Anda di halaman 1dari 16

ST ELEVASI MIOKARD INFARK

A. PENGERTIAN
ST Elevasi Miokard Infark (STEMI) adalah rusaknya bagian otot jantung
secara permanen akibat insufisiensi aliran darah koroner oleh proses degeneratif
maupun di pengaruhi oleh banyak faktor dengan ditandai keluhan nyeri dada,
peningkatan enzim jantung dan ST elevasi pada pemeriksaan EKG.
STEMI adalah cermin dari pembuluh darah koroner tertentu yang tersumbat
total sehingga aliran darahnya benar-benar terhenti, otot jantung yang dipendarahi tidak
dapat nutrisi - oksigen dan mati. Infark miokard akut (IMA) merupakan salah
satu diagnosa rawat inap terserang di Negara maju. IMA dengan elevasi ST
(STEMI) merupakan bagian dari spectrum koroner akut yang terdiri atas angka pectoris
yang tidak stabil. IMA tanpa elevasi ST dan IMA dengan elevasi STEMI umumnya
secara mendadak setelah oklusi thrombus pada plak arterosklerosis yang sudah ada
sebelumnya (Sudarjo, 2006).
Infark miokard akut terjadi ketika iskemia miokard,yang biasanya timbul
sebagai akibat penyakit aterosklerosis arteri koroner, cukup untuk menghasilkan
nekrosis inversibel otot jantung. (Huan H Gray,dkk,2005,136).
Infark miokard Akut adalah kematian jaringan miokard diakibatkan oleh
kerusakan darah koroner miokard karena ketidakadekuatan aliran darah (Carpenito,
2008).
Infark miokard Akut adalah iskemia atau nekrosis pada oto jantung yang
diakibatkan karena penurunan aliran darah melalui satu atau lebih arteri koroner
(Doengos, 2003).
Infark miokard merupakan akibat dari iskemia yang berlangsung lebih dari 30-
45 menit yang memyebabkan kerusakan selular yang irreversible dan kematian otot
atau nekrosis pada bagian miokardium (Price &Wilson, 2006).

B. ETIOLOGI
Penyebab utama infark miokard adalah kurangnya suplai darah miokard.
Penyebab penurunan suplai darah dikarenakan penyempitan kritis arteri koroner karena
ateriosklerosis atau oklusi arteri komplit / penyumbatan total arteri oleh embolus atau
thrombus, syok dan hemoragi / perdarahan. Pada kasus ini selalu terjadi
ketidakseimbangan antara suplai darah dan kebutuhan oksigen.
Stemi juga terjadi jika trombus arteri koroner terjadi secara cepat pada lokasi
injuri vascular, dimana injuri ini dicetuskan oleh faktor seperti merokok, hipertensi dan
akumulasi lipid.

C. MANIFETASI KLINIS
a. Klinis
1. Nyeri dada yang terjadi secara mendadak dan terus - menerus tidak mereda,
bagian bawah sternum dan abdomen bagian atas, ini merupakan gejala utama.
2. Keparahan nyeri dapat meningkat secara menetap sampai nyeri tidak
tertahankan lagi.
3. Nyeri yang tajam dan berat yang dapat menjalar ke bahu dan terus ke  bawah
menuju lengan (biasanya lengan kiri).
4. Nyeri muncul secara spontan (bukan setelah kegiatan / bekerja atau gangguan
emosional), menetap selama beberapa jam atau hari, dan tidak hilang dengan
istirahat atau nitrogliserin (NTG).
5. Nyeri dapat menjalar ke arah rahang dan leher.
6. Nyeri sering disertai dengan sesak nafas, pucat, dingin, diaforesis  berat, pusing
atau kepala ringan dan mual muntah.
7. Pasien dengan diabetes melitus tidak akan mengalami nyeri yang hebat karena
neuropati yang menyertai diabetes dapat mengganggu neuroreseptor
(menyimpulkan pengalaman nyeri)

b. Laboratotium
1. Pemeriksaan Enzim jantung
- CK (Creatini Kinase) : Isoenzim yang ditemukan pada otot  jantung
meningkat pada 3-6 jam memuncak dalam 12-24 jam, kembali normal
dalam 36-48 jam (3-5 hari).
- CK-MB: meningkat antara 2-4 jam, memuncak pada 12-20 jam dan kembali
normal pada 48-72 jam
- LDH (laktat dehidrogenase), LDH1, dan LDH2 : Meningkat dalam 24 jam
dan memakan waktu lama untuk kembali normal
- AST (/SGOT : Meningkat

2. EKG
Perubahan EKG yang terjadi selama infark akut yaitu gelombang Q
nyata, elevasi segmen ST, dan gelombang T terbalik. Perubahan- perubahan ini
tampak pada hantaran yang terletak diatas daerah miokardium yang mengalami
nekrosis. Selang beberapa waktu gelombang ST dan gelombang T akan kembali
normal hanya gelombang Q tetap  bertahan sebagai bukti elektrokardiograf
adanya infark lama.

D. PATOFISIOLOGI
Penyebab paling sering Akut Miokard Infark adalah penyempitan pembuluh
darah yang disebabkan oleh karena atheromatous. Pecahnya plak menyebabkan
terjadinya agregasi trombosit, pembentukan thrombus dan akumulasi fibrin, perdarahan
dalam plak dan beberapa tingkatan vasospasm. Keadaan ini akan mengakibatkan
sumbatan baik parsial  maupun total, yang berakibat iskemi miokard. Sumbatan total
pembuluh darah yang lebih dari 4-6 jam berakibat nekrosis miokard yang irreversible
tetapi reperfusi yang dilakukan dalam waktu ini dapat menyelamatkan miokardium dan
menurunkan morbiditas dan mortalitas.
Infark miokard atau nekrosis iskemik pada miokardium, diakibatkan oleh
iskemia pada miokard yang berkepanjangan yang bersifat irreversible. Waktu
diperlukan bagi sel-sel otot jantung mengalami kerusakan adalah iskemia selama 15-20
menit. Infark miokard hampir selalu terjadi di ventrikel kiri dan dengan nyata
mengurangi fungsi ventrikel kiri, makin luas daerah infark, makin kurang daya
kontraksinya.
Secara fungsional, infark miokard menyebabkan : berkurangnya kontraksi
dengan gerak dinding abnormal, terganggunya kepaduan ventrikel kiri, berkurangnya
volume denyutan,  berkurangnya waktu pengeluaran dan meningkatnya tekanan akhir
diastole ventrikel kiri.
Gangguan fungsi tidak hanya tergantung luasnya infark, tetapi  juga lokasinya
karena berhubungan dengan pasokan darah. Infark juga dinamakan berdasarkan tempat
terdapatnya seperti infark subendokardial, infark intramural, infark subepikardial, dan
infark transmural. Infark transmural meluas dari endokardium sampai epikardium.
Semua infark miokard memiliki daerah daerah pusat yang nekrotik/infark, dikelilingi
daerah cedera, diluarnya dikelilingi lagi lingkaran iskemik. Masing-masing
menunjukkan pola EKG yang khas. Saat otot miokard mati, dilepaskan enzim
intramiokard, enzim ini membantu menentukkan beratnya infark. Jaringan otot jantung
yang mati, diganti jaringan parut yang dapat mengganggu fungsinya (Dr. Jan
Tambayong, 2007)
E. PATHWAY
Aterosklerosis, thrombosis, kontraksi arteri koronaria

Penurunan aliran darah kejantung

Kekurangan oksigen dan nutrisi

Iskemik pada jaringan miokard

Nekrosis

Suplay dan kebutuhan oksigen kejantung tidak seimbang

Suplay oksigen ke Miokard menurun

Resiko
Metabolism anaerob penurunan
Seluler hipoksia
curah
jantung
Gangguan
Timbunan asam
pertukaran Nyeri
laktat meningkat Integritas membrane sel berubah
gas

Kelemahan Kontraktilitas turun


Kecemasan
n

Intoleransi
aktifitas COP turun Kegagalann pompa
jantung

Gangguan perfusi
jaringan Gagal jantung

Resiko kelebihan volume


cairan ekstravaskuler
PEMERIKSAAN PENUNJANG

a. Pemeriksaan Laboratotium Pemeriksaan Enzim jantung :


- CK (Creatini Kinase) : Isoenzim yang ditemukan pada otot jantung meningkat
pada 3-6 jam memuncak dalam 12-24 jam, kembali normal dalam 36-48 jam (3-
5 hari).
- CK-MB: meningkat antara 2-4 jam, memuncak pada 12-20 jam dan kembali
normal pada 48-72 jam
- LDH(laktat dehidrogenase), LDH1, dan LDH2: Meningkat dalam 24  jam dan
memakan waktu lama untuk kembali normal
- AST (/SGOT : Meningkat  b.
b. Elektrokardiogram (EKG)
Pemeriksaan EKG digunakan untuk mencatat aktivitas elektrik  jantung.
Melalui aktivitas elektrik jantung dapat diketahui irama jantung,  besarnya jantung,
dan kondisi otot jantung, kondisi otot jantung inilah yang memiliki kaitanya dengan
PJK.
c. Tes Treadmill Atau Exercise Stress Testing (uji latih jantung dengan  bebean)
Exercise testing merupakan salah satu tes yang paling sering dilakukan
untuk mendiagnosis apakah seseorang terkena menderita  penyakit jantung dan juga
untuk menstratifikasi berat ringannya penyakit  jantung. Selain itu tes treadmill juga
dapat dipakai untuk mengukur kapasitas jantung, gangguan irama, dan lain-lain.
d. Echocardiography (Ekokardiografi)
Ekokardiografi adalah prosedur yang menggunakan gelombang suara ultra
untuk mengamati struktur jantung dan pembuluh darah, juga dapat menilai fungsi
jantung.
e. Angiografi korener
Merupakan cara dengan menggunakan sinar X dan kontras yang disuntikan
kedalam arteri koroner melalui kateter untuk melihat adanya  penyempitan diarteri
koroner.
f. Multislice Computed Tomograpy Scanning (MSCT)
CT menghasilkan tampilan secara tomografi (irisan) digital dari sinar X
yang menembus organ. Sinar X yang menembus diterima oleh detektor yang
mengubahnya menjadi data elektrik dan diteruskan ke sistem komputer untuk diolah
menjadi tampilan irisan organ-organ tubuh.
g. Cardiac Magnetic Resonance Imaging (Cardiac MRI)
Merupakan salah satu teknik pemeriksaan diagnostik dalam ilmu
kedokteran, yang menggunakan interaksi proton-proton tubuh dengan gelombang
radio-frekuensi dalam medan magnet (sekitar 0,64-3 Tesla) untuk menghasilkan
tampilan penampang (irisan) tubuh.
h. Radionuclear Medicine
Dengan menggunakan radio aktif dimasukan kedalamtubuh pasien,
kemudian dideteksi dengan menggunakan kamera gamma atau kamera  positron,
sehingga pola tampilan yang terjadi berdasrkan pola organ yang memancarkan sinar
gamma. (Kabo, 2008).

F. KOMPLIKASI
1. Disfungsi ventrikuler
Setelah STEMi, ventrikuler kiri mengalami serial perubahan bentuk,ukuran
dan ketebalan pada segment yang mengalami infak miokard dan non infak. Proses
ini disebut remodeling ventrikuler dan pada umumnya mendahulukan
berkembangnya gagal jantung secara klinis dalam hitungan bulan atau tahun paska
infak, segera setelah infak ventrikel kiri memgalami dilatasi secara akut hasil ini
berasal dari ekspansi infak antara lain:slippage serat otot,disfungsi sel miokardial
normal dan hilangnya jaringan dalam zona nekrotik. Selanjutnya terjadinya
penampungan segment non infak mengakibatkan penipisan yang diproporsionalkan
dan elegasi zona infak. Pembesaran ruang jantung secara keseluruhan yang terjadi
ditentukan dengan ukuran dalam lokasi infak dengan dilatasi terbesar paska infak
pada afeks pentrikel kiri yang menyebabkan penurunan hemodinamik yang nyata.
Lebih sering terjadi gagal jantung dan prognosis yang lebih buruk progresivitas
dilatasi dan konsekuensi klinisnya dapat dihambat dengan terapi inhibitor dan
vasodilator yang lain. Pada pasien dengan fraksi injeksi <40% tanpa melihat ada
tidaknya gagal jantung,inhibitor ACE harus diberikan.
2. Gangguan hemodinamik
Gagal pemompaan merupakan penyebab utama kematian pada
STEMI. Perluasan iskemia nekrosis mempunyai korelasi yang baik dengan tingkat
gagal pompa dan mortalitas baik pada awal (10 hari infak) dan sesudahnya. Tanda
klinis yang sering dijumpai adalah ronki bassah di paru-paru dan bunyi jantung S3
dan S4 gallop pada pemeriksaan rontgen sering dijumpai kongesti paru.
3. Komplikasi mekanik
Rupture muskulus papilaris, ruptur septum ventrikel rupture dinding
ventrikel, penatalaksanaannya hanya oprasi
G. PENATALAKSANAAN
a. Medis
Tujuan penatalaksanaan medis yang dilakukan adalah memperkecil
kerusakan  jantuang sehingga mengurangi kemungkinan terjadinya komplikasi.
Kerusakan jantung diperkecil dengan cara segera mengembalikan keseimbangan
antara kebutuhan dan suplai oksigen jantung. Terapi obat-obatan ,pemberian O2,
tirah baring dilakukan secara bersamaan untuk tetap mempertahankan jantung.
Obat-obatan dan O2 digunakan untuk meningkatkan suplay O2, sementara tirah
baring digunakan untuk mengurangi kebutuhan O2. Hilangnya nyeri merupakan
indicator utama bahwa kebutuhan dan suplai O2 telah mencapai keseimbangan. Dan
dengan penghentian aktifitas fisik untuk mengurangi beben kerja jantung membatasi
luas kerusakan.
b. Farmakologi
Ada 3 kelas obat-obatan yang digunakan untuk meningkatkan suplai
oksigen; Vasodilator untuk mengurangi nyeri jantung,missal;NTG (nitrogliserin).
Anti koagulan Missal;heparin (untuk mempertahankan integritas jantung)
Trombolitik Streptokinase (mekanisme pembekuan dalam tubuh). (Smeltzer &
Bare,2006).

H. PENGKAJIAN
Pengkajian Emergency
a. Primery Survey
1) Circulation
- Nadi lemah/tidak teratur.
- Takikardi.
- TD meningkat/menurun.
- Edema.
- Gelisah.
- Akral dingin.
- Kulit pucat atau sianosis.
- Output urine menurun.
2) Airway
- Sumbatan atau penumpukan secret.
- Gurgling, snoring, crowing.
3) Breathing
- Sesak dengan aktivitas ringan atau istirahat.
- RR lebih dari 24 kali/menit, irama ireguler dangkal.
- Ronki,krekels.
- Ekspansi dada tidak maksimal/penuh
- Penggunaan obat bantu nafas
4) Disability
- Penurunan kesadaran.
- Penurunan refleks.
5) Eksposure  
- Nyeri dada spontan dan menjalar.
b. Secondary Survey.
1. TTV
a. Tekanan darah bisa normal/naik/turun (perubahan postural di catat dari tidur
sampai duduk/berdiri.
b. Nadi dapat normal/penuh atau tidak kuat atau lemah/kuat kualitasnya
dengan pengisian kapiler lambat, tidak teratur (disritmia).
c. RR lebih dari 20 x/menit.
d. Suhu hipotermi/normal.
2. Pemeriksaan fisik
a. Pemakaian otot pernafasan tambahan.
b. Nyeri dada.
c. Peningkatan frekuensi pernafasan, nafas sesak, bunyi nafas (bersih, krekels,
mengi), sputum.
d. Pelebaran batas jantung.
e. Bunyi jantung ekstra; S3 atau S4 mungkin menunjukkan gagal jantung/
penurunan kontraktilitas atau komplain ventrikel.
f. Odem ekstremitas.
3. Pemeriksaan selanjutnya
a. Keluhan nyeri dada.
b. Obat-obat anti hipertensi.
c. Makan-makanan tinggi natrium.
d. Penyakit penyerta DM, Hipertensi
e. Riwayat alergi
c. Tersier
1. Pemeriksaan Laboratorium
a. CPKMB, LDH, AST
b. Elektrolit, ketidakseimbangan (hipokalemi).
c. Sel darah putih (10.000-20.000).
d. GDA (hipoksia).
2. Pemeriksaan Rotgen Mungkin normal atau menunjukkan pembesaran jantung di
duga GJK atau aneurisma ventrikuler.
3. Pemeriksaan EKG T inverted, ST elevasi, Q patologis.
4. Pemeriksaan lainnya
a. Angiografi koroner Menggambarkan penyempitan atau sumbatan arteri
koroner.
b. Pencitraan darah jantung (MVGA) Mengevaluasi penampilan ventrikel
khusus dan umum, gerakan dinding regional dan fraksi ejeksi (aliran darah).
I. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Nyeri akut
Diagnosa Keperawatan/ Rencana keperawatan
Masalah Kolaborasi Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

Nyeri akut berhubungan dengan: NOC : NIC :


Agen injuri (biologi, kimia, fisik,  Pain Level,  Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif
psikologis), kerusakan jaringan  pain control, termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
 comfort level kualitas dan faktor presipitasi
DS: Setelah dilakukan tinfakan  Observasi reaksi nonverbal dari
- Laporan secara verbal keperawatan selama …. Pasien ketidaknyamanan
DO: tidak mengalami nyeri, dengan  Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan
- Posisi untuk menahan nyeri kriteria hasil: menemukan dukungan
- Tingkah laku berhati-hati  Mampu mengontrol nyeri  Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi
- Gangguan tidur (mata sayu, (tahu penyebab nyeri, mampu nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan dan
tampak capek, sulit atau menggunakan tehnik kebisingan
gerakan kacau, menyeringai) nonfarmakologi untuk  Kurangi faktor presipitasi nyeri
- Terfokus pada diri sendiri mengurangi nyeri, mencari  Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan
- Fokus menyempit (penurunan bantuan) intervensi
persepsi waktu, kerusakan  Melaporkan bahwa nyeri  Ajarkan tentang teknik non farmakologi: napas
proses berpikir, penurunan berkurang dengan dala, relaksasi, distraksi, kompres hangat/ dingin
interaksi dengan orang dan menggunakan manajemen  Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri:
lingkungan) nyeri ……...
- Tingkah laku distraksi, contoh :  Mampu mengenali nyeri  Tingkatkan istirahat
jalan-jalan, menemui orang lain (skala, intensitas, frekuensi  Berikan informasi tentang nyeri seperti
dan/atau aktivitas, aktivitas dan tanda nyeri) penyebab nyeri, berapa lama nyeri akan
berulang-ulang)  Menyatakan rasa nyaman berkurang dan antisipasi ketidaknyamanan dari
- Respon autonom (seperti setelah nyeri berkurang prosedur
diaphoresis, perubahan tekanan  Tanda vital dalam rentang  Monitor vital sign sebelum dan sesudah
darah, perubahan nafas, nadi normal pemberian analgesik pertama kali
dan dilatasi pupil)  Tidak mengalami gangguan
- Perubahan autonomic dalam tidur
tonus otot (mungkin dalam
rentang dari lemah ke kaku)
- Tingkah laku ekspresif
(contoh : gelisah, merintih,
menangis, waspada, iritabel,
nafas panjang/berkeluh kesah)
- Perubahan dalam nafsu makan
dan minum
Penurunan curah jantung
Diagnosa Keperawatan/ Rencana keperawatan
Masalah Kolaborasi Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

Penurunan curah jantung b/d NOC : NIC :


gangguan irama jantung, stroke  Cardiac Pump  Evaluasi adanya nyeri dada
volume, pre load dan afterload, effectiveness  Catat adanya disritmia jantung
kontraktilitas jantung.  Circulation Status  Catat adanya tanda dan gejala penurunan
 Vital Sign Status cardiac putput
DO/DS:  Tissue perfusion: perifer  Monitor status pernafasan yang menandakan
- Aritmia, takikardia, bradikardia Setelah dilakukan asuhan gagal jantung
- Palpitasi, oedem selama………penurunan  Monitor balance cairan
- Kelelahan kardiak output klien teratasi  Monitor respon pasien terhadap efek
- Peningkatan/penurunan JVP dengan kriteria hasil: pengobatan antiaritmia
- Distensi vena jugularis  Tanda Vital dalam rentang  Atur periode latihan dan istirahat untuk
- Kulit dingin dan lembab normal (Tekanan darah, menghindari kelelahan
- Penurunan denyut nadi perifer Nadi, respirasi)  Monitor toleransi aktivitas pasien
- Oliguria, kaplari refill lambat  Dapat mentoleransi  Monitor adanya dyspneu, fatigue, tekipneu
- Nafas pendek/ sesak nafas aktivitas, tidak ada dan ortopneu
- Perubahan warna kulit kelelahan  Anjurkan untuk menurunkan stress
- Batuk, bunyi jantung S3/S4  Tidak ada edema paru,  Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
- Kecemasan perifer, dan tidak ada asites  Monitor VS saat pasien berbaring, duduk, atau

 Tidak ada penurunan berdiri

kesadaran  Auskultasi TD pada kedua lengan dan

 AGD dalam batas normal bandingkan

 Tidak ada distensi vena  Monitor TD, nadi, RR, sebelum, selama, dan

leher setelah aktivitas

 Warna kulit normal  Monitor jumlah, bunyi dan irama jantung


 Monitor frekuensi dan irama pernapasan
 Monitor pola pernapasan abnormal
 Monitor suhu, warna, dan kelembaban kulit
 Monitor sianosis perifer
 Monitor adanya cushing triad (tekanan nadi
yang melebar, bradikardi, peningkatan
sistolik)
 Identifikasi penyebab dari perubahan vital
sign
 Jelaskan pada pasien tujuan dari pemberian
oksigen
 Sediakan informasi untuk mengurangi stress
 Kelola pemberian obat anti aritmia, inotropik,
nitrogliserin dan vasodilator untuk
mempertahankan kontraktilitas jantung
 Kelola pemberian antikoagulan untuk
mencegah trombus perifer
 Minimalkan stress lingkungan

Intoleransi aktifitas
Diagnosa Keperawatan/ Rencana keperawatan
Masalah Kolaborasi Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

Intoleransi aktivitas NOC : NIC :


Berhubungan dengan :  Self Care : ADLs
 Observasi adanya pembatasan klien dalam
 Tirah Baring atau  Toleransi aktivitas
melakukan aktivitas
imobilisasi  Konservasi eneergi
 Kaji adanya faktor yang menyebabkan kelelahan
 Kelemahan menyeluruh Setelah dilakukan tindakan
 Monitor nutrisi dan sumber energi yang adekuat
 Ketidakseimbangan keperawatan selama ….
 Monitor pasien akan adanya kelelahan fisik dan
antara suplei oksigen Pasien bertoleransi terhadap
emosi secara berlebihan
dengan kebutuhan aktivitas dengan Kriteria
 Monitor respon kardivaskuler terhadap aktivitas
Gaya hidup yang Hasil :
(takikardi, disritmia, sesak nafas, diaporesis, pucat,
dipertahankan.  Berpartisipasi dalam
perubahan hemodinamik)
DS: aktivitas fisik tanpa
 Monitor pola tidur dan lamanya tidur/istirahat
 Melaporkan secara disertai peningkatan
pasien
verbal adanya kelelahan tekanan darah, nadi dan
 Kolaborasikan dengan Tenaga Rehabilitasi Medik
atau kelemahan. RR
dalam merencanakan progran terapi yang tepat.
 Adanya dyspneu atau  Mampu melakukan
 Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas yang
ketidaknyamanan saat aktivitas sehari hari
mampu dilakukan
beraktivitas. (ADLs) secara mandiri
 Bantu untuk memilih aktivitas konsisten yang sesuai
DO :  Keseimbangan aktivitas
dengan kemampuan fisik, psikologi dan sosial
dan istirahat
 Bantu untuk mengidentifikasi dan mendapatkan
 Respon abnormal dari sumber yang diperlukan untuk aktivitas yang
tekanan darah atau nadi diinginkan
terhadap aktifitas  Bantu untuk mendpatkan alat bantuan aktivitas
 Perubahan ECG : seperti kursi roda, krek
aritmia, iskemia  Bantu untuk mengidentifikasi aktivitas yang
disukai
 Bantu klien untuk membuat jadwal latihan diwaktu
luang
 Bantu pasien/keluarga untuk mengidentifikasi
kekurangan dalam beraktivitas
 Sediakan penguatan positif bagi yang aktif
beraktivitas
 Bantu pasien untuk mengembangkan motivasi diri
dan penguatan
 Monitor respon fisik, emosi, sosial dan spiritual
Gangguan pertukaran Gas
Diagnosa Keperawatan/ Rencana keperawatan
Masalah Kolaborasi Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

Gangguan Pertukaran gas NOC: NIC :


Berhubungan dengan :  Respiratory Status : Gas  Posisikan pasien untuk memaksimalkan
è ketidakseimbangan perfusi exchange ventilasi
ventilasi  Keseimbangan asam Basa,  Pasang mayo bila perlu
è perubahan membran kapiler- Elektrolit  Lakukan fisioterapi dada jika perlu
alveolar  Respiratory Status :  Keluarkan sekret dengan batuk atau suction
DS: ventilation  Auskultasi suara nafas, catat adanya suara
è sakit kepala ketika bangun  Vital Sign Status tambahan
è Dyspnoe Setelah dilakukan tindakan
 Berikan bronkodilator ;
è Gangguan penglihatan keperawatan selama ….
-………………….
DO: Gangguan pertukaran pasien
-………………….
è Penurunan CO2 teratasi dengan kriteria hasi:
 Barikan pelembab udara
è Takikardi  Mendemonstrasikan
 Atur intake untuk cairan mengoptimalkan
è Hiperkapnia peningkatan ventilasi dan
keseimbangan.
è Keletihan oksigenasi yang adekuat
 Monitor respirasi dan status O2
è Iritabilitas  Memelihara kebersihan paru
 Catat pergerakan dada,amati kesimetrisan,
è Hypoxia paru dan bebas dari tanda
penggunaan otot tambahan, retraksi otot
è kebingungan tanda distress pernafasan
supraclavicular dan intercostal
è sianosis  Mendemonstrasikan batuk
 Monitor suara nafas, seperti dengkur
è warna kulit abnormal (pucat, efektif dan suara nafas yang
 Monitor pola nafas : bradipena, takipenia,
kehitaman) bersih, tidak ada sianosis
kussmaul, hiperventilasi, cheyne stokes, biot
è Hipoksemia dan dyspneu (mampu
 Auskultasi suara nafas, catat area penurunan /
è hiperkarbia mengeluarkan sputum,
tidak adanya ventilasi dan suara tambahan
è AGD abnormal mampu bernafas dengan
 Monitor TTV, AGD, elektrolit dan ststus mental
è pH arteri abnormal mudah, tidak ada pursed
èfrekuensi dan kedalaman nafas lips)  Observasi sianosis khususnya membran mukosa

abnormal  Tanda tanda vital dalam  Jelaskan pada pasien dan keluarga tentang

rentang normal persiapan tindakan dan tujuan penggunaan alat

 AGD dalam batas normal tambahan (O2, Suction, Inhalasi)

 Status neurologis dalam  Auskultasi bunyi jantung, jumlah, irama dan


batas normal denyut jantung
Kelebihan volume cairan

Diagnosa Keperawatan/ Rencana keperawatan


Masalah Kolaborasi Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

Kelebihan Volume Cairan NOC : NIC :


Berhubungan dengan :  Electrolit and acid base
 Pertahankan catatan intake dan output yang
- Mekanisme pengaturan balance
akurat
melemah  Fluid balance
 Pasang urin kateter jika diperlukan
- Asupan cairan berlebihan  Hydration
 Monitor hasil lab yang sesuai dengan retensi
DO/DS : Setelah dilakukan tindakan
cairan (BUN , Hmt , osmolalitas urin )
- Berat badan meningkat keperawatan selama ….
 Monitor vital sign
pada waktu yang singkat Kelebihan volume cairan
 Monitor indikasi retensi / kelebihan cairan
- Asupan berlebihan teratasi dengan kriteria:
(cracles, CVP , edema, distensi vena leher,
dibanding output  Terbebas dari edema,
asites)
- Distensi vena jugularis efusi, anaskara
 Kaji lokasi dan luas edema
- Perubahan pada pola  Bunyi nafas bersih, tidak
 Monitor masukan makanan / cairan
nafas, dyspnoe/sesak ada dyspneu/ortopneu
nafas, orthopnoe, suara  Terbebas dari distensi  Monitor status nutrisi

nafas abnormal (Rales vena jugularis,  Berikan diuretik sesuai interuksi

atau crakles), , pleural  Memelihara tekanan vena  Kolaborasi pemberian obat:


effusion sentral, tekanan kapiler ....................................
- Oliguria, azotemia paru, output jantung dan  Monitor berat badan
- Perubahan status mental, vital sign DBN  Monitor elektrolit
kegelisahan, kecemasan  Terbebas dari kelelahan,  Monitor tanda dan gejala dari odema
kecemasan atau bingung
Kecemasan

Diagnosa Keperawatan/ Rencana keperawatan


Masalah Kolaborasi Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

Kecemasan berhubungan dengan NOC : NIC :


- Kontrol kecemasan
Faktor keturunan, Krisis Anxiety Reduction (penurunan kecemasan)
- Koping
situasional, Stress, perubahan
Setelah dilakukan asuhan  Gunakan pendekatan yang menenangkan
status kesehatan, ancaman
selama ……………klien  Nyatakan dengan jelas harapan terhadap
kematian, perubahan konsep diri,
kecemasan teratasi dgn kriteria pelaku pasien
kurang pengetahuan dan
hasil:  Jelaskan semua prosedur dan apa yang
hospitalisasi
 Klien mampu dirasakan selama prosedur

mengidentifikasi dan  Temani pasien untuk memberikan

DO/DS: mengungkapkan gejala keamanan dan mengurangi takut


cemas  Berikan informasi faktual mengenai
- Insomnia
 Mengidentifikasi, diagnosis, tindakan prognosis
- Kontak mata kurang
mengungkapkan dan  Libatkan keluarga untuk mendampingi
- Kurang istirahat
menunjukkan tehnik untuk klien
- Berfokus pada diri sendiri
mengontol cemas  Instruksikan pada pasien untuk
- Iritabilitas
 Vital sign dalam batas menggunakan tehnik relaksasi
- Takut
normal  Dengarkan dengan penuh perhatian
- Nyeri perut
 Postur tubuh, ekspresi  Identifikasi tingkat kecemasan
- Penurunan TD dan denyut nadi
wajah, bahasa tubuh dan  Bantu pasien mengenal situasi yang
- Diare, mual, kelelahan
tingkat aktivitas menimbulkan kecemasan
- Gangguan tidur
menunjukkan  Dorong pasien untuk mengungkapkan
- Gemetar
berkurangnya kecemasan perasaan, ketakutan, persepsi
- Anoreksia, mulut kering
- Peningkatan TD, denyut nadi,  Kelola pemberian obat anti cemas:........
RR
- Kesulitan bernafas
- Bingung
- Bloking dalam pembicaraan
- Sulit berkonsentrasi
DAFTAR PUSTAKA

Corwin, E.J. (2009). Handbook of pathophysiology. Alih bahasa: Pendit,BU. Jakarta: EGC.

Doengoes, M.E. (2006). Rencana Asuhan Keperawatan:Pedoman untuk Perencanaan dan


Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta :EGC.

Tambayong. J.(2007). Patofisiologi Keperawatan editor Monica Ester, S.Kep. Jakarta:


EGC.

Herdman, T. H. (2012). NANDA internasional. Diagnosis Keperawatan : Definisi dan


Klasifikasi 2012-2014. alih bahasa Made Sumarwati, Dwi Widiarti, Estu Tiar, editor bahasa
Indonesia Monica Ester. Jakarta : EGC.

Rokhaeni, H. (2003). Buku Ajar Keperawatan Kardiovaskuler edisi pertama. Jakarta:


Bidang Diklat Pusat Kesehatan Jantung dan Pembuluh Darah Nasional Harapan Kita.

Smeltzer. C.S & Bare.B (2006). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth. Jakarta : EGC.

Suyono, S et al. (2003). Buku ajar ilmu penyakit dalam edisi ketiga. Jakarta : Balai Penerbit
FKUI

Anda mungkin juga menyukai