Oleh :
NIM. 1830913320047
FAKULTAS KEDOKTERAN
2019
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PENDAHULUAN
Oleh :
NIM. 1830913320047
Mengesahkan,
A. Definisi
Inkontinensia urine adalah ketidakmampuan menahan air kencing, kondisi dimana
seseorang sulit menahan buang air kecil sehingga jadi mengompol. Inkontinensia urine
merupakan salah satu manifestasi yang sering ditemukan pada pasien geriatrik.
Diperkirakan prevalensi inkontinensia urine berkisar antara 15-30% lansia dimasyarakat
dan 20-30% lansia di rumah sakit. Kemungkinan bertambah berat inkontinensia urine
25-30% saat berumur 65-74 tahun.
Masalah inkontinensia urine ini angka kejadian meningkat 2 kali lebih tinggi daripada
wanita dibandingkan pria. Gangguan ini lebih sering pada wanita dibandingkan pria.
Gangguan ini lebih sering terjadi pada wanita yang sudah pernah melahirkan daripada
yang nulipara. Hal ini diduga oleh perubahan otot dan fasia di dasar panggul.
Kebanyakan penderita inkontinensia telah menderita desensus dinding depan vagina
disertai sisto-uretrokel. Namun kadang-kadang dijumpai penderita dengan prolapsus
total uterus dan vagina dengan kontinensia urine yang baik.
Perubahan-perubahan akibat proses menua mempengaruhi saluran kemih bagian bawah.
Perubahan tersebut merupakan predisposisi bagi lansia untk mengalami inkontinensia,
namun inkontinensia bukan bagian normal dari menua.
B. Klasifikasi inkontinensia Urine
1. Inkontinensia Urine Akut Reversibel
Pasien delirium mungkin tidak sadar saat mengompol atau tak dapat pergi ke toilet
sehingga berkemih tidak pada tempatnya. Bila delirium teratasi maka inkontinensia
urine umumnya juga akan teratasi. Setiap kondisi yang memicu timbulnya
inkontinensia urine fungsional atau memburuknya inkontinensia persisten seperti
fraktur tulang pinggul, stroke, arthritis dan sebagainya.
Resitensi urine karena obat-obatan dapat juga menyebabkan inkontinensia urine.
Keadaan inflamasi pada vagina dan uretra (vaginitits dan urethritis) mungkin akan
memicu inkontinensia urin. Konstipasi juga dapat menyebabkan inkontinensia urin.
Berbagai kondisi yang menimbulkan poliuria dapat memicu terjadinya
inkontinensia urin, seperti glukosuria, atau kalsiuria. Gagal jantung dan insufisiensi
vena dapat menyebabkan edema dan nokturia yang kemudian mencetuskan
terjadinya inkontinensia urin nokturnal. Berbagai macam obat juga dapat
mencetuskan terjadinya inkontinensia seperti Calcium Chanel Blocker, agonist
adrenergik alfa, analgesik narkotik, psikotropika, dan diuretik.
1. Riwayat penyakit
a. Lama dan karakteristik inkontinensia urine
- Waktu dan jumlah urine pada saat mengalami inkontinensia urin
dan saat kering (kontinen)
- Asupan cairan, jenis( kopi, cola, teh) dan jumlahnya
- Gejala lain seperti nokturia, disuria, frekuensi hematuria dan nyeri
- Kejadian yang menyertiai seperti batuk, operasi, diabetes, obat-
obatan.
- Perubahan fungsi usus besar atau kandung kemih
- Penggunaan pad atau modalitas lainnya
b. Pengobatan inkontinensia urine sebelumnya
Mempertimbangkan riwayat medis seperti diabetes, gagal jantung,
insufisiensi vena, kanker, masalah neurologis, stroke, penyakit
parkinson. Riwayat sistem urogenital seperti pembedahan abdominal
dan pelvis, melahirkan, infeksi saluran kemih. Evaluasi obat-obatan
yang sesuai resep dokter maupun yang beli bebas. Beragam obat
dikaitkan dengan inkontinensia urin seperti hipnotik sedatif, diuretik,
antikolinergik, adrenergik, dan calcium channel blocker
2. Pemeriksaan fisik
Untuk mengenali pemicu inkontinensia dan membantu menetapkan
patofisiologinya. Selain pemeriksaan umum, pemeriksaan abdomen,
genitalia, rectum, fungsi neurologis, dan pelvis terutama pada wanita sangat
diperlukan.
3. Pemeriksaan penunjang
- Test diagnostik pada inkontinensia urin, urinalisis, uji urodinamik,
periksa elektrolit, ureum, creatinin, glukosa dan kalsium serum
serta catatan berkemih, pengukuran jumlah urine, USG saluran
kemih, sistoskopi.
4. Penatalaksanaan
Umumnya operasi. Pada kasus ringan atau sedang dilakukan terapi
konservatif. Latihan otot dasar panggul , obat-obatan, stimulasi dan
penggunaan alat mekanis. Tujuannya untuk mengurangi faktor resiko,
mempertahankan homeostasis, mengontrol inkontinensia, modifikasi
lingkungan, medikasi, latihan otot pelvis dan pembedahan.
5. Terapi non farmakologi
- Melakukan latihan menahan kemih (memperpanjang interval waktu
berkemih) dengan teknik relaksasi dan distraksi sehingga frekuensi
berkemih 6-7x/hari.
- Membiasakan berkemih pada waktu yang telah ditentukan sesuai
kebiasaan lansia
- Promted voiding dengan cara mengajari lansia mengenal kondisi
berkemih serta memberi tahu pengasuh bila ingin berkemih. Teknik
untuk lansia dengan gangguan fungsi kognitif.
- Melakukan latihan otot dasar panggul dengan mengkontraksikan
otot dasar panggul secara berulang-ulang. Caranya adalah sbb:
Berdiri dlantai dengan kedua kaki diletakkan dalam keadaan
terbuka, pinggul digoyangkan ke kanan dan kiri sebanyak 10 kali,
ke depan ke belakang 10 kali, dan berputar searah dan berlawanan
jarum jam 10 kali.
Gerakan seolah-olah memotong feses dilakukan saat bab sebanyak
10 kali.
6. Terapi farmakologi
Obat-obatan untuk inkontinensia urgen yaitu antikolinergik seperti
oxybutinin, propantteine, dicylomine, flavoxate, imipramide.
Obat padainkontinensia stress yaitu alfa adrenergik agonis seperti
pseudoefedrine untuk meningkatkan resistensi uretra.
Pada sfinkter relakx diberikan antagonis seperti prozosin untuk stimulasi
kontraksi, dan terapi diberikan swcara singkat.
7. Terapi pembedahan
Terapi dilakukan terhadap tumor, batu, divertikulum, hiperplasia prostat,
dan prolaps pelvik
8. Terapi modalitas
- Penggunaan Pampers, awasi masalah baru seperti luka lecet,
lembab, kemerahan kulit, gatal, alergi.
- Kateter sementara, kateter menetap tidak dianjurkan
- Alat bantu toilet/urinal, komod dan bedpan
9. Pencegahan
- Turunkan berat badan jika obesitas
- Konsumsi makanan tinggi serat
- Batasi minuman berkafein
- Berhenti merokok
- Berolahraga secara rutin
10. Diagnosis keperawatan
- Hambatan eliminasi urine (00016)
Definisi : disfungsi eliminasi urine
Batasan karakteristik :
Disuria, sering berkemih, anyang-anyangan, nokturia, inkontinensia
urine, retensi urine, dorongan berkemih.
Faktor berhubungan : penyebab multipel
Kondisi terkait : obstruksi anatomik, gangguan sensori motorik,
infeksi saluran kemih.
- Inkontinensia urinarius fungsional (00020)
Definisi : ketidakmampuan individu, yang biasanya kontinen untuk
mencapai toilet tepat waktu untuk berkemih, sehingga mengalami
pengeluaran urine yang tidak disengaja.
Batasan karakteristik : mengosongkan kandung kemih dengan
tuntas, inkontinensia urine dini hari, sensasi ingin berkemih, waktu
untuk ke toilet memanjang setelah ada sensasi dorongan, berkemih
sebelum mencapai toilet.
Faktor yang berhubungan : faktor perubahan lingkungan,
kelemahan struktur panggul.
Kondisi terkait : gangguan fungsi kognisi, gangguan fungsi
penglihatan, keterbatasan neuromuskular, gangguan psikologis.
- Inkontinensia urine aliran berlebih
Definisi : pengeluaran urine involunter yang dikaitkan dengan
distensi kandung kemih berlebihan.
Batasan karakteristik : distensi kandung kemih, volume residu
pasca vberkemih tinggi, kebocoran sedikit urine involunter,
nokturia.
Faktor yang berhubungan : impaksi fekal.
Kondisi terkait : Obstruksi saluran ke luar kandung kemih,
disinergia sfinkter eksternal, hiperkontraktilitas detrusor, prolaps
pelvik berat, program pengobatan, obstruksi ureter.
- Inkontinensia urine refleks
Definisi pengeluaran urine involunter pada interval yang dapat
diprediksi ketika mencapai volume kandung kemih tertentu.
Batasan karakteristik : tidak ada sensasi berkemih, tidak ada
dorongan untuk berkemih, tidak ada dorongan untuk berkemih,
ketidakmampuan menahan berkemih secara volunter, pengosongan
tidak tuntas pada lesi di atas pusat mikturisi pontine.
Faktor yang berhubungan akan dikembangkan
Kondisi terkait : gangguan neurologis di atas lokasi pusat mikturisi
pontine, gangguan neurologis di atas lokasi pusat mikturisi sakral,
kerusakan jaringan.
- Inkontinensia urine stress
Definisi : rembesan urine tiba-tiba karena aktivitas yang
meningkatkan tekanan intra abdomen
Batasan karakteristik : rembesan involunter sedikit urine, rembesan
involunter sedikit urine pada tidak adanya kontraksi detrusor,
rembesan involenter sedikit urine pada tidak adanya overdistensi
kandung kemih.
Faktor yang berhubungan : kelemahan otot pelvik
Kondisi terkait : perubahan degeneratif pada otot-otot pelvik,
peningkatan tekanan intra abdomen, defisiensi sfingter uretra
intrinsik.
- Inkontinensia urine dorongan
Definisi : pengeluaran urine involunter yang terjadi segera setelah
suatu rasa dorongan kuat untuk berkemih.
Batasan karakteristik : tidak mampu mencapai toilet pada waktunya
untuk berkemih, pengeluaran urine involunter pada kontraksi
kandung kemih, pengeluaran urine involunter pada spasme
kandung kemih, dorongan berkemih
Faktor yang berhubungan : konsumsi alkohol, asupan kafein,
impaksi fekal, kebiasaan toiletting tidak efektif, relaksasi sfingter
involunter, relaksasi sfingter involunter.
Kondisi terkait : uretritis atrofik, vaginitis atrofik, infrksi kandung
kemih, penurunan kapasitas kandung kemih, hiperaktivitas detrusor
dengan gangguan kontraktilitas kandung kemih, gangguan
kontraktilitas kandung kemih, program pengobatan.
- Risiko inkontinensia urine dorongan
Definisi : rentan mengalami pengeluaran urine involunter yang
dikaitkan dengan sensasi dorongan berkemih yang kuat dan tiba-
tiba, yang dapat mengganggu kesehatan.
Faktor resiko : konsumsi alkohol, asupan kafein, impaksi fekal,
kebiasaan toiletting tidak efektif, relaksasi sfingter involunter.
Uretritis atrofik, vaginitis atrofik, infeksi kandung kemih,
penurunan kapasitas kandung kemih, hiperakaktivitas detrusor pada
kontraktilitas kandung kemih, program pengobatan.
- Retensi urine
Definisi : pengosongan kandung kemih tidak tuntas
Batasan karakteristik : tidak ada haluaran urine, berkemih sedikit,
distensi kandung kemih, menetes, sering berkemih, inkontinensia
aliran berlebih, residu urine, sensasi kandung kemih penuh,
berkemih sedikit.
Faktor yang berhubungan : akan dikembangkan
Kondisi terkait :
Sumbatan saluran perkemahan, tekanan ueter tinggi, inhibisi arkus
refleks, sfingter uretra kuat.
DAFTAR PUSTAKA
NANDA –I, Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2018-2020, Edisi 11. ECG