Anda di halaman 1dari 33

ASUHAN KEPERAWATAN PALIATIF PADA PASIEN DENGAN

CONGESTIVE HEART FAILURE (CHF) ANAK & DEWASA

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Menjelang ajal & Paliatif

Dosen Pengampu : Ns. Zulmah Astutik., M. Kep

Disusun Oleh Kelompok 5

Ayu Meliyanti (1811102411067)


Ayu Sri Anggraini (1811102411069)
Ranung Ningtyas (1811102411149)
Revina Larasati Devi (1811102411196)
Sari Puspita Ningrum (1811102411164)
Siti Haliza (1811102411174)
Noni Afriani (1811102411194)

PRODI S1 ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KALIMANTAN TIMUR
2020 / 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami persembahkan kehadirat Allah SWT, di mana berkat rahmat dan
hidayahnya lah kami dapat menyelesaikan tugas kelompok dengan tema “ASUHAN
KEPERAWATAN DENGAN PENYAKIT CONGESTIVE HEART FAILURE (CHF) PADA
ANAK & DEWASA” sesuai dengan waktu yang di tetapkan. Tugas ini di susun berdasarkan
penjelasan yang di berikan dan media internet yang valid. Sehingga kami berharap agar hasil dari
tugas ini bermanfaat sebagai informasi yang penting bagi para pembaca.

Dalam penyusunan penugasan ini, kami mendapatkan bimbingan dan dorongan dari
berbagai pihak, untuk itu perkenankan kami mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ibu Ns. Zulmah Astutik., M. Kep selaku dosen yang mengajar Keperawatan
Menjelang ajal & Paliatif.
2. Kepada orang tua yang selalu memberikan semangat dan motivasi.
3. Kepada teman teman dan sahabat sejawat seperjuangan yang selalu setia dan
senantiasa untuk menolong, menegur dan mengingatkan kami jika terjadi kesalahan.

Kami menyakini masih banyak sisi kekurangan dari penulisan penugasan ini. Maka dari itu
kritik dan sarannya sangat diharapkan guna membangun perkembangan informasi sesuai dengan
harapan kita semua.

Samarinda, 12 Maret 2021

Kelompok 5

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................................................ii
DAFTAR ISI.......................................................................................................................................iii
BAB I...................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN................................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang............................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan........................................................................................................................2
1.4 Manfaat Penulisan......................................................................................................................2
BAB II..................................................................................................................................................3
TINJAUAN TEORI.............................................................................................................................3
2.1 KONSEP PALIATIF CARE......................................................................................................3
2.2 KONSEP CHF ANAK...............................................................................................................5
2.3 KONSEP CHF DEWASA........................................................................................................12
BAB III...............................................................................................................................................18
PEMBAHASAN................................................................................................................................18
3.1 PEMBAHASAN CHF PADA ANAK.................................................................................18
A. PENGKAJIAN....................................................................................................................18
B. DIAGNOSA........................................................................................................................19
C. SLKI DAN SIKI..................................................................................................................20
3.2 PEMBAHASAN CHF PADA DEWASA...........................................................................22
A. PENGKAJIAN....................................................................................................................22
B. DIAGNOSA........................................................................................................................23
C. SLKI DAN SIKI..................................................................................................................23
BAB IV...............................................................................................................................................26
PENUTUP..........................................................................................................................................26
4.1 Kesimpulan...............................................................................................................................26
4.2 Saran.........................................................................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................................27

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Gagal jantung adalah sindrom klinis kompleks yang diakibatkan oleh gangguan
jantung fungsional atau struktural, yang mengganggu pengisian ventrikel atau pengeluaran
darah ke sirkulasi sistemik untuk memenuhi kebutuhan sistemik. Gagal jantung dapat
disebabkan oleh penyakit endokardium, miokardium, perikardium, katup jantung, pembuluh
darah, atau gangguan metabolisme. Kebanyakan pasien gagal jantung memiliki gejala
akibat gangguan fungsi miokard ventrikel kiri. Pasien biasanya datang dengan gejala
dispnea, penurunan toleransi olahraga dan retensi cairan, ditandai dengan edema paru dan
perifer. (Malik, 2020)

Data yang diperoleh dari World Health Organization (WHO) tahun 2016
menunjukkan bahwa pada tahun 2015 terdapat 23 juta atau sekitar 54% dari total kematian
disebabkan oleh Congestive Heart Failure (CHF). Penelitian yang telah dilakukan di
Amerika Serikat menunjukkan bahwa resiko berkembangnya Congestive Heart Failure
(CHF) adalah 20% untuk usia ≥ 40 tahun dengan kejadian > 650.000 kasus baru yang
didiagnosis Congestive Heart Failure (CHF) selama beberapa dekade terakhir. Kejadian
Congestive Heart Failure (CHF) meningkat dengan bertambahnya umur. Tingkat kematian
untuk Congestive Heart Failure (CHF) sekitar 50% dalam kurun waktu lima tahun.
(Rispawati, 2019)

Salah satu penyebab utama dari mortalitas dan morbiditas pada anak – anak adalah
gagal jantung kongestif atau Congestive Heart Failure (CHF). Gagal jantung kongestif
adalah keadaan dimana jantung tidak cukup mampu memompa darah ke seluruh tubuh,
untuk mengembalikan darah melalui vena tidak adekuat, maupun kombinasi keduanya. Usia
menjadi penyebab paling mungkin anak mengalami gagal jantung kongestif. (Setyawati,
2017)

Menurut World Health Organization (WHO) pada anak-anak, penyebab gagal jantung
sangat berbeda dan banyak kasus disebabkan oleh malformasi kongenital, seperti aliran
darah kiri ke kanan. Pada pasien ini fungsi keduanya yaitu ventrikel kanan dan kiri akan
terpengaruh dan anak-anak ini menderita gagal jantung output tinggi. Penyebab signifikan
lain dari gagal jantung pada anak-anak adalah kardiomiopati dan toksisitas antrasiklin, yang
menyebabkan gagal jantung output rendah. Di negara berkembang, banyak kasus yang
disebabkan atau diperburuk oleh anemia, sering kali akibat malaria dan malnutrisi. Baru-
baru ini juga telah diidentifikasi bahwa bayi dari kelompok etnis minoritas di negara maju
mungkin berisiko mengalami gagal jantung terkait dengan hipokalsemia dan kekurangan
vitamin D.

1
Gagal jantung kongestif pada bayi dan anak merupakan kegawatdaruratan yang sangat
sering dijumpai oleh petugas kesehatan dimanapun berada. Keluhan dan gejala sering tidak
khas dan sangat bervariasi sehingga sulit dibedakan dengan akibat penyakit lain diluar
jantung. Penyebab, gejala klinis, determinan dan penatalaksanaan gagal jantung kongestif
pada bayi dan anak berbeda dengan orang dewasa, walaupun mekanisme dasarnya sama
untuk semua usia. (Willim, 2020)

Pada orang dewasa, gagal jantung biasanya dikarenakan kegagalan ventrikel kiri,
dengan penyebab yang paling umum di negara maju adalah penyakit arteri koroner; jantung
yang diinduksi, hipertensi, stres, aritmia, dan penyakit katup. Di negara berkembang, hal
tersebut telah dilaporkan bahwa ada penyebab lain yang sering kali terlibat, termasuk
penyakit jantung rematik (20,1%) dan kardiomiopati (16,8%).

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana konsep paliatif care secara umum?
2. Bagaimana konsep Congestive Heart Failure (CHF) pada anak?
3. Bagaimana konsep Congestive Heart Failure (CHF) pada dewasa?
4. Bagaimana asuhan keperawatan Congestive Heart Failure (CHF) pada anak?
5. Bagaimana asuhan keperawatan Congestive Heart Failure (CHF) pada dewasa?

1.3 Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui konsep paliatif care secara umum


2. Untuk mengetahui konsep Congestive Heart Failure (CHF) pada anak
3. Untuk mengetahui konsep Congestive Heart Failure (CHF) pada dewasa
4. Untuk mengetahui asuhan keperawatan Congestive Heart Failure (CHF) pada anak
5. Untuk mengetahui asuhan keperawatan Congestive Heart Failure (CHF) pada
dewasa

1.4 Manfaat Penulisan


1. Diharapkan dapat menjadi sumber informasi bagi mahasiswa dan menjadi salah satu
referensi bagi penulisan makalah selanjutnya tentang perawatan paliatif CHF pada
anak dan dewasa
2. Menjadi pengalaman berharga bagi penulis dan menambah pengetahuan penulis
tentang perawatan paliatif CHF pada anak dan dewasa

2
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 KONSEP PALIATIF CARE


1. Pengertian Paliatif care pada Anak
Asuhan keperawatan Paliatif pada Anak adalah perawatan secara aktif dan
menyeluruh terhadap fisik, fikiran dan jiwa anak termasuk pemberian dukungan kepada
keluarga. Perawatan dimulai Ketika penyakit terdiagnosa dan terus berlanjut, terlepas
dari apakah anak tersebut menerima pengobatan untuk penyakitnya. Penyedia layanan
Kesehatan harus mengevaluasi dan mengurangi tekanan fisik, psikologis dan social
pada anak.
Asuhan keperawatan paliatif yang efektif membutuhkan pendekatan yang
multidisiplin yang luas yang melibatkan keluarga serta mempergunakan sumber-sumber
daya yang ada di komunitas. Asuhan tetap dapat berhasil diterapkan meskipun sumber
daya yang ada terbatas. Asuhan paliatif Anak dapat disediakan di rumah sakit rujukan,
di puskesmas atau bahkan di rumah pasien.

2. Tujuan Paliatif Care pada Anak


a. Menerima perawatan paliatif praktik terbaik berdasarkan bukti sesuai dengan
kebutuhan anak.
b. Berpartisipasi dalam pengambilan keputusan dan perencanaan perawatan sepanjang
perawatan mereka.
c. Memiliki akses terhadap perawatan paliatif spesialis setiap saat selama sakit.
d. Menerima perawatan yang terkoordinasi.
e. Menerima perawatan dan dukungan dalam pengaturan pilihan mereka.

3. Prinsip Paliatif care pada Anak

3
a. Menghormati serta menghargai pasien dan keluarga. Kebutuhan keluarga harus di
adakan / disiapkan selama dan setelah anak meninggal untuk meningkatkan
kemampuannya dalam menghadapi cobaan yang berat.
b. Kesempatan atau hak mendapatkan kepuasan dan perawatan paliatif yang pantas.
c. Mendukung pemberi perawatan.
d. Pengembangan profesi dan dukungan social untuk perawatan paliatif anak.

4. Pengertian Paliatif Care Dewasa


Perawatan paliatif adalah perawatan pada seorang pasien dan keluarganya yang
memiliki penyakit yang tidak dapat disembuhkan dengan cara memaksimalkan kualitas
hidup pasien serta mengurangi gejala yang mengganggu, mengurangi nyeri dengan
memperhatikan aspek psikologis dan spiritual. Perawatan ini juga menyediakan sistem
pendukung untuk menolong keluarga pasien menghadapi kematian dari anggota
keluarga yang dicintai sampai pada proses perkabungan. Dimulai sejak penyakit
terdiagnosis.
Perawatan paliatif adalah perawatan kesehatan terpadu yang bersifat aktif dan
menyeluruh, dengan pendekatan multidisiplin yang terintegrasi antara dokter, perawat,
terapis, petugas sosial-medis, psikolog, rohaniwan, relawan, dan profesi lain yang
diperlukan.

5. Tujuan Paliatif Care Dewasa


Tujuan perawatan paliatif untuk mengurangi penderitaan pasien, meningkatkan
kualitas hidupnya, juga memberikan support kepada keluarganya. Jadi, tujuan utama
perawatan paliatif bukan untuk menyembuhkan penyakit dan yang ditangani bukan
hanya penderita, tetapi juga keluarganya. Meski pada akhirya pasien meninggal, yang
terpenting sebelum meninggal dia sudah siap secara psikologis dan spiritual, serta tidak
stres menghadapi penyakit yang dideritanya.
Kualitas hidup pasien adalah keadaan pasien yang dipersepsikan sesuai konteks
budaya dan sistem nilai yang dianutnya, termasuk tujuan hidup, harapan, dan niatnya.

6. Prinsip Paliatif care Dewasa

4
Prinsip-prinsip Perawatan Paliatif adalah menghargai setiap kehidupan,
menganggap kematian sebagai proses yang normal, tidak mempercepat atau menunda
kematian, menghargai keinginan pasien dalam mengambil keputusan, menghilangkan
nyeri dan keluhan lain yang mengganggu, mengintegrasikan aspek psikologis, sosial,
dan spiritual dalam perawatan pasien dan keluarga, menghindari tindakan medis yang
sia-sia, memberikan dukungan yang diperlukan agar pasien tetap aktif sesuai dengan
kondisinya sampai akhir hayat, memberikan dukungan kepada keluarga dalam masa
duka cita.
Tenaga kesehatan yang berorientasi pada Paliatif harus memliki sikap peduli
terhadap pasien (empati), menganggap pasien sebagai seorang individu karena setiap
pasien adalah unik, mempertimbangkan budaya pasien seperti faktor etnis, ras, agama,
dan faktor budaya lainnya yang bisa mempengaruhi penderitaan pasien. Persetujuan dari
pasien dan/atau keluarganya adalah mutlak diperlukan sebelum perawatan dimulai.
Pasien dapat memilih tempat dilakukannya perawatan. Misalnya pasien dengan penyakit
terminal dapat meminta untuk diberi perawatan di rumah sehingga dapat diberikan
pelayanan kunjungan rumah.

2.2 KONSEP CHF ANAK


1. Pengertian
Gagal jantung pada anak merupakan masalah kesehatan masyarakat serius
dengan angka morbiditas dan mortalitas yang tinggi, terutama di negara
berkembang. Penyebab gagal jantung pada anak sangat berbeda dengan orang
dewasa. Penyebab umum gagal jantung pada orang dewasa seperti iskemia,
hipertensi, dan inflamasi katup jarang ditemukan pada anak.
Congestive heart failure yaitu syndrome klinis (sekumpulan tanda dan
gejala), ditandai oleh sesak napas dan fatik (saat istirahat atau saat aktifitas) yang
disebabkan oleh kelainan struktur atau fungsi jantung.Gagal jantung dapat
disebabkan oleh gangguan yang mengakibatnya terjadinya pengurangan pengisian
ventrikel (disfungsi diastolic) dan/atau kontraktilitas miokardial (disfungsi sistolik).
(Suddarth, dkk 2009 dalam buku Amin, dkk 2016)

2. Etiologi
Penyebab gagal jantung pada anak berbeda signifikan dengan orang dewasa.
PJB dan kardiomiopati merupakan penyebab utama gagal jantung pada anak. Gagal

5
jantung pada bayi baru lahir sering disebabkan oleh kardiomiopati fetal atau
penyebab non-kardiak seperti sepsis, hipoglikemia, dan hipokalsemia. Setelah
minggu pertama kehidupan, penutupan duktus arteriosus pada pasien PJB dengan
sirkulasi sistemik tergantung duktus (misalnya stenosis aorta berat, koarktasio aorta,
dan sindrom hipoplastik jantung kiri) dapat menyebabkan gagal jantung akut dan
syok.

3. Manifestasi
Manifestasi gagal jantung kiri meliputi: takipnea, sesak, distres pernapasan,
kongesti paru, ortopnea, dan gambaran curah jantung rendah (kesulitan makan,
letargi, palor, diaforesis, akral dingin, gagal tumbuh, dan sinkop). Manifestasi gagal
jantung kanan meliputi: hepatomegali, asites, efusi pleura, edema perifer, dan
peningkatan tekanan vena jugularis. Poin penting yang perlu diingat, bahwa
peningkatan tekanan vena jugularis, edema perifer, efusi pleura, dan krepitasi dada
jarang ditemukan pada bayi dan anak usia muda sebagai tanda gagal jantung.
Gejala dan tanda gagal jantung pada anak bervariasi tergantung umur dan
keparahan penyakit. Gambaran klinis yang sering ditemukan pada bayi dan anak usia
muda meliputi kesulitan makan (waktu makan memanjang, volume asupan sedikit,
dan refluks), takipnea, distres pernapasan, diaforesis saat makan, gagal tumbuh, dan
hepatomegali. Gambaran klinis yang sering ditemukan pada anak usia lebih lebih tua
dan remaja meliputi penurunan toleransi aktivitas fisik, sesak, mudah lelah, ortopnea
dan dispnea paroksismal nokturnal, hepatomegali, edema perifer, pergeseran impuls
apikal, dan peningkatan tekanan vena jugularis. Kadang dapat ditemukan gejala
abdominal akibat iskemia mesenterium yang menyebabkan nyeri abdomen dan
muntah setelah makan.

4. Klasifikasi
Gagal jantung pada anak dapat diklasifikasikan menjadi kelas I-IV
berdasarkan tingkat keparahan gejala. Klasifikasi modifikasi Ross digunakan pada
anak usia <6 tahun.
- Kelas I : Asimtomatik
- Kelas II : Takipnea ringan atau diaforesis saat makan pada bayi
- Kelas III : Takipnea bermakna atau diaforesis saat makan pada bayi
Waktu makan yang memanjang dengan gagal tumbuh

6
- Kelas IV : Sesak napas bermakna saat aktivitas pada anak usia lebih tua
Gejala seperti takipnea, retraksi, grunting, atau diaforesis saat istirahat

5. Patofisiologi
Gagal jantung pada anak dapat disebabkan oleh beberapa mekanisme
patofisiologi yang mendasari, antara lain: Kelebihan beban volume (volume
overload), tekanan (pressure overload), gangguan kontraktilitas miokardium, aritmia,
dan kombinasi dari mekanisme tersebut. Kelebihan beban volume dan tekanan
merupakan mekanisme tersering gagal jantung pada anak. Kelebihan beban volume
dapat disebabkan oleh PJB dengan pirau kiri ke kanan dan regurgitasi katup.
Kelebihan beban tekanan dapat disebabkan oleh stenosis mitral, stenosis pulmonal,
stenosis aorta, dan koarktasio aorta. Gangguan kontraktilitas miokardium pada anak
terutama disebabkan oleh kardiomiopati, miokarditis, gangguan metabolik (hipoksia,
hipoglikemia, hipokalsemia, asidosis), penyakit endokrin, dan anomali koroner.
Aritmia dapat meliputi takiaritmia (misalnya takikardi supraventrikular paroksismal)
atau bradiaritmia (misalnya blok atrioventrikular). Semua mekanisme ini dapat
menyebabkan penurunan curah jantung. Penurunan curah jantung akan
menyebabkan berkurangnya stimulasi baroreseptor dan penurunan perfusi renal.
Tubuh akan melakukan mekanisme kompensasi untuk mempertahankan curah
jantung. Mekanisme kompensasi utama meliputi aktivasi sistem saraf simpatik dan
system renin-angiotensin-aldosteron (SRAA). Aktivasi sistem saraf simpatik
menyebabkan terjadinya peningkatan katekolamin (terutama norepinefrin), denyut
jantung, kontraktilitas jantung, dan vasokonstriksi untuk mempertahankan tekanan
arteri rerata dan perfusi organ. Akan tetapi, peningkatan katekolamin dapat
menyebabkan terjadinya jejas kardiomiosit, disfungsi sinyal intraselular, hingga
kematian kardiomiosit.
Aktivasi SRAA menyebabkan terjadinya peningkatan kadar renin,
angiotensin II, dan aldosteron dalam sirkulasi. Renin berperan untuk memecah
angiotensinogen menjadi angiotensin I yang kemudian dikonversikan oleh enzim
pengonversi angiotensin menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor poten.
Angiotensin II akan merangsang sekresi aldosteron di kelenjar adrenal. Aldosteron
menyebabkan retensi garam dan air yang akan meningkatkan preload dan curah
jantung menurut mekanisme Frank-Starling. Mekanismemekanisme ini secara
fisiologis berkontribusi dalam menjaga stabilitas sirkulasi untuk sementara, namun

7
pada satu titik mekanisme tersebut tidak lagi mampu meningkatkan curah jantung.
Selain itu, aktivasi SRAA berkelanjutan dapat menyebabkan terjadinya fibrosis dan
remodeling jantung, serta meningkatkan progresivitas gagal jantung.

6. Pathway

8
7. Komplikasi
 Tromboemboli adalah resiko terjadinya bekuan vena (trobisis vena dalam atau deep
venous thrombosisdan eboli paru atau EP) dan emboli sistemik tinggi, terutama pada
CHF berat.
 Komplikasi fibrilasi atrium sering terjadi pada CHF yang bisa menyebabkan
perburukan dramatis. Hal tersebut merupakan indikasi pematauan denyut jantung.
 Kegagalan pompa progresif bisa terjadi karena penggunaan diuretic dengan dosis
ditinggikan.

9
 Aritmia ventrikel sering dijumpai, bisa menyebabkan sinkop atau sudden cardiac
death (25-50 persen kematian CHF).

8. Pemeriksaan Penunjang
- Laboratorium : Pemeriksaan laboratorium yang dapat dilakukan meliputi darah
lengkap, elektrolit, fungsi renal, fungsi liver, fungsi tiroid, analisa gas darah, dan
biomarker jantung.
- Foto toraks : Pemeriksaan foto toraks perlu dilakukan pada setiap kecurigaan
gagal jantung untuk menilai ukuran jantung, aliran darah paru, edema paru, efusi
pleura, dan tanda infeksi.
- Elektrokardiografi : Pemeriksaan EKG 12 sadapan dapat memberikan petunjuk
etiologi gagal jantung.
- Ekokardiografi : Ekokardiografi dapat memberikan data struktur/morfologi
jantung, volume/diameter ruangan jantung, ketebalan dinding, fungsi sistolik/ diastolik
ventrikel, dan tekanan pulmonal.
- Cardiovascular magnetic resonance : merupakan teknik pencitraan non-invasif
dengan menggunakan magnetic resonance imaging (MRI) untuk menghasilkan
gambaran detail anatomi kardiovaskular, karakterisasi jaringan, dan evaluasi
komprehensif fungsi jantung.
- Kateterisasi Jantung dan Penunjang lainnya : untuk penilaian anatomi dan
hemodinamik pada keadaan dimana pemeriksaan non-invasif belum dapat
memberikan penilaian yang adekuat, pada pasien PJB kompleks yang membutuhkan
pembedahan, dan pasien yang membutuhkan transplantasi jantung.

9. Penatalaksanaan Farmakologis dan Non-Farmakologis


a. Farmakologis
- Diuretik Diuretik digunakan pada anak dengan gagal jantung simtomatik
yang disertai kongesti sistemik atau pulmonal.
- Angiotensin-converting enzyme inhibitor Gagal jantung menyebabkan
aktivasi sistem SRAA. ACEI menghambat SRAA dengan menginhibisi
pembentukan angiotensin II, suatu vasokonstriktor yang dapat menyebabkan
hipertrofi dan fibrosis jantung. ACEI dapat mengurangi simtomatik gagal jantung
dengan menurunkan afterload, meningkatkan curah jantung, dan membalikkan
remodeling ventrikel kiri

10
- Angiotensin II Receptor Blocker Seperti ACEI, angiotensin II receptor
blocker (ARB) juga menghambat SRAA. Data mengenai penggunaan ARB pada
anak masih sangat terbatas. ARB seperti losartan dapat diberikan pada pasien
yang intoleran terhadap ACEI (misalnya batuk atau angioedema)
- Beta-blocker BB dapat menangkal efek aktivasi simpatis kronis pada gagal
jantung, menstabilkan denyut jantung, dan meningkatkan pengisian diastolik
ventrikel kiri.
- Antagonis aldosteron Antagonis aldosteron memiliki efek antifibrosis dan
antiremodelling pada miokardium. Spironolakton merupakan obat golongan
antanogis aldosteron yang paling sering digunakan. Obat ini juga berperan sebagai
agen hemat kalium dan berguna jika dikombinasikan dengan diuretik loop
- Digoksin Digoksin menginhibisi Na+/K+-ATPase dan meningkatkan
kalsium intraseluler dengan efek kronotropik negatif dan inotropik positif.
Digoksin diketahui dapat memperbaiki gejala, meningkatkan kualitas hidup dan
mengurangi angka hospitalisasi, namun tidak meningkatkan kesintasan pada orang
dewasa dengan gagal jantung kronik.
- Inotropik Obat-obatan inotropik intravena seperti dobutamin, dopamin,
epinefrin, milrinon, dan levosimendan dapat digunakan sebagai dukungan
sementara pada pasien gagal jantung akut dengan syok kardiogenik dan perfusi
sistemik/organ akhir yang buruk.
- Vasodilator Vasodilator seperti nitrogliserin, nitroprusid, dan hidralazin
umumnya digunakan pada gagal jantung akut untuk mengurangi afterload.
Vasodilator dapat digunakan pada pasien anak dengan gagal jantung akut tanpa
hipotensi dan dikombinasikan dengan diuretik untuk memperbaiki gejala pada
edema paru akut.
b. Non farmakologis
- Terapi alat Modalitas terapi alat pada gagal jantung pada anak meliputi alat
pacu jantung, implantable cardioverter defibrillator (ICD), cardiac
resynchronization therapy (CRT), dan dukungan sirkulasi mekanik.
- Terapi ablasi Irama jantung yang abnormal dan menetap, khususnya
takiaritmia dapat menyebabkan kardiomiopati dan gagal jantung. Takikardia
atrium ektopik merupakan penyebab umum kardiomiopati yang diinduksi
takikardia pada anak. Terapi ablasi diindikasikan pada pasien anak dengan

11
kardiomiopati yang diinduksi takikardia ketika terapi medikamentosa tidak
berhasil.
- Transplantasi jantung Transplantasi jantung merupakan pilihan terapi
definitif pada anak dengan gagal jantung stadium akhir yang refrakter terhadap
terapi pembedahan maupun medikamentosa.

10. Pencegahan
 Mengonsumsi makanan sehat, seperti sayursayuran, buah-buahan, bii-bijian utuh,
ikan, dan daging. Hindari makanan yang mengandung lemak jenuh, seperti
gorengan, mentega, es krim dan daging olahan.
 Batasi asupan gula dan garam
 Jika kamu memiliki tingkat tekanan darah dan kolesterol yang tinggi, segera
lakukan penanganan. Kedua kondisi ini bisa meningkatkan risiko terkena gagal
jantung.
 Jaga berat badan pada batasan sehat dan lakukan langkah-langkah penurunan
berat badan jika diperlukan.
 Lakukan aktivitas atau olahraga yang dapat membuat jantung sehat, seperti
bersepeda atau berjalan kaki, minimal dua setengah jam per minggu.

12
2.3 KONSEP CHF DEWASA
1. Pengertian
CHF atau Gagal jantung kongestif adalah kegagalan jantung dalam memompa
pasokan darah yang dibutuhkan oleh tubuh. Hal ini terjadi karena terdapat kelainan pada
otot-otot jantung sehingga jantung tidak dapat bekerja dengan maksimal. Gagal jantung
digambarkan sebagai ketidakmampuan jantung untuk memenuhi kuota darah yang
dibutuhkan tubuh.
Gagal jantung Kongestif kiri merupakan CHF yang paling umum. Ini terjadi karena
ventrikel kiri tidak memompa darah dengan maksimal ke tubuh. Seiring perkembangan
kondisi, cairan dapat menumpuk di paru-paru sehingga membuat kita sulit bernapas.
Gagal jantung sisi kiri ialah gagal jantung sistolik dan gagal jantung
diastolik(Healthline, 2019).
Gagal jantung kongestif kanan terjadi Ketika ventrikel kanan mengalami kesulitan
memompa darah ke paru-paru, membuat darah Kembali ke pembuluh darah sehingga
menyebabkan retensi cairan di ekstremitas bawah, perut, dan organ vital lainnya.
Penyakit CHF ini biasanya dimulai dari sisi kiri kemudian menjalar kekanan jika tidak
cepat ditangani(Healthline, 2019).

2. Etiologi
Etiologi Menurut (betterhealth, 2018).
a) Otot jantung tegang.
b) Tekanan darah tinggi.
c) Serangan jantung.
d) Kardiomiopati.
e) Penyakit katub jantung.
f) Infeksi.
g) Aritmia jantung.
h) Anemia.
i) Penyakit tiroid.
j) Penyakit paru-paru.
k) Terlalu banyak cairan tubuh.

3. Manifestasi
Gejala pada paru-paru :
- Dyspnea
- Orthopnea
- Paroxysmal nocturnal dyspnea.
Gejala sistemik
- Lemah
- Cepat Lelah

13
- Oliguria
- Nocturia
- Mual
- Muntah
- Asites
- Hepatomegaly
- Edema perifer
Gejala susunan saraf pusat
- Insomnia
- Sakit kepala
- Mimpi buruk sampai delirium

4. Klasifikasi
1. kelas I
Aktivitas fisik tidak dibatasi, melakukan aktifitas fisik secara normal tidak
menyebabkan dyspnea, kelelahan, atau palpitasi.
2. kelas II
Aktifitas fisik sedikit dibatasi, melakukan aktivitas fisik masih secara normal
menyebabkan klien kelelahan, dyspnea, palpitasi, serta angin pektoris (mild CHF).
3. kelas III
Aktifitas fisik mulai dibatasi, klien melakukan aktivitas fisik sedikit saja mampu
menimbulkan gejala yang berat (moderate CHF).
4. kelas IV
Klien dengan diagnisa kelas IV tidak dapat lagi melakukan aktivitas fisik apapun,
bahkan dalam keadaan istirahat mampu menimbulkan gejala yang berat (severe
CHF). (Aspiani, 2016).

5. Patofisiologi
a. mekanisme dasar
Kelainan kontraktilitis pada gagal jantung kongestif akan mengganggu
kemampuan pengosongan ventrikel kontraktilitas ventrikel kiri yang menurun
mengurangi Cardiac Out Put (COP) dan meningkatkan volume ventrikel. Dengan
meningkatnya EDV (Volume akhir diastolic ventrikel) maka terjadi pula
peningkatan tekanan akhir diastolik kiri (LEDV). Dengan meningkatnya LEDV
maka terjadi pula peningkatan tekanan atrium (LAP). Jika tekanan hidrostatik dari
anyaman kapiler paru-paru melebihi tekanan osmotic vaskuler, maka akan terjadi
transudasi cairan melebihi kecepatan drainase limfatik, maka akan terjadi edema
intersitial. Peningkatan lebih lanjut dapat mengakibatkan terjadinya edema paru-
paru.

b. Respon Kompensentorik

14
1) Meningkatkan aktivitas adrenergic simpatik. Menurunnya cardiac output akan
meningkatkan aktivitas adrenergik simpatik yang dengan merangsang pengeluaran
katekolamin dan saraf-saraf adrenergik jantung dan medula adrenal. Denyut jantung
dan kekuatan kontraktil akan meningkat untuk menambah Cardiac Output (COP),
juga terjadi vasokontriksil arteri perifer unruk menstabilkan tekanan arteri dan
retibusi volume darah dengan mengurangi aliran darah keorgan-organ yang rendah
metabolismenya, seperti kulit dan ginjal agar perfusi kejantung dan keotak dapat
dipertahankan.Vasokontriksi akan meningkatkan aliran balik vena kesisi kanan
jantung yang selanjutnya akan menambah kekuatan kontriksi.
2) Meningkatnya aktivitas sistem Renin Angiotensin Aldosteron (RAA), aktivitas
RAA menyebabkan retensi Na dan air, meningkatan volume ventrikel-ventrikel
tegangan tersebut. peningkatan beban awal ini akan menambah kontrakbilitas
miokardium.
3) Atropi ventrikel respon kompensatorik terakhir pada gagal jantung adalah
hidrotropi miokardium akan bertambah tebalnya dinding.
4) Efek negatif dari respon kompensantorik Pada awal respon kompensantorik
menguntungkan namun pada akhirnya dapat menimbulkan berbagai gejala,
meningkatkan laju jantung dan memperburuk tingkat gagal jantung. Resistensi
jantung yang dimaksudkan untuk meningkatkatkan kekuatan kontraktilitas dini
mengakibatkan bendungan pada paru-paru, vena sistemik, edema, fase kontruksi
arteti dan retribusi aliran darah mengganggu perfusi jaringan pada pada anyaman
vaskuler yang terkena. Kemudian menimbulkan tanda serta gejala misalnya, seperti
berkurangnya jumlah air kemih yang dikeluarkan dan kelemahan tubuh,
vasokontriksi arteri juga menyebabkan beban akhir dengan memperbesar resistensi
terhadap ejeksi ventrikel, beban akhir juga meningkat kalau dilatasi ruang jantung.
Akhibat kerja jantung dan kebutuhan miokard akan oksigen juga meningkat, yang
juga ditambah lagi adanya hipertensi mikard dan perangsangan simpatik lebih
lanjut. Jika kebutuhan miokard akan oksigen tidak terpenuhi maka akan terjadi
iskemia miokard (Wijaya Saferi A dkk, 2013).

15
6. Pathway

7. Komplikasi
a) Edema paru akut terjadi akibat gagal jantung kiri.
b) Syok kardiogemik : Stadium dari gagal jantung kiri, kongestif akibat dari
penurunan curah jantung dan perfusi jaringan yang tidak adekuat keorgan vital
(jantung dan otak).

16
c) Episode trombolitikTrombus terbentuk karena imobilitas pasien dan gangguan
sirkulasi dengan aktivitas trombus dapat menyumbat pembuluh darah.
d) Efusi perikardial dan tamponade jantung Masuknya cairan ke kantung
perikardium, cairan dapat meregangkan perikardium sampai ukuran maksimal.
COP menurun dan aliran balik vena kejantung menjadi tamponade jantung
(Wijaya Saferi A dkk, 2013).

8. Pemeriksaan penunjang
a. Elektro Kardiogram (EKG) : Hipertropi atrial atau ventrikuler, Penyimpangan
aksis, disritmia, takikardia, fibrilasi atrial.
b. Uji stress
Merupakan Pemeriksaan non-infasif yang bertujuan untuk menentukan
kemungkinan iskemia atau infark yang terjadi sebelumnya.
c. Ekokardografi
- Ekokardografi model M (berguna untuk mengevaluasi volume balik dan
kelainan regional, model M paling sering di pakai dan ditanyakan Bersama
EKG).
- Ekokardografi dua dimensi (CT-scan)
- Ekokardografi Dopple (memberikan pencitraan dan pendekatan
transesofageal terhadap jantung).
d. Kateterisasi jantung
Tekanan abnormal merupakan indikasi dan membantu membedakan gagal
jantung kanan dan gagal jantung kiri stenosis katub atau insufisiensi.
e. Radiografi dada
Dapat menunjukkan pembesaran jantung, perubahan dalam pembuluh darah
abnormal.
f. Elektrolit
Berubah karena perpindahan cairan /penurunan fungsi ginjal, terao diuretic.
g. Oksimetri nadi
Saturasi oksigen mungkin rendah terutama jika CHF menjadi kronis.
h. Analisa gas darah
Gagal ventrikel kiri ditandai dengan alkalosis respirstorik ringan (dini).
i. BUN dan kreatinin
Peningkatan BUN menandakan penurunan perfusi ginjal. Kenaikannya
menandakan indikasi gagal ginjal.
j. Pemeriksaan tiroid
Peningkatan aktivitas tiroid menunjukan hiperaktivitas tiroid sebagai pre
pencetus gagal jantung. (Nurarif & Kusuma, 2016).

9. Penatalaksanaan farmakologis dan Non- Farmakologis


Terapi non farmakologi
1) Meningkatkan oksigenasi dengan pemberian oksigen dan menurunkan konsumsi
oksigen melalui istirahat atau pembatasan aktifitas.

17
2) Diet pembatasan natrium menghentikan obat-obatan yang memperparah seperti
NSAIDs karena efek prostaglandin pada ginjal menyebabkan retensi air dan
natrium.
3) Pembatasan cairan (kurang lebih 1200-1500 cc/hari). (Wijayaningsih, 2013)
4) Olahraga secara teratur, diet rendah garam, mengurangi berat badan,
mengurangi lemak, mengurangi stress psikis, menghindari rokok. (Huda &
Kusuma, 2016)

5) Oksigenasi (ventilasi mekanik).


6) Pembatasan cairan.

Terapi farmakologi
1) Therapi Digitalis : Ianoxin. Untuk meningkatkan kekuatan kontraksi otot jantung
dan memperlambat frekuensi jantung. Efek yang dihasilkan : peningkatan curah
jantung, penurunan tekanan vena dan volume darah dan peningkatan diuresisi
\dan mengurangi edema.
2) Obat Inotropik : Amrinone (Inocor), Dopamine (Intropin).
3) Diet rendah garam. Untuk mencegah, mengontrol, atau menghilangkan edema.
4) Diuretik : chlorothiazide (Diuril), Furosemide (Lasix), Sprionolactone
(aldactone). Diberikan untuk memacu eksresi natrium dan air melalui ginjal.
Penggunaan harus hati – hati karena efek samping hiponatremia dan
hipokalemia.
5) Angiotensin converting enzyme (ACE) inhibitor : captropil, enalopril, lisinopril.
Obat-obat fasoaktif digunakan untuk mengurangi impadansi tekanan terhadap
penyemburan darah oleh ventrikel. Obat ini memperbaiki pengosongan ventrikel
dan peningkatan kapasitas vena sehingga tekanan pengisian ventrikel kiri dapat
diturunkan.
6) Penyekat beta (beta blockers): Untuk mengurangi denyut jantung dan
menurunkan tekanan darah agar beban jantung berkurang
7) Infusi intravena : nesiritida, milrinzne, dobutamin. (Smeltzer, 2016)

10. Penatalaksanaan
a. Mengonsumsi makanan sehat, seperti sayur-sayuran, buah-buahan, biji-bijian
utuh, ikan, dan daging. Hindari makanan yang mengandung lemak jenuh,
seperti gorengan, mentega, es krim dan daging olahan.
b. Batasi asupan gula dan garam.
c. Batasi konsumsi minuman keras.
d. Jika kamu memiliki tingkat tekanan darah dan kolesterol yang tinggi, segera
lakukan penanganan. Kedua kondisi ini bisa meningkatkan risiko terkena gagal
jantung.
e. Jaga berat badan pada batasan sehat dan lakukan langkah-langkah penurunan
berat badan jika diperlukan.
f. Berhenti merokok jika kamu seorang perokok. Jika kamu bukan perokok, jauhi
asap rokok agar tidak menjadi perokok pasif.

18
g. Lakukan aktivitas atau olahraga yang dapat membuat jantung sehat, seperti
bersepeda atau berjalan kaki, minimal dua setengah jam per minggu.
(Healthline, 2019)

BAB III
PEMBAHASAN

3.1 PEMBAHASAN CHF PADA ANAK

A. PENGKAJIAN
Anamnesa
1. Keluhan utama klien : Anak mengeluh kelelahan dan sesak
2. Riwayat penyakit
a. Riwayat penyakit sekarang : mengajukan serangkaian pertanyaan mengenai
kelemahan fisik klien Secara PQRST, yaitu:
 Provoking Incident : kelemahan fisik terjadi setelah melakukan aktivitas
ringan sampai berat, sesuai derajat gangguan pada jantung.
 Quality of pain : seperti apa keluhan kelemahan dalam melakukan aktivitas
yang dirasakan atau digambarkan klien. Biasanya setiap beraktivitas klien
merasakan sesak napas (dengan menggunakan alat atau otot bantu
pernapasan).
 Region radiation, relief.
 Severity (scale) of pain: kaji rentang kemampuan klien dalam melakukan
aktivitas sehari-hari.Biasanya kemampuan klien dalam beraktivitas menurun
sesuai derajat gangguan perfusi yang dialami organ.
 Time: sifat mula timbulnya (onset), keluhan kelemahan beraktivitas biasanya
timbul perlahan. Lama timbulnya (durasi) kelemahan saat beraktivitas
biasanya setiap saat, baik saat istiahat maupun saat beraktivitas.
b. Riwayat penyakit terdahulu : mengkaji apakah sebelumnya klien pernah
menderita nyeri dada, hipertensi, iskemia miokardium, diabetes mellitus, dan
hiperpidemia. Tanyakan mengenai obat-obatan yang biasa diminum oleh klien
pada masa lalu dan masih relevan dengan kondisi saat ini.

19
c. Riwayat keluarga : Perawat menanyakan tentang penyakit yang pernah dialami
oleh keluarga, anggota keluarga yang meninggal terutama pada usia produktif,
dan penyebab kematiannya. Penyakit jantung iskemik pada orang tua yang
timbulnya pada usia muda merupakan faktor risiko utama untuk penyakit
jantung iskemik pada keturunannya.
d. Pemeriksaan Fisik
1) Inspeksi tentang adanya parut pada dada, keluhan kelemahan fisik, dan
adanya edema ekstermitas
2) Palpasi Denyut nadi perifer melemah. Thrill biasanya ditemukan.
3) Auskultasi Tekanan darah biasanya menurunkan akibat penurunan volume
sekucup. Bunyi jantung tambahan akibat kelainan katup biasanya ditemukan
apabila penyebab gagal jantung adalah kelainan katup
4) Perkusi Batas jantung mengalami pergeseran yang menunjukkan adanya
hipertrofi jantung (kardiomegali)

Observasi adanya tanda-tanda manifestasi gagal jantung :


Kerusakan fungsi miokardia :

 Takikardi
 Berkeringat
 Penurunan output urine
 Keletihan dan kelemahan
 Gelisah
 Ekstremitas dingin, pucat
 Nadi perifer lemah
 Penurunan TD
 Kardiomegalli

Kongesti Pulmonal :

 Takipneu
 Dipsnea
 Retraksi dinding dada
 Pernapasan cuping hidung
 Intoleran aktivitas
 Batuk, serak
 Sianosis
 Mengi
 Mengorok

20
Kongesti vena sistemik :

 Penambahan BB
 Hepatomegali
 Edema perifer
 Asites
 Distensi vena leher

B. DIAGNOSA

a) Penurunan curah jantung berdasarkan perubahan kontraktilitas.


b) Gangguan pertukaran gas berdasarkan perubahan membrane alveolus kapiler.
c) Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan suplay oksigen yang berkurang.

C. SLKI DAN SIKI

No DIAGNOSA SLKI SIKI


.
1. Penurunan curah Setelah dilakukan
jantung berdasarkan tindakan keperawatan 1.1 Kaji dan lapor tanda
perubahan 3x24 Jam, penurunan penurunan curah jantung
kontraktilitas. curah jantung dapat 1.2 Periksa keadaan klien
teratasi dengan kriteria : dengan mengaukultasi
1. Disritmia terkontrol nadi apical, kaji
atau hilang
2. Bebas gejala gagal frekuensi, irama jantung
jantung (parameter (dokumentasi disritmia,
hemodinamika dalam
batas normal), bila tersedia telemetri)
3. Output urine adekuat. 1.3 Catat bunyi jantung
1.4 Palpasi nadi perifer
1.5 Pantau adanya output
urine, catat jumlah dan
kepekatan/konsentrasi
urine.

21
1.6 Istirahatkan klien dengan
tirah baring optimal
1.7 Kaji perubahan pada
sensorik,contoh letargi,
cemas, depresi
1.8 Kolaborasi untuk
pemberian diet jantung

2. Setelah dilakukan

Gangguan pertukaran Tindakan keperawatan 2.1 Observasi warna kulit,


gas berdasarkan selama 3 x 24 jam membrane mukosa, kuku,
perubahan membrane diharapkan pertukaran gas catat apabila ada sianosis
alveolus kapiler. klien meningkat dengan periferdan CTR
dengan kriteria hasil : 2.2 Auskultasi bunyi
1. Pertukaran gas normal napas, catat adanya
2. Kebutuhan O2 krekles dan mengi.
terpenuhi 2.3 Anjurkan untuk
3. Nadi normal mengubah posisi klien
4. Tidak ada sianosis dengan seringpertahankan
5. TD Normal duduk di kursi / tirah
6. RR normal. baring dengan kepala
tempat tidur tinggi 20-30
derajat.
2.4 Berikan oksigen
sesuai dengan kebutuhan
2.5 Berikan obat sesuai
indikasi

3. Perubahan perfusi Setelah dilakukan


jaringan berhubungan Tindakan keperawatan 3 x 3.1 Monitor TTV, Kaji
dengan suplay 24 jam diharapkan perfusi pengisian CRT, warna
oksigen yang jarinngan membaik kulit, membrane
berkurang. dengan kriteria hasil :

22
1. Palpitasi normal,
2. Membrane mukosa mukosa
normal 3.2 Tinggikan kepala
3. CRT Normal, tempat tidur
4. Ekstremitas hangat, 3.3 Kaji keluhan nyeri
5. Tidak ada keluhan mual dada
dan muntah. 3.4 Kaji respon verbal
melambat, gangguan
memori, bingung

3.2 PEMBAHASAN CHF PADA DEWASA

A. PENGKAJIAN
Anamnesa
a) Identitas
Data biografi pasien meliputi usia, jenis kelamin, suku, alamat, dll.
b) Riwayat keluhan
1. Keluhan utama
Dispneu, gangguan pola tidur, cemas, edema
2. Riwayat kesehatan sekarang
Mengungkapkan hal – hal yang menyebabkan pasien mencari
pertolongan, dapat dikaji dengan PQRST:
P : Apa yang menyebabkan timbulnya keluhan
Q : Bagaimana keluhan dirasakan (hilang timbul atau terus menerus)
R : Didaerah mana gejala dirasakan
S : Seberapa keparahan dirasakan pasien

23
T : Kapan keluhan timbul dan apa faktor yang memperberat dan
memperingan keluhan.
3. Riwayat kesehatan pasien
Riwayat kesehatan keluarga (adakah riwayat penyakit yang sama
diderita oleh anggota keluarga yang lain atau riwayat penyakit lain
baik bersifat genetis maupun tidak)
4. Riwayat psikososial
Mengidentifikasi tentang kehidupan klien sehari - hari
5. Riwayat spiritual
Mengkaji ketaatan klien dalam beribadah dan menjalankan
kepercayaannya sehari – hari.

Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum
2. Sistem pernafasan ( Nilai frekuensi nafas, kualitas, suara, dan jalan nafas ) bunyi
napas ronkhi, dispneu saat aktivitas, batuk dengan atau tanpa sputum, takipneu,
napas dangkal, pnggunaan otot pernafasan.
3. Sistem kardiovaskuler (Nilai tekanan darah, nadi dan irama, kualitas dan
frekuensi),
TD rendah, disritmia, takikardi, kapiler lambat, murmur sitolik dan diastolik.
4. Sistem pencernaan (Nilai kemampuan menelan, nafsu makan/minum,
peristaltik, eliminasi ) kehilangan nafsu makan, mual/muntah
5. Sistem persepsi dan sensori (pemeriksaan 5 indera : penglihatan,
pendengaran, penciuman, pengecap, perasa)
6. Sistem persarafan (bagaimana tingkat kesadaran, GCS, reflek bicara, pupil,
orientasi waktu dan tempat) kelemahan, pusing, letargi, disorientasi.
7. Sistem musculoskeletal (menegtahui keadaan bentuk ,gerak dan kekuatan otot)
8. Sistem integumen ( Nilai warna, turgor, tekstur dari kulit pasien ) ada edema
9. Sistem endokrin
10. Sistem perkemihan ( Nilai frekuensi BAK, volume BAK ) penurunan berkemih,
urine bewarna gelap, nokturia, diare/konstipasi.
11. Sistem reproduksi
12. Sistem imun

24
B. DIAGNOSA
a) Gangguan Pertukaran Gas berhubungan dengan ketidakseimbangan ventilasi –
perfusi
b) Distres Spritual berhubungan dengan menjelang ajal
c) Ansietas berhubungan dengan ancaman terhadap kematian

C. SLKI DAN SIKI

No DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI


.
1. Gangguan Pertukaran Gas ( L.01003) Terapi Oksigen (I. 01026)
Pertukaran Gas
Setelah dilakukan tindakan
berhubungan dengan
ketidakseimbangan keperawatan 3 x 24 jam 1.1 Monitor aliran
ventilasi – perfusi
diharapkan Gangguan oksigen secara periodik dan
Pertukaran gas dapat teratasi pas tikan fraksi yang
dengan kriteria hasil : diberikan cukup
1.2 Monitor efektifitas
1. Dispneu menurun terapi oksigen
2. Pola nafas membaik 1.3 Gunakan perangkat
oksigen yang sesuai dengan
tingkat mobilitas pasien
1.4 Ajarkan keluarga
menggunakan oksigen
dirumah
kolaborasi penentuan dosis
oksigen
2. Distres Spritual Status Spiritual (L.01006) Dukungan Spiritual
berhubungan dengan
Setelah dilakukan tindakan ( I.09276)
menjelang ajal
keperawatan 3 x 24 jam
diharapkan Distres Spritual 2.1Identifikasi perasaan
dapat teratasi dengan khawatir, kesepian,
kriteria hasil : ketidakberdayaan
2.2 Identifikasi pandangan
1. kemampuan tentang hubungan
beribadah membaik kesehatan dan spiritual

25
2. koping membaik 2.3 Berikan kesempatan
3. perilaku marah pada mengekspresikan
Tuhan menurun perasaan tentang
penyakit dan kematia
2.4 Fasilitasi melakukan
ibadah
2.5 Ajarkan metode
relaksasi, meditasi, dan
imajinasi terbimbing
atur kunjungan dengan
rohaniawan.
3. Ansietas berhubungan Tingkat Ansietas ( L. Reduksi Ansietas (I.09314)
dengan ancaman
09093)
terhadap kematian
Setelah dilakukan tindakan 3.1 monitor tanda –
keperawatan 3 x 24 jam tanda ansietas
diharapkan ansietas dapat 3.2 pahami situasi yang
teratasi dengan kriteria hasil membuat pasien
: ansietas
3.3 diskusikan
1. verbalisasi khawatir perencanaan
akibat kondisi yang realitis tentang
dihadapi menurun peristiwa yang
2. perilaku gelisah akan datang
menurun 3.4 informasikan
3. pola tidur membaik secara faktual
mengenai
diagnosis,
pengobatan dan
prognosis
3.5 latih teknik
relaksasi
kolaborasi

26
pemberian obat
antiansietas.

BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Asuhan keperawatan Paliatif pada Anak adalah perawatan secara aktif dan
menyeluruh terhadap fisik, fikiran dan jiwa anak termasuk pemberian dukungan kepada
keluarga. Perawatan dimulai Ketika penyakit terdiagnosa dan terus berlanjut, terlepas
dari apakah anak tersebut menerima pengobatan untuk penyakitnya.
Perawatan paliatif adalah perawatan pada seorang pasien dan keluarganya yang
memiliki penyakit yang tidak dapat disembuhkan dengan cara memaksimalkan kualitas
hidup pasien serta mengurangi gejala yang mengganggu, mengurangi nyeri dengan
memperhatikan aspek psikologis dan spiritual.

27
Gagal jantung Kongestif kiri merupakan CHF yang paling umum. Ini terjadi karena
ventrikel kiri tidak memompa darah dengan maksimal ke tubuh. Seiring perkembangan
kondisi, cairan dapat menumpuk di paru-paru sehingga membuat kita sulit bernapas.
Gagal jantung sisi kiri ialah gagal jantung sistolik dan gagal jantung
diastolik(Healthline, 2019).
Gagal jantung kongestif kanan terjadi Ketika ventrikel kanan mengalami kesulitan
memompa darah ke paru-paru, membuat darah Kembali ke pembuluh darah sehingga
menyebabkan retensi cairan di ekstremitas bawah, perut, dan organ vital lainnya.
Penyakit CHF ini biasanya dimulai dari sisi kiri kemudian menjalar kekanan jika tidak
cepat ditangani(Healthline, 2019).

4.2 Saran
Penulisan makalah ini diharapkan dapat menambah pengetahuan masyarakat atau
pembaca dalam melakukan perawatan paliatif pada pasien dengan gagal jantung
kongestif atau CHF serta selalu memberikan dukungan psikologis bagi para penderita
gagal jantung kongestif atau CHF ini.

DAFTAR PUSTAKA

1. PPNI. (2016). Standar Diagnosi Keperawatan Indonesia : Definisi dan Indikator


Diagnostik, Edisi 1. jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional
Indonesia.
2. PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : Definisi dan Tindakan
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional
Indonesia.

28
3. PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia : Definisi dan kriteria Hasil
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional
Indonsia.
4. Sari, D. I. (2018). ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN
CONGESTIVE HEART FAILURE (CHF) DI RUANG FLAMBOYAN RSUD ARIFIN
ACHMAD . 1-73.

5. Schweiger M, Stiasny B, Dave H, Cavigelli-Brunner A, Balmer C, Kretschmar O, et al.


Pediatric heart transplantation. J Thorac Dis. 2015;7(3):552-9
6. Benatar A, Dewals W. Incessant ectopic atrial tachycardia in the pediatric age: clinical
presentation and therapeutic options. Ann Cardiol Cardiovasc Med. 2018;2(2):1016.
7. Masarone D, Valente F, Rubino M, Vastarella R, Gravino R, Rea A, et al. Pediatric heart
failure: a practical guide to diagnosis and management. Pediatr Neonatol.
2017;58(4):303-12. 15.
8. Pepeta L. Aetiology, diagnosis and management of heart failure in infants and children.
SA Heart. 2017;14(1):6-15.
9. Murugesan K, Sivakumaran D. Etiological profile of congestive cardiac failure in
children in a tertiary care center in Tamil Nadu. Int J Sci Study. 2017;5(3):34-41.
10. Jayaprasad N. Heart failure in children. Heart Views. 2016;17(3):92-9.
11. Panesar D, Burch M. Understanding and treating heart failure in children. Paediatr Child
Healh. 2017;27(2):43-9
12. Nurarif, Kusuma. (2016). Asuhan Keperawatan Praktis : Berdasarkan Penerapan
Diagnosa Nanda, Nic, Noc dalam Berbagai Kasus. Jilid 1. Jogjakarta: Mediaction Jogja
13. Wijaya, Andre & Yessie Putri. 2013. Buku KMB 1 Keperawatan Medikal Bedah
(Keperawatan Dewasa). Yogjakarta: Nuha Medika
14. Smeltzer S. (2016). Keperawatan Medikal-Bedah Brunner & Suddarth. Edisi 12. Jakarta:
Buku Kedokteran EGC
15. Nurdamailaila.(2017). Congestive Heart Failure (Gagal Jantung. diakses pada tanggal
16. 20/08/2019
17. Aspaiani,RY. (2016). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Pada pasien Gangguan
18. Kardiovaskuler : aplikasi nic&noc. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

29
19. Healthline. Diakses pada 2019. Congestive Heart Failure (CHF).
20. Victoria State Government Better Health Channel Australia (2018). Diakses pada 2019.
Congestive heart failure (CHF).
21. Benatar A, Dewals W. Incessant ectopic atrial tachycardia in the pediatric age: clinical
presentation and therapeutic options. Ann Cardiol Cardiovasc Med. 2018;2(2):1016.
22. Schweiger M, Stiasny B, Dave H, Cavigelli-Brunner A, Balmer C, Kretschmar O, et al.
Pediatric heart transplantation. J Thorac Dis. 2015;7(3):552-9
23. Masarone D, Valente F, Rubino M, Vastarella R, Gravino R, Rea A, et al. Pediatric heart
failure: a practical guide to diagnosis and management. Pediatr Neonatol.
2017;58(4):303-12. 15.
24. Pepeta L. Aetiology, diagnosis and management of heart failure in infants and children.
SA Heart. 2017;14(1):6-15.
25. Murugesan K, Sivakumaran D. Etiological profile of congestive cardiac failure in
children in a tertiary care center in Tamil Nadu. Int J Sci Study. 2017;5(3):34-41.
26. Jayaprasad N. Heart failure in children. Heart Views. 2016;17(3):92-9.
27. Panesar D, Burch M. Understanding and treating heart failure in children. Paediatr Child
Healh. 2017;27(2):43-9
28. Das BB. Current State of pediatric heart failure. Children. 2018;5(7):88
29. Prabawa IPY, Lestari AAW, Muliarta IM, Mardhika PE, Pertiwi GAR, Bhargah A, et al.
The Stromal Cell-derived Factor-1/CXCL12 3’A-gene Polymorphism is Related to the
Increased Risk of Coronary Artery Disease: A Systematic Review and Meta-analysis.
Open Access Macedonian Journal of Medical Sciences. 2020;8(F):197-202.
30. Mitchell FM, Prasad SK, Greil GF, Drivas P, Vassiliou VS, Raphael CE. Cardiovascular
magnetic resonance: diagnostic utility and specific considerations in the pediatric
population. World J Clin Pediatr. 2016;5(1):1-15.
31. O’Connor MJ. An introduction to heart failure in children. Lancaster Gen Hosp.
2016;11(1):7-14.

30

Anda mungkin juga menyukai