KELOMPOK IV :
JUMIATUL JANOVIA (11211061)
NANDA NURLI AGUS (11211070)
NOVIELLA INDIENTY (11211073)
RAYMONA ASRIL (11211080)
RENI PUSPITA SARI (11211081)
SRI WAHYUNI (11211090)
dari berbagai pihak tantangan itu bisa teratasi. Oleh karena itu, tim penulis mengucapkan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyusunan makalah ini, semoga bantuannya mendapat balasan yang setimpal dari Tuhan
penulis demi penyempurnaan pembuatan makalah ini. Tim penulis mengharapkan makalah
ini dapat bermanfaat bagi pembaca semua, terutama bagi tim penulis sendiri. Semoga Allah
memberkahi makalah ini sehingga bermanfaat bagi kita semua.
Penulis
DAFTAR ISI
Bab I : Pendahuluan
1. Latar belakang
2. Rumusan masalah
3. Tujuan
4. Metode penulisan
2. Etiologi
3. Penyebab
5. Penatalaksanaan
6. Pencgahan
7. Penanganan dan peran bidan
Bab III: Tinjauan kasus
Bab IV : Penutup
1. Kesimpulan
2. Saran
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
ASI adalah salah satu jenis makanan yang mencukupi seluruh unsur kebutuhan bayi
baik fisik, psikologis, sosial maupun spiritual. Menyusui merupakan suatu proses alamiah.
Berjuta-juta ibu diseluruh dunia berhasil menyusui bayinya tanpa pernah membaca buku
tentang ASI. Seiring dengan perkembangan zaman, terjadi pula peningkatan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat sehingga pengetahuan lama yang mendasar
seperti menyusui justru kadang terlupakan, menyusui adalah suatu pengetahuan yang selama
berjuta-juta tahun mempunyai peran yang penting dalam mempertahankan kehidupan
manusia.
Semakin disadari bahwa pengeluaran ASI yang tidak efisien akibat dari teknik
menyusui yang buruk, merupakan penyebab penting terjadinya mastitis, tetapi dalam benak
banyak petugas kesehatan, mastitis masih dianggap sama dengan infeksi payudara. Mereka
sering tidak mampu membantu wanita penderita mastitis untuk terus menyusui, dan mereka
bahkan mungkin menyarankan wanita tersebut untuk berhenti menyusui, yang sebenarnya
tidak perlu. Mastitis dan abses payudara terjadi pada semua populasi, dengan atau tanpa
kebiasaan menyusui. Insiden yang dilaporkan bervariasi dan sedikit sampai 33% wanita
menyusui, tetapi biasanya dibawah 10%.
B. Rumusan masalah
C. Tujuan
BAB II
PEMBAHASAN
biasanya disebabkan oleh staphylococcus aureus, infeksi terjadi melalui luka pada putting
susu, tetapi mungkin juga mungkin juga melalui peredaran darah (Prawirohadjo, 2005 : 701).
Mastitis adalah reaksi sistematik seperti demam, terjadi 1-3 minggu setelah
melahirkan sebagai komplikasi sumbatan saluran air susu (Masjoer, 2001 : 324). Pada kasus
mastitis ini biasanya tidak segera ditangani, jika mastitis tidak segera ditangani menyebabkan
abses payudara yang biasa pecah kepermukaan kulit dan akan menimbulkan borok yang
besar.
Pada mastitis biasanya yang selalu dikeluhkan adalah payudara membesar, keras,
nyeri, kulit murah dan membisul (abses) dan yang pada akhirnya pecah menjadi borok
disertai dengan keluarnya nanah bercampur air susu, dapat disertai dengan suhu badan naik,
menggigil. Jika sudah ditemukan tanda-tanda seperti ini maka pemberian ASI pada bayi
menyusui. Radang ini terjadi karena si ibu tidak menyusui atau putting payudaranya lecet
karena menyusui. Kondisi ini bisa terjadi pada satu atau kedua oayudara sekaligus. Namun,
tidak semua perempuan dapat terkena mastitis. Banyak factor yang menyebabkan perempuan
menderita penyakit ini. Diantaranya adalah daya tahan tubuh yang lemah dan kurangnya
B. Etiologi
1. Bakteri stafilokokkus aureus
a. Pada umumnya yang dianggap porte d’entrée dari kuman penyebab ialah putting susu yang
luka atau lecet, dan kuman per-kontinuitatum menjalar ke duktulus-duktulus dan sinus.
Sebagian besar yang ditemukan pada pembiakan pus ialah stafilokokkus aureus.
b. Bakteri seringkali berasal dari mulut bayi dan masuk ke dalam saluran air susu melalui
sobekan atau retakan di kulit (biasanya pada puting susu). Mastitis biasanya terjadi pada
wanita yang menyusui dan paling sering terjadi dalam waktu 1-3 bulan setelah melahirkan.
Sekitar 1-3% wanita menyusui mengalami mastitis pada beberapa minggu pertama setelah
melahirkan.
2. Daya tahan tubuh yang lemah dan kurangnya menjaga kebersihan puting payudara saat
menyusui
3. Saluran ASI tersumbat tidak segera diatasi sehingga menjadi mastitis
C. Penyebab
Penyebab terjadinya mastitis sebagai berikut:
1. Bayi tidak mau menyusu sehingga ASI tidak diberikan secara adekuat yang
akan menyebabkan mastitis jika tidak segera ditangani.
2. Lecet pada puting susu yang menyebabkan kuman staphylococcus aureus masuk
5. Bra yang terlalu ketat mengakibatkan segmental engorgement, jika tidak disusui dengan
adekuat, maka bias terjadi mastitis
6. Ibu yang dietnya buruk, kurang istirahat, dan anemia akan mudah terkena infeksi
1. Nyeri ringan pada salah satu lobus payudara, yang diperberat jika bayi menyusui.
2. Gejala seperti flu : nyeri otot, sakit kepala, keletihan.
Mastitis hamper selalu terbatas pada satu payudara. Tanda dan gejala actual mastitis
Mastitis yang tidak ditangani memiliki hamper 10% resiko terbentuknya abses. Tanda
dan gejala abses meliputi hal – hal berikut :
1. Discharge putting susu purulenta
2. Demam remiten ( suhu naik turun ) disertai mengigil
3. Pembengkakkan payudara dan sangat nyeri, massa besar dank eras dengan area kulit
berwarna berfluktasi kemerahan dan kebiruan mengindikasikan lokasi abses berisi pus.
E. Pencegahan
Penanganan terbaik mastitis adalah dengan pencegahan. Pencegahan dilakukan dengan cara
sebagai berikut :
11. Membatu ibu menentukan prioritas untuk mengurangi stress dan keletihan dalam
kehidupannya
E. Penatalaksanaan
1. Teruskan pemberian ASI meski payudara mengalami abses atau pembengkakan Tahan sakit.
2. Kompres payudara dengan air hangat atau kain dibasahi air hangat
3. Cukup istrirahat dan tidur agar tubuh aktif memproduksi sistem imun guna memerangi
infeksi mastitis
7. Berikan antibiotik
Pengobatan dengan antibiotik biasanya membutuhkan waktu 10-14 hari. Selama 24
sampai 48 jam setelah pengobatan antibiotik, gejala mulai berkurang. Namun obat tetap perlu
diminum untuk mencegah kekambuhan.
Pastikan bahwa payudara benar-benar kosong payudara selama menyusui dan bayi berada
pada posisi yang benar.
terkena tidak akan membahayakan bayinya; dan bahwa payudaranya akan pulih baik bentuk
maupun fungsinya.
sering menyusui, sesering dan selama bayi menghendaki, tanpa pembatasan, bila perlu peras
ASI dengan tangan atau dengan pompa atau botol panas, sampai menyusui dapat dimulai
lagi.
BAB III
TINJAUAN KASUS
I. Identitas (Biodata)
Nama Istri : Ny. Ani Nama Suami : Tn. Budi
Umur : 28 th Umur : 36 th
Siteba
3. Persalinan
- Infus cairan : - ml
- Transfusi darah gol : - ml
4. Post partum
- Mobilisasi
- Suhu tubuh : 38 0C
- Berat badan : 50 kg
- Nadi : 80 x/mnt
- Pernafasan : 20 x/mnt
2. Pemeriksaan Khusus
a. Kepala
b. Leher
- Kelenjar gondok (thyroid) : tidak ada pembengkakan kelenjar thyroid
2) Palpasi :
- Tinggi fundus uterus : pertengahan pusat – sympisis
4. Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium : HB : 11 gr%
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Defenisi Infeksi Payudara (Mastitis) adalah suatu infeksi
pada jaringan payudara. Pada infeksi yang berat atau tidak
diobati, bisa terbentuk abses payudara (penimbunan nanah di
dalam payudara).Mastitis adalah peradangan pada payudara.
Mastitis ini dapat terjadi kapan saja sepanjang periode
menyusui, tapi paling sering terjadi antara hari ke-10 dan hari
ke-28 setelah kelahiran.
Pada mastitis biasanya yang selalu dikeluhkan adalah payudara membesar, keras,
nyeri, kulit murah dan membisul (abses) dan yang pada akhirnya pecah menjadi borok
disertai dengan keluarnya nanah bercampur air susu, dapat disertai dengan suhu badan naik,
menggigil. Jika sudah ditemukan tanda-tanda seperti ini maka pemberian ASI pada bayi
jangan dihentikan, tetapi sesering mungkin diberikan.
B. Saran
1. Tenaga kesehatan khususnya bidan dapat memberikan penatalaksanaan yang baik kepada ibu
nifas yang terkena mastitis
2. Dengan adanya makalah ini, kita menjadi lebih memahami tentang mastitis