Anda di halaman 1dari 40

LAPORAN KASUS KDP

LAPORAN PENDAHULUAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN


MOBILISASI PADA PASIEN HEMIPARASE DI RUANG ANGGREK
RUMAH SAKIT Tk. III BALADHIKA HUSADA JEMBER

oleh:
Nuhita Siti Rohmin, S.Kep
NIM 142311101042

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
2018
LAPORAN PENDAHULUAN

A. Definisi Mobilisasi
Mobilisasi adalah kemampuan seseorang untuk bergerak secara bebas,
mudah, dan teratur yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehat.
Mobilisasi diperlukan untuk meningkatkan kemandirian diri, meningkatkan
kesehatan, memperlambat proses penyakit khususnya penyakit degeneratif dan
untuk aktualisasi diri (Mubarak et al 2015 dalam Pradana 2016).
Latihan mobilisasi atau rehabilitasi juga bertujuan untuk memperbaiki fungsi
neurologis melalui terapi fisik dan tehnik-tehnik lain. Mobilisasi dan rehabilitasi
dini di tempat tidur merupakan suatu program rehabilitasi. Tujuannya adalah
untuk mencegah terjadinya kekakuan (kontraktur) dan kemunduran pemecahan
kekakuan (dekondisioning), mengoptimalkan pengobatan sehubungan masalah
medis dan menyediakan bantuan psikologis pasien dan keluarganya(Junaidi, 2006
dalam Pradana 2016). Pemenuhan kebutuhan aktivitas dan latihan biasanya
menyangkut tentang kemampuan untuk mobilisasi secara mandiri. Aktivitas fisik
yang kurang memadai dapat menyebabkan berbagai gangguan pada sistem
musculoskeletal seperti atrofi otot, sendi menjadi kaku dan juga menyebabkan
ketidakefektifan fungsi organ internal lainnya (Potter & Perry, 2006).
Menurut Mubarak 2008 jenis mobilisasi sebagai berikut:
1. Mobilitas penuh, merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak secara
penuh dan bebas sehingga dapat melakukan interaksi sosial dan menjalankan
peran sehari-hari. Mobilitas penuh ini merupakan fungsi saraf motorik
volunteer dan sensorik untuk dapat mengontrol seluruh area tubuh seseorang.
2. Mobilitas sebagian, merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak dengan
batasan jelas dan tidak mam.pu bergerak secara bebas karena dipengaruhi
oleh gangguan saraf motorik dan sesnsorik pada area tubuhnya. Hal ini dapat
dijumpai pada kasus cedera atau patah tulang dengan pemasangan traksi.
Pada pasien paraplegi dapat mengalami mobilitas sebagian pada ekstremitas
bawah karena kehilangan kontrol motorik dan sensorik. Mobilitas sebagian
ini dibagi menjadi dua jenis, yaitu:
a. Mobilitas sebagian temporer, merupakan kemampuan individu untuk
bergerak dengan batasan yang sifatnya sementara. Hal tersebut dapat
disebabkan oleh trauma reversibel pada system musculoskeletal,
contohnya adalah adanya dislokasi sendi dan tulang.
b. Mobilitas permanen, merupakan kemampuan individu untuk bergerak
dengan batasan yang sifatnya menetap. Hal tersebut disebabkan oleh
rusaknya system saraf yang reversibel, contohnya terjadinya hemiplegia
karena stroke, paraplegi karena cedera tulang belakang, poliomilitis
karena terganggunya system saraf motorik dan sensorik.
3. Rentang Gerak dalam mobilisasi
Dalam mobilisasi terdapat tiga rentang gerak yaitu :
a. Rentang gerak pasif
Rentang gerak pasif ini berguna untuk menjaga kelenturan otot-otot dan
persendian dengan menggerakkan otot orang lain secara pasif misalnya
perawat mengangkat dan menggerakkan kaki pasien.
b. Rentang gerak aktif
Hal ini untuk melatih kelenturan dan kekuatan otot serta sendi dengan cara
menggunakan otot-ototnya secara aktif misalnya berbaring pasien
menggerakkan kakinya.
c. Rentang gerak fungsional
Berguna untuk memperkuat otot-otot dan sendi dengan melakukan
aktifitas yang diperlukan

B. Epidemiologi
Pemecahan protein, klien kehilangan massa tubuh yang tidak berlemak.
Massa otot berkurang tidak stabil untuk mempertahankan aktivitas tanpa
meningkatnya kelemahan. Jika mobilisasi terus terjadi dan klien tidak melakukan
latihan, kehilangan massa otot akan terus terjadi (Asmadi, 2008). Kelemahan otot
juga terjadi karena imobilisasi, dan imobilisasi lama sering menyebabkan atrofi
angguran, dimana atrofi angguran (disuse atrophy) adalah respon yang dapat
diobservasi terhadap penyakit dan menurunnya aktifitas kehidupan sehari-hari.
Dan imobilisasi kehilangan daya tahan, menurunnya massa dan kekuatan otot, dan
instabilitas sendi menyebabkan klien beresiko mengalami cedera. Selain itu pasien
yang tirah baring tanpa melakukan mobilisasi akan mengakibatkan munculnya
dekubitus ( Setyawan 2008 dalam Yetiyana 2013).
C. Etiologi
Penyebab yang dapat mempengaruhi mobilisasi antara lain (Kozier, 1995
dalam Khairani, 2013):
1. Usia dan status perkembangan
Perbedaan tingkat mobilisasi salah satunya disebabkan oleh perbedaan usia.
Orang dewasa akan mempunyai tingkat mobilitas yang berbeda dengan anak-
anak. Anak yang sering sakit juga akan mempunyai mobilitas berbeda dengan
anak yang sehat.
2. Gaya hidup
Masing-masing individu mempunyai gaya hisup sendiri yang berbeda-beda.
Hal ini juga dapat bergantung pada tingkat pendidikannya. Semakin tinggi
tingkat pendidikan individu maka perilakunya akan dapat meningkatkan
kesehatannya. Apabila pengetahuan tinggi tentunya akan diikuti pengetahuan
tentang mobilitas dan akan senantiasa melakukan mobilitas dengan cara yang
sehat.
3. Proses dari suatu penyakit
Individu yang dihadapkan dengan penyakit tertentu akan berpengaruh
terhadap mobilitasnya. Contohnya seseorang yang menderita patah tulang
akan kesulitan dalam melakukan mobilisasi secara bebas.
4. Kebudayaan
Suatu budaya dapat mempengaruhi seseorang meliputi pola dan sikap dalam
beraktivitas, misalnta seorang anak desa akan biasa dengan jalan kaki berbeda
dengan anak kota yang menggunakan kendaraan pribasi. Sehingga dapat
disimpulkan mobilitasnya sangat berbeda.
5. Tingkat energi
Individu dalam melakukan mobilitas akan membutuhkan sebuah energi.
Individu yang sedang sakit akan mempunyai tingkat mobilitas yang lebih
sedikit dibandingkan dengan individu yang sehat.

D. Tanda dan Gejala


Seseorang yang mengalami gangguan mobilitas mengalami beberapa tanda
dan gejala antara lain (Herdman dan Kamitsuru, 2015):
a. Hambatan mobilitas fisik
1) Keterbatasan rentang gerak
2) Penurunan kemampuan melakukan ketrampilan motorik kasar
3) Instabilitas postur
4) Gangguan sikap berjalan
5) Gerakan lambat
b. Defisit perawatan diri: mandi
1) ketidakmampuan membasuh tubuh
2) ketidakmampuan mengakses kamar mandi
3) ketidakmampuan mengambil perlengkapan mandi
4) ketidakmampuan mengatur air mandi
5) ketidakmampuan menjangkau sumber air
c. Defisit perawatan diri: eliminasi
1) Ketidakmampuan melakukan higiene eliminasi secara komplit
2) Ketidakmampuan mencapai toilet
3) Ketidakmampuan naik ke toilet

E. Patofisiologi dan Clinical Pathway


Penyebab utama imobilisasi adalah adanya rasa nyeri, lemah, kekakuan
otot, ketidakseimbangan, dan masalah psikologis. Mobilisasi sangat dipengaruhi
oleh sistem neuromuskular, meliputi sistem otot, skeletal, sendi, ligament, tendon,
kartilago, dan saraf. Otot skeletal mengatur gerakan tulang karena adanya
kemampuan otot berkontraksi dan relaksasi yang bekerja sebagai sistem
pengungkit. Ada dua tipe kontraksi otot, isotonik dan isometrik. Pada kontraksi
isotonik, peningkatan tekanan otot menyebabkan otot memendek. Kontraki
isometrik menyebabkan peningkatan tekanan otot atau kerja otot tetapi tidak ada
pemendekan atau gerakan aktif dari otot, misalnya menganjurkan klien untuk
latihan kuadrisep. Gerakan volunter adalah kombinasi dari kontraksi isotonik dan
isometrk. Postur dan gerakan otot merefleksikan kepribadian dan suasana hati
seseorang dan tergantung pada ukuran skeletal dan perkembangan otot skeletal.
Koordinasi dan pengaturan dari kelompok otot tergantung dari tonus otot dan
aktivitas dari otot yang berlawanan, sinergis, dan otot yang melawan gravitasi.
Tonus otot adalah suatu keadaan tegangan otot yang seimbang (Handiyani, 2013).
Stroke terjadi karena otak mengalami infrak selebri. Infrak serebri
merupakan kejadian kurangnya suplai darah pada area otak. Suplai darah ini dapat
berubah pada gangguan local (thrombus, emboli, pendarahan, dan spasme
vascular). Okulasi pada pembuluh darah selebri oleh embolus mengakibatkan
edema dan nekrosis diikuti thrombosis. Thrombus mengakibatkan iskemia
jaringan otak pada area yang disuplai oleh pembuluh darah bersangkutan serta
edema dan kongesti di sekitar area (Muttaqin, 2008). Apabila aliran darah ke tiap
bagian otak terhambat karena thrombus atau emboli, maka jaringan otak akan
mengalami kekurangan oksigen. Gangguan peredaran darah ke otak akan
menimbulkan gangguan pada metabolisme sel-sel neuron. Ini mengakibatkan sel-
sel neuron tidak dapat menyimpan glikogen sehingga kebutuhan dari glukosa dan
oksigen di dapat dari arteri-arteri yang menuju ke otak (Batticaca, 2008).
Clinical Pathway:

Faktor penyebab: usia dan status perkembangan, gaya hidup, proses


dari suatu penyakit dan injuri, tingkat energi, kebudayaan

Aterosklerosis,
Kekakuan pada sendi hiperkoagulasi, dan Arteritis.

Degenerasi tulang Trombosis Serebral


rawan sendi

Pembuluh darah oklusi


Kelainan pada otot
skleletal Iskemi jaringan otak

Edema & kongesti jaringan


Membatasi pergerakan Hambatan mobilitas sekitar
pada sendi fisik

Stroke Non Hemoragik

Ketidakmampuan Ketidakmampuan
Defisit neurologis
mengakses kamar mandi melakukan
dan menjangkau sumber air pergerakan ke toilet
Hemisfer kiri

Defisit perawatan Defisit perawatan Hemiparase kanan


diri: mandi diri: eliminasi
F. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan medis untuk mobilisasi antara lain:
a. Kerjasama tim medis interdisiplin dengan partisipasi pasien dan keluarga
b. Edukasi pada pasien dan keluarga mengenai bahaya tirah baring lama,
pentingnya latihan bertahap dan ambulasi dini, serta mencegah
ketergantungan pasien dengan melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari
sendiri, semampu pasien.
c. Dilakukan pengkajian geriatri paripurna, perumusan target fungsional, dan
pembuatan rencana terapi yang mencakup pula perkiraan waktu yang
diperlukan untuk mencapai target terapi.
d. Temu dan kenali tatalaksana infeksi, malnutrisi, anemia, gangguan cairan dan
elektrolit yang mungkin terjadi pada kasus imobilisasi, serta penyakit/ kondisi
penyetara lainnya.
e. Evaluasi seluruh obat-obatan yang dikonsumsi; obat-obatan yang dapat
menyebabkan kelemahan atau kelelahan harus diturunkan dosisnya atau
dihentkan bila memungkinkan.
f. Berikan nutrisi yang adekuat, asupan cairan dan makanan yang mengandung
serat, serta suplementasi vitamin dan mineral.
g. Program latihan dan remobilisasi dimulai ketika kestabilan kondisi medis
terjadi meliputi latihan mobilitas di tempat tidur, latihan gerak sendi (pasif,
aktif, dan aktif dengan bantuan), latihan penguat otot-otot (isotonik,
isometrik, isokinetik), latihan koordinasi/ keseimbangan, dan ambulasi
terbatas.
h. Bila diperlukan, sediakan dan ajarkan cara penggunaan alat-alat bantu berdiri
dan ambulasi.
i. Manajemen miksi dan defekasi, termasuk penggunaan toilet.

G. Penatalaksanaan Keperawatan
a. Diagnosa Keperawatan yang Sering Muncul (PES)
1. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kaku sendi, kerusakan
integritas struktur tulang, penurunan kekuatan otot yang ditandai dengan:
a. Keterbatasan rentang gerak
b. Penurunan kemampuan melakukan ketrampilan motorik kasar
c. Instabilitas postur
d. Gangguan sikap berjalan
e. Gerakan lambat
2. Defisit perawatan diri: mandi berhubungan dengan gangguan moskuluskeletal
dan kelemahan, ditandai dengan:
a. ketidakmampuan membasuh tubuh
b. ketidakmampuan mengakses kamar mandi
c. ketidakmampuan mengambil perlengkapan mandi
d. ketidakmampuan mengatur air mandi
e. ketidakmampuan menjangkau sumber air
3. Defisit perawatan diri: eliminasi berhubungan dengan gangguan
moskuluskeletal, hambatan kemampuan berpindah, ditandai dengan:
a. Ketidakmampuan melakukan higiene eliminasi secara komplit
b. Ketidakmampuan mencapai toilet
c. Ketidakmampuan naik ke toilet
b. Perencanaan/Nursing Care Plan :

No. Masalah NOC NIC Rasional


Keperawatan
1. Hambatan Setelah dilakukan Terapi latihan: ambulasi Terapi latihan: ambulasi
mobilitas fisik tindakan keperawatan 1. Sediakan tempat tidur yang rendah 1. Mempermudah pasien untuk
selama 3x24 jam, dan sesuai melakukan perpindahan dari tempat
2. Bantu pasien untuk duduk di sisi tidur ke kursi roda atau sebaliknya.
hambatan mobilitas fisik
tempat tidur untuk memfasilitasi 2. Mempermudah pasien untuk
pada pasien dapat teratasi, penyesuaian sikap tubuh menyesuaikan sikap tubuh yang
dengan kriteria hasil: 3. Bantu pasien untuk perpindahan, diinginkan.
1. Klien dapat menopang sesuai kebutuhan 3. Pasien mudah melakukan
berat badan 4. Instruksikan pasien mengenai perpindahan.
2. Klien dan keluarga pemindahan dan teknik ambulasi 4. Membantu pasien dalam
paham mengenai yang aman melakukan perpindahan dan teknik
manfaat dan tujuan 5. Monitor penggunaan kruk atau alat ambulasi yang aman.
melakukan latihan bantu berjalan lainnya 5. Mengetahui kemampuan pasien
sendi dalam menggunakan alat bantu.
3. Klien paham cara Terapi latihan: pergerakan sendi
melakukan latihan 6. Tentukan batasan pergerakan sendi Terapi latihan: pergerakan sendi
ROM aktif atau pasif dan efeknya terhadap sendi; 6. Mencegah pergerakan sendi yang
4. Pasien/keluarga paham 7. Jelaskan pada klien dan keluarga berlebihan
mengenai pemindahan mengenai manfaat dan tujuan 7. Membantu pasien dan keluarga
dan teknik ambulasi melakukan latihan sendi tentang manfaat dan tujuan
yang aman 8. Instruksikan klien/keluarga cara melakukan latihan gerak sendi
melakukan latihan ROM aktif atau 8. Mencegah terjadinya kekakuan
pasif. pada sendi
9. Monitor lokasi dan kecenderungan 9. Mengontrol nyeri
adanya nyeri. 10. Mempermudah pasien agar
10. Pakaikan baju yang tidak mampu bergerak tanpa hambatan
menghambat pergerakan pasien
2. Defisit perawatan Setelah dilakukan Bantuan perawatan diri:
diri: mandi tindakan keperawatan mandi/kebersihan
selama 3x24 jam, defisit 1. Letakkan handuk, sabun, dan alat 1. Mempermudah pasien dalam
perawatan diri: mandi madi lain yang diperlukan di melakukan persiapan mandi
pada pasien dapat teratasi, samping tempat tidur atau kamar 2. Mempermudah pasien dalam
dengan kriteria hasil mandi melakukan oral higyene
1. Pasien dapat 2. Fasilitasi pasien untuk menggosok 3. Membantu pasien untuk lebih
mempertahankan gigi dengan tepat mandiri dalam melakukan mandi
kebersihan mulut 3. Fasilitasi pasien untuk mandi sendiri 4. Menjaga kelembapan kulit
2. Pasien dapat 4. Monitor integritas kulit pasien
mempertahankan
kebersihan tubuh
3. Defisit perawatan Setelah dilakukan Bantuan perawatan diri: eliminasi
diri: eliminasi tindakan keperawatan 1. Bantu pasien ke toilet pada waktu 1. Mempermudah pasien dalam
selama 3x24 jam, defisit tertentu menjangkau toilet
perawatan diri: eliminasi 2. Instruksikan pasien/keluarga dalam 2. Mengajarkan pasien/keluarga
pada pasien dapat teratasi, rutinitas toilet. dalam menggunakan toilet dengan
dengan kriteria hasil: 3. Buat jadwal aktivitas terkait dengan tepat dan rutin
1. Pasien mampu untuk eliminasi dengan tepat. 3. Melatih pasien agar terbiasa
melakukan aktivitas melakukan eliminasi dengan tepat
eliminasi secara dan terjadwal
mandiri atau tanpa alat
bantu.
2. Membersihkan diri
setelah eliminasi
H. Penatalaksanaan berdasarkan evidence based practice in nursing
Perencanaan pulang (discharge planning) perlu disusun sejak pasien masuk ke
rumah sakit. Perencanaan pulang (discharge Planning) yang dilakukan dengan baik
bermanfaat antara lain pasien dan keluarga merasa siap untuk kembali ke rumah,
mengurangi stress, meningkatkan kepuasan pasien dan keluarga dalam menerima
pelayanan perawatan, serta meningkatkan koping pasien (Kozier, 2010). Keluarga
membutuhkan bimbingan untuk mengantisipasi dan memprioritaskan kebutuhan,
mempelajari strategi dan mengatasi masalah- masalah yang ditimbulkan. Hasil sebuah
penelitian menyebutkan bahwa pelaksanaan model discharge planning berbasis
teknologi mempunyai pengaruh terhadap dukungan psikososial keluarga dalam
perawatan penyakit stroke di Ruangan Lontara 3 Syaraf RSUP Dr. Wahidin
Sudirohusodo Makassar. Discharge planning sangat membantu keluarga dalam
perawatan pasien stroke dan mempersiapkan untuk rencana pemulangan pasien ke
rumah, selain itu CD media pembelajaran juga membantu perawat dalam memberikan
edukasi kepada pasien dan keluarga. Hasil dari penelitian ini dapat menjadi
rekomendasi bagi rumah sakit dalam melakukan discharge planning yang disesuaikan
dengan kebutuhan pasien (Fuady et al, 2016). Materi yang diberikan dapat berupa
latihan Gait. Latihan gait merupakan intervensi yang sangat berpengaruh terhadap
fungsi kemandirian pasien. Latihan ini membuat pasien dapat mengembalikan
kemampuan untuk duduk dan berdiri. Latihan berjalan bisa melatih distribusi berat
badan pada kedua tungkai, sekaligus melatih keseimbangan dalam berbagai posisi.
dengan latihan gait berupa latihan mobilisasi dini/preambulasi, sitting balance, standing
balance, memakai kruk, walker dan tongkat maka diharapkan pasien dapat
meningkatkan nilai kemandiriannya serta dapat meningkatkan kemampuan fungsional
motorik ((Hickey, 2003; Smeltzer & Bare, 2004, dalam Marlina 2013).
DAFTAR PUSTAKA

Aquilino, Mary Lober, Et al. 2008. Nursing Outcomes Classification. Fifth Edition.
United State of America: Mosby Elsevier.
Dochterman, Janne McCloskey dan Bulcchek, Gloria M. 2008. Nursing Interventions
Clarifications. Fifth Edition.united State of America: Mosby Elsevier.
Fatkhurrohman, M. 2011. Pengaruh Latihan Motor Imagery Terhadap Kekuatan Otot
Ekstremitas Pada Pasien Stroke Dengan Hemiparesis Di Rumah Sakit Umum
Daerah Kota Bekasi. Depok. Program Srudi Magister Keperawatan Kekhusussn
Keperawatan Medikal Bedah Fakultas Ilmu Keperawatan. http://lib.ui.ac.id
[Diakses pada 7 Maret 2018]
Fuady, N., E. L. Sjattar, dan V. Hadju. 2016. Pengaruh Pelaksanaan Discharge Planning
Terhadap Dukungan Psikososial Keluarga Merawat Pasien Stroke Di RSUP Dr.
Wahidin Sudirohusodo. JST Kesehatan. 6(2): 172-178. [diakses pada 8 Maret
2018]
Handika, M. D. 2016. Asuhan Keperawatan Pada Ny. R Dengan Stroke Non Hemoragik
(SNH) Di Ruang Matahari Rumah Sakit Umum Daerah Kajen Kabupaten
Pekalongan. Karya tulis ilmiah. Pekajangan: prodi DIII keperawatan Stikes
muhammadiyah Pekajangan
Handiyani, H. 2013. Mobilisasi dan Imobilisasi. http://staff.ui.ac.id [Diakses pada 7
maret 2018]
Herdman, T. Heather. 2015. NANDA Internasional Inc. diagnosa keperawatan: definisi
& klasifikasi 2015-2017. Jakarta: EGC
Khairani, A. 2013. Laporan pendahuluan tentang Mobilisasi. https://plus.google.com
[Diakses pada 7 Maret 2018]
Kozier, B., Erb, G., Berman, A., & Snyder, S. J. (2010). Buku ajar fundamental
keperawatan: konsep, proses dan praktik. Jakarta: EGC
Marlina. 2013. Fungsi Kemandirian Pasien Stroke dengan Metode Latihan “Gait”.
Jurnal Ners. 8(1): 56-63. https://media.neliti.com [Diakses 10 Maret 2018]
Mubarak, Wahid Iqbal, Nurul Chayati. (2008). Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia:
Teori dan Aplikasi Dalam Praktik. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC

Perry & Potter. 2005. Buku ajar fundal mental keperawatan konsep, proses dan praktik.
Edisi 4. Jakarta : EGC.
Pradana, M. D. 2016. Upaya peningkatan Mobilitas Fisik pada Pasien Stroke
NonHemoragik di RSUD dr Soehadi Prijonegoro. Naskah Publikasi Surakarta:
Program Studi Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Surakarta [Diakses pada 7 Maret 2018]
Muttaqin, Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Persarafan. Jakarta: Salemba Medika.
Batticaca, Fransisca B. 2008. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan
Sistem Persafan. Salemba Medika: Jakarta.
FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS JEMBER
DOKUMENTASI ASUHAN KEPERAWATAN

Nama Mahasiswa : Nuhita Siti Rohmin


NIM : 142311101042
Tempat Pengkajian : Ruang Anggrek Rumkit Tingkat III Baladhika Husada Jember

PENGKAJIAN
KEPERAWATAN

I. Identitas Klien
Nama : Ny. S No. RM : 072xxx
Umur : 54 tahun Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Jenis Kelamin : Perempuan Status Perkawinan : Kawin
Agama : Islam Tanggal MRS :IGD/6-3-18 Jam : 11.05 wib
Pendidikan : SD Tanggal Pengkajian : 7-3-18 Jam : 21.00 wib
Alamat : Bangsalsari Sumber Informasi : Pasien, Keluarga dan Rekam Medis

II. Riwayat Kesehatan


1. Diagnosa Medik:
Hemiparase.
2. Keluhan Utama:
Pasien mengatakan kaki tidak bisa digerakkan bebas.
3. Riwayat penyakit sekarang:
Pasien mengatakan kaki tidak bisa ditekuk sejak 1 minggu yang lalu. Pasien
berkonsultasi dengan saudaranya yang kebetulan bekerja di RS DKT sekitar 3 tahun
yang lalu. Kemudian disarankan untuk dibawa ke RS DKT pada tanggal 6 Maret
2018. Pada waktu di IGD pasien diberikan infus NaCl drip neurobion 14 tpm,
Candesartan 16 mg, Amlodipin 10 mg, Simvastatin 20 mg peroral. Pada pukul
12.30 pasien masuk di ruangan Anggrek nomor 5D.
4. Riwayat kesehatan terdahulu:
a. Penyakit yang pernah dialami:
Pasien mengatakan bahwa mempunyai penyakit hipertensi dan gejala stroke.
b. Alergi (obat, makanan, plester, dll):
Pasien menggatakan tidak pernah alergi terhadap obat-obatan, makanan dan
plester.
c. Imunisasi:
Pasien mengatakan lupa akan imunisasinya baik sekarang maupun dulu.
d. Kebiasaan/pola hidup/life style
Keseharian pasien bekerja sebagai ibu rumah tangga.
e. Obat-obat yang digunakan:
Pasien mengatakan lupa dengan obat yang pernah digunakan.
5. Riwayat penyakit keluarga:
Keluarga pasien mengatakan dikeluarganya ada yang mempunyai penyakit
hipertensi dan asam urat.

Genogram:
III.Pengkajian Keperawatan
1. Persepsi kesehatan & pemeliharaan kesehatan
Pada saat keluarga mengetahui Ny. S sakit anaknya berkonsultasi dengan saudaranya
yang pernah bekerja di RS DKT. Selain itu keluarga juga menanyakan terkait
infromasi pengobatan kepada tetangganya yang mempunyai keluhan yang sama
dengan ibunya.
Interpretasi :
Persepsi keluarga tentang pemeliharaan kesehatan baik.

2. Pola nutrisi/ metabolik (ABCD) (saat sebelum sakit dan saat di rumah sakit)
Antropometry
Sebelum sakit: IMT= BB/TB= 52 kg/(1,5) 2 = 23,1
Saat sakit: IMT BB/TB = 50 kg/(1,5) 2 = 22,2
Interpretasi :
IMT normal
Biomedical sign :
MCH : 27,3
Hb : 14,1
MCHC: 35,4
Leukosit : 6.730
RDW : 16,2
Diff :-/-/-/62/31/7
Urea :20,5
PVC : 39,69
Creatinin: 0,9
Trombosit: 229.000
BSS : 73,1
Eritrosit :5,16
MCV : 77

Interpretasi :
Hasil lab normal.
Clinical Sign :
Kulit lembab, rambut terdistribusi normal dan rata, warna hitam bercampur putih,
kuku agak panjang, membran mukosa lembab.
Interpretasi :
Normal
Diet Pattern (intake makanan dan cairan):
Pola makan Sebelum sakit Saat di rumah sakit
Frekuensi 3x sehari 3x sehari
Nafsu makan Baik Baik
Minum ± 500-1500 cc ± 500 cc
Porsi Makan 1 porsi 1 porsi

Jumlah kalori makanan: 1500 kkal


Kebutuhan kalori saat MRS: energi=1608 kkal, protein: 62 gr, lemak 31 gr, karbohidrat: 27
gr.
Intake cairan (air minum: ± 500 cc/hari, infus: 1000 cc).
Intepretasi :
Pola makan tidak ada gangguan, sama seperti sebelum sakit.

3. Pola eliminasi: (saat sebelum sakit dan saat di rumah sakit)

BAK Sebelum sakit Saat di rumah sakit


Frekuensi ± 4-5x sehari ± 4-5x sehari
Jumlah ± 800 cc ± 800 cc
Warna Kuning jernih Kuning agak pekat
Bau Khas Khas
Karakter - -
BJ - -
Alat bantu - -
Kemandirian
(mandiri/dibantu) Mandiri Dibantu
Lainnya
Interpretasi:
Tidak terjadi gangguan eliminasi (BAK) pada pasien.

BAB Sebelum sakit Saat di rumah sakit


Frekuensi 1 kali 1 kali
Jumlah - -
Warna Kuning Kuning
Bau Khas Khas
Karakter Lembek Lembek
Alat bantu Tidak ada Kursi roda
Kemandirian
(mandiri/dibantu) Mandiri Dibantu
Lainnya
Interpretasi:
Pasien tidak mengalami gangguan eliminasi BAB.
Balance cairan:
Input: Minum = 500 cc
Infus = 1000 cc
Makan = 300
Output: Kencing = 800 cc
IWL = 15 cc x 50 kg = 750 cc
BAB= 100 cc
Interpretasi:
Balance Cairan : Input = 500 cc + 1000 cc + 300 cc= 1800 cc
Output = 800 cc + 750 cc+ 100 cc= 1650 cc
Input-Output = 1800 - 1650 = 150 cc
4. Pola aktivitas & latihan (saat sebelum sakit dan saat di rumah sakit)
Sebelum sakit: dapat beraktivitas dengan baik dan mandiri.
Saat sakit: ketika berpindah tempat membutuhkan bantuan.
Aktivitas harian (Activity Daily Living)
Kemampuan perawatan diri 0 1 2 3 4
Makan / minum 
Toileting 
Berpakaian 
Mobilitas di tempat tidur 
Berpindah 
Ambulasi / ROM 
Ket: 0: tergantung total, 1: dibantu petugas dan alat, 2: dibantu petugas, 3: dibantu
alat, 4: mandiri
Status Oksigenasi :
Pasien tidak terpasang oksigen, RR = 21x/menit.
Fungsi kardiovaskuler :
Tidak ada gangguan pada kardiovaskuler.
Terapi oksigen :
Tidak menggunakan terapi oksigen.
Interpretasi :
Pasien mengalami hambatan dalam perawatan diri dan mobilitas.
5. Pola tidur & istirahat (saat sebelum sakit dan saat di rumah sakit)
Istirahat dan Tidur Sebelum sakit Saat di rumah sakit
Durasi Siang: 2 jam Siang: 1-2 jam
Malam: 4 jam Malam: ± 5 jam
Gangguan tidur Tidak ada Ada
Keadaan bangun tidur Segar Lesu
Lain-lain
Interpretasi :
Pola tidur tidak terganggu.
6. Pola kognitif & perceptual
Fungsi Kognitif dan Memori Kemampuan mengingat sudah menurun, sering lupa.
Fungsi dan keadaan indera :
Penglihatan = normal
Peraba = normal
Pengecap = normal
Pembau = normal
Pendengaran = menurun
Interpretasi :
Indera pendengaran mengalami penurunan.

7. Pola persepsi diri Gambaran diri :


Pasien mengatakan tidak malu dengan yang sekarang (kaki kanan tidak bisa
digerakkan bebas, 4 jari tangan bagian kiri diamputasi karena mengalami kecelakaan
kerja semasa mudanya.
Ideal diri :
Pasien mengatakan sudah menjadi ibu yang dapat merawat anak-anaknya hingga
sekarang ini.
Harga diri :
Pasien mengatakan bahwa beliau mempunyai kemampuan yang baik dalam mengurus
keluarganya. Namun sekarang beliau merasa sedih karena kondisinya membuat
anaknya kerepotan. Beliau tidak menarik diri meskipun kondisinya sekarang tidak
normal seperti sebelumnya dan lebih menerima keadaan yang dianggap sebagai
cobaan.
Peran Diri :
Pasien mengatakan sudah berhasil melaksanakan perannya sebagai ibu. Pasien
mempunyai 3 orang anak yang terdiri dari 2 laki-laki dan 1 perempuan. Salah satu
anak laki-lakinya sudah meninggal.
Identitas Diri :
Pasien mengatakan bahwa sudah menjadi seseorang yang hebat karena telah mampu
melewati tahap demi tahap perkembangannya dengan baik.
Interpretasi :
Pola persepsi diri pasien baik.
8. Pola seksualitas & reproduksi Pola seksualitas
Pasien mengatakan sudah kumpul dengan suami, keadaan suaminya sekarang katarak.
Fungsi reproduksi: Pasien mengatakan sudah menopause ±2tahun yang lalu. Riwayat
kontrasepsi tidak terkaji, gangguan saat menstruasi tidak terkaji.
Interpretasi :
Fungsi seksualitas dan reproduksi pasien kurang baik atau sudah menurun.
9. Pola peran & hubungan
Hubungan dengan keluarga dan tetangganya berlangsung baik, setiap kali mempunyai
masalah pasien mendiskusikan dengan anak-anaknya.
Interpretasi :
Pola peran dan hubungan pasien baik.
10. Pola manajemen koping-stress
Pasien mengatakan cara pemecahan masalah yang dimiliki pasien yaitu dengan
berdiskusi dengan anak-anaknya sehingga tujuan yang diinginkan.
Interpretasi :
Pola manajemen koping-stres baik.
11. Sistem nilai & keyakinan
Pasien mengatakan tetap melakukan ibadah 5x sehari selama di rumah sakit.
Interpretasi :
Sistem nilai dan keyakinan pasien tidak terganggu.
IV. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum: cukup
Kesadaran compos mentis (GCS: E=4, V=5, M=6).
Tanda vital:
- Tekanan Darah : 180/110 mm/Hg
- Nadi : 75 X/mnt
- RR : 21 X/mnt
- Suhu : 36, 70C
Interpretasi :
Tekanan darah tidak normal.

Pengkajian Fisik Head to toe (Inspeksi, Palpasi, Perkusi, Auskultasi):


1. Kepala
Inspeksi: rambut tebal, tekstur kering, penyebaran merata, warna hitam bercampur
putih. Tidak ada luka di kepala, tidak ada kutu, wajah simetris, rambut berminyak,
terdapat ketombe.
Palpasi: tidak ada nyeri tekan.
2. Mata
Inspeksi: reaksi pupil kiri dan kanan ada, reflek cahaya ada, pupil isokor, konjungtiva
merah muda, tidak ada sekret, sklera putih.
Palpasi: tidak ada nyeri tekan saat dipalpasi.
3. Telinga
Inspeksi: simetris, serumen ada di kanan dan kiri, daun telinga tampak kotor.
Palpasi: tidak ada nyeri tekan
Auskultasi: pendengaran menurun
4. Hidung
Inspeksi: bentuk simetris, tidak ada sekret, tidak ada peradangan, tidak ada alat bantu
napas.
Palpasi: tidak ada nyeri tekan.
5. Mulut
Inspeksi: mukosa bibir kering, bau mulut, gigi kotor dan lidah kotor.
6. Leher
Inspeksi: bentuk leher simetris, tidak ada benjolan, JVP normal.
Palpasi: tidak ada nyeri normal.
7. Dada:
Jantung
Inspeksi: ictus cordis tidak terlihat.
Palpasi: ictus cordis tidak teraba.
Perkusi: suara pekak.
Auskultasi: bunyi jantung s1 s2 tunggal.
Paru
Inspeksi: pengembangan paru simetris, tidak ada otot bantu pernafasan.
Palpasi: tidak ada nyeri tekan.
Perkusi: sonor.
Auskultasi: bunyi vesikuler dan teratur.
Payudara dan Ketiak
Inspeksi: tidak ada benjolan diketiak dan payudara.
Palpasi: nyeri saat ditekan
8. Abdomen
Inspeksi: simetris, kulit lembab.
Palpasi: tidak ada pembesaran organ, suaran timpani.
Perkusi: tidak ada nyeri tekan abdomen, tidak ada asites, tidak ada masa.
Auskultasi: peristaltik 19 x/menit.
9. Genetalia dan Anus
Pasien menolak dan mengatakan malu.
10. Ekstremitas
Ekstremitas atas
Bentk simetris, kekuatan otot kanan dan kiri (5-5), tidak ada peradangan sendi, tidak
ada deformitas, pada keempat jari diamputasi karena kecelakaan kerja sewaktu
mudanya, tidak ada kelainan tulang belakang.
Ekstremitas bawah
Kekuatan otot kanan dan kiri (2-5), kaki kanan sulit digerakkan dan sakit untuk
menahan berat badan.
11. Kulit dan kuku
Kulit
Warna kulit sawo matang, turgor kulit baik (<1detik), lembab, tidak ada lesi,
distribusi pertumbuhan rambut merata.
Kuku
Warna kuku tidak pucat, CRT < 2detik.
12. Keadaan local
Kaki kanan sulit digerakkan, kaku, pasien tidak bisa bberdiri atau berpindah sendiri
dari tempat tidur, kondisi kesadaran: composmentis.

V. Terapi
Infus NaCl 500 cc 14 tpm drip Neurobion.
Peroral: Candesartan 16 mg
Amlodipin 10 mg
Simvastatin 20 mg
Aspilet 80 mg

Pemeriksaan Radiologi
Rontgen: Severe Osteoarthritis genu kanan dengan Ostheocondral body Osteopenia.

Pemeriksaan Penunjang Lainnya


Pemeriksaan darah lengkap
Pemeriksaan creatinin: 0,9 (Normal: 70-140 mg/dl)
BSS: 73,1 (Normal: 70-140 mg/dl)

Jember, 7 Maret 2018


Pengambil Data,

(Nuhita Siti Rohmin)


NIM. 142311101042
Deskripsi Terapi

NO Jenis Terapi Farmako dinamik dan Dosis Rute Indikasi dan Efek samping Implikasi
farmakokinetik kontraindikasi keperawatan
1. Candesartan 16 mg Oral Indikasi: hipertensi. ISPA, nyeri
Kontraindikasi: wanita punggung.
hami dan menyusui.
2. Amlodipin 10 mg Oral Indikasi: hipertensi, Bengkak, mual,
penyakit jantung. pusing.
Kontraindikasi: alergi
terhadap Amlodipin.
3. Simvastatin 20 mg Oral Indikasi: jantung, Konstipasi,
stroke ISPA.
Kontaindikasi: alergi
terhadap simvastatin,
wanita hamil.
4. Aspilet 80 mg Oral Indikasi: anti trombotik Mual, muntah.
Kontraindikasi: alergi
terhadap aspilet, asma,
maag.
VI. Pemeriksaan Penunjang & Laboratorium

No Jenis Nilai normal Hasil (Tanggal/Jam)


pemeriksaan Nilai Satuan 7-3-2018
pukul 19.30
1. Hb 11,4-15,1 gr/dl 14,1
2. Leukosit 4000-11000 ul 6730

1-3/0-1/2-
3. Diff 4/45-65/30- -/-/-/62/31/7
45/2-6
4. PCV 40-47 % 39,69

150000-
5. Trombosit 450000 ul 229.000

6. Eritrosit P: 4,0-4,0 ul 5,16 juta

7. MCV 80-100 fl 77

8. MCH 26-36 gr/dl 27,3

9. MCHC 32-37 gr/dl 35,4

10. RDW 12-15 % 16,2

11. Urea 10-50 mg/dl 20,5

12. Creatinin 0,7 – 1,2 mg/dl 0,9

13. BSS 70-140 mg/dl 73,1


.
B. PROBLEM LIST

NO HARI/TANGGAL/ DATA PENUNJANG ETIOLOGI MASALAH PARAF &


JAM NAMA
1. 7 Maret 2018 DS: Kekuatan sendi Hambatan mobilitas fisik
Pasien mengatakan kaki sebelah
kanan tidak dapat digerakkan. Degenerasi tulang rawan
DO:
- Aktivitas perpindahan dibantu Kelainan otot skeletal Nuhita
oleh keluarga ketika ke kamar
mandi. Membatasi pergerakan sendi
- Kekuatan otot 5 5
2 5 Hambatan mobilitas fisik
- Aktivitas BAB dan BAK
dibantu oleh keluarga.

2. 7 Maret 2018 DS: Kekakuan pada sendi Defisit perawatan diri:


- Pasien mengatakan tidak bisa mandi
pergi ke kamar mandi. Degenerasi tulang rawan
DO:
- Pasien tidak mampu Kelainan pada otot skeletal Nuhita
menjangkau sumber air untuk
mandi. Membatasi pergerakan sendi
- Rambut berminyak.
- Terdapat ketombe. Ketidakmampuan mengakses
- Terdapat serumen ditelinga. kamar mandi dan sumber air

Defisit perawatan diri


3. 7 Maret 2018 DS: Kelainan otot skeletal Defisit perawatan diri:
- Pasien mengatakan tidak bisa eliminasi
pergi ke kamar mandi dan tidak Membatasi pergerakan pada
mampu menjaga kebersihan sendi
BAB/BAK secara penuh.
DO: Ketidakmampuan melakukan Nuhita
- Pasien tidak mampu pergerakan ke toilet
menjangkau sumber air.
- Pasien tidak mampu mencapai Defisit perawatan diri: eliminasi
toilet.
C. RUMUSAN DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan kekuatan otot yang ditandai
dengan:
a. pasien mengatakan kaki sebelah kanan lemah dan tidak dapat digerakkan.
b. aktivitas perpindahan dibantu oleh keluarga.
c. Kekuatan otot 5 5
2 5
d. Aktivitas BAB dan BAK dibantu oleh keluarga.
2. Defisit perawatan diri: mandi berhubungan dengan gangguan muskuloskeletal dan
kelemahan yang ditandai dengan:
a. pasien mengatakan tidak bisa pergi ke kamar mandi
b. Pasien tidak mampu menjangkau sumber air untuk mandi.
c. Rambut berminyak.
d. Terdapat ketombe.
e. Terdapat serumen ditelinga.
3. Defisit perawatan diri: eliminasi berhubungan dengan gangguan muskuloskeletal dan
hambatan kemampuan berpindah ditandai dengan:
a. pasien mengatakan tidak bisa pergi ke kamar mandi dan tidak mampu menjaga
kebersihan BAB dan BAK penuh.
b. Pasien tidak mampu menjangkau sumber air.
c. Pasien tidak mampu menjangkau toilet.
D. PERENCANAAN/NURSING CARE PLAN

NO HARI/TANGGAL/ DIAGNOSA KEPERAWATAN NOC NIC PARAF &


JAM NAMA
1. Rabu, 7 Maret Hambatan mobilitas fisik Setelah dilakukan tindakan Terapi latihan ambulasi:
2018 selama 3 x 24 jam, hambatan 1. Sediakan tempat tidur
mobilitas fisik dapat diatasi yang rendah dan sesuai.
dengan kriteria hasil: 2. Bantu pasien duduk disisi
1. Gerakan sendi dalam skala 4. tempat tidur untuk Nuhita
2. Pasien dan keluarga memfasilitasi penyesuaian
memahami manfaat dan tujuan sikap tubuh.
melakukan latihan sendi. 3. Bantu pasien untuk
3. Pasien memahami cara melakukan perpindahan.
melakukan ROM aktif/pasif. 4. Instruksikan pasien
4. Pasien dapat mengenai perpindahan
mendemonstrasikan gerakan dan teknik ambulasi yang
ROM aktif/pasif. aman.
5. Pasien dan keluarga 5. Monitor penggunaan
memahami cara pemindahan kruk/alat bantu lain.
dan teknik ambulasi yang 6. Kaji kemampuan pasien
aman. dalam mobilisasi.

Terapi latihan: pergerakan


sendi:
7. Tentukan batasan
pergerakan sendi dan
efeknya terhadap sendi.
8. Jelaskan pada pasien dan
keluarga mengenai
manfaat serta tujuan
melakukan latihan sendi.
9. Instruksikan
pasien/keluarga cara
melakukan latihan ROM
aktif/pasif.
10. Monitor adanya
kecenderungan nyeri.
11. Kolaborasi penggunaan
obat sesuai advice
dokter.

2. Rabu, 7 Maret Defisit perawatan diri: mandi Setelah dilakukan tindakan 1. Letakkan handuk, sabun,
2018 keperawatan selama 1 x 24 jam, dan alat mandi lain yang
defisit perawatan diri: mandi diperlukan disamping
dapat teratasi dengan kriteria tempat tidur/kamar mandi.
hasil: 2. Fasilitasi pasien untuk
1. Pasien dapat mempertahankan menggosok gigi dengan Nuhita
kebersihan mulut. tepat.
2. Pasien dapat mempertahankan 3. Fasilitasi pasien untuk
kebersihan mulut. mandi sendiri.
4. Monitor integritas kulit
pasien.
3. Rabu, 7 Maret Defisit perawatan diri: eliminasi Setelah dilakukan tindakan 1. Bantu pasien ke toilet
2018 perawatan selama 1 x 24 jam, pada waktu tertentu.
defisit perawatan: eliminasi 2. Instruksikan
dapat diatasi dengan kriteria pasien/keluarga dalam
hasil: aktivitas toilet.
1. Pasien mampu melakukan 3. Buat jadwal aktivitas Nuhita
aktivitas eliminasi secara terkait dengan eliminasi
mandiri atau tanpa alat bantu. dengan tepat.
2. Membersihkan diri setelah
eliminasi.
E. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

NO NO DX HARI/TGL/JAM IMPLEMENTASI EVALUASI FORMATIF PARAF &


KEP NAMA
1. 1 Rabu, 7 Maret 1. Membantu pasien untuk berpindah ke kamar Pasien dapat menjangkau kamar mandi
2018/20.00 mandi. dengan kursi roda.

20.15 2. Menginstruksikan pasien mengenai Respon: pasien dan keluarga paham


pemindahan dan teknik pemindahan serta mengenai teknik ambulasi yang aman. Nuhita
ambulasi yang aman.
Respon: pasien dan keluarga memahami
20.30 3. Mengajarkan pasien dan keluarga mengenai cara melakukan ROM aktif dan pasif.
ROM aktif dan pasif.
Respon: pemberian obat candesartan,
21.00 4. Memberikan obat sesuai dengan advice amlodipin, simvastatin, dan aspilet.
dokter.

2. 1 Kamis, 8 Maret 1. Membantu pasien untuk berpindah menuju ke Pasien dapat berpindah menuju kamar
2018/ 06.30 kamar mandi. mandi dengan kursi roda.

06.45 2. Mendampingi pasien dan keluarga dalam Passien dan keluarga dapat melakukan
melakukan ROM aktif dan pasif. ROM aktif dan pasif secara mandiri.
Nuhita
06.55 3. Mengingatkan pasien untuk meminum obat Pasien meminum obat yang diberikan.
yang telah diberikan.
3. 1 Jumat, 9 Maret 1. Membantu pasien untuk berpindah menuju Pasien dapat menjangkau kamar mandi
2018/16.00 kamar mandi. dengan bantuan kursi roda.

16.15 2. Mendampingi pasien dan keluarga melakukan Pasien dan keluarga dapat melakukan
ROM aktif dan pasif. ROM aktif dan pasif.
Nuhita
19.45 3. Hentikan intervensi
Melakukan discharge planning: instruksikan
pasien dan keluarga untuk menerapkan
latihan ROM aktif dan pasif di rumah untuk
mencegah kekakuan pada sendi.

4. 2 Kamis, 8 Maret 1. Membantu pasien menyiapkan peralatan Pasien dapat menjangkau toilet dengan
2018/ 06.30 mandi dan mengantarkan ke kamar mandi. bantuan.

06.35 2. Fasilitasi pasien untuk menggosok gigi Pasien mampu menggosok gigi dengan
dengan tepat. tepat.
Nuhita
5. 2 Jumat, 9 Maret 1. Membantu pasien menyiapkan peralatan Pasien dapat menjangkau kamar mandi
2018/16.05 mandi dan mengantarkan ke kamar mandi. dan melakukan mandi.

19.30 Hentikan intervensi Pasien/keluarga paham mengenai


rutinitas toilet. Nuhita

6. 3 Rabu, 7 Maret 1. Membantu pasien ke toilet Pasien dapat menjangkau kamar mandi
2018/16.00 dengan bantuan kursi roda dan keluarga.

21.45 2. Menginstruksikan pasien/keluarga dalam


rutinitas toilet. Nuhita

7. 3 Jumat, 9 Maret 1. Membantu pasien ke toilet Pasien dapat menjangkau toilet dengan
2018/16.00 bantuan kursi roda dan keluarga.

19.30 Intervensi dihentikan


Nuhita
E. CATATAN PERKEMBANGAN/PROGRES NOTE
NO HARI/TANGGAL/JAM NO DX EVALUASI SUMATIF (SOAP) PARAF & NAMA
KEP
1. Rabu, 7 Maret 2018/21.15 1 S:
Pasien mengatakan kaki sebelah kanan tidak dapat digerakkan.
O:
- Aktivitas berpindah dibantu oleh keluarga ketika di kamar mandi.
- Kekuatan otot 5 5
2 5 Nuhita
- Aktivitas BAB dan BAK dibantu oleh keluarganya.
A:
Hambatan mobilitas fisik belum teratasi
P: lanjutkan intervensi
1. Bantu pasien melakukan perpindahan
2. Instruksikan pasien/keluarga melakukan latihan ROM aktif dan
pasif.
3. Kolaborasi penggunaan obat-obatan dengan dokter.

2. Kamis, 8 Maret 1 S:
2018/07.00 Pasien mengatakan kaki sebelah kanan dapat digerakkan namun pelan-
pelan (bagian jari dan pergelangan).
O:
- Aktivitas perpindahan dibantu oleh keluarga ketika ke kamar mandi.
- Kekuatan otot 5 5 Nuhita
3 5
- Aktivitas BAB dan BAK dibantu oleh keluarga.
A: hambatan mobilitas fisik teratasi sebagian
P:
1. Bantu pasien melakukan perpindahan
2. Instruksikan dan dampingi pasien/keluarga melakukan latihan ROM
aktif dan pasif.
3. Kolaborasi penggunaan obat-obatan dengan dokter.
3. Jumat, 9 Maret 2018/16.30 1 S:
Pasien mengatakan kaki sudah bisa digerakkan, namun harus dengan
bantuan jika akan berpindah.
O:
- Aktivitas perpindahan dibantu oleh keluarga ketika ke kamar mandi. Nuhita
- Kekuatan otot 5 5
3 5
- Aktivitas BAB dan BAK dibantu oleh keluarga.
- Kaki sudah bisa menapak ketika berpindah dari tempat tidur namun
belum mampu menahan berat badan tubuhnnya.
A:
Hambatan mobilitas fisik teratasi sebagian.
P: lanjutkan intervensi.
1. Bantu pasien melakukan perpindahan
2. Instruksikan dan dampingi pasien/keluarga melakukan latihan ROM
aktif dan pasif.
3. Kolaborasi penggunaan obat-obatan dengan dokter.

19.45 Hentikan intervensi


4. Kamis, 8 Maret 2 S:
2018/07.00 Pasien mengatakan memerlukan bantuan dalam menjaga kebersihan
tubunya.
O:
Pasien mampu melakukan gosok gigi dengan tepat.
A: Nuhita
Defisit perawatan diri: mandi teratasi sebagian
P: lanjutkan intervensi
1. Fasilitasi pasien untuk dapat mandi.
2. Instruksikan pasien untuk gosok gigi secara rutin.
5. Jumat, 9 Maret 2018/16.15 2 S:
Pasien mengatakan tidak mampu mandi tanpa bantuan keluarga dalam
menjangkau toilet.
O:
- Pasien mampu menjangkau toilet dan mandi dengan bantuan
keluarga. Nuhita
- Pasien mampu menggosok gigi dengan tepat.
A:
Defisit perawatan diri: mandi teratasi sebagian.
P: lanjutkan intervensi
1. Fasilitasi pasien untuk dapat mendi
2. Bantu pasien untuk menjangkau kamar mandi.

19.30 Hentikan intervensi


6. Rabu, 7 Maret 2018/22.00 3 S:
Pasien mengatakan mampu menjaga kebersihan eliminasi namun
dengan bantuan kursi roda.
O:
Pasien mampu menjangkau kamar mandi dengan menggunakan kursi Nuhita
roda.
A: defisit perawatan diri: eliminasi belum teratasi
P: lanjutkan intervensi
1. bantu pasien ke toilet pada waktu tertentu.
7. Jumat, 9 Maret 2018/16.15 3 S: pasien mengatakan mampu menjaga kebersihan eliminasi namun
dengan bantuan.
O: pasien mampu menjangkau toilet dengan bantuan kursi roda.
A: defisit perawatan diri: eliminasi teratasi sebagian.
P: lanjutkan intervensi Nuhita
1. bantu pasien ke toilet pada waktu tertentu.

19.30 Hentikan intervensi

Anda mungkin juga menyukai