Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN CA SINONASAL DI POLI ONKOLOGI

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH(RSUD ARIFIN ACHMAD)

OLEH :

Aulia SeptiAyu (210201038)

KELOMPOK 2

Poli Onkologi

Preseptorship Pendidikan :
Wiwik Norlita,A.Kep,M.Kes

Preseptorship Lahan :

Ns. Fitria Ulfa,S.Kep

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH RIAU

FAKULTAS MIPA DAN KESEHATAN

PRODI KEPERAWATAN

PEKANBARU

2023
A. KONSEP DASAR PENYAKIT CA SINONASAL
1.Definisi
Tumor Sinus Ganas yang sering ditemukan adalah karsinoma sel skuamosa, kemudian karsinoma
anaplastik dan tumor yang berasal dari kelenjar. Lokasi tersering adalah sinus maksila, sinus
etmoid, dan hidung. Tumor ganas di daerah ini relatif jarang bermetastasis ke kelenjar leher atau
melalui darah.

2.Etiologi
Penyebabnya sampai sat ini belum diketahui. Rook diduga berhubungan dengan timbulnya
penyakit ini. Faktor-faktor yang diduga sebagai penyebab :
a.Infeksi kronik hidung dan sinus paranasal
b. Kontak dengan debu kayu pada pekerja mebel
c. Kontak dengan bahan industri, seperti nikel, krom, gas mustard, dan isopropanolol
d. Thorium dioksida yang dipakai sebagai cairan kontras pada pemeriksaan rontgen sinus
maksila.

3.Anatomi Fisiologi Hidung

Anatomi
1) Hidung Luar
Hidung luar berbentuk piramid dengan bagian - bagiannya dari atas ke
bawah:
a) Pangkal hidung (bridge)
b) Dorsum nasi
c) Puncak hidung
d) Ala nasi
e) Kolumela
f) Lubang hidung (nares anterior)
Hidung luar dibentuk oleh kerangka tulang dan tulang rawan yang dilapisi kulit, jaringan ikat
dan beberapa otot kecil yaitu M. Nasalis pars transversa dan M. Nasalis pars allaris. Kerja otot -
otot tersebut menyebabkan nares dapat melebar dan menyempit. Batas atas nasi eksternus
melekat pada os frontal sebagai radiks (akar), antara radiks sampai apeks (puncak) disebut
dorsum nasi. Lubang yang terdapat pada bagian inferior disebut nares, yang dibatasi oleh :
a) Superior: os frontal, os nasal, os maksila
b) Inferior: kartilago septi nasi, kartilago nasi lateralis, kartilago alaris mayor
dan kartilago alaris minor Dengan adanya kartilago tersebut maka nasi eksternus bagian inferior
menjadi fleksibel.
2) Kavum Nasi
Dengan adanya septum nasi maka kavum nasi dibagi menjadi dua ruangan yang membentang
dari nares sampai koana (apertura posterior). Kavum nasi ini berhubungan dengan sinus frontal,
sinus stenoid, fossa Kranial anterior dan fossa kranial media. Batas - batas kavum nasi :
a) Posterior: berhubungan dengan nasofaring
b) Atap: os nasal, os frontal, lamina kribriformis etmoidale, korpus sfenoidale
dan sebagian os vomer
c) Lantai: merupakan bagian yang lunak, kedudukannya hampir horisontal, bentuknya konkaf
dan bagian dasar ini lebih lebar daripada bagian atap.
Bagian ini dipisahnkan dengan kavum oris ole palatum durum.
d) Medial : septum nasi yang membagi kavum nasi menjadi dua ruangan (dekstra dan sinistra),
pada bagian bawah apeks nasi, septum nasi dilapisi oleh kulit, jaringan subkutan dan kartilago
alaris mayor. Bagian dari septum yang terdiri
dari kartilago in disebut sebagai septum pars membranosa = kolumna =
kolumela.
e).Lateral: dibentuk oleh bagian dari os medial, os maksila, os lakrima, os etmoid, konka nasalis
inferior, palatum dan os sfenoid.
3)Mukosa Hidung
Rongga hidung dilapisi oleh mukosa yang secara histologik dan fungsional dibagi atas mukosa
pernafasan dan mukosa penghidu. Mukosa pernafasan terdapat pada sebagian besar rongga
hidung dan permukaannya dilapisi oleh epitel torak berlapis semu yang mempunyai silia dan
diantaranya terdapat sel - sel goblet. Pada bagian yang lebih terkena aliran udara mukosanya
lebih tebal dan kadang - kadang terjadi metaplasia menjadi sel epital skuamosa Dalam keadaan
normal mukosa berwarna mera muda dan selalu basah karena diliputi oleh palut lendir (mucous
blanket) pada permukaannya. Palut lendir ini dihasilkan oleh kelenjar mukosa dan sel goblet.
Silia yang terdapat pada permukaan epitel mempunyai fungsi yang penting. Dengan gerakan silia
yang teratur, palut lendir di dalam kavum nasi akan didorong ke arah nasofaring. Dengan
demikian mukosa mempunyai daya untuk membersihkan dirinya sendiri dan juga untuk
mengeluarkan benda asing yang masuk ke dalam rongga hidung. Gangguan pada fungi silia akan
menyebabkan banyak sekret terkumpul dan menimbulkan keluhan hidung tersumbat. Gangguan
gerakan silia dapat disebabkan ole pengeringan udara yang berlebihan, radang, sekret kental dan
obat - obatan.
Mukosa penghidu terdapat pada atap rongga hidung, konka superior dan sepertiga bagian atas
septum. Mukosa dilapisi oleh epitel torak berlapis semu dan tidak bersilia (pseudostratified
columnar non ciliated epithelium). Epitelnya dibentuk oleh tiga macam sel, yaitu sel penunjang,
sel basal dan sel reseptor penghidu. Daerah mukosa penghidu berwarna coklat kekuningan.
b. Fisiologi hidung
1) Sebagai jalan natas
Pada inspirasi, udara masuk melalui nares anterior, lalu naik ke atas setinggi konka media dan
kemudian turn ke bawah ke arah nasofaring, schingga aliran udara ini berbentuk lengkungan atau
arkus. Pada ekspirasi, udara masuk melalui koana dan kemudian mengikuti jalan yang sama
seperti udara inspirasi. Akan tetapi di bagian depan aliran udara memecah, sebagian lain kembali
ke belakang membentuk pusaran dan bergabung dengan aliran dari nasofaring.
2) Pengatur kondisi udara (air conditioning)
Fungi hidung sebagai pengatur kondisi udara perlu untuk mempersiapkan udara yang akan
masuk ke dalam alveolus. Fungsi ini dilakukan dengan cara :
a)Mengatur kelembaban udara. Fungsi ini dilakukan oleh palut lendir. Pada musim panas, udara
hampir jenuh oleh uap air, penguapan dari lapisan ini sedikit, sedangkan pada musim dingin akan
terjadi sebaliknya.
b) Mengatur suhu. Fungsi ini dimungkinkan karena banyaknya pembuluh darah di bawah epitel
dan adanya permukaan konka dan septum yang luas, sehingga radiasi dapat berlangsung secara
optimal. Dengan demikian suhu udara setelah melalui hidung kurang lebih 37°C.
3) Sebagai penyaring dan pelindung
Fungsi in berguna untuk membersihkan udara inspirasi dari debu dan
bakteri dan dilakukan oleh :
a) Rambut (vibrissae) pada vestibulum nasi
b) Silia
c) Palut lendir (mucous blanket). Debu dan bakteri akan melekat pada palut lendir dan partikel -
partikel yang besar akan dikeluarkan dengan refleks bersin. Palut lendir ini akan dialirkan ke
nasofaring oleh gerakan silia.
d) Enzim yang dapat disebut lysozyme menghancurkan beberapa jenis bakteri,
4) Indra penghirup
Hidung juga bekerja sebagai indra penghirup dengan adanya mukosa olfaktorius pada atap
rongga hidung, konka superior dan sepertiga bagian atas septum. Partikel bau dapat mencapai
daerah ini dengan cara difusi dengan palut lendir atau bila menarik nafas dengan kuat.
5) Resonansi suara
Penting untuk kualitas suara ketika berbicara dan menyanyi. Sumbatan hidung akan
menyebabkan resonansi berkurang atau hilang, sehingga terdengar suara sengau.
6) Proses bicara
Membantu proses pembentukan kata dengan konsonan nasal (m,n,ng)
dimana rongga mulut tertutup dan rongga hidung terbuka, palatum molle turun untuk aliran
udara.
7)Refleks nasal
Mukosa hidung merupakan reseptor refleks yang berhubungan dengan saluran cerna,
kardiovaskuler dan pernafasan. Contoh: iritasi mukosa hidung menyebabkan refleks bersin dan
nafas terhenti. Rangsang bau tertentu menyebabkan sekresi kelenjar liur, lambung dan pankreas.
4.Patofisiologi
Tumor ganas epitel:
a. Squamous sel karsinoma, 1n1 adalah
yang paling sering
mengenai sinusmaksilaris (65-89 %), sinus etmoid (15-25 %), hidung (24 %), sedangkan
sinussphenoid dan sinus frontal jarang jarang terkena. Sifat tumor ini pada umumnyamenyebar
keluar sinus, lebih dari 90% akan menginvasi melalui dinding sinusyang terkena.
b.Adenokarsinoma, tumor ganas ke-2 yang paling sering terjadi pada sinus maksiladan
ethmoid.52% dari kasus di sinus ethmoid dan kebanvakar
berhubungan dengan penyakit akibat kerja, dan partikel-pertikel debu yang berterbang an,
partikel yang besar akan menimbuin di sinus yang menunjukkan gambaran sepertisel squamous.
Melanoma Malignant Melanoma Malignant merupakan suatu tumor ganas kulit, yang dapat
timbul padamembrane mukosa hidung. Daerah yang sering terkena ialah intra nasal,
palatumdurum atau mukosa bukal.
d. Anaplastik karsinoma
Tumor ganas non epitel :
a.Rhabdomyosarcoma, adalah penyakit sinus paranasal dan hidung. pada
umumnyaterdapat pada anakanak, tetapi dapat juga menyerang orang yang lebih tua,
penyakit ini terdapat pada daerah kepala dan leher sekitar 35-45 % dari pada
kasusyang ada dan 8 % dari kasus ini di jumpai pada sinus paranasal.
b.Osteogenik sarcoma, tumor ganas yang paling utama dan paling umum di tulang,tapi
jarang di sinus. Hanya 5 % terdapat di daerah kepala dan leher dimanamandibula
lebih sering terserang dari pada maxilla. 30-40 % bermetastase jauh. Bertahan hidup
sampai 5 tahun sekitar 15-20 %.
c. Fibrosarcoma
d. Angiosarcoma
Chandrosarcoma
5.Manifestasi Klinis
Gejala tergantung asal tumor primer serta arah dan luas penyebaran tumor. Tumor
jinak dan gejala dini tumor ganas dapat menyerupai rinitis dan sinusitis kronik
Gejala dini menyerupai rino sinusitis kronik. Di dalam rongga hidung tumor
menyebabkan gejala hidung, tersumbat dan spistaksis. Terdapat rinorea unilateral yang
menetap. Bila sangat besar, tulang hidung akan terdesak sehingga bentuk hidung berubah.
Bila meluas ke sinus etmoid atau lamina kribrosa, menimbulkan nyeri daerah frontal. Bila
meluas ke orbita, menyebabkan proptosis, nyeri orbita, dan diplopia, mungkin teraba
massa di orbita. Tumor yang meluas ke nasofaring dapat menyebabkan tuli konduktif
akibat gangguan tuba Eustachius.
Di dalam sinus maksila, tumor biasanya tidak bergejala sampai meluas ke organ
lain. Dapat menyebabkan rasa neri pada gigi atas, gigi goyah, gangguan oklusi atau
pembengkakan dan laserasi di daerah palatum. Tumor ganas sinus maksila umumnya
membuat deformitas dan asimetri pipi kanan dan kiri serta nyeri. Gejala pada hidung
berupa sumbatan, spistaksis ringan, dan sekret hidung kental pada tumor jinak,
sedangkan pada tumor ganas diikuti ingus berbau dan rasa nyeri. Gejala pada rongga
mulut berupa nyeri gigi, gusi, gigi goyah, dan sebagainya. Gejala mata jarang terjadi.
Pada tumor di sinus etmoid, gejala mata adalah muncul setelah gejala hidung.
Hanya sedikit terjadi deformitas muka. Tumor sinus frontal cenderung hanya
memberikan gejala pada mata saja, sedangkan pada sinus sfenoid, umumnya memberikan
gejala neurologik.
6.Pencegahan
Untuk mencegah terjadinya tumor hidung, hal-hal yang perlu dilakukan adalah :
1.Menghindari kontak dengan bahan-bahan kimia, radiasi, virus serta polusi di sekitar
lingkungan.
2.Memperbaiki nutrisi dengan mengonsumsi makanan yang sehat dan bergizi, vitamin E, C, A,
ekstrak kacang kedelai dan anti-oksidan lain.
3.Menghindari paparan terhadap alkohol.

7.Pengobatan

Dalam menangani tumor hidung, tindakan yang dilakukan oleh dokter ahli biasanya adalah :
•Prosedur operasi untuk pengangkatan tumor, bisa berupa operasi terbuka
•Terapi radiasi menggunakan sinar X untuk membunuh sel kanker.
•Radioterapi harus diberikan setelah tindakan pembedahan.
•Kemoterapi untuk membunuh sel kanker, yang bisa dilakukan bersamaan dengan terapi radiasi.
•Kemoterapi dapat digunakan bersamaan dengan pembedahan dan/ atau radiasi untuk derajad
penyakit yang lebih lanjut, tidak menyebar, sedangkan kemoterapi sendiri diterapkan pada kasus
dengan Penyebaran yang luas
•Efek samping kemoterapi terdiri dari mual dan muntah, kehilangan nafsu makan, rambut rontok,
sariawan, diare, dan kekurangan darah (Liu, 2018).
•Perawatan paliatif untuk meringankan nyeri dan gejala lain yang dialami akibat adanya tumor

8.Komplikasi
Komplikasi keganasan sinus terkait dengan pembedahan dan rekonstruksi.
Beberapa komplikasi yang dapat terjadi yaitu :
1. Perdarahan untuk menghindari perdarahan arteri etmoid anterior

dan posterior dan arteri sfenopalatina dapat dikauter atau diligasi.


2. Kebocoran cairan otak : cairan otak dapat bocor dekat dengan basis cranii.
Tanda dan gejala yang terjadi termasuk rinorhea yang jernih, rasa asin dimulut, dan tanda halo.
Perawatan konservatif dengan tirah baring dan
drainase lumbal dapat dilakukan selama 5 har bersama antibiotik. Jika gagal,
harus dilakukan intervensi pembedahan.
3. Epifora : hal in sering terjadi saat pembedahan disebabkan oleh obstruksi pada aliran traktus
lakrimalis. Endoskopik lanjutan dan tindakan dakriosisto rhinostomi mungkin perlu dilakukan. *
4. Diplopia: perbaikan dasar orbita yang tepat adalah kunci untuk menghindari
diplopia, penggunaan kacamata prisma merupakan
terapi yang paling sederhana.

B.KONSEP ASKEP
1. PENGKAJIAN
a. Riwayat Keperawatan dan Pengkajian Fisik:
Gejala-gejala khas tergantung ukuran tumor, kegansan dan stadium penyakit, antara lain:
1) Gejala hidung:
a) Buntu hidung unilateral dan progresif.
b) Buntu bilateral bila terjadi pendesakan ke sisi lainnya.
c) Skret hidung bervariasi, purulen dan berbau bila ada infeksi.
d) Sekret yang tercampur darah atau adanya epistaksis menunjukkan kemungkinan keganasan.
e) Rasa nyeri di sekitar hidung dapat diakibatkan ole gangguan ventilasi sinus, sedangkan rasa
nyeri terus-menerus dan progresif umumnya akibat infiltrasi tumor ganas.
2) Gejala lainnya dapat timbul bila sinus paranasal juga terserang tumor seperti:
a) Pembengkakan pipi
b) Pembengkakan palatum durum
c) Geraham atas goyah, maloklusi gigi
d) Gangguan mata bila tumor mendesak rongga orbita.
3) Pada tumor ganas didapati gejala sistemik:
a) Penurunan berat badan lebih dari 10 %
b) Kelelahan/malaise umum
c) Napsu makan berkurang (anoreksia)
4) Pada pemeriksaan fisik didapatkan:
a) Inspeksi terhadap wajah, mata, pipi, geraham dan palatum: didapatkan pembengkakan sesuai
lokasi pertumbuhan tumor
b) Palpasi, teraba tumor dan pembesaran kelenjar leher
b. Pengkajian Diagnostik:
1) Rinoskopi anterior untuk menilai tumor dalam rongga hidung
2) Rinoskopi posterior untuk melihat ekstensi ke nasofaring
3) Foto sinar X:
a) WATER (untuk melihat perluasan tumor di dalam sinus maksilaris dan sinus frontal)
b) Tengkorak lateral ( untuk melihat ekstensi ke fosa krani anterior/medial)
c) RHEZZE (untuk melihat foramen optikum dan dinding orbita)
d) CT Scan (bila diperlukan dan fasilitas tersedia)
4) Biopsi:
Biopsi dengan forsep (Blakesley) dilakukan pada tumor yang tampak.
Tumor dalam sinus maksilaris dibiopsi dngan pungsi melalui meatus nasi inferior.
Bila perlu dapat dilakukan biopsi dengan pendekatan Caldwell-Luc. Tumor yang tidak
mungkin/sulit dibiopsi langsung dilakukan operasi. Untuk kecurigaan terhadap keganasan bila
perlu dilakukan potong beku untuk diperiksa lebih lanjut.
2. DIAGNOSE KEPERAWATAN
a. Kecemasan b/d krisis situasi (keganasan), ancaman perubahan status kesehatan-sosial-
ekonomik, perubahan fungsi-peran, perubahan interaksi sosial, ancaman kematian, perpisahan
dari keluarga.
b. Gangguan harga diri b/d kelainan bentuk bagian tubuh akibat keganasan, efek-efek
radioterapi/kemoterapi.
c. Nyeri b/d kompresi/destruksi jaringan saraf dan proses inflamasi.
d. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d peningkatan status metabolik akibat
keganasan, efek radioterapi/kemoterapi dan distres emosional.
e. Risiko infeksi b/d ketidak-adekuatan pertahanan sekunder dan efek imunosupresi
radioterapi/kemoterapi.
3. INTERVENSI KEPERAWATAN
NO DIAGNOSA INTERVENSI RASIONAL
KEPERAWATAN KEPERAWATAN
1. Kecemasan b/d krisis situasi 1.Orientasikan klien dan orang Informasi yang tepat
(keganasan), ancaman terdekat terhadap prosedur tentang situasi yang
perubahan status keschatan- rutin dan aktivitas yang dihadapi klien dapat
sosial-ekonomik, perubahan diharapkan. menurunkan
fungsi-peran, perubahan 2. Eksplorasi kecemasan klien kecemasan/rasa asing
interaksi sosial, ancaman dan berikan umpan balik terhadap lingkungan
kematian, perpisahan dari 3. Tekankan bahwa kecemasan sekitar dan membantu
keluarga. adalah masalah yang lazim klien mengantisipasi
dialami oleh banyak orang dan menerima situasi
dalam situasi klien saat ini yang
4.Ijinkan klien ditemani terjadi.Mengidentifikasi
keluarga (significant others) faktor
selama fase kecemasan dan pencetus/pemberat
pertahankan ketenangan masalah kecemasan dan
lingkungan. menawarkan solusi
5. Kolaborasi pemberian obat yang dapat dilakukan
sedatif. klien.
6. Pantau dan catat respon Menuniukkan bahwa
verbal dan non verbal klien kecemasan adalah
yang menunjukan kecemasan. wajar dan tidak hanya
dialami oleh klien satu-
satunya dengan harapan
klien dapat memahami
dan menerima
keadaanya.
Memobilisasi sistem
mencegah perasaan
menurunkan kecemsan.
pendukung, terisolasi
dan Menurunkan
kecemasan, istirahat.
memudahkan Menilai
perkembangan masalah
klien.
2. Gangguan harga diri b/d 1. Diskusikan dengan klien Membantu klien dan
kelainan bentuk bagian dan keluarga pengaruh keluarga memahami
tubuh akibat keganasan, diagnosis dan terapi terhadap masalah yang
efek-efek kehidupan pribadi klien dan dihadapinya sebagai
radioterapi/kemoterapi. aktiviats keria. langkah awal proses
2. Jelaskan efek samping dari pemecahan masalah.
pembedahan, radiasi dan Efek terapi yang
kemoterapi yang perlu diantisipa si lebih
diantisipasi klien memudahkan proses
3. Diskusikan tentang upaya adaptasi klien terhadap
pemecahan masalah perubahan masalah yang mungkin
peran klien dalam keluarga timbul.
dan masyarakat berkaitan Perubahan status
dengan penyakitnya. kesehatan yang
4. Terima kesulitan adaptasi membawa perubahan
klien temadap masalah yang status sosial-ekonomi-
dihadapinya dan informasikan fungsi-peran
kemungkinan perlunya merupakan masalah
konseling psikologis yang sering terjadi pada
5. Evaluasi support sistem klien keganasan.
yang dapat membantu klien Menginformasikan
(keluarga, kerabat,organisasi alternatif konseling
sosial, tokoh spiritual) profesional yang
6. Evaluasi gejala mungkin dapat
keputusasaan, tidak berdaya, ditempuh dalam
penolakan terapi dan perasaan penvelesaian masalah
tidak berharga yang klien.
menunjukkan gangguan harga Men gidentifikasi
diri klien. sumber-sumber
pendukung yang
mungkin dapat
dimanfaatkan dalam
meringankan masalah
klien.
Menilai perkembangan
masalah klien
3. Nyeri b/d kompresi/destruksi 1. Lakukan tindakan Meningkatkan relaksasi
jaringan sarat dan proses kenyamanan dasar(reposisi, dan mengalihkan fokus
inflamasi. masase punggung) dan perhatian klien dari
pertahankan aktivitas hiburan nyeri.Meningkatkan
(koran, radio) partisipasi klien secara
2. Ajarkan kepada klien aktif dalam pemecahan
manajemen penatalaksanaan masalah dan
nyeri (teknik relaksasi, napas meningkatkan rasa
dalam, visualisasi, bimbingan kontrol dir/keman-
imajinasi) dirian.Analgetik
3. Berikan analgetik sesuai mengurangi respon
program terapi. nyeri.
4. Evaluasi keluhan nyeri Menilai perkembangan
(skala, lokasi, frekuensi, masalah klien
durasi)
4. Perubahan nutrisi kurang 1. Dorong klien untuk Asupan nutrisi dan
dari kebutuhan tubuh b/d meningkatkan asupan nutrisi cairan yang adekuat
peningkatan status metabolik (tinggi kalori tinggi protein) diperlukan untuk
akibat keganasan, efek dan asupan cairan yang mengimbangi
radioterapi/kemoterapi dan adekuat. Status hipermetabolik
distres emosional. 2. Kolaborasi dengan tim gizi pada klien dengan
untuk menetapkan program keganasan.
diet pemulihan bagi klien. Kebutuhan nutrisi perl
3. Berikan obat anti emetik dan diprogramkan secara
roborans sesuai program individual dengan
terapi. melibatkan klien dan
4. Dampingi klien pada saat tim gizi bila diperlukan.
makan, identifikasi keluhan Anti emetik diberikan
klien tentang makan yang bila klien mengalami
disajikan. mual dan roborans
5. Timbang berat badan dan mungkin diperlukan
ketebalan lipatan kulit trisep untuk meningkatkan
(ukuran antropometrik napsu makan dan
lainnya) membantu proses
sekali seminggu metabolisme.Mencegah
6. Kaji hasil pemeriksaan masalah kekurangan
laboratorium (Hb, limfosit asupan yang
total, transferin serum, disebabkan oleh diet
albumin serum) yang disajikan.Menilai
perkembangan masalah
klien.
Menilai perkembangan
masalah klien.
5. Risiko infeksi b/d ketidak- 1. Tekankan penting oral Infeksi pada cavum
adekuatan pertahanan hygiene. nasi dapat bersumber
sekunder dan efek 2. Ajarkan teknik mencuci dari ketidakadekuatan
imunosupresi tangan kepada klien dan oral
radioterapi/kemoterapi keluarga, tekankan untuk hygiene.Mengajarkan
menghindan mengorek/me- upaya preventif untuk
nyentuh area luka pada rongga menghindari infeksi
hidung (area operasi). sekunder.
3. Kaji hasil pemeriksaan Menilai perkembagan
laboratorium yang imunitas seluler/
menunjukkan penurunana humoral.Antibiotik
fungsi pertahanan tubuh digunakan untuk
(lekosit, eritrosit, trombosit, mengatasi infeksi atau
Hb, albumin plasma) diberikan secara
4. Berikan antibiotik sesuai profilaksis pada pasien
dengan program terapi. dengan risiko infeksi
5. Tekankan pentingnya Protein diperlukan
asupan nutrisi kaya protein pembentukan
schubungan dengan penurunan antibodi.sebagai
daya than tubuh. prekusor amino
6. Kaji tanda-tanda vital dan penyusun Efek
gejala/tanda infeksi pada imunosupresif terapi
seluruh sistem tubuh radiasi dan kemoterapi
dapat mempermudah
timbulnya infeksi lokal
dan sistemik

4. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan Implementasi keperawatan

Kecemasan b/d krisis situasi (keganasan), Setelah dilakukan tindakan keperawatan


ancaman perubahan status keschatan-sosial- dalam waktu 8 jam,kecemasan(Ansietas)
ekonomik, perubahan fungsi-peran, teratasi dengan kriteria hasil :
perubahan interaksi sosial, ancaman Perilaku kegelisahan menurun
kematian, perpisahan dari keluarga.
Anoreksia menurun
Frekuensi pernapasan menurun
Frekuensi nadi menurun
Tekanan darah menurun

Gangguan harga diri b/d kelainan bentuk Melihat bagian tubuh meningkat
bagian tubuh akibat keganasan, efek-efek Verbelisasi kecacatan bagian tubuh
radioterapi/kemoterapi meningkat

Verbelisasi perasaan negative tentang


perubahan tubuh menurun

Nyeri b/d kompresi/destruksi jaringan sarat Keluhan nyeri menurun


dan proses inflamasi.
Meringis menurun

Sikap protektif menurun

Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan Porsi makanan yang dihabiskan meingkat
tubuh b/d peningkatan status metabolik akibat
keganasan, efek radioterapi/kemoterapi dan Berat badan membaik
distres emosional Indeks massa tubuh membaik

Risiko infeksi b/d ketidak-adekuatan Demam menurun


pertahanan sekunder dan efek imunosupresi
radioterapi/kemoterapi Nyeri menurun

5. EVALUASI KEPERAWATAN

S : Pasien mengatakan masih merasakan nyeri pada area sinus maksila,sinus etmoid,dan hidung.

O : Pasien terlihat masih cemas

A : Ansietas,Gangguan harga diri,Nyeri,Defisit nutrisi,Resiko infeksi belum teratasi

P : Lanjutkan intervensi keperawatan.

Anda mungkin juga menyukai