Anda di halaman 1dari 151

ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS PADA NY S P10001 DENGAN ASI

TIDAK LANCAR DI POLINDES DESA MLARAS


KEC. SUMOBITO KAB. JOMBANG

LAPORAN TUGAS AKHIR

Oleh :
SITI ELOK AZMI
NIM : 7212071

PRODI DIII KEBIDANAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS PESANTREN TINGGI DARUL ULUM JOMBANG
2015

ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS PADA NY S P10001 DENGAN ASI


TIDAK LANCAR DI POLINDES DESA MLARAS
KEC. SUMOBITO KAB. JOMBANG

LAPORAN TUGAS AKHIR


Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan
Pendidikan Tinggi Diploma III Kebidanan

Oleh :
SITI ELOK AZMI
NIM : 7212071

PRODI DIII KEBIDANAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS PESANTREN TINGGI DARUL ULUM JOMBANG
2015
ii

iii

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Tiada yang maha pengasih dan maha penyayang selain Engkau Ya


ALLAH. Syukur alhamdulillah berkat rahmat dan karunia-Mu ya Allah, saya
bisa menyelesaikan Laporan Tugas Akhir ini. Laporan Tugas Akhir ini ku
persembahkan untuk :
1. Kedua orang tuaku tercinta, Ayahanda Achmad Yusuf Hariri dan ibunda
Rubiati, ini anakmu mencoba memberikan yang terbaik untukmu. Betapa diri
ini ingin melihat kalian bangga padaku. Betapa tak ternilai kasih sayang dan
pengorbanan kalian padaku. Terimakasih atas dukungan moril maupun
materil untukku selama ini.
2. Terima kasih untuk adik - adikku tercinta Miftahul Ilmiah, Ririn Salasatun
Rohmatul Laili, Muhammad Khusnul Fuad dan seluruh keluarga tercinta
terima kasih atas dukungan, semangat dan doa untuk kesuksesanku.
3. Terima kasih untuk mas Achmad Zainul Mustofa Al Amin atas dukungan,
semangat, dan doa untuk kesuksesanku.
4. Bapak Mahtori dan ibu Ulya selaku kedua orang tuaku di Asrama Baitul
Maqdis yang selalu mendo'akan santriwatinya agar menjadi orang yang
barokah, sukses dan bermanfaat di dunia dan akhirat. Amiiiiin Ya Rabb..
5. Dosen-dosenku yang telah menjadi orang tua kedua ku, yang namanya tak
bisa ku sebutkan satu persatu yang selalu memberikan motivasi untukku,
selalu peduli dan perhatian, ucapan terimakasih yang tak terhingga atas ilmu
yang telah kalian berikan sangatlah bermanfaat untukku.
6. Dosen pembimbingku bu Sri Banun, SST, M.Kes dan bu Helmi Annuchasari,
SKM yang telah meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan arahan
dalam penyusunan Laporan Tugas Akhir ini.

vi

7. Polindes Desa Mlaras dan Bu Murti Margi Rahayu, Amd.Keb yang telah
memberikan bimbingan dan fasilitas serta partisipasinya selama penulis
melakukan Laporan Tugas Akhir.
8. Untuk teman-teman almamaterku dan teman-teman seperjuanganku di
kampus PRODI DIII Kebidanan FIK UNIPDU khususnya yang tak bisa ku
sebutkan satu persatu. Mari kita lanjutkan perjuangan kita di luar sana Be
Professional Midwife, mengabdi kepada masyarakat. Jaga nama baik
almamater dan n buat harum nama kampus kita. Saat yang ku rindukan saat
berkumpul dengan kalian semua di kelas. Bangga menjadi angkatan 2012.
9. Keluarga BM 2 adik adik yang super gokil, terimakasih karena kalian
selalu siap menampung air mata, tawaku, tempat sharing dan tempat gosip
tentunya, makasih atas motivasinya ya. persahabatan ini takkan ku lupakan
sampai akhir hayat memisahkan kita.

vii

MOTTO

Sesungguhnya balasan itu sesuai dengan usahanya.


Sebaik baiknya manusia adalah manusia yang bisa bermanfaat bagi
manusia lain.
Barang siapa yang mempermudahkan bagi orang susah, niscaya Allah
akan mempermudahkan baginya di dunia dan di akhirat.
Musuh yang paling berbahaya di atas dunia ini adalah penakut dan
bimbang, Teman yang paling setia hanyalah keberanian dan keyakinan
yang teguh.

viii

KATA PENGANTAR

Segala syukur kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan hidayat-Nya
penulis dapat menyelesaikan Laporan Tugas Akhir dengan judul Asuhan
Kebidanan Pada Ibu Nifas Dengan ASI Tidak Lancar di Polindes Desa
Mlaras Sumobito Jombang, dengan lancar.
Laporan tugas akhir ini disusun dalam bentuk laporan sebagai tugas akhir
dalam menyelesaikan pendidikan di Prodi DIII Kebidanan FIK UNIPDU
Jombang.
Ucapan terima kasih penulis persembahkan kepada pihak-pihak yang secara
langsung maupun tidak langsung telah membantu terselesainya proposal. Maka
pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa hormat dan terima kasih kepada:
1.

Prof. Dr. H. Ahmad Zahro, MA selaku rektor Universitas Pesantren Tinggi


Darul Ulum Jombang

2.

Andi Yudianto S.Kep.Ners, M.Kes selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan


Universitas Pesantren Tinggi Darul Ulum Jombang

3.

Ninik Azizah, SST.M.Kes selaku Ka. Prodi DIII Kebidanan FIK UNIPDU
Jombang

4.

Sri Banun Titi Istiqomah, M.Kes selaku Pembimbing I yang telah


memberikan bimbingan motivasi dalam penyusunan ini.

5.

Helmi Annuchasari, SKM selaku Pembimbing II yang telah memberikan


bimbingan motivasi dalam penyusunan ini.

ix

6.

Murti Margi Rahayu, Amd.Keb yang telah memberikan bimbingan dan


fasilitas serta partisipasinya selama penulis melakukan penelitian.

7.

Serta semua pihak yang terlibat dalam pembuatan ini yang tidak bisa penulis
sebutkan satu-satu.
Penulis menyadari bahwa pembuatan ini jauh dari sempurna. Oleh karena

itu, penulis mengharapkan saran dan kritik dari para pembaca demi
penyempurnaan ini.
Demikian ini penulis buat, semoga bermanfaat bagi penulis khususnya dan
pembaca pada umumnya.

Jombang, Mei 2015

Penulis

ABSTRAK
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS DENGAN ASI TIDAK
LANCAR DI POLINDES DESA MLARAS
KEC.SUMOBITO KAB.JOMBANG
2015
Nama
NIM
Pembimbing I
Pembimbing II

: Siti Elok Azmi


: 7212071
: Sri Banun Titi Istiqomah, SST, M.Kes
: Helmi Annuchasari, SKM

Air susu ibu (ASI) adalah makanan terbaik untuk bayi, ASI tidak lancar di
pengaruhi oleh faktor teknik menyusui, faktor psikologis, faktor fisik ibu, faktor
kondisi bayi. ASI tidak lancar dapat menyebabkan bayi tidak puas setiap kali
menyusu, bayi sering menangis,bayi menolak menyusu, berat badan bayi tidak
meningkat dan tinja bayi keras, kering dan berwarna hijau.
Tujuan dari Asuhan Kebidanan adalah melaksanankan Asuhan Kebidanan
Ibu Nifas pada Ny S P10001 dengan ASI tidak lancar di Polindes Desa Mlaras
Kecamatan Sumobito Kabupaten Jombang.
Metode yang di gunakan dalam melakukan asuhan kebidanan pada Ibu nifas
dengan ASI tidak lancar adalah menggunakan standar asuhan kebidanan. Meliputi
pengkajian, identifikasi diagnosa dan atau masalah kebidanan, perencanaan,
pelaksanaan, evaluasi, dan pencatatan asuhan kebidanan yang telah dilakukan
secara bertahap dan prosedural.
Hasil asuhan kebidanan yang telah di berikan pada Ibu nifas dengan ASI
tidak lancar dalam pengkajian, data subyektif dan data obyektif tidak ada yang
menunjukkan kelainan pada payudara ibu. ASI tidak lancar pada ibu nifas dapat
teratasi pada hari ke lima masa nifas.
Dari penyusunan asuhan kebidanan pada Ny S dengan ASI tidak lancar di
Polindes Desa Mlaras Kecamatan Sumobito Kabupaten Jombang setelah di
lakukan observasi 1 x 2 jam selama 14 hari dengan standar asuhan kebidanan
tidak terjadi hambatan dan berlangsung secara kooperatif dan komperhensif.
Rencana asuhan sesuai dengan yang di laksanakan dalam asuhan kebidanan ini.
Evaluasi akhir berjalan dengan lancar tanpa ada hambatan. Pada penatalaksanaan
asuhan kebidanan ini, tidak terdapat kesenjangan antara teori dan fakta.
Kata Kunci : Asuhan Kebidanan, Ibu nifas, ASI

xi

ABSTRACT
MIDWIFERY CARE WOMEN WITH POSTPARTUM ASI
CURRENT IN POLINDES VILLAGE MLARAS
KEC. SUMOBITO KAB. JOMBANG
2015
Name
NIM
Supervisor I
Supervisor II

: Siti Elok Azmi


: 7212071
: Sri Banun Titi Istiqomah, SST, M.Kes
: Helmi Annuchasari, SKM

Breastfeeding (ASI) is best food for baby, ASI not fluent in to influence by
technique factor to milk, psychological factor, physical factor, baby's condition
factor. ASI not fluent can to caused baby not satisfy every time to milk, baby
often cry,baby refuse to milk, heavy of body baby doesn't level and the hard baby
feces, dry and green colory.
Aim from Bring up midwefery is Bring up take Mother's midwefery
Childbirth to Ny S P10001 with ASI not fluent in Polindes Village Mlaras
Kecamatan Sumobito Kabupaten Jombang.
The Method that in use it in do bring up midwefery care women with post
partum ASI not fluent is to use it bring up standard kebidanan. To cover studying,
diagnosis identification and or midwefery problem, planning, execution,
evaluation, and bring up registration kebidanan that had be done according to to
phase and procedural.
Bring up Result midwifery that had in give it to Mother childbirth with ASI
not fluent in studying, subjective data and objective data there is no who show
anomaly to mother's breast ASI not fluent to mother childbirth can overcomed to
day to five post partum.
From bring up arranging midwifery to Ny S with ASI not fluent in Village
Polindes Mlaras Kecamatan Sumobito Kabupaten Jombang after in do
observation 1 x 2 time as long as 14 day with bring up standard midwifery don't
happen obstacle and to direct cooperatively and komperhensif. bring up Plan
according to with that in execute it in midwiferys bring up this. end Evaluation to
walk fluently without there is obstacle. To bring up take this midwifery, not got
problems between theory and fact
Keywords : Midwifery care, Woman post partum, ASI

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL LUAR....................................................................

HALAMAN SAMPUL DALAM................................................................

ii

SURAT PERNYATAAN.............................................................................

iii

LEMBAR PERSETUJUAN........................................................................

iv

LEMBAR PENGESAHAN.........................................................................

HALAMAN PERSEMBAHAN..................................................................

vi

MOTTO.......................................................................................................

viii

KATA PENGANTAR...................................................................................

ix

ABSTRAK...................................................................................................

xi

ABSTRACT.................................................................................................

xii

DAFTAR ISI................................................................................................ xviii


DAFTAR TABEL........................................................................................

xix

DAFTAR GAMBAR...................................................................................

xx

DAFTAR SINGKATAN..............................................................................

xxi

DAFTAR LAMPIRAN................................................................................ xxii


BAB I PENDAHULUAN...........................................................................
1.1
1.2
1.3
1.4
1.5

Latar Belakang.....................................................................
Rumusan Masalah................................................................
Tujuan Penelitian..................................................................
1.3.1 Tujuan Umum..........................................................
1.3.2 Tujuan Khusus..........................................................
Ruang Lingkup.....................................................................
Manfaat Penulisan................................................................
1.5.1 Manfaat Teoritis........................................................
1.5.2 Manfaat Praktisi........................................................
1.5.2.1 Bagi Penulis................................................

xiii

1
1
5
5
5
5
6
6
6
6
6

1.5.2.2 Bagi Institusi Pendidikan............................


1.5.2.3 Bagi Lahan Praktek....................................
1.5.2.4 Bagi Klien...................................................
Metode Memperoleh Data....................................................
1.6.1 Studi Kepustakaan....................................................
1.6.2 Studi Kasus...............................................................
1.6.2.1 Anamese.....................................................
1.6.2.2 Pemeriksaan Fisik.......................................
1.6.2.3 Studi Dokumentasi.....................................
1.6.2.4 Observasi....................................................
Sistematika Penulisan...........................................................

7
7
7
7
7
8
8
8
8
8
9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................

11

1.6

1.7

2.1

TINJAUAN TEORI NIFAS.................................................


2.1.1 Pengertian Nifas.......................................................
2.1.2 Tujuan Asuhan Masa Nifas.......................................
2.1.3 Tahapan Masa Nifas.................................................
2.1.3.1 Puerperium Dini.........................................
2.1.3.2 Puerperium Dini.........................................
2.1.3.3 Remote Puerperium....................................
2.1.4 Perubahan Fisiologis Pada Masa Nifas....................
2.1.4.1 Perubahan Sistem Reproduksi....................
2.1.4.2 Perubahan Sistem Pencernaan....................
2.1.4.3 Perubahan Sistem Urinaris (Perkemihan). .
2.1.4.4 Perubahan Sistem Endrokrin......................
2.1.4.5 Perubahan Sistem Muscoletal....................
2.1.4.6 Perubahan Tanda-Tanda Vital.....................
2.1.4.7 Perubahan Sistem Kardiovaskuler..............
2.1.4.8 Perubahan Sistem Hematologi...................
2.1.5 Kebutuhan Dasar Ibu Nifas......................................
2.1.5.1 Nutrisi dan Cairan......................................
2.1.5.2 Ambulasi Dini............................................
2.1.5.3 Eliminasi Dini.............................................
2.1.5.4 Kebersihan Diri..........................................
2.1.5.5 Istirahat.......................................................
2.1.5.6 Seksual .......................................................
2.1.5.7 Senam Nifas...............................................
2.1.6 Adaptasi Psikologis Pada Masa Nifas......................
2.1.6.1 Taking in.....................................................
2.1.6.2 Taking on/Taking Hold...............................
2.1.6.3 Letting Go...................................................
2.1.7 Deteksi Dini Komplikasi Pada Masa Nifas
Dan Penaganannya...................................................
2.1.7.1 Perdarahan pervaginam..............................
2.1.7.2 Infeksi Masa Nifas......................................

xiv

11
11
12
12
12
12
13
13
13
21
21
22
23
24
25
26
26
26
28
28
29
30
31
31
33
33
34
34
35
35
36

2.1.7.3 Sakit kepala, Nyeri epigastrik dan


Penglihatan Kabur......................................
2.1.7.4 Kelainan payudara dan Masalah menyusui
2.1.7.5 Kehilangan Nafsu Makan...........................
2.1.7.6 Rasa Sakit,Lunak,dan atau Pembengkakan
Pada Kaki...................................................
2.1.7.7 Merasa sedih atau Tidak Mampu
Mengasuh Bayinya Sendiri dan
Dirinya sendiri............................................
2.1.8 Program Nasional dan Kebijakan Teknis Pada
Masa Nifas................................................................
2.1.9 Tinjaun Teori Tentang ASI........................................
2.1.9.1 Definisi.......................................................
2.1.9.2 Produksi ASI...............................................
2.1.9.3 Manfaat ASI...............................................
2.1.9.4 Komposisi Gizi Dalam ASI........................
2.1.9.5 Upaya Memperbanyak ASI........................
2.1.9.6 Tanda Bayi Cukup ASI...
2.1.9.7 Teknik Menyusui Yang Benar....................
2.1.9.8 Lama dan Frekuensi Menyusui Yang Benar
2.1.9.9 Cara Merawat Payudara.............................
2.1.9.10 Penatalaksanaan..........................................
2.1.10 Penelitian Relevan....................................................
2.1.10.1 Kandungan Jantung Pisang Batu/Klutuk....
2.1.10.2 Resep memasak sayur bening jantung
pisang batu/klutuk......................................
2.1.10.3 Manfaat atau kegunaan...............................
2.2 TEORI STANDAR ASUHAN KEBIDANAN....................
2.2.1 Manajemen Standar Asuhan Kebidanan...................
2.2.1.1 Pengkajian..................................................
2.2.1.2 Perumusan diagnosa dan atau masalah
Kebidanan...................................................
2.2.1.3 Perencanaan ...............................................
2.2.1.4 Pelaksanaan................................................
2.2.1.5 Evaluasi .....................................................
2.2.1.6 Pencatatan Asuhan Kebidanan...................
2.2.2 Landasan Hukum Kewenangan Bidan.....................
2.2.2.1 Peraturan - Peraturan Bidan.......................
2.2.2.2 Standar Asuhan Kebidanan........................
BAB III TINJAUAN KASUS........
3.1 Pengkajian Data....................................................................
3.1.1 Data Subyektif..........................................................
3.1.2 Data Obyektif...........................................................
3.2 Perumusan diagnosa dan atau masalah kebidanan...............
3.3 Perencanaan..........................................................................
3.4 Pelaksanaan..........................................................................

xv

36
37
44
44
45
46
48
48
48
49
50
51
53
53
55
56
57
59
62
63
64
65
65
65
71
71
74
80
81
83
83
84
89
89
89
94
96
96
99

3.5 Evaluasi................................................................................
3.6 Pencatatan asuhan kebidanan...............................................
BAB IV PEMBAHASAN...........................................................................
4.1 Pengkajian............................................................................
4.2 Perumusan Diagnosa dan atau Masalah Kebidanan.............
4.3 Perencanaan..........................................................................
4.4 Pelaksanaan..........................................................................
4.5 Evaluasi................................................................................
4.6 Pecatatan Asuhan Kebidanan...............................................
BAB V PENUTUP......................................................................................
5.1 Kesimpulan...........................................................................
5.2 Saran.....................................................................................

106
107
124
124
125
126
128
129
130
132
132
133

DAFTAR PUSTAKA................................................................................. 135


LAMPIRAN LAMPIRAN

xvi

DAFTAR TABEL

Tabel 1 : Perubahan perubahan Normal Pada Uterus selama Postpartum

16

Tabel 2 : Program Nasional dan Kebijakan Teknis Pada Masa Nifas..........

46

Tabel 3 :
Kandungan Jantung Pisang Batu/Klutuk......................................

63

Penatalaksanaan............................................................................

74

Penatalaksanaan............................................................................

99

Tabel 4 :

Tabel 5 :

xvii

DAFTAR GAMBAR

Anatomis payudara pada masa laktasi.........................................................

20

Jantung pisang..............................................................................................

63

xviii

DAFTAR SINGKATAN

ASI

: Air susu ibu

MP-ASI : Makanan penambah Air susu ibu


UNICEF : United nation children fund
WHO

: World health organization

BAK

: Buang air kecil

BAB

: Buang air besar

AKI

: Angka kematian ibu

SC

: Sectio caesaria

VE

: Vacum ekstrasi

KB

: Keluarga bencana

DM

: Diabetes mellitus

HPHT

: Hari pertama haid terakhir

TD

: Tekanan darah

IPB

: Institut Pertanian Bandung

xix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I

: Surat Ijin Penelitian

Lampiran II

: Surat Pengantar Penelitian

Lampiran III

: Surat Balasan Penelitian

Lampiran IV

: Surat Permohonan menjadi Peneliti

Lampiran V

: Surat Persetujuan menjadi Responden

Lampiran VI

: KTP Responden

Lampiran VII

: Dokumentasi

Lampiran VIII

: Lembar Konsultasi

Lampiran IX

: Jadwal Kegiatan Laporan Tugas Akhir

Lampiran X

: Daftar Riwayat Hidup

xx

BAB I
PENDAHULUAN

1.8

Latar Belakang
Pada masa nifas ini terjadi perubahan-perubahan fisik maupun
psikis berupa perubahan organ reproduksi, terjadinya proses laktasi,
terbentuknya hubungan antara orang tua dan bayi dengan memberi
dukungan. Atas dasar tersebut perlu di lakukan suatu pendekatan antara
ibu dan keluarga dalam manejemen kebidanan (Rahayu, 2012 : 2). Dalam
masa nifas terdapat berbagai komplikasi seperti masalah dalam produksi
ASI yang tidak lancar, puting lecet, payudara bengkak, abses payudara,
puting susu datar atau terbenam, sindrom ASI kurang, ibu bekerja, ibu
melahirkan dengan sectio caesar dan ibu dengan kondisi sakit
(Jannah, 2011:51).
Pada dasarnya, kebutuhan bayi terhadap ASI dan produksi ASI
sangat bervariasi. Sehingga ibu perlu memperhatikan tanda-tanda
kelaparan atau kepuasan yang di tunjukkan oleh bayi, serta pertambahan
berat badan bayi terhadap ASI (Dwi sunar, 2009:104). Produksi ASI di
pengaruhi oleh faktor fisik dan psikologis ibu menyusui. Bila ke dua faktor
tersebut tidak terpenuhi maka produksi ASI tidak lancar. Faktor fisik
terutama mengenai asupan gizi ibu yang mencukupi, seimbang dan sehat,
serta faktor kesehatan ibu. Faktor psikologis terdiri dari rasa nyaman,

tenang dan berfikiran positif. Serta dukungan dari orang terdekat seperti
suami dan keluarga (Soetjiningsih, 2012:77)
Menyusui sejak dini mempunyai dampak yang positif baik bagi ibu
maupun bayinya. Bagi bayi, menyusui mempunyai peran penting untuk
menunjang pertumbuhan, kesehatan, dan kelangsungan hidup bayi
karena ASI kaya dengan zat gizi dan antibodi. Sedangkan bagi ibu,
menyusui dapat mengurangi morbiditas dan mortalitas karena proses
menyusui

akan merangsang kontraksi uterus sehingga mengurangi

perdarahan pasca melahirkan (postpartum). UNICEF

dan

WHO

membuat rekomendasi pada ibu untuk menyusui eksklusif selama 6


bulan kepada bayinya. Sesudah umur 6 bulan, bayi baru dapat
diberikan makanan pendamping ASI (MP-ASI) dan ibu tetap memberikan
ASI sampai anak berumur minimal 2 tahun. Pemerintah Indonesia melalui
Kementerian Kesehatan

juga merekomendasikan

para

ibu

untuk

menyusui eksklusif selama 6 bulan kepada bayinya.


Persentase pemberian ASI eksklusif pada bayi 0-6 bulan di
Indonesia pada tahun 2013 sebesar (54,3%), sedikit meningkat bila
dibandingkan dengan tahun 2012 yang sebesar (48,6%). Persentase
pemberian ASI eksklusif tertinggi terdapat di Nusa Tenggara Barat sebesar
(79,74%), diikuti oleh Sumatera Selatan sebesar (74,49%), dan Nusa
Tenggara Timur sebesar (74,37%). Sedangkan persentase pemberian ASI
eksklusif terendah terdapat di Provinsi Maluku sebesar (25,21%), diikuti
oleh Jawa Barat sebesar (33,65%) dan Sulawesi Utara sebesar (34,67%).

Di Indonesia, proses

menyusu

kurang dari satu jam (inisiasi

menyusu dini) meningkkat dari 29,3% (2010) menjadi 34,5% (2013).


Proses menyusu dari 1 jam sampai 6 jam menurun dari 40,7% (2010)
menjadi 35,2% (2013). Proses menyusu dari 7 sampai 23 jam menurun
dari 7,6% (2010) menjadi 3,7% (2013). Proses menyusu dari 24 sampai 47
jam meningkat dari 11,3% (2010) menjadi 13,0% (2013). Proses menyusu
lebih dari 48 jam meningkat dari 11,1% (2010) menjadi 13,7% (2013).
Di Provinsi Jawa Timur, proses menyusu kurang dari satu jam
(inisiasi menyusu dini) 33,3% (2013). Proses menyusu dari 1 jam sampai 6
jam 33,5% (2013). Proses menyusu dari 7 sampai 23 jam 3,3% (2013).
Proses menyusu dari 24 sampai 47 jam 15,3 (2013). Proses menyusu lebih
dari 48 jam 14,7% (2013). Persentase pemberian ASI saja dalam 24
jam terakhir semakin menurun seiring meningkatnya umur bayi dengan
persentase terendah pada anak umur 6 bulan (30,2%). Pada usia 0 bulan
(52,7%), usia 1 bulan (48,7%), usia 2 bulan (46,0%), usia 3 bulan 42,2%,
usia 4 bulan (41,9%), usia 5 bulan (36,6%) dan usia 6 bulan (30,2%)
(Dinas Kesehatan, 2013:131).
Usaha untuk meningkatkan pemberian ASI eksklusif, adalah dengan
cara melakukan perawatan payudara, mengajari teknik menyusui yang
benar dan memperlancar produksi ASI agar tidak terjadi bendungan ASI,
mastitis, peradangan payudara, abses payudara dan komplikasi lebih lanjut
akan terjadi kematian (Suherni, 2019:53).

Penelitian dari Emma Gustbee, Charlotte Anesten, Andrea


Markkula dari swedia pada tahun 2013 menjelaskan bahwa perawatan
payudara dan teknik menyusui yang benar dapat mempengaruhi produksi
ASI. Berdasarkan penelitian

tersebut

dapat diketahui bahwa ketidak

lancaran ASI banyak dipengaruhi oleh perawatan payudara yang kurang.


Oleh karena itu, perawatan payudara sangat penting dilakukan bagi ibu
yang telah melahirkan utuk mencegah masalah-masalah yang timbul
selama laktasi. Dan kegagalan menyusui adalah disebabkan karena
kesalahan ibu dalam memosisikan dan meletakkan bayi saat menyusui.
Salah satu faktor yang sering dilakukan saat menyusui adalah posisi
menyusui yang belum tepat sehingga menganggu fungsi transfer produksi
ASI ke bayi (Jurnal, 2013).
Penelitian dari Elly Wahyuni, Sri Sumiati, Nurliani pada tahun 2012
membuktikan bahwa jantung pisang batu dapat memperlancar produksi
ASI. Jantung pisang batu merupakan jenis makanan yang mengandung
laktogogum yaitu zat gizi yang dapat meningkatkan dan melancarkan
produksi ASI terutama pada ibu yang mengalami masalah dalam produksi
ASI (Jurnal, 2012)
Berdasarkan hasil pendahuluan yang di lakukan di Polindes desa
Mlaras, Sumobito, Jombang. Pada tahun 2014 terdapat 50 ibu nifas,
sebanyak 13 orang (26%) yang mengalami produksi ASI tidak lancar di
karenakan kondisi psikologis ibu cemas sebanyak 2 orang (15,3%),
pengetahuan ibu kurang tentang perawatan payudara sebanyak 3 orang

(23%), posisi menyusui yang salah sebanyak 3 orang (23%), ibu bekerja
sebanyak 2 orang (15,3%), dan di karenakan ibu nutrisinya kurang
sebanyak 3 orang (23%).
Sehubungan dengan hal tersebut di atas maka penulis tertarik untuk
mengkaji lebih lanjut tentang Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas Dengan
ASI Tidak Lancar di Polindes desa Mlaras Sumobito Jombang 2015.

1.9

Rumusan Masalah
Bagaimana pelaksanaan Asuhan Kebidanan pada ibu nifas dengan
ASI tidak lancar di Polindes desa Mlaras Jombang 2015 ?

1.10 Tujuan Penelitian


1.10.1 Tujuan Umum
Dapat melaksanakan Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas Dengan
ASI Tidak Lancar Di Polindes desa Mlaras Jombang 2015 dengan
menggunakan Standar Asuhan Kebidanan.
1.10.2 Tujuan Khusus
1. Melaksanakan pengkajian pada ibu nifas dengan ASI tidak lancar di
Polindes desa Mlaras Jombang 2015.
2. Melaksanakan perumusan diagnosa dan atau masalah kebidanan pada
ibu nifas dengan ASI tidak lancar di Polindes desa Mlaras Jombang
2015.
3. Melaksanakan perencanaan pada ibu nifas dengan ASI tidak lancar di
Polindes desa Mlaras Jombang 2015.
4. Melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan ASI tidak
lancar di Polindes desa Mlaras Jombang 2015.

5. Melaksanakan evaluasi pada ibu nifas dengan ASI tidak lancar di


Polindes desa Mlaras Jombang 2015.
6. Melaksanakan pencatatan asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan ASI
1.11

tidak lancar di Polindes desa Mlaras Jombang 2015.


Ruang Lingkup
Adapun ruang lingkup pada penulisan Studi Kasus ini adalah
Sasaran : Ibu Nifas Dengan ASI Tidak Lancar
Tempat : Polindes Desa Mlaras Sumobito Jombang
Waktu : Februari-Maret 2015

1.12 Manfaat Penulisan


1.12.1 Manfaat Teoritis
Dengan adanya studi kasus ini diharapkan dapat memberikan
Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas dengan ASI tidak lancar.
1.12.2 Manfaat Praktisi
1.12.2.1
Bagi Penulis
Penulis dapat meningkatkan pengetahuan dan leterampilan dalam
proses manajemen kebidanaan dengan kasus ibu nifas dengan ASI tidak
lancar.
1.12.2.2

Bagi Institusi Pendidikan


Sebagai bahan masukan untuk institusi pendidikan dalam

penerapan proses manejemen kebidanan dengan kasus ibu nifas dengan


ASI tidak lancar.
1.12.2.3

Bagi Lahan Praktek


Dapat memberikan masukan terhadap tenaga kesehatan untuk lebih

meningkatkan manejemen kebidanan terhadap kasus ibu nifas dengan ASI


tidak lancar yang profesional agar terhindar dari komplikasi-komplikasi
lain.

1.12.2.4

Bagi Klien
Sebagai bahan masukan dan data tambahan ilmu pengetahuan

secara luar serta pangalaman bagi klien untuk memperhatikan dan


melaksanakan tindakan-tindakan yang telah di berikan bidan /petugas
kesehatan.
1.13

Metode Memperoleh Data


Metode yang di gunakan dalam penulisan Studi Kasus ini adalah :

1.13.1 Studi Kepustakaan


Penulis mencari, mengumpulkan, dan mempelajari referensi yang
relevan dengan kasus yang di bahas yakni pada Ibu Nifas dengan ASI
tidak lancar dari beberapa buku dan informasi dari internet.
1.13.2 Studi Kasus
Melakukan studi kasus dengan menggunakan pendekatan Asuhan
Kebidanan yang meliputi Pengkajian, Perumusan Diagnosa dan atau
Masalah Kebidanan, Perencanaan, Implementasi, Evaluasi dan Pencatatan
Asuhan Kebidanan di Polindes Desa Mlaras

Sumobito serta

mendokumentasikan.
Untuk

mengumpulkan

data

dalam

pengkajian

data

dapat

menggunakan metode :
1.13.2.1

Anamese
Penulis melakukan tanya jawab dengan klien, suami, dan keluarga

yang dapat membantu memberikan informasi yang di butuhkan.


1.13.2.2

Pemeriksaan Fisik

Melakukan pemeriksaan fisik secara sistematis pada klien mulai


dari kepala sampai kaik dengan teknik inspeksi, palpasi, auskultrasi, dan
perkusi.
1.13.2.3

Studi Dokumentasi
Studi di lakukan dengan mempelajari kasus kesehatan klien yang

bersumber dari bidan maupun sumber lain yang menunjang.


1.13.2.4

Observasi
Yaitu pengamatan langsung terhadap perubahan-perubahan yang

terjadi pada klien.


1.14

Sistematika Penulisan
Untuk lebih memudahkan dalam pemahaman Studi Kasus ini, penulis,

menyusun dalam BAB sebagai berikut :


BAB I

: Pendahuluan
Menguraikan tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan
penelitian, ruang lingkup penelitian, manfaat penulisan, metode
memperoleh data, sistematika penulisan.

BAB II

: Tinjauan pustaka
a. Menguraikan

tentang

konsep teori yang mendukung

penelitian Tinjauan teori dasar Nifas, Tujuan asuhan masa


Nifas, Tahapan masa Nifas, Perubahan fisiologis pada masa
Nifas, Kebutuhan dasar ibu Nifas, Adaptasi psikologis pada
masa Nifas, Deteksi dini komplikasi pada masa Nifas dan
penaganannya, Teori dasar ASI, Produksi ASI, Manfaat ASI,

Komposisi gizi dalam ASI, Upaya memperbanyak ASI,


Tanda bayi cukup ASI, Teknik menyusui yang benar, Lama
dan frekuensi menyusui yang benar, Cara merawat payudara,
Penelitian relevan.
b. Menggunakan Standar Asuhan Kebidanan yang terdiri dari 6
langkah : Pengkajian, Perumusan diagnosa dan atau masalah
kebidanan,

Perencanaan,

Implementasi,

Evaluasi

dan

Pencatatan asuhan kebidanan.


c. Landasan Hukum Kewenangan Bidan Peraturan-peraturan
kompetensi bidan dan standart pelayanan kebidanan pada ibu
Nifas dengan ASI tidak lancar.
BAB III : Tinjauan kasus
Pengkajian, Perumusan diagnose dan atau masalah potensial,
Perencanaan,

Pelaksanaan,

Evaluasi,

Pencatatan

asuhan

kebidanan.
BAB IV : Pembahasan
Pengkajian, Perumusan diagnose dan atau masalah potensial,
Perencanaan,

Pelaksanaan,

kebidanan.
BAB V

: Penutup
Saran dan Kesimpulan

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN - LAMPIRAN

Evaluasi,

Pencatatan

asuhan

10

BAB II
TINJAUAN TEORI

2.3
2.3.1

TINJAUAN TEORI NIFAS


Pengertian Nifas
Masa nifas (puerperium) adalah masa yang di mulai setelah
plasebta keluar dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti
keadaan semula (sebelum hamil). Masa nifas berlangsung selama kira-kira
6 minggu(Sulistyawati, 2009:1).
Masa nifas (postpartum/puerperium) adalah berasal dari kata latin
yaitu dari kata Puer yang artinya bayi dan Parousyang berarti
melahirkan. Yaitu masa pulih kembali, mulai dari persalinan sampai alatalat kandungan kembali seperti pra hamil. Lama pada masa ini berkisar
sekitar 6 8 minggu (Sujiyatini, 2010:1).
Masa nifas (puerperium) adalah di mulai setelah kelahiran plasenta
dan berahir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum
hamil yang berlangsung selama kira-kira 6 minggu, atau masa nifas adalah
masa yang di mulai dari beberapa jam setelah lahir plasenta sampai 6
minggu berikutnya (Rahayu, 2012:2).

2.3.2

Tujuan Asuhan Masa Nifas


Asuhan yang di berikan kepada ibu nifas bertujuan untuk :
2.3.2.1 Meningkatkan kesejahteraan fisik dan psikologi bagi ibu dan
bayi.

11

12

2.3.2.2 Pencegahan, diagnosa dini, dan pengobatan komplikasi.


2.3.2.3 Merujuk ke asuhan tenaga ahli bilamana perlu.
2.3.2.4 Mendukung dan memperkuat keyakinan ibu, serta memungkinkan
ibu untuk mampu melaksanakan perannya dalam situasi keluarga
dan budaya yang khusus.
2.3.2.5 Imunisasi ibu terhadap tetanus.
2.3.2.6 Mendorong pelaksanaan metode yang sehat tentang pemberian
makanan anak, serta penigkatan pengembangan hubungan baik
antara ibu dan anak.
2.3.3

Tahapan Masa Nifas


Masa nifas di bagi menjadi 3 bagian yaitu :
2.3.3.1 Puerperium Dini
Merupakan masa kepulihan, yang dalam hal ini ibu telah
diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan. Dalam agama islam di
anggap bersih dan boleh bekerja setelah 40 hari.
2.3.3.2 Puerperium Intermedial
Merupakan masa kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia,
yang lamanya sekitar 6-8 minggu.
2.3.3.3 Remote Puerperium
Merupakan masa yang diperlukan untuk pulih dan sehat
sempurna, terutama bila selama hamil atau persalinan mempunyai

komplikasi. Waktu untuk sehat sempurna (Sulistyawati, 2009:5).


2.3.4 Perubahan Fisiologis Pada Masa Nifas
2.3.4.1 Perubahan Sistem Reproduksi
a. Uterus
a) Definisi Involusi Uteri
Involusi uteri adalah proses kembalinya uterus ke ukuran
semula sebelum hamil, sekitar kurang lebih 60 gram. Proses ini di
mulai segera setelah plasenta lahir akibat kontraksi otot-otot polos
uterus.
b) Proses Involusi Uteri

13

Pada akhir kala III persalinan, uterus berada di garis


tengah,kira-kira 2 cm dibawah umbilicus denga bagian fundus
bersandar pada promontorium sakralis. Pada saat ini besar uterus kirakira sama dengan besar uterus sewaktu usia kehamilan 16 minggu
dengan berat 1000 gram.
Peningkatan kadar estrogen dan progesteron bertanggung
jawab untuk perubahan fasif uterus selama masa hamil. Pertumbuhan
uterus pada masa prenatal tergantung pada hyperplasia, peningkatan
jumlah sel-sel otot dan hipertropi yaitu pembesaran sel-sel yang sudah
ada. Pada masa postpartum penurunan kadar hormon-hormon ini
menyebabkan terjadinya autolysis.

14

Proses involusi uterus adalah sebagai berikut :


1) Autolysis
Autolysis merupakan proses penghancuran diri sendiri yang
terjadi di dalam otot uterine. Enzim proteolitikan memendekan
jaringan otot yang telah sempat mengendur hingga 10 kali
panjangnya dari semula dan 5 kali lebar dari semula selama
kehamilan. Sitoplasma sel yang berlebih akan tercerna sendiri
sehingga tertinggal jaringan fibro elastic dalam jumlah renik
sebagai bukti kehamilan.
2) Atrofi Jaringan
Jaringan yang berpoleferasi debgan adanya estrogen dalam
jumlah besar, kemudian mengalami atrofi sebagai reaksi terhadap
penghentian produksi strogen yang menyertai pelepasan plasenta.
Selain perubahan atrofi pada otot-otot uterus, lapisan desidua akan
mengalami atrofi dan terlepas dengan meninggalkan lapisan basal
yang akan beregenerisasi menjadi endometrium yang baru.
3) Efek Oksitosin
Intensitas kontraksi uterus meningkat secara bermakna
segera setelah bayi lahir, di duga terjadi sebagai respons terhadap
penurunan volume intrauterin yang sangat besar. Hormon oksitosin
yang terlepas dari kelenjar hipofisis memperkuat dan mengatur
kontraksi uterus, mengompres pembuluh darah, dan membantu
proses hemostatis. Kontraksi dan retraksi otot uterin akan
menurangi suplai darah ke uterus. Proses ini akan membantu
mengurangi

perdarahan.

Luka

bekas

pelekatan

memerlukan waktu 8 minggu untuk sembuh total.

plasenta

15

Selama 1 sampai 2 jam pertama postpartum, intensitas


kontraksi uterus bisa berkurang dan menjadi teratur. Oleh karena
itu, penting sekali menjaga dan mempertahankan kontraksi uterus
pada masa ini. Suntikan oksitasin biasanya di berikan di sertai
secara intravena atau intramuskuler segera setelah bayi lahir.
Pemberian ASI segera setelah bayi lahir akan merangsang
pelepasan hormon oksitosin karena isapan bayi pada payudara
(Jannah,2011:66).
c) Proses Involusi Pada Bekas Implantasi Plasenta
1) Bekas implantasi plasenta segera setelah plasenta lahir seluas
12 x 5 cm,permukaan kasar, tempat pembuluh darah besar
bermuara.
2) Pada pembuluh darah terjadi pembentukan trombosi, di
samping pembuluh darah tertutup karena kontraksi otot rahim.
3) Bekas luka implantasi dengan cepat mengecil, pada minggu ke
2 sebesar 6-8 cm danada akhir masa nifas sebesar 2 cm.
4) Lapisan endometrium di lepaskan dalam bentuk jaringan
nekrosis brsama dengan lokhea.
5) Luka bekas implantasi plasenta akan sembuh karena
pertumbuhan endometrium yang berasal dari tepi luka dan
lapisan basalis endometrium.
6) Luka sembuh sempurna pada 6-8 minggu postpartum.
Perubahan perubahan Normal Pada Uterus selama Postpartum
Involusi

Tinggi Fundus

Berat

Diameter

Uteri
Plasenta lahir

Uteri
Setinggi pusat

Uterus
1000 gram

Uterus
12,5 cm

7 hari
(1 minggu)

Pertengahan

500 gram

7,5 cm

antara pusat dan

16

sympisis
14 hari
( 2 minggu)
6 minggu

Tidak teraba

350 gram

5 cm

Normal

60 gram

2,5 cm

Bila uterus tidak mengalami atau terjadi kegagalan dalam proses


involusi di sebut dengan subinvolusi. Subinvolusi dapat di sebabkan
oleh infeksi dan tertinggalnya sisa plasenta/perdarahan lanjut
(postpartum haemorrhage) (Jannah, 2011:68).
b. Lochea
Lochea adalah ekskresi cairan rahim selama masa nifas.
Lochea mengandung darah dan sisa jairngan desidua yangnekrotik
dalam uterus. Lochea mempunyai reaksi basa/ alkalis yang dapat
membuat organisme berkembang lebih cepat dari pada kondisi asam
pada vagina normal. Lochea mempunyai bau amis /anyir seperti darah
menstruasi meskipun tidak terlalu menyegat dan volumenya berbedabeda pada setiap wanita. Lochea yang berbau tidak sedap menandakan
adanya infeksi. Lochea mempunyai perubahan karena proses involusi.
1) Proses Keluarnya darah nifas atau lochea terdiri atas 4 tahapan
a) Lochea Rubra/Merah(Kruenta)
Lochea ini muncul pada hari 1 sampai 4 masa
postpartum. Cairan yang keluar berwarna merah karena berisi
darah segar, jaringan sisa-sisa plasenta, dinding rahim,
lemak bayi, lanugo (rambut bayi), dan mekonium.
b) Lochea Sanguiolenta
Cairan yang keluar berwarna merah kecokelatan dan
berlendir. Berlangsung dari hari ke 4 sampai ke 7 postpartum.
c) Lochea Serosa

17

Lochea

ini

berwarna

kuning

kecokeltan

karena

mengandung serum, leukosit, robekan/laserasi plasenta. Muncul


pada hari ke 7 sampai ke 14 postpartum
d) Lochea Alba/ Putih
Mengandung leukosit, sel desidua, sel epitel, selaput
lendir serviks, dan serabut jaringan yang mati. Lochea alba bisa
berlangsung 2 sampai 6 minggu postpartum.
Lochea rubra yang menetap pada awal periode post partum
menunjukan adanya perdarahan postpartum sekunder yang
mungkin di sebabkan tertinggalnya sisa/selaput plasenta.
Lochea serosa atau alba yang berlanjut bisa menandakan
adanya endometritis, terutama jika di sertai demam, rasa sakit, dan
nyeri tekan pada abdomen.
Bila terjadi infeksi, keluar cairan nanah berbau busuk yang
di sebut dengan lochea purulenta. Pengeluaran lochea yang tidak
lancar di sebut lochea statis.
c. Serviks
Serviks mengalami involusi bersama-sama dengan uterus.
Warna serviks adalah merah-merah kehitaman karena pebulu darah.
Konsistennya lunak, kadang-kadang terdapat laserasi/perlukaan kecil.
Karena robekan kecil yang terjadi selama dilatasi, serviks tidak pernah
kembali pada keadaan sebelum hamil.
d. Vulva dan Vagina
Vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan
yang sangat besar selama proses persalinan dan akan kembali secara
bertahap dalam 6-8 minggu postpartum. Penurunan hormon estrogen
pada masa postpartum berperan dalam penipisan mukosa vagina dan

18

hilangnya rugae. Rugae akan terlihat kembali pada sekitar minggu ke


empat.
e. Perineum
Setelah persalinan, perineum menjadi kendor karena teregang
oleh tekanan kepala bayi bergerak maju. Pulihnya tonus otot perineum
terjadi sekitar 5-6 minggu postpartum. Latihan senam nifas baik untuk
mempertahankan elastisitas otot perineum dan organ-organ reproduksi
lainnya. Luka episiotomi akan sembuh dalam 7 hari post partum. Bila
terjadi infeksi, luka episiotomi akan terasa nyeri, panas merah dan
bengkak (Jannah,2011:65-71).
f. Laktasi
Laktasi di mulai pada semua wanita dengan perubahan hormon
saat melahirkan. Apakah wanita menyusui atau tidak, ia dapat
mengalami kongesti payudara selama beberapa hari pertama pasca
partum karena tubuhnya mempersiapkan untuk memberika nutrisi
kepada

bayinya.

Wanita

yang

menyusui

berespon

terhadap

menstimulus bayi yang di susui akan terus melepaskan hormon dan


stimulus alveoli yang memproduksi susu. Bagi wanita yang memilih
memberikan makanan formula, involusi jaringan payudara terjadi
dengan menghindari stimulasi. Pengkajian payudara pada awal pasca
partum meliputi penampilan dan intregitas puting susu, memar, atau
iritasi jaringan payudara, adanya kolostrum, apakah payudara terisi air
susu, dan adanya sumbatan duktus, kongesti, dan tanda-tanda mastitis
potensial (Varney, 2007:960).

19

Gambar Anatomi payudara pada proses laktasi


Diantara areola dan puting terdapat serat-serat otot polos yang
tersusun melingkar, sehingga apabila ada kontraksi ketika bayi
menghisap, maka duktus laktiferus akan memadat dan menyebabkan
puting susu yg merupakan muara ASI bekerja, serat-serat otot polos yang
tersusun sejajar akan menarik kembali puting susu. Begitu terus setiap
bayi menghisap. Pabrik ASI yaitu di

alveolus, begitu mendapat

rangsangan dari bayi ke otak, hormon prolaktin di produksi dan beredar


dalam darah masuk ke payudara dan merangsang alveolus untuk
memproduksi ASI. Sekelompok alveolus bersatu menjadi lobules,
beberapa lobules bergabung menjadi 15-20 lobus. Bentuk kesatuan ini
seperti buah anggur atau pohon. ASI yang diproduksi akan dialirkan
sepanjang saluran ASI dan ditampung di areola sebagai kalang susu,

20

siap dihisap bayi dan ASI keluar melalui muaranya yaitu putting
(Soetjiningsih, 2012:1).
2.3.4.2 Perubahan Sistem Pencernaan
Biasanya ibu akan mengalami konstipasi setelah persalianan. Hal
ini di sebabkan pada sat proses persalinan, alat pencernaan mengalami
tekanan yang menyebabkan kolon menjadi kosong pengeluaran cairan
berlebih pada waktu persalinan, kurangnya asupan cairan dan makanan,
serta kurangnya aktivitas tubuh.
Supaya buang air besar normal, dapat di atasi dengan diet tinggi
serat, peningkatan asupan cairan dan ambulasi awal. Bila ini tidak
berhasil dalam waktu 2-3 hari dapat di berikan obat laksansia.
Selain konstipasi, ibu juga mengalami anoreksia akibat
penuruna dari sekresi kelejar pencernaan dan mempengaruhi perubahan
sekresi, serta penurunan kebutuhan kalori yang menyebabkan kurang
nafsu maka (Sulistyawati, 2009:78).

2.3.4.3 Perubahan Sistem Urinaris (Perkemihan)


Setelah proses persalianan berlangsung, biasanya ibu akan sulit
untuk buang air kecil dalam 24 jam pertama. Kemungkinan penyebab
dari keadaan ini adalah terdapat spasme sfinkter dan edema leher
kandung kemih sesudah bagian ini mengalami kompresi (tekanan) antara
kepala janin dan tulang pubis selam persalinan berlangsung.

21

Urin dalam jumlah besar akan di hasilkan dalam 12 - 36 jam post


partum. Kadar hormon estrogen yang bersifat

menahan air akan

mengalami penurunan yang mencolok. Keadaan tersebut di sebut


diuresis. Ureter yang berdilatasi akan kembali normal dalam waktu 6
minggu.
Dinding kandung kemih memperlihatkan odem dan hyperemia,
kadang-kadang odem triganum yang menimbulkan alostaksi dari uretra
sehingga menjadi retensio urin. Kandung kemih dalam masa nifas
menjadi kurang sensitif dan kapasitas bertambah sehingga setap kali
kencing masih tertinggal urine residual (normal kurang lebih 15 cc).
Dalam hal ini sisa urin ada truma pada kandung kemih sewaktu
persalinan dapat menyebabkan infeksi (Sulistyawati, 2009 : 79).

2.3.4.4 Perubahan Sistem Endrokrin


a. Hormon plasenta
Hormon plasenta menuun dengan cepat setelah persalianan.
Human Chorionic Gonodotropin (HCG) menurun dengan cepat dan
menetap sampai 10% dalam 3 jam hingga hari ke 7 post partum dan
sebagai omset pemenuhan mamae pada hari ke 3 post partum.
b. Hormon Pituitary
Prolaktin darah meningkat dengan cepat,pada wanita tidak
menyusui menurun dalam waktu 2 minggu. FSH dan LH meningkat
pada fase konsentrasi folikuler pada minggu ke 3, dan LH tetap rendah
hingga ovulasi terjadi.
c. Hipotalamik Pituitary Ovarium

22

Untuk wanita yang menyusui dan tidakmenyusui akan


mempengaruhi lamanya ia mendapatkan menstruasi. Seringkali
menstruasi pertama itu bersifat anovulasi yang di karenakanrendahnya
kadar estrogen dan progesteron. Di antara wanita laktasi sekitar 15%
memperoleh menstruasi selam 6 minggu dan 45% setelah 12 minggu.
Di antara wanita yang tidak laktasi 40% menstruasi setelah 6 minggu,
65% setelah 12 minggu dan 90% setelah 24 minggu. Untuk wanita
laktasi 80% menstruasi pertama anovulasi dan untuk wanita yang
tidak laktasi 50% siklus pertama anovulasi (Sujiyatini, 2010:150-151).
2.3.4.5 Perubahan Sistem Muscoletal
Otot-otot uterus berkontraksi

segera

setelah

persalinan.

Pembuluh-pembuluh darah yang berada diantara anyaman otot-otot


uterus akan terjepit. Proses ini akan menghentikan perdarahan setelah
plasenta di lahirkan.
Ligamen-ligamen,diafragma pelvis serta fasia yang meregang
pada waktu persalinan,secara berangsur-angsur menjadi ciut dan pulih
kembali sehingga tak jarang uterus jatuh ke belakang dan menjadi
retrofleksi karena ligementum rontundum menjadi kendor.Stabilisai
secara sempurna terjadi pada 6-8minggu, setelah persalinan.
Untuk memulihkan kembali jaringan-jaringan penunjang alat
genetalia,serta otot-otot dinding perut dan dasar panggul, di anjurkan
untuk melakukan latihan-latihan tertentu (Jannah, 2011:75).
2.3.4.6 Perubahan Tanda-Tanda Vital
a. Suhu Badan
Suhu badan setelah persalinan mungkinnaik 0,5 derajat C
hingga menjadi 37,2 37,5 derajat C tetapi tidak melebihi 38 derajat

23

C. Hal ini sebagai akibat kerja keras waktu melahirkan, kehilangan


cairan dan kelelahan. Setelah 12 jam pertamamelahirkan umumnya
suhu badan akan normal. Bila suhu lebih dari 38 derajat C
kemingkinan terjadi infeksi yaitu setelah hari pertama dan terjadi 2
hari berturut-turut pada 10 hari pertama post partum.
b. Nadi
Denyut nadi normal pada orang dewasa adalah 60-80
kali/menit. Sehabis melahirkan bisaa terjadi bradikardi puerperial
yang denyut nadinya mencapai 40-50 kali/menit. Denyut nadi yang
melebihi

100

kali/menit

adalah

abnormal

kemungkinan

mengindikasikan kemungkinan adanya infeksi yang di sebabkan


adanya proses persalinan sulit atau perdarahan.

c. Tekanan Darah
Biasanya tidak berubah, kemungkinan tekanan darahakan
rendah setelah ibu melahirkan karena perdarahan. Tekanan darah
tinggi pada post partum dapat menandakan terjadinya preeklampsia
postpartum.
d. Pernafasan
Keadaan pernafasan selalu berhubungan denga keadaan suhu
dan denyut nadi. Bila suha dan nadi tidak normal, pernafasan juga
akan mengikutinya, kecuali apabila ada gangguan khusus pada saluran
nafas. Pernafasan dalam rentang normal yaitu 20 - 30 kali/menit
(Sujiyatini, 2010:151-152).
2.3.4.7 Perubahan Sistem Kardiovaskuler

24

Segera setelah lahir, kerja jantung menglami peningkatan 80%


lebih tinggi dari pada sebelum perslinan karena autotranfusi dari utero
plasenter. Resistensi pembuluh perifer meningkat karena hilangnya
proses uteroplasenter.
Volume darah turun seperti keadaan sebelum hamil dan viskositas
meningkat, tonus otot halus pada dinding pembuluh darah meningkat,
cardiac output kembali normal, dan tekanan darah kembali stabil setelah
3 minggu (Rahayu, 2012:44).

2.3.4.8 Perubahan Sistem Hematologi


Leukosit saat persalinan meningkat sampai 15.000 dan pada harihari pertama post partum meningkat kembali bisa mencapai 25.000 atau
30.000 hemoglobin, hematrocit,erictrocit mengalami penurunan pada
awal post partum. Hematrocit pada hari 1-2 post partum 2% lebih
sehingga ibu post partum kehilangan darah kurang lebih 500 cc. Kembali
normal bila masa purperium berakhir.
2.3.5 Kebutuhan Dasar Ibu Nifas
2.3.5.1 Nutrisi dan Cairan
a. Energi
Penambahan kalori sepanjang 3 bulan pertama postpartum
mencapai 500 kkal. Rata-rata produksi ASI sehari 800 cc, yang berarti
mengandung 600 kkal. Kalori yang di habiskan untuk menghasilkan
ASI sebanyak itu adalah 750 kkal. Jika laktasi berlangsung lebih dari
3 bulan, selama itu pula berat badan ibu akan menurun,yang berarti
jumlah kalori tamabhan harus di tingkatkan. Simpanan lemak selama

25

kehamilan sebanyak 4 kg atau setara 36.000 kkal akan habis setelah


105-121 hari atau sekitar 3-4 bulan. Perhitungan tersebut sekalipun
menguatkan pendapat bahwa memberikan ASI, berat badan ibu akan
kembali normal dengan cepat dan menipis isu akan menyusui bayi
akan membuat ibu menjadi kurus.
b. Protein
Selama menyusui, ibu membutuhkan tambahan protein di atas
kebutuhan normal yaitu sebesar 20 gram/hari. Dasar ketentuannya
adalah tiap 100 cc ASI mengandung 1,2 gram protein. Dengan
demikian, 830 cc ASI mengandung 10 gram protein.
c. Nutrisi lain
1) Asam lemak
Selain nutrisi di atas ibu menyusui juga di anjurkan untuk
mendapatkan tambahan untuk nutrisi lain.
Makanan yang mengandung asam lemak Omega 3 yang banyak
terdapat dalam ikan kakap dan tongkol. Asam ini akan di ubah
menjadi DHA yang akan di keluarkan melalui ASI.
2) Kalsium
Terdapat dalam susu, keju, teri, dan kacang-kacangan.
3) Zat Besi
Banyak terdapat pada makanan laut.
4) Vitamin C
Banyak terdapat pada buah buahan yang memiliki rasa asam
seperti : jeruk, mangga, sirsak, apel, tomat dan lain-lain.
5) Vitamin B 1 dan B-2
Terdapat padi, kacang-kacangan, hati, telur, ikan
sebagainya.

6) Cairan

dan

26

Kebutuhan minimal cairan yang harus di konsumsi sebanyak 3


liter/hari (Jannah, 2011:87-89).
2.3.5.2 Ambulasi Dini
Ambulasi sedini mungkin sangat di anjurkan bagi ibu pasca
persalinan karena hal ini akan meningkatkan sirkulasi darah dan mencegah
risiko terjadi tromboplebitis, meningkatkan fungsi kerja peristaltik dan
kandung kemih sehingg dapat mencegah konstipasi pada retensi urin serta ibu
akan merasa sehat. Mengawali ambulasi dengan latihan menarik nafas dalam
dan latihan tungai secara sederhana. Kemudian bisa di lanjutkan dengan
duduk dan mengoyangkan tungkainya di tepi tempat tidur. Jika ibu tidak
merasa pusing, ibu bisa melanjutkan berjalan.
2.3.5.3 Eliminasi Dini
Ibu pasca persalinan harus berkemih dalam 6-8 jam pertama dan
minimal 200 cc. Jika ibu kesulitan untuk berkemih spontan, anjurkan ibu
untuk minum banyak dan ambulasi, rendam duduk/sitzbath atau kompres
hangat/dingin untuk mengurangi edema dan relaksasi.
Sebagian besar ibu takut untuk BAB karena nyeri perineum dan
juga adanya penekanan waktu persalinan sehingga biasanya BAB
tertunda 2-3 hari. Untuk membantu ibu mencegah konstipasi anjurkan
ibu untuk diit tinggi serat selain dengan ambulasi dan minum banyak
kalau perlu ibu bisa di berikan obat laksantia (Sujiyatini, 2010:210-211).

2.3.5.4 Kebersihan Diri


Karena keletihan dan kndisi psikis yang belum stabil biasanya ibu
post partum masih belum cukup kooperatif untuk membersihkan dirinya.

27

Bidan harus bijaksana dalam memberikan motivasi ini tanpa mengurangi


keaktifan ibu untuk melakukan personal hygiene secara mandiri. Pada
tahap awal bidan dapat melibatkan keluarga dalam perawatan kebersihan
ibu.
Beberapa langkah penting dalam perawatan kebersihan diri pada
ibu pot partum, antara lain:
a. Jaga kebersihan seluruh tubuh untuk mencegah infeksi dan alergi pada
kulit bayi.
b. Bersihkan daerah kelamin dengan sabun dan air. Pastikan ibu mengerti
cara membersihkan daerah vulva terlebih dahulu, dari depan ke
belakang, baru kemudian membersihkan daerah anus.
c. Ganti pembalut setiap kali darah penuh atau minimal 2 kali dalam
sehari. Apabila di biarkan dan tidak di ganti, akan menyebabkan
lukapada daerah vagina, dan menjadi penyebab infeksi.
d. Cuci tangan dengan sabun dan air setiap kali selesai membersihkan
daerah kemaluan.
e. Jika mempunyai luka episiotomi hindari untuk menyentuh daerah
luka. Apalagi pasien kurang meperhatikan kebersihan tangannya
sehingga tidak jarang terjadi infeksi sekunder (Jannah, 2011:91-92).
2.3.5.5 Istirahat
Ibu post partum sangat membutuhkan istirahat yang berkualitas
untuk memulihkan keadaan fisiknya. Keluarga disarankan untuk
memberikan kesempatan pada ibu untuk beristirahat yang cukup sebagai
persiapan energi untuk menyusui bayinya nanti.
Kurang istirahat pada ibu post partum akan mengakibatkan
beberapa kerugian, misalnya :
a. Mengurangi jumlah ASI yang di produksi
b. Memperlambat proses involusi uterus dan memperbanyak perdarahan.

28

c. Menyebabkan depresi dan ketidaknyamann untuk merawat bayi dan


dirinya sendiri.
Bidan harus menyampaikan kepada pasien dan keluarga bahwa
untuk melakukan kembali kegiatan kegiatan rumah tangga, harus
dilakukan perlahan lahan dan bertahap. Selain itu, pasien perlu di
ingatkan untuk selalu tidur siang atau istirahat selagi bayinya tidur.
Kebutuhan istirahat bagi ibu menyusui minimal 8 jam sehari,yang dapat
di penuhi melalui istirahat malam dan siang.

2.3.5.6 Seksual
Secara fisik, aman untuk melakukan hubungan seksual begitu darah
merah berhenti dan ibu dapat memasukkan satu atau dua jarinya ke
dalam vagian tanpa rasa nyeri. Banyak budaya dan agama yang melarang
untuk melakukan hubungan seksual sampaimasa waktu tertentu,
misalnya setelah 40 hari atau 6 minggu setelah kelahiran. Keputusan
bergantung pada pasangan yang bersangkutan (Sulistyawati, 2009:103).

2.3.5.7 Senam Nifas


a. Pengertian
Senam nifas adalah senam yang terdiri dari atas sederetan
gerakan-gerakan tubuh yang di lakukan ibu ibu setelah melahirkan
guna mempercepat pemulihan keadaan ibu.
Hal-hal yang perlu di perhatikan dalam melakukan senam nifas
adalah :

29

1) Diskusikan pentingnya pengembalian otot perut dan panggul


karena dapat mengurangi rasa sakit.
2) Anjurkan ibu untuk melakukan ambulasi sedini mungkin secara
bertahap, misalnya latihan duduk, jika tidak pusing maka boleh
berjalan.
3) Melakukan latihan beberapa menit sangat membantu.

b. Tujuan
Senam nifas ini di antaranya bertujuan untuk :
1) Membantu mempercepat pemulihan ibu.
2) Memperlancar pengeluaran lochea.
3) Mempercepat proses involusi dan pemulihan

fungsi

alat

kandungan.
4) Memperbaiki sirkulasi darah.
5) Memperbaiki sikap tubuh setelah hamil dan melahirkan.
6) Memperbaiki tonus otot pelvis, memperbaiki regangan otot-otot
abdomen/perut setelah hamil, memperbaiki regangan otot tungkai
bawah dan meningkatkan kesadaran untuk melakukan relaksasi
otot-otot dasar panggul.
7) Meminimalisir timbulnya komplikasi nifas, misalnya: emboli,
trombosia dll.
c. Manfaat
1) Mengencangkan otot perut, liang sanggama, otot-otot sekitar
vagina maupun otot-otot panggul, di samping melancarkan
sirkulasi darah.
2) Kondisi ibu lebih baik
3) Rehabilitasi atau pemulihan jadi bisa lebih cepat, conthnya:
kemungkinan terkena infeksi pun kecil karena sirkulasi darahnya
bagus.

30

4) Menumbuhkan/

memperbaiki

nafsu

makan

hingga

asupan

makannya bisa mencukupi kebutuhannya. Ibu tak terlihat lesu


ataupun emosional.
d. Tata Cara Melakukan Senam Nifas
Senam nifas ini merupakan

latihan yang tepat untuk

memulihkan tubuh ibu dan bermanfaat juga untuk memulihkan


keadaan ibu baik psikologis maupun fisiologis. Latihan ini di mulai
sejak hari 1 setelah melahirkan hingga minggu ke 6 setelah
melahirkan. Latihan ini di lakukan dalam waktu 5-10 kali hitungan
setiap harinya dan akan meningkat secara perlahan lahan. Untuk di
catat pekerjaan rumah yang ringan di lakukan minggu ke 3 dan yang
agak berat setelah minggu ke 4 (Sujiyatini, 2010:248-253).

2.3.6

Adaptasi Psikologis Pada Masa Nifas


Pada masa nifas, wanita banyak mengalami perubahan selain fisik
yaitu antara lain wanita meningkat emosinya. Pada masa ini wanita
mengalami transisi menjadi orang tua. Fase yang di lalui ibu post partum :

2.3.6.1 Taking in
Yaitu terjadi fantasi, intropeksi, proyeksi dan penolakan. Perhatian ibu
terutama terhadap kebutuhan dirinya, mungkin pasif dan ketergantungan.
Ciri-cirinya :
a. Terjadi 2-3 hari setelah melahirkan
b. Bersifat pasif dan tergantung, segala energinya di

fokuskan pada

kekhawatiran tentang badannya.


c. Ibu mungkin bercerita tentang pengalamannya berulang-ulang
d. Istirahat tidur dan tidak terganggu adalah sangat penting karena
kelelahan.

31

e. Kadang ibu tidak menginginkan kontak dengan bayinya, tetapi bukan


berarti tidak menyayangi bayinya, ibu hanya sedang mengenang
pengalaman melahirkan.

2.3.6.2 Taking on/Taking Hold


Yaitu meniru dan role play. Cirinya :
a. Terjadi pada hari ke 3-10 setelah melahirkan.
b. Ibu menjadi khawatir akan kemampuannya merawat bayi dan menerima
tanggung jawabnya sebagai seorang ibu yang semakin besar.
c. Ibu memfokuskan dirinya dalam mengambil kontrol akan fungsi
tubuhnya sendiri (BAK/BAB dll).
d. Ibu mempunyai perasaan sangat sensitif sehingga mudah tersinggung
dan gampang marah.
e. Ibu mencoba keterampilan merawat bayinya.
2.3.6.3 Letting Go
a. Terjadi pada 10 hari setelah melahirkan.
b. Ibu mengambil tanggung jawab dalam merawat bayi.
c. Ibu menyesuaikan diri dengan kebutuhan ketergantungan bayinya.
d. Berkurang otonomi dirinya
e. Berkurang ketergantungannya pada orang lain.
f. Mulai terjadi post partum blues (Sujiyatini, 2010:155-158).
2.3.7 Deteksi Dini Komplikasi Pada Masa Nifas Dan Penaganannya
2.3.7.1 Perdarahan pervaginam
Perdarahan pervaginam yang melebihi 500 ml setelah bersalin
didefinisikan sebagai perdarahan pasca persalinan.Terdapatbeberapa
masalah mengenai definisi ini :
a. Perkiraan kehilangan darah biasanya tidak sebanyak yang sebenarnya,
kadang-kadang hanya setengah dari biasanya. Darah tersebut
bercampur dengan cairan amnion atau dengan urin, darah juga
tersebar pada spon, handuk, dan kain di dalam ember dan lantai.
b. Volume darah yang hilang juga bervariasi akibatnya sesuai dengan
kadar hemoglobin ibu. Seorang ibu dengan kadar HB normal akan

32

dapat menyesuaikan diri terhadap kehilangan darah yang akan


berakibat fatal pada anemia. Seorang ibu yang sehat dan tidak anemia
pun dapat mengalami akibat fatal dari kehilangan darah.
c. Perdarahan dapat terjadi dengan lambat untuk jangka waktu beberapa
jam dan kondisi ini dapat tidak di kenal sampai terjadi syok. Penilaian
resiko pada saat neonatal tidak dapat memperkirakan akan terjadinya
perdarahan pasca persalinan. Penanganan aktif kala III sebaiknya di
lakukan pada semua wanita yang bersalin karena hal ini dapat
menurunkan insiden perdarahan pasca bersalin akibat atonia uteri.
Semua ibu pasca besalin harus di pantau dengan ketat untuk
mendiagnosis perdarahan fase persalinan.

2.3.7.2 Infeksi Masa Nifas


Beberapa bakteri dapat menyebakan infeksi setelah persalianan.
Infeksi masa nifas merupakanpenyebab tertinggi AKI. Infeksi alat genital
merupakan komplikasi masa nifas. Infeksi yang meluas ke saluran
urinaria, payudara dan pembedahan merupakan penyebab terjadinya AKI
tinggi. Gejala umum infeksi dapat di lihat dari temperatur atau suhu
pembengkakan takikardi dan malaise. Sedangkan gejala lokal dapat berupa
uterus lembek, kemerahan, dan rasa nyeri pada payudara adanya disuria.
Ibu beresiko terjadi infeksi post partum karena adanya luka pada bekas
pelepasan plasenta, laserasi pada saluran genital termasuk episiotomi pada
perineum, dinding vagina dan serviks, infeksi post SC yang mungkin
terjadi.

33

2.3.7.3 Sakit kepala,Nyeri epigastrik dan Penglihatan Kabur


Wanita yang baru melahirkan sering mengeluh sakit kepala hebat
atau penglihatan kabur. Penanganan :
a. Jika ibu sadar periksa nadi, tekanan darah, pernafasan.
b. Jika ibu tidak bernafas periksa,lakukan ventilasi dengan masker dan
balon. Lakukan intubasi bila perlu dan jika pernafasan dangkal
periksa dan bebaskan jalan nafas dan berikan oksigen 4-6 liter per
menit.
c. Jika pasien tidak sada/koma bebaskan jalan nafas, baringkan pada
sisi kiri, ukur suhu, periksa apakah ada kaku tengkuk (Taufan,
2014:234-236).
2.3.7.4 Kelainan payudara dan Masalah menyusui
Kegagalan dalam proses menyusui sering di sebsbkan oleh
timbulnya beberapa masalah, baik masalah pada ibu maupun pada bayi.
a. Masalah Pada Ibu Pasca - Persalinan Dini
1) Puting susu lecet
a) Cek bagaimana pelekatan ibu dan bayi.
b) Apakah terdapat infeksi candida (mulut bayi perlu di lihat), kulit
merah, berkilat, terasa sakit yang menetap, dan kulit kering
bersisik (flaky).
c) Pada keadaan puting susu lecet, yang kadang kala retak retak
atau luka, dapat di lakukan cara seperti ini. Ibu dapat terus
memberikan ASI nya pada keadaan luka tidak begitu sakit. Olesi
puting susu dengan ASI akhir (bird milk), jangan sekali-kali
memberikan obat lain, seperti krum atau salep. Cuci payudara
sekali saja sehari dan tidak di benarkan untuk menggunakan
dengan sabun.

34

2) Payudara bengkak
Untuk mencegah di perlukan :
a) Menyusui dini
b) Perlekatan yang baik
c) Menyusui on demand
Selanjutnya kompres dingin pasca menyusui untuk mengurangi
edema. Pakailah BH yang sesuai, bila terlalu sakit, dapat di berikan
obat analgetik.
3) Mastitis/Abses payudara
Mastitis adalah peradangan pada payudara menjadi merah, bengkak
kadang kala di ikuti rasa nyeri dan panas, serta suhu tubuh
meningkat. Di dalam payudara terasa ada masa padat (lump), dan di
luarnya kulit menjadi merah. Tindakan yang dapat di lakukan
adalah sebagaiberikut :
a) Kompres hangat/panas atau pemijatan.
b) Rangsan oxytocin, di mulai pada payudara yang tidak sakit,
yaitu stimulasi puting, pijat leher, punggung dan lain-lain.
c) Pemberian antibiotika : flucloxacilin atau erythromycin selama
7-10 hari.
d) Bila perlu, bisa di berikan istirahat total dan obat untu
penghilang rasa nyeri.
e) Kalau sudah terjadi abses, sebaiknya payudara yang sakit tidak
boleh di susukan karena mungkin memerlukan tindakan bedah.
4) Puting susu datar/terbenam
a) Untuk mengetahui apakah puting susu datar/terbenam, dengan
cara menjepit aerola antara ibu jari dan jari telunjuk ke belakang
puting susu.
b) Cara mengatasinya bisa memepergunakan pompa puting. Puting
bisa juga di tarik ke luar secara teratur hingga puting akan

35

sedikit menonjol dan dapat di isapkan ke mulut bayi sehingga


puting akan menonjol lagi.
b. Masalah Menyusui Pada Masa Pasca - Persalinan Lanjut
1) Produksi ASI Kurang
Kenyataannya, sering ASI tidak benar-benar kurang. Tandatanda yang mungkin saja ASI benar-benar kurang antara lain
sebagai berikut :
a) Bayi tidak puas setiap setelah menyusui.
b) Bayi sering menangis atau bayi menolak menyusu.
c) Tinja bayi keras, kering dan berwarna hijau.
d) Payudara tidak membesar selam kehamilan.
Cara mengatasinya di sesuaikan dengan penyebab, terutama
di cari pada ke empat kelompok faktor penyebab berikut.
a) Faktor teknik menyusui.
b) Faktor psikologis.
c) Faktor fisik ibu.
d) Faktor kondisi bayi
2) Ibu bekerja
Alasan pekerjaan sering membuat seorang ibu berhenti
menyusui. Ada beberapa cara yang dapat di anjurkan pada ibu
menyusui yang bekerja, yaitu sebagai berikut :
a) Susuilah bayi sebelum bekerja.
b) ASI di keluarkan untuk persediaan di rumah sebelum berangkat
bekerja.
c) Pengosongan payudara di tempat kerja, setiap 3-4 jam.
c. Masalah Menyusui Pada Keadaan Khusus
1) Ibu Melahirkan Dengan Bedah Seksio Caesaria
Ibu yang mengalami bedah seksio caesaria dengan
pembiusan umum tidak mungkin segera dapat menyusui bayinya
karena ibu belum sadar akibat pembiusan.
Posisi menyusui yangdi anjurkan adalah sebagai berikut.

36

a) Ibu dalam posisi berbaring miring dengan bahu dengan kepala


yang di tompang bantal, sementara bayi di susukan dengan kaki
menghadap ke ibu.
b) Apabila ibu sudah dapat duduk, bayi dapat di tidurkan di bantal
di atas pangkuan ibu dengan posisi kaki bayi mengarah ke
belakang ibu di bawah lengan ibu.
c) Dengan posisi memegang bola (football positoning) yaitu ibu
terlentang dan bayi berada di ketiak ibu dengan kaki ke arah atas
dan tangan ibu memegang kepala bayi.
2) Kondisi Ibu Sakit
a) Pada umumnya, ibu yang sakit masih tetap dapat menyusui
bayinya.
b) Bila ibu mengidap penyakit infeksi akut, susui bayi dengan cara
yang aman, seperti menggunakan masker.
c) Jika ibu terpaksa di rawat terpisah dengan bayinya, ASI harus
tetap di keluarkan setiap 3 jam sekali atau bila terasa penuh,
yang bertujuan untuk menjamin kelangsungan produksi ASI
sehingga ibu dapat menyusui kembali setelah sembuh.
d) Ibu memerlukan bantuan orang lain untuk mengurus bayi dan
keperluan rumah tangga karena ibu juga memerlukan istirahat
yang lebih banyak.
e) Ibu menderita hepatitis dan AIDS tidak di perkenankan
menyusui bayinya karena dapat menularkan virus kepada
bayinya dalam ASI. Namun, penularan virus pada bayi melalui
ASI masih menjadi konroversi.
d. Masalah Menyusui Pada Bayi
1) Bayi Kembar

37

Ibu harus yakin bahwa alam sudah menyiapkan segala


sesuatunya untuk semua makhluk, sesuai kebutuhan pola
pertumbuhan masing-masing dan dapat memberikan makanan
pertama bagi keturunannya (ASI). Cara menyusui bayi kembar
adalah dengan posisi seperti memegang bola (football position)
sebagai berikut :
a) Ke dua tangan ibu memeluk masing-masing satu kepala bayi,
seperti memegang bola.
b) Letakkan tepat di bawah payudara ibu.
c) Posisi kaki boleh di biarkan menjuntai keluar.
d) Untuk memudahkan, ke dua bayi dapat di letakkan pada suatu
bidang

datar

yang

memiliki

ketinggian

kurang

lebih

sepinggang ibu.
e) Cara lain dapat meletakkan bantal di atas pangkuan ibu.
2) Bayi Sakit
Sebagian kecil bayi yang sakit debgan indikasi khusus, tidak
diperbolehkan mendapatkan makanan peroral. Tetapi jika kondisi
sudah memungkinkan, sebaiknya sesegera mungkin di berikan ASI
lagi. Bayi yang mendapatkan ASI sebenarnya jarang menderita
diare. Selain diare. Biasanya bayi sering muntah-muntah. Muntah
pada bayi di sebabkan beberapa hal. Tata laksana langsung di
sesuaikan

berdasarkan

penyebabnya.

Menyusui

bukan

kontraindikasi untuk anak muntah jika anak muntah dapat


menerima ASI dengan baik. Susuilah bayi pada posisi duduk,
sedikit demi sedikit, tetapi sering setelah selesai sendawakan bayi
seperti biasanya.
3) Bayi Sumbing dan Celah-Celah Langit (Pallatum)

38

Pendapat bahwa bayi sumbing tidakapat menyusu adalah


tidak benar. Bila bayi sumbing pada langit-langit lunak (pallatum
durum) bayi dengan posisi tertentu msih tetap dapat menyusu. Ibu
harus tetap mencoba menyusui bayinya karena keuntungan
keadaan bayi seperti ini dapat melatih otot rahang dan lidah
sehingga memeperbaiki perkembangan anak untuk bicara.
Cara menyusui yang di anjurkan adalah sebagai berikut :
a) Posisi duduk.
b) Puting dan aerola di pegang selagi menyusu.
c) Ibu jari si ibu dapat di pakai sebagai penyumbat celah pada bibir
bayi.
d) Bila bayi sumbing pada bibir dan langit-langit, ASI di keluarkan
dengan cara manual/dengan pompa, kemudian berikan dengan
sendok atau pipet.
4) Bayi Dengan Lidah Pendek
Dengan kondisi lidah pendek, bayi akan sukar melaksanakan
laktasi dengan sempurna karena lidah tidak sanggup memegang
puting dan aerola dengan baik. Ibu dapat membantu dengan
menahan kedua bibir bayi segera setelah bayi dapat menangkap
puting dan aerola dengan benar. Pertahankan kedudukan kedua
bibir bayi agar posisi tidak berubah-berubah (Jannah, 2011:49-55).
2.3.7.5 Kehilangan Nafsu Makan
1) Kemungkinan penyulit
a) Pemenuhan kebutuhan nutrisi pada ibu nifas akan kurang.
b) Terjadi gangguan dalam proses laktasi dan menyusui.
c) Kurang maksimalnya ibu merawat bayi.
2) Penanganan
a) Pemberian dukungan mental pada ibu.
b) Pemberian KIE mengenai pentingnya asupan gizi yang baik untuk
ibu dan bayinya.

39

c) Kaji

sejauh

mana

dukungan

keluarga

untuk

mengatasi

permasalahan ini.
d) Fasilitasi dengan peberian bimbingan dalam penyusunan menu
seimbang sesuai selera ibu.
2.3.7.6 Rasa Sakit,Lunak,dan atau Pembengkakan Pada Kaki
1) Gejala
a) Suhu badan meningkat selama 7 hari mulai hari ke 10 sampai hari
ke 20yang di sertai mengigil dan nyeri.
b) Nyeri hebat pada lipatan dada
c) Edema kadang terjadi sebelum atau sesudah nyeri,pada umumnya
terdapat pada paha.
d) Nyeri pada betis
2) Penanganan
a. Kaki di tinggikan untuk mengurangi edema.
b. Kaki di balut dengan elastis.
c. Tirah baring.
d. Antibiotik dan analgetik.
e. Antikoagulasi untuk mencegah bertambah luasnyathrombus dan
mengurangi bahaya pada emboli (Jannah, 2011:145-148).
2.3.7.7 Merasa sedih atau Tidak MampuMengasuh Bayinya Sendiri dan Dirinya
sendiri
Pada minggu-minggu awal setelah persalinan kurang lebih 1 tahun
ibu post partum cenderung akan mengalami perasaan-perasaan yang
tidak pada umumnya seperti merasa sendiri, tidak mampu mengasuh
dirinya sendiri.
Faktor penyebab :
a) Kekecewaan emosional yang mengikuti kegiatan bercampur rasa
takut yang di alami kebanyakan wanita selam hamil dan melahirkan.
b) Rasa nyeri pada awal masa nifas
c) Kelelahan akibat urang tidur selama persalian dan telah melahirkan di
rumah sakit.

40

d) Kecemasan akan kemampuannya untuk merawat bayi setelah

2.3.8

meninggalkan rumah sakit.


e) Ketakutan kan menjadi tidak menarik lagi (Taufan, 2014:204).
Program Nasional dan Kebijakan Teknis Pada Masa Nifas
Paling sedikit 4 kali kunjungan dalam masa nifas untuk menilai
status ibu dan bayi baru lahir dan untuk mencegah, mendeteksi serta
menangani masalah-masalah yang terjadi pada masa nifas.

Kunjungan
1

Waktu
6-8 jam
persalianan

Tujuan
setelah a. Mencegah

perdarahan

atonia uteri.
b. Mendeteksi

dan

karena
merawat

penyebab lain seperti perdarahan,


rujuk

apabila

perdarahan

berlanjut.
c. Memberikan konseling pada ibu
dan salah satu anggota keluarga
bagaimana

cara

mencegah

perdarahan.
d. Pemberian ASI awal.
e. Membina hubungan baik antara
ibu dan bayi baru lahir.
f. Menjaga bayi tetap sehat dengan
cara mencegah hipotermi.
g. Bila petugas kesehatan

yang

menolong persalinan ia harus


tinggaldengan ibu dan bayi 2 jam
prtama setelah kelahiran atau
sampai

ibu

dan

bayi

dalam

41

hari

persalinan

setelah

keadaan stabil.
a. Memastikan
involusi
berjalan normal.
b. Menilai
adanya

uteri

tanda-tanda

infeksi, demam, atau perdarahan


abnormal.
c. Memastikan ibu menyusui baik,
dan tidak memperlihatkan tandatanda penyulit.
d. Memberikan konseling KB secara
mandiri.
e. Memastikan ibu cukup makanan,
3

cairan dan istirahat


2 minggu setelah Sama dengan atas ( 6 harisetelah

persalinan
persalinan)
6 minggu setelah a. Menanyakn kepada ibu tentang
persalinan

tanda

penyulit-penyulit

yang

dialami ibu atau bayi alami.


b. Memberikan konseling untuk KB
secara dini.
(Rahayu, 2012:7).
2.3.9 Tinjaun Teori Tentang ASI
2.3.9.1 Definisi
ASI adalah makanan pertama, utama, dan terbaik bagi bayi, yang
bersifat alamiah. ASI mengandung berbagai zat yang di butuhkan dalam
prosese pertumbuhan dan perkembangan bayi (Dwi Sunar, 2009:5).
ASI dalam istilah kesehatan adalah di mulai dari proses laktasi.
Laktasi adalah keseluruhan prose menyusui mulai dari ASI di produksi
sampai proses bayi menghisap dan menelan ASI (Weni, 2009:1)

42

ASI eksklusif adalah bayi hanya di beri ASI saja, tanpa tambahan
cairan lain seperti susu formula, madu, air teh, air putih dan tambahan
makanan padat seperti pisang, pepaya, bubur, susu, biskuit, bubur nasi
dan tim. Waktu pemberian ASI eksklusif adalah selama 6 bulan
(Rahayu, 2012:22).

2.3.9.2 Produksi ASI


a Reflek Prolaktin
Progesteron dan estrogen yang di hasilkan plasenta merangsang
pertumbuhan kelenjar-kelenjar susu,sedangkan progesteron juga
merangsang pertumbuhan saluran (ductus)kelenjar.Kedua hormon
tersebut menekan prolaktin (LTH).Setelah plasenta lahir maka
produksi prolaktin meningkat sehingga merangsang laktasi.Pada
waktu bayi menghisap payudara ibu, ibu menerima rangsangan
neurohormonal pada puting dan aerola,rangsangan ini melalui
nervusvagus di teuskan ke hypopysa lalu ke lobus anterior,lobus
anterior akan mengeluarkan hormon prolaktin yang masuk melalui
peredaran darah sampai pada kelenjar-kelenjar pembuat ASI.
b Refleks Let Down
Hormon oksitosin di produksi oleh bagian belakang kelenjar
hipofisis.Hormon tersebut di hasilkan bila ujung saraf di sekitar
payudara akan di rangsang oleh hisapan.Oksitosin akan di lahirkan
melalui darah menuju ke payudara yang akan merangsang kontraksi
di sekeliling alveoli dan memeras ASI keluar dari pabrik ASI yang
dapat di keluarkan untuk bayi oleh ibunya.Produksi ASI akan

43

meningkat sesudah 2-3 hari post partum buah dada akan besar,keras
dan nyeri ini menunjukkan permulaan sekresi ASI (Rahayu, 2012:12).
2.3.9.3 Manfaat ASI
a. Bagi Bayi
Pemberian ASI membantu bayi memulai kehidupannya dengan
baik. Kolostrum, susu jolong,atau susu pertama mengandung anti bodi
yang kuat untuk mencegah infeksi dan membuat bayi menjad kuat.
Penting sekalimemberikan ASI pada bayi pada jam pertama sesudah
lahir dan kemudian setidaknya setiap dua atau tiga jam.
b. Bagi Ibu
1) Memulihkan diri dari proses persalinannya. Selama beberapa hari
pertama membantu membuat kontraksi rahim dengan cepat dan
memperlambat perdarahan (isapan puting susu merangsang di
keluarkannya hormon oksitosin alami yang akan membantu
kontraksi).
2) Ibu yang menyusui, menstruasinya belum muncul kembali, kecil
kemungkinan untuk menjadi hamil lagi (kadar prolaktin yang tinggi
menekan hormon FSH dan ovulasi.
3) Pemberian ASI adalah yang paling tepat dan terbaik untuk
mencurahkan kasih sayangnya kepada buah hatinya.
c. Bagi Semua Orang
1) Pemberian ASI tidak memerlukan persiapan khususs
2) Ibu menyusui yang menstruasiny belum muncul kembali,sehingga
kecil kemungkinnan menjadi hamil (Jannah, 2011:31).
2.3.9.4 Komposisi Gizi Dalam ASI
ASI merupakan nutrisi terbaik untuk bayi dan anak karena
mengandung bioaktif yang memfasilitai perubahan yang di alami anak di
masa transisi dalam rahim dan saat di luar rahim. Komposisi ASI berubah

44

secara dramatik pada periode post partum seperti susunan sekresi dari
kolostrum sampai susu matur. Tahapan laktasi ini di bagi menurut waktu
postpartum,yaitu : kolostrum (0-5 hari),susu trasisional (6-14 hari),susu
matur

(15-30)

hari.Pada

bulan

3-4laktasi

menunjukan

periode

perubahantercepat pada konsentrasi dan banyak nutrien. Setelah itu


konsentrainya agak stabil selama involusi kelejar mammae belum di
mulai.
ASI mengandung semua antibodi, immunoglobulin yang berfungsi
untuk kekebalan selama masa bayi. Komponene kekebalan (immunologi)
lainnya adalah :
a Lactoferin.
b Lysozym yang berfungsi membunuh kuman gran nrgative.
c Oligosacarida yang brfungsi menahan bakteri.
d Lipid yang berfungsi menghancurkan virus.
e Muchin yang berfungsi mengeluarkan bakteri dan virus dari dalam
tubuh.
ASI memiliki kandungan yang berubah-rubah setiap menitnya
dan setiap harinya dengan onset anak, kebutuhan tubuh anak,stadium
laktasi, ras,keadaan nutrisi dan diit ibu. Perubahan komposisi paling
dominan terjadi pada minggu pertama laktasi, dan adapun perubahan ini
terjadi dalam 3 tahap :
a. Kolostrum
Adalah cairan yang keluar dari payudara ibu segera setelah
melahirkan dan berwarna kuning. Warna kuning menandakan
tingginya kandungan ceretonoid termasuk a-carotene, B-carotene, Bcrytoxantini, lutein, dan xeaxathin. Kolostrum akan keluar selama 1-3

45

hari pertama, dimana terjadi peningkatan konsentrasi lemak dan


laktosa sementara konsentrasi mineral dan protein akan menurun.
b. ASI Transisi/Peralihan
Adalah cairan susu yang keluar daripayudara ibu setelah masa
kolostrum (hari ke 4-14 hari). Kandungan ASI transisi adalah protein
(dengan konsentrasi yang lebih rendah dari kolostrum), serta lemak
dan karbohidrat (dengan konsentrasi yang lebih tinggi dari pada
kolostrum).Volume ASI pada masa ini juga meningkat.
c. ASI Matang
Adalah cairan susu yang keluar dari payudara ibu setelah, masa ASI
transisi. Warnanya putih kekuning-kuningan karena kandungan garam
kalsium kaseinat, ribroflavin, dan karoten.(Taufan, 2014 : 19-21).
2.3.9.5 Upaya Memperbanyak ASI
a. Menyusui bayi setiap 2 jam, lama kurang lebih 10 15 menit.
b. Pastikan posisi ibu dan bayi benar saat menyusui bayinya.
c. Susukan bayi dalam keadaan tenang dan suasana yang nyaman.
d. Tidurlah bersebelahan dengan bayi.
e. Tingkatkan istirahat dan hidrasi.(Rahayu, 2012:21)
Selain

beberapa

hal

penting

tersebut,bidan

juga

harus

menyampaikan pendidikan kesehatan kepada ibu menyusui antara lain :


a. Mengonsumsi tambahan kalori setidaknya 500 kalori sehari.
b. Makan dengan diet berimbang untuk mendapatkan cukup kalori,
protein, vitamin dan mineral.
c. Minum sedikitnya 3 liter setiap hari.
d. Pil zat besi harus di minum untuk menambah gizi setidaknya selam 40
hari setelah kelahiran.
e. Minum kapsul vitamin A 200.00 unit agar dapat memberikan vitamin
A kepada bayi melalui ASI.
2.3.9.6 Tanda Bayi Cukup ASI

46

Ada beberapa kriteria yang dapat menjadi petunjuk bayi cukup ASI
adalah :
a. Bayi kencing setidaknya 6 kali dalam sehari dan warnanya jernih
sampai kuning muda.
b. Bayi sering buang air besar berwarna kekuningan berbiji.
c. Bayi tampak puas, sewaktu waktu merasa lapar, bangun, dan tidur
cukup.Bayi menyusui setidaknya 10 -12 kali dalam 24 jam.
d. Payudara ibu terasa lembut dan kosong setiap kali selesai menyusui.
e. Ibu dapat merasakan geli karena aliran ASI, setiap kali bayi mulai
menyusu.
f. Bayi bertambah berat badannya (Sulistyawati, 2009 : 23).
2.3.9.7 Teknik Menyusui Yang Benar
Agar proses menyusi berjalan lancar, maka seorang ibu harus
memiliki keterampilan menyusui agar ASI dapat mengalirdari payudara
ibu ke bayi secara efektif. Keterampilan menyusui yang baik adalah
dengan melakukan teknik menyusui yang benar meliputi posisi menyusui
dan perlekatan bayi pada payudara yang tepat.
Pengertian teknik menyusui yang benar adalah cara memberikan
ASI kepada bayi dengan pelekatan dan posisi ibu dan bayi. Posisi ibu
pada saat menyusui dan posisi tubuh bayi yang benar adalah :
a. Posisi muka bayi menghadap ke payudara ibu ( chin to breast ).
b. Perut /dada bayi menempel perut / dada ibu ( chest to chest ).
c. Seluruh badan bayi menghadapke ibu hingga telinga bayi membentuk
d.
e.
f.
g.

garis lurus dengan lengan bayi dan leher bayi.


Seluruh punggung bayi tersanggah dengan baik.
Ada kontak bayi dengan ibu.
Pegang kepala bahu, jangan kepala bayi.
Kepala terletak dilengan bukan di daerah siku.
Terdapat berbagai macam posisi menyusui. Cara menyusui yang

tergolong biasa di lakukan adalah dengan duduk, berdiri atau berbaring.


Ada posisi khusus yang terkait dengan situasi tertentu seperti ibu
pasca operasi sesar.Bayi di letakkan di samping kepala ibu dengan posisi

47

kaki di atas. Menyusui bayi kembar di lakukan dengan cara seperti


memegang bola bila di susui bersama, di payudara kiri dan kanan.Pada
ASI yang memancar atau penuh, bayi di tengkurapkan di atas dada ibu,
tangan ibu sedikit menahan kepala bayi dengan posisi ini agar bayi tidak
tersedak (Rahayu,2012:24-25).
2.3.9.8 Lama dan Frekuensi Menyusui Yang Benar
Sebaiknya dalam menyusui bayi

tidak di jadwal, sehingga

tindakan bayi menyusui di lakukan di setiap bayi membutuhkan, karena


bayi akan menentukan sendiri kebutuhannya. Ibu harus menyusui bayinya
bila bayi menagis bukan karena sebab lain (kencing, kepanasa/kedinginan
atau sekedar ingin di dekap) atau ibu sudah merasa perlu menyusui
bayinya. Bayi yang sehat dapat mengosongkan satu payudara sekitar 5-7
menit dan ASI di dalam lambung bayi akan kosong dalam waktu jam.
Pada awalnya, bayi tidak memiliki pola tertentu setelah 1-2 minggu
kemudian.
Menyusui yang di jadwalkan akan berakibat kurang baik, karena
isapan bayi sangat berpengaruh pada rangsangan produksi ASI
selanjutnya. Dengan menyusui tanpa jadwal, sesuai kebutuhan bayi akan
mencegah timbulnya masalah menyusui. Ibu yang bekerjadi anjurkan agar
lebih sering menyusui pada malm hari. Bila sering di susukan pada malam
hari akan memicu produksi ASI.
Untuk menjaga keseimbangan besarnya kedua payudara maka
sebaiknya setiap kali menyusui harus dengan kedua payudara. Sarankan
kepada ibu agar berusaha menyusui sampai payudara terasa kosong agar
produksi ASI menjadi lebih baik. Setiap kali menyusi di mulai dengan

48

payudara yang terakhir di susukan. Selama masa menyusui sebaiknya ibu


menggunakan BH yang dapat menyanggah payudara tetapi tidak terlalu
ketat (Rahayu, 2012:30-31).
2.3.9.9 Cara Merawat Payudara
a. Menjaga payudara agar tetap bersih dan kering, terutama bagian
puting susu.
b. Menggunakan BH yang menyokong payudara.
c. Apabila puting susu lecet, oleskan kolostrum atau ASI yang keluar di
sekitar puting setiap kali selesai menyusui. Menyusui tetap di mulai
dari puting susu yang tidak lecet.
d. Apabila lecet sangat berat, dapat istirahtkan selama 24 jam. ASI di
keluarkan dan di minumkan menggunakan sendok.
e. Untuk menghlangkan nyeri, ibu dapat minum parasetamol 1 tablet
setiap 4-6 jam.
f. Apabila payudara bengkak, akibat pembendungan ASI maka ibu dapat
melakukan :
1) Pengompresan payudara menggunakan kain basah dan hangat
selama 6 menit.
2) Urut payudara dari arah pangkal ke puting atau gunakan sisir
untuk mengurut payudara dengan arah Z menuju puting.
3) Keluarkan ASI sebagian dari bagian depan payudara sehingga
puting susu menjadi lunak.
4) Susukan bayi setiap 2-3 jam. Apabila bayi tidak dapat menghisap
seluruh ASI, sisanya keluarkan dengan tangan.
5) Letakkan kain digin pada payudara setelah menyusui
( Sulistyawati, 2009:25)
2.3.9.10 Penatalaksanaan
Kebutuhan Dasar Ibu Nifas Dengan ASI Tidak Lancar
a.

Nutrisi dan Cairan


Kualitas dan jumlah makanan yang di konsumsi akan
sangat

mempengauhi

produksi ASI.

Ibu

menyusui

harus

49

mendapatkan tambahan zat makanan sebesar 800 kkal yang di


gunakan untuk memproduksi ASI dan untuk aktivitas ibu sendiri.
Selama

menyusui,

ibu dengan

status

gizi

baik

rata-rata

memproduksi ASI sekitar 600 kkal, sedangkan pada ibu dengan


status gizi kurang biasanya memproduksi kurang dar itu. Walaupun
demikian, status gizi tidak berpengaruh besar terhadap mutu ASI,
kecuali volumenya.
Dengan penjelasan tersebut, akhirnya dapat di rumuskan
beberapa anjuran yang berhubungan dengan pemenuhan gizi ibu
menyusui, antara lain :
1) Mengonsumsi tambahan kalori setiap hari sebanyak 500 kalori.
2) Makan dengan diet berimbang, cukup protein, mineral, dan
vitamin.
3) Minum sediktnya 3 liter setiap hari, terutama setelah menyusui.
4) Mengonsumsi tablet zat besi selama masa nifas.
5) Minum kapsul vitamin A (200.000 unit) agar dapat memberikan
vitamin A kepada bayinya melalui ASI.

b.

Istirahat
Ibu post partum sangat membutuhkan istirahat yang
berkualitas untuk memulihkan kembali keadaan fisiknya. Keluarga
di sarankan untuk memberikan kesempatan kepada ibu untuk
beristirahat yan cukup sebagai persiapan untuk energi menyusui
bayinya nanti.
Kurang istirahat akan mengakibatkan beberapa kerugian,
misalnya :
1) Mengurangi jumlah ASI yang di produksi.

50

2) Mmeperlambat proses involusi uterus dan memperbanyak


perdarahan.
3) Menyebabkan depresi dan ketidaak nyamanan untuk merawat
c.

bayi dan dirinya sendiri (Sulistyawati,2009:97).


Perawatan payudara
1) Menjaga payudara tetap bersih dan kering.
2) Menggunakan BH yang menyokong payudara.
3) Apabila puting susu lecet, oleskan kolestrum atau ASI yang
keluar pada sekitar puting susu setiap kali selesai menyusui.
Menyusu tetap di lakukan di mulai dari puting yang tidak lecet.
4) Apabila lecet sangat berat dapat di istirahatkan selama 24 jam,
ASI di keluarkan dan di minumkan dengan menggunakan
sendok.
5) Untuk menghilangkan nyeri dapat di minumkan parasetamol 1
tablet setiap 4-6 jam (Rahayu,2012:98).

2.3.10 Penelitian Relevan


Penelitian dari Emma Gustbee, Charlotte Anesten, Andrea
Markkula dari swedia pada tahun 2013 menjelaskan bahwa perawatan
payudara dan teknik menyusui yang benar dapat mempengaruhi produksi
ASI. Berdasarkan penelitian tersebut dapat diketahui bahwa ketidak
lancaran ASI banyak dipengaruhi oleh perawatan payudara yang kurang.
Oleh karena itu, perawatan payudara sangat penting dilakukan bagi ibu
yang telah melahirkan utuk mencegah masalah-masalah yang timbul
selama laktasi. Dan kegagalan menyusui adalah disebabkan karena
kesalahan ibu dalam memosisikan dan meletakkan bayi saat menyusui.
Salah satu faktor yang sering dilakukan saat menyusui adalah posisi
menyusui yang belum tepat sehingga menganggu

fungsi transfer

51

produksi ASI ke bayi, oleh karena itu pada masa menyusui harus di
lakukan perawatan payudara dan mengajari teknik menyusui yang benar
(Jurnal, 2013).
Penelitian dari Elly Wahyuni, Sri Sumiati, Nurliani pada tahun
2012 membuktikan bahwa jantung pisang batu dapat memperlancar
produksi ASI. Jantung pisang batu/klutuk merupakan jenis makanan yang
mengandung laktogogum yaitu zat gizi yang dapat meningkatkan dan
melancarkan produksi ASI terutama pada ibu yang mengalami masalah
dalam produksi ASI.
Ada dua alasan yang mendasar dalam penelitian ini untuk memilih
jantung pisang batu/klutuk digunakan untuk meningkatkan produksi ASI
yaitu: Jenis jantung pisang yang umumnya di jual di pasaran berasal dari
jenis pisang kepok, klutuk/batu, dan pisang siam dan menurut masyarakat
di daerah tempat penelitian, bahwa jantung pisang batu rasanya lebih
enak, teksturnya lembut dan tidak terasa pahit sedikitpun seperti rasa
jantung pisang yang lainnya. Alasan ini sesuai dengan penelitian yang
telah dilakukan oleh Prof. Dr. Made Astawan (2011). Yang paling enak
adalah jenis pisang batu/klutuk bahkan bisa di makan mentah sebagai
lalapan. Menurut Prof. Dr. Made Astawan, ahli Teknologi Pangan dan
Gizi dari IPB selain karbohidrat, jantung pisang juga mengandung
protein, mineral (terutama fosfor, kalsium, dan besi), serta sejumlah
vitamin A, B1 dan C.
Hasil penelitian sejalan dengan teori Lingga dalam Murtiana
(2011), yang menyatakan bahwa jantung pisang batu memiliki beberapa
senyawa yang dapat meningkatkan produksi dan kualitas ASI.

52

Peningkatan produksi ASI dipengaruhi oleh adanya polifenol dan steroid


yang mempengaruhi reflek prolaktin untuk merangsang alveoli yang
bekerja aktif dalam pembentukan ASI. Hasil penelitian ini juga
menyatakan bahwa peningkatan produksi ASI juga dirangsang oleh
hormon oksitosin. Peningkatan hormon oksitosin dipengaruhi oleh
polifenol yang ada pada jantung pisang batu yang akan membuat ASI
mengalir lebih deras dibandingkan dengan sebelum mengkonsumsi
jantung pisang batu. Oksitosin merupakan hormon yang berperan untuk
mendorong sekresi air susu (milk let down).Peran oksitosin pada kelenjar
susu adalah mendorong kontraksi sel-sel miopitel yang mengelilingi
alveolus dari kelenjar susu, sehingga dengan berkontraksinya sel-sel
miopitel isi dari alveolus akan terdorong keluar menuju saluran susu,
sehingga alveolus menjadi kosong dan memacu untuk sintesis air susu
berikutnya. Korelasi ini sesuai dengan hasil penelitian yang telah
dilakukan oleh penelitian Agil (1987) dalam Murtiana (2011), menyatakan
bahwa tanaman yang berkhasiat terhadap peningkatan sekresi air susu
(laktogogum) mempunyai kemungkinan: (1) mengandung bahan aktif
yang bekerja seperti Prolactin Releasing Hormon (PRH), (2) mengandung
bahan aktif senyawa steroid, (3) mengandung bahan aktif yang berkhasiat
seperti prolaktin dan (4) mengandung bahan aktif yang berkhasiat seperti
oksitosin.
Pemanfaatan jantung pisang pada masyarakat sudah banyak
ditemui, seperti menyembuhkan luka lecet pada kaki, memberikan

53

perasaan kenyang yang lebih lama, digunakan untuk membuat sayur


karena kandungan protein dan vitamin, serta dimakan untuk memperlancar
dan memperbanyak produksi ASI. Pengolahan jantung pisang pada
masyarakat biasa dilakukan dengan cara direbus, di urap, dikukus dan
dioseng-oseng. Jantung pisang menjadi bahan makanan yang memiliki
banyak manfaat dan mudah didapatkan oleh masyarakat karena bisa
dengan mudah ditanam di pekarangan rumah.
Observasi dilakukan pada ibu menyusui sebelum konsumsi pisang
batu, dilihat frekuensi menyusui berapa kali bayi menyusui per hari dan
anak rewel/tidak rewel yang di observasi selama tujuh hari. Selanjutnya
dilakukan pemberian konsumsi jantung pisang batu, dengan cara konsumsi
adalah pengkonsumsian sayur bening jantung pisang batu pada ibu yang
menyusui selama tujuh hari sebanyak 200 gram/hari.Peningkatan produksi
ASI pada ibu menyusui baik sebelum maupun setelah diberikan jantung
pisang batu adalah dilihat dari frekuensi menyusui, jika frekuensi
menyusui lebih dari 8x per hari dan anak tidak rewel. Peningkatan
produksi ASI bukan dinilai dengan mengukur volume ASI (Jurnal, 2012).

2.3.10.1 Kandungan Jantung Pisang Batu/Klutuk


Berbeda dengan buahnya berasa manis dan banyak dimakan
oleh masyarakat, jantung pisang tidak begitu enak, sehingga nilai
ekonominya relatif rendah dan tidak diminati oleh masyarakat. Namun
jantung pisang memiliki nilai gizi, khasiat dan manfaat yang penting

54

untuk kesehatan. Untuk meningkatkan daya terima masyarakat luas,


jantung pisang harus diolah menjadi berbagai aneka makanan.

Gambar jantung pisang


Jantung Pisang Batu mempunyai beberapa kandungan, dapat dilihat
pada tabel di bawah ini :
No
1

Kandungan
Energi

Jumlah
31kkal

Protein

1,2 gr

Lemak

0,3 gr

Karbohidrat

7,1 gr

Kalsium

30 mg

Fosfor

50 mg

Vitamin A

170 IU

Vitamin B1

0,05 mg

9
Vitamin C
(Gaya Hidup Sehat N0.390, 2007).
2.3.10.2 Resep memasak jantung pisang batu/klutuk
1. Tumis kecap jantung pisang batu/klutuk
Bahan bahan:
a. 1 liter air
b. 500 gr jantung pisang
Bumbu halus :

10 mg

55

a. Garam, secukupnya
b. Gula, secukupnya
c. 2 siung Bawang putih
d. 4 butir Bawang merah
e. 2 cabe
Cara memasak :
a. Didihkan air, kemudian masukkan jantung pisang, di rebus hingga
lunak.
b. Masukkan bumbu halus, tumis hingga harum.
c. Tunggu sampai mendidih, masukkan jantung pisang
d. Masukkan gula dan garam secukupnya, masukkan kecap.
e. Tunggu sampai matang, siap di sajikan.
2.3.10.3 Manfaat atau kegunaan
a. Mencegah penyakit : jantung pisang merupakan makanan yang kaya
akan nutrisi, di dalam kandunganya terdapat kalsium, fosfor, dan
beberapa vitamin.
b. Sangat baik untuk diet karena memiliki sedikit lemak
c. Aman dikonsumsi oleh penderita diabetes : Jantung pisang memiliki
indek glikemik rendah, memperlambat kemunculan gula darah
(glukosa), sehingga insulin yang dibutuhkan untuk mengubah
glukosa menjadi energi semakin sedikit.
d. Meningkatkan kesehatan saluran pencernaan

dengan

cara

meningkatkan pergerakan usus besar.


e. Mengikat lemak dan kolestrol kemudian dikeluarkan melalui feses
(proses buang air besar).
f. Memperlancar produksi ASI.
2.4
TEORI STANDAR ASUHAN KEBIDANAN
2.4.1 Manajemen Standar Asuhan Kebidanan
2.4.1.1 Pengkajian
Definisi pengkajian
Pengkajian merupakan langkah awal mendapat data dengan
mengumpulkan semua data-data yang dibutuhkan untuk mengevaluasi

56

keadaan pasien melalui anamnese, pemeriksaan penunjang dan data-data


tersebut diklasifikasikan sebagai data subyektif, dan data obyektif .
Macam-macam pengumpulan data:
a.

Data Subyektif
Data yang langsung di dapat oleh klien dan keluarga. Data
subyektif ini mencakup keluhan keluhan dari klien terhadap masalah
kesehatan yang lain.
1) Biodata Ibu dan Suami
a) Nama ibu dan suami
Untuk mengetahui nama Ibu nifas dengan ASI tidak lancar, agar
tidak keliru dengan pasien lain.
b) Umur ibu dan suami
umur ibu nifas dengan ASI tidak lancar dan suami.
c) Agama ibu dan suami
Untuk memngatahui agama yang dianut ibu nifas dengan ASI
tidak lancar dan suami, agar lebih mudah dalam melakukan
pendekatan.
d) Suku ibu dan suami
Untuk mengetahui adat atau tempat asal dari ibu nifas dengan
ASI tidak lancar dan suami.
e) Pendidikan ibu dan suami
Untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu nifas dengan ASI
tidak lancar dan suami sebagai dasar dasar pemberian KIE.
f) Pekerjaan ibu dan suami
Untuk mengetahui bagaimana taraf hidup dan social ekonomi
ibu nifas dengan ASI tidak lancar dan suami, agar nasehat yang
diberikan sesuai.
g) Alamat ibu dan suami
Untuk mengetahui alamat daerah ibu nifas dengan ASI tidak
lancar dan suami, sehingga memudahkan dalam berkomunikasi.
2) Anamesa

57

a) Keluhan Utama
Ibu nifas hari ke x mengatakan bahwa produksi ASInya tidak
lancar.
b) Riwayat Kesehatan
(1) Riwayat kesehatan sekarang
Apakah klien sekarang menderita penyait yang menular dan
menurun seperti jantung, hypertensi, DM, asma dll.
(2) Riwayat kesehatan yang lalu
Apakah klien pernah menderita penyait yang menular dan
menurun seperti jantung, hypertensi, DM, asma dll.
(3) Riwayat kesehatan kelurga
Apakah ada keluarga yang menderita penyakit menurun atau
menular seperti jantung, hypertensi, DM, asma ,dll.
c) Riwayat kebidanan
(1) Riwayat haid
Kapan

klien

menarce,amenorhoe,

siklus,

lamaanya,

banyakknya, gangguan haid, HPHT.


(2) Riwayat persalinan sekarang
Ibu mengatakan pada persalinan sekarang ini mengalami
(3) Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalau.
Riwayat kehamilan yang lalu melahirkan dimana ditolong
oleh siapa dengan usia kehamilan berapa minggu, persalinan
terakhir mengalaami perdarahan, melahirkan spontan, SC,
VE, pernah abortus atau tidak, nifas mengalami penyulit atau
tidak.

(4) Riwayat KB

58

Alat kontrasepsi apa yang pernah digunakan, lamanya, dan


alasan mengapa klien menggunakan alat kontrasepsi tersebut
serta keluhannya.
d) Pola kebiasaan sehari hari
(1) Pola istirahat
Ada atau tidak gangguan, berapa jam waktu istirahat, dan
kapan.
(2) Pola aktivitas
Aktivitas yang

dilakukan sehari hari, olahrga yang

dilakukan ada tidaknya yang dirasakan ibu sehubungan


dengan aktivitas yang dilakukan.
(3) Pola eliminasi
Ada gangguan atau tidak dan bagaimana cara mengatasinya.
(4) Pola nutrisi
Pola menu makanan yang di konsumsi tidak sesuai dengan
gizi seimbang dan pola makan ibu tidak teratur.Pola minum
ibu kurang dari 3 liter per hari.
(5) Pola kebersihan
Mandi berapa kali, frekuensi gosok gigi dan berapa kali ganti
baju.
(6) Pola seksual
Ada gangguan atu tidak
e) Riwayat psikososial
(1) Psikologi

59

Bagaimana dukungan dari suami dan keluarga.Perasaan


cemas, sedih, lelah dapat menurunkan volume produksi ASI.
(2) Social
Bagaimana hubungan ibu dengan masyarakat.
(3) Riwayat spiritual
Agama apa yang dianut klien agar kita lebih mudah
melakukan pendekatan.
b. Data Obyektif
1) Pemeriksaan umum meliputi :
Keadaan umum : untuk mengetahui keadaan secara keseluruhan
Kesadarannya : untuk mengetahui kesadaran
TTV
: TD
: 110/70-120/80 mmHg
Nadi
: 80-100x/menit
Pernafasan : 16-24 x/ menit
Suhu
: 36.5-37.5C
2) Pemeriksaan fisik
a) Inspeksi
Kepala

: Rambut lurus, tidak rontok, bersih

Muka

: Tidak oedem, tidak pucat

Mata

: Konjugtiva tidak pucat,sklera putih.

Telinga

: Simetris, bersih, tidak ada secret.

Mulut

: Tidak stomatitis, tidak caries.

Leher

: Tidak

ada

pembesaran

kelenjar

tiroid,

pembesaran/ bendungan vena jugularis tidak ada.


Payudara

: Bentuk simetris, pembesaran normal, benjolan


abnormal

tidak

ada,

keadaan

puting

susu

menonjol, hiperpigmentasi, areola besar, warna


kulit tidak ada kemerahan.
Abdomen

: Bentuk simetris, terdapat linea nigra/striae


gravidarum, luka bekas operasi tidak ada.

60

Geretalia

: Terdapat

lochea

rubra

biasanya

terjadi

1-4

(merah

hari

kehitaman)

pertama,

lochea

sanguinolenta (putih bercampus merah) terjadi 47 hari, lochea serosa (kekuningan) terjadi 7-14
hari, lochea alba (putih) terjadi >14 hari,
ada/tidak, terdapat luka ruptur perineum.
b) Palpasi
Payudara

: ASI keluar sedikit, nyeri tekan tidak ada,

Abdomen

benjolan abnormal tidak ada.


: Pada akhir persalinan, TFU setinggi pusat
beratnya 1000 gram, 7 hari (1 minggu), TFU
pusat simpisis beratnya 500 gram, 14 hari, TFU
tidak teraba beratnya 350 gram, 42 hari, TFU
sebesar hamil 2 minggu beratnya 50 gram, 56

Geretalia
c) Auskultrasi
Dada
d) Perkusi

hari, TFU normal beratnya 30 gram.


: Apakah ada nyeri tekan/tidak.
: Tidak terdapat bunyi whezing atau ronchi.

Refleks patela : Positif/negatif.

2.4.1.2 Perumusan diagnosa dan atau masalah kebidanan


Mengidentifikasi diagnosa data subyektif, data obyektif
kemudian masalah dan kebutuhan saat itu.
Diagnosa

: Ny X

dengan ASI tidak lancar (beserta

penyebabnya)
Masalah

: Produksi ASI tidak lancar.

61

Kebutuhan

: a) Gizi pada masa laktasi.


b) Perawatan Payudara
c) Teknik menyusui yang benar

2.4.1.3 Perencanaan
Merencanakan asuhan yang menyeluruh dengan rasional.
Diagnosa

: Ny X

dengan ASI tidak lancar (beserta

Tujuan

penyebabnya).
: setelah diberikan asuhan kebidanan dalam 1 x 2 jam
selama 10 hari, diharapkan ASI tidak lancar pada ibu
nifas ini dapat teratasi, sehingga kebutuhan nutrisi
bayi terpenuhi.

Kriteria Hasil

Keadaan umum : Baik


Kesadaran

: Kompos mentis

TTV

: Tekanan darah

: 110/80 130/90 MmHg

Suhu

: 36,5 37,5 0C

Pernafasan

: 16 24 x/menit

Nadi

: 80 100 x/menit

Lochea

: sesuai hari nifas

TFU

: normal

Kontraksi

: baik

Produksi ASI lancar


Bayi menyusui lebih dari 8x kali perhari
Bayi tidak rewel

62

Bayi tidur nyenyak


Berat badan bayi naik 170 200 gram per minggu

Intervensi :
1) Lakukan pendekatan pada pasien dan keluarga.
R/ agar terjalin hubungan baik antara petugas kesehatan dengan klien.
2) Observasi tanda-tanda vital dan keadaan umum Ibu.
R/ mengetahui keadaan ibu dan perkembangan ibu.
3) Berikan penjelasan pada keluarga pasien tentang hasil pemeriksaan.
R/ dengan di berikan penjelasan pada keluarga, maka keluarga akan
mengerti tentang keadaan ibu saat ini.
4) Berikan penjelasan pada ibu tentang perawatan payudara.
R/ untuk pencegahan terjadinya masalah menyusui lebih lanjut.
5) Berikan penjelasan tentang teknik menyusui yang benar
R/ agar produksi ASI lancar dan kebutuhan bayi terpenuhi
6) Jelaskan pada ibu untuk tetap memberikan ASI sesuai dengan
keinginan bayi dan jelaskan pada ibu untuk ke dua payudara di
susukan secara bergantian.
R/ Isapan bayi dapat merangsang produksi ASI.
7) Jelaskan pada ibu untuk menyusui secara eksklusif
R/ ASI mengandung anti bodi, yang mencegah bayi dari berbagai
penyakit.
8) Jelaskan pada ibu untuk istirahat yang cukup.
R/ Istirahat dapat mempengaruhi produksi ASI.
9) Berikan nutrisi yang mengandung laktogogum yaitu zat gizi yang
dapat meningkatkan dan melancarkan produksi ASI yaitu pemberian
sayur oseng-oseng kecap jantung pisang.
R/ agar produksi ASI lancar.
2.4.1.4 Penatalaksanaan
No

Hari/Tanggal/Jam

Tindakan

TTD

63

1.

1. Melakukan

pendekatan

personal kepada keluarga


pasien.
Menyapa keluarga pasien
dengan sopan, ramah dan
selalu menjadi pendengar
2.

yang baik.
2. Mengobservasi tanda-tanda
vital dan keadaan umum
Ibu.
TD : 110/80 130/90
MmHg
Suhu : 36,5 37,5 0C
Pernafasan : 16 - 24

3.

x/menit
Nadi :80 100 x/menit
3. Memberitahukan
kepada
keluarga

pasien

tentang

hasil pemeriksaan
Ibu
masih

perlu

pemantauan
4.

hingga

kondisinya stabil
4. Menjelasan pada
tentang

ibu

perawatan

payudara yang benar, agar


produksi ASI lancar.
Menjaga
payudara
agar tetap bersih dan

64

kering,

terutama

bagian puting susu.


Menggunakan
BH
yang

menyokong

payudara.
Apabila puting susu
lecet,

oleskan

kolostrum

atau ASI

yang keluar di sekitar


puting

setiap

kali

selesai

menyusui.

Menyusui

tetap

di

mulai dari puting susu


5.

yang tidak lecet.


5. Berikan
penjelasan
tentang teknik menyusui
yang benar
Posisi muka
menghadap

bayi
ke

payudara ibu ( chin to


breast ), perut /dada
bayi menempel perut /
dada ibu ( chest to

chest ).
Seluruh

badan

bayi

65

menghadap
hingga

ke

ibu

telinga

bayi

membentuk garis lurus


dengan

lengan

dan leher bayi.


Seluruh
punggung
bayi

tersanggah

dengan baik.
Ada
kontak

dengan ibu.
Pegang kepala bahu,

jangan kepala bayi.


Kepala
terletak
dilengan

6.

bayi

bayi

bukan

daerah siku.
6. Menjelaskan pada

di
ibu

agar tidak cemas karena

ASInya tidak lancar


Perasaan cemas
dapat

ibu

menyebabkan

produksi ASI semakin


sedikit

dan

menjadi

ASI tidak lancar, serta


menjelaskan pada ibu
bahwa ASI tidak lancar
pada hari pertama masa

66

nifas adalah hal yang


wajar

karena

masih

berupa kolostrum dan


biasanya terjadi pada
hari pertana sampai ke
7.

tiga masa nifas.


7. Menjelaskan pada

ibu

untuk tetap memberikan


ASI

sesuai

keinginan

dengan

bayi

Menjelaskan

dan

pada

ibu

untuk ke dua payudara di


susukan

secara

bergantian.
Karena isapan
dapat
8.

bayi

mempengaruhi

produksi ASI.
8. Menjelaskan pada
untuk

menyusui

ibu

secara

eksklusif.
ASI mengandung anti
bodi, yang mencegah
bayi
9.

dari

penyakit
9. Menjelaskan
untuk

berbagai
pada

istirahat

ibu
yang

67

cukup.
Istirahat yang cukup
dapat
10.

memperlancar

produksi ASI.
10. Memberikan nutrisi yang
mengandung laktogogum
yaitu zat gizi yang dapat
meningkatkan

dan

melancarkan

produksi

ASI.
Mengkonsumsi
makanan

yang

mengandung

banyak

laktogogum yaitu zat


gizi

yang

meningkatkan

dapat
dan

melancarkan produksi
ASI, seperti jantung
pisang

batu/klutuk

selama kurang lebih 7


hari dengan cara di
jadikan

oseng-oseng

kecap jantung pisang


sebanyak
per

200

hari,

gram
pada

68

observasi

yang

pertama

dilakukan

pada awal tatap muka


dengan

pasien,

memberikan konseling
dan

melakukan

pemeriksaan payudara,
setelah itu dilanjutkan
pengobservasian setiap
harinya dan evaluasi
keadaan

apakah

produksi ASI sudah


lancar

atau

setelah

mengevaluasi

jika

belum,

produksi

ASI

belum lancar lanjutkan


pengobservasian
sampai hari ke 14.
2.4.1.5 Evaluasi
Dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan
1)
Ibu dan keluarga bersifat kooperatif.
2)
Ibu bersedia untuk di periksa.
3)
Ibu dan keluarga mengerti dengan hasil pemeriksaan.
4)
Ibu mengerti tentang perawatan payudara.
5)
Ibu mengerti dan bersedia melakukannya.
6)
Ibu mengerti dan berusaha untuk bersifat tenang.
7)
Ibu mengerti dan bersedia melakukannya.

69

8)
9)
10)

Ibu mengerti dan bersedia melakukannya.


Ibu mengerti dan bersedia melakukannya.
Ibu bersedia untuk mengonsumsinya.

2.4.1.6 Pencatatan Asuhan Kebidanan


Untuk catatan asuhan kebidanan menggunakan dokumentasi SOAP
di lakukan pada hari ke tujuh.
Tanggal : ....

Jam : ...

S : Ibu mengatakan ASInya sudah keluar dengan lancar.


O : Keadaan umum : Baik
Kesadaran
TTV

Payudara

: Compos mestis
: TD : 120/80 mmHg
N : 80x/menit
S : 36,5 derajat C
RR : 20x/menit
: Bentuk simetris, pembesaran normal, benjolan
abnormal tidak ada, keadaan puting susu menonjol,
hiperpigmentasi, areola besar, warna kulit tidak ada
kemerahan, ASI sudah keluar banyak.

A : Ny X P..A.. nifas hari ke 7 dengan produksi ASI lancar.


P : 1. Jelaskan pada ibu untuk tetap menyusui bayinya, Menjelaskan pada
ibu untuk tetap menyusui bayinya, ibu paham dan bersedia
melakukannya.
2. Jelaskan pada ibu untuk tetap memberikan ASI eksklusif,
Menjelaskan pada ibu untuk tetap memberikan ASI eksklusif, ibu
paham dan bersedia melakukannya.

70

3. Jelaskan pada ibu untuk tetap melakukan perawatan payudara,


Menjelaskan pada ibu untuk tetap melakukan perawatan
payudara, ibu paham dan bersedia melakukannya.
4. Jelaskan pada ibu tentang pola nutrisi yang tepat bagi ibu nifas,
Menjelaskan pada ibu tentang pola nutrisi yang tepat bagi ibu

nifas, ibu paham dan bersedia melakukannya.


Jelaskan pada ibu cara atau resep dalam membuat sayur bening
jantung pisang dan gulai jantung pisang, Menjelaskan pada ibu
cara atau resep dalam membuat sayur bening jantung pisang dan
gulai jantung pisang, ibu paham dan bersedia melakukannya.

71

2.4.2 Landasan Hukum Kewenangan Bidan


2.4.2.1 Peraturan - Peraturan Bidan
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
NOMER 1464/MENKES/PER/X/2010
BAB III
PENYELENGGARAAN PRAKTIK
Pasal 9
Bidan dalam mejalankan praktik berwenang untuk memberikan
Pelayanan yang meliputi : (a) Pelayanan kesehatan ibu

Pasal 10
1. Pelayanan kesehatan ibu sebagaimana dimaksud dalam pasal 9 huruf a
diberikan pada masa pra hamil, kehamilan, masa persalinan, masa
nifas, masa menyusui dan masa antara dua kehamilan.
2. Pelayanan kesehatan ibu sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
meliputi:
a.Pelayanan konseling pada masa pra hamil.
b. Pelayanan antenatal pada kehamilan normal.
c.Pelayanan persalinan normal.
d. Pelayanan ibu nifas normal
e.Pelayanan ibu menyusui
f. Pelayanan konseling pada masa antara dua kehamilan
3. Bidan dalam memberikan pelayanan sebagaimana dimaksud pada ayat
2 berwenang untuk :
a.Episiotomi
b. Penjahitan luka jalan lahir tingkat I dan II
c.Penanganan kegawat-daruratan, dlanjutkan dengan perujukan
d. Pemberian tablet Fe pada ibu hamil
e.Pemberian Vit A dosis tinggi pada ibu nifas
f. Bimbingan inisiasi menyusui dini dan promosi ASI ekslusif

72

g.Pemberian uterotonika pada manajemen aktif kala tiga dan


postpartum
h. Penyuluhan dan konseling
i. Bimbingan pada kelompok ibu hamil
j. Pemberian surat keterangan kematian
k. Pemberian surat keterangan cuti bersalin

2.4.2.2 Standar Asuhan Kebidanan


KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN RI
NO. 938/MENKES/SK/VIII/2007 TENTANG STANDAR ASUHAN
KEBIDANAN
Standart asuhan kebidanan adalah acuan dalam proses pengambilan
keputusan dan tindakan yang dilakukan oleh bidan sesuai oleh wewenang
dan ruang lingkup praktiknya berdasarkan ilmu dan kiat kebidanan.
Evaluasi dan pencatatan asuhan kebidanan.
STANDAR I : Pengkajian
A. Pernyataan standar
Bidan mengumpulkan semua informasi yang akurat, relevan dan
lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien.
B. Kriteria pengkajian
1. Data tepat, akurat dan lengkap
2. Terdiri dari Data Subyektif (hasil Anamnesa; biodata, keluhan
utama, riwayat obstetri, riwayat kesehatan dan latar belakang
3.

sosial budaya)
Data Obyektif (hasil pemeriksaan fisik,psikologi dan pemeriksaan
penunjang)

STANDAR II : Perumusan Diagnosa dan Masalah Kebidanan

73

A. Pernyataan standar
Bidan menganalisa

data

yang

diperoleh

dapa

pengkajian,

menginterpretasikannya sacara akurat dan logis untuk menegakan


diagnosa dan masalah kebidanan yang tepat.
B. Kriteria Perumusan diagnosa dan atau Masalah
1. Diagnosa sesuai dengan nomenklatur kebidanan
2. Masalah dirumuskan sesuai dengan kondisi klien
3. Dapat diselesaikan dengan Asuhan Kebidanan secara mandiri,
kolaborasi, dan rujukan.
STANDAR III : Perencanaan
A. Pernyataan Standar
Bidan merencanakan asuhan kebidanan berdasarkan diagnosa dan
masalah yang ditegakkan.
B. Kriteria Perencanaan
1. Rencana tindakan disusun berdasarkan prioritas masalah dan
kondisi klien; tindakan segera, tindakan antisipasi dan asuhan
secara komprehensif.
2. Melibatkan klien / pasien dan keluarga.
3. Mempertimbangkan
kondisi
psikologi,

sosial

budaya

klien/keluarga.
4. Memilih tindakan yang aman sesuai kondisi dan kebutuhan klien
berdasarkan evidence besed dan memastikan bahwa asuhan yang
diberikan bermanfaat untuk klien.
5. Mempertimbangkan kebijakan dan peraturan yang berlaku
sumberdaya serta fasilitas yang ada.
STANDAR IV : Implementasi
A. Pernyataan standar
Bidan melaksanakan rencana asuhan kebidan secara komprehensif,
efektif, efisien dan aman berdasarkan evidene based kepada

74

klien/klien, dalam bentuk upaya promotif, preventif, kuratif dan


rehabilitatif dilaksanakan secara mandiri, kolaborasi dan rujukan.
B. Kriteria
1. Memperhatikan keunikan klien sebagai makhluk bio-psiko2.

spiritual-kultural
Setiap tindakan asuhan harus mendapatkan persetujuan dari klien

3.
4.
5.
6.
7.
8.

dan keluarganya (infrom consent)


Melaksanakan tindakan asuhan berdasarkan evidence based
Melibatkan klien/pasien dalam setiap tindakan
Menjaga privacy klien/pasien
Melaksanakan prinsip pecegahan infeksi
Mengikuti perkembangan kondisi klien secara berkesinambungan
Menggunakan sumberdaya, sarana dan fasilitas yang ada dan

sesuai
9. Melakukan tindakan sesuai standar
10. Mencatat semua tindakan yang telah dilakukan.
STANDAR V : Evaluasi
A. Peryataan standar
Bidan melakukan evaluasi secara sistimatis dan berkesinambungan
untuk melihat keefektifan dari asuhan yang diberikan, sesuai dengan
perubahan perkembangan kondisi klien.
B. Kriteria Evaluasi
1. Penilaian dilakukan segera setelah selesai melaksanakan asuhan
sesuai kondisi klien
2. Hasil evaluasi segara dicatat dan dikomunikasikan pada klien
dan/keluarga
3. Evaluasi dilakukan sesuai dengan standar
4. Hasil evaluasi ditindak lanjuti sesuai dengan kondisi klien/pasien.
STANDAR VI : Pencatatan Asuhan Kebidanan
A. Pernyataan standar

75

Bidan melakukan pencatatan secara lengkap, akurat, singkat dan jelas


mengenai keadaan/kejadian yang ditemukan dan dilakukan dalam
memberikan asuhan kebidanan.
B. Kriteria pencatatan Asuhan Kebidanan
1. Pencatatan dilakukan segera setelah melaksanakan asuhan pada
formulir yang tersedia (Rekam medis/KMS/Status pasien/buku
2.
3.
4.
5.
6.

KIA)
Ditulis dalam bentuk catatn perkembangan SOAP
S adalah Subjektif, mencatat hasil anamnesa
O adalah Objektif, mencatat hasil pemeriksaan
A adalah Analisa, mencatat diagnosa dan masalah kebidanan
P adalah Penatalaksanaan, mencatat seluruh perencanaan dan
penatalaksanaan yang sudah dilakukan seperti tindakan antisipatif,
tindakan segera, tindakan secara komprehensif; penyuluhan,
dukungan, kolaborasi, evaluasi/follow up dan rujukan.

BAB III
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEBIDANANA PADA IBU NIFAS DENGAN ASI TIDAK
LANCAR DI POLINDES DESA MLARAS KEC. SUMOBITO
KAB. JOMBANG

Tanggal pengkajian : 31 03 2015


Pukul

: 09.00 WIB

3.1 Pengkajian Data


3.1.1 Data Subyektif
1) Biodata
Nama
: Ny S
Nama suami : TnM
Umur
: 17 tahun
Umur
: 19 tahun
Agama
: Islam
Agama
: Islam
Suku
: Jawa
Suku
: Jawa
Pendidikan
: SMP
Pendidikan : SMA
Pekerjaan
:Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat
: Dsn.Gandu
Alamat
: Dsn.Gandu
2) Anamesa
a) Keluhan utama
Ibu nifas hari pertama mengatakan bahwa produksi ASInya tidak
lancar.
b) Riwayat kesehatan
(1) Riwayat kesehatan sekarang
Ibu mengatakan sekarang tidak menderita penyakit yang menular
seperti TBC, HIV, penyakit menurun seperti darah tinggi, kencing
manis, asma, dan Penyakit menahun seperti jantung.
(2) Riwayat kesehatan yang lalu
Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit yang menular
seperti TBC, HIV, penyakit menurun seperti darah tinggi, kencing
manis, asma, dan Penyakit menahun seperti jantung.

76

77

(3) Riwayat kesehatan keluarga


Ibu mengatakan dalam keluarganya tidak pernah menderita
penyakit yang menular seperti TBC, HIV, penyakit menurun
seperti darah tinggi, kencing manis, asma, dan Penyakit menahun
seperti jantung.
c) Riwayat kebidanan
(1) Riwayat haid
Menarche
: 12 tahun
Siklus
: 28 hari
Lama
: 7 9 hari
Banyak
: ganti pembalut 4x/hari
Warna
: Merah segar
Disminorche : Tidak
Flour albus
: Kadang-kadang, sebelum dan sesudah menstruasi
HPHT
: 22 06 2014
(2) Riwayat persalinan sekarang
Ibu mengatakan mules, mulai sering kenceng-kenceng dan
mengeluarkan lendir bercampur darah pada tanggal 30-03-2015
pukul 05.00 wib, keluarga membawanya ke bidan pukul 05.30
wib. Kemudian diobservasi dengan hasil TD : 120/70 mmHg, N :
80x/menit, Suhu : 36.50C, VT : 4cm. Dengan his yang adekuat,
ditambah dengan kekuatan ibu mengejan, sehingga bayi lahir
pukul 11.30 wib dengan spontan, bayi langsung menangis, jenis
kelamin laki-laki dengan BBL : 3800 gr, PB : 49 cm, APGAR
skor : 8-9, IMD di lakukan, perdarahan kurang lebih 150 cc,
plasenta lahir pukul 11.45 wib perdarahan 300 cc.
(3) Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu

78

BB /
N

Tahun

Tempat

Jenis
Uk

Partus

Persalinan

J
Penolong

Persalinan

TB

K
B

K
Lahir

1.

d) Pola kebiasaan sehari-hari


(1) Pola istirahat
Saat hamil

: Tidur siang 2 jam 12.30-15.00 wib


Tidur malam 7 jam 21.00-04.00 wib

Saat ini

: Tidur siang 1 jam 13.00-14.30 wib


Tidur malam 6 jam 22.00-04.00 wib

(2) Pola aktivitas


Saat hamil :ibu tidak bekerja, hanya dirumah mengerjakan
pekerjaan rumah sehari-hari, seperti mencuci
piring, menyapu, dll.
Saat ini

: dirumah ibu masih melakukan mobilisasi bertahap

(3) Pola eliminasi


Saat hamil

: BAK 5-6x/hari, warna kuning jernih, bau khas.


BAB 1x/hari konsistensi lunak, warna kuning, bau
khas, tidak ada keluhan.

Saat ini

: BAK 3x/ hari, disaat mandi pagi, siang, sore.


BAB saat di lakukan pengkajian ibu belum BAB.

(4) Pola nutrisi

79

Saat hamil : Makan 3x/hari , porsi 1 piring dengan nasi, lauk, dan
sayur (disub,tumis dll).Minum 5-7 gelas/ hari (air
putih, teh, kadang susu)
Saat ini

: dirumah klien makan 3x, 1 piring sedang nasi, lauk,


ikan, sayur (bening, oseng-oseng).Minum 8-10
gelas/hari (air putih).

(5) Pola kebersihan


Saat hamil

: mandi 2x/hari, gosok gigi 2x/hari, keramas


3x/minggu, ganti baju 2x/hari.

Saat ini

: di rumah, mandi 2x/hari, gosok gigi 2x/hari,


keramas 1x/hari, ganti pembalut 4x/hari, ganti
baju 3x/hari, saat dilakukan pengkajian.

(6) Pola seksual


Saat hamil

: ibu mengatakan jarang melakukan hubungan


selama hamil karena takut.

Saat ini

: ibu tidak melakukan hubungan intim sampai


darah berhenti.

e) Riwayat Psikososial
(1) Psikososial
Pasien mendapatkan dukungan dari suami beserta anggota
keluarganya dengan baik, dan senang menerima kehadiran
bayinya, tetapi pasien merasa cemas karena produksi ASInya
tidak lancar.
(2) Sosial

80

Hubungan pasien dengan suami dan keluarga baik, semua


keluarga senang menerima anggota keluarga baru.
(3) Riwayat spiritual
Klien menganut agama islam, dalam keluarga ada syukuran bayi
baru lahir dan ada juga syukuran 7 hari dan 36 hari setelah
melahirkan.

81

3.1.2 Data Obyektif


1) Pemeriksaan Umum
Keadaan umum

: Baik

Kesadarannya

: Compos mentis

TTV

: TD
Nadi

: 120/80 mmHg
: 80x/menit

Pernafasan : 20 x/ menit
Suhu

: 36.5C

2) Pemeriksaan Fisik
a) Inspeksi
Kepala

: Rambut lurus, tidak rontok, bersih

Muka

: Tidak oedem, tidak pucat

Mata

: Konjugtiva tidak pucat,sklera putih.

Telinga

: Simetris, bersih, tidak ada secret.

Mulut

: Tidak stomatitis, tidak caries.

Leher

: Tidak

ada

pembesaran

kelenjar

tiroid,

pembesaran/ bendungan vena jugularis tidak ada.


Payudara

: Bentuk simetris, pembesaran normal, benjolan


abnormal

tidak

ada,

keadaan

puting

susu

menonjol, hiperpigmentasi, areola besar, warna


kulit tidak ada kemerahan.
Abdomen

: Bentuk simetris, terdapat linea nigra/striae


gravidarum, luka bekas operasi tidak ada.

82

Geretalia

: Terdapat

lochea

rubra

(merah

kehitaman),

terdapat luka ruptur perineum, luka jahitan masih


basah.
b) Palpasi
Payudara

: kolostrum sudah keluar , nyeri tekan tidak ada,

Abdomen

benjolan abnormal tidak ada.


: TFU 2 jari dibawah pusat , kontraksi uterus baik,
fundus uteri teraba keras

c) Auskultrasi
Dada
d) Perkusi
Refleks patela

: Tidak terdapat bunyi whezing atau ronchi.


: Tidak di lakukan.

3.2 Perumusan diagnosa dan atau masalah kebidanan


Dx

: Ny S P10001 post partum hari pertama dengan


ASI tidak lancar

Mx

: Ibu cemas dengan keadaanya.

Kebutuhan

: a) Gizi pada masa laktasi.


d) Perawatan Payudara
e) Teknik menyusui yang benar
f) Konseling psikologis pada masa laktasi

83

3.3 Perencanaan
Dx

: Ny S P10001 post partum hari pertama dengan

Tujuan

ASI tidak lancar


: setelah diberikan asuhan kebidanan dalam 1 x 2 jam
selama 14 hari, diharapkan ASI tidak lancar pada
ibu nifas ini dapat teratasi, sehingga kebutuhan
nutrisi bayi terpenuhi.

Kriteria Hasil

Keadaan umum

: Baik

Kesadaran

: Compos mentis

TTV

: Tekanan darah

: 110/80 130/90 MmHg

Suhu

: 36,5 37,5 0C

Pernafasan

: 16 24 x/menit

Nadi

: 80 100 x/menit

Lochea

: sesuai hari nifas

TFU

: normal

Kontraksi

: baik

Produksi ASI lancar


Bayi menyusui lebih dari 8x kali perhari
Bayi tidak rewel
Bayi tidur nyenyak
Berat badan bayi naik 170 200 gram per minggu

Intervensi :

84

1) Lakukan pendekatan pada pasien dan keluarga.


R/ agar terjalin hubungan baik antara petugas kesehatan dengan klien.
2) Observasi tanda-tanda vital dan keadaan umum Ibu.
R/ mengetahui keadaan ibu dan perkembangan ibu.
3) Berikan penjelasan pada keluarga pasien tentang hasil pemeriksaan.
R/ dengan di berikan penjelasan pada keluarga, maka keluarga akan
mengerti tentang keadaan ibu saat ini.
4) Berikan penjelasan pada ibu tentang perawatan payudara.
R/ untuk pencegahan terjadinya masalah menyusui lebih lanjut.
5) Berikan penjelasan tentang teknik menyusui yang benar
R/ agar produksi ASI lancar dan kebutuhan bayi terpenuhi
6) Jelaskan pada ibu agar tidak cemas karena ASInya tidak lancar
R/ Perasaan cemas ibu dapat menyebabkan produksi ASI tidak lancar.
7) Jelaskan pada ibu untuk tetap memberikan ASI sesuai dengan
keinginan bayi dan jelaskan pada ibu untuk ke dua payudara di
susukan secara bergantian.
R/ Isapan bayi dapat merangsang produksi ASI.
8) Jelaskan pada ibu untuk menyusui secara eksklusif
R/ ASI mengandung anti bodi, yang mencegah bayi dari berbagai
penyakit.
9) Jelaskan pada ibu untuk istirahat yang cukup.
R/ Istirahat dapat mempengaruhi produksi ASI.
10) Berikan nutrisi yang mengandung laktogogum yaitu zat gizi yang
dapat meningkatkan dan melancarkan produksi ASI.
R/ agar produksi ASI lancar.
11) Berikan Vitamin A (200.000 IU) dan tablet FE (60 mg besi elemental
dan 0,25 asam folat).
R/ Meningkatkan kandungan Vitamin A pada ASI dan untuk
menambah sel darah merah (HB) untuk mencegah terjadinya
anemia setelah melahirkan.
3.4 Implementasi
NO Hari/Tanggal/Jam
1.
Selasa
31 05 2015
09.00 WIB

Tindakan
1. Melakukan

TTD
pendekatan

personal kepada keluarga

85

pasien.
Menyapa keluarga pasien
dengan sopan, ramah dan
selalu menjadi pendengar
2.

09.10 WIB

yang baik.
2. Mengobservasi

tanda-

tanda vital dan keadaan


umum Ibu.
TD : 120/80 MmHg
Suhu : 36,5 0C
Pernafasan : 20 x/menit
Nadi :80 x/menit
TFU
: 2 Jari di
bawah pusat.
Kontraksi uterus : Baik
(keras).
Lochea

Rubra (merah segar).


Luka perineum
: luka
masih basah, perineum
3.

09.25 WIB

menutup.
3. Memberitahukan

kepada

keluarga pasien tentang


hasil pemeriksaan
Ibu
masih
pemantauan
4.

09.35 WIB

hingga

kondisinya stabil
4. Menjelasan
pada
tentang

perlu

ibu

merawatan

86

payudara yang benar, agar


produksi ASI lancar.
Menjaga payudara agar
tetap bersih dan kering,
terutama bagian puting
susu.
Menggunakan BH yang
menyokong payudara.
Apabila puting susu
lecet, oleskan kolostrum
yang keluar di sekitar
puting setiap kali selesai
menyusui.

Menyusui

tetap di mulai dari puting


5.

10.00 WIB

susu yang tidak lecet.


5. Berikan penjelasan tentang
teknik
benar
Posisi

menyusui
muka

yang
bayi

menghadap ke payudara
ibu ( chin to breast ),
perut

/dada

bayi

menempel perut / dada


ibu ( chest to chest ).
Seluruh
badan
bayi
menghadap

ke

ibu

87

hingga

telinga

bayi

membentuk garis lurus


dengan lengan bayi dan
leher bayi.
Seluruh punggung bayi
tersanggah dengan baik.
Ada kontak bayi dengan
ibu.
Pegang

kepala

bahu,

jangan kepala bayi.


Kepala terletak dilengan
6.

10.15 WIB

bukan di daerah siku.


6. Menjelaskan pada ibu agar
tidak

cemas

karena

ASInya tidak lancar


Perasaan cemas ibu dapat
menyebabkan

produksi

ASI semakin sedikit dan


menjadi ASI tidak lancar,
serta menjelaskan pada
ibu bahwa ASI tidak
lancar pada hari pertama
masa nifas adalah hal
yang wajar karena masih
berupa

kolostrum

dan

biasanya terjadi pada hari

88

pertana sampai ke tiga


masa nifas.

89

7.

10.25 WIB

7. Menjelaskan

pada

ibu

untuk tetap memberikan


ASI

sesuai

keinginan

dengan

bayi

Menjelaskan

dan

pada

ibu

untuk ke dua payudara di


susukan secara bergantian.
Saat bayi menghisap
putting susu ibu akan
merangsang

otak

untuk

ibu

melepaskan

hormone
hisapan

prolaktin,
bayi

akan

membuat kadar prolaktin


dalam darah meningkat
dan
8.

10.35 WIB

menstimulus

produksi ASI.
8. Menjelaskan pada
untuk

menyusui

ibu
secara

eksklusif.
ASI mengandung

9.

10.45WIB

anti

bodi,

yang

mencegah

bayi

dari

berbagai

penyakit
9. Menjelaskan

pada

ibu

90

untuk

istirahat

yang

yang

cukup

cukup.
Istirahat
dapat

menunjang

memperlancar
10.

11.00 WIB

produksi

ASI.
10. Memberikan nutrisi yang
mengandung laktogogum
yaitu zat gizi yang dapat
meningkatkan

dan

melancarkan produksi ASI


(Jurnal,2012).
memberikan tumis kecap
jantung

pisang

batu

(pengobservasian

pada

hari ke 7 dan evaluasi


keadaan
lancar

ASI
atau

setelah

sudah
belum,

mengevaluasi

jika ASI belum lancar


lanjutkan
pengobservasian

dan

pemberian tumis kecap


jantung pisang sampai
hari ke 14.

91

11.

11.10 WIB

11.Memberikan Vitamin A
(200.000 IU) dan tablet FE
(60 mg besi elemental dan
0,25 asam folat).
Manfaat dari vitamin A
adalah

meningkatkan

kandungan

vitamin

dalam ASI, bayi lebih


kebal

dan

terserang

jarang

infeksi,

dan

kesehatan ibu cepat pulih


setelah

melahirkan.

Manfaat dari tablet FE


adalah

meningkatkan

sirkulasi

darah,

menambah
merah

(HB)

mencegah
anemia
melahirkan.
3.5 Evaluasi
1) Ibu dan keluarga bersifat kooperatif.
2) Ibu bersedia untuk di periksa.

sel

serta
darah
untuk

terjadinya
setelah

92

3) Hasil pemeriksaan dalam batas normal, ibu dan keluarga mengerti


dengan hasil pemeriksaan
4) Ibu mengerti tentang cara

perawatan

payudara

dan

sudah

melakukannya.
5) Ibu mengerti tentang teknik menyusui yang benar dan sudah
melakukannya.
6) Ibu mengerti dan berusaha untuk bersifat tenang agar produksi ASInya
menjadi lancar.
7) Ibu mengerti akan menyusui bayinya sesuai keinginan bayi dan
menyusui dengan payudara yang bergantian.
8) Ibu mengerti akan menyusui secara eksklusif dan akan di lanjutkan
sampa usia anak 2 tahun.
9) Ibu mengerti dan bersedia untuk istirahat.
10) Ibu bersedia untuk mengonsumsi jantung pisang batu/klutuk.
11) Ibu mengerti tentang manfaat dari Vit.A dan tablet FE dan sudah
meminum Vit.A dan tablet FE.
3.6 Pencatatan asuhan kebidanan
Hari ke 2
Tanggal : 01 04 2015

Jam : 09.00 WIB

S : Ibu mengatakan mengatakan ASInya masih tidak lancar dan bayinya


rewel.
O : Keadaan umum : Baik.
Kesadaran

: Compos mentis

TTV

: TD : 110/70 mmHg.
N : 84 x/menit.
S : 36,5 0C.
RR : 20 x/menit.

93

TFU

: 2 jari bawah pusat.

Kontraksi

: keras (baik).

Payudara

Bentuk

simetris,

pembesaran

normal,

benjolan

abnormal tidak ada, keadaan puting susu menonjol,


hiperpigmentasi, areola besar, warna kulit tidak ada
kemerahan, kolostrum sudah keluar biloa di palpasi.
Genetalia

: Terdapat lochea rubra, jahitan terlihat lembab.

A : Ny S P10001 post partum hari ke dua dengan ASI tidak lancar.


P:
1) Lakukan observasi TTV, TFU, UC,Lochea, melanjutkan observasi
TTV, TFU, UC, Lochea, melakukan observasi TTV TFU,
UC,Lochea dengan hasil TD : 110/70 mmHg, N : 84 x/menit, S :
36,5 0C, RR

: 20 x/menit, TFU : 2 jari bawah pusat, Kontraksi :

keras (baik), TTV dalam batas normal.


2) Jelaskan pada ibu untuk tetap menyusui bayinya, menjelaskan pada
ibu untuk tetap menyusui bayinya karena isapan bayi dapat
memperlancar

produksi

ASI,

ibu

paham

dan

bersedia

melakukannya.
3) Jelaskan pada ibu untuk tetap memberikan ASI eksklusif,
menjelaskan pada ibu untuk tetap memberikan ASI eksklusif
selama 6 bulan tanpa makanan tambahan dan di lanjutkan sampai
usia 2 tahun, ibu paham dan bersedia melakukannya.
4) Jelaskan pada ibu untuk belajar mobilisasi dini, tidak tarak makan,
menjelaskan pada ibu,mobilisasi dini yaitu belajar berjalan, duduk,
ibu paham dan bersedia melakukannya.

94

5)

Berikan ibu asupan nutrisi jantung pisang batu/klutuk diolah


menjadi tumis kecap jantung pisang batu/klutuk, memberikan ibu
asupan nutrisi jantung pisang batu/klutuk diolah menjadi tumis
kecap jantung pisang batu/klutuk dengan telur, ibu memakannya.

Hari ke - 3
Tanggal : 02 04 2015

Jam : 11.00 WIB

S : Ibu mengatakan mengatakan ASInya masih tidak lancar dan bayinya


menolak untuk menyusu.
O : Keadaan umum : Baik.
Kesadaran

: Compos mentis

TTV

: TD : 120/70 mmHg.
N : 80 x/menit.
S : 37 0C.
RR : 20 x/menit.

TFU

: 2 jari bawah pusat.

Kontraksi

: keras (baik).

Payudara

Bentuk

simetris,

pembesaran

normal,

benjolan

abnormal tidak ada, keadaan puting susu menonjol,


hiperpigmentasi, areola besar, warna kulit tidak ada
kemerahan, kolostrum sudah keluar bila di palpasi.
Genetalia

: Terdapat lochea rubra, jahitan terlihat lembab.

A : Ny S P10001 post partum hari ke tiga dengan ASI tidak lancar.

95

P:
1) Jelaskan

pada

ibu

cara

membersihkan

luka

perineumnya,

Menjelaskan pada ibu cara membersihkan luka perineumnya mulai


dari simpisis sampai anal (dari depan ke belakang), ibu paham dan
bersedia melakukannya.
2) Berikan ibu asupan nutrisi jantung pisang batu/klutuk diolah menjadi
tumis kecap jantung pisang batu/klutuk, memberikan ibu asupan
nutrisi jantung pisang batu/klutuk diolah menjadi tumis kecap
jantung pisang batu/klutuk dengan tempe, ibu memakannya.
3) Jelaskan pada ibu cara memasak atau mengolah jantung pisang,
menjelaskan pada ibu cara memasak atau mengolah jantung pisang,
ibu paham dan bersedia melakukannya.

Hari ke 4
Tanggal : 03 04 2015

Jam : 09.00 WIB

S : Ibu mengatakan mengatakan ASInya masih tidak lancar yang sebelah


kiri.
O : Keadaan umum : Baik.
Kesadaran

: Compos mentis

TTV

: TD : 110/70 mmHg.
N : 80 x/menit.
S : 36,5 0C.
RR : 20 x/menit.

TFU

: 2 jari bawah pusat.

96

Kontraksi

: keras (baik).

Payudara

Bentuk

simetris,

pembesaran

normal,

benjolan

abnormal tidak ada, keadaan puting susu menonjol,


hiperpigmentasi, areola besar, warna kulit tidak ada
kemerahan, ASI sebelah kanan sudah keluar.
Genetalia

: Terdapat lochea saguiolenta, jahitan terlihat lembab.

A : Ny S P10001 post partum hari ke empat dengan ASI tidak lancar.

97

P:
1) Jelaskan pada ibu untuk menyusui bayinya dengan payudara secara
bergantian, menjelaskan pada ibu untuk menyusui bayinya dengan
payudara secara bergantian, ibu paham dan bersedia melakukannya.
2) Jelaskan pada ibu tanda bayi cukup ASI, menjelaskan pada ibu tanda
bayi cukup ASI yaitu bayi tidak rewel, bayi dapat tidur nyeyak, BB
bayi naik, ibu paham
3) Berikan ibu asupan nutrisi jantung pisang batu/klutuk diolah menjadi
tumis kecap jantung pisang batu/klutuk, memberikan ibu asupan
nutrisi jantung pisang batu/klutuk diolah menjadi tumis kecap
jantung pisang batu/klutuk dengan tempe, ibu memakannya.
Hari ke 5
Tanggal : 04 04 2015

Jam : 07.30 WIB

S : Ibu mengatakan mengatakan ASInya sudah lancar dan bayinya sudah


dapat tidur dengan tenang.
O : Keadaan umum : Baik.
Kesadaran

: Compos mentis

TTV

: TD : 120/80 mmHg.
N : 78 x/menit.
S : 36,5 0C.
RR : 22 x/menit.

TFU

: Pertengaham simpisis pusat.

Kontraksi

: keras (baik).

98

Payudara

Bentuk

simetris,

pembesaran

normal,

benjolan

abnormal tidak ada, keadaan puting susu menonjol,


hiperpigmentasi, areola besar, warna kulit tidak ada
kemerahan, ASI sudah keluar.
Genetalia

: Terdapat lochea saguiolenta, jahitan terlihat lembab.

A : Ny S P10001 post partum hari ke lima dengan ASI sudah lancar.


P:
1) Jelaskan pada ibu untuk melanjutkan memberikan ASI secara
eksklusif, menjelaskan pada ibu untuk melanjutkan memberikan
ASI sampai 6 bulan di lanjutkan sampai 2 tahun, ibu paham dam
berencana menyusui sampai 2 tahun.
2) Berikan ibu asupan nutrisi jantung pisang batu/klutuk diolah
menjadi tumis kecap jantung pisang batu/klutuk, memberikan ibu
asupan nutrisi jantung pisang batu/klutuk diolah menjadi tumis
kecap

jantung

pisang

batu/klutuk

dengan

memakannya.

Hari ke 6
Tanggal : 05 04 2015

Jam : 07.30 WIB

S : Ibu mengatakan setelah melahirkan hanya BAB 1 kali.


O : Keadaan umum : Baik.
Kesadaran
TTV

: Compos mentis
: TD : 120/70 mmHg.
N : 80 x/menit.

udang,

ibu

99

S : 36,7 0C.
RR : 20 x/menit.
TFU

: Pertengaham simpisis pusat.

Kontraksi

: keras (baik).

Payudara

Bentuk

simetris,

pembesaran

normal,

benjolan

abnormal tidak ada, keadaan puting susu menonjol,


hiperpigmentasi, areola besar, warna kulit tidak ada
kemerahan, ASI sudah keluar banyak.
Genetalia

: Terdapat lochea saguiolenta, jahitan terlihat lembab.

A : Ny S P10001 post partum hari ke enam dengan ASI sudah lancar.


P:
1) Jelaskan pada ibu untuk makan makanan yang bergizi seimbang,
tinggi protein,tinggi serat, banyak mengandung albumin, dan minum
banyak air putih, menjelaskan pada ibu untuk makan makanan yang
bergizi seimbang,tinggi protein, tinggi serat,banyak mengandung
albumin, dan minum banyak air putih, ibu paham dan bersedia
melakukannya.
2) Jelaskan pada ibu untuk tidur secara teratur, menjelaskan pada ibu
bahwa tidur secara teratur dapat menunjang memperlancar ASI, ibu
paham dan bersedia melakukannya.

Hari ke 7
Tanggal : 06 04 2015

Jam : 10.30 WIB

100

S : Ibu mengatakan kadang masih nyeri pada luka bekas jahitan


perineumnya.
O : Keadaan umum : Baik.
Kesadaran

: Compos mentis

TTV

: TD : 120/80 mmHg.
N : 80 x/menit.
S : 36,7 0C.
RR : 21 x/menit.

TFU

: Pertengaham simpisis pusat.

Kontraksi

: keras (baik).

Payudara

Bentuk

simetris,

pembesaran

normal,

benjolan

abnormal tidak ada, keadaan puting susu menonjol,


hiperpigmentasi, areola besar, warna kulit tidak ada
kemerahan, ASI sudah keluar banyak.
Genetalia

: Terdapat lochea saguiolenta, jahitan terlihat sedikit


lembab.

A : Ny S P10001 post partum hari ke tujuh dengan ASI sudah lancar.


P:
1) Jelaskan pada ibu untuk makan makanan yang bergizi seimbang,
banyak mengandung albumin, dan minum banyak air putih,
menjelaskan pada ibu untuk makan makanan yang bergizi banyak
mengandung albumin seperti ikan, dan minum banyak air putih, ibu
paham dan bersedia melakukannya.

101

2) Jelaskan pada ibu untuk pantang hubungan seksual selama luka


perineum masih belum kering, menjelaskan pada ibu untuk pantang
berhubungan seksual selama luka perineum masih belum kering
dengan tujuan agar luka jahitan pada perineumnya lekas kembali
seperti saat sebelum hamil, ibu paham dan bersedia melakukannya.

Hari ke 8
Tanggal : 07 04 2015

Jam : 08.30 WIB

S : Ibu mengatakan sudah tidak ada keluhan.


O : Keadaan umum : Baik.
Kesadaran

: Compos mentis

TTV

: TD : 120/80 mmHg.
N : 80 x/menit.
S : 36,5 0C.
RR : 20 x/menit.

TFU

: Pertengaham simpisis pusat.

Kontraksi

: keras (baik).

Payudara

Bentuk

simetris,

pembesaran

normal,

benjolan

abnormal tidak ada, keadaan puting susu menonjol,


hiperpigmentasi, areola besar, warna kulit tidak ada
kemerahan, ASI sudah keluar banyak.
Genetalia : Terdapat lochea serosa, jahitan sudah kering.
A : Ny S P10001 post partum hari ke delapan dengan ASI sudah lancar.

102

P:
1) Jelaskan pada ibu cara melakukan senam nifas, menjelaskan pada
ibu cara melakukan senam nifas dengan tujuan memperlancar
pengembalian uterus seperti sebelum hamil, ibu paham.
2) Jelaskan pada ibu untuk tetap menjaga pola makan dengan menu
yang seimbang tidak tarak makan, menjelaskan pada ibu untuk tetap
menjaga pola makan dengan menu yang seimbang tidak tarak
makan, ibu paham dan sudah melakukannya.

Hari ke 9
Tanggal : 08 04 2015

Jam : 15.30 WIB

S : Ibu mengatakan sudah tidak ada keluhan.


O : Keadaan umum : Baik.
Kesadaran

: Compos mentis

TTV

: TD : 110/70 mmHg.
N : 80 x/menit.
S : 36,8 0C.
RR : 22 x/menit.

TFU

: Pertengaham simpisis pusat.

Kontraksi

: keras (baik).

Payudara

Bentuk

simetris,

pembesaran

normal,

benjolan

abnormal tidak ada, keadaan puting susu menonjol,


hiperpigmentasi, areola besar, warna kulit tidak ada
kemerahan, ASI sudah keluar banyak.

103

Genetalia : Terdapat lochea serosa, jahitan sudah kering.


A : Ny S P10001 post partum hari ke sembilan dengan ASI sudah lancar.
P:
1) Jelaskan pada ibu selama ibu menyusui secara terus menerus
tidak perlu khawatir hamil lagi, menjelaskan pada ibu selama ibu
menyusui tidak perlu khawatir hamil lagi karena menyusui secara
terus menerus itu termasuk KB alami yang dapat mencegah
kehamilan, ibu paham.
2) Jelaskan pada ibu untuk segera ke tenaga kesehatan apabila
terdapat tanda bahaya pada masa nifas, menjelaskan pada ibu untuk
segera ke tenaga kesehatan apabila terdapat tanda bahaya pada
masa nifas seperti sakit kepala, paandangan kabur, pembengkakan
di wajah dan ekstremitas, ibu paham dan bersedia melakukannya.
Hari ke 10
Tanggal : 09 04 2015

Jam : 08.30 WIB

S : Ibu mengatakan sudah tidak ada keluhan.


O : Keadaan umum : Baik.
Kesadaran

: Compos mentis

TTV

: TD : 110/70 mmHg.
N : 80 x/menit.
S : 36,8 0C.
RR : 22 x/menit.

TFU

: Pertengaham simpisis pusat.

Kontraksi

: keras (baik).

104

Payudara

Bentuk

simetris,

pembesaran

normal,

benjolan

abnormal tidak ada, keadaan puting susu menonjol,


hiperpigmentasi, areola besar, warna kulit tidak ada
kemerahan, ASI sudah keluar banyak.
Genetalia : Terdapat lochea serosa, jahitan sudah kering.
A : Ny S P10001 post partum hari ke sepuluh dengan ASI sudah lancar.
P:
1) Jelaskan pada ibu asuhan pada bayi dan merawat bayi sehari hari,
menjelaskan pada ibu asuhan pada bayi dan merawat bayi sehari
hari seperti memandikan bayi, ibu paham tetapi belum berani
memandikan bayinya sendiri.
2) Jelaskan pada ibu untuk membawa

bayinya ke posyandu untuk

mendapatkan imunisasi, timbang BB, ukur TB dan lingkar kepala,


menjelaskan pada ibu untuk menbawa bayinya ke posyandu untuk
mendapatkan imunisasi, timbang BB, ukur TB dan lingkar kepala
secara rutin, Ibu paham dan akan melakukannya.
Hari ke 11
Tanggal : 10 04 2015

Jam : 08.30 WIB

S : Ibu mengatakan sudah tidak ada keluhan.


O : Keadaan umum : Baik.
Kesadaran

: Compos mentis

TTV

: TD : 120/80 mmHg.
N : 78 x/menit.
S : 36,5 0C.

105

RR : 20 x/menit.
TFU

: Pertengaham simpisis pusat.

Kontraksi

: keras (baik).

Payudara

Bentuk

simetris,

pembesaran

normal,

benjolan

abnormal tidak ada, keadaan puting susu menonjol,


hiperpigmentasi, areola besar, warna kulit tidak ada
kemerahan, ASI sudah keluar banyak.
Genetalia : Terdapat lochea serosa, jahitan sudah kering.
A : Ny S P10001 post partum hari ke sebelas dengan ASI sudah lancar.

106

P:
1) Jelaskan pada ibu untuk tetap menjaga bayinya tetap hangat,
menjelaskan pada ibu untuk tetap menjaga bayinya tetap hangat,
ibu paham dan bersedia melakukannya.
2) Jelaskan pada ibu untuk segera membawa ke tenaga kesehatan
apabila terdapat tanda bahaya pada bayi seperti bayi kuning, kejang
dsb, menjelaskan pada ibu untuk segera membawa ke tenaga
kesehatan apabila terdapat tanda bahaya pada bayi.
Hari ke 12
Tanggal : 11 04 2015

Jam : 16.30 WIB

S : Ibu mengatakan tidak ada keluhan.


O : Keadaan umum : Baik.
Kesadaran

: Compos mentis

TTV

: TD : 110/80 mmHg.
N : 80 x/menit.
S : 36,5 0C.
RR : 22 x/menit.

TFU

: Pertengaham simpisis pusat.

Kontraksi

: keras (baik).

Payudara

Bentuk

simetris,

pembesaran

normal,

benjolan

abnormal tidak ada, keadaan puting susu menonjol,


hiperpigmentasi, areola besar, warna kulit tidak ada
kemerahan, ASI sudah keluar banyak.
Genetalia : Terdapat lochea serosa, jahitan sudah kering.

107

A : Ny S P10001 post partum hari ke dua belas dengan ASI sudah lancar.
P:
1) Jelaskan pada ibu tentang penggunaan KB kepada ibu, menjelaskan
tentang penggunaan KB kepada ibu agar ibu dapat merencanakan
KB berikutnya, ibu paham.
2) Fasilitasi ibu untuk menjadi orang tua baru, memfasilitasi ibu
menjadi orang tua baru dengan cara membantu ibu menyesuaikan
diri dengan peran barunya, ibu paham.
Hari ke 13
Tanggal : 12 04 2015

Jam : 10.00 WIB

S : Ibu mengatakan tidak ada keluhan.


O : Keadaan umum : Baik.
Kesadaran

: Compos mentis

TTV

: TD : 120/80 mmHg.
N : 76 x/menit.
S : 36,7 0C.
RR : 20x/menit.

TFU

: Pertengaham simpisis pusat.

Kontraksi

: keras (baik).

Payudara

Bentuk

simetris,

pembesaran

normal,

benjolan

abnormal tidak ada, keadaan puting susu menonjol,


hiperpigmentasi, areola besar, warna kulit tidak ada
kemerahan, ASI sudah keluar banyak.
Genetalia : Terdapat lochea alba, jahitan sudah kering.

108

A : Ny S P10001 post partum hari ke tiga belas dengan ASI sudah lancar.
P:
1) Jelaskan pada ibu untuk ke bidan apabila ibu mengalami kesulitan
pada dirinya dan pada bayinya, menjelaskan pada ibu untuk ke bidan
apabila ibu mengalami kesulitan pada dirinya dan pada bayinya
sehingga bidan dapat membantu ibu menyelesaikan masalah
tersebut, ibu paham dan bersedia melakukannya.
2) Jelaskan pada ibu untuk memeberikan MP ASI atau pendamping
ASI pada usia anak 6 bulan lebih, menjelaskan pada ibu untuk
memeberikan MP ASI atau pendamping ASI pada usia anak 6
bulan lebih seperti bubur,nasi tim, ibu paham dan berencana seperti
itu.
Hari ke 14
Tanggal : 13 04 2015

Jam : 07.30 WIB

S : Ibu mengatakan tidak ada keluhan.


O : Keadaan umum : Baik.
Kesadaran

: Compos mentis

TTV

: TD : 120/70 mmHg.
N : 80 x/menit.
S : 36,5 0C.
RR : 22x/menit.

TFU

: Pertengaham simpisis pusat.

Kontraksi

: keras (baik).

109

Payudara

Bentuk

simetris,

pembesaran

normal,

benjolan

abnormal tidak ada, keadaan puting susu menonjol,


hiperpigmentasi, areola besar, warna kulit tidak ada
kemerahan, ASI sudah keluar banyak.
Genetalia : Terdapat lochea alba, jahitan sudah kering.
A:

Ny S P10001 post partum hari ke empat belas dengan ASI sudah


lancar.

P:
1) Jelaskan pada ibu untuk tetap melakukan kunjungan ulang ke bidan
sampai 6 minggu setelah persalinan, menjelaskan pada ibu untuk
pada ibu untuk tetap melakukan kunjungan ulang ke bidan sampai 6
minggu setelah persalinan agar bidan dapat mencegah serta
menangani masalah yang terjadi pada ibu nifas dan bayi, ibu paham
dan bersedia melakukannya.
2) Jelaskan tentang penggunaan KB pada ibu, menjelaskan tentang
penggunaan KB kepada ibu agar ibu dapat merencanakan KB
berikutnya, ibu berencana menggunakan suntik.

BAB IV
PEMBAHASAN

Setelah penulis melakukan Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas Ny S


P10001 Dengan ASI Tidak Lancar di Polindes Desa Mlaras Kec.Sumobito
Kab.Jombang, dengan pendekatan asuhan kebidanan maka dapat di uraikan secara
sistematis dan dapat membandingkan dengan tinjauan pustaka berdasarkan
Standar Asuhan Kebidanan yaitu :

4.1 PENGKAJIAN
Pada tahap ini penulis mengumpulkan semua informasi yang lengkap yang
berkaitan dengan kondisi klien. Pengumpulan data dilakukan melalui anamnesa
meliputi identitas ibu dan suami, keluhan utama, riwayat kebidanan, sedangkan
pada pemeriksaan fisik dengan cara inspeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi.
Dari hasil anamesa di ketahui Ny S P10001 hari pertama masa nifas di
dapatkan keluhan merasa cemas karena produksi ASInya tidak lancar sehingga
bayi tidak dapat tidur dengan nyenyak, bayi sering menangis dan menolak
menyusu. Pada pemeriksaan payudara tidak di dapatkan kelainan pada payudara.
Ny S mengatakan kehamilannya memang di rencanakan oleh ibu, suami dan
keluarga. Suami dan keluarga sangat mendukung ibu dan berharap dalam
kehamilan, persalinan dan nifasnya dapat berjalan dengan lancar dan bayi dalam
keadaan sehat dan normal. Dalam masa nifas ini, ibu mengalami produksi ASI
tidak lancar di karenakan ibu cemas ASInya tidak dapat keluar dengan lancar.

110

111

Pada teori tanda ASI tidak lancar menurut Jannah, 2011 sebagai berikut :
bayi tidak puas setiap kali menyusu, bayi sering menangis, bayi menolak
menyusu, tinja bayi keras, kering dan berwarna hijau. Sedangkan menurut
Sujiyatini , 2010 pada masa nifas, wanita banyak mengalami perubahan selain
fisik yaitu perubahan psikologis antara lain cemas, peningkatan emosi karena
mengalami transisi menjadi orang tua. Dan produksi ASI tidak lancar dapat di
pengaruhi oleh faktor psikologis ibu nifas.
Sehingga tidak terdapat kesenjangan antara teori dan fakta seorang ibu
nifas dengan keluhan produksi ASInya tidak lancar sehingga bayi tidak dapat tidur
dengan nyenyak, bayi sering menangis dan menolak menyusu dan ASI tidak
lancar pasien di karenakan kondisi psikologis ibu yang cemas.

4.2 PERUMUSAN DIAGNOSA DAN ATAU MASALAH KEBIDANAN


Dalam menegakkan diagnosa atau masalah harus berdasarkan pendekatan
asuhan kebidanan yang didukung dan ditunjang oleh beberapa data baik subjektif
maupun objektif yang diperoleh dari hasil pengkajian.
Dari hasil pengkajian di temukan bahwa Ibu merasa cemas karena karena
produksi ASInya tidak lancar sehingga bayi tidak dapat tidur dengan nyenyak,
bayi sering menangis dan menolak menyusu. Keadaan umum : baik, kesadaran
compos metis, tanda tanda vital TD : 120/80 MmHg, RR : 20 x/menit, S: 36,5
0C, N : 80 x/menit, TFU : 2 Jari di bawah pusat, kontraksi uterus : Baik (keras),
lochea : Rubra (merah segar), payudara : kolostrum sudah keluar,ASI keluar
sedikit, luka perineum : luka masih basah, perineum menutup. Masalah ibu cemas

112

karena produksi ASInya tidak lancar, kebutuhan : gizi pada masa laktasi,
perawatan payudara, teknik menyusui yang benar, konseling psikologis pada masa
laktasi.
Adapun diagnosa yang dirumuskan pada kasus ini adalah Ny. " S " P 10001
dengan ASI tidak lancar. Diagnosa ini sesuai dengan teori tanda ASI tidak lancar
Menurut Jannah, 2011 : 49 55 yaitu bayi tidak puas setiap kali menyusu, bayi
sering menangis, bayi menolak menyusu, tinja bayi keras, kering dan berwarna
hijau.
Maka diagnosa ibu nifas dengan ASI tidak lancar sesuai dengan teori.
Dalam hal ini data yang terdapat dalam perumusan diagnosa dan atau masalah
kebidanan yang berisi tentang data subyektif dan data obyektif tidak terjadi
kesenjangan antara fakta dan teori.
4.3 PERENCANAAN
Perencanaan adalah merencanakan asuhan yang akan diberikan kepada
klien berdasarkan diagnosa yang telah ditegakkan. Pada fakta penulis memberikan
asuhan kebidanan sesuai dengan kebutuhan klien yaitu :
Rencana asuhan yang bersifat secara menyeluruh adalah perencanaan yang
di lakukan dalam rangka meningkatkan produksi ASI ibu nifas. Rencana asuhan
kebidanan yang di lakukan pada Ny S adalah lakukan pendekatan pada pasien
dan keluarga, lakukan observasi tanda-tanda vital dan keadaan umum Ibu,
Menjelaskan pada keluarga pasien tentang hasil pemeriksaan, jelaskan pada ibu
tentang perawatan payudara, jelaskan tentang teknik menyusui yang benar,
jelaskan pada ibu agar tidak cemas karena ASInya tidak lancar, jelaskan pada ibu

113

untuk tetap memberikan ASI sesuai dengan keinginan bayi dan jelaskan pada ibu
untuk ke dua payudara di susukan secara bergantian, jelaskan pada ibu untuk
menyusui secara eksklusif, jelaskan pada ibu untuk istirahat yang cukup, berikan
nutrisi yang mengandung laktogogum yaitu zat gizi yang dapat meningkatkan dan
melancarkan produksi ASI dan berikan Vitamin A (200.000 IU) dan tablet FE (60
mg besi elemental dan 0,25 asam folat).
Menurut teori Jannah, 2011 cara mengatasi ASI tidak lancar di sesuaikan
dengan penyebabnya, yaitu mencari dari empat faktor penyebab yaitu faktor
teknik menyusui, faktor psikologis, faktor fisik ibu dan faktor kondisi bayi.
Penelitian dari Elly Wahyuni, Sri Sumiati, Nurliani pada tahun 2012 membuktikan
bahwa jantung pisang batu dapat memperlancar produksi ASI. Jantung pisang
batu/klutuk merupakan jenis makanan yang mengandung laktogogum yaitu zat
gizi yang dapat meningkatkan dan melancarkan produksi ASI terutama pada ibu
yang mengalami masalah dalam produksi ASI.
Tidak terdapat kesenjangan karena rencana asuhan yang di laksanakan
sesuai dengan rencana asuhan yan terdapat pada teori mengatasi ASI tidak lancar.

4.4 IIMPLEMENTASI
Pada tinjauan kasus pada ibu nifas dengan ASI tidak lancar,
penatalaksanaan pada Ny S sesuai dengan teori yaitu melakukan pendekatan
pada pasien dan keluarga, melakukan observasi tanda-tanda vital dan keadaan
umum Ibu, menjelaskan pada keluarga pasien tentang hasil pemeriksaan,
menjelaskan pada ibu tentang perawatan payudara, menjelaskan tentang teknik

114

menyusui yang benar, menjelaskan pada ibu agar tidak cemas karena ASInya tidak
lancar, menjelaskan pada ibu untuk tetap memberikan ASI sesuai dengan
keinginan bayi dan jelaskan pada ibu untuk ke dua payudara di susukan secara
bergantian, menjelaskan pada ibu untuk menyusui secara eksklusif, menjelaskan
pada ibu untuk istirahat yang cukup, memberikan nutrisi yang mengandung
laktogogum yaitu zat gizi yang dapat meningkatkan dan melancarkan produksi
ASI yaitu pemberian sayur tumis kecap jantung pisang dan Memberikan Vitamin
A (200.000 IU) dan tablet FE (60 mg besi elemental dan 0,25 asam folat).
Penatalaksanan untuk masa nifas dengan ASI tidak lancar Menurut Jannah,
2011:49-55 adalah dengan cara mengatasinya di sesuaikan dengan penyebab,
terutama di cari pada empat kelompok faktor penyebab yaitu faktor teknik
menyusui, faktor psikologis. faktor fisik ibu, dan faktor kondisi bayi. Penelitian
dari Elly Wahyuni, Sri Sumiati, Nurliani pada tahun 2012 membuktikan bahwa
jantung pisang batu dapat memperlancar produksi ASI. Jantung pisang batu/klutuk
merupakan jenis makanan yang mengandung laktogogum yaitu zat gizi yang
dapat meningkatkan dan melancarkan produksi ASI terutama pada ibu yang
mengalami masalah dalam produksi ASI.
Berdasarkan teori menurut Supari (2007) pada implementasi, bidan
melaksanakan asuhan kebidanan secara komprehensif dan sesuai dengan asuhan
yang telah direncanakan.
Dalam hal ini tidak terdapat kesenjangan antara perencanaan dan
penatalaksanaan karena penulis sudah melaksanakan asuhan sesuai dengan
rencana.

115

4.5 EVALUASI
Dari data yang di peroleh dari hasil observasi, pemeriksaan, perencanaan,
penatalaksanaan dan evaluasi yang telah di lakukan peneliti sudah di sesuaikan
dengan permasalahan yang terjadi tentang asuhan pada ibu nifas dengan ASI tidak
lancar sesuai dengan teori yang ada.
Berdasarkan teori Supari (2007) bidan mengevaluasi secara sistematis
untuk melihat keefektifan dari asuhan yang diberikan. Menurut fakta yang di
lakukan dalam perencanaan yang yang di lakukan sesuai dengan kebutuhan pasien
dan masalah pasien dapat teratasi lebih cepat, sehingga kebutuhan nutrisi bayi
dapat terpenuhi.
Kesimpulan menurut teori dan kasus tidak ada kesenjangan dari hasil
pemeriksaan, perencanaan, dan pelaksanaan. Hal ini di karenakan pasien sangat
kooperatif, sehingga memudahkan peneliti dalam memberikan asuhan kebidanan
sehingga produksi ASI menjadi lancar.
4.6 PENCATATAN ASUHAN KEBIDANAN
Dalam pencatatan asuhan kebidanan di lakukan pencatatan secara lengkap,
akurat dan jelas mengenai keadaan atau kejadian yang di temukan dalam
memeberikan asuhan kebidanan dan di dokumentasikan dalam bentuk SOAP.
Pencatatan asuhan kebidanan dilakukan selama 14 hari pada tanggal 31
Maret 2015 - 13 April 2015 dan didapatkan hasil keadaan ibu dan bayi sehat, Pada
hari pertama Colostrum sudah keluar, namun ASI tidak lancar pada hari ke 1 ke
3, paha hari ke 4 ASI sebelah kiri yang tidak lancar dan pada hari ke 5 ASI sudah
mulai lancar. Karena ibu tidak tarak sehingga nutrisi ibu terpenuhi. Pada hari ke 1
sampai ke 7 TFU 2 jari bawah pusat, pada hari ke 8 sampai 14 hari post partum
TFU pertengahan pusat symfisis. Lochea pada hari 1 ke 3 post partum :
Rubra, pada hari ke 4 ke 7 post partum : sanguinolenta, pada hari ke 8 - 12 post

116

partum : serosa, hari ke 13 dan 14 post partum : Alba. Pada luka jahitan perineum
tidak menunjukkan tanda - tanda infeksi.
Menurut (Supari, 2007) melakukan pencatatan secara lengkap, akurat,
singkat dan jelas mengenai keadaan / kejadian yang ditemukan dan dilakukan
dalam memberikan asuhan kebidanan. Pencatatan dilakukan segera setelah
melaksanakan asuhan pada formulir yang tersedia dalam buku KIA. Menurut
Jannah, 2011 TFU setelah plasenta lahir setinggi pusat, 1 7 hari pertengahan
pusat dan sympisis, 14 hari 6 minggu tidak teraba (normal). Lochea rubra
muncul pada hari ke 1 4, lochea sanguiolenta hari ke 5 7, lochea serosa hari ke
8 14 hari dan lochea alba berlangsung 14 hari sampai 6 minggu post partum.
Dapat di ambil kesimpulan bahwa tidak terdapat kesenjangan antara teori
dan fakta, karena tidak ditemukan komplikasi atau masalah yang timbul pada ibu
dan bayi, keadaan umum ibu dan bayi baik, tanda - tanda vital ibu dalam batas
normal, penurunan TFU dan pengeluaran Lochea ibu sesuai dengan tahapan masa
nifas. Karena pasien kooperatif dan bersedia diobservasi selama 2 minggu dalam
masa nifas, sehingga tindakan yang dilakukan sesuai dengan kebutuhan klien dan
masalah dapat teratasi lebih cepat setelah dilakukan asuhan kebidanan.

BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Dari penyusunan asuhan kebidanan pada Ny S dengan ASI tidak lancar
di Polindes Desa Mlaras Kec.Sumobito Kab.Jombang dan observasi 1 x 2 jam
selama 14 hari dengan standar asuhan kebidanan tidak terjadi hambatan dan
berlangsung secara kooperatif dan komperhensif.
Pada pengkajian di dapat ibu berumur 17 tahun, ini merupakan
pengalaman pertama ibu menyusui dan ibu mengalami ASI tidak lancar di
sebabkan kondisi psikologis ibu yang cemas karena bayinya sering menangis,
menolak untuk menyusu, dan bayinya tidak dapat tidur dengan nyenyak.
Pada perencanaan di lakukan rencana tindakan yang sesuai dengan
kebutuhan pasien, pada pelaksanaan di lakukan sesuai dengan rencana yang di
lakukan pada tanggal 31 Maret 2015 jam 09.00 WIB di peroleh keadaan umum
ibu baik, TTV dalam batas normal, payudara membesar, putting menonjol, tidak
ada kelainan pada payudara, TFU 2 jari bawah pusat, lochea serosa. Pencatatan
asuhan kebidanan di laksanakan sampai tanggal 13 April 2015 jam 07.30 WIB,
hasil di peroleh keadaan umum baik, TTV dalam batas normal, produksi ASI
lancar dan kebutuhan nutrisi bayi terpenuhi.
Rencana yang telah di buat sudah terlaksana dengan baik. Pada evaluasi
setelah di lakukan asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan ASI tidak lancar ibu
mengerti tentang penjelasan yang telah di berikan dan bersedia melakukannya.

117

118

Pada catatan asuhan kebidanan dalam bentuk catatan perkembangan yang


dilaksanakan selama 14 hari mulai tanggal 31 Maret 2015 - 13 April 2015
ditemukan hasil yang sesuai harapan yaitu ibu dalam keadaan sehat, ASI lancar,
TFU dan Lochea sesuai dengan tahapan masa nifas. Hal ini dikarenakan pasien
kooperatif sehingga memudahkan petugas dalam memberikan asuhan.
5.2 Saran
5.2.1 Bagi Peneliti
Mempelajari lebih lanjut tentang eori masa nifas dengan ASI tidak
lancar, sehingga mampu memberikan auhan pada ibu nifas dengan ASI
tidak lancar secara komperhensif. lebih mengintropeksi diri dan dan
memperbaiki diri untuk lebih baik, kecermatan, ketelitian dan kevalitan
data serta masalh dalam penyusunan asuhan kebidanan ini benar-benar
5.2.2

harus dapat di pertanggung jawabkan oleh mahasiswa.


Bagi Institusi Pendidikan
Melengkapi perpustakaan sehingga dapat mendukung jalannya
laporan tugas akhir untuk selanjutnya, hendaknya instansi pendidikan lebih
meningkatkan pengetahuan pada anak didiknya sehingga menambah

5.2.3

wawasan serta meningkatkan kualitas pendidikan.


Bagi Petugas Kesehatan
Bidan yang memberikan pelayanan kesehatan terhadap masyarakat
hendaknya lebih meningkatkan kualitasnmutu pelayanan sesuai protap dan

5.2.4

prosedur yang ada.


Bagi klien
Hendaknya ibu nifas dengan ASI tidak lancar lebih banyak mencari
informasi agar tidak terjadi ASI tidak lancar pada masa nifas selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA

Endy dkk. 2013. Pelayanan kesehatan ibu di fasilitas kesehatan dasar dan
rujukan. Jakarta : Kementrian Kesehatan RI.
Gustbee, Emma dkk. 2013. Hubungan perawatan payudara dan teknik menyusui
yang benar dengan kelancaran produksi ASI. Swedia : Jurnal Pubmed.
Jannah, Nurul. 2011. Asuhan kebidanan ibu nifas. Jakarta : AM Media.
Nugraha, Taufan dkk. 2014. Asuhan kebidanan nifas. Yogyakarta : Nuha Medika
.
Pritasari, Kirana dkk. 2010. Pelayanan kesehatan neonatal esensial. Jakarta :
Kementrian Kesehatan RI.
Rahayu dkk. 2012. Buku ajar masa nifas dan menyusui. Jakarta : Mitra Wacana
Merdeka.
Riskesdas. 2013 . Cakupan pemberian ASI di Indonesia dan provinsi jawa timur.
Jakarta : Litbang Departemen Kesehatan.
Soetjiningsih. 2012. ASI. Jakarta : EGC
Suherni dkk. 2009. Perawatan masa nifas. Yogyakarta : Fitramaya.
Sujiyatini, 2010 . Asuhan kebidanan masa nifas. Jakarta : Medical book.
Sulistyawati, Ari. 2009. Asuhan kebidanan ibu nifas. Yogyakarta : ANDI.
Sunar, Dwi. 2009. ASI eksklusif. Yogyakarta : Diva Press.
Supari, siti fadilah. 2010. Penyelenggaraan praktik bidan. Jakarta : Menteri
Kesehatan Republik Indonesia.
... 2007. Standar asuhan kebidanan. Jakarta : Menteri Kesehatan
Republik Indonesia.

119

120

Varney, 2007 . Asuhan kebidanan edisi 4 volume 2. Jakarta : EGC.


Wahyuni, Elli dkk. 2012. Jantung pisang batu sebagai pelancar produksi ASI.
Bengkulu.Jurnal

121

Dokumentasi
Melakukan Pengkajian

Pemeriksaan Tanda Tanda Vital

Mengonsumsi Jantung Pisang

Mengajari Ibu Teknik Menyusui yang Benar dan Menjelaskan pada Ibu
tentang ASI Eksklusif

Menjelaskan tentang Perawatan Payudara dan Konseling Tentang Keluarga


Berencana (KB)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama

: Siti Elok Azmi

TTL

: Mojokerto, 12 Desember 1993

Agama

: Islam

Anak ke

: I

Alamat

: Dusun Gemekan Desa Gemekan RT: 02 RW: 03 Kecamatan


Sooko Kabupaten Mojokerto

Riwayat pendidikan
1. TK Dharma Wanita Asri tahun 1998 2000
2. Tamat MI Amiruddin tahun 2000 2006
3. Tamat MTs Darul Hikmah 2006 2009
4. Tamat MA Darul Hikmah tahun 2009 2012
5. Prodi DIII Kebidanan FIK UNIPDU 2012 sekarang

Anda mungkin juga menyukai