Anda di halaman 1dari 77

ASUHAN KEPERAWATAN PADA By.

A DENGAN PROLONG FEVER


EC EPILEPSI ON OAE, BRONKOPNEUMONIA DAN DIARE AKUT
DI RUANG KEMUNING ATAS RSU KABUPATEN TANGERANG
Diajukan guna memenuhi tugas praktik keperawatan dalam Mata Kuliah :
Keperawatan Anak

Dosen Pembimbing : Dwi Aprilina Andriani, S.Kep, Ners, M.Kep

Disusun oleh :

1. Diyah Dwi Lestari


2. Elena Widya Kusumadewi
3. Gita Saski Galatia
4. Nopiani Dwi Astuti
5. Rinezia Rinza Farizal
6. Umi Kulsum

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANTEN
JURUSAN KEPERAWATAN TANGERANG
PRODI PENDIDIKAN PROFESI NERS
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia–Nya sehingga kami mampu menyelesaikan tugas makalah ini.
Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Keperawatan Dasar Profesi. Dalam penyelesaian makalah ini, penulis banyak
mengalami kesulitan yang dikarenakan kurangnya sumber materi. Namun, penulis
telah berusaha semaksimal mungkin dalam penyusunan makalah ini sehingga
materi yang disajikan mampu menjadi referensi dalam proses pembelajaran untuk
mahasiswa keperawatan.
Tak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah
membantu dalam penulisan dan penyusunan makalah ini baik secara langsung
maupun tidak langsung, diantaranya :
1. Ibu Dwi Aprilina Andriani, S.Kep, Ners, M.Kep selaku dosen pembimbing
dalam mata kuliah Praktek Klinik Keperawatan Anak.
2. Ibu Ns. Neneng Gantini, S.Kep selaku pembimbing klinik di ruang Seruni.
3. Rekan-rekan kelompok yang telah bekerja sama dalam menyelesaikan
makalah ini.
4. Mahasiswa/i Profesi Ners yang telah memberikan dukungan dan semangat.
Tentunya makalah ini masih banyak kekurangan dan kesalahan, baik dalam
penulisan maupun penyusunannya, maka dari itu kritik dan saran yang bersifat
membangun sangat kami harapkan untuk kemajuan menjadi lebih baik.

Tangerang, 24 November 2020

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI ii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan Penulisan
BAB II LANDASAN TEORI
A. Konsep Dasar Diare
B. Konsep Asuhan Keperawatan
BAB III TINJAUAN KASUS
BAB IV PEMBAHASAN
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Salah satu penyakit infeksi di Indonesia adalah diare. Diare
merupakan kondisi yang ditandai dengan encernya tinja yang dikeluarkan
dengan frekuensi buang air besar yang lebih sering dibandingkan dengan
biasanya. Diare akut adalah buang air besar dengan frekuensi yang
meningkat dan konsistensi tinja yang lebih lembek atau cair dan bersifat
mendadak datangnya, dan berlangsung dalam waktu kurang dari 2
minggu. Diare disebabkan beberapa faktor, antara lain Karena kesehatan
lingkungan yang belum memadai, keadaan gizi yang belum memuaskan,
keadaan sosial ekonomi dan perilaku masyarakat yang secara langsung
atau tidak langsung mempengaruhi terjadinya diare. Selain itu, diare juga
bisa disebabkan karena makanan yang tidak sehat atau makanan yang
diproses dengan cara yang tidak bersih sehingga terkontaminasi bakteri
penyebab diare seperti Salmonella, Shigella dan Campylobacter jejuni
(Purwaningdyah, 2015).
Tanda dan gejala diare mula-mula bayi dan anak menjadi cengeng,
gelisah, suhu tubuh biasanya meningkat, nafsu makan berkurang atau tidak
ada, kemudian timbul diare. Diare yang semakin parah menyebabkan tinja
menjadi cair disertai lendir atau darah. Warna tinja makin lama berubah
mejadi kehijau-hijauan karena tercampur empedu. Anus dan daerah
sekitarnya lecet karena seringnya defekasi dan tinja makin lama makin
asam sebagai akibat semakin banyaknya asam laktat yang berasal dari
laktosa yang tidak dapat diabsorbsi usus selama diare (Ariani, 2016).
Penyakit diare juga dapat menyebabkan kematian jika dehidrasi tidak
diatasi dengan tepat. Dehidrasi dapat terjadi karena usus bekerja tidak
optimal sehingga sebagian besar air dan zat-zat yang terlarut di dalamnya
keluar bersama feses sampai akhirnya tubuh kekurangan cairan atau
dehidrasi (Kurniawati, 2016).
Menurut Depkes RI (2010), penanganan diare yang tepat agar tidak
terjadi dehidrasi berat pada anak yaitu dengan memberikan air susu ibu
lebih sering, memberikan segera cairan oralit atau larutan gula garam
setiap anak buang air besar. Berikan minum sedikit tapi sering dari
mangkuk ataugelas, tetapi jika anak muntah, tunggu 10 menit, kemudian
lanjutkan lagi dengan lebih lambat. Melanjutkan pemberian cairan
tambahan sampai diare berhenti. Jika tidak ada oralit, berikan air matang,
kuah sayur atau air tajin, jangan beri obat apapun kecuali dari petugas
kesehatan. Mencari pengobatan lanjutan dan anjurkan ke puskesmas untuk
mendapatkan tablet zinc karena apabila tidak segera ditangani diare pada
anak sering terjadi dehidrasi bahkan sampai kematian.
Diare merupakan salah satu penyakit dengan insidensi tinggi di
dunia dan dilaporkan terdapat hampir 1,7 milyar kasus setiap tahunnya.
Penyakit ini sering menyebabkan kematian pada anak usia di bawah lima
tahun (balita). Dalam satu tahun sekitar 760.000 anak usia balita
meninggal karena penyakit ini (World Health Organization (WHO), 2013).
Didapatkan 99% dari seluruh kematian pada anak balita terjadi di negara
berkembang. Sekitar ¾ dari kematian anak terjadi di dua wilayah WHO,
yaitu Afrika dan Asia Tenggara. Kematian balita lebih sering terjadi di
daerah pedesaan, kelompok ekonomi dan pendidikan rendah. Sebanyak ¾
kematian anak umumnya disebabkan penyakit yang dapat dicegah, seperti
kondisi neonatal, pneumonia, diare, malaria, danmeasles (WHO, 2013).
Menurut (Bid.P2-P2P Dinas Kesehatan Kota Tangerang), data
kumulatif penemuan kasus Diare Balita periode 2011 sampai 2014 yang
diperoleh dari 43 puskesmas se-Kota Tangerang, tampak adanya
peningkatan angka cakupan di Tahun 2014, penemuan kasus pada tahun
2011 sebanyak 21.807 kasus, 2012 sebanyak 24.200 kasus, 2013 sebanyak
20.648 kasus dan 2014 sebanyak 27.491 kasus.
Berdasarkan tulisan diatas maka penulis tertarik untuk melakukan
asuhan keperawatan anak tentang diare.

B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Adapun tujuan umum yang akan dicapai yaitu mahasiswa
memahami asuhan keperawatan pada an. a dengan diagnosa medis
prolong fever ec epilepsi on oae, bronkopneumonia dan diare akut di
Ruang Kemuning Atas RSU Kabupaten Tangerang.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu menjelaskan konsep dasar diare meliputi definisi, etiologi,
patofisiologi, pathway, manifestasi klinik, komplikasi, pemeriksaan
penunjang serta penatalaksanaan (medis dan keperawatan).
b. Mampu menjelaskan konsep dasar keperawatan pada pasien diare
c. Mampu menjelaskan asuhan keperawatan pada an. a dengan
diagnosa medis prolong fever ec epilepsi on oae, bronkopneumonia
dan diare akut di Ruang Kemuning Atas RSU Kabupaten Tangerang.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep penyakit

1. Pengertian
Diare adalah kondisi yang didefinisikan oleh peningkatan
frekuensi defekasi (lebih dari 3 kali sehari), peningkatan jumlah feses
(lebih dari 200g per hari) dan perubahan konsistensi (cair) (Brunner &
Suddart, 2014). Diare adalah peningkatan dalam frekuensi buang air
besar (kotoran), serta pada kandungan air dan volume kotoran. Diare
dapat menjadi masalah berat. Diare yang ringan dapat pulih dalam
beberapa hari. Namun, diare yang berat dapat menyebabkan dehidrasi
(kekurangan cairan) atau masalah gizi yang berat (Yayasan Spiritia,
2011).
Diare adalah suatu kondisi dimana seseorang buang air besar
dengan konsistensi lembek atau cair, bahkan dapat berupa air saja dan
frekuensinya lebih sering (biasanya tiga kali atau lebih ) dalam satu
hari.Secara klinis penyebab diare dapat dikelompokan dalam 6
golongan besar yaitu infeksi disebabkan oleh bakteri, virus atau invasi
parasit, malabsorbsi, alergi, keracunan, imunodefisiensi dan sebab-
sebab lainya (DEPKES RI, 2011). Diare adalah peningkatan frekuensi
atau penurunan konsistensi feses. Diare pada anak dapat bersifat akut
atau kronik (Carman, 2016). Diare adalah peradangan pada lambung,
usus kecil dan usus besar dengan berbagai kondisi patologis dari
saluran gastrointestinal dengan manifestasi di sertai muntah-muntah
atau ketidaknyaman abdomen (Muttaqin & Sari, 2011).
Dapat disimpulkan diare akut adalah inflamasi lambung dan
usus yang disebabkan oleh berbagai bakteri, virus dan pathogen yang
ditandai dengan bertambahnya frekuensi defekasi lebih dari biasanya
(> 3 kali/hari) disertai perubahan konsistensi tinja (menjadi cair), Diare
juga dapat terjadi pada bayi dan anak yang sebelumnya sehat dan pada
neonatus lebih dari 4 kali sehari dengan atau tanpa lendir dan darah..

2. Etiologi
Penyebab utama terjadinya diare akibat virus adalah rotasi virus
banyak organisme yang menyebabkan diare akibat bakteri, yaitu
campylobacter, shigella, salmonella, staphylococcus aureus dan
escherichia coli. Salah satu agen parasit yang paling sering
menyebabkan diare pada anak. Kebanyakan organisme patogen
penyebab diare disebarluaskan lewat jalur fekal, oral melalui
makanan atau air yang terkontaminasi atau ditularkan antar manusia
dengan kontak yang erat. Kurangnya air bersih, tinggal berdesakan,
hygiene yang buruk, kurang gizi dan merupakan faktor resiko utama,
khususnya untuk terjangkit infeksi bakteri atau parasit yang patogen
(Akton, 2014).

3. Manifestasi Klinik
Menurut Kusuma (2016) Manifestasi klinis dapat di jadikan dua yaitu
diare akut dan diare kronis:
a. Diare akut
1) Buang air besar encer, gas-gas dalam perut, rasa tidak enak dan
nyeri perut
2) Nyeri pada kuadran kanan bawah disertai kram dan bunyi pada
perut
3) Demam biasanya dalam menanggapi infeksi seperti virus atau
infeksi bakteri atau peradangan karena penyakit
b. Diare kronik
1) Penurunan berat badan dan napsu makan
2) Demam biasanya dalam menanggapi infeksi seperti virus atau
infeksi bakteri atau peradangan karena penyakit
3) Dehidrasi tanda-tandanya hipotensi takikardi, denyut lemah

4. Faktor yang mempengaruhi terjadinya penyakit

Penyebab utama diare akut adalah bakteri, parasit, maupun


virus. Penyebab lain yang dapat menimbulkan diare akut adalah
cacing, toksin dan obat. Penyebab diare dapat dibagi dalam beberapa
faktor yaitu (Guyton & Hall, 2011):
a. Faktor infeksi
Infeksi enteral (infeksi saluran pencernaan makanan yang
merupakan penyebab utama diare)
1) Infeksi Virus
a) Retavirus
- Penyebab tersering diare akut pada bayi, sering
didahului atau disertai dengan muntah.
- Timbul sepanjang tahun, tetapi biasanya pada musim
dingin.
- Dapat ditemukan demam atau muntah.
b) Enterovirus
- Biasanya timbul pada musim panas.
c) Adenovirus
- Timbul sepanjang tahun.
- Menyebabkan gejala pada saluran
pencernaan/pernafasan.
d) Norwalk
- Epidemik
- Dapat sembuh sendiri (dalam 24-48 jam).
2) Infeksi Bakteri
a) Stigella
- Semusim, puncaknya pada bulan Juli-September
- Insiden paling tinggi pada umur 1-5 tahun
- Dapat dihubungkan dengan kejang demam.
- Muntah yang tidak menonjol
- Sel polos dalam feses
- Sel batang dalam darah
b) Salmonella
- Semua umur tetapi lebih tinggi di bawah umur 1
tahun
- Menembus dinding usus, feses berdarah, mukoid
- Mungkin ada peningkatan temperature
- Muntah tidak menonjol
- Sel polos dalam feses
- Masa inkubasi 6-40 jam, lamanya 2-5 hari.
- Organisme dapat ditemukan pada feses selama
berbulan-bulan.
c) Escherichia coli
- Baik yang menembus mukosa (feses berdarah) atau
yang menghasilkan enterotoksin.
- Pasien (biasanya bayi) dapat terlihat sangat sakit.
d) Campylobacter
- Sifatnya infasiv pada bayi dapat menyebabkan diare
berdarah tanpa manifestasi klinik yang lain.
- Kram abdomen yang hebat
- Muntah/dehidrasi jarang terjadi
e) Yersinia Enterecolitica
- Sering didapatkan sel polos pada feses
- Mungkin ada nyeri abdomen yang berat
- Diare selama 1-2 minggu.
- Sering menyerupai apendicitis.
3) Infeksi Parasit
Seperti cacing (ascaris), protozoa (Entamoeba histolytica,
Giardia lamblia, Tricomonas hominis dan jamur (Candida
albicans) (Depkes, 2010).
b. Faktor Malabsorpsi
1) Malabsorbsi karbohidrat
- Disakarida seperti : intoleransi laktosa, maltosa dan
sukrosa
- Monosakarida seperti : intoleransi glukosa, fruktosa dan
galaktosa
- Malabsorbsi lemak : long chain triglyceride.
- Malabsorbsi protein : asam amino, B-laktoglobulin
c. Faktor Makanan
Makanan yang beracun dan alergi terhadap makanan.
d. Penyebab lain
1) Imunodefisiensi
2) Gangguan psikologis (cemas dan takut)

5. Komplikasi
Menurut Suhayono dalam Brunner & Suddart (2014) komplikasi yang
dapat terjadi dari diare akut maupun kronis, yaitu:
a. Kehilangan cairan dan elektrolit (terjadi dehidrasi)
Kondisi ini dapat mengakibatkan gangguan keseimbangan
asam basa (asidosis metabolic), karena :
1) Kehilangan natrium bicarbonate bersama tinja.
2) Walaupun susu diteruskan, sering dengan pencernaan dalam
waktu yang terlalu lama.
3) Makanan diberikan sering tidak dapat dicerna dan diabsorpsi
dengan baik adanya hiperstaltik.

Dari komplikasi diare, tingkat dehidrasi dapat diklasifikasikan sebagai


berikut :
- Dehidrasi ringan
Kehilangan cairan 2 – 5 % dari berat badan dengan gambaran
klinik turgor kulit kurang elastis, suara serak, penderita belum
jatuh pada keadaan syok.
- Dehidrasi Sedang
Kehilangan cairan 5 – 8 % dari berat badan dengan gambaran
klinik turgor kulit jelek, suara serak, penderita jatuh pre syok,
nadi cepat dan dalam.
- Dehidrasi Berat
Kehilangan cairan 8 - 10 % dari bedrat badan dengan gambaran
klinik seperti tanda-tanda dehidrasi sedang ditambah dengan
kesadaran menurun, apatis sampai koma, otot-otot kaku sampai
sianosis.

Klasifikasi Diare Berdasarkan tabel Derajat Dehidrasi (DEPKES,2011)


Gejala/ derajat Diare tanpa Diare Diare
dehidrasi dehidrasi dehidrasi dehidrasi
Ringan/ Berat
Sedang
Bila terdapat Bila terdapat Bila terdapat
dua tanda atau dua tanda atau dua tanda atau
lebih lebih lebih
Keadaan Baik, sadar Gelisah, rewel Lesu, lunglai/
umum tidak sadar
Mata Tidak cekung Cekung Cekung
Keinginan Normal, tidak Ingin minum Malas minum
untuk minum ada rasa haus terus, ada rasa
haus
Turgor Segera kembali Kembali Kembali sangat
lambat lambat

b. Gangguan sirkulasi
Sebagai akibat diare dengan atau tanpa disertai muntah, maka
dapat terjadi gangguan sirkulasi dara berupa renjatan atau syok
hipovolemik. Akibat perfusi jaringan berkurang dan terjadi
hipoksia, asidosis bertambah sehingga dapat mengakibatkan
perdarahan di dalam otak, kesadaran menurun, dan bila tidak
segera ditolong maka penderita meninggal.
c. Hiponatremia
Anak dengan diare hanya minum air putih atau cairan yang hanya
mengandung sedikit garam, dapat terjadi hiponatremi (Na<
130 mol/L). Hiponatremi sering terjadi pada anakdengan
Shigellosis dan pada anak malnutrisi berat dengan oedema. Oralit
aman dan efektif untuk terapi darin hamper semua anak
dengan hiponatremi. Bila tidak berhasi, koreksi Na
dilakukan berasama dengan koreksi cairan rehidrasi yaitu:
memakai Ringer Laktat.

6. Patofisiologi dan Pathway


Menurut Muttaqin & Sari (2011) secara umum kondisi peradangan
pada gastrointestinal disebabkan oleh infeksi dengan melakukan
invasi pada mukosa, memproduksi enterotoksin dan atau
memproduksi sitotoksin. Mekanisme ini menghasilkan peningkatan
sekresi cairan atau menurunkan absorpsi cairan sehingga akan terjadi
dehidrasi dan hilangnya nutrisi dan elektrolit.
Mekanisme dasar yang menyebabkan diare meliputi hal-hal sebagai
berikut:
a. Gangguan osmotik, kondisi ini berhubungan dengan asupan
makanan atau zat yang sukar diserap oleh mukosa intestinal dan
akan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus
meninggi sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit ke dalam
rongga usus. Isi rongga usus yang berlebihan ini akan
merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul diare.
b. Respons inflamasi mukosa, terutama pada seluruh permukaan
intestinal akibat produksi enterotoksin dari agen infeksi
memberikan respons peningkatan aktivitas sekresi air dan
elektrolit oleh dinding usus ke dalam rongga usus dan
selanjutnya diare timbul karena terdapat peningkatan isi rongga
usus.
c. Gangguan motilitas usus, terjadinya hiperperperistaltik akan
mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap
makanan sehingga timbul diare, sebaliknya bila peristaltik usus
menurun akan mengakibatkan bakteri timbul berlebihan yang
selanjutnya dapat menimbulkan diare.

Usus halus menjadi bagian absorpsi utama dan usus besar


melakukan absorpsi air yang akan membuat solid dari komponen
feses, dengan adanya gangguan dari gastroenteritis akan
menyebabkan absorpsi nutrisi dan elektrolit oleh usus halus,
serta absorpsi air menjadi terganggu.

Selain itu, diare juga dapat terjadi akibat masuknya


mokroorganisme hidup ke dalam usus setelah berhasil
melewati rintangan asam lambung. Mikroorganisme tersebut
berkembangbiak, kemudian mengeluarkan toksin dan akibat
toksin tersebut terjadi hipersekresi yang selanjutnya akan
menimbulkan diare. Mikroorganisme memproduksi toksin.
Enterotoksin yang di produksi agen bakteri (seperti E. Coli
dan Vibrio cholera) akan memberikan efek lansung dalam
peningkatan pengeluaran sekresi air ke dalam lumen
gastrointestinal. Beberapa agen bakteri bisa memproduksi
sitotoksin (seperti Shigella dysenteriae, vibrio parahaemolyticus,
clostridium difficilr, enterohemorrhagic E. Coli) yang
menghasilkan kerusakan sel-sel yang terinflamasi. Invasi
enterosit dilakukan beberapa miktoba seperti Shigella,
organisme campylobacter, dan enterovasif E. Coli yang
menyebabkan terjadinya destruksi, serta inflamasi.

Pada manifestasi lanjut dari diare dan hilangnya cairan, elektrolit


mamberikan manifestasi pada ketidakseimbangan asam basa dan
gangguan sirkulasi yaitu terjadinya gangguan keseimbangan
asama basa (metabolik asidosis). Hal ini terjadi karena
kehilangan Na-bikarbonat bersama feses. Metabolisme lemak
tidak sempurna sehingga benda kotor tertimbun dalam tubuh dan
terjadinya penimbunan asam laktat karena adanya anoreksia
jaringan. Produk metabolisme yang bersifat asam meningkat
karena tidak dapat dikeluarkan oleh ginjal (terjadi
oliguria/anuria) dan terjadinya pemindahan ion Na dari cairan
eksraseluler ke dalam cairan intraseluler.

Respon patologis penting dari gastroenteritis dengan diare berat


adalah dehidra, pemahaman perawat sangatlah penting mengenai
bagaimana patofisiogi dehidrasi dapat membantu dalam
menyusun rencana intervensi sesuai kondisi individu. Dehidrasi
adalah suatu gangguan dalam keseimbangan air yang
disebabkan output melebihi intake sehingga jumlah air pada
tubuh berkurang. Meskipun yang hilang adalah cairan tubuh,
tetapi dehidrasi juga disertai gangguan elektrolit. Dehidrasi dapat
terjadi karena kekurangan air (water deflection), kekurangan
natrium (sodium defletion), serta kekurangan air dan natrium
secara bersama-sama.

Kekurangan air atau dehidrasi primer (water deflection): pada


peradangan gastroenteritis, fungsi usus besar dalam
melakukan absorpsi cairan terganggu sehingga masuknya air
sangat terbatas. Gejala-gejala khas pada dehidrasi primer adalah
haus, saliva sedikit sekali sehingga mulut kering, oliguria sampai
anuri, sangat lemah, serta timbulnya gangguan mental seperti
halusinasi dan delirium. Pada stadium awal kekurangan cairan,
ion natrium dan klorida ikut menghilang dengan cairan tubuh,
tetapi akhirnya terjadi reabsorpsi ion melalui tubulus ginjal
yang berlebihan sehingga cairan ekstrasel mengandung natrium
dan klor berlebihan, serta terjadi hipertoni. Hal ini menyebabkan
air keluar dari sel sehingga terjadi dehidrasi intasel, inilah yang
menimbulkan rasa haus. Selain itu, terjadi perangsangan pada
hipofisis yang kemudian melepaskan hormon antidiuretik
sehingga terjadi oliguria.
Dehidrasi sekunder (sodium depletion). Pada gastroenteritis,
dehidrasi sekunder merupakan dehidrasi yang terjadi karena
tubuh kehilangan cairan tubuh yang mengandung elektrolit.
Kekurangan natrium sering terjadi akibat keluarnya cairan
melalui saluran pencernaan pada keadaan muntah-muntah dan
diare yang hebat. Akibat dari kekurangan natrium terjadi
hipotoni ekstrasel sehingga tekanan osmotik menurun. Hal
ini menghambat dikeluarkan hormon antidiuretik sehingga
ginjal mengeluarkan air agar tercapai konsentrasi cairan
ekstrasel yang normal. Akibatnya volume plasma dan cairan
interstisial menurun. Selain itu, karena terdapat hipotoni
ekstrasel, air akan masuk ke dalam sel. Gejala-gejala dehidrasi
sekunder adalah nausea, muntah-muntah, sakit kepala, serta
perasaan lesu dal lelah. Akibat turunnya volume darah, maka
curah jantung pun menurun sehingga tekanan darah juga
menurun dan filtrasi glomerulos menurun, kemudian
menyebabkan terjadinya penimbunan nitrogen yang akan
meningkatkan risiko gangguan kesimbangan asam basa dan
hemokonsentrasi darah.

Diare dengan dehidrasi berat dapat mengakibatkan renjatan


(syok) hipovolemik. Syok adalah suatu keadaan yang disebabkan
oleh defisien sirkulasi akibat disparitas (ketidakseimbangan) antara
volume darah dan ruang vascular. Faktor yang menyebabkan
ketidakseimbangan ini adalah bertambahnya kapasitas ruang
susunan vascular dan berkurangnya volume darah. Syok dibagi
dalam syok primer dan syok sekunder. Pada syok primer terjadi
defisiensi sirkulasi akibat ruang vascular membesar karena
vasodilatasi. Ruang vaskular yang membesar mengakibatkan darah
seolah- olah ditarik dan sirkulasi umum dan segera masuk ke dalam
kapiler dan venula alat-alat dalam (visera). Pada syok sekunder
terjadi gangguan keseimbangan cairan yang menyebabkan defisiensi
sirkulasi perifer disertai jumlah volume darah yang menurun, aliran
darah yang kurang, serta hemokosentrasi dan fungsi ginjal yang
terganggu. Sirkulasi yang kurang tidak langsung terjadi setelah
adanya kena serangan/kerusakan, tetapi baru beberapa waktu
sesudahnya, oleh karena itu disebut syok sekunder atau delayed
shock. Gejala-gejalanya adalah rasa lesu dan lemas, kulit yang
basah, kolaps vena terutama vena-vena supervisial, pernapasan
dangkal, nadi cepat dan lemah, tekanan darah yang rendah, oliguria,
dan terkadang disertai muntah. Faktor yang menyebabkan terjadinya
disparitas pada gastroenteritis adalah karena volume darah
berkurang akibat permeabilitas yang bertambah secara menyeluruh.
Hal ini membuat cairan keluar dari pembuluh-pembuluh dan
kemudian masuk ke dalam jaringan sehingga terjadi pengentalan
(hemokonsentarsi) darah.
Pathway

IInfeksi Makanan Psikologi

Toksik tak dapat


Berkembang diusus Ansietas
diserap
Hipersekresi &
Malabsorbsi KH,
Elektrolit Hiperperistaltik
Lemak, protein
Isi Usus
Mening tekanan
Penyerapan makanan
osmotik
diusus menurun
Pergeseran air dan
elektrolit ke ususu

Diare

Frekuensi BAB
Distensi abdomen
menigkat

Hilang cairan & Kerusakan integritas Mual muntah


elektrolit berlebihan kulit perianal
Nafsu makan menurun
Gangguan
Asidosis metabolik
keseimbangan cairan &
elektrolit Ketidak seimbangan
Sesak nutrisi kurang dari
Dehidrasi kebutuhan tubuh
Gangguan Pertukaran gas

Kekurangan volume
Resiko syok
cairan (hipovolemi)

Sumber : Nurarif .A.H,dkk, 2015

7. Evidance Based Practice


Baby Massage terhadap frekuensi buang air besar. Manfaat
Baby Massage yaitu Sentuhan atau pijatan dapat memperbaiki
motilitas saluran cerna dan kemampuan absorpsi makanan, dimana
pada keadaan diare gangguan di kedua hal tersebut yang
menyebabkan terjadinya peningkatan frekuensi buang air besar dan
tingkat dehidrasi. Pemijatan pada bayi akan merangsang nervus vagus,
dimana saraf ini akan meningkatkan peristaltik usus sehingga
pengosongan lambung meningkat dengan demikian akan merangsang
nafsu makan bayi untuk makan lebih lahap dalam jumlah yang cukup.
Selain itu nervus vagus juga dapat memacu produksi enzim
pencernaan sehingga penyerapan makanan maksimal. Disisi lain pijat
juga dapat memperlancar peredaran darah dan meningkatkan
metabolisme sel, dari rangkaian tersebut berat badan bayi akan
meningkat.

B. KONSEP ASKEP DIARE

a. Pengkajian
Identitas Klien berisi Nama, Tempat, tanggal lahir, Umur, Pendidikan,
Alamat, Agama, Nama ayah/ibu, Pekerjaan ayah, Pekerjaan ibu,
Pendidikan ibu, dan Suku bangsa

1) Keluhan Utama yang lazim didapatkan adalah diare dengan


peningkatan frekuensi dan feses menjadi cair. Keluhan lain yang
menyertai muntah, demam, nyeri abdomen, kondisi feses yang
encer, lender dan darah.

2) Riwayat Penyakit Sekarang


a) Munculnya keluhan
(1) Tanggal munculnya keluhan
(2) Waktu munculnya keluhan (perlahan atau tiba-tiba)
(3) Faktor presipitasi dan predisposisi (perubahan emosional,
kelelahan, kehamilan, lingkung, lingkungan, toksin,
alergen, infeksi, dll)
b) Karakteristik PQRST
c) Masalah sejak muncul keluhan
(1) Insiden
- Serangan mendadak tunggal
- Kejadian mendadak berulang
- Kejadian sehari-hari
- Kejadian periodik
(2) Perkembangan (membaik, memburuk, tidak berubah)
(3) Effect dari pengobatan

3) Riwayat Masa Lampau


a) Prenatal (keluhan saat ibu hamil, tempat pemeriksaan ANC,
nutrisi, full term/pre term/post mature, kesehatan saat hamil,
obat yang diminum, dll)
b) Natal (tindakan persalinan, obat-obatan, tempat persalinan)
c) Post natal (kondisi kesehatan, APGAR sckore, BBL, PBL,
anomaly congenital)
d) Penyakit waktu kecil (gejala dan penanganannya)
e) Pernah dirawat di RS (penyakit yang diderita, respon
emosional waktu dirawat)
f) Obat-obatan yang digunakan (pernah atau sedang
digunakan:nama, dosis, jadwal pemberian, durasi dan alasan
menggunakannya)
g) Alergi (pernah menderita asma, eczema, reaksi yang tidak
biasa terhadap makanan, binatang, obat, tanaman, atau produk
rumah tangga)
h) Kecelakaan (jenis kecelakaan, akibat, dan penanganannya)
i) Imunisasi (dirinci imunisasi apa saja yang pernah didapat, usia
pada waktu mendapatkannya dan reaksi imunisasi, terutama
yang berkaitan dengan penyakit yang diderita sekarang)
4) Riwayat Keluarga (disertai Genogram)
Penyakit yang pernah, sedang diderita oleh keluarga, baik yang
berhubungan maupun yang tidak berhubungan dengan penyakit
yang diderita klien. Gambar genogram dengan ketentuan yang
berlaku (simbol dan 3 generasi). Anak tinggal dengan siapa

5) Riwayat Sosial
a) Yang mengasuh dan alasannya
b) Pembawaan anak secara umum (periang, pemalu, pendiam,
kebiasaan lain:mengisap jari, mengompol)
c) Lingkungan rumah (kaitannya dengan kebersihan, ancaman
keselamatan anak, ventilasi, dan posisi/letak barang-barang)

6) Keadaan Kesehatan Saat ini (dari rumah sampai saat dikaji


a) Diagnosa medis
b) Tindakan operasi
c) Obat-obatan
d) Tindakan keperawatan
e) Hasil laboratorium :
● feses kultur : Bakteri, virus, parasit, candida
● Serum elektrolit : Hiponatremi, Hipernatremi, hipokalemi
● AGD : asidosis metabolic ( Ph menurun, PO 2 meningkat,
PCO2 meningkat, HCO3 menurun )
● Faal ginjal : UC meningkat (GGA)
f) Hasil rontgen : mungkin ditemukan bronchopemoni
g) Data tambahan

7) Pengkajian Pola Fungsional Menurut Gordon


a) Pola persepsi kesehatan dan manajemen kesehatan
(1) Status kesehatan anak sejak lahir
(2) Pemeriksaan kesehatan secara rutin
(3) Penyakit-penyakit yang menyebabkan anak absen dari
sekolah
(4) Praktek pencegahan kesehatan (pakaian, mengganti popok)
(5) Apakah orangtua merokok?didekat anak?
(6) Mainan anak/bayi (aman?), keamanan kendaraan
(7) Praktek keamanan orangtua (produk rumah tangga,
menyimpan obat-obatan, dll)

b) Pola nutrisi-metabolik
(1) Pemberian ASI/PASI, perkiraan frekuensi dan jumlah
minum, kekuatan, menghisap (bagi bayi)
(2) Selera makan, makanan yang disukai/tidak disukai
(3) Masukan makanan selama 24 jam? Makanan tambahan?
Vitamin?
(4) Kebiasaan makan?
(5) Alat makan yang digunakan di rumah?
(6) Berat badan lahir?berat badan saat ini?
(7) Masalah kulit : rash, lesi, dll
(8) Status nutrisi orangtua (khususnya ibu, apa ada masalah)

c) Pola Eliminasi
(1) Pola defeksi (gambaran: frekuensi, kesulitan, kebiasaan,
ada darah/tidak)
(2) Mengganti pakaian dalam/diapers pada bayi
(3) Pola eliminasi urin (gambaran: berapa kali popok
basah/hari, perkiraan, jumlah, kekuatan keluarnya urin,
bau, warna)
(4) Apakah ada masalah dengan pola eliminasi orangtua

d) Pola aktivitas-latihan
(1) Kebiasaan mandi (kapan, dimana, bagaimana
menggunakan sabun apa)
(2) Kebersihan rutin (pakaian, dll)
(3) Aktivitas sehari-hari (menghabiskan hari-hari di rumah,
bermain, tipe mainan yang digunakan, teman bermain,
penampilan saat anak bermain, dll)
(4) Level kekuatan anak/bayi secara umum, toleransi (giat,
diam)
(5) Persepsi anak terhadap kekuatan dari segi aktivitas (kuat,
lemah)
(6) Kemampuan kemandirian anak (mandi, makan, toileting,
berpakaian, dll)
(7) Bagaimana aktivitas pola pemeliharaan anak, pemelharaan
rumah oleh orangtua?

e) Pola istirahat-tidur
(1) Pola istirahat/tidur anak, perkiraan jam dll
(2) Perubahan pola istirahat, mimpi buruk, nokturia
(3) Posisi tidur anak, gerakan tubuh
(4) Bagaimana pola tidur orangtua

f) Pola persepsi-kognitif
(1) Responsiveness anak secara umum
(2) Respon anak untuk bicara, aentuhan, suara, objek
(3) Apakah anak mengikuti objek dengan matanya?respon
untuk meraih mainan?
(4) Vokal suara, pola bicara, kata-kata, kalimat
(5) Gunakan stimulasi : bicara, mainan dll
(6) Kemampuan anak untuk mengatakan nama, waktu, alamat,
nomor telepon dll
(7) Kemampuan anak untuk mengidentifikasi kebutuhan :
lapar, haus, nyeri, tidak nyaman
(8) Apakah ada masalah pada orangtua :penglihatan,
pendengaran, sentuhan, kesulitan membuat keputusan

g) Pola persepsi diri-konsep diri


(1) Status mood bayi/anak (irritabilitas)
(2) Pemahaman anak terhadap identitas diri, kompetensi, dll
Anak/Bayi
- Status mood
- Banyak teman/seperti yang lain
- Persepsi diri
- Kesepian
- Takut

h) Pola peran-hubungan
(1) Struktur keluarga
(2) Masalah/stresor keluarga
(3) Interaksi antara anggota keluarga dan anak
(4) Respon anak/bayi terhadap perpisahan
(5) Anak:ketergantungan
(6) Anak:pola bermain
(7) Anak: temper tantrum?masalah disiplin?penyesuaian
sekolah?
(8) Orangtua : peran ikatan? kepuasan? Pekerjaan / sosial /
hubungan perkawinan

i) Pola seksualitas
(1) Perasaaan sebagai laki-laki/perempuan
(2) Pertanyaan seputar seksualitas?bagaimana respon
orangtua?(tidak tahu, malu, acuh, perubahan seksualitas)
(3) Orangtua:riwayat reproduksi, ada masalah dengan
kepuasan seksual

j) Pola koping-toleransi terhadap stres


(1) Apakah yang menyebabkan stres pada anak?tingkat stres?
toleransi?
(2) Pola penanganan masalah?support system?

k) Pola nilai-keyakinan
(1) perkembangan moral anak, pemilihan perilaku, komitmen
(2) Keyakinan akan kesehatan, keyakinan agama
(3) Orangtua : sesuatu yang bernilai dalam hidupnya
(spirituality) semangat untuk masa depan? Keyakinan akan
kesembuhan, dampak penyakit, dan tujuan?

8) Pemeriksaan Fisik
a) Keadaan umum : lemah
b) Tanda vital
c) TB?BB : Menurut S. Partono (Susilaningrum et al, 2013), anak
yang diare dengan dehidrasi biasanya mengalami penurunan
berat badan.
d) Lingkar kepala
e) Mata : penurunan produksi air mata atau lingkar mata cekung
f) Hidung
g) Mulut : Membran mukosa juga dapat kering, Mulut dan lidah
basah (tanpa dehidrasi), Mulut dan lidah kering (dehidrasi
ringan/sedang), Mulut dan lidah sangat kering (dehidrasi
berat).
h) Telinga
i) Tengkuk/leher
j) Dada :
k) Jantung : nadi cepat > 120 x/mnt dan lemah
l) Paru-paru : dispnea, pernafasan cepat > 40 x/mnt
m) Abdomen : Distensi abdomen atau kecekungan mungkin
muncul, Bising usus peristaltic meningkat > 35 x/mnt
hiperaktif dapat mengindikasikan diare/gastrointestinal,
Adanya abnormalitas pada pemeriksaan untuk diagnosis diare
akut atau kronik dapat mengindikasikan proses patologis.
Palpasi nyeri tekan pada kuadran bawah dapat berkaitan
dengan gastrointeritas
n) Punggung
o) Genetalia : Inspeksi area perineal anal untuk adanya
kemerahan atau ruam yang berkaitan dengan peningkatan
volume dan frekuensi defeksi.
p) Ekstremitas
q) Kulit : warna kulit pucat, turgor menurun > 2 dt, suhu
meningkat > 375 0 c, akral hangat, akral dingin (waspada syok),
capillary refill time memajang > 2 detik, Kulit mungkin tidak
elastic atau menunjukan kekenduran, menandai kuranya
hidrasi.
9) Pemeriksaan perkembangan (penilaian berdasarkan format
DDST/Denver II) bagi anak usia 0-6 tahun
a) Kemandirian dan bergaul
b) Motorik halus
c) Kognitif dan bahasa
d) Motorik kasar
Bagi anak di atas 6 tahun ditanyakan tumbuh kembang secara
umum sbb:
(1) Berat badan saat lahir, 6 bulan, 1 tahun, dan saat ini
(2) Pertumbuhan gigi
- Usia saat gigi tumbuh
- Jumlah gigi
- Masalah dengan pertumbuhan gigi
(3) Usia saat menegakkan kepala, duduk, berjalan, kata-kata
pertama
(4) Perkembangan sekolah lancar
(5) Interaksi dengan teman sebaya dan orang dewasa
(6) Partisipasi DENGAN KEGIATAN ORGANISASI

10) Informasi lain

b. Nursing Care Plans


1) Diagnosa Keperawatan
Diare
a) Pengertian
Diare merupakan pengeluaran feces yang sering, lunak dan
tidak berbentuk (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2018).
b) Tanda dan gejala
(1) Tanda dan gejala mayor
Subjektif : tidak ada
Objektif :
- Defekasi lebih dari tiga kali dalam 24 jam
- Feses lembek atau cair
(2) Tanda dan gejala minor
Subjektif :
- Urgency
- Nyeri / kram abdomen

Objektif :

- Frekuensi peristaltik meningkat


- Bising usus hiperaktif
c) Etiologi
Penyebab dari diare adalah sebagai berikut :
(1) Fisiologis
- Inflamasi gastrointestinal
- Iritasi gastrointestinal
- Proses infeksi
- Malabsorbsi
(2) Psikologis
- Kecemasan
- Tingkat stres tinggi
(3) Situasional
- Terpapar kontaminan
- Terpapar toksin
- Penyalahgunaan laksatif
- Penyalahgunaan zat
- Program pengobatan (Agen tiroid. Analgesik, pelunak
feses, ferosulfat, antasida, cimetidine dan antibiotik)
- Perubahan air dan makanan
- Bakteri pada air

2) Diagnosa Keperawatan
Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
a) Pengertian
Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif adalah ketidakmampuan
membersihkan sekret atau obstruksi jalan nafas untuk

mempertahankan jalan nafas tetap paten. (Tim Pokja


SDKI DPP PPNI, 2018).
b) Tanda dan gejala
(1) Tanda dan gejala mayor
Subjektif : tidak ada
Objektif :
- batuk tidak efektif

- tidak mampu batuk.

- sputum berlebih.

- Mengi, wheezing dan / atau ronkhi kering.

- Mekonium di jalan nafas pada Neonatus.


(2) Tanda dan gejala minor
Subjektif :
- Dispnea.
- Sulit bicara.
- Ortopnea.

Objektif :

- Gelisah.
- Sianosis.
- Bunyi napas menurun.
- Frekuensi napas berubah.
- Pola napas berubah.
c) Etiologi
Penyebab dari Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
adalah sebagai berikut :
- Spasme jalan napas.

- Hipersekresi jalan napas.

- Disfungsi neuromuskuler.

- Benda asing dalam jalan napas.

- Adanya jalan napas buatan.

- Sekresi yang tertahan.

- Hiperplasia dinding jalan napas.

- Proses infeksi .

- Respon alergi.
- Efek agen farmakologis (mis. anastesi).

3) Diagnosa Keperawatan
Gangguan integritas kulit
a) Pengertian
Gangguan integritas kulit adalah Kerusakan kulit (dermis
dan/atau epidermis) atau jaringan (membran mukosa, kornea,
fasia, otot, tendon, tulang, kartilago, kapsul sendi dan/atau
ligamen) (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2018).
b) Tanda dan gejala
(1) Tanda dan gejala mayor
Subjektif : tidak ada
Objektif :
- Kerusakan jaringan dan/atau lapisan kulit
(2) Tanda dan gejala minor
Subjektif : tidak ada

Objektif :

- Nyeri
- Perdarahan
- Kemerahan
- Hematoma
c) Etiologi
Penyebab dari Gangguan integritas kulit adalah sebagai
berikut:

- Perubahan sirkulasi
- Perubahan status nutrisi (kelebihan atau kekurangan)
- Kekurangan/kelebihan volume cairan
- Penurunan mobilitas
- Bahan kimia iritatif
- Suhu lingkungan yang ekstrem
- Faktor mekanis  (mis. Penekanan pada tonjolan tulang,
gesekan) atau faktor elektris (elektrodiatermi, energi
listrik bertegangan tinggi)
- Efek samping terapi radiasi
- Kelembaban
- Proses penuaan
- Neuropati perifer
- Perubahan pigmentasi
- Perubahan hormonal
- Kurang terpapar informasi tentang upaya
memperthankan/melindungi integritas jaringan
- Sekresi yang tertahan.
- Hiperplasia dinding jalan napas.
- Proses infeksi .
- Respon alergi.
- Efek agen farmakologis (mis. anastesi).
4) Perencanaan

SDKI SLKI SIKI


Kode : D.0020 Eliminasi fekal : L.04033 Manajemen diare : I.03101
Setelah dilakukan tindakan
Diare berhubungan
keperawatan selama 5 x 24 Observasi
dengan inflamasi
jam diharapkan proses
gastrointestinal 1. Monitor warna, volume, frekuensi
defekasi normal yang
dan konsistensi tinja
ditandai dengan kriteria hasil
: 2. Monitor tanda dan gejala
1. Konsistensi feses hypovelemia (mis.takikardi, nadi
membaik (5) teraba lemah, tekanan darah
2. Frekuensi defekasi turun, turgor kulit turun, mukosa
membaik (5) mulut kering, CRT ,melambat,
3. Peristaltik usus membaik BB menurun)
(5)
3. Monitor jumlah pengeluaran diare

Terapeutik

1. Berikan asupan cairan oral


(mis.larutan garam gula,
oralit,pedialyte,renalyte)

2. Berikan cairan intravena


(mis.ringer asetat, ringer
laktat),jika perlu

3. Ambil sampel feses untuk kultur,


jika perlu
Edukasi

1. Anjurkan selalu berikan susu


LLM

Kolaborasi

1. Kolaborasi pemberian obat


antimotilitas (mis.loperamide,
difenoksilat

2. Kolaborasi pemberian obat


antispasmodic/spasmolitik
(mis.papaverin, ekstak
belladonna, mebeverine)

3. Kolaborasi pemberian obat


pengeras feses (mis.atapulgit,
smektit, kaolin-pektin)

Kode : D.0001 Bersihan jalan napas : Manajemen Jalan Napas : I.01011


L.01001
Bersihan jalan napas
Setelah dilakukan tindakan Observasi
tidak efektif
keperawatan selama 5 x 24 1. Monitor pola napas
berhubungan dengan
jam diharapkan kemampuan 2. Monitor bunyi napas tambahan
hipersekresi jalan
membersihkan sekret atau
napas
obstruksi jalan napas untuk Terapeutik
mempertahankan jalan napas
1. Berikan minum hangat
tetap paten. Dengan kriteria
hasil : 2. Lakukan fisioterapi dada, jika
- ronkhi menurun (5) perlu
- frekuensi napas
membaik (5) 3. Berikan oksigen, jika perlu
- sudah tidak ada suara
mengorok
Kolaborasi

1. Kolaborasi pemberian
bronkodilator, ekspektoran,
mukolitik, jika perlu

Kode : D.0129 Integritas Kulit Dan Perawatan Integritas Kulit :


Jaringan meningkat : I.11353
Gangguan integritas
L.14125
kulit berhubungan Observasi
Setelah dilakukan tindakan
dengan kelembaban
keperawatan selama 3 x 24 1. Monitor iritasi dan ulserasi kulit
kulit
jam diharapkan gangguan didaerah perineal

integritas kulit teratasi.


Terapeutik
Dengan kriteria hasil :
1. Bersihkan perineal dengan air
- Nyeri menurun (5)
hangat, terutama selama periode
- Kemerahan menurun (5)
diare
2. Gunakan produk berbahan
petrolium  atau minyak pada kulit
kering

Edukasi

Anjurkan menggunakan pelembab


(mis. Lotin, serum)

5) Implementasi
Implementasi adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk
mencapai tujuan yang spesifik. Tahap pelaksanaan dimulai setelah
rencana tindakan disusun dan ditunjukkan pada perawat untuk
membuat klien dalam mencapai tujuan yang diharapkan oleh
karena itu rencan tindakan yang spesifik dilaksanakan untuk
memodifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi masalah
kesehatan klien. Tujuan dari pelaksaan adalah membantu klien
dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan yang mencakup
peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit dan pemulihan.

6) Evaluasi
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi
proses keperawatan yang menandakan seberapa jauh diagnosa
keperawatan, rencana tindakan dan pelaksanaan yang sudah
berasil di capai. Melalui evaluasi memungkinkan perawat untuk
memonitor yang terjadi selama tahap pengkajian, analisa data,
perencanaan dan pelaksanaan tindakan. Evaluasi adalah tahap
akhir dari proses keperawatan yang menyediakan nilai informasi
mengenai pengaruh intervensi yang telah direncanakan dan
merupakan perbandingan dari hasil yang diamati dengan kriteria
hasil yang telah dibuat pada tahap perencanaan (Nursalam, 2012).
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PADA By. A DENGAN PROLONG FEVER
EC EPILEPSI ON OAE, BRONKOPNEUMONIA DAN DIARE AKUT DI
RUANG KEMUNING ATAS RSU KABUPATEN TANGERANG

Tgl/Jam MRS : 5 November 2020 pukul 16.00 WIB


Tanggal/Jam Pengkajian : 16 November 2020 09.00 WIB
Diagnosa Medis : Prolong fever ec epilepsi on OAE, bronkopneumonia,
diare akut
No. RM : 00263406

I. Kasus Asuhan Keperawatan


A. Pengkajian
1. Identitas Klien
a. Nama : By. A
b. Tempat, tanggal lahir : Tangerang, 3 Februari 2020
c. Umur : 9 bulan
d. Pendidikan : -
e. Alamat : Pulau untung jawa RT 003/003 Kec. Kepulauan seribu
selatan
f. Agama : Islam
g. Nama ayah/ibu : Tn. N
h. Pekerjaan ayah : Wiraswasta
i. Pekerjaan ibu : Ibu Rumah Tangga
j. Pendidikan ibu : SMA
k. Suku bangsa : Betawi
2. Keluhan Utama
Pada saat pengkajian tanggal 16 november 2020 Ibu pasien mengatakan
anaknya buang air besar lebih dari 10x/hari.
Keluhan utama saat masuk rumah sakit ibu pasien mengatakan anaknya
demam, batuk dan pilek sudah 2 minggu
3. Riwayat Penyakit Sekarang
a. Munculnya keluhan
1) Tanggal munculnya keluhan
Pada tanggal 22 oktober 2020 sebelum masuk rumah sakit ibu
pasien mengatakan anaknya demam, batuk dan pilek, setelah 2
minggu diobati dirumah tidak kunjung sembuh, ibu pasien
membawa pasien ke poli anak RSU Kabupaten Tangerang pada
tanggal 5 November 2020. Setelah diperiksa dipoli anak, pasien
dianjurkan untuk dirawat. Saat pengkajian tanggal 16 november
2020 Ibu pasien mengatakan anaknya buang air besar lebih dari
10x/hari dan batuk.

2) Waktu munculnya keluhan


Pada tanggal 11 november 2020 ibu pasien mengatakan anaknya
mengalami diare dan muntah

3) Faktor presipitasi dan predisposisi (perubahan emosional,


kelelahan, kehamilan, lingkung, lingkungan, toksin, alergen,
infeksi, dll)
Tidak ada

b. Karakteristik PQRST
Pada tanggal 22 oktober 2020 ibu pasien mengatakan anaknya demam,
batuk dan pilek, setelah 2 minggu diobati dirumah tidak kunjung
sembuh, ibu pasien membawa pasien ke poli anak RSU Kabupaten
Tangerang pada tanggal 5 November 2020. Setelah diperiksa dipoli
anak, pasien dianjurkan untuk dirawat. Lalu pasien dibawa ke IGD
RSU Kabupaten Tangerang untuk segera ditangani dan masuk ruang
rawat inap kemuning atas. Setelah masuk ruang rawat inap, pada
tanggal 11 november 2020 pasien mengalami diare dan muntah-
muntah.

4. Riwayat Masa Lampau


a. Prenatal (keluhan saat ibu hamil : tidak ada, tempat pemeriksaan
ANC : di bidan praktik mandiri, nutrisi : tercukupi, kesehatan saat
hamil : sehat, obat yang diminum : tablet kalsium dan zat besi)
b. Natal (tindakan persalinan normal, obat-obatan : tidak ada, tempat
persalinan : bidan praktik mandiri)
c. Post natal (kondisi kesehatan : sehat, APGAR score : 10 , BBL : 2,5
kg, PBL : 45,5 cm, anomaly congenital : tidak ada)
d. Penyakit waktu kecil
Pada saat pasien usia 5 bulan terdiagnosa epilepsi, gejalanya demam
tinggi dan kejang, kejang lebih dari 1 kali dalam sehari.
e. Pernah dirawat di RS (penyakit yang diderita : epilepsi sudah 2 kali
masuk rumah sakit dengan lama rawat 7 hari)
f. Obat-obatan yang digunakan (sedang digunakan: nama : ikalep , dosis
2cc, jadwal pemberian pagi dan malam, durasi 12 jam dan alasan
menggunakannya agar tidak kejang berulang diminum sampai 2 tahun
tidak boleh putus)
g. Alergi : tidak ada
h. Kecelakaan (jenis kecelakaan : jatuh dari tempat tidur, akibat : guling-
guling dikasur, dan penanganannya : tidak ada)
i. Imunisasi (imunisasi yang didapat yaitu imunisasi Hepatitis B (HB-0)
pada saat baru lahir. BCG dan Polio 1diberikan pada saat umur 1
bulan. DPT-HB-Hib 1, Polio 2, dan Rotavirus diberikan pada saat
umur 2 bulan. DPT-HB-Hib 2 dan Polio 3 diberikan pada saat umur 3
bulan. Reaksi imunisasi : demam)
5. Riwayat Keluarga
Keluarga pasien mengatakan keluarganya mempunyai penyakit keturunan
yaitu asma dan hipertensi

Genogram

6. Riwayat Sosial
a. Yang mengasuh : Keluarga klien mengatakan yang mengasuh anaknya
adalah dirinya sendiri dan terkadang dibantu oleh neneknya.
b. Pembawaan anak secara umum : pendiam
c. Lingkungan rumah
Keluarga mengatakan lingkungannya bersih, ventilasi cukup dan posisi
atau letak barang tertata rapih.
7. Keadaan Kesehatan Saat ini (dari rumah sampai saat dikaji
a. Diagnosa medis : Prolong fever ec epilepsi on OAE,
bronkopneumonia, diare akut
b. Tindakan operasi : pemasangan PICC (peripherally inserted central
catheter) / pemasangan infus long line  
c. Obat-obatan :
Terapi tanggal 16 november 2020
Obat – obatan Dosis
Obat minum :
1. Asam valproat 3x2 cc
2. Ceftrizin drop 1x0,25 ml
3. Ambroxol 3x2,5 cc
4. Zinc 1x20 gr
5. Oralit 100 cc
6. Lacto B 2x1 sachet
7. Sequest 3x1/8 sachet
Obat injeksi
1. Ceftazidime 2 x 500 mg

2. Dexametasone 4,5 mg

2x25 mg
3. Gentamicin

1x10 gr
4. Omeprazole
Cairan infus :
KaeN 3B 750cc/24 jam
Obat topikal :
Mico-Z

Terapi tanggal 18 November 2020

Obat – obatan Dosis


Obat minum :

1. Asam valproat 3x2 cc

2. Ceftrizin drop 1x0,25 ml

3. Ambroxol 3x2,5 cc

4. Zinc 1x20 gr

5. Oralit 100 cc

6. Lacto B 2x1 sachet

7. Sequest 3x1/8 sachet


Obat injeksi

1. Ceftazidime 2x450 mg

2. Dexametasone 3x1,5 mg

3. Gentamicin 2x25 mg

4. Omeprazole 1x10 gr
Cairan infus :

KaeN 3B 750cc/24 jam


Obat topikal :

Mico-Z

d. Hasil laboratorium
Tanggal pemeriksaan 08 november 2020
TEST RESULT REFERENCE UNITS
HEMATOLOGI

Hemoglobin 8,4 13,2-17,3 g/dl


Lekosit 9,12 3,80-10,60 x 10^3/ul
Hematokrit 25 40-52 %
Trombosit 212 140-440 x 10^3/ul
Eritrosit 4,37 4,40-5,90 10^6/uL
MCV 56 80-100 Fl
MCH 19 26-34 pg
MCHC 34 32-36 g/dl
RDW 24,0 11,5-14,5 %

HITUNG JENIS

Basofil 0 0-1 %
Eosinofil 1 2-4 %
Batang 0 3-5 %
Segmen 32 50-70 %
Limfosit 55 25-40 %
Monosit 12 2-8 %

GAMBARAN
DARAH TEPI
Eritrosit Anisokrom (hipokrom 2+, polikromasi +)
anisopoikilositosis (mikrosit, sel target, sferosit,
fragmentosit, tear drop), basophilic stippling
(+), tidak ditemukan blas
Lekosit Jumlah normal, tidak ditemukan bias
Trombosit Jumlah normal, trombosit besar (+)

Kesan Anemia sedang mikrositer ec suspek gangguan


sintesis Hb
Saran Hitung retikulosit, badan inklusi, elektroforesis
Hb

Tanggal pemeriksaan 17 november 2020


TEST RESULT REFERENCE UNITS
ANALISA
FECES
MAKROSKOPIS

Warna kuning Cokelat


konsistensi lunak Lunak
bau khas
lendir negatif Negatif
darah negatif Negatif

MAKROSKOPIK

Identifikasi cacing negatif


lekosit 0-1 0-2
eritrosit 0-1 0-1
amoeba histolytica Negatif Negatif
telur cacing Negatif Negatif

e. Hasil rontgen
Pemeriksaan thorax anak pada tanggal 05 november 2020
Hasil pemeriksaan :
Jantung kesan sulit dinilai, aorta dan mediastinum superior tidak
melebar, trakea di tengah, hilus kana n suram, kiri tertutup bayangan
jantung, tampak infiltrat di suprahiler, perihiler hingga parakardial
kanan, kedua hemidiafragma licin, kedua sinus kostoprenikus lancip,
jaringan lunak dinding dada terlihat baik.
Kesan : infiltrat di suprahiler, perihiler hingga parakardial kanan
---DD/ pneumonia
f. Data tambahan
Pemeriksaan CT brain tanpa kontras pada tanggal 04 agustus 2020
Hasil pemeriksaan :
Ventrikal sulci lobus frontoparietal kanan kiri agak melebar, gyri agak
prominent. Diferensiasi grey and white matter jela. Tidak tampak lesi
hipo/hiperdens di kedua hemisfer cerebri. Tidak tampak pergeseran
garis tengah. sistem ventrikel dan sisterna baik. Sella parasella tak
tampak lesi. Batang otak, CPA dan cerebellum normal. Kedua orbita,
sinus paranasalis dan mastoid normal. Sebagian sutura belum menutup
(sesuai usia)
Kesan : sugestif fokal atrofi lobus frontoparietal bilateral

8. Pengkajian Pola Fungsional Menurut Gordon


a. Pola persepsi kesehatan dan manajemen kesehatan
1) Status kesehatan anak sejak lahir
Ibu pasien megatakan sejak umur 5 bulan anak sering sakit-sakitan.
Setiap anaknya sakit selalu dibawa ke pelayanan kesehatan.
2) Pemeriksaan kesehatan secara rutin
Ibu pasien mengatakatan anaknya setiap bulan di bawa ke
pelayanan kesehatan untuk diperiksa .
3) Praktek pencegahan kesehatan
Sebelum masuk rumah sakit : Ibu pasien mengatakan mengganti
pakaian 2x sehari terkadang kalau baju anaknya basah diganti,
popok diganti ketika sudah penuh dan pada saat anak BAB.
Masuk rumah sakit : Ibu pasien mengatakan mengganti pakaian 3x
sehari terkadang kalau baju anaknya basah diganti, popok diganti
ketika sudah penuh dan pada saat anak BAB.
4) Apakah orangtua merokok?didekat anak?
Ibu pasien mengatakan ayahnya merokok, tetapi merokoknya
diluar rumah.
5) Mainan anak/bayi (aman?), keamanan kendaraan
Ibu pasien mengatakan anaknya dirumah bermain bola plastik kecil
menurut orang tua mainan itu aman
6) Praktek keamanan orangtua
Ibu pasien mengatakan produk rumah tangga yang digunakan aman
untuk digunakan, menyimpan obat-obatan di tempat khusus obat.

b. Pola nutrisi-metabolik
1) Pemberian ASI/PASI, perkiraan frekuensi dan jumlah minum,
kekuatan, menghisap (bagi bayi)
Sebelum masuk RS : Ibu pasien mengatakan anaknya tidak minum
ASI hanya minum susu formula, MPASI yang sering diberikan
bubur yang dicampur sayuran dan protein seperti daging ayam
halus, frekuensi minum susu 12x/hari, kekuatan menghisap kuat.
Saat masuk RS : ibu pasien mengatakan pasien hanya minum susu
LLM tidak makan MPASI.
2) Selera makan, makanan yang disukai/tidak disukai
Ibu pasien mengatakan anaknya tidak ada makanan yang tidak
disukai
3) Masukan makanan selama 24 jam? Makanan tambahan? Vitamin?
Ibu pasien mengatakan pasien makan 3x sehari, makanan tambahan
seperti makan buah pisang
4) Alat makan yang digunakan di rumah?
Ibu pasien mengatakan alat makan yang digunakan dirumah yaitu
plastik, kaca, dan keramik
5) Berat badan lahir?berat badan saat ini?
Ibu pasien mengatakan berat badan lahir 2,5 kg dan berat badan
sekarang 9 kg
6) Masalah kulit : rash, lesi, dll
Sebelum masuk RS : ibu pasien mengatakan anaknya tidak
memiliki masalah kulit.
Saat masuk RS : Ibu pasien mengatakan masalah kulit pada saat
sakit diare yaitu kemerahan di daerah perianal dan anak menangis
jika perianal sedang di bersihkan.
7) Status nutrisi orangtua (khususnya ibu, apa ada masalah)
Ibu pasien mengatakan makan sehari 3 kali. Makanan yang
dimakan yaitu nasi, lauk pauk, sayur dan makan buah-buahan.
Tidak ada masalah alergi makanan.

c. Pola Eliminasi
1) Pola defeksi (gambaran: frekuensi, kesulitan, kebiasaan, ada
darah/tidak)
Ibu pasien mengatakan sebelum anaknya sakit, anaknya BAB
sebanyak 1-2 kali sehari, tidak ada kesulitan defekasi, tidak ada
darah pada saat BAB.
Pada saat anak sakit, BAB lebih dari 10 kali sehari, feces tampak
cair
2) Mengganti pakaian dalam/diapers pada bayi
Ibu pasien mengatakan sebelum sakit ganti pampers sebanyak 8
kali sehari. Pada saat sakit diare, ganti pampers lebih dari 20 kali
sehari
3) Pola eliminasi urin (gambaran: berapa kali popok basah/hari,
perkiraan, jumlah, kekuatan keluarnya urin, bau, warna)
Ibu pasien mengatakan sebelum sakit ganti pampers penuh karna
pipis sebanyak 7 kali sehari. Urine kuning jernih, bau khas urin.
4) Apakah ada masalah dengan pola eliminasi orangtua
Ibu pasien mengatakan tidak mempunyai masalah pola eliminasi.

d. Pola aktivitas-latihan
1) Kebiasaan mandi (kapan, dimana, bagaimana menggunakan sabun
apa)
Ibu pasien mengatakan pasien dimandikan sehari 2 kali,
dimandikan dikamar mandi, menggunakan sabun khusus bayi.
2) Kebersihan rutin (pakaian, dll)
Ibu pasien mengatakan pakaian diganti sehari 2 kali, apabila baju
basah segera diganti, gunting kuku seminggu sekali.
3) Aktivitas sehari-hari
Ibu pasien mengatakan aktivitas anak menghabiskan hari-hari di
rumah, anak bermain bola plastik kecil, penampilan saat anak
bermain senang.
4) Level kekuatan anak/bayi secara umum, toleransi (giat, diam)
Pasien tampak diam
5) Persepsi anak terhadap kekuatan dari segi aktivitas (kuat, lemah)
Pasien tampak lemah
6) Kemampuan kemandirian anak (mandi, makan, toileting,
berpakaian, dll)
Pasien belum bisa mandiri karena masih umur 9 bulan.
7) Bagaimana aktivitas pola pemeliharaan anak, pemeliharaan rumah
oleh orangtua?
Dalam masa perawatan diruang kemuning atas

e. Pola istirahat-tidur
1) Pola istirahat/tidur anak, perkiraan jam dll
Ibu pasien mengatakan anaknya tidur siang ± 2,5 jam, tidur malem
± 11 jam
2) Posisi tidur anak, gerakan tubuh
Ibu pasien mengatakan posisi tidur pasien telentang dan miring
kanan dan kiri
3) Bagaimana pola tidur orangtua
Ibu pasien mengatakan tidur siang 1-2 jam, tidur malam 6-8 jam,
tidak ada gangguan tidur.

f. Pola persepsi-kognitif
1) Responsiveness anak secara umum
2) Respon anak untuk bicara, sentuhan, suara, objek : An. A
menangis, diberi sentuhan pasien hanya diam dan melihat orang
yang menyentuh, diberikan suara menyari sumber suara, diberi
objek tangannya ingin menyentuh objek dan mata mengikuti objek
yang ingin disentuh
3) Apakah anak mengikuti objek dengan matanya?respon untuk
meraih mainan?
Iya mata anak mengikuti objek dan mengikuti respon untuk meraih
mainan
4) Vokal suara, pola bicara, kata-kata, kalimat
Pasien jarang mengoceh
5) Gunakan stimulasi : bicara, mainan dll
Iya menggunakan stimulasi
6) Kemampuan anak untuk mengatakan nama, waktu, alamat, nomor
telepon dll
Pasien belum bisa karena masih umur 9 buan
7) Kemampuan anak untuk mengidentifikasi kebutuhan : lapar, haus,
nyeri, tidak nyaman
Pasien hanya menangis
8) Apakah ada masalah pada orangtua :penglihatan, pendengaran,
sentuhan, kesulitan membuat keputusan
Tidak ada

g. Pola persepsi diri-konsep diri


1) Status mood bayi/anak (irritabilitas) : menangis
2) Pemahaman anak terhadap identitas diri, kompetensi, dll
Anak/Bayi
a. Status mood : -
b. Banyak teman/seperti yang lain : -
c. Persepsi diri : -
d. Kesepian : -
e. Takut : -

h. Pola peran-hubungan
An. A merupakan anak pertama dari pasangan Ny. M dan Tn. N.
Orang tua An. A cemas karena anak pertama harus dirawat

i. Pola seksualitas
An. A berjenis kelamin laki-laki, An. A mendapat cinta, kasih sayang
dari kedua orang tuanya maupun orang terdekatnya

j. Pola koping-toleransi terhadap stress


An. A selalu menangis jika merasa nyeri pada bagian matanya
k. Pola nilai-keyakinan
An. A belum bisa melakukan kewajiban beribadah secara mandiri

9. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum : lemah
b. Tanda vital
S : 37°C, N : 110x/menit, RR : 28x/menit, SPO2 : 96%
c. TB : 72 cm dan BB : 9 kg
d. Lingkar kepala : 42 cm
e. Mata
Mata simetris, lingkar mata tidak cekung, konjungtiva anemis,
palpebral tidak ada edema, sklera tidak ikterik, pupil isokor, reflek
terhadap cahaya mengecil, fungsi penglihatan normal
f. Hidung
Hidung simetris tidak terdapat secret. Tidak terdapat polip, tidak ada
pernapasan cuping hidung, terpasang nasal kanul O2 2 liter/menit
g. Mulut
Bibir simetris, tidak terdapat stomatitis, lidah berwarna merah muda,
tidak terdapat sputum, tidak ada pembesaran pada tonsil
h. Telinga
Telinga simetris, tidak terdapat serumen, tidak terdapat nyeri tekan
pada pina, tulang mastoid dan daun telinga, fungsi pendengaran baik.
i. Tengkuk/leher
Leher simetris, tidak ada kaku kuduk, tidak terdapat pembesaran
kelenjar tiroid dan getah bening,tidak ada nyeri tekan, tidak ada
kesulitan menelan
j. Dada
● Paru-paru
Dada tampak simetris, suara napas ngorok, menggunakan alat
bantu napas nasal kanul O2 2 liter/menit, pasien tidak sesak, irama
napas teratur, tidak ada pembesaran di lapang paru, tidak ada
krepitasi, saat di perkusi sonor, suara paru ronkhi, Frekuensi nafas
28x/mnt
● Jantung
Tidak ada pembesaran, denyut pada ictus cordis teraba,perkusi
suara dullness, auskultasi tidak ada suara tambahan atau mur-mur
jantung
k. Abdomen
Tidak ada lesi, tidak terdapat benjolan pada abdomen, auskultasi
bising usus 30x/mnt, tidak ada nyeri tekan, perkusi tympani.
l. Punggung
Tidak ada kifosis, lordosis dan skiliosis, tidak ada lesi, tidak ada nyeri
tekan
m. Genetalia
Tidak ada kelainan, terdapat rash / kemerahan di daerah perianal
n. Ekstremitas
Akral hangat, tangan simetris, terpasang long line infus sebelah kanan
dengan cairan infus kaen 3 B, kaki simetris, tidak ada kelainan bentuk
kaki.
o. Kulit
Kulit tampak tidak pucat, tidak ada lesi pada kulit, CRT <2 dtk, akral
hangat, turgor kulit elastis.

10. Pemeriksaan perkembangan (penilaian berdasarkan format DDST/Denver


II) bagi anak usia 0-6 tahun
a. Kemandirian dan bergaul
Minum dengan cangkir : pasien belum bisa
Melambaikan tangan da-da : sudah bisa
Menyatakan keinginan : belum bisa
Tepuk tangan : belum bisa
b. Motorik halus
Membenturkan 2 kubus yang dipegang : belum bisa
Memegang dengan ibu jari dan jari : belum bisa
Mengambil 2 kubus : belum bisa
c. Kognitif dan bahasa
Papa / mama berpengertian : belum bisa
Mengoceh : sudah tetapi jarang
Kombinasi 2 suku kata : belum bisa
Papa, mama asal bunyi : belum bisa
Meniru bunyi suara : belum bisa
d. Motorik kasar
Bangun duduk sendiri : belum bisa
Bangkit sendiri untuk berdiri : belum bisa
Berdiri dengan pegangan : belum bisa

B. Perumusan Diagnosa Keperawatan

Data Fokus Etiologi Masalah


DS : Ibu pasien mengatakan Infeksi enteral dan Diare
anaknya buang air parenteral
besar lebih dari

10x/hari
DO : Aktivitas tonus meningkat

- Pasien tampak ggn pada villi usus

lemah ↓
- feces tampak cair
Absorbsi aktif Na dari
- auskultasi bising
lumen usus menurun sekresi
usus 30x/mnt
aktif Nacl & air dari mukosa
- TTV :
ke lumen usus meningkat
S : 37°C
N : 110x/menit
RR : 28x/menit ↓

Volume usus meningkat


hiperperistaltik

Diare
DS : Ibu pasien Kuman berlebih dibronkus Bersihan jalan napas
mengatakan anaknya batuk tidak efektif

DO :
Proses peradangan
- suara napas ngorok

- suara paru ronkhi
- Frekuensi nafas Akumulasi secret di bronkus
28x/mnt ↓
- Tepasang nasal
Sekret sulit keluar
kanul O2 2
liter/menit ↓
- SPO2 : 96%
Suara ronkhi
- Hasil rontgen :

infiltrat di
suprahiler, perihiler Bersihan jalan napas tidak
hingga parakardial efektif
kanan ---DD/
pneumonia

DS : Ibu pasien Frekuensi BAB meningkat Gangguan integritas


mengatakan masalah kulit kulit

pada saat sakit diare yaitu
kemerahan di daerah Kulit diperianal lama kontak
perianal dan anak menangis dengan cairan dan bakteri
jika perianal sedang di ↓
bersihkan
Kulit lembab

DO : Pertumbuhan bakteri

terdapat rash / kemerahan di meningkat

daerah perianal ↓

Iritasi kulit

Gangguan integritas kulit

C. Diagnosis Keperawatan

1. D.0001 Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan


hipersekresi jalan napas ditandai dengan pasien batuk, suara paru ronkhi,
Frekuensi nafas 28x/mnt dan SPO2 : 96 %
2. D.0020 Diare berhubungan dengan inflamasi gastrointestinal ditandai
dengan pasien buang air besar lebih dari 10x/hari, Pasien tampak lemah,
feces tampak cair dan auskultasi bising usus 30x/menit.
3. D.0129 Gangguan integritas kulit berhubungan dengan kelembaban kulit
ditandai dengan terdapat rash / kemerahan di daerah perianal
D. Intervensi Keperawatan

SDKI SLKI SIKI


Kode : D.0020 Eliminasi fekal : L.04033 Manajemen diare : I.03101
Setelah dilakukan tindakan
Diare berhubungan
keperawatan selama 5 x 24 Observasi
dengan inflamasi jam diharapkan proses
1. Monitor warna, volume, frekuensi
gastrointestinal defekasi normal yang
ditandai dengan kriteria hasil
: dan konsistensi tinja
1. Konsistensi feses
setengah padat 2. Monitor tanda dan gejala
2. Frekuensi defekasi hypovelemia (mis.takikardi, nadi
5x/hari teraba lemah, tekanan darah turun,
3. Peristaltik usus turgor kulit turun, mukosa mulut
20x/menit kering, CRT ,melambat, BB
menurun)

3. Monitor jumlah pengeluaran diare

4. Monitor frekuensi bising usus

Terapeutik
1. Berikan oralit 3x1

2. Berikan cairan intravena Kaen 3 B


750cc/hari

3. Ambil sampel feses untuk kultur,


jika perlu

4. Berikan susu LLM 3x150cc

Kolaborasi
Kolaborasi pemberian Zinc 1x20gr,
lacto B 2x1 sachet, sequest 3x1/8
sachet

Kode : D.0001 Bersihan jalan napas : Manajemen Jalan Napas : I.01011


L.01001
Bersihan jalan napas
Setelah dilakukan tindakan Observasi
tidak efektif keperawatan selama 5 x 24 1. Monitor pola napas
berhubungan dengan jam diharapkan kemampuan 2. Monitor bunyi napas tambahan
membersihkan sekret atau
hipersekresi jalan obstruksi jalan napas untuk Terapeutik
napas mempertahankan jalan napas
tetap paten. Dengan kriteria 1. Berikan minum hangat
hasil : 2. Lakukan fisioterapi dada, jika
- ronkhi menurun
- frekuensi napas perlu
28x/menit
3. Berikan oksigen nasal kanul O2 2
- sudah tidak ada suara
liter/menit
mengorok

Kolaborasi
Kolaborasi pemberian ambroxol
3x2,5cc dan dexametasone

Kode : D.0129 Integritas Kulit Dan Perawatan Integritas Kulit :


Jaringan meningkat : I.11353
Gangguan integritas
L.14125
kulit berhubungan Setelah dilakukan tindakan Observasi

dengan kelembaban keperawatan selama 3 x 24 Monitor iritasi dan ulserasi kulit


jam diharapkan gangguan didaerah perineal
kulit integritas kulit teratasi.
Dengan kriteria hasil : Terapeutik
- Nyeri menurun (5) 1. Bersihkan perineal dengan air
- Kemerahan menurun (5) hangat, terutama selama periode
diare
2. Gunakan produk berbahan
petrolium  atau minyak pada kulit
kering

Edukasi
Anjurkan menggunakan pelembab
(mis. Lotin, serum)

Kolaborasi
Pemberian salep mico Z
E. Implementasi Keperawatan

No. Tanggal/Jam No. Dx Tindakan Keperawatan Paraf


1. 16-11-2020 I 1. Memonitor warna, volume, Perawat
frekuensi dan konsistensi tinja
07.00 WIB Gita, Dyah,
Hasil : ibu pasien mengatakan warna
feses kuning, volume 20 cc, pagi Nopiani
ini 5 kali, konsistensi feses cair
2. Memonitor tanda dan gejala
I hypovelemia (mis.takikardi, nadi
teraba lemah, tekanan darah turun,
turgor kulit turun, mukosa mulut
kering, CRT ,melambat, BB
menurun)
Hasil : nadi : 110 x/menit, nadi
teraba kuat, mukosa mulut tidak
kering, CRT : < 2 detik, turgor kulit
elastis.
II
3. Memonitor pola napas
Hasil : RR : 28x/menit, tidak ada
pernapasan cuping hidung, SPO2 :
96%

II 4. Memonitor bunyi napas tambahan


Hasil : suara napas terdengar
ngorok, suara paru ronkhi
III
5. Memonitor iritasi dan ulserasi kulit
didaerah perineal
Hasil : tampak kemerahan didaerah
kulit perineal
I 6. Memberikan asupan cairan oral
oralit
Hasil : oralit sudah diberikan
sebanyak 100cc

7. memberikan cairan intravena kaen 3


I B 700 cc / 24jam
Hasil : cairan infus sudah terpasang
I 8. berkolaborasi pemberian obat diare
Hasil : obat lacto B 1 sachet, sequest
1/8 sachet, gentamicin, 25 mg,
ceftazidime 500 mg sudah diberikan
ke pasien
II
9. Berkolaborasi pemberian obat
amboxol dan dexametasone
Hasil : obat ambroxol 2,5 cc dan
dexametasone 4,5 mg sudah
diberikan

10. memberikan susu LLM 3x150ml


I
Hasil : ibu pasien mengatakan sudah
memberikan susu LLM dalam sehari
pasien minum susu 21 kali dengan
isi susu 80 ml

11. melakukan fisioterapi dada


II Hasil : fisioterapi dada sudah
dilakukan, sputum belum keluar

12. menganjurkan menggunakan


pelembab
III Hasil: ibu pasien mengatakan akan
membeli pelembab untuk perineal

2. 17-11-2020 I 1. Memonitor warna, volume, Perawat


frekuensi dan konsistensi tinja
07.00 WIB Gita, Dyah,
Hasil : ibu pasien mengatakan warna
feses kuning, volume 20 cc, pagi Nopiani
ini 5 kali, konsistensi feses sudah
terdapat ampas

I 2. Memonitor tanda dan gejala


hypovelemia (mis.takikardi, nadi
teraba lemah, tekanan darah turun,
turgor kulit turun, mukosa mulut
kering, CRT ,melambat, BB
menurun)
Hasil : nadi : 120x/menit, nadi
teraba kuat, mukosa mulut tidak
kering, CRT : < 2 detik, turgor kulit
II elastis.
3. Memonitor pola napas
Hasil : RR : 28x/menit, tidak ada
pernapasan cuping hidung, SPO2 :
96%
II
4. Memonitor bunyi napas tambahan
Hasil : suara napas terdengar
ngorok, suara paru ronkhi

III 5. Memonitor iritasi dan ulserasi kulit


didaerah perineal
Hasil : tampak kemerahan didaerah
kulit perineal
II
6. Memberikan asupan cairan oral
oralit
Hasil : oralit sudah diberikan
sebanyak 100cc

I 7. memberikan cairan intravena kaen 3


B 700 cc / 24jam
Hasil : cairan infus sudah terpasang

8. berkolaborasi pemberian obat diare


I Hasil : obat lacto B 1 sachet, sequest
1/8 sachet, gentamicin, 25 mg,
ceftazidime 500 mg sudah diberikan
ke pasien

9. Berkolaborasi pemberian obat


II ambroxol dan dexamethason
Hasil : obat ambroxol 2,5 cc dan
dexametasone 4,5 mg sudah
diberikan

10. memberikan minum hangat


Hasil : pasien sudah diberikan air
II hangat untuk mengencerkan dahak

11. melakukan fisioterapi dada


Hasil : fisioterapi dada sudah
II dilakukan, sputum belum keluar
12. memberikan susu LLM 3x150cc
I Hasil : ibu pasien mengatakan sudah
memberikan susu LLM dalam sehari
pasien minum susu 21 kali dengan
isi susu 80 ml
13. membersihkan perineal dengan air
hangat, terutama selama periode
III diare
Hasil : sudah membersihkan
perineal dengan air hangat

14. memberikan pelembab diderah


perineal
III Hasil : daerah perineal sudah
diberikan pelembab

15. mengambil sampel feses untuk


kultur
I Hasil : sampel feces sudah diambil
3. 18-11-2020 I 1. Memonitor warna, volume, Perawat
frekuensi dan konsistensi tinja
13.00 WIB Umi,
Hasil : ibu pasien mengatakan warna Rinezia,
feses kuning, volume 20 cc, BAB Elen
dari pagi sampai siang ini 7 kali,
konsistensi feses sudah terdapat
ampas
2. Memonitor tanda dan gejala
I hypovelemia (mis.takikardi, nadi
teraba lemah, tekanan darah turun,
turgor kulit turun, mukosa mulut
kering, CRT ,melambat, BB
menurun)
Hasil : nadi : 110x/menit, nadi
teraba kuat, mukosa mulut tidak
kering, CRT : < 2 detik, turgor kulit
elastis.
3. Memonitor pola napas
II Hasil : RR : 26x/menit, tidak ada
pernapasan cuping hidung, SPO2 :
97%
4. Memonitor frekuensi bising usus
I
Hasil : 28 x/menit

5. Memonitor bunyi napas tambahan


II
Hasil : suara napas terdengar
ngorok, suara paru ronkhi

6. Memonitor iritasi dan ulserasi kulit


III didaerah perineal
Hasil : tampak kemerahan didaerah
kulit perineal
7. Memberikan asupan cairan oral
oralit
I Hasil : oralit sudah diberikan
sebanyak 100cc

8. berkolaborasi pemberian obat diare


I Hasil : obat sequest 1/8 sachet sudah
diberikan ke pasien

9. Berkolaborasi pemberian obat


ambroxol dan dexametasone
II Hasil : obat ambroxol 2,5 cc dan
dexametasone 4,5 mg sudah
diberikan
10. memberikan susu LLM 3x150cc
Hasil : ibu pasien mengatakan sudah
memberikan susu LLM dalam sehari
pasien minum susu 21 kali dengan
I
isi susu 80 ml
11. membersihkan perineal dengan air
hangat, terutama selama periode
diare
Hasil : sudah membersihkan
III
perineal dengan air hangat

12. memberikan pelembab diderah


perineal
Hasil : daerah perineal sudah
diberikan pelembab
III
4. 19-11-2020 I 1. Memonitor warna, volume, Perawat
frekuensi dan konsistensi tinja
07.00 Umi,
Hasil : ibu pasien mengatakan warna Rinezia,
feses kuning, volume 10 cc, pagi Elen
ini 3 kali, konsistensi feses sudah
terdapat ampas

I 2. Memonitor tanda dan gejala


hypovelemia (mis.takikardi, nadi
teraba lemah, tekanan darah turun,
turgor kulit turun, mukosa mulut
kering, CRT ,melambat, BB
menurun)
Hasil : nadi : 120x/menit, nadi
teraba kuat, mukosa mulut tidak
kering, CRT : < 2 detik, turgor kulit
elastis.
II
3. Memonitor pola napas
Hasil : RR : 28x/menit, tidak ada
pernapasan cuping hidung, SPO2 :
93%
II
4. Memonitor bunyi napas tambahan
Hasil : suara napas terdengar
ngorok, suara paru ronkhi
III
5. Memonitor iritasi dan ulserasi kulit
didaerah perineal
Hasil : tampak sudah membaik
kemerahan didaerah kulit perineal
I 6. Memberikan asupan cairan oral
oralit
Hasil : oralit sudah diberikan
sebanyak 100cc
I 7. memberikan cairan intravena kaen 3
B 700 cc / 24jam
Hasil : cairan infus sudah terpasang
I
8. berkolaborasi pemberian obat diare
Hasil : obat lacto B 1 sachet, sequest
1/8 sachet, gentamicin, 25 mg,
ceftazidime 450 mg sudah diberikan
ke pasien
II
9. Berkolaborasi pemberian obat
ambroxol dan dexametasone
Hasil : obat ambroxol 2,5 cc dan
dexametasone 1,5 mg sudah
diberikan
II
10. memberikan minum hangat
Hasil : pasien sudah diberikan air
hangat untuk mengencerkan dahak

11. melakukan fisioterapi dada


II Hasil : fisioterapi dada sudah
dilakukan, sputum belum keluar

12. memberikan susu LLM 3x150cc


Hasil : ibu pasien mengatakan sudah
I memberikan susu LLM dalam sehari
pasien minum susu 21 kali dengan
isi susu 80 ml
13. membersihkan perineal dengan air
hangat, terutama selama periode
diare
III Hasil : sudah membersihkan
perineal dengan air hangat

14. memberikan pelembab diderah


perineal
Hasil : daerah perineal sudah
III diberikan pelembab
5. 20-11-2020 I 1. Memonitor warna, volume, Perawat
frekuensi dan konsistensi tinja Umi, Gita,
13.00
Rinezia
Hasil : ibu pasien mengatakan warna
feses kuning, volume 10 cc BAB
dari pagi sampai siang ini 2 kali,
konsistensi feses sudah terdapat
ampas, konsistensi feses sudah
terdapat ampas
2. Memonitor tanda dan gejala
I hypovelemia (mis.takikardi, nadi
teraba lemah, tekanan darah turun,
turgor kulit turun, mukosa mulut
kering, CRT ,melambat, BB
menurun)
Hasil : nadi : 100x/menit, nadi
teraba kuat, mukosa mulut tidak
kering, CRT : < 2 detik, turgor kulit
elastis.
3. Memonitor pola napas
II Hasil : RR : 26x/menit, tidak ada
pernapasan cuping hidung, SPO2 :
100%

4. Memonitor bunyi napas tambahan


II Hasil : suara napas terdengar
ngorok, suara paru ronkhi

5. Memonitor iritasi dan ulserasi kulit


III didaerah perineal
Hasil : tampak sudah membaik
kemerahan didaerah kulit perineal

I 6. Memberikan asupan cairan oral


oralit
Hasil : oralit sudah diberikan
sebanyak 100cc

I 7. berkolaborasi pemberian obat diare


Hasil : obat lacto B 1 sachet, sequest
1/8 sachet, sudah diberikan ke
pasien

8. Berkolaborasi pemberian obat


II ambroxol dan dexametasone
Hasil : obat ambroxol 2,5 cc dan
dexametasone 1,5 mg sudah
diberikan

10. memberikan susu LLM


Hasil : ibu pasien mengatakan sudah
I memberikan susu LLM dalam sehari
pasien minum susu 21 kali dengan
isi susu 80 ml
11. membersihkan perineal dengan air
III hangat, terutama selama periode
diare
Hasil : sudah membersihkan
perineal dengan air hangat

12. memberikan pelembab diderah


III perineal
Hasil : daerah perineal sudah
diberikan pelembab
6. 21-11-2020 I 1. Memonitor warna, volume, Perawat
frekuensi dan konsistensi tinja
07.00 Dyah, Gita,
Hasil : ibu pasien mengatakan warna Umi, Elen,
feses kuning, volume 10 cc, pagi Nopiani,
ini 1 kali, konsistensi feses sudah Rinezia
terdapat ampas

I 2. Memonitor tanda dan gejala


hypovelemia (mis.takikardi, nadi
teraba lemah, tekanan darah turun,
turgor kulit turun, mukosa mulut
kering, CRT ,melambat, BB
menurun)
Hasil : nadi : 147x/menit, nadi
teraba kuat, mukosa mulut tidak
kering, CRT : < 2 detik, turgor kulit
elastis.
3. Memonitor pola napas
II Hasil : RR : 28x/menit, tidak ada
pernapasan cuping hidung, SPO2 :
100%

II 4. Memonitor bunyi napas tambahan


Hasil : suara napas terdengar
ngorok, suara paru ronkhi

5. Memonitor iritasi dan ulserasi kulit


III didaerah perineal
Hasil : tampak sudah tidak ada
kemerahan didaerah kulit perineal
6. Memberikan asupan cairan oral
I oralit
Hasil : oralit sudah diberikan
sebanyak 100cc

7. memberikan cairan intravena kaen 3


I
B 700 cc / 24jam
Hasil : cairan infus sudah terpasang
I
8. berkolaborasi pemberian obat diare
Hasil : obat lacto B 1 sachet, sequest
1/8 sachet, gentamicin, 25 mg,
ceftazidime 450 mg sudah diberikan
ke pasien

9. Berkolaborasi pemberian obat


II ambroxol dan dexametasone
Hasil : obat ambroxol 2,5 cc dan
dexametasone 1,5 mg sudah
diberikan

10. memberikan minum hangat


II Hasil : pasien sudah diberikan air
hangat untuk mengencerkan dahak

11. melakukan fisioterapi dada


II Hasil : fisioterapi dada sudah
dilakukan, sputum belum keluar

12. memberikan susu LLM


I
Hasil : ibu pasien mengatakan sudah
memberikan susu LLM dalam sehari
pasien minum susu 21 kali dengan
isi susu 80 ml
13. membersihkan perineal dengan air
hangat, terutama selama periode
III diare
Hasil : sudah membersihkan
perineal dengan air hangat

14. memberikan pelembab diderah


perineal
III
Hasil : daerah perineal sudah
diberikan pelembab
I 15. memonitor frekuensi bising usus
Hasil : suara bising usus 15x/menit

F. Evaluasi Keperawatan

Tanggal/Jam Diag. Kep Evaluasi Paraf


18-11-2020 Diare berhubungan S : Perawat
18.00 WIB dengan inflamasi - Ibu pasien mengatakan Umi, Elen, Rinezia
gastrointestinal warna feses kuning,
volume 20 cc, BAB dari
pagi sampai siang ini 7
kali, konsistensi feses
sudah terdapat ampas
- Ibu pasien mengatakan
sudah memberikan susu
LLM dalam sehari pasien
minum susu 21 kali
dengan isi susu 80 ml

O:
- Pasien tampak lemah
- feces tampak terdapat
ampas
- auskultasi bising usus
28x/mnt
- nadi teraba kuat
- mukosa mulut tidak kering
- CRT : < 2 detik
- turgor kulit elastis.
- TTV :
S : 36,4°C
N : 110x/menit
A : Masalah teratasi sebagian
P : Pertahankan intervensi
18-11-2020 Bersihan jalan napas S : Ibu pasien mengatakan Perawat
18.00 WIB tidak efektif anaknya masih batuk Umi, Rinezia , Elen
berhubungan dengan O :
hipersekresi jalan - RR : 26x/menit
- tidak ada pernapasan
napas cuping hidung
- SPO2 : 97%
- suara napas terdengar
ngorok
- suara paru ronkhi

A : Masalah teratasi sebagian


P : Pertahankan intervensi
18-11-2020 Gangguan integritas S : Ibu pasien mengatakan Perawat
18.00 WIB kulit berhubungan kemerahan di daerah perianal dan Umi,Elen, Rinezia
dengan kelembaban anak menangis jika perineal
kulit sedang di bersihkan

O : tampak kemerahan didaerah


kulit perineal
A : Masalah belum teratasi
P : Pertahankan intervensi
21-11-2020 Diare berhubungan S : Perawat
15.1 WIB dengan inflamasi - Ibu pasien mengatakan Dyah, Umi, Gita,
gastrointestinal warna feses kuning, Elen, Nopiani,
volume 10 cc, BAB dari Rinezia
pagi 1 kali, konsistensi
feses sudah terdapat ampas
- Ibu pasien mengatakan
sudah memberikan susu
LLM dalam sehari pasien
minum susu 21 kali
dengan isi susu 80 ml
O:
- auskultasi bising usus
15x/mnt
- nadi teraba kuat
- mukosa mulut tidak kering
- CRT : < 2 detik
- turgor kulit elastis.
- TTV :
S : 36,7°C
N : 147x/menit
A : Masalah teratasi
P : Pertahankan intervensi
21-11-2020 Bersihan jalan napas S : Ibu pasien mengatakan Perawat
14.1 WIB tidak efektif anaknya masih batuk Dyah, Umi, Gita,
berhubungan dengan O : Elen, Nopiani,
Rinezia
hipersekresi jalan - RR : 28x/menit
- tidak ada pernapasan
napas cuping hidung
- SPO2 : 100%
- suara napas terdengar
ngorok
- suara paru ronkhi

A : Masalah teratasi sebagian


P : Pertahankan intervensi
21-11-2020 Gangguan integritas S : Ibu pasien mengatakan Perawat
14.00 WIB kulit berhubungan kemerahan di daerah perineal Dyah, Umi, Gita,
dengan kelembaban sudah sembuh Elen, Nopiani,
Rinezia
kulit
O : tidak tampak kemerahan
didaerah kulit perineal
A : Masalah teratasi
P : Hentikan intervensi
BAB IV

PEMBAHASAN

Pada bab ini penulis akan menguraikan atau membahas perbandingan antara teori
dan praktek serta analisa faktor-faktor penghabat atau pendukung yang disertai
dengan Alternative pemecahan masalah Asuhan Keperawatan Pada By. A Dengan
Diare Di Ruang Kemuning Atas Rsu Kabupaten Tangerang”. Asuhan
Keperawatan yang dilakukan penulis selama 3 terdiri dari tahap:

● Pengkajian Keperawatan

Pada tahap pengkajian penulis mengacu pada format yang telah


disediakan. Dalam pengumpulan data, penulis melakukan pengkajian secara
komprehensif yang mengacu pada tinjauan teoritis yang meliputi aspek bio,
psiko, sosio, dan spiritual yang dilakukan dengan memperhatikan kondisi
klien. Data hasil pengkajian penulis didapatkan dari hasil wawancara dengan
klien dan keluarga, pemeriksaan fisik, hasil pemeriksaan diagnostik, catatan
medis, catatan keperawatan, serta bekerja sama dengan perawat ruangan, dan
tim kesehatan lainnya yang mendukung pengkajian. Menurut konsep.
Keluhan Utama pada pasien bayi dengan diare adalah frekuensi buang air
besar (BAB) lebih dari tiga kali sehari dengan konsistensi lembek hingga cair
sehingga perlu dikaji riwayat pemberian makan, frekuensi buang air besar
(BAB), lamanya diare terjadi, apakah ada darah dalam tinja, apakah ada
muntah, gejala invaginasi (tangisan keras dan kepucatan pada bayi). Dari
hasil pengkajian pada pasien bayi dengan diare ibu pasien mengatakan bab
lebih dari 10 kali sehari, tampak lemah, feces tampak cair, terdapat rash /
kemerahan di daerah perianal.

Klasifikasi Diare Berdasarkan tabel Derajat Dehidrasi (DEPKES,2011)


Gejala/ derajat Diare tanpa Diare dehidrasi Diare dehidrasi
dehidrasi dehidrasi Ringan/ Sedang Berat
Bila terdapat dua Bila terdapat dua Bila terdapat dua
tanda atau lebih tanda atau lebih tanda atau lebih
Keadaan umum Baik, sadar Gelisah, rewel Lesu, lunglai/
tidak sadar
Mata Tidak cekung Cekung Cekung
Keinginan untuk Normal, tidak ada Ingin minum Malas minum
minum rasa haus terus, ada rasa
haus
Turgor Segera kembali Kembali lambat Kembali sangat
lambat

Klasifikasi penyakit diare Menurut Muttaqin & Sari (2011)

Secara umum kondisi peradangan pada gastrointestinal disebabkan


oleh infeksi dengan melakukan invasi pada mukosa, memproduksi
enterotoksin dan atau memproduksi sitotoksin. Mekanisme ini
menghasilkan peningkatan sekresi cairan atau menurunkan absorpsi
cairan sehingga akan terjadi dehidrasi dan hilangnya nutrisi dan
elektrolit.

Mekanisme dasar yang menyebabkan diare meliputi hal-hal sebagai


berikut:

● Gangguan osmotik, kondisi ini berhubungan dengan asupan


makanan atau zat yang sukar diserap oleh mukosa intestinal dan
akan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meninggi
sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit ke dalam rongga
usus. Isi rongga usus yang berlebihan ini akan merangsang usus
untuk mengeluarkannya sehingga timbul diare.
● Respons inflamasi mukosa, terutama pada seluruh permukaan
intestinal akibat produksi enterotoksin dari agen infeksi
memberikan respons peningkatan aktivitas sekresi air dan
elektrolit oleh dinding usus ke dalam rongga usus dan selanjutnya
diare timbul karena terdapat peningkatan isi rongga usus.

● Gangguan motilitas usus, terjadinya hiperperperistaltik akan


mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap
makanan sehingga timbul diare, sebaliknya bila peristaltik usus
menurun akan mengakibatkan bakteri timbul berlebihan yang
selanjutnya dapat menimbulkan diare.

Usus halus menjadi bagian absorpsi utama dan usus besar


melakukan absorpsi air yang akan membuat solid dari komponen
feses, dengan adanya gangguan dari gastroenteritis akan
menyebabkan absorpsi nutrisi dan elektrolit oleh usus halus,
serta absorpsi air menjadi terganggu.

Selain itu, diare juga dapat terjadi akibat masuknya


mokroorganisme hidup ke dalam usus setelah berhasil
melewati rintangan asam lambung. Mikroorganisme tersebut
berkembangbiak, kemudian mengeluarkan toksin dan akibat toksin
tersebut terjadi hipersekresi yang selanjutnya akan menimbulkan
diare. Mikroorganisme memproduksi toksin. Enterotoksin yang di
produksi agen bakteri (seperti E. Coli dan Vibrio cholera)
akan memberikan efek lansung dalam peningkatan pengeluaran
sekresi air ke dalam lumen gastrointestinal. Beberapa agen
bakteri bisa memproduksi sitotoksin (seperti Shigella dysenteriae,
vibrio parahaemolyticus, clostridium difficilr, enterohemorrhagic
E. Coli) yang menghasilkan kerusakan sel-sel yang terinflamasi.
Invasi enterosit dilakukan beberapa miktoba seperti Shigella,
organisme campylobacter, dan enterovasif E. Coli yang
menyebabkan terjadinya destruksi, serta inflamasi.
Pada manifestasi lanjut dari diare dan hilangnya cairan, elektrolit
mamberikan manifestasi pada ketidakseimbangan asam basa dan
gangguan sirkulasi yaitu terjadinya gangguan keseimbangan
asama basa (metabolik asidosis). Hal ini terjadi karena
kehilangan Na-bikarbonat bersama feses. Metabolisme lemak
tidak sempurna sehingga benda kotor tertimbun dalam tubuh dan
terjadinya penimbunan asam laktat karena adanya anoreksia
jaringan. Produk metabolisme yang bersifat asam meningkat
karena tidak dapat dikeluarkan oleh ginjal (terjadi oliguria/anuria)
dan terjadinya pemindahan ion Na dari cairan eksraseluler ke
dalam cairan intraseluler.

● Diagnosa Keperawatan

Setelah proses pengumpulan data dan analisa sesuai dengan masalah yang
ditentukan, maka penulis merumuskan diagnosa keperawatan berdasarkan data-
data tersebut. Dari hasil analisa data maka didapatkan tiga diagnosa yang muncul
pada By.A di kasus yaitu :

● D.0001 Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan hipersekresi


jalan napas ditandai dengan pasien batuk, suara paru ronkhi, Frekuensi nafas
28x/mnt dan tepasang nasal kanul O2 2 liter/menit. : Ibu pasien mengatakan
anaknya masih batuk setelah dilakukan tindakan keperawatan didapatkan
hasil respirasi normal dalam 26x/menit, tidak ada pernafasan cuping hidung,
SPO2 : 97%, Suara napas terdengar ngorok dan suara paru ronkhi

● D.0020 Diare berhubungan dengan inflamasi gastrointestinal ditandai dengan


pasien buang air besar lebih dari 10x/hari, Pasien tampak lemah, feces tampak
cair dan auskultasi bising usus 30x/menit. Setelah dilakukan tindakan
keperawatan Ibu pasien mengatakan warna feses kuning, volume 10 cc,
BAB dari pagi 1 kali, konsistensi feses sudah terdapat ampas Ibu pasien
mengatakan sudah memberikan susu LLM dalam sehari pasien minum susu
21 kali dengan isi susu 80 ml. Data Objektif menunjukan auskultasi bising
usus 15x/mnt , nadi teraba kuat, mukosa mulut tidak kering, CRT : < 2 detik,
turgor kulit elastis. TTV : S : 36,7°C dan Nadi 147x/menit

● D.0129 Gangguan integritas kulit berhubungan dengan kelembaban kulit


ditandai dengan terdapat rash / kemerahan di daerah perianal, setelah
dilakukan tindakan keperawatan, Ibu pasien mengatakan kemerahan di daerah
perineal sudah sembuh, data objektif menunjukan tidak tampak kemerahan
didaerah kulit perineal

BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN

Diare adalah kondisi yang didefinisikan oleh peningkatan frekuensi


defekasi (lebih dari 3 kali sehari), peningkatan jumlah feses (lebih dari 200g
per hari) dan perubahan konsistensi (cair) (Brunner & Suddart, 2014). Diare
akut adalah inflamasi lambung dan usus yang disebabkan oleh berbagai
bakteri, virus dan pathogen yang ditandai dengan bertambahnya frekuensi
defekasi lebih dari biasanya (> 3 kali/hari) disertai perubahan konsistensi tinja
(menjadi cair), Diare juga dapat terjadi pada bayi dan anak yang sebelumnya
sehat dan pada neonatus lebih dari 4 kali sehari dengan atau tanpa lendir dan
darah.

Selama 3 hari perawatan di Rumah Sakit pada By.A ditemukan


Diagnosa sebagai berikut:

● D.0001 Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan


hipersekresi jalan napas ditandai dengan pasien batuk, suara paru
ronkhi, Frekuensi nafas 28x/mnt dan tepasang nasal kanul O2 2
liter/menit

● D.0020 Diare berhubungan dengan inflamasi gastrointestinal ditandai


dengan pasien buang air besar lebih dari 10x/hari, Pasien tampak
lemah, feces tampak cair dan auskultasi bising usus 30x/menit.

● D.0129 Gangguan integritas kulit berhubungan dengan kelembaban


kulit ditandai dengan terdapat rash / kemerahan di daerah perianal

● Intervensi dibuat sesuai dengan masalah keperawatan dengan


memperlihatkan kondisi klien serta ketersediaan sarana dan prasarana di
ruangan termasuk kemampuan perawat dalam memaksimalkannya.

● Implementasi dilaksanakan sesuai dengan Intervensi Keperawatan.


Tindakan – tindakan keperawatan dapat dilaksanakan dengan baik berkat
adanya kerjasama keperawatan, keluarga, dan tim kesehatan lainnya.
● Selama perawatan yang dilakukan selama 3 hari, dari 3 diagnosa yang
ditegakkan masalah dapat teratasi

B. SARAN

Demikian asuhan keperawatan yang penulis lakukan kepada By.A.


Saran asuhan keperawatan yang harus di lakukan oleh keluarga By.A setelah
pulang dari rumah sakit wajib memperhatikan pemberian makanan
pendamping ASI (MPASI) dan minuman yang tepat dengan cara memberikan
ASI/ susu kepada bayi sedikit- sedikit tapi sering untuk mencegahnya
mengalami mual dan muntah. Pemberian makanan pendamping ASI dapat
berupa bubur, daging ayam, telur, buah- buahan, sayuran dan sereal dengan
porsi kecil namun sering. Ibu pasien juga perlu memperhatikan kebersihan
kulit daerah perineal saat bayi diare dengan rutin mengganti popok dan
membersihkan kulit dengan kain lembut yang telah dibasahi dengan air
hangat, ibu dapat juga mengoleskan salep atau pelembab yang mengandung
petroleum jelly atau zinc oxide untuk mencegah ruam pada kulit bayi.

DAFTAR PUSTAKA

Brunner&Suddart. 2014. Keperawatan Medikal Bedah. Ed 12. EGC. Jakarta


Depkes RI. (2011). Situasi Diare Di Indonesia. Jakarta

Guyton, Arthur C., dkk. (2011). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 11.
Jakarta: EGC

NANDA. (2015). Diagnose Keperawatan : Definisi & Klasifikasi 2015-2017.


Edisi 10. Jakarta : EGC
Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.
Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional
Indonesia.

Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional
Indonesia.

Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia.
Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional
Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai