Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

MANAJEMEN NYERI DENGAN TERAPI NONFARMAKOLOGI

DOSEN : Ifa Hafifah, Ns., M.Kep.


DISUSUN OLEH
KELOMPOK 4 & 10
Alisa 1710913320004 Muhammad Ari Risadi 1610913210012
Ayu Dita Aprillia 1710913320007 Mega Marya Ulfah 1610913220009
Emelia Rahmawati 1710913220009 Dina Hanifa 1710913120002
Nurul Inayah 1710913320029 Maulinda 1610913320017
Muhammad Kholillurrahman 1710913310020 Muchlis Chandra 1710913110004
Jumiati Nupus 1710913320013 Sinyo Pelani 1710913210021
Khalimatus Sa’diah 1710913220016 Sunita Permata Indah 1610913320038
Novia Farisa Ariani 1710913320026 Vidya Kirana 1710913320040

Gilang Putra Ramadhan 1610913310012 Yunita 1710913120011

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

BANJARBARU
2019
LEMBAR PENGESAHAN

Dosen Pengampu : Ifa Hafifah, Ns., M.Kep.

Kelompok : 4 & 10

Nama Anggota : Alisa 1710913320004


Ayu Dita Aprillia 1710913320007
Emelia Rahmawati 1710913220009
Nurul Inayah 1710913320029
Muhammad Kholillurrahman 1710913310020
Jumiati Nupus 1710913320013
Khalimatus Sa’diah 1710913220016
Novia Farisa Ariani 1710913320026
Gilang Putra Ramadhan 1610913310012
Muhammad Ari Risadi 1610913210012
Mega Marya Ulfah 1610913220009
Dina Hanifa 1710913120002
Maulinda 1610913320017
Muchlis Chandra 1710913110004
Sinyo Pelani 1710913210021
Sunita Permata Indah 1610913320038

Vidya Kirana 1710913320040


Yunita 1710913120011

Banjarbaru,September 2019

2
Ifa Hafifah, Ns., M.Kep.

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Secara umum nyeri adalah suatu rasa yang tidak nyaman, baik ringan maupun berat. Nyeri
adalah pengalaman perasaan emosional yang tidak menyenangkan akibat terjadinya kerusakan
aktual maupun potensial, atau menggambarkan kondisi terjadinya kerusakan Setiap individu
pasti pernah mengalami nyeri dalam tingkatan tertentu. Nyeri merupakan alasan yang
paling umum orang mencari perawatan kesehatan. Walaupun merupakan salah satu dari
gejala yang paling sering terjadi di bidang medis, nyeri merupakan salah satu yang paling
sedikit dipahami. Individu yang merasakan nyeri merasa menderita dan mencari upaya untuk
menghilangkannya. Perawat meggunakan berbagai intervensi untuk dapat menghilangkan
nyeri(manajemen nyeri) tersebut dan mengembalikan kenyamanan klien. Perawat tidak
dapat melihat dan merasakan nyeri yang dialami oleh klien karena nyeri bersifat
subjektif.
Nyeri dapat diekspresikan melalui menangis, pengutaraan, atau isyarat perilaku. Nyeri
yang bersifat subjektif membuat perawat harus mampu dalam memberikan asuhan
keperawatan secara holistic dan menanganinya.
Metode non-farmakologi juga bisa dijadikan pilihan alternatif dalam mengurangi nyeri. Di
ruang instalasi gawat darurat, metode non-farmakologi merupakan bagian vital dari perawatan
yang diberikan kepada anak-anak dan sangat membantu. Metode ini pun tidak mahal dan mudah
dilakukan secara mandiri oleh perawat (Wente & Richfield, 2013). Sama halnya dengan Khan
dan Weismann (2007), yang menyatakan bahwa metode non-farmakologi merupakan bagian
protokol standar instalasi gawat darurat. Sebab, metode non-farmakologi sangat efektif
meminimalisir nyeri dan ketakutan pada anak di ruang instalasi gawat darurat.
Metode non-farmakologi adalah intervensi keperawatan yang diberikan tanpa menggunakan
obat. Berbagai macam metode nonfarmakologi dapat dilakukan, seperti guided imagery,
distraksi, hipnotis, teknik relaksasi, kontrol pernapasan, dan biofeedback exercise (Srouji, et al, 6

4
2010). Selain itu, ada beberapa cara lain yang bisa digunakan, seperti penggunaan panas dan
dingin, masase, akupuntur, pengaturan suhu dan lainlain (Wente & Richfield, 2013).

B. Tujuan
1. Mampu mengetahui dan memahami tentang teknik distraksi
2. Mampu mengetahui dan memahami tentang hipnoterapi
3. Mampu mengetahui dan memahami tentang terapi mozart
4. Mampu mengetahui dan memahami tentang terapi relaksasi napas dalam
5. Mampu mengetahui dan memahami tentang aromaterapi
6. Mampu mengetahui dan memahami tentang effleurage massage
7. Mampu mengetahui dan memahami tentang the Infuence of guide imagery and music

BAB II

5
PEMBAHASAN
A. Teknik Distraksi

Teknik relaksasi dan distraksi merupakan salah satu metode manajemen nyeri non
farmakologi.Salah satu tindakan pereda nyeri dengan menggunakan manajemen nonfarmakologi
yaitu dengan terapi distraksi. Distraksi terdiri dari beberapa teknik, salah satu nya adalah distrasi
visual. Distraksi visual atau penglihatan adalah pengalihan perhatian selain nyeri yang diarahkan
ke dalam tindakan-tindakan visual atau pengamatan. Tujuan dari penggunaan teknik distraksi
visual ini adalah untuk pengalihan atau menjauhi perhatian terhadap sesuatu yang sedang
dihadapi, misalnya rasa sakit (nyeri).

Contoh dari distraksi visual yang dapat dilakukan untuk mengatasi rasa nyeri atau cemas
pada pasien seperti menonton video, bermain game ataupun menggunakan media virtual reality
(VR) melihat pertandingan, menonton televisi, membaca koran, melihat pemandangan dan
gambar termasuk distraksi visual. .Virtual Reality adalah teknologi yang membuat pengguna
berinteraksi dengan suatu lingkungan yang disimulasikan oleh komputer (computer-
simulatedenvironment). Teknologi virtual reality(VR) tak hanya digunakan untuk menikmati
game. Teknologi ini dikembangkan untuk mengurangi rasa sakit dan kecemasan pasien.Peneliti
Inggris ingin melihat apakah virtual reality(VR) mampu meringankan rasa sakit dan kecemasan
pasien.Efek analgesik nonfarmakologi ini muncul saat pasien menggunakan virtual reality (VR)
dengan simulasi lingkungan bersalju bersamaan dengan medikasi luka oleh dokter.

Langkah-langkah distraksi

a) Bernafas pelan-pelan
b) Massage sambil bernafas pelan-pelan
c) Mendengarkan lagu sambil menepuk-nepuk jari kaki
d) Membayangkan hal-hal yang indah sambil menutup mata
e) Menonton tv/video, bermain game dan melihat pemandangan
f) Berbincang-bincang dengan orang lain

Kekurangan dan kelebihan distraksi

a. Kekurangan
2. Tidak efektif dilakukan untuk nyeri berat

6
a. Kelebihan
1. Sangat efektif dilakukan untuk mengatasi atau mengurangi nyeri ringan sampai sedang
2. Peralatan lebih praktis dan mudah untuk disiapkan

B. Hipnoterapi
Hipnoterapi adalah salah satu metode terapi dengan menggunakan teknik komunikasi
hipnosis, dimana klien diarakan untuk memasuki kondisi hypnosa (trance) atau beberapa orang
menyebutnya rileks, atau fokus. Pada saat relaksasi maka pasien akan sangat mudah menerima
panduan dan sugesti yang diberikan terapis (Nugraha, L.N., & Sugianto, 2017).
Hipnoterapi merupakan konsep penyembuhan yang menyeimbangkan sistem harmonisasi
tubuh dengan mengatur kembali pola pola negatif yang sering dilakukan, baik secara sadar
maupun tidak secara sadar oleh seseorang. Dengan memasuki pikiran bawah sadar klien, pola-
pola negatif yang selama ini dilakukan oleh klien bisa dikoreksi dan diprogram kembali dengan
memberikan pandangan-pandangan baru yang bisa memberikan kenyamanan dan ketenangan
secara jangka panjang bagi klien (Hakim, 2010).
Hipnoterapi sangatlah berbeda dengan hipnotis, hipnoterapi membutuhkan kesediaan dan
kepercayaan pasien terhadap terapis. Sugesti pada hipnoterapi dapat dilakukan pada orang yang
tingkat sugestifitas tinggi sehingga pada diperlukan konseling beberapa kali untuk
meningkatkatkan sugestifitas pasien (Nugraha, L.N., & Sugianto, 2017).
Langkah-langkah hipnoterapi, yaitu (Nugraha, L.N., & Sugianto, 2017):
1. Melakukan tahap pre interaksi
2. Melakukan tahap orientasi yaitu terapis membangun hubungan dengan klien melalui percakapan
ringan, saling berkenalan, serta hal-hal lain yang bersifat mendekatkan ahli hipnosis secara
mental terhadap klien. Selain itu, klien diberikan info seputar hipnoterapi dan manfaatnya untuk
kemudian dipastikan apakah klien bener-bener mau di dihipnoterapi atau tidak.
3. Melakukan tahap kerja:
a) Teknik relaksasi menggunakan standard deepening yakni berupaya memasukkan pasien
dalam state hipnotik yang dimulai dengan menghadirkan kembali kenangan tempat/situasi
yang nyaman bagi pasien. Dimulai dengan memposisikan tubuh dengan nyaman (berbaring-
duduk), dan dapat dibantu dengan iringan musik relaksasi kemudian mengambil napas
panjang sebanyak 3 kali, inspirasi melalui hidung dan ekspirasi melalui mulut secara

7
perlahan. Setelah pernapasan ketiga kalinya maka pasien diarahkan untuk menutup mata.
Secara sistematis, pasien dipandu dengang hitungan mundur dari sepuluh hingga satu dengan
semakin berkurangnya hitungan maka gambaran tadi semakin nyata dan dapat dirasakan
kembali secara fisik dengan ditandai adanya REM (Rapid Eye Movement). Setelah tercapai
kondisi REM maka pasien diarahkan untuk menikmati sejenak kenyamanan tersebut.
b) Selanjutnya dalam kondisi REM dipertahankan, teknik cognitive distraction diterapkan.
Teknik ini akan memandu pasien mengubah gambaran nyaman tadi menjadi urutan sensasi
suhu dan warna tanpa menghilangkan sensasi nyaman yang ada. Dengan tetap nyaman, pasien
dipandu untuk mengumpamakan warna merah sebagai rasa panas dan panas tersebut
dianalogikan dengan rasa nyeri. Lambat laun terapis akan memandu pasien mengubah warna
merah secara bertahap menjadi merah muda, kuning, hijau muda, hijau tua, biru tua dan biru
langit yang nyaman di mata seiring perubahan warna tadi pasien disugesti suhu pada bagian
tubuh yang nyeri tadi menjadi semakin sejuk hingga sensasi nyeri tadi berkurang atau bila
pasien memiliki sugestibilitas tinggi, rasa nyeri tadi menghilang. Setelah beberapa saat terapis
akan menanyakan kepada pasien kondisi sensasi nyeri tersebut, biasanya jawaban dari pasien
akan lambat merespon sehingga tunggu saja sejenak, bila jawaban pasien masih nyeri dan
mengganggu maka proses analogi warna dan suhu diulang sampai rasa nyeri berkurang.
Setelah mendapat respon bahwa rasa nyeri berkurang maka dengan tetap mempertahankan
pada fase REM akan dilanjutkan pada tahap anchoring.
c) Tahap anchoring pasien diminta untuk menikmati rasa nyaman baik dengan kondisi tubuh
yang tidak nyeri sambil dikembalikan gambaran peristiwa menyenangkan pada saat tahap
relaksasi. Terapis akan memandu dengan hitungan maju dari 1-10. Pada hitungan ke-1 pasien
mulai dipandu untuk membentuk gambaran di pikiran tentang visualisasi keadaan yang
nyaman, hitungan ke-2 intensitas visualisasi diperkuat untuk mengembalikan suasana secara
detail, hitungan ke-3 pasien disugesti untuk melibatkan ke seluruhan pancaindera dan
dilibatkan secara emosional, hitungan ke-4 pasien diarahkan untuk fokus pada sensasi emosi
yang dirasakan akibat visualisasi yang diperkuat, hitungan ke-5 intensitas emosional mulai
ditingkatkan, hitungan ke-6 intensitas emosional terus ditingkatkan dan disugestikan sebagai
realitas dalam pikiran pasien, hitungan ke-7 pasien disugestikan untuk semakin fokus pada
sensasi emosi yang dirasakan, hitungan ke-8 dimana 80% rasa nyaman memuncak maka
terapis akan memberikan sebuah stimulus (misalkan sentuhan di bahu kanan atau

8
mengarahkan pasien tarik napas), pada hitungan ke-9 pasien disugesti untuk menikmati
sensasi emosi yang ada dan hitungan ke-10 pasien diajak untuk perlahan memasuki alam
sadar dan memperhatikan menghilangnya sensasi secara perlahan, kemudian pasien diarahkan
untuk mengangguk bila sensasi sudah menghilang secara sempurna, kemudian pasien diajak
untuk membuka mata pada hitungan ke-3.
4. Terakhir terapis melakukan terminasi.

Kelebihan dan kekurangan dari Hipnoterapi, yaitu:

a. Kelebihan:
Hipnoterapi sangat efektif untuk membantu pasien mengatasi permasalahannya melalui
pikiran bawah sadar dan memunculkan koping positif pada pasien.
b. Kekurangan:
Kurang diminati oleh masyarakat karena kurangnya pengetahuan mengenai hipnoterapi. Dan
hipnoterapi kurang efektif pada pasien yang tingkat sugestifitasnya tidak tinggi.

C. Terapi Mozart

Definisi Terapi musik adalah salah satu penatalaksanaan nyeri dengan metode non
farmakologis, terapi musik mampu mempengaruhi persepsi dengan cara mendistraksi, yaitu
pengalihan pikiran dari nyeri, musik dapat mengalihkan konsentrasi klien pada hal-hal yang
menyenangkan. Selain itu, penggunaan musik untuk relaksasi dapat mempercepat penyembuhan,
meningkatkan fungsi mental dan menciptakan rasa sejahtera. Terapi Musik Mozaik terhadap
intensitas nyeri menunjukan bahwa musik yang paling disarankan untuk terapi yaitu terapi musik
Mozart. Hal ini dikarenakan musik Mozart memiliki tempo dan harmonisasi nada yang
seimbang, tidak seperti musik yang berjenis rock, dangdut atau musik-musik lainnya.

Tujuan Terapi Musik Mozart dapat mempengaruhi fungsi-fungsi fisiologis, seperti respirasi,
denyut jantung dan tekanan darah, musik juga dapat menurunkan kadar hormon yang meningkat
pada saat stress. Musik juga merangsang pelepasan hormon endorfin, hormon tubuh yang
memberikan perasaan senang yang berperan dalam penurunan nyeri.

9
Manfaat terapi musik mozart dapat di jadikan sebagai terapi non farmakologi sebagai
tindakan perawat dalam mengatasi nyeri. Perawat dapat menggunakan musik dengan kreatif di
berbagai situasi klinik, pasien umumnya lebih menyukai melakukan suatu kegiatan memainkan
alat musik, menyanyikan lagu atau mendengarkan musik.

Kelebihan : Jurnal ini terbukti bahwa terapi mozart dapat menurunkan nyeri pada pasien,
penelitian ini bisa sebagai acuan dengan salah satu cara untuk menurunkan rasa nyeri sebagai
terapi musik

Kekurangan : Sedikitnya pengambilan sampel dan penelitian ini bukan penelitian experiment
melainkan baru pre experiment design.

D. Terapi Realaksasi

Definisi Teknik relaksasi adalah uapaya yang dapat menurunkan nyeri dengan merilekskan
ketegangan otot yang menunjang nyeri. Teknik relaksasi terdiri atas nafas abdomen dengan
frekuensi lambat, berirama. Pasien dapat memejamkan matanya dan bernafas dengan perlahan
dan nyaman (Smeltzer et al., 2010). Terapi nyeri non farmakologi seperti teknik relaksasi nafas
dalam mempunyai resiko yang sangat rendah. Penanganan nyeri dengan melakukan teknik
relaksasi merupakan tindakan keperawatan yang dilakukan untuk mengurangi nyeri. (Sehono,
2010).

Tujuan pemberin teknik relaksasi nafas dalam adalah dapat menciptakan kenyamanan, pasien
merasa rileks dengan kegiatan tersebut mampu meningkatkan suplai oksigen dalam sel tubuh
yang akhirnya dapat mengurangi nyeri yang dialami responden. Salah satu upaya untuk
menurunkan nyeri adalah dengan menggunakan teknik farmakologis dan teknik non-
farmakologis.Teknik farmakologis yaitu dengan menggunakan obat-obatan sedangkan teknik
nonfarmakologis salah satunya yaitu dengan relaksasi nafas.

Manfaat teknik relaksasi nafas dalam adalah mampu merangsang tubuh untuk melepaskan
opoid endogen yaitu endorphin dan enkafalin. Hormon endorphin merupakan substansi sejenis
morfin yang berfungsi sebagai penghambat transmisi impuls nyeri ke otak. Sehingga pada saat
neuron nyeri mengirimkan sinyal ke otak, terjadi sinapsis antara neuron perifer dan neuron yang
menuju otak tempat seharusnya subtansi p akan menghasilkan impuls. Pada saat tersebut

10
endorphin akan memblokir lepasnya substansi p dari neuron sensorik, sehingga sensasi nyeri
menjadi berkurang.

Kelebihan : Jurnal ini menggambarkan bahwa teknik relaksasi nafas dalam mempengaruhi
skala nyeri pada pasien fraktur dari nyeri sedang menjadi nyeri ringan. teknik relaksasi nafas
dalam yang dilakukan sesuai dengan aturan dapat menurunkan intensitas nyeri pada pasien
fraktur.Jurnal ini juga menyatakan bahwa teknik relaksasi napas dalam dapat dilakukan oleh
semua responden.

Kekurangan : Sedikitnya pengambilan sampel dan penelitian ini bukan penelitian experiment
melainkan baru pra experiment design.

E. Aromaterapi

Aromaterapi adalah terapi atau pengobatan dengan menggunakan bau-


bauan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan, bunga, pohon yang berbau harum dan
enak. Minyak astiri digunakan untuk mempertahankan dan meningkatkan
kesehatan dan kesejahteraan, sering digabungkan untuk menenangkan sentuhan
penyembuhan dengan sifat terapeutik dari minyak astiri.
Aromaterapi dapat juga didefinisikan sebagai penggunaan terkendali
esensial tanaman untuk tujuan terapeutik.
Teknik pemberian aroma terapi bisa digunakan dengan cara :
1) Inhalasi : biasanya dianjurkan untuk masalah dengan pernafasan dan dapat
dilakukan dengan menjatuhkan beberapa tetes minyak esensial ke dalam mangkuk
air mengepul. Uap tersebut kemudian dihirup selama beberapa saat, dengan efek
yang ditingkatkan dengan menempatkan handuk diatas kepala dan mangkuk
sehingga membentuk tenda untuk menangkap udara yang dilembabkan dan bau.
2) Massage/ pijat : Menggunakan minyak esensial aromatik dikombinasikan dengan
minyak dasar yang dapat menenangkan atau merangsang, tergantung pada minyak
yang digunakan. Pijat minyak esensial dapat diterapkan ke area masalah tertentu
atau ke seluruh tubuh.
3) Difusi : Biasanya digunakan untuk menenangkan saraf atau mengobati beberapa
masalah pernafasan dan dapat dilakukan dengan penyemprotan senyawa yang
mengandung minyak ke udara dengan cara yang sama dengan udara freshener. Hal

11
ini juga dapat dilakukan dengan menempatkan beberapa tetes minyak esensial
dalam diffuser
4) Kompres : Panas atau dingin yang mengandung minyak esensial dapat digunakan
untuk nyeri otot dan segala nyeri, memar dan sakit kepala.
5) Perendaman : Mandi yang mengandung minyak esensial dan berlangsung selama
10-20 menit yang direkomendasikan untuk masalah kulit dan menenangkan saraf.

Kelebihan :

1. Mekanisme pemberian terapi dengan melalui inhalasi ini memberikan efek lebih cepat daripada
mekanisme lain
2. Aromatherapy citrus mengadung manfaat yang berguna untuk meningkatkan kesehatan dan
kesejahteraan tubuh
3. mempercepat penyembuhan penyakit dan menjaga keseimbangan system dalam tubuh

Kekurangan :

1. Aromaterapi tertentu tidak dianjurkan untuk sebagian orang


2. Sebagian besar minyak esensial harus dijauhkan dari anak anak dan bayi
3. Terjadi iritasi kulit

F. Effleurage Massage
Nyeri adalah fenomena umum bagi pasien setelah operasi. Nyeri pasca operasi tidak
menyenangkan pengalaman dalam kehidupan pasien. Biasanya metode farmakologis digunakan
untuk mengobati rasa sakit tetapi mereka memiliki efek samping yang membuat kurang
efektif. Salah satu terapi komplementer yang paling efektif dan direkomendasikan adalah pijat
Effleurage. Pijat effleurage bila dilakukan secara teratur setelah operasi membantu mengurangi
rasa sakit secara progresif.
Nyeri pada persalinan apabila tidak diatasi maka akan meningkatkan rasa khawatir,
tegang, takut dan stress. Peningkatan konsumsi glukosa tubuh pada ibu bersalin yang mengalami

12
stress menyebabkan kelelahan dan sekresi katekolamin yang menghambat kontraksi uterus, hal
tersebut menyebabkan persalinan lama yang akhirnya menyebabkan cemas pada ibu,
peningkatan nyeri dan stress berkepanjangan.
Massage (pijatan) cara lembut membantu ibu merasa lebih segar, rileks, dan nyaman
selama persalinan, sebuah penelitian menyebutkan, ibu yang dipijat 20 menit setiap jam selama
tahapan persalinan akan lebih bebas dari rasa sakit. Hal itu terjadi karena pijat merangsang tubuh
melepaskan endorphin yang merupakan pereda sakit alami. Endorphin juga dapat menciptakan
perasaan nyaman dan enak. Dalam persalinan, pijat juga membuat ibu merasa lebih dekat dengan
orang yang merawatnya. Sentuhan seseorang yang peduli dan ingin menolong merupakan
sumber kekuatan saat ibu sakit, lelah, dan kuat. Banyak bagian tubuhibu bersalin yang dapat
dipijat, seperti kepala, leher, punggung, dan tungkai. Saat memijat, pemijat harus memerhatikan
respons ibu, apakah tekanan yang diberikan sudah tepat.
Teknik Effleurage Merupakan teknik pijatan dengan menggunakan telapak jari tangan
dengan pola gerakan melingkar pada pinggang bagian bawah. Teknik effleurage massagediatas
dapat menurunkan nyeripersalinan kala 1 fase aktif bila dilakukan dengan benar, yaitu dilakukan
setiap adanya kontraksi dan dilakukan selama ±20 menit. Ibu bersalin mengatakan bahwa nyeri
pada pinggang bagian bawah berkurang setelah dilakukan pijatan tersebut.

G. The influence of Guided Imagery and Music (GIM)

Latar belakang: Stres dapat menimpa berbagai profesi dan pekerjaan. Guru sekolah dasar
merupakan salah satu profesi yang rentan terhadap stres. Stres ini dapat berpengaruh terhadap
kinerja guru, oleh karena itu stress harus diatasi. Salah satu cara untuk menurunkan stres adalah
relaksasi dengan terapi musik. Bagian dari terapi musik adalah Guided Imagery and Music
(GIM). Penelitian ini untuk mengetahui pengaruh relaksasi GIM terhadap stres guru sekolah
dasar negeri di kabupaten Sekadau, Kalimantan barat.

Metode: 40 orang responden guru diikut sertakan dalam penelitian ini melalui cluster
random sampling. Desain penelitian menggunakan metode quasi eksperiment pre-post dengan
grup kontrol. Data yang dikumpulkan meliputi karakteristik individu dan masa kerja, stressor
kerja (menggunakan kuesioner SDS) dan stres guru (menggunakan kuesioner SCL-90).
Relaksasi GIM diberikan sebanyak 5 sesi dalam waktu ±20 menit setiap sesi selama 1 minggu.

13
Hasil: 77.5% responden memiliki tingkat stress sedang pada stressor beban pekerjaan
kualitatif berlebih. Penilaian awal stress didapatkan 77.5% responden mengalami gejala
psikopatologi dengan gejala terbanyak adalah obsesi-kompulsif (27.5%). Terdapat penurunan
rerata stres yang bermakna pada guru SD yang mendapat relaksasi GIM dengan perbedaan mean
3.00±6.29 (p=0.046) dan peningkatan rerata stress pada kelompok kontrol -1.45±7.72 (p=0.412).

Kesimpulan: Intervensi GIM berpengaruh terhadap penurunan tingkat stress pada guru
SD yang menjalani relaksasi GIM. (Health Science Journal of Indonesia 2018;9(1):45-50)
Stres adalah bahaya umum dalam banyak profesi dan pekerjaan. Menurut Organisasi
Kesehatan Dunia (WHO), 8% penyakit yang disebabkan oleh aktivitas kerja di banyak negara
adalah depresi.1 Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) memperkirakan biaya stres di
masyarakat sekitar 1-3,5% dari Produk Domestik Bruto (PDB) negara.2 Guru memiliki profesi
yang dapat membangkitkan stres. Hal ini terjadi karena guru memiliki tanggung jawab untuk
mendidik dan membuka potensi peserta didik. Pada saat yang sama, mereka harus memenuhi
berbagai tuntutan, standar dan target dari orang tua atau penjaga, lembaga tempat mereka
bekerja, bahkan pemerintah. Dewan Skotlandia untuk Penelitian dalam Pendidikan menemukan
bahwa 23% dari 1800 guru ditemukan memiliki hubungan yang signifikan dengan penyakit
insidental.3 Bauer et al menemukan bahwa di negara-negara berkembang, seorang guru adalah
profesi yang menyebabkan tingkat kejenuhan yang tinggi.3 Satu kelompok guru yang memiliki
kemungkinan mengalami stres adalah guru sekolah dasar. Arismunandar, dalam penelitiannya,
menyatakan bahwa kecenderungan skor rata-rata tingkat stres guru sekolah dasar terbukti lebih
tinggi daripada guru sekolah menengah pertama.4 Penelitian Sugijanto menunjukkan bahwa di
antara 326 responden guru sekolah dasar, 168 (51,5%) dari para guru ditemukan mengalami
stres. Sebuah penelitian oleh Prasetyo R pada 80 responden guru sekolah dasar di Kabupaten
Wonosobo menemukan bahwa 62,5% guru mengalami tingkat stres ringan dengan persepsi
beban tugas dalam kategori tinggi (80%). 3,4 Di Kalimantan Barat sendiri, Masalah utama sistem
pendidikan yang dihadapi saat ini adalah kurangnya guru, distribusi pengadaan yang tidak
merata untuk kegiatan pendidikan, dan kualitas guru yang buruk. Masalah-masalah ini
menyebabkan beban kerja setiap guru semakin meningkat. Kabupaten Sekadau, Kalimantan
Barat adalah salah satu kabupaten dengan prevalensi tinggi gejala stres patologis pada guru
sekolah. Sebuah survei pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti di antara 20 guru di sebuah
sekolah dasar di Sekadau, menemukan bahwa sebagian besar guru (14 orang) telah mengeluh

14
tentang hal yang sama, yang merupakan beban dan tuntutan untuk lebih banyak upaya
pengajaran. Sebuah survei pendahuluan yang juga dilakukan oleh peneliti terhadap 17 guru di
sekolah dasar lain dengan memberikan kuesioner SCL-90 telah mengidentifikasi 12 orang yang
memiliki skor hasil lebih dari 61 (70,6%) yang berarti bahwa mereka telah mengalami stres
patologi. gejala dan mendapatkan stresor pekerjaan ringan dan menengah pada penyelesaian
kuesioner SDS. Banyak metode yang digunakan untuk manajemen stres, seperti metode
relaksasi. Salah satu teknik relaksasi adalah dengan terapi musik. Salah satu bagian dari terapi
musik adalah Guided Imagery and Music (GIM). GIM adalah aplikasi yang menggabungkan
beberapa teknik relaksasi, seperti relaksasi napas, relaksasi visual (imajinasi) dan terapi musik.7
Terapi musik untuk manajemen stres, terutama di kalangan pekerja masih jarang di Indonesia.
Pada saat yang sama, penelitian yang mengimplementasikan GIM sebagai manajemen stres di
tempat kerja di Indonesia tidak pernah dilakukan terutama di kalangan guru. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui pengaruh relaksasi Guided Imagery and Music (GIM) untuk
mengurangi stres pada guru sekolah dasar di Kabupaten Sekadau, Kalimantan
Jenis penelitian ini adalah intervensi dengan eksperimen pra dan pasca kuasi terhadap
kelompok kontrol. Pengukuran variabel stres dilakukan dua kali (sebelum dan sesudah) pada
kedua kelompok. Data dikumpulkan dengan angket sendiri selama 16 Oktober hingga 3
November 2017 di dua sekolah dasar negeri di Kabupaten Sekadau, Kalimantan Barat, sesuai
dengan hasil survei pra-eliminasi yang dilakukan oleh para peneliti. Guru stres dinilai
menggunakan kuesioner Symptom Check List-90 (SCL-90) yang dihitung pada skala numerik
dari 0-360 dengan skor cut off 61. Setiap gejala dihitung dengan mengubah nilai menjadi tabel
T-score. Stresor kerja dinilai dengan kuesioner Survei Stres Diagnostik (SDS), dengan masing-
masing stresor dikategorikan sebagai stres rendah (1-10), stres sedang (11-23) dan stres tinggi
(24-35). Sampel minimum diperoleh dengan menggunakan rumus: n1 = n2 = 2 [(z∝ + ZβS) /
((x1-x2))] ²
dengan tingkat taraf signifikansi 5% dan uji daya 80%, dari penelitian sebelumnya diperoleh S =
7,68, x1- x2 = 78. Untuk menghindari adanya drop out sampel, koreksi dilakukan sebesar 20%.
Berdasarkan formula ini, hasil perhitungan sampel adalah 20 orang untuk setiap kelompok,
sehingga total sampel adalah 40 orang dari kedua kelompok. Sampel ini dibagi menjadi dua
kelompok, yaitu kelompok intervensi (n = 20) dan kelompok kontrol (n = 20). Sampel diperoleh
dengan teknik cluster sampling dengan mengambil sampel dari 236 sekolah dasar negeri dengan

15
rata-rata jumlah guru adalah 20 orang. Para peneliti memilih di 2 sekolah dasar negeri dengan 20
guru untuk pengambilan sampel, dengan kriteria inklusi memiliki stres rendah dan sedang,
bersedia menjadi responden dan diberikan intervensi GIM. Kriteria eksklusi meliputi sampel
gangguan pendengaran atau menggunakan alat bantu dengar, menerima terapi psikofarmasi,
merencanakan tugas saat penelitian sedang berjalan, skor SCL-90 sama dengan 0 dan memiliki
tingkat stres yang tinggi. Kriteria sampel yang keluar dari penelitian ini telah mengundurkan diri
selama penelitian dilakukan dan tidak mengikuti salah satu atau semua sesi intervensi dari
kelompok intervensi. Intervensi GIM diberikan pada kelompok intervensi sebanyak 5 sesi selama
1 minggu melalui MP3 player dan earphone menggunakan musik relaksasi instrumental dan
dipandu oleh seorang pemandu. Intervensi GIM diadakan setelah jam sekolah dan dilakukan di
ruang guru dengan responden duduk di kursi. Setiap sesi berlangsung selama ± 20 menit. Data
karakteristik individu dan distribusi stresor kerja di kedua kelompok diuji untuk analisis univariat
dan homogenitas dengan uji Chi-square atau uji eksak Fisher. Nilai stres rata-rata pada kedua
kelompok diuji menggunakan uji T dengan α <0,05. Protokol penelitian telah disetujui oleh
Komisi Etika Penelitian Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia dengan No: 964 / UN2.F1 /
ETIK / 2017.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas, 82,5% responden berusia 30 tahun.
Menurut jenis kelamin, responden perempuan (67,5%) lebih tinggi dari responden laki-laki.
Selain itu, di antara semua guru sekolah dasar yang berpartisipasi dalam penelitian ini, sebagian
besar sudah menikah dan memiliki program sarjana universitas dengan lebih dari 6 tahun masa
kerja. Sebagian besar responden memiliki tingkat stres sedang, dan stresor kerja yang paling
sering adalah beban kerja kualitatif terlalu banyak (77,5%) dan beban kerja kuantitatif yang
berlebihan (65%). Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Prasetyo R,
Flook et al dan Sulastri L, bahwa faktor yang paling sering mempengaruhi stres kerja guru
adalah beban kerja yang berlebihan (80%) sementara mereka belum cukup waktu. untuk
menyelesaikan pekerjaan mereka.5,7,8 Namun, hasil studi tersebut dianggap kecil dalam hal
beban kerja jika dibandingkan dengan penelitian yang dilakukan oleh pengawas dan manajer di
perusahaan farmasi di Jakarta. Para penyelia dan manajer ini menerima stressor dari beban kerja
kualitatif yang berlebihan dalam kategori sedang-tinggi 90,4% .9 Lebih lanjut, penelitian ini
menemukan bahwa sebagian besar responden memiliki gejala psikopatologi (77,5%). Temuan ini
memperkuat hasil survei awal yang diadakan oleh peneliti yang menemukan 70,6% dari guru

16
mengalami gejala psikopatologis. Gejala psikopatologi lebih mungkin ditemukan pada pengawas
dan manajer perusahaan farmasi di Jakarta, di mana 71,4% karyawan mengalami gejala
psikopatologis.9 Dari hasil itu, gejala psikopatologi yang paling sering muncul adalah obsesif-
kompulsif (27,5%). 9 Ini telah terbukti sesuai dengan penelitian yang dilakukan pada pengawas
dan manajer perusahaan farmasi X, di mana ditemukan bahwa gejala yang paling sering adalah
obsesif-kompulsif (45,2%) .9 Dalam penelitian ini, ada penurunan yang signifikan pada stres
guru dari sebelum hingga setelah hasil penilaian stres di mana intervensi GIM diberikan kepada
kelompok intervensi. Penurunan skor SCL pada kelompok intervensi adalah 3,00, sedangkan
kelompok kontrol memperoleh peningkatan 1,45. Hasil ini sejalan dengan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Garcia yang mendapatkan pengurangan yang signifikan dari hasil CARD
(Penilaian Kelas Sumber Daya dan Permintaan, Versi Dasar) dari 80 guru yang telah
memberikan intervensi citra terpandu (1 imajinasi terbimbing) selama 3 minggu ( p <0,01) .10
Hasil ini juga konsisten dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Beck et al, yang
menyatakan bahwa ada penurunan yang signifikan dalam hasil PSS-10 (Skala Stres-10) pada 20
pekerja yang mengalami pekerjaan kronis terkait stres yang menerima intervensi GIM setelah 3
sesi tindak lanjut per minggu dan dilanjutkan selama 9 minggu (p <0,01) .6,10 Penurunan tingkat
stres harus lebih tinggi jika intervensi dilakukan dalam jam dan sesi yang lebih lama, dengan
kondisi dan situasi yang nyaman , dan dilakukan oleh pemandu terlatih dan bersertifikat. Secara
statistik, relaksasi GIM menyebabkan efek pada tekanan guru sebelum dan sesudah intervensi
terhadap kelompok intervensi (p = 0,046). Namun, tidak ada perbedaan yang signifikan
dibandingkan dengan kelompok kontrol. Ini mungkin mengenai kondisi peserta di kedua sekolah
bahwa pada saat studi berlangsung, mereka telah melakukan banyak kegiatan, intervensi terlalu
pendek, dan sesi yang diberikan terlalu sedikit. Pada saat yang sama, kondisi ruangan tidak
cukup nyaman dan intervensi tidak dilakukan oleh seorang profesional di lapangan, karena juga
menjadi kelemahan dari penelitian ini. Hal ini terjadi karena pada saat penelitian berlangsung,
responden dari kedua sekolah telah menyelesaikan ujian tengah semester dan beberapa kegiatan
lain yang mengikuti. Kondisi ini dapat mempengaruhi penilaian stres terhadap responden.
Intervensi GIM dimaksudkan untuk mengurangi stres di kalangan guru dan dianjurkan untuk
digunakan sebagai cara untuk mengurangi stres pada guru. Oleh karena itu, studi ini
merekomendasikan studi selanjutnya dalam sesi dan waktu yang lebih lama, di ruangan dan
kondisi yang nyaman, dan dengan panduan bersertifikat. Menurut penelitian ini, beberapa

17
responden dalam kelompok intervensi (2 orang) dan kontrol (7 orang) mengalami peningkatan
skor SCL pasca intervensi. Dari wawancara terhadap beberapa responden di kedua kelompok,
responden mengeluh tentang jumlah kegiatan sekolah yang harus dilakukan selain kegiatan
sekolah lainnya yang harus sesuai jadwal dan mengeluh tentang kuesioner yang terlalu panjang.
Selain itu, penelitian ini juga menemukan bahwa tiga responden dalam kelompok yang
diwawancarai menyatakan bahwa perasaan mereka sama antara quessionare pra-intervensi dan
pasca-intervensi. Kesimpulannya, intervensi Gambar dan Musik Terpandu (GIM) secara
signifikan mengurangi stres pada kelompok intervensi. Namun, hasil sebaliknya ditemukan pada
kelompok kontrol. Kelompok kontrol mengalami peningkatan dalam penilaian stres mereka.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Teknik relaksasi dan distraksi merupakan salah satu metode manajemen nyeri non
farmakologi. Distraksi terdiri dari beberapa teknik, salah satunya adalah distraksi visual.
Distraksi visual atau penglihatan adalah pengalihan perhatian selain nyeri yang diarahkan ke
dalam tindakan-tindakan visual atau pengamatan. Tujuan dari distraksi ini adalah untuk
pengalihan atau menjauhi perhatian terhadap sesuatu yang sedang dihadapi, misalnya rasa sakit
(nyeri). Hipnoterapi adalah salah satu metode terapi dengan menggunakan teknik komunikasi
hipnosis, dimana klien diarahkan untuk memasuki pikiran bawah sadar klien dengan tujuan agar
pola-pola negatif yang selama ini dilakukan oleh klien bisa dikoreksi dan diprogram kembali

18
dengan memberikan pandangan-pandangan baru yang bisa memberikan kenyamanan dan
ketenangan secara jangka panjang bagi klien. Terapi Musik Mozart terhadap intensitas nyeri
menunjukkan bahwa musik yang paling disarankan untuk terapi karena musik ini memiliki
tempo dan harmonisasi nada yang seimbang. Tujuan dari terapi ini dapat mempengaruhi fungsi-
fungsi fisiologi.

Teknik relaksasi adalah upaya yang dapat menurunkan nyeri dengan merilekskan
ketegangan otot yang menunjang nyeri. Tujuan teknik ini adalah dapat menciptakan
kenyamanan, mampu meningkatkan suplai oksigen dalam sel tubuh yang akhirnya dapat
mengurangi nyeri yang dialami pasien. Aromaterapi adalah terapi atau pengobatan dengan
menggunakan bau-bauan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan, bunga, pohon yang berbau harum
dan enak. Aromaterapi juga sebagai penggunaan terkendali esensial tanaman untuk tujuan
terapeutik. Effleurage Massage (Pijat effleurage) bila dilakukan secara teratur setalah operasi
membantu mengurangi rasa sakit secara progresif. Contohnya nyeri pada persalinan apabila tidak
diatasi maka akan meningkatkan rasa khawatir, tegang, takut dan stress. Massage (pijatan) cara
lembut membantu ibu merasa lebih segar, rileks, dan nyaman selama persalinan. Guided Imagery
and Music (GIM) adalah bagian dari terapi musik. Teknik ini bertujuan untuk menurunkan
stress.

B. Saran
Menyadari bahwa kami dalam menulis makalah ini masih jauh dari kata sempurna,
sehingga kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca
agar penulisan makalah ini menjadi lebih baik kedepannya. Serta kami akan lebih fokus dan
details dalam menjelaskan tentang makalah di atas dengan sumber-sumber yang lebih banyak
yang tentunya dapat di pertanggungjawabkan.

19
Daftar Pustaka

Parrot T. 2002. Pain Management In Primary -Care Medical Practice. In: Tollison CD,
Satterthwaithe JR, Tollison JW, eds. Practical Pain Management. 3rded. Philadelpia,
PA: Lippincott Williams & Wilkins.

Prasetyo Nian Sigit. (2010). Konsep dan proses Keperawatan Nyeri.Jakarta : Graha Ilmu.
Rahmat Deri Yadi, Ririn Sri Handayani, Merah Bangsawan.2018. Jurnal ilmiah keperawatan
Pengaruh Terapi Distraksi Visual dengan Media Virtual Reality terhadap Intensitas Nyeri
Pasien Post Operasi Laparatomi. Volume 14, no. 2

Andre K.P. (2010). Mudah Membuat Game Augmented Reality (AR) dan Virtual Reality (VR)
dengan Unity 3D . Jakarta: Elex Media.

Perry & Potter. (2005). Buku Ajar Fndamental Keperawatan : Konsep, Proses, dan Praktik, Vol
2. Edisi 4.Jakarta: EGC.

20
Hakim, A. 2010. Hipnoterapi: Cara Tepat dan Cepat Mengatasi Sters, Fobia, Trauma, dan
Gangguan Mental Lainnya. Jakarta: Penerbit Transmedia Pustaka.

Nugraha, L.N., & Sugianto. 2017. Hipnoterapi Pada Pasien Nyeri Kronik. Berkala Ilmiah
Kedokteran Duta Wacana, 2(2).

EFEKTIFITAS TERAPI MUSIK MOZART TERHADAP PENURUNAN INTENSITAS


NYERI PASIEN POST OPERASI FRAKTUR

Muhammad Arif*1 dan Yuli Permata Sari2 Jurnal Kesehatan Medika Saintika vol 10 No. 1
(2019)

Lela Aini, Reza Reskita, 2018. Pengaruh Teknik Relaksasi Nafas Dalam terhadap Penurunan
Nyeri pada Pasien Fraktur. Jurnal Kesehatan volume 9, nomor 2. Palembang Indonesia

Cahyasari, Timur. 2015. Perbedaan Efektivitas Inhalasi Aromaterapi. Fakultas Ilmu Kesehatan
UMP.

Adhisty, Karolin, dkk. 2019. Pengaruh Inhalasi Aromatherapi Citrus Terhadap Efek Nausea Dan
Vomitus Pasca Kometerapi Pasien Kanker Serviks Di RSUP Dr. Mohammad Hoesin
Palembang. Vol.6 No. 1.

Ellysusilawati, 2017. EFEKTIVITAS PEMBERIAN TEKNIK MASSAGE EFFLEURAGE


DAN TEKNIK MASSAGE CONTERPRESSURE TERHADAP RASA NYERI
PERSALINAN NORMAL PADA PRIMIGRAVIDA DI LANGSA. Vol 8.

Leka S, Jain A. Health impact of Psychosocial Hazards at work: an overview. Nottingham:


World Health Organization; 2010.
Representatives TU. Protecting Workers’s Health Series No.3. 2003 [cited 2017 Apr 22];
Available from: http://www.who.int/entity/occupational_
healthy/publications/en/oehstress.pdf
Noviyanti R, Erwandi D. Analisis faktor-faktor yang berhubungan dengan stres kerja pada guru
honorer SMA di Jakarta Timur. Skripsi. Program Studi Kesehatan Masyarakat. Fakultas
Kesehatan Masyarakat. Universitas Indonesia. 2013. Indonesian.

21
Arismunandar A, Ardhana IW. Sumber-sumber stres kerja guru [internet]. J Ilmu Pendidik. 2016
Februari 5 [cited 2017 April 10];5(1). Available from:http:// journal.um.ac.id. Indonesian.
Smith, Melissa. The effect of a single music relaxation session on state anxiety levels of adults in
a workplace environtment.- free online library [Internet]. 2010 [cited 2017 Jun 12].
Available from:http://www. thefreelibrary.com

22

Anda mungkin juga menyukai