Anda di halaman 1dari 59

MAKALAH KEPERAWATAN GERONTIK

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN GANGGUAN PANCA


INDERA, KOMUNIKASI, DAYA PULIH, KULIT, DAN GANGGUAN
KOGNITIF

Dosen Pembimbing:
Retno Indrawati. S.kep.,M.kep.

Disusun Oleh:
Small Group Discussion 4 Kelas A1 2016

1. Adelia Dwi Lailyvira R (131611133005)


2. Nabila Hanin L (131611133011)
3. Listya Ernissa (131611133017)
4. Arinda Naimatuz (131611133024)
5. Angga Kresna (131611133030)
6. Elin Nur Anisa (131611133037)
7. Kusnul Oktania (131611133043)
8. Mudrika Novita Sari (131611133050)

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penyusun panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa berkat
rahmat serta hidayah-Nya penyusun dapat menyelesaikan salah satu tugas mata
kuliah Keperawatan Gerontik ini pada program S1 Pendidikan Ners Universitas
Airlangga dengan baik. Penyusun juga mengucap terimakasih kepada dosen mata
kuliah Keperawatan Gerontik, Ibu Retno Indrawati. S.kep.,M.kep. atas bimbingan
yang telah diberikan selama perkuliahan.
Harapan penyusun, semoga makalah ini dapat memberikan ilmu dan
pengetahuan yang lebih kepada pembaca. Semoga makalah ini dapat bermanfaat
pula dalam bidang keperawatan khususnya bagi proses pembelajaran Keperawatan
Gerontik.
Makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu, kritik dan saran yang
bersifat membangun sangat penyusun harapkan untuk perbaikan baik dari segi
materi maupun teknik penulisan.

Surabaya, 28 Februari 2019

Penulis
DAFTAR ISI

COVER ................................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii
BAB 1 PENDAHULUAN ......................................................................................4
1.1. Latar Belakang .............................................................................................4
1.2. Rumusan Masalah ........................................................................................4
1.3. Tujuan...........................................................................................................8
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ...........................................................................13
2.1. Gangguan Panca Indera ..............................................................................15
2.1.1. Penglihatan .........................................................................................13
2.1.2. Pendengaran ........................................................................................14
2.1.3. Pengecap dan Penciuman ...................................................................15
2.1.4. Peraba .................................................................................................15
2.2. Gangguan Komunikasi ...............................................................................15
2.3. Gangguan Daya Pulih.................................................................................15
2.4. Gangguan Kognitif .....................................................................................15
BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA .........................................16
3.1. Pengkajian ..................................................................................................16
3.2. Analisa Data ...............................................................................................16
3.3. Diagnosa Keperawatan ...............................................................................16
3.4. Intervensi Keperawatan ..............................................................................19
3.5. Evaluasi Keperawatan ................................................................................20
SKENARIO ROLEPLAY ...................................................................................16
BAB 4 PENUTUP.................................................................................................16
4.1. Kesimpulan .................................................................................................16
4.2 Saran ............................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................29
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Gangguan panca indera, komunikasi, daya pulih, dan kulit merupakan
gangguan yang terjadi akibat proses menua semua fungsi panca indera dan
otak berkurang. Demikian juga gangguan pada saraf dan otot-otot yang
digunakan untuk berbicara dapat menyebabkan terganggunya komunikasi,
daya pulih terhadap penyakit pun berkurang sedangkan kulit menjadi lebih
kering, rapuh dan mudah rusak. Gangguan kognitif adalah gangguan yang
berkaitan dengan peningkatan usia. Gangguan ini menyebabkan penurunan
fungsi otak yang berhubungan dengan kemampuan atensi, konsentrasi,
kalkulasi, mengambil keputusan, reasoning, berpikir abstrak (Shiang Wu,
2011; Wiyoto, 2002).
Pada tahun 2013, penduduk usia lanjut di Negara berkembang
diperkirakan sebanyak 554 juta jiwa dari 7200 juta jiwa penduduk dunia.
Jumlah ini akan meningkat pada tahun 2050, yakni menjadi sekitar 1600 juta
jiwa dari 9600 juta jiwa penduduk dunia (Kemenkes RI, 2014). Indonesia
termasuk dalam lima besar negara dengan jumlah lanjut usia terbanyak di
dunia. Pada tahun 2014, jumlah penduduk lanjut usia di Indonesia sebanyak
18,781 juta jiwa dan diperkirakan pada 2025 jumlahnya akan mencapai 36 juta
jiwa (Kemenkes RI, 2015). Saat ini 35,6 juta orang hidup dengan demensia di
seluruh dunia. Angka ini akan mencapai dua kali lipat setiap 20 tahun. Di
Indonesia, prevalensi kejadian demensia (per 1000 orang) pada tahun 2005
yaitu 191,4 insiden, tahun 2020 diperkirakan akan ada 314,1 insiden dan akan
meningkat pada tahun 2050 yaitu sekitar 932 insiden (Access Economics PTY
Limited, 2006).
Penurunan kemampuan kognitif bukanlah bagian normal dari proses
penuaan. Penurunan kemampuan kognitif seringkali ditemukan, dan kadang-
kadang didahului dengan penurunan kontrol emosional, perilaku sosial, dan
bahkan motivasi (WHO, 2012). Penurunan ini akan mengakibatkan kerusakan
fungsi kognitif global yang biasanya bersifat progresif dan mempengaruhi
aktivitas kehidupan sehari-hari (Activities of Daily Living-ADL) ( Kane dan
Ouslander dalam Stanley dan Patricia, 2007). Sehingga dapat menurunkan
kualitas hidup lansia yang berimplikasi pada kemandirian dalam melakukan
aktivitas hidup sehari-hari (Nugroho, 2008).
Beradsarkan uraian diatas, salah satu cara untuk mempertahankan
fungsi kognitif pada lansia adalah dengan cara menstimulasi otak dan di
istirahatkan dengan tidur, kegiatan seperti membaca, mendengarkan berita dan
cerita melalui media sebaiknya dijadikan sebuah kebiasaan hal ini bertujuan
agar otak tidak beristirahat secara terus menerus serta permainan yang
prosedurnya membutuhkan konsentrasi atau atensi, orientasi (tempat, waktu,
dan situasi) dan memori.

1.2. Rumusan Masalah


1. Bagaimana konsep gangguan panca indra, komunikasi, daya pulih dan
kulit pada lansia?
2. Bagaimana konsep gangguan kognitif pada lansia?
3. Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien lansia?

1.3. Tujuan
1. Tujuan Umum
Tujuan penulisan makalah ini untuk mengetahui bagaimana perubahan dan
berbagai masalah yang terjadi pada lansia
2. Tujuan Khusus
a. Menjelaskan konsep gangguan panca indra, komunikasi, daya pulih
dan kulit pada lansia
b. Menjelaskan konsep gangguan kognitif pada lansia
c. Mengetahui asuhan keperawatan pada pasien lansia
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Gangguan Panca Indera


Perubahan pada panca indera akan memberikan dampak yang besar
dalam kualitas hidup seorang lansia. Perubahan penglihatan dan pendengaran
akan mengganggu dalam komunikasi, interaksi sosial, dan mobilitas, bahkan
dapat tejadi isolasi sosial. Penurunan fungsi pada penciuman, pengecap, dan
penghidu akan menimbulkan gangguan nutrisi dan keselamatan pada lansia.
Beberapa perubahan tersebut perlu diketahui karena ada keterkaitannya dengan
pertambahan usia, apabila lansia telah mengetahuinya, maka proses adaptasi
akan mudah dan panca indra akan menyesuaikan fungsinya kembali.

2.1.1. Penglihatan
A. Katarak
1. Definisi
Katarak adalah kekeruhan pada serabut dan bahan lensa yang berada
di dalam kapsul lensa. Katarak umumnya terjadi karena proses penuaan
pada setiap individu yang berusia di atas 65 tahun (Muttaqin, 2009).
2. Etiologi
Menurut Tamsuri (2008) faktor penyebab katarak adalah fisik,
kimia, penyakit predisposisi, genetic dan gangguan perkembangan, infeksi
virus di masa pertumbuhan janin, dan penuaan.
3. Tanda dan Gejala
a. Kehilangan penglihatan secara bertahap dan tidak nyeri
b. Penglihatan baca yang buruk
c. Pandangan silau yang mengganggu dan penglihatan buruk pada sinar
matahari yang terang
d. Pandangan silau yang membutakan akibat lampu sorot mobil pada saat
mengemudi pada malam hari
e. Kemungkinan memiliki penglihatan yang baik pada cahaya yang redup
dibandingkan cahaya terang
f. Pupil berwarna putih susu
g. Area putih keabu-abuan di belakang pupil (dengan katarak lanjut)
(Stockslager & Schaeffer, 2007).
4. Penatalaksaan Medis
Penatalaksaan katarak dapat berupa ekstraksi lensa dengan
pembedahan dan implantasi lensa intraocular ntuk mengoreksi deficit
penglihatan adalah penanganan yang lazim dilakukan (Stockslager &
Schaeffer, 2007).
a. Ekstraksi katarak ekstrakapsuler
Prosedur ini meliputi pengambilan kapsul anterior, menekan
keluar nucleus lentis, dan mengisap sisa fragmen kortikal lunak
menggunakan irigasi dan alat hisap dengan meninggalkan kapsula
posterior dan zonula lentis tetap utuh.
b. Ekstraksi katarak intrakapsuler
Pengangkatan seluruh lensa sebagai satu kesatuan. Setelah
zonula dipisahkan lensa diangkat dengan cryoprobe, yang diletakkan
secara langsung pada kapsula lentis. Ketika cryoprobe diletakkan
secara langsung pada kapsula lentis, kapsul akan melekat pada probe.
Lensa kemudian diangkat secara lembut. Namun, saat ini pembedahan
intrakapsuler sudah jarang dilakukan.
5. Pemeriksaan Fisik
a. Ketajaman Penglihatan
Cara termudah mengkaji penglihataan jarak dekat adalah
dengan meminta klien membaca materi yang dicetak dibawah
pencahayaan yang adekuat. Jika klien memakai kacamata, kacamata
dipakai saat pemeriksaan.
b. Gerakan Ekstraokuler
Meminta klien untuk menatap kekiri dan kekanan,atau minta
klien duduk dan perawat mengangkat jari pada jarak (15-30 cm)lalu
pasien mengikuti gerakan jari hanya dengan mata.
c. Lapang Pandang
Pada saat seseorang memandang lurus kedepan,semua benda
dibagian tepi normalnya dapat terlihat tanpa mata bergerak mengikuti
benda (pandangan lurus).
d. Stuktur Mata Eksterna
1) Posisi dan kesejajaran mata: adakah tonjolan (eksoftalamus), tumor
atau inflamasi
2) Alis: Simetris, distribusi rambut
3) Kelopak mata: posisi,warna, kondisi permukaan, kondisi dan arah
bulu mata, kemampuan klien untuk meembuka,menutup dan
berkedip.
4) Aparatus Laktrimal
 Inspeksi : adanya edema atau kemerahan
 Palpasi : normalnya tidak teraba
5) Konjungtiva dan sclera
 konjungtiva : kemerahan
 sclera : putih
6) Kornea : bagian mata yang transparan, tidak berwarna,
menutupi pupil dan iris.
7) Pupil dan iris
 Pupil normal: hitam, bulat, regular, sama ukurannya
 Iris: jernih
 PERRLA (pupil sama, bulat, reaktif terhadap cahaya dan
akomodasi)
6. Pemeriksaan Penunjang
a. Oftalmoskopi tidak langsung menunjukkan area gelap di reflex merah
yang normalnya homogeny
b. Pemeriksaan sit-lamp memastikan diagnosis kekeruhan mata
c. Pemeriksaan ketajaman penglihatan memastikan derajat kehilangan
penglihatan (Stockslager & Schaeffer, 2007).
7. Diagnosa
a. Kecemasan b.d kehilangan penglihatan total yang disebabkan oleh
katarak yang tidak ditangani.
Kriteria hasil tindakan: pasien akan menyatakan bahwa ia merasa
cemasnya berkurang dan tidak menunjukkan tanda dan gejala cemas
berlebih.
b. Risiko cedera b.d penuruan penglihatan yang disebabkan oleh katarak
Kriteria hasil tindakan: pasien akan tetap terbebas dari cedera
c. Gangguan persepsi sensori (penglihatan) b.d penurunan kemampuan
untuk melihat dengan sesuai sebagai akibat katarak
Kriteria hasil tindakan: pasien akan mendapatkan kembali penglihatan
yang hilang dengan terapi (Stockslager & Schaeffer, 2007).

2.1.2. Pendengaran
A. Presbikusis
1. Definisi
Presbikusis juga dikenal sebagai kehilangan pendengaran
neurosensory, senil, atau progresif, yang ditandai dengan disfungsi unsur
sensori telinga simetris (sel-sel rambut) atau struktur telinga (serat saraf
koklear). Presbikusis biasanya menghalangi suara frekuensi tinggi, tetapi
tidak mengganggu pemahaman bicara sampai gangguan ini menghalangi
suara frekuensi tinggi tersebut yang tidak dapat membedakan konsonan.
Terdapat empat tipe presbikusis, yang terjadi pada lansia adalah
presbikusis neural. Presbikusis neural terjadi karena kehilangan neuron
tanpa kehilangan organ korti.
2. Etiologi
Penyebab presbikusis masih belum dapat diketahui pasti, tetapi
insiden kehilangan pendengaran sensorineural meningkat seiring
pertambahan usia.
a. Terpajan suara bising
b. Diet tinggi kolesterol
c. Hipertensi
d. Factor-faktor metabolic
e. Herediter
3. Tanda dan Gejala
a. Sulit memahami orang yang berbicara dengan suara bernada tinggi
b. Sulit mendengar percakapan dalam kelompok besar atau pada tempat
dengan banyak suara latar yang bising
c. Sulit membedakan bunyi “s” dan “th”
d. Menganggap bicara orang lain seperti bergumam atau tidak jelas
e. Tinnitus pada satu atau kedua telinga
4. Penatalaksanaan Medis
Penggunaan alat bantu dengar, yang dapat meningkatkan volume
suara yang dihantarkan ke organ pendengaran. Alat bantu dengar tersedia
dalam berbagai bentuk:
a. Alat bantu di belakang telinga, digunakan ketika kehilangan
pendengaran ringan sampai sedang, mudah untuk disembunyikan,
nyaman untuk dipakai dan tidak menggunakan kabel yang panjang.
b. Alat bantu di dalam telinga dipasangkan langsung ke dalam saluran
telinga dan dikosongkan oleh telinga luar.
c. Alat bantu yang terbuat dari kaca juga digunakan untuk kehilangan
pendengaran ringan sampai sedang.
d. Alat bantu dengar yang dipasang dalam tubuh, mikrofon, amplifier, dan
baterai terletak dalam satu tempat, yang menempel di pakaian atau
dibawa dalam sebuah kantong.
e. Implan koklear dapat bermanfaat bagi individu yang menderita tuli
berat.
5. Pemeriksaan Penunjang
Audiometri nada murni adalah uji pasti untuk kehilangan
pendengaran neurosensory. Pemeriksaan ini juga membantu
mengidentifikasi tipe presbikusis. Presbikusis neural menyebabkan
kehilangan mendadak pada suara frekuensi tinggi tetapi dan buruk dalam
membedakan kata-kata.
6. Diagnosa
a. Gangguan persepsi sensori (audiotorik) yang b.d kehilangan
pendengaran
b. Ansietas yang b.d penurunan pendengaran
2.1.3. Pengecap dan Penciuman
A. Xerostomia
1. Definisi
Salah satu keluhan di rongga mulut adalah mulut kering atau
Xerostomia. Dimana keadaan tersebut berhubungan dengan berkurangnya
aliran saliva disertai dengan perubahan komposisi saliva.
2. Etiologi
Mulut kering dapat disebabkan oleh berbagai faktor. Contohnya
pada keadaan – keadaan seperti:
a. Radiasi daerah leher dan kepala
b. Gangguan lokal pada kelenjar saliva
c. Efek samping obat – obatan
d. Kelainan syaraf
e. Dehidrasi, demam, diare, diabetes, gagal ginjal.
f. Stress
g. Usia
h. Bernafas melalui mulut.
3. Tanda dan Gejala
Efek dari sensasi mulut kering atau xerostomia adalah:
a. Nyeri tenggorokan.
b. Plak pada gigi meningkat, kerusakan gigi.
c. Gangguan proses menelan dan menelan.
d. Kesulitan untuk berbicara sehingga artikulasi menjadi tidak jelas.
e. Berkurangnya sensasi pengecapan.
4. Penangaan Medis
Terapi yang diberikan berdasarkan berat ringannya keluhan mulut
kering. Jika keluhan bersifat ringan pasien dapat dianjurkan untuk
berkumur atau mengunyah permen karet. Jika keluhan sifatnya berat dapat
digunakan zat perangsang saliva dan zat pengganti saliva tetapi obat
perangsang saliva tersebut hanya dapat berfungsi jika kelenjar saliva masih
aktif. Jika dikarenakan obat maka dianjurkan untuk mengganti obat
tersebut sebelumnya harus konsultasi kepada dokter. Untuk pengobatan
pada mulut kering biasanya dianjurkan untuk menghilangkan gejalanya
seperti:
a. Minum air putih yang banyak.
b. Jika mengunyah permen karet usahakan yang bebas gula.
c. Gunakan obat kumur yang tidak mengandung alkohol.
d. Menghindari makanan yang terlalu asin, makanan ringan, juga
makanan dan minuman yang mengandung kadar gula tinggi.
e. Menghindari merokok.
5. Pemeriksaan Penunjang
Xerostomia harus dipertimbangkan jika pasien mengeluh mulut
kering, terutama pada waktu malam, atau kesulitan ketika makan makanan
kering. Pada pemeriksaan rongga mulut, indikator yang digunakan untuk
menentukan terjadinya xerostomia adalah, apabila diletakkan spatel yang
kering di mukosa bukal, spatel lengket di mukosa tersebut sewaktu
dialihkan. Pada wanita, “tanda gincu” yaitu, gincu lengket pada gigi depan
merupakan indikator terjadinya xerostomia. Selain itu, xerostomia juga
dapat dievaluasi dengan melakukan test uji wafer.
6. Diagnosa
a. Gangguan persepsi sensori (gustastori) yang b.d penurunan produksi
saliva
b. Gangguan membrane mukosa mulut yang b.d xerostomia

2.1.4. Peraba
A. Dermatitis Seroboik
1. Definisi
Dermatitis seboroik merupakan kelainan inflamasi kronik kulit
kepala yang mengalami remisi dan eksaserbasi dengan area seboroik
tempat predileksi (Arif Muttaqin & Kumala Sari, 2011).
2. Etiologi
Etiologi dari penyakit ini masih belum diketahui pasti. Factor
predisposisinya adalah kelainan konstitusi berupa status seboroik di dapat
secara genetic, keadaan psikologi (stress), prubahan hormone, personal
hygiene, dan keringat yang berlebihan. Dermatitis ini lebih sering
menyerang daerah-daerah yang mengandung glandula sebasea. Salah satu
factor predisposisi adalah pertumbuhan jamur pityrosporum ovale pada
kulit kepala ditemukan pada daerah seboroik pada tubuh yang kaya akan
lipid sebasea, mengakibatkan reaksi imun tubuh terhadap sel jamur di
permukaan kulit sehingga terjadi inflamasi, akibat produk metabolitnya
yang masuk kedalam epidermis maupun karena sel jamur itu sendiri
melalui aktivasi sel limfosit T dan pulau langerhans.
3. Tanda dan Gejala
a. Adanya tanda-tanda radang akut kenaikan suhu tubuh, kemerahan, dan
gangguan fungsi kulit.
b. Lesi berupa eritema, dengan sisik-sisik yang beminyak agak
kekuningan dengan rasa gatal yang ringan.
c. Bentuk paling ringan adalah pitiriasis sika (ketombe, dandruff) yang
hanya mengenai kulit kepala berupa skuama halus dan kasar, banyak
pada remaja. Bentuk yang berminyak disebut pitiriasis steatoides, dapat
disertai eritema dan krusta tebal.
d. Pada bentuk yang berat terdapat bercak-bercak berskuama dan
berminyak, disertai eksudasi dan krusta tebal. Sering meluas ke dahi,
glabela, telinga posaurikular, dan leher.
e. Pada bentuk yang lebih berat, seluruh kepala tertutup krusta kotor dan
berbau tidak sedap. Pada bayi, skuama yang kekuningan dan kumpulan
debris epitel yang lekat pada kulit disebut cradle cap.
4. Penangaan Medis
Penatalaksanaan yang dapat di lakukan sebagai berikut:
a. Penatalaksanaan farmakologis
1) Sistemik: dapat diberikan antihistamin ataupun sedatif. Pada
keadaan yang berat dapat diberikann kortikosteroid sistemik
(prednisolon 20-30mg sehari).
2) Topikal: pada pitiriasis sika dan oleosa, 2-3 kali/ minggu kulit kepala
dikeramasi selama 5-15 menit, dengan selenium sulfida dalam
bentuk sampo atau losio, krim.
b. Penatalaksanaan non-farmakologis
1) Bila dermatitis seboroik berat, pencucian kulit kepala setiap hari
akan mempercepat penyembuhan dan di biarkan selama 5 hingga 10
menit. Lesi kulit kepala sebaiknya dikendalikan dengan shampo anti
seboroik (selenium sulfid, sulfur, asam salisilat, seng pirition, tar).
2) Penting juga untuk menghindari kelelahan, keringat berlebihan dan
stres emosional. Selain itu, kebersihan pribadi sangat perlu untuk
dijaga.
3) Secara umum, terapi bekerja dengan prinsip mengontrol, bukan
menyembuhkan, yakni dengan membersihkan dan menghilangkan
skuama dan krusta, menghambat kolonisasi jamur, mengkontrol
infeksi sekunder dan mengurangi eritema dan gatal.
4) Hindari kebiasaan menggaruk atau menggosok bagian yang gatal.
5. Pemeriksaan Penunjang
a. Kultur jamur dan kerokan kulit amat bermanfaat untuk menyingkirkan
tinea kapitis maupun infeksi yang disebabkan kuman lainnya.
b. Pemeriksaaan yang dapat dilakukan pada pasien dermatitis seboroik
adalah pemeriksaan histopatologi. Gambaran histopatologi bergantung
pada stadium penyakit: akut, subakut, atau kronis.
c. Pemeriksaan serologis untuk menyingkirkan dermatitis atopic.
6. Diagnosa
a. Kerusakan integritas kulit b.d kerusakan lapisan kulit
b. Gangguan rasa nyaman: nyeri kronis b.d agen cedera
c. Gangguan citra tubuh b.d penampakan kulit yang tidak baik.
2.2. Gangguan Daya Pulih
A. Demensia
1. Definisi
Istilah demensia itu berasal dari bahasa asing emence yang pertama
kali dipakai oleh Pinel (1745 - 1826). Pikun sebagaimana orang awam
mengatakan merupakan gejala lupa yang terjadi pada orang lanjut usia.
Pikun ini termasuk gangguan otak yang kronis. Biasanya (tetapi tidak
selalu) berkembang secara perlahan-lahan, dimulai dengan gejala depresi
yang ringan atau kecemasan yang kadang-kadang disertai dengan gejala
kebingungan, kemudian menjadi parah diiringi dengan hilangnya
kemampuan intelektual yang umum atau demensia. Jadi istilah pikun yang
dipakai oleh kebanyakan orang, terminologI ilmiahnya adalah demensia.
(Schaei & Willis, 1991). Jabaran demensia sekarang adalah "kehilangan
kemampuan kognisi yang sedemikian berat hingga mengganggu fungsi
sosial dan pekerjaan". (dalam Kusumoputro, 2006).
2. Etiologi
Penyebab demensia yang reversibel sangat penting untuk diketahui,
karena dengan pengobatan yang baik penderita dapat kembali menjalankan
hidup sehari-hari yang normal. Keadaan yang secara potensial reversibel
atau bisa dihentikan yaitu:
a. Endokrinopati (penyakit Addison, sindroma Cushing, Hiperinsulinisme,
Hipotiroid, Hipopituitari, Hipoparatiroid, Hiperparatiroid)
b. Gagal hepar, gagal ginjal, dialisis, gagal nafas, hipoksia, uremia kronis,
gangguan keseimbangan elektrolit kronis, hipo dan hiperkalsemia, hipo
dan hipernatremia, hiperkalemia.
c. Lesi desak ruang
d. Hirdosefalus bertekanan normal
e. Penyakit degeneratif progresif
3. Macam-macam demensia
a. Demensia Alzheimer

Penyakit Alzheimer merupakan sebuah kelainan otak yang bersifat irreversible


dan progresif yang terkait dengan perubahan sel-sel saraf sehingga menyebabkan
kematian sel otak. Penyakit Alzheimer terjadi secara bertahap, dan bukan
merupakan bagian dari proses penuaan normal dan merupakan penyebab paling
umum dari demensia.

b. Demensia Vaskular
Suatu sindrom demensia dengan perjalanan deteriorasi atau kemunduran yang
bertahap yang disebabkan oleh penyakit degeneratif serebrovaskular dengan
mekanisme patogenesis yang bermacam-macam seperti infark multipel, infark
tunggal dengan lokasi yang strategis, small vessel disease, hipoksia-iskemia
jaringan otak dengan kemunduran kognitif mulai dari yang ringan sampai paling
berat, tanpa harus disertai gangguan memori yang menonjol.

4. Tanda dan gejala


a. Menurunnya daya ingat yang terus terjadi. Pada penderita demensia,
“lupa” menjadi bagian keseharian yang tidak bisa lepas.
b. Gangguan orientasi waktu dan tempat, misalnya: lupa hari, minggu,
bulan, tahun, tempat penderita demensia berada
c. Penurunan dan ketidakmampuan menyusun kata menjadi kalimat yang
benar, menggunakan kata yang tidak tepat untuk sebuah kondisi,
mengulang kata atau cerita yang sama berkali-kali
d. Ekspresi yang berlebihan, misalnya menangis berlebihan saat melihat
sebuah drama televisi, marah besar pada kesalahan kecil yang dilakukan
orang lain, rasa takut dan gugup yang tak beralasan.
e. Adanya perubahan perilaku, seperti : acuh tak acuh, menarik diri dan
gelisah
5. Penanganan medis
Farmakoterapi sebagian besar kasus demensia tidak dapat disembuhkan.
a. Untuk mengobati demensia alzheimer digunakan obat-obatan
antikoliesterase seperti Donepezil, Rivastigmine, Galantamine,
Memantine
b. Demensia vaskuler membutuhkan obat -obatan anti platelet seperti
Aspirin , Ticlopidine , Clopidogrel untuk melancarkan aliran darah ke
otak sehingga memperbaiki gangguan kognitif.
c. Demensia karena stroke yang berturut-turut tidak dapat diobati, tetapi
perkembangannya bisa diperlambat atau bahkan dihentikan dengan
mengobati tekanan darah tinggi atau kencing manis yang berhubungan
dengan stroke.
d. Jika hilangnya ingatan disebabakan oleh depresi, diberikan obat anti-
depresi seperti Sertraline dan Citalopram.
e. Untuk mengendalikan agitasi dan perilaku yang meledak-ledak, yang
bisa menyertai demensia stadium lanjut, sering digunakanobat anti-
psikotik (misalnya Haloperidol , Quetiapine dan Risperidone).
6. Pemeriksaan penunjang (Asosiasi Alzheimer Indonesia, 2003)
a. Pemeriksaan laboratorium rutin
b. Imaging Computed Tomography (CT) scan dan MRI (Magnetic
Resonance Imaging)
c. Pemeriksaan EEG
d. Pemeriksaan cairan otak
e. Pemeriksaan genetika
f. Pemeriksaan neuropsikologis
g. Pemeriksaan Status Mental Mini (MMSE)
7. Diagnosa
a. Perubahan proses pikir berhubungan dengan perubahan fisiologis
(degenerasi neuron ireversibel) ditandai dengan hilang ingatan atau
memori, hilang konsentrsi, tidak mampu menginterpretasikan stimulasi
dan menilai realitas dengan akurat.
b. Perubahan persepsi sensori berhubungan dengan perubahan persepsi,
transmisi atau integrasi sensori (penyakit neurologis, tidak mampu
berkomunikasi, gangguan tidur, nyeri) ditandai dengan cemas, apatis,
gelisah, halusinasi.
c. Sindrom stress relokasi berhubungan dengan perubahan dalam aktivitas
kehidupan sehari-hari ditandai dengan kebingungan, keprihatinan,
gelisah, tampak cemas, mudah tersinggung, tingkah laku defensive,
kekacauan mental, tingkah laku curiga, dan tingkah laku agresif.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA DENGAN DEMENSIA

Kasus
Ny. S usia 80 berada di panti Werdha Surakarta sejak 1,5 tahun yang lalu.
Ny. S dititipkan di panti Werdha agar tetap terurus dikarenakan keluarga akan
tinggal diluar kota. Ny S sebelumnya merupakan petani yang sangat rajin. Saat ini
kondisi fisik Ny.S melemah akibat mengalami gangguan memori. Ny. S sering lupa
dengan kegiatan yang telah dilakukannya seperti lupa arah jalan pulang apabila
sedang bepergian, lupa jika sudah mandi dan makan. Ny.S juga sering tersinggung
dan mudah marah. Saat pengkajian di dapatkan bahwa TD : 145/79 MmHg, S :
37,5oC, RR : 25 x/menit, N : 80x/menit. Selain itu, klien mempunyai tubuh yang
kurus dan mengalami penurunan nafsu makan, biasanya klien hanya makan 1-
2x/hari dan fungsi mengunyah kurang baik. Klien tampak mengalami kaku sendi
saat berjalan dengan menggunakan tongkat sehingga klien berjalan dengan hati
hati. . Beberapa bulan yang lalu klien sudah berobat ke dokter dan di diagnosa
dokter bahwa Ny.S mengalami demensia.
Pengkajian
FORMAT PENGKAJIAN LANSIA
ADAPTASI TEORI MODEL CAROL A MILLER

Nama wisma :- Tanggal Pengkajian : 02 Maret 2019

1. IDENTITAS KLIEN :

Nama : Ny. S

Umur : 80 tahun

Agama : Islam

Alamat asal : Surakarta

Tanggal datang : 02 Maret 2019

2. DATA KELUARGA :

Nama : Tn. D

Hubungan : Anak

Pekerjaan : Petani

Alamat : Kalisari

Telp : 086509900990

3. STATUS KESEHATAN SEKARANG :

Keluhan utama : Sering lupa

Pengetahuan, usaha yang dilakukan untuk mengatasi keluhan : Menulis


jadwal

Obat-obatan : -
4. AGE RELATED CHANGES (PERUBAHAN TERKAIT PROSES
MENUA) :

FUNGSI FISIOLOGIS
1. Kondisi Umum

Ya Tidak

Kelelahan : V

Perubahan BB : V

Perubahan nafsu : V
makan
Masalah tidur : V

Kemampuan ADL : V

KETERANGAN : Tubuh klien tampak kurus

2. Integumen

Ya Tidak

Lesi / luka : V

Pruritus : V

Perubahan pigmen : V

Memar : V

Pola penyembuhan lesi : V

KETERANGAN : Hyperpigmentasi pada bagian tangan klien


3. Hematopoetic

Ya Tidak

Perdarahan abnormal : V

Pembengkakan kelenjar limfe : V

Anemia : V

KETERANGAN : Tidak ditemukan masalah

4. Kepala

Ya Tidak

Sakit kepala : V

Pusing : V

Gatal pada kulit kepala : V

KETERANGAN : Tidak ditemukan masalah

5. Mata

Ya Tidak

Perubahan penglihatan : v

Pakai kacamata : V

Kekeringan mata : V

Nyeri : V

Gatal : V

Photobobia : V
Diplopia : V

Riwayat infeksi : V

KETERANGAN : Pandangan klien kabur

6. Telinga

Ya Tidak

Penurunan pendengaran : v

Discharge : V

Tinitus : V

Vertigo : V

Alat bantu dengar : V

Riwayat infeksi : V

Kebiasaan membersihkan telinga : v

Dampak pada ADL : Terhambatnya dalam proses


komunikasi

KETERANGAN : Klien membersihkan telinga


menggunakan kapas

7. Hidung sinus

Ya Tidak

Rhinorrhea : V

Discharge : V

Epistaksis : V
Obstruksi : V

Snoring : V

Alergi : V

Riwayat infeksi : V

KETERANGAN : Tidak ditemukan masalah

8. Mulut, tenggorokan

Ya Tidak

Nyeri telan : V

Kesulitan menelan : V

Lesi : V

Perdarahan gusi : V

Caries : V

Perubahan rasa : V

Gigi palsu : V

Riwayat Infeksi : V

Pola sikat gigi : Sehari 2x

KETERANGAN : Tidak ditemukan masalah

9. Leher

Ya Tidak

Kekakuan : V
Nyeri tekan : V

Massa : V

KETERANGAN : Tidak ditemukan masalah

10. Pernafasan

Ya Tidak

Batuk : V

Nafas pendek : V

Hemoptisis : V

Wheezing : V

Asma : -

KETERANGAN : Tidak ditemukan masalah

11. Kardiovaskuler

Ya Tidak

Chest pain : V

Palpitasi : V

Dipsnoe : V

Paroximal nocturnal : V

Orthopnea : V

Murmur : V

Edema : V
KETERANGAN : Tidak ditemukan masalah

12. Gastrointestinal

Ya Tidak

Disphagia : V

Nausea / vomiting : V

Hemateemesis : V

Perubahan nafsu makan : v

Massa : V

Jaundice : V

Perubahan pola BAB : V

Melena : V

Hemorrhoid : V

Pola BAB : Baik

KETERANGAN : Sehari 1x

13. Perkemihan

Ya Tidak

Dysuria : v

Frekuensi : v

Hesitancy : v
Urgency : v

Hematuria : v

Poliuria : v

Oliguria : v

Nocturia : v

Inkontinensia : v

Nyeri berkemih : v

Pola BAK : Baik

KETERANGAN : Tidak ditemukan masalah

14. Reproduksi (laki-laki)

Ya Tidak

Lesi :

Disharge :

Testiculer pain :

Testiculer massa :

Perubahan gairah sex :

Impotensi :

Reproduksi (perempuan)
Lesi : v

Discharge : v
Postcoital bleeding : v

Nyeri pelvis : v

Prolap : v

Riwayat menstruasi :

Aktifitas seksual : v

Pap smear : v

KETERANGAN : Tidak ditemukan masalah

15. Muskuloskeletal

Ya Tidak

Nyeri Sendi : v

Bengkak : v

Kaku sendi : v

Deformitas : V

Spasme : V

Kram : V

Kelemahan otot : v

Masalah gaya berjalan : v

Nyeri punggung : V

Pola latihan : -

Dampak ADL : Terganggu

KETERANGAN : Aktivitas klien terbatas


16. Persyarafan

Ya Tidak

Headache : v

Seizures : v

Syncope : v

Tic/tremor : v

Paralysis : v

Paresis : v

Masalah memori : v

KETERANGAN : Klien sering mengalami lupa

5 POTENSI PERTUMBUHAN PSIKOSOSIAL DAN SPIRITUAL :


. Psikososial Ya Tidak

Cemas : v

Depresi : v

Ketakutan : v

Insomnia : v

Kesulitan dalam : v
mengambil keputusan

Kesulitan konsentrasi : v

Mekanisme koping : Baik


Persepsi tentang kematian :

Menyerahklan semua kepada Tuhan Yang Maha Esa

Dampak pada ADL : semangat menjalani kehidupan

Spiritual

 Aktivitas ibadah : baik


 Hambatan : menggambil air wudhu
KETERANGAN: klien rajin beribadah

6. LINGKUNGAN :

 Kamar : jarak kamar tidur klien dengan kamar mandi berjauhan


 Kamar mandi : licin dan tidak ada alat bantu pegangan tangan
 Dalam rumahwisma : di rumah klien lantainya keramik dan
lumayan licin
 Luar rumah : bersih dan tertata

7. ADDITIONAL RISK FACTOR


Riwayat perilaku (kebiasaan, pekerjaan, aktivitas) yang mempengaruhi kondisi saat
ini:
Klien mempunyai hobi memasak dan membersihkan rumah.
NEGATIVE FUNCTIONAL CONSEQUENCES

1) Kemampuan ADL : Ketergantungan ringan


2) Aspek Kognitif : Ada gangguan kognitif
3) Tes Keseimbangan : Risiko tinggi jatuh
4) GDS : 1
5) Status Nutrisi : Status gizi terganggu
6) Fungsi sosial lansia : Baik
7) Hasil pemeriksaan Diagnostik :-

Jenis pemeriksaan Tanggal


No Hasil
Diagnostik Pemeriksaan
Pengkajian khusus:

1. Kemampuan ADL
Tingkat kemandirian dalam kehidupan sehari-hari (Indeks Barthel)
Skor
No. Item yang dinilai Skor
Klien
1. Makan
0 = Tidak mampu
1 = Butuh bantuan memotong lauk, 1
mengoles mentega dll
2 = Mandiri
2. Mandi 0 = Tergantung orang lain 1
1 = Mandiri
3. Perawatan diri 0 = Membutuhkan bantuan orang lain
1 = Mandiri dalam perawatan muka, 0
rambut, gigi, dan bercukur
4. Berpakaian
0 = Tergantung orang lain
1 = Sebagian dibantu (misal 1
mengancing baju)
2 = Mandiri
5. Buang air kecil 0 = Inkontinensia atau pakai kateter dan
tidak terkontrol
1 = Kadang Inkontinensia (maks, 1x24
2
jam)
2 = Kontinensia (teratur untuk lebih
dari 7 hari)
6. Buang air besar 0 = Inkontinensia (tidak teratur atau
perlu enema)
1 = Kadang Inkontensia (sekali 2
seminggu)
2 = Kontinensia (teratur)
7. Penggunaan toilet 0 = Tergantung bantuan orang lain
1 = Membutuhkan bantuan, tapi dapat
1
melakukan beberapa hal sendiri
2 = Mandiri
8. Transfer 0 = Tidak mampu
1 = Butuh bantuan untuk bisa duduk (2
orang) 2
2 = Bantuan kecil (1 orang)
3 = Mandiri
9. Mobilitas (berjalan di 0 = Immobile (tidak mampu)
permukaan datar) 1 = Menggunakankursi roda 3
2 = Berjalan dengan bantuan satu orang
3 = Mandiri (meskipun
menggunakanalat bantu
seperti,tongkat)
10. Naik turuntangga 0 = Tidak mampu
1 = Membutuhkan bantuan (alat bantu) 1
2 = Mandiri
Total 14

Interpretasi:
a. Skor 20 : Mandiri
b. Skor 12-19 : Ketergantungan Ringan
c. Skor 9-11 : Ketergantungan Sedang
d. Skor 5-8 : Ketergantungan Berat
e. Skor 0-4 : Ketergantungan Total
(Lewis, Carole & Shaw, Keiba, 2006)

2. MMSE (Mini Mental Status Exam)


Nama : Ny. A
Tgl/Jam : 18-2-2019/ 08.00
No Aspek Nilai Nilai Kriteria
Kognitif maksimal Klien
1 Orientasi 5 2 Menyebutkan dengan benar :
Tahun : 1959 ................................
Hari : Senin...............................
Musim : Panas ..............................
Bulan : Februari ..........................
Tanggal : 16 ....................................
2 Orientasi 5 3 Dimana sekarang kita berada ?
Negara : Indonesia ........................
Panti : Bunda .............................
Provinsi : Jawa Timur .....................
Wisma : Bunda .............................
Kabupaten/Kota : Kalisari ..............
3 Registrasi 3 3 Sebutkan 3 nama obyek (misal :
kursi, meja, kertas), kemudian
ditanyakan kepada klien,
menjawab :
1) Kursi 2) Meja 3) Kertas
4 Perhatian 5 2 Meminta klien berhitung mulai dari
dan 100 kemudian kurangi 7 sampai 5
kalkulasi tingkat.

Jawaban :
1) 93 2) 86 3) 79 4) 72 5) 65

ATAU

Ejalah kata "DUNIA" secara


mundur. Skor 1 poin per huruf
dalam urutan yang benar

Variasi jawaban klien:


AINUD = 5; AIND = 4; AND = 3;
AN = 2; UINDA=1

5 Mengingat 3 3 Minta klien untuk mengulangi


ketiga obyek pada poin ke- 2 (tiap
poin nilai 1)
6 Bahasa 9 4 Menanyakan pada klien tentang
benda (sambil menunjukan benda
tersebut).
1) Bolpoin
2) Buku
3) Minta klien untuk mengulangi
kata berikut :
“ tidak ada, dan, jika, atau tetapi ”

Klien menjawab :
Ada..................................................
..

Minta klien untuk mengikuti


perintah berikut yang terdiri 3
langkah.
a. Ambil kertas ditangan anda
b. Lipat dua
c. Taruh dilantai

Perintahkan pada klien untuk hal


berikut (bila aktifitas sesuai perintah
nilai satu poin)
a. Meminta klien untuk membaca
kalimat yang bertuliskan:
“Tutup mata anda”
b. Perintahkan kepada klien untuk
menulis kalimat dan
c. Menyalin gambar 2 segi lima
yang saling bertumpuk
Total nilai 30 17
Interpretasi hasil :
24 – 30 : Tidak ada gangguan kognitif
18 – 23 : Gangguan kognitif sedang
0 - 17 : Gangguan kognitif berat
Kesimpulan : Tidak ada gangguan kognitif

3. Tes Keseimbangan
Time Up Go Test
No Tanggal Pemeriksaan Hasil TUG (detik)

1 02-03-2019 Meminta klien berdiri dikursi, berjalan


10 langkah, kembali ke kursi
(14 detik)

Rata-rata Waktu TUG 14 detik

Interpretasi hasil Risiko tinggi jatuh

Hasil pengamatan Klien merasa mengalami kaku saat


berjalan

Interpretasi hasil:
Apabila hasil pemeriksaan TUG menunjukan hasil berikut:
≤13,5 detik Tidak ada resiko jatuh

>13,5 detik Resiko tinggi jatuh

>24 detik Diperkirakan jatuh dalam kurun waktu 6 bulan


>30 detik Diperkirakan membutuhkan bantuan dalam
mobilisasi dan melakukan ADL

(Bohannon: 2006; Shumway-Cook,Brauer & Woolacott: 2000; Kristensen,


Foss & Kehlet: 2007: Podsiadlo & Richardson:1991)
4. GDS
Pengkajian Depresi
Jawaban
No Pertanyaan
Ya Tdk Hasil
1. Anda puas dengan kehidupan anda saat ini 0 1 0
2. Anda merasa bosan dengan berbagai aktifitas dan kesenangan 1 0 0
3. Anda merasa bahwa hidup anda hampa / kosong 1 0 0
4. Anda sering merasa bosan 1 0 0
5. Anda memiliki motivasi yang baik sepanjang waktu 0 1 0
8. Anda takut ada sesuatu yang buruk terjadi pada anda 1 0 0
7. Anda lebih merasa bahagia di sepanjang waktu 0 1 0
8. Anda sering merasakan butuh bantuan 1 0 1
9. Anda lebih senang tinggal dirumah daripada keluar melakukan
1 0 0
sesuatu hal
10. Anda merasa memiliki banyak masalah dengan ingatan anda 1 0 0
11. Anda menemukan bahwa hidup ini sangat luar biasa 0 1 0
12. Anda tidak tertarik dengan jalan hidup anda 1 0 0
13. Anda merasa diri anda sangat energik / bersemangat 0 1 0
14. Anda merasa tidak punya harapan 1 0 0
15. Anda berfikir bahwa orang lain lebih baik dari diri anda 1 0 0
Jumlah 1
(Geriatric Depressoion Scale (Short Form) dari Yesafage (1983) dalam
Gerontological Nursing, 2006)
Interpretasi :
Jika Diperoleh skore 5 atau lebih, maka diindikasikan depresi.
5. Status Nutrisi

Pengkajian determinan nutrisi pada lansia:

Skrining Skor

A Mengalami penurunan asupan makanan lebih dari tiga bulan selama


adanya penurunan nafsu makan, gangguan pencernaan, menelan dan
kesulitan menelan makanan

0 = Adanya penurunan asupan makanan yang besar 1

1 = Adanya penurunan asupan makanan yang sedang

2 = Tidak ada penurunan asupan makanan

B Mengalami penurunan berat badan selama tiga bulan terakhir

0 = Penurunan BB >3 kg 2

1 = Tidak diketahui

2 = Penurunan BB 1-3 kg

3 = Tidak mengalami penurunan BB

C Mobilitas

0 = Tidak dapat turun dari tempat tidur / kursi roda 1

1 = Dapat turun dari tempat tidur / kursi roda namun tidak


dapat berjalan jauh

2 = Dapat berjalan jauh

D Mengalami stres psikologis atau memiliki penyakit akut tiga bulan


terakhir

0 = Ya 2

2 = Tidak
E Mengalami gangguan neuropsikologis

0 = Mengalami demensia atau depresi berat 1

1 = Mengalami demensia ringan

2 = Tidak mengalami gangguan neuropsikologis

F1 Indeks massa tubuh (IMT)

0 = IMT < 19 2

1 = IMT 19-21

2 = IMT 21-23

3 = >23

Jika IMT tidak dapat diukur ganti pertanyaan F1 dengan F2

Jangan menjawab pertanyaan F2 jika pertanyaan F1 sudah terpenuhi

F2 Lingkar betis (cm)

0 = jika < 31

3 = jika > 31

Skor : 9

Interpretasi:
12-14 : Status gizi normal
8-11 : Resiko mengalami malnutrisi
0-7 : Mengalami malnutrisi
6. Fungsi sosial lansia
APGAR KELUARGA DENGAN LANSIA
Alat Skrining yang dapat digunakan untuk mengkaji fungsi sosial lansia
NO URAIAN FUNGSI SKORE
1. Saya puas bahwa saya dapat kembali pada ADAPTATION 2
keluarga (teman-teman) saya untuk membantu
pada waktu sesuatu menyusahkan saya
2. Saya puas dengan cara keluarga (teman- PARTNERSHIP 2
teman)saya membicarakan sesuatu dengan saya
dan mengungkapkan masalah dengan saya
3. Saya puas dengan cara keluarga (teman-teman) GROWTH 2
saya menerima dan mendukung keinginan saya
untuk melakukan aktivitas / arah baru
4. Saya puas dengan cara keluarga (teman-teman) AFFECTION 2
saya mengekspresikan afek dan berespon
terhadap emosi-emosi saya seperti marah,
sedih/mencintai
5. Saya puas dengan cara teman-teman saya dan RESOLVE 2
saya meneyediakan waktu bersama-sama
Kategori Skor: TOTAL 10
Pertanyaan-pertanyaan yang dijawab:
a. Selalu : skore 2
b. Kadang-kadang : 1
c. Hampir tidak pernah : skore 0
Intepretasi:
<3 = Disfungsi berat
4-6 = Disfungsi sedang
>6 = Fungsi baik

Smilkstein, 1978 dalam Gerontologic Nursing and health aging 2005


7. Pengkajian kualitas tidur (PSQI)

KUESIONER KUALITAS TIDUR (PSQI)

1. Jam berapa biasanya anda mulai tidur malam? 20.50


2. Berapa lama anda biasanya baru bisa tertidur tiap malam? 21.00
3. Jam berapa anda biasanya bangun pagi? 04.30
4. Berapa lama anda tidur dimalam hari? 8 jam
5 Seberapa sering Tidak 1x 2x ≥3x
masalah-masalah pernah seminggu seminggu seminggu
dibawah ini mengganggu (0) (1) (2) (3)
tidur anda?
a. Tidak mampu tertidur v
selama 30 menit sejak
berbaring
b. Terbangun ditengah v
malam atau terlalu dini
c. Terbangun untuk ke v
kamar mandi
d. Tidak mampu bernafas v
dengan leluasa
e. Batuk atau mengorok v
f. Kedinginan dimalam hari v
g. Kepanasan dimalam hari v
h. Mimpi buruk v
i. Terasa nyeri v
j. Alasan lain ………
6 Seberapa sering anda v
menggunakan obat tidur
7 Seberapa sering anda V
mengantuk ketika
melakukan aktifitas
disiang hari
Tidak
Kecil Sedang Besar
antusias
(1) (2) (3)
(0)
8 Seberapa besar antusias V
anda ingin
menyelesaikan masalah
yang anda hadapi
Sangat Sangat
Baik Kurang
baik kurang
(1) (2)
(0) (3)
9 Pertanyaan pre- v
intervensi : Bagaimana
kualitas tidur anda
selama sebulan yang lalu
Pertanyaan post- v
intervensi : Bagaimana
kualitas tidur anda
selama seminggu yang
lalu

Cara perhitungan Skor PSQI dan Interpretasi Skor

KOMPONEN KETERANGAN SKOR


Komponen 1 Skor pertanyaan #9 0
Komponen 2 Skor pertanyaan #2 + #5a 0
Skor pertanyaan #2 ( <15 menit=0), (16-30
menit=1), (31-60 menit=2), ( >60 menit=3) + skor
pertanyaan #5a, jika jumlah skor dari kedua
pertanyaan tersebut jumlahnya 0 maka skornya = 0,
jika jumlahnya 1-2=1 ; 3-4=2 ; 5-6=3
Komponen 3 Skor pertanyaan #4 ( >7=0 ; 6-7=1 ; 5-6=2 ; <5=3 )
Komponen 4 Jumlah jam tidur pulas ( #4 ) / Jumlah jam ditempat 0
tidur ( kalkulasi #1 & #3 ) x 100%, ( >85%=0 ; 75-
84%=1 ; 65-74%=2 ; <65%=3 )
Komponen 5 Jumlah skor 5b hingga 5j ( bila jumlahnya 0 maka 1
skornya =0, jika jumlahnya 1-9=1 ; 10-18=2 ; 18-
27=3
Komponen 6 Skor pertanyaan #6 0
Komponen 7 Skor pertanyaan #7 + #8, jika jumlahnya 0 maka 1
skornya =0, jika jumlahnya 1-2=1 ; 3-4=2 ; 5-6=3
TOTAL Jumlah skor komponen 1-7 2
SKOR INTERPRETASI:
JIKA TOTAL SKOR = ≤5 menunjukkan kualitas
tidur klien yang BAIK,
JIKA TOTAL SKOR = >5-21 menunjukkan
kualitas tidur klien yang BURUK
3.1 Analisa Data
No Data Etiologi Masalah Keperawatan

1. DS : Atropi Otak

1. Petugas panti
mengatakan Ny.S
Degenerasi neuron irreversible
sering
tersinggung dan
mudah marah
Demensia
2. Keluarga
mengatakan klien
sering lupa arah
Penurunan daya ingat
jalan pulang saat Kerusakan Memori
bepergian

Mudah lupa
DO :

1. Klien tampak
mengalami
gangguan memori
Kerusakan Memori
dan orientasi
2. Klien tampak
bingung

2. DS : Kelainan neurotransmitter

Keluarga Ketidakseimbangan

mengatakan klien Nutrisi Kurang dari


Asetilkolin berkurang pada otak Kebutuhan Tubuh
biasanya hanya
makan 1-2x/hari
Demensia

DO:

Klien tampak Penurunan nafsu makan


menguyah kurang
baik
Berat badan berkurang
Klien tampak kurus

Perubahan persepsi, transmisi dan


integrasi

Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang


dari Kebutuhan Tubuh

3. DS : Kelainan neurotransmitter

1. Petugas panti
mengatakan klien
Asetilkolin berkurang pada otak
mengalami kaku
sendi
DO :
Demensia
1. Klien terlihat Risiko Cedera
berjalan berhati-
hati dan Kelemahan anggota gerak
menggunakan
bantuan alat yaitu
tongkat
2. Klien tampak
Resiko cedera
sering mengalami
kaku sendi
3.2 Diagnosa
1. Kerusakan memori berhubungan dengan gangguan kognitif
Domain 5. Persepsi/Kognisi
Kelas 4. Kognisi
Kode 00131
2. Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh b.d faktor
biologis
Domain 2. Nutrisi
Kelas 1.makan
Kode 00002)
3. Risiko cedera berhubungan dengan gangguan kognitif dan psikomotor
Domain 11. Keamanan/Perlindungan
Kelas 2. Cedera Fisik
Kode 00035

3.3 Intervensi

Diagnosa NOC NIC

Kerusakan memori b.d Setelah dilakukan tindakan [4720] Stimulasi Kognisi


gangguan kognitif keperawatan dalam waktu 1. Rangsang memori dengan
(Domain 5. 5x24 jam, diharapkan klien mengulang pemikiran
Persepsi/Kognisi, Kelas 4. dapat mencapai kriteria hasil: terakhir klien
Kognisi, Kode 00131) [0908] Memori R : Membantu untuk
1. Mengingat memori yang mengingat pemikiran klien
Definisi : baru saja terjadi secara 2. Orientasikan klien terhadap
Ketidakmampuan akurat waktu, tempat dan orang
mengingat beberapa 2. Mengingat informasi yang R : Membantu klien
informasi atau keterampilan sudah lama secara akurat beradaptasi dengan keadaan
sikap sehari-hari
[0901] Orientasi Kognitif
1. Mengidentifikasi diri 3. Stimulasi perkembangan
sendiri klien dengan melibatkan
2. Mengidentifikasikan orang aktivitas untuk
yang signifikan meningkatkan pencapaian
3. Mengidentifikasi tempat dan pembelajaran denagan
saat ini memenuhi kebutuhan klien
4. Mengidentifikasikan hari R : Membantu
dengan benar meningkatkan pemenuhan
5. Mengindetifikasikan kebutuhan klien
peristiwa saat ini yang 4. Gunakan alat bantu memori:
signifikan ceklis, jadwal, dan catatan
peringatan
R : Membantu klien dalam
menjalani aktivitas sehari-
hari dan menghindari
kelupaan
5. Berikan informasi perbagian
bagian kecil yang konkrit
R : Membantu klien secara
perlahan untuk melatih
pikirannya untuk mengingat
6. Minta klien untuk
mengulang informasi.
R : Membantu memastikan
bahwa klien sudah
memahami informasi

[6460] Manajemen Demensia


1. Sertakan anggota keluarga
dalam perencanaan,
pemberian dan evaluasi
perawatan sejauh yang
diinginkan
R : Membantu memberikan
pengetahuan dan dukungan
kepada klien
2. Siapkan untuk berinteraksi
dengan menggunakan
kontak mata dan sentuhan
yang sesuai
R : Membantu membian
hubungan saling percaya
anatar perawat dan klien
3. Berikan isyarat/petunjuk
seperti peristiwa saat ini,
musim, lokasi, dan nama-
nama untuk membantu
orientasi
R : Membantu klien untuk
mengenalkan kejadian-
kejadian secara mendasar
4. Pilih aktivitas televisi atau
radio berdasarkan
kemampuan pengolahan
kognitif dan minat klien.
R : Membantu klien dalam
mengolah kemampuan
berpikir
Ketidakseimbangan Nutrisi Manajemen Nutrisi (1100) Manajemen Nutrisi (1100)
Kurang dari Kebutuhan
1. Kaji status nutrisi 1. Pengkajian penting
Tubuh b.d faktor biologis
pasien dilakukan untuk
mengetahui status nutrisi
(Domain 2. Nutrisi, Kelas 2. Jaga kebersihan mulut, pasien sehingga dapat
1.makan , 00002) anjurkan untuk selalu menentukan intervensi
melalukan oral yang diberikan.
hygiene.
2. Mulut yang bersih dapat
Definisi : asupan nutrisi
3. Delegatif pemberian meningkatkan nafsu makan
tidak cukup untuk
nutrisi yang sesuai
memenuhi kebutuhan 3. Untuk membantu
dengan kebutuhan
metabolic memenuhi kebutuhan
pasien : diet pasien
nutrisi yang dibutuhkan
diabetes mellitus.
pasien.
4. Berian informasi yang
4. Informasi yang diberikan
tepat terhadap pasien
dapat memotivasi pasien
tentang kebutuhan
untuk meningkatkan intake
nutrisi yang tepat dan
nutrisi.
sesuai.

5. Zat besi dapat membantu


5. Anjurkan pasien untuk
tubuh sebagai zat
mengkonsumsi
penambah darah sehingga
makanan tinggi zat
mencegah terjadinya
besi seperti sayuran
anemia atau kekurangan
hijau
darah
Manajemen Berat Badan
Manajemen Berat Badan
(1260)
(1260)

1. Diskusikan dengan
1. Membantu memilih
keluarga dan pasien
alternatif pemenuhan
pentingnya intake nutrisi
nutrisi yang adekuat.
dan hal-hal yang
menyebabkan penurunan 2. Dengan menimbang berat
berat badan. badan dapat memantau
2. Timbang berat badan peningkatan dan penrunan
pasien jika memungkinan status gizi.
dengan teratur.

Risiko cedera berhubungan Setelah dilakukan tindakan [6460] Manajemen Demensia


dengan gangguan kognitif keperawatan dalam waktu 1. Sertakan anggota keluarga
dan psikomotor 3x24 jam, diharapkan klien dalam perencanaan,
(Domain 11. dapat mencapai kriteria hasil: pemberian sertaevaluasi
Keamanan/Perlindungan, [0920] Tingkat Demensia perawatan yang diinginkan
Kelas 2. Cedera Fisik, Kode 1. Tidak ada kesulitan R : Membantu
00035) memproses informasi meningkatkan dukungan
2. Tidak ada kesulitan kepada klien
Definisi : melakukan kegiatan dasar 2. Tentukan jenis dan tingkat
Rentan mengalami cedera hidup sehari-hari defisit kognittif dengan
fisik akibat kondisi 3. Tidak ada imobilitas menggunakan alat
lingkungan yang 4. Tidak ada agitasi pengkajian yang standart
berinteraksi dengan sumber R : Membantu mengetahui
adaptif dan sumber [0212] Koordinasi defisit kognitif yang dialami
defensive individu yang Pergerakan oleh klien
dapat mengganggu 1. Kekuatan dari kontraksi 3. Sediakan lingkungan fisik
kesehatan otot tidak terganggu dan rutinitas sehari-hari
2. Kestabilan pergerakan yang konsisten
tidak terganggu R : Membantu klien melatih
3. Keseimbangan pergerakan kemampuan kognitif secara
tidak terganggu konsisten
4. Siapkan untuk berinteraksi
dengan menggunakan
kontak mata dan sentuhan
yangs sesuai
R : Membantu membina
hubungan saling percaya
pada klien

[0221] Terapi Latihan :


Ambulasi
1. Berikan pasien pakaian yang
tidak mengekang
R : Membantu memberikan
kenyamanan pada klien
2. Bantu pasien untuk
menggunakan alas kaki
yang memfasilitasi pasien
untuk berjalan dan
mencegah cedera
R : Membantu menghindari
resiko cedera
3. Sediakan tempat tidur yang
rendah
R : Membantu menghindari
risiko jatuh
4. Tempatkan saklar posisi
tempat tidur ditempat yang
mudah dijangkau
R : Membantu memudahkan
klien untuk menjangkau
saklar tempat tidur

1.5. IMPLEMENTASI

Hari , No.
No. Jam Implementasi Paraf
Tanggal Dx
1. Senin, 1 08.00 Merangsang memori klien dengan mengulang pemikiran
25 terakhir klien.
Februari 08.15 Membantu klien untuk memperkenalkan terhadap
2019 waktu, tempat serta orang – orang disekitarnya.
08.30 Menstimulasi perkembangan klien degan melibatkan
aktivitas untuk meningkatkan pencapaian dan
pembelajaran dengan memenuhi kebutuhan klien.
08.45 Membantu klien menjalani aktvitas dan menghindari
kelupaan klien
09.00 Membantu klien untuk mengingat memorinya secara
perlahan.
09.15 Membantu pasien untuk mengulang informasi yang telah
perawat sampaikan.
09.30 Mengajak keluarga pasien untuk ikut serta dalam
perawatan klien dan membantu klien dengan dukungan
09.45 Menyiapkan klien untuk berinteraksi dengan
menggunakan kontak mata dan sentuhan yang sesuai.
10.00 Memberikan isyarat pada klien untuk memperkenalkan
kejadian – kejadian secara mendasar
10.15 Membantu klien dalam mengolah kemampuan berfikir
dengan menggunakan media televise dan radio.
2. Senin, 2 08.00 Mengkaji status nutrisi pasien
25
08.15 Menjaga kebersihan muut, menganjurkan klien untuk
Februari
2019 selalu melakukan oral hygiene
08.30 Membanttu memenuhi nutrisi yang dibutuhkan klien
08.45 Memberikan informasi yang tepat terhadap pasien
tentang kebutuhan nutrisi yang tepat dan sesuai
09.00 Meganjurkan pasien untuk mengkonsumsi makanan
tinggi zat besi seperti sayuran hijau
09.15 Mendiskusikan dengan keluarga dan pasien pentingny
intake nutrisi dan hal – hal yang menyebabkan
penurunan berat badan.
09.30 Menimbang berat badan pasien jika memungkinkan
dengan teratur.
3. Senin, 3 12.00 Menyertakan anggota keluarga untuk memberi
25 dukungan pada klien
Februari 12.15 Mementukan jenis dan tingkat defisit kognitif dengan
2019 menggunakan alt pengkajian yang standart
12.30 Membantu klien melatih kognitif secara konsisten
12.45 Membina hubungan saling percaya antara perawat
dengan klien.
13.00
Memberikan pasien pakaian yang tidak mengekang dan
13.15 membuat pasien merasa nyaman.
Membantu pasien untuk menggunakan alas kaki yang
13.30 menfasilitasi pasien untuk berjalan dan mencegah
cedera.
Menyediakan tempat tidur yag rendah agar terhindar dari
13.45 risiko jatuh.
Menempatkan saklar posisi tempat tidur yang mudah
dijangkau pasien agar pasien tidak kesulitab menjangkau
saklar tempat tidur.

1.6. EVALUASI
Hari , No.
No. Jam Evaluasi Paraf
Tanggal Dx
1. Senin, 1 14.00 S : klien mengatakan sedikit bisa mengingat setelah
25 dibantu perawat untuk mengingat kembali.
Februari O : klien terlihat mampu membedakan tempat, nama –
2019 nama barang disekitarnya , serta nama perawat.
A : kerusakan memori belum teratasi
P : intervensi dilanjutkan
2. Senin, 2 14.00 : klien mengatakan sudah bisa makan walaupun sedikit
25
O : klien Nampak terlihat kurus , berat badan klien masih
Februari
2019 dibawah batas normal
A : ketidakseimbangan nutrisi masih kurang dari
kebutuhan tubuh
P : intervensi dilanjutkan
3. Senin, 3 14.00 S : pasien mengatakan bahwa pasien sudah mampu
25 untuk berhati – hati.
Februari O : lingkungan klien bersih dan jauh dari benda – benda
2019 yang menyebabkan cedera.
A : risiko cedera tidak terjadi
P : intervensi dilanjutkan
SKENARIO ROLEPLAY
Daftar Peran
1. Ny.Arina : Anak Ny.Sarijah
2. Tn.Doni : Suami Ny.Arina
3. Ny. Sarijah : Ibu Ny.A
4. Ny.Tinah : Teman di Panti
5. Ny.Painem : Teman di Panti
6. Ners Rani : Perawat 1
7. Ners Lina : Perawat 2
8. Ners Wina : Perawat 3
Pada suatu hari ada sebuah keluarga yang terdiri dari Ny.A (usia 48 tahun) dan
Tn. D (usia 50 tahun). Mereka tinggal bersama seorang lansia yang merupakan ibu
dari Ny P yang bernama Ny.S berusia 80 tahun. Suatu ketika Ny.A ingin menitipkan
ibunya ke Panti dikarenakan ingin tinggal diluar kota bersama anaknya.
Ny.A : Bu, saya mau belanja sayur ke supermarket. Saya tinggal dulu ya
bu, jangan kemana-mana.
Ny.S : Saya takut dirumah sendiri, aku ikut ya nak.
Ny.A : Yasudah tapi ibu mandi dulu ya.
Ny.S : Ibu tadi sudah mandi nak.
Ny.A : Ibu itu belum mandi bu, daritadi masih menonton tv.
Ny.S : Yaudah ibu mandi dulu nak.
Selesai mandi kemudian mereka berangkat ke supermarket dengan menaiki
mobil. Beberapa menit kemudian mereka telah sampai di supermarket.
Ny.A : Ibu pengen dimasakin apa?
Ny.S : Sayur sop nak, seperti yang kemarin itu loh.
Ny.A : Seperti kemarin? Kemarin bukan sop bu, tapi tempe goreng.
Ny.S : Sekarang ibu pengen dimasakin sop nak
Ny.A : Yasudah sekarang cari wortelnya disini bu. Nanti untuk lauk
ikannya disana ya bu.
Ny.S : Iya nak.
Tiba-tiba ketika Ny.A mencari wortel, Ny.S berinisiatif untuk mencari lauk
pauknya. Ketika menuju tempat lauk pauknya, Ny.S lupa dengan apa yang ingin
dibeli sehingga Ny.S ingin menanyakan kembali yang ingin dibeli. Namun, ia lupa
akan keberadaan Ny.A sehingga ia tidak sadar sudah berada diluar Supermarket.
Setelah Ny.A berbelanja, ia baru sadar Ny.A tidak ada di lokasi. Kemudian
Ny.A panik dan langsung menelpon sang suami Tn.D.
Ny.A : Pak, saya tadi sama ibu ke supermarket tapi tiba-tiba waktu saya
selesai cari sayuran itu ibu tidak ada ditempat. Saya bingung harus
mencari kemana.
Tn.D : Loh kok bisa sih ibu tidak ada?
Ny.A : Tidak tau pak, tadi saya terlalu focus mencari sayuran sampai tidak
memperhatikan ibu.
Tn.D : Yasudah sekarang bapak siap-siap kesana mencari ibu, siapa tau
melihat ibu dijalan.
Ny.A : Iya pak.
Kemudian Tn.D langsung bergegas untuk mencari Ny.S. Pada saat sampai di
pintu masuk, Tn.D melihat Ny.S di depannya. Lalu Tn.D menghubungi istrinya
untuk ke depan pintu masuk supermarket.
Tn.D : Halo bu
Ny.A : Halo pak, bagaimana sudah ketemu ibu?
Tn.D : Sudah. Saya melihat ibu sendirian di depan pintu masuk,
kebingungan. Sekarang saya sudah bersama ibu, saya tunggu di
pintu masuk supermarket.
Ny.A : Iya pak. Tunggu sebentar, habis ini saya kesana.
Tn.D : Iya bu.
Beberapa hari kemudian Ny.A dan Tn.D pergi ke panti bersama Ny.S. Setelah
sampai di Panti, mereka bertemu dengan seorang perawat
Perawat 1 : Selamat siang pak bu, ada keperluan apa bu?
Ny.P : Selamat siang ners, ini saya ingin menitipkan ibu saya dikarenakan
kami berdua akan tinggal diluar kota. Saya ingin ibu saya tetap
terurus akhirnya kami membawanya kesini.
Perawat 1 : Baiklah.
Kemudian melakukan pengkajian pada keluarga mereka. Keesokan harinya,
ada 2 perawat dan Ny.S berbincang-bincang bersama.
Perawat 1 : Assalamualaikum, Selamat pagi mbah.
Ny.S : Waalaikumsalam
Perawat 1 : Perkenalkan nama saya ners Rani, dan teman saya ners Lina. Kami
yang akan bertugas merawat mbah pagi ini, nama mbah siapa?
Ny.S : Nama saya Sarijah
Perawat 1 : Mbah senang dipanggil siapa?
Ny.S : Sari
Perawat 1 : Bagaimana kabar mbah sekarang?
Ny.S : Alhamdulillah baik, kalian siapa ya?
Perawat 1 : Baiklah mbah, tadi kan saya sudah memperkenalkan diri saya.
Disini saya akan mengulanginya lagi. Nama saya ners Rani, dan
teman saya ners Lina
Ny.S : Oh, yang ini Ners Lina, yang ini siapa ya?
Perawat 1 : Saya ners Rani
Ny.S : Ners Rani, Ners Lina (dengan menunjuk)
Perawat 1 : Iya mbah. Mbah disini tujuan kami ingin berbincang-bincang
mengenai aktivitas mbah sehari-hari.
Ny.S : Boleh
Perawat 2 : Mbah sudah mandi atau belum?
Ny.S : Belum sus, ini masih bau badan saya
Perawat 2 : Benarkah mbah? mbah belum mandi? coba di ingat-ingat.
Ny.S : Belum sus. Saya masih bau, berarti belum mandi sus.
Perawat 2 : Tadi sebelum mandi mbah pakai baju apa? Sekarang pakai baju
apa?
Ny.S : Tadi baju merah.
Perawat 2 : Sekarang pakai baju apa mbah?
Ny.S : Sekarang batik coklat. Oh iya saya lupa, saya sudah mandi.
Perawat 2 : Nah mbah sekarang ingat kalau mbah sudah mandi
Ny.S : Oh iya sus
Perawat 1 : Mbah sudah minum obat?
Ny.S : Belum sus
Perawat 1 : Coba saya lihat ya mbah. Ini mbah sudah minum obat tadi jam 7
pagi
Ny.S : Saya lupa sus, berarti saya sudah minum obat ya sus?
Perawat 1 : Lupa yam bah, tadi mbah sudah minum obat.
Perawat 2 : Setelah minum obat, mbah melakukan aktivitas apa sampai saat
ini?
Ny.S : Tadi saya sudah mandi, makan lalu minum obat sus.
Perawat 2 : Makan apa mbah?
Ny.S : Makan apa ya sus?
Perawat 2 : Yasudah mbah, kalau tidak ingat jangan dipaksa.
Kemudian perawat 2 mengajak berjalan mengitari Panti, lalu mereka bertemu
dengan 2 orang lansia dan perawat pun memperkenalkan mereka kepada Ny.S.
Akhirnya mereka memulai perbincangan.
Perawat 2: Mbah perkenalkan ini namanya mbah Painem dan ini namanya
mbah Tinah
Ny.S : (berjabat tangan), saya sarijah.
Ny.P : Kamu asalnya darimana?
Ny.S : Saya asalnya dari Tulungagung. Kamu?
Ny.P : Saya asalnya dari Mojokerto
Ny.S : Lah Tinah asalnya darimana?
Ny.T : Saya asalnya dari Jombang
Perawat 1: Wah pada ngapain nih?
Perawat 2: Wah ners rani sudah datang nih, saya tinggal dulu ya mbah
Ny.T : Ini loh mbah painem asalnya dari Mojokerto
Perawat 1 : Loh sama mbah saya juga dari Mojokerto, Mojokerto mana mbah?
Ny.T : Itu loh Mojokerto depannya masjid besar.
Perawat 1: Oh jauh dong sama rumah saya mbah
Setelah berbincang-bincang, akhirnya mereka memutuskan untuk bermain
bersama. Di tengah permainan, Ny.S tiba-tiba ingin makan lagi padahal baru 1 jam
yang lalu ia makan.
Ny.S : Saya kok belum dapat makan ya?
Ny.T : Baru saja 1 jam yang lalu kamu dapat makan.
Ny.P : Suster…suster
Perawat 3 : Iya, ada yang bisa saya bantu mbah?
Ny.T : Ini sus kata mbah sari dia belum dapat makan dari tadi.
Perawat 3 : Mbah sari sudah makan kok, lupa ya mbah. Tadi yang
mengantarkan makanannya ners lina mbah.
Ny.S : Oh begitu ya sus, maaf ya sus saya lupa.
Perawat 3: Iya mbah. Begini mbah saya ingin menyampaikan sesuatu untuk
membantu dalam mengingat kegiatan sehari-hari yang sudah
dilakukan mbah sari. Ini ada sebuah buku yang dimana ketika mbah
sari melakukan kegiatan akan tercatat dibuku ini, sehingga mbah sari
tidak akan lupa lagi. Nanti saya akan membimbing mbah sari
Ny.S : Iya sus, terimakasih ya sus.
BAB 4
PENUTUP

4.1. Kesimpulan
Gangguan panca indera, komunikasi, daya pulih, dan kulit merupakan
gangguan yang terjadi akibat proses menua semua fungsi panca indera dan
otak berkurang. Penurunan kemampuan kognitif bukanlah bagian normal dari
proses penuaan. Penurunan kemampuan kognitif seringkali ditemukan, dan
kadang-kadang didahului dengan penurunan kontrol emosional, perilaku
sosial, dan bahkan motivasi (WHO, 2012). Sehingga dapat menurunkan
kualitas hidup lansia yang berimplikasi pada kemandirian dalam melakukan
aktivitas hidup sehari-hari (Nugroho, 2008).

4.2. Saran
Setelah kita mengetahui bagaimana kebutuhan lansia diharapkan
perawat dapat lebih sabar dan teliti lagi dalam memberikan asuhan
keperawatan sesuai dengan teori yang telah dijelaskan sebelumnya, untuk
menyelesaikan masalah tidak hanya sekedari fisik saja namun juga dengan
masalah psikologi dari lansia yang kita rawat, akan lebih baik lagi apabila
keluarga juga ikut berperan aktif dalam menjalankan asuhan keperawatan
DAFTAR PUSTAKA

Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku PATOFISIOLOGI. Jakarta: EGC


Dini, Aulya Adha. "Sindrom geriatri (imobilitas, instabilitas, gangguan intelektual,
inkontinensia, infeksi, malnutrisi, gangguan pendengaran)." Jurnal
Medula 1.03 (2013): 117-125.
Hanafi, A. (2014). Pengaruh terapi brain gym terhadap peningkatan fungsi kognitif
pada lanjut usia di posyandu lanjut usia desa pucangan kartasura (Doctoral
dissertation, Universitas Muhammadiyah Surakarta).
Hartati, Sri, and Costrie Ganes Widayanti. "Clock drawing: Asesmen untuk
demensia (Studi deskriptif pada orang lanjut usia di kota Semarang)." Jurnal
Psikologi 7.1 (2010): 1-10.
Lubis, Nova Zairina. 2014. Proporsi Pasien Dermatitis Seboroik di Departemen
Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam
Malik Medan Periode Tahun 2010-2012. Sumatera Utara.
http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/41341. Tanggal terbit: 02 Juni
2014.
Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aeus Calpius
Muttaqin. (2009). Asuhan Keperawatan Perioperatif Konsep, Proses, dan Aplikasi.
Jakarta: Salemba Medika.
Pearce, Evelyn. Anatomi dan Fisiologis Untuk Paramedis.Jakarta. Gramedia.2006.
Prasetyo, M. Nur Dwi, dkk. Makalah Gerontik Gangguan Pola Istirahat dan Tidur.
Poltekkes Kemenkes Surabaya, 2017.
Price, Sylvia A, dkk. 2005. PATOFISIOLOGI Konsep Klinis dalam Proses-proses
Penyakit. Jakarta : EGC
Rudolph, Abraham M, dkk. 2006. Buku Ajar PEDIATRI. Jakarta : EGC
Sherwood, Lauralee.Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem.Edisi
2.Jakarta.EGC.2001; p.547-548.
Smeltzer dan Bare. 2000. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC
Stockslager, J. L., & Schaeffer, L. (2007). Buku Saku Asuhan Keperawatan
Geriatrik Ed.2. Jakarta: EGC.
Sumirta, I Nengah dan AA Istri Laraswati. Faktor yang Menyebabkan Gangguan
Tidur (Insomnia) pada Lansia. Politeknik Kesehatan Denpasar. 2017.
Taylor Cynthia. 2010. Diagnosis Keperawatan. Jakarta: EGC
Wahyu, N Septina, dkk. Asuhan Keperawatan Pada Lansia Dengan Gangguan
Delirium. Universitas Muhammadiyah Ponorogo, 2016.
Widyastuti, Ketut, Mahasena, 2017, DELIRIUM, Denpasar.
Wiyono, Wahyu. Hubungan Antara Tingkat Kecemasan dengan Kecenderungan
Insomnia pada Lansia di Panti Wredha Dharma Bakti Surakarta. Diss.
Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2009.
Wong, Donna L, dkk, 2003. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatri. Jakarta: EGC
Yasa, I Dewa Gede Dwija. Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan pada Pasien
dengan Gangguan Istirahat Tidur di Ruang Belibis Rumah Sakit Umum
Daerah Wangaya. Universitas Udayana. 2014.
Yulianti. 2015. Laporan Pendahuluan Gerontology “Geriatric Syndrome”.
Universitas Brawijaya Malang

Anda mungkin juga menyukai