P
DI RUANG ANGGREK PANTI WREDA HARAPAN IBU
NGALIYAN SEMARANG
SEMARANG
Disusun oleh :
NURMARYANI WAHYUNI 22020113210002
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Lansia merupakan seseorang yang telah berusia 60 tahun ke atas baik
pria maupun wanita, yang masih aktif beraktivitas dan bekerja maupun yang
tidak berdaya untuk mencari nafkah sendiri sehingga bergantung kepada
orang lain untuk menghidupi dirinya (Maryam, 2008).
WHO menyatakan menggolongkan pada usia lanjut menjadi 4 yaitu:
usia pertengahan (middle age) usia antara 45 59 tahun, lanjut usia (elderly)
usia antara 60 74 tahun, lanjut usia tua (old) usia antara 75 90 tahun dan
usia sangat tua (very old) usia berada diatas 90 tahun (Nugroho, 2008).
Penuaan adalah suatu prose salami yang tidak dapat dihindari,
berjalan terus menerus, dan berkesinambungan. Dari hal tersebut akan
menyebabkan perubahan anatomis, fisiologis dan biokimia pada tubuh
sehingga akan mempengaruhi fungsi dan kemampuan tubuh secara
keseluruhan (Maryam, R. Siti dkk,2008). Banyak fenomen yang dapat terjadi
salah satunya ditandai dengan menghilangnya beberapa kemampuan jaringan
untuk memperbaiki diri atau mengganti serta mempertahankan fungsi
normalnya secara perlahan-lahan sehingga tidak dapat bertahan terhadap
infeksi dan memperbaiki kerusakan yang terjadi.
Seiring bertambahnya usia dan populasi lanjut usia akan turut
meningkatkan kejadian penyakit kronik dan ketidakberdayaan di kalangan
mereka (Santoso, 2009). Hasil penelitian yang dilakukan di Malaysia
menyebutkan bahwa penyakit kronik dan akut yang paling banyak dilaporkan
oleh subjek penelitian adalah tekanan darah tinggi (32.7%) dan artritis
(29.6%). Sebaran subjek laki-laki dan perempuan yang mengidap tekanan
darah tinggi, gout atau artritis adalah hampir sama (Santoso, 2009).
Fungsi fisiologis pada lansia secara umum mengalami gangguan
muskoloskeletal, seperti: gangguan pada sendi atau arthtritis (Santoso, 2009).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. LANSIA
Lansia merupakan seseorang yang telah berusia 60 tahun ke atas baik
pria maupun wanita, yang masih aktif beraktivitas dan bekerja maupun yang
tidak berdaya untuk mencari nafkah sendiri sehingga bergantung kepada
orang lain untuk menghidupi dirinya (Maryam, 2008). Pada individu yang
memasuki usia lanjut akan terjadi proses menua. Proses menua adalah
menghilangnya kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti
dan mempertahankan fungsi normalnya secara perlahan-lahan sehingga tidak
dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang terjadi.
Usia lanjut merupakan bagian dari proses tumbuh kembang yang harus
diterima sebagai suatu kenyataan dan fenomena biologis. Kehidupan itu akan
diakhiri dengan proses penuaan yang berakhir dengan kematian (Hutapea,
2005).
Undang-Undang Nomor 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia
menyatakan bahwa lanjut usia adalah penduduk yang telah mencapai usia 60
tahun ke atas (Kementrian Pemberdayaan Pemberdayaan Perempuan dan
Perlindungan Anak Republik Indonesia, tanpa tahun). Pengertian lain
mengenai lansia adalah kegagalan seseorang untuk mempertahankan
keseimbangan terhadap kondisi stress fisiologis. Manusia secara progresif
akan kehilangan daya tahan terhadap infeksi (Darmojo & Martono, 2004).
Kegagalan juga dapat berupa penurunan daya kemampuan untuk hidup dan
peningkatan kepekaan secara individual (Effendi, 2009).
Departemen Kesehatan (DEPKES RI) membagi lansia menjadi 3
kelompok berdasarkan tingkat usia, yaitu (Tamher, 2009):
1. Kelompok usia dalam masa virilitas (45-54 tahun), merupakan kelompok
yang berada dalam keluarga dan masyarakat luas.
: 45-59 tahun
: 60-74 tahun
: 75-90 tahun
: diatas 90 tahun
cairan
tulang
menurun
sehingga
mudah
rapuh
C. ARTHTRITIS GOUT
1. Pengertian Arthtritis Gout
Arthtritis Gout merupakan kelompok gangguan metabolisme
purin dan pirimidin, yang ditandai dengan tophy yang menimbulkan
serangan peradangan atritis akut sendi paroksismal berulang biasanya
mengenai sendi perifer tunggal, biasanya bereaksi baik dengan kolkisin,
dan biasanya diikuti dengan penyembuhan total Diantari, 2013).
Gout/arthritis gouty adalah suatu kelainan metabolik yang mana
laki-laki 8-9 kali lebih sering terkena dari pada wanita. Penyakit ini dapat
terjadi pada berbagai usia. Usia yang paling sering terkena adalah sekitar
50 tahunan. Umumnya 85% dari penderita gout karena faktor genetik
(Santoso, 2009).
Gout adalah penyakit dimana terjadi penumpukan asam urat
dalam tubuh secara berlebihan baik akibat produksinya yang meningkat
atau pembuangannya melalui ginjal yang menurun, dan akibat
peningkatan asupan makanan kaya akan purin. Ditandai dengan serangan
mendadak dan berulang dari arthritis yang terasa sangat nyeri karena
adanya endapan kristal monosodium urat, yang terkumpul di dalam sendi
sebagai akibat dari tingginya kadar asam urat di dalam darah
(hiperurisemia). (Kertia, 2009)
2. Klasifikasi
Gout sekunder dapat disebabkan oleh dua hal yaitu Produksi asam
urat yang berlebihan dan sekresi asam urat yang berkurang.
(Arif, 2008)
3. Ciri-ciri Asam Urat
membengkak.
h. Serangan unilateral (satu sisi) pada sendi metatarsophalangeal
pertama.
i.
j.
k. Hiperuricemia (kadar asam urat dalam darah lebih dari 7,5 mg/dL).
l.
10
h. Penumpukan kadar asam urat yang terlalu tinggi pada organ tertentu
(kaki, tangan) dapat mengakibatkan organ tersebut sangat sakit, sulit
untuk digerakkan bahkan menyebabkan kelumpuhan
i. Serangan dapat terjadi tanpa gejala dan berulang-ulang pada
serangan gout (arthritis pirai akut) dapat terjadi serangan mendadak,
timbulnya serangan dapat dipicu:
1) Luka ringan.
2) Pembedahan.
3) Pemakaian sejumlah besar alkohol atau makanan yang kaya
protein (mengandung purin tinggi).
4) Kelelahan.
5) Stress dan emosional.
6) Penyakit.
Selain itu tanda-tanda gout juga dapat dilihat dari karakteristik
tahap/stadium gout yaitu antara lain :
a. Stadium Asimptomatik
Ditandai dengan peningkatan kadar asam urat tetapi asimptomatis,
sebab penderita tidak merasakan nyeri ataupun sakit baik artitis tofi
maupun batu ginjal atau batu urat disaluran kemih
b. Stadium Akut
Terjadi radang sendi dan rasa nyeri yang hebat., bengkak , merah dan
terasa panas pada pangkal ibu jari kiri. Serangan sering muncul pada
tengah malam dan menjelang pagi hari
c. Stadium Interkritikal
Merupakan tahap interval diantara dua serangan akut, dan biasanya
terjadi setelah satu atau dua tahun kemudian
d. Stadium Kronik
Ditandai dengan terbentuknya tofi dan deformasi (perubahan bentuk
pada sendi-sendi) yang tidak dapat berubah kebentuk seperti semula,
ini dapat disebut dengan gejala irreversible atau artitis gout kronis.
Situasi ini, rentang kambuh semakin sering disertai rasa sakit terus
11
menerus yang lebih menyiksa, suhu badan tinggi. Tanda seperti ini
akan menyebabkan penderita lumpuh karena sendi menjadi kakukaku sreta tidak dapat ditekuk.
(Puspitasari, 2010)
6. Patofisiologi
Gangguan metabolisme purin dalam tubuh, intake bahan yang
mengandung asam urat tinggi dan sistem ekskresi asam urat yang tidak
adekuat akan menghasilkan akumulasi asam urat yang berlebihan di
dalam plasma darah (Hiperurecemia), sehingga mengakibatkan kristal
asam urat menumpuk dalam tubuh. Penimbunan ini menimbulkan iritasi
lokal dan menimbulkan respon inflamasi Lukman (Ningsih, 2009).
Saat asam urat menjadi bertumpuk dalam darah dan cairan tubuh
lain, maka asam urat tersebut akan mengkristal dan akan membentuk
garam-garam urat yang akan berakumulasi atau menumpuk di jaringan
konektif diseluruh tubuh, penumpukan ini disebut tofi. Adanya kristal
akan memicu respon inflamasi akut dan netrofil melepaskan lisosomnya.
Lisosom tidak hanya merusak jaringan, tapi juga menyebabkan
inflamasi.Pada penyakit gout akut tidak ada gejala-gejala yang timbul.
Serum urat meningkat tapi tidak akan menimbulkan gejala. Lama
kelamaan penyakit ini akan menyebabkan hipertensi karena adanya
penumpukan asam urat pada ginjal.
Serangan akut pertama biasanya sangat sakit dan cepat memuncak
(Pranarka, 2010).
Serangan ini meliputi hanya satu tulang sendi. Serangan pertama
ini sangat nyeri yang menyebabkan tulang sendi menjadi lunak dan terasa
panas, merah. Tulang sendi metatarsophalangeal biasanya yang paling
pertama terinflamasi, kemudian mata kaki, tumit, lutut, dan tulang sendi
pinggang. Kadang-kadang gejalanya disertai dengan demam ringan.
Biasanya berlangsung cepat tetapi cenderung berulang dan dengan
interval yang tidak teratur (Pranarka, 2010).
12
13
Pathway
FAKTOR
GENETIK
SEKRESI
ASAM
BERLEBIHAN
URAT
THOPI
GANGGUAN
METABOLISME
TERAPI
FARMAKO
(KORTIKOSTEROID)
PENINGKATAN
PERMEABILITAS
HIPERUREMI
A
SUPRESI
SUMSUM
HIPERATURASI
URAT
TERJADI
PADA
SENDI KAKI
DEFORMITAS PADA
KAKI
ASAM
PENURUNAN
DAYA
TAHAN TUBUH
RISIKO
INFEKSI
GANGGUA
N CITRA
TUBUH
PENGELUARAN RADIKAL
BEBAS TOKSIK &
LEUKOPROTEIN B
KEMATIAN
NEUTROFIL
GANGGUAN
TRANSPORTASI
ELEKTROLIT
GANGGUAN
POTENSIAL AKSI
KESEMUTAN
FAAL
PROSTAGLANDI
N
PERMEABILITAS
PERPINDAHAN
CAIRAN
&
14
ELEKTROLIT
PERPINDAHAN CAIRAN DARI EKSTRAVASKULER
INTRAMUSKULER
HAMBATAN
MOBILITAS FISIK
KELEMAHAN
OTOT
HAMBATAN
PELEPASAN INFLAMASI
PENINGKATAN
KAPILER
UJUNG-UJUNG
GANGGUAN
&
RASA
MENGELUARKAN ASAM
LISOSOM YG BERSIFAT
DEKSTRUTIF
EDEMA
RISIKO KERUSAKAN
INTEGRITAS KULIT
NYERI AKUT
GANGGUAN POLA
TIDUR
15
7. Komplikasi
Gout dapat menimbulkan komplikasi berupa batu ginjal dan kerusakan tubuh
yang dapat menyebabkan gagal kronis.
(Maryam, 2008)
8. Pencegahan Terjadinya Komplikasi
Bagi penderita asam urat disarankan :
a. Menggunakan air hangat saat mandi pagi karena air hangat dapat
menyebabkan pergerakan sendi menjadi mudah. Sehingga penderita
asam urat lebih mudah bergerak.
b. Bagi penderita asam urat yang obesitas, agar menurunkan berat (Diet)
badan sehingga beban persendian berkurang. Syarat diet bagi penderita
gangguan asam urat antara lain:
c. Pembatasan purin: Jika telah terjadi pembengkakan sendi maka harus
melakukan diet bebas purin. Hampir semua bahan makanan sumber
protein mengandung nukleoprotein maka asupan purin yang dikonsumsi
100-150 mg purin/hari.
d. Kalori sesuai dengan kebutuhan: Jumlah asupan kalori disesuaikan
berdasarkan tinggi dan berat badan.asupan kalori yang terlalu sedikit
juga meningkatkan kadar asam urat karena adanya keton bodies yang
akan mengurangi pengeluaran asam urat melalui urin.
e. Tinggi karbohidrat: seperti nasi, singkong, roti, baik dikonsumsi karena
akan meningkatkan pengeluaran asam urat melalui urin. Sebaiknya tidak
kurang dari 100 gram/hari. Karbohidrat jenis Friktosa harus dihindari
karena akan meningkatkan kadar asam dalam darah.
f. Rendah protein: Protein dari hewan dapat meningkatkan kadar asam urat
dalam darah.asupan protein yang dianjurkan sebesar 50-70 gram/hari
atau 0,8-1 gram/kg berat badan/hari.sumber protein yang disarankan
protein nabati.
16
18
kesulitan
untuk
melaksanakan
aktivitas
pribadi,
20
rumah
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
PENGKAJIAN
A. DATA UMUM
1. Nama lansia
: Ny.P
2. Usia
: 72 tahun
3. Agama
: Islam
4. Suku
: Jawa
5. Jenis kelamin
: Wanita
6. Nama wisma
: Anggrek
7. Pendidikan
: SMP
8. Riwayat pekerjaan
: Penyayi di RRI
9. Status perkawinan
: Janda
: Bu Kani
21
Tekanan darah
140/90 mmHg
140/80 mmHg
140/80 mmHg
b. RIWAYAT VAKSINASI
Ny.P mengatakan tidak tahu mengenai vaksinasi yang telah dilakukannya.
Pengkajian dengan pengasuh didapatkan data bahwa selama di Panti
Wreda Harapan Ibu Ny.P belum pernah mendapatkan vaksin.
22
IMT =
BB
2
TB ( m )
48
1,43 2
=
= 23, 47 (normal)
23
terlihat bentuk kaki Leter O, Ny. P mengatatakan saat ini mengkonsumsi obat
yang dulunya pernah diberikan dokter dan saat habis dibeli sendiri dengan
resep yang sama, setelah mengkonsumsi obat nyeri dilutut masih terasa. Ny. P
mengeluh nyeri terkadang muncul saat malam hari sebelum tidur, sehingga
Ny. P terkadang susah tidur. Ny.P tampak memijat halus lututnya saat duduk
santai.
Ny. P mengatakan akibat nyeri yang muncul menyebabkan kesusahan untuk
berjalan dan beraktifitas. Saat beraktitas Ny. P selalu berhati-hati dan pelanpelan.
Pengkajian nyeri PQRST:
P: Ny. P mengatakan nyerinya timbul dan terasa sangat sakit jika bangun tidur,
berdiri terlalu lama, berjalan jauh dan hendak tidur.
Q: Ny. P mengatakan nyerinya itu terasa tertusuk tusuk dan njarum.
R: Ny. P mengatakan nyeri di bagian lutut tidak menyebar pinggul atau
pangkal paha.
S: Ny. P mengatakan kalau antara 1-10 nyerinya angka 5, masih bisa di tahan,
kadang juga tidak bisa di tahan, nyeri yang muncul menyebabkan
kesusahan untuk berjalan dan beraktifitas.
T: Ny. P mengatakan nyerinya sudah sejak seminggu yang lalu, kadangkadang reda kemudian muncul lagi.
Saat pertama kali berkenalan, Ny. P terlihat ceria, setelah mengobrol cukup
lama dan membangun hubungan saling percaya, Ny. P menangis dan merasa
tidak berguna lagi. Ny. P mengaku tidak ada keluarga yang menyayanginya
lagi saat sudah tidak memiliki kemampuan. Ny. P merasa selalu merepotkan
keluarga dan menyebabkan ribut dalam keluarga, puncaknya 6 bulan yang
lalu Ny. P diusir dari rumah oleh suami keponakannya.
7. OBAT-OBATAN YANG DIKONSUMSI SAAT INI
a. Dexamethasone
b. Calcium lactate
24
c. Asam mefenamat
8. TINDAKAN SPESIFIK YANG DILAKUKAN SAAT INI
Ny. P mengaku saat ini menggosokan lututnya dengan balsem geliga jika nyeri
sudah tidak tertahan.
9. STATUS FUNGSIONAL (AKS) (Dinilai dengan Indeks KATZ)
Mobilisasi
: Dibantu
Berpakaian
: mandiri
: mandiri
: mandiri
Indeks KATZ B
D. DIMENSI PSIKOLOGI
1. STATUS KOGNITIF
The Short Portable Mental Status Quesionnaire (SPMSQ)
Pertanyaan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
25
Jawaban
Betul
Salah
26
ini ?
13. Apakah anda merasa penuh berenergi
saat ini ?
14. Apakah anda saat ini sudah tidak ada
harapan lagi ?
15. Apakah anda berfikir banyak orang lain
lebih baik daripada anda ?
Skor 7: Depresi
Tidak
Tidak
Ya
Tidak
Ya
Tidak
Dari hasil pengkajian diketahui bahwa keadaan emosi kurang stabil. Awalnya
Ny. P menjawab pertanyaan dengan tenang. Tapi jika bercerita tentang
pengalaman dan keluarag Ny. P selalu menangis dan merasa tidak berguna
sebagai manusia. Pengasuh wisma mengatakan bahwa Ny.P adalah
seseorang yang tidak banyak bicara dan tidak pernah membuat gaduh atau
masalah dengan teman-temannya.
E. DIMENSI FISIK
1. LUAS WISMA
Luas tanah : 3.744 m2
Luas wisma: 2.303 m2
2. KEADAAN LINGKUNGAN DI DALAM WISMA
a. Penerangan
Penerangan di dalam wisma tergolong baik. Pada siang hari cahaya matahari
dapat masuk ke seluruh ruangan dengan maksimal karena terdapat total 42
jendela kaca yang dibuka setiap hari. Penerangan pada malam hari
terdapat 6 buah bola lampu. Penerangan dalam kamar mandi cukup terang
sehingga pada malam hari apabila ada lansia yang akan ke toilet akan
mendapatkan penerangan cukup.
b. Kebersihan dan kerapian
Di tempat tidur Ny. P barang rapi, Ny. P selalu merapikan tempat tidur dan
lemari setiap pagi. Meja tampak rapi dan pakaian kotor Ny. P selalu
dikumpulkan dibawah tempat tidur/dipan. Lantai di sekitar tempat tidur
Ny.P juga bersih dan selalu dipel oleh pengasuh panti.
c. Pemisahan ruangan antara pria dan wanita
Di panti harapan ibu ini hanya terdapat lansia wanita sehingga tidak ada
pembatas ruangan antara lansia pria dan lansia wanita, hanya ada seorang
lansia laki-laki yang membantu memasak di dapur.
28
d. Sirkulasi udara
Terdapat 2 jendela di masing-masing tempat tidur yang terbuat dari kaca
bening, yang dapat di buka dan ditutup. Terdapat 3 pintu yang dapat
digunakan sebagai akses keluar masuk lansia.
e. Keamanan
Lantai terbuat dari keramik. Kondisi lantai rata dan tidak licin. Selalu
dibersihkan setiap hari. Terdapat pegangan untuk pengaman namun hanya
ada di 1 ruang yaitu ruangan teras kamar mandi, di ruangan tidak ada.
Tidak terdapat alarm tanda bahaya atau bel pemanggil pengasuh wisma.
Ditempat mencuci lantai juga licin dan kotor.
f. Sumber air minum
Sumber air yang digunakan untuk mandi adalah air sumur. Sumber air minum
yang digunakan adalah air isi ulang (galon).
g. Ruang berkumpul bersama
Terdapat 2 ruangan yang dapat digunakan sebagai ruang berkumpul bersama.
Terdapat 1 TV, kipas angin pada masing-masing ruangan.
3. KEADAAN LINGKUNGAN DI LUAR WISMA
a. Pemanfaatan Halaman
Dari hasil pengkajian didapatkan data bahwa halaman wisma dapat digunakan
untuk jemuran dan di sisi belakang terdapat berbagai tumbuhan buah dan
sayur yang dapat dimanfaatkan pihak panti, seperti: pohon mangga,
nangka, singkong, rembutan, mengkudu, dll. Biasanya halaman juga dapat
digunakan untuk parkir kendaraan dan senam.
b. Pembuangan air limbah
Dari hasil pengkajian didapatkan data bahwa air limbah dialirkan ke selokan
yang berakhir ke sungai. Beberapa penghuni panti sering membuang
bekas makanan sembarangan diselokan sehingga menyebabkan selokan
kotor dan bau.
c. Pembuangan Sampah
29
Sampah dibuang ditempat sampah yang terletak di sisa lahan yang terletak di
samping wisma.
d. Sanitasi
Sanitasi disekitar wisma cukup baik, ada tempat pembuangan sampah dan
limbah toilet.
e. Sumber Pencemaran
Dari hasil pengkajian didapatkan hasil bahwa di panti wreda tidak terdapat
sedikit polusi udara karena jauh dari pabrik dan jalan raya, kendaraan
bermotor yang melintas juga jarang.
F. DIMENSI SOSIAL
1. HUBUNGAN LANSIA DENGAN LANSIA DIDALAM WISMA
Ny. P mengatakan hubungannya dengan lansia lain baik tidak semuanya baik,
menurut Ny. P diruang anggrek terdapat penguasa yang selalu memarahi
lansia lain. Ny. P mengaku hanya memiliki satu teman akrab di panti. Teman
akrabnya tersebut tempat berbagi cerita dan meminta tolong.
2. HUBUNGAN ANTAR LANSIA DI LUAR WISMA
Ny.P mengatakan bahwa dirinya berkomunikasi seperlunya dengan lansia. Ny.
P tidak mau berhubungan terlalu jauh, takut mengnimbulakan kesalah
pahaman.
3. HUBUNGAN LANSIA DENGAN ANGGOTA KELUARGA
Ny.P mengatakan suaminya sudah meninggal dan Ny. P tidak memiliki anak.
Saat ini keluarga satu-satunya hanyalah adiknya dan keponakannya. Tetapi
masalah yang baru saja terjadi membuat hubungan Ny. P menjadi tidak baik.
Ny. P menganggap keponakannya ingin menjahatinya. Menurut Ny. P selama
ini sudah baik kepada adik dan keponakannya, Ny. P mengaku sudah
30
memberikan uang untuk membuat rumah yang sedang dihuni oleh keponakan
yang mengusirnya, namun Ny. P malah diusir dari rumah tersebut, ini menjadi
penyebab Ny. P merasa hidupnya tidak berguna dan merepotkan orang lain.
Ny.P mengatakan terakhir dijenguk adiknya sebulan yang lalu.
4. HUBUNGAN LANSIA DENGAN PENGASUH WISMA
Pengasuh wisma mengatakan Ny.P termasuk lansia yang kooperatif di panti.
Ny. P juga selalu melakukan yang dimintai tolong oleh pengasuh wisma.
Menurut Ny. P pengasuh panti biasa-biasa saja.
5. KEGIATAN ORGANISASI SOSIAL
Hasil wawancara didapatkan hasil bahwa terdapat kegiatan sosial setiap
sebulan sekali yaitu terdapat posyandu lansia dan kegiatan keagamaan setiap
hari kamis yaitu pengajian, kerja bakti di hari rabu dan senam di hari senin.
Dari semua kegiatan Ny.P selalu aktif mengikuti.
G. DIMENSI TINGKAH LAKU
1. POLA MAKAN
Ny.P mengatakan makan 3x setiap hari, yaitu pagi, siang dan sore. Ny.P
mengatakan jarang menghabiskan makanan yang diberikan dari panti karena
tidak menyukai lauknya.
2. POLA TIDUR
Ny.P mengatakan biasanya tidur jam 10 malam, namun sering terbangun
malam hari dan susah untuk tidur lagi dan bangun jam 4.30 pagi. Terkadang
jika nyerinya kambuh Ny. P mengalami susah tidur dan selau terbangun
dimalam hari. BAK pada malam hari biasanya 1-2x, terkadang tidak bisa tidur
setelahnya. Ketika siang hari Ny.P jarang tidur siang.
3. POLA ELIMINASI
Ny.P mengatakan setiap hari BAK sebanyak 5-6 kali. Ny.P mengatakan tidak
pernah mengompol dan bisa menahan perasaan ingin BAK. Setiap merasa
31
wawancara
dengan
pengasuh
didapatkan
hasil
bahwa,
32
3. PEMERIKSAAN FISIK
No
Hari/Tanggal
Senin, 17
Februari 2014
09.40 WIB
Bagian/Regio
n
Hasil Pemeriksaan
Masalah
Keperawatan
yang Muncul
Kepala
Mesocephal,
rambut
terlihat cukup bersih,
terdapat beberapa ikatan
dengan karet gelang yang
sudah lengket dengan
rambut, beruban namun
bagian tengah masih ada
yang hitam, tidak ada
lesi.
Bentuk
muka
oval,
keriput dan tidak ada lesi
dan kemerahan
Bersih tidak terdapat
serumen air mata msh
dapat keluar, mata agak
merah,
tidak
gatal,
konjungtiva tidak anemis,
sclera tidak ikterik, tidak
terdapat
katarak,
penglihatan masih jelas.
Bersih, tidak ada lesi,
tidak ada serumen,
pendengaran
Ny.R
masih adekuat tetapi
masih bisa.
Tidak ada
Wajah/Muka
Mata
Telinga
34
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Leher
Tidak ada
Thoraks
Jantung
Abdomen
10
Ekstrimitas atas
11
Ekstrimitas
bawah
Tidak ada
Tidak ada
35
36
4. ANALISA DATA
5.
Hari/Tan
ggal
9.
Senin, 17
Februari 2014
10.
09.40
WIB
6.
16.
Senin, 17
Februari 2014
17.
09.40
WIB
18.
19.
20.
Data fokus
7.
11. DS:
P: Ny. P mengatakan nyerinya timbul dan terasa sangat sakit
jika bangun tidur, berdiri terlalu lama, berjalan jauh dan hendak
tidur.
Q: Ny. P mengatakan nyerinya itu terasa tertusuk tusuk dan
njarum.
R: Ny. P mengatakan nyeri di bagian lutut tidak menyebar
pinggul atau pangkal paha.
S: Ny. P mengatakan kalau antara 1-10 nyerinya angka 5, masih
bisa di tahan, kadang juga tidak bisa di tahan, nyerinya cukup
mengaggu jika mau beraktifitas.
T: Ny. P mengatakan Nyerinya sudah sejak 2 hari ini, kadangkadang muncul lagi kalau sudah reda.
12. DO:
Ny. P terlihat kesakitan di raba bagian yang menonjol di
lututnya
Ny. P terlihat meringis jika ingin berdiri
Ny. P terlihat menahan sakit jika ingin berpindah posisi
Cek Asam urat 8.9 mg/dl (11 November 2013)
Cek asam urat 8.6 mg/dl (5 Desember 2013)
DS:
Ny. P mengatakan tidak bisa menaiki tangga, perlu bantuan
Ny. P mengatakan berjalan selalu menggunakan tongkat
Ny. P mengatakan tidak sanggup berdiri terlalu lama
Ny. P mengatakan tidak bisa berjalan di jalan menurun sendiri
Ny. P mengatakan tidak kuat berjalan terlalu lama
Ny. P mengatakan hanya sanggup berjalan 30 langkah tanpa
tongkat penyangga
DO:
Ny. P selalu menggunakan tongkatnya untuk beraktiftas
Ny. P terlihat berjalan sangat pelan
Ny. P terlihat jalan tidak tegap
Ny. P terlihat sedikit sesak saat berjalan
37
Diagnosa Keperawatan
8.
TTD
13.
(00133)
14.
Nyeri Kronis berhubungan dengan
Proses Penyakit (Asam Urat)
15.
Nurm
aryani
21.
(00088)
22.
Hambatan berjalan
dengan gangguan keseimbangan
23.
Nurm
aryani
berhubungan
5.
Hari/Tan
ggal
24.
Senin, 17
Februari 2014
25.
09.40
WIB
31.
Senin, 17
Februari 2014
32.
09.40
WIB
6.
Data fokus
7.
26.
DS:
Ny. P mengatakan tidak ada keluarga yang menyayanginya lagi
saat sudah tidak memiliki kemampuan.
Ny. P mengatakan selalu merepotkan keluarga
dan
menyebabkan ribut dalam keluarga
27.
DO:
Saat pertama kali berkenalan, Ny. P terlihat ceria, setelah
mengobrol cukup lama dan membangun hubungan saling
percaya, Ny. P selalu menangis saat dan merasa tidak berguna
lagi
Ny. P 6 bulan yang lalu diusir dari rumah oleh suami
keponakannya.
Setelah dilakukan pengkajian dengan skala depresi (The
Geriatric Depression Scale) Ny.P memiliki skor kesesuaian
sebesar 7 menunjukkan depresi.
33.
DS:
Ny.P mengatakan bahwa kadang-kadang terjaga di malam hari.
Ny. P mengatakan masih memikirkan masalah keluarga yang
mengusirnya dari rumah
Ny. P mengatakan kalau dia tidak berguna lagi dan merepotkan
banyak orang
34.
DO:
Ny. P terlihat pucat
Ny. P terlihat tiduran namun masih memperhatikan aktivitas di
dalam kamar pada saat jam tidur siang
Sesekali Ny. P terlihat melamun
28.
29.
(00153)
Risiko harga diri rendah situasional
35.
(00095)
36.
Insomnia berhubungan dengan stress
(kebiasaan merenung sebelum tidur)
38.
39.
40.
41.
42.
43. PRIORITAS MASALAH
38
Diagnosa Keperawatan
8.
TTD
30.
Nurm
aryani
37.
Nurm
aryani
44.
No
49.
1
63.
2
45.
Diagnosa Keperawatan
46.
Prioritas Masalah
47.
Pembenaran
48.
T
TD
50.
(00133)
51.
Nyeri Kronis berhubungan
dengan Proses Penyakit (Asam Urat)
64.
(00088)
65.
Hambatan
berhubungan
dengan
keseimbangan
52.
66.
berjalan
gangguan
High
Medium
53.
Diagnosa keperawatan ini diambil sebagai High
Priority dengan pertimbangan sebagai berikut :
54.
55.
Masalah Gangguan rasa nyaman: nyeri mengacu
pada keluhan nyeri lutut yang dirasakan Ny. P. Nyeri yang
terjadi bisa berasal dari tanda dan gejala penyakit yang
sudah diderita Ny. P, dilihat dari faktor umur. Usia
mengalami penurunan fungsi fisik maupun psikologis.
Dikarenakan Nyeri yang terjadi menganggu aktifitas Ny. P
maka ini dianggap harus segera ditangani petama kali
karena keterbatasan aktiftas mengakibatkan penurunan
kualitas hidup Ny. P.
56.
57.
Dampak:
58.
Akibat dari nyeri yang cukup mengganggu aktifitas
dikhawatirkan kondisi Ny. P akan semakin buruk dan
mengalami intoleransi aktifitas
59.
60.
Keefektifan intervensi:
61.
Intervensi Nyeri dapat dilakukan secara non
farmakologis dan dapat dilakukan oleh individu atau
dibantu perawat. Pelaksanaan intervensi (yang meliputi
kegiatan untuk menurunkan tingkat nyeri) yang dilakukan
secara berkelanjutan merupakan kunci dari keberhasilan
penatalaksanaan masalah gangguan rasa nyaman Ny. P.
67.
Diagnosa keperawatan ini diambil sebagai Medium
Priority dengan pertimbangan sebagai berikut:
68.
69.
Urgency: Hambatan berjalan menjadi medium
priority karena hambatan yang dialami Ny. P masih dalam
taraf gangguan sedang, yang diukur menggunakan Indeks
KATZ dengan score B
70.
71.
Dampak: Hambatan berjalan yang di alami Ny. P,
dalam jangka panjang akan dapat menyebabkan penurunan
fungsi otot dan deformitas sendi.Jika hambatan berjalan
yang dialami Ny.P tidak segera diatasi, fungsi otot dan sendi
Ny. P akan terus menurun dan dapat menyebabkan
39
62.
Nu
rmaryani
73.
Nu
rmaryani
44.
No
45.
Diagnosa Keperawatan
46.
Prioritas Masalah
47.
Pembenaran
48.
T
TD
74.
3
75.
(00153)
76.
Risiko harga
situasional
77.
86.
4
87.
(00095)
88.
Insomnia berhubungan dengan
stress (kebiasaan merenung sebelum
tidur)
diri
Medium
rendah
89.
Low
imobilisasi.
72.
Intervensi: Intervensi yang dilakukan untuk
mengatasi masalah ini adalah dengan mempertahankan
fungsi yang masih ada. Salah satu intervensi yang diberikan
adalah latihan peregangan kaki selama 7 hari berturutturut.
78.
Diagnosa keperawatan ini diambil sebagai Medium
Priority dengan pertimbangan sebagai berikut:
79.
80.
Urgency: Risiko harga diri rendah situasional yang
di alami Ny. P menjadi medium priority karena akibat yang
ditimbulkan dapat mengubah konsep diri Ny. P menjadi
konsep diri yang negatif. Bila masalah tersebut tidak segera
ditangani, dalam jangka menengah dapat dirasakan
akibatnya pada psikologis Ny. P.
81.
82.
Dampak: Risiko harga diri rendah situasional
dalam jangka panjang dapat menyebabkan harga diri
rendah kronis pada diri Ny. P serta isolasi sosial.
83.
84.
Intervensi: Intervensi yang dilakukan untuk
mengatasi masalah ini adalah dengan terus memotivasi Ny.P
dan memberikan reinforcement positif pada Ny. P.
90.
Diagnosa keperawatan ini diambil sebagai Low
Priority dengan pertimbangan sebagai berikut:
91.
92.
Urgency: Kesiapan meningkatkan pola tidur yang di
alami Ny. P menjadi low priority karena akibat yang
ditimbulkan dapat menganggu aktivitas Ny. P. Bila masalah
tersebut tidak segera ditangani, dalam jangka menengah
dapat dirasakan akibatnya pada fisik Ny. P.
93.
94.
Dampak : Kesiapan meningkatkan pola tidur jika
tidak diatasi akan berakibat apad fisik Ny. P
95.
96.
Intervensi : intervensi yang dilakukan untuk
mengatasi masalah ini adalah dengan terapi kompelemnter
40
85.
Nu
rmaryani
98.
Nu
rmaryani
44.
No
45.
Diagnosa Keperawatan
46.
Prioritas Masalah
47.
Pembenaran
48.
T
TD
101.
111.
1
112.
(00133)
113.
Nyeri
berhubungan dengan
Penyakit (Asam Urat)
122.
2
Diagnosa Keperawatan
123.
(00088)
124.
Hambatan
berhubungan dengan
keseimbangan
Kronis
Proses
berjalan
gangguan
102.
Tujuan
107.
Umum
108.
Khusus
114.
Setelah dilakukan 115.
Setelah dilakukan
keperawatan
tindakan
keperawatan tindakan
12x60
menit,
selama
2
minggu, selama
diharapkan Ny. P dengan
diharapkan gangguan rasa
kriteria hasil:
nyaman fisik: nyeri pada a. Keluhan nyeri tidak
lutut berkurang dengan
berulang
kriteria hasil:
b. Ny. P mampu melakukan
a. Gangguan
rasa
ambulasi dengan tongkat
nyaman fisik: Nyeri
tanpa rasa nyeri
pada
lutut
tidak c. Ny. P rileks dan tenang
bertambah
116.
b. Ny. P mengatakan
117.
nyeri berkurang.
c. Skala nyeri < 5 (0-4).
125.
Setelah dilakukan
tindakan
keperawatan
selama
2
minggu,
diharapkan
dapat
melakukan
mobilisasi
secara bertahap sesuai
126.
Setelah
dilakukan
tindakan keperawatan selama
12x60 menit, diharapkan dapat
mengoptimalkan
keseimbangan tubuh secara
bertahap sesuai dengan batas
41
103.
K
ode NIC
104.
Intervensi
120.Pain Management
118. 1
1.
Kaji karakteristik nyeri, lokasi,
400
durasi,
frekuensi,
kualitas,
intensitas, dan faktor presipitasi.
2. Kaji faktor yang meningkatkan
rasa sakit.
3. Berikan informasi tentang nyeri
yang dirasakan, penyebab, durasi
dan cara mengantisipasinya.
4. Ajarkan teknik nonfarmakologi
- Terapi relaksasi nafas dalam
- Latihan peregangan
- Kompres hangat
5. Monitor kepuasan Ny. P terhadap
menejemen
nyeri
yang
diterapkan.
121.
6
139.Environmental Management
1. Sediakan kondisi lingkungan
128. yang aman bagi Ny. P
2. Identifikasi kebutuhan keamanan
129. Ny. P, berdasarkan tingkat fungsi
fisik dan kognitif dan sejarah
130. perilaku
119.
127.
480
100.
No.
142.
3
101.
Diagnosa Keperawatan
102.
107.
Umum
dengan batas kemampuan
dengan kriteria hasil:
a. Ny.
P
mampu
mempertahankan
keseimbangan
saat
berdiri lama 20 menit.
b. Ny. P mampu berjalan
70 langkah tanpa
tongkat penyangga
c. Ny.
P
mampu
berpindah
dengan
mudah
Tujuan
108.
Khusus
kemampuan dengan kriteria
hasil:
a. penampilan
yang
seimbang saat dari posisi
duduk ke berdiri
b. Melakukan pergerakkan
dan perpindahan bertahap
c. mempertahankan
mobilitas optimal yang
dapat di toleransi
d. Ny.
P
mampu
mempertahankan
keseimbangan
saat
berjalan
e. Berg balance scale skor
berada pada rentang 4256: Risiko jatuh rendah
143.
(00153)
145.
Setelah dilakukan
148.
144.
Risiko harga diri rendah tindakan
keperawatan
situasional
selama
2
minggu,
diharapkan dapat melakukan
konsep diri yang positif
dengan kriteria hasil:
a. Dapat
membina
hubungan
saling
percaya
b. Ny. P mengatakan tidak
malu dengan
kondisinya.
c. Ny.
P
dapat
menunjukkan
kemampuan berperan
yang baik di panti
146.
147.
103.
K
ode NIC
3.
131.
Intervensi
132.
140.
133.1.
134.2.
135.
136.
137.
138.
222
149.
370
5
1.
150.
2.
151.
3.
152.
153.
154.
155.
156.
157.
390
5 1.
158.2.
159.3.
160.4.
42
104.
164.Role Enhancement
Identifikasi dan harapan Ny. P
yang terlibat
Beri kesempatan pada Ny. P
mengungkapkan perasaannya.
Diskusikan kemampuan dan
aspek positif yang dimiliki.
165.
166.Self awareness enhancement
167.Anjurkan Ny. P untuk
berkomunikasi dan beraktifitas
sosial
168.
169.Self Esteem Enhancement
Tunjukan rasa percaya diri
terhadap kemampuan Ny. P
Dorong Ny. P mengidentifikasi
kekuatan dirinya
Buatlah statment positif terhadap
Ny. P
Dukung Ny. P untuk menerima
100.
No.
101.
Diagnosa Keperawatan
102.
107.
Umum
Tujuan
108.
Khusus
103.
K
ode NIC
161.
162.
400
5 5.
104.
Intervensi
163.
170.
4
171.
(00095)
172.
Insomnia
berhubungan
dengan stress (kebiasaan merenung
sebelum tidur)
173.
Setelah dilakukan
tindakan
keperawatan
selama 10 x 30 menit,
gangguan
pola
tidur
berkurang dengan kriteria
hasil:
a. Lama tidur pada malam
hari tetap selama 3-4
jam
atau
dapat
meningkat menjadi 6
jam setiap hari.
b. Kualitas tidur baik
ditunjukkan dengan Ny.
P menyatakan bahwa
tidurnya puas
174.
Setelah dilakukan
tindakan
keperawatan
selama 10 x 30 menit kontrol
tidur bertambah dengan
kriteria hasil:
a. Ny.
P
bersedia
diberikan
terapi
komplementer.
b. Ny. P mau mencoba
lebih sering untuk tidur
lebih awal.
c. Ny.
P
mengatakan
melakukan
terapi
spiritual setiap sebelum
tidur
175.
178.
179.
43
176.
850
1177.
Sleep Enhancement:
1. Jelaskan pentingnya tidur yang
adekuat
2. Fasilitas untuk mempertahankan
aktivitas sebelum tidur
3. Ciptakan
lingkungan
yang
nyaman
4. Jelaskan
efek-efek
medikasi
terhadap pola tidur
5. Diskusikan dengan Ny. P teknik
tidur yang nyaman
6. Instruksikan untuk monitor tidur
Ny. P
7. Monitor kebutuhan tidur Ny. P
setiap hari
8. Berikan terapi komplementer,
salah satunya berupa terapi music
dan terapi otot pogresif
9. Berikan terapi spiritual sebelum
tidur
10. Ajarkan intake nutrisi yang baik
untuk tidur
180.
181.
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
184. Tujuan
189. Umum
190.
185.
Khusus
196.
Setelah dilakukan 197.
Setelah
tindakan
keperawatan dilakukan
tindakan
2
minggu, keperawatan
selama
harga diri rendah selama
diharapkan
dapat
12x60 menit, diharapkan
situasional
melakukan konsep diri
dapat
yang positif dengan kriteria dapat
meningkatkan
performa
hasil:
a. Dapat
membina perannya dengan kriteria
hubungan
saling hasil:
percaya
a. Ny. P mengatakan
b. Ny. P dapat menyusun
tidak malu dengan
rencana atau cara-cara
kondisinya.
menyelesaikan
b. Ny. P dapat
masalah yang dihadapi
198.
menun
jukkan kemampuan
berperan yang baik
di panti
1.
2.
Implementasi
Mengkaji
alasan-alasan
untuk
mengkritik atau menyalahkan diri
sendiri
199.
Menunjukan rasa percaya, terhadap
kemampuan Ny. P
200.
3. Memotivasi Ny. P mengidentifikasi
kekuatan dirinya
201.
4. Membuat statment positif terhadap
Ny. P
202.
5. Mendukung Ny. P untuk menerima
tantangan
44
186.
Evaluasi Formatif
216.
0.15
1 217.
(00095)
218.
Insomnia
berhubungan
dengan
stress
(kebiasaan
merenung sebelum
tidur)
219.
Setelah dilakukan
tindakan
keperawatan
selama 10 x 30 menit,
gangguan
pola
tidur
berkurang dengan kriteria
hasil:
a. Lama
tidur
pada
malam
hari
tetap
selama 3-4 jam atau
dapat
meningkat
menjadi 6 jam setiap
hari.
b. Kualitas tidur baik
ditunjukkan dengan
Ny. P menyatakan
bahwa tidurnya puas
220.
Setelah
dilakukan
tindakan
keperawatan selama 10
x 30 menit kontrol
tidur
bertambah
dengan kriteria hasil:
1. Ny. P bersedia
diberikan terapi
komplementer.
2. Ny.
P
mau
mencoba
lebih
sering untuk tidur
lebih awal.
3. Ny. P mengatakan
melakukan terapi
spiritual
setiap
sebelum tidur
1.
2.
3.
232.
233.
45
234.
273.
1.00
1 274.
(00153)
275.
Risiko
harga diri rendah
situasional
selama
2
minggu,
12x60
menit,
diharapkan gangguan rasa
diharapkan
Ny.
P
nyaman fisik: nyeri pada dengan kriteria hasil:
lutut berkurang dengan a. Keluhan nyeri tidak
kriteria hasil:
berulang
a. Gangguan
rasa 251.
nyaman fisik: nyeri
pada
lutut
tidak
bertambah
b. Ny. S mengatakan
nyeri berkurang.
c. Skala nyeri < 5 (0-4).
276.
Setelah dilakukan
tindakan
keperawatan
selama
2
minggu,
diharapkan
dapat
melakukan konsep diri
yang positif dengan kriteria
hasil:
a. Dapat membina hubungan
saling percaya
b. Ny. P dapat menyusun
277.
2.
253.
254.
Memberikan informasi tentang nyeri
yang dirasakan, penyebab, durasi dan
cara mengantisipasinya
255.
3. Mengajarkan teknik nonfarmakologi
- Terapi relaksasi nafas dalam
256.
257.
4. Menonitor kepuasan Ny. P terhadap
menejemen nyeri yang diterapkan.
258.
1.
2.
3.
46
239.
Evaluasi Formatif
259.
S: Ny. P mengatakan rasa
nyeri bertambah jika berpindah posisi,
dari duduk ke berdiri atau sebaliknya dan
berdiri terlalu lama serta berjalan terlalu
lama.
260.
O: 261.
S: Ny. P mengatakan baru
paham bagaimana mekanisme nyeri yang
dialami
262.
O: Ny. P kooperatif
263.
264.
S: Ny. P mengatakan masih
nyeri, Cuma ada nyaman saja kalau
habis nafas dalam
265.
O: Ny. P mengikuti instruksi
266.
267.
S: Ny. P mengatakan cukup
puas, walau rasa nyeri masih ada
268.
O: Ny. P kooperatif
269.
270.
A: masalah belum teratasi
271.
P:
1. Latihan peregangan untuk mengurangi
nyeri
272.
283. S: Ny. P mengatakan sangat berharap
jika selalu di beri kesehatan dan
keluarganya bisa menerimanya dengan
lapang dada
284. O: 285. S: Ny. P mengatakan mengatakan
jika merasa tidak betah selama di panti
dalam 1 tahun maka nanti akan pergi saja.
286. O: Ny. P terlihat sedih
287. S: Ny. P mengatakan akan berusaha
292.
293.
282.
322.
0.00
1 323.
(00088)
324.
Hambatan
berjalan
325.
Berhubun
gan dengan
326.
gangguan
keseimbangan
selama
2
minggu,
12x60
menit,
diharapkan gangguan rasa
diharapkan
Ny.
P
nyaman fisik: nyeri pada dengan kriteria hasil:
lutut berkurang dengan a. Keluhan
nyeri
kriteria hasil:
tidak berulang
a. Gangguan
rasa 310.
nyaman fisik: nyeri
pada
lutut
tidak
bertambah
b. Ny. S mengatakan
nyeri berkurang.
c. skala nyeri < 5 (0-4).
327.
Setelah dilakukan
tindakan
keperawatan
selama
2
minggu,
diharapkan
dapat
melakukan
mobilisasi
secara bertahap sesuai
dengan batas kemampuan
dengan kriteria hasil:
a. Ny.
P
mampu
mempertahankan
328.
Setelah
dilakukan
tindakan
keperawatan
selama
12x60 menit, diharapkan
dapat mengoptimalkan
keseimbangan
tubuh
secara bertahap sesuai
dengan
batas
kemampuan
dengan
kriteria hasil:
311.
312.
2. Memonitor kepuasan Ny. P terhadap
menejemen nyeri yang diterapkan.
1.
2.
3.
330.
47
298.
Evaluasi Formatif
b.
c.
341.
0.15
1 342.
(00165)
343.
Kesiapan
meningkatkan pola
tidur
358.
359.
360.
361.
362.
363.
364.
W 365.
keseimbangan saat a.
berdiri lama.
Ny. P mampu
mempertahankan
keseimbangan saat b.
berjalan
Ny.
P
mampu
berpindah
dengan
mudah
c.
344.
Setelah dilakukan
tindakan
keperawatan
selama 10 x 30 menit,
gangguan
pola
tidur
berkurang dengan kriteria
hasil:
a. Lama tidur pada
malam hari tetap
selama 3-4 jam atau
dapat
meningkat
menjadi 6 jam setiap
hari.
b. Kualitas tidur baik
ditunjukkan dengan
Ny. P menyatakan
bahwa tidurnya puas
penampilan
yang
seimbang saat dari
posisi duduk ke
berdiri
Melakukan
pergerakkan
dan
perpindahan
bertahap
Mempertahankan
mobilitas
optimal
yang
dapat
di
toleransi
345.
Setelah
dilakukan
tindakan
keperawatan selama 10
x 30 menit kontrol
tidur
bertambah
dengan kriteria hasil:
1. Ny. P bersedia
diberikan terapi
komplementer.
2. Ny.
P
mau
mencoba
lebih
sering untuk tidur
lebih awal.
3. Ny. P mengatakan
melakukan terapi
spiritual
setiap
sebelum tidur
1.
2.
3.
Tujuan
367.
48
Implementasi
368.
Evaluasi Formatif
aktu
a Keperawatan
371. Umum
372. Khusus
(00133)
378.
Setelah dilakukan 379.
Setelah
1. Mengajarkan teknik nonfarmakologi
375. 0 376.
dilakukan
tindakan
- Latihan kompres hangat jahe 7
tindakan
keperawatan
377.
Nyeri
9.00
keperawatan
selama
hari berturut-turut
Kronis
berhubungan
dengan
Proses
Penyakit (Asam
Urat)
389.
0.00
1 390.
(00088)
391.
Hambatan
berjalan
392.
berhubung
an dengan
393.
gangguan
keseimbangan
selama
2
minggu,
12x60
menit,
381.
diharapkan gangguan rasa
diharapkan
Ny.
P 2. Memonitor kepuasan Ny. P terhadap
nyaman fisik: nyeri pada dengan kriteria hasil:
menejemen nyeri yang diterapkan.
lutut berkurang dengan
a. Keluhan
nyeri
kriteria hasil:
tidak berulang
a. Gangguan
rasa
380.
nyaman fisik: nyeri
pada
lutut
tidak
bertambah
b. Ny. P mengatakan
nyeri berkurang.
c. Skala nyeri < 5 (0-4).
394.
Setelah dilakukan 395.
Setelah
1. Menggunakan pakaian yang tidak
ketat pada Ny. P
tindakan
keperawatan dilakukan
tindakan
2.
Mendampingi Ny. P untuk
selama
2
minggu, keperawatan
selama
berpartisipasi dalam latihan gerak
diharapkan
dapat 12x60 menit, diharapkan
(Senam lansia)
melakukan
mobilisasi dapat mengoptimalkan
secara bertahap sesuai keseimbangan
tubuh
dengan batas kemampuan secara bertahap sesuai
dengan kriteria hasil:
dengan
batas
a. Ny.
P
mampu kemampuan
dengan
mempertahankan
kriteria hasil:
keseimbangan saat a. penampilan
yang
berdiri lama.
seimbang saat dari
b.
Ny. P mampu
posisi duduk ke
mempertahankan
berdiri
keseimbangan saat b. Melakukan
berjalan
pergerakkan
dan
c. Ny.
P
mampu
perpindahan
berpindah
dengan
bertahap
mudah
c. mempertahankan
mobilitas
optimal
yang
dapat
di
toleransi
49
403.
404.
433.
8.00
0 434.
(00088)
435.
Hambatan
berjalan
436.
berhubung
an dengan
437.
gangguan
keseimbangan
selama
2
minggu,
12x60
menit,
diharapkan gangguan rasa
diharapkan
Ny.
P
nyaman fisik: nyeri pada dengan kriteria hasil:
lutut berkurang dengan a. Keluhan
nyeri
kriteria hasil:
tidak berulang
a. Gangguan rasa nyaman
421.
fisik: nyeri pada lutut
tidak bertambah
b. Ny. S mengatakan
nyeri berkurang.
c. Skala nyeri < 5 (0-4).
438.
Setelah dilakukan 439.
Setelah
tindakan
keperawatan dilakukan
tindakan
selama
2
minggu, keperawatan
selama
diharapkan
dapat 12x60 menit, diharapkan
melakukan
mobilisasi dapat mengoptimalkan
secara bertahap sesuai keseimbangan
tubuh
dengan batas kemampuan secara bertahap sesuai
dengan kriteria hasil:
dengan
batas
a. Ny.
P
mampu kemampuan
dengan
mempertahankan
kriteria hasil:
keseimbangan saat a. penampilan
yang
berdiri lama.
seimbang saat dari
b.
Ny. P mampu
posisi duduk ke
mempertahankan
berdiri
keseimbangan saat b. Melakukan
berjalan
pergerakkan
dan
2.
3.
1.
Mendampingi
Ny.
P
untuk
berpartisipasi dalam latihan gerak
(Senam lansia)
50
409.
Evaluasi Formatif
c.
446.
8.30
0 447.
(00153)
448.
Risiko
harga diri rendah
situasional
456.
457.
Ny.
P
berpindah
mudah
mampu
dengan
449.
Setelah dilakukan
tindakan
keperawatan
selama
2
minggu,
diharapkan
dapat
melakukan konsep diri
yang positif dengan kriteria
hasil:
a. Dapat
membina
hubungan
saling
percaya
b. Ny. P dapat menyusun
rencana atau cara-cara
menyelesaikan
masalah yang dihadapi
c.
perpindahan
bertahap
mempertahankan
mobilitas
optimal
yang
dapat
di
toleransi
450.
1.
selama
2
minggu,
12x60
menit,
diharapkan gangguan rasa
diharapkan
Ny.
P
nyaman fisik: nyeri pada dengan kriteria hasil:
lutut berkurang dengan a. Keluhan
nyeri
kriteria hasil:
tidak berulang
a. Gangguan rasa nyaman
474.
fisik: nyeri pada lutut
tidak bertambah
b. Ny. S mengatakan
nyeri berkurang.
c. Skala nyeri < 5 (0-4).
2.
51
462.
Evaluasi Formatif
482.
8.30
0 483.
(00088)
484.
Hambatan
berjalan
485.
berhubung
an dengan
486.
gangguan
keseimbangan
487.
497.
0.15
1 498.
(00095)
499.
Insomnia
berhubungan
dengan
stress
(kebiasaan
merenung sebelum
tidur)
488.
Setelah dilakukan 489.
Setelah
tindakan
keperawatan dilakukan
tindakan
selama
2
minggu, keperawatan
selama
diharapkan
dapat 12x60 menit, diharapkan
melakukan
mobilisasi dapat
dapat
secara bertahap sesuai meningkatkan performa
dengan batas kemampuan perannya dengan kriteria
dengan kriteria hasil:
hasil:
a. Ny.
P
mampu a. Ny. P mengatakan
mempertahankan
tidak malu dengan
keseimbangan saat
kondisinya.
berdiri lama.
b. Ny. P dapat
b.
Ny. P mampu
490. menunjukkan
mempertahankan
kemampuan
keseimbangan saat
berperan yang baik
berjalan
di panti
c. Ny.
P
mampu
berpindah
dengan
mudah
500.
Setelah dilakukan 501.
Setelah
tindakan
keperawatan dilakukan
tindakan
selama 10 x 30 menit, keperawatan selama 10
gangguan
pola
tidur x 30 menit kontrol
berkurang dengan kriteria tidur
bertambah
hasil:
dengan kriteria hasil:
a. Lama
tidur
pada a. Ny. P bersedia
malam
hari
tetap
diberikan
terapi
selama 3-4 jam atau
komplementer.
dapat
meningkat b. Ny.
P
mau
menjadi 6 jam setiap
mencoba
lebih
hari.
sering untuk tidur
b. Kualitas tidur baik
lebih awal.
c. Ny. P mengatakan
ditunjukkan dengan
melakukan terapi
Ny. P menyatakan
spiritual
setiap
bahwa tidurnya puas
sebelum tidur
1.
1.
2.
3.
514.
52
515.
540.
0.15
1 541.
(00095)
542.
Insomnia
berhubungan
dengan
stress
(kebiasaan
merenung sebelum
tidur)
selama
2
minggu,
diharapkan gangguan rasa
nyaman fisik: nyeri pada
lutut berkurang dengan
kriteria hasil:
a. Gangguan
rasa
nyaman fisik: nyeri
pada
lutut
tidak
bertambah
b. Ny. S mengatakan
nyeri berkurang.
c. Skala nyeri < 5 (0-4).
543.
Setelah dilakukan
tindakan
keperawatan
selama 10 x 30 menit,
gangguan
pola
tidur
berkurang dengan kriteria
hasil:
a. Lama
tidur
pada
malam
hari
tetap
selama 3-4 jam atau
dapat
meningkat
menjadi 6 jam setiap
hari.
b. Kualitas tidur baik
ditunjukkan dengan
Ny. P menyatakan
bahwa tidurnya puas
12x60
menit,
diharapkan
Ny.
P
dengan kriteria hasil:
a. Keluhan
nyeri
tidak berulang
2.
532.
544.
Setelah
dilakukan
tindakan
keperawatan selama 10
x 30 menit kontrol
tidur
bertambah
dengan kriteria hasil:
a. Ny. P bersedia
diberikan
terapi
komplementer.
b. Ny.
P
mau
mencoba
lebih
sering untuk tidur
lebih awal.
c. Ny. P mengatakan
melakukan terapi
spiritual
setiap
sebelum tidur
1.
557.
53
520.
Evaluasi Formatif
558.
584.
0.15
1 585.
(00095)
586.
Insomnia
berhubungan
dengan
stress
(kebiasaan
merenung sebelum
tidur)
597.
598.
selama
2
minggu,
diharapkan gangguan rasa
nyaman fisik: nyeri pada
lutut berkurang dengan
kriteria hasil:
a. Gangguan
rasa
nyaman fisik: nyeri
pada
lutut
tidak
bertambah
b. Ny. S mengatakan
nyeri berkurang.
c. Skala nyeri < 5 (0-4).
587.
Setelah dilakukan
tindakan
keperawatan
selama 10 x 30 menit,
gangguan
pola
tidur
berkurang dengan kriteria
hasil:
a. Lama tidur pada
malam hari tetap
selama 3-4 jam atau
dapat
meningkat
menjadi 6 jam setiap
hari.
b. Kualitas tidur baik
ditunjukkan dengan
Ny. P menyatakan
bahwa tidurnya puas
12x60
menit,
diharapkan
Ny.
P
dengan kriteria hasil:
a. Keluhan
nyeri
tidak berulang
2.
575.
588.
Setelah
dilakukan
tindakan
keperawatan selama 10
x 30 menit kontrol
tidur
bertambah
dengan kriteria hasil:
a. Ny. P bersedia
diberikan terapi
komplementer.
b. Ny.
P
mau
mencoba
lebih
sering untuk tidur
lebih awal.
c. Ny. P mengatakan
melakukan terapi
spiritual
setiap
sebelum tidur
1.
563.
Evaluasi Formatif
624.
625.
selama
2
minggu,
diharapkan gangguan rasa
nyaman fisik: nyeri pada
lutut berkurang dengan
kriteria hasil:
a. Gangguan
rasa
nyaman fisik: nyeri
pada
lutut
tidak
bertambah
b. Ny. S mengatakan
nyeri berkurang.
c. Skala nyeri < 5 (0-4).
12x60
menit,
diharapkan
Ny.
P
dengan kriteria hasil:
a. Keluhan
nyeri
tidak berulang
2.
615.
603.
Evaluasi Formatif
selama
2
minggu,
diharapkan gangguan rasa
nyaman fisik: nyeri pada
lutut berkurang dengan
kriteria hasil:
a. Gangguan
rasa
nyaman fisik: nyeri
pada
lutut
tidak
bertambah
b. Ny. S mengatakan
nyeri berkurang.
c. Skala nyeri < 5 (0-4).
12x60
menit,
diharapkan
Ny.
P
dengan kriteria hasil:
a. Keluhan
nyeri
tidak berulang
2.
642.
55
630.
Evaluasi Formatif
651.
0.15
1 652.
(00095)
653.
Insomnia
berhubungan
dengan
stress
(kebiasaan
merenung sebelum
tidur)
654.
Setelah dilakukan
tindakan
keperawatan
selama 10 x 30 menit,
gangguan
pola
tidur
berkurang dengan kriteria
hasil:
a. Lama tidur pada
malam hari tetap
selama 3-4 jam atau
dapat
meningkat
menjadi 6 jam setiap
hari.
b. Kualitas tidur baik
ditunjukkan dengan
Ny. P menyatakan
bahwa tidurnya puas
655.
Setelah
dilakukan
tindakan
keperawatan selama 10
x 30 menit kontrol
tidur
bertambah
dengan kriteria hasil:
a. Ny. P bersedia
diberikan
terapi
komplementer.
b. Ny.
P
mau
mencoba
lebih
sering untuk tidur
lebih awal.
c. Ny. P mengatakan
melakukan terapi
spiritual
setiap
sebelum tidur
1.
664.
665.
56
659. S :
Ny. P mengatakan sudah bisa melakukan
otot progresi namun masih ada 3 gerakan
yangsering lupa
Ny. P mengatakan kemarin setelah senam
bisa tidur dengan nyenyak dan malam hari
sudah tidak terbangun lagi
Ny. P mengatakan sudah bisa tidur siang
sekitar 1 jam
660. O : Ny. P terlihat lebih segar
661.
662. A : masalah teratasi
663. P :
1. Memantau pola tidur Ny. P
2. Mengevaluasi kepuasan tidur Ny. P
666.
EVALUASI SUMATIF
667.
668.
669.
Ruang: Anggrek
670. T
gl/Jam
673. Ju
mat
28/2/201
4 10.00
671. Diagnosa
Keperawatan
674. Nyeri Kronis 675.
680. Ju
mat
28/2/201
4 10.00
681.
berhubungan
dengan
Proses Penyakit (Asam
Urat)
Risiko harga
diri rendah situasional
672.
Evaluasi Sumatif
S:
Ny. P mengatakan nyeri berkurang selama seminggu dilakukan
kompres hangat jahe
Ny. Pmengatakan seminggu yang lalu jika lutut dipegang terasa
sakit, namun saat ini ketika ditekan lutut tidak begitu terasa lagi
Ny. P mengatakan merasa sangat lega setelah di lakukan intervensi
676.
O:
Skala nyeri 2
Ny. P terlihat lebih segar
Ny. P tidek terlihat merintih dan menahan sakit
677.A : Masalah teratasi.
678.P :
679. Pertahankan intervensi :
1. Motivasi Ny. P agar selalu melakukan kompres hangat jahe
setiap hari saat pagi dan sore hari
2. Motivasi Ny. P agar selalu melakukan relaksasi nafas dalam jika
nyeri datang
682.
S:
Ny. P mengatakan sangat senang mengikuti segala kegiatan di
panti
Ny. P mengatakan tidak malu dengan kondisi lututnya dan
cara berjalannya
Ny. P mengatakan sudah bersyukur masih bisa berjalan,
dibandingkn dengan teman yang lain yang tidak bisa
meninggalkan tempat tidur.
Ny. P mengatakan tidak ingin mengingat atau mengungkit
masalah yang pernah dihadapinya, sehingga dia dibawa
kepanti
Ny. P mengatakan senang sekali saat ini memiliki sahabat,
yaitu Ny. W dan Ny. T yang selalu menemaninya setiap hari
683.O :
Ny. P terlihat lebih ceria
Ny. P terlihat lebih semangat dan tertawa lepas
Ny. P sudah menyusun rencana kegiatan yang akan di lakukan
setiap hari arag tidak jenuh
684.A : Masalah teratasi.
685.P :
686. Pertahankan intervensi :
57
1.
687. Ju
mat
28/2/201
4 10.00
688.
Hambatan
berjalan
689.
berhubungan
dengan
690.
gangguan
keseimbangan
696. Ju
mat
28/2/201
4 10.00
697.
Insomnia
berhubungan
dengan
stress
(kebiasaan
merenung
sebelum
tidur)
703.
58
704.
705.
Nama lansia :
706.
Ruangan :
707. N
ama
708. Masalah
Kesehatan
709. Intervensi
yang telah dilakukan
1.
712. N
y. P
713.
Nyeri Kronis
berhubungan dengan
Proses Penyakit (Asam
Urat)
2.
3.
1.
2.
3.
4.
6.
7.
8.
719. N
y. P
720.
721.
Hambatan
berjalan
berhubungan
1.
Mengajarkan
teknik
nonfarmakologi
- Terapi
relaksasi
nafas dalam
- Latihan
peregangan
- Kompres
hangat
jahe
(7
hari
berturut-turut)
Memonitor kepuasan
Ny.
P
terhadap
menejemen nyeri yang
diterapkan
Pendidikan kesehatan
asam urat
Mengidentifikasi dan
harapan Ny. P yang
terlibat
Memberi kesempatan
pada
Ny.
P
mengungkapkan
perasaannya.
Mendiskusikan
kemampuan dan aspek
positif yang dimiliki.
Menganjurkan Ny. P
untuk berkomunikasi
dan beraktifitas sosial
Membuatlah statment
positif terhadap Ny. P
Mendukung Ny. P
untuk
menerima
tantangan kaji alasanalasan
untuk
mengkritik
atau
menyalahkan
diri
sendiri
Mengikuti
kegiatan
panti
Mengidentifikasi
kebutuhan keamanan
Ny. P, berdasarkan
59
710.
RTL
711. P
araf
1.
1.
2.
3.
4.
1.
715.
Nu
rmaryani
718.
Nu
rmaryani
724.
Nu
rmaryani
2.
dengan
722. gangguan
keseimbangan
3.
4.
5.
1.
2.
3.
4.
726. Insomnia
725. N berhubungan dengan stress 5.
(kebiasaan merenung
y. P
sebelum tidur)
6.
7.
8.
728.
729.
60
2.
3.
4.
5.
seminggu sekali
Komunikasikan dengan pengasuh
untuk pencegahan cidera pada Ny.
P dalam beraktifitas
Motivasi Ny. P untuk terus
melakukan senam lansia setiap
hari
Motivasi Ny. P untuk terus
melanjutkan latihan peregangan 3
kali seminggu
Motivasi Ny. P untuk melatih
kekuatan otot kaki dan berjalan
hingga 100 langkah tanpa tongkat
723.
1.
2.
3.
727.
Nu
rmaryani
730.
731.
BAB IV
PEMBAHASAN
732.
733.
Pengkajian yang dilakukan pada Ny. P di Panti Wreda Harapan Ibu Ngaliyan
kedua
yaitu
Hambatan
berjalan
berhubungan
dengan
gangguan
keseimbangan, diagnosa ketiga adalah Risiko harga diri rendah situasional, dan
diagnose keempat yaitu insomnia berhubungan dengan stress (kebiasaan merenung
sebelum tidur). Perkembangan dari masing-masing diagnosa akan dijelaskan pada
dalam grafik sebagai berikut:
1. Nyeri kronis berhubungan dengan proses penyakit (asam urat)
734.
dari penyakit asam urat yang di derita oleh Ny. P sejak dulu. Nyeri
terjadi
akibat
adanya
inflamasi
yang
menyerang
persendian.
61
SKALA NYERI
8
6
SKALA NYERI
4
2
0
41884
41886
41888
41891
41893
41883
41885
41887
41890
41892
743.
742.
Grafik 4.1 menunjukan Monitoring latihan peregangan
62
kelenturan
sendi
(Junaidi,
2006).
Kandungan
jahe
permeabilitas
oleoresin
menembus
kulit
tanpa
4
2
0
pre intervensi
post intervensi
747.
748.
749.
63
makanan dari pengasuh, dalam hal ini Ny. P juga tetap berusaha
membatasi, Ny. P juga menambah konsumsi buah-buahan dan membeli
makanan sesuai keadaan Ny. P. Diskusi dengan pihak panti, beberapa
tahun belakangan ini pengasuh juga telah berusaha memberikan
makanan yangs sehat pada penghuni panti. Hasil pemeriksaan asam urat
turun dari 7,5 mg/dl menjadi 5,9 mg/dl
750.
751.
2. Hambatan berjalan berhubungan dengan gangguan keseimbangan
752. Ny. P telah kurang lebih setahun menggunakan tongkat saat berjalan.
Hambatan berjalan Ny. P di sebabkan oleh perubahan bentuk kaki Ny. P
(leter O) dan rasa nyeri yang di derita. Ny. P mengatakan perubahan
bentuk kaku dan lutut terjadi semenjak Ny. P menderita asam urat dan
mengalami nyeri hebat. Ny. P mengalami kesulitan berjalan di sebbakan
keseimbangan tubuh yang lemah dan nyeri yang di rasakan cukup
menganggu.
753. Grafik 4.3
754. Grafik monitoring durasi berdiri selama mengikuti mengikuti senam
pada Ny. P
10
5
0
41688 41690 41694 41695 41698
755.
756.
757. Ket:
64
keseimbangan
tubuh.
Senam
lansia
berpengaruh
terhadap
65
765.
kegiatan
0.5
0
41688
41691
41694
41695
41698
766.
767. Ket:
768. 0: Ny. P tidak mengikuti kegiatan karaoke bersama
769. 1: Ny. P mengikuti kegiatan karaoke bersama
770.
Grafik
4.4
menujukan
kegiatan
dan
aktiftas
Ny. P
66
774.
The Geriatrics
Depretion Scale
4
2
0
pre intervensi
post intervensi
775.
776.
depresi lansia pada hari pertama pengkajian, dengan skor 7 (depresi) setelah
intervensi selama 9 hari skor menjadi 1 (baik). pada pengkajian awal Ny. P
menganggap hidupnya tidak berarti dan membosankan, Ny. P merasa tidak
berguna, Ny. P merasa semua orang memusuhinya dan tidak memiliki teman
intervensi yang dilakukan bermanfaat untuk merubah pemahaman lansia
tentang kehidupan, Ny. P menganggap hidupnya tidak berarti dan saat ini Ny.
P menganggap hidupnya menjadi sangat berarti dan tidak ada yang perlu di
sesalkan.
777.
778.
779.
780.
781.
782.
783.
4. Insomnia berhubungan dengan Stress (Kebiasaan Merenung Sebelum Tidur)
784.
Saat dilakukan pengkajian Ny. P mengatakan bawah dia
mengalami kesulitan untk tidur ketika terbangun dimalam hari.. Ny. P
67
SKOR PSQI
20
15
12
15
SKOR PSQI
10
5
0
PRE
POST
788.
Grafik
4.6
menunjukkan
menujukan monitoring
68
789.
790.
69
791. BAB V
792. PENUTUP
A. KESIMPULAN
793.
Kesimpulan
yang
didapat
setelah
menyusun
laporan
asuhan
70
795.DAFTAR PUSTAKA
796.
797. Annafisah, Zuhaida & Rosdiana, Ika. Pengaruh Senam Lansia Terhadap
Keseimbangan Tubuh Yang Diukur Menggunakan Romberg Test Pada Lansia
Sehat. Fakultas Kesehatan Universitas Sultan Agung (UNISSULA) Semarang.
2012. Vol.4: 2. Hal 142-146.
798.
799. Darmojo B. 2009. Buku Ajar Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut) edisi ke-4.
Jakarta: Balai Penerbit FK UI. Hal 47-50
800.
801. Diantari Ervi & Candra, Aryu. Pengaruh Asupan Purin Dan Cairan Terhadap
Kadar Asam Urat Wanita Usia 50-60 Tahun di Kecamatan Gajah Mungkur,
Semarang. Program Studi Ilmu Gizi Universitas Diponegoro. 2013. Vol 2:1. Hal
44-49.
802.
803.
Efendi, Ferry, Makhfudli. 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas.
Jakarta: Salemba Medika. Hal 234, 244, 246, 252.
804.
805.
Hartono, andry. 2004. Terapi gizi dan diit rumah sakit ed 2. Jakarta: EGC.
Hal 268.
806.
807.
Hutapea, R. 2005. Sehat dan Ceria Diusia Senja. Jakarta : PT Rhineka Cipta.
Hal 48.
808.
809.
Junaidi. 2006. Rematik dan Asam Urat. PT: Bhuana ilmu Populer kelompok
Gramedia. Jakarta
810.
811.
Maryam, RS et al. 2008. Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta:
Salemba Medika. Hal 40.
812.
813. Kertia, nyoman. 2009. Asam urat. Bandung: Mizan Media Utama. Hal 8-10.
814.
815.
Lukman, Ningsih, Nurna. 2009. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan
Gangguan Sistem Muskuloskeletal. Jakarta : Salemba Medika. Hal 78.
816.
817. Muttaqin, Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Gangguan
Muskuloskeletal. Jakarta : EGC. Hal 149.
818.
819. Misnadiarly. Mengenal penyakit arthtritis. Puslitbang Biomedis Dan Farmasi
Badan Litbangkes. Riset. 2008. Edisi 12.
820.
821. Pranarka, kris. 2010. Buku Ajar Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut) Edisi ke
4. Balai penerbit fakultas kedokteran universitas Indonesia: Jakarta
71
822.
823. Puspitasari, Ika.2010. Jadi Dokter Untuk Diri Sendiri. Bandung: Miazan
Utama. Hal 124.
824.
825.
Santoso, H. Memahami Krisis lanjut Usia. Jakarta. Gunung Mulia: 2009. Hal
31, 132.
826.
827. Suratun. 2008. Asuhan Keperawatan Klein Gangguan Sistem Muskuloskeletal.
Jakarta: EGC. Hal 118-120.
828.
829. Sumiarsih, Titi dan Widad Lukluul. 2013. Pengaruh Teknik Relaksasi
Progresif Terhadap Perubahan Pemenuhan Kebutuhan Tidur pada Lansia di
Desa Sijambe Kecamatan Wonokerto Kabupaten Pekalongan. Sekolah Tinggi
Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Pekajangan: Pekalongan.
830.
831. Sustrani Lanny et al. 2005. Hipertensi. PT Gramedia Pustaka Utama: Jakarta
832.
833. Swarbrick, J dan J.C. Boylon. 2002. Encyclopedi of Pharmaceutical
Technology. Second Edition Volume 3. Marcel Dekker, Inc: New York. Hal:
2067
834.
835. Tamher, S & Noorkasiani. 2009. Penghantar Dalam Kesehatan Usia. Yayasan
Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan Pajajaran: Bandung. Hal 33,42.
836.
837. Widyantoro P, Adhitya dkk. Hubungan Senam Lansia Dan Range Of Motion
(ROM) Lutut Pada Lansia. Fakultas Kedokteran UNISSULA Semarang. 2012.
Vol 4: 1. Hal 39-45.
838.
72