Disusun oleh :
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia–Nya sehingga kami mampu menyelesaikan tugas makalah ini.
Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Keperawatan Dasar Profesi. Dalam penyelesaian makalah ini, penulis banyak
mengalami kesulitan yang dikarenakan kurangnya sumber materi. Namun, penulis
telah berusaha semaksimal mungkin dalam penyusunan makalah ini sehingga
materi yang disajikan mampu menjadi referensi dalam proses pembelajaran untuk
mahasiswa keperawatan.
Tak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah
membantu dalam penulisan dan penyusunan makalah ini baik secara langsung
maupun tidak langsung, diantaranya :
1. Ibu Dwi Aprilina Andriani, S.Kep, Ners, M.Kep selaku dosen pembimbing
dalam mata kuliah Praktek Klinik Keperawatan Anak.
2. Ibu Ns. Neneng Gantini, S.Kep selaku pembimbing klinik di ruang Seruni.
3. Rekan-rekan kelompok yang telah bekerja sama dalam menyelesaikan
makalah ini.
4. Mahasiswa/i Profesi Ners yang telah memberikan dukungan dan semangat.
Tentunya makalah ini masih banyak kekurangan dan kesalahan, baik dalam
penulisan maupun penyusunannya, maka dari itu kritik dan saran yang bersifat
membangun sangat kami harapkan untuk kemajuan menjadi lebih baik.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan Penulisan
BAB II LANDASAN TEORI
A. Konsep Dasar Diare
B. Konsep Asuhan Keperawatan
BAB III TINJAUAN KASUS
BAB IV PEMBAHASAN
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu penyakit infeksi di Indonesia adalah diare. Diare
merupakan kondisi yang ditandai dengan encernya tinja yang dikeluarkan
dengan frekuensi buang air besar yang lebih sering dibandingkan dengan
biasanya. Diare akut adalah buang air besar dengan frekuensi yang
meningkat dan konsistensi tinja yang lebih lembek atau cair dan bersifat
mendadak datangnya, dan berlangsung dalam waktu kurang dari 2
minggu. Diare disebabkan beberapa faktor, antara lain Karena kesehatan
lingkungan yang belum memadai, keadaan gizi yang belum memuaskan,
keadaan sosial ekonomi dan perilaku masyarakat yang secara langsung
atau tidak langsung mempengaruhi terjadinya diare. Selain itu, diare juga
bisa disebabkan karena makanan yang tidak sehat atau makanan yang
diproses dengan cara yang tidak bersih sehingga terkontaminasi bakteri
penyebab diare seperti Salmonella, Shigella dan Campylobacter jejuni
(Purwaningdyah, 2015).
Tanda dan gejala diare mula-mula bayi dan anak menjadi cengeng,
gelisah, suhu tubuh biasanya meningkat, nafsu makan berkurang atau tidak
ada, kemudian timbul diare. Diare yang semakin parah menyebabkan tinja
menjadi cair disertai lendir atau darah. Warna tinja makin lama berubah
mejadi kehijau-hijauan karena tercampur empedu. Anus dan daerah
sekitarnya lecet karena seringnya defekasi dan tinja makin lama makin
asam sebagai akibat semakin banyaknya asam laktat yang berasal dari
laktosa yang tidak dapat diabsorbsi usus selama diare (Ariani, 2016).
Penyakit diare juga dapat menyebabkan kematian jika dehidrasi tidak
diatasi dengan tepat. Dehidrasi dapat terjadi karena usus bekerja tidak
optimal sehingga sebagian besar air dan zat-zat yang terlarut di dalamnya
keluar bersama feses sampai akhirnya tubuh kekurangan cairan atau
dehidrasi (Kurniawati, 2016).
Menurut Depkes RI (2010), penanganan diare yang tepat agar tidak
terjadi dehidrasi berat pada anak yaitu dengan memberikan air susu ibu
lebih sering, memberikan segera cairan oralit atau larutan gula garam
setiap anak buang air besar. Berikan minum sedikit tapi sering dari
mangkuk ataugelas, tetapi jika anak muntah, tunggu 10 menit, kemudian
lanjutkan lagi dengan lebih lambat. Melanjutkan pemberian cairan
tambahan sampai diare berhenti. Jika tidak ada oralit, berikan air matang,
kuah sayur atau air tajin, jangan beri obat apapun kecuali dari petugas
kesehatan. Mencari pengobatan lanjutan dan anjurkan ke puskesmas untuk
mendapatkan tablet zinc karena apabila tidak segera ditangani diare pada
anak sering terjadi dehidrasi bahkan sampai kematian.
Diare merupakan salah satu penyakit dengan insidensi tinggi di
dunia dan dilaporkan terdapat hampir 1,7 milyar kasus setiap tahunnya.
Penyakit ini sering menyebabkan kematian pada anak usia di bawah lima
tahun (balita). Dalam satu tahun sekitar 760.000 anak usia balita
meninggal karena penyakit ini (World Health Organization (WHO), 2013).
Didapatkan 99% dari seluruh kematian pada anak balita terjadi di negara
berkembang. Sekitar ¾ dari kematian anak terjadi di dua wilayah WHO,
yaitu Afrika dan Asia Tenggara. Kematian balita lebih sering terjadi di
daerah pedesaan, kelompok ekonomi dan pendidikan rendah. Sebanyak ¾
kematian anak umumnya disebabkan penyakit yang dapat dicegah, seperti
kondisi neonatal, pneumonia, diare, malaria, danmeasles (WHO, 2013).
Menurut (Bid.P2-P2P Dinas Kesehatan Kota Tangerang), data
kumulatif penemuan kasus Diare Balita periode 2011 sampai 2014 yang
diperoleh dari 43 puskesmas se-Kota Tangerang, tampak adanya
peningkatan angka cakupan di Tahun 2014, penemuan kasus pada tahun
2011 sebanyak 21.807 kasus, 2012 sebanyak 24.200 kasus, 2013 sebanyak
20.648 kasus dan 2014 sebanyak 27.491 kasus.
Berdasarkan tulisan diatas maka penulis tertarik untuk melakukan
asuhan keperawatan anak tentang diare.
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Adapun tujuan umum yang akan dicapai yaitu mahasiswa
memahami asuhan keperawatan pada an. a dengan diagnosa medis
prolong fever ec epilepsi on oae, bronkopneumonia dan diare akut di
Ruang Kemuning Atas RSU Kabupaten Tangerang.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu menjelaskan konsep dasar diare meliputi definisi, etiologi,
patofisiologi, pathway, manifestasi klinik, komplikasi, pemeriksaan
penunjang serta penatalaksanaan (medis dan keperawatan).
b. Mampu menjelaskan konsep dasar keperawatan pada pasien diare
c. Mampu menjelaskan asuhan keperawatan pada an. a dengan
diagnosa medis prolong fever ec epilepsi on oae, bronkopneumonia
dan diare akut di Ruang Kemuning Atas RSU Kabupaten Tangerang.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep penyakit
1. Pengertian
Diare adalah kondisi yang didefinisikan oleh peningkatan
frekuensi defekasi (lebih dari 3 kali sehari), peningkatan jumlah feses
(lebih dari 200g per hari) dan perubahan konsistensi (cair) (Brunner &
Suddart, 2014). Diare adalah peningkatan dalam frekuensi buang air
besar (kotoran), serta pada kandungan air dan volume kotoran. Diare
dapat menjadi masalah berat. Diare yang ringan dapat pulih dalam
beberapa hari. Namun, diare yang berat dapat menyebabkan dehidrasi
(kekurangan cairan) atau masalah gizi yang berat (Yayasan Spiritia,
2011).
Diare adalah suatu kondisi dimana seseorang buang air besar
dengan konsistensi lembek atau cair, bahkan dapat berupa air saja dan
frekuensinya lebih sering (biasanya tiga kali atau lebih ) dalam satu
hari.Secara klinis penyebab diare dapat dikelompokan dalam 6
golongan besar yaitu infeksi disebabkan oleh bakteri, virus atau invasi
parasit, malabsorbsi, alergi, keracunan, imunodefisiensi dan sebab-
sebab lainya (DEPKES RI, 2011). Diare adalah peningkatan frekuensi
atau penurunan konsistensi feses. Diare pada anak dapat bersifat akut
atau kronik (Carman, 2016). Diare adalah peradangan pada lambung,
usus kecil dan usus besar dengan berbagai kondisi patologis dari
saluran gastrointestinal dengan manifestasi di sertai muntah-muntah
atau ketidaknyaman abdomen (Muttaqin & Sari, 2011).
Dapat disimpulkan diare akut adalah inflamasi lambung dan
usus yang disebabkan oleh berbagai bakteri, virus dan pathogen yang
ditandai dengan bertambahnya frekuensi defekasi lebih dari biasanya
(> 3 kali/hari) disertai perubahan konsistensi tinja (menjadi cair), Diare
juga dapat terjadi pada bayi dan anak yang sebelumnya sehat dan pada
neonatus lebih dari 4 kali sehari dengan atau tanpa lendir dan darah..
2. Etiologi
Penyebab utama terjadinya diare akibat virus adalah rotasi virus
banyak organisme yang menyebabkan diare akibat bakteri, yaitu
campylobacter, shigella, salmonella, staphylococcus aureus dan
escherichia coli. Salah satu agen parasit yang paling sering
menyebabkan diare pada anak. Kebanyakan organisme patogen
penyebab diare disebarluaskan lewat jalur fekal, oral melalui
makanan atau air yang terkontaminasi atau ditularkan antar manusia
dengan kontak yang erat. Kurangnya air bersih, tinggal berdesakan,
hygiene yang buruk, kurang gizi dan merupakan faktor resiko utama,
khususnya untuk terjangkit infeksi bakteri atau parasit yang patogen
(Akton, 2014).
3. Manifestasi Klinik
Menurut Kusuma (2016) Manifestasi klinis dapat di jadikan dua yaitu
diare akut dan diare kronis:
a. Diare akut
1) Buang air besar encer, gas-gas dalam perut, rasa tidak enak dan
nyeri perut
2) Nyeri pada kuadran kanan bawah disertai kram dan bunyi pada
perut
3) Demam biasanya dalam menanggapi infeksi seperti virus atau
infeksi bakteri atau peradangan karena penyakit
b. Diare kronik
1) Penurunan berat badan dan napsu makan
2) Demam biasanya dalam menanggapi infeksi seperti virus atau
infeksi bakteri atau peradangan karena penyakit
3) Dehidrasi tanda-tandanya hipotensi takikardi, denyut lemah
5. Komplikasi
Menurut Suhayono dalam Brunner & Suddart (2014) komplikasi yang
dapat terjadi dari diare akut maupun kronis, yaitu:
a. Kehilangan cairan dan elektrolit (terjadi dehidrasi)
Kondisi ini dapat mengakibatkan gangguan keseimbangan
asam basa (asidosis metabolic), karena :
1) Kehilangan natrium bicarbonate bersama tinja.
2) Walaupun susu diteruskan, sering dengan pencernaan dalam
waktu yang terlalu lama.
3) Makanan diberikan sering tidak dapat dicerna dan diabsorpsi
dengan baik adanya hiperstaltik.
b. Gangguan sirkulasi
Sebagai akibat diare dengan atau tanpa disertai muntah, maka
dapat terjadi gangguan sirkulasi dara berupa renjatan atau syok
hipovolemik. Akibat perfusi jaringan berkurang dan terjadi
hipoksia, asidosis bertambah sehingga dapat mengakibatkan
perdarahan di dalam otak, kesadaran menurun, dan bila tidak
segera ditolong maka penderita meninggal.
c. Hiponatremia
Anak dengan diare hanya minum air putih atau cairan yang hanya
mengandung sedikit garam, dapat terjadi hiponatremi (Na<
130 mol/L). Hiponatremi sering terjadi pada anakdengan
Shigellosis dan pada anak malnutrisi berat dengan oedema. Oralit
aman dan efektif untuk terapi darin hamper semua anak
dengan hiponatremi. Bila tidak berhasi, koreksi Na
dilakukan berasama dengan koreksi cairan rehidrasi yaitu:
memakai Ringer Laktat.
Diare
Frekuensi BAB
Distensi abdomen
menigkat
Kekurangan volume
Resiko syok
cairan (hipovolemi)
a. Pengkajian
Identitas Klien berisi Nama, Tempat, tanggal lahir, Umur, Pendidikan,
Alamat, Agama, Nama ayah/ibu, Pekerjaan ayah, Pekerjaan ibu,
Pendidikan ibu, dan Suku bangsa
5) Riwayat Sosial
a) Yang mengasuh dan alasannya
b) Pembawaan anak secara umum (periang, pemalu, pendiam,
kebiasaan lain:mengisap jari, mengompol)
c) Lingkungan rumah (kaitannya dengan kebersihan, ancaman
keselamatan anak, ventilasi, dan posisi/letak barang-barang)
b) Pola nutrisi-metabolik
(1) Pemberian ASI/PASI, perkiraan frekuensi dan jumlah
minum, kekuatan, menghisap (bagi bayi)
(2) Selera makan, makanan yang disukai/tidak disukai
(3) Masukan makanan selama 24 jam? Makanan tambahan?
Vitamin?
(4) Kebiasaan makan?
(5) Alat makan yang digunakan di rumah?
(6) Berat badan lahir?berat badan saat ini?
(7) Masalah kulit : rash, lesi, dll
(8) Status nutrisi orangtua (khususnya ibu, apa ada masalah)
c) Pola Eliminasi
(1) Pola defeksi (gambaran: frekuensi, kesulitan, kebiasaan,
ada darah/tidak)
(2) Mengganti pakaian dalam/diapers pada bayi
(3) Pola eliminasi urin (gambaran: berapa kali popok
basah/hari, perkiraan, jumlah, kekuatan keluarnya urin,
bau, warna)
(4) Apakah ada masalah dengan pola eliminasi orangtua
d) Pola aktivitas-latihan
(1) Kebiasaan mandi (kapan, dimana, bagaimana
menggunakan sabun apa)
(2) Kebersihan rutin (pakaian, dll)
(3) Aktivitas sehari-hari (menghabiskan hari-hari di rumah,
bermain, tipe mainan yang digunakan, teman bermain,
penampilan saat anak bermain, dll)
(4) Level kekuatan anak/bayi secara umum, toleransi (giat,
diam)
(5) Persepsi anak terhadap kekuatan dari segi aktivitas (kuat,
lemah)
(6) Kemampuan kemandirian anak (mandi, makan, toileting,
berpakaian, dll)
(7) Bagaimana aktivitas pola pemeliharaan anak, pemelharaan
rumah oleh orangtua?
e) Pola istirahat-tidur
(1) Pola istirahat/tidur anak, perkiraan jam dll
(2) Perubahan pola istirahat, mimpi buruk, nokturia
(3) Posisi tidur anak, gerakan tubuh
(4) Bagaimana pola tidur orangtua
f) Pola persepsi-kognitif
(1) Responsiveness anak secara umum
(2) Respon anak untuk bicara, aentuhan, suara, objek
(3) Apakah anak mengikuti objek dengan matanya?respon
untuk meraih mainan?
(4) Vokal suara, pola bicara, kata-kata, kalimat
(5) Gunakan stimulasi : bicara, mainan dll
(6) Kemampuan anak untuk mengatakan nama, waktu, alamat,
nomor telepon dll
(7) Kemampuan anak untuk mengidentifikasi kebutuhan :
lapar, haus, nyeri, tidak nyaman
(8) Apakah ada masalah pada orangtua :penglihatan,
pendengaran, sentuhan, kesulitan membuat keputusan
h) Pola peran-hubungan
(1) Struktur keluarga
(2) Masalah/stresor keluarga
(3) Interaksi antara anggota keluarga dan anak
(4) Respon anak/bayi terhadap perpisahan
(5) Anak:ketergantungan
(6) Anak:pola bermain
(7) Anak: temper tantrum?masalah disiplin?penyesuaian
sekolah?
(8) Orangtua : peran ikatan? kepuasan? Pekerjaan / sosial /
hubungan perkawinan
i) Pola seksualitas
(1) Perasaaan sebagai laki-laki/perempuan
(2) Pertanyaan seputar seksualitas?bagaimana respon
orangtua?(tidak tahu, malu, acuh, perubahan seksualitas)
(3) Orangtua:riwayat reproduksi, ada masalah dengan
kepuasan seksual
k) Pola nilai-keyakinan
(1) perkembangan moral anak, pemilihan perilaku, komitmen
(2) Keyakinan akan kesehatan, keyakinan agama
(3) Orangtua : sesuatu yang bernilai dalam hidupnya
(spirituality) semangat untuk masa depan? Keyakinan akan
kesembuhan, dampak penyakit, dan tujuan?
8) Pemeriksaan Fisik
a) Keadaan umum : lemah
b) Tanda vital
c) TB?BB : Menurut S. Partono (Susilaningrum et al, 2013), anak
yang diare dengan dehidrasi biasanya mengalami penurunan
berat badan.
d) Lingkar kepala
e) Mata : penurunan produksi air mata atau lingkar mata cekung
f) Hidung
g) Mulut : Membran mukosa juga dapat kering, Mulut dan lidah
basah (tanpa dehidrasi), Mulut dan lidah kering (dehidrasi
ringan/sedang), Mulut dan lidah sangat kering (dehidrasi
berat).
h) Telinga
i) Tengkuk/leher
j) Dada :
k) Jantung : nadi cepat > 120 x/mnt dan lemah
l) Paru-paru : dispnea, pernafasan cepat > 40 x/mnt
m) Abdomen : Distensi abdomen atau kecekungan mungkin
muncul, Bising usus peristaltic meningkat > 35 x/mnt
hiperaktif dapat mengindikasikan diare/gastrointestinal,
Adanya abnormalitas pada pemeriksaan untuk diagnosis diare
akut atau kronik dapat mengindikasikan proses patologis.
Palpasi nyeri tekan pada kuadran bawah dapat berkaitan
dengan gastrointeritas
n) Punggung
o) Genetalia : Inspeksi area perineal anal untuk adanya
kemerahan atau ruam yang berkaitan dengan peningkatan
volume dan frekuensi defeksi.
p) Ekstremitas
q) Kulit : warna kulit pucat, turgor menurun > 2 dt, suhu
meningkat > 375 0 c, akral hangat, akral dingin (waspada syok),
capillary refill time memajang > 2 detik, Kulit mungkin tidak
elastic atau menunjukan kekenduran, menandai kuranya
hidrasi.
9) Pemeriksaan perkembangan (penilaian berdasarkan format
DDST/Denver II) bagi anak usia 0-6 tahun
a) Kemandirian dan bergaul
b) Motorik halus
c) Kognitif dan bahasa
d) Motorik kasar
Bagi anak di atas 6 tahun ditanyakan tumbuh kembang secara
umum sbb:
(1) Berat badan saat lahir, 6 bulan, 1 tahun, dan saat ini
(2) Pertumbuhan gigi
- Usia saat gigi tumbuh
- Jumlah gigi
- Masalah dengan pertumbuhan gigi
(3) Usia saat menegakkan kepala, duduk, berjalan, kata-kata
pertama
(4) Perkembangan sekolah lancar
(5) Interaksi dengan teman sebaya dan orang dewasa
(6) Partisipasi DENGAN KEGIATAN ORGANISASI
Objektif :
2) Diagnosa Keperawatan
Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
a) Pengertian
Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif adalah ketidakmampuan
membersihkan sekret atau obstruksi jalan nafas untuk
- sputum berlebih.
Objektif :
- Gelisah.
- Sianosis.
- Bunyi napas menurun.
- Frekuensi napas berubah.
- Pola napas berubah.
c) Etiologi
Penyebab dari Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
adalah sebagai berikut :
- Spasme jalan napas.
- Disfungsi neuromuskuler.
- Proses infeksi .
- Respon alergi.
- Efek agen farmakologis (mis. anastesi).
3) Diagnosa Keperawatan
Gangguan integritas kulit
a) Pengertian
Gangguan integritas kulit adalah Kerusakan kulit (dermis
dan/atau epidermis) atau jaringan (membran mukosa, kornea,
fasia, otot, tendon, tulang, kartilago, kapsul sendi dan/atau
ligamen) (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2018).
b) Tanda dan gejala
(1) Tanda dan gejala mayor
Subjektif : tidak ada
Objektif :
- Kerusakan jaringan dan/atau lapisan kulit
(2) Tanda dan gejala minor
Subjektif : tidak ada
Objektif :
- Nyeri
- Perdarahan
- Kemerahan
- Hematoma
c) Etiologi
Penyebab dari Gangguan integritas kulit adalah sebagai
berikut:
- Perubahan sirkulasi
- Perubahan status nutrisi (kelebihan atau kekurangan)
- Kekurangan/kelebihan volume cairan
- Penurunan mobilitas
- Bahan kimia iritatif
- Suhu lingkungan yang ekstrem
- Faktor mekanis (mis. Penekanan pada tonjolan tulang,
gesekan) atau faktor elektris (elektrodiatermi, energi
listrik bertegangan tinggi)
- Efek samping terapi radiasi
- Kelembaban
- Proses penuaan
- Neuropati perifer
- Perubahan pigmentasi
- Perubahan hormonal
- Kurang terpapar informasi tentang upaya
memperthankan/melindungi integritas jaringan
- Sekresi yang tertahan.
- Hiperplasia dinding jalan napas.
- Proses infeksi .
- Respon alergi.
- Efek agen farmakologis (mis. anastesi).
4) Perencanaan
Terapeutik
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
bronkodilator, ekspektoran,
mukolitik, jika perlu
Edukasi
5) Implementasi
Implementasi adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk
mencapai tujuan yang spesifik. Tahap pelaksanaan dimulai setelah
rencana tindakan disusun dan ditunjukkan pada perawat untuk
membuat klien dalam mencapai tujuan yang diharapkan oleh
karena itu rencan tindakan yang spesifik dilaksanakan untuk
memodifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi masalah
kesehatan klien. Tujuan dari pelaksaan adalah membantu klien
dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan yang mencakup
peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit dan pemulihan.
6) Evaluasi
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi
proses keperawatan yang menandakan seberapa jauh diagnosa
keperawatan, rencana tindakan dan pelaksanaan yang sudah
berasil di capai. Melalui evaluasi memungkinkan perawat untuk
memonitor yang terjadi selama tahap pengkajian, analisa data,
perencanaan dan pelaksanaan tindakan. Evaluasi adalah tahap
akhir dari proses keperawatan yang menyediakan nilai informasi
mengenai pengaruh intervensi yang telah direncanakan dan
merupakan perbandingan dari hasil yang diamati dengan kriteria
hasil yang telah dibuat pada tahap perencanaan (Nursalam, 2012).
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PADA By. A DENGAN PROLONG FEVER
EC EPILEPSI ON OAE, BRONKOPNEUMONIA DAN DIARE AKUT DI
RUANG KEMUNING ATAS RSU KABUPATEN TANGERANG
b. Karakteristik PQRST
Pada tanggal 22 oktober 2020 ibu pasien mengatakan anaknya demam,
batuk dan pilek, setelah 2 minggu diobati dirumah tidak kunjung
sembuh, ibu pasien membawa pasien ke poli anak RSU Kabupaten
Tangerang pada tanggal 5 November 2020. Setelah diperiksa dipoli
anak, pasien dianjurkan untuk dirawat. Lalu pasien dibawa ke IGD
RSU Kabupaten Tangerang untuk segera ditangani dan masuk ruang
rawat inap kemuning atas. Setelah masuk ruang rawat inap, pada
tanggal 11 november 2020 pasien mengalami diare dan muntah-
muntah.
Genogram
6. Riwayat Sosial
a. Yang mengasuh : Keluarga klien mengatakan yang mengasuh anaknya
adalah dirinya sendiri dan terkadang dibantu oleh neneknya.
b. Pembawaan anak secara umum : pendiam
c. Lingkungan rumah
Keluarga mengatakan lingkungannya bersih, ventilasi cukup dan posisi
atau letak barang tertata rapih.
7. Keadaan Kesehatan Saat ini (dari rumah sampai saat dikaji
a. Diagnosa medis : Prolong fever ec epilepsi on OAE,
bronkopneumonia, diare akut
b. Tindakan operasi : pemasangan PICC (peripherally inserted central
catheter) / pemasangan infus long line
c. Obat-obatan :
Terapi tanggal 16 november 2020
Obat – obatan Dosis
Obat minum :
1. Asam valproat 3x2 cc
2. Ceftrizin drop 1x0,25 ml
3. Ambroxol 3x2,5 cc
4. Zinc 1x20 gr
5. Oralit 100 cc
6. Lacto B 2x1 sachet
7. Sequest 3x1/8 sachet
Obat injeksi
1. Ceftazidime 2 x 500 mg
2. Dexametasone 4,5 mg
2x25 mg
3. Gentamicin
1x10 gr
4. Omeprazole
Cairan infus :
KaeN 3B 750cc/24 jam
Obat topikal :
Mico-Z
3. Ambroxol 3x2,5 cc
4. Zinc 1x20 gr
5. Oralit 100 cc
1. Ceftazidime 2x450 mg
2. Dexametasone 3x1,5 mg
3. Gentamicin 2x25 mg
4. Omeprazole 1x10 gr
Cairan infus :
Mico-Z
d. Hasil laboratorium
Tanggal pemeriksaan 08 november 2020
TEST RESULT REFERENCE UNITS
HEMATOLOGI
HITUNG JENIS
Basofil 0 0-1 %
Eosinofil 1 2-4 %
Batang 0 3-5 %
Segmen 32 50-70 %
Limfosit 55 25-40 %
Monosit 12 2-8 %
GAMBARAN
DARAH TEPI
Eritrosit Anisokrom (hipokrom 2+, polikromasi +)
anisopoikilositosis (mikrosit, sel target, sferosit,
fragmentosit, tear drop), basophilic stippling
(+), tidak ditemukan blas
Lekosit Jumlah normal, tidak ditemukan bias
Trombosit Jumlah normal, trombosit besar (+)
MAKROSKOPIK
e. Hasil rontgen
Pemeriksaan thorax anak pada tanggal 05 november 2020
Hasil pemeriksaan :
Jantung kesan sulit dinilai, aorta dan mediastinum superior tidak
melebar, trakea di tengah, hilus kana n suram, kiri tertutup bayangan
jantung, tampak infiltrat di suprahiler, perihiler hingga parakardial
kanan, kedua hemidiafragma licin, kedua sinus kostoprenikus lancip,
jaringan lunak dinding dada terlihat baik.
Kesan : infiltrat di suprahiler, perihiler hingga parakardial kanan
---DD/ pneumonia
f. Data tambahan
Pemeriksaan CT brain tanpa kontras pada tanggal 04 agustus 2020
Hasil pemeriksaan :
Ventrikal sulci lobus frontoparietal kanan kiri agak melebar, gyri agak
prominent. Diferensiasi grey and white matter jela. Tidak tampak lesi
hipo/hiperdens di kedua hemisfer cerebri. Tidak tampak pergeseran
garis tengah. sistem ventrikel dan sisterna baik. Sella parasella tak
tampak lesi. Batang otak, CPA dan cerebellum normal. Kedua orbita,
sinus paranasalis dan mastoid normal. Sebagian sutura belum menutup
(sesuai usia)
Kesan : sugestif fokal atrofi lobus frontoparietal bilateral
b. Pola nutrisi-metabolik
1) Pemberian ASI/PASI, perkiraan frekuensi dan jumlah minum,
kekuatan, menghisap (bagi bayi)
Sebelum masuk RS : Ibu pasien mengatakan anaknya tidak minum
ASI hanya minum susu formula, MPASI yang sering diberikan
bubur yang dicampur sayuran dan protein seperti daging ayam
halus, frekuensi minum susu 12x/hari, kekuatan menghisap kuat.
Saat masuk RS : ibu pasien mengatakan pasien hanya minum susu
LLM tidak makan MPASI.
2) Selera makan, makanan yang disukai/tidak disukai
Ibu pasien mengatakan anaknya tidak ada makanan yang tidak
disukai
3) Masukan makanan selama 24 jam? Makanan tambahan? Vitamin?
Ibu pasien mengatakan pasien makan 3x sehari, makanan tambahan
seperti makan buah pisang
4) Alat makan yang digunakan di rumah?
Ibu pasien mengatakan alat makan yang digunakan dirumah yaitu
plastik, kaca, dan keramik
5) Berat badan lahir?berat badan saat ini?
Ibu pasien mengatakan berat badan lahir 2,5 kg dan berat badan
sekarang 9 kg
6) Masalah kulit : rash, lesi, dll
Sebelum masuk RS : ibu pasien mengatakan anaknya tidak
memiliki masalah kulit.
Saat masuk RS : Ibu pasien mengatakan masalah kulit pada saat
sakit diare yaitu kemerahan di daerah perianal dan anak menangis
jika perianal sedang di bersihkan.
7) Status nutrisi orangtua (khususnya ibu, apa ada masalah)
Ibu pasien mengatakan makan sehari 3 kali. Makanan yang
dimakan yaitu nasi, lauk pauk, sayur dan makan buah-buahan.
Tidak ada masalah alergi makanan.
c. Pola Eliminasi
1) Pola defeksi (gambaran: frekuensi, kesulitan, kebiasaan, ada
darah/tidak)
Ibu pasien mengatakan sebelum anaknya sakit, anaknya BAB
sebanyak 1-2 kali sehari, tidak ada kesulitan defekasi, tidak ada
darah pada saat BAB.
Pada saat anak sakit, BAB lebih dari 10 kali sehari, feces tampak
cair
2) Mengganti pakaian dalam/diapers pada bayi
Ibu pasien mengatakan sebelum sakit ganti pampers sebanyak 8
kali sehari. Pada saat sakit diare, ganti pampers lebih dari 20 kali
sehari
3) Pola eliminasi urin (gambaran: berapa kali popok basah/hari,
perkiraan, jumlah, kekuatan keluarnya urin, bau, warna)
Ibu pasien mengatakan sebelum sakit ganti pampers penuh karna
pipis sebanyak 7 kali sehari. Urine kuning jernih, bau khas urin.
4) Apakah ada masalah dengan pola eliminasi orangtua
Ibu pasien mengatakan tidak mempunyai masalah pola eliminasi.
d. Pola aktivitas-latihan
1) Kebiasaan mandi (kapan, dimana, bagaimana menggunakan sabun
apa)
Ibu pasien mengatakan pasien dimandikan sehari 2 kali,
dimandikan dikamar mandi, menggunakan sabun khusus bayi.
2) Kebersihan rutin (pakaian, dll)
Ibu pasien mengatakan pakaian diganti sehari 2 kali, apabila baju
basah segera diganti, gunting kuku seminggu sekali.
3) Aktivitas sehari-hari
Ibu pasien mengatakan aktivitas anak menghabiskan hari-hari di
rumah, anak bermain bola plastik kecil, penampilan saat anak
bermain senang.
4) Level kekuatan anak/bayi secara umum, toleransi (giat, diam)
Pasien tampak diam
5) Persepsi anak terhadap kekuatan dari segi aktivitas (kuat, lemah)
Pasien tampak lemah
6) Kemampuan kemandirian anak (mandi, makan, toileting,
berpakaian, dll)
Pasien belum bisa mandiri karena masih umur 9 bulan.
7) Bagaimana aktivitas pola pemeliharaan anak, pemeliharaan rumah
oleh orangtua?
Dalam masa perawatan diruang kemuning atas
e. Pola istirahat-tidur
1) Pola istirahat/tidur anak, perkiraan jam dll
Ibu pasien mengatakan anaknya tidur siang ± 2,5 jam, tidur malem
± 11 jam
2) Posisi tidur anak, gerakan tubuh
Ibu pasien mengatakan posisi tidur pasien telentang dan miring
kanan dan kiri
3) Bagaimana pola tidur orangtua
Ibu pasien mengatakan tidur siang 1-2 jam, tidur malam 6-8 jam,
tidak ada gangguan tidur.
f. Pola persepsi-kognitif
1) Responsiveness anak secara umum
2) Respon anak untuk bicara, sentuhan, suara, objek : An. A
menangis, diberi sentuhan pasien hanya diam dan melihat orang
yang menyentuh, diberikan suara menyari sumber suara, diberi
objek tangannya ingin menyentuh objek dan mata mengikuti objek
yang ingin disentuh
3) Apakah anak mengikuti objek dengan matanya?respon untuk
meraih mainan?
Iya mata anak mengikuti objek dan mengikuti respon untuk meraih
mainan
4) Vokal suara, pola bicara, kata-kata, kalimat
Pasien jarang mengoceh
5) Gunakan stimulasi : bicara, mainan dll
Iya menggunakan stimulasi
6) Kemampuan anak untuk mengatakan nama, waktu, alamat, nomor
telepon dll
Pasien belum bisa karena masih umur 9 buan
7) Kemampuan anak untuk mengidentifikasi kebutuhan : lapar, haus,
nyeri, tidak nyaman
Pasien hanya menangis
8) Apakah ada masalah pada orangtua :penglihatan, pendengaran,
sentuhan, kesulitan membuat keputusan
Tidak ada
h. Pola peran-hubungan
An. A merupakan anak pertama dari pasangan Ny. M dan Tn. N.
Orang tua An. A cemas karena anak pertama harus dirawat
i. Pola seksualitas
An. A berjenis kelamin laki-laki, An. A mendapat cinta, kasih sayang
dari kedua orang tuanya maupun orang terdekatnya
9. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum : lemah
b. Tanda vital
S : 37°C, N : 110x/menit, RR : 28x/menit, SPO2 : 96%
c. TB : 72 cm dan BB : 9 kg
d. Lingkar kepala : 42 cm
e. Mata
Mata simetris, lingkar mata tidak cekung, konjungtiva anemis,
palpebral tidak ada edema, sklera tidak ikterik, pupil isokor, reflek
terhadap cahaya mengecil, fungsi penglihatan normal
f. Hidung
Hidung simetris tidak terdapat secret. Tidak terdapat polip, tidak ada
pernapasan cuping hidung, terpasang nasal kanul O2 2 liter/menit
g. Mulut
Bibir simetris, tidak terdapat stomatitis, lidah berwarna merah muda,
tidak terdapat sputum, tidak ada pembesaran pada tonsil
h. Telinga
Telinga simetris, tidak terdapat serumen, tidak terdapat nyeri tekan
pada pina, tulang mastoid dan daun telinga, fungsi pendengaran baik.
i. Tengkuk/leher
Leher simetris, tidak ada kaku kuduk, tidak terdapat pembesaran
kelenjar tiroid dan getah bening,tidak ada nyeri tekan, tidak ada
kesulitan menelan
j. Dada
● Paru-paru
Dada tampak simetris, suara napas ngorok, menggunakan alat
bantu napas nasal kanul O2 2 liter/menit, pasien tidak sesak, irama
napas teratur, tidak ada pembesaran di lapang paru, tidak ada
krepitasi, saat di perkusi sonor, suara paru ronkhi, Frekuensi nafas
28x/mnt
● Jantung
Tidak ada pembesaran, denyut pada ictus cordis teraba,perkusi
suara dullness, auskultasi tidak ada suara tambahan atau mur-mur
jantung
k. Abdomen
Tidak ada lesi, tidak terdapat benjolan pada abdomen, auskultasi
bising usus 30x/mnt, tidak ada nyeri tekan, perkusi tympani.
l. Punggung
Tidak ada kifosis, lordosis dan skiliosis, tidak ada lesi, tidak ada nyeri
tekan
m. Genetalia
Tidak ada kelainan, terdapat rash / kemerahan di daerah perianal
n. Ekstremitas
Akral hangat, tangan simetris, terpasang long line infus sebelah kanan
dengan cairan infus kaen 3 B, kaki simetris, tidak ada kelainan bentuk
kaki.
o. Kulit
Kulit tampak tidak pucat, tidak ada lesi pada kulit, CRT <2 dtk, akral
hangat, turgor kulit elastis.
lemah ↓
- feces tampak cair
Absorbsi aktif Na dari
- auskultasi bising
lumen usus menurun sekresi
usus 30x/mnt
aktif Nacl & air dari mukosa
- TTV :
ke lumen usus meningkat
S : 37°C
N : 110x/menit
RR : 28x/menit ↓
Diare
DS : Ibu pasien Kuman berlebih dibronkus Bersihan jalan napas
mengatakan anaknya batuk tidak efektif
↓
DO :
Proses peradangan
- suara napas ngorok
↓
- suara paru ronkhi
- Frekuensi nafas Akumulasi secret di bronkus
28x/mnt ↓
- Tepasang nasal
Sekret sulit keluar
kanul O2 2
liter/menit ↓
- SPO2 : 96%
Suara ronkhi
- Hasil rontgen :
↓
infiltrat di
suprahiler, perihiler Bersihan jalan napas tidak
hingga parakardial efektif
kanan ---DD/
pneumonia
DO : Pertumbuhan bakteri
daerah perianal ↓
Iritasi kulit
C. Diagnosis Keperawatan
Terapeutik
1. Berikan oralit 3x1
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian Zinc 1x20gr,
lacto B 2x1 sachet, sequest 3x1/8
sachet
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian ambroxol
3x2,5cc dan dexametasone
Edukasi
Anjurkan menggunakan pelembab
(mis. Lotin, serum)
Kolaborasi
Pemberian salep mico Z
E. Implementasi Keperawatan
F. Evaluasi Keperawatan
O:
- Pasien tampak lemah
- feces tampak terdapat
ampas
- auskultasi bising usus
28x/mnt
- nadi teraba kuat
- mukosa mulut tidak kering
- CRT : < 2 detik
- turgor kulit elastis.
- TTV :
S : 36,4°C
N : 110x/menit
A : Masalah teratasi sebagian
P : Pertahankan intervensi
18-11-2020 Bersihan jalan napas S : Ibu pasien mengatakan Perawat
18.00 WIB tidak efektif anaknya masih batuk Umi, Rinezia , Elen
berhubungan dengan O :
hipersekresi jalan - RR : 26x/menit
- tidak ada pernapasan
napas cuping hidung
- SPO2 : 97%
- suara napas terdengar
ngorok
- suara paru ronkhi
PEMBAHASAN
Pada bab ini penulis akan menguraikan atau membahas perbandingan antara teori
dan praktek serta analisa faktor-faktor penghabat atau pendukung yang disertai
dengan Alternative pemecahan masalah Asuhan Keperawatan Pada By. A Dengan
Diare Di Ruang Kemuning Atas Rsu Kabupaten Tangerang”. Asuhan
Keperawatan yang dilakukan penulis selama 3 terdiri dari tahap:
● Pengkajian Keperawatan
● Diagnosa Keperawatan
Setelah proses pengumpulan data dan analisa sesuai dengan masalah yang
ditentukan, maka penulis merumuskan diagnosa keperawatan berdasarkan data-
data tersebut. Dari hasil analisa data maka didapatkan tiga diagnosa yang muncul
pada By.A di kasus yaitu :
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
B. SARAN
DAFTAR PUSTAKA
Guyton, Arthur C., dkk. (2011). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 11.
Jakarta: EGC
Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional
Indonesia.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia.
Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional
Indonesia.