Anda di halaman 1dari 22

MANAJEMEN KASUS PADA GANGGUAN SISTEM PENCERNAAN:

APENDISITIS

DOSEN PEMBIMBING

Ns. Tessa Olivia, M.Kep

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 2

Hafifatul Khairiyah

Maysa Opi Rahayu

Nurhayati

Nurul Annisa

Wahyu Kurniawan

INSTITUT KESEHATAN PRIMA NUSANTARA BUKITTINGGI

TAHUN PELAJARAN

2020/2021

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat
dan karunianya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul ”Manajemen
Kasus Pada Gangguan Sistem Pencernaan: Apendisitis”.
Kami juga mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Ibu
Ns. Tessa Olivia, M.Kep selaku dosen mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah
II yang sudah memberikan kepercayaan kepada kami untuk menyelesaikan tugas
ini. Kami sangat berharap makalah ini dapat bermanfaat dalam rangka menambah
pengetahuan dan juga wawasan.
Kami pun menyadari bahwa di dalam makalah ini masih terdapat banyak
kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, Kami mengharapkan
adanya kritik dan saran demi perbaikan makalah yang kami buat di masa yang
akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang
membangun.

Mudah-mudahan makalah sederhana ini dapat dipahami oleh semua orang


khususnya bagi para pembaca. Kami mohon maaf yang sebesar-besarnya jika
terdapat kata-kata yang kurang berkenan.

Bukittinggi, 12 April 2021

                   Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.............................................................................................i
KATA PENGANTAR..........................................................................................ii
DAFTAR ISI.......................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah..........................................................................1


B. Rumusan Masalah...................................................................................1
C. Tujuan Penulisan.....................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

A. Asuhan Keperawatan Teoritis Apendisitis..............................................3


B. Asuhan Keperawatan Pada Kasus Apendisitis......................................13

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan............................................................................................19
B. Saran......................................................................................................19

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................20

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Appendiksitis atau radang apendiks merupakan kasus infeksi
intraabdominal yang sering dijumpai di negara-negara maju, sedangkan pada
negara berkembang jumlahnya lebih sedikit, hal ini mungkin terkait dengan
diet serat yang kurang pada masyarakat modern (perkotaan) bila dibandingkan
dengan masyarakat desa yang cukup banyak mengkonsumsi serat.
Appendiksitis dapat menyerang orang dalam berbagai umur, umumnya
menyerang orang dengan usia dibawah 40 tahun, khususnya 8 sampai 14
tahun, dan sangat jarang terjadi pada usia dibawah dua tahun. Apendiks adalah
seperti-jari yang kecil panjangnya kira-kira 10cm (4 inci), melekat pada
sekum tepat di bawah katup ileosekal. Apendiks berisi makanan dan
mengosongkan diri secara teratur ke dalam sekum. Karena pengosongannya
tidak efektif, dan lumennya kecil, apendiks cenderung menjadi tersumbat dan
terutama rentan terhadap infeksi (apendisitis). (Brunner & Suddarth, 2002).
Hasil survei pada tahun 2008 Angka kejadian appendiksitis di sebagian
besar wilayah indonesia hingga saat ini masih tinggi. Di Indonesia, jumlah
pasien yang menderita penyakit apendiksitis berjumlah sekitar 7% dari jumlah
penduduk di Indonesia atau sekitar 179.000 orang. Dari hasil Survei
Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) di Indonesia, apendisitis akut merupakan
salah satu penyebab dari akut abdomen dan beberapa indikasi untuk dilakukan
operasi kegawatdaruratan abdomen. Insidens apendiksitis di Indonesia
menempati urutan tertinggi di antara kasus kegawatan abdomen lainya
(Depkes 2008).

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana asuhan keperawatan teoritis pada apendisitis?
2. Bagaimana asuhan keperawatan pada kasus apendisitis?

1
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui tentang asuhan keperawatan teoritis pada apendisitis
2. Untuk mengetahui tentang asuhan keperawatan pada kasus apendisitis

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Asuhan Keperawatan Teoritis Apendisitis.


1. Pengkajian Keperawatan
a) Data demografi
Identitas klien : nama, umur, jenis kelamin, status perkawinan,
agama, suku/bangsa, pendidikan, pekerjaan, alamat, nomor register.
b) Riwayat kesehatan
 Keluhan utama
Nyeri pada daerah abdomen kanan bawah.
 Riwayat kesehatan sekarang
Klien mengatakan nyeri pada daerah abdomen kanan
bawah yang menembus kebelakang sampai pada punggung dan
mengalami demam tinggi
 Riwayat kesehatan dahulu
Apakah klien pernah mengalami operasi sebelumnya pada
colon.
 Riwayat kesehatan keluarga
Apakah anggota keluarga ada yang mengalami jenis
penyakit yang sama.
c) Pemeriksaan fisik ROS (review of system)
 Kedaan umum : kesadaran composmentis, wajah tampak
menyeringai, konjungtiva anemis.
 Sistem kardiovaskuler : ada distensi vena jugularis, pucat, edema,
TD>110/70mmHg; hipertermi.
 Sistem respirasi : frekuensi nafas normal (16-20x/menit), dada
simetris, ada tidaknya sumbatan jalan nafas, tidak ada gerakan
cuping hidung, tidak terpasang O2, tidak ada ronchi, whezing,
stridor.
 Sistem hematologi : terjadi peningkatan leukosit yang merupakan
tanda adanya infeksi dan pendarahan.

3
 Sistem urogenital : ada ketegangan kandung kemih dan keluhan
sakit pinggang serta tidak bisa mengeluarkan urin secara lancer.
 Sistem muskuloskeletal : ada kesulitan dalam pergerakkan karena
proses perjalanan penyakit.
 Sistem Integumen : terdapat oedema, turgor kulit menurun,
sianosis, pucat.
 Abdomen : terdapat nyeri lepas, peristaltik pada usus ditandai
dengan distensi abdomen.
d) Pola fungsi kesehatan menurut Gordon.
 Pola persepsi dan tatalaksana hidup sehat
Adakah ada kebiasaan merokok, penggunaan obat-obatan,
alkohol dan kebiasaan olahraga (lama frekwensinya), karena
dapat mempengaruhi lamanya penyembuhan luka.
 Pola nutrisi dan metabolisme.
Klien biasanya akan mengalami gangguan pemenuhan
nutrisi akibat pembatasan intake makanan atau minuman sampai
peristaltik usus kembali normal.
 Pola Eliminasi.
Pada pola eliminasi urine akibat penurunan daya konstraksi
kandung kemih, rasa nyeri atau karena tidak biasa BAK ditempat
tidur akan mempengaruhi pola eliminasi urine. Pola eliminasi
alvi akan mengalami gangguan yang sifatnya sementara karena
pengaruh anastesi sehingga terjadi penurunan fungsi.
 Pola aktifitas.
Aktifitas dipengaruhi oleh keadaan dan malas bergerak
karena rasa nyeri, aktifitas biasanya terbatas karena harus bedrest
berapa waktu lamanya setelah pembedahan.
 Pola sensorik dan kognitif.
Ada tidaknya gangguan sensorik nyeri, penglihatan serta
pendengaran, kemampuan berfikir, mengingat masa lalu,
orientasi terhadap orang tua, waktu dan tempat.
 Pola Tidur dan Istirahat.

4
Insisi pembedahan dapat menimbulkan nyeri yang sangat
sehingga dapat mengganggu kenyamanan pola tidur klien.
 Pola Persepsi dan konsep diri.
Penderita menjadi ketergantungan dengan adanya
kebiasaan gerak segala kebutuhan harus dibantu. Klien
mengalami kecemasan tentang keadaan dirinya sehingga
penderita mengalami emosi yang tidak stabil.
 Pola hubungan.
Dengan keterbatasan gerak kemungkinan penderita tidak
bisa melakukan peran baik dalam keluarganya dan dalam
masyarakat. penderita mengalami emosi yang tidak stabil.
 Pemeriksaan diagnostic.
o Ultrasonografi adalah diagnostik untuk apendistis akut.
o Foto polos abdomen : dapat memperlihatkan distensi
sekum, kelainan non spesifik seperti fekalit dan pola gas
dan cairan abnormal atau untuk mengetahui adanya
komplikasi pasca pembedahan.
o Pemeriksaan darah rutin : untuk mengetahui adanya
peningkatan leukosit yang merupakan tanda adanya
infeksi.
o Pemeriksaan Laboratorium.
 Darah : Ditemukan leukosit 10.000 – 18.0000 µ/ml.
 Urine : Ditemukan sejumlah kecil leukosit dan
eritrosit.

2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosis keperawatan merupakan penilaian klinis mengenai respon
klien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya
baik yang berlangsung aktual maupun potensial (PPNI, 2017).
Berdasarkan pada semua data pengkajian diagnosa keperawatan
utama yang dapat muncul pada kl appendicitis, antara lain :

5
a) Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologi
(inflamasi appendicitis).
b) Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik (Prosedur
operasi).
c) Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit (Infeksi pada
appendicitis).
d) Risiko Hipovolemia berhubungan dengan kehilangan cairan
secara aktif (muntah).
e) Resiko hipovolemia ditandai dengan efek agen farmakologis.
f) Ansietas berhubungan dengan kurang terpapar informasi.
g) Resiko Infeksi ditandai dengan efek prosedur infasive.

3. Perencanaan Keperawatan
Perencanaan keperawatan atau intervensi keperawatan adalah
perumusan tujuan, tindakan dan penilaian rangkaian asuhan keperawatan
pada klien berdasarkan analisa pengkajian agar masalah kesehatan dan
keperawatan klien dapat diatasi (Nurarif, A. H., & Kusuma, 2016).
a) Intervensi keperawatan pre operatif

No Diagnosa Tujuan dan Kriteria hasil intervensi


1 Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan Manajemen nyeri
berhubungan keperawatan diharapkan tingkat Observasi :
dengan agen nyeri dapat menurun dengan 1. Identifikasi lokasi ,
pencedera fisiologi Kriteria Hasil : karakteristik, durasi,
(inflamasi 1. Keluhan nyeri menurun. frekuensi, kulaitas nyeri,
appendicitis). 2. Meringis menurun skala nyeri, intensitas
3. Sikap protektif menurun. nyeri
4. Gelisah menurun. 2. Identifikasi respon nyeri
non verbal.
3. Identifikasi factor yang
memperberat dan
memperingan nyeri.
Terapeutik :

6
1. Berikan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri.
2. Fasilitasi istirahat dan
tidur.
3. Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri.
Edukasi :
1. Jelaskan strategi
meredakan nyeri
2. Ajarkan teknik non
farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri .
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian
analgetik jika perlu
2 Hipertermia Setelah dilakukan tindakan Manajemen hipertermia
berhubungan keperawatan diharapkan Observasi :
dengan proses termoregulasi membaik dengan 1. Identifikasi penyebab
penyakit (Infeksi Kriteria Hasil : hipertermia.
pada appendicitis). 1. Menggigil menurun. 2. Monitor suhu tubuh.
2. Takikardi menurun. 3. Monitor haluaran urine.
3. Suhu tubuh membaik. Terapeutik :
4. Suhu kulit membaik. 1. Sediakan lingkungan
yang dingin.
2. Longgarkan atau
lepaskan pakaian.
3. Berikan cairan oral
Edukasi :
1. Anjurkan tirah baring
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian
cairan dan elektrolit

7
intravena, jika perlu.
3 Risiko Hipovolemia Setelah dilakukan tindakan Manajemen hypovolemia
berhubungan keperawatan Status cairan Observasi :
dengan kehilangan membaik dengan Kriteria 1. Periksa tanda dan gejala
cairan secara aktif Hasil : hipovolemia.
(muntah). 1. Kekuatan nadi meningkat. 2. Monitor intake dan
2. Membrane mukosa lembab output cairan.
3. Frekuensi nadi membaik. Terapeutik :
4. Tekanan darah membaik. 1. Berikan asupan cairan
5. Turgor kulit membaik oral
Edukasi :
1. Anjurkan memperbanyak
asupan cairan oral.
2. Anjurkan menghindari
perubahan posisi
mendadak.
Kolaborasi :
1. Kolaborasi peberian
cairan IV.
4. Ansietas Setelah dilakukan tindakan Reduksi ansietas.
berhubungan keperawatan tingkat ansietas Observasi :
dengan kurang menurun dengan Kriteria Hasil : 1. Identivikasi saat tingkat
terpapar informasi 1. Verbalisasi kebingungan ansietas berubah.
menurun. 2. Monitor tanda tanda
2. Verbalisasi khawatir akibat ansietas verbal non
menurun. verbal.
3. Prilaku gelisah menurun. 3. Temani klien untuk
4. Prilaku tegang menurun. mengurangi kecemasan
jika perlu.
4. Dengarkan dengan penuh
perhatian.
5. Gunakan pendekatan
yang tenang dan

8
meyakinkan.
6. Jelaskan prosedur,
termasuk sensasi yang
mungkin dialami.
7. Anjurkan keluarga untuk
tetap bersama klien, jika
perlu.
8. Anjurkan
mengungkapkan
perasaan dan persepsi.
9. Latih teknik relaksasi.
10. Kolaborasi pemberian
obat antiansietas jika
perlu.

b) Intervensi keperawatan post operatif

No Diagnosa Tujuan dan Kriteria hasil Intervensi


1. Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan Manajemen nyeri
berhubungan keperawatan tingkat nyeri Observasi :
dengan agen menurun dengan Kriteria Hasil : 1. Identifikasi lokasi ,
pencedera 1. Keluhan nyeri menurun. karakteristik, durasi,
fisik(Prosedur 2. Meringis menurun. frekuensi, kulaitas nyeri,
oprasi). 3. Sikap protektif menurun. intensitas nyeri, skala
4. Gelisah menurun. nyeri.
5. Frekuensi nadi membaik. 2. Identifikasi respon nyeri
non verbal.
3. Identivikasi factor yang
memperberat dan
memperingan nyeri.
Terapeutik :
1. Berikan teknik non
farmakologis untuk

9
mengurangi rasa nyeri.
2. Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri.
3. Pertimbangkan jenis dan
sumber nyeri dalam
pemilihan strategi
meredakan nyeri.
Edukasi :
1. Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu
nyeri.
2. Jelaskan strategi
meredakan nyeri
3. Ajarkan teknik non
farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri.
4. Kolaborasi pemberian
analgetik bila perlu.
2. Risiko hipovolemia Setelah dilakukan tindakan Manajemen hypovolemia
ditandai dengan keperawatan Status cairan Observasi :
efek agen membaik dengan Kriteria 1. Periksa tanda dan gejala
farmakologis Hasil : hipovolemia.
1. Kekuatan nadi meningkat. 2. Monitor intake dan
2. Membrane mukosa lembap. output cairan.
3. Frekuensi nadi membaik. Terapeutik :
4. Tekanan darah membaik. 1. Berikan asupan cairan
5. Turgor kulit membaik. oral
Edukasi :
1. Anjurkan memperbanyak
asupan cairan oral.
2. Anjurkan menghindari
perubahan posisi
mendadak.

10
Kolaborasi :
1. Kolaborasi peberian
cairan IV.
3. Risiko Infeksi Setelah dilakukan tindakan Pencegahan infeksi
ditandai dengan keperawatan tingkat infeksi Observasi :
efek prosedur dengan Kriteria Hasil : 1. Monitor tanda dan gejala
infasive 1. Kebersihan tangan infeksi local dan
meningkat. sistemik.
2. Kebersihan badan 2. Batasi jumlah
meningkat. pengunjung
3. Demam, kemerahan, nyeri, 3. Berikan perawatan kulit
bengkak menurun. pada area edema.
4. Kadar sel darah putih 4. Cuci tangan seblum dan
meningkat. sesudah kontak dengan
klien dan lingkungan
klien.
5. Pertahankan teknik
aseptic pada klien
beresiko tinggi.
Edukasi :
1. Jelaskan tanda dan gejala
infeksi.
2. Ajarkan cara mencuci
tangan dengan benar.

4.Pelaksanaan tindakan Keperawatan


Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan
oleh perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang
dihadapi kestatus kesehatan yang baik yang menggambarkan kriteria hasil
yang diharapkan (Potter, P., & Perry, 2014).
Komponen tahap implementasi :
1) Tindakan keperawatan mandiri.
2) Tindakan keperawatan edukatif.

11
3) Tindakan keperawatan kolaboratif.
4) Dokumentasi tindakan keperawatan dan respon klien terhadap
asuhan keperawatan.
5.Evaluasi Keperawatan
Menurut (Setiadi, 2012) dalam buku konsep dan penulisan asuhan
keperawatan tahapan penilaian atau evaluasi adalah perbandingan yang
sistematis dan terencana tentang kesehatan klien dengan tujuan yang telah
ditetapkan, dilakukan dengan cara berkesinambungan dengan melibatkan
klien, keluarga dan tenaga kesehatan lainnya.
a. Evaluasi Formatif (Proses)
Perumusan evaluasi formatif ini meliputi 4 komponen yang dikenal
dengan istilah SOAP :
 S (subjektif) : Data subjektif dari hasil keluhan klien, kecuali pada
klien yang afasia.
 O (objektif) : Data objektif dari hasi observasi yang dilakukan oleh
perawat.
 A (analisis) : Masalah dan diagnosis keperawatan klien yang
dianalisis atau dikaji dari data subjektif dan data objektif.
 P (perencanaan) : Perencanaan kembali tentang pengembangan
tindakan keperawatan, baik yang sekarang maupun yang akan
datang dengan tujuan memperbaiki keadaan kesehatan klien.
b. Evaluasi Sumatif (Hasil)
Evaluasi sumatif adalah evaluasi yang dilakukan setelah semua
aktivitas proses keperawatan selesi dilakukan. Evaluasi sumatif ini
bertujuan menilai dan memonitor kualitas asuhan keperawatan yang
telah diberikan.

B. Asuhan Keperawatan Pada Kasus Apendisitis.


1. Pengkajian
Nama : Ny.N
Jenis kelamin : Perempuan
Umur : 26 tahun

12
Status pernikahan : Belum menikah
Pekerjaan :-
Agama : Islam
Pendidikan terakhir : S1
Alamat : Palembang
Diagnosa medis : Suspect Appendicitis
 Keluhan Utama
Nyeri pada perut kanan bawah
 Keluhan penyakit sekarang
Klien mengatakan nyeri pada perut bagian kanan bawah sejak 2
hari sebelum ke rumah sakit, lalu klien dibawa ke rumah sakit pada
tanggal 06 maret 2020 dan dirawat di ruang igd lalu dibawa ke ruang
Flamboyan A. Klien mengatakan mual dan muntah pada saat pertama
masuk rumah sakit . P: klien mengatakan nyeri saat bergerak, Q:klien
mengatakan nyeri seperti tertusuk –tusuk, R:klien mengatakan nyeri
dibagian perut menjalar ke belakang, S: skala nyeri 6 dilihat dari raut
muka klien , T: nyeri di rasa terus menerus.
 Riwayat penyakit dahulu
Klien mengatakan tidak pernah menderita suatu penyakit yang
berat
 Riwayat penyakit keluarga
Klien mengatakan Keluarga tidak ada yang memiliki kelainan /
kecacatan dan menderita suatu penyakit yang berat.
 Pemeriksaan fisik
o Keadaan umum : sedang
o Kesadaran : compos mentis
o Tanda-tanda vital : TD : 130/90 mmHg , Nadi : 98x/menit, Suhu
: 36,6 oC, RR : 22x/menit
o Pemeriksaan thorak : Tidak ada sesak, tidak ada batuk. Bentuk
dada simetris, pola nafas cepat, frekuensi 22x/menit, tidak ada
pernafasan cuping hidung, tidak ada otot bantu nafas. Vocal

13
premitus teraba sama kanan dan kiri saat Klien mengucap tujuh-
tujuh. tidak terdapat krepitasi.
o Abdomen : Bentuk abdomen datar, tidak ada benjolan/masa,
tidak ada bayangan vena, peristaltic usus 8x /menit terdengar
lambat, palpasi abdomen teraba lunak, tidak ada pembesaran
hepar, terdapat nyeri lepas pada Mc.Berney, suara abdomen
tympani, tidak ada asites
 Pemeriksaan diagnostic
o Laboratorium
 Hemoglobin: 13.9 g/dL (13.0 – 18.0)
 Leukosit: 8.7 10^3/uL (4.00 - 10.00)
 Eritrosit: 4.87 10^6/uL (4.50 – 6.20)
 Hematokrit: 40 % (40.0 – 54.0)
 Trombosit: 278 10^3/uL (150 - 450)
 Elektrolit darah Kalsium (ion) 1.40 mmol/L (1.12 –
1.32)
 Natrium 134 mmol/L (136-146)
 Kalium 3.8 mmol/L (3.5 – 5.1)
 SGOT (AST) 16 U/L (<= 40)
 SGPT (ALT) 40 U/L (<= 41)
 Ureum darah 32.9 mg/dL (16.6-48.5)
o USG
Sugestif Appendiksitis Acute

2. Diagnosa keperawatan
 Nyeri akut b.d Agen pencedera Fisiologis (inflamasi appendicitis).
 Ansietas b.d kurang terpapar informasi.

3. Perencanaan keperawatan

No Diagnosa Tujuan & kriteria hasil Intervensi


1 Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan tindakan Manajemen nyeri
dengan agen pencedera keperawatan selama 1x8 jam Observasi

14
fisiologi (inflamasi diharapkan tingkat nyeri 1. Identifikasi lokasi
appendicitis). dapat menurun dengan ,karakteristik, durasi,
Kriteria Hasil : frekuensi, kulaitas
1. Keluhan nyeri menurun. nyeri, skala nyeri,
2. Meringis menurun intensitas nyeri
3. Sikap protektif menurun. 2. Identifikasi respon
4. Gelisah menurun. nyeri non verbal.
3. Identivikasi factor yang
memperberat dan
memperingan nyeri.
Terapeutik
1. Berikan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri.
2. Fasilitasi istirahat dan
tidur.
3. Kontrol lingkungan
yang memperberat rasa
nyeri.
Edukasi
1. Jelaskan strategi
meredakan nyeri
2. Ajarkan teknik non
farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
analgetik jika perlu
2 Ansietas berhubungan Setelah dilakukan tindakan Reduksi ansietas
dengan kurang terpapar keperawatan selama 1x8 jam Observasi
informasi tingkat ansietas menurun 1. Identivikasi saat
dengan Kriteria Hasil : tingkat ansietas
1. Verbalisasi kebingungan berubah.

15
menurun. 2. Monitor tanda tanda
2. Verbalisasi khawatir ansietas verbal non
akibat menurun. verbal.
3. Prilaku gelisah menurun. 3. Temani klien untuk
4. Prilaku tegang menurun mengurangi kecemasan
jika perlu.
4. Dengarkan dengan
penuh perhatian.
5. Gunakan pendekatan
yang tenang dan
meyakinkan.
6. Jelaskan prosedur,
termasuk sensasi yang
mungkin dialami.
7. Anjurkan keluarga
untuk tetap bersama
klien, jika perlu.
8. Anjurkan
mengungkapkan
perasaan dan persepsi.
9. Latih teknik relaksasi.
10. Kolaborasi pemberian
Kolaborasi
11. obat antiansietas jika
perlu.

4.Evaluasi keperawatan
1) Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik (Prosedur
oprasi).
 S:
o P: klien mengatakan nyeri saat bergerak
o Q:klien mengatakan nyeri seperti tertusuk –tusuk

16
o R:klien mengatakan nyeri dibagian perut menjalar ke
belakang
o S: skala nyeri 6 dilihat dari raut muka klien
o T:nyeri di rasa terus menerus
- Klien mengatakan nyeri sedikit berkurang
 O:
o klien tampak meringis
o KU : Sedang, kesadaran compos mentis
o TD : 130/90 mmHg
o Nadi :98x/menit
o Suhu : 36,8 OC
o RR:22x/menit
 A : Masalah teratasi sebagian
 P : Intervensi dihentikan (klien operasi)

2) Ansietas berhubungan dengan kurang terpapar informasi


 S:
o klien merasa khawatir karena akan di operasi
o klien mengatakan paham atas penjelasan mahasiswa
o keluarga klien mengatakan selalu menjaga klien setiap
saat
o klien mengatakan khawatirnya berkurang
 O:
o klien tampak gelisah
o klien tampak tegang
o klien tampak mempraktikkan teknik nafas dalam
 A : Masalah teratasi sebagian
 P : intervensi dihentikan (klien operasi)

BAB III

PENUTUP

17
A. Kesimpulan
Appendisitis adalah peradangan pada apendiks vermiformis dan
merupakan penyebab nyeri abdomen akut yang paling sering. Penyakit ini
menyerang semua umur baik laki-laki maupun perempuan, tetapi lebih sering
menyerang laki-laki berusia 10 sampai 30 tahun dan merupakan penyebab
paling umum inflamasi akut pada kuadran bawah kanan dan merupakan
penyebab paling umum untuk bedah abdomen darurat (Smeltzer & Bare,
2013).
Appendisitis adalah kondisi dimana infeksi terjadi di umbai cacing. Dalam
kasus ringan dapat sembuh tanpa perawatan, tetapi banyak kasus memerlukan
laparotomi dengan penyingkiran umbai cacing yang terinfeksi (Anonim, 2007
dalam Docstoc, 2010).
B. Saran
1. Saran Bagi Mahasiswa
Bagi system keilmuan khususnya bagi ilmu keperawatan
diharapkan dapat meningkatkan ketersediaan teori-teori mengenai asuhan
keperawatan pada klien dengan apendisitis. Hal ini diharapkan dapat
menjadi sumber informasi untuk dijadikan pedoman bagi pelaksanaan
asuhan keperawatan apendisitis dan bermanfaat untuk meningkatkan mutu
pelayanan keperwatan dimasa yang akan datang.
2. Saran Bagi Pelayanan
Diharapkan dalam perawatan apendisitis perawat dapat
mengembangkan keterampilan kliniknya dalam melakukan asuhan
keperawatan. Pihak manajemen rumah sakit diharapkan juga terus
memfasilitasi pelaksanaan asuhan keperawatan dengan sarana dan
prasarana yang memadai, dan terus mendukung keterampilan perawat
dengan meningkatkan aktivitas pelatihan dan kegiatan-kegiatan ilmiah
lainnya yang dapat diikuti perawat secara berjunjung dan
berkesinambungan.

DAFTAR PUSTAKA

18
file:///C:/Users/ZIKRI/Downloads/KTI%20ERWIN%20HIDAYAT.pdf

file:///C:/Users/ZIKRI/Downloads/4.%20BAB%20II.pdf

http://repository.poltekkes-kdi.ac.id/1462/6/BAB%20V.pdf

19

Anda mungkin juga menyukai