Anda di halaman 1dari 35

KEBIDANAN

Minggu, 22 Juni 2014


Kehamilan dengan serotinus

MAKALAH SEMINAR KASUS MENGENAI KEHAMILAN


SEROTINUS (KEHAMILAN LEWAT BULAN)
DI PUSKESMAS BELIMBING PADANG

OLEH:
REZTY ASPRIWATI FRIMA (12211310)
RINI HARTINI NINGSIH (12211311)
RIRI AMELIA (12211312)
RIVA TRI YUNISEL (12211313)
RIZKI DIAN ANGRIANI (12211314)

DOSEN PEMBIMBING:
WIDYA LESTARI S.Si.T,M.Keb

PEMBIMBING KLINIK:
ELWIYAS Amd.Keb
STIKes MERCUBAKTIJAYA PADANG
PRODI D III KEBIDANAN
2013/2014

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah


melimpahkan rahmat beserta hidayahnya kepada kami sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan sebaik-baiknya.
Tujuan kami membuat makalah ini sebagai tambahan referensi
bagi para mahasiswa dan tenaga kesehatan yang membutuhkan ilmu
tambahan tentang Kehamilan dengan serotinus.
Ucapan terimakasih kami ucapkan kepada Dosen pembimbing
PKK 1 ibu Widya lestari dan ibu pembimbing puskesmas Belimbing
Kec.Kuranji padang ibu Elwiyas Amd.Keb yang telah membimbing
dan memberikan tugas makalah ini. Kami menyadari bahwa penulisan
tugas makalah ini masih jauh dari kata sempurna maka dari itu kami
mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca demi
kesempurnaan makalah ini. Karena kesalahan adalah milik semua
orang dan kesempurnaan hanya milik Allah SWT. Semoga makalah
ini dapat berguna dan membantu proses pembelajaran.
Padang,14 Mei 2014

Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................... i


DAFTAR ISI .................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang ............................................................... 1
1.2. Batasan masalah ................................................................... 1
1.3. Tujuan masalah..................................................................... 2
1.4. Manfaat penulisan
BAB II TINJAUAN TEORITIS
2.1. Pengertian ............................................................................. 3
2.2. Etiologi ................................................................................. 4
2.3. Faktor resiko
2.4. Diagnosa ............................................................................... 4
2.5. Komplikasi ........................................................................... 7
2.6. Tanda-tanda bayi post matur ................................................ 7
2.7. Penatalaksanaan
BAB III TINJAUAN KASUS
BAB IV PEMBAHASAN KASUS
BAB V PENUTUP
5.1. Kesimpulan
5.2. Saran
DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Angka kematian ibu dan angka kematian bayi merupakan
indikator yang paling penting untuk melakukan penilaian kemampuan
suatu negara untuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan,
khususnya dalam bidang obstetri. Menurut Survei Demografi dan
Kesehatan Indonesia (SDKI) dan data Biro Pusat Statistik (BPS)
angka kematian ibu dalam kehamilan dan persalinan di seluruh dunia
mencapai 515 ribu jiwa pertahun. Ini berarti seorang ibu meninggal
hampir setiap menit karena komplikasi kehamilan dan persalinannya.
Sedangkan angka kematian bayi di Indonesia pada tahun 2007 2-5
kali lebih tinggi mencapai 34 per 1000 kelahiran hidup atau 2 kali
lebih besar dari target WHO yaitu sebesar 15% per kelahiran hidup
(Suprayitno, 2007).

Adapun penyebab kematian perinatal adalah kelainan


kongenital, prematuritas, trauma persalinan, infeksi, gawat janin dan
asfiksia neonatorum. Terjadinya gawat janin di sebabkan oleh induksi
persalinan, infeksi pada ibu, perdarahan, insufisiensi plasenta,
prolapsus tali pusat, kehamilan dan persalinan preterm dan postterm.
Persalinan postterm menunjukkan bahwa kehamilan telah melampaui
waktu perkiraan persalinan menurut hari pertama menstruasinya.
Ballantyne 1902 seperti dikutip Manuaba, seorang bidan Scotlandia,
untuk pertama kali menyatakan bahwa janin yang terlalu lama dalam
kandungan dapat membahayakan dirinya dan ibunya saat persalinan
berlangsung. Kemudian berturu-turut 1950 Clifford mengemukakan
tentang sindrom postterm baby, sedangkan 1960 Mc Clure
menyatakan bahwa angka kematian bayi dengan kehamilan postdate
semakin meningkat (Manuaba, 2007).

Menurut WHO persalinan postterm adalah keadaan yang


menunjukkan bahwa kehamilan berlangsung sampai 42 minggu (294
hari) atau lebih, dihitung dari hari pertama haid terakhir menurut
rumus Naegele dengan siklus haid rata-rata 28 hari. Defenisi ini
didasarkan pada hasil observasi epidemiologi yang membuktikan
bahwa persalinan postterm dengan disertai gawat janin mempunyai
kontribusi terhadap out come kesehatan yang buruk atau 10% dari
persalinan adalah persalinan postterm (Hidayat, 2009).
Faktor yang merupakan predisposisi terjadinya persalinan
postterm diantaranya faktor ibu adalah karena hanya sebagian kecil
ibu yang mengingat tanggal menstruasi pertamanya dengan baik dan
adanya gangguan terhadap timbulnya persalinan seperti pengaruh
esterogen, oksitosin dan saraf uterus. Banyaknya kasus persalinan
postterm di Indonesia yang tidak dapat ditegakkan secara pasti
diperkirakan sebesar 22% (Prawirohardjo, 2008). Beberapa ahli dapat
menyatakan bahwa persalinan preterm akan meningkatkan angka
morbiditas dan mortalitas ibu maupun bayi. Seringnya kesalahan
dalam mendefinisikan postterm diperlukan deteksi sedini mungkin
untuk menghindari kesalahan dalam menentukan usia kehamilan. Jika
taksiran persalinan telah ditentukan pada trimester terakhir atau
berdasarkan data yang tidak dapat diandalkan bidan harus tetap siaga
pada reabilitas taksiran persalinan tersebut. Data yang terkumpul
sering menunjukkan peningkatan resiko lahir mati seiring peningkatan
usia kehamilan lebih dari 40 minggu. Penyebab kematian tidak mudah
dipahami dan juga tidak ada kesepakatan tentang pendekatan yang
paling tepat guna mencegah kematian tersebut. (Varney, Helen,
2007).
Bertolak dari pernyataan diatas, maka penulis sebagai calon bidan
dalam rangka mempersiapkan diri sebagai seorang bidan yang
terampil dan memiliki keahlian diberikan penugasan untuk melakukan
pembinaan pada seorang ibu bersalin . Melalui pembinaan tersebut
penulis dapat memahami berbagai proses yang terjadi selama ibu
hamil dan bersalin, sehingga dapat menerapkan asuhan kebidanan
yang tepat dan aman.

1.2. Batasan Masalah


Dalam penulisan kasus ini penulis membatasi masalah yaitu
penerapan manajemen asuhan kebidanan pada kasus persalinan
postterm.

1.3. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum
Untuk mendapatkan pengalaman serta dapat menerapkan dan
mengembangkan pola pikir ilmiah dalam melaksanakan manajemen
asuhan kebidanan pada kasus persalinan postterm.

2. Tujuan Khusus
1. Dapat melaksanakan pengkajian data dengan cara wawancara,
observasi dan pemeriksaan pada pada kasus persalinan postterm.
2. Dapat menegakkan diagnosa, mengkaji masalah dan kebutuhan pada
kasus persalinan postterm.
3. Dapat mengidentifikasi masalah potensi yang mungkin terjadi pada
kasus persalinan postterm.
4. Dapat menentukan tindakan segera pada kasus persalinan postterm.
5. Dapat membuat rencana asuhan pada kasus persalinan postterm
sebagai dasar untuk melaksanakan asuhan kebidanan.
6. Dapat melakukan implementasi secara efektif dan efisien pada kasus
persalinan postterm.
7. Dapat mengevaluasi asuhan yang telah diberikan pada kasus
persalinan postterm.
8. Dapat melakukan pendokumentasian pada kasus persalinan postterm.

1.4. Manfaat
1.5. Penulisan
1. Bagi Penulis
a. Menambah wawasan dan pengetahuan, serta agar penulis dapat
melaksanakan manajemen asuhan kebidanan pada kasus persalinan
postterm.
b. Berperan secara profesional sehingga dapat memberikan pelayanan
yang berkualitas pada klien.
c. Mengembangkan kemampuan berfikir dalam menemukan masalah
dan dalam mencari pemecahan masalah tersebut
BAB II
LANDASAN TEORITIS
2.1. Pengertian
Persalinan postterm adalah persalinan melampaui umur hamil
42 minggu dan pada janin terdapat tanda postmaturitas (Manuaba,
2007). Definisi standar untuk kehamilan dan persalinan lewat bulan
adalah 294 hari setelah hari pertama menstruasi terakhir, atau 280 hari
setelah ovulasi. Istilah lewat bulan (postdate) digunakan karena tidak
menyatakan secara langsung pemahaman mengenai lama kehamilan
dan maturitas janin ( Varney Helen, 2007). Persalinan postterm
menunjukkan kehamilan berlangsung sampai 42 minggu (294 hari)
atau lebih, dihitung dari hari pertama haid terakhir menurut rumus
Naegele dengan siklus haid rata-rata 28 hari (Prawirohardjo, 2008).

2.2 Etiologi
Menurut Sarwono Prawirohardjo dalam bukunya (Ilmu
Kebidanan, 2008) faktor penyebab kehamilan postterm adalah :
a. Pengaruh Progesteron
Penurunan hormon progesteron dalam kehamilan dipercaya
merupakan kejadian perubahan endokrin yang penting dalam memacu
proses biomolekuler pada persalinan dan meningkatkan sensitivitas
uterus terhadap oksitosin , sehingga terjadinya kehamilan dan
persalinan postterm adalah karena masih berlangsungnya pengaruh
progesteron.
b. Teori Oksitosin
Pemakaian oksitosin untuk induksi persalinan pada kehamilan
postterm memberi kesan atau dipercaya bahwa oksitosin secara
fisiologis memegang peranan penting dalam menimbulkan persalinan
dan pelepasan oksitosin dari neurohipofisis ibu hamil yang kurang
pada usia kehamilan lanjut diduga sebagai salah satu faktor
penyebabnya.
c. Teori Kortisol/ACTH janin
Dalam teori ini diajukan bahwa sebagai “pemberi tanda” untuk
dimulainya persalinan adalah janin, diduga akibat peningkatan tiba-
tiba kadar kortisol plasma janin. Kortisol janin akan mempengaruhi
plasenta sehingga produksi progesteron berkurang dan memperbesar
sekresi estrogen, selanjutnya berpengaruh terhadap meningkatnya
produksi prostaglandin. Pada cacat bawaan janin seperti anansefalus,
hipoplasia adrenal janin, dan tidak adanya kelenjar hipofisis pada
janin akan menyebabkan kortisol janin tidak diproduksi dengan baik
sehingga kehamilan dapat berlangsung lewat bulan.
d. Saraf Uterus
Tekanan pada ganglion servikalis dari pleksus Frankenhauser
akan membangkitkan kontraksi uterus. Pada keadaan di mana tidak
ada tekanan pada pleksus ini, seperti pada kelainan letak, tali pusat
pendek dan bagian bawah masih tinggi kesemuanya diduga sebagai
penyebabnya.
e. Heriditer
Beberapa penulis menyatakan bahwa seseorang ibu yang
mengalami kehamilan postterm mempunyai kecenderungan untuk
melahirkan lewat bulan pada kehamilan berikutnya. Mogren (1999)
seperti dikutip Cunningham, menyatakan bahwa bilamana seseorang
ibu mengalami kehamilan postterm saat melahirkan anak perempuan,
maka besar kemungkinan anak perempuannya mengalami kehamilan
postterm.

2.3. Faktor resiko


Beberapa faktor penyebab kehamilan lewat waktu adalah sebagai
berikut:

1. Kesalahan dalam penanggalan, merupakan penyebab yang paling


sering.
2. Tidak diketahui.
3. Primigravida dan riwayat kehamilan lewat bulan.
4. Defisiensi sulfatase plasenta atau anensefalus, merupakan penyebab
yang jarang terjadi
2.4.Diagnosa
Tidak jarang seorang bidan mengalami kesulitan dalam
menentukan diagnosis karena diagnosis ditegakkan berdasarkan umur
kehamilan, bukan terhadap kondisi kehamilan. Diagnosis dapat
ditentukan melalui (Prawirohardjo, 2008) :

a. Riwayat Haid
Diagnosis tidak sulit untuk ditegakkan apabila hari pertama haid
terakhir (HPHT) diketahui dengan pasti. Untuk riwayat haid yang
dapat dipercaya, diperlukan beberapa kriteria antara lain:
1. Penderita harus yakin betul dengan HPHT-nya
2. Siklus 28 hari dan teratur
3. Tidak minum pil antihamil setidaknya 3 bulan terakhir
Selanjutnya diagnosis ditentukan dengan menghitung menurut rumus
Naegele. Berdasarkan riwayat haid, seseorang penderita yang
ditetapkan sebagai kehamilan dan persalinan postterm kemungkinan
adalah sebagai berikut:

1) Terjadi kesalahan dalam menetukan tanggal haid terakhir atau akibat


menstruasi abnormal.
2) Tanggal haid terakhir diketahui jelas, tetapi terjad kelambatan ovulasi.
3) Tidak ada kesalahan menentukan haid terakhir dan kehamilan
memang berlangsung lewat bulan (keadaan ini sekitar 20-30% dari
seluruh penderita yang diduga kehamilan postterm).

b. Riwayat Pemerikasaan Antenatal

1) Tes Kehamilan
pasien melakukan tes imunologik sesudah terlambat 2 minggu,
maka dapat diperkirakan kehamilan memang telah berlangsung 6
minggu.

2)Gerak Janin
Gerak janin atau quickening pada umumnya dirasakan ibu pada
umur kehamilan 18-20 minggu. Pada primigravida dirasakan sekitar
umur kehamilan 18 minggu, sedangkan pada multigravida pada 16
minggu. Petunjuk umum untuk menentukan persalinan adalah
quickening ditambah 22 minggu pada primigravida atau ditambah 24
minggu pada multigravida.

3)Denyut Jantung Janin (DJJ)


Dengan stetoskop Laenec DJJ dapat didengar mulai umur 18-20
minggu, sedangkan dengan Doppler dapat terdengar pada umur
kehamilan 10-12 minggu. Kehamilan dapat dinyatakan sebagai
kehamilan postterm bila didapat 3 atau lebih dari 4 kriteria hasil
pemeriksaan sebagai berikut:

1) Telah lewat 36 minggu sejak tes kehamilan positif.

2) Telah lewat 32 minggu sejak DJJ pertama terdengar dengan


Doppler.

3) Telah lewat 24 minggu sejak dirasakan gerakan janin pertama


kali.

4) Telah lewat 22 minggu sejak terdengarnya DJJ pertama kali


dengan stetoskop Laennec.

4)Tinggi Fundus Uteri


Dalam trimester pertama pemeriksaan tinggi fundus uteri serial
dalam sentimeter dapat bermanfaat bila dilakukan pemeriksaan secara
berulang tiap bulan. Lebih dari 20 minggu, tinggi fundus uteri dapat
menentukan umur kehamilan secara kasar

5) Pemeriksaan Ultrasonografi (USG)


Bila telah dilakukan pemeriksaan ultrasonografi serial terutama
sejak trimester pertama,hamper dapat dipastikan usia kehamilan. Pada
trimester pertamapemeriksaan panjang kepala-tungging (crown-rump
length/CRL) memberikan ketepatan kurang lebih 4 hari dari taksiran
persalinan.

6) Pemeriksaan Radiologi
Dapat dilakukan dengan melihat pusat penulangan. Gambaran
epifiisis femur bagian distal paling dini dapat dilihat pada kehamilan
32 minggu, epifisis tibia proksimal terlihat setelah umur kehamilan 36
minggu dan epifisis kuboid pada kehamilan 40 minggu.

7)Pemeriksaan Laboratorium
1) Kadar lesitin/spinngomielin
Bila lesitin/spinngomielin dalam cairan amniom kadarnya sama,
maka umur kehamilan sekitar 22-28 minggu, lesitin 1,2 kali kadar
spingomielin: 28-32 minggu, pada kehamilan genap bulan rasio
menjadi 2:1 . Pemeriksaan ini tidak dapat dipakai untuk menentukan
kehamilan postterm, tetapi hanya digunakan untuk menentukan
apakah janin cukup umur/matang untuk dilahirkan yang berkaitan
dengan mencegah kesalahan dalam tindakan pengakhiran kehamilan.
2) Aktivitas tromboplastin cairan amniom
Hastwell berhasil membuktikan bahwa cairan amnion
mempercepat waktu pembekuan darah. Aktifitas ini meningkat
dengan bertambahnya umur kehamilan. Pada umur kehamilan 41-42
minggu ATCA berkisar antara 45-65 detik, pada umur kehamilan
lebih dari 42 minggu didapatkan ATCA kurang dari 45 detik. Bila
didapatkan ATCA antara 42-46 detik menunjukkan bahwa kehamilan
berlangsung lewat waktu.

3) Sitologi cairan amnion


Pengecatan nile bluesulphate dapat melihat sel lemak dalam
cairan amnion. Bila jumlah sel yang mengandung lemak melebihi
10% maka kehamilan diperkirakan 36 minggu dan apabila 50% atau
lebih maka umur kehamilan 39 minggu atau lebih.
4) Sitologi vagina
Pemeriksaan sitologi vagina (indeks kariopiknotik > 20%)
mempunyai sensitivitas 75 %.
2.5.Komplikasi
Kemungkinan komplikasi pada persalinan postterm adalah:

a. Terhadap Ibu

Persalinan postterm dapat menyebabkan distosis karena aksi


uterus tidak terkoordinir, janin besar, moulding kepala kurang. Maka
akan sering dijumpai seperti partus lama, kesalahan letak, inersia
uteri, distosia bahu, robekan luas jalan lahir, dan perdarahan
postpartum. Hal ini akan menaikkan angka mordibitas dan mortalitas
(Prawirohardjo, 2006).

b. Terhadap Janin

Permasalahan kehamilan lewat waktu adalah plasenta tidak


sanggup memberikan nutrisi dan pertukaran CO2/O2 sehingga
mempunyai risiko asfiksia, hipoksia, hipovolemia, asidosis,
hipoglikemia, hipofungsi adrenal sampai kematian dalam rahim
(Saifuddin, 2002).

2.6. Tanda Bayi Postmatur


Tanda postmatur dapat di bagi dalam 3 stadium (Prawirohardjo,
2008) :
a. Stadium I
Kulit menunjukkan kehilangan verniks kaseosa dan maserasi
berupa kulit kering, rapuh dan mudah mengelupas.
b. Stadium II
Gejala diatas disertai pewarnaan mekonium (kehijauan) pada
kulit.
c. Stadium III
Terdapat pewarnaan kekuningan pada kuku, kulit dan tali pusat.
Menurut Manuaba 2007, tanda bayi postmatur adalah:

a. Biasanya lebih berat dari bayi matur ( > 4000 gram).


b. Tulang dan sutura kepala lebih keras dari bayi matur.
c. Rambut lanugo hilang atau sangat kurang.
d. Verniks kaseosa di badan berkurang.
e. Kuku-kuku panjang.
f. Rambut kepala agak tebal.
g. Kulit agak pucat dengan deskuamasi epitel.

2.7. Penatalaksanaan
Tindakan yang penting dilakukan (Saifuddin, 2002) adalah:

a) Setelah usia kehamilan > 40-42 minggu yang penting adalah


monitoring janin sebaik-baiknya.
b) Apabila tidak ada tanda-tanda insufisiensi plasenta, persalinan spontan
dapat ditunggu dengan pengawasan ketat.
c) Lakukan pemeriksaan dalam untuk menilai kematangan serviks, kalau
sudah matang boleh dilakukan induksi persalinan dengan atau tanpa
amniotomi.
d) Bila :
1. Riwayat kehamilan yang lalu ada kematian janin dalam rahim.
2. Terdapat hipertensi, pre-eklampsia.
3. Kehamilan ini adalah anak pertama karena infertilitas.
4. Pada kehamilan > 40-42 minggu.
Maka ibu dirawat di rumah sakit :

e) Tindakan operasi seksio sesarea dapat dipertimbangkan pada.


1. Insufisiensi plasenta dengan keadaan serviks belum matang.
2. Pembukaan yang belum lengkap, persalinan lama dan terjadi gawat
janin.
3. Pada primigravida tua, kematian janin dalam kandungan, pre-
eklampsia, hipertensi menahun, anak berharga (infertilitas) dan
kesalahan letak janin.
f) Pada persalinan pervaginam harus diperhatikan bahwa partus lama
akan sangat merugikan bayi, janin postmatur kadang-kadang besar
dan kemungkinan diproporsi sefalo-pelvik dan distosia janin perlu
dipertimbangkan. Selain itu janin postmatur lebih peka terhadap
sedatif dan narkosa, jadi pakailah anestesi konduksi.
7. Pertimbangan Persalinan Anjuran
Persalinan anjuran bertujuan untuk dapat (Wiknjosastro, 2000):
a) Merangsang otot rahim berkontraksi, sehingga persalinan
berlangsung.
b) Membuktikan ketidakseimbangan antara kepala janin dengan jalan
lahir bishop telah menetapkan beberapa penilaian agar persalinan
induksi dapat berhasil seperti yang ditujukan pada tabel berikut :
Tabel 1.1 Skor Bishop
0 1 2 3
60- 80
Pendataran serviks 0-30% 40-50%
70% %
Pembukaan serviks 0 1-2 3-4 5-6
Penurunan kepala dari +1,
-3 -2 -1, 0
Hodge III +2
Konsistensi serviks Keras Sedang Lunak
Posteri Searah sumbu jalan Anteri
Posisi serviks
or lahir or

 Bila nilai pelvis (PS) > 8, maka induksi persalinan kemungkinan


besar akan berhasil.
 Bila PS > 5, dapat dilakukan drip oksitosin.
 Bila PS < 5, dapat dilakukan pematangan servik terlebih dahulu,
kemudian lakukan pengukuran PS lagi.

Persalinan anjuran atau induksi persalinan dapat dilakukan


dengan metode (Manuaba, 2007):
a. Metode Stein
Metode Steinsche merupakan metode lama, tetapi masih perlu
diketahui, yaitu:
a) Penderita diharapkan tenang pada malam harinya.
b) Pada pagi harinya diberikan enema dengan caster oil atau sabun
panas.
c) Diberikan pil kinine sebesar 0,200 gr, setiap jam sampai mencapai
dosis 1,200 gr.
d) Satu jam setelah pemberian kinine pertama, disuntikkan oksitosin 0,2
unit/jam sampai tercapai his yang adekuat.
Persalinan anjuran dengan metode ini di luar rumah sakit
berbahaya karena dapat terjadi :

1) Kontraksi rahim yang kuat sehingga dapat mengancam : ketuban


pecah saat pembukaan kecil, ruptura uteri membakat, gawat janin
dalam rahim.
2) Kelambatan melakukan rujukan, dapat merugikan penderita.
3) Persalinan anjuran dengan infus pituitrin (sintosinon).
b. Persalinan anjuran dengan infus oksitosin, pituitrin atau sintosinon 5
unit dalam 500 cc glukosa 5%.
Teknik induksi dengan infus glukosa lebih sederhana, dan mulai
dengan 8 tetes, dengan teknik maksimal 40 tetes/menit. Kenaikan
tetesan setiap 15 menit sebanyak 4 sampai 8 tetes sampai kontraksi
optimal tercapai. Bila dengan 30 tetes kontraksi maksimal telah
tercapai, maka tetesan tersebut dipertahankan sampai terjadi
persalinan. Apabila terjadi kegagalan, ulangi persalinan anjuran
dengan selang waktu 24 sampai 48 jam.
c. Memecahkan ketuban
Memecahkan ketuban merupakan salah satu metode untuk
mempercepat persalinan. Setelah ketuban pecah, ditunggu sekitar 4
sampai 6 jam dengan harapan kontraksi otot rahim akan berlangsung.
Apabila belum berlangsung kontraksi otot rahim dapat diikuti induksi
persalinan dengan infus glukosa yang mengandung 5 unit oksitosin.
d. Persalinan anjuran dengan menggunakan prostaglandin
Telah diketahui bahwa kontraksi otot rahim terutama dirangsang oleh
prostaglandin. Pemakaian prostaglandin sebagai induksi persalinan
dapat dalam bentuk infus intravena (Nalador) dan pervaginam
(prostaglandin vagina suppositoria).
e. Pompa Payudara atau Stimulasi Putting
Beberapa studi skala besar telah mengevaluasi keamanan dan
keefektifitasaan stimulasi payudara sebagai metede induksi
persalinan. Namun, efek komulatif dari banyak studi yang
menggunakan pompa payudara atau stimulasi putting manual yang di
kombinasi dengan landasan fisiologi perubahan serviks. Penanganan
yang beragam termasuk pompa payudara listrik otomatis yang
menstimulasi masing-masing payudara selama15 menit, diselingi
periode istirahat selama15 menit, stimulasi payudara dengan pijatan
lembut menggunakan kompresan hangat dan lembab salama 1 jam
sebanyak 3 kali sehari, stimulasi payudara selama 45 menit tiga kali
sehari dan pijatan lembut pada kedua payudara secara bergantian
selama waktu 3 jam sehari. Kelemahan penelitian ini meliputi
kurangnya kepatuhan dalam melaksanakan intervensi yang di
anjurkan, jumlah anggoata sedikit dalam kelompok, kontrol minim
terhadap variabel penting, seperti usia gestasi, dan kriteria intervensi
yang tidak dapat di andalkan. Wanita yang mencoba teknik ini
sebaiknya di peringatkan membatasi kontak dengan puting sehingga
tidak terlalu hiperstimulasi uterus.
Tabel 1.2
Bagan Penanganan Kehamilan Postterm
Kriteria Kehamilan lewat waktu adalah kehamilan yang umur
kehamilannya lebih dari 42 minggu dihitung dari hari pertama haid
terakhir
Kategori Kehamilan postterm tanpa kelainan Kehamilan postterm
dengan kelainan
Penilaian
1) Skor Bishop
2) Pemantauan janin
3) Letak janin
1) Skor Bishop >5
2) Baik
3) Normal
1) Skor Bishop 41 minggu (rujuk )
Puskesmas

1) Penilaian umur kehamilan HPHT


2) Riwayat obstetri yang lalu
3) Tinggi fundus uteri
4) Faktor risiko
5) Kehamilan > 41 minggu (rujuk )

Rumah Sakit

1) Penilaian ulang umur kehamilan


2) Penilaian Skor Bishop
3) Pemeriksaan fetal assessment
4) USG
5) NST (kalau perlu CST)
Skor Bishop 5
Anak tidak besar
NST reaktif
Penempatan normal

Lakukan induksi (sambil observasi)

8. Pengelolaan selama persalinan

Selama proses persalinan yang penting di lakukan


(Prawirohardjo, 2008) adalah :
a. Pemantauan yang baik terhadap ibu (aktivitas uterus) dan
kesejahteraan janin. Pemakaian continuous electronic fetal monitoring
sangat bermanfaat.
b. Hindari penggunaan obat penenang atau analgetika selama persalinan.
c. Awasi jalannya persalinan.
d. Persiapan oksigen dan bedah sesar bila sewaktu-waktu terjadi gawat
janin.
e. Cegah terjadinya aspirasi mekonium dengan mengusap wajah
neonatus dan dilanjutkan resusitasi sesuai dengan prosedur pada janin
dengan cairan ketuban bercampur mekonium.
f. Segera setelah lahir,bayi harus segera diperiksa terhadap
kemungkinan hipoglikemi, hiovolemi, hipotermi dan polisitemi.
g. Pengawasan ketat terhadap neonatus dengan tanda-tanda
posmaturitas.
h. Hati-hati kemungkinan terjadi distosia bahu.
Sedangkan dalam buku acuan nasional pelayaan kesehatan maternal
dan neonatal, pengelolaan intrapartum dapat dilakukan dengan :

a. Pasien tidur miring sebelah kiri


b. Pergunakan pemantauan elektronik jantung janin.
c. Beri oksigen bila ditemukan keadaan jantung yang abnormal.
d. Perhatikan jalannya persalinan.
e. Segera setelah lahir, bayi harus segera diperiksa terhadap
kemungkinan hipoglikemi, hipovolemi, hipotermi dan polisitemi.
Apabila ditemukan cairan ketuban yang terwarnai mekoneum harus
segera dilakukan resusitasi sebagai berikut :
a. Penghisapan nasofaring dan orofaring posterior secara agresif sebelum
dada janin lahir.
b. Bila mekoneum tampak pada pita suara, pemberian ventilasi dengan
tekanan positif dan tangguhkan dahulu sampai trakea telah di intubasi
dan penghisapan yang cukup.
c. Intubasi trakea harus dilakukan rutin bila ditemukan mekoneum yang
tebal.

BAB III
TINJAUAN KASUS

PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN


PADA IBU HAMIL DENGAN METODE SOAP PADA NY.”R”
G2P1A0H1
GRAVID 41-42 MINGGU TANGGAL 29 APRIL 2014 DI
PUSKESMAN BELIMBING

SUBYEKTIF:
Ibu mengatakan:
Ingin memeriksakan kehamilannya
Ini kunjungan ulang
Ini kehamilan ke-2
Hpht 15 - 7 - 2013
Ibu mengatakan anak pertama lahir normal
Ibu merasa kehamilannya sudah lewat bulan
Ibu merasa gelisah karena sampai saat ini belum ada tanda-tanda atau
rasa sakit ingin melahirkan
OBJEKTIF
Tp : 22 – 4 -2014
Tingkat kesadaran : Baik
TTV :
TD: 110/70 mmHg S: 37,5°C
N: 80x/I P: 20x/i
Antropometri :
BB: 74 kg LILA: 27 cm
TB: 150 cm
Head to toe:
Kepala :
Rambut bersih,tidak rontok,tidak ada pembengkakan yang abnormal
Muka :
Wajah tidak pucat,tidak ada oedema,dan ada klosma gravidarum
Mata :
Sklera tidak ikterik,konjungtiva tidak pucat
Mulut :
Bibir tidak pucat,gigi bersih tidak ada karies dan plak

Leher :
Tidak ada pembesaran kelenjer tiroid,kelenjer limfe dan vena
jugularis
Dada :
Payudara simetris kiri-kanan,areola hiperpigmentasi,putting susu
menonjol,tidak ada massa dan kolostrum sudah keluar.
Abdomen :
Tidak ada luka bekas operasi,linea alba,strie albikan, pembesaran
perut sesuai dengan usia kehamilan.

Palpasi
Leopold I : Pada bagian fundus perut ibu teraba bundar,lembek,tidak
melenting kemungkinan bokong janin,TFU 3 jari dibawah PX

Leopold II : Pada bagian kanan dinding perut ibu teraba panjang keras
memapan kemungkinan punggung janin dan pada bagian kiri dinding
perut ibu teraba tonjolan-tonjolan kecil kemungkinan ekstremitas
janin.
Leopold III : Pada bagian terbawah perut ibu teraba
bulat,keras,melenting dan masih bisa digoyangkan kemungkinan
kepala janin dan belum masuk PAP.

Leopold IV : Belum dilakukan


Mc.Donal : 35 cm
TBBJ : 3410 gram
DJJ : 152 x/i
Ektremitas : Atas : tidak ada oedema
tidak ada varises
Tidak ada sianosis
Pergerakan aktif

Bawah : tidak ada oedema


tidak ada varises
Tidak ada sianosis
Pergerakan aktif
Reflek patella : (+)

Genetalia : Tidak ada oedema


Tidak ada varises
Tidak ada pembengkakan abnormal
Tidak ada pengeluaran cairan abnormal

Assesment : Ibu hamil G2P1A0H1 gravid 41-42 minggu,janin hidup


tunggal,intra uterin,let-kep,pu-ka,jalan lahir normal KU ibu dan janin
baik.

Penatalaksanaan:
1. Menginformasikan kepada ibu dan keluarga tentang hasil pemeriksaan
bahwa keadaan ibu dan janin dalam kondisi baik,dan ibu
kemungkinan dicurigai serotinus yaitu kehamilan lewat bulan karena
kehamilan sudah 41-42 minggu dan sudah melewati TP.
Setelah diberi penjelasan oleh bidan,ibu mengerti dan paham dengan
kondisinya.
2. Menganjurkan ibu untuk makan-makanan yang bergizi,tinggi protein
seperti daging,telur,tempe,tahu,kacang-kacangan dll,tinggi serat
seperti sayuran-sayuran hijau.supaya saat persalinan ibu mempunyai
tenaga yang baik dalam mengedan dan kontraksi ibu berjalan dengan
baik pula.
Ibu mengerti dan mengatakan mau mengikuti saran dari petugas
kesehatan.
3. Menganjurkan ibu untuk istirahat yang cukup minimal istirahat pada
siang hari 1-2 jam dan tidur pada malam hari minimal 6-7 jam dan
tidak melakukan aktivitas yang berat yang dapat membuat ibu jadi
kelelahan,dengan kondisi ibu yang kelelahan akan tidak baik dalam
menghadapi proses persalinan nanti. Ibu paham dan sangat mengerti
dengan penjelasan yang diberikan.
4. Meberitahu ibu tentang tanda bahaya pada kehamilan tua/lanjut seperti
perdarahan,sakit kepala hebat yang tidak hilang setelah
istirahat,gangguan penglihatan maa kabur/berkunang-
kunang,pembengkakan pada kaki dan tangan,nyeri abdomen yang
hebat,bayi tidak bergerak seperti biasanya,keluaar air ketuban
sebelum waktunya.jika ibu mengalami salah satu dari tanda tersebut
segera hubungi tenaga kesehatan.
Ibu mngerti dengan apa yang disampaikan,,dan mengatakan akan
melakukan apaa yang disarankan oleh bidan.
Setelah diberi penjelasan ibu mengerti dan mau mengikuti apa yang
disarankan oleh bidan.
5. Menjelaskan apa-apa saja tanda persalinan seperti sakit pinggang
menjalar keari-ari,keluar lendir bercampur darah,atau keluar air
merembes/banyak dari kemaluan ibu yang bukan air pipis,jika ibu
mengalami salah satu dari tanda tersebut segera ibu pergi ke tenaga
kesehatan untuk mendapatkan pertolongan persalinan.
Setelah diberi penjelasan ibu mengerti dengan tanda-tanda persalinan
dan mengatakan akan segera pergi ke tempat bidan jika mengalami
salah satu dari tanda tersebut.
6. Menganjurkan ibu untuk sering sujud agar mempercepat penurunan
kepala janin dan mempercapat waktu ibu untuk bersalin.
ibu mengerti dan mau mengikuti apa yang disarankan oleh bidan.
7. Menganjurkan ibu untuk sering berhubungan suami istri karena
hormone prostaglandin yang ada pada sperma dapat menimbulkan
kontraksi yang semakin kuat pada rahim ibu sehingga mempercepat
dan memperlancar waktu persalinan.
8. Menhganjurkan ibu untuk jalan-jalan dan olahraga ringan pada pagi
hari agar kepala janin cepat turun dan mempercepat waktu
persalinan.
Ibu mengerti dan mau melakukan apa yang disarankan oleh bidan.
9. Menganjurkan ibu untuk datang kembali ke puskesmas 1 minggu lagi
jika belum ada tanda persalinan untuk diberi surat rujukan kerumah
sakit dengan indikasi ibu dengan serotinus.dan bayi harus segera
untuk dilahirkan. Ibu paham dan mengerti dengan pesan yang
disampaikan.

BAB IV
PEMBAHASAN KASUS
Pada kasus ibu dengan dicurigai serotinus diatas berdasarkan
teori dissebabkan oleh:
a. Pengaruh Progesteron
b. Teori Oksitosin
c. Teori Kortisol/ACTH janin
d. Saraf Uterus
e. Heriditer

Kelima hal tersebutlah yang menyebabkan hal demikian terjadi


dan bahkan harus membuat ibu bersalin dengan menggunakan
tindakan oleh para ahli. Selain itu penyebab serotinus pada kasus ini
juga disebabkan oleh ibu sangat jarang untuk berolahraga ringan atau
tidak sama sekali,padahal dengan melakukan olahraga ringan sangat
mempercepat terjadinya turunnya kepala janin sehingga akan
mempercepat terjadinya proses persalinan apalagi olahraga ringan
tersebut sering dilakukan pada kehamilan yang semakin tua.
Umur kehamilan ibu yang hampir dikatakan dalam kategori
kehamilan lewat bulan ini harus diberikan asuhan yang tepat untuk
mempercepat terjadinya proses bersalin kepada oleh karena itu harus
dilihat hasilnya untuk satu minggu kedepan setelah diberikan
beberapa asuhan yang bisa bermanfaat untuk mempercepat terjadinya
proses persalinan tersebut,adapun pada kasus ini asuhan yang sangat
bermanfaat untuk menghasilkan kontraksi yaitu dengan menyarankan
ibu untuk sering melakukan hubungan seksual dengan suaminya
karena pada air mani terdapat hormon prostaglandin yang bermanfaat
untuk menghasilkan kontraksi dan juga menyarankan ibu untuk sering
melakukan olah raga ringan seperti jalan-jalan santai untuk
menpercepat terjadinya penurunan dari kepala janin,sehingga kepala
janin yang sudah semakin turun kebawah dapat merangsang uterus
untuk menghasilkan kontraksi.
Dalam kasus ini setelah diberikan asuhan kepada ibu jika satu
bulan minggu kedepan ibu masih juga tidak merasakan adanya tanda-
tanda persalinan yang sudah dijelaskan,ibu disarankan untuk datang
lagi kepuskesmas untuk meminta surat rujukan dan ibu harus segera
menjalani proses bersalin dengan tindakan dengan tenaga yang lebih
ahli,karena jika tidak akan membahayakan keselamatan ibu dan
janin,berdasarkan teori akibat yang akan terjadi pada ibu adalah dapat
menyebabkan distosis karena aksi uterus tidak terkoordinir, janin
besar, moulding kepala kurang. Maka akan sering dijumpai seperti
partus lama, kesalahan letak, inersia uteri, distosia bahu, robekan luas
jalan lahir, dan perdarahan postpartum. Hal ini akan menaikkan angka
mordibitas dan mortalitas. Sedangkan akibat yang dapat terjadi pada
janin dalam kasus kehamilan serotinus yaitu Permasalahan kehamilan
lewat waktu adalah plasenta tidak sanggup memberikan nutrisi dan
pertukaran CO2/O2 sehingga mempunyai risiko asfiksia, hipoksia,
hipovolemia, asidosis, hipoglikemia, hipofungsi adrenal sampai
kematian dalam rahim.
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Kehamilan postterm merupakan kehamilan yang berlangsung
selama 42 minggu atau lebih sejak awal periode haid yang diikuti oleh
ovulasi 2 minggu kemudian. Meskipun kehamilan postterm ini
mungkin mencakup 10 persen dari seluruh kehamilan, sebagian di
antaranya mungkin tidak benar-benar postterm, tetapi lebih
disebabkan oleh kekeliruan dalam memperkirakan usia gestasional.
Sekali lagi nilai informasi yang tepat mengenai lama kehamilan cukup
jelas, karena pada umumnya semakin lama janin yang benar-benar
postterm itu berada didalam rahim, semakin besar pula resiko bagi
janin dan bayi baru lahir untuk mengalami gangguan yang berat
(Cunningham, 1995).
Etiologi dari kehamilan serotinus sampai saat ini belum diketahui
secara pasti beberapa faktor yang dikemukakan penyebab kehamilan
serotinusadalah:
Ketidaktentuan tanggal menstruasi, ketidakmampuan ibu
mengingat HPHT.
Faktor hormonal
Faktor herediter
Pencegahan dapat dilakukan dengan melakukan pemeriksaan
kehamilan yang teratur, minimal 4 kali selama kehamilan, 1 kali pada
trimester pertma (sebelum 12 minggu), 1 kali pada trimester 2 (antara
13 minggu – 28 minggu), dan 2 kali pada trimester ke 3 (diatas 28
minggu ). Bila keadaan memungkinkan, pemeriksaan kehamilan
dilakukan 1 bulan sekali sampai usia 7 bulan, 2 minggu sekali pada
kehamilan 7 – 8 bulan dan seminggu sekali pada bulan terakhir. Hal
ini akan menjamin ibu dan tenaga kesehatan mengetahui dengan
benar usia kehamilan dan mencegah terjadinya kehamilan serotinus
yang berbahaya.

5.2. Saran
1. Untuk Bidan
Bidan sebagai tanaga kesehatan sangat berperan dalam

menurunkan angka kematian ibu, oleh karena itu bidan perlu

meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam memberikan

pelayanan yang optimal kepada masyarakat.

2. Untuk klien

Diharapkan untuk melakukan pemeriksaan ANC sesuai dengan

kebutuhan, segera setelah terlambat mendapat haid untuk

mengantisipasi komplikasi dalam kehamilan dan bersedia melakukan

nasehat serta anjuran yang diberikan oleh petugas kesehatan.

3. Untuk Institusi

Perlu peningkatan pembelajaran di laboratorium khususnya

penanganan induksi persalinan sehingga dapat melakukan suatu

tindakan penanganan pada kasus tersebut karena prakrek laboratorium

sangatlah bermanfaat dalam membina tenaga bidan guna menciptakan

sumber daya manusia yang berpotensi dan professional.


DAFTAR PUSTAKA
Manuaba. 2007. Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran :EGC
Prawiroharjo, Sarwono.2008. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan
Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo.. 2006. Buku Acuan Nasional
Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawiroharjo.
Saifuddin, Abdul Bari. 2002. Kesehatan Maternal dan Neonatal.
Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Varney, Helen Dkk.2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan ed.4 vo1.
Jakarta.EGC
Wiknjosastro. 2000. Ilmu Bedah Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawiroharjo.
APN. 2008. Pelayanan Obstetri dan Neonatal Emergensi Dasar.
Jakarta: Institusi DEPKES RI

Diposting oleh riri amelia di 21.38


Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke
Pinterest

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Posting Lebih Baru Beranda


Langganan: Posting Komentar (Atom)

Mengenai Saya

riri amelia
Lihat profil lengkapku

Arsip Blog
 ▼ 2014 (7)
o ► Agustus (1)
o ▼ Juni (6)
 Contoh Laporan kelas ibu hamil
 Hormon progesteron
 Hipertermi neonatus
 Asam mefenamat
 Asuhan dan pemeliharaan kesehatan pada ibu bersali...
 Kehamilan dengan serotinus

Tema Sederhana. Diberdayakan oleh Blogger.

Anda mungkin juga menyukai