Anda di halaman 1dari 89

EFEKTIFITAS EDUKASI DIABETES MELITUS TERHADAP

PENINGKATAN KEPATUHAN DIET DIABETES MELITUS DI


PUSKESMAS WONOGIRI I

Karya Tulis Ilmiah

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Tugas Akhir


Dalam Rangka Menyelesaikan Pendidikan
Program Studi Diploma III Keperawatan

Disusun Oleh :
INDRIYANTO
17014

AKADEMI KEPERAWATAN
GIRI SATRIA HUSADA WONOGIRI
2020

i
LEMBAR PERSETUJUAN

Studi Kasus dengan judul “EFEKTIFITAS EDUKASI DIABETES MELITUS


TERHADAP PENINGKATAN KEPATUHAN DIET DIABETES MELITUS
DI PUSKESMAS WONOGIRI I”

telah diperiksa dan disetujui dihadapan Tim Penguji


Karya Tulis Ilmiah Program DIII Keperawatan
Akademi Keperawatan Giri Satria Husada Wonogiri

Disusun Oleh :

INDRIYANTO
17014
Pada :

Hari : Jum’at

Tanggal : 14 Agustus 2020

Mengetahui,

Pembingbing I Pembimbing II

N.P Handono, S.Kep. Ns., M.Kes Yohanes W.S, S.Kep. Ns., M.Kes
NIDN. 0613057702 NIDN. 0611128601

ii
LEMBAR PENGESAHAN

EFEKTIFITAS EDUKASI DIABETES MELITUS TERHADAP


PENINGKATAN KEPATUHAN DIET DIABETES MELITUS DI
PUSKESMAS WONOGIRI I

Disusun Oleh :
INDRIYANTO
17014
Studi Kasus ini telah diseminarkan dan diujikan
Pada tanggal : 14 Agustus 2020

Susunan Tim Penguji :

Penguji I Kristiana Puji.P, S.Kp., M.Kes (..............................)


NIDN : 0604017202

Penguji II N.P Handono, S.Kep. Ns., M.Kes (..............................)


NIDN. 0613057702

Penguji III Yohanes W.N, S.Kep. Ns., M.Kes (..............................)


NIDN. 0611128601

Mengetahui,
Direktur Akper GSH Wonogiri

Kristiana Puji P, S.Kp., M.Kes


NIDN. 0604017202

iii
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TUGAS AKHIR

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Karya Tulis Ilmiah


Sebagai tugas akhir dengan judul :

EFEKTIFITAS EDUKASI DIABETES MELITUS TERHADAP


PENINGKATAN KEPATUHAN DIET DIABETES MELITUS DI
PUSKESMAS WONOGIRI I

Merupakan karya saya sendiri (ASLI). Dan isi dalam tugas akhir ini tidak terdapat
karya yang pernah diajukan oleh orang lain atau kelompok lain untuk memperoleh
gelar akademis disuatu Institusi Pendidikan, dan sepanjang pengetahuan saya juga
tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis dan/atau diterbitkan oleh
orang lain atau kelompok lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini
dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Wonogiri, 14 Agustus 2020

INDRIYANTO

iv
ABSTRAK

Latar Belakang: Diabetes Mellitus merupakan salah satu prioritas dari Penyakit
Tidak Menular yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kinerja insulin, atau
keduanya mengakibatkan kerusakan pembuluh darah, jantung, dan ginjal.
Diabetes mellitus dapat dikendalikan dengan salah satunya memberikan edukasi
diabetes melitus. Tujuan: untuk mengetahui tingkat pengetahuan dan kepatuhan
diet pasien Diabetes Mellitus di Puskesmas Wonogiri I . Metode: metode
penelitian ini menggunakan case study research (studi kasus), pengambilan
sampel menggunakan sampling purposive dengan jumlah sampel sebanyak 3
responden. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner dan wawancara. Hasil:
hasil penelitian menunjukkan ada peningkatan pengetahuan dan kepatuhan setelah
diberikan penyuluhan kesehatan. Kesimpulan: terdapat pengaruh yang bermakna
dari pemberian penyuluhan kesehatan untuk meningkatkan kepatuhan diet pasien
Diabetes Mellitus.

Kata kunci : Diabetes Mellitus, Edukasi Diabetes Mellitus, Kepatuhan Diet

v
ABSTRACT

Background: Diabetes Mellitus is one of the priorities of Non-Communicable


Diseases that occur due to abnormal insulin secretion, insulin performance, or
both resulting in damage to blood vessels, heart, and kidneys. Diabetes mellitus
can be controlled by one of them providing diabetes mellitus education.
Objective: to determine the level of knowledge and dietary compliance of
Diabetes Mellitus patients at the Wonogiri I Health Center. Method: this research
method uses case study research (case study), sampling using purposive sampling
with a sample size of 3 respondents. The instruments used were questionnaires
and interviews. Results: The results showed there was an increase in knowledge
and compliance after being given health education. Conclusion: there is a
significant effect of health education to increase for diet compliance of Diabetes
Mellitus patients.

Keywords: Diabetes Mellitus, Diabetes Mellitus Education, Diet Compliance

vi
MOTTO

“Jika kamu ingin hidup bahagia, terikatlah pada tujuan, bukan pada orang atau
benda”
Albert Einstein

“Bekerja keras dan bersikap baiklah. Hal luar biasa akan terjadi”
Conan O’Brien

PERSEMBAHAN

vii
Karya Tulis Ilmiah ini saya persembahkan kepada :

1. Allah SWT yang telah senantiasa memberikan rahmat, kesehatan dan


kelancaran dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.
2. Ayah dan Ibu yang telah membesarkan dan mendidik dengan penuh cinta
kasih serta pengorbanan yang tak terbalaskan.
3. Teman – teman seperjuanganku
4. Almamaterku tercinta Akademi Keperawatan Giri Satria Husada
Wonogiri.

viii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena berkat
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis
Ilmiah dengan judul “Efektifitas Edukasi Diabetes Mellitus Terhadap Peningkatan
Kepatuhan Diet Diabetes Mellitus di Wonogiri I”.
Karya Tulis Ilmiah ini disusun dengan maksud untuk memenuhi tugas
akhir salah satu syarat kelulusan Prodi DIII Keperawatan Akper Giri Satria
Husada Wonogiri. Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan, pengarahan dan
semangat dari berbagai pihak, Karya Tulis Ilmiah ini tidak terselesaikan dengan
baik. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat:
1. Kristiana Puji P, S.Kp., M.Kes, CBWC selaku Direktur Akper Giri Satria
Husada Wonogiri.
2. N.P Handono, S.Kep. Ns., M.Kes, CBWC selaku pembimbing I yang telah
memberikan petunjuk dan bimbingan kepada penulis.
3. Yohanes Wahyu N, S.Kep. Ns., CBWC M.Kes, selaku pembimbing II
yang telah memberikan petunjuk dan bimbingan kepada penulis.
4. Seluruh dosen dan staff Akper Giri Satria Husada Wonogiri atas segala
bantuan yang telah di berikan.
5. Seluruh mahasiswa Akper Giri Satria Husada Wonogiri atas segala
dukungan dan bantuan yang telah diberikan.
Penulis menyadari Karya Tulis Ilmiah ini masih banyak kekurangan, oleh karena
itu segala kritik dan saran yang membangun akan penulis terima dengan baik,
semoga proposal Karya Tulis Ilmiah ini dapat berguna bagi semua pihak.

Wonogiri, 14 Agustus 2020

(penulis)

ix
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................i
LEMBAR PERSETUJUAN.............................................................................ii
LEMBAR PENGESAHAN..............................................................................iii
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN............................iv
ABSTRAK ......................................................................................................v
ABSTRACT.....................................................................................................vi
MOTTO ............................................................................................................vii
PERSEMBAHAN ...........................................................................................viii
KATA PENGANTAR.......................................................................................ix
DAFTAR ISI.....................................................................................................x
DAFTAR TABEL.............................................................................................xii
DAFTAR GAMBAR.......................................................................................xiii
DAFTAR LAMPIRAN....................................................................................xiv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang................................................................................1
B. Rumusan Masalah...........................................................................3
C. Tujuan Studi Kasus.........................................................................3
D. Manfaat Studi Kasus.......................................................................4
E. Ruang Lingkup ..............................................................................5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori................................................................................6
1. Diabetes Mellitus......................................................................6
2. Edukasi.....................................................................................23
3. Kepatuhan Diet.........................................................................28
B. Kerangka Teori...............................................................................33
C. Kerangka Alur Pikir........................................................................34
D. Hasil Penelitian Relevan ................................................................35
BAB III METODOLOGI STUDI KASUS
A. Desain Studi Kasus ........................................................................36
B. Batasan Istilah ................................................................................36
C. Tempat dan Waktu Studi Kasus.....................................................36
D. Subyek Studi Kasus .......................................................................37

x
E. Metode Pengumpulan Data.............................................................37
F. Instrumen Studi Kasus....................................................................39
G. Metode Uji Keabsahan Data...........................................................39
H. Metode Analisa Data......................................................................41
I. Etika Studi Kasus............................................................................41
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Lokasi Penelitian...........................................................43
B. Hasil Penelitian..............................................................................43
C. Pembahasan ..................................................................................46
D. Keterbatasan Studi Kasus .............................................................52
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan.....................................................................................53
B. Saran..............................................................................................53
DAFTAR PUSTAKA

xi
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Kriteria Pengendalian Kadar Gula Darah................................13


Tabel 4.1 Karakteristik Jenis Kelamin ....................................................44
Tabel 4.2 Karakteristik Umur ..................................................................44
Tabel 4.3 Karakteristik Lama Menderita .................................................44
Tabel 4.4 Karakteristik Pendidikan .........................................................44
Tabel 4.5 Hasil Kuesioner Kepatuhan .....................................................41
Tabel 4.6 Tingkat Kepatuhan ..................................................................41
Tabel 4.7 Hasil GDS ...............................................................................42

xii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.2 Kerangka Teori .....................................................................33


Gambar 2.3 Kerangka Alur Pikir...............................................................34

xiii
DAFTAR LAMPIRAN
1. Jadwal Penelitian..................................................................................xvi
2. Surat Rekomendasi Penelitian...............................................................xvii
3. Surat Kesbangpol..................................................................................xviii
4. Surat Persetujuan Responden...............................................................xx
5. Surat Permohonan Responden (Informed Consent) ............................xxi
6. Satuan Acara Penyuluhan (SAP)..........................................................xii
7. Lembar Kuisioner.................................................................................xxx
8. Leaflet...................................................................................................xxxi

xiv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyakit Diabetes atau dalam bahasa jawa dikenal penyakit kencing manis
adalah suatu penyakit yang disebabkan adanya peningkatan kadar gula dalam
darah akibat kekurangan insulin. DM merupakan golongan penyakit kronis akibat
adanya gangguan sistem metabolisme tubuh, dimana organ pankreas tidak mampu
memproduksi hormon insulin sesuai kebutuhan (Jamaludin1, 2019).
Menurut PERKENI (2015) Diabetes Melitus tergolong penyakit tidak
menular yang penderitanya tidak dapat secara otomatis mengendalikan tingkat
gula (glukosa) dalam darahnya (hiperglikemia). Hiperglikemia merupakan salah
satu tanda khas penyakit diabetes melitus, meskipun juga didapatkan pada
beberapa keadaan lain(Anggraini, 2018). Akibat dari hiperglikemia dapat terjadi
komplikasi metabolik akut seperti Ketoasidosis Diabetic (KAD) dan keadaan
hiperglikemi dalam jangka waktu panjang berkontribusi terhadap komplikasi
neuropatik. Diabetes mellitus juga berhubungan dengan peningkatan kejadian
penyakit makrovaskuler seperti MCI dan stroke (Smeltzer & Bare, 2013).
Beberapa komplikasi lain yang dapat terjadi yakni, gagal ginjal, jantung,
nefropati, retinopati, dan ganggren. Hal ini, tentu juga akan memberikan efek
terhadap kondisi psikologis pasien. Menurut Hogan et all (2010), dampak DM
terhadap kehidupan dan kesehatan merupakan hal yang perlu dipertimbangkan
dan hal-hal kecil secara signifikan dapat berkembang dengan cepat terhadap
pasien- pasien DM yang dapat menimbulkan kecacatan dengan merusak fungsi
tubuh individu dan kualitas hidupnya sehingga memberikan dampak negatif
terhadap kualitas dan lama hidup(Ni Wayan Trisnadewi, I Made Sudarma
Adiputra, 2016)
Diabetes mellitus (DM) merupakan salah satu jenis penyakit metabolik
yang selalu mengalami peningkat setiap tahun di negara-negara seluruh dunia.
Berdasarkan perolehan data Internatonal Diabetes Federatiaon (IDF) tingkat
2

prevalensi global penderita DM pada tahun 2012 sebesar 8,4 % dari populasi
penduduk dunia, dan mengalami peningkatan menjadi 382 kasus pada tahun 2013.
IDF memperkirakan pada tahun 2035 jumlah insiden DM akan mengalami
peningkatan menjadi 55% (592 juta) di antara usia penderita DM 40-59 tahun
(Rosadi, 2010).
Indonesia menempati urutan ke 4 dalam jumlah penyandang DM
sedangkan urutan diatasnya adalah India, China, Amerika serikat.Temuan tersebut
merupakan salah satu pembuktian bahwa masalah DM sangat serius (Noor Ali
Jufriyanto1, 2018).
Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO), jumlah penderita DM (diabetes)
di Indonesia di- perkirakan akan meningkat dari 8,4 juta diabetes pada tahun 2000
menjadi 21,3 juta diabetes pada tahun 2030. Data Riskesdas menunjukkan bahwa
terjadi peningkatan prevalensi diabetesi di Indonesia dari 1,1% pada tahun 2007
menjadi 2,1% pada tahun 2013 (Farida Nur Isnaeni1, Khairunnisa Nadya Risti2,
Hernie Mayawati3, 2018).
Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah pada tahun
2014 Diabetes Mellitus menempati urutan ke 2 dari 12 penyakit yang tidak
menular (PTM) di Jawa Tengah yaitu sebanyak 95.342 (14,96%) jiwa dari jumlah
620.293 jiwa (Rosadi, 2010).
Penatalaksanaan diabetes mellitus dikenal 4 pilar utama pengelolaan yaitu:
edukasi, perencanaan makan, latihan jasmani, dan obat hipoglikemik. Terapi gizi
merupakan komponen utama keberhasilan penatalaksanaan diabetes melitus.
Kepatuhan pasien terhadap prinsip gizi dan perencanaan makan merupakan salah
satu kendala pada pasien diabetes. Penderita diabetes banyak yang merasa tersiksa
sehubungan dengan jenis dan jumlah makanan yang dianjurkan (Essy H. dalam
Hudani S. K., 2015).
Menurut Notoatmodjo (2012) pengetahuan merupakan hasil penginderaan
manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap suatu objek dari indra yang
dimilikinya. Pengindraan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni indra
penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba dengan sendiri. Pengetahuan
penderita tentang diabetes melitus merupakan sarana yang dapat membantu
3

penderita menjalankan penanganan diabetes selama hidupnya sehingga semakin


banyak dan semakin baik penderita mengerti tentang penyakitnya semakin
mengerti bagaimana harus mengubah perilakunya dan mengapa hal itu diperlukan
(Waspadji , 2010). Bila seorang pasien mempunyai pengetahuan tentang risiko
terjadinya komplikasi diabetes, maka pasien akan dapat memilih alternatif yang
terbaik bagi dirinya dan cenderung memperhatikan hal-hal yang penting tentang
perawatan diabetes melitus seperti pasien akan melakukan pengaturan pola makan
yang benar, berolah raga secara teratur, mengontrol kadar gula darah dan
memelihara lingkungan agar terhindar dari benda-benda lain yang dapat
menyebabkan luka (Ni Wayan Trisnadewi, I Made Sudarma Adiputra, 2016).
Edukasi diabetes merupakan pendidikan mengenai pengetahuan dan
ketrampilan bagi pasien diabetes yang bertujuan mengubah perilaku untuk
meningkatkan pemahaman klien akan penyakitnya.
Kepatuhan diet merupakan salah satu dari 4 pilar penatalaksanaan diabetes
melitus. Kepatuhan diet dipengaruhi oleh motivasi diri dan dari luar diri
(ekstrinsik) seperti dukungan keluarga, lingkungan, sosial akan membentuk suatu
harapan yang mempengaruhi motivasi sehingga menghasilkan sikap atau perilaku
kepatuhan dalam diet yang akan bertahan lama dan continue (Khairunnisa, dkk.
2017).

Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik mengambil studi kasus


tentang Efektifitas Edukasi Diabetes Terhadap Peningkatan Kepatuhan
Pengaturan Diet Pada Diabetes Melitus

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah pada studi kasus
ini adalah “Bagaimana upaya untuk meningkatkan kepatuhan pengaturan diet
pada penderita Diabetes Mellitus?”

C. Tujuan Studi Kasus

1. Tujuan Umum
4

Mengetahui penatalaksanaan asuhan keperawatan melalui pendidikan


kesehatan tentang kepatuhan diet pada penderita Diabetes Mellitus .
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui Pengkajian keperawatan tingkat kepatuhan diet pada
penderita diabetes mellitus
b. Mengetahui Diagnosa keperawatan yang muncul pada penderita diabetes
mellitus
c. Mengetahui Intervensi keperawatan pada penderita diabetes mellitus
d. Mengetahui Implementasi keperawatan pada penderita diabetes mellitus
e. Mengetahui Evaluasi keperawatan pada penderita diabetes mellitus

D. Manfaat Studi Kasus


1. Manfaat Teoritis
Menambah ilmu pengetahuan untuk meningkatkan kepatuhan
pengaturan diet pada penderita diabetes mellitus
2. Manfaat Praktis
Upaya peningkatan pengetahuan dan wawasan bagi penulis dan
responden tentang upaya peningkatan edukasi diet terhadap kepatuhan
pengaturan diabetes mellitus serta sebagai bahan masukan pelaksanaan
proses belajar mengajar bagi keperawatan maternitas baik bagi institusi
maupun profesi yaitu :
a. Bagi Pasien
Setelah dilakukan penelitian atau pengkajian diharapkan
pengetahuan pasien diabetes mellitus akan mengalami peningkatan
dalam pengelolaan diet diabetes mellitus.
b. Bagi Peneliti
Memberikan wawasan serta dapat mengetahui bagaimana
pendapat masyarakat penderita diabetes mellitus yang belum
mengetahui tentang edukasi diet diabetes mellitus.
c. Bagi Intitusi Pendidikan
5

Memberikan referensi tentang keperawatan medikal bedah, serta


dapat digunakan sebagai pengetahuan dan wacana tentang
perkembangan ilmu keperawatan medikal bedah khususnya pada
penyakit diabetes mellitus.
d. Bagi Profesi
Memberikan wawasan bagi profesi atau tenaga kesehatan lainnya
dalam melakukan peningkatan pengetahuan terhadap kepatuhan diet
diabetes mellitus.
e. Instalasi Pelayanan Kesehatan
Sebagai bahan masukan dan evaluasi yag diperlukan dalam
peningkatan pengetahuan terhadap kepatuhan diet diabetes mellitus.

E. Ruang Lingkup
Penelitian ini dilakukan secara case study research (studi kasus) dengan
pendekatan asuhan keperawatan. Akan dilakukan pada 3 responden dengan
kriteria yang mengalami diabetes mellitus selama kurang lebih satu tahun. Materi
mengenai gambaran pola diet pada penderita diabetes mellitus. Penelitian akan
dilakukan pada 20 Februari 2020 di Puskesmas Wonogiri I.

F. Keaslian Penelitian
Keaslian penelitian ini berdasarkan pada beberapa penelitian terdahulu
yang mempunyai karakteristik yang relatif sama dalam hal tema kajian, meskipun
berbeda dalam hal kriteria subjek, jumlah dan posisi variabel penelitian atau
metode analisis yang digunakan. Berikut ini merupakan jurnl yang digunakan
acuan peneliti dalam melakukan penelitian :
1. Hasil penelitian oleh Anggraini Nofa, yang berjudul Hubungan Tingkat
Pengetahuan Diet Diabetes Mellitus Dengan Kepatuhan Diet Pada
Penderita Diabetes Melitus.
2. Hasil penelitian oleh Jamaludin yang berjudul Hubungan Dukungan
Keluarga Dengan Kepatuhan Diet Pada Penderita DM Di Ruang
Poliklinik RS Sunan Kudus
6

3. Hasil penelitian oleh Ni Wayan Trisnadewi, I Made Sudarma Adiputra,


Ni Kadek Mitayanti yang berjudul Gambaran Pengetahuan Pasien
Diabetes Mellitus ( DM ) Dan Keluarga Tentang Manajemen DM Tipe 2
4. Hasil penelitian Pujiaty, Rizky Meta yang berjudul Gambaran Pola Diet
Pada Klien Diabetes Mellitus
5. Hasil penelitian P, Dyah Restuning yang berjudul Efektifitas Edukasi
Diabetes dalam Meningkatkan Kepatuhan Pengaturan Diet pada Diabetes
Melitus Tipe 2
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori
1. Diabetes Mellitus
a. Pengertian
Diabetes mellitus merupakan suatu penyakit yang
disebabkan oleh jumlah hormone insulin yang tidak mencukupi
atau tidak dapat bekerja secara normal, padahal hormin ini
memiliki peran utama dalam mengatur kadar glukosa didalam
darah. Diabetes mellitus merupakan sekumpulan gangguan
metabolic yang ditandai dengan peningkatan kadar glukosa darah
(hiperglikemia) akibat kerusakan pada sekresi insulin, kerja
insulin, atau keduannya (Brunner & Suddarth, 2014).
Diabetes mellitus yang umum dikenal sebagai kencing
manis adalah penyakit yang ditandai dengan hiperglikemia
(peningkatan kadar gula darah) yang terus- menerus dan bervariasi,
terutama setelah makan (Bilous, 2014).
DM merupakan penyakit metabolik yang ditandai dengan
timbulnya hiperglikemia akibat gangguan sekresi insulin, dan atau
peningkatan resistensi insulin seluler terhadap insulin.
Hiperglikemia kronik dan gangguan metabolik DM lainnya akan
menyebabkan kerusakan jaringan dan organ, seperti mata, ginjal,
syaraf, dan sistem vaskular (Ratnasari, 2019).
Diabetes Mellitus merupakan suatu penyakit yang ditandai
dengan kadar glukosa darah melebihi normal. Insulin yang
dihasilkan oleh kelenjar pankreas sangat al (non diabetes) waktu
puasa antara 60-120 mg/dL dan penting untuk menjaga
keseimbangan kadar glukosa darah yaitu untuk orang normal dua
jam sesudah makan dibawah 140 mg/dL. Bila terjadi gangguan
pada kerja insulin, keseimbangan tersebut akan terganggu sehingga
kadar glukosa darah cenderung naik. Gejala bagi penderita diabetes
7

mellitus adalah dengan keluhan keluhan banyak minum (polidipsi),


banyak makan (poliphagia), banyak buang air kecil (poliuri), badan
lemas serta penurunan berat badan yang tidak jelas penyebabnya,
kadar gula darah pada waktu puasa ≥126 mg/dL dan kadar gula
darah sewaktu ≥ 200 mg/dL (Badawi dalam Apriyanti R., 2012).

b. Tanda Gejala
Pada umumnya gejala awal pengidap diabetes mellitus
sebagai berikut.
a. Rabun mata atau berkurang fungsi penglihatan tanpa sebab
yang jelas dan tiba-tiba.
b. Sering buang air kecil dan ekskresi urine juga lebih banyak
atau polyuria.
c. Mengalami rasa mudah lelah dalam beraktivitas.
d. Cepat dahaga atau haus yang berlebihan.
e. Penurunan berat badan secara drastis.
f. Sering merasakan kesemutan pada syaraf kaki dan telapak
tangan.
g. Apa bila terjadi luka maka masa penyembuhannya lambat.
h. Adanya gangguan pada organ seksual, misalnya gangguan
ereksi pada pria dan keputihan pada wanita.(Khusnul
Khotimah, 2014).
Sementara itu, penyabab umum diabetes mellitus antara
lain :
a. Adanya riwayat keluarga yang mengidap diabetes mellitus.
b. Konsumsi gula putih secara berlebihan, yaitu melebihi 8
sendok makan per hari.
c. Konsumsi aneka junk food, minuman siap saji misalnya soft
drink, aneka jus buah kemasan yang mengandung berbagai jenis
pemanis buatan seperti aspartam, fruktosa, dan lain-lain
sejenisnya secara berlebihan dan terus-menerus.
8

d. Kurangnya aktivitas fisik, misalnya terlalu lama menonton


televisi, bermalas-malasan, dan kurang berolahraga..
e. Obesitas karena gaya hidup yang tidak sehat dan pola konsumsi
yang buruk, sehingga lemak dan kolesterol menumpuk.
f. Kurangnya waktu tidur sebab keseimbangan alami tubuh
terganggu. Menurut Prof. Philippe Froguel, seorang profesor
dari Imperial College London, kontrol gula darah adalah salah
satu dari banyak proses yang diatur jam biologis tubuh. Oleh
karena itu, kebiasaan begadang dan tidur malam memang
terbukti tidak baik untuk kesehatan. Penelitian terbaru yang
dipublikasikan oleh Nature Genetics, mengatakan bahwa gejala
diabetes sudah muncul pada saat pasien mengalami gangguan
tidur selama tiga kali berturut-turut (Khusnul Khotimah, 2014).

c. Klasifikasi Diabetes Mellitus


Klasifikasi diabetes melitus menurut Smeltzer et al, (2013) ada 3
yaitu:
a. Tipe 1 (Diabetes melitus tergantung insulin) Sekitar 5% sampai
10% pasien mengalami diabetes tipe 1. Diabetes melitus tipe 1
ditandai dengan destruksi sel-sel beta pankreas akibat faktor
genetik, imunologis, dan juga lingkungan. DM tipe 1
memerlukan injeksi insulin untuk mengontrol kadar glukosa
darah.
b. Tipe 2 (Diabetes melitus tak – tergantung insulin) Sekitar 90%
sampai 95% pasien mengalami diabetes tipe 2. Diabetes tipe 2
disebabkan karena adanya penurunan sensitivitas terhadap insulin
(resistensi insulin) atau akibat penurunan jumlah insulin yang
diproduksi.
c. Diabetes mellitus gestasional Diabetes gestasional ditandai
dengan intoleransi glukosa yang muncul selama kehamilan,
biasanya pada trimester kedua atau ketiga. Risiko diabetes
9

gestasional disebabkan obesitas, riwayat pernah mengalami


diabetes gestasional, glikosuria, atau riwayat keluarga yang
pernah mengalami diabetes.

d. Manifestasi Klinis
Menurut (Digiulio, M., Jackson D., 2014) manifestasi klinis
diabetes mellitus meliputi :
1) Tipe 1
a) Serangan cepat karena tidak ada insulin yang diproduksi.
b) Nafsu makan meningkat (polyphagia) karena sel-sel
kekurangan energi, sinyal bahwa tubuh perlu makan yang
banyak.
c) Haus meningkat (polydipsia) karena tubuh berusaha
membuang glukosa
d) Urinasi meningkat (polyuria) karena tubuh berusaha
membuang glukosa.
e) Berat badan turun karena glukosa tidak dapat masuk ke
dalam sel.
f) Sering infeksi karena bakteri hidup dari kelebihan glukosa.
g) Penyembuhan tertunda/ lama karena naiknya kadar glukosa
di dalam dara menghalangi proses kesembuhan.
2) Tipe 2
a) Serangan lambat karena sedikit insulin diproduksi. Haus
meningkat (polydipsia) karena tubuh membuang glukosa.
b) Urine meningkat (polyuria) karena tubuh berusaha
membuang glukosa.
c) Infeksi kandida karena bakteri hidup dari kelebihan glukosa.
d) Penyembuhan tertunda/lama karena naiknya kadar glukosa
di dalam darah menghalangi proses kesembuhan.
3) Gestatioal
a) Asimtomatik.
10

b) Beberapa pasien mungkin mengalami haus yang meningkat


(polydipsia) karena tubuh berusaha membuang glukosa.

e. Faktor Risiko Diabetes Mellitus


Sudah lama diketahui bahwa diabetes merupakan salah satu
penyakit yang diturunkan dari orang tua kepada anaknya secara
genetik. Bila orang tua menderita diabetes, maka anak-anaknya
akan menderita diabetes, tetapi faktor keturunan saja tidak cukup,
diperlukan adanya faktor pencetus atau faktor risiko seperti pola
makan yang salah, gaya hidup, aktifitas kurang gerak, infeksi dan
lain – lain.
Secara garis besar faktor risiko diabetes dikelompokkan
menjadi 2 yaitu :
a. Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi (unmodifable risk
factors)
1) Umur
Suiraoka dalam Mardhiyah (2014 )mengemukakan
bahwa umur merupakan faktor pada orang dewasa, dengan
semakin bertambahnya umur kemampuan jaringan
mengambil glukosa darah semakin menurun. Penyakit ini
lebih banyak terdapat pada orang berumur di atas 40 tahun
daripada orang yang lebih muda.
2) Keturunan
Diabetes mellitus bukan penyakit menular tetapi
diturunkan. Namun bukan berarti anak dari kedua orang tua
yang diabetes pasti akan mengidap diabetes juga, sepanjang
bisa menjaga dan menghindari faktor risiko yang lain.
Sebagai faktor risko secara genetik yang perlu diperhatikan
apabila kedua atau salah seorang dari orang tua, saudara
kandung, anggota keluarga dekat mengidap diabetes. Pola
genetik yang kuat pada diabetes mellitus tipe 2 seseorang
11

yang memiliki saudara kandung mengidap diabetes tipe 2


memiliki risiko yang jauh lebih tinggi menjadi pengidap
diabetes.uraian di atas telah mengarahkan kesimpulanbahwa
risiko diabetes tersebut adalah kondisi keturunan.
3) Riwayat melahirkan bayi dengan berat badan (BB) lahir
>4000 gram atau riwayat pernah menderita DM gestasional
(DMG).
4) Riwayat lahir dengan berat badan lahir rendah (BBLR)
(<2500gram) bayi yang lahir dengan BBLR mempunyai
risiko yang lebih tinggi dibanding dengan bayi lahir dengan
BB normal.
b. Faktor resiko yang dapat dimodifikasi (modifiable risk factors)
1) Pola makan yang salah
Pola makan yang salah dan cenderung berlebih
menyebabkan timbulnya obesitas. Obesitas sendiri
merupakan faktor predisposisi utama dari penyakit diabetes
mellitus.
2) Aktifitas fisik kurang gerak
Kurangnya aktifitas fisik menyebabkan kurangnya
pembakaran energi oleh tubuh sehingga kelebihan energi
dalam tubuh akan disimpan dalam bentuk lemak dalam
tubuh. Penyimpanan yang berlebihan akan mengakibatkan
obesitas.
3) Obesitas
Diabetes terutama DM tipe 2 sangat erat
hubungannya dengan obesitas. Laporan International
Diabetes Federation (IDF) tahun 2004 menyebutkan 80%
dari penderita diabetes ternyata mempunyai berat badan
yang berlebihan.
4) Hipertensi (tekanan darah ≥ 140/90 mmHg).
12

5) Dislipidemia (HDL kolesterol < 35 mg/dl dan atau


trigliseria > 250 mg/dl). Dislipidemia pada DM lebih
meningkatkan timbulnya penyakit kardiovaskuler.
Gambaran dislipidemia yang sering didapatkan pada
penderia DM adalah peningkatan trigliserida (>250 mg/dl)
dan penurunan kadar kolesterol HDL (<35 mg/dl).
Pemeriksaan profil lipid perlu dilakukan pada saat
diagnosis DM ditegakkan, pada pasien dewasa sedikitnya
dilakukan setahun sekali dan bila perlu dapat dilakukan
lebih sering.
6) Rokok dan alkohol
Merokok dan diabetes memiliki keterkaitan, merokok
dapat menyebabkan diabetes dan merokok akan
memperparah penyakit diabetes yang telah diderita.Sama
halnya dengan rokok, alkohol juga memiliki efek yang
tidak berbeda jauh, mengonsumsi alkohol berlebihan dapat
meningkatkan risiko diabetes. Kaitan alkohol dengan risiko
diabetes adalah daya rusak alkohol terhadap organ-organ
tubuh, khususnya organ pankreas.
7) Stress
Suiraoka (2012) dalam Mardhiyah (2014). Reaksi setiap
orang ketika stres berbeda - beda. Beberapa orang mungkin
kehilangan nafsu makan sedangkan orang lainnya
cenderung makan lebih banyak. Stres mengarah pada
kenaikan berat badan terutama karena kartisol, hormon
stres yang utamakartisol yang tinggi menyebabkan
peningkatan pemecahan protein tubuh, peningkatan
trigliserida darah dan penurunan pengguanaan gula tubuh,
manifestasinya meningkatkan trigliserida dan gula darah
atau yang dikenal dengan istilah hiperglikemia.
8) Pemakaian obat - obatan
13

Memiliki riwayat menggunakan obat golongan


kartikosteroid dalam jangka waktu lama.

f. Pemeriksaan Penunjang
1) Berbagai studi yang telah ada menanyakan bahwa penyandang

diabetes tipe 1 dan tipe 2 yang menjaga kadar glukosa plasma

rata - rata tetap rendah menunjukkan insidens komplikasi

mikrovaskuler berupa timbulnya retinopati diabetik, nefropati,

dan neuropati yang lebih rendah. Oleh karena itu, penyandang

diabetes direkomendasikan untuk mencapai dan menjaga gula

darah serendah mungkin mendekati normal. Dalam

pengelolaan DM kita mempunyai kriteria pengendalian yang

ingin kita capai (tabel 1).

2) Tabel 2.1 Kriteria Pengendalian Kadar Gula Darah dalam


Pengelolaan DM
Baik Sedang Buruk
Glukosa darah puasa 80 – 109 110 – 125 >126
(mg/dl)
Glukosa darah 2 jam 110 – 144 145 – 179 >180
(mg/dl)
A1C ( %) <6,5 6,5 – 8 >8
Kolesterol total (mg/dl) <200 200 – 239 >240
Kolesterol LDL (mg/dl) <100 100 – 129 >130
Kolesterol HDL (mg/dl) >45
Trigliserida (mg/dl) <150 150 – 199 >200
2
IMT (kg/m ) 18,5-22,9 23 – 25 >25
Tekanan darah (mmHg) <130/80 130-140/80-90 >140/9

3) Untuk pasien berumur >60 tahun, sasaran kadar glukosa darah

lebih tinggi dari pada biasa (puasa <150mg/dL dan sesudah

makan <200mg/dL), demikian pula kadar lipid, tekanan darah,


14

dll, mengacu pada batasan kriteria pengendalian sedang. Hal

ini dilakukan mengingat sifat-sifat khusus pasienusia lanjut

dan juga untuk mencegah kemungkinan timbulnya efek

samping dan interaksi obat.(Soewondo dalam Eva A., 2012).

4) Pemeriksaan Kadar Gula Darah

Pemeriksaan kadar glukosa darah dilakukan dilaboratorium

dengan metode oksidasi glukosa atau o-toluidin dan biasanya

sering kali pemeriksaan darah dilakukan dengan uji strippada

saat konsultasi dengan metode enzimatik (oksidasi glukosa

atau heksokinasi). Faktor yang mempengaruhi hasil

pengukuran glukometer adalah :

1) Penggunaan yang tidak tepat 

2) Waktu

3) Pemindahan darah yang berlebih

4) Perubahan hematocrit

5) Ketinggian

6) Suhu lingkungan

7) Hipotensi

8) Hipoksia

9) Kadar trigliserida yang tinggi

5) Kriteria diagnostik WHO untuk diabetes mellitus pada


sedikitnya 2 kali pemeriksaan :
a) Glukosa plasma sewaktu >200 mg/dl (11,1 mmol/L)
b) Glukosa plasma puasa >140 mg/dl (7,8 mmol/L)
15

c) Glukosa plasma dari sampel yang diambil 2 jam kemudian


sesudah mengonsumsi 75gr karbohidrat (2jam post prandial(pp)
>200 mg/dl.
6) Tes Saring
Tes-tes saring pada DM adalah :
a) GDP, GDS
b) Tes glukosa urine
7) Tes Diagnostik
Tes-tes diagnostik pada DM adalah : GDP, GDS, GD2PP
(Glukosa Darah 2 Jam Post Prandial)
8) Tes Monitoring Terapi
Tes-tes monitoring terapi DM adalah :
a) GDP : plasma vena, darah kapiler
b) GD 2 PP : plasma vena
c) Alc : darah vena, darah kapiler
9) Tes untuk mendeteksi komplikasi
a) Mikroalbuminuria : urine
b) Ureum, kreatinin, asam urat
c) Kolesterol total : plasma vena (puasa)
d) Kolesterol LDL : plasma vena (puasa)
e) Kolesterol HDL : plasma vena (puasa)
f) Trigliserida : plasma vena (puasa)

g. Patofisiologi
1) Patofisiologi diabetes tipe 1 Pada DM tipe 1, sistem imunitas
menyerang dan menghancurkan sel yang memproduksi insulin beta
pankreas (ADA, 2014). Kondisi tersebut merupakan penyakit
autoimun yang ditandai dengan ditemukannya anti insulin atau
antibodi sel anti- islet dalam darah (WHO, 2014). National Institute
of Diabetes and Digestive and Kidney Diseases (NIDDK) tahun
2014 menyatakan bahwa autoimun menyebabkan infiltrasi limfositik
16

dan kehancuran islet pankreas. Kehancuran memakan waktu tetapi


timbulnya penyakit ini cepat dan dapat terjadi selama beberapa hari
sampai minggu. Akhirnya, insulin yang dibutuhkan tubuh tidak
dapat terpenuhi karena adanya kekurangan sel beta pankreas yang
berfungsi memproduksi insulin. Oleh karena itu, diabetes tipe 1
membutuhkan terapi insulin, dan tidak akan merespon insulin yang
menggunakan obat oral.
2) Patofisiologi diabetes tipe 2 Kondisi ini disebabkan oleh kekurangan
insulin namun tidak mutlak. Ini berarti bahwa tubuh tidak mampu
memproduksi insulin yang cukup untuk memenuhi kebutuhan yang
ditandai dengan kurangnya sel beta atau defisiensi insulin resistensi
insulin perifer (ADA, 2014). Resistensi insulin perifer berarti terjadi
kerusakan pada reseptor-reseptor insulin sehingga menyebabkan
insulin menjadi kurang efektif mengantar pesan-pesan biokimia
menuju sel-sel (CDA, 2013). Dalam kebanyakan kasus diabetes tipe
2 ini, ketika obat oral gagal untuk merangsang pelepasan insulin
yang memadai, maka pemberian obat melalui suntikan dapat menjadi
alternatif.
3) Patofisiologi diabetes gestasional Gestational diabetes terjadi ketika
ada hormon antagonis insulin yang berlebihan saat kehamilan. Hal
ini menyebabkan keadaan resistensi insulin dan glukosa tinggi pada
ibu yang terkait dengan kemungkinan adanya reseptor insulin yang
rusak (NIDDK, 2014 dan ADA, 2014).
h. Pencegahan
Menurut (Smeltzer, 2017)bagi pasien obesitas (khususnya yang
menyandang diabetes tipe 2 ), penurunan berat badan adalah kunci
untuk menangani diabetes dan merupakan faktor preventif utama
munculnya penyakit ini.
Menurut (Sudoyo, 2010)pencegahan pada diabetes melitus ada 3
jenis :
17

1) Pencegahan primer, semua aktivitas yang ditujukan untuk


pencegahan timbulnya hiperglikemia pada individu yang
berisiko untuk jadi diabetes.
2) Pencegahan sekunder, menemukan pengidap DM sedini
mungkin, misalnya dengan tes penyaringan terutama pada
populasi berisiko tinggi.
3) Pencegahan tersier, semua upaya untuk mencegah komplikasi
atau kecacatan akibat komplikasi. Usaha ini meliputi :
a) Mencegah timbulnya komplikasi
b) Mencegah progresi dari pada komplikasi itu supaya tidak
menjadi kegagalan organ
c) Mencegah kecacatan tubuh

i. Komplikasi
Komplikasi dari diabetes mellitus menurut Smeltzer et al, (2013) dan
Tanto et al, (2014) diklasifikasikan menjadi komplikasi akut dan
komplikasi kronik. Komplikasi akut terjadi karena intoleransi glukosa
yang berlangsung dalam jangka waktu pendek yang mencakup:
a. Hipoglikemia Hipoglikemia adalah keadaan dimana glukosa dalam
darah mengalami penurunan dibawah 50 sampai 60 mg/dL disertai
dengan gejala pusing,gemetar, lemas, pandangan kabur, keringat dingin,
serta penurunan kesadaran.
b. Ketoasidosis Diabetes (KAD) adalah suatu keadaan yang ditandai
dengan asidosis metabolic akibat pembentukan keton yang berlebih.
c. Sindrom nonketotik hiperosmolar hiperglikemik (SNHH) Suatu keadaan
koma dimana terjadi ganagguan metabolisme yang menyebabkan kadar
glukosa dalam darah sangat tinggi, menyebabkan dehidrasi hipertonik
tanpa disertai ketosis serum.
Komplikasi kronik menurut Smeltzer et al, (2013) biasanya terjadi
pada pasien yang menderita diabetes mellitus lebih dari 10 – 15 tahun.
Komplikasinya mencakup:
18

a. Penyakit makrovaskular (Pembuluh darah besar): biasanya penyakit ini


memengaruhi sirkulasi koroner, pembuluh darah perifer, dan pembuluh
darah otak.
b. Penyakit mikrovaskular (Pembuluh darah kecil): biasanya penyakit ini
memengaruhi mata (retinopati) dan ginjal (nefropati); kontrol kadar
gula darah untuk menunda atau mencegah komplikasi mikrovaskular
maupun makrovaskular.
c. Penyakit neuropatik: memengaruhi saraf sensori motorik dan otonom
yang mengakibatkan beberapa masalah, seperti impotensi dan ulkus
kaki.

j. Penatalaksanaan Medis
Menurut Amin (2016), penatalaksanaan bagi penderita Diabetus
mellitus :
a. Berikan insulin
b. Berikan hipoglikemia
c. Lakukan olahraga (senam kaki diabetik, latihan kebugaran dan lari
kecil) secara rutin dan pertahankan berat badan yang ideal.
d. Kurangi konsumsi makanan yang banyak mengandung gula dan
karbohidrat.
e. Jangan mengurangi jadwal makanan atau menunda waktu makan
karena hak ini akan menyebabkan fluktuasi (ketidak stabilan) kadar
gula darah.
f. Pelajari mencegah infeksi : kebersihan kaki, hindari perlukaan.
g. Banyak konsumsi makanan yang banyak mengandung seratin
seperti sayuran dan sereal. Hindari konsumsi makanan tinggi lemak
dan yang mengandung banyak kolestrol LDL, antara lain : daging
merah, produk susu, kuning telur, mentega, saus salad, dan
makanan pencuci mulut berlemak lainya.
19

k. Penatalaksanaan Nutrisi
1) Tujuannya adalah untuk mencapai dan mempertahankan kadar
glukosa darah dan tekanan darah dalam kisaran normal (atau seaman
mungkin mendekati normal) dan profil lipid dan lipoprotein yang
menurunkan risiko penyakit vaskular;mencegah atau setidaknya
memperlambat; munculnya komplikasi kronik; memenuhi kebutuhan
nutrisi individu; dan menjaga kepuasan untuk makan hanya pilihan
makanan yang terbatas ketika bukti ilmiah yang ada
mengindikasikan demikian.
2) Rencana makan harus mempertimbangkan pilihan makanan pasien,
gaya hidup, waktu biasanya pasien makan, dan latar belakang etnis
serta budaya pasien.
3) Bagi pasien yang membutuhkan insulin untuk membantu mengontrol
kadar gula darah, diperlukan konsistensi dalam mempertahankan
jumlah kalori dan karbohidrat yang dikonsumsi pada setiap sesi
makan.
4) Edukasi awal membahas pentingnya kebiasaan makan yang
konsisten, keterkaitan antara makanan dan insulin, dan penetapan
rencana makan individual. Selanjutnya, edukasi lanjutan berfokus
pada keterampilan manajemen, seperti makam di restoran, membaca
label makanan, dan menyesuaikan atau mengatur rencana makan
untuk berolahraga, kondisi sakit, dan acara-acara khusus.

l. Asuhan Keperawatan
Asuhan keperawatan menurut (Padila, 2012) :
1) Pengkajian
a) Riwayat kesehatan keluarga, adakah keluarga yang menderita
penyakit seperti klien.
b) Riwayat kesehatan pasien dan pengobatan sebelumnya, berapa
lama klien menderita DM, bagaimana penanganannya, mendapat
terapi insulin jenis apa, bagaimana cara minum obatnya apakah
20

teratur atau tidak, apa saja yang dilakukan klien untuk


menanggulangi penyakitnya.
c) Aktivitas atau istirahat, letih, lemah, sulit bergerak atau berjalan,
kram otot, tonus otot menurun.
d) Sirkulasi
Adakah riwayat hipertensi, AMI, klaudikasi, kebas, kesemutan
pada ekstremitas, ulkus pada kaki yang penyembuhannya lama,
takikardi, perubahan tekanan darah.
e) Integritas ego
Stres, ansietas
f) Eliminasi
Perubahan pola berkemih (poliuria, nokturia, anuria), diare
g) Makanan atau cairan
Anoreksia, mual muntah, tidak mengikuti diet, penurunan berat badan,
haus, penggunaan diuretik.
h) Neurosensori
Pusing, sakit kepala, kesemutan, kebas kelemahan pada otot,
parestesia, gangguan penglihatan.
i) Nyeri atau kenyamanan
Abdomen tegang, nyeri (sedang/berat)
j) Pernapasan
Batuk dengan atau tanpa sputum purulen (tergantung adanya
infeksi/tidak)
k) Keamanan
Kulit kering, gatal, ulkus kulit.
2) Masalah Keperawatan
a) Risiko tinggi gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan
b) Kekurangan volume cairan
c) Gangguan integritas kulit
d) Risiko terjadi injuri
3) Intervensi
21

a) Risiko tinggi gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan


berhubungan dengan penurunan masukan oral, anoreksia, mual,
peningkatan metabolisme protein, lemak.
Tujuan : kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi
Kriteria Hasil :
(1)Pasien dapat mencerna jumlah kalori atau nutrien yang tepat.
(2)Berat badan stabil atau penambahan ke arah rentang biasanya.
(3)Mual dan muntah pasien berkurang sampai hilang.
(4)Gula darah dalam batas normal dan terkontrol
(5)TTV dalam keadaan normal
(6)Ansietas menurun

Intervensi :

(1)Timbang berat badan setiap hari atau sesuai dengan indikasi.


(2)Tentukan program diet dan pola makan pasien dan dibandingkan
dengan makanan yang dapat dihabiskan pasien.
(3)Auskultasi bising usus, catat adanya nyeri abdomen/perut
kembung, mual, muntahan makanan yang belum sempat dicerna,
pertahankan keadaan puasa sesuai dengan indikasi.
(4)Berikan makanan cair yang mengandung zat makanan dan
elektrolit dengan segera jika pasien sudah dapat mentoleransinya
melalui oral.
(5)Libatkan keluarga pasien pada perencanaan makan ini sesuai
indikasi.
(6)Motivasi klien untuk oral hygine sebelum dan setelah makan.
(7)Anjurkan klien segera makan saat hidangan makanan masih hangat
dan tentunya makan sesuai dengan porsi yang telah ditetapkan oleh
ahli gizi.
(8)Kolaborasi melakukan pemeriksaan gula darah, pemberian insulin,
dan dengan ahli diet.
(9)Penyuluhan kesehatan tentang diet diabetes melitus.
22

b) Kekurangan volume cairan berhubungan dengan diuresis osmotik.


Tujuan : kebutuhan cairan atau hidrasi pasien terpenuhi.
Kriteria Hasil :
Pasien menunjukkan hidrasi yang adekuat dibuktikan oleh tanda vital
stabil, nadi perifer dapat diraba, turgor kulit dan pengisian kapiler
baik, haluran urine tepat secara individu dan kadar elektrolit dalam
batas normal.
Intervensi :
(1)Pantau tanda-tanda vital, nadi tidak teratur dan catat adanya
perubahan TD ortostatik.
(2)Pantau pola napas seperti adanya pernapasan kusmaul.
(3)Kaji frekuensi dan kualitas pernapasan, penggunaan otot bantu
napas.
(4)Kaji nadi perifer, pengisian kapiler, turgor kulit dan membran
mukosa.
(5)Pantau input dan output.
(6)Pertahankan untuk memberikan cairan paling sedikit 2500ml/hari
dalam batas yang dapat ditoleransi jantung.
(7)Catat hal-hal seperti mual, muntah, dan distensi lambung.
(8)Kolaborasi dengan memberikan terapi cairan normal, pantau
pemeriksaan laboratorium.
c) Gangguan integritas kulit berhubungan dengan perubahan status
metabolik.
Tujuan : gangguan integritas kulit dapat berkurang atau menunjukkan
penyembuhan.
Kriteria Hasil :
Kondisi luka menunjukkan adanya perbaikan jaringan dan tidak
terinfeksi.
Intervensi :
(1)Kaji luka, adanya epitelisasi, perubahan warna, adanya push,
edema, dan discharge.
23

(2)Kaji frekuensi ganti balut


(3)Kaji tanda vital
(4)Kaji adanya nyeri dan infeksi
(5)Lakukan perawatan luka dengan teknik steril
(6)Kolaborasi pemberian insulin dan medikasi
(7)Kolaborasi pemberian antibiotik sesuai indikasi
d) Risiko terjadi injury berhubungan dengan penurunan fungsi
penglihatan.
Tujuan : pasien tidak mengalami injury
Kriteria Hasil : pasien dapat memenuhi kebutuhannya tanpa
mengalami injury.
Intervensi :
(1)Hindarkan lantai yang licin
(2)Gunakan bed yang rendah
(3)Orientasikan klien dengan waktu, tempat, dan ruangan
(4)Bantu pasien dalam ambulasi atau perubahan posisi
(5)Motivasi klien untuk menggunakan alat bantu atau penyanggah
tubuh ketika berjalan.

B. Edukasi
a) Pengertian Edukasi
Edukasi merupakan proses interaksi pembelajaran yang
direncanakan untuk mempengaruhi sikap serta ketrampilan orang lain,
baik individu, kelompok, atau masyarakat, sehingga melakukan apa yang
diharapkan pendidik. Edukasi juga merupakan upaya penambahan
pengetahuan baru, sikap dan ketrampilan melalui penguatan praktik dan
pengalaman tertentu (Potter & Perry, 2011). Dalam edukasi, perawat
memberikan informasi kepada klien yang membutuhkan perawatan diri
untuk memastikan kontinuitas pelayanan dari rumah sakit ke rumah
(Potter & Perry, 2011).
Peran perawat sebagai educator dimana pembelajaran merupakan
health education yang berhubungan dengan semua tahap kesehatan dan
24

tingkat pencegahan. Perawat harus mampu memberikan edukasi kesehatan


dalam pencegahan penyakit, pemulihan, penyusunan program health
education serta memberikan informasi yang tepat tentang kesehatan. Agar
perawat dapat bertindak sesuai perannya sebagai educator pada pasien dan
keluarga, maka perawat harus memiliki pemahaman terhadap prinsip-
prinsip pengajaran dan pembelajaran (Bastable, 2014).
Hasil penelitian yang dikemukakan oleh Wong, et al (1997)
menyimpulkan bahwa intervensi edukasi telah meningkatkan pengetahuan
tentang diabetes melitus dan pemeliharaan diri penderita diabetes melitus,
yang berdampak terhadap jaminan kesehatan penderita diabetes melitus
jangka panjang dalam mempertahankan kadar glukosa darah dalam batas-
batas mendekati normal (Hariono, 2012).
b) Tujuan Edukasi
Tujuan pemberian edukasi diantaranya adalah pemeliharaan dan
promosi kesehatan serta pencegahan penyakit, pemulihan kesehatan dan
beradaptasi dengan gangguan fungsi (Potter & Perry, 2010). Bidang
pembelajaran dalam edukasi meliputi pembelajaran kognitif, afektif dan
psikomotor (Potter & Perry, 2010).
Menurut Edelman dan Mandle (2002) dalam Widiastuti (2012)
tujuan edukasi kesehatan adalah membantu individu mencapai tingkat
kesehatan yang optimal melalui tindakannya sendiri. Salah satu lingkup
edukasi adalah edukasi kesehatan yang diberikan untuk pasien. Edukasi
pasien dipengaruhi oleh harapan, pengetahuan, serta kebutuhan pasien
terhadap edukasi (Johansson dkk, 2010). Edukasi diberikan kepada pasien
dan keluarga sehingga dapat mengambil keputusan yang tepat untuk
memperbaiki kesehatannya. Edukasi pasien adalah bagian integral dari
asuhan keperawatan (Adams dalam Delaune, 2012).
c) Faktor-faktor yang Mempengaruhi Edukasi Menurut Guilbert dalam
Nursalam (2012), keefektifan pasien dalam edukasi dipengaruhi beberapa
faktor, yaitu faktor materi, lingkungan, instrumen, dan faktor individu
sebagai subyek belajar.
25

Faktor materi dalam hal ini adalah hal yang dipelajari menentukan
proses dan hasil belajar, misalnya belajar pengetahuan dan sikap atau
ketrampilan akan menentukan perbedaan proses belajar.
Faktor lingkungan dalam hal ini dikelompokkan menjadi dua
yaitu : lingkungan fisik antara lain terdiri atas suhu, kelembapan udara,
dan kondisi tempat belajar serta lingkungan sosial, yaitu manusia dengan
segala interaksinya serta representasinya seperti keramaian atau
kegaduhan.
Faktor instrumen dalam edukasi terdiri dari perangkat keras
(hardware) seperti perlengkapan belajar alat-alat peraga dan perangkat
lunak (software) seperti kurikulum (dalam pendidikan formal), pengajaran
atau fasilitator belajar, serta metode belajar mengajar, metode untuk
belajar pengetahuan lebih baik digunakan metode ceramah, sedangkan
untuk belajar sikap, tindakan, atau ketrampilan lebih baik digunakan
metode diskusi kelompok, demonstrasi, bermain peran (role play), atau
metode permainan (Guilbert dalam Nursalam, 2012).
d) Metode Edukasi
Metode dalam pelaksanaan edukasi juga ikut berperan penting.
Metode edukasi yang digunakan harus disesuaikan dengan tujuan dan
sasaran pembelajaran. Metode edukasi dapat dibagi menjadi 3 yaitu
metode edukasi untuk individual, metode edukasi untuk kelompok, dan
metode edukasi untuk massa (Widiastuti, 2012).
Menurut (Wong et al; 1997 dalam Hariono, 2015), edukasi dapat
dilakukan secara perorangan dengan menggunakan buku panduan
pendidikan penyakit diabetes melitus, ceramah, pemutaran video dan
pameran makanan. Metode edukasi individu/perorangan digunakan untuk
memotivasi perilaku baru atau membina individu agar tertarik kepada
suatu perubahan perilaku atau inovasi, bentuk pendekatan ini
menggunakan bimbingan dan penyuluhan (Giudance and Councelling),
pada metode pendekatan ini terjadi kontak antara perawat dengan pasien
26

lebih intensif, pasien dibantu dalam menyelesaikan masalahnya


(Notoatmodjo, 2010).
Penggunaan wawancara (interview) juga dilakukan pada edukasi
individu, pada metode ini terjadi dialog antara perawat dan pasien dalam
upaya merubah perilaku sehat. Metode kedua adalah metode edukasi
kelompok yaitu perlu memperhatikan besarnya kelompok sasaran dan
tingkat pendidikan sasaran, metode yang biasa diterapkan adalah ceramah
yang lebih cepat digunakan untuk kelompok besar, diskusi lebih cepat
untuk kelompok kecil, kelompok dapat bebas berpartisipasi dalam diskusi,
serta curah pendapat (brain storming) yaitu berupa modifikasi metode
diskusi, pada metode ini peserta diberikan satu masalah dan kemudian
curah pendapat (Notoatmodjo, 2010).
Penelitian yang dilakukan Shrader et al (2013), Wulp et al (2012),
Liu et al (2013), Heilser et al (2010) menemukan bahwa program edukasi
pada pasien diabetes yang dilakukan secara kelompok efektif dalam
pengontrolan kadar gula darah, hemoglobin, A1C, tekanan darah sistolik,
berat badan, pengobatan, dan pengetahuan tentang diabetes.
Rickheim et al (2011) meneliti pengaruh program edukasi yang
disampaikan secara individu dan berbasis kelompok, dengan sampel 170
penderita diabetes melitus tipe 2. Kedua kelompok diintervensi selama
empat sesi. Pendidikan tersebut diberikan sesuai dengan kurikulum standar
pada kedua kondisi. Intervensi yang diberikan berkaitan dengan
pendidikan, sikap, kualitas hidup dan penyesuaian psikososial. Secara
keseluruhan, pendidikan yang dilakukan secara kelompok dan individu
efektif meningkatkan perawatan mandiri pasien diabetes yang didalamnya
termasuk pengaturan makan/diet, dengan pendekatan secara kelompok
lebih unggul dalam meningkatkan kontrol glikemik dibandingkan dengan
pendekatan secara individu. Semua studi yang membandingkan pemberian
program edukasi secara individu dan secara kelompok, menunjukkan
bahwa tidak ada perbedaan yang jelas dalam hasil penelitian. Namun,
beberapa data mendukung hipotesis bahwa program edukasi yang
27

dilakukan dengan kelompok biayanya lebih murah, kepuasan pasien lebih


besar, dan sedikit lebih efektif untuk perubahan perilaku dan gaya hidup
seperti diet dan aktivitas fisik.
Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Vatankhah, dkk
(2012) yang menyatakan bahwa edukasi pada penderita dengan diabetes
melitus lebih efektif dilakukan dengan bertatap muka langsung face-to-
face selama 20 menit. Dalam penelitiannya ia menemukan penderita
dengan diabetes melitus tipe 2 yang dilakukan edukasi secara face-to-face
lebih terdapat peningkatan pengetahuan dan praktek tentang perawatan
kaki diabetik.
e) Media Edukasi
Selain menggunakan metode yang tepat, sebagai intervensi yang
tersrtuktur, maka edukasi membutuhkan persiapan media dalam
pelaksanaannya sehingga dapat meningkatkan efektifitas edukasi. Secara
umum orang mempergunakan tiga metode dalam belajar yaitu visual,
auditory, kinesthetic (Gunarya, 2006 dalam Widiatuti, 2012). Dari
pernyataan tersebut dapat diketahui bahwa indra yang sering terlibat
adalah pendengaran, penglihatan dan perabaan, tetapi dari ketiganya, indra
penglihatan adalah yang paling dominan. Mata adalah indera yang paling
banyak menyalurkan pengetahuan ke dalam otak yaitu sekitar 75% sampai
87 % sedangkan melalui yang lainnya sekitar 13% sampai 25%
(Notoatmodjo, 2011). Oleh karena itu media edukasi yang utama adalah
yang bisa dilihat. Media tersebut adalah berupa media cetak (booklet,
leaflet, flip chart, poster, tulisan), media elektronik (televisi, slide, film),
media papan/billboard (Notoatmodjo, 2011).
Media edukasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa
Booklet. Booklet merupakan media untuk menyampaikan pesan kesehatan
dalam bentuk buku kecil yang terdiri tidak lebih dari 24 lembar, baik
berupa tulisan maupun gambar. Isi booklet harus jelas, tegas, dan mudah
dimengerti. Ukuran booklet biasanya bervariasi mulai dari tinggi 8 cm
sampai 13 cm. Booklet sering digunakan sebagai salah satu pilihan media
28

promosi atau edukasi kesehatan karena booklet memiliki beberapa


kelebihan yaitu informasi yang disampaikan dalam booklet dapat lebih
terperinci dan jelas sehingga lebih banyak hal yang bisa diulas tentang
informasi yang disampaikan, booklet dapat disimpan lama. Sasaran
booklet adalah masyarakat yang dapat membaca. Sasaran dapat
menyesuaikan diri dan belajar mandiri, isi dapat dicetak kembali, booklet
merupakan media cetak sehingga biaya yang dikeluarkan lebih murah
dibandingkan dengan menggunakan media audio visual, mudah dibawa
dan dapat dibaca kembali jika pembaca lupa tentang informasi yang
terdapat di dalam booklet (Suiraoka dan Supariasa, 2012).
Prinsip edukasi yang harus diperhatikan perawat dalam
memberikan intervensi edukasi adalah gaya belajar pasien, perhatian,
motivasi, adaptasi psikososial terhadap penyakit, partisipasi aktif,
kemampuan belajar dan lingkungan belajar (Notoatmodjo, 2011).
C. Kepatuhan Diet
a. Pengertian kepatuhan
Kepatuhan adalah suatu perilaku manusia yang taat terhadap
peraturan, perintah, prosedur, dan disiplin. Kepatuhan adalah tingkat
perilaku pasien yang tertuju terhadap instruksi atau petunjuk yang
diberikan dalam bentuk terapi apapun yang ditentukan, baik diet,
latihan, pengobatan, atau janji pertemuan dengan dokter (Bertalina and
Purnama, 2016)
b. Tujuan diet diabetes
Menurut (Sukardji, 2012)tujuan umum diet diabetes melitus adalah
mengontrol kadar gula darah yang lebih baik. Tujuan khusus ada
beberapa :
1) Mempertahankan kadar glukosa darah mendekati normal dengan
keseimbangan makanan dan insulin.
2) Mencapai serum lipid yang optimal
3) Memberikan energi yang cukup untuk mencapai atau
mempertahankan berat badan yang memadai.
29

4) Berat badan yang memadai diartikan sebagai berat badan yang


dianggap dapat dicapai dan dipertahankan baik jangka pendek atau
jangka panjang oleh orang dengan diabetes itu sendiri.
5) Menghindari dan menangani komplikasi akut orang dengan diabetes
yang menggunakan insulin seperti hipoglikemi, penyakit-penyakit
jangka pendek, masalah yang berhubungan dengan komplikasi
diabetes seperti penyakit ginjal, hipertensi, dan penyakit jantung.
6) Meningkatkan kesehatan secara keseluruhan melalui gizi yang
optimal.
c. Pengaturan diet diabetes mellitus
Menurut (Dewi Astuti Harni, 2016)pengaturan diet terdiri dari 3J
(jumlah. jenis, jadwal) :
1) Jumlah Makanan
Syarat kebutuhan kalori untuk penderita diabetes melitus harus
sesuai untuk mencapai kadar glukosa normal dan mempertahankan
berat badan normal. Komposisi energi adalah 60 - 70 % dari
karbohidrat, 10 - 15 % dari protein, 20 – 25 % dari lemak. Makanlah
aneka ragam makanan yang mengandung sumber zat tenaga, sumber
zat pembangun serta zat pengatur.
a) Makanan sumber zat tenaga mengandung zat gizi karbohidrat,
lemak dan protein yang bersumber dari nasi serta penggantinya
seperti: roti, mie, kentang dan lain - lain.
b) Makanan sumber zat pembangun mengandung zat gizi protein
dan mineral. Makanan sumber zat pembangun seperti kacang -
kacangan, tempe, tahu, telur, ikan, ayam, daging, susu, keju dan
lain - lain.
c) Makanan sumber zat pengatur mengandung vitamin dan mineral.
Makanan sumber zat pengatur antara lain: sayuran dan buah -
buahan.
30

2) Jenis Bahan Makanan


Banyak yang beranggapan bahwa penderita diabetes melitus harus
makan makanan khusus, anggapan tersebut tidak selalu benar karena
tujuan utamanya adalah menjaga kadar glukosa darah pada batas
normal. Untuk itu sangat penting bagi kita terutama penderita
diabetes melitus untuk mengetahui efek dari makanan pada glukosa
darah. Jenis makanan yang dianjurkan untuk penderita diabetes
melitus adalah makanan yang kaya serat seperti sayur - mayur dan
buah - buahan segar. Hal yang terpenting adalah jangan terlalu
mengurangi jumlah makanan karena akan mengakibatkan kadar gula
darah yang sangat rendah (hypoglikemia) dan juga jangan terlalu
banyak makan makanan yang memperparah penyakit diabetes
melitus.
Ada beberapa jenis makanan yang dianjurkan dan jenis makanan
yang tidak dianjurkan atau dibatasi bagi penderita diabetes melitus
yaitu:
a) Jenis bahan makanan yang dianjurkan untuk penderita
diabetes melitus adalah:
(1) Sumber karbohidrat kompleks seperti nasi, roti, mie, kentang,
singkong, ubi dan sagu.
(2) Sumber protein rendah lemak seperti ikan, ayam tanpa kulitnya,
susu skim, tempe, tahu dan kacang-kacangan.
(3) Sumber lemak dalam jumlah terbatas yaitu bentuk makanan yang
mudah dicerna. Makanan terutama mudah diolah dengan cara
dipanggang, dikukus, disetup, direbus dan dibakar.
b) Jenis bahan makanan yang tidak dianjurkan atau dibatasi untuk
penderita diabetes melitus adalah:
(1) Mengandung banyak gula sederhana, seperti gula pasir, gula jawa,
sirup, jelly, buah - buahan yang diawetkan, susu kental manis, soft
drink, es krim, kue - kue manis, dodol, cake dan tarcis.
31

(2) Mengandung banyak lemak seperti cake, makanan siap saji (fast -
food), goreng-gorengan.
(3) Mengandung banyak natrium seperti ikan asin, telur asin dan
makanan yang diawetkan (Almatsier, 2013).
3) Jadwal Makan Penderita Diabetes Melitus
Makanan porsi kecil dalam waktu tertentu akan membantu mengontrol
kadar gula darah. Makanan porsi besar menyebabkan peningkatan
gula darah mendadak dan bila berulang - ulang dalam jangka
panjang, keadaan ini dapat menimbulkan komplikasi diabetes
melitus. Oleh karena itu makanlah sebelum lapar karena makan
disaat lapar sering tidak terkendali dan berlebihan. Agar kadar gula
darah lebih stabil, perlu pengaturan jadwal makan yang teratur.
Makanan dibagi dalam 3 porsi besar yaitu makan pagi (20 %), siang
(30 %), sore (25 %) serta 2 - 3 kali porsi kecil untuk makanan
selingan masing-masing (10 - 15 %).
Menurut Dr. Hans (2012) sekalipun sudah minum obat,
mengatur jam makan tetap menjadi keharusan. Obat bekerja dengan
lama atau durasi yang berlainan. Ada obat yang kerjanya 6-8jam
sehingga perlu dikonsumsi tiga kali sehari. Demikian pula dengan
suntikan insulin. Ada yang kerjanya cepat, hanya 3-4jam. Ada juga
yang kerjanya lambat. Karena alasan inilah, jam makan harus tepat
dan teratur. Sering melanggar jadwal makan akan merugikan
kesehatan anda. Gula darah naik turun tidak teratur bisa merusak
pembuluh darah sehingga komplikasi penyakit pun akan
bermunculan.
Contoh jadwal makan menurut Dr. Hans (2012), makan pagi
pukul 06.00-07.00, makan siang pukul 12.00-13.00, makan malam
18.00-19.00.
d. Faktor yang mendukung kepatuhan
Menurut (Niven, 2012) faktor- faktor yang mempengaruhi
tingkat kepatuhan adalah:
32

1) Pendidikan
2) Akomodasi
3) Modifikasi faktor lingkungan dan sosial
4) Perubahan model terapi
5) Meningkatkan interaksi profesional kesehatan dengan pasien.
e. Akibat Ketidakpatuhan
Akibat ketidakpatuhan dalam menjalankan diet adalah
kurangnya informasi tentang makanan yang seharusnya dihabiskan
sesuai yang dianjurkan. Sehingga hal itu bisa patuh terhadap
anjuran diet dan gula darah terkontrol. Dukungan keluarga juga
membuat seseorang tersebut patuh atau tidaknya, jika dukungan
keluarga baik maka akan menaati anjuran diet.
33

B. Kerangka Teori

Reaksi Autoimun Obesitas, Usia, genetik

DM Tipe I DM Tipe II

Sel Beta Pankreas hancur Sel Beta Pankreas hancur


Defisiensi Insulin

Anabolisme Protein menurun


Katabolisme Protein menurun Penurunan pemakaian glukosa

Kerusakan pada antibodi Merangsang


Hipotalamus Hiperglikemia

Kekebalan tubuh menurun Pusat lapar dan


Haus
Glysosuria
Neuropati
Resiko Infeksi Polidipsi dan
Sensori Perifer
polifagi Osmotic deuresis

Klien merasa tidak


Ketidakseimbangan nutrisi: Poliuria
Sakit saat luka
Kurang dari kebutuhan
Tubuh
Nekrosis luka Dehidrasi

Ganggren
Pemberian Edukasi
Terhadap Kepatuhan Diet Kekurangan
Kerusakan integritas kulit Diabetes Mellitus
Volume cairan
Padila, 2012

Gambar 2.2 Kerangka Konsep


34

C. Kerangka Alur Pikir

Diabetes Mellitus

Polifagi

Edukasi Diabetes Terhadap


Ketidakseimbangan nutrisi:
Kepatuhan Diet Diabetes Mellitus
Kurang dari kebutuhan tubuh

Patuh diet diabetes mellitus

Kebutuhan Nutrisi
tercukupi

Gambar 2.3 Kerangka Alur Pikir


35

D. Hasil Penelitian yang Relevan


1. Hasil penelitian oleh Anggraini, 1Nofa 2Handayani yang berjudul
Hubungan Tingkat Pengetahuan Diet Diabetes Melitus Dengan
Kepatuhan Diet Pada Penderita Diabetes Melitus dengan hasil
penelitian uji statistik diperoleh nilai p value = 0,000 dan diperoleh
pula nilai OR = 19,904, artinya pasien diabetes mellitus yang
pengetahuannya baik mempunyai peluang 19,904 kali lebih patuh
dibandingkan dengan yang pengetahuan kurang.
2. Hasil penelitian oleh Noor Ali Jufriyanto1, Tri Wahyuni 2 yang
berjudul Gambaran Tingkat Pengetahuan Keluarga Tentang
Modifikasi Diet Bagi Penderita DM Tipe II di Wilayah Kerja
Puskesmas Wonorojo Samarinda dengan hasil responden yang
memiliki tingkat pengetahuan baik tentang Modifikasi diet sebanyak
23 responden (66%), cukup sebanyak 10 responden (28%), kurang
sebanyak 2 responden (6%)
3. Hasil penelitian oleh Rosadi, Khoirul anwar yang berjudul Gambaran
Diet Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 Dalam Upaya Pengendalian
Kadar Gula Darah Di Wilayah Puskesmas Purwokerto Utara 2
dengan hasil kelompok yang baik dalam menerapkan pola diet 3 J
(jumlah kalori, jadwal makanan, jenis makanan) yaitu kelompok
prolanis aktif. Hal ini karena pada kelompok aktif prolanis memiliki
pengetahuan yang lebih baik jika dibandingkan kelompok prolanis
pasif.
4. Hasil penelitian oleh Ni Wayan Trisnadewi, I Made Sudarma
Adiputra, Ni Kadek Mitayanti yang berjudul Gambaran Pengetahuan
Pasien Diabetes Mellitus ( DM ) Dan Keluarga Tentang Manajemen
Diabetes Melitus Tipe 2 dengan hasil analisa dengan univariat
berdasarkan tingkat pengetahuan pasien tentang manajemen DM
tentang edukasi (65%) , diet (83,8%), latihan fisik (77,5%) dalam
katagori baik, sementara pengobatannya (61,3%) dalam katagori
kurang. Pengetahuan keluarga tentang manajemen DM yaitu edukasi
36

(67,5%), diet (72,5%), latihan fisik (90%) dalam katagori baik,


sementara pengobatan (53,8%) katagori kurang.
5. Hasil penelitian oleh Theresia Eriyani¹, Yulan Yuliana² yang berjudul
Pengetahuan Pasien Diabetes Melitus Tentang Diet DM di Poli
Dalam dengan hasil Tingkat pendidikan responden sebagian besar
adalah tingkat pendidikan menengah. Sebagian besar responden 52%
mendapatkan informasi tentang Diet DM dari dokter. Dilihat dari
segi ekonomi, sebagian besar responden memiliki dana kesehatan
untuk pengobatan secara rutin. Hampir setengah dari responden
menderita DM <5 tahun. Dan hampir setengah dari responden tidak
aktif dalam mencari informasi tentang Diet DM. Sementara
pengetahuan responden tentang Diet DM sebagian besar memiliki
pengetahuan yang cukup.
BAB III
METODE STUDI KASUS

A. Desain Studi Kasus


Jenis penelitian ini adalah studi kasus deskriptif yang merupakan salah satu
jenis strategi dalam penelitian kualitatif, dengan pendekatan case study
research (studi kasus). Definisi studi kasus adalah suatu inkuiri empiris yang
menyelidiki fenomena di dalam konteks kehidupan nyata, bilamana batas-
batas antara fenomena dan konteks tak tampak dengan tegas dan dimana
multisumber bukti dimanfaatkan(Yin, 2012). Tujuan penelitian studi kasus ini
adalah untuk memperoleh bagaimana gambaran pola diet pada pasien diabetes
mellitus.
B. Batasan Istilah / Definisi Operasional
Menurut (Sugiyono, 2016) pengertian Variabel penelitian adalah suatu
atribut atau sifat atau nilai dari orang, objek atau kegiatan yang mempunyai
variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian
ditarik kesimpulannya.
1. Variabel Bebas (Variabel Independen)
Variabel Bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang
menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat)
(Sugiyono, 2016). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah kepatuhan diet
diabetes melitus.
2. Variabel Terikat (Variabel Dependen)
Variabel Terikat adalah Variabel yang dipengaruhi atau yang
menjadi akibat, karena adanya variabel bebas(Sugiyono, 2016). Variabel
terikat dalam penelitian ini adalah edukasi diabetes melitus.
C. Tempat dan Waktu Studi Kasus
1. Tempat Studi Kasus
Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Wonogiri I.
2. Waktu Studi Kasus
Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari 2020.
D. Subjek / Partisipan Studi Kasus
1. Populasi
Populasi adalah kumpulan semua objek penelitian atau objek yang
diteliti dimana informasi atau data akan dikumpulkan (Rizka Damayanti,
2017).
Populasi dalam penelitian ini adalah remaja putri di Puskesmas Wonogiri
I. Peneliti mengambil subjek atau responden berjumlah 3 orang.
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki
populasi tersebut (Sugiyono, 2016).
Kriteria meliputi :
a. Kriteria Inklusi
Yaitu kriteria yang dibuat peneliti yang akan dijadikan sampel.
Dalam penelitian ini peneliti memberikan kriteria inklusi yaitu :
1) Keluarga pasien dan pasien diabetes mellitus
2) Berdomisili di wilayah kerja Puskesmas Wonogiri I.
3) Bersedia menjadi responden
b. Kriteria Ekslusi
Yaitu kriteria yang tidak digunakan sebagai sampel. Dalam
penelitian ini yang mencakup kriteria ekslusi yaitu :
1) Tidak menderita diabetes mellitus.
2) Keluarga pasien diabetes yang tidak bersedia menjadi
responden penelitian.
3) Bukan berdomisili di wilayah kerja Puskesmas Wonogiri I.

E. Metode Pengumpulan Data


Pengumpulan data adalah metode atau cara yang digunakan peneliti dalam
mengumpulkan sebuah data penelitian (Dharma Kusuma, 2016). Teknik
pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Observasi (Pengamatan)
Observasi merupakan kegiatan dari pengumpulan data melalui
pengamatan secara langsung terhadap aktivitas responden atau partisipan
yang sudah terencana, dilakukan secara aktif dan sistematis. Dalam metode
observasi sering digunakan untuk mengetahui prilaku individu dalam suatu
kelompok, menilai perfoma individu pada saat bekerja atau melakukan
suatu kegiatan, mengetahui proses interaksi di dalam kelompok. Metode ini
digunakan untuk memperkuat atau mengklarifikasi data yang di proleh dari
metode kuesioner. Dalam penelitian ini terdapat dua metode observasi yaitu
observasi sistematis dimana pengamatan dilakukan dengan menggunakan
pedoman atau kerangka observasi yang berisi aspek tentang suatu prilaku
dan observasi partisipatif yaitu observasi dilakukan dengan cara masuk
kedalam kehidupan partisipan dalam subjek penelitian dalam mengamati
apa yang dilakukan subjek untuk mengidentifikasi variable.
2. Teknik Wawancara
Wawancara adalah metode pengumpulan data yang dapat dilakukan
dengan cara berinteraksi, bertanya atau mendengarkan apa yang
disampaikan secara lisan melalui responden atau partisipan. Metode ini
digunakan untuk mengetahui pendapat, pandangan, pengalaman atau
persepsi responden tentang suatu permasalahan. Peneliti dapat mengajukan
pertanyaan secara formal dan terstruktur sesuai urutan pertanyaan dalam
pedoman wawancara, dapat dilakukan secara fleksibel sesua jawaban
responden.
3. Teknik Dokumentasi
Dokumentasi yaitu suatu catatan asli yang dapat dijadikan bukti
hokum, jika suatu saat ditemukan suatu masalah yang berhubungan dengan
kejadian yang terdapat didalam catatan tersebut (Dharma Kusuma, 2016).
4. Triangulasi Data
Dalam penelitian ini triangulasi data yang digunakan berupa macam-
macam data yang ada, diantaranya melalui interview dan observasi.

38
F. Instrumen Studi Kasus
Instrumen menurut Sugiyono (2015:102) adalah suatu alat yang
digunakan mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati(Sugiyono,
2016).
Instrumen yang digunakan oleh peneliti sendiri yaitu dengan observasi
dan kuesioner yaitu dimana alternatif jawaban telah tersedia sehingga
responden tinggal memilih satu jawaban yang dianggap paling sesuai dengan
kondisi sebenarnya.

a. Lembar kuisoner peningkatan kepatuhan diet pasien diabetes mellitus.


b. SAP (Satuan Acara Penyuluhan).
c. Leaflet edukasi diabetes melitus dengan peningkatan kepatuhan diet
diabetes mellitus.

G. Metode Uji Keabsahan Data


Untuk menetapkan keabsahan (trustworthiness) data diperlukan teknik
pemeriksaan. Pelaksanaan teknik pemeriksaan didasarkan atas sejumlah
kriteria tertentu (Moleong, 2011). Uji keabsahan data dalam penelitian
kualitatif meliputi uji credibility (validitas internal), transferability (validitas
eksternal), dependability (reliabilitas), dan confirmability (obyektifitas)
(Sugiyono, 2014:270).
Dalam Sugiyono (2014: 270) uji kredibilitas data atau kepercayaan terhadap
data penelitian kualitatif antara lain dilakukan dengan perpanjangan
pengamatan, peningkatan ketekunan dalam penelitian, triangulasi, diskusi
dengan teman sejawat, analisis kasus negatif, dan membercheck.
1. Perpanjangan pengamatan
Dengan perpanjangan pengamatan peneliti kembali kelapangan,
melakukan pengamatan, wawancara lagi dengan sumber data yang pernah
ditemui maupun yang baru. Sehingga, hubungan peneliti dengan nara
sumber akan terbentuk rapport, semakin akrab (tidak ada jarak lagi),
semakin terbuka, saling mempercayai, sehingga tidak ada informasi yang
disembunyikan lagi.

39
2. Meningkatkan ketekunan
Peneliti melakukan pengamatan secara lebih cermat dan
berkesinambungan. Dengan cara tersebut maka kepastian data dan urutan
peristiwa akan dapat direkam secara pasti dan sistematis. Dengan
meningkatkan ketekunan tersebut, maka peneliti akan melakukan
pengecekan kembali apakah data yang telah ditemukan salah atau tidak.
Sehingga, peneliti dapat memberikan deskripsi data yang akurat dan
sistematis tentang apa yang diamati.
3. Triangulasi
Triangulasi dalam pengujian kredibilitas ini diartikan sebagai
pengecekan data dari berbagi sumber, berbagai cara, dan berbagai waktu.
Dengan demikian terdapat triangulasi sumber, triangulasi teknik
pengumpulan data, dan triangulasi waktu.
4. Diskusi dengan teman
Peneliti melakukan diskusi dengan teman atau orang lain yang
paham dengan data-data tersebut sehingga data menjadi semakin valid.
5. Analisis kasus negatif
Ketika peneliti menemukan adanya ketidaksesuaian pada data,
maka dilakukanlah analisis ini, yang berarti peneliti mencari data yang
berbeda atau bertentangan dengan temuan, berarti data yang ditemukan
sudah dapat dipercaya.
6. Menggunakan bahan referensi
Bahan referensi yang dimaksud adalah adanya pendukung untuk
membuktikan data yang telah ditemukan oleh peneliti. Sebagai contoh, data
hasil wawancara perlu didukung dengan adanya rekaman wawancara.
7. Mengadakan membercheck
Membercheck adalah proses pengecekan data yang diperoleh peneliti
kepada pemberi data. Apabila data yang ditemukan disepakati oleh para
pemberi data berarti data tersebut sudah valid, sehingga semakin dipercaya,
tetapi apabila data yang ditemukan peneliti dengan berbagai penafsirannya

40
tidak disepakati oleh pemberi data, dan apabila perbedaannya tajam, maka
peneliti harus merubah temuannya, dan harus menyesuaikan dengan apa
yang diberikan oleh pemberi data.
G. Metode Analisa Data
Menurut (Sugiyono 2015) analisa data adalah proses mencari dan
menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan
lapangan, dan dokumentasi dengan cara mengorganisasikan data ke dalam
kategori, menjabarkan ke dalam unit-init, melakukan sintesa, menyusun ke
dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari dan membuat
kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri dan orang lain (Pujiaty,
2018).
Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah strategi studi kasus
case study research (studi kasus) yaitu peneliti melakukan perlakuan kepada
responden untuk mengetahui hasil perlakuan dan membandingkan studi kasus
sebelum perlakuan dan sesudah diberikan perlakuan dengan membandingkan
juga antara studi kasus dan jurnal-jurnal yang telah ada.

H. Etika Studi Kasus


Dalam melaksanakan penelitian, peneliti mendapat izin dari Akper Giri
Satria Husada Wonogiri dan dari responden sendiri melalui Informed Concent
yang terjamin kerahasiaannya. Dicantumkan etika yang mendasari penyusunan
studi kasus, terdiri dari :
1. Informed consent (persetujuan menjadi pasien)
Informed consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti
dengan responden peneliti dengan memberikan lembar persetujuan infotmed
consent tersebut diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan
memberikan lembar persetujuan dengan menjadi responden. Tujuan
informed consent adalah agar subyek mengerti maksud dan tujuan
penelitian, mengetahui dampaknya. Jika subyek bersedia, maka mereka
harus menandatangani lembar persetujuan. Jika responden tidak bersedia,
maka penelitian harus menghormati hak responden.

41
2. Anonimty ( tanpa nama)
Anonimty merupakan masalah yang memberikan jaminan dalam
subjek penelitian dengan cara tidak memberikan atau mencantumkan nama
responden pada lembar alat ukur dan hanya menuliskan kode pada lembar
pengumpulan data atau hasil penelitian yang diisikan.
3. Confidentiality (kerahasiaan) hasil penelitian,
Confidentiality merupakan semua informasi yang telah dikumpulkan
dijamin kerahasiaanya oleh peneliti, baik informasi maupun masalah-
masalah lainnya , hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada
hasil penelitian (Dharma Kusuma, 2016).

42
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Lokasi Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan di Wilayah Kerja Puskesmas I
Wonogiri yang secara geografis terletak pada garis lintang 7º32’ - 8º15’
lintang selatan dan garis bujur 110º41’ - 111º18’ bujur timur. Keadaan
alamnya sebagian besar terdiri dari pengunungan yang berbatu gamping,
terutama di bagian selatan, termasuk jajaran pegunungan seribu yang
merupakan mata air dari Bengawan Solo, walaupun ada juga daerah
dataran maupun pantsi. Kabupaten Wonogiri berbatasan dengan, sebelah
timur kecamatan Wonogiri, sebelah utara Kabupaten Sukoharjo, sebelah
barat Kabupaten Sukoharjo, sebelah selatan Kecamatan Selogiri.
Berdasarkan Kantor Catatan Sipil Kabupaten Wonogiri Tahun 2013,
menunjukkan bahwa Kecamatan Wonogiri memiliki luas wilayah sebesar
82,9 km², kecamatan Bulusulur memiliki 8 desa dan 1 kelurahan.
Puskesmas I Wonogiri terletak di Desa Bulusulur, Kecamatan Wonogiri ,
Kabupaten Wonogiri terletak di sebelah timur dari pusat pemerintahan
Kabupaten Wonogiri yang berjarak kurang lebih 2 km, berbatasan dengan:
Sebelah Barat : Desa Manjung
Sebelah Utara : Desa Purworejo
Sebelah Timur : Desa Purwosari
Sebelah Selatan : Desa Pokoh Kidul

B. Hasil Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Kaliancar. Penelitian ini
dilaksanakan pada tanggal 13 Februari 2020. Penelitian ini dilakukan
untuk mengetahui Kepatuhan Diet Pasien Diabetes Mellitus (DM) pada
tahun 2020, dengan jumlah responden sebanyak 3 orang.

43
44

Tabel 4.1 Karakteristik berdasarkan jenis kelamin


No Jenis Kelamin Frekuensi Presentase

1. Perempuan 3 100%
Total 3 100%

Berdasarkan tabel di atas karakteristik responden berjenis kelamin


perempuan sebanyak 3 orang (100%).

Tabel 4.2 Karakteristik responden berdasarkan umur


No Karakteristik umur Frekuensi Prosentase
1. 51-60 2 67%
2. 61-70 1 33%
Total 3 100%

Berdasarkan tabel di atas karakteristik responden berdasarkan umur


51-60 tahun sebanyak 2 orang (67%) dan dengan umur 61-70 sebanyak 1
orang (33%).

Tabel 4.3 Karakteristik lama menderita


No Lama menderita Frekuensi Prosentase
1. 1-2 tahun 2 67%
2. 3-4 tahun 1 33%
Total 3 100%

Berdasarkan tabel di atas karakteristik responden berdasarkan lama


menderita 1-2 tahun sebanyak 2 orang (67%) dan dengan lama menderita
3-4 tahun sebanyak 1 orang (33%).

Tabel 4.4 Karakteristik pendidikan


No Pendidikan Frekuensi Presentase
1. Belum tamat SD 2 67%
2. SD 1 33%
3. SMP 0 0%
4. SMA 0 0%
Total 3 100%
45

Berdasarkan tabel di atas karakteristik responden berdasarkan


pendidikan belum tambat SD sebanyak 2 orang (67%) dan SD sebanyak 1
orang (33%).

Tabel 4.5 Hasil Kuesioner Kepatuhan


No Responden Nilai Pre Nilai Post
1. Responden I 6 10
2. Responden II 5 10
3. Responden III 5 9
Total 16 29
Berdasarkan tabel di atas nilai kuesioner kepatuhan menunjukkan
responden 1 nilai sebelum diberi penyuluhan sebanyak 6 sedangkan
setelah diberikan penyuluhan nilai meningkat menjadi 10. Responden 2
nilai sebelum diberi penyuluhan sebanyak 5 sedangkan setelah diberikan
penyuluhan meningkat sebanyak 10. Responden 3 nilai sebelum diberi
penyuluhan sebanyak 5 sedangkan setelah diberikan penyuluhan
meningkat menjadi 9.

Tabel 4.6 Tingkat Kepatuhan Diet Pasien Diabetes Mellitus Sebelum dan
Seduah di berikan Penyuluhan Kesehatan
No Tingkat Kepatuhan Diet Pre Jumlah Presentase
Penyuluhan
1. Patuh (>7) 1 33%
2. Tidak Patuh (<7) 2 67%
Total 3 100%

Sesudah Penyuluhan
No Tingkat Kepatuhan Diet Post Jumlah Presentase
Penyuluhan
1 Patuh (>7) 3 100%
2 Tidak Patuh (<7) 0 0%
Total 3 100%

Tabel 4.7 Hasil GDS saat pengkajian dan setelah implementasi (3hari)
No Responden Saat Pengkajian Setelah
1 Responden I 186 178
46

2 Responden II 468 456


3 Responden III 141 136
Berdasarkan tabel di atas hasil GDS saat pengkajian responden 1
adalah 186 setelah diberikan penyuluhan dan dicek ulang tiga hari setelah
pengkajian GDS menurun menjadi 178. Responden 2 GDS saat pengkajian
adalah 468 setelah diberikan penyuluhan dan dicek ulang tiga hari setelah
pengajian GDS menurun menjadi 456. Responden 3 saat pengkajian GDS
141 setelah diberikan penyuluhan dan dicek ulang tiga hari setelah
pengkajian GDS menjadi 136.

C. Pembahasan
1. Pengkajian
Pengkajian dilakukan pada bulan Maret 2019 di Kaliancar,
Selogiri. Pengkajian didapatkan data yang diperoleh dengan cara
wawancara dan observasi langsung.
a. Responden 1
Pengkajian pada responden 1 didapatkan data yang diperoleh
dengan wawancara dan observasi. Ny.M kelahiran Wonogiri
usia 55 tahun adalah seorang petani, beragama Islam, jenis
kelamin Perempuan dan tidak tamat SD. Responden dengan
ciri-ciri : tinggi badan 155 cm, berat badan 52 kg, warna kulit
sawo matang, wajah oval, rambut lurus. Responden ini
menderita penyakit diabetes mellitus sudah 2 tahun yang lalu.
Pada awalnya responden hanya mengalami lelah dan lemas
serta nafsu makan meningkat, responden tidak menghiraukan
lama kelamaan tidak enak dirasakan, maka responden
memutuskan untuk mengecek gula darah di Pustu terdekat.
Ternyata hasil gula darah sekitar 451 sekitar 2 bulan yang lalu,
maka oleh perawat di Pustu diberikan obat penurun gula darah.
Responden juga berobat rutin jika obat habis. Pada saat
dilakukan pengkajian didapat gula darah sebesar 186. Dan
setelah 3 hari pengkajian gula darah mengalami penurunan
47

sebesar 178. Di rumah responden merasa bosan dan kepatuhan


terhadap makanan kurang diperhatikan.
b. Responden 2
Pengkajian pada responden 2 didapatkan data yang diperoleh
dengan wawancara dan observasi. Ny. S kelahiran Wonogiri
usia 57 tahun adalah seorang petani, beragam Islam, jenis
kelamin perempuan, pendidikan belum tamat SD. Responden
dengan ciri-ciri : tinggi badan 148 cm, berat badan 45 kg,
warna kulit sawo matang, wajah oval, rambut lurus. Responden
ini menderita penyakit diabetes mellitus sudah 1 tahun yang
lalu. Pada awalnya responden mengalami nafsu makan
meningkat, haus pada malam hari, dan buang air kecil sering
saat malam, tetapi hal itu dihiraukan sampai responden
mengalami tidak enak badan dan mengecekan gula darahnya,
responden pada saat mengecekan lupa gula darahnya berapa
dan diberikan obat penurun gula darah, tetapi lama kelamaan
pasien bosan dan tidak rutin dalam meminum obat. Pada saat
pengkajian dilakukan adalah 468, dan setelah 3 hari pengkajian
gula darah turun 456. Saat dirumah responden merasa bosan
untuk rutin minum obat dan tidak patuh dalam anjuran
makanan.
c. Responden 3
Pengkajian pada responden 3 didapatkan data yang diperoleh
dengan wawancara dan observasi. Ny.L kelahiran Wonogiri
usia 56 tahun adalah seorang pedagang, beragama islam, jenis
kelamin perempuan, pendidikan responden SD. Responden
dengan ciri-ciri : tinggi badan 152 cm, berat badan 55 kg,
warna kulit sawo matang, wajah oval, rambut lurus. Responden
ini menderita penyakit diabetes mellitus 3 tahun yang lalu,
responden rutin berobat dan kadang juga membeli obat sendiri
di apotek. Pada saat pengkajian didapat gula darah 141 dan
48

dilakukan penyuluhan, setelah 3 hari pengkajian didapat gula


darah sebesar 136. Saat dirumah terkadang responden menjaga
pola makan dan minum obatnya tetapi terkadang juga bosan
mematuhi anjuran makan dan minum obat.

Pengkajian Keperawatan pada 3 responden di dapat sesuai


dengan tanda dan gejala menurut Digiulio 2014 yaitu nafsu makan
meningkat, haus meningkat, urine meningkat.

Berdasarkan data hasil mengenai karakteristik responden,


peneliti mengambil jumlah responden sebanyak 3 responden. Saat
pemilihan sampel terdapat 3 responden yang sesuai dengan kriteria
inklusi yaitu reponden dengan penderita Diabetes Mellitus yang
berusia 40 sampai 70 tahun dan bersedia menjadi responden
penelitian. Dari hasil data yang didapatkan menurut kriteria jenis
kelamin adalah sebanyak 3 responden perempuan. Hasil penelitian
ini sejalan dengan hasil penelitian (Khairunnisa 2017) yang
menyatakan bahwa mayoritas penderita DM adalah perempuan
yaitu sebesar (69,2%) dikarenakan perempuan memiliki peluang
peningkatan masa tubuh yang lebih besar dari laki-laki.

Menurut karakteristik usia penelitian mengambil sampel


penderita Diabetes Mellitus yang berusia 51 sampai 70 tahun, usia
ini disebut usia dewasa madya, hal ini disebabkan karena pada usia
ini mengalami proses penuaan dan juga mengalami penurunan
fungsi tubuh.

2. Diagnosa
Diagnosa keperawatan merupakan suatu pernyataan yang
menggambarkan respon manusia (keadaan sehat atau perubahan pola
interaksi aktual/potensial) dari individu atau kelompok (Budiono,
2016). Dari keseluruhan responden penelitian diperoleh data yang
sama yaitu Kurangnya pengetahuan yang menimbulkan permasalahan
49

ketidakseimbangan nutrisi. Dari data-data tersebut terdapat kesesuaian


batasan karakteristik :
Terdapat permasalahan pada sistem kepatuhan yang tidak
mendapatkan hasil yang cukup baik. Maka ditegakkan diagnosa
keperawatan ketidakseimbangan nutrisi berhubungan dengan informasi
atau pemahaman yang tidak adekuat.
Tujuan yang ditetapkan adalah setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3 hari diharapkan Responden mendapatkan
pengetahuan secara terpenuhi dengan Nursing Outcomes Classification
responden mampu mengatasi masalah keluarga, memperlihatkan
fleksibilitas peran, memenuhi kebutuhan anggota keluarga,
mengungkapkan perasaan yang tidak terselesaikan.

3. Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan adalah pengembangan strategi desain untuk
mencegah, megurangi, dan mengatasi masalah yang diidentifikasi
dalam diagnosa keperawatan (Budiono, 2016). Rencana keperawatan
adalah bagaimana perawat merencanakan suatu tindakan keperawatan
agar dalam melakukan perawatan terhadap pasien efektif dan efisien.
Rencana keperawatan yang dilakukan dalam penelitian ini lebih
ditujukan untuk mengurangi terjadinya Ketidakmampuan koping
individu untuk kepatuhan diet pasien diabetes mellitus.
Rencana keperawatan disusun sesuai dengan pedoman Nursing
Interventions Classification. Rencana keperawatan peneliti adalah:
menyediakan informasi penting yang dibutuhkan untuk memfasilitasi
perawatan primer pasien (penyuluhan kesehatan). Dari perencanaan
yang tertulis dapat diambil tindakan yang sesuai dengan diagnosa
keperawatan penelitian adalah memberikan edukasi diabetes melitus
terhadap kepatuhan diet pasien diabetes mellitus.
Diabetes mellitus adalah gangguan metabolisme yang ditandai
dengan hiperglikemia yang berhubungan dengan abnormalitas
50

metabolisme karbohidrat, lemak dan protein yang disebabkan oleh


penurunan sekresi insulin atau keduanya dan menyebabkan komplikasi
kronis mikro vaskular, makro vaskular, dan neuropati (Sudoyo dkk,
2009 dalam Nanda 2015).
Alasan dilakukan edukasi diabetes melitus untuk memberikan
informasi kepada responden bahwa kepatuhan sangatlah penting bagi
penderita DM karena mayoritas penderita sudah lama dan merasa
bosan.

4. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan adalah realisasi rencana tindakan
untuk mencapai tujuan yang telah di tetapkan. Kegiatan dalam
pelaksanaan juga meliputi pengumpulan data berkelanjutan,
mengobservasi respon responden sebelum dan sesudah pelaksanaan
tindakan, serta menilai data yang baru. Implementasi yang dilakukan
pada penelitian ini adalah melakukan tindakan edukasi diabetes
melitus dan kepatuhan diet pasien Diabetes Mellitus, dengan cara
memberikan kuesioner yang berisi kepatuhan serta dilakukan
penyuluhan dengan 3 responden. Responden 1 tingkat kepatuhan
dietnya masih kurang patuh, responden kadang malas meminum obat
karena responden merasa dirinya sudah merasa lebih baik dan merasa
bosan dengan pola makan, peluang yang didapat responden adalah
ketika peneliti melakukan kunjungan ke rumah dan bias bersosialisasi
menambah pengetahuan, saling tukar cerita dan memberikan
penyuluhan kesehatan apa yang sedang dialami responden tersebut.
Responden 2 masih kurang patuh karena masih ingin merasakan
makanan tanpa diatur pola makannya, peluang yang didapat responden
adalah ketika peneliti melakukan kunjungan ke rumah dan bias
bersosialisasi menambah pengetahuan, saling tukar cerita dan
memberikan penyuluhan kesehatan apa yang sedang dialami responden
tersebut. Responden 3 terkadang sadar akan pentingnya menjaga agar
51

gula darah stabil dan agar tidak terjadi komplikasi, tetapi responden
terkadang juga bosan patuh dalam pola makan diabetes melitus,
peluang yang didapat responden adalah ketika peneliti melakukan
kunjungan ke rumah dan bias bersosialisasi menambah pengetahuan,
saling tukar cerita dan memberikan penyuluhan kesehatan apa yang
sedang dialami responden tersebut.
5. Evaluasi Keperawatan
Pada penelitian ini evaluasi keperawatan dilakukan 1x45
menit setelah responden diberikan penyuluhan kesehatan di evaluasi 3
hari selanjutnya. Hasil dari evaluasi mayoritas responden mengalami
peningkatan menjawab kuisioner yang diberikan peneliti. Kepatuhan
diet diabetes mellitus juga meningkat meskipun tidak terlalu signifikan
karena kendala responden bosan akan anjuran diet makanan dan terapi
farmakologinya. Hasil GDS setelah tiga hari pengkajian mengalami
penurunan dari masing – masing responden. Yang awalnya responden
1 gula darah 186 menjadi 178, responden 2 gula darah 468 menjadi
456, dan responden 3 gula darah sewaktu 141 menjadi 136. Jadi
edukasi diabetes mellitus untuk kepatuhan diet diabetes mellitus sangat
berpengaruh.
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian (Bertalina
& Purnama, 2016) yang mengatakan bahwa edukasi diabetes mellitus
berpengaruh terhadap kepatuhan diet pasien diabetes mellitus dengan
nilai p = 0,002 (p<0,05).

D. Keterbatasan Studi Kasus


a. Peneliti tidak mengobservasi kegiatan sehari-hari responden yang
dapat mempengaruhi tingkat kepatuhan melakukan diet diabetes
mellitus.
b. Dalam penelitian ini alat ukur berupa kuesioner dengan pertanyaan
tertutup sehingga memungkinkan aktivitas sehari-hari belum bisa
tercover di dalam pertanyaan yang diajukan dalam kuesioner.
52

c. Dalam penelitian ini hanya memilih responden perempuan jadi tidak


tereksplor penderita untuk laki-laki.
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Dari penelitian tentang Edukasi Diabetes Melitus Terhadap
Kepatuhan Diet Pasien Diabetes Mellitus Di Wilayah Kerja Puskesmas
Wonogiri I dapat disimpulkan bahwa edukasi diabetes mellitus efektif
untuk kepatuhan diet pasien DM dengan disimpulkan sebagai berikut :
hasil pengkajian dari keseluruhan responden menunjukkan data berupa
responden sebelum diberikan penyuluhan kesehatan rata-rata kurang
mengerti, kepatuhan diet pasien juga tidak patuh berdasarkan hasil
pengkajian keseluruhan responden mengalami masalah keperawatan
ketidakseimbangan nutrisi berhubungan dengan kurangnya edukasi,
rencana keperawatan yang telah ditetapkan oleh peneliti dilaksanakan
dengan waktu kurang lebih 1 x 45 menit untuk mengetahui edukasi
diabetes melitus terhadap kepatuhan diet pasien Diabetes Mellitus,
tindakan keperawatan yang telah digunakan peneliti untuk mengatasi
masalah ketidakseimbangan nutrisi yaitu dengan edukasi diet diabetes
melitus untuk kepatuhan diet, hasil dari evaluasi keperawatan mayoritas
responden menjawab kuesioner yang diberikan peneliti dengan tingkat
pengetahuan meningkat menjadi baik dan kepatuhan diet pasien Diabetes
Mellitus meningkat, hasil perbandingan edukasi diabetes melitus terhadap
kepatuhan diet pasien adalah edukasi diabetes melitus berpengaruh
terhadap kepatuhan diet pasien Diabetes Mellitus.

B. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas maka ada beberapa upaya yang
perlu diperhatikan :
54

1. Bagi Pasien
Penelitian ini diharapkan mampu memotivasi responden untuk
mencari informasi mengenai diet diabetes mellitus dan mau
mengikuti program-program yang diadakan Rumah Sakit
ataupun Puskesmas sehingga responden mampu untuk
mengelola penyakit diabetes mellitus untuk menghindari
komplikasi.
2. Bagi Pelayanan Masyarakat
Diharapkan bagi pelayanan kesehatan untuk menambahkan
informasi tentang pentingnya dukungan keluarga terhadap
kepatuhan melakukan diet sesuai anjuran.
3. Bagi Institusi Pendidikan
Hasil Karya Ilmiah ini diharapkan dapat sebagai sumber
informasi bagi institusi pendidikan dalam pengembangan dan
peningkatan mutu pendidikan di masa mendatang.
4. Bagi Penulis
Hasil Karya Ilmiah ini dapat dijadikan pegangan atau manfaat
bagi penulis dalam hal pemberian edukasi diabetes melitus
untuk kepatuhan diet pasien diabetes mellitus.
5. Bagi Peneliti Selanjutnya
Diharapkan dapat mengembangkan penelitian ini dan
menggunakan sampel dan jumlah yang lebih besar.
DAFTAR PUSTAKA

Anggraini, 1Nofa 2Handayani (2018) ‘HUBUNGAN TINGKAT


PENGETAHUAN DIET DIABETES MELITUS DENGAN KEPATUHAN
DIET PADA PENEDERITA DIABETES MELITUS Nofa Anggraini
Program Studi Bertalina and Purnama (2016) ‘Hubungan lama sakit,
pengetahuan, motivasi pasien dan dukungan keluarga dengan kepatuhan diet
pasien diabetes mellitus’, Kesehatan, 7(2), pp. 329–340.
Dewi Astuti Harni (2016) ‘Analisis Pemberian Makanan Pada Pasien Diabetes
Mellitus Di RSUD Labuang Baji Kota Makasar’. Universitas Indonesia
Timur.
Dharma Kusuma (2016) ‘Metode Penelitian’.Farida Nur Isnaeni1, Khairunnisa
Nadya Risti2, Hernie Mayawati3, M. K. A. (2018) ‘EDUCATION LEVEL ,
DIETARY KNOWLEDGE AND DIETARY ADHERENCE AMONG
DIABETIC’, 1(2), pp. 40–45.
Jamaludin1, A. C. 1 (2019) ‘HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA
DENGAN KEPATUHAN DIET PADA PENDERITA DM DI RUANG
POLIKLINIK RSI SUNAN KUDUS’, 6(1), pp. 45–60.
Ni Wayan Trisnadewi, I Made Sudarma Adiputra, N. K. M. (2016)
‘GAMBARAN PENGETAHUAN PASIEN DIABETES MELLITUS
( DM ) DAN KELUARGA TENTANG THE DESCRIPTION OF
KNOWLEDGE OF DIABETES MELLITUS ( DM ) PATIENTS AND
FAMILY ABOUT THE MANAGEMENT OF DIABETES MELLITUS
TYPE 2’, (Dm), pp. 22–45.
Niven (2008) Psikologi Kesehatan: Pengantar Untuk Perawat Dan Profesional.
Jakarta : EGC.
Noor Ali Jufriyanto1, T. W. 2 (2018) ‘GAMBARAN TINGKAT
PENGETAHUAN KELUARGA TENTANG MODIFIKASI DIET BAGI
PENDERITA DM TIPE II DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
WONOROJO SAMARINDA’, pp. 1–51.
Padila (2012) Buku Ajar : Keperawatan Medikal Bedah. Yogakarta : Nuha
Medika.
Pujiaty, R. M. (2018) ‘GAMBARAN POLA DIET PADA KLIEN DIABETES
MELLITUS’, pp. 22–28.
Ratnasari, N. Y. (2019) ‘Upaya pemberian penyuluhan kesehatan tentang diabetes
mellitus dan senam kaki diabetik terhadap pengetahuan dan keterampilan
masyarakat desa Kedungringin, Wonogiri’, Indonesian Journal of
Community Services, 1(1), p. 105. doi: 10.30659/ijocs.1.1.105-115.
Rosadi, K. anwar (2010) ‘Gambaran Diet Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 Dalam
Upaya Pengendalian Kadar Gula Darah Di Wilayah Puskesmas Purwokerto
Utara 2’, 26(4), pp. 12–41.
Smeltzer, C. (2017) Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddart.
Jakarta : EGC.
Sudoyo (2009) Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 5. Jakarta : Interna
Publishing.
Sugiyono (2016) ‘METODE PENELITIAN’, pp. 49–78.
Sukardji (2009) Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 5. Jakarta : Interna
Publishing.
Yin (2012) ‘METODE PENELITIAN’, pp. 47–57.

xv
Lampiran 1
JADWAL PELAKSANAAN STUDI KASUS
Uraian
N
Kegiatan Novem Januar Februar
o Juni Maret Juli
ber i i

Pembuatan
1. Proposal

Uji Proposal
2.

Pengambilan
3. Data

Pengolahan
4. Data

Analisa Data
5.

Pembuatan
6. Laporan

Uji Sidang
7. KTI

Lampiran 2
Permohonan Rekomendasi Penelitian

xvi
Lampiran 3
Surat Kesbangpol

xvii
xviii
xix
Lampiran 4

PERMOHONAN

KESEDIAAN MENJADI RESPONDEN

Dengan Hormat,

Saya yang bertanda tangan di bawah ini, mahasiswa Akademi


Keperawatan Giri Satria Husada Wonogiri:

Nama : Indriyanto

NIM : 17014

Bermaksud akan melakukan penelitian dengan judul ” Efektifitas Edukasi


Diabetes Melitus Terhadap Peningkatan Kepatuhan Diet Diabetes Melitus di
Puskesmas Wonogiri I”.
Sehubungan dengan hal tersebut, dengan ini saya meminta kesediaan
bapak/ibu untuk menjadi responden dengan mengisi formulir yang diberikan
dengan benar dan sukarela. Identitas dan jawaban bapak/ibu akan saya jaga
kerahasiaannya.

Atas kehadiran dan bantuan saudari saya sampaikan terima kasih.

Hormat Saya,

(..........................................)

xx
Lampiran 5
Inform Consent
Lembar Persetujuan Menjadi Responden

(Informed Consent)

Yang bertanda-tangan dibawah ini,

Nama :

Umur :

Alamat :

Setelah mendapat penjelasan tentang tujuan dan manfaat penelitian, maka

saya bersedia /tidak bersedia* untuk berperan serta sebagai responden. Apabila

sesuatu hal yang merugikan diri saya akibat penelitian ini, maka saya akan

bertanggung jawab atas pilihan saya sendiri dan tidak akan menuntut dikemudian

hari.

Wonogiri, Februari 2020

Yang Menyatakan,

_________________

Keterangan :

*)coret yang tidak perlu

xxi
Lampiran 6
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

A. PENGANTAR
Materi : Edukasi Diabetes Melitus terhadap Kepatuhan Diet
Pasien Diabetes Mellitus
Pokok Bahasan : Edukasi Diabetes Melitus terhadap Kepatuhan Diet
Pasien Diabetes Mellitus
Hari/tanggal          :    Maret 2019
Waktu pertemuan : 35 menit
Tempat : Di Desa Bulusulur
Sasaran : Pasien diabetes melitus

B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Setelah mengikuti edukasi diabetes mellitus dapat mengetahui
kepatuhan diet diabetes mellitus.
2. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti penyuluhan kesehatan selama 1x35 menit, keluarga
dan pasien diabetes mellitus dapat menjelaskan kembali tentanG:
a. Pengertian DM
b. Penyebab DM
c. Klasifikasi DM
d. Tanda dan gejala DM
e. Komplikasi DM
f. Fungsi dukungan keluarga
g. Pengaturan diet DM
h. Makanan yang di pantang dan juga yang diperbolehkan.
C. MATERI
(Terlampir)

xxii
D. MEDIA
1. Materi SAP
2. Leafleat
E. METODE
1. Ceramah
2. Tanya jawab
3. Diskusi
F. KEGIATAN PENYULUHAN

No Kegiatan Penyuluh Respon Peserta Waktu


1 Pembukaan 5 menit
 Memberi salam Menjawab salam
 Memberi pertanyaan apersepsi Memberi salam
 Menjelaskan tujuan penyuluhan Menyimak
 Menyebutkan materi/pokok
bahasan yang akan disampaikan
2 Pelaksanaan 20 menit
Menjelaskan materi penyuluhan Menyimak dan
secara berurutan dan teratur. Memperhatikan
Materi :
 Pengertian DM
 Penyebab DM
 Klasifikasi DM
 Tanda dan gejala DM
 Komplikasi DM
 Kepatuhan diet DM
3 Evaluasi 5 menit
 Menyimpulkan inti penyuluhan             
 Menyampaikan secara singkat Memperhatikan
materi penyuluhan              menjawab
 Memberi kesempatan kepada

xxiii
pasien untuk bertanya
 Memberi kesempatan kepada
pasien diabetes mellitus untuk
menjawab pertanyaan yang
dilontarkan

4 Penutup :

 Menyimpulkan materi penyuluhan Menyimak dan 5 menit


yang telah disampaikan Mendengarkan
 Menyampaikan terima kasih atas
Menjawab
perhatian dan waktu yang telah di
berikan kepada peserta
 Mengucapkan salam Menjawab salam

Lampiran Materi

xxiv
DIABETES MELITUS

A. PENGERTIAN
Diabetes melitus adalah gangguan metabolisme yang ditandai dengan
hiperglikemia yang berhubungan dengan abnormalitas metabolisme
karbohidrat, lemak dan protein yang disebabkan oleh penurunan sekresi
insulin atau keduanya dan menyebabkan komplikasi kronis mikro
vaskular, makro vaskular, dan neuropati
B. PENYEBAB
Diabetes melitus disebabkan oleh rusaknya sebagian kecil atau sebagian
besar dari sel-sel beta dari pulau-pulau Langerhans pada pankreas yang
berfungsi menghasilkan insulin yang akibatnya terjadi kekurangan insulin.
C. KLASIFIKASI DIABETES MELLITUS
Diabetes Mellitus ada 4 jenis :
1. Diabetes mellitus tipe 1
2. Diabetes mellitus tipe 2
3. Diabetes tipe lain
4. Diabetes gestational
D. TANDA DAN GEJALA
1. Sering merasa haus
2. Sering kencing terutama malam hari
3. Pandangan menjadi kabur
4. Sering merasa lelah tanpa sebab yang jelas dan mengantuk
5. Penurunan berat badan
6. Kulit terasa kering
7. Sering menderita sariawan atau infeksi (misalnya bisul) yang sulit
sembuh
8. Mati rasa atau kesemutan di kaki dan tangan
9. Mual dan muntah
E. KOMPLIKASI

xxv
Komplikasi yang dapat terjadi bila penderita DM tidak dirawat dengan
baik sehingga gula darah selalu tinggi adalah :
1. Ginjal : Gagal Ginjal, Infeksi
2. Jantung: Hipertensi, Gagal Jantung
3. Mata : Glaukoma, Katarak, Retinopati
4. Syaraf : Neuropati, mati rasa
5. Kulit : Luka lama, gangren
6. Hipoglikemi
7. Ketoasidosis
Untuk mencegah komplikasi sebaiknya yang dilakukan adalah :
1. Diet dengan benar
2. Minum obat teratur
3. Kontrol gula darah teratur
4. Olahraga ( jalan kaki, senam, sepeda santai, dsb)
5. Bila saat aktifitas kemudian pusing,keringat dingin maka cepat
minum teh manis
6. Mencegah kulit terluka : pakai alas kaki, lingkungan rumah tidak
licin, tangga ( undak-undakan tidak tinggi)
7. Cegah Kegemukan
F. PENGELOLAAN DM
 Medis
1. Terapi primer untuk diabetes tipe 1 adalah insulin.
2. Terapi primer untuk diabetes tipe 2 adalah penurunan berat badan.
3. Olahraga penting untuk meningkatkan keefektifan insulin.
4. Penggunaan agens hipoglikemik oral apabila diet dan olahraga tidak
berhasil mengontrol kadar gula darah. Injeksi insulin dapat digunakan
pada kondisi akut.
5. Meningkat terapi bervariasi selama perjalanan penyakit karena adanya
perubahan gaya hidup dan status fisik serta emosional dan juga
kemajuan terapi, terus kaji dan modifikasi rencana terapi serta lakukan

xxvi
penyesuaian terapi setiap hari. Edukasi diperlukan untuk pasien dan
keluarga.
 Nutrisi
1. Rencana makan harus mempertimbangkan pilihan makanan pasien,
gaya hidup, waktu biasanya pasien makan, dan latar belakang etnis
serta budaya pasien.
2. Bagi pasien yang membutuhkan insulin untuk membantu mengontrol
kadar gula darah, diperlukan konsistensi dalam mempertahankan
jumlah kalori dan karbohidrat yang dikonsumsi pada setiap sesi
makan.
3. Edukasi awal membahas pentingnya kebiasaan makan yang konsisten,
keterkaitan antara makanan dan insulin, dan penetapan rencana makan
individual
G. PENGATURAN DIET DM
Pengaturan diet diabetes meliitus ada 3J (Jumlah, Jenis, Jadwal)
1. Jumlah
Proporsi diet/ makanan harian yang benar bagi penderita DM :
Berdasarkan anjuran dari PERKENI ( perkumpulan Endokrinologi
Indonesia ) diet harian penderita DM disusun sebagai berikut:
a. Karbohidrat : 60-70 %
b. Protein         : 10-15%
c. Lemak          : 20-25%
2. Jenis
Banyak yang beranggapan bahwa penderita diabetes melitus harus
makan makanan khusus, anggapan tersebut tidak selalu benar karena
tujuan utamanya adalah menjaga kadar glukosa darah pada batas
normal. Untuk itu sangat penting bagi kita terutama penderita diabetes
melitus untuk mengetahui efek dari makanan pada glukosa darah. Jenis
makanan yang dianjurkan untuk penderita diabetes melitus adalah
makanan yang kaya serat seperti sayur - mayur dan buah - buahan
segar. Hal yang terpenting adalah jangan terlalu mengurangi jumlah

xxvii
makanan karena akan mengakibatkan kadar gula darah yang sangat
rendah (hypoglikemia) dan juga jangan terlalu banyak makan makanan
yang memperparah penyakit diabetes melitus.
3. Jadwal
Makanan porsi kecil dalam waktu tertentu akan membantu
mengontrol kadar gula darah. Makanan porsi besar menyebabkan
peningkatan gula darah mendadak dan bila berulang - ulang dalam
jangka panjang, keadaan ini dapat menimbulkan komplikasi diabetes
melitus. Oleh karena itu makanlah sebelum lapar karena makan disaat
lapar sering tidak terkendali dan berlebihan. Agar kadar gula darah
lebih stabil, perlu pengaturan jadwal makan yang teratur. Makanan
dibagi dalam 3 porsi besar yaitu makan pagi (20 %), siang (30 %), sore
(25 %) serta 2 - 3 kali porsi kecil untuk makanan selingan masing-
masing (10 - 15 %).
Menurut Dr. Hans (2012) sekalipun sudah minum obat, mengatur
jam makan tetap menjadi keharusan. Obat bekerja dengan lama atau
durasi yang berlainan. Ada obat yang kerjanya 6-8jam sehingga perlu
dikonsumsi tiga kali sehari. Demikian pula dengan suntikan insulin.
Ada yang kerjanya cepat, hanya 3-4jam. Ada juga yang kerjanya
lambat. Karena alasan inilah, jam makan harus tepat dan teratur. Sering
melanggar jadwal makan akan merugikan kesehatan anda. Gula darah
naik turun tidak teratur bisa merusak pembuluh darah sehingga
komplikasi penyakit pun akan bermunculan.
Contoh jadwal makan menurut Dr. Hans (2012), makan pagi pukul
06.00-07.00, makan siang pukul 12.00-13.00, makan malam 18.00-
19.00.
H. MAKANAN YANG DIPANTANG DAN DIPERBOLEHKAN
Jenis makanan yang harus dikonsumsi  yang dikonsumsi oleh penderita
DM diklasifikasikan sebagai berikut :
a. Jenis Makanan yang TIDAK BOLEH dikonsumsi :
1. Manisan Buah

xxviii
2. Gula pasir
3. Susu Kental Manis
4. Madu
5. Abon
6. Kecap
7. Sirup
8. Es Krim

b. Jenis makanan Yang BOLEH DIMAKAN TETAPI HARUS


DIBATASI ;
1. Nasi
2. Singkong
3. Roti
4. Telur
5. Tempe
6. Tahu
7. Kacang Hijau
8. Kacang Tanah
9. Ikan

c. Jenis Makanan YANG DIANJURKAN UNTUK DIMAKAN :


1. Kol
2. Tomat
3. Kangkung
4. Bayam
5. Kacang Panjang
6. Pepaya
7. Jeruk
8. Pisang
9. Labu Siam  

Lampiran 7

xxix
KUESIONER KEPATUHAN DIET DIABETES MELLITUS

Petunjuk : Untuk masing- masing pertanyaan, berilah tanda ( ✓ ) pada kolom


pilihan sesuai dengan perasaan Anda

No Pertanyaan Ya Tidak
1. Saya setiap hari tidak mengonsumsi makanan
dan minuman yang terasa manis atau banyak
mengandung gula
2. Saya mengonsumsi makanan yang banyak
mengandung vitamin, mineral dan protein seperti
telur dan daging
3. Saya setiap hari selalu makan sayur dan buah
sesuai dengan anjuran dokter
4. Saya memiliki gula pengganti seperti gula
jagung pada saat ingin mengonsumsi makanan
atau minuman yang manis
5. Saya selalu melakukan variasi makanan pada
jadwal diet makan saya agar tidak terjadi
kebosanan
6. Saya makan tepat waktu sesuai jadwal yang
sudah dikonsultasikan oleh dokter atau petugas
kesehatan yang lain
7. Jarak antara makan besar dan selingan sekarang
dengan makan besar dan selingan berikutnya
yang saya lakukan adalah 3 jam
8. Saya secara rutin mengontrolkan kadar gula
darah ke pelayanan kesehatan untuk kebutuhan
diet saya
9. Saya berusaha mengurangi makan makanan kecil
atau ngemil
10. Setiap hari saya makan tiga kali

Lampiran 8
Leaflet

xxx
xxxi

Anda mungkin juga menyukai