Oleh :
KELOMPOK 2
PENDAHULUAN
pada bayi (< 1 tahun) prevalensi penyakit kanker berada di angka cukup tinggi, namun pada umur
lebih tinggi antara 1 sampai 14 tahun persentase menurun di angka 0.1 per 1.000 dan kembali
meningkat pada kisaran umur 15 tahun (≥ 15 tahun) pada angka 0.6 per 1.000. kanker yang paling
sering terjadi pada anak di negara berkembang khususnya Indonesia adalah Acute Lymphoblastic
Leukemia (ALL) dengan kejadian sebesar 20,8 per satu juta per tahun (Isselbacher et al., 2000).
Tren kasus leukemia pada anak terus meningkat tiap tahunnya. Di Indonesia pada tahun
2014 angka kasus mencapai 144 pasien baru. Tahun berikutnya rumah sakit menerima
pendaftaran baru sebanyak 206 pasien kanker pada anak-anak, angka ini meningkat lagi pada
tahun 2016 menjadi 252 kasus baru. Dari jumlah tersebut leukemia menduduki peringkat pertama
sebagai kanker paling menghantui usia anak-anak. Insiden Acute Lymphoblastik Leukemia (ALL)
1/60.000 pertahunnya dengan 75% pasien berusian dibawah 15 tahun, Insiden puncaknya berada
Leukemia merupakan suatu keganasan pada alat pembuat sel darah berupa poliferasi
patologis sel hemopoetik muda yang ditandai oleh adanya keganasan sumsum tulang dalam
membentuk sel darah normal dan adanya infiltrasi ke haringan tubuh yang lain. Leukemia akut
ditandai dengan suatu perjalanan penyakit yang sangat cepat, mematikan dan memburuk jika tidak
ditangani secara cepat maka penderita dapat meninggal dalam hitungan minggu bahkan hari
sedangkan leukemia kronik memiliki perjalanan penyakit tidak begitu cepat sehingga memiliki
harapan hidup yang lebih lama hingga lebih dari 1 tahun bahkan dapat mencapai 5 tahun
(Hoffbrand,2011)
Penanganan dari penyakit leukemia Limfoblastik akut pada anak harus ditangani serius
dengan melihat banyaknya anak yang terkena ALL. Secara umum pengobatan untuk anak dengan
Acute Lymphoblastic Leukemia adalah kemoterapi, meliputi kemoterapi tahap awal yaitu tahap
induksi di rumah sakit selama 4-6 minggu kemudian dilanjutkan dengan tahap konsilidasi dan
tahap pemeliharaan (maintenance), dengan total lama pengobatan selama 2 sampai 3 tahun
(Ward et al., 2014). Kemoterapi merupakan pengobatan yang sistemik oleh karena itu obat yang
diberikan tidak langsung mengenai tumor atau kanker tetapi juga mengenai jaringan normal.
Dampak fisiologis dari kemoterapi pada anak yang dapat terjadi adalah alopesia (rambut rontok),
mual muntah, penurunan nafsu makan, sariawan, diare, kelelahan dan peningkatan factor resiko
infeksi lainnya.
Kelelahan merupakan salah satu dampak atau gejala yang paling sering muncul pada saat
pengobatan kemoterapi. Kelelahan yang dialami oleh anak dapat mempengaruhi kemampuan
menyebabkan anak kehilangan kepercayaan diri dalam melakukan tugas perkembangan sesuai
dengan usianya yang berdampak terhadap interpersonal anak. Hal ini dapat menyebabkan anak
menjadi stres. Oleh karena itu butuh dukungan dari petugas kesehatan dan orang tua dalam
menangani kelelahan pada anak yang menjalani kemoterapi. Salah satu penanganan yang dapat
dilakukan oleh orangtua dalam mengatasi kelelahan pada anak adalah dengan melakukan teknik
hypnoparenting.
Teknik hypnoparenting adalah metode parenting, mendidik, dan pola asuh anak yang
dilakukan dengan metode hipnosis, yaitu dengan memanfaatkan penurunan frekuensi gelombang
otak anak untuk diberi sugesti positif. Dalam melaksanakan teknik ini, orang tua memberikan
sugesti-sugesti positif yang secara langsung mengakses pikiran bawah sadar anak sehingga
membangun sugesti positif yang akan membuat anak menjadi lebih segar dan rileks sehingga rasa
lelah yang timbul akibat tindakan kemoterapi dapat berkurang. Teknik hypnoparenting juga
bermanfaat dalam mengurangi rasa sakit pada anak sehingga dengan berkurangnya rasa sakit
maka tingkat stress pada anak akan menurun dan dapat meningkatkan daya tahan tubuh.
acute lymphoblastic leukemia (ALL). Oleh karena itu penulis tertarik untuk melakukan
ini sebagai topik yang kami pilih dalam sharing jurnal keperawatan anak.
1.2 Rumusan Masalah
Apakah hasil penelitian dari jurnal yang berjudul “Hypnoparenting Effects Towards
1.3 Tujuan
Tujuan dari penyusunan makalah ini adalah untuk menyajikan trend dan issue teknik
penanganan yang dapat dilakukan oleh perawat dan orangtua dalam mengatasi
kelelahan pada anak dengan acute lymphoblastic leukemia (ALL) yang menjalani
artikel ilmiah terbaru. Perawat dapat mengaplikasikan metode perawatan ini dan
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Definisi
Acut Lymphoblastic Leukemia ( ALL) merupakan salah satu penyakit kanker yang
mempunyai prevalensi tertinggi di derita oleh anak-anak. Dengan jumlah prevalensi adalah 20,8
pasien dalam sejuta selama setahun (Isselbacher et al., 2000). Insiden Leukemia Limfoblastik
Akut adalah 1 / 60.000 orang / tahun dengan 75% pasien berusia kurang dari 15 tahun, insiden
tertinggi adalah pada usia 3-5 tahun (Hoffbrand & Paul, 2011).
Leukemia adalah suatu penyakit proliferasi neoplastik yang sangat cepat dan progresif,
yang ditandai oleh proliferasi abnormal dari sel-sel hematopoitik yang menyebabkan infiltrasi
yang progresif pada sumsum tulang (Mediarty, 2003). Leukemia Limfositik Akut adalah penyakit
yang berkaitan dengan sel jaringan tubuh yang tumbuhnya berlebihan dan berubah menjadi tidak
normal serta bersifat ganas, yaitu sel-sel sangat muda yang seharusnya membentuk limfosit
berubah menjadi ganas (Rulina, 2003). Leukemia Limfositik Akut (ALL) dianggap sebagai suatu
proliferasi ganas limfoblas. Paling sering terjadi pada anak-anak dengan laki-laki lebih banyak
dibanding perempuan, dengan puncak insidensi pada usia 4 tahun, setelah usia 15 tahun
Leukemia Limfositik Akut jarang terjadi (Smeltzer, 2001 : 955). Leukemia Limfositik Akut adalah
leukemia yang berkembang cepat dan progresif ditandai dengan penggantian sumsum tulang
normal oleh sel-sel blas yang dihasilkan dari pembelahan sel-sel induk (stem sel) yang
bertransformasi maligna. Leukemia pada anak sebagian besar (95 %) merupakan bentuk akut
2.1.2 Etiologi
kebanyakan penderita, beberapa faktor resiko berhubungan terjadinya kanker darah bisa
melalui :
1. Bersifat Herediter
Ada insiden yang meningkat pada beberapa penyakit herediter, khususnya sindrom
anak-anak yang ibunya menerima sinar X abdomen selama hamil yang terdapat
3. Perubahan Kromosom
Perubahan kromosom paling banyak ditemukan pada leukemia baik yang akut
maupun yang kronik. Sekarang kelainan kromosom pada leukemia dianggap sebagai
Biasanya dilakukan pada penderita limfoma Hodgkin yang diberi kemoterapi dengan
5. Zat Kimia
Terpapar zat kimia yang kronis dapat menyebabkan displasia sumsum tulang
menyebabkan leukemia.
6. Infeksi Virus
Pada manusia terdapat bukti yang kuat untuk etiologi virus. HTLV (The Human T
Leukemia Virus) dan retro jenis CRNA, ditunjukkan oleh mikroskop elektron dan oleh
kultur pada sel penderita dengan jenis khusus leukemia/limfoma sel T. (Mediarty,
2003).
Limfosit Akut anak (Nelson, 2000). Abnormalitas genetika merupakan kondisi yang
memainkan peran penting dalam penyebab ALL. Hal ini meliputi kelebihan kromosom
(pembentukan gen-gen yang berubah/disregulasi gen dan inaktifasi gen penekan tumor).
and Wong,2000).
2.1.3 Patofisiologi
Komponen sel darah terdiri atas eritrosit atau sel darah merah (RBC) dan leukosit atau sel
darah putih (WBC) serta trombosit atau platelet. Seluruh sel darah normal diperoleh dari sel
batang tunggal yang terdapat pada seluruh sumsum tulang. Sel batang dapat dibagi ke dalam
lymphpoid dan sel batang darah (myeloid), dimana pada kebalikannya menjadi cikal bakal sel
yang terbagi sepanjang jalur tunggal khusus. Proses ini dikenal sebagai hematopoiesis dan terjadi
di dalam sumsum tulang tengkorak, tulang belakang., panggul, tulang dada, dan pada proximal
LLA meningkat dari sel batang lymphoid tungal dengan kematangan lemah dan
pengumpulan sel-sel penyebab kerusakan di dalam sumsum tulang. Biasanya dijumpai tingkat
pengembangan lymphoid yang berbeda dalam sumsum tulang mulai dari yang sangat mentah
hingga hampir menjadi sel normal. Derajat kementahannya merupakan petunjuk untuk
menentukan / meramalkan kelanjutannya. Pada pemeriksaan darah tepi ditemukan sel muda
limfoblas dan biasanya ada leukositosis (60%), kadang-kadang leukopenia (25%). Jumlah leukosit
neutrofil seringkali rendah, demikian pula kadar hemoglobin dan trombosit. Hasil pemeriksaan
sumsum tulang biasanya menunjukkan sel-sel blas yang dominan. Pematangan limfosit B dimulai
dari sel stem pluripoten, kemudian sel stem limfoid, pre pre-B, early B, sel B intermedia, sel B
matang, sel plasmasitoid dan sel plasma. Limfosit T juga berasal dari sel stem pluripoten,
berkembang menjadi sel stem limfoid, sel timosit imatur, cimmom thymosit, timosit matur, dan
anak-anak menderita pembesaran kelenjar limfe dan hepatosplenomegali. Sakit tulang juga sering
dijumpai. Juga timbul serangan pada susunan saraf pusat, yaitu sakit kepala, muntah-muntah,
“seizures” dan gangguan penglihatan (Price Sylvia A, Wilson Lorraine Mc Cart, 1995). Sel kanker
menghasilkan leukosit yang imatur / abnormal dalam jumlah yang berlebihan. Leukosit imatur ini
menyusup ke berbagai organ, termasuk sumsum tulang dan menggantikan unsur-unsur sel yang
normal. Limfosit imatur berproliferasi dalam sumsum tulang dan jaringan perifer sehingga
mengganggu perkembangan sel normal. Hal ini menyebabkan haemopoesis normal terhambat,
akibatnya terjadi penurunan jumlah leucosit, sel darah merah dan trombosit. Infiltrasi sel kanker ke
berbagai organ menyebabkan pembersaran hati, limpa, limfodenopati, sakit kepala, muntah, dan
nyeri tulang serta persendian. Penurunan jumlah eritrosit menimbulkan anemia, penurunan jumlah
Adanya sel kanker juga mempengaruhi sistem retikuloendotelial yang dapat menyebabkan
gangguan sistem pertahanan tubuh, sehingga mudah mengalami infeksi. Adanya sel kaNker juga
mengganggu metabolisme sehingga sel kekurangan makanan. (Ngastiyah, 1997; Smeltzer &
Bare, 2002; Suriadi dan Rita Yuliani, 2001, Betz & Sowden, 2002).
7. Nyeri abdomen
8. Hepatosplenomegali, limfadenopati
9. Abnormalitas WBC
(Mansjoer, A, 2000)
Pemeriksaan diagnostik yang lazim dilakukan pada anak dengan acut limphosityc leukemia
adalah:
b. Peningkatan protein
e. Peningkatan leukosit dapat terjadi (20.000 – 200.000 / µl) tetapi dalam bentuk
3. Biopsi hati, limpa, ginjal, tulang untuk mengkaji keterlibatan / infiltrasi sel kanker ke organ
tersebut
5. Sitogenik:
(2n+a)
komponen kromosom normal dari bentuk yang sangat besar sampai yang
Secara umum, pengobatan ALL adalah kemoterapi. Kemoterapi pada ALL dibagi menjadi
beberapa tahap, tahap pertama adalah tahap induksi yang diberikan pada pasien selama 4-6
minggu di rumahsakit, selanjutnya tahap konsolidasi dan dilanjutkan dengan tahap pemeliharaan
Salah satu gejala yang dialami oleh penderita ALL saat kemoterapi adalah perasaan lemah /
tersebut, masalah ini akan terjadi dalam 5 hari setelah kemoterapi ( Yeh et al, 2008 ). Terapi
komplementer yang digunakan untuk mengurangi rasa lelah pasien LLA diantaranya adalah Yoga,
akupunktur, pijat, terapi sentuhan, terapi musik, relaksasi dan hypno-parenting ( Bower et al,2014 ).
2.2 HYPNOPARENTING
1.2.1 Definisi
adalah suatu usaha yang dilakukan oleh orangtua dan pendidik dengan memetakan dan
membuat sistemasi atas segala hal yang berhubungan dengan tugas sebagai orangtua
ditinjau dari sudut pandang kerja pikiran dan pengaruh agar anak dapat mandiri dan siap
dengan segala strategi yang digunakan, agar anak di kemudian hari dapat mandiri dan
Secara lebih luas, Navis (2013: 152) menyatakan bahwa hypnoparenting adalah
metode parenting, mendidik, dan pola asuh anak yang dilakukan dengan metode
hipnosis, yaitu dengan memanfaatkan penurunan frekuensi gelombang otak anak untuk
diberi sugesti positif. Harapannya, dengan sudut, keyakinan, dan pembahasan baru, kita
dapat mengubah perilaku negatif anak menjadi perilaku yang positif. Teknik
asalkan tahu teknik yang benar dan tepat. Hypnoparenting sangat efektif, asalkan
Ukuran keberhasilan dapat langsung terlihat dalam pola perilaku yang berubah sesuai
sehingga, orangtua tahu apa yang terjadi dalam pikiran seorang anak
rileks.
c. Tindakan dan tingkah laku balita masih sangat banyak dipengaruhi alam
bawah sadarnya. Itu sebabnya, mereka begitu polos dan spontan, serta
d. Pikiran anak balita ibarat spons yang sangat mudah menyerap apapun yang
empat macam gelombang yaitu, yang paling rendah adalah gelombang delta
yang mempunyai kisaran frekuensi antara 0,1 Hz– 4 Hz gelombang ini kita alami
saat tidur nyenyak tanpa mimpi. Gelombang berikutnya adalah gelombang theta
yang mempunyai kisaran frekuensi antara 4 Hz – 8 Hz. Pada kondisi ini ide-ide
kreatif dan inisiatif muncul. Informasi yang diterima saat otak dalam kondisi
seperti ini akan langsung menjangkau bawah sadar dan tersimpan dalam memori
jangka panjang, karena itu kondisi seperti ini disebut kondisi yang sangat
sugestif. Frekuensi theta juga akan muncul saat kita dalam kondisi meditasi atau
tidur dengan mimpi. Jika kesadaran kita lebih naik lagi, munculah gelombang
alpha yang frekuensi berkisar antara 8 Hz sampai 12 Hz. Pada kondisi ini, pikiran
hanya dapat terpusat pada satu perhatian. Kondisi ini dapat terjadi ketika
pada kondisi gelombang beta. Pada gelombang beta, kita dapat mencurahkan
pikiran ke banyak hal. Pada anak usia sekitar 5 tahun, gelombang otak mayoritas
berada pada gelombang alpha dan theta. Setyono (2006) teknologi pikiran
menyebut fase itu sebagai fase “pra-kritis”. Informasi diserap dan diintegrasikan
tanpa pertanyaan. Pada fase pra-kritis ini apapun yang dilihat, dan didengar
dirasakan oleh anak akan langsung masuk dan mengendap dalam pikiran bawah
sadar. Dalam masa ini anak sangat tersugestif terhadap apapun. Pada masa ini
dan theta. Jadi pada dasarnya hypnosis adalah suatu seni komunikasi yang
subjek perlahan-lahan turun dan dijaga pada kondisi gelombang alpha dan theta.
Saat seorang anak akan mulai memasuki gelombang otaknya perlahan akan
turun dan mulai memasuki wilayah gelombang alpha. Ciri-ciri fisik yang dapat kita
lihat adalah apa yang disebut REM (Rapid Eye Movement), yaitu getaran kelopak
mata yang cepat saat mata dalam keadaan tertutup dan mengantuk. Saat berada
dalam wilayah alpha dan theta tubuh anak akan dapat melakukan proses
regenerasi sel dengan jauh lebih baik dan lebih sempurna. Karena itu, jika
alpha dan theta, kemudian mengajarinya suatu pengetahuan saat dalam kondisi
ini, apa yang diterimanya akan langsung dapat diproses dengan mudah. Saat
subjek dalam wilayah otak alpha dan theta. Pada kondisi ini, semua perhatiannya
hanya tertuju pada satu titik, yaitu pemberi informasi. Semua panca inderanya
bekerja sama menangkap informasi yang baru masuk dan dicerna langsung
setelah diproses dengan sangat cepat untuk kemudian disimpan dalam memori
jangka panjang
a. Menjalin komunikasi antara anak dan orangtua. Komunikasi adalah kunci dari
segala bentuk hubungan dan interaksi. Baik yang terjadi secara verbal (kata-
dapat menjadi model yang baik bagi anaknya, sehingga anak memiliki
karakter, perilaku yang baik seperti orangtua yang ia lihat, dengar, dan
rasakan.
c. Membantu orangtua untuk menjadi lebih sabar, tenang, fokus dan terpusat
1) Pre Talk
Merupakan tahapan awal ketika orangtua atau terapis mulai menggali masalah
lebih detail, dengan cara bertanya mengapa terjadi, kapan, bagaimana bisa terjadi,
dimana, siapa dan sebagainya. Tahapan ini memakan waktu cukup lama.
2) Pre Induction
Pada tahap ini anak merasa nyaman. Sandarkan anak pada kursi dalam ruangan
yang nyaman, perdengarkan musik, lalu usap punggung dan kepalanya, buat anak
merasa tanang.begitu mata dan tubuh tidak digerakka dan anak tidak menelan
ludahnya, minta dia menarik nafas, lepaskan dan anak akan merasa lebih tenang.
Minta dia menghitung mundur angka 100, kebanyakan anak pada hitungan ke 60
3) Induction
menggangukkalah” Jika dia menjawab dengan lemah atau tidak menjawab berarti
dia sudah masuk ke gelombang alpha. Dalam kondisi ini, anak seperti sedang
dibius dan biasanya mendengar suara dengan sayub-sayub. Selalu pantau kondisi
fisiologis anak, pastikan anak tidak sampai tertidur. Biasanya bola matatanya masih
bergerak atau berubah posisi dan tubuh tetap bergerak atau berubah posisinya.
Pada gelombang ini, 80-90 % aktivitas otak kiri mulai melamban sehingga
penolakan menjadi berkurang dan anak menurut, tetapi belum bisa dimasukkan
sugesti.
4) Sugesti
Jika anak sudah tidak berkedip-kedip lagi, tidak menelan ludah dan tidak
menggeser posoisi tubuhnya, saat itulah anak telah masuk dalam gelombang tetha.
Cegah anak tertidur atau masuk ke gelombang delta, karena sugesti yang
diberikanmenjadi sia-sia. Begitu dia mulai mendengkur minta dia menarik nafas
gunakan suara perut dan tancapkan sugesti positif. Otak seseorang cerdas namun
tidak mampu menerjemahkan kata “tidak” atau “jangan” misalnya saat anak
mengompol anda berkata “nak, jangan mengompol” yang terajadi anak malah
sugesti, misalnya “Nak, Saat kakimu terasa dingin dan ingin pipis, segeralah
bangun” . Pada tahap ini, anda sedang bicara dengan alam bawah sadar sehingga
“Sayang, mulai saat ini saat mama pegang bahu kananmu, maka kamu
gembira”
“Saat kamu melihat cairan infus kemoterapi kamu akan bilang dengan
“Mulai saat ini aku akan selalu menjadi anak yang bahagia dan selalu
bersemangat”
“Saat aku merasa mual muntah aku akan bicara dengan perawat dan
bundaku kalau aku anak yang kuat dan hebat aku pasti bisa”
6) Terminasi
“Saat kamu terbangaun maka semua kata-kata yang mama katakan akan
kamu penuhi”
lalu keluarkan lewat hidung. Dalam hitungan ketiga kamu akan terbangun.
BAB III
PEMBAHASAN JURNAL
Lymphoblastic Leukemia
Languange : English
paling sering terjadi pada anak di negara berkembang khususnya Indonesia adalah
Acute Lymphoblastic Leukemia (ALL) dengan kejadian sebesar 20,8 per satu juta
per tahun. Insiden Acute Lymphoblastic Leukemia (ALL) adalah 1/60.000 orang
pertahun, dengan 75% pasien berusia kurang 15 tahun, insiden puncaknya berada
pada usia 3-5 tahun. Di Kalimantan selatan penderita ALL pada usia 4-14 tahun
yang dirujuk ke RSUD Ulin Banjarmasin dari bulan Januari 2016 sampai oktober
Secara umum, pengobatan untuk ALL adalah kemoterapi. Ini terdiri dari
tahap pertama yaitu tahap induksi yang terjadi di rumah sakit selama 4-6 minggu,
diikuti oleh tahap konsolidasi dan tahap pemeliharaan, dengan total perawatan
selama 2-3 tahun. Salah satu gejala perawatan kemoterapi yang dialami oleh
pasien adalah kelelahan / kelelahan. Masalah utama di antara pasien ALL yang
pengalaman yang tidak nyaman ini dalam beberapa hari setelah proses itu.
Konsumsi hemoglobin dan kortikosteroid adalah faktor terkait kelelahan sampai
mencapai puncak gejala itu dalam 5 hari setelah kemoterapi (untuk beberapa di
bawah terapi steroid dalam waktu yang bersamaan). Hal ini merupakan fenomena
umum sekarang ini, dan masalah ini tidak menjadi prioritas dalam manajemen
Ada beberapa terapi komplementer untuk mengurangi rasa tidak enak pada
pasien ALL. Salah satu intervensi adalah intervensi tubuh dan pikiran seperti yoga,
akupunktur, pijat, terapi sentuhan, terapi musik, relaksasi, hypnoparenting, dan lain
menekan sinyal antara neuron dan sel-sel lain seperti; serotonin, dopamin,
oleh hippocampus dan didistribusikan ke seluruh sel otak. Salah satu hormon yang
akibat prosedur kemoterapi. Ini akan berdampak baik bagi pasien. Oleh karena itu,
penelitian ini adalah pasien anak-anak dengan kisaran usia 5-12 tahun yang
Mei hingga Juni 2016. Kriteria eksklusi adalah pasien ALL yang tidak mengikuti
Pasien ALL dengan criteria inklusi akan diukur tingkat kelelahan untuk
dilakukan 3 kali seminggu selama 10-15 menit di sore hari. Skor atau tingkat
(proses terjemahan dari bahasa Inggris ke bahasa Indonesia dan kemudian dari
bahwa transfer bahasa yang dilakukan oleh peneliti cocok dengan isi instrumen
bahasa Inggris.
dimensi adalah kuesioner yang digunakan untuk mengukur tingkat rotasi secara
umum, sebaliknya, tidur dan istirahat kognitif. Kuisioner ini telah digunakan dalam
multi dimensi dalam mengukur kelelahan yang baik yang berasal dari anak-anak
maupun dari laporan orang tua. Penelitian ini dilakukan pada anak usia 8-18
tahun sebanyak 216 responden. Hasil penelitian ini menunjuk kanbahwa tingkat
keandalan instrument Skala Kelelahan Multi dimensi adalahdari 0,70-0,90 untuk
et al., 2015).
Kelelahan dapat dinilai menurut laporan dari pasien itu sendiri. Instrumen ini
dapat diterapkan untuk pasien anak dengan kisaran usia 5-12 tahun. Kuesioner
Ini terdiri dari 18 item pertanyaan termasuk tiga dimensi seperti; kelelahan secara
umum (6 pertanyaan), kelelahan saat tidur ataut idur siang (6 pertanyaan) dan
intensitas kelelahan mereka dalam seminggu dengan skala likert 0–4. Kuisioner
ini akan diisi oleh peneliti sesuai dengan tanggapan dari responden. Jika setiap
bukan masalah" adalah 1, jarang diberi 2 poin, dan sering diberi 3 poin, dan
terakhir "selalu" dengan 4 poin. Untuk pasien kurang dari 5-7 tahun ditanya
Itu diimplementasikan dalam 10-15 menit. Pengambilan data Ini dibagi menjadi 3
(Faeni, 2015).
responden yang terdiri dari jumlah responden (nomor rekam medis), usia, jenis
kelamin, rasa sakit dan kecemasan anak serta beberapa data pelengkap dari
status rekam medis yang pertama kali didiagnosis. dengan leukemia limfoblastik
akut, protocol kemoterapi digunakan dan fase kemoterapi yang anak-anak hidup
saat ini. Untuk menilai nyeri pada usia 5-12 tahun, para peneliti menggunakan
Skala Nyeri Wajah dari Wong-Baker dengan kisaran skor 0-10 dengan
penjelasan berikut: Nilai 0: tidak ada rasa sakit, Nilai 1–3: nyeri ringan, Nilai 4– 6:
Nyeri sedang dan Nilai 7-10: Nyeri parah. Untuk menilai tingkat kecemasan anak-
anak, para peneliti menggunakan Hamilton Rating Scale For Anxiety (HRS-A).
Pengukuran ini berkisar dari 14 kelompok gejala, masing-masing kelompok dirinci
lagi dengan gejala yang lebih spesifik. Setiap skor dari 14 kelompok gejala
<14: tidak ada kecemasan, 14-20: kecemasan ringan, 21–27: kecemasan sedang
dan disajikand alam persentase atau proporsi. Analisis bivariat menggunakan uji-t
dependen atau uji sampel berpasangan dengan nilai p 0,05 dan CI 95%. Data
Populasi dalam penelitian ini adalah pasien anak dengan rentang usia 5-12
tahun yang menderita ALL yang menjalani perawatan kemoterapi di RSUD Ulin
Banjarmasin. Total populasi adalah 30 pasien dan semua pasien direkrut sebagai
subyek penelitian.
Sakit Ulin Banjarmasin lebih umum pada anak laki-laki dari pada perempuan.
rentang usia 5-7 tahun yaitu sebanyak 19 anak (63,3%) dan sisanya berada pada
rentang usia 8-12 tahun sebanyak 11 anak (36,7%). Berdasarkan jenis protocol
standar.
Menurut skor rata-rata di antara pasien dalam kisaran usia 5-12 tahun
yang berbeda sama dengan 5,30. Nilai P berdasarkan hasil statistic adalah 0,000
perbedaan yang signifikan pada tingkat kelelahan di antara pasien sebelum dan
berkomunikasi pada pikiran bawah sadar anak melalui pemberian sugesti positif
orangtua pada anak-anaknya sendiri tetapi juga boleh dilakukan oleh orang lain
fisik ataupun terapi psikologis klinik) maupun pengasuh atau orang terdekat.
Pada penelitian ini, hypnoparenting dilakukan oleh tim peneliti sebagai terapis
dan dibantu oleh orangtua. Peneliti melibatkan orangtua terutama dalam hal
pemberian sugesti. Dalam tahapan hypnoparenting yang terdiri dari tahap pre-
induksi, induksi, trance, sugesti, post hypnosis dan terminasi semua tahapan
dilakukan oleh peneliti. Namun, pada tahap sugesti peneliti melibatkan orangtua.
Hal ini dimaksudkan agar orangtua juga dapat ikut terlibat secara langsung dalam
pemberian terapi kepada anak, selain itu juga dimaksudkan untuk meningkatkan
hubungan kedekatan antara orangtua dan anak. Alasan lain peneliti melakukan
sendiri hypnoparenting bukan orangtua yang melakukan dari tahapan awal hingga
akhir adalah peneliti melihat berdasarkan pada latar belakang orangtua responden
yang bervariasi sehingga agar hasil intervensi homogen maka pada tahapan awal
yakni tahap induksi peneliti sendiri yang melakukan intrevensi setelah itu
(2015), menyebutkan bahwa sugesti akan lebih mudah diterima dan tertanam
dalam pikiran bawah sadar anak jika dilakukan oleh orang-orang terdekat anak
terutama orangtuanya.
Hypnoparenting bekerja dengan merangsang anak baik secara fisiologis
maupun psikologis. Secara fisiologis artinya anak akan menjadi mengantuk dan
tubuhnya mulai merasa nyaman dan mensugesti anak secara psikologis artinya
semua rasa sakit, kekecewaan dan kemarahan menjadi hilang. Hal ini terjadi
karena, saat kondisi anak terhipnosis simpul-simpul saraf pada anak menstimulus
dan menguatkan sinyal antara neuron dan sel lainnya seperti serotonin,
Encyphalein (membuat hati senang, santai, relaks, nyaman dan jauh lebih fokus),
Bheta- endorphin (membuat hati tidak mudah putus asa, cengeng maupun malu
dan lebih percaya diri) dan Melatonine (membuat mata lelah, mengantuk dan
nyaman) (Faeni, 2015). Hormon- hormon tersebut mengatur perilaku dan katup
mendapat asupan yang cukup. Hippocampus adalah bagian penting dari otak
akan mengecil dan layu secara permanen karena tidak adanya asupan hormone.
seseorang yang tidak dalam kondisi hypnosis. Dalam kondisi hipnosis seseorang
cenderung lebih mudah menerima saran atau sugesti. Hipnoterapi bertumpu pada
mekanisme pikiran manusia, yaitu pikiran sadar (conscious) dan pikiran bawah
sadar (subconscious).
ditujukan terhadap pikiran bawah sadar manusia. Sesuai dengan hal tersebut
kalimat yang disampaikan oleh peneliti dan dilanjutkan oleh orangtua, sehingga
sugesti bahwa pasien tidak mengalami kelelahan, serta lebih bersemangat dalam
kemoterapi.
keterbatasan ruangan yang ada di Rumah Sakit sehingga penerapan intervensi ini
dilaksanakan di ruangan rawat pasien sendiri dengan banyak pasien lain dan
keluarganya dalam satu ruangan sehingga peneliti tidak dapat mengontrol tingkat
kebisingan ini seperti melaksanakan intervensi tidak disaat jam besuk pasien, atau
pada saat jam istirahat pasien sehingga tidak banyak keluarga pasien yang
berada di ruangan.
3.7. Kesimpulan
Ada penurunan yang signifikan skor rata-rata tingkat kelelahan sebelum dan
Kemoterapi
sulit dilakukan
14 hypnoparenting
orang. terhadap
peningkatan nafsu
prasekolah yang
rata-rata perbedaan =
0,5 dan
Pvalue=0,003.
dikarenakan hypnoparenting
minggu dilakukan
hypnoparenting
(p=0.0009, CI 95% =
0.135-0.817).
Simpulannya bahwa
hypnorenting dengan
memberikan sugesti
mengatasi enuresis
sekolah
memberikan dalam
asuhan mengidentifikasi
keperawatan masalah fatigue,
nasofaring, dan
lymphoma
hodgkin’s.
berjumlah 44 Kesimpulan
responden
sebagai kelompok
kontrol. Pengujian
perbedaan
penurunan
ratarata
skor mual,
kelompok
intervensi dan
kelompok kontrol
menggunakan
uji T test.
a. Kekurangan
Tidak ada metode yang lebih objektif atau orang lain selain dari peneliti yang
bervariasi.
ruangan di rumah sakit. Oleh karena itu pelaksanaannya selesai di bangsal anak
dengan banyak pasien lain dengan orang tua mereka di ruangan yang sama
b. Kelebihan
Jumlah sampel dalam penelitian ini sangat banyak sehingga hasil yang diperoleh
bisa representatif.
3.10. Tantangan
yaitu 10-15 menit. Dibagi menjadi 3 tahap: tahap pra-induksi, trance, auto
Kemoterapi merupakan salah satu terapi efektif untuk kanker pada anak,
dan mukositis (sariawan berat). Di antara berbagai efek samping kemoterapi yang
termasuk pada pasien anak. Tetapi, kelelahan selama pengobatan kanker dapat
dibiarkan, kelelahan akan menurunkan kualitas hidup anak, untuk itu, mengelola
kelelahan pada pasien kanker anak menjadi bagian dari asuhan keperawatan.
sakit, karena metode hypnoparenting ini sederhana, mudah, murah, tidak invasif,
tidak merugikan dan efektif dilakukan oleh perawat maupun orang tua dengan
secara nyata. Bahkan metode hypnoparenting ini menjadi alternatif untuk mengubah
berbagai perilaku negatif anak. Orang tua yang beranggapan anaknya mempunyai
tidak percaya diri, mengompol dll menggunakan metode hypnoparenting ini sebagai
Indonesia dan terbukti mampu mengatasi berbagai masalah pada anak. Hasil
menurunkan mual muntah akibat kemoterapi pada anak ALL, dengan rata-rata
(P<0,05). Studi penelitian lainnya tentang hypnoterapi juga telah diteliti oleh
beberapa pihak dan terbukti efektif pada beberapa masalah anak lainnya antara lain
penanganan stres hospitalisasi anak usia dini (Henny PujiAstuti, 2018). Berdasarkan
analisa kedua penelitian diatas diketahui bahwa penggunaan metode hypnoterap
imenunjukkan hasil yang spesifik sehingga bisa diaplikasikan dan dilakukan secara
mandiri oleh keluarga maupun dengan bantuan Perawat. Disarankan kepada instansi
.
Daftar Pustaka
Pediatric Patients With Acute Lymphoblastic Leukemia. Jurnal Keperawatan indonesia Vol 21
hal 77-78
Chrisnawati dkk, 2018 Pengaruh Hypnoparenting Terhadao Mual Muntah Akibat Kemoterapi pada