Anda di halaman 1dari 14

SATUAN ACARA PEMBELAJARAN

PENDIDIKAN DALAM KEPERAWATAN

Dibuat oleh :

Ghina Fitriyah 1410105005

Dosen Pembimbing : Delima SKM, M.Pd

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


STIKES ALIFAH
PADANG
2016
SATUAN ACARA PEMEBELAJARAN

Topik : Pankreatitis
Sasaran : Mahasiswa/Mahasiswi STIkes Alifah Padang
Tempat : Ruang Kelas STIKes Alifah
Hari / Tanggal : Jumat / 20 Mei 2016
Waktu : Pukul 08.30 – 09.00 Wib (1 x 30 menit)

1. Standar Kompetensi.
 Menjelaskan tentang penyakit Pankreatitis.

2. Kompetensi Dasar.
 Setelah diberikan pendidikan kesehatan mahasiswa mampu :
a. Menjelaskan apa itu penyakit Pankreatitis
b. Menjelaskan Klasifikasi Pancreatitis
c. Mengetahui tanda dan gejala Pankreatitis
d. Mengetahui komplikasi Pankreatitis
e. Mengetahui pemeriksaan penunjang Pankreatitis
f. Mengetahui penatalaksaan medis Pankreatitis.

3. Pokok Bahasan : Pankreatitis

4. Sub Pokok Bahasan :


 Pengertian Pankreatitis.
 Klasifikasi Pankreatitis
 Tanda dan Gejala Pankreatitis
 Komplikasi Pankreatitis
 Pemeriksaan Penunjang Pankreatitis
 Penatalaksanaan Medis Pankreatitis

5. Waktu : 1 X 30 menit.
6. Media Pembelajaran :
 LCD Proyektor
 Laptop

7. Model Pembelajaran :
 Pertemuan di kelas

8. Berdasarkan Landasan Teori

9. Langkah Pokok
 Menciptakan suasana kelas yang nyaman
 Mengajukan masalah
 Membuat keputusan nilai personal
 Memberikan penjelasan tentang penyakit Pankreatitis
 Menetapkan tindak lanjut

10. Metode
 Ceramah
 Tanya Jawab

11. Persiapan
 Mencari materi tentang penyakit Pankreatitis.

12. Kegiatan Pendidikan Kesehatan.


Tahapan dan Kegiatan Peserta
No Tindakan Kegiatan Pembelajaran
Waktu Pembelajaran
1 Pembukaan 5 menit  Memberikan Salam  Menjawab salam
 Memperkenalkan diri dengan  Mendengarakan dan
baik merespon terhadap
 Menjelaskan materi secara umum pembelajaran dan
 Menyampaikan tujuan memperhatikan dengan
pembelajaran baik.
2 Pelakasanaan 20 menit  Menggali pengetahuan  Memperhatikan
Mahasiswa / Mahasiswi tentang
Pankreatitis
 Menjelaskan pengertian
 Mendengarkan
Pankreatitis
 Menjelaskan Klasifikasi
 Mendengarkan
Pankreatitis
 Menjelaskan Tanda dan gejala
Pankreatitis  Memperhatikan
 Menjelaskan komplikasi
Pankreatitis  Mendengarkan
 Menjelaskan Pemeriksaan
penunjang dan penatalaksanaan  Mendengarkan
medis Pankreatitis.
3 Penutup 5 menit  Menyimpulkan dan mengavaluasi  Mendengarkan dan
hasil pembelajaran berperan aktif dalam
 Menyampaikan salam penutup menyampaikan materi
yang diberikan
 Membalas salam
penutup

Kriteria Evaluasi :
1. Evaluasi Proses
a. Mahasiswa mengikuti pembelajaran sampai selesai
b. Diharapkan tidak ada mahasiswa yang keluar masuk selama pembelajaran
berlangsung
c. Mahasiswa dapat mengikuti pembelajaran dengan tenang.
2. Evaluasi Hasil
Diharapkan mahasiswa mampu :
a. Mahasiswa mampu menyebutkan pengertian Pankreatitis.
b. Mahasiswa mampu menyebutkan tanda dan gejalan Pankreatitis.
c. Mahasiswa mampu menyebutkan Komplikasi dari Pankreatitis.

13. Materi Pembelajaran


 Terlampir.
Lampiran Materi

MATERI PEMBELAJARAN

A. Defenisi Pankreatitis.
Pankreatitis ( Inflamasi Pankreas ) merupakan penyakit yang serius pada pancreas
dengan insesitas yang dapat berkisar mulai dari kelainan yang relative ringan dan sembuh
sendiri hingga penyakit yang berjalan dengan cepat dan fatal yang tidak bereaksi terhadap
berbagai pengobatan ( Brunner, Sudarth, 2002, KMB ).
Pancreatitis adalah reaksi peradangan pancreas. Pancreatitis ( Inflamasi Pankreas )
merupakan penyakit yang serius pada pancreas dengan intensitas yang dapat berkisar dari
kelainan yang relative ringan dan sembuh sendiri hingga penyakit yang berjalan dengan
cepat dan fatal yang bereaksi dengan pengobatan. Terdapat beberapa teori tentang
penyebab atau mekanisme terjadinya pancreatitis yang pada umumnya dapat dikatakan
sebagai otodigesti pancreas. Umumnya semua teori ini menyatakan bahwa duktus
pankreatis tersumbat disertai oleh hipersekresi enzim – enzim eksotrin dari pancreas.
Enzim – enzim ini memasuki saluran empedu serta diaktifkan disana dan kemudian
bersama getah empedu mengalir balik ( refluksi ) kedalam duktus pankreatis sehingga
terjadi pancreatitis.
Pankreatis adalah kondisi inflamasi yang menimbulkan nyeri dimana enzim
pancreas diaktifasi secara premature mengakibatkan autodigestive dari pancreas
(Doengoes, 2000 ; 558).
Pankreatitis akut adalah inflamasi pancreas yang biasanya terjadi akibat
alkoholisme dan penyakit saluran empedu seperti kolelitiasis dan kolesistisis (Sandra M.
Nettina . 2001).
Pankreatitis adalah peradangan pada pancreas, organ yang mengeluarkan enzim
pencernaan dalam saluran pencernaan, dan sekaligus mensintesis dan mensekresi insulin
dan glucagon. Pankreatitis dapat disebabkan oleh batu empedu yang menyumbat saluran
pancreas, konsumsi alcohol yang kronis, obat – obatan , trauma , infeksi, tumor dan
kelainan genetic.
Pancreatitis akut dengan gejala utama nyeri perut bagian atas yang terasa terus –
menerus selama beberapa hari, bahkan bisa disertai dengan demam, pembengkakan ,
mual, muntah, peningkatan irama jantung ( takikardis ). Dalam kasus yang parah dapat
berakibat dehidrasi, tekanan darah rendah, syok, kegagalan organ, dan kematian.

B. Klasifikasi Pankreatitis.
1. Pankreatitis Akut.
Pankreatitis akut adalah inflamasi pada pancreas yang terjadi akibat proses
tercernanya organ ini oleh enzim – enzimnya sendiri. Maksudnya secara normal
pancreas dilindungi oleh enzim – enzim digestinya sendiri tapi karena terjadi
kerusakan bisa mengakibatkan organ ini tercerna oleh enzim sehingga terjadi
inflamasi. Peradangan pancreas yang terjadi secara tiba – tiba, bisa bersifat ringan
atau berakibat fatal. Secara normal pancreas mengalirkan getah pancreas melalui
saluran pancreas ( duktus pancreatikus menuju ke usus 12 jari ( duodenum )). Getah
pancreas ini mengandung enzim – enzim pencernaan dalam bentuk yang tidak aktif
dan suatu penghambat yang bertugas mencegah pengaktifan enzim dalam
perjalanannya menuju ke duodenum. Sumbatan pada duktus pankreatikus ( mislanya
oleh batu empedu pada Sfingter Oddi ) akan menghentikan aliran getah pancreas.
Biasanya sumbatan ini bersifat sementara dan menyebabkan kerusakan kecil yang
akan segera diperbaiki. Namun bila sumbatan berlanjut, enzim yang teraktifasi akan
terkumpul dipankreas, melebihi penghambatanya dan mulai mencerna sel – sel
pancreas , menyebabkan peradangan yang berat. Kerusakan pada pancreas bisa
mneyebabkan enzim keluar dan masuk ke aliran darah atau rongga perut, dimana
akan terjadi iritasi dan peradangan dari selaput rongga perut ( perotinitis ) atau organ
lainnya. Bagian dari pancreas yang menghasilkan hormon, terutama hormone insulin ,
cenderung tidak dihancurkan atau dipengaruhi.

2. Pankreatitis Kronik.
Pancreatitis kronik merupakan kelainan inflamasi yang ditandai oleh kehancuran
anatomis dan fungsional yang progresif pada pancreas ( Brunner, Sudarth , 2002 ,
KMB ). Dengan digantikannya sel – sel pancreas yang normal oleh jaringan ikat
akibat serangan pancreatitis secara berulang – berulang, maka tekanan dalam
pancreas akan meningkat. Pancreatitis kronik diartikan sebagai destruksi parenkim
eksokrin pancreas yang irreversible. Peradangan pancreas yang tidak sembuh –
sembuh, yang semakin parah dari waktu ke waktu dan mengakibatkan keruskan
pancreas yang permanen. Penyebab paling umum adalah mengkonsumsi alcohol yang
berlebihan selama bertahun – tahun , tetapi kondisi seperti gangguan herediter (
keturunan ), gangguan autoimun ( imunitas tubuh ). Pancreatitis kronik memiliki
kesamaan gejala dengan pancreatitis akut, dan gejala tambahan berupa diare, kotoran
berminyak dan penurunan berat badan.

C. Tanda dan Gejala Pankreatitis.


1. Nyeri abdomen yang hebat merupakan gejala utama pancreatitis.
2. Pasien tampak berada dalam keadaan sakit berat defens muskuler teraba pada
abdomen.
3. Perut yang kaku atau mirip papan dapat terjadi dan merupakan tanda yang fatal.
Namun demikian abdomen dapat tetap lunak jika terjadi peritonitis.
4. Bising usus biasanya menurun sampai hilang.
5. Kekakuan otot.
6. Ekimosis ( memar ) didaerah pinggang dan sekitar umbulikus.
7. Mual dan muntah umumnya dijumpai pada pancreatitis akut.
8. Hipotensi yang terjadi bersifat khas dan mencerminkan kekuatan hipovolemia.
9. Syok akibat :
a. Hipovolemia karena eksudasi darah dan protein kedalam ruang retroperineum
(retroperineal burn).
b. Peningkatan pembentukkan dan pelepasan peptide kinin yang menyebabkan
vasodilatasi dan peningkatan permeabilitas vascular.
c. Syok yang disebabkan oleh kehilangan sejumlah besar cairan yang kaya protein,
karena cairan ini mengalir kedalam jaringan dan rongga peritoneum.
10. Pasien dapat mengalamin takikardia, sianosis dan kulit yang dingin serta basah
disamping gejala hipotensi.
11. Gejala infiltrasi paru yang difus , dispnoe, tachipnoe dan hasil pemeriksaan gas darah
abnormal.

Adapun tanda dan gejala yang lain adalah :


1. Pancreatitis akut.
Nyeri abdomen yang hebat merupakan gejala utama pasien pankreatitis dibawa /
datang kerumah sakit. Rasa sakit dan nyeri tekan pada abdomen yang disertai dengan
nyeri punggung terjadi akibat iritasi dan edema pada pancreas yang mengalami
inflamasi tersebut sehingga memicu rangsangan pada ujung saraf. Peningkatan
tekanan pada kapsul pancreas dan obstruksi duktus pankreatikus juga menimbulkan
rasa sakit. Secara khas rasa sakit timbul pada bagian tengah ulu hati. Awitanya sering
bersifat akut dan terjadi 24 jam hingga 48 jam setelah makan atau mengkonsumsi
minuman keras, rasa sakit ini dapat bersifat menyebar dan sulit ditentukan lokasinya.
Umumnya rasa sakit bertambah parah setelah makan dan tidak dapat diredakan
dengan pemberian antacid. Rasa sakit dapat disertai dengan distensi abdomen yang
dapat diraba tapi batasanya tidak jelas dan dengan penurunan peristaltic. Rasa sakit
yang disebabkan oleh pancreatitis sering dijumpai dengan muntah.
Mual dan muntah umumnya dijumpai dengan pancreatitis akut. Muntah biasanya
berasal dari isi lambung, tetapi juga mengandung getah empedu, gejala parah, ikterus,
konfusi, dan agitasi dapat terjadi. Hipotensi yang terjadi bersifat khas dan
mencerminkan keadaan hipovolema serta syok yang disebabkan oleh kehilangan
sebagian besar cairan yang kaya akan protein karena cairan ini mengalir kedalam
jaringan dan rongga peritoneum. Pasien dapat mengalami takikardi sianosis dan kulit
yang dingin serta basah disampinng gejala hipotensi. Gagal ginjal akut sering
dijumpai pada keadaan ini.

2. Pankreatitis Kronik.
Nyeri yang hebat didaerah abdomen bagian atas dan punggung serta disertai
muntah. Penurunan berat badan merupakan masalah utama pada pancreatitis kronik.
Lebih dari 75% pasien mengalami penurunan berat badan yang bermakna yang
biasanya disebabkan oleh penurunan asupan makanan akibat anoreksia atau perasaan
takut bahwa makan akan memicu serangan berikutnya.
Malabsorbsi terjadi kemudian pada penyakit tersebut ketika fungsi pancreas
masih terisi 10%. Akibatnya , proses pencernaan bahan makanan, khususnya protein
dan lemak, akan terganggu.
Defekasi menjadi sering dan feses menjadi berbuih serta berbau busuk karena
gangguan pencernaan lemak. Keadaan ini dinamakan Steatore. Dengan berlanjut
proses penyakit. Klasifikasi pada kelenjer pancreas dan terbentuknya batu kalsium
didalam saluran kelenjer dapat terjadi.

D. Komplikasi.
Komplikasi yang sering muncul :
1. Kista pancreas : Kista dapat terjadi karena terkumpulnya cairan di sekeliling pancreas
akibat nekrosis pancreas.
2. Diabetes Melitus : Nekrosis pada pancreas juga dapat mengenai sel – sel pulau
Langerhans pancreas sehingga terjadi penurunan insulin.
3. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit.
4. Nekrosis pankreatis
5. Stok dan kegagalan organ multiple.

E. Pemeriksaan Penunjang.
1. Scan – CT : Menentukan luasnya edema dan nekrosis.
2. Ultrasound abdomen : Dapat digunakan untuk mengindetifikasi inflamasi pancreas,
abses, pseudositis, karsinoma, dan obstruksi trakrus billier.
3. Endoskopi : pengambaran duktus pancreas berguna untuk diagnose fistula, penyakit
obstruksi billier dan striktur / anomaly duktus pancreas.
Catatan : Prosedur ini dikontra indikasikan pada fase akut.
4. Aspirasi jarum penunjuk CT : dilakukan untuk menentukan adanya infeksi.
5. Foto abdomen : dapat menunjukkan dilatasi lubang usus besar berbatasan dengan
pancreas atau factor pencetus intra abdomen yang lain, adanya udara bebas intra
peritoneal disebabkan oleh perforasi atau pembekuan abses, kalsifikais pancreas.
6. Pemeriksaan seri GI atas : sering menunjukkan bukti pembesaran pancreas inflamasi.
7. Amilase serum : meningkat karena obstruksi aliran normal enzim pancreas.
8. Amilase Urine : meningkat dalam 2 – 3 hari setelah serangan.
9. Lipase serum : biasanya meningkat bersama amylase, tetapi tetap tinggi lebih lama.
10. Bilirubin serum : terjadi peningkatan umum ( mungkin disebabkan oleh penyakit hati
alkoholik atau penekanan duktus koledikus ).
11. Fosfatase alkaline : biasanya meningkat bila pancreatitis disertai oleh penyakit billier.
12. Kalsium serum : hipokalsemi dapat terlihat dalam 2 – 3 hari setelah timbul penyakit
billier.
13. Darah lengkap : SDM 10.000 – 25.000 terjadi pada 80% pasien. Hb mungkin
menurun karena perdarahan. Ht biasanya meningkat ( hemokonsentrasi ) sehubungan
dengan muntah atau dari efusi cairan kedalam pancreas atau area retroperitoneal.
14. Glukosa serum : meningkat sementara umum khususnya selama serangan awal atau
akut.
15. Feses : Peningkatan kandungan lemak menunjukkan gagal pencernaan lemak dan
protein.

F. Penatalaksaan Medis.
Penatalaksaan medis pada pasien pancreatitis akut bersifat simtomatik dan
ditujukan untuk mencegah atau mengatasi komplikasi. Semua asupan peroral harus
dihentikan untuk menghambat stimulasi dan sekresi pancreas. Pelaksanaan TPN pada
pancreatitis akut biasanya menjadi bagian terapi yang penting, khusunya pada pasien
dengan keadaan umum yang buruk, sebagai akibat dari stress metabolic yang buruk.
Sebagai stress metabolic yang menyertai pancreatitis akut. Pemasangan NGT dengan
persiapan isi lambung dapat dilakukan untuk meredam gejala mual dan muntah,
mengurangi distensi abdomen yang nyeri dan ileum paralitik, serta untuk mengeluarkan
asam hidroksida agar asam ini tidak mengalir dalam duodenum serta menstimulasi
pancreas.
1. Penanganan Nyeri.
Pemberian obat pada nyeri yang adekuat merupakan tindakan yang esensial dalam
perjalanan penyakit pancreatitis akut karena dapat mengurangi rasa nyeri dan
kegelisahan yang dapat menstimulasi sekresi pancreas. Penggunaan morfin dan
turunanya harus dihindari karena preparat ini dapat menimbulkan spasme Spingter
Oddi. Pemberian antimentik dapat mencegah muntah.
2. Perawatan Intensif
Koreksi terhadap kehilangan cairan serta darah dan kadar albumin yang rendah
diperlakukan untuk mencegah gagal ginjal akut. Pmberian insulin mungkin
diperlukan bila terdapat hiperglikemia yang berat. Bilas peritoneum merupakan
tindakan yang efektif bagi sebagian penderita pancreatitis yang berat.
3. Perawatan respiratorius.
Perawatan repiratorius yang agresif sangat diperlukan karena resiko terjadi elevasi
diagfragma, inflasi serta efusi dalam paru dan atelektasis cenderung tinggi. Perawatan
respiratorius dapat berkisar dari pemantauan gas arteri yang ketat, pemberian oksigen
dan ventilasi mekanis.
4. Drainase biller
Pemasangan drain biller dan sten dalam duktus pankreatikus melalui endoskopi telah
dilakukan dengan keberhasilan yang terbatas. Tetapi ini membentuk kembali aliran
pancreas dan akibatnya akan mengurangi rasa sakit dan menaikkan berat badan.
5. Intervensi bedah.
Pembedahan dilakukan untuk membantu menegakkan diagnose pancreatitis,
membentuk kembali drainase pancreas atau melakukan reseksi ata menegakkan
jaringan pancreas yang nekrotik.
Penatalaksaan standar adalah analgesic kuat, puasa total dan nutrisi parenteral. Bila
tidak mereda dalam beberapa hari dapat dilanjutkan dengan tahap kedua yakni
pemberian antibiotika dan seterusnya. Bila nyeri menghilang atau anilase/lipase darah
dan demam menurun, dapat perlahan – lahan dimulai realimentasi oral. Pada
umumnya tidak dilakukan eksplorasi bedah kecuali pada kasus – kasus berat dimana
didapatkan :
a. Perburukan sirkulasi dan fungsi paru sesudah beberapa hari terapi intensif.
b. Pasien pancreatitis akut hemoragik nekrosis yang disertai renjatan yang sukar
diatasi.
c. Timbulnya sepsis
d. Gangguan fungsi ginjal
e. Perdarahan intestinal yang berat.
f. Pembentukan abses, pseudokista, fistel.

6. Penggantian Cairan dan Elektrolit.


Penggantian cairan dan elektrolit prioritas utama dalam penanganan pancreatitis akut,
larutan yang diperintahkan dokter untuk resusitasi cairan adalah koloid atau ringer
laktat. Namun dapat pula diberikan plasma segar beku atau albumin. Penggantian
cairan digunakan untuk memberikan perfusi pancreas, yang hal ini diduga
mengurangi perkembangan keparahan rasa sakit.

G. Kesimpulan.
Pankreas merupakan suatu organ yang mempunyai fungsi endokrin dan eksokrin,
dan kedua fungsi ini saling berhubungan. Fungsi eksokrin yang utama adalah untuk
memfasilitasi proses pencernaan melalui sekresi enzim – enzim ke dalam duodenum
proksimal. Sekretin dan kolesistokinin pankreozimin ( CCC – PZ ) merupakan hormone
traktus gastrointestinal yang membantu dalam mencerna zat – zat makana dengan
mengemdalikan secret pancreas. Sekresi enzim pancreas yang normal berkisar dari 1500
– 2500 mm / hari.
Perjalanan penyakit ini biasanya dimulai dari rasa tidak enak diperut, rasa perih
sehingga kadang orang awam menganggapnya sebagai gangguan lambung. Rasa perih itu
kemudian berubah cepat menjadi rasa terbakar dan sakit pada abdomen terutama
epigastrik.
DAFTAR PUSTAKA

Baradero, Mary. Dayrit. W. Mary dan Siswadi, Yakobus. 2005 . Klien Gangguan Hati : Seri
Asuhan Keperawatan . Jakarta : EGC

Doengoes, Marilynn E. 1999 . Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Perencanaan dan


Pendokumentasian Perawatan Pasien . Jakarta : EGC

Smeltzer, Suzanne C . 2001 . Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth.
Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai