oleh:
Nuhita Siti Rohmin, S.Kep
NIM 142311101042
A. Definisi Mobilisasi
Mobilisasi adalah kemampuan seseorang untuk bergerak secara bebas,
mudah, dan teratur yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehat.
Mobilisasi diperlukan untuk meningkatkan kemandirian diri, meningkatkan
kesehatan, memperlambat proses penyakit khususnya penyakit degeneratif dan
untuk aktualisasi diri (Mubarak et al 2015 dalam Pradana 2016).
Latihan mobilisasi atau rehabilitasi juga bertujuan untuk memperbaiki fungsi
neurologis melalui terapi fisik dan tehnik-tehnik lain. Mobilisasi dan rehabilitasi
dini di tempat tidur merupakan suatu program rehabilitasi. Tujuannya adalah
untuk mencegah terjadinya kekakuan (kontraktur) dan kemunduran pemecahan
kekakuan (dekondisioning), mengoptimalkan pengobatan sehubungan masalah
medis dan menyediakan bantuan psikologis pasien dan keluarganya(Junaidi, 2006
dalam Pradana 2016). Pemenuhan kebutuhan aktivitas dan latihan biasanya
menyangkut tentang kemampuan untuk mobilisasi secara mandiri. Aktivitas fisik
yang kurang memadai dapat menyebabkan berbagai gangguan pada sistem
musculoskeletal seperti atrofi otot, sendi menjadi kaku dan juga menyebabkan
ketidakefektifan fungsi organ internal lainnya (Potter & Perry, 2006).
Menurut Mubarak 2008 jenis mobilisasi sebagai berikut:
1. Mobilitas penuh, merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak secara
penuh dan bebas sehingga dapat melakukan interaksi sosial dan menjalankan
peran sehari-hari. Mobilitas penuh ini merupakan fungsi saraf motorik
volunteer dan sensorik untuk dapat mengontrol seluruh area tubuh seseorang.
2. Mobilitas sebagian, merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak dengan
batasan jelas dan tidak mam.pu bergerak secara bebas karena dipengaruhi
oleh gangguan saraf motorik dan sesnsorik pada area tubuhnya. Hal ini dapat
dijumpai pada kasus cedera atau patah tulang dengan pemasangan traksi.
Pada pasien paraplegi dapat mengalami mobilitas sebagian pada ekstremitas
bawah karena kehilangan kontrol motorik dan sensorik. Mobilitas sebagian
ini dibagi menjadi dua jenis, yaitu:
a. Mobilitas sebagian temporer, merupakan kemampuan individu untuk
bergerak dengan batasan yang sifatnya sementara. Hal tersebut dapat
disebabkan oleh trauma reversibel pada system musculoskeletal,
contohnya adalah adanya dislokasi sendi dan tulang.
b. Mobilitas permanen, merupakan kemampuan individu untuk bergerak
dengan batasan yang sifatnya menetap. Hal tersebut disebabkan oleh
rusaknya system saraf yang reversibel, contohnya terjadinya hemiplegia
karena stroke, paraplegi karena cedera tulang belakang, poliomilitis
karena terganggunya system saraf motorik dan sensorik.
3. Rentang Gerak dalam mobilisasi
Dalam mobilisasi terdapat tiga rentang gerak yaitu :
a. Rentang gerak pasif
Rentang gerak pasif ini berguna untuk menjaga kelenturan otot-otot dan
persendian dengan menggerakkan otot orang lain secara pasif misalnya
perawat mengangkat dan menggerakkan kaki pasien.
b. Rentang gerak aktif
Hal ini untuk melatih kelenturan dan kekuatan otot serta sendi dengan cara
menggunakan otot-ototnya secara aktif misalnya berbaring pasien
menggerakkan kakinya.
c. Rentang gerak fungsional
Berguna untuk memperkuat otot-otot dan sendi dengan melakukan
aktifitas yang diperlukan
B. Epidemiologi
Pemecahan protein, klien kehilangan massa tubuh yang tidak berlemak.
Massa otot berkurang tidak stabil untuk mempertahankan aktivitas tanpa
meningkatnya kelemahan. Jika mobilisasi terus terjadi dan klien tidak melakukan
latihan, kehilangan massa otot akan terus terjadi (Asmadi, 2008). Kelemahan otot
juga terjadi karena imobilisasi, dan imobilisasi lama sering menyebabkan atrofi
angguran, dimana atrofi angguran (disuse atrophy) adalah respon yang dapat
diobservasi terhadap penyakit dan menurunnya aktifitas kehidupan sehari-hari.
Dan imobilisasi kehilangan daya tahan, menurunnya massa dan kekuatan otot, dan
instabilitas sendi menyebabkan klien beresiko mengalami cedera. Selain itu pasien
yang tirah baring tanpa melakukan mobilisasi akan mengakibatkan munculnya
dekubitus ( Setyawan 2008 dalam Yetiyana 2013).
C. Etiologi
Penyebab yang dapat mempengaruhi mobilisasi antara lain (Kozier, 1995
dalam Khairani, 2013):
1. Usia dan status perkembangan
Perbedaan tingkat mobilisasi salah satunya disebabkan oleh perbedaan usia.
Orang dewasa akan mempunyai tingkat mobilitas yang berbeda dengan anak-
anak. Anak yang sering sakit juga akan mempunyai mobilitas berbeda dengan
anak yang sehat.
2. Gaya hidup
Masing-masing individu mempunyai gaya hisup sendiri yang berbeda-beda.
Hal ini juga dapat bergantung pada tingkat pendidikannya. Semakin tinggi
tingkat pendidikan individu maka perilakunya akan dapat meningkatkan
kesehatannya. Apabila pengetahuan tinggi tentunya akan diikuti pengetahuan
tentang mobilitas dan akan senantiasa melakukan mobilitas dengan cara yang
sehat.
3. Proses dari suatu penyakit
Individu yang dihadapkan dengan penyakit tertentu akan berpengaruh
terhadap mobilitasnya. Contohnya seseorang yang menderita patah tulang
akan kesulitan dalam melakukan mobilisasi secara bebas.
4. Kebudayaan
Suatu budaya dapat mempengaruhi seseorang meliputi pola dan sikap dalam
beraktivitas, misalnta seorang anak desa akan biasa dengan jalan kaki berbeda
dengan anak kota yang menggunakan kendaraan pribasi. Sehingga dapat
disimpulkan mobilitasnya sangat berbeda.
5. Tingkat energi
Individu dalam melakukan mobilitas akan membutuhkan sebuah energi.
Individu yang sedang sakit akan mempunyai tingkat mobilitas yang lebih
sedikit dibandingkan dengan individu yang sehat.
Aterosklerosis,
Kekakuan pada sendi hiperkoagulasi, dan Arteritis.
Ketidakmampuan Ketidakmampuan
Defisit neurologis
mengakses kamar mandi melakukan
dan menjangkau sumber air pergerakan ke toilet
Hemisfer kiri
G. Penatalaksanaan Keperawatan
a. Diagnosa Keperawatan yang Sering Muncul (PES)
1. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kaku sendi, kerusakan
integritas struktur tulang, penurunan kekuatan otot yang ditandai dengan:
a. Keterbatasan rentang gerak
b. Penurunan kemampuan melakukan ketrampilan motorik kasar
c. Instabilitas postur
d. Gangguan sikap berjalan
e. Gerakan lambat
2. Defisit perawatan diri: mandi berhubungan dengan gangguan moskuluskeletal
dan kelemahan, ditandai dengan:
a. ketidakmampuan membasuh tubuh
b. ketidakmampuan mengakses kamar mandi
c. ketidakmampuan mengambil perlengkapan mandi
d. ketidakmampuan mengatur air mandi
e. ketidakmampuan menjangkau sumber air
3. Defisit perawatan diri: eliminasi berhubungan dengan gangguan
moskuluskeletal, hambatan kemampuan berpindah, ditandai dengan:
a. Ketidakmampuan melakukan higiene eliminasi secara komplit
b. Ketidakmampuan mencapai toilet
c. Ketidakmampuan naik ke toilet
b. Perencanaan/Nursing Care Plan :
Aquilino, Mary Lober, Et al. 2008. Nursing Outcomes Classification. Fifth Edition.
United State of America: Mosby Elsevier.
Dochterman, Janne McCloskey dan Bulcchek, Gloria M. 2008. Nursing Interventions
Clarifications. Fifth Edition.united State of America: Mosby Elsevier.
Fatkhurrohman, M. 2011. Pengaruh Latihan Motor Imagery Terhadap Kekuatan Otot
Ekstremitas Pada Pasien Stroke Dengan Hemiparesis Di Rumah Sakit Umum
Daerah Kota Bekasi. Depok. Program Srudi Magister Keperawatan Kekhusussn
Keperawatan Medikal Bedah Fakultas Ilmu Keperawatan. http://lib.ui.ac.id
[Diakses pada 7 Maret 2018]
Fuady, N., E. L. Sjattar, dan V. Hadju. 2016. Pengaruh Pelaksanaan Discharge Planning
Terhadap Dukungan Psikososial Keluarga Merawat Pasien Stroke Di RSUP Dr.
Wahidin Sudirohusodo. JST Kesehatan. 6(2): 172-178. [diakses pada 8 Maret
2018]
Handika, M. D. 2016. Asuhan Keperawatan Pada Ny. R Dengan Stroke Non Hemoragik
(SNH) Di Ruang Matahari Rumah Sakit Umum Daerah Kajen Kabupaten
Pekalongan. Karya tulis ilmiah. Pekajangan: prodi DIII keperawatan Stikes
muhammadiyah Pekajangan
Handiyani, H. 2013. Mobilisasi dan Imobilisasi. http://staff.ui.ac.id [Diakses pada 7
maret 2018]
Herdman, T. Heather. 2015. NANDA Internasional Inc. diagnosa keperawatan: definisi
& klasifikasi 2015-2017. Jakarta: EGC
Khairani, A. 2013. Laporan pendahuluan tentang Mobilisasi. https://plus.google.com
[Diakses pada 7 Maret 2018]
Kozier, B., Erb, G., Berman, A., & Snyder, S. J. (2010). Buku ajar fundamental
keperawatan: konsep, proses dan praktik. Jakarta: EGC
Marlina. 2013. Fungsi Kemandirian Pasien Stroke dengan Metode Latihan “Gait”.
Jurnal Ners. 8(1): 56-63. https://media.neliti.com [Diakses 10 Maret 2018]
Mubarak, Wahid Iqbal, Nurul Chayati. (2008). Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia:
Teori dan Aplikasi Dalam Praktik. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
Perry & Potter. 2005. Buku ajar fundal mental keperawatan konsep, proses dan praktik.
Edisi 4. Jakarta : EGC.
Pradana, M. D. 2016. Upaya peningkatan Mobilitas Fisik pada Pasien Stroke
NonHemoragik di RSUD dr Soehadi Prijonegoro. Naskah Publikasi Surakarta:
Program Studi Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Surakarta [Diakses pada 7 Maret 2018]
Muttaqin, Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Persarafan. Jakarta: Salemba Medika.
Batticaca, Fransisca B. 2008. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan
Sistem Persafan. Salemba Medika: Jakarta.
FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS JEMBER
DOKUMENTASI ASUHAN KEPERAWATAN
PENGKAJIAN
KEPERAWATAN
I. Identitas Klien
Nama : Ny. S No. RM : 072xxx
Umur : 54 tahun Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Jenis Kelamin : Perempuan Status Perkawinan : Kawin
Agama : Islam Tanggal MRS :IGD/6-3-18 Jam : 11.05 wib
Pendidikan : SD Tanggal Pengkajian : 7-3-18 Jam : 21.00 wib
Alamat : Bangsalsari Sumber Informasi : Pasien, Keluarga dan Rekam Medis
Genogram:
III.Pengkajian Keperawatan
1. Persepsi kesehatan & pemeliharaan kesehatan
Pada saat keluarga mengetahui Ny. S sakit anaknya berkonsultasi dengan saudaranya
yang pernah bekerja di RS DKT. Selain itu keluarga juga menanyakan terkait
infromasi pengobatan kepada tetangganya yang mempunyai keluhan yang sama
dengan ibunya.
Interpretasi :
Persepsi keluarga tentang pemeliharaan kesehatan baik.
2. Pola nutrisi/ metabolik (ABCD) (saat sebelum sakit dan saat di rumah sakit)
Antropometry
Sebelum sakit: IMT= BB/TB= 52 kg/(1,5) 2 = 23,1
Saat sakit: IMT BB/TB = 50 kg/(1,5) 2 = 22,2
Interpretasi :
IMT normal
Biomedical sign :
MCH : 27,3
Hb : 14,1
MCHC: 35,4
Leukosit : 6.730
RDW : 16,2
Diff :-/-/-/62/31/7
Urea :20,5
PVC : 39,69
Creatinin: 0,9
Trombosit: 229.000
BSS : 73,1
Eritrosit :5,16
MCV : 77
Interpretasi :
Hasil lab normal.
Clinical Sign :
Kulit lembab, rambut terdistribusi normal dan rata, warna hitam bercampur putih,
kuku agak panjang, membran mukosa lembab.
Interpretasi :
Normal
Diet Pattern (intake makanan dan cairan):
Pola makan Sebelum sakit Saat di rumah sakit
Frekuensi 3x sehari 3x sehari
Nafsu makan Baik Baik
Minum ± 500-1500 cc ± 500 cc
Porsi Makan 1 porsi 1 porsi
V. Terapi
Infus NaCl 500 cc 14 tpm drip Neurobion.
Peroral: Candesartan 16 mg
Amlodipin 10 mg
Simvastatin 20 mg
Aspilet 80 mg
Pemeriksaan Radiologi
Rontgen: Severe Osteoarthritis genu kanan dengan Ostheocondral body Osteopenia.
NO Jenis Terapi Farmako dinamik dan Dosis Rute Indikasi dan Efek samping Implikasi
farmakokinetik kontraindikasi keperawatan
1. Candesartan 16 mg Oral Indikasi: hipertensi. ISPA, nyeri
Kontraindikasi: wanita punggung.
hami dan menyusui.
2. Amlodipin 10 mg Oral Indikasi: hipertensi, Bengkak, mual,
penyakit jantung. pusing.
Kontraindikasi: alergi
terhadap Amlodipin.
3. Simvastatin 20 mg Oral Indikasi: jantung, Konstipasi,
stroke ISPA.
Kontaindikasi: alergi
terhadap simvastatin,
wanita hamil.
4. Aspilet 80 mg Oral Indikasi: anti trombotik Mual, muntah.
Kontraindikasi: alergi
terhadap aspilet, asma,
maag.
VI. Pemeriksaan Penunjang & Laboratorium
1-3/0-1/2-
3. Diff 4/45-65/30- -/-/-/62/31/7
45/2-6
4. PCV 40-47 % 39,69
150000-
5. Trombosit 450000 ul 229.000
7. MCV 80-100 fl 77
2. Rabu, 7 Maret Defisit perawatan diri: mandi Setelah dilakukan tindakan 1. Letakkan handuk, sabun,
2018 keperawatan selama 1 x 24 jam, dan alat mandi lain yang
defisit perawatan diri: mandi diperlukan disamping
dapat teratasi dengan kriteria tempat tidur/kamar mandi.
hasil: 2. Fasilitasi pasien untuk
1. Pasien dapat mempertahankan menggosok gigi dengan Nuhita
kebersihan mulut. tepat.
2. Pasien dapat mempertahankan 3. Fasilitasi pasien untuk
kebersihan mulut. mandi sendiri.
4. Monitor integritas kulit
pasien.
3. Rabu, 7 Maret Defisit perawatan diri: eliminasi Setelah dilakukan tindakan 1. Bantu pasien ke toilet
2018 perawatan selama 1 x 24 jam, pada waktu tertentu.
defisit perawatan: eliminasi 2. Instruksikan
dapat diatasi dengan kriteria pasien/keluarga dalam
hasil: aktivitas toilet.
1. Pasien mampu melakukan 3. Buat jadwal aktivitas Nuhita
aktivitas eliminasi secara terkait dengan eliminasi
mandiri atau tanpa alat bantu. dengan tepat.
2. Membersihkan diri setelah
eliminasi.
E. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
2. 1 Kamis, 8 Maret 1. Membantu pasien untuk berpindah menuju ke Pasien dapat berpindah menuju kamar
2018/ 06.30 kamar mandi. mandi dengan kursi roda.
06.45 2. Mendampingi pasien dan keluarga dalam Passien dan keluarga dapat melakukan
melakukan ROM aktif dan pasif. ROM aktif dan pasif secara mandiri.
Nuhita
06.55 3. Mengingatkan pasien untuk meminum obat Pasien meminum obat yang diberikan.
yang telah diberikan.
3. 1 Jumat, 9 Maret 1. Membantu pasien untuk berpindah menuju Pasien dapat menjangkau kamar mandi
2018/16.00 kamar mandi. dengan bantuan kursi roda.
16.15 2. Mendampingi pasien dan keluarga melakukan Pasien dan keluarga dapat melakukan
ROM aktif dan pasif. ROM aktif dan pasif.
Nuhita
19.45 3. Hentikan intervensi
Melakukan discharge planning: instruksikan
pasien dan keluarga untuk menerapkan
latihan ROM aktif dan pasif di rumah untuk
mencegah kekakuan pada sendi.
4. 2 Kamis, 8 Maret 1. Membantu pasien menyiapkan peralatan Pasien dapat menjangkau toilet dengan
2018/ 06.30 mandi dan mengantarkan ke kamar mandi. bantuan.
06.35 2. Fasilitasi pasien untuk menggosok gigi Pasien mampu menggosok gigi dengan
dengan tepat. tepat.
Nuhita
5. 2 Jumat, 9 Maret 1. Membantu pasien menyiapkan peralatan Pasien dapat menjangkau kamar mandi
2018/16.05 mandi dan mengantarkan ke kamar mandi. dan melakukan mandi.
6. 3 Rabu, 7 Maret 1. Membantu pasien ke toilet Pasien dapat menjangkau kamar mandi
2018/16.00 dengan bantuan kursi roda dan keluarga.
7. 3 Jumat, 9 Maret 1. Membantu pasien ke toilet Pasien dapat menjangkau toilet dengan
2018/16.00 bantuan kursi roda dan keluarga.
2. Kamis, 8 Maret 1 S:
2018/07.00 Pasien mengatakan kaki sebelah kanan dapat digerakkan namun pelan-
pelan (bagian jari dan pergelangan).
O:
- Aktivitas perpindahan dibantu oleh keluarga ketika ke kamar mandi.
- Kekuatan otot 5 5 Nuhita
3 5
- Aktivitas BAB dan BAK dibantu oleh keluarga.
A: hambatan mobilitas fisik teratasi sebagian
P:
1. Bantu pasien melakukan perpindahan
2. Instruksikan dan dampingi pasien/keluarga melakukan latihan ROM
aktif dan pasif.
3. Kolaborasi penggunaan obat-obatan dengan dokter.
3. Jumat, 9 Maret 2018/16.30 1 S:
Pasien mengatakan kaki sudah bisa digerakkan, namun harus dengan
bantuan jika akan berpindah.
O:
- Aktivitas perpindahan dibantu oleh keluarga ketika ke kamar mandi. Nuhita
- Kekuatan otot 5 5
3 5
- Aktivitas BAB dan BAK dibantu oleh keluarga.
- Kaki sudah bisa menapak ketika berpindah dari tempat tidur namun
belum mampu menahan berat badan tubuhnnya.
A:
Hambatan mobilitas fisik teratasi sebagian.
P: lanjutkan intervensi.
1. Bantu pasien melakukan perpindahan
2. Instruksikan dan dampingi pasien/keluarga melakukan latihan ROM
aktif dan pasif.
3. Kolaborasi penggunaan obat-obatan dengan dokter.