KEPERAWATAN KRITIS
“CKB”
Dosen Pembimbing :
Ns. Nupratiwi, M. Kep
Penyusun
Daftar isi
Kata pengantar
BAB I : PENDAHULUAN…………………………………………………..........2
A. Latar Belakang.................................................................................................................................2
B. Tujuan..............................................................................................................................................2
C. Metode Penulisan............................................................................................................................2
E. Sistematika Penulisan......................................................................................................................2
1. Pengertian........................................................................................................................................2
2. Etiologi ...........................................................................................................................................2
3. Anatomi Fisiologi............................................................................................................................2
4. Fatofisiologi.....................................................................................................................................2
5. Fatwhay...........................................................................................................................................2
6. Etiologi............................................................................................................................................2
7. Manifestasi Klinis............................................................................................................................2
8. Pemeriksaan Penunjang...................................................................................................................2
9. Penatalaksanaan Medis....................................................................................................................2
10. Komplikasi…………………..………………………………….....
………..2
BAB III: ASUHAN KEPERAWATAN.................................................................2
Saran........................................................................................................................................................2
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
yang ada, mulai dari kulit kepala, tulang, dan jaringan otak atau
dan kecacatan utama pada kelompok usia produktif dan sebagian besar
kecacatan utama pada kelompok usia produktif dan sebagian besar terjadi
pertiga berusia dibawah 30 tahun dengan jumlah laki- laki lebih banyak
Ada beberapa jenis cedera kepala antara lain adalah cedera kepala
keperawatan cedera kepala atau askep cedera kepala baik cedera kepala
ringan, cedera kepala sedang dan cedera kepala berat harus ditangani
secara serius. Cedera pada otak dapat mengakibatkan gangguan pada
blood flow yang besarnya berkisar 15-20% dari curah jantung(Black &
Hawks, 2009).
Hawks, 2009).
Akibat yang sering terjadi pada pasien cedera kepala berat antara lain
dilakukan pada kondisi di atas adalah pemberian oksigen, cari dan atasi
dan sampai kondisi klien menjadi stabil (Muttaqin, 2012 ; Hudak &
Gallo, 2010).
B. Tujuan
Tujuan umum
Untuk mengetahui dan memahami CKB (Cidera Kepala Berat),
Tujuan khusus
1. Untuk mengetahui pengertian CKB (Cidera Kepala Berat),
2. Untuk mengetahui jenis CKB (Cidera Kepala Berat),
3. Untuk mengetahui Mikanisme CKB (Cidera Kepala Berat),
4. Untuk mengetahui tanda dan gejalah CKB (Cidera Kepala Berat),
5. Untuk mengetahui patofisiologi CKB (Cidera Kepala Berat),
6. Untuk mengetahui asuhan keperawatan CKB (Cidera Kepala Berat),
C. Metode Penulisan
Dalam penulisan makalah ini, kelompok menggunakan metode
deskriptif yaitu dengan penjabaran masalah-masalah yang ada dengan
menggunakan menggunakan sumber dari berbagai jurnal serta dari
berbagai buku-buku.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Defenisi CKB
Cedera kepala atau trauma kapitisadalah suatu gangguan trauma
dari otak disertai/tanpa perdarahan intestinal dalam substansi otak, tanpa
diikuti terputusnya kontinuitas dari otak. (Nugroho, 2015).
Cedera kepala adalah suatu trauma yang mengenai daerah kulit
kepala, tulang tengkorak atau otak yang terjadi akibat injury baik secara
langsung maupun tidak langsung pada kepala (Suriadi dan Yuliani, 2013).
Menurut Brain Injury Assosiation of America (2012), cedera
kepala adalah suatu kerusakan pada kepala, bukan bersifat congenital
ataupun degeneratif, tetapi disebabkan oleh serangan/benturan fisik dari
luar, yang dapat mengurangi atau mengubah kesadaran yang mana
menimbulkan kerusakan kemampuan kognitif dan fungsi fisik.
B. Etiologic
Penyebab dari cedera kepala adalah adanya trauma pada kepala
meliputi trauma oleh benda/ serpihan tulang yang menembus jaringan
otak, efek dari kekuatan/energi yang diteruskan ke otak dan efek
percepatan dan perlambatan (akselerasi-deselerasi) pada otak, selain itu
dapat disebabkan oleh Keceakaan, Jatuh, Trauma akibat persalinan
(NINDS,2013).
Penyebab cedera kepala berat adalah:
1. Trauma tajam Trauma oleh benda tajam dapat menyebabkan
cedera setempat dan menimbulkan cedera lokal. Kerusakan lokal
meliputi kontusio serebral, hematom serebral, kerusakan otak
sekunder yang disebabkan perluasan masa lesi, pergeseran otak
atau hernia.
2. Trauma tumpul Trauma oleh benda tumpul dan menyebabkan
cedera menyeluruh (difusi). Kerusakannya menyebar secara luas
dan terjadi dalam 4 bentuk yaitu cedera akson, kerusakan otak
hipoksia, pembengkakan otak menyebar, hemoragi kecil multiple
pada otak koma terjadi karena cedera menyebar pada hemisfer
serebral, batang otak atau kedua-duanya. Akibat trauma tergantung
pada:
a. Kekuatan benturan (parahnya kerusakan).
b. Akselerasi dan Deselerasi
c. Cup dan kontra cup Cedera cup adalah kerusakan pada
daerah dekat yang terbentur. Sedangkan cedera kontra cup
adalah kerusakan cedera berlawanan pada sisi desakan
benturan.
1) Lokasi benturan
2) Rotasi Pengubahan posisi pada kepala
menyebabkan trauma regangan dan robekan
substansia alba dan batang otak.
3) Depresi fraktur Kekuatan yang mendorong fragmen
tulang turun menekan otak lebih dalam. Akibatnya
CSS (Cairan Serebro Spinal) mengalir keluar ke
hidung, telinga → masuk kuman → kontaminasi
dengan CSS → infeksi →kejang.
C. Anatomi FisiologiCKB
1. Anatomi Kepala
a. Kulit kapala
Pada bagian ini tidak terdapat banyak pembuluh darah. Bila
robek, pembuluh- pembuluh ini sukar mengadakan vasokonstriksi
yang dapat menyebabkan kehilangan darah yang banyak. Terdapat
vena emiseria dan diploika yang dapat membawa infeksi dari kulit
kepala sampai dalam tengkorak(intracranial) trauma dapat
menyebabkan abrasi, kontusio, laserasi, atau avulasi.
b. Tulang kepala
Terdiri dari calvaria (atap tengkorak) dan basis eranium
(dasar tengkorak). Fraktur tengkorak adalah rusaknya kontinuibis
tulang tengkorak disebabkan oleh trauma. Fraktur calvarea dapat
berbentuk garis (liners) yang bisa non impresi (tidak masuk /
menekan kedalam) atau impresi. Fraktur tengkorak dapat terbuka
(dua rusak) dan tertutup (dua tidak rusak). Tulang kepala terdiri
dari 2 dinding yang dipisahkan tulang berongga, dinding luar
(tabula eksterna) dan dinding dalam (labula interna) yang
mengandung aluralur artesia meningia anterior, indra dan
prosterion. Perdarahan pada arteriaarteria ini dapat menyebabkan
tertimbunya darah dalam ruang epidural.
c. Lapisan Pelindung otak / Meninges
Terdiri dari 3 lapisan meninges yaitu durameter, Asachnoid dan
diameter.
1) Durameter adalah membran luas yang kuat, semi
translusen, tidak elastis menempel ketat pada bagian
tengkorak. Bila durameter robek, tidak dapat diperbaiki
dengan sempurna. Fungsi durameter :
a) Melindungi otak
b) Menutupi sinus-sinus vena (yang terdiri dari
durameter dan lapisan endotekal saja tanpa jaringan
vaskuler)
c) Membentuk periosteum tabula interna.
2) Asachnoid adalah membrane halus, vibrosa dan elastis,
tidak menempel pada dura. Diantara durameter dan
arachnoid terdapat ruang subdural yang merupakan ruangan
potensial. Pendarahan subdural dapat menyebar dengan
bebas. Dan hanya terbatas untuk seluas valks serebri dan
tentorium. Vena-vena otak yang melewati subdural
mempunyasedikit jaringan penyokong sehingga mudah
cedera dan robek pada trauma kepala.
3) Diameter adalah membran halus yang sangat kaya dengan
pembuluh darah halus, masuk kedalam semua sulkus dan
membungkus semua girus, kedua lapisan yang lain hanya
menjembatani sulkus. Pada beberapa fisura dan sulkus di
sisi medial homisfer otak. Prametar membentuk sawan
antar ventrikel dan sulkus atau vernia. Sawar ini merupakan
struktur penyokong dari pleksus foroideus pada setiap
ventrikel. Diantara arachnoid dan parameter terdapat ruang
subarachnoid, ruang ini melebar dan mendalam pada
tempat tertentu. Dan memungkinkan sirkulasi cairan
cerebrospinal. Pada kedalam system vena.
d. Otak.
Otak terdapat didalam iquor cerebro Spiraks. Kerusakan
otak yang dijumpai pada trauma kepala dapat terjadi melalui 2
campuran:
1) Efek langsung trauma pada fungsi otak,
2) Efek-efek lanjutan dari sel- sel otakyang bereaksi terhadap
trauma.
Apabila terdapat hubungan langsung antara otak dengan dunia
luar (fraktur cranium terbuka, fraktur basis cranium dengan cairan
otak keluar dari hidung / telinga), merupakan keadaan yang
berbahaya karena dapat menimbulkan peradangan otak.
Otak dapat mengalami pembengkakan (edema cerebri) dan
karena tengkorak merupakan ruangan yang tertutup rapat, maka
edema ini akan menimbulkan peninggian tekanan dalam rongga
tengkorak (peninggian tekanan tekanan intra cranial).
e. Tekanan Intra Kranial (TIK).
Tekanan intra cranial (TIK) adalah hasil dari sejumlah
jaringan otak, volume darah intracranial dan cairan cerebrospiral di
dalam tengkorak pada 1 satuan waktu. Keadaan normal dari TIK
bergantung pada posisi pasien dan berkisar ± 15 mmHg. Ruang
cranial yang kalau berisi jaringan otak (1400 gr), Darah (75 ml),
cairan cerebrospiral (75 ml), terhadap 2 tekanan pada 3 komponen
ini selalu berhubungan dengan keadaan keseimbangan Hipotesa
Monro – Kellie menyatakan : Karena keterbatasan ruang ini untuk
ekspansi di dalam tengkorak, adanya peningkatan salah 1 dari
komponen ini menyebabkan perubahan pada volume darah
cerebral tanpa adanya perubahan, TIK akan naik. Peningkatan TIK
yang cukup tinggi, menyebabkan turunnya batang 0tak (Herniasi
batang otak) yang berakibat kematian.
D. Patofisiologi
Menurut iskandar (2004, dalam Tarwoto 2012) cedera kepala akan
memberikan gangguan yang sifatnya lebih kompleks bila
dibandingkan dengan trauma pada organ tubuh lainnya. Hal ini
disebabkan karena strukrur anatomic dan fisiologij dari isi ruang
tengkorak yang majemuk, dengan konsistensi cair, lunak dan padat
yaitu cairan otak, selaput otak, jaringan saraf, pembuluh darah dan
tulang. Cedera otak dibedakan atas kerusakan primer dan sekunder:
1. Kerusakan primer, yaitu kerusakan otak yang timbul saat
cedera, sebagai akibat dari kekuatan mekanik yang
menyebankan deformasi jaringan. Kerusakan dapat berupa
fokal atau difus.
2. Kerusakan sekunder, yaitu kerusakan otak yang timbul akibat
komplikasi dari kerusakan primer tremasuk kerusakan oleh
karena hipoksia, iskemia, pembekakan otak, peninggian TIK,
hidrosefalus dan infeksi. Berdasarakan mekanismenya
kerusakan ini dapat dikelompokkan atas dua, yaitu kerusakan
hipoksi-iskemi menyeluruh dan pembekakan otak menyeluruh.
Fokus utama pelaksanaan pasien-pasien yang mengalami cedera
kepala adalah mencegah trejadinya cedera otak sekunder. Pemberian
oksigenasi dan memelihara tekanan darah yang baik dan adekuat untuk
mencukupi perfusi otak adalah hal yang paling utama dan terutama
untuk mencegah dan membatasi terjadinya cedera otak sekunder.
Otak dapat berfungsi dengan baik bila kebutuhan oksigen dan
glukosa dapat terpenuhi. Energi yang dihasilkan di dalam sel-sel saraf
hampir seluruhnya melalui proses oksidasi. Otak tidak mempunyai
cadangan oksigen, jadi kekurangan aliran darah ke otak walaupun
sebentar akan menyebabkan gangguan fungsi. Demikian pula dengan
kebutuhan oksigen sebagai bahan bakar metabolisme otak tidak boleh
kurang dari 20 mg % karena akan menimbulkan koma. Kebutuhan
glukosa sebanyak 25 % dari seluruh kebutuhan glukosa tubuh, sehingga
bila kadar glukosa plasma turun sampai 70% akan terjadi gejala-gejala
permulaan disfungsi serebral seperti kesulitan dalam berbicara,nyeri di
kepakla dan bola mata, tampak berkeringat, bisa muntah, dan terjadi
kerusakan fungsi motorik. Dari sini dapat muncul masalah keperawatan
gangguan perfusi jaringan serebral.
Pada saat otak mengalami hipoksia, tubuh berusaha memenuhi
kebutuhan oksigen melalui proses metabolik anaerob yang dapat
menyebabkan dilatasi pembuluh darah. Pada kontusio berat, hipoksia
atau kerusakan otak akan terjadi penimbunan asam laktat akibat
metabolisme anaerob. Hal ini akan menyebabkan asidosis metabolik.
Dalam keadaan normal cerebral bood flow (CBF) adalah 50-60
ml/menit/100 gr jaringan otak yang merupakan 15 % dari cardiac
output. Trauma kepala menyebakan perubahan fungsi jantung sekuncup
aktivitas atypical-myocardial, perubahan tekanan vaskuler dan udem
paru. Perubahan otonom pada fungsi ventrikel adalah perubahan
gelombang T dan P dan disritmia, fibrilasi atrium dan ventrikel,
takikardia. Akibat adanya perdarahan otak akan mempengaruhi tekanan
vaskuler, dimana penurunan tekanan vaskuler menyebabkan pembuluh
darah arteriol akan berkontraksi. Pengaruh persarafan simpatik dan
parasimpatik pada pembuuh darah arteri dan arteriol otak tidak begitu
besar.
E. Fatwhay
Cidera kepala
Teradapat luka di
Aliran darah keotak tahanan kepala
vaskulerSistemik
Gangguan autoregulasi
Oedem otak
rangsangan simpatis
kebocoran cairan
Terjadi benturan benda asing kapiler
Ketidakefektifan
perfusi jaringan
cerebral oedema paru cardiac output
Penumpukan
Ketidak efektifan
cairan/secret
Ketidakefektif pola perfusi jaringan
napas perifer
Difusi O2
terhambat
Ketidakefektifbersihan
jalan napas
(Syair, 2017 )
F. Manifestasi klinis
1. Pemeriksaan diagnostik
3. CT – Scan
5. EEG
6. X – Ray
A. Pengkajian
1. Pengkajian primer
a. Airway dan cervical control
Hal pertama yang dinilai adalah kelancaran airway. Meliputi
pemeriksaan adanya obstruksi jalan nafas yang dapat
disebabkan benda asing, fraktur tulang wajah, fraktur
mandibula atau maksila, fraktur larinks atau trachea. Dalam
hal ini dapat dilakukan “chin lift” atau “jaw thrust”. Selama
memeriksa dan memperbaiki jalan nafas, harus diperhatikan
bahwa tidak boleh dilakukan ekstensi, fleksi atau rotasi dari
leher.
b. Breathing dan ventilation
Jalan nafas yang baik tidak menjamin ventilasi yang baik.
Pertukaran gas yang terjadi pada saat bernafas mutlak untuk
pertukaran oksigen dan mengeluarkan karbon dioksida dari
tubuh. Ventilasi yang baik meliputi:fungsi yang baik dari
paru, dinding dada dan diafragma.
c. Circulation dan hemorrhage control
1) Volume darah dan Curah jantung
Kaji perdarahan klien. Suatu keadaan hipotensi harus
dianggap disebabkan oleh hipovelemia. 3 observasi yang
dalam hitungan detik dapat memberikan informasi
mengenai keadaan hemodinamik yaitu kesadaran, warna
kulit dan nadi.
2) Kontrol Perdarahan
d. Disability
Penilaian neurologis secara cepat yaitu tingkat kesadaran,
ukuran dan reaksi pupil.
e. Exposure dan Environment control
Dilakukan pemeriksaan fisik head toe toe untuk memeriksa
jejas.
2. Pengkajian sekunder
h. Neurosensori
Gejala : Kehilangan kesadaran sementara, amnesia,
vertigo, sinkope, kehilanganpendengaran, gangguan
pengecapan dan penciuman, perubahan penglihatan seperti
ketajaman.
Tanda:Perubahan kesadaran bisa sampai koma, perubahan
status mental, konsentrasi, pengaruh emosi atau tingkah
laku dan memoris.
i. Nyeri/kenyamanan
Gejala : Sakit kepala.
Tanda : Wajah menyeringai, respon menarik pada
rangsangan nyeri yang hebat, gelisah, tidak bisa istirahat,
merintih.
j. Pernafasan
Tanda: Perubahan pola pernafasan (apnoe yang diselingi
oleh hiperventilasi nafas berbunyi)
k. Keamanan
Gejala : Trauma baru/trauma karena kecelakaan.
Tanda: Fraktur/dislokasi, gangguan penglihatan, gangguan
rentang gerak, tonus otot hilang, kekuatan secara umum
mengalami paralisis, demam, gangguan dalam regulasi suhu
tubuh.
l. Interaksi sosial
Tanda : Apasia motorik atau sensorik, bicara tanpa
arti, bicara berulang-ulang, disartria.
3. Masalah Keperawatan
a. Resiko Ketidak efektifan perfusi jaringan serebral
b. Ketidak efektifan bersihan jalan nafas
Subjektif
1. Dispnea
Objektif
6. merokok
Batasan karakteristik:
Subjektif
1. Perubahan sensasi
Objektif
Gawat Darurat
2. Bagi Mahasiswa
darurat baik secara teoritis maupun secara klinik agar proses asuhan
Almgren, B., Carl, J.W., Heinonen, & E., Hogman, M. 2014. Side effects of
endotracheal suction in pressure and volume controlled ventilation.
CHEST Journal, 125, 1077–1080. American Association for Respiratory
Care. 2010. Endotracheal Suctioning ofMechanically Ventilated
Patients With Artificial Airways AARC Clinical Practice Guidelines.
Anggraini & Hafifah. 2014. Hubungan Antara Oksigenasi Dan Tingkat
Kesadaran Pada Pasien Cedera Kepala Non Trauma Di ICU RSU
Ulin Banjarmasin. Semarang: Program Studi Ilmu Keperawatan
FakultasKedokteran Universitas Diponegoro.
AR, Iwan et al. 2015. Terapi Hiperosmolar Pada Cadera Otak Traumatika.
Jurnal Neurologi Indonesia diunduh pada tanggal 03 Desember 2015.
Arief, Mansjoer. 2010. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media
Aesculapius. Arifin, M. Z. 2013. Cedera Kepala : Teori dan
Penanganan. Jakarta : Sagung Seto.
Asmadi. 2008. Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta : EGC. Badan Penelitian
Dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI. 2013.
Riset Kesehatan Dasar 2013.
Bayu, Irmawan. 2017. Pengaruh Tindakan Suction Terhadap Perubahan
Saturasi Oksigen Perifer Pada Pasien Yang Di Rawat Di Ruang ICU
RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda. Jurnal Ilimiah Sehat
Bebaya Vol. 1No. 2 Mei 2017. STIKES muhammadiyah
Samarinda.Berman, A. Snyder, S. Kozier, B. & Erb, G. 2009. Buku Ajar
Praktik Keperawatan Klinis, Edisi 5. Terjemahan Eny meiliya, Esty
Wahyuningsih, Devi Yulianti, & Fruriolina Ariani. Jakarta: PT. EGC.
Black & Hawks. 2009. Medical Surgical Nursing Clinical Management For
Positive Outcome. Elseveir Saunders.
Brain Injury Association of America. 2006. Types of Brain Injury. of brain
injury. html. (Accessed 13September 2013).Carpenito, Lynda Juall.
2010. Buku Saku Diagnosa Keperawatan, Edisi 8. Jakarta: EGC.
Depkes. 2012. Panduan Nasional Keselamatan Pasien Rumah Sakit.
Jakarta : EGC.
Debora, Yusnita, dkk. 2012. Perbedaan Jumlah Bakteri Pada Sistem Closed
Suction dan Sistem Open Suction Pada Penderita Dengan Ventilator
Mekanik.
Donges, M. E. 2010. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, Alih