Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH ASKEB NIFAS DENGAN MASTITIS

MAKALAH ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS (ASKEB III)


ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU DENGAN
INFEKSI ( MASTITIS )

KELOMPOK IV :
JUMIATUL JANOVIA (11211061)
NANDA NURLI AGUS (11211070)
NOVIELLA INDIENTY (11211073)
RAYMONA ASRIL (11211080)
RENI PUSPITA SARI (11211081)
SRI WAHYUNI (11211090)

DOSEN PEMBIMBING :1. ETY APRIANTI SKM


2. ULLIY IFFAH

PROGRAM STUDI D III KEBIDANAN


STIKes MERCUBAKTIJAYA PADANG
TAHUN AJARAN 2012/2013
KATA PENGANTAR
Puji syukur tim penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya maka
tim penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “ASUHAN

KEBIDANAN PADA IBU BIFAS DENGAN INFEKSI (MASTITIS)”. Dalam penyusunan


makalah ini, penulis banyak mendapat tantangan dan hambatan akan tetapi dengan bantuan

dari berbagai pihak tantangan itu bisa teratasi. Oleh karena itu, tim penulis mengucapkan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam

penyusunan makalah ini, semoga bantuannya mendapat balasan yang setimpal dari Tuhan

Yang Maha Esa.


Dalam Penulisan makalah ini, tim penulis merasa masih banyak kekurangan-
kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang
dimiliki tim penulis. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat di harapkan oleh tim

penulis demi penyempurnaan pembuatan makalah ini. Tim penulis mengharapkan makalah

ini dapat bermanfaat bagi pembaca semua, terutama bagi tim penulis sendiri. Semoga Allah
memberkahi makalah ini sehingga bermanfaat bagi kita semua.

Padang, oktober 2012

Penulis

DAFTAR ISI
Bab I : Pendahuluan
1. Latar belakang
2. Rumusan masalah

3. Tujuan
4. Metode penulisan

Bab II : Pembahasan Ibu Nifas dengan Mastitis


1. Defenisi mastitis

2. Etiologi
3. Penyebab

4. Tanda dan gejala

5. Penatalaksanaan
6. Pencgahan
7. Penanganan dan peran bidan
Bab III: Tinjauan kasus

Bab IV : Penutup

1. Kesimpulan
2. Saran

Daftar Pustaka

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
ASI adalah salah satu jenis makanan yang mencukupi seluruh unsur kebutuhan bayi

baik fisik, psikologis, sosial maupun spiritual. Menyusui merupakan suatu proses alamiah.

Berjuta-juta ibu diseluruh dunia berhasil menyusui bayinya tanpa pernah membaca buku
tentang ASI. Seiring dengan perkembangan zaman, terjadi pula peningkatan ilmu

pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat sehingga pengetahuan lama yang mendasar
seperti menyusui justru kadang terlupakan, menyusui adalah suatu pengetahuan yang selama
berjuta-juta tahun mempunyai peran yang penting dalam mempertahankan kehidupan

manusia.
Semakin disadari bahwa pengeluaran ASI yang tidak efisien akibat dari teknik

menyusui yang buruk, merupakan penyebab penting terjadinya mastitis, tetapi dalam benak
banyak petugas kesehatan, mastitis masih dianggap sama dengan infeksi payudara. Mereka

sering tidak mampu membantu wanita penderita mastitis untuk terus menyusui, dan mereka
bahkan mungkin menyarankan wanita tersebut untuk berhenti menyusui, yang sebenarnya

tidak perlu. Mastitis dan abses payudara terjadi pada semua populasi, dengan atau tanpa

kebiasaan menyusui. Insiden yang dilaporkan bervariasi dan sedikit sampai 33% wanita
menyusui, tetapi biasanya dibawah 10%.

B. Rumusan masalah

1. Apa yang dimaksud dengan mastitis ?

2. Apa penyebab mastitis ?


3. Bagaimana tanda dan gejala mastitis ?

4. Bagaimana pencegahan mastitis ?


5. Bagaimana penatalaksanaan mastitis ?

6. Apa upaya dan peran bidan dalam penanganan mastitis

C. Tujuan

1. Mengetahui maksud mastitis


2. Mengetahui penyebab mastitis

3. Mengetahui tanda dan gejala mastitis

4. Mengetahui cara pencegahan mastitis


5. Mengetahui cara penatalaksanaan mastitis

6. Mengetahui upaya dan peran bidan dalam penanganan mastitis


D. Metode penulisan
Metode yang digunakan dalam penulisan makalah ini adalah dengan studi pustaka.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Mastitis Dalam Masa Nifas Dapat Terjadi Infeksi


Mastitis adalah infeksi peradangan pada mamma, terutama pada primipara yang

biasanya disebabkan oleh staphylococcus aureus, infeksi terjadi melalui luka pada putting
susu, tetapi mungkin juga mungkin juga melalui peredaran darah (Prawirohadjo, 2005 : 701).

Mastitis adalah reaksi sistematik seperti demam, terjadi 1-3 minggu setelah
melahirkan sebagai komplikasi sumbatan saluran air susu (Masjoer, 2001 : 324). Pada kasus
mastitis ini biasanya tidak segera ditangani, jika mastitis tidak segera ditangani menyebabkan

abses payudara yang biasa pecah kepermukaan kulit dan akan menimbulkan borok yang
besar.

Pada mastitis biasanya yang selalu dikeluhkan adalah payudara membesar, keras,
nyeri, kulit murah dan membisul (abses) dan yang pada akhirnya pecah menjadi borok

disertai dengan keluarnya nanah bercampur air susu, dapat disertai dengan suhu badan naik,
menggigil. Jika sudah ditemukan tanda-tanda seperti ini maka pemberian ASI pada bayi

jangan dihentikan, tetapi sesering mungkin diberikan.


Mastitis ini biasanya diderita oleh ibu yang baru melahirkan dan

menyusui. Radang ini terjadi karena si ibu tidak menyusui atau putting payudaranya lecet
karena menyusui. Kondisi ini bisa terjadi pada satu atau kedua oayudara sekaligus. Namun,
tidak semua perempuan dapat terkena mastitis. Banyak factor yang menyebabkan perempuan

menderita penyakit ini. Diantaranya adalah daya tahan tubuh yang lemah dan kurangnya

menjaga kebersihan putting payudara saat menyusui.

B. Etiologi
1. Bakteri stafilokokkus aureus
a. Pada umumnya yang dianggap porte d’entrée dari kuman penyebab ialah putting susu yang

luka atau lecet, dan kuman per-kontinuitatum menjalar ke duktulus-duktulus dan sinus.

Sebagian besar yang ditemukan pada pembiakan pus ialah stafilokokkus aureus.
b. Bakteri seringkali berasal dari mulut bayi dan masuk ke dalam saluran air susu melalui

sobekan atau retakan di kulit (biasanya pada puting susu). Mastitis biasanya terjadi pada
wanita yang menyusui dan paling sering terjadi dalam waktu 1-3 bulan setelah melahirkan.
Sekitar 1-3% wanita menyusui mengalami mastitis pada beberapa minggu pertama setelah

melahirkan.
2. Daya tahan tubuh yang lemah dan kurangnya menjaga kebersihan puting payudara saat

menyusui
3. Saluran ASI tersumbat tidak segera diatasi sehingga menjadi mastitis

C. Penyebab
Penyebab terjadinya mastitis sebagai berikut:
1. Bayi tidak mau menyusu sehingga ASI tidak diberikan secara adekuat yang
akan menyebabkan mastitis jika tidak segera ditangani.
2. Lecet pada puting susu yang menyebabkan kuman staphylococcus aureus masuk

menyebabkan infeksi mastitis

3. Personal higiene ibu kurang, terutama pada puting susu


4. Bendungan air susu yang tidak adekuat di tangani sehingga menyebabkan mastitis

5. Bra yang terlalu ketat mengakibatkan segmental engorgement, jika tidak disusui dengan
adekuat, maka bias terjadi mastitis

6. Ibu yang dietnya buruk, kurang istirahat, dan anemia akan mudah terkena infeksi

D. Tanda dan Gejala


Selain pembesaran berat, prekursor tanda dan gejala mastitis biasanya tidak ada
sebelum akhir minggu pertama pasca partum. Setelah masa itu, wanita mungkin mngelami

gejala berikut ini :

1. Nyeri ringan pada salah satu lobus payudara, yang diperberat jika bayi menyusui.
2. Gejala seperti flu : nyeri otot, sakit kepala, keletihan.
Mastitis hamper selalu terbatas pada satu payudara. Tanda dan gejala actual mastitis

meliputi hal – hal sebagai berikut :


1. peningkatan suhu yang cepat dari (39,5 – 40 oC)

2. Peningkatan kecepatan nadi


3. Mengigil

4. Malaise umum, sakit kepala


5. Nyeri hebat, bengkak, inflamasi, area payudara keras

Mastitis yang tidak ditangani memiliki hamper 10% resiko terbentuknya abses. Tanda
dan gejala abses meliputi hal – hal berikut :
1. Discharge putting susu purulenta
2. Demam remiten ( suhu naik turun ) disertai mengigil

3. Pembengkakkan payudara dan sangat nyeri, massa besar dank eras dengan area kulit

berwarna berfluktasi kemerahan dan kebiruan mengindikasikan lokasi abses berisi pus.

E. Pencegahan
Penanganan terbaik mastitis adalah dengan pencegahan. Pencegahan dilakukan dengan cara
sebagai berikut :

1. Perawatan puting susu atau perawatan payudara

2. Susukan bayi setiap saat tanpa jadwal


3. Pembersihan puting susu sebelum dan sesudah menyusui untuk menghilangkan kerak dan

susu yang sudah kering


4. Teknik menyusui yang benar, bayi harus menyusu sampai ke kalang payudara.

5. Bra yang cukup meyangga tetapi tidak ketat

6. Perhatian yang cermat saat mencuci tangan dan perawatan payudara


7. Kompres hangat pada area yang terkena

8. Masase area saat menyusui untuk memfasilitasi aliran air susu


9. Peningkatan asupan cairan
10. Istirahat

11. Membatu ibu menentukan prioritas untuk mengurangi stress dan keletihan dalam
kehidupannya

12. Suportif, pemeliharaan perawatan ibu


13. Menyusui secara bergantian payudara kiri dan kanan
14. Untuk mencegah pembengkakan dan penyumbatan saluran,
kosongkan payudara dengan cara memompanya
15. Rajin mengganti bh / bra setiap kali mandi atau bila basah oleh
keringat dan ASI, BH tidak boleh terlalu sempit dan menekan
payudara.
16. Jika ibu melahirkan bayi lalu bayi tersebut meninggal, sebaiknya
dilakukan bebat tekan pada payudara dengan menggunakan kain atau
stagen dan ingat untuk minta obat penghenti ASI pada dokter atau
bidan.

E. Penatalaksanaan
1. Teruskan pemberian ASI meski payudara mengalami abses atau pembengkakan Tahan sakit.

Pemberian ASI mempercepat penyembuhan

2. Kompres payudara dengan air hangat atau kain dibasahi air hangat

3. Cukup istrirahat dan tidur agar tubuh aktif memproduksi sistem imun guna memerangi

infeksi mastitis

4. Minum antibiotik sesuai resep dokter

5. Makan makanan yang bergizi tinggi

6. Minum banyak air putih juga akan membantu menurunkan demam

7. Berikan antibiotik
Pengobatan dengan antibiotik biasanya membutuhkan waktu 10-14 hari. Selama 24

sampai 48 jam setelah pengobatan antibiotik, gejala mulai berkurang. Namun obat tetap perlu
diminum untuk mencegah kekambuhan.

8. Menyesuaikan teknik menyusui

Pastikan bahwa payudara benar-benar kosong payudara selama menyusui dan bayi berada
pada posisi yang benar.

G. Penanganan dan peran bidan


1. Payudara dikompres dengan air hangat
2. Untuk mengurangi rasa sakit dapat diberikan pengobatan
analgetik
3. Untuk mengatasi infeksi diberikan antibiotika
4. Bayi mulai menyusu pada payudara yang mengalami
peradangan
5. Anjurkan ibu selalu menyusui bayinya
6. Anjurkan ibu untuk mengkonsumsi makanan yang bergizi
dan istirahat yang cukup
7. Konseling suportif
Mastitis merupakan pengalaman yang sangat nyeri dan membuat frustrasi, dan
membuat banyak wanita merasa sangat sakit. Selain dengan penanganan yang efektif dan

pengendalian nyeri, wanita membutuhkan dukungan emosional. Ibu harus diyakinkan


kembali tentang nilai menyusui; yang aman untuk diteruskan; bahwa ASI dari payudara yang

terkena tidak akan membahayakan bayinya; dan bahwa payudaranya akan pulih baik bentuk

maupun fungsinya.

8. Pengeluaran Asi Dengan Efektif


Dengan membantu ibu memperbaiki kenyutan bayi pada payudara, mendorong untuk

sering menyusui, sesering dan selama bayi menghendaki, tanpa pembatasan, bila perlu peras
ASI dengan tangan atau dengan pompa atau botol panas, sampai menyusui dapat dimulai

lagi.

BAB III
TINJAUAN KASUS

MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS DENGAN MASTITIS

POST PARTUM PADA NY. ANI DI BPS BIDAN SARI AMD.Keb


KEC.NANGGALO PADANG 10 OKTOBER 2012

Tanggal Masuk : 10-10-2012 / 16.00 Wib


A. Pengumpulan Data

I. Identitas (Biodata)
Nama Istri : Ny. Ani Nama Suami : Tn. Budi

Umur : 28 th Umur : 36 th

Agama : Islam Agama : Islam


Suku : Minang Suku : Minang

Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA


Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Pedagang

Alamat : Jl. Pondok Kopi, Siteba Alamat : Jl. Pondok Kopi

Siteba

II. Data Subjektif


1. Keluhan utama pada waktu masuk
- Ibu mengatakan payudaranya bengkak, terasa nyeri, merah meradang

- Ibu mengatakan badannya panas dingin (menggigil)


2. Antenatal

- Pemeriksaan di : BPS Sari AMD.Keb


- Kelainan / komplikasi : Tidak ada kelainan / komplikasi

- Usia kehamilan : 40 minggu


- G.P.A : G0P1A0

3. Persalinan

- Anak lahir tanggal : 01-10-2010, jam: 06.20 Wib

- Jenis wanita : BB : 3200 gram, TB : 50 cm


- Nilai APGAR :8

- Cacat bawaan : tidak ada cacat bawaan


- Jenis persalinan : pervaginam

- Atas indikasi : tidak ada indikasi


- Plasenta : lahir lengkap dan spontan

- Episiotomi : tidak dilakukan

- Pendarahan Kala III : 100 ml


- Pendarahan Kala IV : 50 ml

- Infus cairan : - ml
- Transfusi darah gol : - ml

4. Post partum

- Eliminasi BAB 4 jam setelah persalinan


- Eliminasi BAB sehari setelah persalinan

- Mobilisasi

III. Pemeriksaan Fisik


1. Pemeriksaan Umum
- Tekanan darah : 120/80 mmHg

- Suhu tubuh : 38 0C
- Berat badan : 50 kg

- Nadi : 80 x/mnt
- Pernafasan : 20 x/mnt

- Tinggi badan : 160 cm

2. Pemeriksaan Khusus
a. Kepala

- Rambut : bersih, tidak ada ketombe


- Mata : conjunctiva ; merah muda
- Mulut/gigi : tidak ada caries
- Telinga : simetris kanan

- Hidung : bersih, tidak ada polip

- Muka : tidak ada odema


- Sklera : an ikterus

b. Leher
- Kelenjar gondok (thyroid) : tidak ada pembengkakan kelenjar thyroid

- Tumor : tidak ada tumor


c. Dada dan Axilla (ketiak)

- Mammae : membengkak, ditekan terasa nyeri, memerah

- Axilla : nyeri ditekan


d. Perut : status lokalis / status obstetricus

e. Anogenital : status lokalis : tidak ada luka jahitan


f. Ekstremitas

Oedema : tidak ada odema : varises : tidak ada varises

Refleks patella : (+) / (+) : keluhan : tidak ada

3. Pemeriksaan Khusus Obstetric


a. Abdomen
1) Inspeksi :

- Pembesaran : tidak ada pembesaran


- Pelebaran vena : tidak ada : linea alba / nigra

2) Palpasi :
- Tinggi fundus uterus : pertengahan pusat – sympisis

4. Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium : HB : 11 gr%

Radiologi / UGS : tidak dilakukan

BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Defenisi Infeksi Payudara (Mastitis) adalah suatu infeksi
pada jaringan payudara. Pada infeksi yang berat atau tidak
diobati, bisa terbentuk abses payudara (penimbunan nanah di
dalam payudara).Mastitis adalah peradangan pada payudara.
Mastitis ini dapat terjadi kapan saja sepanjang periode
menyusui, tapi paling sering terjadi antara hari ke-10 dan hari
ke-28 setelah kelahiran.
Pada mastitis biasanya yang selalu dikeluhkan adalah payudara membesar, keras,

nyeri, kulit murah dan membisul (abses) dan yang pada akhirnya pecah menjadi borok
disertai dengan keluarnya nanah bercampur air susu, dapat disertai dengan suhu badan naik,

menggigil. Jika sudah ditemukan tanda-tanda seperti ini maka pemberian ASI pada bayi
jangan dihentikan, tetapi sesering mungkin diberikan.

B. Saran
1. Tenaga kesehatan khususnya bidan dapat memberikan penatalaksanaan yang baik kepada ibu
nifas yang terkena mastitis
2. Dengan adanya makalah ini, kita menjadi lebih memahami tentang mastitis

Anda mungkin juga menyukai