Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN

DENGAN GANGGUAN ELEMINASI URINE

A. Tinjauan Teori

1. Definisi Eleminasi Urine

Menurut Eko Prabowo dan Andi Eka (2014), sistem perkemihan atau
sistem urinaria adalah suatu sistem tubuh tempat terjadinya filtrasi atau
penyaringan darah sehingga terbebas dari zat-zat yang tidak digunakan
lagi oleh tubuh. Selain itu pada proses ini juga terjadi proses
penyerapan zat-zat yang masih dipergunakan lagi oleh tubuh. Zat-zat
yang sudah tidak dipergunakan lagi oleh tubuh akan larut dalam air
dan dikeluarkan berupa urine (air kemih).

Menurut fundamental of nursing hal 1679, (2001) eleminasi


merupakan kebutuhan dalam manusia yang esensial dan berperan
dalam menentukan kelansungan hidup manusia. Eleminasi di butuhkan
untuk mempertahankan homeostatis melalui pembuangan sisa-sisa
metabolisme.

2. Anatomi fisiologi

Anatomi fisiologi gangguan eleminasi urine menurut Nursalam dan


fransisca 2006 yaitu.

a. Ginjal

Ginjal adalah organ sekrsi dalam vertebrata torakalis sampai


vertebrata lumbalis yang berbentuk mirip seperti kacang. Dengan
panjang 6 – 7,5 cm, tebal 1,5 – 2,5 cm, dan berat 140 gram.Ginjal
berfungsi sebagai tempat mengatur air, tempat mengatur
konsentrasi garam dalam darah, tempat mengatur keseimbangan
asam basa darah, dan sbagai tempat eksresi dan kelebihn garam.
b. Ureter

Ureter adalah saluran retroperitoneum yang menghubungkan ginjal


dengan kandung kemih. Ureter berjalan melalui fasia gerota dan
kemudian menyilang musukulus psoas dan pembuluh darah iliaka
komunis,ureter berjalan sepanjang sisi posterior pelvis, di bawah
vasdeferen, dan memasuki basis vesika pada trigonom, pasokan
darah ureter berasal dari pembuluh darah renalis, gonad, aorta,
iliaka komunis, dan iliaka interna. Susunan saraf otonom pada
dinding ureter memberikan aktivitas peristaltik, dimana kontraksi
berirama berasal dari pemacu proksimal yang mengendalikan
transpor halus dan efesien bagi urine dari pelvis renalis ke kandung
kemih.

c. Kandung kemih

Kandung kemih adalah organ yang berbentuk seperti buah pir an


kendi yang terletak di belakang simfisis pubis yang berfungsi
sebagai penampung urine.Dinding kandung kemih terdiri dari
lapisan serus sebelah luar, lapisan berotot, lapisan submukosa, dan
lapisan mukosa dari eptalium transisional. Tiga saluran
bersambung dengan kandung kemih, dua ureter bermuara secara
oblik di sebelah basis, letak oblik menghindarkan urine mengalir
kembali ke ureter. Daerah segitiga antara dua lubang ureter dan
uretra disebut trigorium vesika urinaria.Pada wanita kandung
kemih terletak diantara simpisi pubis, uterus dan vagina. Dari
uterus kandung kemih dipisahkan oleh lipatan peritoneu ruang
utero vesikal atau ruang Douglas.

d. Uretra

Uretra adalah sebuah saluran yang brjalan dari leher kandung


kemih ke lubang luar, dilapisi oleh membran mukosa yang
bersambung dengan membran yang melapisi kandung kemih
meatus urinarius yang terdiri atas serabut otot melingkar,
membentuk sfigter uretra. Panjang uretra pada wanita sekitar 2,5 –
3,5 cm sedangkan pada pria sekitar 17 – 22,5 cm.

3. Masalah-masalah yang muncul

a. Manifestasi klinis
1) Retensi, yaitu adanya penumpukan urine didalam bladder dan tidak
kesanggupan bladder mengosongkan diri.
2) Inkontinensia urine, ketidak sanggupan sementara atau permanen
otot sfingter eksternal untuk mengontrol keluarnya urine.
3) Enuresia, sering terjadi pada anak-anak terutama pada malam hari.
4) Dysuria, adanya rasa sakit atau kesulitan saat berkemih.
5) Urigency, peroses seseorang untuk berkemih.
6) Polyuria, produksi urin abnormal dalam jumblah besar oleh ginjal
tanpa adanya peningkatan intek cairan.
7) Urinary suppresi, berhenti mendadak produksi urine.

B. Konsep Asuhan Keperawatan Dengan Gangguan Eleminasi Urine

1. Diagnosa

Gangguan eleminasi urine.

2. Definisi

Gangguan eleminasi urine adalah disfungsi eleminasi urine.

3. Patofisiologi

a. Etiologi

1) Gangguan sensorik motorik

2) Infeksi saluran kemih

3) Obstruksi anatomik

4) Penyebab multiple

5) Proses terjadi
b. Proses terjadi Menurut Eko dan Andi, 2014

Sistem perkemihan yang berperan adalah ginjal untuk proses


filtrasi, reabsorbsi, sekresi. Pada proses sekresi urinr akan
ditampug pad kadung kemih, kandung kemih dikosongkan
secara intermiten di bawah pengaruh kesadaran. Respon
regang di dalam otot dan trigonom menghasilkan sinyal yang
mengisyaratkan kandung kemih sudah penuh. Namun pada
kandung kemih terjadi gangguan fungsi eleminasi maka
menghambat proses alurnya eleminasi urine normal.

c. Batasan karakteristik (Manifestasi klinis)

1) Anyang-anyangan

2) Disuria

3) Dorongan berkemih

4) Inkontenensia

5) Inkontenensia urine

6) Nokturia

7) Retensi urine

8) Sering berkemih

d. Pemeriksaan fisik
Pada abdomen perlu diperiksaan pembesaran, pelebaran
pembuluh darah vena, distensi blader, pembesaran ginjal, nyeri
tekan tenderness, bising usus. Pada genetalia wanita perlu
dilakukan pemeriksaan inflamasi, nodul, lesi, adanya screet
dari meatus, keadaan atropi jaringan vagina dan pada genetalia
lali laki periksa kebersihan, adanya lesi, tenderness, adanya
pembesan scrotum.
e. Pemeriksaan diagnostik
Untuk data yang lebih lengkap dan akurat perhatikan
pemeriksaan diagnostic pada urine, seperti warna normalnya
adalah jernih kekuningan, penampilan urine normalnya jernih,
bau beraroma, Ph normalnya 4,5-8,0, berat jenis normal nya
1,005-1,030, glukosa normalnya tidak terdapat pada urine dan
tidak terdapat keton pada urine normal.

C. Rencana keperawatan pada pasien dengan gangguan eleminasi urine

1. Diagnosa keperawatn

Gangguan eleminasi urine

2. Rencana tujuan

Setelah dilakukan tindakan keperawataan selama 3x24 jam diharapkan


gangguan eleminasi urine dapt teratasi dengan kriteria hasil :

a. Kandung kemih kosong secara penuh

b. Tidak ada recidu urine ≥ 100-200 cc

c. Intake cairan dalam rentang normal

d. Bebas dari ISK

e. Tidak ada spasme bladder

f. Balance cairan seimbang

3. Rencana keperawatan

a. Lakukan penilaian kemih yang komprehensif berfokus pada


inkontensia (misalnya output urine, pola berkemih, fungsi
kognitif, dan masalah kencing praeksistem).
Rasional : untuk mengetahui apa ada perubahan pola eliminsi
urine

b. Memantau penggunaan obat dengan sifat antikolinergik atau


properti alpha agonis.

Rasional : obat antikolinergik berfungsi pada saraf simpatis


untuk efek relaksasi pada saluran kencing.

c. Sediakan waktu yang cukup untuk pengosongan kandung


kemih (10 menit).

Rasional : pengosongan kandung kemih berguna untuk


menyimpan waktu singkat cairan ekskresi yang diterima dari
ginjal.

d. Gunakan spirit wintergreen di pispot atau urinal.

Rasional : untuk menampung kencing pasien yang tidak bisa


melakukan aktivitas kencing secara mandiri.

e. Masukan kateter kemih sesuai ukuran.

Rasional : Dengan memasangkan kateter sesuai dengan ukuran


pasien, dapat membantu proses perkemihan pasien dengan
mudah.

f. Instruksikn cara-cara untuk menghindari konstipasi atau


impaksi tinja.

Rasional : untuk menjauhkan pasien terjadi konstipasi,


sehingga bab pasien normal.

g. Memantau asupan dan keluaran.

Rasional : dengan mengetahui asupan dan pengeluaran pasien,


kita dapat mengetahui apa yang dialami pasien.
h. Memantau tingkat distensi kandung kemih dengan palpasi dan
perkusi.

Rasional : untuk mengetahui adanya gangguan eleminasi pada


saluran kemih.

i. Menerapkan kateterisasi intermiten sesuai prosedur.

Rasional : untuk mengosongkan kandung kemih.

j. Merujuk ke spesialis kontinensia kemih.

Rasional : agar mendapatkan penanganan yang yang lebih


baik.

4. Implementasi

Menurut Eko dan Andi, 2014:42, pada tahap ini untuk


melaksankan intervensi dan aktivitas yang telah dicatat dalam rencana
keperawatan pasien. Agar implementasi pelaksanaan atau pelaksanaan
ini dapat tepat waktu dan efektif mka perlu mengidentifikasi prioritas
peraatan, memantau atau mencatat respon pasien terhadap setiap
intervensi yang dilaksanakan sera mendokumentasikan pelaksanaan
perawatan.

5. Evaluasi

Pada tahap ini yang perlu dievaluasi menurut Nanda Nic Noc jilid
1,169 pada pasien dengan gangguan eleminasi urine mengacu pada
tujuan yang hendak dicapai

a. Kandung kemih kosong secara penuh

b. Tidak ada recidu urine ≥ 100-200 cc

c. Intake cairan dalam rentang normal

d. Bebas dari ISK

e. Tidak ada spasme bladder


f. Balance cairan seimbang

DAPTAR PUSTAKA
Nanda Internasional.2015.Diagnosa Keperawatan Definisi dan
Klasifiksi.Jakarta:EGC.

Nuratif,Amin Nuda dan Hardhi Kusuma.2015.Aplikasi Asuhan Keperawatan


Berdasarkan Diagnosa Medis dan NANDA NIC-
NOC.Jogjakarta:medicction jogja.

Nursalam dan Fransisca.2016.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan


Gangguan Sistem Perkemihan.Jakarta:Salembamedika.

Potter dan Perry. 2005. Buku ajar Fundamental Keperawatan Volume 2,Edisi 4 .
Jakarta : EGC.

Prabowo,Eka dan Andi Eka Pratama.2014.asuhan keperawatan sistem


perkemihan,pendekatan NIC dan NOC.Yogyakarta:Nunamedika.

LAPORAN PENDAHULUAN

DENGAN GANGGUAN ELEMINASI URINE


OLEH :

I Putu Gita Mas Swanandi Putra (16E11561)

Ni Putu Sri Ayu Ratnawati (16E11596)

PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BALI

2017

Anda mungkin juga menyukai