SYOK ANAFILAKTIK
Disusun Oleh :
Dosen Pembimbing :
A. Definisi
Anafilaktik merupakan jenis syok distributive adalah hasil dari reaksi
hipersensitivitas segera. Ini adalah peristiwa hidup yang mengancam yang
memerlukan intervensi secepatnya. Respon antibody antigen yang parah
menyebabkan penurunan perfusi jaringan dan inisiasi respon syok umum
(Critical Care Nursing, 986).
Anafilaksis merupakan reaksi alergi yang berat dan bisa mengancam
nyawa dan harus selalu ditangani sebagai hal darurat medis. Anafilaksis
terjadi setelah orang terpapar dengan allergen (biasanya makanan,
serangga atau obat) yang dapat menimbulkan alergi padanya. Tidak semua
orang yang terkena alergi menghadapi bahaya anafilaksis (ASCIA, 2015).
B. Etiologi
Faktor pemicu timbulnya anafilaktik pada anak-anak, remaja, dan
dewasa muda adalah sebagian besar oleh makanan. Sedangkan gigitan
serangga dan obat-obatan menjadi pemicu timbulnya reaksi ini pada
kelompok usia pertengahan dan dewasa tua.
a. Obat-obatan terjadi reaksi histamine tak langsung yang berat biasanya
mengikuti suntikan obat, serum, media kontras foto rontgen
b. Makanan tertentu
c. Gigitan serangga
d. Reaksi kadang dapat idiopatik / manifestasi abnormalitas immunologis
Ada beberapa factor yang bisa mempengaruhi beratnya reaksi alergi,
termasuk olahraga, panas, bagi yang terkena alergi makanan,
banyaknya yang dimakan maupun cara dipersiapkan
C. Anatomi dan Fisiologi
1. Anatomi syok anafilaktik
Allergen
(Antibiotik, makanan, bisa binatang, lateks)
↓
Terpapar pada sel plasma
↓
Pembentukan Ig E spesifik terhadap allergen
↓
Reaksi antibody
↓
Lepasnya mediator kimia
(histamine, serotonin, bradykinin)
↓
SYOK ANAFILAKTIK
penyempita
Pemidahan Ggn. Jalan nafas
n jln nafas
cairan dari Pe↑ aliran darah
intravaskuler ke pd arteri coroner
ketidakefektifan jalan nafas
interstisial
Pe↑ suplai O2
pe↓ cairan intravaskuler kemiokar jantung
pe↓ tekanan
perfusi jaringan
Miokard
pe↓ aliran darah balik
kekurangan O2
Jaringan kekurangan
( energy)
suplai darah (O2) pe↓ tekanan darah
F. Pemeriksaan Penunjang
1. Jumlah leukosit
Pada alergi, jumlah leukosit normal kecuali bila disertai dengan infeksi.
Eosinofilia sering dijumpai tetapi tidak spesifik.
3. IgE spesifik
Pengukuran IgE spesifik dilakukan untuk mengukur IgE terhadap alergen
tertentu secara in vitro dengan cara RAST (Radio Alergo Sorbent Test)
atau ELISA (Enzim Linked Imunnosorbent Assay). Tes ini dapat
dipertimbangkan apabila tes kulit tidak dapat dilakukan.
4. Serum tryptase
Pemeriksaan serum triptase dapat digunakan untuk mengidentifikasi reaksi
anafilaksis yang baru terjadi atau reaksi lain karena aktivasi sel mast.
Triptase merupakan protease yang berasal dari sel mast.
5. Tes kulit
Tes kulit bertujuan untuk menentukan antibodi spesifik IgE spesifik dalam
kulit pasien yang secara tidak langsung menunjukkan antibodi yang serupa
pada organ yang sakit. Tes kulit dapat dilakukan dengan tes tusuk (prick
test), scratch test, friction test, tes tempel (patch test), intradermal test. Tes
tusuk dilakukan dengan meneteskan alergen dan kontrol pada tempat yang
disediakan kemudian dengan jarum 26 G dilakukan tusukan dangkal
melalui ekstrak yang telah diteteskan. Pembacaan dilakukan 15-20 menit
dengan mengukur diameter urtika dan eritema yang muncul. Tes tempel
dilakukan dengan cara menempelkan pada kulit bahan yang dicurigai
sebagai alergen. Pembacaan dilakukan setelah 48 jam dan 96 jam.
6. Tes provokasi
Tes provokasi adalah tes alergi dengan cara memberikan alergen langsung
kepada pasien sehingga timbul gejala.
c. Pengobatan tambahan
1) Antihistamin : dipenhidramin iv 50 mg pelan (5-10 menit)
diulang tiap 6 jam selama48 jam
2) Kortikosteroid : untuk mencegah reaksi berulang seperti
hidrokortison
1. Pengkajian
a. Pengkajian Primer
1) Airway
Hal pertama yang dinilai adalah kelancaran airway.
Meliputi pemeriksaan adanya obstruksi jalan nafas yang dapat
disebabkan benda asing, bengkak pada wajah seperti hidung
atau adanya secret. Dalam hal ini dapat dilakukan “chin lift”
atau “jaw thrust”.Selama memeriksa dan memperbaiki jalan
nafas.
2) Breathing
Jalan nafas yang baik tidak menjamin ventilasi yang baik.
Pertukaran gas yang terjadi pada saat bernafas mutlak
untuk pertukaran oksigen dan mengeluarkan
karbondioksida dari tubuh. Frekuensi nafas cepat dan dangka,
suara pernafasan pada paru-paru terdengar ada ronchi, weezing
atau dipsnea. Ventilasi yang baik meliputi : fungsi yang baik
dari paru, dinding dada dan diafragma.
3) Circulation
Dikaji sirkulasi meliputi : sirkulasi perifer, nadi
(irama, denyut), tekanan darah, ekstremitas, warna kulit,
CRT, dan edema.
Tanda dan gejala seperti : Takikardi,hipotensi, renjatan,
aritmia, palpitasi, bengkak pada wajah, bibir dan mata,
akraldingin, pucat, CRT >2, pruritus, urtikaria.
4) Disability
Periksa tingkat kesadaran, respon pupil dan fungsi sensorik
motoric
5) Exposure
Dilakukan pemeriksaan fisik head to toe secara menyeluruh
dan EKG
b. Pengkajian Sekunder
3) Aktivitas/istirahat
Gejala : merasa lelah, lemah, lunglai
4) Sirkulasi
Gejala: perubahan tekanan darah (hipotensi), takikardi,
renjatan, aritmia, palpitasi.
5) Makanan/cairan
Gejala: mual, muntah.
6) Nyeri/kenyamanan
Gejala: sakit perut
Tanda: rasa tak enak di dada dan perut
7) Pernafasan
Tanda: pernafasan sulit, suara serak, sesak, sulit berbicara,
apnea, mengi batukterus.
8) Keamanan
Gejala: alergi terhadap makanan, gigitan binatang, dan alergi
obat
Tanda: pruritus, urtikaria
2. Diagnosa keperawatan
a. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b.d mokus dalam jumlah
berlebihan
DAFTAR PUSTAKA
Bailey, J.J., Sabbagh, M., Loiselle, C, G., Boileau, J., & McVey. L.
(2010). Intensive and Critical Care Nursing 2010, Vol. 26, Hal. 986