Anda di halaman 1dari 42

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena
atas karunianya penulis dapat menyelesaikan laporan kelolaan dengan
Judul Asuhan Keperawatan pada Papuq “ I ” dengan diagnosa medis
“Reumatoid Arthritis”.
Penulis menyadari bahwa laporan ini jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu penulis mengharapkan saran maupun kritik demi
perbaikan laporan ini.
Tak lupa penulis juga mengucapkan banyak terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu dalam penulisan laporan ini.

Penulis

( )

1
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Rematik adalah salah satu penyakit yang lumrah diderita
masyarakat Indonesia baik tua maupun muda. Dimasyarakat, masih
terus berkembang mitos dan anggapan yang salah mengenai penyakit
ini. Padahal mitos-mitos ini menyesatkan bila dikaji dari sisi
medis da bisa merugikan pederita. Salah satu mitos-mitos tersebut
bahwa dengan sering mandi malam diusia muda memicu rematik diusia
tua. Faktanya sejauh ini belum ada bukti yag menguatkan hal
tersebut.
Prevalensi terjadinya penyakit ini adalah 1 % orang dewasa.
Predominan pada perempuan. Perempuan 3 kali lebih sering mederita
reumatoid artritis dibanding dengan laki-laki. Penyakit ini
meyerang semua etnis, dengan insiden pada orang berusia 18 tahun
berkisar 0,1 % - 0,3 %. Sedangkan pada anak-anak dan remaja yang
berusia kurang dari 18 tahun 1 / 100.000 orang.
Di Desa Dasan Baru Kabupaten Lombok Barat sendiri terdapat
lansia yang menderita reumatoid artritis dimana penulis menemukan
banyak lansia yang mengalami reumatoid artritis. Sehingga penulis
tertarik untuk mengangkat kasus penyakit ini sebagai tugas dalam
praktik klinik keperawatan gerontik di Desa Dasan Baru.

B. TUJUAN PENULISAN
1. Tujuan Umum
Penulis dapat mengaplikasikan teori yang didapat
diproses belajar mengajar secara nyata kepada lansia dengan
reumatoid artritis (RA) dan secara langsung memberikan asuhan
keperawatan kepada kelayan.
2. Tujuan Khusus
a. Penulis mampu megidentifikasi tanda dan gejala reumatoid
artritis secara langsung.
b. Penulis mampu melaksanakan proses keperawatan secara
langsung, mulai dari mengkaji data kelayan, menganalisa data
tersebut kemudian merumuskan diagnosa keperawatannya.

1
Selanjutnya membuat rencana tindakan dan melaksanakannya
serta melakukan evaluasi terhadap tindakan keperawatan yang
diberikan kepada kelayan.

C. METODE PENELITIAN
Dalam mengumpulkan data untuk menyusun laporan ini, penulis
menggunakan beberapa pendekatan antara lain :
1. Observasi : Melakukan pengamatan terhadap kelayan
dalam melakukan kegiatan dan aktivitas.
2. Wawancara : Penulis mewawancarai kelayan dan melakukan
sesi Tanya jawab serta menyesuaikan
kemampuan kelayan dalam menjawab semua
pertanyaan yang di ajukan.
3. Studi Kasus : Penulis melakukan atau mempelajari kasus
yang akan di lakukan pengkajian.
4. Studi Kepustakaan : Penulis mempelajari kasus dengan
menggunakan berbagai teori atau
literature yang diambil dari buku dan
kepustakaan.
5. Sumber Data :
 Primer : Yang di peroleh dari kelayan itu sendiri.
 Sekunder : Yang di peroleh dari orang terdekat, team
kesehatan lain, serta hasil pemeriksaan fisik.

D. SISTEMATIKA PENULISAN
Untuk memudahkan dalam penyusunan dan pemahaman dari Asuhan
Keperawatan ini, maka sistematika penulisan ini dapat di bagi
dalam lima bab yaitu:
 Bab I : Merupakan bab pendahuluan meliputi : latar
belakang Masalah, tujuan penulisan, metode
penulisan, dan sistematika penulisan.
 Bab II : Berisi tinjauan teori yang meliputi : konsep dasar
(masalah utama) yang terdiri dari: pengertian,
etiologi, manifestasi klinis, patofisiologi,
penatalaksanaan medis, dan konsep dasar asuhan
keperawatan yang terdiri dari pengkajian, diagnosa

2
keperawatan, perencanaan, pelaksanaan, dan
evaluasi.
 Bab III : Berisi tinjauan kasus yang meliputi pengkajian,
diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan,
dan evaluasi.
 Bab IV : Pembahasan yang meliputi pengkajian, diagnosa
keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan
evaluasi. Dimana semua yang ada dalam pembahasan
ini merupakan perbandingan antara tinjauan teori
dengan tinjauan kasus.
 Bab V : Berisi penutup yang meliputi kesimpulan dan saran.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Proses Menua (Ageing Proses)


1. Pengertian Proses Menua (Ageing Proses)
Menua merupakan suatu proses menghilangnya secara
perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri /
mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak
dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang
diderita (Nogroho, Wahyudi 2000).
Proses menua merupakan proses yang terus-menerus secara
alamiah. Dimulai sejak lahir dan umunya dialami pada semua
makhluk hidup. Pada setiap individu memiliki kecepatan yang
berbeda dalam proses menua. Adakalanya orang yang belum
tergolong lanjut usia tetapi kekurangan-kekurangan yang
menyolok (Nogroho, Wahyudi 2000).
2. Teori-Teori Proses Menua
Teori Biologis
Teori biologis tentag penuaan dibagi menjadi teori itrinsik dan
ekstrinsik. Intrinsik berarti perubahan yang berkaitan dengan
usia timbul akibat penyebab di dalam sel sendiri, sedang teori
ekstrinsik menjelaskan bahwa perubahan yang terjadi di
akibatkan pengaruh lingkungan. Teori biologis dibagi dalam
(Wahit Iqbal Mubarak, dkk 2006) :
a. Teori Genetic Clock
Teori ini mengatakan bahwa menua telah terprogram secara
genetik untuk spesies-spesies tertentu. Tiap spesies
mempunyai di dalam inti selnya suatu jam genetik yang telah
diputar menurut suatu replikasi tertentu. Jam ini akan
menghitung mitosis dan menghentikan replikasi tertentu. Jadi
menurut teori ini bila jam kita berhenti kita akan meninggal
dunia, meskipun tanpa disertai kecelakaan, lingkungan atau
penyakit.
b. Teori Error Catastrophe (Teori Mutasi Somatik)
Menurut teori ini, menua disebabkan kesalahan beruntun dalam
jangka waktu yang lama dalam transkipsi dan translasi.

4
Kesalahan tersebut menyebakan terbentuknya enzim yang salah
dan berakibat metabolisme yang salah sehingga megurangi
fungsional sel, walaupun dalam batas-batas tertentu ksalahan
dalam pembentukan RNA dapat diperbaiki, namun kemampuan
dalam memperbaiki diri terbatas pada transkripsi yang tentu
akan menyebabkan kesalahan sintesis protein atau enzim yang
dapat menimbulkan metabolit berbahaya, begitu juga jika
kesalahan terjadi pada translasi maka kesalahan juga akan
semakin banyak.
c. Teori Auto Immune
Teori menjelaskan bahwa dalam proses metabolisme tubuh,
suatu saat diproduksi zat khusus. Ada jaringan tubuh
tertentu yang tidak tahan terhadap zat tersebut sehngga
jaringan tubuh menjadi lemah dan sakit.
d. Teori Radikal Bebas
Radikal bebas dapat terbentuk di alam bebas, tidak stabilnya
radikal bebas (kelompok atom) mengakibatkan oksidasi oksigen
bahan-bahan organik seperti seperti karbohidrat dan protein.
Radikal ini menyebabkan sel-sel tidak beregenerasi. Di dalam
tubuh bersiap merusak, dapat dinetralkan dalam tubuh oleh
enzim atau senyawa non enzim contohnya vitamin C
betakarotin, vitamin E.
e. Teori Pemakaian dan Rusak
Teori ini menjelaskan bahwa kelebihan usaha dan stres
menyebabkan sel-sel tubuh lelah (rusak)
f. Teori ”immunology slow virus”
Sistem imun menjadi kurang efektif dengan bertambahnya usia
dam masuknya virus ke dalam tubuh dapat menyebabkan
kerusakan organ tubuh.
g. Teori Stres
Menua terjadi akibat hilangnya sel-sel yag biasa digunakan
tubuh. Regenerasi jaringan tidak dapat mempertahankan
kestabilan lingkungan internal, kelebihan usaha dan stres
menyebabkan sel-sel tubuh lelah terpakai.

5
h. Teori Rantai Silang
Sel-sel yang tua atau usang, reaksi kimianya menyebabkan
ikatan yang kuat, khususnya jaringan kolagen. Ikatan ini
menyebabkan kurang elastis, kekakuan dan hilangnya fungsi.
i. Teori Program
Kemampuan organisme untuk menetapkan jumlah sel yang
membelah setelah sel-sel tersebut mati.
Teori Kejiwaan Sosial
a. Aktivitas atau Kegiatan (activity theori)
 Teori aktivitas, menurut Havighusrt dan Albrecht 1953
berpendapat bahwa sangat penting bagi individu usia
lanjut untuk tetap beraktivitas dan mencapai kepuasan
hidup.
 Ketentuan akan meingkatnya pada penurunan jumlah kegiatan
secara langsung. Teori ini meyatakan bahwa usia lanjut
yang sukses adalah mereka yang aktif dan ikut banyak
dalam kegiatan sosial.
 Ukuran optimum (pola hidup) dilanjutkan pada cara hidup
dari lanjut usia.
 Mempertahankan hubungan antara sistem sosial dan individu
agar tetap stabil dari dari usia pertengahan ke lanjut
usia.
b. Kepribadian berlanjut (continuity theori)
Dasar kehidupan atau tingkah laku tidak berubah pada lanjut
usia. Teori ini merupakan gabungan dari teori diatas. Pada
teori ini menyatakan bahwa perubahan yang terjadi pada
seseorang yang lanjut usia sangat dipengaruhi oleh tipe
personality yang dimiliki.
c. Teori pembebasan (disengagement theori)
Tepri ini menyatakan bahwa dengan bertambahnya usia,
seseorang secara berangsur-angsur mulai melepaskan diri dari
kehidupan sosialnya. Keadaan ini mengakibatkan interaksi
sosial lansia menurun, baik secara kuantitas maupun kualitas
sehingga sering terjadi kehilangan ganda (Tripple Loss),
yakni :
 Kehilangan peran (Loos of role),

6
 Hambatan kontak sosial (restraction of Contacts and
relation Ships),
 Berkurangnya komitmen (to Social Mores and Values).
d. Teori Psikologi
Teori-teori psikologi dipengaruhi juga oleh biologi dan
sosiologi salah satu teori yang ada. Teori tugas
perkembangan, menurut Hanghurst (1972) setiap individu harus
memperhatikan tugas perkembangan yang spesifik pada tiap
tahap kehidupan yang akan memberikan perasaan bahagia dan
sukses. Tugas perkembangan yang spesifik ini tergantung pada
maturasi fisik, pengharapan kultural dan masyarakat dan
nilai serta aspirasi individu.

B. Konsep Dasar (Masalah Utama)


1. Pegertian
Reumatoid artritis adalah penyakit inflamasi kronis yang
tidak diketahui penyebabnya, dikarakteristikkan oleh kerusakan
dan proliferasi membran sinovial, yang menyebabkan kerusakan
pada tulang sendi, ankilosis dan deformitas. Penyakit sistemik
ini ditandai terutama oleh inflamasi kronik lapisan sinovial
sendi secara simetris, sehingga terjadi pembengkakan, nyeri dan
bahkan terjadi kerusakan bagian dalam sendi.( Doenges, M.E,
dkk. 1999)
Reumatoid artritis adalah suatu penyakit inflamasi yang
mengenai jaringan ikat sendi, bersifat progresif, simetrik dan
sistemik serta cenderung menjadi kronik. Walapun pada awalnya
yang terkena hanya jaringan ikat sendi, tapi lambat laun
sendinya sendiri juga akan ikut terkena. Sendi yang terkena
biasanya simetris, artinya selain sebelah kiri, yang kanan ikut
juga terkena dan timbulnya serentak.(Soeparman,et all, 1987)
2. Etiologi
Penyebab yang mendasari tidak diketahui dengan pasti. Akan
tetapi diduga dapat berasal dari faktor genetik, faktor resiko
lingkungan tertentu yang dapat menyebabkan kekacauan daya tahan
tubuh atau gangguan autoimun. (Price, S. A. 2006)

7
3. Manifestasi Klinis
 Kedua tangan terasa kaku pada pagi hari, lebih dari setengah
jam.
 Tidak enak badan, kaku dan nyeri pada sendi, bengkak, semu
merah dan terasa hangat.
 Mobilisasi sendi, spasme dan pemendekan otot, destruksi
tulang dan kartilago serta deformitas sendi.
 Malaise, demam, penurunan berat badan.

4. Patofisiologi

Stimulus awal
(pencetus tidak dikenal+predisposisi
genetik)

Akumulasi Limposit dalam sinovial

Produksi faktor reumatoid

Pembentukan kompleks imun yang


mengaktifkan komplemen

Khemotaksis neutrofil dan makrofag ke


sendi yang sakit

Produksi kolagen,
Produksi anion Produksi prostaglandin
elaktase dan enzim
superaksid
degenaratif lain

Destruksi Nyeri
sendi

Gangguan citra Gangguan Gangguan pola


tubuh mobilitas tidur
fisik

Deposit
perawatan diri

8
5. Manifestasi Klinis
 Kedua tangan terasa kaku pada pagi hari, lebih dari setengah
jam.
 Tidak enak badan, kaku dan nyeri pada sendi, bengkak, semu
merah dan terasa hangat.
 Mobilisasi sendi, spasme dan pemendekan otot, destruksi
tulang dan kartilago serta deformitas sendi.
 Malaise, demam, penurunan berat badan.

6. Pemeriksaan Diagnostik
 Faktor reumatoid : Positif pada 80% - 95% kasus
 Fiksasi latek : Positif pada 75% dari kasus-kasus
khas.
 Reaksi-reaksi aglutinasi : Positif pada lebih dari 50%
kasus-kasus khas.
 LED : Umumnya meningkat pesat (80-
100mm/h) Mungkin kembali normal
sewaktu gejala-gejala meningkat.
 Protein C- relative : Positif selama masa eksaserbasi.

7. Penatalaksanaan Medis
Prinsip pengobatan reumatoid artritis adalah
mengistirahatkan sendi yang terkena. Obat-obat yang biasa
digunakan, antara lain:
a. Obat Anti Inflamasi Non Steroid (AINS)
Kelompok obat ini dapat mengurangi peradangan dengan
menghalangi produksi mediator peradangan. Yang paling banyak
digunakan adalah aspirin dan ibuprofen.
b. Obat Slow Acting
 Senyawa emas
 Penisilamin
 Hidrioxi Kloroquin
 Sulfozalazin
c. Kortikosteroid
Untuk pemakaian kortikosteroid, harus diperhatikan hal
berikut :

9
 Pemberian oral dilakukan pada kasus-kasus RA yang tidak
berespon terhadap AINS dan obat-obatan yang bekerja
lambat.
 Untuk mengatasi gejala-gejala penyakit yang terjadi
selama menunggu efek obat-obatan yang bekerja lambat.
 Suntikan intra artikular dilakukan apabila pada
eksaserbasi akut dari sinovitas pada suatu sendi yang
digerakkan menjadi sangat terganggu.
 Pemberian dosis tinggi peroral untuk jangka panjang waktu
pendek untuk mengatasi serangan yang berat.

C. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
Data yang perlu dikaji :
 Identitas : Nama, umur, jenis kelamin.
 Bio- psiko- social- spiritual :
a. Nyeri/kenyamanan
Gejala : Fase akut dari nyeri, rasa nyeri kronis dan
kekakuan (terutama pada pagi hari).
b. Aktivitas/istirahat
Gejala : Nyeri sendi karena gerakan, nyeri tekan, memburuk
dengan Stress pada sendi, biasanya terjadi secara bilateral
dan simetris, keletihan.
c. Kardiovaskuler
Gejala : fenomena rainoud dari tangan / kaki (misal : pucat,
intermitten, sianosis, kemudian kemerahan pada jari sebelum
kembali normal.
d. Makanan/cairan
Gejala : Ketidakmampuan untuk menghasilkan / mengkonsumsi
makanan /cairan, anareksia.
Tanda : Penurunan perat badan, kekeringan pada membran
mukosa.
e. Hygiene
Gejala : Berbagai kesulitan untuk melaksanakan aktivitas
perawatan pribadi, ketergantungan pada orang lain.

10
f. Neorosensori
Gejala : Kebas / kesemutan pada tangan dan kaki, hilangnya
sensasi pada jari tangan.
Tanda : Pembengkakan sendi simetris.
g. Interaksi sosial
Gejala : Perusakan interaksi dengan keluarga / orang lain,
perubahan peran, isolasi.
h. Keamanan
Gejala :
 Kulit mengkilat
 Tegang
 Lesi kulit
 Ulkus kaki
 Kesulitan dalam menangani ugas
 Demam ringan menetap
 Kekeringan pada mata dan membran mukosa
i. Interaksi ego
Gejala :
 Keputusasaan dan ketidakberdayaan
 Ancaman pada konsep diri, citra tibuh,
 Idetitas pribadi
2. Diagosa Keperawatan
a. Nyeri akut / kronis berhubungan dengan distensi jaringan
oleh akumulasi cairan proses inflamasi ditandai dengan :
 Keluhan nyeri, kelelahan
 Fokus pada diri sendiri
 Perilaku yang bersifat hati-hati
b. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri /
ketidaknyamanan, penurunan kekuatan otot, ditandai dengan :
 Ketidakmampuan untuk dengan segaja bergerak dalam
lingkungan fisik.
 Membatasi rentang gerak
c. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri ditandai dengan
keluhan susah tidur / istirahat .
d. Defisit perawatan diri berhubungan dengan keterbatasan
aktivitas, nyeri pada saat bergerak, ditandai dengan

11
ketidakmampuan melakukan aktivitas sehari-hari (sholat,
tidur).
e. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan kemampuan
untuk melakukan tugas-tugas umum, ditandai dengan :
 Perubahan struktur / fungsi bagian-bagian yang sakit
 Bicara negatif tentang diri sendiri
 Perubahan pada gaya hidup
 Perubahan interaksi sosial
 Perasaan putus asa
f. Kurang pengetahuan berhubungan dengan ketidakcukupan
pengetahuan tentang kondisi, terapi, perawatan, ditandai
dengan pengungkapan adanya masalah.
3. Perencanaan
a. Nyeri akut / kronis berhubungan dengan distensi jaringan
oleh akumulasi cairan proses inflamasi.
 Kaji keluhan nyeri (lokasi, intensitasnya).
Rasional : Membantu dalam menentukan kebutuhan
manajemen nyeri dan kefektifan program.
 Sarankan kelayan menggunakan matras / kasur keras, dan
bantal kecil.
Rasional : Matras yang lembut / empuk, bantal yang
besar akan
mencegah pemeliharaan kesejajaran tubuh yang
tepat, menempatkan stres pada sendi yang sakit.
 Tinggikan linen tempat tidur sesuai kebutuhan.
Rasional : Mencegah terjadinya kelelahan umum dan
kekakuan
sendi.
 Motivasi kelayan untuk sering merubah posisi.
Rasional : Mencegah terjadinya kelelahan umum dan
kekakuan
sendi.
 Bantu kelayan untuk mendapatkan posisi yang nyaman.
Rasional : Pada penyakit yang berat, tirah baring
mungkin
diperlukan untuk membatasi nyeri.

12
 Berikan massase lembut
Rasional : Menigkatkan relaksasi / mengrangi tegangan
otot.
 Ajarkan manajemen stres, seperti teknik relaksasi.
Rasional : Meningkatkan relaksasi, memberikan rasa
kotrol dan
kemampuan koping.
 Kolaborasi : Berikan obat-obatan sesuai petunjuk
Rasional : Sebagai anti inflamasi.
b. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri /
ketidaknyamanan, penurunan kekuatan otot.
 Kaji tingkat inflamasi / rasa sakit pada sendi.
Rasional : Tingkat aktivitas tergantung dari perkembangan
penyakit.
 Bantu dengan rentang gerak aktif / pasif.
Rasional : Mempertahankan / meningkatkan fungsi sendi,
kekuatan otot.
 Dorong kelayan mempertahankan postur tegak dan duduk
tinggi, berdiri dan berjalan.
Rasional : Memaksimalkan fungsi sendi, mempertahankan
mobilitas.
 Modifikasi lingkungan.
Rasional : Menghidari cedera akibat kecelakaan.
 Kolaborasi cedera akibat kecelakaan.
Rasional : Berguna dalam memformulasikan program latihan.
c. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri ditandai dengan
keluhan susah tidur / istirahat .
 Diskusikan kebiasaan pola dan kebutuhan tidur.
Rasional : Gangguan tidur mengakibatkan gangguan fungsi
kognitif, persepsi dan penurunan kontrol emosi. Ini juga
menurunkan ambang nyeri mengurangi prosuksi penurunan
ketokolamin.
 Dorong kelayan untuk melaksanakan ritual menjelang tidur,
seperti membaca atau minum hangat.
Rasional : Membantu meningkatkan relaksasi dan menyiapkan
tidur.
 Lakukan tindakan penghilang nyeri sebelum tidur.
13
Rasional : Kelayan dengan penyakit inflamasi sendi sering
mengalami gejala memburuk pada malam hari.
 Anjurkan posisi sendi yang tepat.
Rasional : Posisi yang tepat mencegah nyeri selama tidur.
 Ciptakan tidur tanpa gangguan untuk memugkinkan siklus
tidur lengkap.
Rasional : Siklus tidur mempunyai interval 70 – 100
menit.
d. Defisit perawatan diri berhubungan dengan keterbatasan
akttivitas, nyeri pada saat bergerak, ditandai dengan
ketidakmampuan melakukan aktivitas sehari-hari (sholat,
tidur).
 Pertahankan mobilitas, kontrol terhadap nyeri dan program
latihan.
Rasional : Mendukung kamandirian fisik / emosional.
 Diskusikan hambatan dalam partisipasi dalam perawatan
diri. Identifikasi / rencana untuk modifikasi lingkungan.
Rasional : Meningkatkan kemandirian.
 Kolaborasi : Konsul dengan ahli terapi okupasi.
Rasional : Berguna untuk menentukan alat bantu untuk
memenuhi kebutuhan individual.
e. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan kemampuan
untuk melakukan tugas-tugas umum.
 Diskusikan arti dari kehilangan / perubahan pada kelayan
/ orang terdekat, bagaimana pandagan pribadi kelayan
dalam fungsi gaya hidup sehari-hari.
Rasional : Megidentifikasi bagaimana penyakit
mempengaruhi persepsi diri dan interaksi dengan orang
lain akan menentukan kebutuhan intervensi.
 Perhatikan perilaku menarik diri, terlalu memperhatikan
perubahan.
Rasional : Dapat menunjukkan emosional ataupun metode
koping maladaptif.
 Bantu kelayan untuk mengidentifikasi koping adaptif.
Rasional : Membantu kelayan untuk mempertahankan kotrol
diri.

14
 Ikut sertakan kelayan kelayan dalam merencanakan
perawatan dan membuat jadwal aktivitas.
Rasional : Meningkatkan perasaan harga diri, mendorong
kemandirian dan partisipasi dalam terapi.
 Kolaborasi : Rujuk pada konseling psikiatri.
Rasional : Kelayan / orang terdekat membutuhkan dukungan
selama berhadapan dengan proses jangka panjang.
f. Kurang pengetahuan berhubungan dengan ketidakcukupan
pengetahuan tentang kondisi, terapi, perawatan, ditandai
dengan pengungkapan adanya masalah.
 Tinjau proses penyakit, prognosis dan harapan masa depan.
Rasional : Memberikan pegetahuan dimana pasien dapat
membuat pilihan berdasarkan informasi.
 Tekankan pentingnya patuh pada terapi farmakologis.
Rasional : Keuntungan penggunaan obat-obatan tergantung
pada ketepatan dosis.
 Berikan informasi mengenai alat bantu.
Rasional : Mengurangi penggunaan sendi dan memungkinkan
individu untuk ikut serta secara lebih nyaman dalam
aktivitas yang dibutuhkan.
 Dorong untuk mempertahankan posisi tubuh yang benar baik
pada saat istirahat maupun pada waktu melakukan
aktivitas.
Rasional : Mekanika tubuh yang baik harus menjadi bagian
dari gaya hidup kelayan untuk mengurangi takan sendi dan
nyeri.
 Jelaskan pentingnya diet seimbang dengan makanan yang
banyak mengandung vitamin, protein, dan zat besi.
Rasional : Meningkatkan perasaan sehat umum dan perbaikan
atau regenerasi.
4. Pelaksanaan
a. Nyeri akut / kronis berhubungan dengan distensi jaringan
oleh akumulasi cairan proses inflamasi.
 Mengkaji keluhan nyeri.
 Menganjurkan kelayan untuk menggunakan matras / kasur
keras dan bantal kecil.
 Meninggikan linen tempat tidur sesuai dengan kebutuhan.
15
 Memotivasi kelayan untuk sering merubah posisi.
 Membantu kelayan untuk mendapatkan posisi yang nyaman.
 Memberikan massase lembut.
 Menganjurkan manajemen stres, seperti teknik relaksasi.
 Memberikan obat-obatan sesuai dengan petunjuk.
b. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri /
ketidaknyamanan, penurunan kekuatan otot.
 Mengkaji tingkat inflamasi / rasa sakit pada sendi.
 Membantu kelayan melakukan rentang gerak aktif / pasif.
 Memotivasi kelayan mempertahankan postur tegak dan duduk
tinggi, berdiri dan berjalan.
 Memodifikasi lingkugan.
 Merujuk untuk konsul dengan ahli terapi fisik.
c. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri dtandai dengan
keluhan susah tidur / istirahat.
 Mendiskusikan kebiasaan pola dan kebutuhan tidur.
 Memotivasi kelayan untuk melakukan ritual menjelang
tidur, seperti membaca / minum hangat.
 Menyarankan untuk melakukan tindakan mengilangkan nyeri
sebelum tidur.
 Menganjurkan untuk memposisikan sendi dengan tepat.
 Menciptakan tidur tanpa gangguan untuk memungkinkan
siklus tidur lengkap.
d. Defisit perawatan diri berhubungan dengan keterbatasan
akttivitas, nyeri pada saat bergerak, ditandai dengan
ketidakmampuan melakukan aktivitas sehari-hari (sholat,
tidur).
 Mempertahankan mobilitas, kontrol terhadap nyeri dan
program latihan.
 Mendiskusikan hambatan dalam perawatan diri.
 Memodifikasi lingkungan.
 Merujuk untuk konsul dengan ahli terapi okupasi.
e. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan kemampuan
untuk melakukan tugas-tugas umum.
 Mendiskusikan arti kehilangan / perubahan pada kelayan.
 Mengidentifikasi perilaku menarik diri.

16
 Membantu kelayan untuk mengidentifikasi koping adaptif.
 Mengikutsertakan kelayan untuk merecanakan perawatan dan
membuat jadwal aktivitas.
 Merujuk untuk konseling pada psikiatri.
f. Kurang pengetahuan berhubungan dengan ketidakcukupan
pengetahuan tentang kondisi, terapi, perawatan, ditandai
dengan pengungkapan adanya masalah.
 Meninjau psoses penyakit, prognosis dan harapan masa
depan.
 Menjelaskan pentingnya patuh pada terapi.
 Memberikan informasi mengenai alat bantu.
 Mendorong untuk mempertahankan posisi tubuh yang berat
baik pada saat istirahat maupun pada waktu melakukan
aktivitas.
 Menjelaskan pentingya diet seimbang dengan makanan yang
banyak mengandung vitamin, protein dan zat besi.
5. Evaluasi
S : Subyektif, keluhan yang dirasakan kelayan
O : Obyektif, kelihan kelayan yang dapat dilihat dan
diobservasi
A : Assesment
P : Planning

17
BAB III
TINJAUAN KASUS

Tanggal pengkajian : 29 Desember 2016


Nama pengkaji : Putradi Hidayat
A. PENGKAJIAN
1. Data Biografi
Nama : Papuq ” I ”
Jenis kelamin : Perempuan
Umur : 60 Tahun
Agama : Islam
Status perkawinan : Janda
TB / BB : 159 m / 55 kg
Penampilan : Bersih, rapi
Alamat : Dusun Kerangkeng Barat
Orang yang dekat dihubungi : Papuq “Jawahir”
Hubungan dengan usila : Keluarga
Alamat : Kerangkeng Barat

2. Riwayat Keluarga
Genogram

60

Keterangan :
: Perempuan/laki-laki meninggal
: Perempuan/laki-laki hidup
: Garis Keturunan
: Kelayan
: Hubungan keluarga
---: Tinggal serumah

18
Papuk”I” merupakan anak pertama dan telah menikah. Dan
memiliki anak satu orang laki – laki tetapi sudah meninggal
dunia, saat ini kelayan tinggal sendiri karena suami dan
anaknya sudah meninggal dunia.
3. Riwayat Pekerjaan
Pekerjaan saat ini : Petani
Alamat pekerjaan :-
Berapa jarak dari Puskesmas : ± 1 km
Alat transportasi : Tidak ada
Pekerjaan sebelumnya : Bertani
Jarak dari rumah : ± 4 km
Sumber-sumber pendapatan dan kecukupan terhadap kehidupan :
Papuq “I”: mengatakan segala kebutuhannya sehari-hari tercukupi
dan Papuq “I” juga sering diberikan uang oleh keluarganya.
4. Riwayat Lingkungan Hidup
Tipe tempat tinggal : Permanen
Jumlah kamar : 1 kamar tidur, 1 ruang tamu, 1
kamar mandi/wc
Kondisi tempat tinggal : Lingkungan bersih, setiap hari di
sapu, pencahayaan cukup terang,
ventilasi baik.
Jumlah orang yang tinggal dirumah : Hanya tinggal sendiri
Tetangga terdekat : Papuk ” Jawahir ”
5. Riwayat Rekreasi
Hobby/minat : Ngaji
Keanggotaan organisasi : Tidak ada
Hiburan : Papuq “I” mengatakan biasa
berkumpul bersama keluarga di
rumah dan bercanda-canda.
6. Sistem Pendukung
Perawat / bidan / dokter / fisioterapi / psikologi : Puskesmas
Banyumulek merupakan pelayanan kesehatan terdekat
dari rumahnya.
Jarak dari rumah : ± 1 km
Pelayanan kesehatan di rumah : Perawat
Makanan : Papuk “I” mengatakan biasanya menyiapkan makanan
sendiri.

19
7. Deskripsi Kekhususan
Papuq “I” mengatakan masih mampu melaksanakan aktivitas sehari-
hari, aktif mengikuti pengajian dan selalu ke Masjid tiap waktu
sholat dan aktif dalam mengikuti pengajian .
8. Status Kesehatan
Status kesehatan untuk setahun yang lalu : Papuq “I” mengatakan
bahwa kesehatannya menurun sejak beberapa bulan yang lalu,
Papuk ”I” sudah lama menderita rematik. Papuk ”I” sering
mengeluhkan dampak dari penyakit rematik tersebut. Papuk ”I”
sering memeriksakan penyakit reumatiknya ke Puskesmas.
Sedangkan status kesehatannya selama 5 tahun terakhir adalah
Papuk ”I” mengatakan tidak pernah sakit yang terlalu parah.
9. Keluhan Utama
Papuk ”I” mengatakan nyeri pada extremitas bagian atas dan
bawah.
 Paliative : Papuk ”I” mengatakan merasakan nyeri jika
sudah lama beraktivitas seperti pada saat
bertani dan berjalan.
 Quality : Papuk ”I” mengatakan nyerinya seperti di
tusuk-tusuk dan terasa ngilu, dengan frekuensi
hilang timbul.
 Region : Papuk ”I” mengatakan nyeri terasa di daerah
lutut sebelah kanan dan pinggang.
 Scale : Papuk ”I” mengatakan merasa tidak nyaman
jika Nyeri timbul dengan skala 5 (0-10).
Nyeri sedang, dan Papuk ”I” nampak meringis
 Timming : Papuk ”I” mengatakan nyeri kambuh jika
terlalu lama melakukan aktivitas, dan terjadi
pagi hari sekitar 03.00 WITA sehingga
mengganggu waktu istirahatnya dan saat akan
pergi ke masjid.
 Pemahaman dan Penatalaksanaan Masalah Kesehatan : Papuk
”I” mengatakan jika nyerinya kambuh, maka Papuk ”I”
mengolesi daerah yang sakit dengan dengan minyak kayu
putih, kemudian meminum obat yang diberikan oleh Puskesmas
sehingga keluhannya berkurang. Papuk ”I” mengatakan
penyakit yang dideritanya adalah penyakit yang biasa
20
diderita oleh orang tua. Tetapi Papuk ”I” tidak mengetahui
cara penanganan penyakitnya. Papuk ”I” mengatakan selama
penyakitnya tidak mengganggu aktivitasnya, penyakit
tersebut tidak dipikirkan.

 Obat-obatan yang diminum adalah :


No. Nama Obat Dosis Keterangan
1 Antalgin 500mg 3x1 -
2 Asam Mefenamat 500mg 3x1 -
3 Piroxicam 20Mg -
4 Captopril 25mg2x1 -

 Status imunisasi :
Tetanus : tidak ada
Difentri : tidak ada
Influenza : tidak ada
Pneomovaks : tidak ada
Alergi : Papuk ”I” tidak alergi terhadap alergen
apapun
Obat-obatan : tidak ada
Makanan : tidak ada
 Faktor lingkungan : sangat mendukung
 Penyakit yang diderita : Rheumatoid Artritis
10. Aktivitas Hidup Sehari-hari
a. Indeks Katz
Skor A, yaitu Papuk ”I” mandiri dalam hal makan, berpindah,
ke kamar kecil, berpakaian dan mandi.
b. Oksigenasi
Papuk ”I” mengatakan tidak pernah mengalami gangguan dalam
bernafas,RR : 24x/ menit
c. Cairan dan elektrolit
Kelayan minum kurang lebih 5-6 gelas / sehari (+ 1000 ml)
d. Nutrisi
Makanan kelayan biasa saja tergantung dari rizki yang dengan
frekwensi sebanyak 2/3 kali dengan porsi sedang menu yang
berbeda setiap hari seperti: nasi, sayur, ikan, dsb. Makanan

21
yang dimasak kadang-kadang habis dan kadang-kadang tersisa,
dan disimpan untuk dimakan pada waktu makan berikutnya.
e. Eliminasi
Papuk ”I” mengatakan buang air besar tergantung kadang 1
sampai 2x sehari dengan konsistensi lembek, bau khas buang
air kecil 3-4x sehari dengan lancar, warna kadang-kadang
bening dan agak kekuningan. Tidak ada keluhan.
f. Aktivitas
Papuk ”I” dapat melakukan aktivitas secara mandiri setiap
hari seperti , makan, ke kamar kecil, berpakaian dan
mandi,dan dalam hal bertani.
g. Istirahat dan tidur
Papuk ”I” mengatakan tidak bisa istirahat / tidur jika
pekerjaannya belum selesai, pada siang hari kadang-kadang
Papuk ”I” istirahat pada pukul 14.00 – 15.00 WITA dan malam
harinya istirahat pada pukul 22.00 WITA dan bangun sekitar
pukul 03.00 WITA dan kadang-kadang Papuk ”I” bangun lebih
awal karena nyeri.
h. Personal Hygiene
Papuk ”I” berpenampilan bersih, rapi. Papuk ”I” biasa mandi
sebanyak 2 kali sehari dan selalu menggosok gigi dengan
pasta gigi, serta memotong kuku.
i. Seksual
Papuk ”I” tidak berhubungan seksusal lagi karena suami dari
Papuk ”I” sudah meninggal.
j. Rekreasi
Papuk ”I” mengatakan biasa pergi kekeluarganya ke mejeti
sebagai rekreasinya.
k. Psikologis
 Persepsi kelien : Papuk ”I” mengatakan penyakitnya
merupakan penyakit yang biasanya diderita oleh orang tua.
 Konsep diri : Papuk ”I” percaya diri dan terbukti pada
saat di wawancarai semua pertanyaan di jawab dengan benar
walaupun kurang sempurna.
 Emosi : Papuk ”I” bersikap tenang tidak pernah menunjukan
emosi yang berlebihan.

22
 Adaptasi : Papuk ”I” sudah tinggal daerah tersebut selama
suaminya meniggal dunia.
 Mekanisme pertahanan diri : Papuk ”I” Mmengatakan lebih
mendekatkan diri dengan Allah SWT jika dirinya mengalami
masalah.
11. Tinjauan Sistem
Keadaan umum : Baik
Tingkat kesadaran : Compos mentis
GCS : Eye : 4, Verbal : 5, Motorik : 6
Nadi : 70 kali/menit,
RR : 24 kali/menit
Tekanan Darah : 160/90 mmHg
S : 37oC
Head To Toe
a. Kepala
Rambut hitam sedikit beruban, tampak mengkilat, kulit kepala
bersih, tidak ada kutu, tidak ada benjolan.
b. Mata
Sklera tampak putih, konjungtiva pucat, refleks pupil baik,
reaksi terhadap cahaya agak kabur, daya akomodasi baik,
lapang pandang sudah tidak terlalu baik.
c. Telinga
Bentuknya simetris bersih, tidak ada benjolan, tdak ada
serumen, pendengaran cukup baik.
d. Hidung
Bentuk simetris, bersih tidak ada sekret, tidak ada
polip/benda asing dan tidak ada nafas cuping hidung.
c. Leher
Bentuk simetris, tidak ada pembesaran kelenjar getah bening
/ kelenjar tiroid, tidak ada pembekakkan vena jugularis.

d. Dada dan Punggung


Dada simetris, tidak ada benjolan dan nyeri tekan. Tidak ada
suara tambahan pada paru (mengi/ronkhi). Tidak ada tarikan
dinding dada, punggung simetris, tidak ada benjolan,
punggung rata tidak ada benjolan (Kifosis).

23
e. Abdomen dan Pinggang
Perut tampak simetris, tidak ada benjolan, tidak ada nyeri
tekan, tidak ada massa, nyeri pinggang sebelah kanan
auskultasi bising usus tidak terdengar jelas.
f. Ekstremitas Atas dan Bawah
Tidak terdapat kelumpuhan ekstremitas, tidak ada fraktur,
gerakan bebas, integumen baik, akral hangat kulit sawo
matang ada bintik-bintik dan keriput
Kekuatan otot : 5 5
5 5
g. Sistem Imun
Tidak terkaji dengan jelas tetapi Papuk ”I” mengatakan
jarang mengalami pilek, batuk dan demam.
h. Genitalia
Tidak teridentifikasi, tetapi Papuk ”I” mengatakan tidak ada
kelainan pada alat kelaminnya.
i. Sistem Persyarafan
Refleks babynskiy (+), Nervus eduscana : Papuk ”I” masih
bisa menggerakan bola matanya kekiri dan kekanan, keatas dan
kebawah, Nervus vacialis : kelayan masih bisa tersenyum dan
meunjukkan giginya dan mengangkat alisnya, Reflek patella(+)
j. Sistem Pengecapan
Papuk ”I” masih bisa membedakan rasa makanan seperti rasa
manis, asin dan kecut.
k. Sistem Penciuman
Papuk ”I” tidak bisa membedakan aroma balsem dan minyak kayu
putih.
l. Tactil Respon
Papuk ”I” masih bisa merespon bisa membedakan rasa kasar dan
halus

12. Status Kognitif, Afektif dan Sosial


a) SPSMQ (Short Portable Mental Questioner); jumlah kesalahan 3
yang berarti klien memiliki kerusakan fungsi itelektual
ringan.
Pertanyaan yang tidak bisa dijelaskan:
24
1) Kapan anda lahir
2) Siapa nama kecil ibu anda
3) Kurangi 3 dari 20 dan tetap pengurangan 3 dari setiap
angka baru secara menurun
b) MMSE (Mini Mental State Exam); nilai yang didapatkan 26 yang
berarti klien diindikasikan tidak mengalami kerusakan
kognitif.
c) IDB (Inventaris Depresi Bock); nilai yang didapatkan 4, yang
berarti tingkat depresi klien tidak ada.
d) APGAR keluarga: nilai yang didapatkan 5.

14. Data Penunjang


 Laboratorium : -
 EKG : -
 CT Scan : -
 Radiologi : -
 USG : -

B. Analisa Data
No Symptom Etiologi Problem
1 Ds :
 P : Papuk ”I” mengatakan marasakan Destruksi sendi Nyeri Akut
nyeri jika sudah lama melakukan
aktivitas seperti bertani dan
berjalan.
 Q : Papuk ”I” mengatakan nyerinya Inflamasi
seperti ditusuk-tusuk dan terasa menbran sinovial
ngilu, dengan frekuensi hilang
timbul.
 R : Papuk ”I” mengatakan nyeri
terasa di persendian lutut bagian melepas reseptor
kanan dan juga pada pinggang. stimulus nyeri
 S : Papuk ”I” mengatakan sakit (brakinin,
sekali kalau sudah ada rasa nyeri histamin)
sampai tidak bisa berjalan
 T : Papuk ”I” mengatakan nyeri
kambuh jika lama melakukan
aktivitas
Do : Nyeri akut
 Kelayan tampak meringis.
 Skala nyeri 5 (0-10) nyeri sedang
 Kelayan tampak tidak bisa
25
melakukan aktivitas
 K/U : Baik
 TTV :
N : 20X/ menit RR : 23X/ menit
T : 120/190 mmHg S : 37OC
2 Ds : Destruksi sendi Gangguan
 Papuk ”I” mengatakan sering istirahat
terjaga pada malam hari dan tidak Inflamasi tidur
bisa tidur karena lutut dan membran sinovial
pinggang terasa nyeri
Melepas reseptor
Do : stimulus nyeri
 Papuk ”I” terlihat tampak lesu (brakinin,
dan mata terlihat pucat dan histamin)
mengantuk
 K/U : Baik Nyeri akut
 TTV :
N : 20X/ menit RR : 24X/ menit Gangguan istirahat
T : 160/90 mmHg S : 37oC tidur
3 Ds : Keterbatasan Kurangnya
 Papuk ”I” mengatakan penyakit yang paparan informasi pengetahuan
dideritanya adalah penyakit yang tentang rematik
biasa diderita orang tua
seusianya, tetapi Papuk ”I” tidak
mengetahui bagaimana cara Keterbatasan
penanganan penyakitnya. kognisi
 Papuk ”I” mengatakan selama tidak
mengganggu aktivitasnya penykitnya
tersebut tidak terlalu dipikirkan. Kurangnya
Do : pengetahuan
 Papuk ”I” bertanya-tanya tentang
penyakitnya
 Papuk ”I” tampak antusias disaat
akan menjelaskan tentang penyakit
yang di deritanya

26
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut, berhubungan dengan destruksi sendi ditandai dengan:
Ds :
 P : Papuk ”I” mengatakan marasakan nyeri jika sudah lama
melakukan aktivitas seperti bertani.
 Q : Papuk ”I” mengatakan nyerinya seperti ditusuk-tusuk
dan terasa ngilu,dengan frekuensi sering.
 R : Papuk ”I” mengatakan nyeri terasa di lutut bagia kana
dan pinggang.
 S : Papuk “I” mengatakan tidak nyaman jika nyerinya timbul
 T : Papuk “I” mengatakan nyeri kambuh jika lama melakukan
aktivitas
Do :
 Skala nyeri 5 (0-10) nyeri sedang
 Papuk ”I” tampak mengeringis.
 Papuk ”I” tampak bisa melakukan aktivitas tetapi tidak
terlalu lama
 K/U : Baik
 TTV :
N : 70X/ menit
RR : 24X/ menit
T : 160/190 mmHg
Sh : 37oC
2. Gangguan istirahat / tidur berhubungan dengan nyeri akut
ditandai dengan
Ds :
 Papuk ”I” mengatakan sering terjaga pada malam hari dan
tidak bisa tidur karena lutut dan pinggang terasa nyeri
Do :
 Papuk ”I” tampak lesu dan mata terlihat pucat dan
mengantuk
 K/U : Baik
 TTV :
N : 70X/ menit
RR : 24X/ menit
T : 160/190 mmHg,
Sh : 37oC

27
3. Kurangnya pengetahuan yang berhubungan dengan keterbatasan
paparan informasi tentang rematik :
Ds :
 Papuk ”I” mengatakan penyakit yang dideritanya adalah
penyakit yang biasa diderita oarng tua seusianya, tetapi
Papuk ”I” tidak mengetahui bagaimana cara penanganan
penyakitnya.
 Papuk ”I” mengatakan selama tidak mengganggu aktivitasnya
penyakitnya tersebut tidak terlalu dipikirkan.
Do :
 Papuk ”I” tidak mengetahui tentang penyakit yang diderita
 Papuk ”I” tampak antusias karena perawat mau menjelaskan
tentang penyakit yang di deritanya

D. RENCANA TINDAKAN
NO HARI/TGL DIAGNOSA KEPERAWATAN TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
1 Jum’at, Nyeri akut  Setelah 1. Kaji tingkat 1. Menentukan
30-12- berhubungan dengan dilakukan nyeri. kebutuhan
2016 destruksi sendi tindakan 2. Anjurkan manajemen
ditandai dengan : keperawata klien untuk nyeri.
Ds : n selama 3 memberikan 2. Panas
 P : Papuk ”I” x 24 jam, kompres jahe dapat
mengatakan diharapkan dengan air meningkatk
marasakan nyeri nyeri hangat di an
jika sudah lama terkontrol daerah yang relaksasi
melakukan , dengan nyeri otot.
aktivitas seperti Kriteria 3. Anjurkan 3. Mengurangi
bertani. hasil: klien untuk ketegangan
 Q : Papuk ”I”  Skala memberikan otot.
mengatakan nyeri 1 – massase 4. Memberikan
nyerinya seperti 3 (0-10) lembut pada rasa
ditusuk-tusuk dan nyeri daerah yang kontrol
terasa ringan sakit. dan
ngilu,dengan  Tidak 4. Ajarkan kemampuan
frekuensi hilang mengeluh klien teknik koping.
timbul nyeri relaksasi 5. Tirah
 R : Papuk ”I”  Tidak 5. Anjurkan baring
mengatakan nyeri meringis. klien untuk diperlukan
terasa di daerah mendapatkan untuk
lutut bagian kanan posisi yang membatasi

28
dan pinggang. nyaman jika nyeri.
 S : Papuk ”I” nyerinya 6. Beraktifit
mengatakan tidak kambuh. as terus
nyaman jika 6. Anjurkan menerus
nyerinya timbul klien untuk mendorong
 T : Papuk ”I” beristirahat kambuhnya
mengatakan nyeri beberapa nyeri pada
kambuh jika lama menit jika sendi.
melakukan melakukan 7. Megurangi
aktivitas aktivitas keluhan
Do : terus nyeri
 Skala nyeri 5 (0- menerus.
10) nyeri sedang 7. Kolaborasi
 Papuk ”I” tampak dalam
kesakitan. pemberian
 Papuk ”I” tampak analgesik.
tidak bisa
melakukan
aktivitas
 K/U : Baik
 TTV
N : 70X/ menit
RR : 24X/ menit
T : 160/190 mmHg
S : 37oC
2. Jum’at, Gangguan istirahat  Setelah 1. Diskusikan 1. Ganggua
30-12- /tidur berhubungan dilakukan kebiasaan n
2016 dengan nyeri akut tindakan dan pola istrahat/t
ditandai dengan : keperawata kebutuhan idur
Ds : n selama 3 istirahat/t mengakibat
 Papuk ”I” x 24 jam, idur kan
mengatakan sering diharapkan 2. Annjurkan gangguan
terjaga pada malam Gangguan klien untuk fungsi
hari dan tidak istirahat/ melaksanaka kognitif,
bisa tidur karena tidur n minum air persepsi
lutut dan pinggang teratasi hangat dan
terasa nyeri dengan sebelum penurunan
Do : kriteria tidur kontrol
 Kelayan tampak hasil: 3. Anjurkan emosi
tindakan 2. Membant
lesu dan mata  Bisa
istirahat/ penghilang u
terlihat pucat rasa nyeri meningkatk
tidur
dan mengantuk  Tidak sebelum an
 K/U : Baik terbangun istirahat/t relaksasi
tengah idur dan
 TTV
malam seperti menyiapkan
N : 70X/ menit
 Klien mengolesi tidur
RR: 24X/ menit
daerah 3. Klien
29
T : 160/90 mmHg, dapat nyeri dengan
S : 37oC beristirah dengan penyakit
at dengan minyak kayu inflamasi
cukup. putih sendi
4. Anjurkan sering
mencari mengalami
posisi yang gejala
nyaman memburuk
untuk pada malam
menghilangk hari
an rasa 4. Posisi
nyeri yang
nyaman
mengurangi
rasa nyeri
selama
istirahat/
tidur
3. Jum’at, Ds : Setelah 1. Kaji 1. Menentuka
Jam 30-  Papuk ”I” dilakukan pengetahuan n
12-2016 mengatakan tindakan klien kebutuhan
penyakit yang keperawatan tentang informasi
dideritanya adalah selama 3 x penyakitnya. untuk
penyakit yang 24 jam, 2. Berikan klien
biasa diderita diharapkan pendidikan
orang tua klien dapat tentang 2. Klien
seusianya, tetapi mengerti penyakitnya mengerti
Papuk ”I” tidak tentang dan tentang
mengetahui penyakitnya perawatanny penyakitn
bagaimana cara Dengan a. ya
penanganan kriteria 3. Diskusikan sehingga
penyakitnya. hasil dengan tau
 Papuk ”I”  Klien klien penatalak
mengatakan selama menunjuka tentang sanaannya
tidak mengganggu n penatalak- 3. Membantu
aktivitasnya pemahaman sanaan klien
penykitnya tentang yang mengurang
tersebut tidak kondisi/p paling keluhan
terlalu rognosis mudah dengan
dipikirkan. perawatan untuk mudah
Do : diri di lakukan
 Papuk ”I”  Klien
bertanya-tanya tidak
tentang bertanya
penyakitnya lagi
 Papuk ”I” tampak tentang
antusias karena penyakitn
perawat mau ya
30
menjelaskan
tentang penyakit
yang di deritanya

E. PELAKSANAAN
No Hari/ No. Tindakan Keperawatan Evaluasi Tindakan
tangga Dx Paraf
l
1 Sabtu, I 1. Mengkaji tingkat nyeri 1. Skala nyeri 5 (0-10)
31-12- 2. Menganjurkan klien untuk nyeri sedang
2016 kompres air hangat dengan 2. Klien sudah melaksanakan
jahe di daerah nyeri dan nyerinya agak
3. Menganjurkan klien untuk berkurang
memberikan masasse lembut 3. Klien sudah melakukannya
pada daerah yang nyeri dan nyeri yang dirasakan
4. Mengajarkan klien untuk sudah agak berkurang
tehnik relaksasi 4. Klien aktif mengikuti
5. Menganjurkan klien untuk percobaan penggunaan
mendapatkan posisi yang tehnik relaksasi yang di
nyaman jika nyerinya ajarkan
kambuh 5. Klien aktif mencoba
6. Menganjurkan klien untuk mendapatkan posisi yang
beristirahat beberapa nyaman
menit jika melakukan 6. Kelayan kooperatif
aktivitas terus menerus memperhatikan dengan
7. Kolaborasi dalam seksama setiap penjelasan
pemberian analgesik yang diberikan
7. Kelayan meminum antalgin
500mg 3x1 dan Asam
Mefenamat 250mg
3x1,piroxicam 20 mg
II 1. Mendiskusikan kebiasaan 1. Klien kooperatif
pola istirahat/tidur menanyakan dan
2. Menganjurkan klien untuk memperhatikan penjelasan
minum air hangat sebelum yang diberikan

31
tidur 2. Klien aktif mencoba
3. Menjelaskan tindakan melakukan minum air
penghilang rasa nyeri hangat sebelum tidur
sebelum tidur seperti 3. Klien aktif mengikuti
mengolesi dengan minyak percobaan penggunaan
kayu putih sambil minyak kayu putih sambil
masasse lembut masasse lembut
4. Menganjurkan mencari 4. Kelayan aktif mencoba
posisi yang nyaman untuk mendapatkan posisi yang
menghilangkan rasa nyeri nyaman
III 1. Mengkaji pengetahuan 1.Klien menjelaskan tentang
klien tentang penyakitnya, rasa sakit
penyakitnya yang dirasakan pada
2. Memberikan pendidikan pinggang dan lututnya
tentang penyakit dan 2. Klien mengerti tentang
perawatannya keadaanya sekarang ini
3. Mendiskusikan dengan 3. Klien mengatakan hal yang
klien tentang paling mudah di lakukan
penatalaksanaan yang jika nyerinya kambuh
paling mudah untuk klien adalah memijat-mijat
laksanakan daerah sakit
2. Senin, I 1. Mengkaji tingkat nyeri 1. Skala nyeri 2-3
02-01- 2. Menganjurkan klien untuk 2. Klien sudah melaksanakan
2017 kompres air hangat dengan dan nyerinya sudah
jahe di daerah nyeri berkurang
3. Menganjurkan klien untuk 3. Klien sudah melakukannya
memberikan masasse lembut dan nyeri yang dirasakan
pada daerah yang nyeri sudah agak berkurang
4. Mengajarkan klien untuk 4. Klien aktif mengikuti
tehnik relaksasi percobaan penggunaan
5. Menganjurkan klien untuk tehnik relaksasi yang di
mendapatkan posisi yang ajarkan
nyaman jika nyerinya 5. Klien aktif mencoba
kambuh mendapatkan posisi yang
6. Menganjurkan klien untuk nyaman
beristirahat beberapa 6. Klien sudah mengetahui
menit jika melakukan dan menerapkan apa yang

32
aktivitas terus menerus di kasi tau perawat yang
7. Kolaborasi dalam diberikan
pemberian analgesik Kelayan meminum antalgin
500mg 3x1 dan Asam
Mefenamat 250mg
3x1,piroxicam 20 mg
II 1. Mendiskusikan kebiasaan 1. Klien kooperatif
pola istirahat/tidur menanyakan dan
2. Menganjurkan klien untuk memperhatikan penjelasan
minum air hangat sebelum yang diberikan
tidur 2. Klien aktif mencoba
3. Menjelaskan tindakan melakukan minum air
penghilang rasa nyeri hangat sebelum tidur
sebelum tidur seperti 3. Klien aktif mengikuti
mengolesi dengan minyak percobaan penggunaan
kayu putih sambil minyak kayu putih sambil
masasse lembut masasse lembut
4. Menganjurkan mencari 4. Klien aktif mencoba
posisi yang nyaman untuk mendapatkan posisi yang
menghilangkan rasa nyeri nyaman
III 1. Mengkaji pengetahuan 1.Klien mengetahui dan
klien tentang mengingat setelah di
penyakitnya berikan penyuluhan
2. Memberikan pendidikan sebelumnya tentang
tentang penyakit dan penyakitnya
perawatannya 2. Klien mengerti tentang
3. Mendiskusikan dengan keadaanya sekarang ini
klien tentang 3. Klien mengatakan hal yang
penatalaksanaan yang paling mudah di lakukan
paling mudah untuk klien jika nyerinya kambuh
laksanakan adalah memijat-mijat
daerah sakit
3 Selasa I 1. Mengkaji tingkat nyeri 1. Nyeri sudah tidak terlalu
, 2. Menganjurkan klien untuk sering muncul
03-01- kompres air hangat dengan 2. Klien rutin dalam
17 jahe di daerah nyeri melaksanakan kompres air
3. Menganjurkan klien untuk hangat dan jahe sehingga

33
memberikan masasse lembut sekarang penyakitnya
pada daerah yang nyeri jarang kambuh
4. Mengajarkan klien untuk 3. Klien sudah mampu
tehnik relaksasi melakukan teknik
5. Menganjurkan klien untuk relaksasi
mendapatkan posisi yang 4. Klien aktif mengikuti
nyaman jika nyerinya percobaan penggunaan
kambuh tehnik relaksasi yang di
6. Menganjurkan klien untuk ajarkan
beristirahat beberapa 5. Klien aktif mencoba
menit jika melakukan mendapatkan posisi yang
aktivitas terus menerus nyaman
Kolaborasi dalam 6. Klien disaat capek klien
pemberian analgesik beristirahat beberapa
menit supaya tidak kambuh
penyakitnya
Kelayan meminum antalgin
500mg 3x1 dan Asam
Mefenamat 250mg
3x1,piroxicam 20 mg
II 1. Mendiskusikan kebiasaan 1. Klien kooperatif
pola istirahat/tidur menanyakan dan
2. Menganjurkan klien untuk memperhatikan penjelasan
minum air hangat sebelum yang diberikan
tidur 2. Klien aktif mencoba
3. Menjelaskan tindakan melakukan minum air
penghilang rasa nyeri hangat sebelum tidur
sebelum tidur seperti 3. Klien aktif mengikuti
mengolesi dengan minyak percobaan penggunaan
kayu putih sambil minyak kayu putih sambil
masasse lembut masasse lembut
4. Menganjurkan mencari 4. Klien aktif mencoba
posisi yang nyaman untuk mendapatkan posisi yang
menghilangkan rasa nyeri nyaman
III 1. Mengkaji pengetahuan 1.Klien menjelaskan tentang
klien tentang penyakitnya, rasa sakit
penyakitnya yang dirasakan pada

34
2. Memberikan pendidikan pinggang dan lututnya
tentang penyakit dan 2. Klien mengerti tentang
perawatannya keadaanya sekarang ini
3. Mendiskusikan dengan 3. Klien mengatakan hal yang
klien tentang paling mudah di lakukan
penatalaksanaan yang jika nyerinya kambuh
paling mudah untuk klien adalah memijat-mijat
laksanakan daerah sakit

35
F. EVALUASI
No Hari/ Dx Evaluasi
tanggal
1 Selasa ,03- I S : Klien mengatakan masih merasakan nyeri dan terasa
01-2017 seperti di tusuk-tusuk dan terasa ngilu di daerah
pinggang dan lutut.
O :
 Skala nyeri 5 (0-10) nyeri sedang
 Klien tampak kesakitan.
 Klien tampak tidak bisa melakukan aktivitas
 K/U : Baik
 TTV
N : 20X/ menit
RR : 24X/ menit
TD : 160/90 mmHg
S : 37oC
A : Masalah belum teratasi
P : Inervensi dilanjutkan
1. Mengkaji tingkat nyeri
2. Menganjurkan klien untuk memberikan kompres air
hangat dengan jahe di daerah nyeri
3. Menganjurkan klien untuk memberikan masasse lembut
pada daerah yang nyeri
4. Mengajarkan klien untuk melakukan tehnik relaksasi
5. Menganjurkan klien untuk beristirahat beberapa
menit jika melakukan aktivitas terus menerus
6. Kolaborasi dalam pemberian analgesik
2 Selasa, II S : Klien mengatakan sering terjaga pada malam hari dan
03-01-2017 tidak bisa tidur karena lutut bagian kanan dan
pinggang terasa nyeri
O :
 Klien tampak lesu dan mata terlihat pucat dan
mengantuk
 K/U : Baik

36
 TTV
N : 20X/ menit
RR : 24X/ menit
T : 160/90 mmHg,
S :37oC
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi di lanjutkan
1. Mendiskusikan kebiasaan pola dan kebutuhan tidur
2. Menganjurkan klien untuk minum air hangat sebelum
tidur
3. Menganjurkan tindakan penghilang rasa nyeri
sebelum tidur seperti mengolesi dengan minyak kayu
putih sambil masasse lembut
4. Menganjurkan posisi yang nyaman

3 Minggu III S : Klien mengatakan penyakit yang di deritanya adalah


03-01-2017 penyakit yang biasa di derita oleh orang tua
seusianya, tetapi kelayan tidak mengetahui cara
penanganannya
O :
 Klien bertanya-tanya tentang penyakitnya
 Klien tampak antusias karena perawat mau menjelaskan
tentang penyakit yang di deritanya
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi di lanjutkan
1. Mengkaji pengetahuan klien tentang penyakitnya
2. Memberikan pendidikan tentang penyakit dan
perawatannya
3. Mendiskusikan dengan klien tentang
penatalaksanaan yang paling mudah untuk klien
lakukan.

37
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada Bab ini akan diuraikan kesenjangan antara konsep dasar
teori dengan kenyataan yang ditemukan dilahan praktek berkaitan
dengan asuhan keperawatan pada lansia dengan diagnosa medis
Reumatoid Artritis.
A. PENGKAJIAN
Dalam konsep dasar teori asuhan keperawatan lansia
dengan reumatoid artritis data yang perlu dikaji adalah nyeri,
aktivitas/istirahat, neurosensori, kardiovaskular,
makanan/cairan, hygiene, interaksi sosial, keamanan dan
integritas ego, sedangkan pada pengkajjian kasus ditampilkan
data demografi, riwayat pekerjaan, riwayat lingkungan hidup,
riwayat rekreasi, sistem pendukung, deskripsi kekhususan,
alasan mengapa kelayan masuk panti, keluhan utama yang
dirasakan kelayan, aktivitas sehari-hari, tinjauan sistem,
status kognitif, afektif dan sosial kelayan.
Dalam proses pengkajian kasus, didapatkan data-data yang
menunjukkan masalah-masalah kesehatan klien, antara lain :
1. Nyeri pada pinggang dan lutut sampai kaki.
2. Gangguan istirahat / tidur.
3. Kurang pengetahuan tentang penyakit yang di deritanya

Diagnosa yang ada di konsep teori, di ditampilkan dalam


diagnosa tinjauan kasus, ini di karenakan adanya kesamaan
masalah, sehingga pengkaji mengangkat masalah tersebut.
Dalam proses pengkajian penulis menemukan hambatan-
hambatan seperti klien jarang dirumah kalau tidak pada sore
hari, hambatan lain adalah klien.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Pada tinjauan teori tentang konsep dasar asuhan
keperawatannya, terdapat 6 diagnosa, sedangkan pada tinjauan
kasus penulis mengangkat 3 diagnosa yang semuanya ada di
tinjauan teori. Hal ini terjadi karena dalam pengkajian
ditemukan data yang mendukung masalah keperawatan kelayan.

38
C. PERANCANAAN
Dalam perencanaan teoritis, terdapat rencana kolaborasi
dengan tenaga medis lain seperti dokter untuk pemberian terapi.
Hal ini direncanakan pada perencanaan kasus karena diharapkan
dapat menigkatkan status kesehatan klien. Tetapi pada
keyataannya tidak semua perencanaan yang ada di perencanaan
teoritis dimasukkan ke perencanaan kasus karena disesuaikan
dengan tujuan dan kebutuhan asuhan keperawatan, selain itu juga
harus disesuaikan dengan tenaga yang ada di Puskesmas.
D. PELAKSANAAN
Pemberian tindakan keperawatan kepada klien disesuaikan
dengan perencanaan yang telah dibuat. Faktor pelaksanaan
tindakan keperawatan adalah health education tentang bagaimana
penanganan jika nyeri pinggang dan lutut sampai ke bawah kaki
dirasakan lagi. Tindakan difokuskan kepada bagaimana
mengalihkan rasa nyeri kelayan, ini berhasil dilakukan karena
kelayan sudah pahan dengan apa yang dijelaskan dan diajarkan
oleh penulis.
Sedangkan penanganan gangguan masalah tidur, tindakan
difokuskan kepada pengalihan nyeri. Ini dikarenakan jika
kelayan merasakan nyeri kelayan tidak dapat beristitirahat /
tidur dengan tenang. Untuk masalah kurang pengetahuan, tindakan
difokuskan kepada health education tentang rheumatoid astritis.
Dan sedikit memberikan informasi tentang penanganannya.

E. EVALUASI
Dalam mengevaluasi keberhasilan pencapaian pelaksanaan
asuhan keperawatan kepada klien dilakukan setelah 3 x 24 jam,
tetapi eveluasi tindakan dilakukan setiap selesai melaksanakan
tindakan keperawatan.
Pada saat evaluasi akhir, menunjukkan pencapaian
kriteria evaluasi, misalnya untuk diagnosa I kelayan mampu
mendemonstrasikan cara menangani keluhan nyeri yang berarti
sesuai dengan kriteria hasil pada perencanaan.

39
BAB V
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Setelah proses pemberian asuhan keperawatan pada klien
Papuq “I” penulis dapat menyimpulkan :
1. Dalam memberitahukan asuhan keperawatan pada lansia, banyak
diemukan hambatan-hambatan sehingga kita harus benar-benar
mengenal lansia itu agar kita bisa mencari jalan keluar jika
muncul hambatan terutama pada proses pengkajian.
2. Dalam proses memberikan asuhan keperawatan asuhan keperawatan
pada lansia, kita harus sabar menghadapi perubahan emosi yang
setiap saat berubah-ubah.
3. Memberikan asuhan keperawatan pada lansia dengan gangguan
khusus seperti klien dengan gangguan pendengaran memiliki trik-
trik tersendiri agar komunikasi lancar. Berbeda dengan lansia
yang tidak mengalami gangguan pendengaran, pelaksanaan asuhan
keperawatan lebih mudah.

B. SARAN
1. Bagi Klien
Hendaknya klien tetap menjaga kesehatan, jangan terlalu
memaksakan diri untuk bekerja.
2. Bagi Perawat
Hendaknya lebih meningkatkan pengetahuan agar lebih peka
terhadap masalah-masalah yang dialami lansia serta meningkatkan
kerjasama.
3. Bagi Puskesmas
Lebih meningkatkan pelayanan terutama pelayanan kesehatan agar
klien menderita suatu penyakit lebih dini ditangani.

40
DAFTAR PUSTAKA

Doenges, M.E, dkk. 1999. Rencana Asuhan keperawatan : Pedoman Untuk


Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, Edisi 3.
Jakarta : EGC.
Carpenito, Lynda Juall. 1999. Rencana Asuhan dan Pendokumentasian
keperawatan, Edisi 2. Jakarta : EGC.
Internet : http//drlizakedokteran.blogspot.com/2007/12/reumatoid-
artritis-re.html
Nugroho, Wahyudi. 2000. Keperawatan gerontik, Edisi 2. Jakarta :
EGC.
Price, S.A. 2006.Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit,
Edisi 6. Jakarta : EGC.
Wahit Iqbal Mubarak, dkk. 2006. Ilmu Keperawatan Komunitas 2.
Jakarta : EGC.

41

Anda mungkin juga menyukai