Anda di halaman 1dari 33

SHARING JURNAL KEPERAWATAN

HYPNOPARENTING EFFECTS TOWARDS FATIGUE


AS AN IMPACT OF CHEMOTHERAPY AMONG PEDIATRIC
PATIENTS WITH ACUTE LYMPHOBLASTIC LEUKEMIA

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Pendidikan Profesi Ners Departemen Anak

Di Rumah Sakit Lavalette Malang

Oleh :

KELOMPOK 2

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS


JURUSAN KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2019
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Prevalensi penyakit kanker di Indonesia cenderung meningkat seiring pertambahan umur,

pada bayi (< 1 tahun) prevalensi penyakit kanker berada di angka cukup tinggi, namun pada umur

lebih tinggi antara 1 sampai 14 tahun persentase menurun di angka 0.1 per 1.000 dan kembali

meningkat pada kisaran umur 15 tahun (≥ 15 tahun) pada angka 0.6 per 1.000. kanker yang paling

sering terjadi pada anak di negara berkembang khususnya Indonesia adalah Acute Lymphoblastic

Leukemia (ALL) dengan kejadian sebesar 20,8 per satu juta per tahun (Isselbacher et al., 2000).

Tren kasus leukemia pada anak terus meningkat tiap tahunnya. Di Indonesia pada tahun

2014 angka kasus mencapai 144 pasien baru. Tahun berikutnya rumah sakit menerima

pendaftaran baru sebanyak 206 pasien kanker pada anak-anak, angka ini meningkat lagi pada

tahun 2016 menjadi 252 kasus baru. Dari jumlah tersebut leukemia menduduki peringkat pertama

sebagai kanker paling menghantui usia anak-anak. Insiden Acute Lymphoblastik Leukemia (ALL)

1/60.000 pertahunnya dengan 75% pasien berusian dibawah 15 tahun, Insiden puncaknya berada

pada usia 3-5 tahun (Hoffbrand,2011).

Leukemia merupakan suatu keganasan pada alat pembuat sel darah berupa poliferasi

patologis sel hemopoetik muda yang ditandai oleh adanya keganasan sumsum tulang dalam

membentuk sel darah normal dan adanya infiltrasi ke haringan tubuh yang lain. Leukemia akut

ditandai dengan suatu perjalanan penyakit yang sangat cepat, mematikan dan memburuk jika tidak

ditangani secara cepat maka penderita dapat meninggal dalam hitungan minggu bahkan hari

sedangkan leukemia kronik memiliki perjalanan penyakit tidak begitu cepat sehingga memiliki

harapan hidup yang lebih lama hingga lebih dari 1 tahun bahkan dapat mencapai 5 tahun

(Hoffbrand,2011)

Penanganan dari penyakit leukemia Limfoblastik akut pada anak harus ditangani serius

dengan melihat banyaknya anak yang terkena ALL. Secara umum pengobatan untuk anak dengan

Acute Lymphoblastic Leukemia adalah kemoterapi, meliputi kemoterapi tahap awal yaitu tahap

induksi di rumah sakit selama 4-6 minggu kemudian dilanjutkan dengan tahap konsilidasi dan
tahap pemeliharaan (maintenance), dengan total lama pengobatan selama 2 sampai 3 tahun

(Ward et al., 2014). Kemoterapi merupakan pengobatan yang sistemik oleh karena itu obat yang

diberikan tidak langsung mengenai tumor atau kanker tetapi juga mengenai jaringan normal.

Dampak fisiologis dari kemoterapi pada anak yang dapat terjadi adalah alopesia (rambut rontok),

mual muntah, penurunan nafsu makan, sariawan, diare, kelelahan dan peningkatan factor resiko

infeksi lainnya.

Kelelahan merupakan salah satu dampak atau gejala yang paling sering muncul pada saat

pengobatan kemoterapi. Kelelahan yang dialami oleh anak dapat mempengaruhi kemampuan

anak melakukan aktivitas terutama bermain. Keterbatasan dalam melakukan aktivitas

menyebabkan anak kehilangan kepercayaan diri dalam melakukan tugas perkembangan sesuai

dengan usianya yang berdampak terhadap interpersonal anak. Hal ini dapat menyebabkan anak

menjadi stres. Oleh karena itu butuh dukungan dari petugas kesehatan dan orang tua dalam

menangani kelelahan pada anak yang menjalani kemoterapi. Salah satu penanganan yang dapat

dilakukan oleh orangtua dalam mengatasi kelelahan pada anak adalah dengan melakukan teknik

hypnoparenting.

Teknik hypnoparenting adalah metode parenting, mendidik, dan pola asuh anak yang

dilakukan dengan metode hipnosis, yaitu dengan memanfaatkan penurunan frekuensi gelombang

otak anak untuk diberi sugesti positif. Dalam melaksanakan teknik ini, orang tua memberikan

sugesti-sugesti positif yang secara langsung mengakses pikiran bawah sadar anak sehingga

membangun sugesti positif yang akan membuat anak menjadi lebih segar dan rileks sehingga rasa

lelah yang timbul akibat tindakan kemoterapi dapat berkurang. Teknik hypnoparenting juga

bermanfaat dalam mengurangi rasa sakit pada anak sehingga dengan berkurangnya rasa sakit

maka tingkat stress pada anak akan menurun dan dapat meningkatkan daya tahan tubuh.

Berdasarkan hasil pengamatan dan konsultasi dengan beberapa perawat di ruang

anak, RS Lavalette menangani tindakan kemoterapi pasien pediatrik dengan gangguan

acute lymphoblastic leukemia (ALL). Oleh karena itu penulis tertarik untuk melakukan

sharing jurnal penelitian mengenai “Hypnoparenting Effects Towards Fatigue As An

Impact Of Chemotherapy Among Pediatric Patients With Acute Lymphoblastic Leukemia”

ini sebagai topik yang kami pilih dalam sharing jurnal keperawatan anak.
1.2 Rumusan Masalah

Apakah hasil penelitian dari jurnal yang berjudul “Hypnoparenting Effects Towards

Fatigue As An Impact Of Chemotherapy Among Pediatric Patients With Acute

Lymphoblastic Leukemia” dapat diaplikasikan dan di implementasikan di Indonesia?

1.3 Tujuan

Tujuan dari penyusunan makalah ini adalah untuk menyajikan trend dan issue teknik

penanganan yang dapat dilakukan oleh perawat dan orangtua dalam mengatasi

kelelahan pada anak dengan acute lymphoblastic leukemia (ALL) yang menjalani

kemoterapi dengan melakukan teknik hypnoparenting berdasarkan pada literature

artikel ilmiah terbaru. Perawat dapat mengaplikasikan metode perawatan ini dan

membandingkan efektifitasnya dengan metode lainnya.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 ACUTE LYMPHOBLASTIC LEUKIMIA (ALL)

2.1.1 Definisi

Acut Lymphoblastic Leukemia ( ALL) merupakan salah satu penyakit kanker yang

mempunyai prevalensi tertinggi di derita oleh anak-anak. Dengan jumlah prevalensi adalah 20,8

pasien dalam sejuta selama setahun (Isselbacher et al., 2000). Insiden Leukemia Limfoblastik

Akut adalah 1 / 60.000 orang / tahun dengan 75% pasien berusia kurang dari 15 tahun, insiden

tertinggi adalah pada usia 3-5 tahun (Hoffbrand & Paul, 2011).

Leukemia adalah suatu penyakit proliferasi neoplastik yang sangat cepat dan progresif,

yang ditandai oleh proliferasi abnormal dari sel-sel hematopoitik yang menyebabkan infiltrasi

yang progresif pada sumsum tulang (Mediarty, 2003). Leukemia Limfositik Akut adalah penyakit

yang berkaitan dengan sel jaringan tubuh yang tumbuhnya berlebihan dan berubah menjadi tidak

normal serta bersifat ganas, yaitu sel-sel sangat muda yang seharusnya membentuk limfosit

berubah menjadi ganas (Rulina, 2003). Leukemia Limfositik Akut (ALL) dianggap sebagai suatu

proliferasi ganas limfoblas. Paling sering terjadi pada anak-anak dengan laki-laki lebih banyak

dibanding perempuan, dengan puncak insidensi pada usia 4 tahun, setelah usia 15 tahun

Leukemia Limfositik Akut jarang terjadi (Smeltzer, 2001 : 955). Leukemia Limfositik Akut adalah

leukemia yang berkembang cepat dan progresif ditandai dengan penggantian sumsum tulang

normal oleh sel-sel blas yang dihasilkan dari pembelahan sel-sel induk (stem sel) yang

bertransformasi maligna. Leukemia pada anak sebagian besar (95 %) merupakan bentuk akut

dan 5 % bentuk kronik (Moh. Supriatna, 2002).

2.1.2 Etiologi

Sampai sekarang penyebab leukemia tidak diketahui secara pasti pada

kebanyakan penderita, beberapa faktor resiko berhubungan terjadinya kanker darah bisa

melalui :

1. Bersifat Herediter

Ada insiden yang meningkat pada beberapa penyakit herediter, khususnya sindrom

down (kejadian leukemia terjadi peningkatan 20-30 kali lipat).


2. Berhubungan dengan Radiasi

Radiasi khususnya yang mengenai sumsum tulang, bersifat leukemogenik. Pada

anak-anak yang ibunya menerima sinar X abdomen selama hamil yang terdapat

peningkatan terjadinya leukemia.

3. Perubahan Kromosom

Perubahan kromosom paling banyak ditemukan pada leukemia baik yang akut

maupun yang kronik. Sekarang kelainan kromosom pada leukemia dianggap sebagai

variabel prognotik leukemia akut.

4. Kombinasi Kemoterapi Alkilasi dengan Radiasi

Biasanya dilakukan pada penderita limfoma Hodgkin yang diberi kemoterapi dengan

regimen yang mengandung alkilasi yang dikombinasi dengan radiasi mempunyai

resiko yang tinggi untuk terjadinya Leukemia Limfosit Akut (LLA).

5. Zat Kimia

Terpapar zat kimia yang kronis dapat menyebabkan displasia sumsum tulang

belakang, anemia aplastik dan perubahan kromosom yang akhirnya dapat

menyebabkan leukemia.

6. Infeksi Virus

Pada manusia terdapat bukti yang kuat untuk etiologi virus. HTLV (The Human T

Leukemia Virus) dan retro jenis CRNA, ditunjukkan oleh mikroskop elektron dan oleh

kultur pada sel penderita dengan jenis khusus leukemia/limfoma sel T. (Mediarty,

2003).

Kelainan kromosom dapat diidentifikasi setidak-tidaknya 80-90 % Leukemia

Limfosit Akut anak (Nelson, 2000). Abnormalitas genetika merupakan kondisi yang

memainkan peran penting dalam penyebab ALL. Hal ini meliputi kelebihan kromosom

(hyperdiploidy) atau kekurangan kromosom (hypodiploidy), translokasi kromosom

(pembentukan gen-gen yang berubah/disregulasi gen dan inaktifasi gen penekan tumor).

Abnormalitas genetika ditemukan pada sel-sel blast dari 60 % - 75 % pasien. (Whaley

and Wong,2000).
2.1.3 Patofisiologi

Komponen sel darah terdiri atas eritrosit atau sel darah merah (RBC) dan leukosit atau sel

darah putih (WBC) serta trombosit atau platelet. Seluruh sel darah normal diperoleh dari sel

batang tunggal yang terdapat pada seluruh sumsum tulang. Sel batang dapat dibagi ke dalam

lymphpoid dan sel batang darah (myeloid), dimana pada kebalikannya menjadi cikal bakal sel

yang terbagi sepanjang jalur tunggal khusus. Proses ini dikenal sebagai hematopoiesis dan terjadi

di dalam sumsum tulang tengkorak, tulang belakang., panggul, tulang dada, dan pada proximal

epifisis pada tulang-tulang yang panjang.

LLA meningkat dari sel batang lymphoid tungal dengan kematangan lemah dan

pengumpulan sel-sel penyebab kerusakan di dalam sumsum tulang. Biasanya dijumpai tingkat

pengembangan lymphoid yang berbeda dalam sumsum tulang mulai dari yang sangat mentah

hingga hampir menjadi sel normal. Derajat kementahannya merupakan petunjuk untuk

menentukan / meramalkan kelanjutannya. Pada pemeriksaan darah tepi ditemukan sel muda

limfoblas dan biasanya ada leukositosis (60%), kadang-kadang leukopenia (25%). Jumlah leukosit

neutrofil seringkali rendah, demikian pula kadar hemoglobin dan trombosit. Hasil pemeriksaan

sumsum tulang biasanya menunjukkan sel-sel blas yang dominan. Pematangan limfosit B dimulai

dari sel stem pluripoten, kemudian sel stem limfoid, pre pre-B, early B, sel B intermedia, sel B

matang, sel plasmasitoid dan sel plasma. Limfosit T juga berasal dari sel stem pluripoten,

berkembang menjadi sel stem limfoid, sel timosit imatur, cimmom thymosit, timosit matur, dan

menjadi sel limfosit T helper dan limfosit T supresor.

Peningkatan prosuksi leukosit juga melibatkan tempat-tempat ekstramedular sehingga

anak-anak menderita pembesaran kelenjar limfe dan hepatosplenomegali. Sakit tulang juga sering

dijumpai. Juga timbul serangan pada susunan saraf pusat, yaitu sakit kepala, muntah-muntah,

“seizures” dan gangguan penglihatan (Price Sylvia A, Wilson Lorraine Mc Cart, 1995). Sel kanker

menghasilkan leukosit yang imatur / abnormal dalam jumlah yang berlebihan. Leukosit imatur ini

menyusup ke berbagai organ, termasuk sumsum tulang dan menggantikan unsur-unsur sel yang

normal. Limfosit imatur berproliferasi dalam sumsum tulang dan jaringan perifer sehingga

mengganggu perkembangan sel normal. Hal ini menyebabkan haemopoesis normal terhambat,

akibatnya terjadi penurunan jumlah leucosit, sel darah merah dan trombosit. Infiltrasi sel kanker ke
berbagai organ menyebabkan pembersaran hati, limpa, limfodenopati, sakit kepala, muntah, dan

nyeri tulang serta persendian. Penurunan jumlah eritrosit menimbulkan anemia, penurunan jumlah

trombosit mempermudah terjadinya perdarahan (echimosis, perdarahan gusi, epistaksis dll.).

Adanya sel kanker juga mempengaruhi sistem retikuloendotelial yang dapat menyebabkan

gangguan sistem pertahanan tubuh, sehingga mudah mengalami infeksi. Adanya sel kaNker juga

mengganggu metabolisme sehingga sel kekurangan makanan. (Ngastiyah, 1997; Smeltzer &

Bare, 2002; Suriadi dan Rita Yuliani, 2001, Betz & Sowden, 2002).

2.1.4 Manifestasi Klinis

Manifestasi klinik dari acut limphosityc leukemia antara lain:

1. Pilek tak sembuh-sembuh

2. Pucat, lesu, mudah terstimulasi

3. Demam, anoreksia, mual, muntah

4. Berat badan menurun

5. Ptechiae, epistaksis, perdarahan gusi, memar tanpa sebab

6. Nyeri tulang dan persendian

7. Nyeri abdomen

8. Hepatosplenomegali, limfadenopati

9. Abnormalitas WBC

10. Nyeri kepala

(Mansjoer, A, 2000)

2.1.5 Pemerikasaan Diagnostik

Pemeriksaan diagnostik yang lazim dilakukan pada anak dengan acut limphosityc leukemia

adalah:

1. Pemeriksaan sumsum tulang (BMP / Bone Marrow Punction):

a. Ditemukan sel blast yang berlebihan

b. Peningkatan protein

2. Pemeriksaan darah tepi

a. Pansitopenia (anemia, lekopenia, trombositopneia)

b. Peningkatan asam urat serum

c. Peningkatan tembaga (Cu) serum


d. Penurunan kadar Zink (Zn)

e. Peningkatan leukosit dapat terjadi (20.000 – 200.000 / µl) tetapi dalam bentuk

sel blast / sel primitif

3. Biopsi hati, limpa, ginjal, tulang untuk mengkaji keterlibatan / infiltrasi sel kanker ke organ

tersebut

4. Fotothorax untuk mengkaji keterlibatan mediastinum

5. Sitogenik:

50-60% dari pasien ALL dan AML mempunyai kelainan berupa:

a. Kelainan jumlah kromosom, seperti diploid (2n), haploid (2n-a), hiperploid

(2n+a)

b. Bertambah atau hilangnya bagian kromosom (partial delection)

c. Terdapat marker kromosom, yaitu elemen yang secara morfologis bukan

komponen kromosom normal dari bentuk yang sangat besar sampai yang

sangat kecil (Betz, Sowden. (2002).

2.1.6 Penatalaksanaan Acut Lymphoblastic Leukimia (ALL)

Secara umum, pengobatan ALL adalah kemoterapi. Kemoterapi pada ALL dibagi menjadi

beberapa tahap, tahap pertama adalah tahap induksi yang diberikan pada pasien selama 4-6

minggu di rumahsakit, selanjutnya tahap konsolidasi dan dilanjutkan dengan tahap pemeliharaan

dengan total perawatan selama 2-3 tahun (Ward et al,2014).

Salah satu gejala yang dialami oleh penderita ALL saat kemoterapi adalah perasaan lemah /

kelelahan. Kehilangan hemoglobin dan kortikosteroid merupakan faktor penyebab kelelahan

tersebut, masalah ini akan terjadi dalam 5 hari setelah kemoterapi ( Yeh et al, 2008 ). Terapi

komplementer yang digunakan untuk mengurangi rasa lelah pasien LLA diantaranya adalah Yoga,

akupunktur, pijat, terapi sentuhan, terapi musik, relaksasi dan hypno-parenting ( Bower et al,2014 ).
2.2 HYPNOPARENTING

1.2.1 Definisi

Hypnosis dan parenting jika digabungkan menjadi hypno–parenting, hypno–

parenting menurut Setyono (2006) adalah suatu yang menggabungkan pengetahuan

tentang mendidik dan membesarkan anak dengan pengetahuan hipnosis. Menurut

Arismantoro (2008) mendidik kemandirian anak dengan menggunakan hypnoparenting

adalah suatu usaha yang dilakukan oleh orangtua dan pendidik dengan memetakan dan

membuat sistemasi atas segala hal yang berhubungan dengan tugas sebagai orangtua

ditinjau dari sudut pandang kerja pikiran dan pengaruh agar anak dapat mandiri dan siap

menghadapi masa depannya. Maksudnya adalah orangtua senantiasa mendidik anak

dengan segala strategi yang digunakan, agar anak di kemudian hari dapat mandiri dan

siap menghadapi masa depan.

Secara lebih luas, Navis (2013: 152) menyatakan bahwa hypnoparenting adalah

metode parenting, mendidik, dan pola asuh anak yang dilakukan dengan metode

hipnosis, yaitu dengan memanfaatkan penurunan frekuensi gelombang otak anak untuk

diberi sugesti positif. Harapannya, dengan sudut, keyakinan, dan pembahasan baru, kita

dapat mengubah perilaku negatif anak menjadi perilaku yang positif. Teknik

hypnoparenting sangat sistematis dan sederhana. Penerapannya sangatlah mudah,

asalkan tahu teknik yang benar dan tepat. Hypnoparenting sangat efektif, asalkan

orangtua menyediakan lingkungan kondusif bagi tubuhnya program yang disugestikan.

Ukuran keberhasilan dapat langsung terlihat dalam pola perilaku yang berubah sesuai

dengan yang disugestikan. Hal yang dibutuhkan dalam penerapan hypnoparenting

adalah komitmen orangtua, pengondisian lingkungan, dan wacana yang seimbang

sehingga, orangtua tahu apa yang terjadi dalam pikiran seorang anak

Peristiwa terjadi saat orangtua menggunakan teknik hypnoparenting menurut

Santioso (2012: 72) yaitu:

a. Komunikasi secara mental melalui alam bawah sadar anak.


b. Kalimat-kalimat afirmatif yang disampaikan ketika anak sedang dalam kondisi

rileks.

c. Tindakan dan tingkah laku balita masih sangat banyak dipengaruhi alam

bawah sadarnya. Itu sebabnya, mereka begitu polos dan spontan, serta

mudah diprogram (diberi sugesti) oleh orangtuanya.

d. Pikiran anak balita ibarat spons yang sangat mudah menyerap apapun yang

terdengar, terlihat, dan terasa.

e. Orangtua menanamkan sugesti melalui kalimat-kalimat afirmasi sesuai

kebutuhan anak, langsung ke alam bawah sadar sesuai sugesti tersebut.

Otak manusia memancarkan frekuensi tertentu untuk setiap kondisi. ada

empat macam gelombang yaitu, yang paling rendah adalah gelombang delta

yang mempunyai kisaran frekuensi antara 0,1 Hz– 4 Hz gelombang ini kita alami

saat tidur nyenyak tanpa mimpi. Gelombang berikutnya adalah gelombang theta

yang mempunyai kisaran frekuensi antara 4 Hz – 8 Hz. Pada kondisi ini ide-ide

kreatif dan inisiatif muncul. Informasi yang diterima saat otak dalam kondisi

seperti ini akan langsung menjangkau bawah sadar dan tersimpan dalam memori

jangka panjang, karena itu kondisi seperti ini disebut kondisi yang sangat

sugestif. Frekuensi theta juga akan muncul saat kita dalam kondisi meditasi atau

tidur dengan mimpi. Jika kesadaran kita lebih naik lagi, munculah gelombang

alpha yang frekuensi berkisar antara 8 Hz sampai 12 Hz. Pada kondisi ini, pikiran

hanya dapat terpusat pada satu perhatian. Kondisi ini dapat terjadi ketika

kitaberdo’a. Jika gelombang mencapai frekuensi 12 Hz lebih, maka kita berada

pada kondisi gelombang beta. Pada gelombang beta, kita dapat mencurahkan

pikiran ke banyak hal. Pada anak usia sekitar 5 tahun, gelombang otak mayoritas

berada pada gelombang alpha dan theta. Setyono (2006) teknologi pikiran

menyebut fase itu sebagai fase “pra-kritis”. Informasi diserap dan diintegrasikan

tanpa pertanyaan. Pada fase pra-kritis ini apapun yang dilihat, dan didengar

dirasakan oleh anak akan langsung masuk dan mengendap dalam pikiran bawah
sadar. Dalam masa ini anak sangat tersugestif terhadap apapun. Pada masa ini

pula, masa depan anak mulai dibentuk.

Kondisi hypnosis dicapai saat gelombang otak berada digelombang alpha

dan theta. Jadi pada dasarnya hypnosis adalah suatu seni komunikasi yang

mengarahkan subjek menuju suatu kondisi relaksasi, sehingga gelombang otak

subjek perlahan-lahan turun dan dijaga pada kondisi gelombang alpha dan theta.

Saat seorang anak akan mulai memasuki gelombang otaknya perlahan akan

turun dan mulai memasuki wilayah gelombang alpha. Ciri-ciri fisik yang dapat kita

lihat adalah apa yang disebut REM (Rapid Eye Movement), yaitu getaran kelopak

mata yang cepat saat mata dalam keadaan tertutup dan mengantuk. Saat berada

dalam wilayah alpha dan theta tubuh anak akan dapat melakukan proses

regenerasi sel dengan jauh lebih baik dan lebih sempurna. Karena itu, jika

orangtua dapat membantu seorang anak memasuki wilayah gelombang otak

alpha dan theta, kemudian mengajarinya suatu pengetahuan saat dalam kondisi

ini, apa yang diterimanya akan langsung dapat diproses dengan mudah. Saat

subjek dalam wilayah otak alpha dan theta. Pada kondisi ini, semua perhatiannya

hanya tertuju pada satu titik, yaitu pemberi informasi. Semua panca inderanya

bekerja sama menangkap informasi yang baru masuk dan dicerna langsung

setelah diproses dengan sangat cepat untuk kemudian disimpan dalam memori

jangka panjang

1.2.2 Manfaat Hypnoparenting

Terdapat banyak manfaat ketika menggunakan hypnoparenting. Menurut

Navis (2013: 155) terdapat beberapa manfaat hypnoparenting:

a. Menjalin komunikasi antara anak dan orangtua. Komunikasi adalah kunci dari

segala bentuk hubungan dan interaksi. Baik yang terjadi secara verbal (kata-

kata) ataupun non-verbal (bahasa tubuh). Dengan hypnoparenting, orangtua

dapat meminimalisir terjadinya mis-komunikasi dengan anak, jadi hubungan

keduanya akan terjalin dengan lebih hangat dan intens.


b. Mendesain pikiran bawah sadar anak dengan program baik yang diinginkan

orangtua. Harapannya dengan mengatahui metode hypnoparenting,orangtua

dapat menjadi model yang baik bagi anaknya, sehingga anak memiliki

karakter, perilaku yang baik seperti orangtua yang ia lihat, dengar, dan

rasakan.

c. Membantu orangtua untuk menjadi lebih sabar, tenang, fokus dan terpusat

saat mengatasi kejutan tingkah laku, karakter, atau kepribadian anak.

d. Mengetahui cara efektif untuk mengubah dan merevolusi kegiatan, aktifitas

sekaligus kebiasaan negatif anak.

1.2.3 Prosedur Pelaksanaan Hypnoparenting

1) Pre Talk

Merupakan tahapan awal ketika orangtua atau terapis mulai menggali masalah

lebih detail, dengan cara bertanya mengapa terjadi, kapan, bagaimana bisa terjadi,

dimana, siapa dan sebagainya. Tahapan ini memakan waktu cukup lama.

2) Pre Induction

Pada tahap ini anak merasa nyaman. Sandarkan anak pada kursi dalam ruangan

yang nyaman, perdengarkan musik, lalu usap punggung dan kepalanya, buat anak

merasa tanang.begitu mata dan tubuh tidak digerakka dan anak tidak menelan

ludahnya, minta dia menarik nafas, lepaskan dan anak akan merasa lebih tenang.

Minta dia menghitung mundur angka 100, kebanyakan anak pada hitungan ke 60

dia sudah tidak bergerak lagi.

3) Induction

Tanyakan kepada anak “Apakah mendengar suara bunda? Jika iya

menggangukkalah” Jika dia menjawab dengan lemah atau tidak menjawab berarti

dia sudah masuk ke gelombang alpha. Dalam kondisi ini, anak seperti sedang

dibius dan biasanya mendengar suara dengan sayub-sayub. Selalu pantau kondisi

fisiologis anak, pastikan anak tidak sampai tertidur. Biasanya bola matatanya masih

bergerak atau berubah posisi dan tubuh tetap bergerak atau berubah posisinya.
Pada gelombang ini, 80-90 % aktivitas otak kiri mulai melamban sehingga

penolakan menjadi berkurang dan anak menurut, tetapi belum bisa dimasukkan

sugesti.

4) Sugesti

Jika anak sudah tidak berkedip-kedip lagi, tidak menelan ludah dan tidak

menggeser posoisi tubuhnya, saat itulah anak telah masuk dalam gelombang tetha.

Dan ini adalah saat yang tepat untuk memasukkan sugesti.

Cegah anak tertidur atau masuk ke gelombang delta, karena sugesti yang

diberikanmenjadi sia-sia. Begitu dia mulai mendengkur minta dia menarik nafas

dan segera masukkan sugesti. Gunakansugesti yang bernada menegangkan,

gunakan suara perut dan tancapkan sugesti positif. Otak seseorang cerdas namun

tidak mampu menerjemahkan kata “tidak” atau “jangan” misalnya saat anak

mengompol anda berkata “nak, jangan mengompol” yang terajadi anak malah

mengompol. Gunakan kata yang konstruktif atau membangun saat memberikan

sugesti, misalnya “Nak, Saat kakimu terasa dingin dan ingin pipis, segeralah

bangun” . Pada tahap ini, anda sedang bicara dengan alam bawah sadar sehingga

lakukan dengan cepat dan efektif.

5) Post Hipnotic Suggestions

Pada tahap ini sugesti mulai dimasukkan, misalnya:

 “Sayang, mulai saat ini saat mama pegang bahu kananmu, maka kamu

akan bergembira dan bersemangat”

 “Saat kamu melihat perawat, kamu akan memberi salam tersenyum

gembira”

 “Saat kamu melihat cairan infus kemoterapi kamu akan bilang dengan

perawat aku siap menjalani kemoterapi dan aku tetap semangat”

 “Mulai saat ini aku akan selalu menjadi anak yang bahagia dan selalu

bersemangat”
 “Saat aku merasa mual muntah aku akan bicara dengan perawat dan

bundaku kalau aku anak yang kuat dan hebat aku pasti bisa”

6) Terminasi

Tahap ini adalah tahap terakhir dalam hypnoparenting. Contohnya:

 “Saat kamu terbangaun maka semua kata-kata yang mama katakan akan

kamu penuhi”

 Tarik nafas dalam-dalam, keluarkan dari telinga. Tarik nafas dalam-dalam

lalu keluarkan lewat hidung. Dalam hitungan ketiga kamu akan terbangun.
BAB III

PEMBAHASAN JURNAL

3.1 Identitas Jurnal

 Authors : Sapariah Anggraini

 Tittle : Hypnoparenting Effects Towards Fatigue As an Impact Of

Chemotherapy Among Pediatric Patients With Acute

Lymphoblastic Leukemia

 Publisher : Jurnal keperawatan Indonesia Vol 21 no 2

 Publication type : Article Journal

 Languange : English

 Publication Online: Juli 2018

3.2. Latar Belakang Jurnal

Prevalensi penyakit kanker berada di angka cukup tinggi, kanker yang

paling sering terjadi pada anak di negara berkembang khususnya Indonesia adalah

Acute Lymphoblastic Leukemia (ALL) dengan kejadian sebesar 20,8 per satu juta

per tahun. Insiden Acute Lymphoblastic Leukemia (ALL) adalah 1/60.000 orang

pertahun, dengan 75% pasien berusia kurang 15 tahun, insiden puncaknya berada

pada usia 3-5 tahun. Di Kalimantan selatan penderita ALL pada usia 4-14 tahun

yang dirujuk ke RSUD Ulin Banjarmasin dari bulan Januari 2016 sampai oktober

2016 sejumlah 257 pasien.

Secara umum, pengobatan untuk ALL adalah kemoterapi. Ini terdiri dari

tahap pertama yaitu tahap induksi yang terjadi di rumah sakit selama 4-6 minggu,

diikuti oleh tahap konsolidasi dan tahap pemeliharaan, dengan total perawatan

selama 2-3 tahun. Salah satu gejala perawatan kemoterapi yang dialami oleh

pasien adalah kelelahan / kelelahan. Masalah utama di antara pasien ALL yang

menjalani perawatan kemoterapi adalah kelelahan. Mereka akan mengalami

pengalaman yang tidak nyaman ini dalam beberapa hari setelah proses itu.
Konsumsi hemoglobin dan kortikosteroid adalah faktor terkait kelelahan sampai

mencapai puncak gejala itu dalam 5 hari setelah kemoterapi (untuk beberapa di

bawah terapi steroid dalam waktu yang bersamaan). Hal ini merupakan fenomena

umum sekarang ini, dan masalah ini tidak menjadi prioritas dalam manajemen

pasien kanker khususnya dalam mengurangi efek samping dari perawatan

kemoterapi. Pasien anak-anak adalah populasi yang rentan yang diabaikan

mengenai masalah itu.

Ada beberapa terapi komplementer untuk mengurangi rasa tidak enak pada

pasien ALL. Salah satu intervensi adalah intervensi tubuh dan pikiran seperti yoga,

akupunktur, pijat, terapi sentuhan, terapi musik, relaksasi, hypnoparenting, dan lain

– lain. Terapi komplementer dengan tujuan khusus untuk meningkatkan tingkat

relaksasi pasien karena kemoterapi adalah hypnoparenting. Hypnoparenting

bekerja untuk menciptakan ketidaksadaran di antara pasien anak. Ini merangsang

neurotransmitter atau bahan kimia di otak untuk menyampaikan, memodulasi, dan

menekan sinyal antara neuron dan sel-sel lain seperti; serotonin, dopamin,

norepinefrin, dan noradrenalin. Bahan kimia menghasilkan hormon untuk diserap

oleh hippocampus dan didistribusikan ke seluruh sel otak. Salah satu hormon yang

diproduksi adalah melatonin, yang dapat membantu untuk rileks, merasakan

kenyamanan, dan mengantuk.

Implementasi hypnoparenting diharapkan dapat mengurangi kelelahan

akibat prosedur kemoterapi. Ini akan berdampak baik bagi pasien. Oleh karena itu,

perawat dapat menghindari pengalaman kelelahan pasien dan meningkatkan

kualitas asuhan keperawatan khusus untuk pasien dengan ALL.

Berdasarkan fenomena tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

tentang efek Hypnoparenting terhadap prevalensi kelelahan sebagai dampak dari

kemoterapi pada pasien anak dengan Leukemia Limfoblastik Akut.


3.3. Metode (Method)

Metode pengambilan sampel menggunakan exhaustive sampling. Partisipan

penelitian ini adalah pasien anak-anak dengan kisaran usia 5-12 tahun yang

menderita ALL di bawah perawatan kemoterapi di RSUD Ulin Banjarmasin dari

Mei hingga Juni 2016. Kriteria eksklusi adalah pasien ALL yang tidak mengikuti

perawatan kemoterapi dan pasien ALL yang menjalani perawatan kemoterapi

dengan Glasgow Coma Scale di bawah 13.

Pasien ALL dengan criteria inklusi akan diukur tingkat kelelahan untuk

menentukan skor pertama dengan memanfaatkan Skala Kelelahan Multi dimensi

(Varni, 2014). Kemudian, mereka diintervensi dengan hypnoparenting. Terakhir,

peneliti mengukur tingkat kelelahan setelah intervensi. Intervensi hypnoparenting

dilakukan 3 kali seminggu selama 10-15 menit di sore hari. Skor atau tingkat

kelelahan sebelum dan sesudah intervensi akan dibandingkan.

Untuk memenuhi validitas konten peneliti melakukan proses penerjemahan

(proses terjemahan dari bahasa Inggris ke bahasa Indonesia dan kemudian dari

bahasa Indonesia kebahasa Inggris) pada Pediatric Quality of Life Inventory

(PedsQL) Skala Kelelahan Multi dimensi. Tujuannya adalah untuk memastikan

bahwa transfer bahasa yang dilakukan oleh peneliti cocok dengan isi instrumen

yang sebenarnya dengan mempertimbangkan instrumen yang digunakan dalam

bahasa Inggris.

Inventaris Kualitas Kehidupan Anak (PedsQL) Skala Kelelahan Multi

dimensi adalah kuesioner yang digunakan untuk mengukur tingkat rotasi secara

umum, sebaliknya, tidur dan istirahat kognitif. Kuisioner ini telah digunakan dalam

penelitian terkait dengan umpan pada anak-anak. Beberapa penelitian telah

menguji Skala Kelelahan Multi dimensi berdasarkan pengukuran Skala Kelelahan

multi dimensi dalam mengukur kelelahan yang baik yang berasal dari anak-anak

maupun dari laporan orang tua. Penelitian ini dilakukan pada anak usia 8-18

tahun sebanyak 216 responden. Hasil penelitian ini menunjuk kanbahwa tingkat
keandalan instrument Skala Kelelahan Multi dimensi adalahdari 0,70-0,90 untuk

dimensi tidur / istirahat (laporan anak-anak menunjukkan α = 0,55) (Nascimento,

et al., 2015).

Kelelahan dapat dinilai menurut laporan dari pasien itu sendiri. Instrumen ini

dapat diterapkan untuk pasien anak dengan kisaran usia 5-12 tahun. Kuesioner

Ini terdiri dari 18 item pertanyaan termasuk tiga dimensi seperti; kelelahan secara

umum (6 pertanyaan), kelelahan saat tidur ataut idur siang (6 pertanyaan) dan

kelelahan dalam respon kognitif (6 pertanyaan). Para pasien ditanya tentang

intensitas kelelahan mereka dalam seminggu dengan skala likert 0–4. Kuisioner

ini akan diisi oleh peneliti sesuai dengan tanggapan dari responden. Jika setiap

pertanyaan dijawab dengan "tidak pernah" maka skornya adalah 0; "Hampir

bukan masalah" adalah 1, jarang diberi 2 poin, dan sering diberi 3 poin, dan

terakhir "selalu" dengan 4 poin. Untuk pasien kurang dari 5-7 tahun ditanya

tentang intensitas kelelahan selama seminggudengan 3 poin dalam skala likert.

Hypnoparenting dilakukan sesuai dengan prosedur operasi standar (SOP).

Itu diimplementasikan dalam 10-15 menit. Pengambilan data Ini dibagi menjadi 3

tahap: tahap pra-induksi, trance, sugesti otomatis, pasca-hipnosis, dan terminasi

(Faeni, 2015).

Dalam penelitian ini, kuesioner digunakan untuk mengetahui karakteristik

responden yang terdiri dari jumlah responden (nomor rekam medis), usia, jenis

kelamin, rasa sakit dan kecemasan anak serta beberapa data pelengkap dari

status rekam medis yang pertama kali didiagnosis. dengan leukemia limfoblastik

akut, protocol kemoterapi digunakan dan fase kemoterapi yang anak-anak hidup

saat ini. Untuk menilai nyeri pada usia 5-12 tahun, para peneliti menggunakan

Skala Nyeri Wajah dari Wong-Baker dengan kisaran skor 0-10 dengan

penjelasan berikut: Nilai 0: tidak ada rasa sakit, Nilai 1–3: nyeri ringan, Nilai 4– 6:

Nyeri sedang dan Nilai 7-10: Nyeri parah. Untuk menilai tingkat kecemasan anak-

anak, para peneliti menggunakan Hamilton Rating Scale For Anxiety (HRS-A).
Pengukuran ini berkisar dari 14 kelompok gejala, masing-masing kelompok dirinci

lagi dengan gejala yang lebih spesifik. Setiap skor dari 14 kelompok gejala

dijumlahkan dan penjumlahannya dapat diketahui sampai tingkat kecemasan:

<14: tidak ada kecemasan, 14-20: kecemasan ringan, 21–27: kecemasan sedang

dan> 28: kecemasan tinggi.

Data dianalisis untuk mengukur dan menentukan tingkat kelelahan pasien

sebelum dan sesudah hypnoparenting. Analisis univariat dalam penelitian ini

dilakukan pada usia, jenis kelamin, protocol kemoterapi, nyeridan kecemasan,

dan disajikand alam persentase atau proporsi. Analisis bivariat menggunakan uji-t

dependen atau uji sampel berpasangan dengan nilai p 0,05 dan CI 95%. Data

diproses dan dianalisis menggunakan stata.

3.4. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah pasien anak dengan rentang usia 5-12

tahun yang menderita ALL yang menjalani perawatan kemoterapi di RSUD Ulin

Banjarmasin. Total populasi adalah 30 pasien dan semua pasien direkrut sebagai

subyek penelitian.

3.5. Hasil Penelitian


Partisipan adalah 30 pasien anak yang diizinka oleh orang tua mereka

untuk bergabung dalam penelitian ini. Berdasarkan Tabel 1, karakteristik

responden laki-laki adalah 22 (73,3%) dan perempuan 8 (26,7%), sehingga

semua anak-anak dengan jenis kanker Limphoblastic Leukemia Akut di Rumah

Sakit Ulin Banjarmasin lebih umum pada anak laki-laki dari pada perempuan.

Karakteristik responden berdasarkan usia, sebagian besar anak dengan

kanker Leukemia Limphoblastik Akut di RSUD Ulin Banjarmasin berada pada

rentang usia 5-7 tahun yaitu sebanyak 19 anak (63,3%) dan sisanya berada pada

rentang usia 8-12 tahun sebanyak 11 anak (36,7%). Berdasarkan jenis protocol

kemoterapi yang digunakan pada pasien anak dengan Leukemia Limphoblastik

Akut di RSUD Ulin Banjarmasin, 28 responden (93,3%) menerima protocol risiko

tinggi (risiko tinggi) sementara 2 responden (6,7%) mendapat protocol risiko

standar.

Menurut skor rata-rata di antara pasien dalam kisaran usia 5-12 tahun

dengan ALL sebelum dan sesudah hypnoparenting menunjukkan skor rata-rata

yang berbeda sama dengan 5,30. Nilai P berdasarkan hasil statistic adalah 0,000

dengan 95% CI (2,681-7,919). Oleh karena itu, kesimpulannya adalah; ada

perbedaan yang signifikan pada tingkat kelelahan di antara pasien sebelum dan

sesudah implementasi hypnoparenting.


3.6. Diskusi

berdasarkan hasil Penelitian diatas bahwa terdapat perbedaan yang signifikan

pada tingkat kelelahan di antara pasien sebelum dan sesudah implementasi

hypnoparenting. Hypnoparenting adalah suatu cara yang dilakukan untuk

berkomunikasi pada pikiran bawah sadar anak melalui pemberian sugesti positif

sehingga diharapkan terdapatnya perubahan perilaku anak yang mana tadinya

anak merasa lelah diharapkan menjadi berkurang lelahnya.

Menurut Faeni (2015), metode hypnoparenting tidak hanya dterapkan oleh

orangtua pada anak-anaknya sendiri tetapi juga boleh dilakukan oleh orang lain

seperti : pendidik (guru, dosen), terapis (konselor yang memberikan pengobatan

fisik ataupun terapi psikologis klinik) maupun pengasuh atau orang terdekat.

Pada penelitian ini, hypnoparenting dilakukan oleh tim peneliti sebagai terapis

dan dibantu oleh orangtua. Peneliti melibatkan orangtua terutama dalam hal

pemberian sugesti. Dalam tahapan hypnoparenting yang terdiri dari tahap pre-

induksi, induksi, trance, sugesti, post hypnosis dan terminasi semua tahapan

dilakukan oleh peneliti. Namun, pada tahap sugesti peneliti melibatkan orangtua.

Hal ini dimaksudkan agar orangtua juga dapat ikut terlibat secara langsung dalam

pemberian terapi kepada anak, selain itu juga dimaksudkan untuk meningkatkan

hubungan kedekatan antara orangtua dan anak. Alasan lain peneliti melakukan

sendiri hypnoparenting bukan orangtua yang melakukan dari tahapan awal hingga

akhir adalah peneliti melihat berdasarkan pada latar belakang orangtua responden

yang bervariasi sehingga agar hasil intervensi homogen maka pada tahapan awal

yakni tahap induksi peneliti sendiri yang melakukan intrevensi setelah itu

dilanjutkan melibatkan orangtua pada tahap pemberian sugesti. Menurut Faeni

(2015), menyebutkan bahwa sugesti akan lebih mudah diterima dan tertanam

dalam pikiran bawah sadar anak jika dilakukan oleh orang-orang terdekat anak

terutama orangtuanya.
Hypnoparenting bekerja dengan merangsang anak baik secara fisiologis

maupun psikologis. Secara fisiologis artinya anak akan menjadi mengantuk dan

tubuhnya mulai merasa nyaman dan mensugesti anak secara psikologis artinya

semua rasa sakit, kekecewaan dan kemarahan menjadi hilang. Hal ini terjadi

karena, saat kondisi anak terhipnosis simpul-simpul saraf pada anak menstimulus

neurotransmitter yaitu kimiawi otak yang digunakan untuk me-relay, memodulasi

dan menguatkan sinyal antara neuron dan sel lainnya seperti serotonin,

dophamine, norephinephrine dan noradrenaline. Zat-zat kimia otak tersebut

memproduksi hormon-hormon yang kemudian diserap hippocampus dan

didistribusikan ke seluruh sel-sel otak. Hormon-hormon yang diproduksi antara lain

Endorphin (membuat hati senang, bersemangat, ceria dan memiliki motivasi),

Encyphalein (membuat hati senang, santai, relaks, nyaman dan jauh lebih fokus),

Bheta- endorphin (membuat hati tidak mudah putus asa, cengeng maupun malu

dan lebih percaya diri) dan Melatonine (membuat mata lelah, mengantuk dan

nyaman) (Faeni, 2015). Hormon- hormon tersebut mengatur perilaku dan katup

emosi seseorang, kapan dia menangis, berteriak, marah dan bernyanyi.

Dengan hipnoterapi, fungsi neurotransmitter bekerja dengan optimal sehingga

jumlah hormon- hormon yang diproduksi dapat terjaga dan hippocampus

mendapat asupan yang cukup. Hippocampus adalah bagian penting dari otak

yang terlibat dalam membentuk, mengatur, dan menyimpan memori.

Hipocampus memberikan pelumas bagi neuron- neuron otak. Jika

neurotransmitter berhenti berproduksi lebih dari 2,5 bulan, maka hippocampus

akan mengecil dan layu secara permanen karena tidak adanya asupan hormone.

Kondisi ini dinamakan sebagai nervous breakdown atau kerusakan kejiwaan

permanen. Hal ini berarti dengan hipnoterapi ataupun melalui hipnoparenting

dapat merangsang fisiologis manusia dan mensugesti secara psikologis.

Kondisi hypnosis adalah suatu kondisi dimana perhatian menjadi sangat

terpusat sehingga tingkat sugestibilitas (daya terima saran) meningkat sangat


tinngi. Hipnosis merupakan penembusan area kritik pikiran sadar dan diterimanya

pemikiran tertentu. Seseorang yang dalam kondisi hypnosis akan menampilkan

beberapa karakteristik dan kecenderungan yang berbeda dibandingkan dengan

seseorang yang tidak dalam kondisi hypnosis. Dalam kondisi hipnosis seseorang

cenderung lebih mudah menerima saran atau sugesti. Hipnoterapi bertumpu pada

mekanisme pikiran manusia, yaitu pikiran sadar (conscious) dan pikiran bawah

sadar (subconscious).

Hipnoterapi memberikan arahan, saran, dan sugesti yang membangkitkan

kekuatan diri serta mencerahkan pemikiran-pemikiran kreatif yang langsung

ditujukan terhadap pikiran bawah sadar manusia. Sesuai dengan hal tersebut

dalam penelitian ini didapatkan bahwa hipnoterapi yang melibatkan orangtua

(Hypnoparenting) dapat masuk kedalam pikiran bawah sadar manusia dengan

kalimat yang disampaikan oleh peneliti dan dilanjutkan oleh orangtua, sehingga

memberikan pengaruh bagi pasien kemoterapi yang mendengar dan tertanam

sugesti bahwa pasien tidak mengalami kelelahan, serta lebih bersemangat dalam

menjalani kemoterapi. Hal ini berarti Hypnoparenting merupakan intervensi yang

efektif dalam menurunkan tingkat kelelahan pada pasien yang melakukan

kemoterapi.

Pemberian hypnoparenting tidak dapat dilaksanakan diruang khusus karena

keterbatasan ruangan yang ada di Rumah Sakit sehingga penerapan intervensi ini

dilaksanakan di ruangan rawat pasien sendiri dengan banyak pasien lain dan

keluarganya dalam satu ruangan sehingga peneliti tidak dapat mengontrol tingkat

kebisingan yang ada. Adanya kebisingan ini dikhawatirkan dapat mempengaruhi

dalam pengumpulan data dan menimbulkan bias. Sehingga, untuk meminimalisir

hal tersebut, peneliti melakukan beberapa tindakan untuk mengurangi tingkat

kebisingan ini seperti melaksanakan intervensi tidak disaat jam besuk pasien, atau

pada saat jam istirahat pasien sehingga tidak banyak keluarga pasien yang

berada di ruangan.
3.7. Kesimpulan

Ada penurunan yang signifikan skor rata-rata tingkat kelelahan sebelum dan

sesudah implementasi hypnoparenting. Dalam hal kelelahan umum dan

kelelahan selama tidur / tidur, efek hypnoparenting dapat menurunkan tingkat

kelelahan, sebaliknya implementasi tidak bekerja untuk mengurangi kelelahan

kognitif (HY, YR, INR).

3.8. Jurnal Pendukung

1. Pengaruh Hipnoparenting Terhadap Mual Muntah Akibat Kemoterapi Pada

Anak Dengan Akut Limpoblastik Leukemia.

2. Efektifitas Hipnoterapi Terhadap Penurunan Mual Muntah Pada Pasien

Kemoterapi

No Penulis Tahun Judul Metode Hasil

1 Yendrizal 2014 Pengaruh Desain penelitian Rata-rata nafsu

Jafri Hypnoparenting yang digunakan makan anak usia

Terhadap adalah Quasi prasekolah yang sulit

Peningkatan Eksperimental. makan di Jorong

Nafsu Khususnya pra- Surau Pinang sebelum

Makan Anak Usia pasca tes dalam dilakukan

Prasekolah Yang satu hypnoparenting

Sulit Makan Di kelompok (Time adalah 1,29. Rata-rata

Surau Series Design). nafsu makan

Pinang Sampel dalam anak usia prasekolah

penelitian ini yang sulit makan di

adalah anak Jorong Surau


prasekolah yang Pinang setelah

sulit dilakukan

makandi jorong hypnoparenting

surau pinang adalah 1,79.

yang berjumlah Terdapat pengaruh

14 hypnoparenting

orang. terhadap

peningkatan nafsu

makan anak usi

prasekolah yang

sulit makan dengan

rata-rata perbedaan =

0,5 dan

Pvalue=0,003.

2 Fitria Primi 2019 Pengaruh metode Hasil penelitian

Astuti, Hypnoparenting eksperimen semu menunjukkan bahwa

Widayati, Terhadap (Quasi terdapat penurunan

Isfaizah Penurunan Experimental) eruneris baik yang

Enuresispada dengan sebelum sampai 1

Anak Usia rancangan One minggu dilakukan

Prasekolah Group Pre-test hypnoparenting, 1-2

and Post-test minggu dan 2-3

Desain dengan minggu dilakukan

jumlah sampel 21 hpynoparenting

anak prasekolah. dengan hasil (p <

Analisisnya 0,001, ci 95% =

menggunakan uji 4.042–5.767), 1-2


dependent t-test minggu dilakukan

dikarenakan hypnoparenting

distribusi datanya (p<0.0001, ci 95% =

normal 1.873-2.889), dan 2-3

minggu dilakukan

hypnoparenting

(p=0.0009, CI 95% =

0.135-0.817).

Simpulannya bahwa

hypnorenting dengan

memberikan sugesti

positif pada anak

sangat efektif dalam

mengatasi enuresis

pada anak usia pra

sekolah

3 Hermalinda 2012 Aplikasi Model Metode yang Model konservasi

Konservasi Levine digunakan dalam Levine sangat sesuai

Pada Anak studi ini adalah diaplikasikan pada

Dengan Kanker studi kasus anak dengan kanker

Yang Mengalami dengan yang mengalami

Fatigue Di Ruang mengaplikasikan fatigue karena prinsip-

Perawatan Anak empat prinsip prinsip konservasi

model konservasi pada model ini dapat

Levine dalam memberikan pedoman

memberikan dalam

asuhan mengidentifikasi
keperawatan masalah fatigue,

pada 5 orang menyusun rencana

anak dengan keperawatan untuk

kanker. Aplikasi meningkatkan

model konservasi adaptasi dan

Levine dilakukan mempertahankan

pada kasus keutuhan, dan

leukemia, mengevaluasi hasil

osteosarkoma, tindakan keperawatan

kanker yang telah dilakukan.

nasofaring, dan

lymphoma

hodgkin’s.

4 Hilman 2014 Pengaruh Terapi concecutive Hasil penelitian

Syarif Akupresur sampling dan menunjukkan

Terhadap Mual penentuan penurunan rata- rata

Muntah Akut kelompok mual muntah akut

Akibat Kemoterapi intervensi dan setelah akupresur

Pada Pasien kontrol pada

Kanker; menggunakan kelompok intervensi

A Randomized randomisasi signifikan lebih besar

Clinical Trial alokasi subjek dibanding dengan

sederhana. kelompok kontrol (p

Sampel penelitian value=0,000).

berjumlah 44 Kesimpulan

orang responden, secara signifikan

terdiri dari 22 akupresur dapat


responden menurunkan mual

sebagai kelompok muntah akut akibat

intervensi yang kemoterapi pada

dilakukan terapi pasien kanker yang

akupresur dilakukan akupresur

sebanyak tiga kali dibandingkan dengan

sehari, dan 22 kelompok kontrol.

responden

sebagai kelompok

kontrol. Pengujian

perbedaan

penurunan

ratarata

skor mual,

muntah dan mual

muntah akut pada

kelompok

intervensi dan

kelompok kontrol

menggunakan

uji T test.

3.9. Kekurangan dan Kelebihan jurnal

a. Kekurangan

 Tidak ada metode yang lebih objektif atau orang lain selain dari peneliti yang

melakukan pengukuran sebelum dan sesudah intervensi hypnoparenting.


 Peneliti juga tidak punya cukup waktu untuk mengumpulkan banyak data untuk

mendapatkan lebih dari 30 responden, sehingga karakteristik responden tidak

bervariasi.

 Implementasi hypnoparenting tidak dilakukan di ruang khusus karena keterbatasan

ruangan di rumah sakit. Oleh karena itu pelaksanaannya selesai di bangsal anak

dengan banyak pasien lain dengan orang tua mereka di ruangan yang sama

 Peneliti tidak dapat mengendalikan kerumunan di sekitar ruangan itu.

b. Kelebihan

 Jumlah sampel dalam penelitian ini sangat banyak sehingga hasil yang diperoleh

bisa representatif.

3.10. Tantangan

 Beberapa kekuatan dari penelitian ini adalah penggunaan quasi experimental

dengan desain sebelum dan sesudah penelitian.

 Hypnoparenting dilakukan sesuai dengan standar prosedur operasi (SPO)

yaitu 10-15 menit. Dibagi menjadi 3 tahap: tahap pra-induksi, trance, auto

suggestion, post-hypnosis, dan terminasi.

3.11. Implikasi di Indonesia

Kemoterapi merupakan salah satu terapi efektif untuk kanker pada anak,

terutama kanker darah atau leukemia. Efek samping pemberian kemoterapi

diantaranya mual-muntah, anoreksia, mielosupresi, kelelahan, alopecia (kebotakan)

dan mukositis (sariawan berat). Di antara berbagai efek samping kemoterapi yang

paling sering dikeluhkan oleh pasien kanker adalah fatigue (kelelahan).

Selama menjalani pengobatan kanker, pasien tentu mengalami kelelahan,

termasuk pada pasien anak. Tetapi, kelelahan selama pengobatan kanker dapat

dikurangi dengan mengatasi penyebabnya, antara lain nyeri, kecemasan, masalah


nutrisi, masalah tidur, kurangnya aktifitas dan ketidaktahuan menghemat tenaga.

Pasien anak yang berkurang kelelahannya akan mempengaruhi proses terapi

kanker. Sebaliknya, pasien anak yang terus mengalami kelelahan akan

mempengaruhi kebugaran, aktifitas termasuk sekolah dan kondisinya menurun. Jika

dibiarkan, kelelahan akan menurunkan kualitas hidup anak, untuk itu, mengelola

kelelahan pada pasien kanker anak menjadi bagian dari asuhan keperawatan.

Dengan tetap melibatkan pasien serta keluarganya.

Hasil penelitian dalam jurnal ini sangat feasible untukditerapkan di rumah

sakit, karena metode hypnoparenting ini sederhana, mudah, murah, tidak invasif,

tidak merugikan dan efektif dilakukan oleh perawat maupun orang tua dengan

memberikan sugesti pada anak. Metode hypnoparenting yang ditawarkan dalam

jurnal untuk penanganan kelelahan selama pasien anak menjalani pengobatan

kanker, implikasinya di Indonesia telah sejak lama dipraktikkan dan diterapkan

secara nyata. Bahkan metode hypnoparenting ini menjadi alternatif untuk mengubah

berbagai perilaku negatif anak. Orang tua yang beranggapan anaknya mempunyai

masalah berupa susah makan, kecanduan game, malas belajar, membangkang,

tidak percaya diri, mengompol dll menggunakan metode hypnoparenting ini sebagai

cara efektif mengatasi berbagai masalah tersebut pada anak.

Penelitian tentang hypnoparenting pada anak telah banyak dilakukan di

Indonesia dan terbukti mampu mengatasi berbagai masalah pada anak. Hasil

penelitian Chrisnawati, et.al (2019), tentang pengaruh hypnoparenting terhadap mual

muntah akibat kemoterapi pada anak dengan akut limpoblastik leukemia

menunjukkan bahwa hypnoparenting memiliki keefektifan yang signifikan dalam

menurunkan mual muntah akibat kemoterapi pada anak ALL, dengan rata-rata

skormual-muntah sebelum dan sesudah dilakukan hypnoparenting P value 0,001

(P<0,05). Studi penelitian lainnya tentang hypnoterapi juga telah diteliti oleh

beberapa pihak dan terbukti efektif pada beberapa masalah anak lainnya antara lain

penanganan stres hospitalisasi anak usia dini (Henny PujiAstuti, 2018). Berdasarkan
analisa kedua penelitian diatas diketahui bahwa penggunaan metode hypnoterap

imenunjukkan hasil yang spesifik sehingga bisa diaplikasikan dan dilakukan secara

mandiri oleh keluarga maupun dengan bantuan Perawat. Disarankan kepada instansi

.
Daftar Pustaka

Pratomo, Dewi, Dr. 2012. Hypnoparenting. Qanita (Mizan).

Anggraini S, 2018. Hypnoparenting Effects Towards Fatigue As an Impact Of Chemotherapy Among

Pediatric Patients With Acute Lymphoblastic Leukemia. Jurnal Keperawatan indonesia Vol 21

hal 77-78

Chrisnawati dkk, 2018 Pengaruh Hypnoparenting Terhadao Mual Muntah Akibat Kemoterapi pada

anak dengan ALL, STIKES Suaka Insan Banjarmasin.

Anda mungkin juga menyukai