Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENDAHULUAN

HIPEROSMOLAR HIPERGLIKEMIK STATE

A. DEFINISI
Koma Hiperosmolar Hiperglikemik NonKetotik ialah suatu sindrom yang ditandai
dengan hiperglikemia berat, hiperosmolar, dehidrasi berat tanpa ketoasidosis, disertai
penurunan kesadaran (Mansjoer, 2000).
Hiperglikemia, hiperosmoler, koma non ketotik (HHNK) adalah komplikasi metabolik
akut diabetes, biasanya pada penderita diabetes mellitus (DM) tipe 2 yang lebih tua. Pada
kondisi ini, terjadi hiperglikemia berat (kadar glukosa serum > 600 mg/dL) yang tanpa
disertai ketosis. Hiperglikemia menyebabkan hiperosmolalitas, diuresis osmotik, dan
dehidrasi berat. Pasien dapat menjadi tidak sadar dan meninggal bila tidak segera ditanganin
(Price, 2006).

B. ETIOLOGI
Hyperosmolar Nonketotic Coma (HONK)
1) Lansia dengan riwayat DM tipe 2 (NIDDM) atau tanpa DM
2) Dehidrasi akibat hiperglikemia
3) Insulin tidak cukup untuk mencegah hiperglikemia tetapi cukup untuk mencegah
ketoasidosis signifikan
4) sakit berat atau stres fisiologis pada pasien usia lanjut

C. MANIFESTASI KLINIS
1. Pasien khas : lansia
2. Malaise, kelemahan, mialgia
3. Dehidrasi
4. Poliuria, polidipsia dan kehilangan berat badan
5. Tachikardi
6. Perubahan sensori
7. Kejang
8. Hemiparesis
9. Nyeri perut, mual dan muntah
10. Tidak ada hiperventilasi dan tidak ada bau napas aseton

D. PATOFISIOLOGI
Hiperosmolar Hiperglikemik State (HHS) terjadi sebagai akibat dari kombinasi
penurunan fungsi insulin dan peningkatan kontra-regulatori hormon, seperti glukagon,
katecholamin, kortisol, dan growth hormon yang ditandai dengan sindrom HHS yaitu
dehidrasi, hiperglikemia, hiperosmolar tanpa disertai adanya ketosis. Hal ini menyebabkan
peningkatan glukoneogenesis di hati dan produksi insulin di ginjal serta gangguan
penggunaan insulin pada jaringan perifer, yang pada akhirnya dapat menyebabkan
hiperglikemi dan hiperosmolar pada ruang ekstraseluler tanpa ketosis karena pada HHS
insulin plasma tidak adekuat untuk memfasilitasi penggunaan glukosa oleh jaringan akan
tetapi sangat adekuat untuk mencegah lipolisis dan ketogenesis lewat mekanisme yang belum
diketahui. HHS biasanya terjadi pada orang tua dengan DM, penyakit penyerta, infeksi, efek
pengobatan, penyalahgunaan obat, dan noncompliance.

Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan tanda-tanda dehidrasi berat seperti turgor yang
buruk, mukosa pipi yang kering, mata cekung, perabaan ekstremitas yang dingin dan denyut
nadi yang cepat dan lemah. Temuan laboratorium awal pada pasien dengan HHS adalah kadar
glukosa darah yang sangat tinggi ( >600 mg per dL) dan osmolaritas serum yang tinggi
( >320 mOsm per kg air [normal = 290 5]) dengan Ph lebih besar dari 7,30 dan disertai
ketonemia ringan. HHS menyebabkan tubuh banyak kehilangan berbagai macam elektrolit.
Kadar natrium harus dikoreksi jika kadar glukosa darah pasien sangat meningkat.

E. PATHWAY
Terlampir

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hyperosmolar Nonketotic Coma (HONK)
1) Hiperglikemia parah (BSL> 20mmol / L)
Plasma hiperosmolalitas> 320mmol / L; dapat menyebabkan gejala neurologis
2) Osmolalitas plasma = 2 x (Na + K) + glukosa (mmol / L) + urea (mmol /)
a) Ditandai defisit air bebas 6-18 liter (urea: rasio kreatinin meningkat)
b) Glikosuria sekunder
c) Tidak adanya ketoasidosis signifikan : metabolik asidosis tidak ada atau ringan
d) HypoNa / hyerpNa
e) HypoNa + / hyperNa +

G. PENATALAKSANAAN
1) Cairan NACL
Bisa diberikan cairan isotonik atau hipotonik normal diguyur 1000 ml/jam sampai
keadaan cairan intravaskular dan perfusi jaringan mulai membaik, baru diperhitungkan
kekurangan dan diberikan dalam 12-48 jam. Pemberian cairan isotonil harus
mendapatkan pertimbangan untuk pasien dengan kegagalan jantung, penyakit ginjal atau
hipernatremia.Gklukosa 5% diberikan pada waktu kadar glukosa dalam sekitar 200-250
mg%.
2) Insulin
Pada saat ini para ahli menganggap bahwa pasien hipersemolar hiperglikemik non
ketotik sensitif terhadap insulin dan diketahui pula bahwa pengobatan dengan insulin
dosis rendah pada ketoasidosis diabetik sangat bermanfaat. Karena itu pelaksanaan
pengobatan dapat menggunakan skema mirip proprotokol ketoasidosis diabetik
3) Kalium
Kalium darah harus dipantau dengan baik. Bila terdapat tanda fungsi ginjal membaik,
perhitungan kekurangan kalium harus segera diberikan
4) Hindari infeksi sekunder
Hati-hati dengan suntikan, permasalahan infus set, kateter

H. KOMPLIKASI
1) Koma.
2) Gagal jantung.
3) Gagal ginjal.
4) Gangguan hati.

I. ASUHAN KEPERAWATAN

1. PENGKAJIAN
Primery Survey
1) Air way
Kemungkinan ada sumbatan jalan nafas snoring dan gargling , terjadi karena
adanya penurunan kesadaran/koma sebagai akibat dari gangguan transport
oksigen ke otak.
2) Breathing
Tachypnea, sebagai upaya untuk memenuhi kebutuhan oksigen.
3) Circulation
Sebagai akibat diuresis osmotik, akan terjadi dehidrasi. Visikositas darah juga
akan mengalami peningkatan, yang berdampak pada resiko terbentuknya
trombus. Sehingga akan menyebabkan tidak adekuatnya perfusi organ.
4) Disability

Sekunder Survey
Bilamana managemen ABC menghasilkan kondisi yang stabil, perlu
pengkajian dengan menggunakan pendekatan head to toe
Dari pemeriksaan fisik ditemukan pasien dalam keadaan apatis sampai koma,
tanda-tanda dehidrasi seperti turgor turun disertai tanda kelainan neurologist,
hipotensi postural, bibir dan lidah kering, tidak ada bau aseton yang tercium dari
pernapasan, dan tidak ada pernapasan Kussmaul.

Tersier Survey
Persepsi-managemen kesehatan
a. Riwayat DM tipe II
b. Riwayat keluarga DM
c. Gejala timbul beberapa hari, minggu.
d. Nutrisi metabolik
e. Rasa haus meningkat, polidipsi atau tidak ada rasa haus.
f. Anorexia
g. Berat badan turun.
h. Eliminasi
i. Poliuria, nocturia.
j. Diarhe atau konstipasi.
k. Aktivitas exercise
l. lelah, lemah.
m. Kognitif
n. Kepala pusing, hipotensi orthostatik.
o. Penglihatan kabur.
p. Gangguan sensorik.
q. Pemeriksaan Diagnostik
r. Serum glukosa: 800-3000 mg/dl.
s. Gas darah arteri: biasanya normal.
t. Elektrolit biasanya rendah karena diuresis.
u. BUN dan creatinin serum meningkat karena dehidrasi atau ada gangguan renal.
v. Osmolalitas serum: biasanya lebih dari 350 mOsm/kg.
w. pH > 7,3.
x. Bikarbonat serum> 15 mEq/L.
y. Sel darah putih meningkat pada keadaan infeksi.
z. Hemoglobin dan hematokrit meningkat karena dehidrasi.
aa. EKG mungkin aritmia karena penurunan potasium serum.
bb. Keton urine tidak ada atau hanya sedikit.

PEMERIKSAAN FISIK
1. Neurologi (Stupor, Lemah, disorientasi, Kejang, Reflek normal,menurun atau tidak
ada.
2. Pulmonary (Tachypnae, dyspnae, Nafas tidak bau acetone, Tidak ada nafas kusmaul.
3. Cardiovaskular (Tachicardia, Hipotensi postural, Mungkin penyakit
kardiovaskula( hipertensi, CHF ), Capilary refill > 3 detik.
4. Renal (Poliuria( tahap awal ), Oliguria ( tahap lanjut ), Nocturia, inkontinensia
5. Integumentary (Membran mukosa dan kulit kering, Turgor kulit tidak elastis, Mata
lembek, Mempunyai infeksi kulit, luka sulit sembuh.Gastrointestinal (Distensi
abdomen danPenurunan bising usus)

2. Diagnosa Keperawatan
a. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
anoreksia: intake makanan yang tidak adekuat
b. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan volume cairan aktif
c. Nyeri Akut berhubungan dengan agen injuri biologi
d. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan adanya gangren pada ekstrimitas.
e. Resiko infeksi berhubungan dengan tidak adekuat pertahanan sekunder

3. INTERVENSI
Perencanaan
Dx
No Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Keperawatan
(NOC) (NIC)

1 Dx I: Setelah dilakukan tindakan NIC: Nutrition Management


keperawatan selama 3x24 jam
Ketidakseimbang a. Kaji status nutrisi
diharapkan kebutuhan nutrisi
an nutris dan kebiasaan makan.
pasien adekuat dengan indikator :
NOC : Nutritional status : food R: Untuk mengetahui tentang keadaan dan

and Fluid Intake kebutuhan nutrisi pasien sehingga dapat


Indicator skala: diberikan tindakan dan pengaturan diet yang
1 Tidak pernah menunjukkan
adekuat.
Indicator awal akhir
b. Anjurkan pasien
- tidak terjadi 1 5
untuk mematuhi diet yang telah
penurunan
diprogramkan.
berat badan c. R: Kepatuhan
i kurang dari - mual dan
terhadap diet dapat mencegah komplikasi
kebutuhan tubuh muntah
2 5 terjadinya hipoglikemia/ hiperglikemia.
berhubungan berkurang d. Identifikasi
- porsi makan
dengan anoreksia: perubahan pola makan.
yang
intake makanan R: Mengetahui apakah pasien telah
disediakan
yang tidak melaksanakan program diet yang ditetapkan.
habis
adekuat 2 5
e. Kerja sama
2 Jarang dengan tim kesehatan lain untuk pemberian
3 Kadang-kadang
insulin dan diet diabetik.
4 Sering menunjukkan
5 Selalu menunjukkan R: Pemberian insulin akan meningkatkan
pemasukan glukosa ke dalam jaringan
sehingga gula darah menurun,pemberian diet
yang sesuai dapat mempercepat penurunan
gula darah dan mencegah komplikasi.

2 Dx II: NIC: Fluid Manajement


Kekurangan a. Monitor tanda-tanda dehidrasi
volume cairan R: Mengetahui kondiasi dan menentukan
berhubungan langkah selanjutnya.
dengan
b. Monitor intake dan output.
kehilangan R: Mengetahui keseimbangan cairan tubuh.
volume cairan c. Berikan cairan sesuai kebutuhan dan yang
aktif Setelah dilakukan tindakan dipergunakan.
R: Mencegah terjadinya dehidrasi.
keperawatan selama 3x24 jam
diharapkan volume cairan pasien
terpenuhi dengan indicator:
NOC : Fluid Balance
Indicator skala:

1.
indikator awal akhir

- Klien dapat 1 5
menjaga
keseimbanga
n cairan serta
elektrolit
- Tidak ada
tanda-tanda
dehidrasi.
2 5

Tidak pernah menunjukkan


2. Jarang menunjukkan
3. Kadang menunjukkan
4. Sering menunjukkan
5. Selalu menunjukkan
3 Dx III: NOC : Pain Control NIC : Pain Management

Nyeri Akut Setelah dilakukan tindakan a. Lakukan pengkajian nyeri secara


berhubungan keperawatan selama 3x24 jam komprehensif (lokasi, karakteristik, durasi,
dengan agen diharapkan nyeri dapat teratasi frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi)
injuri biologi dengan indikator : R: Mengetahui lokasi, karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi
indikator awal akhir nyeri.
- Melaporkan 1 5
b. Berikan tindakan kenyamanan dasar
nyeri
R: Meningkatkan relaksasi dan membantu
berkurang
memfokuskan kembali perhatian.
- Frekuensi
nyeri c. Dorong penggunaan keterampilan
2 5
berkurang manajemen nyeri (teknik relaksasi, sentuhan
- Ekspresi
terapeutik)
wajah rileks
R: Memungkinkan pasien berpartisipasi
secara aktif dan meningkatkan rasa kontrol
1 5 nyeri

Keterangan skala : d. Kolaborasikan dengan tim medis untuk


1 = tidak pernah menunjukkan memberikan analgesik sesuai dengan
2 = jarang
indikasi.
3 = kadang-kadang
4 = sering menunjukkan R: Nyeri adalah komplikasi sering dari
5 = selalu menunjukkan
kanker,meskipun respon individual berbeda-
beda.

DAFTAR PUSTAKA

Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. Jakarta: Media Aesculapius
Nurarif Amin Huda, Kusuma Hardhi. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis & Nanda Nic-Noc. Edisi revisi. Jilid 1. Yogyakarta : MediAction
Soewondo dkk. 2006. Buku ajar Ilmu Penyakit Dalam. 4th ed. Jakarta: Pusat Penerbitan
Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI.

Anda mungkin juga menyukai