Anda di halaman 1dari 20

ASKEP KEKERASAN PADA

PEREMPUAN

DISUSUN OLEH :
1.
PENGERTIAN

 Segala tindakan kekerasan yang dilakukan terhadap


perempuan yang berakibat atau kecenderungan
untuk mengakibatkan kerugian dan penderitaan
fisik, seksual, maupun psikologis terhadap
perempuan baik perempuan dewasa, anak
perempuan dan remaja
PENYEBAB

 Aspek budaya
 Aspek Ekonomi
 Aspek hukum
 Aspek Politik
BENTUK KEKERASAN

 Tindak kekerasan Fisik


 Tindak Kekerasan Non Fisik
 Tindak Kekerasan psikologis atau
Jiwa
TEMPAT, WAKTU DAN PELAKU
KEKERASAN WANITA

 Lingkungan Keluarga
 Masyarakat umum
 Wilayah Konflik/ Non Konflik dan
Bencana
PENCEGAHAN KEKERASAN WANITA

 Masyarakat sadar masalah KTP perlu diatasi


 Menyebarluaskan produk hukum tentang pelecehan
seksual
 Membekali perempuan, cara penjagaan diri
 Lapor segera jika ada tindak kekerasan pada pihak
berwenang
 Aksi menentang kejahatan KTP
PERAN TENAGA KESEHATAN

 Konseling untuk menguatkan korban


 Memberi informasi tentang hak-hak korban
 Mengantarkorban ke rumah aman
 Berkoordinasi dengan pihak kepolisian
 Memberi pendampingan psikologis dan pelayanan
CONTOH KASUS

KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA


Pengertian
setiap tindakan berdasarkan jenis kelamin yang
berakibat kesengsaraan atau penderitaan perempuan
secara fisik, seksual, atau psikologis,termasuk
ancaman tindakan tertentu, pemaksaan atau
perampasan secara sewenang-wenang baik yang
terjadi di depan umum atau dalam kehidupan pribadi
(Citra Dewi Saputra, 2009)
Unsur atau Indikasi

1. Setiap tindakan kekerasan baik secara verbal maupun fisik, baik


berupa tindakan atau perbuatan, atau ancaman pada nyawa.
2. Tindakan tersebut diarahkan kepada korban karena ia
perempuan. Di sini terlihat pengabaian dan sikap merendahkan
perempuan sehingga pelaku menganggap wajar melakukan
tindakan kekerasan terhadap perempuan.
3. Tindakan kekerasan itu dapat berbentuk hinaan, perampasan
kebebasan, dll.
4. Tindakan kekerasan tersebut dapat merugikan fisik maupun
psikologis perempuan.
5. Tindakan kekerasan tersebut terjadi dalam lingkungan keluarga
atau rumah tangga (Gunawan Wibisono, 2009).
Ruang Lingkup dan Macam-macam Kekerasan
Dalam Rumah Tangga

1. Suami, isteri, dan anak (termasuk anak angkat


dan anak tiri).
2. Orang-orang yang mempunyai hubungan keluarga
dengan orang sebagaimana dimaksud karena
hubungan darah, perkawinan, persusuan,
pengasuhan, dan perwalian, yang menetap dalam
rumah tangga (mertua, menantu, ipar dan besan);
dan/atau
3. Orang yang bekerja membantu rumah tangga dan
menetap dalam rumah tangga tersebut (Pekerja
Rumah Tangga).
macam-macam bentuk Kekerasan Dalam Rumah
Tangga (KDRT)

 Kekerasan Fisik
 Kekerasan psikologis atau emosional (Psikis)
 Kekerasan Seksual
 Kekerasan Ekonomi .
Faktor-faktor yang mendorong terjadinya tindak
Kekerasan Dalam Rumah Tangga

1. Adanya hubungan kekuasaan yang tidak


seimbang antara suami dan istri.
2. Ketergantungan ekonomi.
3. Kekerasan sebagai alat untuk menyelesaiakan
konflik
4. Persaingan.
5. Frustasi.
Dampak Kekerasan Dalam Rumah Tangga

1. Dampak pada istri :


 Perasaan rendah diri, malu dan pasif
 Gangguan kesehatan mental seperti kecemasan yang berlebihan, susah makan
dan susah tidur
 Mengalami sakit serius, luka parah dan cacat permanen
 Gangguan kesehatan seksual
 Menderita rasa sakit fisik dikarenakan luka sebagai akibat tindakan kekerasan
 Kekerasan seksual dapat mengakibatkan turun atau bahkan hilangnya gairah
seks, karena istri menjadi ketakutan dan tidak bisa merespon secara normal
ajakan berhubungan seks
2. Dampak pada anak :
 Mengembangkan prilaku agresif dan pendendam
 Mimpi buruk, ketakutan, dan gangguan kesehatan
 Kekerasan menimbulkan luka, cacat mental dan cacat fisik
3. 3. Dampak pada suami : • Merasa rendah diri, pemalu, dan
pesimis • Pendiam, cepat tersinggung, dan suka menyendiri
Dampak Kekerasan Dalam Rumah Tangga

2. Dampak pada anak :


 Mengembangkan prilaku agresif dan pendendam
 Mimpi buruk, ketakutan, dan gangguan kesehatan
 Kekerasan menimbulkan luka, cacat mental dan cacat fisik
3. Dampak pada suami :
- Merasa rendah diri, pemalu, dan pesimis
- Pendiam, cepat tersinggung, dan suka menyendiri
Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan
Kekerasan Dalam Rumah Tangga

Pengkajian
 Kecemasan
 Perilaku
 Stresor Pecetus
 Mekanisme koping
 Gangguan Tidur
Diagnosa Keperawatan

 Kecemasan/ Ansietas/ Inefektif koping/ Ketakutan/


Gangguan Tidur
 Proses perubahan keluarga
 Ketidakberdayaan
 Nyeri
 Kerusakan interaksi sosial
 Gangguan harga diri
 Gangguan Seksual
 Perubahan peforma peran
 Gangguan citra tubuh
 Resiko terhadap kesepian
 Distress spiritual
 Kerusakan interaksi sosial
Identifikasi Hasil

1. Kecemasan : Pasien akan menunjukkan cara


adaptif dalam mengatasi stress
2. Gangguan tidur : Pasien akan mengekspresikan
perasaannya secara verbal daripada melalui
perkembangan gejala-gejala fisik.
3. Gangguan seksual : Pasien akan mencapai
tingkat maksimal respons seksual yang
adaptif untuk meningkatkan atau
mempertahankan kesehatan.
Perencanaan

 Kecemasan : Pasien harus mengembangkan


kapasitasnya untuk mentoleransi ansietas.
 Gangguan tidur : Penyuluhan untuk pasien tentang
strategi koping yang adaptif.
 Gangguan seksual : Lakukan penyuluhan.
Implementasi

1. Kecemasan : Memecahkan masalah yang


membuat pasien cemas
2. Gangguan tidur : Memenuhi kebutuhan fisiologis
pasien, Memenuhi kebutuhan dasar akan rasa
aman dan keselamatan.
3. Gangguan Seksual : Sebelum melakukan
penyuluhan perawat harus memeriksa nilai
dan keyakinannya sendiri tentang pasien
yang berperilaku seksual yang mungkin
berebda.
Evaluasi

1. Kecemasan
 Sudahkah ancaman terhadap integritas fisik atau system diri pasien berkurang
dalam sifat, jumlah, asal, atau waktunya?
 Apakah perilaku pasien menunjukkan ansietas?
 Sudahkah sumber koping pasien dikaji dan dikerahkan dengan adekuat?
 Apakah pasien menggunakan respon koping adaptif?
2. Gangguan tidur
 Sudahkah pola tidurnya telah normal kemabali?
 Apakan kecemasan masih mengganggu tidur pasien?
3. Gangguan seksual
 Apakah pengakajian keperawatan tentang seksualitas telah lengkap, akurat,
dan dilakukan secara professional?
 Apakah pasien merasakan perbaikan selama perbaikan?
 Apakah hubungan interpersonal pasien telah meningkat?
 Apakah penyuluhan kesehatan tentang ekspresi seksual telah dilakukan
dengan benar?
 Apakah perasaan perawat sendiri tentang seksual telah digali semua pada
pasien?•

Anda mungkin juga menyukai