Disusun untuk memenuhi salah satu tugas Stase Keperawatan Gawat Darurat dan Keritis
Program Profesi Ners Angkatan IX
Disusun oleh :
Irma Yanti
KHG.D 19054
SYOK HIPOVOLEMIK
1. SYOK HIPOVOLEMIK
A. DEFINISI
Ashadi,2006).
Kemudian diikuti perfusi jaringan dan organ yang tidak adekuat, yang
karena hilangnya cairan yang berasal dari plasma (misalnya, diare berat,
Suddarth,2002).
B. ETIOLOGI
C. MANIFESTASI KLINIK
terjadi pada pasien usia lanjut, masih dapat ditolerir juga dibandingkan
kehilangan dalam waktu yang cepat atau singkat. (Toni Ashadi, 2006).
asidosis jaringan.
D. PATOFISIOLOGI
a) Fase Kompensasi
jantung, otak dan otot skelet dan penurunan aliran darah ke tempat
yang kurang vital. Faktor humoral dilepaskan untuk menimbulkan
menurun.
b) Fase Progresif
karbonat di jaringan.
c) Fase Irevesibel
tidak mampu lagi memompa darah yang cukup, paru menjadi kaku,
Trauma pada jaringan tubuh Pengeluaran keringat Kerusakan adrenal Obstruksi usus halus
berlebihan, diare, pada ginjal
muntah, intake air
Luka bakar Destruksi kapiler dan elektrolit tidak
adekuat Distensi usus halus
Sekresi aldosterone
Kehilangan menurun
protein melalui Perdarahan
sel yang
Aliran balik vena
terkelupas
Berkurangnya cairan Kegagalan dalam pada dinding usus
di seluruh retensi air dan Na+ terhambat
kompartemen tubuh
Berkurangnya termasuk
Peningkatan tekanan
protein plasma intravaskuler
kapiler usus halus
intravaskuler
d) Dehidrasi kronis
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a) Pasien dengan hipotensi dan kondisi tidak stabil harus pertama kali
perdarahan.
polos dada posisi tegak dilakukan jika dicurigai ulkus perforasi atau
subur. Jika pasien hamil dan sementara mengalami syok, konsultasi bedah
ektopik pada pasien dengan hasil tes kehamilan negatif jarang, namun
pernah dilaporkan.
e) Jika dicurigai terjadi diseksi dada karena mekanisme dan penemuan dari
pada pasien yang stabil atau tidak stabil. CT-Scan umumnya dilakukan
G. PENATALAKSANAAN MEDIS
dalam paru.
dibius dan yang mendapat trauma pada perut serta kepala (otak).
3) Penderita hanya boleh minum bila penderita sadar betul dan tidak ada
intravaskuler.
diberikan jenis cairan yang sama dengan cairan yang hilang, darah
darah lengkap.
1. Primari survay
Pemeriksaaan jasmaninya diarahkan kepada diagnosis cidera yang
jelas terlihat, memperoleh akses intra vena yang cukup, dan menilai
perfusi jaringan. Perdarahan dari luka luar biasanya dapat dikendalikan
dari patah tulang pelvis atau ekstremitas bawah, namun tidak boleh
tingkat kesadaran, pergerakan mata dan respon pupil, fungsi motorik dan
fungsi sistem saraf sentral tidak selalu disebabkan cidera intra kranial
terapi syok menjadi sulit. Pada penderita yang tidak sadar distensi
dengan memasukan selamh atau pipa kedalam perut melalui hidung atau
aspirasi.
produksi urine. Darah pada uretra atau prostad pada letak tinggi, mudah
2. Sekundery survey
Harus segera dapat akses kesistem pembulu darah. Ini paling baik
kecepatan aliran berbanding lirus dengan empat kali radius kanul, dan
lebih baik kateter pendek dan kaliber besar agar dapat memasukkan cairan
adalah lengan bawah atau pembulu darah lengan bawah. Kalau keadaan
persen steril, karena itu bila keadaan penderita sedah memungkinya, maka
atau hemotorak, pada penderita pada saat itu mungkin sudah tidak stabil.
yang penting untuk memilih prosedur atau caranya adalah pengalaman dan
Analisis gas darah arteri juga harus dilakukan pada saat ini. Foto torak
haris diambil setelah pemasangan CVP pada vena subklavia atau vena
Ringer Laktat adalah cairan pilihan pertama. NaCl fisiologis adalah pilihan
kurang baik.
mOsm/L
Ringer 130 4 109 3 28* 273
Laktat
Ringer 130 4 109 3 28: 273
Asetat
NaCl 154 - 154 - - 308
0.9%
* sebagai laktat
: sebagai asetat
H. ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. Primery Survey
a. Airway: Kaji kepatenan jalan nafas klien, adanya sumbatan atau
obstruksi, serta kaji bunyi nafas tambahan
b. Breathing: Kaji pola nafas klien, frekuensi pernafasan, pergerakan
dada klien, bentuk dada, atau adanya bantuan pernafasan
c. Circulation: Tekanan darah normal/ sedikit dibawah normal (selama
hasil curah jantung tetap meningkat). Denyut perifer kuat, cepat
(perifer hiperdinamik): lemah/lembut/mudah hilang, takikardi ekstrem
(syok). Akral dingin.
d. Disability: Kaji adanya penurunan tingkat kesadaran, adanya ganggun
verbal, motorik dan sesorik serta refleks pupil, (GCS).
e. Exsposure: Kaji tanda-tanda trauma yang ada, suhu
f. Folley : Katerisasi kandung kencing memudahkan penilaian urin akan
adanya hematuria dan evaluasi dari perfusi ginjal dengan memantau
produksi urine. Darah pada uretra atau prostad pada letak tinggi,
mudah bergerak, atau tidak tersentuh pada laki-laki merupakan
kontraindikasi mutlak bagi pemasangan keteter uretra sebelum ada
konfirmasi kardiografis tentang uretra yang utuh (Kirby, 2010).
2. Secondary Survey
Pengkajian sekunder dilakukan setelah masalah ABC yang
ditemukanpada pengkajian primer diatasi. Pengkajian sekunder meliputi
pengkajianobyektif dan subyektif dari riwayat keperawatan (riwayat
penyakit sekarang,riwayat penyakit terdahulu, riwayat pengobatan, riwayat
keluarga) danpengkajian dari kepala sampai kaki.
a. Pengkajian Riwayat Penyakit :
1) Keluhan utama dan alasan pasien datang ke rumah sakit
2) Lamanya waktu kejadian samapai dengan dibawa ke rumah sakit
3) Tipe cedera, posisi saat cedera dan lokasi cedera
4) Gambaran mekanisme cedera dan penyakit yang ada (nyeri)
5) Waktu makan terakhir
Menurut Horne (2000), pengkajian pada klien syok hipovolemik
meliputi:
1. Penampilan umum (GCS)
2. Riwayat penyakit/pengkajian SAMPLE
(Sign and Symptom, Allergies, Medications, Past Illness, Last Meal,
Event leading to injury or illness)
3. Pengkajian nyeri (PQRST)
4. Tanda dan gejala
b. Riwayat pengobatan yang dilakukan untuk mengatasi sakit
sekarang,imunisasi tetanus yang dilakukan dan riwayat alergi klien.
Metode pengkajian yang sering dipakai untuk mengkaji riwayat klien :
S (Signs and Symptoms)
Tanda dan gejala yang di observasi dan dirasakan klien
A (Allergis)
Alergi yang dimiliki klien
M (Medications)
Tanyakan obat yang telah diminum klien untuk mengatasi
keluhan
P (Pertinent Last Medical Hystori)
Riwayat penyakit yang di derita klien
L (Last Oral Intakesolid or Liquid)
Makan/minum terakhir, jenis makanan
E (Event Leading Toinjury or Illnes)
Pencetus/kejadian penyebab keluhan
c.Pemeriksaan Fisik
1) Kepala : Bentuk kepala, adanya atau tidaknya nyeri tekan
2) Sistem Pernafasan : Pernafasan cepat dan dalam
3) Sistem Kardiovaskuler : Tekanan darah normal/ sedikit dibawah
normal (selama hasil curah jantung tetap meningkat). Denyut
perifer kuat, cepat (perifer hiperdinamik): lemah/lembut/mudah
hilang, takikardi ekstrem (syok). Suara jantung : disritmia dan
perkembangan S3 dapat mengakibatkan disfungsi miokard, efek
dari asidosis/ketidak seimbangan elektrolit.
4) Sistem Eliminasi : Diare, penurunan haluaran, konsentrasi urine
perkembangan ke arah oliguri,anuria.
(Kirby, 2010)
3.Tertiery Survey
a. Sel Darahh Putih : Ht mungkin meningkat pada status hipovolemik
karena hemokonsentrasi. Leukopenia (penurunan SDP) terjadi
sebelumnya, dikuti oleh pengulangan leukositosis (15.000 – 30.000)
dengan peningkatan pita (berpiindah ke kiri) yang mempublikasikan
produksi SDP tak matur dalam jumlah besar.
b. Elektrolit serum ; berbagai ketidak seimbangan mungkin terjadi dan
menyebabkan asidosis, perpindahan cairan, dan perubahan fungsi
ginjal.
c. EKG dapat menunjukan perubahan segmen ST dan gelombang T dan
disritmia.
I. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan pola nafas tidak efektif b/d penurunan ekspansi paru.
J. INTERVENSI KEPERAWATAN
O
1 Gangguan polaSetelah dilakukan tindakan - Evaluasi frekuensi
berpartisipasi selama
indikasi
tambahan sesuai
kebutuhan.
Kolaborasi :
pengobatan pernafasan
(sebelum /sesudah
pengobatan)
2 Perubahan Setelah dilakukan tindakan - Awasi tanda vital,
perdarahan. Hubungi
kehangatan
Kolaborasi
- Berikan cairan
indikasi
- Awasi pemeriksaan
laboratorium, contoh:
Hb/Ht
3 Nyeri b/dNyeri berkurang dengan - Pertahankan imobilisasi
teknik manajemen
dalam
atau tiba-tiba
Kolaborasi
flekseril)
dikontrol
4 Gangguan Setelah dilakukan tindakan - Awasi tanda vital, CVP
pengeluaran cairan.
- Perhatikan karakteristik
menyertai atau
mencetusnya.
- Tingkatkan pemasukan
cairan sampai 3 – 4
toleransi
- Berikan penggantian
elektrolit, plasma,
albumin.
Kolaborasi :
contoh :
proklorparazin
( compazin).
5 Gangguan polaSetelah dilakukan asuhan - Awasi pemasukan dan
- Tidak mengalamiKolaborasi
nefrostomi) bila
menggunakan
indikasi, contoh:
asetazolamid (diamox),
Alupurinol (ziloprim)
sesuai indikasi
6 Kurangnya Setelah dilakukan tindakan - Kaji ulang prognosis dan
mendapatkan informasi
penyakitnya
- Peragakan penerapan
terapi yang
diprogramkan.
DAFTAR PUSTAKA
EGC, Jakarta.