Anda di halaman 1dari 11

Tinjauan

Pustaka

TERAPI KOMPLEMENTER PADA PENURUNAN KECEMASAN PASIEN


YANG AKAN MENJALANI INTERVENSI KORONER PERKUTAN (IKP) :
TELAAH LITERATUR
Weni Widya Shari*, Suryani**, Etika Emaliyawati**
*Mahasiswa Magister Keperawatan Universitas Padjadjaran (Universitas
Sriwijaya)
**Dosen Keperawatan Universitas Padjadjaran

ABSTRAK
Pelaksanaan Intervensi Koroner Perkutan (IKP) sebagai terapi untuk mengatasi Penyakit
Jantung Koroner (PJK) terus meningkat. Meskipun IKP merupakan salah satu intervensi pilihan,
dilaporkan masih terdapat pasien yang mengalami kecemasan dari sedang sampai berat saat akan
dilakukan tindakan. Mengurangi kecemasan tersebut merupakan hal yang penting, karena
kecemasan dapat memperberat penyakit yang diderita serta berperan terhadap morbiditas dan
mortalitas pasien. Salah satu Intervensi yang biasa dilakukan untuk mengatasi kecemasan pasien
yang akan melakukan IKP adalah dengan terapi non farmakologi. Perkembangan intervensi non
farmakologi saat ini berkembang ke arah komplementari yang harus dipilih berdasarkan bukti empiris,
manfaat yang diberikan, serta rendahnya efek samping. Kriteria artikel yang dipakai adalah terbitan
tahun 2003-2013 dari penyedia akses jurnal yang terpercaya serta beberapa literatur lain yang
mendukung. Pembahasan telaah literatur ini terkait masalah kecemasan yang muncul pada pasien
yang akan menjalani prosedur IKP, pentingnya pengkajian kecemasan di ranah kritis, terapi
komplementer dalam mengatasi kecemasan serta implikasi pada asuhan keperawatan dan penelitian.
Kesimpulan telaah literatur ini adalah beberapa terapi komplementer terpilih dapat mengurangi
kecemasan dan memiliki manfaat fisiologis lainnya terhadap pasien pre IKP. Dengan adanya
perkembangan berbagai terapi komplementer saat ini, maka disarankan untuk memilih terapi
komplementer secara tepat dan bijaksana sehingga dapat memberikan manfaat.
Kata Kunci : Intervensi Koroner Perkutan (IKP), Kecemasan, Komplementer

ABSTRACT
Implementation of Percutaneous Coronary Intervention (PCI) as a treatment for coronary
hearth disease is increasing. Although PCI is one option, reported about the prevalence and patterns
of patient anxiety experienced moderate to severe by undergoing from this procedure. Reduce this
anxiety is important, because the anxiety will aggravate the disease and contribute to morbidity and
mortality of critically ill patients. Interventions are usually done with pharmacological and nonpharmacological. The development of non-pharmacological interventions currently developing
complementary that should be chosen based on empirical evidence, benefits, and low side effects.
Article used in the literature review was published in 2003-2013 and from a trusted provider to access
journals. Some literature that supports the writing process are also added in this literature review.
Discussion of this literature review related: patients anxiety in undergoing of PCI, the importance of
the assessment of anxiety in critical area, the complementary therapies in the management of anxiety
and the implications for nursing care and research. The Conclusion is some selected complementary
therapies can reduce anxiety and have other physiological benefits to patients in undergoing of PCI.
With the development of complementary therapies at this time, suggest to choose complementary
therapies appropriately and wisely to benefit.
Keywords: Anxiety, Complementary, Percutaneous Coronary Intervention (PCI)

BIMIKI | Volume 2 No. 2 | Januari - Juni 2014

37

1. PENDAHULUAN

tidak

Pelaksanaan

tindakan

Intervensi

menyenangkan

akan

terjadi

(14).

Kecemasan ini harus segera diatasi karena

Koroner Perkutan (IKP) di seluruh dunia terus

kondisi

meningkat, termasuk di Indonesia. Selama 40

memperberat

tahun terakhir IKP telah berkembang dari yang

Kondisi tersebut akan mempengaruhi status

sederhana

hemodinamik,

berupa

pemasangan

balon

angioplasti sampai kepada pemasangan stent


(1).

saat ini

kecemasan

pada

penyakit

pasien

yang

gangguan

akan

dideritanya.

imunitas,

dan

gangguan metabolisme yang mengakibatkan

Di Kanada, pelaksanaan IKP

suplai darah dan perfusi jaringan terganggu.

(2).

Dengan demikian, penyembuhan pasien akan

ada

terhambat sehingga lama rawat menjadi lebih

sekitar 1,3 juta tindakan kateterisasi Jantung di

lama dan biaya perawatan akan lebih besar

Amerika,

(14),(8).

meningkat 36 % dari tahun 1994 s.d 2001


Hamel

memperkirakan

setengah

pelaksanaan

setiap

di

antaranya

(3),

adalah

yang

bisa

dilakukan

perawat untuk mengurangi kecemasan salah

pelaksanaan IKP di Rumah Sakit Hasan

satunya dengan intervensi nonfarmakologi.

Sadikin Bandung selama tahun 2013 tercatat

Perkembangan intervensi non farmakologi

sebanyak 469 orang (4). IKP

saat

non

penyempitan,
pembuluh

invasif

merupakan

untuk

ini

(5),(6),(7).

arah

terapi

sumbatan atau kelainan pada

pada penelitian ilmiah, mempunyai manfaat

atau

atau

koroner.

Perbaikan

untuk meningkatkan kesehatan dan aman atau

sumbatan

pembuluh

rendah efek samping (15),(16).

pemasangan

perlu adanya telaah literatur yang sistematis

Tindakan ini dapat menghilangkan

dan membutuhkan pendekatan ilmiah dalam

dengan

ring

Melihat fenomena dan fakta diatas,

(stent)

penyumbatan
mampu

ke

komplementer yang harus dipilih berdasarkan

koroner tersebut dapat dilakukan dengan cara


balonisasi

berkembang

memperbaiki

darah

penyempitan

demikian

Intervensi

juga

tindakan

IKP

tahun

segera

mempertahankan

sehingga

patensi

penyusunannya. Telaah literatur yang sesuai

arteri

untuk menjawab masalah dan fenomena

koroner dan kerusakan jantung dapat dihindari

tersebut adalah tentang terapi komplementer

(8),(5),(9),(10),(11).

pada penurunan kecemasan pasien pre IKP.

Selain itu, menurut beberapa

hasil penelitian, IKP dapat meningkatkan


kualitas

hidup,

menurunkan

resiko

2. METODE

kekambuhan. menurunkan kejadian infark,


vaskularisasi membaik, komplikasi perdarahan
berkurang serta menurunkan resiko kematian
pada pasien PJK (12),(13).
merupakan

salah

satu

Meskipun PCI
intervensi

pilihan,

beberapa pasien menyatakan cemas dengan


prosedur ini. Dilaporkan terdapat prevalensi
antara 24-72% pasien dengan kecemasan
saat akan dilakukan prosedur IKP. Kecemasan
yang terjadi meliputi perasaan takut, tegang
atau panik, dan harapan bahwa sesuatu yang

BIMIKI | Volume 2 No. 2 | Januari - Juni 2014

Artikel yang digunakan dalam telaah


literatur ini menggunakan metode kuantitatif
dan

kualitatif

yang

didapatkan

melalui

penyedia jurnal elektronik EBSCO, Springer,


Science Direct dan Google Scholar. Laman
penyedia jurnal tersebut dipilih karena telah
diketahui secara umum sebagai penyedia
akses jurnal yang terpercaya. Kata kunci yang
dipakai
Therapy,

adalah
dan

Anxiety,

Complementary

Percutaneous

Coronary

Intervention. Kriteria artikel yang dipakai

38

(21).

adalah terbitan tahun 2003-2013 yang tersedia

morbiditas

di perpustakaan universitas serta beberapa

berhubungan dengan kecemasan juga dapat

literatur

memperparah gangguan fungsi jantung

yang

mendukung

dalam

proses

penulisan.

Perubahan psikologis yang


(14).

Perawat punya kesempatan untuk mengurangi


komplikasi ini dengan cara mengurangi faktor
resikonya yaitu kecemasan.

3. PEMBAHASAN

Sumber kecemasan klien PJK yang

Pembahasan hasil telaah literatur ini


meliputi : Kecemasan pada pasien IKP,
pentingnya pengkajian kecemasan di ranah
kritis, terapi komplementer dalam mengatasi
kecemasan di ranah kritis, serta implikasi pada

akan menjalani prosedur IKP bisa disebabkan


oleh banyak faktor, antara lain cemas akan
rasa nyeri, kematian, tidak mengetahui tentang
prosedur yang dilaksanakan, ancaman tentang
kondisi tubuh, pengalaman yang terkait angina

asuhan keperawatan dan penelitian.

serta cemas terhadap hasil akhir dari prosedur


IKP

3.1. Kecemasan pada pasien IKP


Salah satu yang menyebabkan masih
tingginya angka kematian pada pasien IKP
(17).

adalah terjadinya kecemasan

Gallagher,

Trotter, and Donoghue menyatakan bahwa

(18).

Penyebab sumber kecemasan lain

yaitu karena perubahan dalam lingkungan


rumah sakit, hilangnya kontrol diri, perubahan
konsep diri, hilangnya kemampuan bekerja
dan kehawatiran akan masa depan (22).

skor kecemasan pada pasien yang menjalani


prosedur IKP menunjukan nilai yang sangat
tinggi

(18),

12 dari 40 responden, mengalami

3.2. Pentingnya Pengkajian Kecemasan di


Ranah Kritis
Kecemasan

tingkat kecemasan tinggi sebelum dilakukan


PCI

(19).

70-80

Selain itu, Ikram menunjukan bahwa


%

pasien

jantung

kecemasan pada fase akut

mengalami
(20).

Hal ini

didukung oleh hasil penelitian Rudini, bahwa


dari 60 responden yang akan menjalani IKP,
didapatkan

hasil

sebanyak

27

(45,0%)

mengalami tingkat kecemasan ringan, 24


(40,0%)

responden

mengalami

tingkat

kecemasan sedang dan 9 (15,0 %) responden


yang mengalami tingkat kecemasan berat
Gejala

kecemasan

penting

(18).

untuk

dideteksi dan diatasi karena kecemasan yang


terjadi saat pre procedural IKP merupakan
prediksi untuk terjadi kesempatan terjadinya
kecemasan pada proses berikutnya

(1),(14).

Komplikasi akibat kecemasan yang tidak


teratasi

setelah

dilakukan

tindakan

IKP

diketahui dapat meningkatkan mortalitas dan

BIMIKI | Volume 2 No. 2 | Januari - Juni 2014

merupakan

perasaan

ketidaknyamanan yang sering dilaporkan pada


pasien sakit kritis di unit perawatan intensif
(ICU), tetapi jarang di nilai secara rutin dan
sistematis
secara

(23).

Padahal, literatur yang ada

luas

menggambarkan

adanya

hubungan antara interaksi tubuh, pikiran dan


respon
dialami

imun
(24).

terhadap

kecemasan

yang

Kecemasan sering diremehkan

karena sering tidak muncul di gejala fisik serta


pengkajian dan evaluasi klinis yang dilakukan
oleh perawat di ranah kritis masih berdasarkan
indikator perilaku dan fisiologis pasien

(14).

Pengkajian kecemasan merupakan tantangan


perawat

dalam

mengatasi

pasien

kritis.

Penyakit yang parah, seperti pasien dalam


keadaan penurunan kesadaran atau terpasang
ventilator

menjadi

hambatan

untuk

berkomunikasi dan mengetahui perubahan

39

(23),(24).

kognitifnya

Meskipun

demikian,

pengkajian kecemasan seharusnya masuk ke


dalam

komponen

dilakukan

oleh

tindakan

perawat

yang

di

keperawatan

ranah

(14),

diperlukan

salah

satunya mengkaji kecemasan.

kritis

3.3. Terapi Komplementer dalam Mengatasi


Kecemasan di Ranah Kritis

IKP. Monitoring tanda dan gejala kecemasan


sangat

komprehensif

harus

khususnya pada pasien yang akan menjalani

tersebut

secara

karena

Perkembangan

intervensi

non

farmakologi saat ini berkembang ke arah

kecemasan yang tidak segera diatasi akan

terapi

menimbulkan akibat serius bahkan berperan

berdasarkan pada rendahnya efek samping

terhadap mortalitas dan morbiditas pasien

(aman), melalui penyelidikan ilmiah yang ketat,

yang sakit kritis

(14),(25).

Pengkajian kecemasan

komplementer

yang

harus

dipilih

dan mempunyai manfaat untuk meningkatkan


(15),(16).

juga memungkinkan perawat untuk membantu

kesehatan

pasien dalam mengelolah kecemasan, atau

pengobatan

menyediakan tenaga untuk kesehatan mental

menjabarkan bahwa terjadinya peningkatan

dan manajemen stress

(14).

WHO

dalam

tradisional

strategi

2002-2005

penggunaan pengobatan non konvensional,

Menurut Potter et al.

(25),

penanganan

yang berarti bahwa peningkatan penggunaan

pasien yang menjalani IKP harus dilakukan

terapi komplementer dan alternatif diberbagai

dengan komprehensif karena peran seorang

negara di dunia (15).

perawat

pelaksana

asuhan

Penggunaan terapi komplementer dan

keperawatan tidak hanya mengkaji secara fisik

alternatif juga semakin meningkat di United

tetapi

States. Menurut studi penelitian selama 7

semua

memberikan

aspek

meliputi

biologi,

psikososial, sosial dan spiritual.

tahun, lebih dari 40 % orang dewasa di

Selain itu, dari definisi keperawatan


(7)

kritis yang dikemukakan oleh Morton et al.

Amerika menggunakan 1 atau lebih terapi ini


(26),(27).

Hal ini didukung oleh National Health

bahwa keperawatan kritis merupakan asuhan

Interview Survey (NHIS) pada tahun 2007,

keperawatan pada pasien yang meliputi aspek

bahwa rata-rata 38 % orang dewasa Amerika

bio, psiko sosial dan spiritual terhadap pasien

menggunakan

kritis yang meliputi aspek promotif, kuratif dan

komplementer (16).

rehabilitatif, sehingga peran seorang perawat

terapi komplementer yang biasa digunakan

di

untuk

ranah

kritis

permasalahan

tidak

fisik

hanya

pasien.

mengatasi

Morton

juga

terapi

dan

Beberapa

menurunkan

kecemasan

alternatif

atau

diantaranya;

tehnik

mengontrol
bernafas

mengungkapkan bahwa manusia mempunyai

dalam, relaksasi otot, imagery, menyiapkan

sifat yang holistik yaitu makhluk fisik sekaligus

informasi, tehnik distraksi, terapi energi dan

psikologis dimana kedua aspek ini saling

penggunaan metode koping sebelumnya

berkaitan

satu

sama

lain

dan

saling

Terapi

komplementer

digunakan

dengan

akan

perawatan kesehatan konvensional. Terapi

(7).

komplementer merupakan terapi yang tidak

fisik

manusia

mempengaruhi pula kondisi psikologisnya

Hal inilah yang menjadi alasan bahwa perawat

mempunyai

di ranah kritis juga harus melakukan asuhan

dianggap

BIMIKI | Volume 2 No. 2 | Januari - Juni 2014

melengkapi

biasanya

mempengaruhi, sehingga apa yang terjadi


kondisi

untuk

(11).

praktek

disiplin ilmu khusus, dimana


terapi

utama

oleh

beberapa

40

masyarakat dan serta profesional kesehatan,

Dalam

tetapi dianggap sangat kontroversial oleh

memberikan

orang lain (28).

perawat

Saat

ini

sudah

mulai

memutuskan
pilihan

juga

terapi

harus

untuk

komplementer,

memahami

dikembangkan intervensi-intervensi alternatif

bertanggung

di ranah kritis yang merupakan intervensi yang

kelayakan

bersifat

perkembangan pasien, dan kompeten dalam

suportif

untuk

menurunkan

untuk

terapi,

menentukan

mengetahui

status

memberikan terapi itu (28).

kecemasan.
Beberapa

intervensi

yang

biasa

dilakukan perawat di ranah kritis dalam

3.4. Implikasi Untuk Keperawatan Kritis


dan Penelitian

mengatasi kecemasan yaitu mempromosikan


istirahat dan tidur, membina kepercayaan,
memberikan

jawab

dan

kepekaan

peralatan ventilator yang menjadi penghambat

budaya, menghadirkan perawat, mengajarkan

dalam berkomunikasi, prosedur invasif, suara

teknik kognitif, imaginery dan latihan relaksasi,

mesin

pernapasan dalam, terapi musik, humor, pijat,

kehilangan privasi, gangguan tidur, nyeri, obat-

aromaterapi dan terapi sentuhan, terapi energi

obatan, isolasi dan kontak minimal dengan

meridian/psikologi

orang-orang terdekat merupakan hal yang

spiritualitas

informasi,

melatih

Lingkungan ICU yang menakutkan,

energi,

(7),(29),(30),(31).

dan

Urden et al.

terapi
(24)

juga

yang

membuat

bising

dan

perasaan

tidak

terus-menerus,

berdaya

dan

menyebutkan bahwa ada empat tahapan

kehilangan kontrol serta memicu terjadinya

kegiatan

perasaan cemas pada pasien yang sedang

keperawatan

untuk

mengatasi

kritis (23),(24).

kecemasan pada pasien di ranah kritis:


1. menstabilkan kondisi pasien pada saat
krisis

Dalam

ranah

keperawatan

kritis,

dalam hal ini pasien yang akan menjalani

2. memberikan bantuan dengan menilai

prosedur IKP, terapi yang biasa digunakan

gejala serta respon koping pasien

untuk mengatasi masalah kecemasan ini bisa

memperkuat perilaku adaptif pasien

dengan menggunakan intervensi farmakologi

dan menonjolkan fungsi pasien yang

dan

masih baik

membantu

3.

4. menerapkan strategi untuk promosi

non

farmakologi.
dalam

Keduanya

mengelola

selama kondisi kritis

(11).

kecemasan

Penggunaan terapi

kesehatan dan kualitas hidup yang

non

baik.

perkembangan terapi komplementer.

Seorang perawat dapat mengusulkan


penggunaan

terapi

komplementer

untuk

farmakologi

Disamping
komplementer

mengarah

itu,

dapat

penggunaan

pada

terapi

oleh perawat sebagai terapi

mengatasi kecemasan pasien pre IKP jika dia

alternatif dalam mengatasi kecemasan pasien

memiliki pengetahuan dan percaya bahwa

yang

pengobatan ini akan menguntungkan klien

merupakan salah satu intervensi yang dapat

serta harus diberikan secara aman dan etis.

diberikan

Hal ini juga harus bekerja sama dengan

penenang

anggota lain dari tim perawatan kesehatan dan


dimasukkan ke dalam rencana perawatan.

BIMIKI | Volume 2 No. 2 | Januari - Juni 2014

akan

menjalani

selain

prosedur

memberikan

IKP

obat-obatan

(27).

Penggunaan

terapi

komplementer

yang tepat dan sesuai dengan keyakinan

41

budaya mereka dipercaya memiliki potensi

mandiri

(33),(34).

untuk meningkatkan kesejahteraan fisik dan

yang

didapat

psikologis termasuk untuk mempromosikan

komplementer dalam asuhan keperawatan di

tidur,

ranah kritis, perawat perlu mengenal, mengkaji

mengurangi

kecemasan

ketidaknyamanan

dan

(32).

dan

Penggunaan terapi komplementer di


ranah kritis juga merupakan sesuatu yang
perlu

dipertimbangkan

menggunakan

karena

pendekatan

terapi

dari

penggunaan

mempelajari

terapi

penggunaan

terapi

komplementer tersebut agar dapat digunakan


secara

tepat

merugikan

dan

bijaksana

serta

(28),(32,(33),(35).

pasien

tidak

Penelitian

untuk

terkait jenis-jenis terapi komplementer yang

mengkaji aspek pasien tidak hanya secara

digunakan untuk mengatasi kecemasan pada

fisik saja tapi juga aspek psikologis dan

pasien yang akan menjalani IKP perlu untuk

spiritualitasnya (32).

terus dikembangkan, mengingat trend dan isu

Perkembangan

holistik

ini

Walaupun banyak keuntungan

penggunaan

terapi

saat ini adalah peningkatan penggunaan terapi

komplementer saat ini sudah menjadi trend

komplementer

dan isu serta semakin populer di masyarakat

penyakit.

umum

(27),(33).

Walaupun bukti dasar penggunaan terapi


komplementer tersebut masih sedikit, Hal ini
tidak mengurangi popularitas penggunaan
terapi ini dalam mengatasi penyakit

(15),(16).

Kesulitan dalam mengkaji bukti empirisnya


terjadinya

perbedaan

penggunaan

istilah dalam budaya yang berbeda.


Asuhan

keperawatan

sebagai komponen kunci dalam filosofi dasar


pemberian asuhan keperawatan. Sedangkan,
dasar untuk menggunakan beberapa terapi
komplementer dalam asuhan keperawatan
adalah untuk meningkatkan hubungan perawat
pasien,

meningkatkan

kesehatan,

mengurangi kecemasan, dan meningkatkan


(34).

Beberapa terapi komplementer terpilih


dapat mengurangi gejala psikologis sebagai
respon

Dengan demikian, manfaat

adanya

kecemasan

dan

memiliki

manfaat fisiologis lainnya terhadap pasien


yang akan menjalani IKP. Dengan adanya
perkembangan berbagai terapi komplementer
saat ini dalam mengatasi kecemasan pasein
pre

yang

menyeluruh dan caring telah diidentifikasi

kenyamanan

berbagai

4. KESIMPULAN

komplementer dalam mengatasi kecemasan.

dan

mengatasi

Banyak literatur yang secara

luas membahas tentang penggunaan terapi

karena

untuk

IKP,

maka

disarankan

untuk

menggunakan terapi komplementer tersebut


secara

tepat

memberikan
keluarga

dan

bijaksana

manfaat
pasien

pada
serta

agar

dapat

pasien

kritis,

berkontrubusi

memberikan efek relaksasi, kepuasan dan


mengurangi

kecemasan

khusunya

pada

pasien pre PCI. Pemilihan terapi kompelenter


tersebut bisa dilakukan berdasarkan bukti
empiris,

manfaat

yang

diberikan

serta

rendahnya efek samping.

terapi komplementer cocok dengan tujuan


paradigma keperawatan.
terapi

komplementer

Penggunaan
dalam

praktek

keperawatan juga memberikan kesempatan


pada perawat untuk melakukan tidakan secara

DAFTAR PUSTAKA
1.

Astin

F,

K,

Thompson

D.

Prevalence and patterns of anxiety and


depression

BIMIKI | Volume 2 No. 2 | Januari - Juni 2014

Jones

in

patients

undergoing

42

elective

percutaneous

coronary

angioplasty.

transluminal
Heart

Lung

2005;34:393401
2.

3.

Hearth

&

5.

Stroke

Foundation.

8.

9.

Critical

Care

Nursing 1st ed. USA : The McGraw Hill

12. Patel M, Kim M., Karajgikar R, Kodali V,

Growing Burden of Hearth Disease and

Kaplish D, Lee P, et al. Outcomes of

Stroke. Canada: Solvay Pharma; 2003

patients

Hamel, WJ. Femoral Artery Closure After

Following

Percutaneus

Cardiac

Intervention.

JACC

Catheterization.

Critical Care

Discharged

the

Same

day

Coronary

Cardiovascular

Interventions 2010;3(8)

Buku Registrasi Ruang Angiografi RSUP

13. Rudini D. Hubungan Dukungan Sosial

Dr. Hasan Sadikin Bandung; 2013

dengan Tingkat Kecemasan pada Pasien

Tim UPF DI-INB PJNHK. Diagnostik

yang

invasif dan intervensi non-bedah di Pusat

Koroner Perkutan di RSUP Dr. Hasan

Jantung Nasional Harapan Kita. 2010.

Sadikin

Diakses

dipublikasikan; 2013

di

URL:http://www.pjnhk.go.id

Menjalani

Prosedur

Bandung.

Intervensi

Tesis,

Tidak

14. Trotter R, Gallagher R, Donoghue J.

Ignativicium DD, Workman LM. Medical

Anxiety

in

Patients

Undergoing

Surgical Nursing : Critical Thinking for

Percutaneous

Coronary

Interventions.

Collaborative Care (5ed. Vol.2). Elsevier

Heart & Lung 2011;40(3);185-192

Sauders; 2010
7.

of

The

[20/12/2013]
6.

Essentials

Companies; 2006

Nurse 2009; 29(1):39-4


4.

(AACN)

15. Watt

GV,

Laugharne

J,

Janca

A.

Morton, PG, Fontaine, DK. Critical Care

Complementary and Alternative Medicine

Nursing : A Holistic Approach (9th ed).

in

Philadelphia

Depression.

Lippincott

Wiliams

&

the

Treatment

of

Anxiety

and

Cur

Opin

Medscape,

Wilkins; 2009

Psychiatry

Sole, Klein, Moseley. Introduction to

from

Critical Care Nursing (5th ed). Missouri :

URL:http://www.medscape.com/viewarticl

Saunders Elsevier; 2009

e/568309_print

Keeley, EC, Hillis, LD. PCI for Myocardial


Primary

Infarction

with

ST-Segment

2008;21(1):37-42.

16. National Center for Complementary and


Alternative Medicine (NCCAM), National

Elevation. New England Journal Medical

Institutes

2007;356:47-54.

Department

Available

from

URL:

Available

of

Health
of

Health

(NIH),
and

U.S.
Human

http://www.nejm.org/doi/full/10.1056/NEJ

Services. What Is Complementary and

Mct063503#t=article. [12 Febuari 2014]

Alternative Medicine (CAM)?. Get the.

10. Davidson,

Bonow

Catheterization

in

RO.

Cardiac

Brounwalds

Heart

2012. Facts. http://nccam.nih.gov/


17. Susanne S. Brief Depression Screening

Disease : A Texbook of Cardiovaskular

with

Medicine.

Prognosis

Philadelphia

Saunders

Elesevier; 2008
11. Chulay

M,

Association

Coronary
Burns

of

the

Critical

SM.
Care

PHQ-2

Associated

Following
Intervention

with

Percutaneous
with

Paclitaxel

American

eluting Stenting. JgenInternMedVidebeck,

Nurses

S.L. (2001). Psychiatric Mental Health

BIMIKI | Volume 2 No. 2 | Januari - Juni 2014

43

Nursing 2010. USA : Lippincott Williams &


Wilkins

24. Urden LD, Stacy KM, Lough ME. Critical


Care

18. Gallagher R, Trotter R, Donoghue J. Pre


Procedural

Concerns

Assesment

in

and

Patients

Anxiety

Nursing

Diagnosis

Management (6th Edition).

and

Kanada:

Mosby; 2010

Undergoing

25. Potter AG, Perry. PA. Fundamental Of

Coronary Angiography and Percutaneous

Nursing (2nd ed). Australia : Elsevier;

Coronary

2005

Interventionns.

Journal

of

European

Cardiovascular

Nursing

2010;9:38-44

S. Regional Use of Complementary and

19. Eng, et al. Anxiety and Depression


Among

Patients

Percutaneous

Before

Coronary

and

After

Intervention

(PCI) at National Hearth Institute (NHI).


Medical and Health journal 2007;2(1)
20. Ikram.

Pengaruh

Health

Tingkat

Kecemasan

Pasien

yang

akan

(PCI)

di

RSUP

Dr.

pada

Menjalani

Coronary

Interventions

Hasan

Alternative Therapies by Critical Care


Nurses. Critical Care Nurses 2013;25:2.
Available

from

URL:http://ccn.aacnjournals.org
27. Khanum F, Razack S. Anxiety- Herbal

Education

terhadap

Percutaneous

26. Lidquist R, Tracy MF, Savik K, Watanuki

Sadikin

Bandung. Tesis, Tidak dipublikasikan;


2012

Treatment: A Review. Research and


Reviews

in

Biomedicine

and

Biotechnology 2010;1(2):71-89
28. College of Nurses of Ontario. Practice
Guidline:

Complementary

Therapies.

Toronto; 2009
29. Burk L. Single Session EFT (Emotional

21. Maluenda G, Delhaye C, Gaglia MA, Ben-

Freedom Techniques) for Stress-Related

Dor I, Gonzalez MA, Hanna NN. A Novel

Symptoms After Motor Vehicle Accidents.

Percutaneous Coronary Intervention Risk

Energy Psychology: Theory, Research &

Score to Predict One-Year Mortality. The

Treatment 2010;2(2):65-72.

American Journal of Cardiology 2010.


Elseiver Inc

30. Salas

M,

Brooks

A,

Rowe

J. The

Immediate Effect of a Brief Energy

22. Ruz MEA, Lennie TA, Moser DK. Effect of

Psychology

Intervention

- Blockers and Anxiety on Complication

Freedom

Techniques)

Rates After Acute Myocardial Infarction.

Phobias:

American

2011;7:155-161

Journal

of

Critical

Care

2011;20:67-74

Pilot

(Emotional
on

Specific

Study.

Explore

31. Church D, Yount G, Brooks A. The Effect

23. McKinley S, Madronio C. Validity of the

of Emotional Freedom Technique (EFT)

Faces Anxiety Scale for the assessment

on Stress Biochemistry: A Randomized

of state anxiety in intensive care patients

Controlled Trial. Journal of Nervous and

not

Mental Disease 2011; in press

receiving

Abstrac.

mechanical

Journal

2008;64(5):503-7.

ventilation

Psychosom

Res

Available

from

URL:http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/

32. Cooke
Murfield

M,

Mitchell
J.

M,

Tiralongo

Complementary

E,
and

alternative medicine and critical care

18440403

BIMIKI | Volume 2 No. 2 | Januari - Juni 2014

44

nurses: A survey of knowledge and


practices in Australia. 2010
33. Antigoni

F,

attitudes

Theofanidis
towards

D.

Nurses

complementary

therapies. Health Science Journal 2009;


3(3)
34. Snyder M, Niska K. Cultural related
complementary therapies Their use in
critical Care Units. Critical Care Nursing
Clinic N Am 2003;15:341346.
35. Wang SYC, Yates P. Nurses' responses
to

people

with

cancer

who

use

complimentary and alternative medicine.


International Journal of Nursing Practice
2006;12(5):pp. 288-294.

BIMIKI | Volume 2 No. 2 | Januari - Juni 2014

45

Anda mungkin juga menyukai