OLEH :
PUTU DEWI DIAH PERTIWI
1902621048
6. Gejala Klinis
Mayoritas pasien mengalami sesak napas memberat yang akut sehingga
membutuhkan pertolongan segera (Ponikowski, et al., 2016; Pauly, 2014)
a. ADHF: perburukan gejala gagal jantung kronis, ditandai dengan sesak napas
yang makin memberat, edema tungkai, ortopnea, ronki basah halus; rontgen
dada biasanya normal. Dapat dibagi berdasarkan profil hemodinamiknya
(perfusi-hangat, dingin dan kongesti-basah, kering)
b. Edema paru akut: sesak napas tiba-tiba disertai distress pernapasan dan
penurunan saturasi oksigen (<90%), ronkhi basah lebih dari ½ lapang paru
dapat disertai wheezing atau batuk darah
c. Syok kardiogenik didapati tanda klinis syok (hipoperfusi jaringan) dapat
berupa penurunan tekanan darah (90/60 mmHg) akral dingin, kesadaran
menurun, disertai nyeri dada dan sesak napas, lebih sering karena sindrom
koroner akut (NSTEMI atau STEMI)
d. Gagal jantung hipertensif: gejala mirip dengan ADHF atau edema paru akut,
namun fungsi ventrikel kiri baik dan ditemukan hipertensi
e. Gagal jantung kanan: sesak napas, asites, hepatomegali, edema tungkai, serta
tekanan jugular meningkat
Banyak tanda-tanda gagal jantung yang terjadi akibat retensi air dan natrium
yang biasanya akan membaik dengan cepat dengan pemberian terapi diuretik.
Riwayat medis pasien juga penting bagi penegakan diagnosis, dan gagal jantung
tidak lazim terjadi pada pasien tanpa adanya riwayat medis yang relevan, misalkan
riwayat infark miokard yang akan meningkatkan kemungkinan terjadinya gagal
jantung pada pasien dengan tanda dan gejala yang khas (Purwowiyoto, 2018).
Setelah diagnosis gagal jantung ditegakkan, sangatlah penting untuk
menentukan penyebabnya, terutama penyebab yang dapat dikoreksi. Gejala dan
tanda merupakan hal penting yang harus selalu dimonitor sebagai respon terapi
dan tanda kestabilan pasien dengan gagal jantung. Gejala yang menetap pada
pasien dengan terapi gagal jantung biasanya menandakan perlunya terapi
tambahan, dan perburukan gejala membutuhkan penanganan medis yang serius.
Berikut merupakan tanda dan gejala gagal jantung menurut ESC yang dikeluarkan
di tahun 2016 (Purwowiyoto, 2018).
Gejala Tanda
Tipikal Lebih spesifik
- Sesak napas - Peningkatan JVP
- Ortopneu - Reflek hepatojuguler
- Paroksismal nokturnal dispneu - Bunyi jantung 3 (gallop)
- Penurunan toleransi aktivitas - Impuls apikal yang bergeser ke
- Kelelahan, letih, dan kebutuhan lateral
waktu yang lebih banyak untuk - Bising jantung
istirahat setelah aktivitas
- Edema tungkai
Kurang tipikal Kurang spesifik
- Batuk malam - Edema perifer (tungkai, skrotal)
- Mengi - Krepitasi paru
- Peningkatan berat badan - Efusi pleura
>2kg/minggu - Takikardia
- Penurunan berat badan (pada - Pulsasi irregular
gagal jantung lanjut) - Takipneu (>16x/menit)
- Perasaan penuh - Hepatomegali
- Kurang nafsu makan - Asites
- Bingung (terutama pada usia - Kakeksia
tua)
- Depresi
- Palpitasi
- Sinkop
7. Pemeriksaan Fisik
Penilaian secara sistematik presentasi klinik sangat penting, meliputi riwayat
penyakit dan pemeriksaan fisik yang teliti. Penilaian perfusi perifer, suhu kulit,
peninggian tekanan pengisian tekanan vena sangat penting. Adanya sistolik
murmur dan diastolik murmur, demikian juga irama gallop sangat perlu dideteksi
pada auskulultasi bunyi jantung. Mitral insufisiensi sangat sering ditemukan pada
fase akut. Adanya stenosis aorta atau insufisiensi aorta juga harus dideteksi.
Kongesti paru dideteksi denngan auskultasi dada dimana ditemukan ronkhi basah
pada kedua basal paru dan kontriksi bronkhial seluruh lapangan paru sebagai
petanda peninggian dari tekanan pengisian ventrikel kiri. Tekanan pengisian
jantung kanan dapat dinilai dari evaluasi pengisian vena jugularis (Ksatria dan
Anggriyani, 2015).
8. Pemeriksaan Diagnostik/Penunjang
Adapun beberapa pemeriksaan yang dapat dilakukan pada pasien dengan
ADHF menurut Ksatria dan Anggriyani (2015), yaitu:
a. Pemeriksaan EKG, untuk melihat ada tidaknya infark miokardial akut dan
mengkaji kompensasi, seperti hipertropi ventrikel. Irama sinus atau atrium
fibrilasi, gelombang mitral, yaitu gelombang P yang melebar serta berpuncak
dua serta tanda RVH, LVH jika lanjut usia cenderung tampak gambaran atrium
fibrilasi.
b. Echocardiografi dapat membantu evaluasi miokard yang iskemik atau
nekrotik pada penyakit jantung koroner
c. Foto X-ray thorak untuk melihat adanya kongesti pada paru dan pembesaran
jantung
d. Sonogram : dapat menunjukkan dimensi pembesaran bilik, perubahan dalam
fungsi/struktur katup atau penurunan kontraktilitas ventrikular
e. Kateterisasi jantung: dapat menunjukkan tekanan abnormal merupakan
indikasi dan membantu membedakan gagal jantung sisi kanan verus sisi kiri,
dan stenosis katup atau insufisiensi, juga mengkaji fungsi arteri kororner. Zat
kontras disuntikkan kedalam ventrikel menunjukkan ukuran abnormal dan
ejeksi fraksi/perubahan kontraktilitas.
f. Foto polos dada, terdiri dari:
- proyeksi A-P; konus pulmonalis menonjol, pinggang jantung hilang,
cefalisasi arteria pulmonal
- proyeksi RAO; tampak adanya tanda-tanda pembesaran atrium kiri dan
pembesaran ventrikel kanan.
g. Laboratorium, terdiri dari pemeriksaan: (1) hematologi : hb, ht, leukosit; (2)
elektrolit : K, Na, Cl, Mg; (3) enzim jantung (CK-MB , troponin, LDH); (3)
gangguan fungsi ginjal dan hati : BUN, kreatinin, urine lengkap, SGOT,
SGPT; (4) gula darah; (5) kolesterol, trigliserida; dan (6) analisa gas darah.
9. Diagnosis/Kriteria Diagnosis
Ksatria dan Anggriyani (2015) menyatakan diagnosis ADH F ditegakkan
berdasarkan gejala, penilaian klinis, serta pemeriksaan penunjang, seperti pemeriksaan
EKG, foto toraks, laboratorium, dan ekokardiografi doppler. Adapun kriteria mayor dan
minor, yaitu:
Kriteria mayor terdiri dari: Kriteria minor terdiri dari:
1. paroksismal nokturnal dyspnea 1. edema ekstremitas
2. distensi vena jugularis 2. batuk malam hari
3. ronkhi paru 3. dispneu d’effort
4. kardiomegali 4. hepatomegali
5. edema paru akut 5. efusi pleura
6. suara gallop S3 6. penurunan kapasitas vital 1/3
7. peningkatan tekanan vena dari normal
jugularis > 16 cmH2O 7. takikardia (>120x/menit)
8. refluks hepatojugular
9. waktu sirkulasi > 25 detik
Kriteria mayor ataupun minor : kehilangan berat badan >4,5 kg dalam 5 hari
sebagai respon terhadap pengobatan.
Diagnosis pasti gagal jantung apabila memenuhi dua kriteria mayor, atau satu
kriteria mayor dan dua kriteria minor.
2 Gangguan pertukaran Setelah diberikan asuhan keperawatan selama … x NIC Label: Acid-Base Management
gas …. jam diharapkan pertukaran gas pada alveoli 1. Pantau hasil pemeriksaan analisa gas darah
kembali efektif dengan kriteria hasil: 2. Kaji adanya pengeluaran asam/basa berlebih dari tubuh
NOC Label: Respiratory Status: Gas Exchange 3. Kolaborasi pemberian medikasi untuk mengkoreksi
1. PO2 dalam rentang normal (80-100 mmHg) keseimbangan asam-basa
2. PCO2 dalam rentang normal (35-45) 4. Kolaborasi pemberian oksigen sesuai indikasi
3. pH darah dalam rentang normal (7,35-7,45)
4. HCO3- dalam rentang normal (22-26 mmol/L) NIC Label: Airway Management
5. BE dalam rentang normal (-2 s/d +2) 1. Auskultasi adanya suara napas tambahan
6. SaO2 dalam rentang normal 2. Kaji frekuensi, irama, dan kedalaman napas pasien
3. Berikan posisi semifowler
NOC Label: Respiratory Status: Ventilation 4. Kolaborasi pemberian bronkodilator
1. Tidak ada sesak napas
2. RR dalam rentang normal (16-20 kali/menit)
3. Tidak ada suara napas tambahan
4. Tidak ada penggunaan otot bantu napas
3 Intoleransi aktivitas Setelah diberikan asuhan keperawatan selama NIC Label: Energy Management
…..x….. diharapkan intoleransi aktivitas kx teratasi 1. Kaji keterbasan fisik klien
dengan criteria hasil : 2. Tentukan penyebab kelelahan dari pasien (misalnya
NOC Label: Fatigue Level nyeri dan pengobatan)
1. Kelelahan berkurang 3. Monitor respon dari fungsi kardiorespiratori terhadap
2. Saturasi oksigen dapat terkontrol aktivitas (seperti takikardia, dispnea, diaphoresis, RR)
4. Tingkatkan istirahat atau batasi aktivitas pasien.
NOC Label: Respiratory status
1. RR dalam batas normal (16-20x/mnt) NIC Label: Oxygen Therapy
1. Berikan oksigen sesuai indikasi.
NOC Label : Activities of Daily Living (ADL) 2. Monitor efektivitas terapi oksigen
1. Hygiene pasien dapat terpenuhi.
NIC Label: Self Care Assistance
1. Monitor kemampuan pasien untuk memenuhi
kebutuhan self care
2. Bantu pasien untuk memenuhi kebutuhan self care
sampai pasien bisa mandiri
4 Kelebihan volume Setelah diberikan asuhan keperawatan selama ...x … NIC Label: Fluid Management
cairan jam diharapkan tercapai keseimbangan antara asupan 1. Pertahankan keakuratan intake dan output cairan.
dan haluaran cairan, dengan kriteria hasil: 2. Monitor hasil lab yang berhubungan dengan retensi
NOC Label: Fluid Balance cairan (peningkatan BUN, peningkatan hematokrit,
1. Tekanan darahdalam batas normal(tekanan darah peningkatan osmolaritas urine)
sistolik berada dalam rentang 110-129 mmHg dan 3. Monitor tanda-tanda vital
tekanan darah diastolik berada dalam rentang 70- 4. Monitor indikasi dari kelebihan volume cairan/retensi
89 mmHg). seperti peningkatan CVP, edema, distensi vena
2. Denyut nadi dalam batas normal (60-100x/menit). jugularis.
3. Tercapai keseimbangan intake dan output cairan. 5. Kaji lokasi dan faktor pemicu edema.
4. Turgor kulit elastis.
5. Membran mukosa lembab. NIC Label: Fluid Monitoring
1. Monitor intake dan output tiap hari.
2. Monitor serum albumin dan total protein level.
3. Monitor serum dan osmolalitas urine.