Anda di halaman 1dari 95

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES RI PADANG

PENGARUH SENAM ERGONOMIK TERHADAP TEKANAN DARAH


PADA LANSIA USIA PERTENGAHAN (45-59 TAHUN) DENGAN
HIPERTENSI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAUH
KOTA PADANG TAHUN 2020

KARYA TULIS ILMIAH

Di Ajukan Ke Program Studi D-III Keperawatan Solok Politeknik Kesehatan


Kementrian Kemenkes Padang Sebagai Persyaratan Dalam Menyelesaikan
Pendidikan Diploma III Politeknik Kesehatan Kemenkes RI Padang

OLEH
VELLIA OKTI HENDRIAN
NIM : 173210347

JURUSAN KEPERAWATAN PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


SOLOK POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES RI PADANG
TAHUN 2020
PERNYATAAN PERSETUJUAN
Karya Tulis Ilmiah

PENGARUH SENAM ERGONOMIK TERHADAP TEKANAN DARAH PADA


LANSIA USIA PERTENGAHAN (45-59 TAHUN) DENGAN HIPERTENSI DI
WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAUH

KOTA PADANG TAHUN 2020

Oleh:

Vellia Okti Hendrian

Nim : 173210347

Karya Tulis Ilmiah ini Telah Diperiksa, Disetujui Oleh Pembimbing Tugas Akhir
Dan Siap Untuk Dipertahankan Dihadapan Tim Penguji Tugas Akhir Program
Studi D III Keperawatan Solok Politeknik Kesehatan Kemenkes Padang

Padang, 3 Juni 2020

Menyetujui,

Pembimbing I Pembimbing II

i
Ns. DESI DESWITA, Sp.Kep.Kom Ns. YULVI HARDONI, M.Kep

NIP. 19801210 200501 2003 NIP. 19740707 199403 1008

Ketua Program Studi D-III Keperawatan Solok

Politeknik Kesehatan Kemenkes RI Padang

Ns. DEHARNITA, S.ST, S.Kep, M,Kes

NIP. 1962205 198903 2001

PERNYATAAN PENGESAHAN PENGUJI


Karya Tulis Ilmiah

PENGARUH SENAM ERGONOMIK TERHADAP TEKANAN DARAH


PADA LANSIA USIA PERTENGAHAN (45-59 TAHUN) DENGAN
HIPERTENSI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAUH

KOTA PADANG TAHUN 2020

Oleh:

VELLIA OKTI HENDRIAN

NIM. 173210347

ii
Karya Tulis Ilmiah Ini Telah Diuji Dan Dipertahankan Didepan Tim Penguji
Tugas Akhir Program Studi D-III Keperawatan Solok Politeknik Kesehatan
Kemenkes Padang Dan Dinyatakan Telah Memenuhi Syarat Untuk Diterima

Padang, 3 Juni 2020

Tim Penguji,
Moderator Sekretaris

Ns. DESI DESWITA, Sp. Kep. Kom Ns. YULVI HARDONI, M.Kep

NIP.19801210 200501 2003 NIP.19740707 199403 1008

Penguji I Penguji II

iii
ABD GAFAR, S.Kep. MPH Ns.YUDISTIRA AFCONNERI. M.Kep

NIP. 19641231 198603 1033 NIP. 19890121 2018 0 001

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan karunia-

Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini yang berjudul

“Pengaruh Senam Ergonomik Terhadap Tekanan Darah Pada Lansia Usia

Pertengahan (45-59 Tahun) Dengan Hipertensi Di Wilayah Kerja Puskesmas

Pauh Kota Padang Tahun 2020”

Tugas Akhir ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat menyelesaikan

pendidikan D-III Keperawatan pada Program Studi D.III Keperawatan Solok

Politeknik Kesehatan Kemenkes RI Padang, dalam kesempatan ini penulis

mengucapkan banyak terima kasih pada kedua orang tua tercinta, yang telah

banyak memberikan dukungan secara moril dan materil. Selanjutnya kepada Ibu

Ns.Desi Deswita, Sp.Kep.Kom selaku dosen pembimbing I dan pembimbing II

Bapak Ns. Yulvi Hardoni, M.Kep yang memberikan pengarahan, masukan dan

bimbingan, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini. Penulis

juga mengucapkan terima kasih kepada :

iv
1. Bapak Dr. Burhan Muslim SKM,M.Si selaku Direktur Politeknik Kesehatan

Padang .

2. Ibu Ns. Sila Dewi Anggreni, M.Kep. Sp. KMB selaku Ketua Jurusan

Keperawatan Politeknik Kesehatan Padang.

3. Ibu Ns. Deharnita, S.ST, S.Kep. M,Kes selaku Kaprodi D.III Keperawatan

Solok.

4. Bapak dan Ibu dosen Prodi D.III Keperawatan Solok yang telah memberikan

ilmu selama mengikuti pendidikan di Keperawatan Solok.

5. Teristimewa ayah dan ibuku tercinta, kakak-kakakku tersayang, sahabat

seperjuangan yang telah sama-sama berjuang dan memberikan dukungan serta

motivasi yang bermanfaat.

6. Rekan-rekan Angkatan yang telah memberikan dukungan serta saran-saran

yang bermanfaat dan membangun.

Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini telah berusaha sebaik-baiknya,

namun penulis menyadari atas segala kekurangan kritik dan saran yang bersifat

membangun dibutuhkan demi kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini.

Akhir kata penulis ucapkan terima kasih atas segala bantuan dari semua pihak

yang ikut terlibat dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini. Mudah-mudahan Karya

Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi kita semua, Amin.

Solok, 3 Juni 2020

v
Penulis

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG

PROGRAM STUDI D.III KEPERAWATAN SOLOK

Karya Tulis Ilmiah, Juni 2020

Vellia Okti Hendrian (173210347)

Pengaruh Senam Ergonomik Terhadap Tekanan Darah Pada Lansia Usia


Pertengahan (45-59 Tahun) Dengan Hipertensi Di Wilayah Kerja Puskesmas
Pauh Kota Padang Tahun 2020
Xi + 52 halaman + 5 tabel + 11 lampiran

ABSTRAK

Hipertensi atau penyakit tekanan darah tinggi merupakan salah satu


penyakit yang paling sering muncul dinegara berkembang seperti Indonesia.
Prevalensi hipertensi di Sumatera Barat yaitu sebanyak 25,16%. Pencegahan
hipertensi dapat dilakukan dengan cara pengobatan non farmakologi yaitu senam
ergonomik. Tujuan penelitian untuk melihat perbedaan tekanan darah sebelum
dan setelah dilakukan senam ergonomik pada lansia usia pertengahan di
Kelurahan Limau Manis Wilayah Kerja Puskesmas Pauh Kota Padang Tahun
2020.

Penelitian ini bersifat quasi ekperimen dengan one group pretest-postest design
dilakukan tanggal 7 April – 13 April 2020. Populasi adalah lansia usia

vi
pertengahan (45-59 tahun) yang mengalami hipertensi tanpa komplikasi di
Kelurahan Limau Manis Wilayah Kerja Puskesmas Pauh. Pengolahan data
melalui sistem komputerisasi, analisa data adalah analisa univariat dan analisa
bivariat.

Hasil penelitian diperoleh nilai rata-rata tekanan darah sistolik dan diastolik
sebelum intervensi adalah 148 mmHg dan 86 mmHg. Nilai rata-rata sistolik dan
diastolik setelah intervensi adalah 139 mmHg dan 79 mmHg. Ada perbedaan nilai
rata-rata tekanan darah sistolik dan diastolik sebelum dan setelah dilakukan
intervensi yaitu 9 mmHg dan 7 mmHg. Berdasarkan uji paired t-test dependen
bahwa responden yang mengikuti kegiatan senam ergonomik mengalami
penurunan tekanan darah yang signifikan, nilai (p<0,05) bermakna pada lansia
usia pertengahan (45-59 tahun) dengan hipertensi ringan.

Diharapkan Kepada petugas kesehatan di Puskesmas Pauh untuk dapat


membentuk kelompok senam ergonomik atau melatih kelompok senam yang
sudah ada agar mengurangi kejadian hipertensi pada lansia usia pertengahan.

Kata kunci : Lansia, Hipertensi, Senam Ergonomik

Daftar pustaka : 30 (2010-2019)

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG

PROGRAM STUDI D.III KEPERAWATAN SOLOK

Karya Tulis Ilmiah, Juni 2020

Vellia Okti Hendrian (173210347)

vii
Effect Of Ergonomic Gymnastics On Blood Pressure In The Middle Age
Elderly (45-59 Years) With Hypertension In The Work Area Of Pauh
Puskesmas Padang City In 2020
Xi + 52 pages + 5 tables + 11 attachments

ABSTRACT

Hypertension or high blood pressure is one of the most common diseases


in developing countries like Indonesia. The prevalence of hypertension in West
Sumatra is 25.16%. Prevention of hypertension can be done by means of non-
pharmacological treatment, namely ergonomic exercise. The purpose of this study
was to look at differences in blood pressure before and after ergonomic exercises
in middle aged elderly in Limau Manis Village, Pauh Health Center, Padang City
in 2020.

This research is a quantitative study with the design of a pretest-posttest group


conducted on 7 April - 13 April 2020. The population is an elderly with a medium
level (45-59 years) who experience hypertension without complications in the
Limau Manis Village Work Area of the Pauh Health Center. Processing data
through a computerized system, data analysis is univariate analysis and bivariate
analysis.

The results obtained by the average value of systolic and diastolic blood pressure
before the intervention was 148 mmHg and 86 mmHg. The mean systolic and
diastolic values after the intervention were 139 mmHg and 79 mmHg. There are
differences in the average value of systolic and diastolic blood pressure before and
after the intervention is 9 mmHg and 7 mmHg. Based on paired t-test, it depends
on respondents who take part in ergonomic exercises to replace significant blood
pressure, the value (p <0.05) is understood in the elderly (45-59 years old) with
mild hypertension.

It is expected that health workers at the Pauh Health Center can form an
ergonomic gymnastics group or train existing gymnastics groups to reduce the
incidence of hypertension in the elderly in transition.

Keywords: Elderly, Hypertension, Ergonomic Gymnastics


Bibliography: 30 (2010-2019)

viii
DAFTAR ISI

PERNYATAAN PERSETUJUAN...........................................................................i
PERNYATAAN PENGESAHAN PENGUJI.........................................................ii
KATA PENGANTAR............................................................................................iii
ABSTRAK...............................................................................................................v
DAFTAR ISI..........................................................................................................vii
DAFTAR TABEL...................................................................................................ix
DAFTAR GAMBAR...............................................................................................x
DAFTAR LAMPIRAN...........................................................................................xi
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................2
A. Latar Belakang.....................................................................................................2
B. Rumusan Masalah................................................................................................8
C. Pertanyaan Penelitian..........................................................................................9
D. Tujuan Penelitian...............................................................................................10
E. Manfaat Penelitian.............................................................................................10
F. Ruang Lingkup Penelitian................................................................................11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................12
A. Konsep Lansia....................................................................................................12
B. Konsep Hipertensi.............................................................................................16
BAB III KERANGKA KONSEP..........................................................................32
A. Konseptual..........................................................................................................32
B. Kerangka Konsep..............................................................................................33
C. Definisi Operasional..........................................................................................34
BAB IV METODE PENELITIAN........................................................................36
A. Desain Penelitian...............................................................................................36
B. Tempat dan Waktu Penelitian..........................................................................37
C. Populasi Dan Sampel........................................................................................37
D. Cara Pengumpulan Data...................................................................................39
E. Teknik Pengolahan Data...................................................................................40
F. Analisa Data.......................................................................................................41
G. Pertimbangan Etik.............................................................................................42

vii
H. Prosedur Penelitian............................................................................................42
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN.................................................................45
A. Gambaran Umum Wilayah Penelitian.............................................................45
B. Karakteristik Responden...................................................................................46
C. Hasil Penelitian Dan Pembahasan...................................................................47
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN...............................................................51
A. Kesimpulan.........................................................................................................51
B. Saran....................................................................................................................52
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

viii
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 : Penggolongan Tekanan Darah .....................................................18


Tabel 3.1 : Definisi Operasional Variabel ......................................................34
Tabel 5.1 : Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendidikan
Di Keluruhan Limau Manis Wilayah Kerja Puskesmas
Pauh Kota Padang Tahun 2020 ....................................................46

Tabel 5.2 : Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tekanan Darah


Sistolik Dan Diastolik Sebelum Dan Sesudah Dilakukan
Intervensi Senam Ergonomik Pada Lansia Usia Peretengahan
Di Kelurahan Limau Manis Wilayah Kerja Puskesmas Pauh
Kota Padang Tahun 2020 ..........................................’..................48

Tabel 5.3 : Analisis Perbedaan Tekanan Darah Sebelum Dan Setelah


Dilakukan Senam Ergonomik Pada Lansia Usia Pertengan Di
Kelurahan Limau Manis Wilayah Kerja Puskesmas Pauh Kota
Padang Tahun 2020 .......................................................................49

ix
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 : Gerakan Lapang Dada

Gambar 2.2 : Gerakan Tunduk Syukur

Gambar 2.3 : Gerakan Duduk Perkasa

Gambar 2.4 : Gerakan Duduk Pembakaran

x
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Permohonan Menjadi Responden

Lampiran 2 : Pernyataan Persetujuan Menjadi Responden

Lampiran 3 : Lembar Observasi

Lampiran 4 : Standar Operasional Prosedur

Lampiran 5 : Surat Izin Pengambilan Data Dari Poltekkes Kemenkes RI


Padang Prodi D III Kepeerawatan Solok

Lampiran 6 : Surat Izin Penelitian Dari Ruang Satu Pintu

Lampiran 7 : Surat Izin Penelitian Dari Dinas Kesehatan Kota Solok

Lampiran 8 : Ganchart

Lampiran 9 : Print Otput SPSS

Lampiran 10 : Lembar Konsultasi

Lampiran 11 : Daftar Riwayat Hidup

xi
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan

kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri dan mempertahankan fungsi

normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki

kerusakan yang terjadi (Muhith & Siyoto, 2016). Menua merupakan proses

yang terus-menerus (berlanjut) secara alamiah dimulai dari sejak lahir. Proses

menua setiap individu pada organ tubuh juga tidak sama cepatnya, ada orang

yang belum tergolong lansia (masih muda) tetapi mengalami kekurangan,

menjadi tua merupakan kodrat yang harus dijalani oleh semua orang (Muhith

& Siyoto, 2016). Lansia akan mengalami proses penuaan ditandai dengan

penurunan pada daya tahan tubuh sehingga rentan terhadap penyakit.

Penurunan yang terjadi pada lansia seperti sistem saraf, sistem panca indra

serta penurunan kemampuan motorik seperti kekuatan dan kecepatan (Festi,

2018).

Lansia adalah seseorang individu yang telah melewati usia 45 atau 60

tahun(Prasetyo & Senja, 2019). Lansia adalah kelompok manusia yang berusia

60 tahun keatas, pada lansia akan terjadi proses menghilangnya kemampuan

jaringan untuk memperbaiki diri atau menganti dan mempertahankan fungsi

normalnya secara perlahan-perlahan sehin tidak dapat bertahan terhadap infeksi

dan memperbaiki kerusakan yang terjadi (Sunaryo et al., 2015).


3

Klasifikasi lansia menurut Word Health Organization (WHO) dalam Festi

(2018) meliputi lansia usia pertengahan(middle age) antara usia 45-59 tahun,

lanjut usia (elderly) antara usia 60-74 tahun, lanjut usia tua (old) antara usia 75-

90, dan usia sangat tua (very old) diatas 90 tahun.Pra lansia atau usia

pertengahanrentan atau mudah terkena penyakit, diusia 46-64 tahun terhitung

sebagai penyebab dua pertiga kematian, pemeriksaan teratur dan gaya hidup

sehat adalah cara yang efektif untuk mengurangi kerentanan terhadap berbagai

penyakit (Friendman, Bowden, & Jones, 2010).

Prevalensi lansia di dunia diperkirakan 500 juta dengan usia rata-rata 60

tahun dan diperkirakan pada tahun 2025 akan mencapai 1,2 milyar negara maju

seperti Amerika Serikat, pertambahan lansiadiperkirakan 1.000 orang per hari

pada tahun 1985 diperkirakan 50% dari penduduk berusia diatas 50 tahun

sehingga istilah baby boom pada masa lalu berganti menjadi ledakan

penduduk lansia(Padila, 2013b). Prevalensi lansia tahun 2012 Indonesia

termasuk negara Asia ketiga dengan jumlah populasi di atas 60 tahun sebesar

25 juta. Jumlah lansia di Indonesia di perkirakan akan mencapai 100 juta lansia

dalam tahun 2050 (Ekasari, Riasmini, & Hartini, 2018). Lansia di Sumatera

Barat tahun 2010-2020 sebanyak 97,91%. (Statistik, 2015).Prevalensi lansia di

Kota Padang tahun 2010-2020 sebanyak 7,42 % (Statistik, 2015).

Miller 2012 dalam Kertapati (2016) proses penuaan mengalami penurunan

fungsi organ, sehingga berisiko terjadinya penyakit gangguan fungsi tubuh, hal

ini akan mempengaruhi kesehatan pada lansia. Penyakit yang banyak

ditemukan pada lansia adalah Penyakit Tidak Menular (PTM)(Bustan, 2015).

Penyakit tidak menular yang banyak di temukan pada lansia seperti, artritis,
4

stroke, PPOK, diabetes mellitus dan hipertensi (Festi, 2018). Faktor usia sangat

berpengaruh terhadap hipertensi karena dengan bertambahnya umur maka

semakin tinggi resiko hipertensi yang disebabkan oleh perubahan alamiah di

dalam tubuh yang mempengaruhi jantung, pembuluh darah dan hormon

(Triyanto, 2014).

Hipertensi atau penyakit tekanan darah tinggi merupakan salah satu

penyakit yang paling sering muncul dinegara berkembang seperti Indonesia.

Seseorang dikatakan hipertensi dan berisiko mengalami masalah kesehatan

apabila setelah dilakukan beberapa kali pengukuran, nilai tekanan darah tetap

tinggi, nilai tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg atau diastolik ≥ 90 mmHg

(Prasetyaningrum, 2014). Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan

suatu kondisi medis yang ditandai dengan meningkatnya kontraksi pembuluh

darah arteri sehingga terjadi resistensi aliran darah yang meningkatkan tekanan

darah terhadap dinding pembuluh darah (Junaedi, Yulianti, & Rinata, 2013).

World Health Organization (WHO) memperkirakan kejadian hipertensi

didunia sekitar 972 juta orang atau 26,4%. Prevalensi hipertensi di Indonesia

berdasarkan pengukuran sebanyak 34,11%. Prevalensi hipertensi di Sumatera

Barat memiliki kedudukan ke 3 dari 34 propinsi di Indonesia yaitu sebanyak

25,16%(Riskesdas, 2019).Prevalensi hipertensi di Kota Padang khususnya di

puskesmas Pauh yaitu sebanyak 64,6% (Dinkes, 2019).

Kejadian hipertensi memiliki tanda dan gejala seperti sakit kepala, rasa

panas ditengkuk, atau kepala berat. Namun gejala tersebut tidak bisa dijadikan

patokan ada tidaknya hipertensi pada diri seseorang. Satu-satunya cara untuk
5

mengetahuinya adalah dengan melakukan pengecekan tekanan darah

(Prasetyaningrum, 2014). Penyebabnya hipertensi dibagi menjadi dua yaitu

hipertensi esensial atau primer dan hipertensi sekunder. Hipertensi esensial

atau primer adalah suatu kondisi hipertensi dimana penyebabnya diduga karena

faktor genetik, stres, alkohol,merokok, lingkungan, dan gaya hidup. Hipertensi

sekunder adalah hipertensi yang disebabkan oleh kelainan pembuluh darah

ginjal, gangguan kelenjar tiroid (hipertiroid), penyakit kelenjar adrenal

(hiperaldosteronisme) (Triyanto, 2014).

Hipertensi merupakan faktor risiko terpenting untuk munculnya penyakit

jantung koroner, stroke, gagal jantung, dan vaskuler perifer. Faktor risiko ini

tidak membedakan jenis kelamin dan usia, oleh karena itu hipertensi disebut

dengan pembunuh tersembunyi (Silent Killer)(Ramayulis, 2013). Hipertensi

menjadi silent killer pada sebagian besar kasus tidak menunjukkan gejala

apapun. Penyakit ini berbahaya karena berhubungan dengan kardiovaskuler,

yaitu sistem peredaran darah yang berfungsi memberikan dan mengalirkan

suplai oksigen dan nutrisi ke seluruh jaringan dan organ tubuh yang diperlukan

dalam proses metabolisme (Kurniadi & Nurrahmani, 2015).

Kesehatan fisik dan psikis sangat diperlukan untuk menjaga keseimbangan

tekanan darah agar berada pada kisaran normal(Lingga, 2012).Perilaku hidup

sehat yang bisa dilakukan untuk mencegah hipertensi antara lain mengurangi

asupan garam, menghindari stres, memperbaiki gaya hidup yang kurang sehat,

mengontrol tekanan darah, diet sehat, dan olahraga teratur(Sutanto, 2010).


6

Olahraga atau latihan jasmani secara teratur dapat menurunkan tekanan

darah dan menurunkan resiko serangan hipertensi 50% lebih besar

dibandingkan orang yang tidak aktif melakukan olahraga (Sutanto, 2010).

Manfaat olahraga bagi penderita hipertensi adalah menambah pasokan oksigen

kedalam tubuh, merelaksasi otot, meredakan stres, melancarkan sirkulasi

oksigen dan nutrisi dengan cara memperlebar pembuluh darah, meningkatkan

imunitas tubuh, mecegah pembekuan darah, dan meredakan stres(Lingga,

2012).

Olahraga seperti senam sangat bermanfaat bagi penatalaksanaan

hipertensi. Permeabilitas membran meningkat pada otot yang berokontraksi,

sehingga saat senam teratur dapat memperbaiki pengaturan tekanan darah.

Senam dapat membantu memperbaiki pengaturan profil lemak darah,

menurunkan kolesterol total, memperbaiki sistem hemostatik dan tekanan

darah, salah satu terapi yang dapat diaplikasikan kepada lansia yaitu olahraga

berupa senam ergonomik (Triyanto, 2014).

Senam ergonomik adalah teknik senam untuk mengembalikan kelenturan

sistem saraf dan aliran darah, memaksimalkan suplai oksigen ke otak,

membuka sistem kecerdasan, sistem keringat dan sistem pemanas tubuh

(Madyo, 2014). Gerakan yang terkandung dalam senam ergonomik adalah

gerakan yang efektif, efisien dan logis karena gerakannya dapat langsung

membuka, membersihkan, dan mengaktifkan seluruh sistem-sistem tubuh

seperti sistem kardiovaskuler .(Wratsongko, 2010).


7

Gerakan senam ergonomik yang dikembangkan akan menarik ujung-ujung

saraf, mengembalikan posisi saraf, memberi tekanan lebih ke pembuluh darah

halus di kepala, mengisi atau mensirkulasikan oksigen lewat aliran darah ke

otak, mengaktifkan kelenjar keringat, sistem pemanas tubuh dan sistem saraf

lainnya. Senam ergonomik akan semakin berkualitas jika rutin

melakukannya(Madyo, 2014). Senam ergonomik dilakukan 3kali dalam satu

minggu dengan waktu 20 menit dan gerakan dilakukan secara

sempurna(Suwanti, Purwaningsih, & Setyoningrum, 2019).Menurut Soemah

dkk (2017) senam ergonomik dilakukan 2-3 kali dalam satu minggu dengan

waktu kurang lebih 20 menit. Melakukan gerakan senam ergonomik akan

mengalami kenaikan pada tekanan darah karena terjadinya vasodilatasi pada

pembuluh darah, setelah senam ergonomik di lakukan tekanan darah akan

mengalami penurunan setelah 30 menit karena pembuluh darah mengalami

relaksasi sehingga baik untuk melakukan pemeriksaan tekanan darah (Andi,

Afriwandi, & Detty, 2016).

Penelitian Suwanti dkk (2019)menunjukkan rata-rata tekanan darah

sistolik dan diastolik pada lansia dengan hipertensi sebelum dilakukan senam

ergonomik yaitu 151,33mmHg dan 86,33 mmHg, setelah diberikan senam

ergonomik rata-rata tekanan darah sistolik dan diastolik menurun yaitu 142,00

mmHg dan 90,66 mmHg, dari 15 responden mengalami penurunan rata-rata

sistolik dan diastolik 9,33 mmHg dan 8 mmHg. Hal ini menunjukkan bahwa

pemberian senam ergonomikdapat menurunkan tekanan darah pada lansia

dengan hipertensi. Penelitian Syahfitri dkk (2015) menunjukkan rata-rata

tekanan darah sebelum pemberian intervensi senam ergonomik pada penderita


8

hipertensi yaitu 162,13 mmHg dan 97,50 mmHg, rata-rata tekanan darah sitolik

dan diastolik setelah pemberian intervensi senam ergonomik yaitu 145,25

mmHg dan 84,81. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian senam ergonomik

dapat menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi. Penelitian Soemah

dkk (2017) menunjukkanpenurunan rata-rata tekanan darah sistolik dan

diastolik setelah dilakukakan senam ergonomik pada penderita hipertensi

sebedar 33,65 mmHg dan 19,55 mmHg.

B. Rumusan Masalah

Faktor usia sangat berpengaruh terhadap hipertensi karena dengan

bertambahnya umur maka semakin tinggi resiko hipertensi yang disebabkan

oleh perubahan alamiah di dalam tubuh yang mempengaruhi jantung,

pembuluh darah dan hormon (Triyanto, 2014).

Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan suatu kondisi medis yang

ditandai dengan meningkatnya kontraksi pembuluh darah arteri sehingga

terjadi resistensi aliran darah yang meningkatkan tekanan darah terhadap

dinding pembuluh darah (Junaedi et al., 2013).

Kesehatan fisik dan psikis sangat diperlukan untuk menjaga keseimbangan

tekanan darah agar berada pada kisaran normal (Lingga, 2012). Perilaku hidup

sehat yang bisa dilakukan untuk mencegah hipertensi antara lain mengurangi

asupan garam, menghindari stres, memperbaiki gaya hidup yang kurang sehat,

mengontrol tekanan darah, diet sehat, dan olahraga teratur(Sutanto, 2010).

Olahraga seperti senam sangat bermanfaat bagi penatalaksanaan hipertensi.

Permeabilitas membran meningkat pada otot yang berokontraksi, sehingga saat


9

senam teratur dapat memperbaiki pengaturan tekanan darah. Senam dapat

membantu memperbaiki pengaturan profil lemak darah, menurunkan kolesterol

total, memperbaiki sistem hemostatik dan tekanan darah, salah satu terapi yang

dapat diaplikasikan kepada lansia yaitu olahraga berupa senam ergonomik

(Triyanto, 2014). Senam ergonomik adalah teknik senam untuk

mengembalikan kelenturan sistem saraf dan aliran darah, memaksimalkan

suplai oksigen ke otak, membuka sistem kecerdasan, sistem keringat dan

sistem pemanas tubuh (Madyo, 2014).

Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk menyusun laporan

karya tulis ilmiah dengan judul “Pengaruh Senam Ergonomik Terhadap

Tekanan Darah Lansia Usia Pertengahan (45-59 tahun) Dengan Hipertensi Di

Wilayah Kerja Puskemas Pauh Kota Padang Tahun 2020”.

C. Pertanyaan Penelitian

1. Bagaimana gambaran tekanan darah pada lansia usia pertengahan (45-59

tahun) sebelum dilakukan senam ergonomik.

2. Bagaimana gambaran tekanan darah lansia usia pertengahan (45-59

tahun)setelah dilakukan senam ergonomik.

3. Bagaimana perbedaan tekanan darah pada lansia usia pertengahan (45-59

tahun) sebelum dan setelah dilakukan senam ergonomik.


10

D. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi

pengaruh senam ergonomik terhadap tekanan darah pada lansia usia

pertengahan (45-59 tahun) dengan hipertensi.

2. Tujuan Kusus

a. Teridentifikasi tekanan darah pada lansia usia pertengahan (45-59

tahun) dengan hipertensi sebelum dilakukan senam ergonomik.

b. Teridentifikasi tekanan darah pada lansia usia pertengahan (45-59

tahun) dengan hipertensi setelah dilakukan senam ergonomik.

c. Teridentifikasi perbedaan tekanan darah pada lansia usia pertengahan

(45-59 tahun) dengan hipertensi sebelum dan setelah dilakukan senam

ergonomik.

E. Manfaat Penelitian

1. Untuk Institusi Pelayanan

Hasil ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai pengaruh

senam ergonomik terhadap tekanan darah pada lansia usia pertengahan

(45-59 tahun) dengan hipertensi dapat dijadikan sebagai bahan

pertimbangan dan masukan bagi tenaga kesehatan sebagai pemberi

pelayanan kesehatan.

2. Bagi Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai landasan untuk penelitian

yang akan datang mengenai aspek lain tentang senam ergonomik terhadap
11

penurunan tekanan darah pada lansia usia pertengahan (45-59 tahun)

dengan hipertensi.

3. Bagi Ilmu Pengetahuan

Hasil penelitian ini dapat menambah wawasan ilmu kesehatan tentang

pengaruh senam ergonomik terhadap tekanan darah pada lansia usia

pertengahan (45-59 tahun) dengan hipertensi.

F. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini untuk mengetahui pengaruh senam

ergonomik terhadap penurunan tekanan darah pada pra lansia di Wilayah kerja

Puskesmas Pauh Kota Padang. Penelitian ini menggunakan desain Quasi

Eksperimentaldengan pendekatan one group design, dimana design ini

menggunakan rancangan pretest-posttest dengan observasi yang dilakukan

lebih dari satu kali sebelum maupun sesudah intervensi sehingga dapat di lihat

pengaruh senam ergonomik terhadap penurunan tekanan darah pada lansia usia

pertengahan (45-59 tahun).Pengambilan sampel dilakukan dengan Purposive

Sampling terhadap populasi lansia usia pertengahan (45-59 tahun) yang

menderita hipertensi di Wilayah Kerja PuskesmasPauh Kota Padang tahun

2020. Uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji T atau T test dengan

tidak menggunakan kelompok kontrol untuk membandingkan dua populasi

dimana memiliki dua sampel pengamatan dalam satu sampel yang dapat

dipasangkan dengan sampel lainnya yaitu pengukuran tekanan darah lansia

usia pertengahan (45-59 tahun) yang menderita hipertensi sebelum dan setelah

dilakukan intervensi senam ergonomik.


12
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Lansia

1. Pengertian

Menua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan

kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan

mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap

infeksi dan memperbaiki kerusakan yang di derita (Muhith & Siyoto, 2016).

Lansia adalah seseorang individu yang telah melewati usia 45 tahun

atau 60 tahun (Prasetyo & Senja, 2019). Lansia atau lanjut usia merupakan

kelompok umur pada manusia yang telah memasuki tahap akhir dari fase

kehidupannya (Ekasari et al., 2018). Lansia adalah kelompok manusia yang

berusia 60 tahun keatas (Sunaryo et al., 2015).

2. Batasan-Batasan Lanjut Usia

Menurut pendapat berbagai para ahli dalam efendi (2009) dalam

Sunaryo, dkk (2016), batasan-batasan umur yang mencakup batasan umur

lansia sebagai berikut :

a. Menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 dalam bab 1 pasal 1

ayat 2 yang berbunyi “Lanjut usia adalah seseorang yang mencapai usia

60 (enam puluh) tahun ke atas”.

b. Menurut Word Health Organization (WHO) dalam Sunaryo (2016) ,

lansia dibagi menjadi empat kriteria berikut :

1) Lansia usia pertengahan ( middle age) ialah 45-59 tahun

12
13

2) Lanjut usia (elderly) ialah 60-74 tahun

3) Lanjut usia tua (old) ialah 75-90 tahun

4) Usia sangat tua (very old) ialah di atas 90 tahun

c. Menurut Dra. Jos Masdani (Psikolog UI terdapat empat fase) yaitu:

1) Fase inventus yaitu uisa 25-40 tahun

2) Fase virillities yaitu usia 40-55 tahun

3) Fase presenium yaitu usia 55-65 tahun

4) Fase senium yaitu usia 65 hingga tutup usia

d. Menurut Prof. Dr. Koesoemato Setyonegoro masa lanjut usia (geriatric

age) yaitu usia diatas 65 tahun atau 70 tahun. Masa lanjut usia dibagi

menjadi batasan umur, yaitu :

1) Young old yaitu usia 70-75 tahun

2) Old yaitu usia 75-80 tahun

3) Very old diatas 80 tahun

3. Karakteristik Lansia

Lansia memiliki tiga karakteristik sebagai berikut (Dewi, 2014):

a. Berusia lebih dari 60 tahun.

b. Kebutuhan dan masalah yang bervariasi dari rentang sehat sampai sakit,

dari kebutuhan biopsikososial hingga spiritual, serta dari kondisi adaptif

hingga kondisi maladaptif.

c. Lingkungan tempat tinggal yang bervariasi


14

4. Teori Proses Menua

Miller 2012 dalam Kertapati (2016) menjelaskan bahwa proses menua

meupakan suatu proses dimana terjadi penurunan respon daya tahan tubuh

dalam menghadapi faktor risiko internal dan eksternal. Konsekuensi negatif

merupakan akumulasi dampak akibat dari adanya proses menua yang

disertai dengan berbagai faktor risiko yang dialami oleh lansia. Konsekuensi

negatif akan memengaruhi status kesehatan, kualitas hidup dan status

fungsional lansia. Lansia harus memiliki strategi koping agar mau

beradaptasi dengan perubahan fisik, psikologis, dan sosial.

Proses menua terjadi pada orang dengan usia berbeda-beda, masing

masing lansia mempunyai kebiasaan yang berbeda sehingga tidak satu

faktorpun ditemukan untuk mencegah proses menua. Teori-teori proses

menua dapat digolongkan dalam dua kelompok, yaitu kelompok teori

biologis dan teori kejiwaan sosial (Muhith & Siyoto, 2016).

a. Teori Biologi

Teori biologi adalah ilmu yang mempelajari kehidupan dan

organisme hidup, termasuk struktur, fungsi, pertumbuhan, evolusi,

persebaran dan taksonominya(Muhith & Siyoto, 2016)

b. Teori Kejiwaan Sosial

Teori kejiwaan sosial meliputi dampak atau pengaruh sosial terhadap

perilaku manusia. Teori ini melihat pada sikap, keyakinan, dan perilaku
15

lansia. Beberapa teori kejiwaan sosial sebagai berikut (Muhith & Siyoto,

2016):

1) Aktivitas Atau Kegiatan(Activity Theory)

Lansia yang sukses adalah mereka yang aktif san ikut banyak

dalam kegiatan sosial. Ukuran pola hidup dilanjutkan pada cara hidup

lansia. Mempertahankan hubungan antara sistem sosial dan individu

agar tetap stabil dan usia pertengahan ke lanjut usia (Muhith & Siyoto,

2016).

2) Kepribadian Berlanjut (Continuity Theory)

Kepribadian tingkah laku tidak berubah pada lansia, teori ini

merupakan gabungan dari teori diatas. Teori ini menyatakan bahwa

perubahan yang terjadi pada seseorang yang lansia sangat

dipengaruhi oleh tipe kepribadian yang dimilikinya (Muhith & Siyoto,

2016).

3) Teori Pembebasan (Didengagement Theory)

Bertambahnya usia seseorang secara berangsur-angsur mulai

melepaskan diri dari kehidupan sosialnya atau menarik diri dari

pergaulan sekitarnya. Keadaan ini mengakibatkan interaksi sosial

lansia menurun, baik secara kualitas maupun kuantitas sehingga sering

terjadi kehilangan ganda, yaitu kehilangan peran, hambatan kontak

sosial dan berkurangnya komitmen (Muhith & Siyoto, 2016).


16

4) Teori Subkultural

Merupakan kelompok yang memiliki norma, harapan, rasa

percaya, dan adat kebiasaan tersendiri sehingga dapat digolongkan

sebagai subkultural. Dikalangan lansia, status lebih ditekankan pada

tingkat kesehatan dan kemampuan mobilitasnya, bukan pada hasil

pekerjaan, pendidikan, ekonomi, yang pernah dicapai, bila

terkoordinasi dengan baik dan dapat menyalurkan aspirasinya dimana

hubungan antar group dapat meningkatkan proses penyesuaian pada

masa lansia (Muhith & Siyoto, 2016).

5. Penyakit Degeneratif Pada Lansia

Miller 2012 dalam Kertapati (2016) proses penuaan mengalami

penurunan fungsi organ, sehingga berisiko terjadinya penyakit gangguan

fungsi tubuh, hal ini akan mempengaruhi kesehatan pada lansia. Penyakit

yang banyak ditemukan pada lansia adalah Penyakit Tidak Menular (PTM)

(Bustan, 2015). PTM dinamai juga sebagai penyakit degeneratif karena

kejadiannya ditandai dengan proses degenerasi atau ketuaan sehingga PTM

banyak ditemukan pada usia lansia. Penyakit degeneratif yang banyak di

temukan pada lansia seperti, artritis, stroke, PPOK, diabetes mellitus dan

hipertensi (Festi, 2018).

B. Konsep Hipertensi

1. Pengertian Hipertensi
17

Hipertensi atau penyakit tekanan darah tinggi merupakan salah satu

penyakit yang paling sering muncul dinegara berkembang seperti indonesia.

Seseorang dikatakan hipertensi dan berisiko mengalami masalah kesehatan

apabila setelah dilakukan beberapa kali ppengukuran, nilai tekanan darah

tetap tinggi, nilai tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg atau diastolik ≥ 90

mmHg(Prasetyaningrum, 2014). Hipertensi adalah sebagai tekanan darah

persistem dimana tekanan darah sistoliknya diatas 140 mmHg dan tekanan

darah diastoliknya diatas 90 mmHg(Padila, 2013a). Hipertensi atau tekanan

darah tinggi merupakan suatu kondisi medis yang ditandai dengan

meningkatnya kontraksi pembuluh darah arteri sehingga terjadi resistensi

aliran darah yang meningkatkan tekanan darah terhadap dinding pembuluh

darah (Junaedi et al., 2013).

Hipertensi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami

peningkatan tekanan darah diatas normal yang mengakibatkan peningkatan

angka kesakitan (morbiditas) dan angka kematian/mortalitas. Tekanan darah

140/90 mmHg didasarkan pada dua fase dalam setiap denyut jantung yaitu

fase sistolik 140 menunjukan fase darah yang sedang dipompa oleh jantung

dan fase diastolik 90 menunjukkan fase darah yang kembali ke jantung

(Triyanto, 2014).
18

2. Penggolongan Hipertensi

Tabel 2.1

Penggolongan Tekanan Darah

Kategori Sistolik Diastolik


Nomal >130 mmHg >85 mmHg
Normal tinggi 130-139 mmHg 85-89 mmHg
Hipertensi ringan 140-159 mmHg 90-99 mmHg
Hipertensi sedang 160-179 mmHg 100-109 mmHg
Hiperetensi berat 180-209 mmHg 110-119 mmHg
Hipertensi maglina 210 mmHg atau lebih 120 mmHg atau lebih
(sumber : (Sutanto, 2010)

3. Penyebab Hipertensi

Hipertensi berdasarkan penyebabnya dapat dibedakan menjadi 2 yaitu

(Padila, 2013a) :

a. Hipertensi esensial (hipertensi primer) yaitu hipertensi yang tidak

diketahui penyebabnya.

b. Hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang disebababkan oleh penyakit

lain.

c. Hipertensi primer terdapat lebih dari 90% penderita hipertensi,

sedangkan 10% sisanya disebabkan oleh hipertensi sekunder. Meskipun

hipertensi primer belum diketahui penyebabnya, data-data penelitian


19

telah menemukan beberapa faktor yang sering menyebabkan terjadinya

hipertensi. Faktor-faktor tersebut sebagai berikut(Padila, 2013a) :

1) Faktor keturunan

Dari data statistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki

kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan hipertensi jika orang

tuanya adalah penderita hipertensi (Padila, 2013a).

2) Usia

Semakin bertambahnya usia, kemungkinan seseorang menderita

hipertensi juga semakin besar. Penyakit hipertensi merupakan

penyakit yang timbul akibat Faktor risiko yng dimiliki seseorang

(Sutanto, 2010).

3) Kebiasaan hidup

Kebiasaan hidup yang sering menyebutkan timbulnya hipertensi

adalah konsumsi garam yang tinggi (melebihi dari 30 gr), kegemukan

atau makan berlebihan, stres, dan pengaruh lain misalnya merokok,

minum alkohol, minum obat-obatan(ephedrine, prednison, epineprin)

(Padila, 2013a).

4. Patofisiologi

Mekanisme yang mengontrol konstruksi dan relaksasi pembuluh darah

terletak di pusat vasomotor pada medula di otak. Dari pusat vasomotor ini

bermula Jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan

keluar dari columna medula spinalis ke ganglia simpatis di thorax dan

abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls


20

dan bergerak ke bawah melalui sistem saraf simpatis ke ganglia simpatis.

Pada titik ini, neuron pres-ganglion melepaskan asetilkolin, yang akan

merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, di mana

dengan dilepaskannya norepinefrin mengakibatkan konstriksi pembuluh

darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dalam

mempengaruhi respons pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriktor.

Klien dengan hipertensi sangat sensitif terhadap norepinefrin, meskipun

tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut dapat terjadi(Aspiani,

2014).

Pada saat bersamaan ketika sistem saraf simpatis merangsang pembuluh

darah sebagai respons merangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang

mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medula adrenal

menyekresi epinefrin yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal

menyekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons

vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokontriksi yang mengakibatkan

penurunan aliran darah ke ginjal menyebabkan pelepasan renin renin

(Aspiani, 2014).

Renin yang dilepaskan merangsang pembentukan angiotensin I yang

kemudian diubah menjadi angiotensin II, vasokontriktor kuat, yang pada

akhirnya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini

menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkab

peningktatan volume intravaskuler. Semua faktor tersebut cenderung

mencetuskan hipertensi(Aspiani, 2014).

5. Tanda Dan Gejala


21

Hipertensi sering disebut sebagai pembunuh diam-diam karena sering

tanpa gejala yang yang memberi peringatan akan adanya masalah. Kadang-

kadang orang menganggap sakit kepala, pusing, atau hidung berdarah

sebagai gejala peringatan meningkatnya tekanan darah. Padahal hanya

sedikit orang yang mengalami perdarahan di hidung atau pusing jika

tekanan darahnya meningkat. Pada sebagian besar kasus hipertensi tidak

menimbulkan gejala apapun, dan bisa saja baru muncul gejala setelah terjadi

komplikasi pada orang lain, seperti ginjal, mata, otak dan jantung. Gejala

seperti sakit kepala, migran sering ditemukan sebagai gejala klinis

hipertensi primer, walaupun tidak jarang yang berlangsung tanpa adanya

gejala. Pada survei hipertensi di Indonesia, tercatat berbagai keluhan yang

dikaitkan dengan hipertensi, seperti sakit kepala, mudah marah, telinga

berdengung, suka tidur, dan rasa berat di tengkuk (Junaedi et al., 2013).

6. Penatalaksanaan

Pengobatan hipertensi bertuan untuk mencegah morbiditas dan

mortalitas akibat komplikasi kardiovaskuler yang berhubungan dengan

pencapaian dan pemeliharaan takanan darah di bawah 140/90 mmHg.

Prinsip pengelolaan penyakit hipertensi meliputi (Padila, 2013a):

a. Terapi Tanpa Obat

Terapi tanpa obat digunakan sebagai tindakan untuk hipertensi

ringan dan sebagai tindakan suportif pada hipertensi sedang dan berat.

Terpi tanpa obat meliputi :

b. Diet

Diet yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah (Padila, 2013a):


22

1) Restriksi garam secara moderat dari 10 gr/hr menjadi 5 gr/hr

2) Diet rendah kolesterol dan rendah asam lemak jenuh

3) Penurunan berat badan

4) Penurunan asupan etanol

5) Menghentikan merokok

6) Diet tinggi kalium

c. Latihan Fisik

Latihan fisik atau olahraga yang teratur dan tearah yang dianjurkan

untuk penderita adalah olaharaga yang mempunyai empat prinsip

yaitu(Padila, 2013a) :

1) Macam olahraga yaitu isotonis dan dinamis seperti lari, jogging,

bersepeda, berenang dan lain-lain.

2) Intensitas olahraga yang baik antara 60-80% dari kapasitas arobik

yaitu 72-87% dari denyut nadi maksimal yang disebut zona latihan.

Denyut nadi maksimal dapat ditentukan dengan rumus 220-umur.

3) Lamanya latihan berkisar antara 20-25 menit berada dalam zona

latihan.

4) Frekuensi latihan sebaiknya 3x perminggu dan paling baik 5x

perminggu.

d. Edukasi Psikologis

Pemberian edukasi psikologis untuk penderita hipertensi meliputi

(Padila, 2013a):

1) TehnikBiofeedback
23

Biofeedback adalah suatu tekhnik yang dipakai untuk

menunjukkan pada subjek tanda-tanda mengenai keadaan tubuh yang

secara sadar oleh subjek yang dianggap tidak normal. Penerapan

biofeedback terutama dipakai untuk mengatasi gangguan somatik

seperti nyeri kepala dan migran, juga untuk gangguan psikologis

seperti kecemasan dan ketegangan (Padila, 2013a).

2) Tehnik Relaksasi

Relaksasi adalah suatu prosedur atau tehnik yang bertujuan untuk

mengurangi ketegangan atau kecemasan, dengan cara melatih

penderita untuk dapat belajar membuat otot-otot dalam tubuh menjadi

rileks(Padila, 2013a).

e. Pendidikan Kesehatan (Penyuluhan)

Tujuan pendidikan kesehatan yaitu untuk meningkatkan pengetahuan

pasien tentang penyakit hipertensi dan pengelolaannya sehingga pasien

dapat mempertahankan hidupnya dan mencegah komplikasi lebih lanjut

(Padila, 2013a).

7. Pemeriksaan Penunjang

a. Riwayat dan pemeriksaan fisik secara menyeluruh

b. Pemeriksaan retina

c. Pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui kerusakan organ seperti

ginjal dan jantung

d. EKG untuk mengetahui hipertropi ventrikel kiri

e. Urinalisa untuk mengetahui protein dalam urin, darah, glukosa


24

f. Pemeriksaan : renogram, pielogram intravena arteriogram renal,

pemeriksaan fungsi ginjal terpisah dan penentuan kadar urin

g. Foto dada dan CT acan.

(Padila, 2013a).

8. Komplikasi

Komplikasi pada penderita hiperensi adalah sebagai berikut (Aspiani,

2014) :

a. Stroke

Stroke dapat terjadi akibat hemoragi akibat tekanan darah tinggi di

otak, atau akibat embolus yang terlepas dari pembuluh selain otak yang

terpajan tekanan tinggi. Stroke dapat terjadi pada hipertensi kronis

apabila arteri yang memperdarahi otak mengalami hipertrofi dan

penebalan, sehingga aliran darah ke area otak yang diperdarahi

berkurang. Arteri otak yang mengalami arterosklerosis dapat melemah

sehingga meningkatkan kemungkinan terbentuknya aneurisma(Aspiani,

2014).

b. Diabetes Melitus

Terlalu banyak kadar gula dalam darah akan merusak organ dan

jaringan tubuh sehingga terjadi aterosklerosis (penyempitan atau

penyumbatan arteri), penyakit ginjal, dan penyakit arteri koronia. Ketiga

penyakit ini memengaruhi tekanan darah (Junaedi et al., 2013).

c. Infark Miokard
25

Infark miokard dapat terjadi apabila arteri korener yang

arterosklerotik tidak dapat menyuplai cukup oksigen ke miokardium atau

apabila terbentuk trombus yang menghambat aliran darah melewati

pembuluh daeah. Pada hipertensi kronis dan hipertrofi ventrikel,

kebutuhan oksigen mikardium mungkin tidak dapat dipenuhi dan dapat

terjadi iskemia jantung yang menyebabkan infark(Aspiani, 2014).

d. Gagal Ginjal

Gagal ginjal dapat terjadi karena kerusakan progresif akibat tekanan

tinggi pada kapiler glomerulus ginjal. Dengan rusaknya glomerulus ,

aliran darah ke nefron akan terganggu dan dapat berlanjut menjadi

hipoksik dan kematian(Aspiani, 2014).

e. Ensefalopati(kerusakan otak)

Ensefalopati(kerusakan otak) dapat terjadi, terutama pada hipertensi

maligna (hipertensi yang mengikat cepat dan berbahaya). tekanan yang

sangat tinggi pada kelainan ini menyebabkan peningkatan tekanan

kapiler dan mendorong cairan ke ruang interstisial diseluruh susunan

saraf pusat(Aspiani, 2014).

f. Kejang

Kejang dapat terjadi pada wanita preeklampsia. Bayi yang lahir

mungkin memiliki berat lahir kecil akibat perfusi plasenta yang tidak

adekuat, kemudian dapat mengalami kejang selama atau sebelum proses

persalinan (Aspiani, 2014).


9. Bagan WOC 27
Faktor predisposisi : usia, jenis kelamin, merokok, stress, kurang olahraga,
Beban kerja jantung
genetic, alcohol, konsentrasi garam, obesitas Aliran darah makin cepat
keseluruh tubuh sedangkan
nutrisi dalam sel sudah
Kerusakan vaskuler pembuluh darah hipertensi Tekanan sistemik darah
mencukupi kebutuhan

Perubahan struktur Perubahan situasi Krisis situsional Metode koping tidak efektif

Penyubatan pembuluh darah Informasi yang minim Defisiensi pengetahuan ansietas Ketidakefektifan koping

vasokontriksi Nyeri kepala


Resistensi pemb darah otak

Gangguan sirkulasi Otak Suplay O2 ke ortak Resiko ketidakefektifan perfusi


jaringan otak

Ginjal Retina Pembuluh darah

Vaokontriksi pemb darah ginjal Spasma arteriol Sistemik Koroner

Blood flow darah


Risiko cidera Vasokontriksi Iskemia miokard

Respon RRA Penurunan curah jantung Afterload Nyeri

Merangsang aidosteron Kelebihan volume cairan Fastigue

Restensi Na Edema Intoleransi aktivitas


28

C. Konsep Senam Ergonomik

1. Pengetian Senam Ergonomik

Senam ergonomik adalah teknik senam untuk mengembalikan atau

membetulkan posisi kelenturan sistem saraf, aliran darah dan

memaksimalkan suplay oksigen ke otak (Wratsongko, 2010).

Senam ergonomik atau senam inti Prima Raga adalah teknik senam

yang membuat tubuh menjadi segar dan dapat memperbaiki sistem

kekebalan tubuh dari penyakit (Wratsongko, 2010).

2. Manfaat Senam Ergonomik

Senam ergonomik bermanfaat untuk mengembalikan atau membetulkan

posisi dan kelenturan sistem saraf dan aliran darah, memaksimalkan suplay

oksigen ke otak, membuka sistem kecerdasan, sistem keringat, sistem

pemanas tubuh, sistem pembakaran asam urat, kolesterol, dan gula darah.

(Wratsongko, 2010).

Gerakan yang terkandung dalam senam ergonomik adalah gerakan yang

efektif, efisien dan logis karena gerakannya dapat langsung membuka,

membersihkan, dan mengaktifkan seluruh sistem-sistem tubuh seperti

sistem kardiovaskuler(Wratsongko, 2010).

Gerakan senam ergonomik yang dikembangkan akan menarik ujung-

ujung saraf, mengembalikan posisi saraf, memberi tekanan lebih ke

pembuluh darah halus di kepala, mengisi atau mensirkulasikan oksigen

lewat aliran darah ke otak, mengaktifkan kelenjar keringat, sistem pemanas

tubuh dan sistem saraf lainnya. Senam ergonomik akan semakin berkualitas

jika rutin melakukannya (Madyo, 2014).


29

3. Langkah-Langkah Senam Ergonomik

Senam ergonomik dilakukan selama 20 menit dengan frekuensi 2 kali

semingu, gerakan-gerakan dalam senam ergonomik adalah sebagai beikut

(Suwanti et al., 2019):

a. Gerakan Pembuka : Berdiri Sempurna

1) Anjurkan berdiri sempurna dengan kedua kaki tegak, hingga telapak

kaki menekan seluruh titik saraf di telapak kaki. Posisi demikian

membuat punggung lurus(Madyo, 2014).

b. Gerakan Lapang Dada

Gambar 2.1 Gerakan Lapang Dada


1) Atur posisi berdiri dengan membuka kaki selebar bahu

2) Luruskan tangan kedepan

3) Tangan diangkat keatas, terus kebelakang dan kembali ke posisi

semula dengan gerakan memutar

4) Disaat tangan memutar posisi kaki dijinjit dan diturunkan dengan

mengikuti gerakan tangan.Gerakan ini dilakukan sebanyak 8 kali

5) Setelah selesai kembali ke posisi semula

(Sagiran, 2014).
30

c. Gerakan Tunduk Syukur

Gambar 2.2 Gerakan Tunduk Syukur


1) Mengangkat tangan lurus ke atas

2) Bungkukkan badan dengan tangan memegang kaki

3) Luruskan pandangan kedepan

4) Gerakan ini dilakukan sebanyak 8 kali

5) Kemudian kembali ke posisi semula

(Sagiran, 2014).

d. Gerakan Duduk Perkasa

Gambar 2.3 Gerakan Duduk Perkasa


1) Duduk dengan posisi kedua telapak kaki berdiri

2) Kemudian jari-jari kaki ditekuk

3) Tangan memegang pergelangan kaki

4) Lalu memulai gerakan seperti mau sujud dengan kepala menengadah

kedepan
31

5) Gerakan ini dilakukan sebanyak 8 kali

6) Setelah selesai kembali ke posisi duduk semula

(Sagiran, 2014).

e. Gerakan Duduk Pembakaran

Gambar 2.4 Gerakan Duduk Pembakaran


1) Duduk dengan posisi seperti bersimpuh

2) Kedua tangan di letakkan dipinggang

3) Mulai gerakan seperti mau sujud

4) Ketika sujud kepala menengadah ke depan

5) Setelah 8 kali kembali duduk ke posisi semula

(Sagiran,2014)
BAB III
KERANGKA KONSEP

A. Konseptual

Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan suatu kondisi medis yang

ditandai dengan meningkatnya kontraksi pembuluh darah arteri sehingga

terjadi resistensi aliran darah yang meningkatkan tekanan darah terhadap

dinding pembuluh darah (Junaedi et al., 2013). Hipertensi adalah sebagai

tekanan darah persistem dimana tekanan darah sistoliknya diatas 140 mmHg

dan tekanan darah diastoliknya diatas 90 mmHg (Padila, 2013).

Senam ergonomik adalah teknik senam untuk mengembalikan atau

membetulkan posisi dan kelenturan sistem saraf dan aliran darah,

memaksimalkan suplay oksigen ke otak, membuka sistem kecerdasan, sistem

keringat, sistem pemanas tubuh, sistem pembakaran asam urat, kolesterol, dan

gula darah.(Wratsongko, 2010).

Gerakan yang terkandung dalam senam ergonomik adalah gerakan yang

efektif, efisien dan logis karena gerakannya dapat langsung membuka ,

membersihkan, dan mengaktifkan seluruh sistem-sistem tubuh seperti sistem

kardiovaskuler (Wratsongko, 2010).

32
33

B. Kerangka Konsep

Input Proses Output

Pengukuran
tekanan darah
Melakukan setelah dilakukan
Pengukuran senam ergonomik
intervensi senam
tekanan darah
ergonomik pada pada lansia usia
sebelum
lansia usia pertengahan (45-
dilakukan senam
ergonomik pada pertengahan (45- 59 tahun) dengan
59 tahun) dengan hipertensi
lansia usia
hipertensi selama
pertengahan (45-
20 menit 3 kali
59 tahun) dengan
dalam satu Perubahan
hipertensi
minggu tekanan darah
setelah dilakukan
intervensi
34

C. Definisi Operasional

Tabel 2.1
Definisi Operasional Variabel

No Variabel Definisi Variabel Cara Ukur Alat Ukur Skala Hasil


Ukur Ukur
1 Tekanan Hasil pengukuran Pengukuran Sphygnomano Ordinal Tekanan
darah tekanan darah langsungpa meter, darah
sebelum sistolik dan da lengan stetoskop, sistolik
dilakukan diastolik sebelum sebelah kiri lembar dan
senam melakukan senam dengan observasi diastolik
ergonomik ergonomik dengan posisi dalam
padalansia frekuensi 3 kali berbaring mmHg
usia dalam satu minggu
pertengahan
(45-59
tahun)
dengan
hipertensi

2 Tekanan Hasil pengukuran Pengukuran Sphygnomano Ordinal Tekanan


darah tekanan darah langsung meter, darah
setelah sistolik dan pada stetoskop, sistolik
dilakukan diastolik setelah 30 lengan lembar dan
senam menit melakukan sebelah kiri observasi diastolik
ergonomik senam ergonomik dengan dalam
pada lansia dengan frekuensi 3 posisi mmHg
usia kali dalam satu berbaring
pertengahan minggu
(45-59
tahun)
dengan
hipertensi
35

D. Hipotesis

Ada pengaruh senam ergonomik terhadap tekanan darah pada lansia usia

pertengahan (45-59 tahun) dengan hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas

Pauh Kota Padang Tahun 2020.


BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain Quasi-eksperiment dengan rancangan

pretest-posttest dalam satu kelompok (One-Group Pretest-Posttest design).

Pada penelitian ini mengungkapkan hubungan sebab akibat dengan cara

melibatkan satu kelompok. Kelompok subjek diobservasi sebelum dilakukan

intervensi, kemudian di observasi lagi setelah dilakukan intervensi

(Notoatmodjo, 2010).

Didalam desain ini pengukuran dilakukan sebanyak dua kali, yaitu

pengukuran tekanan darah yang dilakukan sebelum senam ergonomik (O1),

kemudian dilakukan senam ergonomik (X) dan pengukuran tekanan darah

dilakukan setelah senam ergonomik (O2), Tanpa adanya kelompok

pembanding.

Desain ini dapat di gambarkan sebagai berikut :

O1 XO2
Keterangan :

O1 : Pengukuran tekanan darah sebelum dilakukan senam ergonomik

pada lansia usia pertengahan (45-59 tahun) dengan hipertensi.

X : Intervensi dilakukan senam ergonomik pada lansia usia pertengahan

(45-59 tahun) yang menderita hipertensi.

36
37

O2 : Pengukuran tekanan darah setelah dilakukan senam ergonomik pada

lansia usia pertengahan (45-59 tahun) dengan hipertensi.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian
Penelitian pengaruh senam ergonomik terhadap tekanan darah pada

lansia usia pertengahan (45-59 tahun) di lakukan di Kelurahan Limau Manis

Wilayah Kerja Puskesmas Pauh Kota Padang Tahun.

2. Waktu penelitian

Penelitian pengaruh senam ergonomik terhadap tekanan darah pada

lansia usia pertengahan (45-59 tahun) dilakukan pada tanggal 7-13 April

2020.

C. Populasi Dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang di teliti

(Notoatmodjo, 2010). Populasi dalam penelitan ini adalah lansia usia

pertengahan (45-59 tahun) yang menderita hipertensi di Kelurahan Limau

Manis Wilayah Kerja Puskesmas Pauh Kota Padang Tahun 2020.

2. Sampel

Sampel adalah objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh

sampel (Notoatmodjo, 2010). Pengambilan sampel menggunakan teknik

purposive sampling yaitu pengambilan sampel didasarkan pada suatu

pertimbangan tertentu yang dibuat oleh peneliti sendiri, berdasarkan ciri

atau sifat-sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya. Suatu

pertimbangan yang dilakukan oleh peneliti dalam memilih sampel yaitu


38

dengan kriteria tertentu berdasarkan masalah yang ada (Notoatmodjo,

2010). Sampel dalam penelitian ini adalah lansia usia pertengahan (45-59

tahun) yang menderita hipertensi di Kelurahan Limau Manis Wilayah Kerja

Puskesmas Pauh karena mengingat kondisi, waktu, biaya, dan jarak serta uji

statistik yang digunakan maka peneliti mengambil sampel sebanyak 20

orang sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan oleh peneliti, dimana 14

orang bersedia menjadi responden, 6 orang tidak bersedia menjadi

responden, dan yang rutin untuk mengikuti intervensi senam ergonomik

sebanyak 10 orang.

Kriteria inklusi dan eksklusi adalah kriteria atau ciri-ciri yang perlu

dipenuhi oleh setiap anggota populasi yang dapat diambil sebagai sampel

(Notoatmodjo, 2010). Sampel yang dipilih ditentukan dengan kriteria

inklusi dan eksklusi adalah :

a. Kriteria Inklusi

1) Lansia usia pertengahan (45-59 tahun) yang tinggal di Kelurahan

Limau Manis Wilayah Kerja Puskesmas Pauh Kota Padang.

2) Responden merupakan lansia usia pertengahan (45-59 tahun) yang

menderita hipertensi.

3) Lansia usia pertengahan (45-59 tahun) yang mengalami hipertensi

ringan dengan tekanan darah sistolik 140-159 mmHg dan tekanan

darah diastolik 90-99 mmHg.

4) Tidak ada penyakit infeksi.

5) Tidak ada keluhan pusing.

6) Tidak memiliki keluhan pada ekstremitas.


39

7) Bersedia menjadi responden dengan menandatangani surat pernyataan

menjadi respon (Informed Consent).

8) Lansia usia pertengahan (45-59 tahun) dengan status mental baik.

9) Responden yang tidak mengkonsumsi obat antihipertensi.

b. Kriteria Ekslusi

1) Tidak bersedia menjadi responden

2) Lansia usia pertengahan (45-59 tahun) yang buta dan tuli.

3) Menderita hipertensi berat dengan keluhan pusing dan bedrest.

D. Cara Pengumpulan Data

Data dikumpulkan oleh peneliti dengan dengan dua tahap pengukuran,

yaitu tekanan darah sebelum (pre) dan tekanan darah setelah (post) diberikan

intervensi senam ergonomik. Sebelum di berikan intervensi pengukuran

dilakukan melalui observasi dan pengukuran langsung mengenai tekanan darah

lansia usia pertengahan (45-59 tahun) yang menderita hipertensi pada bulan 7-

13 April 2020. Pengukuran tekanan darah menggunakan tensi meter air raksa.

Kemudian apabila tekanan darah responden sesuai dengan kriteria sampel,

maka dilakukan informed consent. Setelah itu di lakukan intervensi berupa

senam ergonomis. Dan kemudian dilakukan pengukuran yang kedua setelah

senam diberikan 3kali dalam satu minggu. Pengukuran dilakukan dengan

teknik yang sama yaitu melalui observasi dan pengukuran langsung dengan

menggunakan tensi meter dan stetoskop pada orang yang sama.


40

E. Teknik Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan setelah pengumpulan data, dengan maksud

agar data yang telah dikumpulkan memiliki sifat yang jelas. Ada beberapa

langkah dalam pengolahan data (Notoatmodjo, 2010), yaitu :

1. Editing

Kegiatan ini untuk melihat setiap hasil pengukuran yang telah

dilakukan peneliti mengenai kelengkapan pengisian data, sehingga data

yang terkumpul dapat lengkap dan sesuai dengan nilai pengukuran.

2. Coding

Dilakukan pemberian kode terhadap hasil pengukuran tekanan darah

sebelum dan sesudah dilakukan senam ergonomik, sebagai persiapan

pemasukan data ke master tabel untuk diolah. Jenis kelamin diberi kode 1 =

laki-laki, 2 = perempuan. Tingkat pendidikan 1 = SD, 2 = SMP, 3 = SMA.

Sedangkan variabel yang diteliti tidak diberi kode karena sudah dalam

bentuk numerik.

3. Entry

Setelah data didapatkan dan hasil pengukuran tekanan darah sebelum

dan sesudah dilakukan senam ergonomik, maka data tersebut dimasukkan

kedalam programsoftware SPSS.

4. Cleaning

Apabila semua data sudah selesai dimasukkan ke dalam program

sofware komputer, maka perlu di cek kembali untuk melihat kemungkinan

ada kesalahan kode, ketidaklengkapan atau kesalahan lainnya. Setelah ini

dilakukan pembetulan data.


41

5. Processing data

Proses pengelolaan data dengan menggunakan program SPSS.

F. Analisa Data

1. Data univariat

Analisa univariat bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan

karakteristik setiap variabel penelitian. Bentuk analisa univariat tergantung

dari jenis datanya. Untuk data numerik digunakan nilai mean atau rata-rata,

median dan standar deviasi (Notoatmodjo, 2010).

Untuk tekanan darah diperoleh dari observasi dan pengukuran langsung

dengan menggunakan tensimeter dan stetoskop. Dengan menggunakan rata-

rata (mean) untuk mengetahui pengaruh dari intervensi senam ergonomik

dengan tekanan darah pada lansia usia pertengahan (45-59 tahun) dengan

hipertensi.

2. Analisa bivariat

Analisa bivariat bertujuan untuk melihat pengaruh dari intervensi yang

dilakukan dimana pada penelitian ini untuk melihat beda mean tekanan darah

sebelum dan sesudah dilakukan senam ergonomik. untuk melihat pengaruh

tersebut maka dilakukan uji t dependen yaitu menguji perbedaan dua mean

(dari dua sampel) data hasil kenyataan dilapangan. Dengan menggunakan

derajat kepercayaan 95 dan tingkat kemaknaan p value < α = 0.05 artinya ada

pengaruh antara tekanan darah sebelum dilakukan senam ergonomik dengan

setelah dilakukan senam ergonomik.


42

G. Pertimbangan Etik

Sebagai pertimbangan genetik, maka sebelum penelitian dilakukan, untuk

menjamin bahwa responden diberi penjelasan tentang tujuan penelitian dan

cara pelaksanaannya. Responden diminta untuk menandatangani surat

persetuuan (informed consent) untuk menjaga kerahasiaan data yang diberikan.

Responden sebagai subek penelitian berhak menolak untuk dijadikan

responden apapun alasannya.

Penelitian berkewajiban menjelaskan semua hal yang berkaitan dengan

prosedur intervensi. Setelah pengumpulan data, seluruh data yang dikumpulkan

akan dirahasiakan.

H. Prosedur Penelitian

1. Tahap Pra Penelitian

a. Meneliti lokasi penelitian

b. Mengurus surat izin penelitian

c. Melakukan studi pendahuluan untuk merumuskan masalah

d. Menyusun proposal dan instrument dengan bimbingan dosen

pembimbing

e. Mengikuti seminar proposal

2. Tahap Persiapan

a. Revisi instrument pengumpulan data

b. Perbanyak instrument pengumpulan data

3. Tahap Penelitian

a. Penelitian dilakukan pada saat kondisi covid-19 dan penelitian dilakukan

kepada rumah lansia usia pertengahan (45-59 tahun) yang terdekat.


43

b. Mengunjungi rumah lansia usia pertengahan (45-59 tahun) yang

menderita hipertensi dengan kriteria yang telah ditentukan secara door to

door pada tanggal 7-13 April 2020.

c. Menjelaskan maksud dan tujuan penelitian kepada responden

d. Menjelaskan prosedur yang akan di lakukan selama penelitian kepada

responden.

e. Meminta responden untuk menandatangani informed consent

f. Peneliti melakukan kontrak waktu dan tempat kepada responden untuk

dilakukannya intervensi senam ergonomik

g. Peneliti menjelaskan kepada responden terkait manfaat yang dapat

diperoleh dari senam ergonomik dan gerakan-gerakan senam yang

dilakukan.

h. Peneliti mendemonstrasikan gerakan senam ergonomik sehingga dapat

dilaksanakan oleh lansia usia pertengahan (45-59 tahun)

i. Melakukan pengukuran pertama tekanan darah responden melalui

observasi dan pengukuran langsung, pengukuran dilakukan oleh peneliti

pada lengan kiri dengan posisi berbaring

j. Lalu peneliti melakukan senam ergonomik dengan responden selama 20

menit.

k. Peneliti kontrak waktu dengan responden karena akan kembali untuk

melakukan intervensi senam ergonomik selanjutnya.

l. Mengukur tekanan darah kembali setelah dilakukan 3 kali senam

ergonomik selama satu minggu dengan mengistirahatkan responden


44

terlebih dahulu selama 30 menit. Melakukan pengukuran tekanan darah

pada lengan kiri dengan posisi berbaring.


45

BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Wilayah Penelitian

Penelitian ini menjelaskan tentang pengaruh senam ergonomik terhadap

tekanan darah pada lansia usia pertengahan (45-59 tahun) di Kelurahan Limau

Manis Wilayah Kerja Puskesmas Pauh Kota Padang Tahun 2020.

Puskesmas Pauh merupakan salah satu puskesmas yang dimiliki oleh Kota

Padang dari 21 puskesmas. Puskesmas Pauh terletak di Kecamatan Pauh Kota

Padang. Puskesmas Pauh terdiri dari 9 Wilayah Kerja yaitu Kelurahan Limau

Manis, Kelurahan Limau Mansis Selatan, Kelurahan Lambung Bukit,

Kelurahan Koto Luar, Kelurahan Kapalo Koto, Kelurahan Cupak Tangah,

Kelurahan Piai Tangah, Kelurahan Binuang Kampung Dalam, Kelurahan

Pisang.

Penelitian ini telah dilakukan pada tanggal 7 April – 13 April 2020 di

Kelurahan Limau Manis Wilayah Kerja Puskesmas Pauh Kota Padang. Selama

penelitian dengan data awal lansia usia pertengahan (45-59 tahun) dengan

hipertensi sebanyak 20 orang, mengingat kondisi, waktu, biaya, dan jarak serta

uji statistik yang digunakan, dimana 14 orang bersedia menjadi responden, 6

orang tidak bersedia menjadi responden, dan yang rutin mengikuti intervensi

senam ergonomik sebanyak 10 orang.


46

B. Karakteristik Responden

1. Umur Responden

Dari penelitian yang telah peneliti lakukan bahwa 10 responden berada

pada lansia usia pertengahan yaitu usia 45 tahun sampai 59 tahun.

2. Jenis Kelamin Responden

Jenis kelamin dikelompokkan menjadi dua, yaitu laki-laki dan

perempuan. Namun pada penelitian yang telah dilakukan bahwa 10

responden berjenis kelamin perempuan.

3. Pendidikan Responden

Tingkat pendidikan responden dikelompokkan menjadi 4 kategori yaitu,

SD, SMP, SMA dan Perguruan Tinggi. Kecenderungan distribusi frekuensi

pendidikan responden dapat dilihat pada tabel 5.1 :

Tabel 5.1
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendidikan
Di Keluruhan Limau Manis Wilayah Kerja Puskesmas
Pauh Kota Padang Tahun 2020

Pendidikan Terakhir F %
SD 4 40
SMP 2 20
SMA 3 30
PT 1 10
Jumlah 10 100

Tabel 5.1 dilihat bahwa lebih dari sebagian ( 40%) responden memiliki

pendidikan SD.
47

4. Pekerjaan Responden

Pekerjaan responden dapat dikelompokkan menjadi bekerja dan tidak

bekerja. Namun pada penelitian yang telah dilakukan bahwa 10 responden

tidak bekerja.

C. Hasil Penelitian Dan Pembahasan

1. Analisa Univariat

Analisa univariat dimaksud untuk menggambarkan kondisi variabel

yang dibahas, setelah data terkumpul, kemudian data diolah menggunakan

sistem komputerisasi, hasil yang didapatkan dari pengolahan data yang

peneliti lakukan kecil dari 0,05 dan menunjukkan data berdistribusi normal,

karena data berdistribusi normal maka peneliti menggunakan nilai mean.

Data yang terkumpul adalah tekanan darah sistolik dan diastolik setelah

dilakukan senam ergonomik dan tekanan darah sistolik dan diastolik setelah

dilakukan senam ergonomik pada lansia usia pertengahan, untuk dapat

melihat perbedaan tekanan darah sebelum dan setelah intervensi senam

ergonomik disajikan dalam tabel 5.2 :


48

Tabel 5.2
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tekanan Darah
Sistolik Dan Diastolik Sebelum Dan Sesudah Dilakukan
Intervensi Senam Ergonomik Pada Lansia Usia Peretengahan
Di Kelurahan Limau Manis Wilayah Kerja Puskesmas Pauh
Kota Padang Tahun 2020

No Tekanan Darah Sistolik Tekanan Darah Diastolik


Responden Sebelum Setelah Sebelum Setelah
1 150 140 90 80
2 160 150 100 90
3 150 130 80 80
4 140 130 80 70
5 160 150 90 80
6 140 130 80 80
7 150 140 90 80
8 140 140 80 70
9 140 130 80 80
10 150 130 90 80
Nilai Maks 160 150 100 90
Nilai Min 140 130 80 70
Jumlah 1480 1390 860 790
Mean 148 139 86 79
Selisih Mean 9 7
Stand.Dev 3,162 4,830

Tabel 5.2 didapatkan rata-rata tekanan darah sistolik dan diastolik

sebelum dilakukan senam ergonomik adalah 148 mmHg dan 86 mmHg

dengan standard deviasi 3,162, dan setelah dilakukan senam ergonomik

pada lansia usia pertengahan terjadi penurunan tekanan darah sistolik dan

diastolik yaitu 139 mmHg dan 79 mmHg dengan standard deviasi 4,830.
49

Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa adanya perbedaan tekanan darah

sistolik dan diastolik sebelum dan setelah dilakukan senam ergonomik.

2. Analisa Bivariat

Analisa bivariat bertujuan untuk melihat pengaruh tekanan darah

sebelum dan setelah dilakukan intervensi senam ergonomik pada lansia usia

pertengahan. Hasil uji statistik jika hitung > dari t tabel berarti ada

pengaruh sebelum dan setelah intervensi senam ergonomik. Untuk lebih

jelas dapat dilihat pada tabel 5.3 berikut :

Tabel 5.3
Analisis Perbedaan Tekanan Darah Sebelum
Dan Setelah Dilakukan Senam Ergonomik
Pada Lansia Usia Pertengahan Di Kelurahan Limau Manis
Wilayah Kerja Puskesmas Pauh Kota Padang
Tahun 2020

Tekanan Darah Mean SD p Value N


Sistolik Sebelum 148 7,888 0,099
Sistolik Sesudah 139 7,379
10
Diastolik Sebelum 86 6,992 0,001
Diastolik Sesudah 79 5,676

Tabel 5.3 di dapatkan nilai p value sistolik = 0,099 atau α < 0.05 dan p

value diastolik = 0,001 atau α < 0.05. Angka ini menunjukkan bahwa ada

perbedaan yang signifikan antara tekanan darah sebelum dan setelah

dilakukan intervensi senam ergonomik. Hal ini berarti adanya pengaruh

senam ergonomik terhadap tekanan darah pada lansia usia pertengahan (45-

59 tahun). Adapun faktor yang mempengaruhi terjadinya penurunan tekanan


50

darah pada lansia usia pertengahan yang melaksanakan olahraga seperti

senam ergonomik yaitu gerakan senam ergonomik yang dikembangkan akan

menarik ujung-ujung saraf, mengembalikan posisi saraf, memberi tekanan

lebih ke pembuluh darah halus di kepala, mengisi atau mengsirkulasikan

oksigen lewat aliran darah ke otak, mengaktifkan kelenjar keringat, sistem

pemanas tubuh dan sistem saraf lainnya, senam ergonomik akan semakin

berkualitas jika rutin melakukannya (Madyo, 2014).

Penelitian Suwanti dkk (2019) menunjukkan rata-rata tekanan darah

sistolik dan diastolik pada lansia dengan hipertensi sebelum dilakukan

senam ergonomik yaitu 151,33 mmHg dan 86,33 mmHg, setelah diberikan

senam ergonomik rata-rata tekanan darah sistolik dan diastolik menurun

yaitu 142,00 mmHg dan 90,66 mmHg, dari 15 responden mengalami

penurunan rata-rata sistolik dan diastolik 9,33 mmHg dan 8 mmHg. Hal ini

menunjukkan bahwa pemberian senam ergonomik dapat menurunkan

tekanan darah pada lansia dengan hipertensi. Penelitian Syahfitri dkk (2015)

menunjukkan rata-rata tekanan darah sebelum pemberian intervensi senam

ergonomik pada penderita hipertensi yaitu 162,13 mmHg dan 97,50 mmHg,

rata-rata tekanan darah sistolik dan diastolik setelah pemberian intervensi

senam ergonomik yaitu 145,25 mmHg dan 84,81. Hal ini menunjukkan

bahwa pemberian senam ergonomik dapat menurunkan tekanan darah pada

penderita hipertensi. Penelitian Soemah dkk (2017) menunjukkan

penurunan rata-rata tekanan darah sistolik dan diastolik setelah dilakukakan

senam ergonomik pada penderita hipertensi sebedar 33,65 mmHg dan 19,55

mmHg.
51

Hasil yang diperoleh peneliti berasumsi bahwa senam ergonomik

dapat menurunkan tekanan darah pada lansia usia pertengahan di

Kelurahan Limau Manis Wilayah Kerja Puskesmas Pauh Kota Padang

Tahun 2020 ini disebabkan karena responden melakukan gerakan senam

dengan baik sehingga tekanan darah pada lansia usia pertengahan dapat

mengalami penurunan.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap 10 responden

tentang pengaruh senam ergonomik terhadap tekanan darah pada lansia usia

pertengahan dengan hipertensi di Kelurahan Limau Manis Wilayah Kerja

Puskesmas Pauh Kota Padang Tahun 2020, maka di peroleh kesimpulan

sebagai berikut :

1. Tekanan darah sistolik pada lansia usia pertengahan mengalami penurunan

setelah dilakukan intervensi senam ergonomik di Kelurahan Limau Manis

Wilayah Kerja Puskesmas Pauh Kota Padang Tahun 2020.

2. Tekanan darah diastolik pada lansia usia pertengahan mengalami penurunan

setelah dilakukan intervensi senam ergonomik di Kelurahan Limau Manis

Wilayah Kerja Puskesmas Pauh Kota Padang Tahun 2020.

3. Ada pengaruh yang bermakna antara tekanan darah sistolik dan diastolik

sebelum dan setelah dilakukan intervensi senam ergonomik pada lansia usia

pertengahan di Kelurahan Limau Manis Wilayah Kerja Puskesmas Pauh

Kota Padang Tahun 2020.

51
52

B. Saran

1. Bagi Peneliti

Diharapkan penelitian ini menambah kemampuan dan pengalaman

serta wawasan peneliti tentang pengaruh senam ergonomik terhadap

tekanan darah pada lansia usia pertengahan dengan hipertensi

2. Bagi Puskesmas Pauh

Diharapkan kepada petugas kesehatan di Puskesmas Pauh untuk

membentuk kelompok senam ergonomik atau melatih kelompok senam

yang sudah ada agar mengurangi kejadian hipertensi pada lansia usia

pertengahan.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Diharapkan bagi peneliti selanjutnya agar hasil penelitian ini dapat

digunakan sebagai perbandingan dan bahan untuk peneliti selanjutnya

tentang pengaruh senam ergonomik terhadap tekanan darah pada lansia

usia pertengahan dengan hipertensi.


DAFTAR PUSTAKA

Andi, A., Afriwandi, & Detty, I. (2016). Gambaran Perubahan Tekanan Darah
Pasca Olahraga Futsal Pada Mahasiswa Universitas Andalas.

Aspiani, R. Y. (2014). Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan


Kardiovaskuler. Jakarta: EGC.

Bustan, M. N. (2015). Manajemen PengendaliN Penyakit Tidak Menular. Jakarta:


Rineka Cipta.

Dewi, S. R. (2014). Keperawatan Gerontik. Yogyakarta: Deepublish.

Dinkes. (2019). Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Kota Padang. Padang: Dinas
Kesehatan.

Ekasari, M. F., Riasmini, N. M., & Hartini, T. (2018). Meningkatkan Kualitas


Hidup Lansia. Malang: Wineka Media.

Festy, P. (2018). Lansia“lanjut usia, perspektif dan masalah.” Surabaya:


UMSurabaya Publishing.

Friendman, M. M., Bowden, V. R., & Jones, E. G. (2010). Keperawatan


Keluarga, Riset, Teori, & Praktik. Jakarta: EGC.

Junaedi, E., Yulianti, S., & Rinata, M. G. (2013). Hipertensi Kandas Berkat
Herbal. Jakarta: FMedia.

Kertapati, Y. (2016). Pengaruh Intervensi Keperawatan Spiritual Latihan Chair


Yoga (Spilaga) TerhDp Status Fungsional Dan Kepuasan Hidup Lansia.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan.

Kurniadi, H., & Nurrahmani, U. (2015). Stop Hipertensi Diabetes Hipertensi


Kolesterol Tinggi Jantung Koroner. Yogyakarta: Istana Media.

Lingga, L. (2012). Bebas Hipertensi Tanpa Obat. Jakarta: AgeoMedia Pustaka.

Madyo, W. (2014). Mukjizat Gerakan Shalat & Rahasia 13 Unsur Manusia. J:


Mizania Anggota IAKPI.

Muhith, A., & Siyoto, S. (2016). Pendidikan Keperawatan Gerontik. Yogyakarta:


CV ANDI OFFSET.

Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.


Padila. (2013a). Aauhan Keperawatan Penyakit Dalam. Yogyakarta: Nuha
Medika.

Padila. (2013b). Keperawatan Gerontik. Yogyakarta: Nuha Medika.

Prasetyaningrum, Y. I. (2014). Hipertensi Bukan Untuk Ditakuti. Jakarta: FMedia.

Prasetyo, T., & Senja, A. (2019). Perawatan Lansia. Jakarta: Bumi Medika.

Ramayulis, R. (2013). Jus Super Ajaib. Jakarta: Penebar Plus.

Riskesdas. (2019). Laporan Nasional Riskesdas 2018. Jakarta: Badan Penelitian


dan Pengembangan Kesehatan.

Sagiran. (2014). Sehat Gaya Rasul. Jakarta: Qultum Media.

Soemah, E. N., Haryanto, A., & Akbar, A. (2017). Effect Of Ergonomik


Gymnastic To Lipid Profile And Blood Pressure In Patients With
Hypertension At Sumber Agung Village Jatirejo District Mojokerto Regency.
1(1). https://doi.org/e-ISSN : 2957-9345 p-ISSN : 2597-761X

Statistik, B. P. (2015). Proyeksi Penduduk Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera


Barat. Jakarta: Badan Pusat Statistik.

Sunaryo, Wijayanto, R., Kuhlu, M. M., Sumedi, T., Dwi, W. E., Sukrillah, U. A.,
… Kuswati, A. (2015). Asuhan Keperawatan Gerontik. Yogyakarta: CV
ANDI OFFSET.

Sutanto. (2010). Cekal (Cegah & Tangkal) Penyakit Modern. Yogyakarta: CV


ANDI OFFSET.

Suwanti, Purwaningsih, P., & Setyoningrum, U. (2019). Pengaruh Senam


Ergonomik Terhadap Tekanan Darah Lansia Dengan Hipertensi. Jurnal
Penelitian Perawat Profesional, 1(1), 1–12. https://doi.org/p-ISSN 2714-
9757

Syahfitri, M., Safri, & Jumaini. (2015). Efektifitas Senam Jantung Sehat Dan
Senam Ergonomik Kombinasi Relaksasi Nafas Dalam Terhadap Tekanan
Darah Pada Penderita Hipertensi Primer. 2(2).

Triyanto, E. (2014). Pelayanan Keperawatan Bagi Penderita Hipertensi.


Yogyakarta: Graha Ilmu.

Wratsongko, M. (2010). Shalat Jadi Obat. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.


Lampiran 1

PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Kepada Yth :
Responden Penelitian
Di tempat
Dengan Hormat,
Saya yang bertanda tangan dibawah ini, mahasiswa Poltekkes Kemenkes Ri
Padang Program Studi D III Keperawatan Solok
Nama : VELLIA OKTI HENDRIAN
Nim : 173210347
Alamat : Jl. Laing Tembok Jaya Kota Solok

Akan mengadakan penelitian dengan judul “Pengaruh Senam Ergonomik


Terhadap Tekanan Darah Pada Lansia Usia Pertengahan (45-59 Tahun)
Dengan Hipertensi Di Wilayah Kerja Puskesmas Pauh Kota Padang Tahun
2020”. Penelitian ini tidak menimbulkan akibat buruk bagi responden.
Kerahasiaan informasi yang diberikan akan dijaga dan hanya digunakan untuk
tujuan penelitian.
Apabila responden menyetujui maka dengan ini saya mohon kesedian
responden untuk menandatangani lembaran persetujuan dan menjawab
pertanyaan-pertanyaan yang saya ajukan dalam lembaran observasi.
Atas perhatian dan kesediaan sebagai responden, saya mengucapkan
terima kasih.

Peneliti

VELLIA OKTI HENDRIAN


Lampiran 2

PERNYATAAN PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

(INFORMED CONSENT)

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : ............................................................

Umur : ............................................................

Alamat : ............................................................

Setelah diberikan penjelasan, tujuan dan manfaat penelitian menyatakan


bersedia berpartisipasi sebagai responden dalam penelitian yang dilakukan oleh :

Nama : VELLIA OKTI HENDRIAN

NIM : 173210347

Judul Penelitian :“Pengaruh Senam Ergonomik Terhadap


Tekanan Darah Pada Lansia Usia Pertengahan
(45-59 Tahun) Dengan Hipertensi Di Wilayah
Kerja Puskesmas Pauh Kota Padang Tahun
2020”
Saya menyadari bahwa penelitian ini tidak akan berakibat negatif terhadap
saya, sehingga jawaban yang saya beriakan adalah sebenarnya dan akan
dirahasiakan.
Demikian pernyataan ini saya buat agar dapat digunakan sebagaimana
mestinya.

Yang Membuat Pernyataan,

(.................................................)
Lampiran 3

LEMBARAN OBSERVASI

PENGARUH SENAM ERGONOMIK TERHADAP TEKANAN DARAH


PADA LANSIA USIA PERTENGAHAN (45-59 TAHUN) DENGAN
HIPERTENSI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAUH
KOTA PADANG TAHUN 2020

No Responden
Tanggal Pengambilan Data :
Identitas Responden
Nama (inisial) :
Umur :
Jenis kelamin : a. Laki-laki
b. Perempuan

Pekerjaan :
Alamat :
Agama :
Pendidikan terakhir : a. SD
b. SMP
c. SMA
d. PT (Perguruan Tinggi)
Status perkawinan :
Kapan terakhir minum obat anti hipertensi :
Tekanan darah : a. Sebelum dilakukan intervensi :
b. Setelah dilakukan intervensi :
Lampiran 4
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
SENAM ERGONOMIK

Pengertian Senam ergonomik adalah teknik senam untuk mengembalikan


atau membetulkan posisi kelenturan sistem saraf, aliran darah
dan memaksimalkan suplay oksigen ke otak
Indikasi Pra lansia yang menderita hipertensi
Tujuan 1. Mengembalikan atau membetulkan posisi kelenturan sistem
saraf
2. Membuat tubuh menjadi segar
3. Dapat memperbaiki sistem kekebalan tubuh dari penyakit
4. Memaksimalkan suplay oksigen ke otak
Sumber Sagiran. (2014). Sehat Gaya Rasul. Jakarta: Qultum Media.
Pelaksanaan a. Gerakan Pembuka : Berdiri Sempurna
1.Anjurkan berdiri sempurna dengan kedua kaki tegak,
hingga telapak kaki menekan seluruh titik saraf di telapak
kaki. Posisi demikian membuat punggung lurus
b. Gerakan Lapang Dada
1. Atur posisi berdiri dengan membuka kaki selebar bahu
2. Luruskan tangan kedepan
3. Tangan diangkat keatas, terus kebelakang dan kembali
ke posisi semula dengan gerakan memutar
4. Disaat tangan memutar posisi kaki dijinjit dan
diturunkan dengan mengikuti gerakan tangan.
5. Gerakan ini dilakukan sebanyak 8 kali
6. Setelah selesai kembali ke posisi semula

c. Gerakan Tunduk Syukur


6) Mengangkat tangan lurus ke atas
7) Bungkukkan badan dengan tangan memegang kaki
8) Luruskan pandangan kedepan
9) Gerakan ini dilakukan sebanyak 8 kali
10) Kemudian kembali ke posisi semula
d. Gerakan Duduk Perkasa
1. Duduk dengan posisi kedua telapak kaki berdiri
2. Kemudian jari-jari kaki ditekuk
3. Tangan memegang pergelangan kaki
4. Lalu memulai gerakan seperti mau sujud dengan kepala
menengadah kedepan
5. Gerakan ini dilakukan sebanyak 8 kali
6. Setelah selesai kembali ke posisi duduk semula

e. Gerakan Duduk Pembakaran


1. Duduk dengan posisi seperti bersimpuh
2. Kedua tangan di letakkan dipinggang
3. Mulai gerakan seperti mau sujud
4. Ketika sujud kepala menengadah ke depan
5. Setelah 8 kali kembali ke posisi semula

+
Lampiran 5
LAMPIRAN 6
LAMPIRAN 7
LAMPIRAN 8

JADWAL KEGIATAN

NAMA : VELLIA OKTI HENDRIAN

NIM : 173210347

JUDUL PENELITIAN : PENGARUH SENAM ERGONOMIK TERHADAP TEKANAN DARAH PADA LANSIA USIA
PERTENGAHAN (45-59 TAHUN) DI KELURAHAN LIMAU MANIS WILAYAH KERJA
PUSKESMAS PAUH KOTA PADANG TAHUN 2020

2019 2020
NO KEGIATAN DESEMBER JANUARI FEBRUARI MARET APRIL MEI JUNI
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Mencari Topik
2 Mengajukan Judul
3 Menetapkan Judul
4 Pembuatan Proposal
5 Konsultasi Proposal
6 Acc Sidang Proposal
7 Seminar Proposal
8 Perbaikan Proposal
9 Acc Pembimbing I
10 Konsultasi Pembimbing II
11 Acc Pembimbing II
12 Acc Penguji I
13 Acc Penguji II
14 Pengurusan Surat Penelitian
15 Pengumpulan Data
16 Pengolahan Data
17 Konsultasi Akhir
18 Seminar Hasil Akhir
19 Perbaikan Hasil Akhir
LAMPIRAN 9

Nomor Umur Jenis Tekanan Darah Tekanan Darah


Responden Responden Kelamin Pendidikan Pekerjaan Sistolik Diastolik
Sebelu Setela Sebelu Setelah
m h m
1 57 tahun Perempuan SD Ibu rumah tangga 150 140 90 80
2 45 tahun Perempuan SMP Ibu rumah tangga 160 150 100 90
3 55 tahun Perempuan SD Ibu rumah tangga 150 130 80 80
4 52 tahun Perempuan SMP Ibu rumah tangga 140 130 80 70
5 56 tahun Perempuan SD Ibu rumah tangga 160 150 90 80
6 46 tahun Perempuan PT Ibu rumah tangga 140 130 80 80
7 46 tahun Perempuan SMA Ibu rumah tangga 150 140 90 80
8 45 tahun Perempuan SMA Ibu rumah tangga 140 140 80 70
9 45 tahun Perempuan SMA Ibu rumah tangga 140 130 80 80
10 58 tahun Perempuan SD Ibu rumah tangga 150 130 90 80
Frequencies

Statistics
PreSistolik PostSistolik PreDiastolik PostDiastolik
N Valid 10 10 10 10
Missing 0 0 0 0
Mean 148,00 139,00 86,00 79,00
Std. Error of Mean 2,494 2,333 2,211 1,795
Median 150,00 140,00 85,00 80,00
a
Mode 140 140 80 80
Std. Deviation 7,888 7,379 6,992 5,676
Skewness ,407 ,166 ,780 -,091
Std. Error of Skewness ,687 ,687 ,687 ,687
Minimum 140 130 80 70
Maximum 160 150 100 90
Sum 1480 1390 860 790

Frequency Table

PreSistolik
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 140 4 40,0 40,0 40,0
150 4 40,0 40,0 80,0
160 2 20,0 20,0 100,0
Total 10 100,0 100,0

PostSistolik
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 130 3 30,0 30,0 30,0
140 5 50,0 50,0 80,0
150 2 20,0 20,0 100,0
Total 10 100,0 100,0

PreDiastolik
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 80 5 50,0 50,0 50,0
90 4 40,0 40,0 90,0
100 1 10,0 10,0 100,0
Total 10 100,0 100,0

PostDiastolik
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 70 2 20,0 20,0 20,0
80 7 70,0 70,0 90,0
90 1 10,0 10,0 100,0
Total 10 100,0 100,0
Histogram
Explore

PostSistolik

Case Processing Summary


Cases
Valid Missing Total
PostSistolik N Percent N Percent N Percent
PreSistolik 130 3 100,0% 0 0,0% 3 100,0%
140 5 100,0% 0 0,0% 5 100,0%
150 2 100,0% 0 0,0% 2 100,0%
PreDiastolik 130 3 100,0% 0 0,0% 3 100,0%
140 5 100,0% 0 0,0% 5 100,0%
150 2 100,0% 0 0,0% 2 100,0%

Descriptivesa,b,c
PostSistolik Statistic Std. Error
PreSistolik 140 Mean 148,00 2,000
95% Confidence Interval for Lower Bound 142,45
Mean Upper Bound 153,55
5% Trimmed Mean 148,33
Median 150,00
Variance 20,000
Std. Deviation 4,472
Minimum 140
Maximum 150
Range 10
Interquartile Range 5
Skewness -2,236 ,913
Kurtosis 5,000 2,000
PreDiastolik 140 Mean 86,00 2,449
95% Confidence Interval for Lower Bound 79,20
Mean Upper Bound 92,80
5% Trimmed Mean 86,11
Median 90,00
Variance 30,000
Std. Deviation 5,477
Minimum 80
Maximum 90
Range 10
Interquartile Range 10
Skewness -,609 ,913
Kurtosis -3,333 2,000
150 Mean 95,00 5,000
95% Confidence Interval for Lower Bound 31,47
Mean Upper Bound 158,53
5% Trimmed Mean .
Median 95,00
Variance 50,000
Std. Deviation 7,071
Minimum 90
Maximum 100
Range 10
Interquartile Range .
Skewness . .
Kurtosis . .

Tests of Normalitya,c,d
Kolmogorov-Smirnovb Shapiro-Wilk
PostSistolik Statistic Df Sig. Statistic df Sig.
PreSistolik 140 ,473 5 ,001 ,552 5 ,000
PreDiastolik 140 ,367 5 ,026 ,684 5 ,006
150 ,260 2 .
PostDiastolik

Case Processing Summary


Cases
Valid Missing Total
PostDiastolik N Percent N Percent N Percent
PreSistolik 70 2 100,0% 0 0,0% 2 100,0%
80 7 100,0% 0 0,0% 7 100,0%
90 1 100,0% 0 0,0% 1 100,0%
PreDiastolik 70 2 100,0% 0 0,0% 2 100,0%
80 7 100,0% 0 0,0% 7 100,0%
90 1 100,0% 0 0,0% 1 100,0%

Descriptivesa,b,c,d
PostDiastolik Statistic Std. Error
PreSistolik 80 Mean 148,57 2,608
95% Confidence Interval for Lower Bound 142,19
Mean Upper Bound 154,95
5% Trimmed Mean 148,41
Median 150,00
Variance 47,619
Std. Deviation 6,901
Minimum 140
Maximum 160
Range 20
Interquartile Range 10
Skewness ,174 ,794
Kurtosis ,336 1,587
PreDiastolik 80 Mean 85,71 2,020
95% Confidence Interval for Lower Bound 80,77
Mean Upper Bound 90,66
5% Trimmed Mean 85,79
Median 90,00
Variance 28,571
Std. Deviation 5,345
Minimum 80
Maximum 90
Range 10
Interquartile Range 10
Skewness -,374 ,794
Kurtosis -2,800 1,587

Tests of Normalitya,c,d,e
Kolmogorov-Smirnovb Shapiro-Wilk
PostDiastolik Statistic Df Sig. Statistic df Sig.
PreSistolik 80 ,296 7 ,063 ,840 7 ,099
PreDiastolik 80 ,360 7 ,007 ,664 7 ,001

T-Test

Paired Samples Statistics


Mean N Std. Deviation Std. Error Mean
Pair 1 PreSistolik 148,00 10 7,888 2,494
PostSistolik 139,00 10 7,379 2,333
Pair 2 PreDiastolik 86,00 10 6,992 2,211
PostDiastolik 79,00 10 5,676 1,795

Paired Samples Correlations


N Correlation Sig.
Pair 1 PreSistolik & PostSistolik 10 ,916 ,000
Pair 2 PreDiastolik & PostDiastolik 10 ,728 ,017
Paired Samples Test
Paired Differences
95% Confidence Interval of the
Difference t Df Sig. (2-tailed
Mean Std. Deviation Std. Error Mean Lower Upper
Pair 1 PreSistolik – PostSistolik 9,000 3,162 1,000 6,738 11,262 9,000 9 ,0
Pair 2 PreDiastolik - PostDiastolik 7,000 4,830 1,528 3,544 10,456 4,583 9 ,0
LAMPIRAN 10

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLTEKKES KEMENKES PADANG
PRODI KEPERAWATAN SOLOK
Jln.laingtembok Jaya Kota SolokTelp/Faks(0755)20445

LEMBAR KONSULTASI
KARYA TULIS ILMIAH
TA. 2019/2020

Nama : Vellia Okti Hendrian


NIM : 173210347
JudulPenelitian : Pengaruh Senam Ergonomik Terhadap Tekanan
Darah Pada Lansia Usia Pertengahan (45-59 Tahun)
Dengan Hipertensi Di Wilayah Kerja Puskesmas
Pauh Kota Padang Tahun 2020
Dosen Pembimbing I : Ns. Desi Deswita, Sp.Kep.Kom

No Tanggal Materi Bimbingan Paraf


1 30 Desember 2019 Acc judul proposal
2 2 Januari 2020 Konsul BAB 1
- Tambahkan prevalensi lansia,
- Konsep menua,
- Klasifikasi lansia
3 7 Januari Konsul BAB 1
- Perbaiki konsep proses menua,
- Klasifikasi lansia,
- Kosep hipertensi
4 8 Januari 2020 Konsul BAB 1 & 2
- Tambahkan sumber.
- Prevalensi hipertensi menurut WHO
5 9 Januari 2020 Konsul BAB 1 & 2
- Tambahkan komplikasi hipertensi
6 13 Januari 2020 Konsul BAB 1 & 2
- Perbaikan metode penelitian,
- Tambahkan konsep senam ergonomik
7 15 Januari 2020 BAB 1
- Tambahkan PTM pada
8 29 April 2020 Konsul BAB 5 & 6
- Perbaiki pembahasan
- Perbaiki kesimpulan dan saran
9 30 mei 2020 Konsul BAB 5
- Perbaikan karakteristik responden
10 2 juni 2020 Acc laporan peelitian

Solok, 2 Juni 2020


Pembimbing 1

Ns. Desi Deswita, Sp.Kep.Kom

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLTEKKES KEMENKES PADANG
PRODI KEPERAWATAN SOLOK
Jln.laingtembok Jaya Kota SolokTelp/Faks(0755)20445

LEMBAR KONSULTASI
KARYA TULIS ILMIAH
TA. 2019/2020

Nama : Vellia Okti Hendrian


NIM : 173210347
JudulPenelitian : Pengaruh Senam Ergonomik Terhadap Tekanan
Darah Pada Lansia Usia Pertengahan (45-59 Tahun)
Dengan Hipertensi Di Wilayah Kerja Puskesmas
Pauh Kota Padang Tahun 2020
Dosen PembimbingII : Ns. Yulvi Hardoni, M.Kep

No Tanggal Materi Bimbingan Paraf


1 17 Januari 2020 Konsul BAB 1-4
- Perbaiki penulisan
- lengkapi sumber
2 3 Juni 2020 Konsul BAB 1-6
- Perbaikan laporan penelitian
- Acc Lapaporan penelitian
3 4 Juni 2020 Ujian sidang

Solok, 3 Juni 2020


Pembimbing II

Ns. Yulvi Hardoni, M.Kep

LAMPIRAN 11

DAFTAR RIWAYAT HIDUP


Nama : Vellia Okti Hendrian
Nim : 173210347
Tempat, Tanggal Lahir : Padang, 02 Oktober 1998
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Ststus Perkawinan : Belum Kawin
Alamat : Limau Manis, Kecamatan Pauh Kota Padang
Motto : Agar Sukses Kemauanmu Untuk Berhasil Harus
Lebih Besar Dari Ketakutanmu Untuk Gagal
Nama Orang Tua
Ayah : Hendrianto
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Limau Manis
Ibu : Gusnawati
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Limau Manis
Riwayat Pendidikan Tahun
1. Tk Negeri Hudaya 01 Padang 2004-2005
2. Sd Negeri 01 Padang 2005-2011
3. Smp Negeri 23 Padang 2011-2014
4. Sma Negeri 15 Padang 2014-2017
5. Poltekkes Kemenkes RI Padang 2017 sampai sekarang
Program Studi Keperawatan Solok

(Soemah, Haryanto, & Akbar, 2017)

(Syahfitri, Safri, & Jumaini, 2015)

(Kertapati, 2016)

Anda mungkin juga menyukai