Dosen Pembimbing:
Retno Indrawati. S.kep.,M.kep.
Disusun Oleh:
Small Group Discussion 4 Kelas A1 2016
Puji dan syukur penyusun panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa berkat
rahmat serta hidayah-Nya penyusun dapat menyelesaikan salah satu tugas mata
kuliah Keperawatan Gerontik ini pada program S1 Pendidikan Ners Universitas
Airlangga dengan baik. Penyusun juga mengucap terimakasih kepada dosen mata
kuliah Keperawatan Gerontik, Ibu Retno Indrawati. S.kep.,M.kep. atas bimbingan
yang telah diberikan selama perkuliahan.
Harapan penyusun, semoga makalah ini dapat memberikan ilmu dan
pengetahuan yang lebih kepada pembaca. Semoga makalah ini dapat bermanfaat
pula dalam bidang keperawatan khususnya bagi proses pembelajaran Keperawatan
Gerontik.
Makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu, kritik dan saran yang
bersifat membangun sangat penyusun harapkan untuk perbaikan baik dari segi
materi maupun teknik penulisan.
Penulis
DAFTAR ISI
COVER ................................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii
BAB 1 PENDAHULUAN ......................................................................................4
1.1. Latar Belakang .............................................................................................4
1.2. Rumusan Masalah ........................................................................................4
1.3. Tujuan...........................................................................................................8
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ...........................................................................13
2.1. Gangguan Panca Indera ..............................................................................15
2.1.1. Penglihatan .........................................................................................13
2.1.2. Pendengaran ........................................................................................14
2.1.3. Pengecap dan Penciuman ...................................................................15
2.1.4. Peraba .................................................................................................15
2.2. Gangguan Komunikasi ...............................................................................15
2.3. Gangguan Daya Pulih.................................................................................15
2.4. Gangguan Kognitif .....................................................................................15
BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA .........................................16
3.1. Pengkajian ..................................................................................................16
3.2. Analisa Data ...............................................................................................16
3.3. Diagnosa Keperawatan ...............................................................................16
3.4. Intervensi Keperawatan ..............................................................................19
3.5. Evaluasi Keperawatan ................................................................................20
SKENARIO ROLEPLAY ...................................................................................16
BAB 4 PENUTUP.................................................................................................16
4.1. Kesimpulan .................................................................................................16
4.2 Saran ............................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................29
BAB 1
PENDAHULUAN
1.3. Tujuan
1. Tujuan Umum
Tujuan penulisan makalah ini untuk mengetahui bagaimana perubahan dan
berbagai masalah yang terjadi pada lansia
2. Tujuan Khusus
a. Menjelaskan konsep gangguan panca indra, komunikasi, daya pulih
dan kulit pada lansia
b. Menjelaskan konsep gangguan kognitif pada lansia
c. Mengetahui asuhan keperawatan pada pasien lansia
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1. Penglihatan
A. Katarak
1. Definisi
Katarak adalah kekeruhan pada serabut dan bahan lensa yang berada
di dalam kapsul lensa. Katarak umumnya terjadi karena proses penuaan
pada setiap individu yang berusia di atas 65 tahun (Muttaqin, 2009).
2. Etiologi
Menurut Tamsuri (2008) faktor penyebab katarak adalah fisik,
kimia, penyakit predisposisi, genetic dan gangguan perkembangan, infeksi
virus di masa pertumbuhan janin, dan penuaan.
3. Tanda dan Gejala
a. Kehilangan penglihatan secara bertahap dan tidak nyeri
b. Penglihatan baca yang buruk
c. Pandangan silau yang mengganggu dan penglihatan buruk pada sinar
matahari yang terang
d. Pandangan silau yang membutakan akibat lampu sorot mobil pada saat
mengemudi pada malam hari
e. Kemungkinan memiliki penglihatan yang baik pada cahaya yang redup
dibandingkan cahaya terang
f. Pupil berwarna putih susu
g. Area putih keabu-abuan di belakang pupil (dengan katarak lanjut)
(Stockslager & Schaeffer, 2007).
4. Penatalaksaan Medis
Penatalaksaan katarak dapat berupa ekstraksi lensa dengan
pembedahan dan implantasi lensa intraocular ntuk mengoreksi deficit
penglihatan adalah penanganan yang lazim dilakukan (Stockslager &
Schaeffer, 2007).
a. Ekstraksi katarak ekstrakapsuler
Prosedur ini meliputi pengambilan kapsul anterior, menekan
keluar nucleus lentis, dan mengisap sisa fragmen kortikal lunak
menggunakan irigasi dan alat hisap dengan meninggalkan kapsula
posterior dan zonula lentis tetap utuh.
b. Ekstraksi katarak intrakapsuler
Pengangkatan seluruh lensa sebagai satu kesatuan. Setelah
zonula dipisahkan lensa diangkat dengan cryoprobe, yang diletakkan
secara langsung pada kapsula lentis. Ketika cryoprobe diletakkan
secara langsung pada kapsula lentis, kapsul akan melekat pada probe.
Lensa kemudian diangkat secara lembut. Namun, saat ini pembedahan
intrakapsuler sudah jarang dilakukan.
5. Pemeriksaan Fisik
a. Ketajaman Penglihatan
Cara termudah mengkaji penglihataan jarak dekat adalah
dengan meminta klien membaca materi yang dicetak dibawah
pencahayaan yang adekuat. Jika klien memakai kacamata, kacamata
dipakai saat pemeriksaan.
b. Gerakan Ekstraokuler
Meminta klien untuk menatap kekiri dan kekanan,atau minta
klien duduk dan perawat mengangkat jari pada jarak (15-30 cm)lalu
pasien mengikuti gerakan jari hanya dengan mata.
c. Lapang Pandang
Pada saat seseorang memandang lurus kedepan,semua benda
dibagian tepi normalnya dapat terlihat tanpa mata bergerak mengikuti
benda (pandangan lurus).
d. Stuktur Mata Eksterna
1) Posisi dan kesejajaran mata: adakah tonjolan (eksoftalamus), tumor
atau inflamasi
2) Alis: Simetris, distribusi rambut
3) Kelopak mata: posisi,warna, kondisi permukaan, kondisi dan arah
bulu mata, kemampuan klien untuk meembuka,menutup dan
berkedip.
4) Aparatus Laktrimal
Inspeksi : adanya edema atau kemerahan
Palpasi : normalnya tidak teraba
5) Konjungtiva dan sclera
konjungtiva : kemerahan
sclera : putih
6) Kornea : bagian mata yang transparan, tidak berwarna,
menutupi pupil dan iris.
7) Pupil dan iris
Pupil normal: hitam, bulat, regular, sama ukurannya
Iris: jernih
PERRLA (pupil sama, bulat, reaktif terhadap cahaya dan
akomodasi)
6. Pemeriksaan Penunjang
a. Oftalmoskopi tidak langsung menunjukkan area gelap di reflex merah
yang normalnya homogeny
b. Pemeriksaan sit-lamp memastikan diagnosis kekeruhan mata
c. Pemeriksaan ketajaman penglihatan memastikan derajat kehilangan
penglihatan (Stockslager & Schaeffer, 2007).
7. Diagnosa
a. Kecemasan b.d kehilangan penglihatan total yang disebabkan oleh
katarak yang tidak ditangani.
Kriteria hasil tindakan: pasien akan menyatakan bahwa ia merasa
cemasnya berkurang dan tidak menunjukkan tanda dan gejala cemas
berlebih.
b. Risiko cedera b.d penuruan penglihatan yang disebabkan oleh katarak
Kriteria hasil tindakan: pasien akan tetap terbebas dari cedera
c. Gangguan persepsi sensori (penglihatan) b.d penurunan kemampuan
untuk melihat dengan sesuai sebagai akibat katarak
Kriteria hasil tindakan: pasien akan mendapatkan kembali penglihatan
yang hilang dengan terapi (Stockslager & Schaeffer, 2007).
2.1.2. Pendengaran
A. Presbikusis
1. Definisi
Presbikusis juga dikenal sebagai kehilangan pendengaran
neurosensory, senil, atau progresif, yang ditandai dengan disfungsi unsur
sensori telinga simetris (sel-sel rambut) atau struktur telinga (serat saraf
koklear). Presbikusis biasanya menghalangi suara frekuensi tinggi, tetapi
tidak mengganggu pemahaman bicara sampai gangguan ini menghalangi
suara frekuensi tinggi tersebut yang tidak dapat membedakan konsonan.
Terdapat empat tipe presbikusis, yang terjadi pada lansia adalah
presbikusis neural. Presbikusis neural terjadi karena kehilangan neuron
tanpa kehilangan organ korti.
2. Etiologi
Penyebab presbikusis masih belum dapat diketahui pasti, tetapi
insiden kehilangan pendengaran sensorineural meningkat seiring
pertambahan usia.
a. Terpajan suara bising
b. Diet tinggi kolesterol
c. Hipertensi
d. Factor-faktor metabolic
e. Herediter
3. Tanda dan Gejala
a. Sulit memahami orang yang berbicara dengan suara bernada tinggi
b. Sulit mendengar percakapan dalam kelompok besar atau pada tempat
dengan banyak suara latar yang bising
c. Sulit membedakan bunyi “s” dan “th”
d. Menganggap bicara orang lain seperti bergumam atau tidak jelas
e. Tinnitus pada satu atau kedua telinga
4. Penatalaksanaan Medis
Penggunaan alat bantu dengar, yang dapat meningkatkan volume
suara yang dihantarkan ke organ pendengaran. Alat bantu dengar tersedia
dalam berbagai bentuk:
a. Alat bantu di belakang telinga, digunakan ketika kehilangan
pendengaran ringan sampai sedang, mudah untuk disembunyikan,
nyaman untuk dipakai dan tidak menggunakan kabel yang panjang.
b. Alat bantu di dalam telinga dipasangkan langsung ke dalam saluran
telinga dan dikosongkan oleh telinga luar.
c. Alat bantu yang terbuat dari kaca juga digunakan untuk kehilangan
pendengaran ringan sampai sedang.
d. Alat bantu dengar yang dipasang dalam tubuh, mikrofon, amplifier, dan
baterai terletak dalam satu tempat, yang menempel di pakaian atau
dibawa dalam sebuah kantong.
e. Implan koklear dapat bermanfaat bagi individu yang menderita tuli
berat.
5. Pemeriksaan Penunjang
Audiometri nada murni adalah uji pasti untuk kehilangan
pendengaran neurosensory. Pemeriksaan ini juga membantu
mengidentifikasi tipe presbikusis. Presbikusis neural menyebabkan
kehilangan mendadak pada suara frekuensi tinggi tetapi dan buruk dalam
membedakan kata-kata.
6. Diagnosa
a. Gangguan persepsi sensori (audiotorik) yang b.d kehilangan
pendengaran
b. Ansietas yang b.d penurunan pendengaran
2.1.3. Pengecap dan Penciuman
A. Xerostomia
1. Definisi
Salah satu keluhan di rongga mulut adalah mulut kering atau
Xerostomia. Dimana keadaan tersebut berhubungan dengan berkurangnya
aliran saliva disertai dengan perubahan komposisi saliva.
2. Etiologi
Mulut kering dapat disebabkan oleh berbagai faktor. Contohnya
pada keadaan – keadaan seperti:
a. Radiasi daerah leher dan kepala
b. Gangguan lokal pada kelenjar saliva
c. Efek samping obat – obatan
d. Kelainan syaraf
e. Dehidrasi, demam, diare, diabetes, gagal ginjal.
f. Stress
g. Usia
h. Bernafas melalui mulut.
3. Tanda dan Gejala
Efek dari sensasi mulut kering atau xerostomia adalah:
a. Nyeri tenggorokan.
b. Plak pada gigi meningkat, kerusakan gigi.
c. Gangguan proses menelan dan menelan.
d. Kesulitan untuk berbicara sehingga artikulasi menjadi tidak jelas.
e. Berkurangnya sensasi pengecapan.
4. Penangaan Medis
Terapi yang diberikan berdasarkan berat ringannya keluhan mulut
kering. Jika keluhan bersifat ringan pasien dapat dianjurkan untuk
berkumur atau mengunyah permen karet. Jika keluhan sifatnya berat dapat
digunakan zat perangsang saliva dan zat pengganti saliva tetapi obat
perangsang saliva tersebut hanya dapat berfungsi jika kelenjar saliva masih
aktif. Jika dikarenakan obat maka dianjurkan untuk mengganti obat
tersebut sebelumnya harus konsultasi kepada dokter. Untuk pengobatan
pada mulut kering biasanya dianjurkan untuk menghilangkan gejalanya
seperti:
a. Minum air putih yang banyak.
b. Jika mengunyah permen karet usahakan yang bebas gula.
c. Gunakan obat kumur yang tidak mengandung alkohol.
d. Menghindari makanan yang terlalu asin, makanan ringan, juga
makanan dan minuman yang mengandung kadar gula tinggi.
e. Menghindari merokok.
5. Pemeriksaan Penunjang
Xerostomia harus dipertimbangkan jika pasien mengeluh mulut
kering, terutama pada waktu malam, atau kesulitan ketika makan makanan
kering. Pada pemeriksaan rongga mulut, indikator yang digunakan untuk
menentukan terjadinya xerostomia adalah, apabila diletakkan spatel yang
kering di mukosa bukal, spatel lengket di mukosa tersebut sewaktu
dialihkan. Pada wanita, “tanda gincu” yaitu, gincu lengket pada gigi depan
merupakan indikator terjadinya xerostomia. Selain itu, xerostomia juga
dapat dievaluasi dengan melakukan test uji wafer.
6. Diagnosa
a. Gangguan persepsi sensori (gustastori) yang b.d penurunan produksi
saliva
b. Gangguan membrane mukosa mulut yang b.d xerostomia
2.1.4. Peraba
A. Dermatitis Seroboik
1. Definisi
Dermatitis seboroik merupakan kelainan inflamasi kronik kulit
kepala yang mengalami remisi dan eksaserbasi dengan area seboroik
tempat predileksi (Arif Muttaqin & Kumala Sari, 2011).
2. Etiologi
Etiologi dari penyakit ini masih belum diketahui pasti. Factor
predisposisinya adalah kelainan konstitusi berupa status seboroik di dapat
secara genetic, keadaan psikologi (stress), prubahan hormone, personal
hygiene, dan keringat yang berlebihan. Dermatitis ini lebih sering
menyerang daerah-daerah yang mengandung glandula sebasea. Salah satu
factor predisposisi adalah pertumbuhan jamur pityrosporum ovale pada
kulit kepala ditemukan pada daerah seboroik pada tubuh yang kaya akan
lipid sebasea, mengakibatkan reaksi imun tubuh terhadap sel jamur di
permukaan kulit sehingga terjadi inflamasi, akibat produk metabolitnya
yang masuk kedalam epidermis maupun karena sel jamur itu sendiri
melalui aktivasi sel limfosit T dan pulau langerhans.
3. Tanda dan Gejala
a. Adanya tanda-tanda radang akut kenaikan suhu tubuh, kemerahan, dan
gangguan fungsi kulit.
b. Lesi berupa eritema, dengan sisik-sisik yang beminyak agak
kekuningan dengan rasa gatal yang ringan.
c. Bentuk paling ringan adalah pitiriasis sika (ketombe, dandruff) yang
hanya mengenai kulit kepala berupa skuama halus dan kasar, banyak
pada remaja. Bentuk yang berminyak disebut pitiriasis steatoides, dapat
disertai eritema dan krusta tebal.
d. Pada bentuk yang berat terdapat bercak-bercak berskuama dan
berminyak, disertai eksudasi dan krusta tebal. Sering meluas ke dahi,
glabela, telinga posaurikular, dan leher.
e. Pada bentuk yang lebih berat, seluruh kepala tertutup krusta kotor dan
berbau tidak sedap. Pada bayi, skuama yang kekuningan dan kumpulan
debris epitel yang lekat pada kulit disebut cradle cap.
4. Penangaan Medis
Penatalaksanaan yang dapat di lakukan sebagai berikut:
a. Penatalaksanaan farmakologis
1) Sistemik: dapat diberikan antihistamin ataupun sedatif. Pada
keadaan yang berat dapat diberikann kortikosteroid sistemik
(prednisolon 20-30mg sehari).
2) Topikal: pada pitiriasis sika dan oleosa, 2-3 kali/ minggu kulit kepala
dikeramasi selama 5-15 menit, dengan selenium sulfida dalam
bentuk sampo atau losio, krim.
b. Penatalaksanaan non-farmakologis
1) Bila dermatitis seboroik berat, pencucian kulit kepala setiap hari
akan mempercepat penyembuhan dan di biarkan selama 5 hingga 10
menit. Lesi kulit kepala sebaiknya dikendalikan dengan shampo anti
seboroik (selenium sulfid, sulfur, asam salisilat, seng pirition, tar).
2) Penting juga untuk menghindari kelelahan, keringat berlebihan dan
stres emosional. Selain itu, kebersihan pribadi sangat perlu untuk
dijaga.
3) Secara umum, terapi bekerja dengan prinsip mengontrol, bukan
menyembuhkan, yakni dengan membersihkan dan menghilangkan
skuama dan krusta, menghambat kolonisasi jamur, mengkontrol
infeksi sekunder dan mengurangi eritema dan gatal.
4) Hindari kebiasaan menggaruk atau menggosok bagian yang gatal.
5. Pemeriksaan Penunjang
a. Kultur jamur dan kerokan kulit amat bermanfaat untuk menyingkirkan
tinea kapitis maupun infeksi yang disebabkan kuman lainnya.
b. Pemeriksaaan yang dapat dilakukan pada pasien dermatitis seboroik
adalah pemeriksaan histopatologi. Gambaran histopatologi bergantung
pada stadium penyakit: akut, subakut, atau kronis.
c. Pemeriksaan serologis untuk menyingkirkan dermatitis atopic.
6. Diagnosa
a. Kerusakan integritas kulit b.d kerusakan lapisan kulit
b. Gangguan rasa nyaman: nyeri kronis b.d agen cedera
c. Gangguan citra tubuh b.d penampakan kulit yang tidak baik.
2.2. Gangguan Daya Pulih
A. Demensia
1. Definisi
Istilah demensia itu berasal dari bahasa asing emence yang pertama
kali dipakai oleh Pinel (1745 - 1826). Pikun sebagaimana orang awam
mengatakan merupakan gejala lupa yang terjadi pada orang lanjut usia.
Pikun ini termasuk gangguan otak yang kronis. Biasanya (tetapi tidak
selalu) berkembang secara perlahan-lahan, dimulai dengan gejala depresi
yang ringan atau kecemasan yang kadang-kadang disertai dengan gejala
kebingungan, kemudian menjadi parah diiringi dengan hilangnya
kemampuan intelektual yang umum atau demensia. Jadi istilah pikun yang
dipakai oleh kebanyakan orang, terminologI ilmiahnya adalah demensia.
(Schaei & Willis, 1991). Jabaran demensia sekarang adalah "kehilangan
kemampuan kognisi yang sedemikian berat hingga mengganggu fungsi
sosial dan pekerjaan". (dalam Kusumoputro, 2006).
2. Etiologi
Penyebab demensia yang reversibel sangat penting untuk diketahui,
karena dengan pengobatan yang baik penderita dapat kembali menjalankan
hidup sehari-hari yang normal. Keadaan yang secara potensial reversibel
atau bisa dihentikan yaitu:
a. Endokrinopati (penyakit Addison, sindroma Cushing, Hiperinsulinisme,
Hipotiroid, Hipopituitari, Hipoparatiroid, Hiperparatiroid)
b. Gagal hepar, gagal ginjal, dialisis, gagal nafas, hipoksia, uremia kronis,
gangguan keseimbangan elektrolit kronis, hipo dan hiperkalsemia, hipo
dan hipernatremia, hiperkalemia.
c. Lesi desak ruang
d. Hirdosefalus bertekanan normal
e. Penyakit degeneratif progresif
3. Macam-macam demensia
a. Demensia Alzheimer
b. Demensia Vaskular
Suatu sindrom demensia dengan perjalanan deteriorasi atau kemunduran yang
bertahap yang disebabkan oleh penyakit degeneratif serebrovaskular dengan
mekanisme patogenesis yang bermacam-macam seperti infark multipel, infark
tunggal dengan lokasi yang strategis, small vessel disease, hipoksia-iskemia
jaringan otak dengan kemunduran kognitif mulai dari yang ringan sampai paling
berat, tanpa harus disertai gangguan memori yang menonjol.
Kasus
Ny. S usia 80 berada di panti Werdha Surakarta sejak 1,5 tahun yang lalu.
Ny. S dititipkan di panti Werdha agar tetap terurus dikarenakan keluarga akan
tinggal diluar kota. Ny S sebelumnya merupakan petani yang sangat rajin. Saat ini
kondisi fisik Ny.S melemah akibat mengalami gangguan memori. Ny. S sering lupa
dengan kegiatan yang telah dilakukannya seperti lupa arah jalan pulang apabila
sedang bepergian, lupa jika sudah mandi dan makan. Ny.S juga sering tersinggung
dan mudah marah. Saat pengkajian di dapatkan bahwa TD : 145/79 MmHg, S :
37,5oC, RR : 25 x/menit, N : 80x/menit. Selain itu, klien mempunyai tubuh yang
kurus dan mengalami penurunan nafsu makan, biasanya klien hanya makan 1-
2x/hari dan fungsi mengunyah kurang baik. Klien tampak mengalami kaku sendi
saat berjalan dengan menggunakan tongkat sehingga klien berjalan dengan hati
hati. . Beberapa bulan yang lalu klien sudah berobat ke dokter dan di diagnosa
dokter bahwa Ny.S mengalami demensia.
Pengkajian
FORMAT PENGKAJIAN LANSIA
ADAPTASI TEORI MODEL CAROL A MILLER
1. IDENTITAS KLIEN :
Nama : Ny. S
Umur : 80 tahun
Agama : Islam
2. DATA KELUARGA :
Nama : Tn. D
Hubungan : Anak
Pekerjaan : Petani
Alamat : Kalisari
Telp : 086509900990
Obat-obatan : -
4. AGE RELATED CHANGES (PERUBAHAN TERKAIT PROSES
MENUA) :
FUNGSI FISIOLOGIS
1. Kondisi Umum
Ya Tidak
Kelelahan : V
Perubahan BB : V
Perubahan nafsu : V
makan
Masalah tidur : V
Kemampuan ADL : V
2. Integumen
Ya Tidak
Lesi / luka : V
Pruritus : V
Perubahan pigmen : V
Memar : V
Ya Tidak
Perdarahan abnormal : V
Anemia : V
4. Kepala
Ya Tidak
Sakit kepala : V
Pusing : V
5. Mata
Ya Tidak
Perubahan penglihatan : v
Pakai kacamata : V
Kekeringan mata : V
Nyeri : V
Gatal : V
Photobobia : V
Diplopia : V
Riwayat infeksi : V
6. Telinga
Ya Tidak
Penurunan pendengaran : v
Discharge : V
Tinitus : V
Vertigo : V
Riwayat infeksi : V
7. Hidung sinus
Ya Tidak
Rhinorrhea : V
Discharge : V
Epistaksis : V
Obstruksi : V
Snoring : V
Alergi : V
Riwayat infeksi : V
8. Mulut, tenggorokan
Ya Tidak
Nyeri telan : V
Kesulitan menelan : V
Lesi : V
Perdarahan gusi : V
Caries : V
Perubahan rasa : V
Gigi palsu : V
Riwayat Infeksi : V
9. Leher
Ya Tidak
Kekakuan : V
Nyeri tekan : V
Massa : V
10. Pernafasan
Ya Tidak
Batuk : V
Nafas pendek : V
Hemoptisis : V
Wheezing : V
Asma : -
11. Kardiovaskuler
Ya Tidak
Chest pain : V
Palpitasi : V
Dipsnoe : V
Paroximal nocturnal : V
Orthopnea : V
Murmur : V
Edema : V
KETERANGAN : Tidak ditemukan masalah
12. Gastrointestinal
Ya Tidak
Disphagia : V
Nausea / vomiting : V
Hemateemesis : V
Massa : V
Jaundice : V
Melena : V
Hemorrhoid : V
KETERANGAN : Sehari 1x
13. Perkemihan
Ya Tidak
Dysuria : v
Frekuensi : v
Hesitancy : v
Urgency : v
Hematuria : v
Poliuria : v
Oliguria : v
Nocturia : v
Inkontinensia : v
Nyeri berkemih : v
Ya Tidak
Lesi :
Disharge :
Testiculer pain :
Testiculer massa :
Impotensi :
Reproduksi (perempuan)
Lesi : v
Discharge : v
Postcoital bleeding : v
Nyeri pelvis : v
Prolap : v
Riwayat menstruasi :
Aktifitas seksual : v
Pap smear : v
15. Muskuloskeletal
Ya Tidak
Nyeri Sendi : v
Bengkak : v
Kaku sendi : v
Deformitas : V
Spasme : V
Kram : V
Kelemahan otot : v
Nyeri punggung : V
Pola latihan : -
Ya Tidak
Headache : v
Seizures : v
Syncope : v
Tic/tremor : v
Paralysis : v
Paresis : v
Masalah memori : v
Cemas : v
Depresi : v
Ketakutan : v
Insomnia : v
Kesulitan dalam : v
mengambil keputusan
Kesulitan konsentrasi : v
Spiritual
6. LINGKUNGAN :
1. Kemampuan ADL
Tingkat kemandirian dalam kehidupan sehari-hari (Indeks Barthel)
Skor
No. Item yang dinilai Skor
Klien
1. Makan
0 = Tidak mampu
1 = Butuh bantuan memotong lauk, 1
mengoles mentega dll
2 = Mandiri
2. Mandi 0 = Tergantung orang lain 1
1 = Mandiri
3. Perawatan diri 0 = Membutuhkan bantuan orang lain
1 = Mandiri dalam perawatan muka, 0
rambut, gigi, dan bercukur
4. Berpakaian
0 = Tergantung orang lain
1 = Sebagian dibantu (misal 1
mengancing baju)
2 = Mandiri
5. Buang air kecil 0 = Inkontinensia atau pakai kateter dan
tidak terkontrol
1 = Kadang Inkontinensia (maks, 1x24
2
jam)
2 = Kontinensia (teratur untuk lebih
dari 7 hari)
6. Buang air besar 0 = Inkontinensia (tidak teratur atau
perlu enema)
1 = Kadang Inkontensia (sekali 2
seminggu)
2 = Kontinensia (teratur)
7. Penggunaan toilet 0 = Tergantung bantuan orang lain
1 = Membutuhkan bantuan, tapi dapat
1
melakukan beberapa hal sendiri
2 = Mandiri
8. Transfer 0 = Tidak mampu
1 = Butuh bantuan untuk bisa duduk (2
orang) 2
2 = Bantuan kecil (1 orang)
3 = Mandiri
9. Mobilitas (berjalan di 0 = Immobile (tidak mampu)
permukaan datar) 1 = Menggunakankursi roda 3
2 = Berjalan dengan bantuan satu orang
3 = Mandiri (meskipun
menggunakanalat bantu
seperti,tongkat)
10. Naik turuntangga 0 = Tidak mampu
1 = Membutuhkan bantuan (alat bantu) 1
2 = Mandiri
Total 14
Interpretasi:
a. Skor 20 : Mandiri
b. Skor 12-19 : Ketergantungan Ringan
c. Skor 9-11 : Ketergantungan Sedang
d. Skor 5-8 : Ketergantungan Berat
e. Skor 0-4 : Ketergantungan Total
(Lewis, Carole & Shaw, Keiba, 2006)
Jawaban :
1) 93 2) 86 3) 79 4) 72 5) 65
ATAU
Klien menjawab :
Ada..................................................
..
3. Tes Keseimbangan
Time Up Go Test
No Tanggal Pemeriksaan Hasil TUG (detik)
Interpretasi hasil:
Apabila hasil pemeriksaan TUG menunjukan hasil berikut:
≤13,5 detik Tidak ada resiko jatuh
Skrining Skor
0 = Penurunan BB >3 kg 2
1 = Tidak diketahui
2 = Penurunan BB 1-3 kg
C Mobilitas
0 = Ya 2
2 = Tidak
E Mengalami gangguan neuropsikologis
0 = IMT < 19 2
1 = IMT 19-21
2 = IMT 21-23
3 = >23
0 = jika < 31
3 = jika > 31
Skor : 9
Interpretasi:
12-14 : Status gizi normal
8-11 : Resiko mengalami malnutrisi
0-7 : Mengalami malnutrisi
6. Fungsi sosial lansia
APGAR KELUARGA DENGAN LANSIA
Alat Skrining yang dapat digunakan untuk mengkaji fungsi sosial lansia
NO URAIAN FUNGSI SKORE
1. Saya puas bahwa saya dapat kembali pada ADAPTATION 2
keluarga (teman-teman) saya untuk membantu
pada waktu sesuatu menyusahkan saya
2. Saya puas dengan cara keluarga (teman- PARTNERSHIP 2
teman)saya membicarakan sesuatu dengan saya
dan mengungkapkan masalah dengan saya
3. Saya puas dengan cara keluarga (teman-teman) GROWTH 2
saya menerima dan mendukung keinginan saya
untuk melakukan aktivitas / arah baru
4. Saya puas dengan cara keluarga (teman-teman) AFFECTION 2
saya mengekspresikan afek dan berespon
terhadap emosi-emosi saya seperti marah,
sedih/mencintai
5. Saya puas dengan cara teman-teman saya dan RESOLVE 2
saya meneyediakan waktu bersama-sama
Kategori Skor: TOTAL 10
Pertanyaan-pertanyaan yang dijawab:
a. Selalu : skore 2
b. Kadang-kadang : 1
c. Hampir tidak pernah : skore 0
Intepretasi:
<3 = Disfungsi berat
4-6 = Disfungsi sedang
>6 = Fungsi baik
1. DS : Atropi Otak
1. Petugas panti
mengatakan Ny.S
Degenerasi neuron irreversible
sering
tersinggung dan
mudah marah
Demensia
2. Keluarga
mengatakan klien
sering lupa arah
Penurunan daya ingat
jalan pulang saat Kerusakan Memori
bepergian
Mudah lupa
DO :
1. Klien tampak
mengalami
gangguan memori
Kerusakan Memori
dan orientasi
2. Klien tampak
bingung
2. DS : Kelainan neurotransmitter
Keluarga Ketidakseimbangan
DO:
3. DS : Kelainan neurotransmitter
1. Petugas panti
mengatakan klien
Asetilkolin berkurang pada otak
mengalami kaku
sendi
DO :
Demensia
1. Klien terlihat Risiko Cedera
berjalan berhati-
hati dan Kelemahan anggota gerak
menggunakan
bantuan alat yaitu
tongkat
2. Klien tampak
Resiko cedera
sering mengalami
kaku sendi
3.2 Diagnosa
1. Kerusakan memori berhubungan dengan gangguan kognitif
Domain 5. Persepsi/Kognisi
Kelas 4. Kognisi
Kode 00131
2. Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh b.d faktor
biologis
Domain 2. Nutrisi
Kelas 1.makan
Kode 00002)
3. Risiko cedera berhubungan dengan gangguan kognitif dan psikomotor
Domain 11. Keamanan/Perlindungan
Kelas 2. Cedera Fisik
Kode 00035
3.3 Intervensi
1. Diskusikan dengan
1. Membantu memilih
keluarga dan pasien
alternatif pemenuhan
pentingnya intake nutrisi
nutrisi yang adekuat.
dan hal-hal yang
menyebabkan penurunan 2. Dengan menimbang berat
berat badan. badan dapat memantau
2. Timbang berat badan peningkatan dan penrunan
pasien jika memungkinan status gizi.
dengan teratur.
1.5. IMPLEMENTASI
Hari , No.
No. Jam Implementasi Paraf
Tanggal Dx
1. Senin, 1 08.00 Merangsang memori klien dengan mengulang pemikiran
25 terakhir klien.
Februari 08.15 Membantu klien untuk memperkenalkan terhadap
2019 waktu, tempat serta orang – orang disekitarnya.
08.30 Menstimulasi perkembangan klien degan melibatkan
aktivitas untuk meningkatkan pencapaian dan
pembelajaran dengan memenuhi kebutuhan klien.
08.45 Membantu klien menjalani aktvitas dan menghindari
kelupaan klien
09.00 Membantu klien untuk mengingat memorinya secara
perlahan.
09.15 Membantu pasien untuk mengulang informasi yang telah
perawat sampaikan.
09.30 Mengajak keluarga pasien untuk ikut serta dalam
perawatan klien dan membantu klien dengan dukungan
09.45 Menyiapkan klien untuk berinteraksi dengan
menggunakan kontak mata dan sentuhan yang sesuai.
10.00 Memberikan isyarat pada klien untuk memperkenalkan
kejadian – kejadian secara mendasar
10.15 Membantu klien dalam mengolah kemampuan berfikir
dengan menggunakan media televise dan radio.
2. Senin, 2 08.00 Mengkaji status nutrisi pasien
25
08.15 Menjaga kebersihan muut, menganjurkan klien untuk
Februari
2019 selalu melakukan oral hygiene
08.30 Membanttu memenuhi nutrisi yang dibutuhkan klien
08.45 Memberikan informasi yang tepat terhadap pasien
tentang kebutuhan nutrisi yang tepat dan sesuai
09.00 Meganjurkan pasien untuk mengkonsumsi makanan
tinggi zat besi seperti sayuran hijau
09.15 Mendiskusikan dengan keluarga dan pasien pentingny
intake nutrisi dan hal – hal yang menyebabkan
penurunan berat badan.
09.30 Menimbang berat badan pasien jika memungkinkan
dengan teratur.
3. Senin, 3 12.00 Menyertakan anggota keluarga untuk memberi
25 dukungan pada klien
Februari 12.15 Mementukan jenis dan tingkat defisit kognitif dengan
2019 menggunakan alt pengkajian yang standart
12.30 Membantu klien melatih kognitif secara konsisten
12.45 Membina hubungan saling percaya antara perawat
dengan klien.
13.00
Memberikan pasien pakaian yang tidak mengekang dan
13.15 membuat pasien merasa nyaman.
Membantu pasien untuk menggunakan alas kaki yang
13.30 menfasilitasi pasien untuk berjalan dan mencegah
cedera.
Menyediakan tempat tidur yag rendah agar terhindar dari
13.45 risiko jatuh.
Menempatkan saklar posisi tempat tidur yang mudah
dijangkau pasien agar pasien tidak kesulitab menjangkau
saklar tempat tidur.
1.6. EVALUASI
Hari , No.
No. Jam Evaluasi Paraf
Tanggal Dx
1. Senin, 1 14.00 S : klien mengatakan sedikit bisa mengingat setelah
25 dibantu perawat untuk mengingat kembali.
Februari O : klien terlihat mampu membedakan tempat, nama –
2019 nama barang disekitarnya , serta nama perawat.
A : kerusakan memori belum teratasi
P : intervensi dilanjutkan
2. Senin, 2 14.00 : klien mengatakan sudah bisa makan walaupun sedikit
25
O : klien Nampak terlihat kurus , berat badan klien masih
Februari
2019 dibawah batas normal
A : ketidakseimbangan nutrisi masih kurang dari
kebutuhan tubuh
P : intervensi dilanjutkan
3. Senin, 3 14.00 S : pasien mengatakan bahwa pasien sudah mampu
25 untuk berhati – hati.
Februari O : lingkungan klien bersih dan jauh dari benda – benda
2019 yang menyebabkan cedera.
A : risiko cedera tidak terjadi
P : intervensi dilanjutkan
SKENARIO ROLEPLAY
Daftar Peran
1. Ny.Arina : Anak Ny.Sarijah
2. Tn.Doni : Suami Ny.Arina
3. Ny. Sarijah : Ibu Ny.A
4. Ny.Tinah : Teman di Panti
5. Ny.Painem : Teman di Panti
6. Ners Rani : Perawat 1
7. Ners Lina : Perawat 2
8. Ners Wina : Perawat 3
Pada suatu hari ada sebuah keluarga yang terdiri dari Ny.A (usia 48 tahun) dan
Tn. D (usia 50 tahun). Mereka tinggal bersama seorang lansia yang merupakan ibu
dari Ny P yang bernama Ny.S berusia 80 tahun. Suatu ketika Ny.A ingin menitipkan
ibunya ke Panti dikarenakan ingin tinggal diluar kota bersama anaknya.
Ny.A : Bu, saya mau belanja sayur ke supermarket. Saya tinggal dulu ya
bu, jangan kemana-mana.
Ny.S : Saya takut dirumah sendiri, aku ikut ya nak.
Ny.A : Yasudah tapi ibu mandi dulu ya.
Ny.S : Ibu tadi sudah mandi nak.
Ny.A : Ibu itu belum mandi bu, daritadi masih menonton tv.
Ny.S : Yaudah ibu mandi dulu nak.
Selesai mandi kemudian mereka berangkat ke supermarket dengan menaiki
mobil. Beberapa menit kemudian mereka telah sampai di supermarket.
Ny.A : Ibu pengen dimasakin apa?
Ny.S : Sayur sop nak, seperti yang kemarin itu loh.
Ny.A : Seperti kemarin? Kemarin bukan sop bu, tapi tempe goreng.
Ny.S : Sekarang ibu pengen dimasakin sop nak
Ny.A : Yasudah sekarang cari wortelnya disini bu. Nanti untuk lauk
ikannya disana ya bu.
Ny.S : Iya nak.
Tiba-tiba ketika Ny.A mencari wortel, Ny.S berinisiatif untuk mencari lauk
pauknya. Ketika menuju tempat lauk pauknya, Ny.S lupa dengan apa yang ingin
dibeli sehingga Ny.S ingin menanyakan kembali yang ingin dibeli. Namun, ia lupa
akan keberadaan Ny.A sehingga ia tidak sadar sudah berada diluar Supermarket.
Setelah Ny.A berbelanja, ia baru sadar Ny.A tidak ada di lokasi. Kemudian
Ny.A panik dan langsung menelpon sang suami Tn.D.
Ny.A : Pak, saya tadi sama ibu ke supermarket tapi tiba-tiba waktu saya
selesai cari sayuran itu ibu tidak ada ditempat. Saya bingung harus
mencari kemana.
Tn.D : Loh kok bisa sih ibu tidak ada?
Ny.A : Tidak tau pak, tadi saya terlalu focus mencari sayuran sampai tidak
memperhatikan ibu.
Tn.D : Yasudah sekarang bapak siap-siap kesana mencari ibu, siapa tau
melihat ibu dijalan.
Ny.A : Iya pak.
Kemudian Tn.D langsung bergegas untuk mencari Ny.S. Pada saat sampai di
pintu masuk, Tn.D melihat Ny.S di depannya. Lalu Tn.D menghubungi istrinya
untuk ke depan pintu masuk supermarket.
Tn.D : Halo bu
Ny.A : Halo pak, bagaimana sudah ketemu ibu?
Tn.D : Sudah. Saya melihat ibu sendirian di depan pintu masuk,
kebingungan. Sekarang saya sudah bersama ibu, saya tunggu di
pintu masuk supermarket.
Ny.A : Iya pak. Tunggu sebentar, habis ini saya kesana.
Tn.D : Iya bu.
Beberapa hari kemudian Ny.A dan Tn.D pergi ke panti bersama Ny.S. Setelah
sampai di Panti, mereka bertemu dengan seorang perawat
Perawat 1 : Selamat siang pak bu, ada keperluan apa bu?
Ny.P : Selamat siang ners, ini saya ingin menitipkan ibu saya dikarenakan
kami berdua akan tinggal diluar kota. Saya ingin ibu saya tetap
terurus akhirnya kami membawanya kesini.
Perawat 1 : Baiklah.
Kemudian melakukan pengkajian pada keluarga mereka. Keesokan harinya,
ada 2 perawat dan Ny.S berbincang-bincang bersama.
Perawat 1 : Assalamualaikum, Selamat pagi mbah.
Ny.S : Waalaikumsalam
Perawat 1 : Perkenalkan nama saya ners Rani, dan teman saya ners Lina. Kami
yang akan bertugas merawat mbah pagi ini, nama mbah siapa?
Ny.S : Nama saya Sarijah
Perawat 1 : Mbah senang dipanggil siapa?
Ny.S : Sari
Perawat 1 : Bagaimana kabar mbah sekarang?
Ny.S : Alhamdulillah baik, kalian siapa ya?
Perawat 1 : Baiklah mbah, tadi kan saya sudah memperkenalkan diri saya.
Disini saya akan mengulanginya lagi. Nama saya ners Rani, dan
teman saya ners Lina
Ny.S : Oh, yang ini Ners Lina, yang ini siapa ya?
Perawat 1 : Saya ners Rani
Ny.S : Ners Rani, Ners Lina (dengan menunjuk)
Perawat 1 : Iya mbah. Mbah disini tujuan kami ingin berbincang-bincang
mengenai aktivitas mbah sehari-hari.
Ny.S : Boleh
Perawat 2 : Mbah sudah mandi atau belum?
Ny.S : Belum sus, ini masih bau badan saya
Perawat 2 : Benarkah mbah? mbah belum mandi? coba di ingat-ingat.
Ny.S : Belum sus. Saya masih bau, berarti belum mandi sus.
Perawat 2 : Tadi sebelum mandi mbah pakai baju apa? Sekarang pakai baju
apa?
Ny.S : Tadi baju merah.
Perawat 2 : Sekarang pakai baju apa mbah?
Ny.S : Sekarang batik coklat. Oh iya saya lupa, saya sudah mandi.
Perawat 2 : Nah mbah sekarang ingat kalau mbah sudah mandi
Ny.S : Oh iya sus
Perawat 1 : Mbah sudah minum obat?
Ny.S : Belum sus
Perawat 1 : Coba saya lihat ya mbah. Ini mbah sudah minum obat tadi jam 7
pagi
Ny.S : Saya lupa sus, berarti saya sudah minum obat ya sus?
Perawat 1 : Lupa yam bah, tadi mbah sudah minum obat.
Perawat 2 : Setelah minum obat, mbah melakukan aktivitas apa sampai saat
ini?
Ny.S : Tadi saya sudah mandi, makan lalu minum obat sus.
Perawat 2 : Makan apa mbah?
Ny.S : Makan apa ya sus?
Perawat 2 : Yasudah mbah, kalau tidak ingat jangan dipaksa.
Kemudian perawat 2 mengajak berjalan mengitari Panti, lalu mereka bertemu
dengan 2 orang lansia dan perawat pun memperkenalkan mereka kepada Ny.S.
Akhirnya mereka memulai perbincangan.
Perawat 2: Mbah perkenalkan ini namanya mbah Painem dan ini namanya
mbah Tinah
Ny.S : (berjabat tangan), saya sarijah.
Ny.P : Kamu asalnya darimana?
Ny.S : Saya asalnya dari Tulungagung. Kamu?
Ny.P : Saya asalnya dari Mojokerto
Ny.S : Lah Tinah asalnya darimana?
Ny.T : Saya asalnya dari Jombang
Perawat 1: Wah pada ngapain nih?
Perawat 2: Wah ners rani sudah datang nih, saya tinggal dulu ya mbah
Ny.T : Ini loh mbah painem asalnya dari Mojokerto
Perawat 1 : Loh sama mbah saya juga dari Mojokerto, Mojokerto mana mbah?
Ny.T : Itu loh Mojokerto depannya masjid besar.
Perawat 1: Oh jauh dong sama rumah saya mbah
Setelah berbincang-bincang, akhirnya mereka memutuskan untuk bermain
bersama. Di tengah permainan, Ny.S tiba-tiba ingin makan lagi padahal baru 1 jam
yang lalu ia makan.
Ny.S : Saya kok belum dapat makan ya?
Ny.T : Baru saja 1 jam yang lalu kamu dapat makan.
Ny.P : Suster…suster
Perawat 3 : Iya, ada yang bisa saya bantu mbah?
Ny.T : Ini sus kata mbah sari dia belum dapat makan dari tadi.
Perawat 3 : Mbah sari sudah makan kok, lupa ya mbah. Tadi yang
mengantarkan makanannya ners lina mbah.
Ny.S : Oh begitu ya sus, maaf ya sus saya lupa.
Perawat 3: Iya mbah. Begini mbah saya ingin menyampaikan sesuatu untuk
membantu dalam mengingat kegiatan sehari-hari yang sudah
dilakukan mbah sari. Ini ada sebuah buku yang dimana ketika mbah
sari melakukan kegiatan akan tercatat dibuku ini, sehingga mbah sari
tidak akan lupa lagi. Nanti saya akan membimbing mbah sari
Ny.S : Iya sus, terimakasih ya sus.
BAB 4
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Gangguan panca indera, komunikasi, daya pulih, dan kulit merupakan
gangguan yang terjadi akibat proses menua semua fungsi panca indera dan
otak berkurang. Penurunan kemampuan kognitif bukanlah bagian normal dari
proses penuaan. Penurunan kemampuan kognitif seringkali ditemukan, dan
kadang-kadang didahului dengan penurunan kontrol emosional, perilaku
sosial, dan bahkan motivasi (WHO, 2012). Sehingga dapat menurunkan
kualitas hidup lansia yang berimplikasi pada kemandirian dalam melakukan
aktivitas hidup sehari-hari (Nugroho, 2008).
4.2. Saran
Setelah kita mengetahui bagaimana kebutuhan lansia diharapkan
perawat dapat lebih sabar dan teliti lagi dalam memberikan asuhan
keperawatan sesuai dengan teori yang telah dijelaskan sebelumnya, untuk
menyelesaikan masalah tidak hanya sekedari fisik saja namun juga dengan
masalah psikologi dari lansia yang kita rawat, akan lebih baik lagi apabila
keluarga juga ikut berperan aktif dalam menjalankan asuhan keperawatan
DAFTAR PUSTAKA