Anda di halaman 1dari 37

KONSEP MEDIS

1. Pengertian Congestive Heart Failure


Gagal jantung kongestif adalah keadaan dimana jantung tidak

mampu lagi memompakan darah secukupnya dalam memenuhi kebutuhan

sirkulasi badan untuk keperluan metabolisme jaringan tubuh pada keadaan

tertentu, sedangkan tekanan pengisian ke dalam jantung masih cukup

tinggi (Azkalika, 2017).

Congestive Heart Failure(CHF) atau sering disebut Gagal Jantung

Kongestifadalah sindrom klinis yang kompleks, dimana didasari oleh

ketidakmampuan jantung untuk memompakan darah ke seluruh jaringan

tubuh yang adekuat, mengakibatkan gangguan struktural dan fungsional

dari jantung. Pasien dengan gagal jantung memiliki tanda dan gejala sesak

nafas yang spesifik pada saat istirahat atau saat melakukan aktivitas, rasa

lemah, tidak bertenaga, retensi air seperti kongestif paru, edema tungkai,

dan terjadi abnormalitas dari struktur jantung dan fungsi jantung (Narolita,

2018).

Congestive Heart Failure (CHF) adalah suatu kondisi dimana

jantung mengalami kegagalan dalam memompa darah guna mencukupi

kebutuhan sel-sel tubuh akan nutrien dan oksigen secara adekuat. Hal ini

mengakibatkan peregangan ruang jantung (dilatasi) guna menampung

darah lebih banyak untuk dipompakan ke seluruh tubuh atau

mengakibatkan otot jantung kaku dan menebal. Jantung hanya mampu

memompa darah untuk waktu yang singkat dan dinding otot jantung yang

melemah tidak mampu memompa dengan kuat. Sebagai akibatnya, ginjal

sering merespon dengan menahan air dan garam. Hal ini akan
mengakibatkan bendungan cairan dalam beberapa organ tubuh seperti

tangan, kaki, paru, atau organ lainnya sehingga tubuh klien menjadi

bengkak (congestive) (Sariyudin, 2019).

Congestive Heart Failure (CHF) atau gagal jantung kongestif adalah suatu

kondisi patofisiologisdicirikan oleh adanya bendungan (kongesti) di paru

atau sirkulasi sistemik yang disebabkan karena jantung tidak mampu

memompa darah yang beroksigen secara cukup untuk memenuhi

kebutuhan metabolisme jaringan (Khairul, 2019).

2. Anatomi dan Fisiologi


Jantung
a. Anatomi jantung

Gambar 2.1 : Anatomi jantung


Sistem peredaran darah terdiri atas jantung, pembuluh darah, dan

saluran limfe. Jantung merupakan organ pemompa besar yang memelihara

peredaran melalui seluruh tubuh. Arteri membawa darah dari jantung.

Vena membawa darah ke jantung. kapiler menggabungkan arteri dan vena,

terentang diantaranya dan merupakan jalan lalu lintas antara makanan dan

bahan buangan. Disini juga terjadi pertukaran gas dalam cairan

ekstraseluler dan interstisial.


Jantung adalah organ berupa otot, berbentuk kerucut, berongga,

basisnya diatas, dan puncaknya dibawah. Apeksnya (puncaknya) miring

kesebelah kiri. Berat jantung kira-kira 300 gram.

Kedudukan jantung: jantung berada didalam toraks, antara kedua

paru-paru dan dibelakang sternum, dan lebih menghadap ke kiri daripada

ke kanan. (lihat Gambar 2.2).

Gambar 2.2 kedudukan jantung dalam perbandingan terhadap sternum,iga-iga,

dan tulang rawan konstal.

Lapisan Jantung terdiri atas 3 lapisan yaitu :

1. Epikardium merupakan lapisan terluar, memiliki struktur yang sama dengan

perikardium viseral.

2. Miokardium, merupakan lapisan tengah yang terdiri atas otot yang berperan

dalam menentukan kekuatan kontraksi.

3. Endokardium, merupakan lapisan terdalam terdiri atas jaringan endotel yang

melapisi bagian dalam jantung dan menutupi katung jantung.


Katup jantung : berfungsi untuk mempertahankan aliran darah searah melalui

bilik jantung. ada dua jenis katup, yaitu katup atrioventrikular dan katup

semilunar. (lihat Gambar 2.3)

Gambar 2.3 katup-katup jantung

1. Katup atrioventrikular, memisahkan antara atrium dan ventrikel. Katup ini

memungkinkan darah mengalir dari masing –masing atrium ke ventrikel saat

diastole ventrikel dan mencegah aliran balik ke atrium saat sistole ventrikel.

Katup atrioventrikuler ada dua, yaitu katup triskupidalis dan katup

biskuspidalis. Katup triskupidalis memiliki 3 buah daun katup yang terletak

antara atrium kanan dan ventrikel kanan. Katup biskuspidalis atau katup

mitral memiliki 2 buah dauh katup dan terletak antara atrium kiri dan

ventrikel kiri.

2. Katup semilunar, memisahkan antara arteri pulmonalis dan aorta dari

ventrikel. Katup semilunar yang membatasi ventrikel kanan dan arteri

pulmonaris disebut katup semilunar pulmonal. Katup yang membatasi

ventikel kiri dan aorta disebut katup semilunar aorta. Adanya katup ini

memungkinkan darah mengalir dari masing-masing ventrikel ke arteri


pulmonalis atau aorta selama sistole ventrikel dan mencegah aliran balik ke

ventrikel sewaktu diastole ventrikel

Ruang jantung : jantung memiliki 4 ruang, yaitu atrium kanan, atrium

kiri, ventrikel kiri, dan ventrikel kanan. Atrium terletak diatas ventrikel dan

saling berdampingan. Atrium dan ventrikel dipisahkan oleh katup satu arah.

Antara organ rongga kanan dan kiri dipisahkan oleh septum.

b. Fisiologi jantung

Siklus jantung adalah rangkaian kejadian dalam satu irama jantung.

Dalam bentuk yang paling sederhana, siklus jantung adalah kontraksi

bersamaan kedua atrium, yang mengikuti suatu fraksi pada detik berikutnya

karena kontraksi bersamaan kedua ventrikel.

Sisklus jantung merupakan periode ketika jantung kontraksi dan

relaksasi. Satu kali siklus jantung sama dengan satu periode sistole (saat

ventrikel kontraksi) dan satu periode diastole ( saat ventrikel relaksasi).

Normalnya, siklus jantung dimulai dengan depolarisasi spontan sel

pacemarker dari SA node dan berakhir dengan keadaan relaksasi ventrikel.

Pada siklus jantung, sistole(kontraksi) atrium diikuti sistole ventrikel

sehingga ada perbedaan yang berarti antara pergerakan darah dari ventrikel

ke arteri. Kontraksi atrium akan diikuti relaksasi atrium dan ventrikel mulai

ber kontraksi. Kontraksi ventrikel menekan darah melawan daun katup

atrioventrikuler kanan dan kiri dan menutupnya. Tekanan darah juga

membuka katup semilunar aorta dan pulmonalis. Kedua ventrikel

melanjutkan kontraksi, memompa darah ke arteri. Ventrikel kemudian


relaksasi bersamaan dengan pengaliran kembali darah ke atrium dan siklus

kembali.

Curah jantung merupakan volume darah yang dipompakan selama

satu menit. Curah jantung ditentukan oleh jumlah denyut jantung permenit

dan stroke volume. Isi sekuncup ditentukan oleh :

1) Beban awal (pre-load)

(a) Pre-load adalah keadaan ketika serat otot ventrikel kiri jantung

memanjang atau meregang sampai akhir diastole. Pre-load adalah

jumlah darah yang berada dalam ventrikel pada akhir diastole.

(b) Volume darah yang berada dalam ventrikel saat diastole ini

tergantung pada pengambilan darah dari pembuluh vena dan

pengembalian darah dari pembuluh vena ini juga tergantung pada

jumlah darah yang beredar serta tonus otot.

(c) Isi ventrikel ini menyebabkan peregangan pada serabut

miokardium.

(d) Dalam keadaan normal sarkomer (unit kontraksi dari sel

miokardium) akan teregang 2,0 µm dan bila isi ventrikel makin

banyak maka peregangan ini makin panjang.

(e) Hukum frank starling : semakin besar regangan otot jantung

semakin besar pula kekuatan kontraksinya dan semakin besar pula

curah jantung. pada keadaan pre-load terjadi pengisian besar pula

volume darah yang masuk dalam ventrikel.

(f) Peregangan sarkomet yang paling optimal adalah 2,2 µm. Dalam

keadaan tertentu apabila peregangan sarkomer melebihi 2,2 µm,


kekuatan kontraksi berkurang sehingga akan menurunkan isi

sekuncup.

2) Daya kontraksi

(a) Kekuatan kontraksi otot jantung sangat berpengaruh terhadap

curah jantung, makin kuat kontraksi otot jantung dan tekanan

ventrikel.

(b) Daya kontraksi dipengaruhi oleh keadaan miokardium,

keseimbangan elektrolit terutama kalium, natrium, kalsium, dan

keadaan konduksi jantung.

3) Beban akhir
a) After load adalah jumlah tegangan yang harus dikeluarkan
ventrikel selama kontraksi untuk mengeluarkan darah dari
ventrikel melalui katup semilunar aorta.
b) Hal ini terutama ditentukan oleh tahanan pembuluh darah

perifer dan ukuran pembuluh darah. Meningkatnya tahanan

perifer misalnya akibat hipertensi artau vasokonstriksi akan

menyebabkan beban akhir.

c) Kondisi yang menyebabkan baban akhir meningkat akan

mengakibatkan penurunan isi sekuncup.

d) Dalam keadaan normal isi sekuncup ini akan berjumlah ±70ml

sehingga curah jantung diperkirakan ±5 liter. Jumlah ini tidak

cukup tetapi dipengaruhi oleh aktivitas tubuh.

e) Curah jantung meningkat pada waktu melakukan kerja otot,

stress, peningkatan suhu lingkungan, kehamilan, setelah makan,

sedang kan saat tidur curah jantung akan menurun.


2. Etiologi

Penyebab gagal jantung kongestif menurut Arinda (2018) adalah

sebagai berikut :

1) Kelainan Otot Jantung

Gagal jantung sering terjadi pada penderita kelainan otot

jantung,disebabkan menurunya kontraktilitas jantung. Kondisi yang

mendasari penyebab kelainan fungsi otot mencakup ateriosklerosis

koroner, hipertensi arterial, dan penyakit degeneratif atau inflamasi.

2) Aterosklerosis Koroner

Aterosklerosis koroner mengakibatkan disfungsi miokardium

karenaterganggunya aliran darah ke otot jantung. Terjadi hipoksia dan

asidosis (akibat penumpukan asam laktat). Infark miokardium

(kematian sel jantung) biasanya mendahului terjadinya gagal jantung.

Peradangan dan penyakit miokardiumdegenerative, berhubungan

dengan gagal jantung karena kondisi yang secara langsung merusak

serabut jantung dapat menyebabkan kontraktilitas menurun.

3) Hipertensi Sistemik atau pulmonal

Meningkatkan beban kerja jantung dan pada gilirannya

mengakibatkanhipertropi serabut otot jantung.

4) Peradangan dan Penyakit Miokardium Degeneratif

Sangat berhubungan dengan gagal jantung karena kondisi ini

secaralangsung merusak serabut jantung, menyebabkan kontaktilitas

menurun.

5) Penyakit Jantung Lain


Gagal jantung dapat terjadi sebagai akibat penyakit jantung

yangsebenarnya, yang secara langsung mempengaruhi jantung.

Mekanisme biasanya terlibat mencakup gangguan aliran darah yang

masuk jantung (stenosis katup semiluner). Ketidakmampuan jantung

untuk mengisi darah (tamponade, perikardium, perikarditif konstriktif,

atau stenosis AV). Peningkatan mendadak afterload.

6) Faktor Sistemik

Terdapat sejumlah faktor yang berperan dalam perkembangan

dan beratnyagagal ginjal. Meningkatnya laju metabolisme, hipoksia

dan anemia memerlukan peningkatan curah jantung unuk memenuhi

kebutuhan oksigen sistemik. Hipoksia dan anemia juga dapat

menurunkan suplai oksigen ke jantung. Asidosis respiratorik atau

metabolik dan abnormalitas elektronik dapat menurukan kontraktilitas

jantung.

3. Klasifikasi Gagal Jantung


Klasifikasi gagal jantung kongestif (Congestive Heart Failure) menurut
Wulandari(2017) adalah sebagai berikut :
1) Gagal Jantung Akut-Kronik

(a) Gagal jantung akut terjadinya secara tiba-tiba, ditandai

dengan penurunan cardiacoutput dan tidak adekuatnya

perfusi jaringan. Ini dapat mengakibatkan edema paru

dan kolaps pembuluh darah.

(b) Gagal jantung kro

ditandai dengan penyakit jantung iskemik, penyakit

paru kronis. Gagal jantung kronik terjadi retensi air


dan sodium pada ventrikel sehingga menyebabkan

hipervolemia, akibatnya ventrikel dilatasi dan

hipertrofi.

2) Gagal Jantung Kanan-Kiri

(a) Gagal jantung kiri terjadi karena ventrikel gagal untuk

memompa darah secara adekuat sehingga

menyebabkan kongesti pulmonal, hipertensi dan

kelainan pada katub aorta/mitral.

(b) Gagal jantung kanan disebabkan peningkatan tekanan

pulmo akibat gagal jantung kiri yang berlangsung

cukup lama sehingga cairan yang terbendung akan

berakumulasi secara sistemik di kaki, asites,

hepatomegali, efusi pleura.

3) Gagal Jantung Sistolik-Diastolik

(a) Gagal jantung sistolik karena penurunan kontraktilitas

ventrikel kiri sehingga ventrikel kiri tidak mampu

memompa darah akibat cardiacoutput menurun dan

ventrikel hipertrofi.

(b) Gagal jantung diastolik karena katidakmampuan

ventrikel dalam pengisian darah akibat stroke volume

cardiac output turun.

1) Derajat 1: Tanpa keluhan, anda masih bisa melakukan

aktivitas fisik sehari-hari tanpa disertai kelelahan ataupun

sesak nafas.
2) Derajat 2: Ringan, aktivitas fisik sedang menyebabkan

kelelahan atau sesak napas, tetapi jika aktivitas ini

dihentikan maka keluhan pun hilang.

3) Derajat 3: Sedang, aktivitas fisik ringan menyebabkan

kelelahan atau sesak napas, tetapi keluhan akan hilang jika

aktivitas dihentikan.

4) Derajat 4: Berat, tidak dapat melakukan aktivitas fisik

sehari-hari, bahkan pada saat istirahat pun keluhan tetap ada

dan semakin berat jika melakukan aktivitas walaupun

aktivitas ringan (NANDA, 2016 dalam Munthe A., 2017).

4. Manifestasi Klinik
Menurut Azkalika (2017), manifestasi klinis dari gagal jantung kongestif
adalah sebagai berikut :
1) Gagal Jantung Kiri

Kongesti paru menonjol pada gagal ventrikel kiri karena ventrikel kiri

tidak mampu memompa darah yang datang dari paru sehingga peningkatan

tekanan dalam sirkulasi paru menyebabkan cairan terdorong ke jaringan

paru. Manifestasi klinis yang terjadi pada gagal jantung kiri yaitu :

(a) Dispnea

(b) Batuk

(c) Mudah lelah

(d) Insomnia

(e) Kegelisahan dan kecemasan

2) Gagal Jantung Kanan


Kongestif jaringan perifer dan viscelar menonjol, karena sisi

kananjantung tidak mampu mengosongkan volume darah dengan

adekuat sehingga tidak dapat mengakomodasikan semua darah yang

secara normal kembali dari sirkulasi vena. Manifestasi klinis yang

terjadi yaitu :

(a) Edema ekstremitas bawah


(b) Distensi vena leher dan escites
(c) Hepatomegali dan nyeritekan pada kuadran kanan atas abdomen
terjadi akibat pembesaran vena di hepar.
(d) Anorexia dan mual
(e) Kelemahan
5. Patofisiologi
Fungsi jantung sebagai sebuah pompa diindikasikan oleh

kemampuannyauntuk memenuhi suplai darah yang adekuat keseluruh tubuh,

baik dalam keadaan istirahat maupun mengalami stress fisiologis. Mekanisme

fisiologis yang menyebabkan gagal jantung meliputi keadaan-keadaan :

1) Preload (beban awal)

Jumlah darah yang mengisi jantung berbanding langsung dengan tekanan

yang ditimbulkan oleh panjangnya regangan serabut jantung.

2) Kontraktilitas

Perubahan kekuatan kontriksi berkaitan dengan panjangnya pegangan

serabut jantung.

3) After Lood (beban akhir)

Besarnya tekanan ventrikel yang harus diihasilkan untuk memompa

darahmelawan tekanan yang diperlukan oleh tekanan arteri. Pada keadaan

gagal jantung, bila salah satu/lebih dari keadaan di atas terganggu,


menyebabkan curah jantung menurun, meliputi keadaan yang

menyebabkan prelood meningkat contoh regurgitasi aorta, cacat septum

ventrikel. Menyebabkan afterload meningkat yaitu pada keadaan stenosis

aorta dan hipertensi sistemik.

Adapun mekanisme yang mendasari gagal jantung meliputi

menurunyakemampuan kontraktilitas jantung, sehingga darah yang

dipompa pada setiap kontriksi menurun dan menyebabkan penurunan darah

keseluruh tubuh. Apabila suplai darah kurang keginjal akan mempengaruhi

mekanisme pelepasan rennin-angiotensin dan akhirnya terbentuk

angiostesin II mengakibatkan terangsangnya sekresi aldosteron dan

menyebabkan retensi natrium dan air, perubahan tersebut meningkatkan

cairan ekstra intravaskuler sehingga terjadi ketidakseimbanganvolume

cairan dan tekanan selanjutnya terjadi edema ruang interstial. Gagal

jantung berlanjut dapat menimbulkan asites, dimana asites dapat

menimbulkan gejala- gejala gastrointestinal seperti mual, muntah,

anoreksia.

Apabila suplai darah tidak lancar di paru-paru (darah tidak masuk

kejantung), menyebabkan penimbunan cairan di paru-paru yang dapat

menurunkan pertukaran O2 dan CO2 antara udara dan darah di paru-paru.

Sehingga oksigenasi arteri berkurang dan terjadi peningkatan CO2 , yang

akan membentuk asam di dalam tubuh. Situasi ini akan memberikan suatu

gejala sesak nafas (dyspnea), ortopnea (dyspnea saat berbaring) apabilah

aliran darah dari ekstremitas aliran balik vena kejantung dan paru-paru
sehingga timbullah masalah keperawatan gangguan pertukaran gas

(Kasron, 2016).
6. Pathway
Bagan 2.1 Patway gagal jantung

Sumber : (WOC) dengan menggunakan Standar Diganosa Keperawatan Indonesia dalam (PPNI,2017)
7. Komplikasi
Menurut Zahrotin (2019) komplikasi pada gagal jantung yaitu :
1) Edema paru akut terjadi akibat gagal jantung kiri

2) Syok kardiogenik : stadium dari gagal jantung kiri, kongestif akibat penurunan curah

jantung dan perfusi jaringan yang tidak adekuat ke organ vital (jantung dan otak)

3) Episode trombolitik : trombus terbentuk karena imobilitas pasien dan gangguan sirkulasi

dengan aktivitas trombus dapat menyumbat pembuluh darah.

4) Efusi perikardial dan tamponade jantung : masuknya cairan kekantung perikardium,

cairan dapat meregangkan perikardium sampai ukuran maksimal. CPO menurun dan

aliran balik vena kejantung menuju tomponade jantung.

8. Pemeriksaan Diagnostik

Menurut Kasron (2016), pemeriksaan penunjang gagal jantung kongestif adalah sebagai

berikut :

1) EKG

Mengetahui hipertrofi atrial atau ventrikuler, infark, penyimpanan aksis, iskemia,

distritmia, takikardi, fibrilasi atrial.

2) Tes Laboratorium Darah

(a) Enzym hepar: meningkat dalam gagal jantung/kongesti

Elektrolit : kemungkinan berubah karena perpindahan cairan, penurunan fungsi

ginjal

(b) Oksimetri Nadi: kemungkinan situasi oksigen rendah

(c) Analisa Gas Darah : gagal ventrikel kiri ditandai dengan alkalosis respiratorik atau

hipoksemia dengan peningkatan PCO2

(d) Albumin: mungkin menurun sebagai akibat penurunan masukan protein

3) Radiologi

(a) Thorax foto : akan tampak kardiomegali dan efusi pleura

(b) Sonogram Ekokardiogram, dapat menunjukkan pembesaran bilik perubahan

dalam fungsi struktur katup, penurunan kontraktilitas ventrikel.

(c) Scan jantung: Tindakan penyuntikan fraksi dan memperkirakan gerakan dinding.
9. Penatalaksanaan Medis dan Farmakologi

Penatalaksanaan gagal jantung menurut Azkalika (2017) dibagi menjadi dua

penatalaksanaan farmakologis dan non farmakologis :

1) Terapi Farmakologis

(a) Glikosida jantung

Digitalis, meningkatkan kekuatan kontraksi otot jantungdan memperlambat frekuensi

jantung. Efek yang dihasilkan : peningkatan curah jantung, penurunan tekanan vena

dan volume darah, peningkatan diuresis, dan mengurangi edema.

(b) Terapi Diuretik

Diberikan untuk memacu sekresi natrium dan air melalui ginjal penggunaan harus

hati-hati karena efek samping hiponatremia dan hipokalemia.

(c) Terapi vasodilator

Obat-obatan fasoaktif digunakan untuk mengurangiimpadansi tekanan terhadap

penyembuhan darah oleh ventrikel. Obat ini memperbaiki pengosongan ventrikel dan

peningkatan kapasitas vena sehingga tekanan pengisian ventrkel kiri dapat

diturunkan.
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian
Menurut Arinda (2018), pengkajian keperawatan pada klien Congestive Heart Failure
adalah sebagai berikut :
1) Anamnesis
Pada anamnesis, bagian yang dikaji adalah keluhan utama, riwayat penyakit sekarang
dan riwayat penyakit dahulu.
(a) Identitas pasien
Meliputi nama lengkap, tempat tinggal, jenis kelamin, tanggal lahir, agama, umur,
tempat lahir, asal suku bangsa, pekerjaan.
(b) Keluhan Utama
Keluhan utama pasien dengan gagal jantung adalah kelemahan saat beraktivitas dan
sesak nafas.
(c) Riwayat Penyakit Sekarang
Pengkajian RPS yang mendukung keluhan utama dilakukan dengan mengajukan
serangkaian pertanyaan mengenai kelemahan fisik pasien serta PQRST, yaitu:
(1) Provoking incident : kelemahan fisik terjjadi setela melakukan aktivitas ringan

sampai berat, sesuai derajat gangguan pada jantung (lihat klasifikasi jantung)

(2) Quality of paint: seperti apa keluhan kelemahan dalam melakukan aktivitas yang

dirasakan atau digambarkan pasien. Biasanya disertai ketidakmampuan dalam

melakukan pergerakan.

(3) Region : radiation, relief : apakah kelemahan fisik bersifat lokal atau

memengaruhi keseluruhan system otot rangka dan apakah disertai

ketidakmampuan dalam melakukan pergerakan.

(4) Severity (scale) of pain: kaji tentang kemampuan pasien dalam melakukan

aktivitas sehari-hari. Biasanya kemampuan pasien dalam beraktivitas menurun

sesuai derajat gangguan perfusi yang dialami organ.

(5) Time : sifat mula timbulnya (onset), keluhan kelemahan beraktifitas biasaya

timbul perlahan. Lama timbulnya (durasi) kelemahan saat beraktibvitas biasanyya

setiap saat maupun saat beraktivitas.

(d) Riwayat Penyakit Dahulu


Pengkajian RPD yang mendukung dikaji dengan menanyakan

apakahsebelumnya pasien pernah menderita nyeri dada, hipertensi, iskemia

miokardium, infark miokardium, diabetes mellitus, dan hiperlipidemia.

Tanyakan mengenai obat-obatan yang biasa diminum oleh pasien pada

masayang lalu yang masih relevan dengan kondisi saat ini. Obat-obatan ini

meliputi obat diuretic, nitrat, penghambat beta, serta antihipertensi. Catat

adanya efek samping yang terjadi di masa lalu, alergi obat, dan reaksi alergi

yang timbul. Sering kali pasien menafisrkan suatu alergi sebagai efek samping

obat.

(e) Riwayat Keluarga

Perawat menanyakan penyakit yang pernah dialami oleh keluarga, anggota

keluargaa yang meninggal terutama pada usia produktif, dan penyebab

kematiannya. Penyakit jantung iskemik pada orang tua yang timbulnya pada

usia muda merupakan faktor risiko utama terjadinya penyakit jantung iskemik

pada keturunannya.

(f) Riwayat Pekerjaan dan Pola Hidup

Perawat menanyakan situasi tempat pasien bekerja dan linngkungannya.

Kebiasaan sosial dengan menanyakan kebiasaan dan pola hidup misalnya

minum alkohol. Kebiasaan merokok dengan menanyakan tentang kebiasaan

merokok, sudah berapa lama, berapa batang per hari, dan jenis rokok.

(g) Pengkajian Psikososial

Kegelisahan dan kecemasan akibat gangguan oksigenasi jaringan, stress akibat

kesakitan bernapas, dan pengetahuan bahwa jantung tidak berfungsi dengan

baik. Penurunan lebih lanjut dari curah jantung dapat disertai insomnia atau

kebingungan. Terdapat perubahan integritas ego didapatkan pasien

menyangkal, takut mati, perasaan ajal sudah dekat, marah pada penyakit yang

tak perlu, khawatir dengan keluarga, kerja, dan keuangan. Tanda: menolak,

menyangkal, cemas, kurang kontak mata, gelisah, marah, perilaku menyerang,


focus pada diri sendiri. Interaksi social: stress karena keluarga, pekerjaan,

kesulitan biaya ekonomi, kesulitan koping dengan stressor yang ada.

2) Pola Fungsi Kesehatan


(a) Aktivitas dan Istirahat
(1) Gejala
a) Keletihan/kelelahan terus menerus sepanjang hari
b) Insomnia
c) Nyeri dada dengan aktivitas
d) Dispnea pada istirahat atau pada pengerahan tenaga
(2) Tanda
a) Gelisah, perubahan status mental, misalnya letargi
b) Tanda vital berubah pada aktivitas
(b) Sirkulasi
(1) Gejala
a) Riwayat Hipertensi, IM baru/akut, episode GJK sebelumnya,
penyakit katub jantung, bedah jantung, endokarditis, SLE,
anemia, syok septik
b) Bengkak pada kaki, telapak kaki, abdomen, “sabuk terlalu ketat”
(pada gagal bagian kanan)
(2) Tanda
a) TD: mungkin rendah (gagal pemompaan), normal (GJK ringan
atau kronis), atau tinggi (kelebihan beban cairan/ peningkatan
TVS)
b) Tekanan nadi : mungkin sempit, menunjukkan penurunan
volume sekuncup
c) frekuensi jantung : takikardia (gagal jantung kiri)
d) Irama Jantung : disritmia, mis; vibrilasi atrium, kontraksi
ventrikel premature
e) Bunyi jantung :S3 (gallop) adalah diagnostic; S4 dapat terjadi ; S1
dan S2 mungkin melemah
f) Murmur sistolik dan diastolic dapat menandakan adanya stenosis
katup atau insufisiensi
g) Nadi : nadi perifer berkurang, perubahan dalam kekuatan
denyutan dapat terjadi, nadisentral mungkin kuat mis, nadi
jugularis, karotis, abdominal terlihat
h) Warna: kebiruan, pucat, abu-abu, sianotik
i) Punggung kuku : pucat atau sianotik dengan pengisian kapiler
lambat
j) Hepar : pembesaran/dapat teraba, refleks hepatojugularis
k) Bunyi nafas : krekels, ronki
l) Edema : mungkin dependen, umum, atau pitting, khusunya pada
ekstremitas
(c) Integritas Ego
(1) Gejala
a) Ansietas, kuatir, takut
b) Stress yang berhubungan dengan penyakit/keprihatinan
financial (pekerjaan atau biaya perawatan medis)
(2) Tanda : berbagai manifestasi perilaku, misalnya; ansietas, marah,
ketakutan, mudah tersinggung
(d) Eliminasi
(1) Gejala
a) penurunan berkemih, urine berwarna gelap
b) Berkemih malam hari (nokturia)
c) Diare/konstipasi
(e) Makanan/Cairan
(2) Gejala
a) Kehilangan nafsu makan
b) Mual/muntah
c) Penambahan berat badan signifikan
d) Pembengkakan pada ekstremitas bawah
e) Pakaian/sepatu terasa sesak
f) Diet tinggi garam/makanan yang telah diproses, lemak, gula,
dan kafein
g) Penggunaan diuretic
(3) Tanda
h) Penambahan berat badan cepat
i) Distensi abdomen (asites); edema umum, dependen, tekanan,
pitting)
(f) Hygiene
(1) Gejala
a) keletihan/kelemahan, kelelahan selama aktivitas perawatan diri
(2) Tanda: Penampilan menandakan kelalaian perawatan personal
(g) Neurosensori
(1) Gejala: kelemahan, pening, episode pingsan

(2) Tanda: letargi, kusut piker, disorientasi, perubahan perilaku,

mudah tersinggung

(h) Nyeri/Kenyamanan

(1) Gejala

a) Nyeri dada, angina akut atau kronis

b) Nyeri abdomen kanan atas

c) Sakit pada otot


(2) Tanda

a) Tidak tenang gelisah

b) Fokus menyempit (menarik diri)

c) Perilaku melindungi diri

(i) Pernapasan

(1) Gejala

a) Dispnea saat aktivitas, tidur sambil duduk, atau dengan

beberapa bantal

b) Batuk dengan/tampa pembentukan sputum

c) Riwayat penyakit paru kronis

d) Penggunaan bantuan pernapasan, misalnya oksigen atau

medikasi

2) Tanda

a) Pernapasan : Takipnea, napas dangkal, pernapasan labored;

penggunaan otot aksesori pernapasan, nasal faring

b) Batuk : kering/nyaring/nonproduktif atau mungkin batuk terus

menerus dengan/tanpa pembentukan sputum

c) Sputum: mungkin bersemu darah, merah muda/ berbuih

(edema pulmonal)

d) Bunyi napas : mungkin tidsk terdengar, dengan krakles basilar

dan mengi
e) Fungsi mental: mungkin menurun; letargi; kegelisahan
f) Warna kulit : pucat atau sianosis
(j) Keamanan

1) Gejala

a) Perubahan dalam fungsi mental

b) Kehilangan kekuatan/tonus otot

c) Kulit lecet

g. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum
Pada pemeriksaan keadaan umum pasien gagal jantung biasanya
didapatkankesadaran yang baik atau composmentis dan akan berubah
sesuai tingkat gangguan yang melibatkan perfusi system saraf pusat
Tanda-Tanda Vital
(1) TD : Mungkin rendah (gagal pemompa), normal (GJK ringan atau
kronis), atau tinggi ( kelebihan beban cairan/ peningkatan TVS)
(2) Tekanan Nadi : Mungkin sempit, menunjukkan penurunan
volume sekuncup
(3) Nadi : nadi perifer berkurang, perubahan dalam kekuatan
denyutan dapat terjadi, nadi sentral mungkin kuat mis, nadi
jugularis, karotis, abdominal terlihat
(4) Respirasi meningkat, dispnea
(5) Penambahan berat badan cepat
(c) Pemeriksaan Fisik (Kepala, Rambut, Wajah)
Tidak terdapat perubahan atau lesi pada kepala (simetris) dan rambut,
wajah meringis, menangis, merintih, meregang, dan menggeliat.
(d) Sistem Pengelihatan
Conjungtiva tidak anemis, sclera ikterus
(e) Wicara dan THT
Distensi vena jugularis
(f) Sistem Pencernaan
Terjadi hepatomegali (pembesaran hepar), penurunan nafsu makan

akibat pembesaran vena di dalam rongga abdomen, serta penurunan

berat badan. Asites, tanda yang muncul pada tahap lanjut, terjadi

akibat peningkatan tekanan vena hepatica dan vena-vena pada

peritoneum, nyeri abdomen kanan atas.


(g) Sistem pernafasan

Pengkajian yang didapat dengan adanya tanda kongesti vascular


pulmonal adalah dispnea ortopnea, dispnea nocturnal paroksimal,
batuk, dan edema pulmonal akut. Crackles atau ronki basah halus
secara umum terdengar pada dasar posterior paru. Hal ini dikenali
sebagai bukti gagal ventrikel kiri. Sebelum crackles dianggap sebagai
kegagalan pompa, pasien harus diinstruksikan untuk batuk dalam
guna membuka alveoli yang mungkin dikompresi dari bawah
diafragma.
(h) Sistem Kardiovaskular
(1) Inspeksi Respirasi meningkat, dispnea, vena leher dengan JPV
meningkat
(2) Auskultasi Bunyi jantung ketiga dan keempat (S3,S4) serta
crackles pada paru-paru. S4 atau gallop atrium, mengikuti
kontraksi atrium dan terdengar paling baik dengan bel stetoskop
yang ditempelkan dengan tepat di apeks jantung.
(3) Perkusi Batas jantung ada pergeseran yang menandakan adanya
hipertrofi jantung (kardiomegali)
(4) Palpasi
a) Pulsasi perifer menurun
b) Hati teraba di arkus aorta kanan
c) Denyut jantung meningkat indikasi tekanan vena porta
sistemik meningkat
d) Edema menyebabkan pitting.
(i) Sistem Persarafan
Nervus cranialis I-XII berfungsi dengan baik, GCS (Glaucoma Scale)
: E4V5M6, orientasi waktu dan tempat baik
(j) Sistem Endokrin
Peningkatan tyroid menunjukkan hiperaktivitas tyroid sebagai
pencetus gagal jantung kongestif
(k) Sistem Muskuloskeletal
Terdapat edema pada extremitas menandakan adanya retensi cairan
yangparah
(l) Sistem Integumen, Kuku, dan Imunitas
1) Inspeksi : Punggung kuku pucat atau sianosis dengan pengisian
kapiler lambat, warna kebiruan, pucat, abu,abu,
2) Palpasi : Kulit dingin
(j) Pemeriksaan penunjang

a. Foto thorax dapat mengungkapkan adanya pembesaran jantung,

edema atau efusi pleura yang menegaskan diagnosa CHF

b. EKG dapat mengungkapkan adanya tachicardi, hipertrofi bilik

jantung dan iskemi (jika disebabkan AMI), ekokardiogram

c. Pemeriksaan laboratorium : Hiponatremia, hiperkalemia pada

tahap lanjut dari gagal jantung, Blood Urea Nitrogen (BUN) dan

kreatinin meningkat, peninkatan bilirubin dan enzim hati.


2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan merupakan penilaian klinis mengenai respon pasien terhadap


masalah kesehatan (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017). Diagnosa berdasarkan SDKI
adalah :
a.Gangguan pertukaran gas (D.0003)

Definisi : kelebihan atau kekurangan oksigenasi dan atau eliminasi karbondioksida pada

membran alveolus kapiler

Penyebab : Perubahan membran alveolus-kapiler Batasan karakteristik :

Kriteria mayor :

1) Subjektif : Dispnea

2) Objektif :PCO2 meningkat/menurun, PO2 menurun, takikardia, pH arteri

meningkat/menurun, bunyi nafas tambahan

Kriteria minor :

1) Subjektif : Pusing, penglihatan kabur

2) Objektif : Sianosis, diaforesis, gelisah,nafas cuping hidung, pola nafas abnormal, warna

kulit abnormal, kesadaran menurun.

b. Pola nafas tidak efektif (D.0005)

Definisi : inspirasi dan/atau ekprasi yang tidak memberikan ventilasi adekuat

Penyebab : hambatan upaya nafas (mis: Nyeri saat bernafas) Batasan karakteristik :

Kriteria mayor :

1) Subjektf : Dipsnea

2) Objektif : Penggunaan otot bantu pernafasan, fase ekspirasi memanjang, pola nafas

abnormal

1) Subjektif : Ortopnea

2) Objektif : Pernafasan pursed, pernafasan cuping hidung, diameter thoraks anterior-

posterior meningkat, ventilasi semenit menurun, kapasitas vital menurun, tekanan

ekpirasi dan inspirasi menurun, ekskrusi dada berubah.

Kondisi klinis terkait : Trauma Thorax


c. Penurunan curah jantung (D.0008)

Definisi : ketidakadekuatan jantung memompa darah untuk memenuhi kebutuhan

metabolisme tubuh

Penyebab : perubahan preload, perubahan afterload dan/atau perubahan kontraktilitas

Batasan karakteristik : Kriteria mayor :

1) Subjektif : Lelah

2) Objektif : Edema, distensi vena jugularis, central venous pressure (CVP)

meningkat/,menurun

1) Subjektif :

2) Objektif : Murmur jantung, berat badan bertambah,

pulmonary artery wedge pressure (PAWP) menurun Kondisi klinis terkait : Gagal Jantung

Kongestif

d. Nyeri akut (D.0077)

Definisi : pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan jaringan

aktual atau fungsional dengan onset mendadak atau lambatberintensitas ringan hingga berat

yang berlangsung kurang dari 3 bulan.

Penyebab : agen pencedera fisiologis (mis: iskemia)


Batasan karakteristik :

Kriteria mayor :

1) Sujektif : Mengeluh nyeri

2) Objektif : Tampak meringis, bersikap protektif, gelisah, frekuensi nadi meningkat, sulit
tidur
1) Subjektif : -
2) Objektif : Tekanan darah meningkat, pola nafas berubah, nafsu makan berubah, proses
berpikir terganggu, menarik diri, berfokus pada diri sendiri, diaforesis.
e. Hipervolemia (D.0022)

Definisi : peningkatan volume cairan intravaskuler, interstisiel, dan/atau intraseluler.

Penyebab : ganguan mekanisme regulasi Batasan karakteristik :

Kriteria mayor :

1) Subjektif : Ortopnea, dispnea, paroxymal nocturnal dyspnea (PND)


2) Objektif : Edema anasarka dan/atau edema perifer, berat badan meningkat dalam waktu
singkat, JVP dan/atau CVP meningkat , refleks hepatojugular (+)
Kriteria minor :
1) Subjektif : -
2) Objektif : Distensi vena jugularis, suara nafas tambahan, hepatomegali, kadar Hb/Ht
turun, oliguria, intake lebih banyak dari output, kongesti paru.
f. Perfusi perifer tidak efektif (D.0009)
Definisi : penurunan sirkulasi darah pada level kalpiler yang dapat menggangu

metabolisme tubuh

Penyebab : penurunan aliran arteri dan/atau vena Batasan karakteristik :

Kriteria mayor :

1) Subjektif : -

2) Objektif : Pengisian kapiler >3 detik, nadi perifer menurun atau tidak teraba, akral

teraba dingin, warna kulit pucat, tugor kulit menurun.

1) Subjektif : Parastesia, nyeri ektremitas (klaudikasi intermiten)

2) Objektif : Edema, penyembuhan luka lambat, indeks

ankle- brakial <0,90, bruit femoralis Kondisi klinis terkait : Gagal Jantung Kongestif

g. Intoleransi aktivitas (D.0056)

Definisi : ketidakcukupan energi untuk melakukan aktivitas sehari-hari

Penyebab : kelemahan Batasan karakteristik :

Kriteria mayor :

1) Subjektif : Mengeluh lelah

2) Objektif : Frekuensi jantung meningkat >20% dari kondisi istirahat

1) Subjektif : Dispnea saat/setelah beraktifitas, merasa tidak nyaman setelah beraktifitas,

merasa lemah

2) Objektif : Tekanan darah berubah >20% dari kondisi

istirahat, gambaran EKG menunjukkan aritmia saat/setelah aktifitas, gambaran EKG

menunjukkan iskemia,sianosis

Kondisi klinis terkait : Gagal Jantung Kongestif

h. Ansietas (D.0080)
Definisi : kondisi emosi dan pengalaman subyektif individu terhadap objek yang tidak jelas
dan spesifik akibat antisipasi bahaya yang memungkinkan individu melakukan tindakan
untuk menghadapi ancaman.
Penyebab : kurang terpapar informasi
Batasan karakteristik :
Kriteria mayor :
1) Subjektif : Merasa bingung, merasa khawatir dengan akibat dari kondisi yang dihadapi,
sulit berkonsentrasi
2) Objektif : Tampak gelisah, tampak tegang, sulit tidur Kriteria minor :
1) Subjektif : Mengeluh pusing, anorexia, palpitasi, merasa tidak berdaya
2) Objektif : Frekuensi napas dan nadi meningkat, tekanan darah meningkat, diaforesis,
tremor, muka tampak pucat, suara bergetar, kontak mata buruk, sering berkemih,
berorientasi pada masa lalu
i. Defisit nutrisi (D.0019)

Definisi : asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolisme.

Penyebab: ketidakmampuan mencerna makanan, faktor psikologis (mis: stress, keengganan

untuk makan).

Batasan karakteristik : Kriteria mayaor :

1) Subjektif : -

2) Objektif : Berat badan menurun minimal 10 % dibawah rentang ideal

Kriteria minor :

1) Subjektif : Cepat kenyang setelah makan, kram/nyeri abdomen, nafsu makan menurun.

2) Objektif : Bising usus hiperaktif, otot pengunyah lemah, otot menelan lemah, membran

mukosa pucat, sariawan, serum albumin turun, rambut rontok berlebihan, diare.

j. Resiko Gangguan integritas kulit (D.0139)


Definisi : beresiko mengalami kerusakan kulit (dermis dan/atau epidermis) atau jaringan
(membran mukosa, kornea, fasia, otot, tendon, tulang, kartilago, kapsul sendi, dan/atau
ligamen)
Faktor resiko : kekurangan/kelebihan cairan, kurang terpapar informasi tentang upaya
mempertahankan/ melindungi integritas jaringan
Kondisi klinis terkait : Gagal Jantung Kongestif
3. Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan adalah segala bentuk treatment yang dikerjakan oleh perawat

didasarkan pada pengetahuan dan penilaian klinis untuk mencapai tujuan luaran yang

diharapkan (Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018). Diagnosa berdasarkan SIKI adalah :

Tabel : 2.2 intervensi keperawatan

Dx. keperawatan Tujuan dan Kriteria Intervensi


hasil
1.Gangguan Tujuan : (Pemantauan Respirasi I.01014)
pertukaran gas b.d Setelah dilakukan 1.1 Monitor frekuensi irama, kedalaman
perubahan tindakan keperawatan dan upaya nafas
membran diharapkan pertukaran 1.2 Monitor pola nafas
alveolus-kapiler gas meningkat. 1.3 Monitor kemampuan batuk efektif
1.4 Monitor nilai AGD
Kriterian hasil : 1.5 Monitor saturasi oksigen
(Pertukaran gas 1.6 Auskultasi bunyi nafas
L.01003) 1.7 Dokumentasikan hasil pemantauan
1.Dipsnea menurun 1.8 Jelaskan tujuan dan prosedur
2.bunyi nafas pemantauan
tambahan menurun 1.9 Informasikan hasil pemantauan, jika
3.pola nafas membaik perlu
4. PCO2 dan O2 1.10 Kolaborasi penggunaan oksigen saat
membaik aktifitas dan/atau tidur

2.Pola nafas tidak Tujuan : (Manajemen jalan nafas I.01011)


efektif b.d Setelah dilakukan 2.1 Monitor pola nafas (frekuensi,
hambatan upaya tindakan keperawatan kedalaman, usaha nafas)
nafas (mis: nyeri diharapkan pola nafas 2.2 Monitor bunyi nafas tambahan (mis:
saat bernafas) membaik. gagling, mengi, Wheezing, ronkhi)
2.3 Monitor sputum (jumlah, warna, aroma)
Kriteria hasil : 2.4 Posisikan semi fowler atau fowler
(pola nafas L.01004) 2.5 Ajarkan teknik batuk efektif
1. Frekuensi nafas 2.6 Kolaborasi pemberian bronkodilato,
dalam rentang normal ekspetoran, mukolitik, jika perlu.
2. Tidak ada
pengguanaan otot
bantu pernafasan
3. Pasien tidak
menunjukkan tanda
dipsnea
3.Penurunan Tujuan : (Perawatan jantung I.02075)
curah jantung b.d setelah dilakukan 3.1 Identifikasi tanda/gejala primer
perubahan tindakan keperawatan penurunan curah jantung
preload / diharapkan curah 3.2 Identifikasi tanda/gejala sekunder
perubahan jantung meningkat. penurunan curah jantung
afterload / 3.3 Monitor intake dan output cairan
perubahan Kriteria hasil : 3.4 Monitor keluhan nyeri dada
kontraktilitas (curah jantung 3.5 Berikan terapi terapi relaksasi untuk
L.02008) mengurangi strees, jika perlu
1.Tanda vital dalam 3.6 Anjurkan beraktifitas fisik sesuai
rentang normal toleransi
2.Kekuatan nadi 3.7 Anjurkan berakitifitas fisik secara
perifer meningkat bertahap
3. Tidak ada edema 3.8 Kolaborasi pemberian antiaritmia,
jika perlu
4.Nyeri akut b.d Tujuan : setelah (Manajemen nyeri I.08238)
gen penedera dilakukan 4.1 Identifikasi lokasi, karakteristik nyeri,
fisiologis (Mis: tindakan durasi, frekuensi, intensitas nyeri
Iskemia) keperawatan 4.2 Identifikasi skala nyeri
diharapkan tingkat 4.3 Identifikasi faktor yang memperberat
nyeri menurun. dan memperingan nyeri
4.4 Berikan terapi non farmakologis untuk
Kriteria hasil : mengurangi rasa nyeri
Tingkat nyeri 4.5 Kontrol lingkungan yang memperberat
(L.08066) rasa nyeri (mis: suhu ruangan,
1. Pasien mengatakan pencahayaan,kebisingan)
nyeri berkurang dari 4.6 Anjurkan memonitor nyeri secara
skala 7 menjadi 2 mandiri
2.Pasien menunjukkan 4.7 Ajarkan teknik non farmakologis untuk
ekspresi wajah tenang mengurangi nyeri
3.Pasien dapat 4.8 Kolaborasi pemberian analgetik, jika
beristirahat dengan perlu
nyaman

5.Hipervolemia Tujuan : (Manajemen hipervolemia I.03114)


b.d gangguan setelah dilakukan 5.1 Periksa tanda dan gejala hipervolemia
mekanisme tindakan keperawatan (mis:ortopnes,dipsnea,edema,
regulasi diharapkan JVP/CVP meningkat,suara nafas
keseimbangan cairan tambahan)
meningkat. 5.2 Monitor intake dan output cairan
5.3 Monitor efek samping diuretik (mis :
Kriterian hasil : hipotensi ortortostatik, hipovolemia,
(keseimbangan ciran hipokalemia, hiponatremia)
L. 03020) 5.4 Batasi asupan cairan dan garam
1.Tererbebas dari 5.5 Anjurkan melapor haluaran urin <0,5
edema mL/kg/jam dalam 6 jam
2.Haluaran urin 5.6 Ajarkan cara membatasi cairan
meningkat 5.7 Kolaborasi pemberian diuretik
3. Mampu mengontrol
asupan cairan
6.Perfusi perifer Tujuan : (Perawatan sirkulasi I.02079)
tidak efektif b.d setelah dilakukan 6.1 Periksa sirkulasi perifer(mis:nadi
penurunan aliran tindakan keperawatan perifer,edema,pengisian kapiler,
arteri dan/atau diharapkan perfusi warna,suhu)
vena perifer meningkat. 6.2 Identifikasi faktor resiko gangguan
sirkulasi
Kriteria hasil : perfusi 6.3 Lakukan hidrasi
perifer (L.02011) 6.4 Anjurkan menggunakan obat penurun
1.Nadi perifer teraba tekanan darah, antikoagulan, dan
kuat penurun kolestrol, jika perlu
2. Akral teraba hangat 6.5 Anjurkan minum obat pengontrol
3.Warna kulit tidak tekanan darah secara teratur
pucat 6.6 Informasikan tanda dan gejala darurat
yanng harus dilaporkan.
7.Intoleransi Tujuan : (Manajemen energi I.050178)
aktifitas b.d setelah dilakukan 7.1 Monitor kelelahan fisik dan emosional
kelemahan tindakan keperawatan 7.2 Monitor pola dan jam tidur
diharapkan toleransi 7.3 Sediakan lingkungan yang nyaman dan
aktifitas meningkat. rendah stimulus (mis: cahaya, suara,
kunjungan)
Kriteria hasil : 7.4 Berikan aktifitas distraksi yang
Toleransi aktivitas menenangkan
(L.05047) 7.5 Anjurkan tirah baring
1. kemampuan 7.6 Anjurkan melakukan aktifitas secara
melakukan aktifitas bertahap
sehari-hari meningkat 7.7 Kolaborasi dengan ahli gizi tentang
2.Pasien Mampu cara meningkatkan asupan makanan
berpindah dengan atau
tanpa bantuan
3.Pasien mangatakan
dipsnea saat dan/atau
setelah aktifitas
menurun
8. Ansietas b.d Tujuan : (Terapi reduksi I.09314)
kurang terpapar setelah dilakukan 8.1 Identifikasi saat tingkat ansietas
informasi tindakan keperawatan berubah
diharapkan tingkat 8.2 Pahami situasi yang membuat
ansietas menurun. ansietas
8.3 Dengarkan dengan penuh perhatian
Kriterian hasil : 8.4 Gunakan pendekatan yang teang dan
(Tingkat ansietas meyakinkan
L.09093) 8.5 Informasikan secara faktual mengenai
1.Pasien mengatakan diagnosis, pengobatan, dan prognosis
telah memahami 8.6 Anjurkan keluarga untuk tetap
penyakitnya menemani pasien, jika perlu
2.Pasien tampak 8.7 Anjurkan mengungkapkan perasaan
tenang dan persepsi
3.Pasien dapat
beristirahat dengan
nyaman
9.Defisit nutrisi Tujuan : (Manajemen gangguan makan I.03111)
b.d setelah dilakukan 9.1 Monitor asupan dan keluarnya
ketidakmampuan tindakan keperawatan makanan dan cairan serta kebutuhan
mencerna diharapkan status kalori
makanan, faktor nutrisi membaik. 9.2 Timbang berat badan secara rutin
psikologis 9.3 Anjurkan membuat catatan harian
(mis:stress,keeng Kriteria hasil : (status tentang perasaan dan situasi pemicu
ganan untuk nutrisi L.03030) pengeluaran makanan
makan) 1. Porsi makan yang (mis:pengeluaran yang disengaja,
dihabiskan meningkat muntah, aktivitas berlebihan)
2. Perasaan cepat 9.4 Kolaborasi dengan ahli gizi tentang
kenyang menurun target berat badan, kebutuhan kalori
3. Nafsu makan dan pilihan makanan
membaik
10.Resiko Tujuan : (Edukasi Edema I.12370)
gangguan setelah dilakukan 10.1 Identifikasi kemampuan pasien dan
integritas kulit d.d tindakan keperawatan keluarga menerima informasi
kelebihan volume diharapkan integritas 10.2 Persiapkan materi dan media
cairan kulit dan jaringan edukasi (mis: formulir balance
meningkat. cairan)
10.3 Berikan kesempatan pasien dan
Kriteria hasil : keluarga bertanya
(integritas kulit dan 10.4 Jelaskan tentang defenisi, tanda, dan
jaringan L.14125) gejala edema
1.Resiko kerusakan 10.5 Jelaskan cara penanganan dan
jaringan integritas pencegahan edema
kulit meningkat 10.6 Intruksikan pasien dan keluarga
2. Tidak ada tanda untuk menjelaskan kembali definisi,
kemerahan penyebab, gejala dan tanda,
3..Tidak ada keluhan penanganan dan pencegahan edema.
nyeri pada daerah
edema

Sumber : Standar Intervensi Keperawatan Indonesia dalam


(PPNI,2018)
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan
oleh perawat untuk membantu pasien dari masalah status kesehatan yang
dihadapi kestatus kesehatan yang baik yang menggambarkan kriteria hasil
yang diharapkan. Proses pelaksanaan implementasi harus berpusat kepada
kebutuhan pasien, faktor-faktor lain yang mempengaruhi kebutuhan
keperawatan, strategi implementasi keperawatan, dan kegiatan komunikasi
(Dinarti & Muryanti, 2017)
5. Evaluasi keperawatan
Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan yang merupakan
perbandingan yang sistemastis dan terencana antara hasil akhir yang teramati
dan tujuan atau kriteria hasil yang dibuat pada tahap perencanaan.
a) Evaluasi Formatif
Hasil observasi dan analisa perawat terhadap respon pasien segera
pada saat setelah dilakukan tindakan keperawatan. Ditulis pada catatan
perawatan, dilakukan setiap selesai melakukan tindakan keperawatan.
b) Evaluasi Sumatif SOAP
Rekapitulasi dan kesimpulan dari observasi dan analisa status
kesehatan sesuai waktu pada tujuan. Ditulis pada catatan perkembangan
yang merupakan rekapan akhir secara paripurna, catatan naratif, penderita
pulang atau pindah.
DAFTAR PUSTAKA

Adilia K. F. S (2017) Effectivenes of Inspiratory Muscle Training on sleep


and functional capacity to exercise in obstructive sleep apnea : a
randomaized controlled trial.sleep breathing physiology and
disorder. Original Article
Arinda, Novi. (2018). ‘Asuhan Keperawatan Pasien Congestive Heart Failure
Pada Ny. N dan Ny. M Dengan Masalah Keperawatan Intoleran
Aktivitas Di Ruang Melati RSUD dr. Haryoto Lumajang Tahun
2018’. Karya Tulis Ilmiah, Prodi D-III Keperawatan. Lumajang :
Universitas Jember.
Azkalika, Alfiah. (2017). ‘Asuhan Keperawatan Pasien Yang Mengalami
Gagal Jantung Kongestif Dengan Ketidakefektifan Pola Nafas Di
Ruang Aster 5 Rsud Dr. Moewardi’. Karya Tulis Ilmiah, Prodi D-
III Keperawatan. Surakarta : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Kusuma Husada.
Bariyatun, Samsi. (2018). Penerapan Pemberian Oksigen Pada Pasien CHF
Dengan Gangguan Kebutuhan Oksigen Di RSUD Wates Kulon
Progo. Yogyakarta : Poltekkes Kemenkes Yogyakarta
Corwin. (2016). Guidelines for the management of Acute Coronary
Syndrome in Patients Presenting Without Persistent ST-Segment
Elevation. European Heart Journal. Vo.32,2999-3054.
Didik, Aji Asmoro. (2017). Asuhan Keperawatan Pada Pasien Congestive
Heart Failure (Chf) Dengan Penurunan Curah Jantung Melalui
Pemberian Terapi Oksigen Di Ruang Icu Pku Muhammadiyah
Gombong. KTI, Prodi DIII Keperawatan. Gombong : Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Gombong
Harigustian, Yayang. (2017). Pengaruh Latihan Otot Inspirasi Terhadap
Penurunan Skala Dispnea Dan Peningkatan Kapasitas Fungsional
Pasien Gagal Jantung. Thesis, Program Magister Keperawatan.
Yogyakarta : Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Herdman, H dan Shigemi. (2015). Diagnosa Keperawatan Definisi Dan
Klasifikasi 2015-2017. Jakarta: EGC.
Hesti Platini, Endah Panca Lydia, dan Nurlaeci. (2018). “Inspirasi
Muscle Training (IMT) Terhadap Nilai Saturasi Oksigen (SpO2)
Pada Klien .Dengan Gagal Jantung Kongestif”. Jurnal Kesehatan
Holistik (The Journal of Holistic Healthcare), Volume 12, No.1,
Januari 2018: 34-37
Indriyani. (2017). Efektifitas Inspiratory Muscle Training Terhadap
Penurunan Tekanan Darah Pada Lansia Dengan Hipertensi di
Balai Pelayanan Sosial Lansia Dewanata Cilacap. Bachelor thesis.
Universitas Muhammasiyah Purwokerto.
Kasron. (2016). Buku Ajar Keperawatan Sistem Kardiovaskuler. Jakarta:
Trans Info Media.
Khairul. (2019). ‘Analisis Praktik Klinik Keperawatan Pada Pasien
Congestive Terhadap Kestabilan Tekanan Darah Dan Nadi Di
Ruang Iccu Rsud Abdul Wahab Sjahranie Samarinda Heart
Failure (CHF) Dengan Intervensi Inovasi Terapi Yoga Pernafasan
Tahun 2019’. Skripsi, Program Studi S1 Keperawatan.
Samarinda : Universitas Muhammadiyah Kalimantan Timur.
Magdalena, Silaban. (2019). Asuhan Keperawatan Pada Klien Yang
Mengalami Congestive Heart Failure Dengan Kelebihan Volume
Cairan Menggunakan Penghitungan Balance Cairan di Rumah
Sakit Umum Daerah Pandan Kabupaten Tapanuli Tengah. KTI,
Prodi DIII Keperawatan. Pandan : Akper Pemkab Tapanuli
Tengah.
Maulidta K W (2015). “Gambaran Karakteristik Pasien CHF di Instalasi
Rawat Jalan RSUD Tugurejo Semarang”. Akademi Keperawatan
Widya Husada
Meiriza. (2017). Intervensi Keperawatan Dalam Upaya Peningkatan
Keefektifan Pola Nafas Pada Pasien CHF. KTI, Prodi DIII
Keperawatan. Surakarta : Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Surakarta.
Nurarif,a.h. (2015).Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosis
Medis Dan Nanda Nic Noc.yogyakarta : medication publishing
yogyakarta.
Ongkowijaya, J., & Wantania, F. E. (2016). Hubungan Hiperurisemia
Dengan Kardiomegali Pada Pasien Gagal Jantung Kongestif. 4,
0–5.
PPNI, Tim Pokja SDKI DPP. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan
Indonesia. DPP PPNI. Jakarta Selatan.
PPNI, Tim Pokja SIKI DPP . (2018). Standar Intervensi Keperawatan

Indonesia. DPP PPNI. Jakarta Selatan.


PPNI, Tim Pokja SLKI DPP. (2018). Standar Luaran Keperawatan
Indonesia. DPP PPNI.Jakarta Selatan.
Priharjo, robert. (2013). Pengkajian Fisik Keperawatan. Jakarta : Penerbit
Buku Kedokteran. EGC.

Anda mungkin juga menyukai