ABSTRAK
Latar belakang : Gastritis merupakan inflamasi mukosa lambung. Salah satu manifestasi klinis gastritis adalah
nyeri. Salah satu manajemen nyeri adalah teknik relaksasi nafas dalam. Relaksasi merupakan suatu tindakan
untuk membebaskan mental maupun fisik dari ketengan otot dan stres sehingga dapat meningkatkan toleransi
terhadap nyeri. Tujuan penerapan ini untuk mengidentifikasi kefektifan penerapan teknik nafas terhadap skala
nyeri pada pasien gastritis. Metode penerapan ini menggunakan desain study kasus. Subjek penerapan adalah
pasien gastritis yang mengalami masalah nyeri. Intrumen penerapan dengan menggunakan skala nyeri
deskriptif. Hasil : Setelah dilakukan penerapan relaksasi nafas dalam pasien mengalami penurunan skala nyeri
dari 6 menjadi 5. Kesimpulan : teknik relaksasi nafas dalam dapat membantu mengurangi skala nyeri pada
pasien gastritis.
ABSTRACK
Background : Gastritis is inflammation of the gastric mucosa. One of the clinical manifestations of gastritis is
pain. One of the pain management is deep breathing relaxation technique. Relaxation is an action to free
mentally and physically from muscle tension and stress so that it can increase tolerance to pain. The purpose of
this application is to identify the effectiveness of the application of breathing techniques on the pain scale in
gastritis patients. This application method uses a case study design. The subject of application is gastritis
patients who experience pain problems. The instrument of application was using a descriptive pain scale.
Results: After applying deep breath relaxation, the patient experienced a decrease in the pain scale from 6 to 5.
Conclusion: deep breathing relaxation techniques can help reduce the pain scale in gastritis patients.
Skala Nyeri
6
pertanyaan. Dari kuesioner tersebut, kemudian
5
didapatkan perolehan data berupa skor yang 4
disesuaikan berdasarkan rentang skala nyeri 3
deskriptif. 2
1
HASIL 0
Sebelum Sesudah
1. Karakteristik dan Gambaran Subjek
Perubahan Skala Nyeri
Subjek Tn. I berusia 35 tahun,
berjenis kelamin laki-laki beragama Islam,
Sebelum Sesudah
suku jawa dan pedidikan SMA dengan
diagnosa medis gastritis. Tn. I bekerja
sebagai ojek online dengan penghasilan
perbulan mencukupi kebutuhan sehari- Berdasarkan gambar 1 menunjukan bahwa
hari.Berdasarkan hasil pengkajian, Tn. I skala nyeri sebelum penerapan relaksasi nafas
mengatakan nyeri. Nyeri yang ia rasakan dalam dengan skala nyeri 6 (nyeri sedang) dan
seperti tertusuk benda tajam. Tn. I sesudah dilakukan penerapan relaksasi nafas
mengatakanmerasakan nyeri tekan daerah dalam dengan skala nyeri 5 (nyeri sedang).
epigastrikdan tidak menyebar dengan skala
nyeri 6. Nyeri yag dirasakan hilang timbul. PEMBAHASAN
Hasil tanda-tanda vital tekanan darah Salah satu manifestasi klinis yang terjadi pada
120/80 mmHg, nadi 80x/menit, pernafasan pasien gastritis adalah nyeri4 . Peradangan
20x/menit suhu 36,5˚C.Tn.I mengatakan dinding lambung pada gastritis dapat
merasa cemas akibat mendapat Pemutusan menyebabkan nyeri2. Nyeri merupakan
Hubungan Kerja (PHK) sehingga pengalaman personal dan subjektif dan tidak
mengganggu pola makan. ada dua individu yang merasakan nyeri dalam
pola yang identik. Keluhan nyeri dapat
2. Hasil Penerapan menimbulkan rasa ketidaknyamanan yang dapat
Berdasaran hasil penerapan ini, subjek mengganggu aktivitas sehari-hari1. Penyebab
dengan diagnosa medis Gastritis yang terjadinya nyeri dikarenakan jaringan yang
mengalami keluhan nyeri diberikan rusak melepaskan zat-zat kimiawi yang
penerapan teknik relaksasi nafas dalam. mengaktifkan reseptor nyeri dan terbentuknya
Penulis melakukan pengukuran skala nyeri sinyal-sinyal nyeri. Sinyal nyeri ini kemudian di
terlebih dahulu sebelum penerapan
kirimkan ke sepanjang saraf melalui saraf Penelitian terkait lainnya juga pernah
tulang belakang menuju otak5. dilakukan oleh9 yang dilakukan terhadap 70
Proses terjadinya kerusakan sel di sebabkan responden. 6 (8,6%) responden mengaku
oleh stimulus kimiawi yang mengakibatkan merasa nyeri dengan skala nyeri 1-3 (nyeri
pelepasan neurotransmitter eksitatori seperti ringan). Nyeri terbanyak adalah nyeri dengan
prostaglandin, brandikinin, kalium, dan subtansi skala 4-7 (nyeri sedang) yang dialami oleh 59
P. Subtansi yang peka terhadap nyeri yang (84,3%) responden. Sedangkan 5 (7,1%)
terdapat di sekitar serabut nyeri di cairan responden lainnya menderita nyeri dengan
ekstraselular, menyebarkan “pesan” adanya skala 7-9 (nyeri berat). Setelah diberikan terapi
nyeri dan menyebabkan inflamasi (peradangan) relaksasi nafas dalam, 33 (47,1%) responden
sehingga serabut nyeri memasuki medula mengaku menderita nyeri dengan skala nyeri
spinalis melalui tulang belakang dan melewati 1-3 (nyeri ringan). Dan 37 (52,9%) responden
beberapa rute hingga berakhir di gray matter lainnya menderita nyeri dengan skala nyeri 4-6
(lapisan abu-abu) medula spinalis. Subtansi P (nyeri sedang). Hasil penelitian tersebut
dilepaskan di tulang belakang yang menyebutkan bahwa terdapat perubahan yang
menyebabkan terjadinya transmisi sinaps dari signifikan terhadap nilai skala nyeri sebelum
saraf perifer aferen (panca indera) ke sistem dan sesudah penerapan dengan p value sebesar
saraf spinotalamik, yang melewati sisi yang 0,000 (p< 0,05).
berlawanan5. Berdasarkan teori, terdapat beberapa faktor
Stimulus penghasil nyeri megirimkan impuls yang menjadi penyebab terjadinya nyeri,
melalui serabut saraf perifer. Serabut nyeri diantara lain (usia, jenis kelamin, budaya,
memasuki medula spinalis, kemudian melalui pengalaman nyeri sebelumnya, ansietas,
5
salah satu dari beberapa rute saraf, dan akhirnya spiritual, dan keletihan) .
sampai di dalam area berwarana abu-abu di
medula spinalis. Terdapat pesan nyeri dapat Pemaparan dari faktor tersebut adalah sebagai
berinteraksi dari sel-sel saraf inhibitor, berikut :
mencegah stimulus nyeri sehingga tidak 1. Usia
mencapai ke otak5. Usia dapat mempengaruhi nyeri, terutama pada
Berdasarkan teori gate control menjelaskan bayi dan dewasa akhir. Perbedaan terhadap
bahwa subtansi gelatinisa (SG) pada medula perkembangan yang ditemukan diantara
spinalis bekerja layaknya pintu gerbang yang kelompok umur tersebut mempengaruhi
menghalangi masuknya impuls nyeri menuju bagaimana anak dan dewasa akhir berespons
otak. Saat impuls dihantarkan ke otak, terdapat terhadap nyeri5.
pusat korteks yang lebih tinggi di otak yang
memodifikasi persepsi nyeri sehingga saraf 2. Ansietas
desenden melepaskan opoid endogen, seperti Ansietas sering kali menyertai peristiwa nyeri
endorfin dan dinorfin, suatu pembunuh nyeri yang terjadi. Ancaman yang tidak jelas asalnya
alami yang berasal dari tubuh, sehingga dan ketidakmampuan mengontrol nyeri atau
neuromudulator dapat menutup mekanisme peristiwa di sekelilingnya dapat memperberat
pertahanan dengan menghambat pelepasan persepsi nyeri. Sebaliknya, individu yang
subtansi5. percaya bahwa mereka mampu mengontrol
Salah satu upaya nonfarmakologis untuk nyeri yang mereka rasakan akan mengalami
mengurangi intensitas nyeri adalah pemberian penurunan rasa takut dan kecemasan yang
terapi relaksasi nafas dalam. Relaksasi nafas akan menurunkan persepsi nyeri mereka 10.
dalam merupakan suatu tindakan untuk
membebaskan mental maupun fisik dari 3. Faktor Spiritual
ketegangan dan stres sehingga dapat Spiritualitas menjangkau antara agama dan
meningkatkan toleransi terhadap nyeri . mencakup pencarian secara aktif terhadap