Anda di halaman 1dari 72

LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny.

P
DI RUANG ANGGREK PANTI WREDA HARAPAN IBU
NGALIYAN SEMARANG
SEMARANG

LAPORAN PRAKTIK PROFESI NERS


KEPERAWATAN GERONTIK

Disusun oleh :
NURMARYANI WAHYUNI 22020113210002

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS ANGKATAN XX


PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNDIP
SEMARANG
2014

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Lansia merupakan seseorang yang telah berusia 60 tahun ke atas baik
pria maupun wanita, yang masih aktif beraktivitas dan bekerja maupun yang
tidak berdaya untuk mencari nafkah sendiri sehingga bergantung kepada
orang lain untuk menghidupi dirinya (Maryam, 2008).
WHO menyatakan menggolongkan pada usia lanjut menjadi 4 yaitu:
usia pertengahan (middle age) usia antara 45 59 tahun, lanjut usia (elderly)
usia antara 60 74 tahun, lanjut usia tua (old) usia antara 75 90 tahun dan
usia sangat tua (very old) usia berada diatas 90 tahun (Nugroho, 2008).
Penuaan adalah suatu prose salami yang tidak dapat dihindari,
berjalan terus menerus, dan berkesinambungan. Dari hal tersebut akan
menyebabkan perubahan anatomis, fisiologis dan biokimia pada tubuh
sehingga akan mempengaruhi fungsi dan kemampuan tubuh secara
keseluruhan (Maryam, R. Siti dkk,2008). Banyak fenomen yang dapat terjadi
salah satunya ditandai dengan menghilangnya beberapa kemampuan jaringan
untuk memperbaiki diri atau mengganti serta mempertahankan fungsi
normalnya secara perlahan-lahan sehingga tidak dapat bertahan terhadap
infeksi dan memperbaiki kerusakan yang terjadi.
Seiring bertambahnya usia dan populasi lanjut usia akan turut
meningkatkan kejadian penyakit kronik dan ketidakberdayaan di kalangan
mereka (Santoso, 2009). Hasil penelitian yang dilakukan di Malaysia
menyebutkan bahwa penyakit kronik dan akut yang paling banyak dilaporkan
oleh subjek penelitian adalah tekanan darah tinggi (32.7%) dan artritis
(29.6%). Sebaran subjek laki-laki dan perempuan yang mengidap tekanan
darah tinggi, gout atau artritis adalah hampir sama (Santoso, 2009).
Fungsi fisiologis pada lansia secara umum mengalami gangguan
muskoloskeletal, seperti: gangguan pada sendi atau arthtritis (Santoso, 2009).

Ada beberapa jenis gangguan sendi, antara lain osteoarthtritis, reumatoid


arthtritis, gout arthtritis, psoriatic arthtritis dan septic arthtritis.
Salah satu jenis gangguan sendi yang sering terjadi pada lansia yaitu
gout arthtritis atau biasa disebut asam urat. Gout arthtritis merupakan hasil
samping dari pecahan sel yang terdapat didalam darah, karena tubuh secara
berkesinambungan memecah dan membentuk sel yang baru. Kadar asam urat
meningkat ketika ginjal tidak mampu mengeluarkanya melalui feces atau urin
(Efendi, 2009).
Umumnya yang terserang asam urat adalah pria yang telah lanjut usia,
sedangkan pada perempuan didapati hingga memasuki menopause.
Perjalanan penyakit biasanya mulai dengan suatu serangan atau seseorang
memiliki riwayat pernah memeriksakan kadar asam uratnya yang nilai kadar
asam urat darahnya lebih dari 7 mg/dl, dan makin lama makin tinggi (Tamher,
2009).
Hasil pengkajian yang dilakukan pada tanggal 17 Febriari 2014 di
Panti Wredha Harapan Ibu Ngaliyan, didapatkan data sebagian besar lansia
mengalami gangguan sendi, salah satunya pada Ny.P. Ny.P mengatakan
sering merasa nyeri pada kedua lutut, saat ini berjalan dibantu dengan
tongkat. Ny. P mengatakan tidak sanggup berdiri lama, jika berdiri lama lutut
akan terasa sakit. Ny. P mengatakan sudah menderita asam urat sejak lama,
pemeriksaan terakhir 2 bulan yang lalu tepatnya pada tanggal 5 Desember
2013 nilai asam urat dan kolesterol cukup tinggi. Nilai asam urat Ny. P yaitu
8,6 mg/dL.
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memberikan asuhan keperawatan pada lansia dengan
masalah Gangguan rasa nyaman fisik: nyeri pada lutut, hambatan
berjalan dan resiko gangguan harga diri rendah situasional dengan
memperhatikan proses penuaan yang terjadi pada lansia ditinjau dari

biopsikososiospiritual dan kultural di Ruang Anggrek Panti Wredha


Harapan Ibu ngaliyan.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian pada lansia dengan
masalah Gangguan rasa nyaman fisik: nyeri pada lutut, hambatan
berjalan resiko gangguan harga diri rendah situasional
b. Mahasiswa mampu menentukan prioritas diagnosa yang telah
ditemukan.
c. Mahasiswa mampu menyusun rencana intervensi yang tepat pada
lansia dengan masalah Gangguan rasa nyaman fisik: nyeri pada lutut,
hambatan berjalan resiko gangguan harga diri rendah situasional
d. Mahasiswa mampu melakukan implementasi yang tepat pada lansia
dengan masalah Gangguan rasa nyaman fisik: nyeri pada lutut,
hambatan berjalan resiko gangguan harga diri rendah situasional
e. Mahasiswa mampu melakukan evaluasi dan menyusun rencana tindak
lanjut pada lansia dengan masalah Gangguan rasa nyaman fisik: nyeri
pada lutut, hambatan berjalan resiko gangguan harga diri rendah
situasional
f. Mahasiswa mampu membuat dokumentasi tindakan yang telah
dilakukan pada lansia dengan masalah Gangguan rasa nyaman fisik:
nyeri pada lutut, hambatan berjalan resiko gangguan harga diri rendah
situasional

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. LANSIA
Lansia merupakan seseorang yang telah berusia 60 tahun ke atas baik
pria maupun wanita, yang masih aktif beraktivitas dan bekerja maupun yang
tidak berdaya untuk mencari nafkah sendiri sehingga bergantung kepada
orang lain untuk menghidupi dirinya (Maryam, 2008). Pada individu yang
memasuki usia lanjut akan terjadi proses menua. Proses menua adalah
menghilangnya kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti
dan mempertahankan fungsi normalnya secara perlahan-lahan sehingga tidak
dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang terjadi.
Usia lanjut merupakan bagian dari proses tumbuh kembang yang harus
diterima sebagai suatu kenyataan dan fenomena biologis. Kehidupan itu akan
diakhiri dengan proses penuaan yang berakhir dengan kematian (Hutapea,
2005).
Undang-Undang Nomor 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia
menyatakan bahwa lanjut usia adalah penduduk yang telah mencapai usia 60
tahun ke atas (Kementrian Pemberdayaan Pemberdayaan Perempuan dan
Perlindungan Anak Republik Indonesia, tanpa tahun). Pengertian lain
mengenai lansia adalah kegagalan seseorang untuk mempertahankan
keseimbangan terhadap kondisi stress fisiologis. Manusia secara progresif
akan kehilangan daya tahan terhadap infeksi (Darmojo & Martono, 2004).
Kegagalan juga dapat berupa penurunan daya kemampuan untuk hidup dan
peningkatan kepekaan secara individual (Effendi, 2009).
Departemen Kesehatan (DEPKES RI) membagi lansia menjadi 3
kelompok berdasarkan tingkat usia, yaitu (Tamher, 2009):
1. Kelompok usia dalam masa virilitas (45-54 tahun), merupakan kelompok
yang berada dalam keluarga dan masyarakat luas.

2. Kelompok usia dalam masa prasenium (55-64 tahun), merupakan


kelompok yang berada dalam keluarga, organisasi lanjut usia dan
masyarakat pada umumnya.
3. Kelompok usia masa senescrus (> 65 tahun) dan usia lanjut dengan resiko
tinggi (>70 tahun), merupakan kelompok yang umumnya hidup sendiri,
terpencil, hidup dalam panti dan menderita penyakit berat.
WHO mengklasifikasi lansia menjadi 4 batasan usia:
1. Usia pertengahan (middle age)

: 45-59 tahun

2. Lanjut usia (elderly)

: 60-74 tahun

3. Lanjut usia tua (old)

: 75-90 tahun

4. Usia sangat tua (very old)

: diatas 90 tahun

B. PERUBAHAN FISIOLOGIS PADA PROSES MENUA


Perubahan fisik yang terjadi dalam proses penuaan antara lain sebagai berikut:
1. Sel: jumlah sel berkurang, ukuran membesar, cairan tubuh menurun, dan
cairan intraseluler menurun.
2. Kardiovaskuler: katup jantung menebal dan kaku, kemampuan memompa
darah menurun (menurunnya kontraksi dan volume), elastisitas pembuluh
darah menurun, serta meningkatnya retensi pembuluh darah perifer
sehingga tekanan darah meningkat.
3. Respirasi: kekuatan otot-otot pernapasan menurun dan kaku, elastisitas
paru menurun, kapasitas residu meningkat sehingga menarik napas lebih
berat, alveoli melebar dan jumlahnya menurun, kemampuan batuk
menurun, serta terjadi penyempitan pada bronkus.
4. Persarafan: saraf panca indra mengecil sehingga fungsi menurun serta
lambat dalam merespon dan waktu bereaksi khususnya yang berhubungan
dengan stres. Berkurang atau hilangnya lapisan mielin akson, sehingga
menyebabkan berkurangnya respon motorik dan reflex.
5. Musculoskeletal:

cairan

tulang

menurun

sehingga

mudah

rapuh

(osteoporosis), bungkuk (kifosis), persendian membesar dan menjadi kaku


(atrofi otot), kram, tremor, tendon mengerut, dan mengalami sklerosis.

6. Gastrointestinal: esophagus melebar, asam lambung menurun, lapar


menurun, serta peristaltic menurun sehingga daya absorpsi juga menurun.
Ukuran lambung mengecil serta fungsi organ aksesoris menurun sehingga
menyebabkan berkurangnya produksi hormon dan enzim pencernaan.
7. Genitourinaria: ginjal mengecil, aliran darah ke ginjal menurun,
penyaringan di glomerulus menurun, dan fungsi tubulus menurun sehingga
kemampuan mengonsentrasi urine ikut menurun.
8. Vesika urinaria : otot-otot melemah, kapasitasnya menurun, dan retensi
urine. Prostat: hipertrofi pada 75% lansia.
9. Vagina: selaput lendir mengering dan sekresi menurun.
10. Pendengaran: membrane timpani atrofi sehingga terjadi gangguan
pendengaran. Tulang-tulang pendengaran mengalami kekakuan.
11. Pengelihatan: respon terhadap sinar menurun, adaptasi terhadap gelap
menurun, akomodasi menurun, lapang pandang menurun, dan katarak.
12. Endokrin: produksi hormon menurun.
13. Kulit: keriput serta kulit kepala dan rambut menipis. Rambut dalam
hidung dan telinga menebal. Elastisitas menurun, vaskularisasi menurun,
rambut memutih (uban), kelenjar keringat menurun, kuku keras dan rapuh,
serta kuku kaki tumbuh berlebihan seperti tanduk.
14. Belajar dan memori: kemampuan belajar masih ada tetapi menurun.
Memori (daya ingat) menurun karena proses encoding menurun.
15. Personality dan Adjustment (pengaturan): tidak banyak perubahan, hampir
seperti saat muda.
16. Pencapaian (achievement): sains, filosofi, seni, dan musik sangat
mempengaruhi.
(Efendi, 2009)
C. ASAM URAT PADA LANSIA
Pada lanjut usia terjadi kemunduran sel-sel karena proses penuaan yang dapat
berakibat pada kelemahan organ, kemunduran fisik, timbulnya berbagai
macam penyakit seperti peningkatan kadar asam urat yang dapat

menimbulkan terjadinya penyakit seperti batu ginjal, gout, dan rematik


(Diantari, 2013).

C. ARTHTRITIS GOUT
1. Pengertian Arthtritis Gout
Arthtritis Gout merupakan kelompok gangguan metabolisme
purin dan pirimidin, yang ditandai dengan tophy yang menimbulkan
serangan peradangan atritis akut sendi paroksismal berulang biasanya
mengenai sendi perifer tunggal, biasanya bereaksi baik dengan kolkisin,
dan biasanya diikuti dengan penyembuhan total Diantari, 2013).
Gout/arthritis gouty adalah suatu kelainan metabolik yang mana
laki-laki 8-9 kali lebih sering terkena dari pada wanita. Penyakit ini dapat
terjadi pada berbagai usia. Usia yang paling sering terkena adalah sekitar
50 tahunan. Umumnya 85% dari penderita gout karena faktor genetik
(Santoso, 2009).
Gout adalah penyakit dimana terjadi penumpukan asam urat
dalam tubuh secara berlebihan baik akibat produksinya yang meningkat
atau pembuangannya melalui ginjal yang menurun, dan akibat
peningkatan asupan makanan kaya akan purin. Ditandai dengan serangan
mendadak dan berulang dari arthritis yang terasa sangat nyeri karena
adanya endapan kristal monosodium urat, yang terkumpul di dalam sendi
sebagai akibat dari tingginya kadar asam urat di dalam darah
(hiperurisemia). (Kertia, 2009)
2. Klasifikasi

Klasifikasi gout dibagi menjadi dua yaitu:


a. Gout Primer

Gout primer dipengaruhi oleh faktor genetik.Terdapat produksi /


sekresi asam urat yang berlebihan dan tidak diketahui penyebabnya.
b. Gout Sekunder

Gout sekunder dapat disebabkan oleh dua hal yaitu Produksi asam
urat yang berlebihan dan sekresi asam urat yang berkurang.
(Arif, 2008)
3. Ciri-ciri Asam Urat

Berdasarkan subkomite The American Rheumatism Association yang


menetapkan kriteria diagnostik untuk asam urat adalah:
a. Adanya kristal urat yang khas dalam cairan sendi.
b. Thopus terbukti mengandung kristl urat berdasarkan pemeriksaan

kimiawi dan mikroskopik dengan sinar terpolarisasi.


c.

Lebih dari sekali mengalami serangan artthritis akut.

d. Terjadi peradangan secara maksimal dalam satu hari.


e. Oligorthritis (jumlah sendi yang meradang kurang dari
f. Kemerahan di sekitar sendi yang meradang.
g. Sendi metatarsophalangeal pertama (ibu jari kaki) terasa sakit atau

membengkak.
h. Serangan unilateral (satu sisi) pada sendi metatarsophalangeal

pertama.
i.

Serangan unilateral pada sendi tarsal (jari kaki).

j.

Thopus (deposit besar dan tidak teratur dari natrium urat) di


kartilago artikular (tulang rawan sendi) dan kapsula sendi.

k. Hiperuricemia (kadar asam urat dalam darah lebih dari 7,5 mg/dL).
l.

Pembengkakan sendi secara asimetris (satu sisi tubuh saja).

m. Serangan arthritis akut berhenti secara menyeluruh.

Ketika terjadi serangan arthritis akut, penderita diberikan terapi untuk


mengurangi peradangannya. Hal ini dapat dilakukan dengan memberikan
obat analgesik/NSAID, kortikosteroid, tirah baring, atau dengan
pemberian kolkisin.
Setelah serangan akut berakhir, terapi ditujukan untuk menurunkan kadar
asam urat dalam tubuh. Hal ini dapat dilakukan dengan memberikan
kolkisin atau obat yang memacu pembuangan asam urat lewat ginjal

(misal probenesid) atau obat yang menghambat pembentukan asam urat


(misal allopurinol).
(Muttaqin, 2008)
4. Etiologi
Karena adanya produksi asam urat yang meningkat di dalam tubuh,
penyebabnya adalah:
a. Konsumsi makanan kaya purin.
b. Adanya gamgguan metabolisme purin.
c. Karena penyakit (misalnya terapi kangker dengan kemoterapi,
hemolisis dan leukimia).
d. Kelainan herediter/gen.
e. Kurangnya eksresi asam urat, pemicunya adalah :
f. Renal failure.
g. Hipertensi.
h. Keadaan kelaparan dan ketosis. Pada kondisi ini, kekurangan kalori
tubuh diatasi dengan membakar lemak tubuh. Zat keton yang
terbentuk dari pembakaran lemak tubuh tersebut akan menghambat
keluarnya asan urat melalui ginjal.
i. Obesitas.
j. Mengkonsumsi obat tertentu (pirazinamid/obat anti TBC, obat
diuretic/ HCT, salisilat).
(Suratun, 2008)
5. Tanda dan gejala
a. Ada peningkatan asam urat darah.
b. Terdapat kristal urat yang khas dalam cairan sendi.
c. Terdapat topus yang telah dibuktikan dengan pemeriksaan kimia,
yang terjadi lebih dari satu kali serangan nyeri di persendian.
d. Adanya serangan disatu sendi tampak kemerahan.
e. Adanya pembengkakan tidak simetris disatu sendi.
f. Tidak adannya bakteri saat terjadi serangan dan peradangan.
g. Radang, panas, bengkak, merah, terasa sakit pada sendi-sendi

10

h. Penumpukan kadar asam urat yang terlalu tinggi pada organ tertentu
(kaki, tangan) dapat mengakibatkan organ tersebut sangat sakit, sulit
untuk digerakkan bahkan menyebabkan kelumpuhan
i. Serangan dapat terjadi tanpa gejala dan berulang-ulang pada
serangan gout (arthritis pirai akut) dapat terjadi serangan mendadak,
timbulnya serangan dapat dipicu:
1) Luka ringan.
2) Pembedahan.
3) Pemakaian sejumlah besar alkohol atau makanan yang kaya
protein (mengandung purin tinggi).
4) Kelelahan.
5) Stress dan emosional.
6) Penyakit.
Selain itu tanda-tanda gout juga dapat dilihat dari karakteristik
tahap/stadium gout yaitu antara lain :
a. Stadium Asimptomatik
Ditandai dengan peningkatan kadar asam urat tetapi asimptomatis,
sebab penderita tidak merasakan nyeri ataupun sakit baik artitis tofi
maupun batu ginjal atau batu urat disaluran kemih
b. Stadium Akut
Terjadi radang sendi dan rasa nyeri yang hebat., bengkak , merah dan
terasa panas pada pangkal ibu jari kiri. Serangan sering muncul pada
tengah malam dan menjelang pagi hari
c. Stadium Interkritikal
Merupakan tahap interval diantara dua serangan akut, dan biasanya
terjadi setelah satu atau dua tahun kemudian
d. Stadium Kronik
Ditandai dengan terbentuknya tofi dan deformasi (perubahan bentuk
pada sendi-sendi) yang tidak dapat berubah kebentuk seperti semula,
ini dapat disebut dengan gejala irreversible atau artitis gout kronis.
Situasi ini, rentang kambuh semakin sering disertai rasa sakit terus

11

menerus yang lebih menyiksa, suhu badan tinggi. Tanda seperti ini
akan menyebabkan penderita lumpuh karena sendi menjadi kakukaku sreta tidak dapat ditekuk.
(Puspitasari, 2010)
6. Patofisiologi
Gangguan metabolisme purin dalam tubuh, intake bahan yang
mengandung asam urat tinggi dan sistem ekskresi asam urat yang tidak
adekuat akan menghasilkan akumulasi asam urat yang berlebihan di
dalam plasma darah (Hiperurecemia), sehingga mengakibatkan kristal
asam urat menumpuk dalam tubuh. Penimbunan ini menimbulkan iritasi
lokal dan menimbulkan respon inflamasi Lukman (Ningsih, 2009).
Saat asam urat menjadi bertumpuk dalam darah dan cairan tubuh
lain, maka asam urat tersebut akan mengkristal dan akan membentuk
garam-garam urat yang akan berakumulasi atau menumpuk di jaringan
konektif diseluruh tubuh, penumpukan ini disebut tofi. Adanya kristal
akan memicu respon inflamasi akut dan netrofil melepaskan lisosomnya.
Lisosom tidak hanya merusak jaringan, tapi juga menyebabkan
inflamasi.Pada penyakit gout akut tidak ada gejala-gejala yang timbul.
Serum urat meningkat tapi tidak akan menimbulkan gejala. Lama
kelamaan penyakit ini akan menyebabkan hipertensi karena adanya
penumpukan asam urat pada ginjal.
Serangan akut pertama biasanya sangat sakit dan cepat memuncak
(Pranarka, 2010).
Serangan ini meliputi hanya satu tulang sendi. Serangan pertama
ini sangat nyeri yang menyebabkan tulang sendi menjadi lunak dan terasa
panas, merah. Tulang sendi metatarsophalangeal biasanya yang paling
pertama terinflamasi, kemudian mata kaki, tumit, lutut, dan tulang sendi
pinggang. Kadang-kadang gejalanya disertai dengan demam ringan.
Biasanya berlangsung cepat tetapi cenderung berulang dan dengan
interval yang tidak teratur (Pranarka, 2010).

12

Periode interkritical adalah periode dimana tidak ada gejala selama


serangan gout. Kebanyakan pasien mengalami serangan kedua pada
bulan ke-6 sampai 2 tahun setelah serangan pertama. Serangan
berikutnya disebut dengan polyarticular yang tanpa kecuali menyerang
tulang sendi kaki maupun lengan yang biasanya disertai dengan demam.
Tahap akhir serangan gout atau gout kronik ditandai dengan polyarthritis
yang berlangsung sakit dengan tofi yang besar pada kartilago, membrane
sinovial, tendon dan jaringan halus.Tofi terbentuk di jari, tangan, lutut,
kaki, ulnar, helices pada telinga, tendon achiles dan organ internal seperti
ginjal.Kulit luar mengalami ulcerasi dan mengeluarkan pengapuran,
eksudat yang terdiri dari kristal asam urat (Ningsih, 2009).

13

Pathway
FAKTOR
GENETIK

SEKRESI
ASAM
BERLEBIHAN

URAT

THOPI
GANGGUAN
METABOLISME

TERAPI
FARMAKO
(KORTIKOSTEROID)
PENINGKATAN
PERMEABILITAS

HIPERUREMI
A

SUPRESI
SUMSUM

HIPERATURASI
URAT

TERJADI
PADA
SENDI KAKI

DEFORMITAS PADA
KAKI

ASAM

PENURUNAN
DAYA
TAHAN TUBUH
RISIKO
INFEKSI

GANGGUA
N CITRA
TUBUH

PENIMBUNAN KRISTAL MONOATRIUM DI


SENDI
Kurangnya
GOU
paparan
informasi
DEFISIT
PENGETAHUAN
KRISTAL ASAM URAT BERSIFAT
REAKSI ANTIGEN ANTIBODI
MENGAKTIFKAN
SISTEM
KOMPLEMEN
KOMPLEMEN C3a , C5a
MEMFAGOSITOSI S KRISTAL ASAM URAT

PENGELUARAN RADIKAL
BEBAS TOKSIK &
LEUKOPROTEIN B
KEMATIAN
NEUTROFIL

GANGGUAN
TRANSPORTASI
ELEKTROLIT
GANGGUAN
POTENSIAL AKSI
KESEMUTAN
FAAL

PROSTAGLANDI
N
PERMEABILITAS

PERPINDAHAN
CAIRAN
&
14
ELEKTROLIT
PERPINDAHAN CAIRAN DARI EKSTRAVASKULER
INTRAMUSKULER

HAMBATAN
MOBILITAS FISIK
KELEMAHAN
OTOT
HAMBATAN

PELEPASAN INFLAMASI

PENINGKATAN
KAPILER

UJUNG-UJUNG

GANGGUAN

&

RASA

MENGELUARKAN ASAM
LISOSOM YG BERSIFAT
DEKSTRUTIF

EDEMA

PENIPISAN PADA KULIT

PENEKANAN PADA SARAF

RISIKO KERUSAKAN
INTEGRITAS KULIT

MERUSAK SERABUT SARAF


PERIFER

NYERI AKUT

NYERI PADA MALAM


HARI

GANGGUAN POLA
TIDUR

15

7. Komplikasi
Gout dapat menimbulkan komplikasi berupa batu ginjal dan kerusakan tubuh
yang dapat menyebabkan gagal kronis.
(Maryam, 2008)
8. Pencegahan Terjadinya Komplikasi
Bagi penderita asam urat disarankan :
a. Menggunakan air hangat saat mandi pagi karena air hangat dapat
menyebabkan pergerakan sendi menjadi mudah. Sehingga penderita
asam urat lebih mudah bergerak.
b. Bagi penderita asam urat yang obesitas, agar menurunkan berat (Diet)
badan sehingga beban persendian berkurang. Syarat diet bagi penderita
gangguan asam urat antara lain:
c. Pembatasan purin: Jika telah terjadi pembengkakan sendi maka harus
melakukan diet bebas purin. Hampir semua bahan makanan sumber
protein mengandung nukleoprotein maka asupan purin yang dikonsumsi
100-150 mg purin/hari.
d. Kalori sesuai dengan kebutuhan: Jumlah asupan kalori disesuaikan
berdasarkan tinggi dan berat badan.asupan kalori yang terlalu sedikit
juga meningkatkan kadar asam urat karena adanya keton bodies yang
akan mengurangi pengeluaran asam urat melalui urin.
e. Tinggi karbohidrat: seperti nasi, singkong, roti, baik dikonsumsi karena
akan meningkatkan pengeluaran asam urat melalui urin. Sebaiknya tidak
kurang dari 100 gram/hari. Karbohidrat jenis Friktosa harus dihindari
karena akan meningkatkan kadar asam dalam darah.
f. Rendah protein: Protein dari hewan dapat meningkatkan kadar asam urat
dalam darah.asupan protein yang dianjurkan sebesar 50-70 gram/hari
atau 0,8-1 gram/kg berat badan/hari.sumber protein yang disarankan
protein nabati.

16

g. Rendah lemak: Lemak dapat menghambat ekstraksi asam urat melalui


urin. Makanan yang digoreng, bersantan, margarine, mentega harus
dihindari.Konsumsi lemak sebaiknya 15% dari total kalori.
h. Tinggi cairan: Mengkonsumsi cairan yang tinggi dapat membantu
membuang asam urat melalui urin (minum 10 gelas atau 2,5
liter/hari).Selain dari minuman, cairan dapat diperoleh dari buah-buahan
misalnya semangka, melon, blewah, nanas, jambu air, alpukat
(kandungan lemak tinggi).
i. Tanpa alkohol: alkohol akan meningkatkan asam laktat plasma. Asam
laktat ini akan menghambat pengeluaran asam urat dari tubuh.
j. Istirahat cukup dimalam hari setidaknya 8-9 jam untuk menanggulangi
keletihan.
k. Menghindari stres yang dapat memicu kemarahan.
l. Menghindari makanan yang dapat meningkatkan asam urat dan
minuman yang mengandung kafein.
m. Minum kolkisin dosis redah setiap hari dapat mencegah atau
mengurangi frekuensi serangan.
n. Mengkonsumsi obat anti peradangan non steroid (kolkisin dan obat
peradangan non steroid diberikan dalam waktu yang sama tidak
mencegah maupun memperbaiki kerusakan sendi karena pengendapan
kristal dam memiliki resiko bagi penderita penyakit ginjal).
(Tamher. 2009)
9. Pemeriksaan diagnostik
Pemeriksaan yang dilakukan mencakup evaluasi manifestasi lokal seperti
rasa sakit, eritema, tenderness, pembengkakan dan pembatasan gerak dan
juga memeriksa setiap manifestasi sistemik, penyebab percepatan penyakit
tersebut, serangan sebelumnya, dan riwayat keluarga mengenai gout (encok).
Studi diagnostik mencakup peningkatan kadar asam urat serum (lebih besar
dari 7,5 mg/dl), analisa cairan sendi yaitu adanya kristal urat monosodium
17

dan ESR serta WBC selama serangan. Pemeriksaan radiologi dapat


dilakukan untuk mengetahui kondisi lain dan dapat menunjukkan adanya
edema jaringan lunak dan tofus.
a. Serum asam urat
Umumnya meningkat, diatas 7,5 mg/dl. Pemeriksaan ini mengindikasikan

hiperuricemia, akibat peningkatan produksi asam urat atau gangguan


ekskresi
b. Angka leukosit
Menunjukkan peningkatan yang signifikan mencapai 20.000/mm3 selama
serangan akut.Selama periode asimtomatik angka leukosit masih dalam
batas normal yaitu 5000 - 10.000/mm3.
c. Eusinofil Sedimen rate (ESR)
Meningkat selama serangan akut. Peningkatan kecepatan sedimen rate
mengindikasikan proses inflamasi akut, sebagai akibat deposit asam urat
di persendian.
d. Urin spesimen 24 jam
Urin dikumpulkan dan diperiksa untuk menentukan produksi dan ekskresi
dan asam urat. Jumlah normal seorang mengekskresikan 250 - 750
mg/24 jam asam urat di dalam urin. Ketika produksi asam urat
meningkat maka level asam urat urin meningkat. Kadar kurang dari 800
mg/24 jam mengindikasikan gangguan ekskresi pada pasien dengan
peningkatan serum asam urat.Instruksikan pasien untuk menampung
semua urin dengan peses atau tisu toilet selama waktu pengumpulan.
Biasanya diet purin normal direkomendasikan selama pengumpulan urin
meskipun diet bebas purin pada waktu itu diindikasikan.
e. Analisis cairan aspirasi dari sendi yang mengalami inflamasi akut atau
material aspirasi dari sebuah tofi menggunakan jarum kristal urat yang
tajam, memberikan diagnosis definitif gout.
f. Pemeriksaan radiografi
Dilakukan pada sendi yang terserang, hasil pemeriksaan akan menunjukkan

tidak terdapat perubahan pada awal penyakit, tetapi setelah penyakit

18

berkembang progresif maka akan terlihat jelas/area terpukul pada tulang


yang berada di bawah sinovial sendi.
(Lukman. 2009)
10. Manajemen Penatalaksanaan
Penatalaksanaan keperawatan adalah kombinasi pengistirahatan sendi dan terapi
makanan/diet. Pengistirahatan sendi meliputi pasien harus disuruh untuk
meninggikan bagian yang sakit untuk menghindari penahanan beban dan
tekanan yang berasal dari alas tempat tidur dan memberikan kompres dingin
untuk mengurangi rasa sakit. Terapi makanan mencakup pembatasan
makanan dengan kandungan purin yang tinggi, alkohol serta pengaturan
berat badan.Perawat harus mendorong pasien untuk minum 3 liter cairan
setiap hari untuk menghindari pembentukan kalkuli ginjal dan perintahkan
untuk menghindari salisilat. (Hartono. 2004)
Asupan protein perlu dibatasi karena dapat merangsang biosintesis asam urat
dalam tubuh.Pola diet yang harus diperhatikan adalah :
a. Golongan A ( 150 - 1000 mg purin/ 100g ): Hati, ginjal, otak, jantung,
paru, jerohan, udang, remis, kerang, sardin, herring, ekstrak daging, ragi
(tape), alkohol, makanan dalam kaleng dan lain-lain.
b. Golongan B ( 50 - 100 mg purin/ 100g ) : Ikan yang tidak termasuk
gol.A, daging sapi, kacang-kacangan kering, kembang kol, bayam,
asparagus, buncis, jamur, daun singkong, daun pepaya, kangkung.
c. Golongan C ( < 50mg purin/ 100g ) : Keju, susu, telur, sayuran lain,
buah -buahan.
(Puspitasari. 2010)
Bahan makanan yang diperbolehkan:
a. Semua bahan makanan sumber karbohidrat, kecuali havermout (dalam
jumlah terbatas).
b. Semua jenis buah-buahan.
c. Semua jenis minuman, kecuali yang mengandung alcohol.
d. Semua macam bumbu.
19

Bila kadar asam urat darah >7mg/dL dilarang mengkonsumsi bahan


makanan gol.A, sedangkan konsumsi gol.B dibatasi.
(Kertia. 2009)
11. Dasar Data Pengkajian Pasien
a. Aktivitas/Istirahat
Gejala: Nyeri sendi karena gerakan, nyeri tekan, memburuk dengan stress
pada sendi: kekakuan pada pagi hari.
Tanda: Malaise
Keterbatasan rentang gerak ; atrofi otot, kulit : kontraktur atau kelainan
pada sendi dan otot
b. Kardiovaskuler
Gejala : Jantung cepat, tekanan darah menurun
c. Integritas Ego
Gejala: Faktor-faktor stress akut atau kronis : Misalnya finansial, pekerjaan,
ketidakmampuan, factor-faktor hubungan Keputusasaan dan ketidak
berdayaan
Ancaman pada konsep diri, citra tubuh, identitas pribadi misalnya
ketergantungan orang lain
d. Makanan Atau Cairan
Gejala: Ketidakmampuan untuk menghasilkan/ mengkonsumsi makanan/
cairan adekuat : mual,anoreksia,kesulitan untuk mengunyah.
Tanda: Penurunan berat badan,kekeringan pada membran mukosa.
e. Higiene
Gejala: Berbagai

kesulitan

untuk

melaksanakan

aktivitas

pribadi,

ketergantungan pada orang lain.


f. Neurosensori
Gejala: Kebas/kesemutan pada tangan dan kaki, hilangnya sensasi pada jari
tangan
Tanda: Pembengkakan sendi
g. Nyeri / Kenyamanan
Gejala: Fase akut dari nyeri Terasa nyeri kronis dan kekakuan
h. Keamanan
Gejala: Kesulitan dalam menangani tugas/pemeliharaan
tangga,kekeringan pada mata dan membran mukosa
i. Interaksi Sosial

20

rumah

Gejala: Kerusakan interaksi dan keluarga / orang lsin : perubahan peran:


isolasi
(Muttaqin, 2008)

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
PENGKAJIAN
A. DATA UMUM
1. Nama lansia

: Ny.P

2. Usia

: 72 tahun

3. Agama

: Islam

4. Suku

: Jawa

5. Jenis kelamin

: Wanita

6. Nama wisma

: Anggrek

7. Pendidikan

: SMP

8. Riwayat pekerjaan

: Penyayi di RRI

9. Status perkawinan

: Janda

10. Pengasuh wisma

: Bu Kani

B. ALASAN BERADA DI PANTI

21

Ny. P mengatakan mengalami masalah keluarga, sebelumnya hidup bersama


suaminya. Setelah suaminya meninggal akhirnya tinggal bersama adiknya dan
keponakannya. Kurang setengah tahun yang lalu Ny. P di usir oleh keponakannya
dari rumah. Akhirnya diantar ke panti wreda.
C. DIMENSI BIOFISIK
1. RIWAYAT PENYAKIT (6 bulan terakhir)
Pada saat pengkajian Ny. P mengeluhkan nyeri lutut sudah lama dan harus
memakia tongkat sejak 10 bulan yang lalu. Menurut Ny. P dirinya telah
didiagnosa menderita asam urat. Ny. P sering mengkonsumsi gorengan dari
dulu hingga saat ini. Selama dipanti masih belum ada kemajuan, selain itu Ny.
P kesusahan dalam beraktifitas seperti berjalan karena merasa nyeri pada
daerah lututnya. Ny. P mengatakan saat ini berusaha menghibur diri, jika
sendiri akan merasa sedih dengan perlakuan keluarga kepadanya, karena
memikirkan hal tersebut Ny. P tidak bisa tidur.
TD : 140/90 mmHg, RR : 26x/menit, teratur, HR : 88x/menit, kuat dan teratur.
2. RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA
Ny. P mengatakan keluarganya tidak ada yang meninggal akibat penyakit
tertentu, seperti : hipertensi, jantung, diabetes mellitus.
3. RIWAYAT PENCEGAHAN PENYAKIT
a. RIWAYAT MONITORING TEKANAN DARAH
Tanggal
17 Februari 2014
18 Februari 2014
19 Februari 2014

Tekanan darah
140/90 mmHg
140/80 mmHg
140/80 mmHg

b. RIWAYAT VAKSINASI
Ny.P mengatakan tidak tahu mengenai vaksinasi yang telah dilakukannya.
Pengkajian dengan pengasuh didapatkan data bahwa selama di Panti
Wreda Harapan Ibu Ny.P belum pernah mendapatkan vaksin.

22

c. SKRINING KESEHATAN YANG DILAKUKAN


Ny.P mengatakan belum pernah melakukan skrining kesehatan dan
Pengkajian dengan pengasuh didapatkan data bahwa selama di Panti
Wreda Harapan Ibu belum pernah dilakukan skrining kesehatan.
4. STATUS GIZI
TB = 1,43 m , BB = 50 kg

IMT =

BB
2
TB ( m )

48
1,43 2
=

= 23, 47 (normal)

5. MASALAH KESEHATAN TERKAIT STATUS GIZI


a. Masalah pada mulut
Ny.P mengatakan tidak ada masalah dengan kesehatan mulut. Terlihat sisa
makanan di gigi, mukosa tampak lembab. Ny.P mengatakan dirinya jarang
menggosok gigi, kadang 1x/hari karena merasa giginya tidak kotor. Ny. P
masih memiliki gigi walau tidak lengkap. Ny. P merasa masih bisa
mengunyah dengan kuat.
b. Perubahan berat badan
Data dari panti menyebutkan bahwa berat badan Ny.P 50 kg pada 17 Februari
yang berarti Ny.P mengalami perubahan berat badan yang tadinya 48 kg
menjadi 50 kg.
c. Masalah nutrisi
Ny.P mengatakan makan 3x setiap hari, yaitu pagi, siang dan sore. Ny.P juga
mengatakan tidak pernah menghabiskan makanan yang diberikan dari
panti karena makannya tidak enak dan membosankan, Ny. P lebih senang
membeli makanan diluar.
6. MASALAH KESEHATAN YANG DIALAMI SAAT INI
Ny. P mengeluhkan nyeri di kedua lutut sangat mengganggu aktifitas. Hasil
inspeksi: terdapat perubahan bentuk pada lutut dan kali Ny. P, saat berjalan

23

terlihat bentuk kaki Leter O, Ny. P mengatatakan saat ini mengkonsumsi obat
yang dulunya pernah diberikan dokter dan saat habis dibeli sendiri dengan
resep yang sama, setelah mengkonsumsi obat nyeri dilutut masih terasa. Ny. P
mengeluh nyeri terkadang muncul saat malam hari sebelum tidur, sehingga
Ny. P terkadang susah tidur. Ny.P tampak memijat halus lututnya saat duduk
santai.
Ny. P mengatakan akibat nyeri yang muncul menyebabkan kesusahan untuk
berjalan dan beraktifitas. Saat beraktitas Ny. P selalu berhati-hati dan pelanpelan.
Pengkajian nyeri PQRST:
P: Ny. P mengatakan nyerinya timbul dan terasa sangat sakit jika bangun tidur,
berdiri terlalu lama, berjalan jauh dan hendak tidur.
Q: Ny. P mengatakan nyerinya itu terasa tertusuk tusuk dan njarum.
R: Ny. P mengatakan nyeri di bagian lutut tidak menyebar pinggul atau
pangkal paha.
S: Ny. P mengatakan kalau antara 1-10 nyerinya angka 5, masih bisa di tahan,
kadang juga tidak bisa di tahan, nyeri yang muncul menyebabkan
kesusahan untuk berjalan dan beraktifitas.
T: Ny. P mengatakan nyerinya sudah sejak seminggu yang lalu, kadangkadang reda kemudian muncul lagi.
Saat pertama kali berkenalan, Ny. P terlihat ceria, setelah mengobrol cukup
lama dan membangun hubungan saling percaya, Ny. P menangis dan merasa
tidak berguna lagi. Ny. P mengaku tidak ada keluarga yang menyayanginya
lagi saat sudah tidak memiliki kemampuan. Ny. P merasa selalu merepotkan
keluarga dan menyebabkan ribut dalam keluarga, puncaknya 6 bulan yang
lalu Ny. P diusir dari rumah oleh suami keponakannya.
7. OBAT-OBATAN YANG DIKONSUMSI SAAT INI
a. Dexamethasone
b. Calcium lactate
24

c. Asam mefenamat
8. TINDAKAN SPESIFIK YANG DILAKUKAN SAAT INI
Ny. P mengaku saat ini menggosokan lututnya dengan balsem geliga jika nyeri
sudah tidak tertahan.
9. STATUS FUNGSIONAL (AKS) (Dinilai dengan Indeks KATZ)
Mobilisasi

: Dibantu

Berpakaian

: mandiri

Makan & minum : mandiri


Toileting

: mandiri

Personal hygiene : mandiri


Mandi

: mandiri

Indeks KATZ B

D. DIMENSI PSIKOLOGI
1. STATUS KOGNITIF
The Short Portable Mental Status Quesionnaire (SPMSQ)
Pertanyaan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.

Tanggal berapa hari ini?


Hari apakah hari ini?
Apakah nama tempat ini?
Berapa nomor telepon rumah
anda?
Berapa usia anda?
Kapan anda lahir (tgl/bln/thn)?
Siapa nama presiden sekarang?
Siapa nama presiden sebelumnya?
Siapa nama ibu anda?
5+6 adalah ?

25

Jawaban
Betul
Salah

Setelah dilakukan pengkajian dengan The Short Portable Mental Status


Quesionnare (SPMSQ)

Ny.P menjawab semua pertanyaan dengan benar,

status mental Ny.P dikategorikan baik.


2. PERUBAHAN YANG TIMBUL TERKAIT STATUS KOGNITIF
Ny.P mengatakan masih mengingat tanggal dan kejadian-kejadian masa lalu.
Ny. P tidak mengalami gangguan kofnitif.
3. DAMPAK YANG TIMBUL TERKAIT STATUS KOGNITIF
Tidak ada perubahan yang timbul karena Ny. P tidak mengalami gangguan
kognitif
4. STATUS DEPRESI
The Geriatric Depresion Scale
PERTANYAAN

JAWABAN JAWABAN Ny.


P
1. Apakah pada dasarnya anda puas Tidak
Ya
dengan kehidupan anda?
2. Sudahkah anda meninggalkan aktivitas
Ya
Tidak
yang anda minati?
3. Apakah anda merasa bahwa hidup anda
Ya
Tidak
kosong?
4. Apakah anda merasa bosan?
Ya
Ya
5. Apakah anda mempunyai semangat
Tidak
Tidak
setiap waktu ?
6. Apakah anda takut sesuatu akan terjadi
Ya
Ya
pada anda ?
7. Apakah anda merasa bahagia setiap Tidak
Tidak
waktu ?
8. Apakah anda merasa jenuh ?
Ya
Ya
9. Apakah anda lebih suka tinggal di
Ya
Ya
rumah pada malam hari, daripada pergi
melakukan sesuatu yang baru ?
10. Apakah anda merasa bahwa anda lebih
Ya
Tidak
banyak mengalami masalah dengan
ingatan anda daripada yang lainnya ?
11.
Apakah anda berfikir sangat Tidak
Ya
menyenangkan hidup sekarang ini ?
12. Apakah anda merasa tidak berguna saat
Ya
Ya

26

ini ?
13. Apakah anda merasa penuh berenergi
saat ini ?
14. Apakah anda saat ini sudah tidak ada
harapan lagi ?
15. Apakah anda berfikir banyak orang lain
lebih baik daripada anda ?
Skor 7: Depresi

Tidak

Tidak

Ya

Tidak

Ya

Tidak

5. PERUBAHAN YANG TIMBUL TERKAIT STATUS DEPRESI


Setelah dilakukan pengkajian dengan skala depresi (The Geriatric Depression
Scale) Ny.P memiliki skor kesesuaian sebesar 7 menunjukkan depresi.
6. DAMPAK YANG TIMBUL TERKAIT STATUS DEPRESI
Berdasarkan pengkajian depresi pada Ny.P, status depresi Ny.R menunjukkan
Ny.P mengalami depresi karena Ny.P merasa hidup saat ini kosong dan tidak
berguna, hidup dipanti hanya sebuah keberuntungan sementara. Ny. P merasa
hidup didunia tidak dihargai lagi terutama oleh keluarganya. Ny. P
mengatakan selalu berusaha menerima dan semangat saat ini. menjalani
aktiftas panti dengan lancar.
7. KEADAAN EMOSI
a. Anxietas
Ny.P tidak mengalami kecemasan saat dilakukan pengkajian. Ny.P
mengatakan tidak sedang mencemaskan apapun, karena berada dipanti
sudahcukup membuatnya nyaman dibandingkan dirumah.
b. Perubahan perilaku
Tidak ada perubahan perilaku pada Ny.P. Ny. P merupakan tipe yang cukup
aktif dan sedikit malu-malu. Ny. P selalu bergaul dengan penghuni panti.
Ny. P menghabiskan waktu dipanti seperti tidur, makan dan ikut kegiatan
harian panti.
c. Mood
27

Dari hasil pengkajian diketahui bahwa keadaan emosi kurang stabil. Awalnya
Ny. P menjawab pertanyaan dengan tenang. Tapi jika bercerita tentang
pengalaman dan keluarag Ny. P selalu menangis dan merasa tidak berguna
sebagai manusia. Pengasuh wisma mengatakan bahwa Ny.P adalah
seseorang yang tidak banyak bicara dan tidak pernah membuat gaduh atau
masalah dengan teman-temannya.

E. DIMENSI FISIK
1. LUAS WISMA
Luas tanah : 3.744 m2
Luas wisma: 2.303 m2
2. KEADAAN LINGKUNGAN DI DALAM WISMA
a. Penerangan
Penerangan di dalam wisma tergolong baik. Pada siang hari cahaya matahari
dapat masuk ke seluruh ruangan dengan maksimal karena terdapat total 42
jendela kaca yang dibuka setiap hari. Penerangan pada malam hari
terdapat 6 buah bola lampu. Penerangan dalam kamar mandi cukup terang
sehingga pada malam hari apabila ada lansia yang akan ke toilet akan
mendapatkan penerangan cukup.
b. Kebersihan dan kerapian
Di tempat tidur Ny. P barang rapi, Ny. P selalu merapikan tempat tidur dan
lemari setiap pagi. Meja tampak rapi dan pakaian kotor Ny. P selalu
dikumpulkan dibawah tempat tidur/dipan. Lantai di sekitar tempat tidur
Ny.P juga bersih dan selalu dipel oleh pengasuh panti.
c. Pemisahan ruangan antara pria dan wanita
Di panti harapan ibu ini hanya terdapat lansia wanita sehingga tidak ada
pembatas ruangan antara lansia pria dan lansia wanita, hanya ada seorang
lansia laki-laki yang membantu memasak di dapur.
28

d. Sirkulasi udara
Terdapat 2 jendela di masing-masing tempat tidur yang terbuat dari kaca
bening, yang dapat di buka dan ditutup. Terdapat 3 pintu yang dapat
digunakan sebagai akses keluar masuk lansia.
e. Keamanan
Lantai terbuat dari keramik. Kondisi lantai rata dan tidak licin. Selalu
dibersihkan setiap hari. Terdapat pegangan untuk pengaman namun hanya
ada di 1 ruang yaitu ruangan teras kamar mandi, di ruangan tidak ada.
Tidak terdapat alarm tanda bahaya atau bel pemanggil pengasuh wisma.
Ditempat mencuci lantai juga licin dan kotor.
f. Sumber air minum
Sumber air yang digunakan untuk mandi adalah air sumur. Sumber air minum
yang digunakan adalah air isi ulang (galon).
g. Ruang berkumpul bersama
Terdapat 2 ruangan yang dapat digunakan sebagai ruang berkumpul bersama.
Terdapat 1 TV, kipas angin pada masing-masing ruangan.
3. KEADAAN LINGKUNGAN DI LUAR WISMA
a. Pemanfaatan Halaman
Dari hasil pengkajian didapatkan data bahwa halaman wisma dapat digunakan
untuk jemuran dan di sisi belakang terdapat berbagai tumbuhan buah dan
sayur yang dapat dimanfaatkan pihak panti, seperti: pohon mangga,
nangka, singkong, rembutan, mengkudu, dll. Biasanya halaman juga dapat
digunakan untuk parkir kendaraan dan senam.
b. Pembuangan air limbah
Dari hasil pengkajian didapatkan data bahwa air limbah dialirkan ke selokan
yang berakhir ke sungai. Beberapa penghuni panti sering membuang
bekas makanan sembarangan diselokan sehingga menyebabkan selokan
kotor dan bau.
c. Pembuangan Sampah
29

Sampah dibuang ditempat sampah yang terletak di sisa lahan yang terletak di
samping wisma.
d. Sanitasi
Sanitasi disekitar wisma cukup baik, ada tempat pembuangan sampah dan
limbah toilet.

e. Sumber Pencemaran
Dari hasil pengkajian didapatkan hasil bahwa di panti wreda tidak terdapat
sedikit polusi udara karena jauh dari pabrik dan jalan raya, kendaraan
bermotor yang melintas juga jarang.
F. DIMENSI SOSIAL
1. HUBUNGAN LANSIA DENGAN LANSIA DIDALAM WISMA
Ny. P mengatakan hubungannya dengan lansia lain baik tidak semuanya baik,
menurut Ny. P diruang anggrek terdapat penguasa yang selalu memarahi
lansia lain. Ny. P mengaku hanya memiliki satu teman akrab di panti. Teman
akrabnya tersebut tempat berbagi cerita dan meminta tolong.
2. HUBUNGAN ANTAR LANSIA DI LUAR WISMA
Ny.P mengatakan bahwa dirinya berkomunikasi seperlunya dengan lansia. Ny.
P tidak mau berhubungan terlalu jauh, takut mengnimbulakan kesalah
pahaman.
3. HUBUNGAN LANSIA DENGAN ANGGOTA KELUARGA
Ny.P mengatakan suaminya sudah meninggal dan Ny. P tidak memiliki anak.
Saat ini keluarga satu-satunya hanyalah adiknya dan keponakannya. Tetapi
masalah yang baru saja terjadi membuat hubungan Ny. P menjadi tidak baik.
Ny. P menganggap keponakannya ingin menjahatinya. Menurut Ny. P selama
ini sudah baik kepada adik dan keponakannya, Ny. P mengaku sudah
30

memberikan uang untuk membuat rumah yang sedang dihuni oleh keponakan
yang mengusirnya, namun Ny. P malah diusir dari rumah tersebut, ini menjadi
penyebab Ny. P merasa hidupnya tidak berguna dan merepotkan orang lain.
Ny.P mengatakan terakhir dijenguk adiknya sebulan yang lalu.
4. HUBUNGAN LANSIA DENGAN PENGASUH WISMA
Pengasuh wisma mengatakan Ny.P termasuk lansia yang kooperatif di panti.
Ny. P juga selalu melakukan yang dimintai tolong oleh pengasuh wisma.
Menurut Ny. P pengasuh panti biasa-biasa saja.
5. KEGIATAN ORGANISASI SOSIAL
Hasil wawancara didapatkan hasil bahwa terdapat kegiatan sosial setiap
sebulan sekali yaitu terdapat posyandu lansia dan kegiatan keagamaan setiap
hari kamis yaitu pengajian, kerja bakti di hari rabu dan senam di hari senin.
Dari semua kegiatan Ny.P selalu aktif mengikuti.
G. DIMENSI TINGKAH LAKU
1. POLA MAKAN
Ny.P mengatakan makan 3x setiap hari, yaitu pagi, siang dan sore. Ny.P
mengatakan jarang menghabiskan makanan yang diberikan dari panti karena
tidak menyukai lauknya.
2. POLA TIDUR
Ny.P mengatakan biasanya tidur jam 10 malam, namun sering terbangun
malam hari dan susah untuk tidur lagi dan bangun jam 4.30 pagi. Terkadang
jika nyerinya kambuh Ny. P mengalami susah tidur dan selau terbangun
dimalam hari. BAK pada malam hari biasanya 1-2x, terkadang tidak bisa tidur
setelahnya. Ketika siang hari Ny.P jarang tidur siang.
3. POLA ELIMINASI
Ny.P mengatakan setiap hari BAK sebanyak 5-6 kali. Ny.P mengatakan tidak
pernah mengompol dan bisa menahan perasaan ingin BAK. Setiap merasa

31

ingin BAK, Ny.P mampu berjalan ke kamar mandi dengan menggunakan


tongkat dan pelan-pelan.
Ny.P mengatakan BAB lancar, setiap hari sekali, paling lama 2 hari sekali.
Ny.P mengatakan BAB padat dan tidak sakit ketika mengeluarkan feses.
Terakhir BAB tadi pagi.
4. KEBIASAAN BURUK LANSIA
Ny.P tidak mempunyai kebiasaan buruk baik merokok, minum-minuman
keras, atau mengkonsumsi obat tidur.
5. PELAKSANAAN PENGOBATAN
Berdasarkan

wawancara

dengan

pengasuh

didapatkan

hasil

bahwa,

pelaksanaan pengobatan dilakukan di puskesmas pembatu Beringin. Jika ada


lansia yang membutuhkan obat, lansia bisa mendapatkannya dari pengasuh
panti. Bagi lansia yang membutuhkan perawatan lebih biasanya di rujuk ke
beberapa rumah sakit seperti RS. Tugurejo dan RS. Permata Medika dengan
menggunakan jamkesmas. Ny. P saat ini mengkonsumsi obat yang dibeli
sendiri dengan resep yang sama diberikan saat periksa kedokter 1 bulan yang
lalu.
6. KEGIATAN OLAHRAGA
Ny. P mengatakan selama 1 bulan di panti selalu berolah raga setiap hari
senin, dan olah raga menjadi rutin saat ada mahasiswa praktikan. Berdasarkan
wawancara dengan pengasuh didapatkan hasil bahwa di Panti Wreda Harapan
Ibu kegiatan olahraga pada hari senin dipandu oleh salah satu lansia yang
mahir senam.
7. REKREASI
Di Panti Wreda Harapan Ibu terdapat 1 TV dalam 1 ruang, tetapi Ny.P
mengatakan tidak pernah menonton TV karena siaran TV nya kurang jelas.
8. PENGAMBILAN KEPUTUSAN

32

Berdasarkan wawancara dengan pengasuh dan para lansia di Panti Wreda


Harapan Ibu didapatkan data bahwa dalam sistem pengambilan keputusan
dalam wisma dilakukan oleh pengasuh wisma namun sebelumnya telah
didiskusikan dengan para lansia terlebih dahulu.
H. DIMENSI SISTEM KESEHATAN
1. PERILAKU MENCARI PELAYANAN KESEHATAN
Ny. P mengatakan bila ada keluhan kesehatan, diberi obat oleh pengasuh
wisma.
2. SISTEM PELAYANAN KESEHATAN
a. Fasilitas Kesehatan yang Tersedia
Fasilitas kesehatan yang tersedia di Panti Wreda Harapan Ibu hanya dari
Puskesmas Bringin dan pelayanan kesehatan yang dilakukan hanyalah
posyandu lansia setiap 1 bulan sekali, sedangkan di dalam panti wreda
sendiri tidak terdapat pelayan kesehatan khusus.
b. Jumlah Tenaga
Semua tenaga kesehatan berasal dari puskesmas Bringin yang akan dipanggil
apabila ada lansia yang mengalami masalah kesehatan. Tidak terdapat
tenaga kesehatan di Panti Wreda Harapan Ibu.
c. Tindakan Pencegahan Terhadap Penyakit
Di Panti Wreda Harapan Ibu tidak ada telah diberikan karena tidak terdapat
petugas kesehatan di dalam panti.
d. Jenis Pelayanan Kesehatan Yang Tersedia
Pelayanan kesehatan di Panti Wreda Harapan Ibu diberikan oleh puskesmas
Bringin yaitu posyandu lansia. Biasanya saat posyandu lansia dilakukan
pengukuran tekanan darah, penimbangan berat badan, pengobatan
penyakit dan penyuluhan kesehatan.
e. Frekuensi Kegiatan Pelayanan Kesehatan
33

Kegiatan pelayanan kesehatan di Panti Wreda Harapan Ibu biasanya hanya


ada sebulan sekali.

3. PEMERIKSAAN FISIK
No

Hari/Tanggal

Senin, 17
Februari 2014
09.40 WIB

Bagian/Regio
n

Hasil Pemeriksaan

Masalah
Keperawatan
yang Muncul

Kepala

Mesocephal,
rambut
terlihat cukup bersih,
terdapat beberapa ikatan
dengan karet gelang yang
sudah lengket dengan
rambut, beruban namun
bagian tengah masih ada
yang hitam, tidak ada
lesi.
Bentuk
muka
oval,
keriput dan tidak ada lesi
dan kemerahan
Bersih tidak terdapat
serumen air mata msh
dapat keluar, mata agak
merah,
tidak
gatal,
konjungtiva tidak anemis,
sclera tidak ikterik, tidak
terdapat
katarak,
penglihatan masih jelas.
Bersih, tidak ada lesi,
tidak ada serumen,
pendengaran
Ny.R
masih adekuat tetapi
masih bisa.

Tidak ada

Wajah/Muka

Mata

Telinga

34

Tidak ada
Tidak ada

Tidak ada

Mulut dan Gigi

Tidak ada

Leher

Tidak ada

Thoraks

Jantung

Abdomen

10

Ekstrimitas atas

11

Ekstrimitas
bawah

Masih memiliki gigi,


hanya beberapa saja
yang copot, mukosa
bibir lembab, mukosa
mulut tidak ada lesi,
tidak ada pembesaran
tonsil,
terlihat
sisa
makanan sedikit di gigi
Ny. P.
Simetris,
tidak
ada
pembesaran
kelenjar
tiroid
I : tidak ada retraksi
dinding,
letak
simetris kanan dan
kiri,
Pa: terdengar bunyi
sonor di seluruh
lapang paru,resonan
seluruh lapang paru
Au: bunyi napas dasar
vesikuler, tidak ada bunyi
napas tambahan
ronchi (-), wheezing(-).
I : IC tidak tampak
Pa: teraba pulsasi di
epigastrik
Pe: Tidak terkaji
Au: BJ I-II murni, HR
90 X/menit

Tidak ada

Tidak ada

I: simetris, tidak ada


Tidak ada
lesi,
tidak
ada
kemerahan
Au: Bising usus (+) 7
kali/ menit
Pe: timpani
Pa: tidak ada nyeri
tekan
Tidak ada oedem, turgor
Tidak ada
kulit elastis 2 detik,
capillary refill <2 detik,
tonus otot 5/5, kuku
bersih dan pendek.
Tidak ada oedem, turgor - Nyeri
kulit elastis 2 detik, kuku - Hambatan
bersih
dan pendek,
berjalan
capillary refill <2 detik,
tonus otot = 4/5, lutut
terasa nyeri, terlihat
perubahan bentuk pada

35

kaki dan lutut. Ny. P


kesulitan berjalan

36

4. ANALISA DATA
5.

Hari/Tan
ggal
9.
Senin, 17
Februari 2014
10.
09.40
WIB

6.

16.
Senin, 17
Februari 2014
17.
09.40
WIB

18.

19.

20.

Data fokus

7.

11. DS:
P: Ny. P mengatakan nyerinya timbul dan terasa sangat sakit
jika bangun tidur, berdiri terlalu lama, berjalan jauh dan hendak
tidur.
Q: Ny. P mengatakan nyerinya itu terasa tertusuk tusuk dan
njarum.
R: Ny. P mengatakan nyeri di bagian lutut tidak menyebar
pinggul atau pangkal paha.
S: Ny. P mengatakan kalau antara 1-10 nyerinya angka 5, masih
bisa di tahan, kadang juga tidak bisa di tahan, nyerinya cukup
mengaggu jika mau beraktifitas.
T: Ny. P mengatakan Nyerinya sudah sejak 2 hari ini, kadangkadang muncul lagi kalau sudah reda.
12. DO:
Ny. P terlihat kesakitan di raba bagian yang menonjol di
lututnya
Ny. P terlihat meringis jika ingin berdiri
Ny. P terlihat menahan sakit jika ingin berpindah posisi
Cek Asam urat 8.9 mg/dl (11 November 2013)
Cek asam urat 8.6 mg/dl (5 Desember 2013)
DS:
Ny. P mengatakan tidak bisa menaiki tangga, perlu bantuan
Ny. P mengatakan berjalan selalu menggunakan tongkat
Ny. P mengatakan tidak sanggup berdiri terlalu lama
Ny. P mengatakan tidak bisa berjalan di jalan menurun sendiri
Ny. P mengatakan tidak kuat berjalan terlalu lama
Ny. P mengatakan hanya sanggup berjalan 30 langkah tanpa
tongkat penyangga
DO:
Ny. P selalu menggunakan tongkatnya untuk beraktiftas
Ny. P terlihat berjalan sangat pelan
Ny. P terlihat jalan tidak tegap
Ny. P terlihat sedikit sesak saat berjalan

37

Diagnosa Keperawatan

8.

TTD

13.
(00133)
14.
Nyeri Kronis berhubungan dengan
Proses Penyakit (Asam Urat)

15.

Nurm
aryani

21.
(00088)
22.
Hambatan berjalan
dengan gangguan keseimbangan

23.

Nurm
aryani

berhubungan

5.

Hari/Tan
ggal
24.
Senin, 17
Februari 2014
25.
09.40
WIB

31.
Senin, 17
Februari 2014
32.
09.40
WIB

6.

Data fokus

7.

26.
DS:
Ny. P mengatakan tidak ada keluarga yang menyayanginya lagi
saat sudah tidak memiliki kemampuan.
Ny. P mengatakan selalu merepotkan keluarga
dan
menyebabkan ribut dalam keluarga
27.
DO:
Saat pertama kali berkenalan, Ny. P terlihat ceria, setelah
mengobrol cukup lama dan membangun hubungan saling
percaya, Ny. P selalu menangis saat dan merasa tidak berguna
lagi
Ny. P 6 bulan yang lalu diusir dari rumah oleh suami
keponakannya.
Setelah dilakukan pengkajian dengan skala depresi (The
Geriatric Depression Scale) Ny.P memiliki skor kesesuaian
sebesar 7 menunjukkan depresi.
33.
DS:
Ny.P mengatakan bahwa kadang-kadang terjaga di malam hari.
Ny. P mengatakan masih memikirkan masalah keluarga yang
mengusirnya dari rumah
Ny. P mengatakan kalau dia tidak berguna lagi dan merepotkan
banyak orang
34.
DO:
Ny. P terlihat pucat
Ny. P terlihat tiduran namun masih memperhatikan aktivitas di
dalam kamar pada saat jam tidur siang
Sesekali Ny. P terlihat melamun

28.
29.

(00153)
Risiko harga diri rendah situasional

35.
(00095)
36.
Insomnia berhubungan dengan stress
(kebiasaan merenung sebelum tidur)

38.
39.
40.
41.
42.
43. PRIORITAS MASALAH
38

Diagnosa Keperawatan

8.

TTD

30.

Nurm
aryani

37.

Nurm
aryani

44.
No
49.
1

63.
2

45.

Diagnosa Keperawatan

46.

Prioritas Masalah

47.

Pembenaran

48.

T
TD

50.
(00133)
51.
Nyeri Kronis berhubungan
dengan Proses Penyakit (Asam Urat)

64.
(00088)
65.
Hambatan
berhubungan
dengan
keseimbangan

52.

66.
berjalan
gangguan

High

Medium

53.
Diagnosa keperawatan ini diambil sebagai High
Priority dengan pertimbangan sebagai berikut :
54.
55.
Masalah Gangguan rasa nyaman: nyeri mengacu
pada keluhan nyeri lutut yang dirasakan Ny. P. Nyeri yang
terjadi bisa berasal dari tanda dan gejala penyakit yang
sudah diderita Ny. P, dilihat dari faktor umur. Usia
mengalami penurunan fungsi fisik maupun psikologis.
Dikarenakan Nyeri yang terjadi menganggu aktifitas Ny. P
maka ini dianggap harus segera ditangani petama kali
karena keterbatasan aktiftas mengakibatkan penurunan
kualitas hidup Ny. P.
56.
57.
Dampak:
58.
Akibat dari nyeri yang cukup mengganggu aktifitas
dikhawatirkan kondisi Ny. P akan semakin buruk dan
mengalami intoleransi aktifitas
59.
60.
Keefektifan intervensi:
61.
Intervensi Nyeri dapat dilakukan secara non
farmakologis dan dapat dilakukan oleh individu atau
dibantu perawat. Pelaksanaan intervensi (yang meliputi
kegiatan untuk menurunkan tingkat nyeri) yang dilakukan
secara berkelanjutan merupakan kunci dari keberhasilan
penatalaksanaan masalah gangguan rasa nyaman Ny. P.
67.
Diagnosa keperawatan ini diambil sebagai Medium
Priority dengan pertimbangan sebagai berikut:
68.
69.
Urgency: Hambatan berjalan menjadi medium
priority karena hambatan yang dialami Ny. P masih dalam
taraf gangguan sedang, yang diukur menggunakan Indeks
KATZ dengan score B
70.
71.
Dampak: Hambatan berjalan yang di alami Ny. P,
dalam jangka panjang akan dapat menyebabkan penurunan
fungsi otot dan deformitas sendi.Jika hambatan berjalan
yang dialami Ny.P tidak segera diatasi, fungsi otot dan sendi
Ny. P akan terus menurun dan dapat menyebabkan

39

62.
Nu
rmaryani

73.
Nu
rmaryani

44.
No

45.

Diagnosa Keperawatan

46.

Prioritas Masalah

47.

Pembenaran

48.

T
TD

74.
3

75.
(00153)
76.
Risiko harga
situasional

77.

86.
4

87.
(00095)
88.
Insomnia berhubungan dengan
stress (kebiasaan merenung sebelum
tidur)

diri

Medium

rendah

89.

Low

imobilisasi.
72.
Intervensi: Intervensi yang dilakukan untuk
mengatasi masalah ini adalah dengan mempertahankan
fungsi yang masih ada. Salah satu intervensi yang diberikan
adalah latihan peregangan kaki selama 7 hari berturutturut.
78.
Diagnosa keperawatan ini diambil sebagai Medium
Priority dengan pertimbangan sebagai berikut:
79.
80.
Urgency: Risiko harga diri rendah situasional yang
di alami Ny. P menjadi medium priority karena akibat yang
ditimbulkan dapat mengubah konsep diri Ny. P menjadi
konsep diri yang negatif. Bila masalah tersebut tidak segera
ditangani, dalam jangka menengah dapat dirasakan
akibatnya pada psikologis Ny. P.
81.
82.
Dampak: Risiko harga diri rendah situasional
dalam jangka panjang dapat menyebabkan harga diri
rendah kronis pada diri Ny. P serta isolasi sosial.
83.
84.
Intervensi: Intervensi yang dilakukan untuk
mengatasi masalah ini adalah dengan terus memotivasi Ny.P
dan memberikan reinforcement positif pada Ny. P.
90.
Diagnosa keperawatan ini diambil sebagai Low
Priority dengan pertimbangan sebagai berikut:
91.
92.
Urgency: Kesiapan meningkatkan pola tidur yang di
alami Ny. P menjadi low priority karena akibat yang
ditimbulkan dapat menganggu aktivitas Ny. P. Bila masalah
tersebut tidak segera ditangani, dalam jangka menengah
dapat dirasakan akibatnya pada fisik Ny. P.
93.
94.
Dampak : Kesiapan meningkatkan pola tidur jika
tidak diatasi akan berakibat apad fisik Ny. P
95.
96.
Intervensi : intervensi yang dilakukan untuk
mengatasi masalah ini adalah dengan terapi kompelemnter

40

85.
Nu
rmaryani

98.
Nu
rmaryani

44.
No

45.

Diagnosa Keperawatan

46.

Prioritas Masalah

47.

Pembenaran

48.

T
TD

(terapi music dan aroma terapi) pada Ny. P


97.

99. RENCANA KEPERAWATAN


100.
No.

101.

111.
1

112.
(00133)
113.
Nyeri
berhubungan dengan
Penyakit (Asam Urat)

122.
2

Diagnosa Keperawatan

123.
(00088)
124.
Hambatan
berhubungan dengan
keseimbangan

Kronis
Proses

berjalan
gangguan

102.
Tujuan
107.
Umum
108.
Khusus
114.
Setelah dilakukan 115.
Setelah dilakukan
keperawatan
tindakan
keperawatan tindakan
12x60
menit,
selama
2
minggu, selama
diharapkan Ny. P dengan
diharapkan gangguan rasa
kriteria hasil:
nyaman fisik: nyeri pada a. Keluhan nyeri tidak
lutut berkurang dengan
berulang
kriteria hasil:
b. Ny. P mampu melakukan
a. Gangguan
rasa
ambulasi dengan tongkat
nyaman fisik: Nyeri
tanpa rasa nyeri
pada
lutut
tidak c. Ny. P rileks dan tenang
bertambah
116.
b. Ny. P mengatakan
117.
nyeri berkurang.
c. Skala nyeri < 5 (0-4).

125.
Setelah dilakukan
tindakan
keperawatan
selama
2
minggu,
diharapkan
dapat
melakukan
mobilisasi
secara bertahap sesuai

126.
Setelah
dilakukan
tindakan keperawatan selama
12x60 menit, diharapkan dapat
mengoptimalkan
keseimbangan tubuh secara
bertahap sesuai dengan batas

41

103.
K
ode NIC

104.

Intervensi

120.Pain Management
118. 1
1.
Kaji karakteristik nyeri, lokasi,
400

durasi,
frekuensi,
kualitas,
intensitas, dan faktor presipitasi.
2. Kaji faktor yang meningkatkan
rasa sakit.
3. Berikan informasi tentang nyeri
yang dirasakan, penyebab, durasi
dan cara mengantisipasinya.
4. Ajarkan teknik nonfarmakologi
- Terapi relaksasi nafas dalam
- Latihan peregangan
- Kompres hangat
5. Monitor kepuasan Ny. P terhadap
menejemen
nyeri
yang
diterapkan.
121.
6
139.Environmental Management
1. Sediakan kondisi lingkungan
128. yang aman bagi Ny. P
2. Identifikasi kebutuhan keamanan
129. Ny. P, berdasarkan tingkat fungsi
fisik dan kognitif dan sejarah
130. perilaku
119.

127.
480

100.
No.

142.
3

101.

Diagnosa Keperawatan

102.
107.
Umum
dengan batas kemampuan
dengan kriteria hasil:
a. Ny.
P
mampu
mempertahankan
keseimbangan
saat
berdiri lama 20 menit.
b. Ny. P mampu berjalan
70 langkah tanpa
tongkat penyangga
c. Ny.
P
mampu
berpindah
dengan
mudah

Tujuan
108.
Khusus
kemampuan dengan kriteria
hasil:
a. penampilan
yang
seimbang saat dari posisi
duduk ke berdiri
b. Melakukan pergerakkan
dan perpindahan bertahap
c. mempertahankan
mobilitas optimal yang
dapat di toleransi
d. Ny.
P
mampu
mempertahankan
keseimbangan
saat
berjalan
e. Berg balance scale skor
berada pada rentang 4256: Risiko jatuh rendah
143.
(00153)
145.
Setelah dilakukan
148.
144.
Risiko harga diri rendah tindakan
keperawatan
situasional
selama
2
minggu,
diharapkan dapat melakukan
konsep diri yang positif
dengan kriteria hasil:
a. Dapat
membina
hubungan
saling
percaya
b. Ny. P mengatakan tidak
malu dengan
kondisinya.
c. Ny.
P
dapat
menunjukkan
kemampuan berperan
yang baik di panti
146.
147.

103.
K
ode NIC
3.
131.

Intervensi

Tempatkan benda-benda yang


sering
digunakan
dalam
jangkauan

132.
140.
133.1.
134.2.
135.

141.Exercise Therapy: balance


Gunakan pakaian yang tidak ketat
pada Ny. P
Dampingi
Ny.
P
untuk
berpartisipasi dalam latihan gerak
(Senam lansia)

136.
137.
138.
222
149.
370

5
1.
150.
2.
151.
3.
152.
153.
154.

155.
156.
157.
390

5 1.
158.2.
159.3.
160.4.

42

104.

164.Role Enhancement
Identifikasi dan harapan Ny. P
yang terlibat
Beri kesempatan pada Ny. P
mengungkapkan perasaannya.
Diskusikan kemampuan dan
aspek positif yang dimiliki.
165.
166.Self awareness enhancement
167.Anjurkan Ny. P untuk
berkomunikasi dan beraktifitas
sosial
168.
169.Self Esteem Enhancement
Tunjukan rasa percaya diri
terhadap kemampuan Ny. P
Dorong Ny. P mengidentifikasi
kekuatan dirinya
Buatlah statment positif terhadap
Ny. P
Dukung Ny. P untuk menerima

100.
No.

101.

Diagnosa Keperawatan

102.
107.

Umum

Tujuan
108.

Khusus

103.
K
ode NIC
161.
162.
400

5 5.

104.

Intervensi

tantangan kaji alasan-alasan untuk


mengkritik atau menyalahkan diri
sendiri
Terapi tertawa

163.
170.
4

171.
(00095)
172.
Insomnia
berhubungan
dengan stress (kebiasaan merenung
sebelum tidur)

173.
Setelah dilakukan
tindakan
keperawatan
selama 10 x 30 menit,
gangguan
pola
tidur
berkurang dengan kriteria
hasil:
a. Lama tidur pada malam
hari tetap selama 3-4
jam
atau
dapat
meningkat menjadi 6
jam setiap hari.
b. Kualitas tidur baik
ditunjukkan dengan Ny.
P menyatakan bahwa
tidurnya puas

174.
Setelah dilakukan
tindakan
keperawatan
selama 10 x 30 menit kontrol
tidur bertambah dengan
kriteria hasil:
a. Ny.
P
bersedia
diberikan
terapi
komplementer.
b. Ny. P mau mencoba
lebih sering untuk tidur
lebih awal.
c. Ny.
P
mengatakan
melakukan
terapi
spiritual setiap sebelum
tidur
175.

178.
179.

43

176.
850

1177.
Sleep Enhancement:
1. Jelaskan pentingnya tidur yang
adekuat
2. Fasilitas untuk mempertahankan
aktivitas sebelum tidur
3. Ciptakan
lingkungan
yang
nyaman
4. Jelaskan
efek-efek
medikasi
terhadap pola tidur
5. Diskusikan dengan Ny. P teknik
tidur yang nyaman
6. Instruksikan untuk monitor tidur
Ny. P
7. Monitor kebutuhan tidur Ny. P
setiap hari
8. Berikan terapi komplementer,
salah satunya berupa terapi music
dan terapi otot pogresif
9. Berikan terapi spiritual sebelum
tidur
10. Ajarkan intake nutrisi yang baik
untuk tidur

180.
181.

IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Senin, 17 Februari 2014

182. W 183. Diagnos


aktu
a Keperawatan
194.
(00153)
193. 0
195. Risiko
9.40

184. Tujuan
189. Umum

190.

185.

Khusus

196.
Setelah dilakukan 197.
Setelah
tindakan
keperawatan dilakukan
tindakan
2
minggu, keperawatan
selama
harga diri rendah selama
diharapkan
dapat
12x60 menit, diharapkan
situasional
melakukan konsep diri
dapat
yang positif dengan kriteria dapat
meningkatkan
performa
hasil:
a. Dapat
membina perannya dengan kriteria
hubungan
saling hasil:
percaya
a. Ny. P mengatakan
b. Ny. P dapat menyusun
tidak malu dengan
rencana atau cara-cara
kondisinya.
menyelesaikan
b. Ny. P dapat
masalah yang dihadapi
198.
menun
jukkan kemampuan
berperan yang baik
di panti

1.

2.

Implementasi

Mengkaji
alasan-alasan
untuk
mengkritik atau menyalahkan diri
sendiri
199.
Menunjukan rasa percaya, terhadap
kemampuan Ny. P

200.
3. Memotivasi Ny. P mengidentifikasi
kekuatan dirinya
201.
4. Membuat statment positif terhadap
Ny. P
202.
5. Mendukung Ny. P untuk menerima
tantangan

44

186.

Evaluasi Formatif

203. S: Ny. P mengatakan dirinya selalu


merepotkan keluarga, dan merasa lebih
baik hidup di panti saja
204. O: 205. S: Ny. P mengatakan sangat senang
jika mengobrol dengan mahasiswa
206. O:207. S: Ny. P mengatakan tetap bertahan
walaupun sudah diperlakukan seperti ini.
208. O: Ny. P menangis
209. S: Ny. P mengatakan merasa senang
dan berterimakasih
210. O: Ny. P sedikit tersenyum
211. S: Ny. P mengatakan akan berusaha
tidak menangis lagi dan tegar
212. O: 213.
214. A: Masalah belum teratasi
215. P:
1. Identifikasi dan harapan Ny. P yang
terlibat
2. Beri
kesempatan
pada
Ny.
P
mengungkapkan perasaannya.
3. Diskusikan kemampuan dan aspek positif
yang dimiliki.

216.
0.15

1 217.

(00095)
218.
Insomnia
berhubungan
dengan
stress
(kebiasaan
merenung sebelum
tidur)

219.
Setelah dilakukan
tindakan
keperawatan
selama 10 x 30 menit,
gangguan
pola
tidur
berkurang dengan kriteria
hasil:
a. Lama
tidur
pada
malam
hari
tetap
selama 3-4 jam atau
dapat
meningkat
menjadi 6 jam setiap
hari.
b. Kualitas tidur baik
ditunjukkan dengan
Ny. P menyatakan
bahwa tidurnya puas

220.
Setelah
dilakukan
tindakan
keperawatan selama 10
x 30 menit kontrol
tidur
bertambah
dengan kriteria hasil:
1. Ny. P bersedia
diberikan terapi
komplementer.
2. Ny.
P
mau
mencoba
lebih
sering untuk tidur
lebih awal.
3. Ny. P mengatakan
melakukan terapi
spiritual
setiap
sebelum tidur

1.

2.

3.

Mendiskusikan dengan Ny. P


teknik tidur yang nyaman
221.
222.
Menganjurkan pada Ny. P untuk
melakukan terapi komplementer,
salah satunya berupa terapi musik
Ajarkan intake nutrisi yang baik
untuk tidur

232.
233.

45

223. S : Ny. P mengatakan jika tidur jam


10 dan bangun jam 4 subuh badan terasa
segar, namun jika terbangun malam hari
Ny. P sulit untuk tidur kembali.
224. O : Ny. P terlihat pucat
225. S : Ny. P mengatakan akan mencoba
mendengarkan music ketika akan tidur
226. O : Ny. P memperlihatkan radionya
227.
228. S : Ny. P mengatakan akan BAK
sebelum tidur dan tidak akan minum 2
jam menjelang jam tidurnya.
229.
230. A : masalah teratasi sebagian
231. P :
1. Memantau pola tidur Ny. P
2. Mengevaluasi kepuasan tidur Ny. P

234.

Selasa, 18 Februari 2014

235. W 236. Diagnos 237. Tujuan


238. Implementasi
242. Umum
243. Khusus
aktu
a Keperawatan
(00133)
249.
Setelah dilakukan 250.
Setelah
1. Mengkaji faktor yang meningkatkan
246. 0 247.
dilakukan
tindakan
rasa sakit.
tindakan
keperawatan
248.
Nyeri
9.40
keperawatan
selama
252.
Kronis
berhubungan
dengan
Proses
Penyakit (Asam
Urat)

273.
1.00

1 274.

(00153)
275.
Risiko
harga diri rendah
situasional

selama
2
minggu,
12x60
menit,
diharapkan gangguan rasa
diharapkan
Ny.
P
nyaman fisik: nyeri pada dengan kriteria hasil:
lutut berkurang dengan a. Keluhan nyeri tidak
kriteria hasil:
berulang
a. Gangguan
rasa 251.
nyaman fisik: nyeri
pada
lutut
tidak
bertambah
b. Ny. S mengatakan
nyeri berkurang.
c. Skala nyeri < 5 (0-4).

276.
Setelah dilakukan
tindakan
keperawatan
selama
2
minggu,
diharapkan
dapat
melakukan konsep diri
yang positif dengan kriteria
hasil:
a. Dapat membina hubungan
saling percaya
b. Ny. P dapat menyusun

277.

2.

253.
254.
Memberikan informasi tentang nyeri
yang dirasakan, penyebab, durasi dan
cara mengantisipasinya

255.
3. Mengajarkan teknik nonfarmakologi
- Terapi relaksasi nafas dalam
256.
257.
4. Menonitor kepuasan Ny. P terhadap
menejemen nyeri yang diterapkan.
258.

1.

2.

3.

Mengidentifikasi harapan Ny. P yang


terlibat
278.
279.
Memberi kesempatan pada Ny. P
mengungkapkan perasaannya.
280.
281.
Mendiskusikan kemampuan dan
aspek positif yang dimiliki.

46

239.

Evaluasi Formatif

259.
S: Ny. P mengatakan rasa
nyeri bertambah jika berpindah posisi,
dari duduk ke berdiri atau sebaliknya dan
berdiri terlalu lama serta berjalan terlalu
lama.
260.
O: 261.
S: Ny. P mengatakan baru
paham bagaimana mekanisme nyeri yang
dialami
262.
O: Ny. P kooperatif
263.
264.
S: Ny. P mengatakan masih
nyeri, Cuma ada nyaman saja kalau
habis nafas dalam
265.
O: Ny. P mengikuti instruksi
266.
267.
S: Ny. P mengatakan cukup
puas, walau rasa nyeri masih ada
268.
O: Ny. P kooperatif
269.
270.
A: masalah belum teratasi
271.
P:
1. Latihan peregangan untuk mengurangi
nyeri
272.
283. S: Ny. P mengatakan sangat berharap
jika selalu di beri kesehatan dan
keluarganya bisa menerimanya dengan
lapang dada
284. O: 285. S: Ny. P mengatakan mengatakan
jika merasa tidak betah selama di panti
dalam 1 tahun maka nanti akan pergi saja.
286. O: Ny. P terlihat sedih
287. S: Ny. P mengatakan akan berusaha

rencana atau cara-cara


menyelesaikan masalah
yang dihadapi

292.
293.

282.

untuk semangat dan sabar.


288. O: Ny. P tersenyum
289.
290. A: masalah belum teratasi
291. P:
1. Menghibur Ny. P
2. Terapi tertawa

Rabu, 19 Februari 2014

294. W 295. Diagnos 296. Tujuan


297. Implementasi
301. Umum
302. Khusus
aktu
a Keperawatan
(00133)
308.
Setelah dilakukan 309.
Setelah
1. Mengajarkan teknik nonfarmakologi
305. 0 306.
dilakukan
tindakan
- Latihan peregangan Kompres
tindakan
keperawatan
307.
Nyeri
9.00
keperawatan
selama
hangat 7 hari berturut-turut
Kronis
berhubungan
dengan
Proses
Penyakit (Asam
Urat)

322.
0.00

1 323.

(00088)
324.
Hambatan
berjalan
325.
Berhubun
gan dengan
326.
gangguan
keseimbangan

selama
2
minggu,
12x60
menit,
diharapkan gangguan rasa
diharapkan
Ny.
P
nyaman fisik: nyeri pada dengan kriteria hasil:
lutut berkurang dengan a. Keluhan
nyeri
kriteria hasil:
tidak berulang
a. Gangguan
rasa 310.
nyaman fisik: nyeri
pada
lutut
tidak
bertambah
b. Ny. S mengatakan
nyeri berkurang.
c. skala nyeri < 5 (0-4).
327.
Setelah dilakukan
tindakan
keperawatan
selama
2
minggu,
diharapkan
dapat
melakukan
mobilisasi
secara bertahap sesuai
dengan batas kemampuan
dengan kriteria hasil:
a. Ny.
P
mampu
mempertahankan

328.
Setelah
dilakukan
tindakan
keperawatan
selama
12x60 menit, diharapkan
dapat mengoptimalkan
keseimbangan
tubuh
secara bertahap sesuai
dengan
batas
kemampuan
dengan
kriteria hasil:

311.
312.
2. Memonitor kepuasan Ny. P terhadap
menejemen nyeri yang diterapkan.

1.

Menyediakan kondisi lingkungan


yang aman bagi Ny. P
329.
Mengidentifikasi
kebutuhan
keamanan Ny. P, berdasarkan tingkat
fungsi fisik dan kognitif dan sejarah
perilaku
Menempatkan benda-benda yang
sering digunakan dalam jangkauan

2.

3.
330.

47

298.

Evaluasi Formatif

313. S: Ny. P mengatakan sedikit capek


tapi menyenangkan
314. O: Ny. P kooperatif, skala nyeri 5
315.
316. S: Ny. P mengatakan nyaman kalau
di kompres
317. O: Ny. P terlihat tersenyum, skala
nyeri 5
318. S: Ny. P mengatakan senang dan
besok akan melakukannya lagi bersama
mahasiswa
319. O: Ny. P mengeluh sakit sesekali
320. A: masalah belum teratasi
321. P:
1. Latihan peregangan
2. Monitor kepuasan Ny. P
331. S: Ny. P mengatakan merasa nyaman
jika lingkungan bersih dan lantai tidak
licin
332. O: Ny. P kooperatif
333. S: Ny. S mengatakan susah berjalan
jika kekamar mandi, karena sering pipis
malam hari jadi Ny. P mengalami sedikt
kesulitan
334. O: 335.
336. S: -

b.

c.

341.
0.15

1 342.

(00165)
343.
Kesiapan
meningkatkan pola
tidur

358.
359.
360.
361.
362.
363.
364.

W 365.

keseimbangan saat a.
berdiri lama.
Ny. P mampu
mempertahankan
keseimbangan saat b.
berjalan
Ny.
P
mampu
berpindah
dengan
mudah
c.

344.
Setelah dilakukan
tindakan
keperawatan
selama 10 x 30 menit,
gangguan
pola
tidur
berkurang dengan kriteria
hasil:
a. Lama tidur pada
malam hari tetap
selama 3-4 jam atau
dapat
meningkat
menjadi 6 jam setiap
hari.
b. Kualitas tidur baik
ditunjukkan dengan
Ny. P menyatakan
bahwa tidurnya puas

penampilan
yang
seimbang saat dari
posisi duduk ke
berdiri
Melakukan
pergerakkan
dan
perpindahan
bertahap
Mempertahankan
mobilitas
optimal
yang
dapat
di
toleransi
345.
Setelah
dilakukan
tindakan
keperawatan selama 10
x 30 menit kontrol
tidur
bertambah
dengan kriteria hasil:
1. Ny. P bersedia
diberikan terapi
komplementer.
2. Ny.
P
mau
mencoba
lebih
sering untuk tidur
lebih awal.
3. Ny. P mengatakan
melakukan terapi
spiritual
setiap
sebelum tidur

337. O: Ny. P mengikuti instuksi


338. A: masalah belum teratasi
339. P:
1. Identifikasi kebutuhan keamanan Ny. P,
berdasarkan tingkat fungsi fisik dan
kognitif dan sejarah perilaku
340.

1.

2.

3.

Mendiskusikan dengan Ny. P


teknik tidur yang nyaman
346.
347.
Menganjurkan pada Ny. P untuk
melakukan terapi komplementer,
salah satunya berupa terapi musik
Menganjrkan pada Ny. P untuk
melakukan terapi spiritual
sebelum tidur

348. S : Ny. P mengatakan masih


terbangun malam hari dan sulit untuk
tidur lagi
349. O : Ny. P terlihat tidak segar
350. S : Ny. P mengatakan sudah mencoba
melakuan terapi musik dan akan
mencobanya lagi
351. O : 352.
353. S : Ny. P mengatakan akan mencoba
melakukan terapi spiritual
354. O : Ny. P kooperatif
355.
356. A : masalah teratasi sebagian
357. P :
1.
Memantau pola tidur Ny. P
2.
Mengevaluasi kepuasan
tidur Ny. P

Kamis, 20 Februari 2014


Diagnos 366.

Tujuan

367.
48

Implementasi

368.

Evaluasi Formatif

aktu
a Keperawatan
371. Umum
372. Khusus
(00133)
378.
Setelah dilakukan 379.
Setelah
1. Mengajarkan teknik nonfarmakologi
375. 0 376.
dilakukan
tindakan
- Latihan kompres hangat jahe 7
tindakan
keperawatan
377.
Nyeri
9.00
keperawatan
selama
hari berturut-turut
Kronis
berhubungan
dengan
Proses
Penyakit (Asam
Urat)

389.
0.00

1 390.

(00088)
391.
Hambatan
berjalan
392.
berhubung
an dengan
393.
gangguan
keseimbangan

selama
2
minggu,
12x60
menit,
381.
diharapkan gangguan rasa
diharapkan
Ny.
P 2. Memonitor kepuasan Ny. P terhadap
nyaman fisik: nyeri pada dengan kriteria hasil:
menejemen nyeri yang diterapkan.
lutut berkurang dengan
a. Keluhan
nyeri
kriteria hasil:
tidak berulang
a. Gangguan
rasa
380.
nyaman fisik: nyeri
pada
lutut
tidak
bertambah
b. Ny. P mengatakan
nyeri berkurang.
c. Skala nyeri < 5 (0-4).
394.
Setelah dilakukan 395.
Setelah
1. Menggunakan pakaian yang tidak
ketat pada Ny. P
tindakan
keperawatan dilakukan
tindakan
2.
Mendampingi Ny. P untuk
selama
2
minggu, keperawatan
selama
berpartisipasi dalam latihan gerak
diharapkan
dapat 12x60 menit, diharapkan
(Senam lansia)
melakukan
mobilisasi dapat mengoptimalkan
secara bertahap sesuai keseimbangan
tubuh
dengan batas kemampuan secara bertahap sesuai
dengan kriteria hasil:
dengan
batas
a. Ny.
P
mampu kemampuan
dengan
mempertahankan
kriteria hasil:
keseimbangan saat a. penampilan
yang
berdiri lama.
seimbang saat dari
b.
Ny. P mampu
posisi duduk ke
mempertahankan
berdiri
keseimbangan saat b. Melakukan
berjalan
pergerakkan
dan
c. Ny.
P
mampu
perpindahan
berpindah
dengan
bertahap
mudah
c. mempertahankan
mobilitas
optimal
yang
dapat
di
toleransi

49

382. S: Ny. P mengatakan merasa


cukup
menyenangkan
melakukan
kompres hangat dengan jahe, karena
hal tersebut untuk mengurangi rasa
nyeri yang dialaminya
383. O: skala nyeri 4
384. S: Ny. P mengatakan merasa puas
dan ingin melanjutkan lagi
385. O: latihan dilanjutkan besok
386.
387. A: masalah belum teratasi
388. P:
1. Latihan kompres hangat jahe
2. Monitor kepuasan Ny. P
396. S: Ny. P mengatakan selalu memakai
daster.
397. O: 398. S: Ny. P mengatakan senang
mengikuti senam, tapi tidak semua
gerakan di ikuti dan tidak kuat berdiri
lama
399. O: Ny. P terlihat antusias
400. A: masalah belum teratasi
401. P:
1. Mendampingi
Ny.
P
untuk
berpartisipasi dalam latihan gerak
(Senam lansia)
402.

403.
404.

Jumat, 21 Februari 2014

405. W 406. Diagnos 407. Tujuan


408. Implementasi
412. Umum
413. Khusus
aktu
a Keperawatan
(00133)
419.
Setelah dilakukan 420.
Setelah
1. Mengajarkan teknik nonfarmakologi
416. 0 417.
dilakukan
tindakan
- Kompres hangat jahe 7 hari
tindakan
keperawatan
418. Nyeri
9.00
keperawatan
selama
berturut-turt
Kronis
berhubungan
dengan
Proses
Penyakit (Asam
Urat)

433.
8.00

0 434.

(00088)
435.
Hambatan
berjalan
436.
berhubung
an dengan
437.
gangguan
keseimbangan

selama
2
minggu,
12x60
menit,
diharapkan gangguan rasa
diharapkan
Ny.
P
nyaman fisik: nyeri pada dengan kriteria hasil:
lutut berkurang dengan a. Keluhan
nyeri
kriteria hasil:
tidak berulang
a. Gangguan rasa nyaman
421.
fisik: nyeri pada lutut
tidak bertambah
b. Ny. S mengatakan
nyeri berkurang.
c. Skala nyeri < 5 (0-4).

438.
Setelah dilakukan 439.
Setelah
tindakan
keperawatan dilakukan
tindakan
selama
2
minggu, keperawatan
selama
diharapkan
dapat 12x60 menit, diharapkan
melakukan
mobilisasi dapat mengoptimalkan
secara bertahap sesuai keseimbangan
tubuh
dengan batas kemampuan secara bertahap sesuai
dengan kriteria hasil:
dengan
batas
a. Ny.
P
mampu kemampuan
dengan
mempertahankan
kriteria hasil:
keseimbangan saat a. penampilan
yang
berdiri lama.
seimbang saat dari
b.
Ny. P mampu
posisi duduk ke
mempertahankan
berdiri
keseimbangan saat b. Melakukan
berjalan
pergerakkan
dan

2.
3.

1.

Memonitor kepuasan Ny. P terhadap


menejemen nyeri yang diterapkan.
Memberikan pendidikan kesehatan
menganai asam urat

Mendampingi
Ny.
P
untuk
berpartisipasi dalam latihan gerak
(Senam lansia)

50

409.

Evaluasi Formatif

422. S: Ny. P mengatakan telapak kakinya


kaku
423. O: Ny. P mengikuti kegiatan dengan
aktif, skala nyeri 4
424. S: Ny. P mengatakan merasa senang
425. O: 426.
427. S: Ny. P mengatakan baru
mengetahui apa yang dimaksud dengan
asam urat dan makanan yang boleh di
konsumsi
428. O: Ny. P kooperatif
429.
430. A: masalah belum teratasi
431. P:
1. Kompres hangat jahe
432.
440. S: Ny. P mengatakan merasa
berkeringat hari ini
441. O: Ny. P terlihat lebih segar
442.
443. A: masalah teratasi sebagian
444. P:
1. Mendampingi Ny. P untuk berpartisipasi
dalam latihan gerak (Senam lansia)
445.

c.

446.
8.30

0 447.

(00153)
448.
Risiko
harga diri rendah
situasional

456.
457.

Ny.
P
berpindah
mudah

mampu
dengan

449.
Setelah dilakukan
tindakan
keperawatan
selama
2
minggu,
diharapkan
dapat
melakukan konsep diri
yang positif dengan kriteria
hasil:
a. Dapat
membina
hubungan
saling
percaya
b. Ny. P dapat menyusun
rencana atau cara-cara
menyelesaikan
masalah yang dihadapi

c.

perpindahan
bertahap
mempertahankan
mobilitas
optimal
yang
dapat
di
toleransi
450.

1.

Menganjurkan Ny. P untuk


berkomunikasi dan beraktifitas
sosial (karaoke bersama)

451. S: Ny. P mengatakan


sangat
senang bernanyi karena dulunya dia
seorang penyanyi.
452. O: Ny. P terlihat bersemangat
453.
454. A: masalah teratasi
455. P:
1. Motivasi Ny. P untuk berbagi cerita
2. Motivasi Ny. P untuk berkomunikasi
dan beraktifitas social di panti

Sabtu, 22 Februari 2014

458. W 459. Diagnos 460. Tujuan


461. Implementasi
465. Umum
466. Khusus
aktu
a Keperawatan
(00133)
472.
Setelah dilakukan 473.
Setelah
1. Mengajarkan teknik nonfarmakologi
469. 1 470.
dilakukan
tindakan
- Kompres hangat 7 hari berturuttindakan
keperawatan
471. Nyeri
0.00
keperawatan
selama
turut
Kronis
berhubungan
dengan
Proses
Penyakit (Asam
Urat)

selama
2
minggu,
12x60
menit,
diharapkan gangguan rasa
diharapkan
Ny.
P
nyaman fisik: nyeri pada dengan kriteria hasil:
lutut berkurang dengan a. Keluhan
nyeri
kriteria hasil:
tidak berulang
a. Gangguan rasa nyaman
474.
fisik: nyeri pada lutut
tidak bertambah
b. Ny. S mengatakan
nyeri berkurang.
c. Skala nyeri < 5 (0-4).

2.

Memonitor kepuasan Ny. P terhadap


menejemen nyeri yang diterapkan.

51

462.

Evaluasi Formatif

475. S: Ny. P mengatakan lutut terasa


nyaman
476. O: Ny. P melakukan kompres
hangat jahe dengan aktif, skala nyeri 4
477. S: Ny. P mengatakan merasa
senang
478. O: Ny. P terlihat bersemangat
479.
480. A: masalah teratasi sebagian
481. P:
1. Kompres hangat jahe

482.
8.30

0 483.

(00088)
484.
Hambatan
berjalan
485.
berhubung
an dengan
486.
gangguan
keseimbangan
487.

497.
0.15

1 498.

(00095)
499.
Insomnia
berhubungan
dengan
stress
(kebiasaan
merenung sebelum
tidur)

488.
Setelah dilakukan 489.
Setelah
tindakan
keperawatan dilakukan
tindakan
selama
2
minggu, keperawatan
selama
diharapkan
dapat 12x60 menit, diharapkan
melakukan
mobilisasi dapat
dapat
secara bertahap sesuai meningkatkan performa
dengan batas kemampuan perannya dengan kriteria
dengan kriteria hasil:
hasil:
a. Ny.
P
mampu a. Ny. P mengatakan
mempertahankan
tidak malu dengan
keseimbangan saat
kondisinya.
berdiri lama.
b. Ny. P dapat
b.
Ny. P mampu
490. menunjukkan
mempertahankan
kemampuan
keseimbangan saat
berperan yang baik
berjalan
di panti
c. Ny.
P
mampu
berpindah
dengan
mudah
500.
Setelah dilakukan 501.
Setelah
tindakan
keperawatan dilakukan
tindakan
selama 10 x 30 menit, keperawatan selama 10
gangguan
pola
tidur x 30 menit kontrol
berkurang dengan kriteria tidur
bertambah
hasil:
dengan kriteria hasil:
a. Lama
tidur
pada a. Ny. P bersedia
malam
hari
tetap
diberikan
terapi
selama 3-4 jam atau
komplementer.
dapat
meningkat b. Ny.
P
mau
menjadi 6 jam setiap
mencoba
lebih
hari.
sering untuk tidur
b. Kualitas tidur baik
lebih awal.
c. Ny. P mengatakan
ditunjukkan dengan
melakukan terapi
Ny. P menyatakan
spiritual
setiap
bahwa tidurnya puas
sebelum tidur

1.

1.

2.

3.

Menganjurkan Ny. P untuk


491. S:
melakukan otot peregangan
Ny. P mengatakan setiap pagi saat bangun
tidur Ny. P melakukan senam otot
peregangan
Ny. P mengatakan bisa berjalan tanpa tongkat
namun hanya 70 langkah
492. O: Ny. P terlihat senang
493.
494. A: masalah teratasi
495. P:
1. Motivasi Ny. P untuk terus melakukan
otot pereganagan
496.

Mendiskusikan dengan Ny. P


teknik tidur yang nyaman
502.
503.
Menganjurkan pada Ny. P untuk
melakukan terapi komplementer,
salah satunya berupa terapi musik
Menganjurkan melakukan terapi
spiritual sebelum tidur

514.
52

504. S : Ny. P mengatakan tidur sudah


mulai nyenyak dan tidak terbangun
malam hari lagi, Ny. P terbangun untuk
BAK ketika akan sholat subuh
505. O : Ny. P terlihat lebih segar
506. S : Ny. P mengatakan senang
mendengarkan musik jawa sebelum tidur
507. O : 508.
509. S : Ny. P mengatakan merasa lebih
nyaman dan tenang saat melakukan terapi
spiritual.
510. O : Ny. P kooperatif
511.
512. A : masalah teratasi sebagian
513. P :
1.
Memantau pola tidur Ny. P
2.
Mengevaluasi kepuasan
tidur Ny. P

515.

Senin, 24 Februari 2014

516. W 517. Diagnos 518. Tujuan


519. Implementasi
523. Umum
524. Khusus
aktu
a Keperawatan
(00133)
530.
Setelah dilakukan 531.
Setelah
1. Mengajarkan teknik nonfarmakologi
527. 1 528.
dilakukan
tindakan
- Kompres hangat 7 hari berturuttindakan
keperawatan
529.
Nyeri
0.00
keperawatan
selama
turut
Kronis
berhubungan
dengan
Proses
Penyakit (Asam
Urat)

540.
0.15

1 541.

(00095)
542.
Insomnia
berhubungan
dengan
stress
(kebiasaan
merenung sebelum
tidur)

selama
2
minggu,
diharapkan gangguan rasa
nyaman fisik: nyeri pada
lutut berkurang dengan
kriteria hasil:
a. Gangguan
rasa
nyaman fisik: nyeri
pada
lutut
tidak
bertambah
b. Ny. S mengatakan
nyeri berkurang.
c. Skala nyeri < 5 (0-4).
543.
Setelah dilakukan
tindakan
keperawatan
selama 10 x 30 menit,
gangguan
pola
tidur
berkurang dengan kriteria
hasil:
a. Lama
tidur
pada
malam
hari
tetap
selama 3-4 jam atau
dapat
meningkat
menjadi 6 jam setiap
hari.
b. Kualitas tidur baik
ditunjukkan dengan
Ny. P menyatakan
bahwa tidurnya puas

12x60
menit,
diharapkan
Ny.
P
dengan kriteria hasil:
a. Keluhan
nyeri
tidak berulang

2.

Memonitor kepuasan Ny. P terhadap


menejemen nyeri yang diterapkan.

532.

544.
Setelah
dilakukan
tindakan
keperawatan selama 10
x 30 menit kontrol
tidur
bertambah
dengan kriteria hasil:
a. Ny. P bersedia
diberikan
terapi
komplementer.
b. Ny.
P
mau
mencoba
lebih
sering untuk tidur
lebih awal.
c. Ny. P mengatakan
melakukan terapi
spiritual
setiap
sebelum tidur

1.

Mendiskusikan dengan Ny. P


teknik tidur yang nyaman
545.
546.
2. Menganjurkan pada Ny. P untuk
melakukan terapi komplementer,
salah satunya berupa terapi musik
3. Menganjurkan melakukan terapi
spiritual sebelum tidur

557.
53

520.

Evaluasi Formatif

533. S: Ny. P mengatakan lutut terasa


nyaman
534. O: Ny. P melakukan kompres
hangat jahe dengan aktif, skala nyeri 4
535. S: Ny. P mengatakan merasa
senang
536. O: Ny. P terlihat bersemangat
537.
538. A: masalah teratasi sebagian
539. P:
1. Kompres hangat jahe

547. S : Ny. P mengatakan tidur sudah


mulai nyenyak dan tidak terbangun
malam hari lagi, Ny. P terbangun untuk
BAK ketika akan sholat subuh
548. O : Ny. P terlihat lebih segar
549. S : Ny. P mengatakan senang
mendengarkan musik jawa sebelum tidur
550. O : 551.
552. S : Ny. P mengatakan merasa lebih
nyaman dan tenang saat melakukan terapi
spiritual.
553. O : Ny. P kooperatif
554.
555. A : masalah teratasi sebagian
556. P :
1.
Memantau pola tidur Ny. P
2.
Mengevaluasi kepuasan
tidur Ny. P

558.

Selasa, 25 Februari 2014

559. W 560. Diagnos 561. Tujuan


562. Implementasi
566. Umum
567. Khusus
aktu
a Keperawatan
(00133)
573.
Setelah dilakukan 574.
Setelah
1. Mengajarkan teknik nonfarmakologi
570. 1 571.
dilakukan
tindakan
- Kompres hangat 7 hari berturuttindakan
keperawatan
572.
Nyeri
0.00
keperawatan
selama
turut
Kronis
berhubungan
dengan
Proses
Penyakit (Asam
Urat)

584.
0.15

1 585.

(00095)
586.
Insomnia
berhubungan
dengan
stress
(kebiasaan
merenung sebelum
tidur)

597.
598.

selama
2
minggu,
diharapkan gangguan rasa
nyaman fisik: nyeri pada
lutut berkurang dengan
kriteria hasil:
a. Gangguan
rasa
nyaman fisik: nyeri
pada
lutut
tidak
bertambah
b. Ny. S mengatakan
nyeri berkurang.
c. Skala nyeri < 5 (0-4).
587.
Setelah dilakukan
tindakan
keperawatan
selama 10 x 30 menit,
gangguan
pola
tidur
berkurang dengan kriteria
hasil:
a. Lama tidur pada
malam hari tetap
selama 3-4 jam atau
dapat
meningkat
menjadi 6 jam setiap
hari.
b. Kualitas tidur baik
ditunjukkan dengan
Ny. P menyatakan
bahwa tidurnya puas

12x60
menit,
diharapkan
Ny.
P
dengan kriteria hasil:
a. Keluhan
nyeri
tidak berulang

2.

Memonitor kepuasan Ny. P terhadap


menejemen nyeri yang diterapkan.

575.

588.
Setelah
dilakukan
tindakan
keperawatan selama 10
x 30 menit kontrol
tidur
bertambah
dengan kriteria hasil:
a. Ny. P bersedia
diberikan terapi
komplementer.
b. Ny.
P
mau
mencoba
lebih
sering untuk tidur
lebih awal.
c. Ny. P mengatakan
melakukan terapi
spiritual
setiap
sebelum tidur

1.

Mengajarkan senam otot progresif


589.
590.
591.

Rabu, 26 Februari 2014


54

563.

Evaluasi Formatif

576. S: Ny. P mengatakan lutut terasa


nyaman
577. O: Ny. P melakukan kompres
hangat jahe dengan aktif, skala nyeri 3
578. S: Ny. P mengatakan merasa
senang
579. O: Ny. P terlihat bersemangat
580.
581. A: masalah teratasi sebagian
582. P:
1. Kompres hangat jahe
583.

592. S : Ny. P mengatakan belum bisa


melakukan senam sendiri karena belum
hafal.
593. O : Ny. P terlihat lebih segar
594.
595. A : masalah teratasi sebagian
596. P :
1. Memantau pola tidur Ny. P
2. Mengevaluasi kepuasan tidur Ny. P

599. W 600. Diagnos 601. Tujuan


602. Implementasi
606. Umum
607. Khusus
aktu
a Keperawatan
(00133)
613.
Setelah dilakukan 614.
Setelah
1. Mengajarkan teknik nonfarmakologi
610. 1 611.
dilakukan
tindakan
- Kompres hangat 7 hari berturuttindakan
keperawatan
612.
Nyeri
0.00
keperawatan
selama
turut
Kronis
berhubungan
dengan
Proses
Penyakit (Asam
Urat)

624.
625.

selama
2
minggu,
diharapkan gangguan rasa
nyaman fisik: nyeri pada
lutut berkurang dengan
kriteria hasil:
a. Gangguan
rasa
nyaman fisik: nyeri
pada
lutut
tidak
bertambah
b. Ny. S mengatakan
nyeri berkurang.
c. Skala nyeri < 5 (0-4).

12x60
menit,
diharapkan
Ny.
P
dengan kriteria hasil:
a. Keluhan
nyeri
tidak berulang

2.

Memonitor kepuasan Ny. P terhadap


menejemen nyeri yang diterapkan.

615.

603.

Evaluasi Formatif

616. S: Ny. P mengatakan lutut terasa


nyaman
617. O: Ny. P melakukan kompres
hangat jahe dengan aktif, skala nyeri 3
618. S: Ny. P mengatakan merasa
senang
619. O: Ny. P terlihat bersemangat
620.
621. A: masalah teratasi sebagian
622. P:
1. Kompres hangat jahe
623.

Kamis, 27 Februari 2014

626. W 627. Diagnos 628. Tujuan


629. Implementasi
633. Umum
634. Khusus
aktu
a Keperawatan
(00133)
640.
Setelah dilakukan 641.
Setelah
1. Mengajarkan teknik nonfarmakologi
637. 1 638.
dilakukan
tindakan
- Kompres hangat 7 hari berturuttindakan
keperawatan
639.
Nyeri
0.00
keperawatan
selama
turut
Kronis
berhubungan
dengan
Proses
Penyakit (Asam
Urat)

selama
2
minggu,
diharapkan gangguan rasa
nyaman fisik: nyeri pada
lutut berkurang dengan
kriteria hasil:
a. Gangguan
rasa
nyaman fisik: nyeri
pada
lutut
tidak
bertambah
b. Ny. S mengatakan
nyeri berkurang.
c. Skala nyeri < 5 (0-4).

12x60
menit,
diharapkan
Ny.
P
dengan kriteria hasil:
a. Keluhan
nyeri
tidak berulang

2.

Memonitor kepuasan Ny. P terhadap


menejemen nyeri yang diterapkan.

642.

55

630.

Evaluasi Formatif

643. S: Ny. P mengatakan lutut terasa


nyaman
644. O: Ny. P melakukan kompres
hangat jahe dengan aktif, skala nyeri 2
645. S: Ny. P mengatakan merasa
senang
646. O: Ny. P terlihat bersemangat
647.
648. A: masalah teratasi sebagian
649. P:
1. Kompres hangat jahe
650.

651.
0.15

1 652.

(00095)
653.
Insomnia
berhubungan
dengan
stress
(kebiasaan
merenung sebelum
tidur)

654.
Setelah dilakukan
tindakan
keperawatan
selama 10 x 30 menit,
gangguan
pola
tidur
berkurang dengan kriteria
hasil:
a. Lama tidur pada
malam hari tetap
selama 3-4 jam atau
dapat
meningkat
menjadi 6 jam setiap
hari.
b. Kualitas tidur baik
ditunjukkan dengan
Ny. P menyatakan
bahwa tidurnya puas

655.
Setelah
dilakukan
tindakan
keperawatan selama 10
x 30 menit kontrol
tidur
bertambah
dengan kriteria hasil:
a. Ny. P bersedia
diberikan
terapi
komplementer.
b. Ny.
P
mau
mencoba
lebih
sering untuk tidur
lebih awal.
c. Ny. P mengatakan
melakukan terapi
spiritual
setiap
sebelum tidur

1.

Mengajarkan senam otot progresif


656.
657.
658.

664.
665.

56

659. S :
Ny. P mengatakan sudah bisa melakukan
otot progresi namun masih ada 3 gerakan
yangsering lupa
Ny. P mengatakan kemarin setelah senam
bisa tidur dengan nyenyak dan malam hari
sudah tidak terbangun lagi
Ny. P mengatakan sudah bisa tidur siang
sekitar 1 jam
660. O : Ny. P terlihat lebih segar
661.
662. A : masalah teratasi
663. P :
1. Memantau pola tidur Ny. P
2. Mengevaluasi kepuasan tidur Ny. P

666.

EVALUASI SUMATIF

667.
668.

Nama lansia : Ny. P

669.

Ruang: Anggrek

670. T
gl/Jam
673. Ju
mat
28/2/201
4 10.00

671. Diagnosa
Keperawatan
674. Nyeri Kronis 675.

680. Ju
mat
28/2/201
4 10.00

681.

berhubungan
dengan
Proses Penyakit (Asam
Urat)

Risiko harga
diri rendah situasional

672.

Evaluasi Sumatif

S:
Ny. P mengatakan nyeri berkurang selama seminggu dilakukan
kompres hangat jahe
Ny. Pmengatakan seminggu yang lalu jika lutut dipegang terasa
sakit, namun saat ini ketika ditekan lutut tidak begitu terasa lagi
Ny. P mengatakan merasa sangat lega setelah di lakukan intervensi
676.
O:
Skala nyeri 2
Ny. P terlihat lebih segar
Ny. P tidek terlihat merintih dan menahan sakit
677.A : Masalah teratasi.
678.P :
679. Pertahankan intervensi :
1. Motivasi Ny. P agar selalu melakukan kompres hangat jahe
setiap hari saat pagi dan sore hari
2. Motivasi Ny. P agar selalu melakukan relaksasi nafas dalam jika
nyeri datang
682.
S:
Ny. P mengatakan sangat senang mengikuti segala kegiatan di
panti
Ny. P mengatakan tidak malu dengan kondisi lututnya dan
cara berjalannya
Ny. P mengatakan sudah bersyukur masih bisa berjalan,
dibandingkn dengan teman yang lain yang tidak bisa
meninggalkan tempat tidur.
Ny. P mengatakan tidak ingin mengingat atau mengungkit
masalah yang pernah dihadapinya, sehingga dia dibawa
kepanti
Ny. P mengatakan senang sekali saat ini memiliki sahabat,
yaitu Ny. W dan Ny. T yang selalu menemaninya setiap hari
683.O :
Ny. P terlihat lebih ceria
Ny. P terlihat lebih semangat dan tertawa lepas
Ny. P sudah menyusun rencana kegiatan yang akan di lakukan
setiap hari arag tidak jenuh
684.A : Masalah teratasi.
685.P :
686. Pertahankan intervensi :

57

1.

687. Ju
mat
28/2/201
4 10.00

688.
Hambatan
berjalan
689.
berhubungan
dengan
690.
gangguan
keseimbangan

696. Ju
mat
28/2/201
4 10.00

697.

Insomnia
berhubungan
dengan
stress
(kebiasaan
merenung
sebelum
tidur)

Motivasi Ny. P untuk terus bersosialisasi dan mengikuti


kegiatan panti setiap hari, seperti senam, kerja bakti dan
karaoke bersama
2. Anjurkan Ny. P untuk tidak mengingat masalah yang sudah
terjadi sebelum di panti
691.S :
Ny. P mengatakan kaku di telapak kaki sudah berkurang setelah
melakukan senam otot peregangan dan kompres hangat jahe
Ny. P mengatakan saat ini bisa berjalan 70 langkah tanpa tongkat,
dulu sebelum intervensi Ny. P hanya bisa berjalan 50 langkah
tanpa tongkat penyangga
Ny. P mengatakan saat berjalan sudah terasa lebih kuat dan tidak
somboyong
Ny. P mengatakan bisa bertahan berdiri lama selama 15 menit saat
mengikuti senama lansia
Ny. P mengatakan untuk berpindah tempat masih membutuhkan
pegangan
692.
O:
Ny. P terlihat berjalan lebih cepat dan seimbang
Ny. P dapat berjalan lebih jauh
Ny. P terlihat telah bisa melakukan pergerakan bertahap dari posisi
duduk hinggan berdiri atau sebaliknya dengan mudah
Pengasuh mengatakan selalu mengontrol gerak dan aktifitas
penghuni panti
Berg balance scale skor 42 (risiko jatuh rendah).
693.
A : Masalah teratasi.
694.
P:
695.
Pertahankan intervensi :
1. Motivasi Ny. P untuk terus melakukan senam lansia setiap hari
2. Motivasi Ny. P untuk terus melanjutkan latihan terapi otot
peregangan selama 3 kali seminggu
3. Motivasi Ny. P untuk melatih kekuatan otot kaki dan berjalan
hingga 100 langkah tanpa tongkat
698.S :
Ny. P mengatakan selama seminggu ini sudah bisa tidur selama
6 jam bahkan semalam Ny. P tidur dari jam 21.00-05.00.
Ny. P menyatakan bahwa tidurnya puas
699.
O:
Ny. P terlihat lebih segar
Ny. P mampu melakukakn terapi otot progresif
Skor PSQI 10 (terjadi penurunan skor dari 14 menjadi 10)
700.
A : Masalah teratasi.
701.
P:
702.
Pertahankan intervensi :
1. Latihan terapi otot progresif
2. Lanjutkan terapi musik
3. Tingkatkan aktifitas berdoa (dzikir) sebelum tidur

703.

58

704.
705.

Nama lansia :

706.

Ruangan :

707. N
ama

708. Masalah
Kesehatan

RENCANA TINDAK LANJUT

709. Intervensi
yang telah dilakukan
1.

712. N
y. P

713.

Nyeri Kronis
berhubungan dengan
Proses Penyakit (Asam
Urat)

2.

3.
1.
2.

3.

716. N 717. Risiko harga diri


rendah situasional
y. P

4.
6.
7.

8.

719. N
y. P

720.
721.

Hambatan
berjalan
berhubungan

1.

Mengajarkan
teknik
nonfarmakologi
- Terapi
relaksasi
nafas dalam
- Latihan
peregangan
- Kompres
hangat
jahe
(7
hari
berturut-turut)
Memonitor kepuasan
Ny.
P
terhadap
menejemen nyeri yang
diterapkan
Pendidikan kesehatan
asam urat
Mengidentifikasi dan
harapan Ny. P yang
terlibat
Memberi kesempatan
pada
Ny.
P
mengungkapkan
perasaannya.
Mendiskusikan
kemampuan dan aspek
positif yang dimiliki.
Menganjurkan Ny. P
untuk berkomunikasi
dan beraktifitas sosial
Membuatlah statment
positif terhadap Ny. P
Mendukung Ny. P
untuk
menerima
tantangan kaji alasanalasan
untuk
mengkritik
atau
menyalahkan
diri
sendiri
Mengikuti
kegiatan
panti
Mengidentifikasi
kebutuhan keamanan
Ny. P, berdasarkan

59

710.

RTL

Motivasi Ny. P agar selalu


melakukan kompres hangat jahe
setiap hari saat pagi dan sore
hari
2. Motivasi Ny. P agar selalu
melakukan
relaksasi
nafas
dalam jika nyeri datang
714.

711. P
araf

1.

1.

2.

3.
4.

1.

Komunikasikan dengan pengasuh


untuk selalu mengadakan kegiatan
rutin bersama Terapi Aktifitas
Kelompok Terapi bercetia besama
Motivasi Ny. P untuk terus
bersosialisasi
dan
mengikuti
kegiatan panti setiap hari, seperti
senam, kerja bakti dan karaoke
bersama
Anjurkan Ny. P untuk tidak
mengingat masalah yang sudah
terjadi sebelum di panti
Motivasi Ny. P untuk setiap hari
berinteraksi dan berbagi cerita
dengan teman panti yang di
anggap Ny. P nyaman

Berikan jadwal kegiatan kepada


pengasuh
untuk
melakukan
peregangan
lutut
bersama

715.
Nu
rmaryani

718.
Nu
rmaryani

724.
Nu
rmaryani

2.
dengan
722. gangguan
keseimbangan

3.
4.

5.
1.
2.
3.
4.

726. Insomnia
725. N berhubungan dengan stress 5.
(kebiasaan merenung
y. P
sebelum tidur)

6.

7.
8.

tingkat fungsi fisik


dan
kognitif
dan
sejarah perilaku
Menempatkan bendabenda yang sering
digunakan
dalam
jangkauan
Menggunakan pakaian
yang tidak ketat pada
Ny. P
Mendampingi Ny. P
untuk
berpartisipasi
dalam latihan gerak
(Senam lansia)
Melatih Ny. P terapi
peregangan
Menjelaskan
pentingnya
tidur
yang adekuat
Menciptakan
lingkungan
yang
nyaman
Menjelaskan
efekefek
medikasi
terhadap pola tidur
Mendiskusikan
dengan Ny. P teknik
tidur yang nyaman
Menginstruksikan
untuk monitor tidur
Ny. P
Menganjurkan terapi
komplementer, salah
satunya
berupa
terapi music dan
terapi otot pogresif
Berikan
terapi
spiritual
sebelum
tidur
Mengajarkan intake
nutrisi yang baik
untuk tidur

728.
729.

60

2.
3.
4.
5.

seminggu sekali
Komunikasikan dengan pengasuh
untuk pencegahan cidera pada Ny.
P dalam beraktifitas
Motivasi Ny. P untuk terus
melakukan senam lansia setiap
hari
Motivasi Ny. P untuk terus
melanjutkan latihan peregangan 3
kali seminggu
Motivasi Ny. P untuk melatih
kekuatan otot kaki dan berjalan
hingga 100 langkah tanpa tongkat

723.
1.
2.
3.

Lanjutkan latihan terapi otot


progresif
Lanjutkan terapi musik
Tingkatkan
aktifitas
berdoa
(dzikir) sebelum tidur

727.
Nu
rmaryani

730.
731.

BAB IV

PEMBAHASAN
732.

733.

Pengkajian yang dilakukan pada Ny. P di Panti Wreda Harapan Ibu Ngaliyan

Semarang tanggal 17 Februari 2014 didapatkan 4 diagnosa keperawatan. Diagnosa


yang pertama yaitu Nyeri kronis berhubungan dengan proses penyakit (asam urat),
diagnosa

kedua

yaitu

Hambatan

berjalan

berhubungan

dengan

gangguan

keseimbangan, diagnosa ketiga adalah Risiko harga diri rendah situasional, dan
diagnose keempat yaitu insomnia berhubungan dengan stress (kebiasaan merenung
sebelum tidur). Perkembangan dari masing-masing diagnosa akan dijelaskan pada
dalam grafik sebagai berikut:
1. Nyeri kronis berhubungan dengan proses penyakit (asam urat)
734.

Nyeri yang muncul di sebabkan oleh manifestasi klinis

dari penyakit asam urat yang di derita oleh Ny. P sejak dulu. Nyeri
terjadi

akibat

adanya

inflamasi

yang

menyerang

persendian.

Menumpuknya kristal-kristal dari monosodium urat monohidrat


menyebabkan Inflamasi. Meningkatnya asam urat dalam tubuh di
sebabkan oleh metabolisme purin bawaan dan purin berlebihan. Menurut
pengakuan Ny. P di masa lalunya Ny. P merupakan salah satu pencinta
makanan goreng-gorengan, kacang-kacangan dan jeroan. Jeroan
merupakan salah satu makanan yang mengandung tinggi purin.
735.

Penelitian oleh Ervi Diantari dalam analisis analisis

bivariat dengan uji regresi linear menunjukkan bahwa asupan purin


berpengaruh terhadap kadar asam urat (p= 0,000), sedangkan jumlah
asupan cairan tidak berpengharuh terhadap kadar asam urat (p=,884).
Jadi, semakin tinggi konsumsi purin semakin tinggi pula kadar asam
urat. Penelitian ini menyebutkan sebagian besar subyek mengkonsumsi
purin < 500 mg per hari. Asupan normal purin per-hari adalah 500-1000

61

mg. Peneliti mengungkapkan banyaknya keluhan pegal-pegal dan nyeri


sendi yang di alami lansia di didaerah kecamatan gajah mungkur.
Setelah melakukan pemeriksaan sebagian besar menderita asam urat
(Diantari, 2013).
736.

Hal ini berkaitan dengan Ny. P mengalami keluhan

yang sama, terutama di lutut, setelah dilakukan pemeriksaan nilai asam


urat Ny. P adalah 7.5 mg/dl, Ny. P mengatakan sebelumnya telah di
diagnosa mengalami asam. Nyeri yang muncul cukup menganggu
aktifitas dengan skala 5. Oleh karena itu, salah satu intervensi
keperawatan yang dilakukan adalah melakukan kompres hangat jahe.
737.
738.
Grafik 4.1
739. Grafik monitoring skala nyeri Ny. P sebelum dan sesudah melakukan
teknik peregangan Nyeri lutut selama 7 hari
740.
741.

SKALA NYERI
8
6
SKALA NYERI

4
2
0
41884
41886
41888
41891
41893
41883
41885
41887
41890
41892

743.

742.
Grafik 4.1 menunjukan Monitoring latihan peregangan

yang dilakukan Ny. P dalam 9 hari terakhir. Ny. P melakukan kompres


hangat jahe hingga menurukan skala nyeri dari 5 menjadi skala 2.
Penelitian oleh Hadi Masyhurrosyidi dalam analisis menggunakan
desain Quasy Eksperiment dengan rancangan One-group pra test-post

62

test design. Berdasarkan hasil penelitian yang di lakukan di dapatkan


hasil bahwa skala nyeri sedang menjadi nyeri rendah sejumlah 12
responden, nyeri berat menjadi rendah sebanyak 2 responden, nyeri
sedang 3 responden dan yang tetap nyeri rendah 2 responden. Terapi
kompres hangat pada stadium subakut dan kronis pada osteoarthritis
menguranginyeri, melemaskan otot, melenturkan jaringat ikat dan
menambah

kelenturan

sendi

(Junaidi,

2006).

Kandungan

jahe

bermanfaat untuk mengurangi nyeri osteoarthritis karena jahe memiliki


sifat panas, pahit dan aromatic dari oleoresin. Kandungan air dan
minyak tidak menguap pada jahe berfungsi sebagai enhancer yang dapat
meningkatkan

permeabilitas

oleoresin

menembus

kulit

tanpa

menyebabkan iritasi atau kerusakan hingga ke sirkulasi perifer


(Swarbrick dan Boylan, 2002)
744.
745. Grafik 4.2
746. Grafik hasil pemantauan Asam Urat pre dan post intervensi

nilai asam urat


8
6

nilai asam urat

4
2
0
pre intervensi

post intervensi

747.
748.
749.

Grafik 4.2 menujukan monitoring asam urat yang di

lakukan sebelum dan sesudah intervensi, intervensi yang di lakukan


adalah memotivasi Ny. P untuk membatasi konsumsi makanan tinggi
purin, karena terdapat beberapa kendala yang di karenakan Ny. P
merupakan penghuni panti. Seluruh penghuni panti menerima segala

63

makanan dari pengasuh, dalam hal ini Ny. P juga tetap berusaha
membatasi, Ny. P juga menambah konsumsi buah-buahan dan membeli
makanan sesuai keadaan Ny. P. Diskusi dengan pihak panti, beberapa
tahun belakangan ini pengasuh juga telah berusaha memberikan
makanan yangs sehat pada penghuni panti. Hasil pemeriksaan asam urat
turun dari 7,5 mg/dl menjadi 5,9 mg/dl
750.
751.
2. Hambatan berjalan berhubungan dengan gangguan keseimbangan
752. Ny. P telah kurang lebih setahun menggunakan tongkat saat berjalan.
Hambatan berjalan Ny. P di sebabkan oleh perubahan bentuk kaki Ny. P
(leter O) dan rasa nyeri yang di derita. Ny. P mengatakan perubahan
bentuk kaku dan lutut terjadi semenjak Ny. P menderita asam urat dan
mengalami nyeri hebat. Ny. P mengalami kesulitan berjalan di sebbakan
keseimbangan tubuh yang lemah dan nyeri yang di rasakan cukup
menganggu.
753. Grafik 4.3
754. Grafik monitoring durasi berdiri selama mengikuti mengikuti senam
pada Ny. P

Grafik monitoring lama berdiri saat senam


20
15

lama berdiri saat


senam

10
5
0
41688 41690 41694 41695 41698

755.
756.
757. Ket:

64

758. Durasi senam: 15 menit


759.

Grafik 4.3 Menunjukan bahwa Ny. P dapat meningkatkan

kemampuan otot seiring dengan berkurangnya rasa nyeri. Selama kali


dilakukan senam lansia, sejak hari pertama melakukan senam lansia Ny. P
hanya sanggup berdiri 10 menit. Senam ke 3 Ny. P mengalami peningkatan,
Ny. P sanggup berdiri selama 13 menit dan senam ke 4-5 Ny. P sanggup
berdiri melakukan senam lansia hingga akhir senam yaitu 15 menit. Hasil uji
Chi- square menujukan p= 0,000. Jadi, terdapat pengaruh senam lansia
terhadap

keseimbangan

tubuh.

Senam

lansia

berpengaruh

terhadap

keseimbangan tubuh yang di ukur dengan Romberg Test pada lansia


(Annafisa, 2012).
760.

Darmojo (2009) menyebutkan bahwa latihan yang meliputi

komponen keseimbangan akan menurunkan insiden jatuh pada orang usia


lanjut sebesar 17%. Senam lansia di tujukan untuk menguatkan untuk
penguatan, daya tahan dan keleturan tulang dan sendi, sehingga sistem
muskoloskeletas yang menurun dapat di perbaiki.
761.
3. Risiko harga diri rendah situasional
762. Pada awal pengkajian Ny. P mengatakan hidupnya tidak berarti dan
berguna lagi untuk orang lain, Ny. P di usir dari rumah oleh keluarganya.
Pemeriksaan dengan The Geriatric depresion scale (skor 7) menujukan
Ny. P mengalami depresi.
763. Grafik 4.4
764. Grafik pemantauan komunikasi dan aktifitas karaoke bersama pada
Ny. P

65

765.

Grafik Monitoring kegiatan


1.5
1

kegiatan

0.5
0
41688

41691

41694

41695

41698

766.
767. Ket:
768. 0: Ny. P tidak mengikuti kegiatan karaoke bersama
769. 1: Ny. P mengikuti kegiatan karaoke bersama
770.

Grafik

4.4

menujukan

kegiatan

dan

aktiftas

Ny. P

bersosialisasi atau bercerita dengan teman panti. Grafik menujukan saat


dilakukan kegiatan dihari pertama Ny. P bersikap pasif. Kegiatan selanjutnya
Ny. P sudah bersikap aktif dan bahkan Ny. P sudah mau maju ke hadapan
teman-temannya untuk bernyanyi atau karaoke. Ny. P sudah aktif adalam
kegiatan yang diadakan dipanti, bahkan saat dilakukan supervise TAK Ny. P
yang paling aktif dan mampu mendemonstrasikan ulang gerakan senam saat
TAK
771.
772. Grafik 4.5
773. Grafik hasil pemantauan GDS ( The Geriatri Depresion scale) pada
Ny. P

66

774.

Grafik Monitoring The Geriatrics Depretion Scale


8
6

The Geriatrics
Depretion Scale

4
2
0
pre intervensi

post intervensi

775.
776.

Grafik 4.5 menunjukan hasil yang signifikan antara tingkat

depresi lansia pada hari pertama pengkajian, dengan skor 7 (depresi) setelah
intervensi selama 9 hari skor menjadi 1 (baik). pada pengkajian awal Ny. P
menganggap hidupnya tidak berarti dan membosankan, Ny. P merasa tidak
berguna, Ny. P merasa semua orang memusuhinya dan tidak memiliki teman
intervensi yang dilakukan bermanfaat untuk merubah pemahaman lansia
tentang kehidupan, Ny. P menganggap hidupnya tidak berarti dan saat ini Ny.
P menganggap hidupnya menjadi sangat berarti dan tidak ada yang perlu di
sesalkan.
777.
778.
779.
780.
781.
782.
783.
4. Insomnia berhubungan dengan Stress (Kebiasaan Merenung Sebelum Tidur)
784.
Saat dilakukan pengkajian Ny. P mengatakan bawah dia
mengalami kesulitan untk tidur ketika terbangun dimalam hari.. Ny. P

67

berpikir kalau hidupnya sudah tidak berarti sehingga dirinya dibwa ke


panti oleh keluarganya.
785. Grafik 4.6
786. Grafik hasil pemantauan PSQI pada Ny. P
787.

SKOR PSQI
20

15

12

15

SKOR PSQI

10
5
0
PRE

POST

788.

Grafik

4.6

menunjukkan

menujukan monitoring

insomnia yang di lakukan sebelum dan sesudah intervensi, intervensi


yang di lakukan adalah dengan mengajarkan terapi otot pogresif pada
Ny. P yang dilakukan sehari sekali. Saat pengkajian skor PSQI Ny. P 15
dan setelah dilakukan intervensi menurun menjadi 8. Hasil penelitian
yang dilakukan oleh Titi Sumiarsih dkk yaitu menunjukkan bahwa
teknik relaksasi otot progresif mempunyai pengaruh yang signifikan
dalam meningkatkan pemenuhan kebutuhan tidur pada lansia. Relaksasi
progresif adalah cara yang efektif untuk relaksasi dan mengurangi
kecemasan. Belajar mengistirahatkan otot-otot melalui suatu cara yang
tepat, maka hal ini akan diikuti dengan relaksasi mental atau pikiran
(Sustrani)

68

789.
790.

69

791. BAB V
792. PENUTUP
A. KESIMPULAN
793.

Kesimpulan

yang

didapat

setelah

menyusun

laporan

asuhan

keperawatan pada Ny.P antara lain :


1. Masalah keperawatan yang muncul pada Ny.P yaitu Diagnosa yang pertama
yaitu Nyeri kronis berhubungan dengan proses penyakit (asam urat), diagnosa
kedua yaitu Hambatan berjalan berhubungan dengan gangguan keseimbangan,
diagnosa ketiga adalah Risiko harga diri rendah situasional, dan diagnose
keempat yaitu insomnia berhubungan dengan stress (kebiasaan merenung
sebelum tidur).
2. Kompres hangat jahe yang di lakukan selama tujuh hari berturut-turut dapat
mengurasi rasa nyeri pada sendi lutut.
3. Senam lansia dapat meningkatkan kekuatan otot, daya tahan dan kelenturan
sendi sehingga sistem muskoloskeletas yang menurun dapat di perbaiki.
4. Resiko harga diri rendah lansia dapat di atasi dengan meningkatkan komunikasi
lansia dan aktifitas sosial, dengan melakukan kegiatan berkaraoke bersama.
B. SARAN
794.

Adapun beberapa hal yang dapat disarankan penulis dalam penyusunan

asuhan keperawatan gerontik ini yaitu:


1. Bagi pengurus panti diharapkan untuk merencanakan TAK yang sudah di
laksanakan oleh mahasiswa dapat di lakukan secara rutin yang dapat
meningkatkan kualitas hidup lansia serta menstimulasi fungsi afektif dan
psikomotor pada lansia seperti: latihan peregangan,

senam lansia, terapi

relaksasi otot progresif dan karaoke bersama.


2. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat melakukan penelitian tentang
kompres hangat jahe untuk mengatasi nyeri lutut serta memperluas atau
memodivikasi tata cara kompres hangat jahe, penelitian dapat di lakukan
seluruh lansia yang ada di panti wreda Harapan ibu.

70

795.DAFTAR PUSTAKA
796.
797. Annafisah, Zuhaida & Rosdiana, Ika. Pengaruh Senam Lansia Terhadap
Keseimbangan Tubuh Yang Diukur Menggunakan Romberg Test Pada Lansia
Sehat. Fakultas Kesehatan Universitas Sultan Agung (UNISSULA) Semarang.
2012. Vol.4: 2. Hal 142-146.
798.
799. Darmojo B. 2009. Buku Ajar Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut) edisi ke-4.
Jakarta: Balai Penerbit FK UI. Hal 47-50
800.
801. Diantari Ervi & Candra, Aryu. Pengaruh Asupan Purin Dan Cairan Terhadap
Kadar Asam Urat Wanita Usia 50-60 Tahun di Kecamatan Gajah Mungkur,
Semarang. Program Studi Ilmu Gizi Universitas Diponegoro. 2013. Vol 2:1. Hal
44-49.
802.
803.
Efendi, Ferry, Makhfudli. 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas.
Jakarta: Salemba Medika. Hal 234, 244, 246, 252.
804.
805.
Hartono, andry. 2004. Terapi gizi dan diit rumah sakit ed 2. Jakarta: EGC.
Hal 268.
806.
807.
Hutapea, R. 2005. Sehat dan Ceria Diusia Senja. Jakarta : PT Rhineka Cipta.
Hal 48.
808.
809.
Junaidi. 2006. Rematik dan Asam Urat. PT: Bhuana ilmu Populer kelompok
Gramedia. Jakarta
810.
811.
Maryam, RS et al. 2008. Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta:
Salemba Medika. Hal 40.
812.
813. Kertia, nyoman. 2009. Asam urat. Bandung: Mizan Media Utama. Hal 8-10.
814.
815.
Lukman, Ningsih, Nurna. 2009. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan
Gangguan Sistem Muskuloskeletal. Jakarta : Salemba Medika. Hal 78.
816.
817. Muttaqin, Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Gangguan
Muskuloskeletal. Jakarta : EGC. Hal 149.
818.
819. Misnadiarly. Mengenal penyakit arthtritis. Puslitbang Biomedis Dan Farmasi
Badan Litbangkes. Riset. 2008. Edisi 12.
820.
821. Pranarka, kris. 2010. Buku Ajar Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut) Edisi ke
4. Balai penerbit fakultas kedokteran universitas Indonesia: Jakarta
71

822.
823. Puspitasari, Ika.2010. Jadi Dokter Untuk Diri Sendiri. Bandung: Miazan
Utama. Hal 124.
824.
825.
Santoso, H. Memahami Krisis lanjut Usia. Jakarta. Gunung Mulia: 2009. Hal
31, 132.
826.
827. Suratun. 2008. Asuhan Keperawatan Klein Gangguan Sistem Muskuloskeletal.
Jakarta: EGC. Hal 118-120.
828.
829. Sumiarsih, Titi dan Widad Lukluul. 2013. Pengaruh Teknik Relaksasi
Progresif Terhadap Perubahan Pemenuhan Kebutuhan Tidur pada Lansia di
Desa Sijambe Kecamatan Wonokerto Kabupaten Pekalongan. Sekolah Tinggi
Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Pekajangan: Pekalongan.
830.
831. Sustrani Lanny et al. 2005. Hipertensi. PT Gramedia Pustaka Utama: Jakarta
832.
833. Swarbrick, J dan J.C. Boylon. 2002. Encyclopedi of Pharmaceutical
Technology. Second Edition Volume 3. Marcel Dekker, Inc: New York. Hal:
2067
834.
835. Tamher, S & Noorkasiani. 2009. Penghantar Dalam Kesehatan Usia. Yayasan
Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan Pajajaran: Bandung. Hal 33,42.
836.
837. Widyantoro P, Adhitya dkk. Hubungan Senam Lansia Dan Range Of Motion
(ROM) Lutut Pada Lansia. Fakultas Kedokteran UNISSULA Semarang. 2012.
Vol 4: 1. Hal 39-45.
838.

72

Anda mungkin juga menyukai