta:lahir lengkap
Tempat persalinan RS Klungkung
4. Riwayat kesehatan sekarang.
Bayi lahir tidak segera menangis,dilakukan manajemen asfiksia dan berhasil. Bayi
dirawat di RS Klungkung selama 6 hari.Tanggal 1-11-2016 bayi di rujuk ke RSUP
Sanglah karena leucositopenia(2,016), trombositopenia(9),dengan diagnose
Neonatus preterm+sepsis+BBLSR+Post asfiksia sedang.Saat lahir terpasang CPAP 3
hari,ganti O2 nasal 1 lpm.Riwayat antibiotic disangkal.BB saat masuk 1100
gram,reflek isap lemah,ttv nadi 164 kali/m,RR 60 kali/m,suhu 37,3 oC,spo2 92%
udara ruangan,BAK,BAB normal. Dilakukan pemasangan OGT,infus,dan
pemeriksaan laboratorium.Bayi dirawat dalam incubator.Hasil lab; CRP 86,46;HB
14,86;HCT 45,42;PLT 5,35;WBC3,04; Bilirubin total 10,bilirubin direk 4,3;bilirubin
indirek 6,41.Terapi yang telah diberikan TF 30 ml/hari 6ml/jam; infus D10% 165
ml+Nacl 3% 6 ml+kcl 2 ml+ca glukonas 2 ml+aminofusin ped 65 ml kecepatan 10
ml/jam. Tranfusi TC 3 kali 15 ml, Ampisilin 80 mg/8 jam,Amikasin 12 mg/8 jam IV.
5.Masalah kesehatan ibu
Riwayat penyakit : Sebelum dan selama hamil ibu tidak pernah mengalami penyakit
gejala TBC, DM, Jantung, Hepatitis, PMS, HIV/AIDS. Sejak usia kehamilan 5 bulan
ibu mengalami tekanan darah tinggi dan saat umur kehamilan 36 minggu ibu
didiagnosa PEB.
7.Kebutuhan Bio,psiko,social
b.Pola nutrisi :Asi 285 ml/kg/hari melalui OGT ;35 ml tiap 3 jam
c.Pola eliminasi :BAB 2-3 kali sehari berwarna kuning konsistensi lembek,BAK
6-
e.Personal higyene
Bayi di seka tiap pagi pk 08.00 wita dan jika badan bayi kotor dan selalu ganti
9. Sosial
Ibu dan suami merasa senang dengan kehadiran putranya dan mengharapkan
putranya cepat sembuh
B. DATA OBYEKTIF
1. Kondisi Bayi
Gerak : cukup
Tangis : cukup
Reflek isap :lemah
Warna Kulit : Kemerahan, tugor: baik
Pemeriksaan Umum: BB; 1600 gr, PB; 47 cm, LK; 30 cm, LD; 29 cm, HR;
164 x/menit, Suhu; 37, 0 C, Respirasi; 50x/menit,spo2 96% O2 ruangan
Pemeriksaan Fisik :
Kepala : tidak ada caput, cephal hematum tidak ada, ubun – ubun besar
datar
Muka :tidak pucat,tidak oedem
Mata : Simetris, tidak ada icterus, tidak ada kotoran,konjungtiva merah
muda
Hidung : tidak ada kelainan,tidak ada napas cuping hidung
Mulut : mukosa lembab,tidak ada kelainan,terpasang OGT
Telinga : Simetris, tulang rawan belum terbentuk
Leher : Tidak ada pembesaran vena jugularis
Dada : simetris,tidak ada retraksi pada otot dada
Paru-paru : tidak ada ronchi
Jantung : tidak ada murmur
Abdomen : tali pusat sudah puput,tidak ada distensi,bising usus normal
2. Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium:
WBC :5,50
NE :48,39
MO :13,60
RBC :3,93
HGB :13,70
HCT :40,16
PLT : 39,96
IT RATIO:0,02
CRP 86,48
C. ANALISA
Bayi Ibu”NWY” Umur 16 hari Neonatus Kurang Bulan Kecil Masa
Kehamilan,BBLSR Dengan Suspec Sepsis Neonatal Awitan Lambat
3.Menjaga kehangatan bayi dengan mengenakan pakaian kering dan bersih, dan
mengatur suhu incubator sesuai yang direkomendasikan.Tidak ada tanda-tanda
hipotermi pada bayi,suhu 36,8 o C
4.Memenuhi kebutuhan nutrisi bayi dengan memberi asi 35 ml melalui OGT. Tidak
ada reaksi muntah.
6.Memberi KIE kepada ibu tentang cara mencegah infeksi seperti mencuci tangan
UMUR : 17 Hari
Regina
12-11-2016 pk S:-
06.00 wita O:Keadaan bayi stabil,tangis cukup,gerak cukup,reflek isap
Kurang kuat,BAB,BAK normal,suhu 36,8 o c,nadi 160
kali/m,RR 54 kali/m, spo2 95% O2 ruangan,WBC
5,50;CRP 86,48 kultur darah positif
A: Neonatus kurang bulan KMK umur 18 hari BBLSR, dengan
suspect sepsis neonatal awitan lambat
P:~Menginformasikan hasil pemeriksaan kepada ibu. Ibu
mengetahui hasil pemeriksaan
~Mengobservasi keadaan umum
bayi,tangis,gerak,reflek,BAB,BAK,tanda-tanda vital. Keadaan
bayi stabil,tanda-tanda vital dalam batas normal,reflek isap
kurang kuat.
~Memenuhi kebutuhan nutrisi dengan memberikan ASI 35
ml melalui OGT. Tidak ada reaksi muntah
~Mencegah infeksi dengan menjaga kebersihan badan
bayi, memperhatikan kesterilan alat minum,selalu mencuci
tangan sebelum dan sesudah merawat bayi.
~Memantau kenaikan berat badan bayi. BB 1750 gram
~Melanjutkan terapi delegatif dokter dalam pemberian anti
Biotik ampicillin 80 mg tiap 8 jam,amikasin 12 mg tiap 8
jam,latihan oromotorik dan latihan pemberian asi langsung.
Regina
13-11-2016 pk S : Ibu mengatakan bayinya mulai mengisap putting payudara
14.00 wita ibunya,reflek isap kurang.
O :Keadaan umum stabil,tangis cukup,gerak cukup,isap asi
kurang kuat,suhu 37 o c,nadi 156 kali/m,RR 58 kali/m,sp02
98 % o2 ruangan,wbc
5,50 ; CRP 86,48 kultur darah positif.
A :Neonatus kurang bulan KMK umur 19 hari BBLSR dengan
suspect sepsis neonatal awitan lambat
P:~ Menginformasikan hasil pemeriksaan kepada ibu. Ibu
mengetahui hasil pemeriksaan
~Mengobservasi keadaan umum,ttv,reflek isap,tanda dan
gejala sepsis. Keadaan umum stabil,ttv dalam batas
normal,reflek isap kurang,tidak tampak tanda dan gejala
Sepsis lainnya.
~Meyarankan ibu untuk selalu mencoba menyusui bayinya
langsung pada payudara ibu. Ibu mengerti dan mencoba
menyusui bayinya langsung pada payudara,reflek isap
kurang.
~Memberi dukungan emosional kepada ibu. Ibu tampak
tenang dan berharap anaknya cepat sembuh
~Memberi KIE kepada ibu tentang cara menjaga kehangatan
bayi dan pemberian asi eksklusif. Ibu mengerti dan
memahami.
~Memberi KIE tentang tanda-tanda bahaya pada neonatus
seperti bayi tidak mau menyusu,kejang,lemah,sesak
napas,merintih,demam,kulit tampak kuning.Menyarankan
ibu segera ke fasilitas pelayanan kesehatan terdekat apabila
mengalami hal tersebut. Ibu mengerti dan memahami.
~Melanjutkan terapi delegatif dokter
BAB IV
PENUTUP
A.Kesimpulan
Masa neonatus dan beberapa minggu sesudahnya merupakan masa yang rawan karena
di samping kekebalan yang masih kurang dan juga gejala penyakit spesifik. Pada periode
tersebut sulit dibedakan dengan penyakit lain sehingga sulit dideteksi kelainan yang timbul
sehingga perlu penanganan segera dan khusus.
BBLR dan infeksi neonatal merupakan salah satu factor yang mempunyai kontribusi
terhadap kematian bayi khususnya pada masa perinatal. Selain itu BBLR dapat
mengalami gangguan mental dan fisik pada usia tumbuh kembang selanjutnya sehingga
membutuhkan penanganan yang tepat.
B.Saran
Semoga makalah ini dapat dijadikan sumber pembelajaran bagi mahasiswa kebidanan
dan petugas kesehatan khususnya profesi bidan agar dapat memberikan asuhan
kebidanan pada neonatus kurang bulan KMK,BBLSR dengan suspect sepsis neonatal
awitan lambat.
Penulis menyadari dalam penyusunan makalah ini masih ada kekurangan,maka dari itu
kritik dan saran dari pembaca sangat diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
Rukiyah,Ai Yeyeh dan Lia Yulianti,am.keb.MKM,2010 Asuhan neonatus ,bayi dan anak
Balita,Jakarta:trans info media