Anda di halaman 1dari 37

LAPORAN STUDI KASUS (CASE STUDY)

COVID-19 PADA ANAK


STASE KEPERAWATAN ANAK

DOSEN KOORDINATOR
Ns. Winarianti, S.Kep.

DISUSUN OLEH :
ATRASINA AZYYATI
NIM. I4051201012

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
2020
KASUS

An. D berusia 5 tahun mengalami demam, gigil, myalgia, lemah, batuk, takikardia, takipneu,

retraksi dan crackles di kedua paru setelah menghadiri acara pernikahan. Pasien dibawa ke

rumah sakit Taleghani di kota Chalus, Iran. An. D tidak memiliki riwayat penyakit yang

mendasari gejala tersebut. Bibi dan neneknya terinfeksi COVID-19. Dari hasil pemeriksaan

fisik kardiovaskuler, abdomen, dan neurologis, didapatkan hasil normal. Terdapat peningkatan

protein C-reactive (CRP) dan rasio sedimentasi eritrosit (ESR) pada pasien, dan hasil RT-PCR

positif. Oksigen darah 67% ketika diukur dengan oksimetri.

Ketika hari pertama masuk rumah sakit, pemeriksaan radiografi dada menunjukkan hasil

abnormal dengan tampak bayangan udara. Dalam pemeriksaan high resolution computed

tomography (HRCT), ditemukan hasil konsolidasi paru di mana paru tampak putih atau

berawan dan terdapat bercak (patch) serta halo sign yang menandakan terdapat nodul di paru.

Untuk penanganan, pasien diberikan terapi suportif dan

antibiotik. Setelah 5 hari, kondisi umum An. D meningkat.

Demam, takipneu, dan retraksi paru yang mereka alami

perlahan menghilang.
A. Komunikasi Efektif

Komunikasi dalam aktivitas keperawatan adalah hal yang paling mendasar dan menjadi

alat kerja utama bagi setiap perawat untuk memberikan pelayanan/asuhan keperawatan

karena perawat secara terus-menerus selama 24 jam bersama pasien. Dalam setiap

aktivitasnya, perawat menggunakan komunikasi.

Keterampilan dalam berkomunikasi merupakan kegiatan dalam menyampaikan

informasi yang berarti. Hal ini dapat terjadi antara komunikan dengan komunikator

yaitu perawat dengan pasien. Komunikasi memerlukan pengirim, pesan, dan penerima

pesan yang dituju, meskipun terkadang penerima tidak perlu hadir, namun tetap

menyadari dan memahami maksud pesan yang dikirmkan pengirim. Komunikasi

mensyaratkan bahwa pihak-pihak yang berkomunikasi berbagi area kesamaan

komunikatif. Proses komunikasi dikatakan lengkap sekali jika penerima telah

memahami pesan dari pengirim. Lebih luas lagi praktek komunikasi dalam

pengembangan kepribadian membutuhkan cara khusus sehingga tercapai komunikasi

yang efektif yang diperlukan dalam membentuk kepercayaan diri seseorang.

Komunikasi efektif bermanfaat dan berperan dalam kesembuhan klien, berhubungan

dalam kolaborasi yang dilakukan perawat dengan tenaga kesehatan lainnya, dan juga

berpengaruh pada kepuasan klien dan keluarga. Komunikasi memegang peranan yang

cukup penting dalam hubungannya dengan upaya peningkatan kualitas layanan bagi

perawat. Beberapa faktor yang perlu diperhatikan untuk mengupayakan proses

komunikasi yang efektif, yaitu antara lain: Sensitivitas kepada penerima komunikasi,

kesadaran dan pengertian terhadap makna simbolis, penentuan waktu yang tepat dan

umpan balik, komunikasi tatap muka.

Bayi, anak, dan remaja adalah kelompok usia yang mempunyai karakteristik khusus

dalam berkomunikasi. Bayi atau anak yang kemampuan bicaranya belum berkembang,
melakukan komunikasi dengan orang di sekitarnya dengan cara menangis, mengoceh,

isyarat dengan menggerak-gerakkan tubuh/kakinya, ungkapan emosional yang

tergambar dalam ekspresi wajah, serta menangis atau menyembunyikan wajah. Pada

anak yang kemampuan bicaranya sudah berkembang, komunikasi dilakukan secara

verbal maupun nonverbal. Pada remaja, komunikasinya sudah berkembang dengan baik

sehingga diperlukan penjelasan yang logis dan rasional saat berbicara dengan mereka.

B. Keterampilan interpersonal efektif

Komunikasi interpersonal yang efektif dapat terjadi apabila terdapat kesamaan makna

mengenai suatu pesan yang disampaikan komunikator dan diterima oleh komunikan.

Komunikasi interpersonal juga dilakukan oleh perawat dengan pasien, komunikasi

yang dilakukan antara perawat dengan pasien dilakukan dengan saling pengertian.

Hubungan interpersonal dapat diartikan sebagai hubungan antara seseorang

dengan orang lain. Hubungan terapeutik antara perawat klien adalah hubungan kerja

sama yang ditandai dengan tukar-menukar perilaku, perasaan, pikiran, dan pengalaman

ketika membina hubungan intim yang terapeutik. Komunikasi terapeutik adalah

komunikasi interpersonal antara perawat dan klien yang dilakukan secara sadar ketika

perawat dan klien saling memengaruhi dan memperoleh pengalaman bersama yang

bertujuan untuk membantu mengatasi masalah klien serta memperbaiki pengalaman

emosional klien yang pada akhirnya mencapai kesembuhan klien.

Tujuan dari komunikasi terapeutik adalah membantu mengatasi masalah klien untuk

mengurangi beban perasaan dan pikiran, membantu mengambil tindakan yang efektif

untuk klien/pasien, memperbaiki pengalaman emosional klien, dan mencapai tingkat

kesembuhan yang diharapkan. Terdapat beberapa tahap komunikasi interpersonal,

yaitu:

a) Prainteraksi
Prainteraksi merupakan masa persiapan sebelum berhubungan dan berkomunikasi

dengan pasien. Perawat diharapkan tidak memiliki prasangka buruk kepada pasien,

karena akan menggangu dalam hubungan saling percaya. Seorang perawat

profesional harus belajar peka terhadap kebutuhan-kebutuhan pasien dan mampu

menciptakan hubungan komunikasi interpersonal yang baik, agar pasien merasa

senang dan merasa dihargai

b) Perkenalan

Perkenalan merupakan kegiatan yang pertama kali dilakukan oleh perawat terhadap

pasiennya yang baru memasuki rumah sakit. Pada tahap ini, perawat dan pasien

mulai mengembangkan hubungan komunikasi interpersonal yaitu, dengan

memberikan salam, senyum, memberikan keramah-tamahan kepada pasien,

memperkenalkan diri, menayakan nama pasien, dan menayakan keluhan pasien,

dan lain-lain.

c) Orientasi

Tahap orientasi dilaksanakan pada awal pertemuan sampai seterusnya selama

pasien berada di rumah sakit. Tujuan tahap orientasi adalah memeriksa keadaan

pasien, memvalidasi keakuratan data, rencana yang telah dibuat dengan keadaan

pasien saat itu, dan mengevaluasi hasil tindakan.

d) Tahap Kerja

Tahap kerja merupakan inti hubungan perawat dengan pasien yang terkait erat

dengan pelaksanaan komunikasi interpesonal. Perawat menfokuskan arah

pembicaraan pada masalah khusus yaitu tentang keadaan pasien, keluhan-keluhan

pasien. Selain itu hendaknya perawat juga melakukan komunikasi interpersonal

yaitu dengan seringnya berkomunikasi dengan pasien, mendengarkan keluhan

pasien, memberikan semangat dan dorongan kepada pasien, serta memberikan


anjuran kepada pasien untuk makan, minum obat yang teratur dan istirahat teratur,

untuk mencapai kesembuhan.

e) Tahap Terminasi

Terminasi merupakan tahap akhir dalam komunikasi interpersonal dan akhir dari

pertemuan antara perawat dengan pasien. Dalam tahap akhir ini, pasien sudah

dinyatakan sembuh dan keluar dari rumah sakit, hendaknya perawat tetap

memberikan semangat dan mengingatkan untuk tetap menjaga dan meningkatkan

kesehatan pasien. Sehingga komunikasi interpersonal perawat degan pasien terjalin

dengan baik.

C. Teknologi dan informasi

Perkembangan teknologi informasi mulai merambah dunia keperawatan. Kebutuhan

layanan kesehatan juga termasuk keperawatan yang cepat, efisien dan efektif menjadi

tuntutan masyarakat modern saat ini. Perkembangan teknologi informasi khususnya

perangkat lunak saat ini sudah banyak dikembangkan untuk menunjang kegiatan/kerja

di berbagai bidang dalam hal ini sistem informasi kesehatan. Sistem informasi

kesehatan adalah gabungan perangkat dan prosedur yang digunakan untuk mengelola

siklus informasi(mulai dari pengumpulan data sampai pemberian umpan balik

informasi) untuk mendukung pelaksanaan tindakan tepat dalam perencanaan,

pelaksanaan dan pemantauan kinerja sistem kesehatan. Salah satu pengembangkan

sistem informasi kesehatan adalah sistem manajamen keperawatan.

D. Asuhan keperawatan Anak


FORMAT PENGKAJIAN ASUHAN KEPERAWATAN ANAK
PROGRAM PROFESI NERS
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TANJUNGPURA
TAHUN 2020

I. BIODATA

A. Identitas Klien

Nama : An. D

Tempat Tgl Lahir / Usia : 28 Januari 2015/ 5 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama :-

Alamat : Chalus, Iran

Tgl. Masuk : 28 Oktober 2020

Tgl. Pengkajian : 29 Oktober 2020

Diagnosa Medik : COVID-19

Rencana Terapi : Terapi suportif dan antibiotik

B. Identitas Orang Tua

1. Ayah

Nama : Tn. E

Usia : 45 tahun

Pendidikan : SMA sederajat

Pekerjaan : Pegawai Swasta

Agama :-

Alamat : Chalus, Iran

2. Ibu
Nama : Ny. F

Usia : 40 tahun

Pendidikan : SMP sederajat

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Agama :-

Alamat : Chalus, Iran

3. Identitas Saudara Kandung

No. Nama Usia Hubungan Status Kesehatan

1. An. C 5 th Saudara kandung

2.

3.

II. KELUHAN UTAMA

Saat dikaji, keluarga mengatakan anaknya mengalami panas kurang lebih 5 hari

III. RIWAYAT KESEHATAN

A. Riwayat Kesehatan Sekarang

An. D mengalami demam, gigil, myalgia, lemah, batuk, takikardia, takipneu,

retraksi dan crackles di kedua paru setelah menghadiri acara pernikahan

B. Riwayat Kesehatan Lalu

Pasien tidak memiliki riwayat penyakit.


C. Riwayat Kesehatan Keluarga

Genogram 3 Generasi

Keterangan:

: Laki-laki

: Perempuan

: Klien

: Garis Keturunan

: Tinggal Serumah

Kesimpulan :

IV. RIWAYAT IMUNISASI

No. Jenis Imunisasi Waktu Pemberian Reaksi Klien

1. BCG 2 bulan

2. DPT (I,II,III) 2 bulan

3. POLIO (I,II,III,IV) 3 bulan

4. CAMPAK 9 bulan

5. HEPATITIS 0 bulan

Keterangan: Tidak terkaji


A. Pemeriksaan Fisik

Berat badan : Tidak terkaji

Tinggi badan : Tidak terkaji

Waktu tumbuh gigi : Tidak terkaji

Perkembangan tiap tahap

Usia anak saat:

1. Berguling : 5 bulan

2. Duduk : 7 bulan

3. Merangkak : 8 bulan

4. Berdiri : 13 bulan

5. Berjalan : 14 bulan

6. Senyum pertama kali kepada orang lain pada umur – 2 bulan

7. Bicara pertama kali : 2 bulan

8. Berpakaian tanpa bantuan : 1 tahun 1 bulan

V. RIWAYAT NUTRISI

A. Pemberian Asi

- Pertama kali disusui : saat lahir

- Cara pemberian : Tidak terkaji

- Lama pemberian : Tidak terkaji

B. Pemberian Susu Formula

- Alas an pemberian : Tidak terkaji

- Jumlah pemberian : Tidak terkaji


- Cara pemberian : Tidak terkaji

C. Pemberian Makanan Tambahan

- Pertama kali diberikan usia : Tidak terkaji

- Jenis : Tidak terkaji

D. Pola perubahan nutrisi tiap tahap usia sampai pada nutrisi saat ini

Usia Jenis Nutrisi Lama Pemberian

1. 0 – 4 Bulan Tidak terkaji Tidak terkaji

2. 4 – 12 Bulan Tidak terkaji Tidak terkaji

3. 1 – 3 Tahun Tidak terkaji Tidak terkaji

4. 3 – 6 Tahun Tidak terkaji Tidak terkaji

5. 6 – 9 Tahun Tidak terkaji Tidak terkaji

6. Saat ini Tidak terkaji Tidak terkaji

VI. RIWAYAT PSYCHOSOSIAL

Tidak terkaji

VII. RIWAYAT SPIRITUAL

Tidak terkaji

VIII. REAKSI HOSPITALISASI

A. Pemahaman anak tentang sakit dan rawat inap: Tidak terkaji

B. Pemahaman keluarga tentang sakit dsan rawat inap: Tidak terkaji

IX. AKTIVITAS SEHARI-HARI

A. Nutrisi
Kondisi Sebelum Sakit Saat sakit

- Selera makan Tidak terkaji Tidak terkaji

- Menu makan Tidak terkaji Tidak terkaji

- Frekuensi makan Tidak terkaji Tidak terkaji

- Makanan yang Tidak terkaji Tidak terkaji

disukai

- Makanan pantangan Tidak terkaji Tidak terkaji

- Pembatasan pola Tidak terkaji Tidak terkaji

makan

- Cara Makan Tidak terkaji Tidak terkaji

- Ritual saat makan Tidak terkaji Tidak terkaji

B. Cairan

Kondisi Sebelum Sakit Saat sakit

- Jenis minuman Tidak terkaji Tidak terkaji

- Frekuensi minum Tidak terkaji Tidak terkaji

- Kebutuhan cairan Tidak terkaji Tidak terkaji

- Cara pemenuhan Tidak terkaji Tidak terkaji

C. Eliminasi BAB dan BAK

Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit


BAB

- Tempat Tidak terkaji Tidak terkaji

pembuangan

- Frekuensi (waktu) Tidak terkaji Tidak terkaji

- Konsistensi Tidak terkaji Tidak terkaji

- Kesulitan Tidak terkaji Tidak terkaji

- Obat Pencahar Tidak terkaji Tidak terkaji

BAK

- Tempat Tidak terkaji Tidak terkaji

pembuangan

- Frekuensi (waktu) Tidak terkaji Tidak terkaji

- Konsistensi Tidak terkaji Tidak terkaji

- Kesulitan Tidak terkaji Tidak terkaji

- Obat Pencahar Tidak terkaji Tidak terkaji

D. Istirahat Tidur

Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit

- Jam Tidur

Siang Tidak terkaji Tidak terkaji

Malam Tidak terkaji Tidak terkaji

- Pola Tidur Tidak terkaji Tidak terkaji

- Kebiasaan sebelum Tidak terkaji Tidak terkaji

tidur

- Kesulitan tidur Tidak terkaji Tidak terkaji


E. Olahraga

Kondisi Sebelum sakit Saat sakit

- Program olahraga Tidak terkaji Tidak terkaji

- Jenis dan frekuensi Tidak terkaji Tidak terkaji

- Kondisi setelah Tidak terkaji Tidak terkaji

olahraga

F. Personal Hygiene

Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit

- Mandi

Cara Tidak terkaji Tidak terkaji

Frekuensi Tidak terkaji Tidak terkaji

Alat mandi Tidak terkaji Tidak terkaji

- Cuci Rambut

Frekuensi Tidak terkaji Tidak terkaji

Cara Tidak terkaji Tidak terkaji

- Gunting Kuku

Frekuensi Tidak terkaji Tidak terkaji

Cara Tidak terkaji Tidak terkaji

- Gosok gigi

Frekuensi Tidak terkaji Tidak terkaji

Cara Tidak terkaji Tidak terkaji


G. Aktivitas/Mobilitas Fisik

Kondisi Sebelum sakit Saat sakit

- Kegiatan Sehari- Tidak terkaji Tidak terkaji

hari

- Pengaturan jadwal Tidak terkaji Tidak terkaji

harian

- Penggunaan alat Tidak terkaji Tidak terkaji

bantu aktifitas

- Kesulitan Tidak terkaji Tidak terkaji

pergerakan tubuh

H. Rekreasi

Kondisi Sebelum sakit Saat sakit

- Perasaan saat Tidak terkaji Tidak terkaji

sekolah

- Waktu luang Tidak terkaji Tidak terkaji

- Perasaan setelah Tidak terkaji Tidak terkaji

rekreasi

- Waktu senggang Tidak terkaji Tidak terkaji

keluarga

- Kegiatan hari libur Tidak terkaji Tidak terkaji

X. PEMERIKSAAN FISIK

1. Keadaan Umum Klien:


An. D datang ke rumah sakit dalam keadaan demam, gigil, lemah, batuk,

takikardia, takipneu, retraksi dan crackles di kedua paru

2. Tanda-tanda vital

- Suhu : 39 C

- Nadi : 130 kali permenit

- Tekanan darah : 100/70 mmHg

- Respirasi : 27 kali permenit

3. Antropometri

- Tinggi badan : Tidak terkaji

- Berat badan : Tidak terkaji

- Lingkar lengan atas : Tidak terkaji

- Lingkar kepala : Tidak terkaji

- Lingkar dada : Tidak terkaji

- Lingkar perut : Tidak terkaji

4. Sistem Pernafasan

An. D mengalami takipneu, retraksi dan crackles di kedua paru. Hasil radiografi

dada menunjukkan hasil abnormal. Kadar oksigen 67 % dari oksimetri

5. Sistem Kardiovaskuler

Dari pemeriksaan fisik, didapatkan hasil normal

6. Sistem Pencernaan

7. Dari pemeriksaan fisik, didapatkan hasil normal

8. Sistem Indra

- Mata : Tidak terkaji

Vinus : Tidak terkaji

- Hidung : Tidak terkaji


- Telinga : Tidak terkaji

9. Sistem Syaraf

- Fungsi Serebral : Dari pemeriksaan fisik, didapatkan hasil normal

- Fungsi Cranial : Dari pemeriksaan fisik, didapatkan hasil normal

NI : Dari pemeriksaan fisik, didapatkan hasil normal

N II : Dari pemeriksaan fisik, didapatkan hasil normal

N III, IV, VI : Dari pemeriksaan fisik, didapatkan hasil normal

NV : Dari pemeriksaan fisik, didapatkan hasil normal

N VIII : Dari pemeriksaan fisik, didapatkan hasil normal

N IX : Dari pemeriksaan fisik, didapatkan hasil normal

NX : Dari pemeriksaan fisik, didapatkan hasil normal

N XI : Dari pemeriksaan fisik, didapatkan hasil normal

N XII : Dari pemeriksaan fisik, didapatkan hasil normal

10. Sistem Muskuloskletal

Tidak terkaji

11. Sistem Endokrin

Dari pemeriksaan fisik, didapatkan hasil normal

12. Sistem Perkemihan

Dari pemeriksaan fisik, didapatkan hasil normal

13. Sistem Immun

Terdapat peningkatan protein C-reactive (CRP) dan rasio sedimentasi eritrosit

(ESR) pada pasien, dan hasil RT-PCR positif

XI. PEMERIKSAAN TINGKAT PERKEMBANGAN

- 6 Tahun ke atas : Tidak terkaji

- Perkembangan Kognitif: : Tidak terkaji


- Perkembangan Psikososial : Tidak terkaji

XII. TEST DIAGNOSTIK

a. Pemeriksaan laboratorium: peningkatan protein C-reactive (CRP) dan rasio

sedimentasi eritrosit (ESR) pada pasien, dan hasil RT-PCR positif

b. Pemeriksaan radiografi dada menunjukkan hasil abnormal dengan tampak

bayangan udara. Dalam pemeriksaan high resolution computed tomography

(HRCT), ditemukan hasil konsolidasi paru di mana paru tampak putih atau

berawan dan terdapat bercak (patch) serta halo sign yang menandakan terdapat

nodul di paru

DATA FOKUS

DATA SUBJEKTIF DATA OBJEKTIF

DS: DO:

a. Klien mengatakan ia merasa sesak a. SPO2 : 67%

b. Klien mengatakan ia mengatakan ia b. Retraksi paru, suara crackles saat

menggigil dilakukan pemeriksaan fisik

c. Klien mengatakan ia terdapat kontak c. Suhu: 39 C

dengan keluarganya yang terinfeksi Nadi: 130 kali permenit

COVID-19
ANALISA DATA

DATA ETIOLOGI MASALAH

DS: Ketidakefektifan pola napas


Infeksi saluran napas
bawah
a. Klien mengatakan ia berhubungan dengan

merasa sesak hiperventilasi paru


Pengerasan dinding paru
b. Klien mengatakan ia

mengatakan ia

menggigil Suplai O2 menurun

c. Klien mengatakan ia

terdapat kontak
Hiperventilasi
dengan keluarganya

yang terinfeksi
Retraksi dada
COVID-19

DO:

a. SPO2 : 67%
Ketidakefektifan Pola
b. Retraksi paru, suara Napas

crackles saat

dilakukan

pemeriksaan fisik

c. Suhu: 39 C

Nadi: 130 kali

permenit
DIAGNOSA KEPERAWATAN

No. Masalah/Diagnosa Tgl. ditemukan Tgl. Teratasi

1. Ketidakefektifan pola napas 28 Oktober 2020 31 Oktober 2020

berhubungan dengan hiperventilasi

paru
RENCANA KEPERAWATAN

Tgl. NDX dan data Tujuan Rencana tindakan Rasional

penunjang

28/10 1. Ketidakefektifan pola Setelah dilakukan tindakan 3 x Manajemen Jalan Napas  Untuk membuka jalan

napas berhubungan 24 jam masalah teratasi dengan  Buka jalan napas dengan chin-lift napas pasien

dengan hiperventilasi kriteria hasil: atau jaw-thrust sebagaimana  Pembersihan jalan

paru a. Status pernapasan: ventilasi mestinya napas secara mekanik

ditingkatkan  Posisikan pasien untuk pada pasien yang tidak

b. Status pernapasan: kepatenan memaksimalkan nasopharyngeal mampu mengeluarkan

jalan napas ditingkatkan airway (NPA) atau oropharyngeal sekret

airway (OPA) sebagaimana  Kaji suara napas untuk

mestinya mengetahui adanya

 Lakukan fisioterapi dada suara napas tambahan

 Buang sekret dengan memotivasi yang mengindikasikan

pasien untuk melakukan batuk atau adanya gangguan

menyedot lendir
 Motivasi pasien untuk bernapas

pelan, dalam, berputar, dan batuk

 Gunakan teknik yang

menyenangkan untuk memotivasi

bernapas dalam kepada anak-anak

 Instruksikan bagaimana agar

melakukan batuk efektif

 Bantu dengan dorongan spirometer

 Auskultasi suara napas, catat area

yang ventilasinya menurun atau

tidak ada dan adanya suara

tambahan

 Lakukan penyedotan melalui

endotrakea atau nasotrakea

 Kelola pemberian bronkodilator


 Ajarkan bagaimana menggunakan

inhaler sesuai resep

 Kelola pengobatan aerosol

 Kelola nebulizer ultrasonik

 Kelola udara atau oksigen yang

dilembabkan

 Regulasi asupan cairan untuk

mengoptimalkan keseimbangan

cairan

 Posisikan untuk meringankan sesak

napas

 Monitor status pernapasan dan

oksigenasi

Bantuan Ventilasi

 Pertahankan kepatenan jalan napas


 Posisikan pasien untuk mengurangi

dispneu

 Posisikan untuk memfasilitasi

percobaan ventilasi atau perfusi

dengan tepat

 Posisikan untuk menimalkan upaya

bernapas

 Monitor efek perubahan posisi

pada oksigenasi

 Anjurkan pernapasan yang lambat,

dalam, berbalik, dan batuk dalam

bagi anak-anak

 Bantu dengan menggunakan

dorongan spirometer yang sesuai

 Auskultasi suara napas, catat area-

area penurunan atau tidak adanya


ventilasi, dan adanya suara

tambahan

 Monitor kelelahan otot pernapasan

 Mulai dan pertahankan oksigen

tambahan, seperti yang ditentukan

 Kelola pemberian obat nyeri yang

tepat untuk mencegah hipoventilasi

 Ambulasi tiga sampai empat kali

perhari

 Monitor pernapasan dan status

oksigenasi

 Beri obat (misalnya bronkodilator

dan inhaler) yang meningkatkan

patensi jalan napas dan pertukaran

gas
 Ajarkan teknik pernapasan yang

tepat

 Inisiasi program kekuatan otot

dan/atau pelatihan daya tahan

 Inisiasi upaya resusitasi dengan

tepat
CATATAN TINDAKAN

Tgl. NDX Jam Tindakan Keperawatan dan hasil

18/9 1 Manajemen Jalan Napas

 Buka jalan napas dengan chin-lift atau jaw-thrust

sebagaimana mestinya

 Posisikan pasien untuk memaksimalkan nasopharyngeal

airway (NPA) atau oropharyngeal airway (OPA)

sebagaimana mestinya

 Lakukan fisioterapi dada

 Buang sekret dengan memotivasi pasien untuk melakukan

batuk atau menyedot lendir

 Motivasi pasien untuk bernapas pelan, dalam, berputar, dan

batuk

 Gunakan teknik yang menyenangkan untuk memotivasi

bernapas dalam kepada anak-anak

 Instruksikan bagaimana agar melakukan batuk efektif

 Bantu dengan dorongan spirometer

 Auskultasi suara napas, catat area yang ventilasinya

menurun atau tidak ada dan adanya suara tambahan

 Lakukan penyedotan melalui endotrakea atau nasotrakea

 Kelola pemberian bronkodilator

 Ajarkan bagaimana menggunakan inhaler sesuai resep

 Kelola pengobatan aerosol

 Kelola nebulizer ultrasonik

 Kelola udara atau oksigen yang dilembabkan


 Regulasi asupan cairan untuk mengoptimalkan

keseimbangan cairan

 Posisikan untuk meringankan sesak napas

 Monitor status pernapasan dan oksigenasi

Bantuan Ventilasi

 Pertahankan kepatenan jalan napas

 Posisikan pasien untuk mengurangi dispneu

 Posisikan untuk memfasilitasi percobaan ventilasi atau

perfusi dengan tepat

 Posisikan untuk menimalkan upaya bernapas

 Monitor efek perubahan posisi pada oksigenasi

 Anjurkan pernapasan yang lambat, dalam, berbalik, dan

batuk dalam bagi anak-anak

 Bantu dengan menggunakan dorongan spirometer yang

sesuai

 Auskultasi suara napas, catat area-area penurunan atau tidak

adanya ventilasi, dan adanya suara tambahan

 Monitor kelelahan otot pernapasan

 Mulai dan pertahankan oksigen tambahan, seperti yang

ditentukan

 Kelola pemberian obat nyeri yang tepat untuk mencegah

hipoventilasi

 Ambulasi tiga sampai empat kali perhari

 Monitor pernapasan dan status oksigenasi


 Beri obat (misalnya bronkodilator dan inhaler) yang

meningkatkan patensi jalan napas dan pertukaran gas

 Ajarkan teknik pernapasan yang tepat

 Inisiasi program kekuatan otot dan/atau pelatihan daya tahan

 Inisiasi upaya resusitasi dengan tepat

CATATAN PERKEMBANGAN

Tgl. NDX Jam EVALUASI / SOAP

S:

a. Pasien mengatakan belum ada perubahan dan masih merasa

sesak

O:

a. Napas pasien tampak tidak teratur dan batuk berdahak

b. Sputum berwarnah putih kenta;

c. Pasien sesak napas apabila ventilator dilepas

A:

Masalah belum teratasi

P:

Lanjutkan intervensi
E. Etik keperawatan

Perawat merupakan anggota dari tim pemberi asuhan keperawatan anak dan orang

tuanya. Perawat dapat berperan dalam berbagai aspek dalam memberikan pelayanan

kesehatan dan bekerjasama dengan anggota tim lain, dengan keluarga terutama dalam

membantu memecahkan masalah yang berkaitan dengan perawatan anak.

Perawat dituntut untuk dapat berperan sebagai pembuat keputusan etik dengan

berdasarkan pada nilai normal yang diyakini dengan penekanan pada hak pasien untuk

mendapat otonomi, menghindari hal-hal yang merugikan pasien dan keuntungan

asuhan keperawatan yaitu meningkatkan kesejahteraan pasien. Perawat juga harus

terlibat dalam perumusan rencana pelayanan kesehatan di tingkat kebijakan. Perawat

harus mempunyai suara untuk didengar oleh para pemegang kebijakan dan harus aktif

dalam gerakan yang,bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan anak. Perawat yang

paling mengerti tentang pelayanan keperawatan anak. Oleh karena itu perawat harus

dapat meyakinkan pemegang kebijakan bahwa usulan tentang perencanaan pelayanan

keperawatan yang diajukan dapat memberi dampak terhadap peningkatan kualitas

pelayanan kesehatan anak.

Menurut American Ethics Commission Bureau on Teaching, tujuan etika keperawatan

adalah mampu :

 Mengenal dan mengidentifikasi unsur moral dalam praktekkeperawatan.

 Membentuk strategi/cara menganalisis masalah moral yang terjadi dalam

praktek keperawatan.

 Menghubungkan prinsip-prinsip moral yang baik dan dapat

dipertanggungjawabkan pada diri sendiri, keluarga, masyarakat dan kepada

Tuhan, sesuai dengan kepercayaannya

Adapun etika keperawatan menurut Syafridayani adalah:


 Autonomy (Autonomi)

Prinsip otonomi didasarkan pada keyakinan bahwa individu mampu berpikir

secara logis dan mampu membuat keputusan sendiri. Orang dewasa mampu

memutuskan sesuatu dan orang lain harus menghargainya. Otonomi merupakan

hak kemandirian dan kebebasan individu yang menuntut pembedaan diri, dan

perawat haruslah bisa menghormati dan menghargai kemandirian ini. Salah satu

contoh yang tidak memperhatikan otonomi adalah memberitahukan klien bahwa

keadaanya baik, padahal terdapat gangguan atau penyimpangan

 Beneficence (Berbuat Baik)

Prinsip ini menuntut perawat untuk melakukan hal yang baik sesuai dengan ilmu

dan kiat keperawatan dalam melakukan pelayanan keperawatan. Contoh

perawat menjelaskan klien dengan penyakit jantung tentang program latihan

untuk memperbaiki kesehatan secara umum, tetapi perawat menasehati untuk

tidak dilakukan karena alasan resiko serangan jantung. Hal tersebut merupakan

penerapan prinsip beneficence. Walaupun memperbaiki kesehatan secara umum

adalah suatu kebaikan, namun menjaga resiko serangan jantung adalah prioritas

kebaikan yang haruslah dilakukan.

 Justice (Keadilan)

Nilai ini direfleksikan ketika perawat bekerja sesuai ilmu dan kiat keperawatan

dengan memperhatikan keadilan sesuai standar praktik dan hukum yang

berlaku. Contoh ketika perawat dinas sendirian dan ketika itu ada klien baru

masuk serta ada juga klien rawat yang memerlukan bantuan perawat maka

perawat harus mempertimbangkan faktor-faktor dalam faktor tersebut kemudian

bertindak sesuai dengan asas keadilan.

 Non-maleficence (tidak merugikan)


Prinsip ini berarti tidak menimbulkan bahaya/cedera fisik dan psikologis pada

klien. Contoh ketika ada klien yang menyatakan kepada dokter secara tertulis

menolak pemberian transfuse darah dan ketika itu penyakit perdarahan (melena)

membuat keadaan klien semakin memburuk dan dokter harus mengistrusikan

pemberian transfuse darah. Akhirnya transfusi darah ridak diberikan karena

prinsi beneficence walaupun pada situasi ini juga terjadi penyalahgunaan prinsi

nonmaleficince.

 Veracity (Kejujuran)

Nilai ini bukan cuman dimiliki oleh perawat namun harus dimiliki oleh seluruh

pemberi layanan kesehatan untuk menyampaikan kebenaran pada setia klien

untuk meyakinkan agar klien mengerti. Informasi yang diberikan harus akurat,

komprehensif, dan objektif. Kebenaran merupakan dasar membina hubungan

saling percaya. Klie memiliki otonomi sehingga mereka berhak mendapatkan

informasi yang ia ingin tahu. Contoh Ny. A masuk rumah sakit dengan berbagai

macam fraktur karena kecelakaan mobil, suaminya juga ada dalam kecelakaan

tersebut dan meninggal dunia. Ny. A selalu bertanya-tanya tentang keadaan

suaminya. Dokter ahli bedah berpesan kepada perawat untuk belum

memberitahukan kematian suaminya kepada klien perawat tidak mengetahui

alasan tersebut dari dokter dan kepala ruangan menyampaikan intruksi dokter

harus diikuti. Perawat dalam hal ini dihadapkan oleh konflik kejujuran

 Fidelity (Menepati janji)

Tanggung jawab besar seorang perawat adalah meningkatkan kesehatan,

mencegah penyakit, memulihkan kesehatan, dan meminimalkan penderitaan.

Untuk mencapai itu perawat harus memiliki komitmen menepati janji dan

menghargai komitmennya kepada orang lain.


 Confidentiality (Kerahasiaan)

Kerahasiaan adalah informasi tentang klien harus dijaga privasi klien.

Dokumentasi tentang keadaan kesehatan klien hanya bisa dibaca guna keperluan

pengobatan dan peningkatan kesehatan klien. Diskusi tentang klien diluar area

pelayanan harus dihindari.

 Accountability (Akuntabilitasi)

Akuntabilitas adalah standar yang pasti bahwa tindakan seorang professional

dapat dinilai dalam kondisi tanpa terkecuali. Contoh perawat bertanggung jawab

pada diri sendiri, profesi, klien, sesama teman sejawat, karyawan, dan

masyarakat. Jika perawat salah memberi dosis obat kepada klien perawat dapat

digugat oleh klien yang menerima obat, dokter yang memberi tugas delegatif,

dan masyarakat yang menuntut kemampuan professional.

F. Kolaborasi aspek pemenuhan kebutuhan

Bekerjasama merupakan suatu cara mengerjakan suatu pekerjaan dengan orang lain

dengan cara membagi kerja dan saling membantu untuk mencapai target menyelesaikan

suatu pekerjaan dan mencapai tujuan tertentu. Dengan bekerjasama maka sebagian

besar tugas dan tanggung jawab dalam pekerjaan tersebut dapat diselesaikan bersama

orang lain. keberhasilannya ditentukan oleh kemampuan setiap anggota/staf. Bentuk

bekerjasama dalam tim work akan bervariasi tergantung jenis pekerjaan dan target yang

akan dicapai baik oleh institusi/ kelompok kerja tertentu. Latihan kerjasama ini

dimaksudkan agar mahasiswa mampu menerapkan konsep bekerjasama yang baik dan

saling menguntungkan bagi diri sendiri karena akan menambah kematangan seseorang

dan pengalaman dalam mengatasi kesulitan kerja, serta meningkatkan produktivitas dan

kualitas lembaga tempat seseorang bekerja dan belajar.


Kolaborasi yang di lakukan perawat terhadap tenaga medis lainnya ada beberapa

prinsip antara lain sebagai berikut :

 Patient-centered Care

Prinsip ini lebih mengutamakan kepentingan dan kebutuhan pasien. Pasien dan

keluarga merupakan pemberi keputusan dalam masalah kesehatannya. Prinsip ini

merupakan kolaborasi yang memiliki tujuan untuk tercapainya kepentingan dan

kebutuhan dari pasien seperti perawat yang berkolaborasi dengan dokter untuk

menentukan terapi apa yang akan diberikan kepada pasien untuk mengobati penyakit

yang diderita pasien

 Recognition of patient-physician relationship

Kepercayaan dan berperilaku sesuai dengan kode etik dan menghargai satu sama

lain. Prinsip ini bertujuan agar selama melaksanakan kolaborasi perawat dan tim

medis lainnya dapat menjalankan tugasnya sesuai dengan kode etik dan dapat

menghargai satu sama lain sehinggah terciptalah kolaborasi yang tepat sehingga

asuhan keperawatan dapat dilakukan dengan benar.

 Physician as the clinical leader

Pemimpin yang baik dalam pengambilan keputusan terutama dalam kasus yang

bersifat darurat. Ketika perawat dihadapkan pada suatu keadaan darurat perawat

harus berkolaborasi dengan tim medis lain khususnya dokter dalam pemecahan

kedaruratan yang dialami pasien sehingga keadaan darurat tersebut dapat

terselesaikan dengan cepat dan tepat.

 Mutual respect and trust

Saling percaya dengan memahami pembagian tugas dan kompetensinya masing-

masing. Prinsip ini mendorong agar perawat dan tim medis lain dapat melakukan
tugasnya sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan mempercayai tim medis lainnya

untuk menjalankan tugas yang dijalankannya dengan baik dan benar

G. Pola kritis

Pada kasus, terdapat data-data seperti hasil pemeriksaan tanda vital pasien yang

dituliskan. Pencatatan atau dokumentasi data umum pasien sangat diperlukan untuk

memudahkan pembaca untuk menganalisa masalah yang dialami klien.

Pencatatan yang dilakukan mempunyai tujuan untuk mengidentifikasi kebutuhan unik

klien dan respon klien terhadap masalah/dignosis keperawatan yang berpengaruh pada

layanan keperawatan yang diberikan, menyusun informasi yang diperoleh dari berbagai

sumber kedalam sumber yang bersifat umum sehingga pola kesehatan klien dapat

dievaluasi dan masalahnya dapat terindentifikasi,menjamin adanya informasi dasar

yang berguna untuk memberikan referensi dalam mengukur perubahan kondisi klien,

mengidentifikasi karakteristik unik dari situasi klien dan responnya yang berpengaruh

pada perencanan keperawatan dan tindakan keperawatan, menyajikan data yang cukup

bagi kebutuhan klien untuk tindakan keperawatan dan menjadi dasar bagi pencatatan

rencana keperawatan yang efektif

H. Advokasi

Advokasi merupakan peran profesional perawat untuk melakukan pembelaan dan

perlindungan kepada pasien. Dalam pelaksanaannya terdapat faktor yang penghambat

dan pendukung peran advokat perawat.

Peran perawat sebagai advokasi pasien adalah perawat mampu memberikan

perlindungan terhadap pasien, keluarga pasien, dan orang – orang disekitar pasien. Hal

ini didukung dengan hasil penelitian Umasugi bahwa perawat sebagai pelindung,

perawat mampu mempertahankan lingkungan yang aman dan nyaman dan mengambil

tindakan untuk mencegah terjadinya kecelakaan yang tidak diinginkan dari hasil
pengobatan, contohnya mencegah terjadinya alergi terhadap efek pengobatan dengan

memastikan bahwa pasien tidak memiliki riwayat alergi. Salah satu untuk mencegah

terjadinya hal – hal yang merugikan pasien perawat harus saling berkoordinasi dengan

adanya standar komunikasi yang efektif dan terintegrasi dalam kegiatan timbang terima

yang dilakukan untuk mencegah terjadinya kesalahan.


Daftar Pustaka
Afidah, E. N. & Sulisno, M. (2013). Gambaran Pelaksanaan Peran Advokat Perawat di Rumah
Sakit Negeri di Kabupaten Semarang. Jurnal Manajemen vol 1(2). Keperawatan.
https://jurnal.unimus.ac.id/index.php/JMK/article/view/1008
Bulechek, G. M., Butcher, H. K., Dochterman, J. M., & Wagner, C. M. (2013) Nursing
Interventions Classifications edisi keenam. Philadelphia: Elsevier
Hamzah, Hamzah (2016). Rancang Bangun Sistem Informasi Asuhan Keperawatan Bagi
Penderita Pneumonia. Jurnal Sistem Informasi (JSI) vol 8(1).
http://ejournal.unsri.ac.id/index.php/jsi/index
Herdman, T. H (2018). NANDA-I Diagnosis Keperawatab: Definisi dan Klasifikasi 2018 –
2020 edisi 11. Jakarta: EGC
Moorhead, S., Johnson, M., Maas, M. L., & Swanson, E. (2013). Nursing Outcomes
Classifications edisi kelima. Philadelphia: Elsevier
Murdiyanti, D. (2012). Studi Analisis Penerapan Telenursing sebagai Salah Satu Cara
Menyediakan Pelayanan Keperawatan dalam Era Teknologi Informasi. Fakultas
Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia.
Pusdik SDM Kesehatan (2016). Etika Keperawatan dan Keperawatan Profesional.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta Selatan: Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia
Pusdik SDM Kesehatan (2016). Keperawatan Anak. Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia. Jakarta Selatan: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Pusdik SDM Kesehatan (2016). Komunikasi dalam Keperawatan. Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia. Jakarta Selatan: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
Rahimzadeh, G., Ekrami Noghabi, M., Kadkhodaei Elyaderani, F., Navaeifar, M. R., Enayati,
A. A., Manafi Anari, A., Hujati, M., Rezai, S., & Rezai, M. S. (2020). COVID-19
Infection in Iranian Children: A Case Series of 9 Patients. Journal of Pediatrics
Review, 139–144. https://doi.org/10.32598/jpr.8.2.139.
Syafridayani, F. (2019). Kolaborasi Perawat Dengan Tim Medis Lain Untuk Mencapai
Keselamatan Pasien.
Telaumbanua, Hariesty. (2020). Peran Perawat Sebagai Advokat Pasien Dalam Pemberian
Asuhan Keperawatan di Pelayanan Kesehatan. DOI: 10.31219/osf.io/njwr2.

Anda mungkin juga menyukai