Anda di halaman 1dari 41

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DAN KOMUNITAS PADA An.

R
DENGAN GANGGUAN SISTEM PENCERNAAN : DIARE PADA TAHAP
PERKEMBAGAN KELUARGA PRA SEKOLAH DI DUSUN IV DESA
TANJUNG GUSTA

OLEH :
JUHRI SAHPITRA S.KEP
220202036

PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN NERS


FAKULTAS FARMASI DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS SARI MUTIARAINDONESIA
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur saya ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan kesehatan kepada penulis dan atas berkah rahmat dan karunia-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan asuhan keperawatan ini dengan judul
“Asuhan Keperawatan Keluarga Pada An R Dengan Gangguan Sistem
Pencernaan : Diare Pada Tahap Perkembagan Keluarga Sekolah Di Dusun
IV Desa Tanjung Gusta ”
Dengan segala kerendahan hati, pada kesempatan ini saya ingin menyampaikan
terimakasih yang terhormat Bapak/Ibu:
1. Dr. Parlindungan Purba, SH, MM, selaku Ketua Yayasan Sari Mutiara Medan.
2. Dr. Ivan Elisabeth Purba, M.Kes, selaku Rektor Universitas Sari Mutiara
Indonesia.
3. Taruli Rohana Sinaga SP, MKM, selaku Dekan Fakultas Farmasi dan Ilmu
Kesehatan Universitas Sari Mutiara Indonesia.
4. Ns. Marthalena Simamora, S.Kep, M.Kep, selaku Ketua Program Studi
Keperawatan Fakultas Farmasi dan Ilmu Kesehatan Universitas Sari Mutiara
Indonesia.
5. Ns. Jek Amidos Pardede, M.Kep, Sp. Kep.J, selaku Koordinator Profesi Ners.
6. Ns. Rumondang Gultom, M.KM, selaku koordinator Stase Keperawatan
Keluarga dan Komunitas
7. Ns. Siska Evi Simanjuntak, MNS, selaku dosen pembimbing stase
keperawatan Keluarga dan Komunitas
8. Ns. Eva Kartika Hasibuan, M.Kep, selaku dosen pembimbing stase
keperawatan Keluarga dan Komunitas
9. Ns. Adventy Riang Bevy Gulo, M.Kep, selaku dosen pembimbing stase
keperawatan Keluarga dan Komunitas
10. Serta terimakasih kepada teman-teman Mahasiswa/i Prodi Ners Universitas
Sari Mutiara Indonesia yang telah memberikan dukungan dan motivasi kepada
penulis untuk menyelesaikan tugas asuhan keperawatan ini.

Penulis menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih memiliki kekurangan


sehingga penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari
semua pihak dalam rangka penyempurnaan asuhan keperawatan ini dan dapat
bermanfaat bagi semua pihak khususnya dalam bidang keperawatan. Akhir kata
saya mengucapkan terimakasih.

Medan, 28 November 2022


Penulis

Juhri Sahpitra S.Kep

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Diare saat ini masih merupakan masalah kesehatan yang sering terjadi
pada masyarakat. Diare juga merupakan penyebab utama kesakitan dan
kematian pada anak di berbagai negara (Widoyono, 2011). Diare dapat
menyerang semua kelompok usia terutama pada anak. Anak lebih rentan
mengalami diare, karena sistem pertahanan tubuh anak belum sempurna
(Soedjas, 2011).

World Health Organizatin (WHO) (2012), menyatakan bahwa diare


merupakan 10 penyakit penyebab utama kematian. Tahun 2012 terjadi
1,5 juta kematian akibat diare. Sepanjang tahun 2012, terdapat sekitar 5
juta bayi meninggal pada tahun pertama kehidupan. Kematian tersebut
disebabkan karena pneumonia (18%), komplikasi kelahiran preterm
(14%) dan diare (12%).

Angka morbiditas dan mortalitas akibat penyakit diare di Indonesia


masih tinggi. Proporsi terbesar penderita diare pada balita adalah
kelompok umur 6 – 11 bulan yaitu sebesar 21,65% lalu kelompok umur
12-17 bulan sebesar 14,43%, kelompok umur 24-29 bulan sebesar
12,37%, sedangkan proporsi terkecil pada kelompok umur 54 – 59
bulan yaitu 2,06% (Kemenkes, 2011). Penelitian Marlia (2015),
menyatakan bahwa terdapat 99 anak yang mengalami diare di RS Dr.
Cipto Mangunkusumo pada bulan Februari 2013 laki-laki (56%),
perempuan (43%), berada pada kelompok umur 12-36 bulan.

Diare pada bayi dan balita ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor
diantaranya: yaitu infeksi, malabsorbsi, makanan, dan psikologis anak.
Infeksi enteral merupakan infeksi saluran percernaan, yang menjadi
penyebab utama diare pada anak. Infeksi enteral disebabkan karena
bakteri, virus dan parasit. Sedangkan infeksi parenteral merupakan
infeksi dari luar pencernaan seperti otitis media akut (OMA),
bronkopneumonia, ensefalitis. Keadaan ini terutama terdapat pada bayi
dan anak berumur di bawah 2 tahun (Ngastiyah, 2014).

Wong (2008), mengatakan pengkajian keperawatan terhadap diare


dimulai dengan mengamati keadaan umum dan perilaku anak.
Pengkajian selanjutnya yang dilakukan pada pasien diare dengan
gangguan keseimbangan cairan yaitu pengkajian dehidrasi seperti
berkurangnya keluaran urine, turgor kulit yang jelek, ubun-ubun yang
cekung. Nursalam (2008), mengatakan dampak yang dapat ditimbulkan
jika mengalami gangguan keseimbangan cairan yaitu terjadi hal-hal
seperti dehidrasi pada bayi dan balita, hipoglikemia, mengalami
gangguan gizi, gangguan sirkulasi, hingga terjadi komplikasi pada anak.

Dampak masalah fisik yang akan terjadi bila diare tidak diobati akan
berakibat kehilangan cairan dan eletrolit secara mendadak. Pada balita
akan menyebabkan anoreksia (kurang nafsu makan) sehingga
mengurangi asupan gizi, dan diare dapat mengurangi daya serap usus
terhadap sari makanan. Dalam keadaan infeksi, kebutuhan sari makanan
pada anak yang mengalami diare akan meningkat, sehingga setiap
serangan diare akan menyebabkan kekurangan gizi. Jika hal ini
berlangsung terus menerus akan menghambat proses tumbuh kembang
anak. Sedangkan dampak psikologis terhadap anak-anak antara lain anak
akan menjadi rewel, cengeng, sangat tergantung pada orang terdekatnya
(Widoyono, 2011).

Upaya yang dilakukan untuk mengurangi resiko meningkatnya episode


diare, diantaranya dengan pemberian ASI. Pemberian ASI pada bayi
atau anak yang mengalami diare akan memiliki manfaat antara lain
untuk mengganti cairan yang hilang (rehidrasi). ASI mengandung zat-
zat gizi yang berguna untuk memenuhi kecukupan zat gizi selama diare
yang diperlukan untuk penyembuhan dan pertumbuhan (Puput, 2011).
Hasil penelitian Tamimi, dkk (2016), menyatakan bahwa 92.1% bayi
yang mendapat ASI eksklusif tidak mengalami diare dan 29,5% bayi
yang tidak mendapatkan ASI eksklusif berpeluang untuk terjadinya
diare.

Berdasarkan latar belakang diatas, penulis membuat kasus dengan judul


“Asuhan Keperawatan Keluarga An J Dengan Masalah Sistem
Pencernaan: Diare Tahap Perkembangan Keluarga Sekolah Di Desa
Dusun VI Tanjung Gusta”

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang diangkat adalah “Bagaimana penerapan asuhan


keperawatan pada keluarga anak pertama dengan Diare di Tahap
Perkembangan Keluarga Sekolah Di Desa Dusun VI Tanjung Gusta.

1.3 Tujuan Penulisan

Rumusan masalah yang diangkat adalah “Bagaimana penerapan asuhan


keperawatan pada keluarga anak pertama dengan Diare di Tahap
Perkembangan Keluarga Di Desa Dusun VI Tanjung Gusta.

1.3.1 Tujuan Umum

Mampu melakukan asuhan keperawatan pada keluarga dengan


Diare di Tahap Perkembangan Keluarga Di Desa Dusun VI
Tanjung Gusta.

1.3.2 Tujuan Khusus

a. Mampu melakukan hasil pengkajian pada keluarga Tn. H


dengan Masalah Diare di Desa Dusun VI Tanjung Gusta.
b. Mampu melakukan rumusan diagnosa keperawatan keluarga
Tn. H dengan Masalah Diare di Desa Dusun VI Tanjung
Gusta.
c. Mampu melakukan rencana keperawatan pada keluarga Tn.
H dengan Masalah Diare di Desa Dusun VI Tanjung Gusta.
d. Mampu melakukan tindakan keperawatan pada Tn. H
dengan Masalah Diare di Desa Dusun VI Tanjung Gusta.
e. Mampu melakukan evaluasi keperawatan pada keluarga Tn.
H dengan Masalah Diare di Desa Dusun VI Tanjung Gusta
BAB 2

TINJAUAN TEORITIS

2.1 Tinjauan Teoritis Medis Diare

1. Definisi

Diare merupakan gangguan buang air besar atau BAB ditandai dengan
BAB lebih dari 3 kali sehari dengan konsistensi tinja cair, dapat
disertai dengan darah dan atau lender (Riskesdas, 2013). Diare yaitu
penyakit yang terjadi ketika terdapat perubahan konsistensi feses.
Seseorang dikatakan menderita diare bila feses lebih berair dari
biasanya, dan bila buang air besar lebih dari tiga kali, atau buang air
besar yang berair tetapi tidak berdarah dalam waktu 24 jam (Dinkes,
2016).

WHO (2009), mengatakan diare adalah suatu keadaan buang air besar
(BAB) dengan konsistensi lembek hingga cair dan frekuensi lebih dari
tiga kali sehari. Diare akut berlangsung selama 3-7 hari, sedangkan
diare persisten terjadi selama ≥ 14 hari.

2. Klasifikasi
Pedoman dari Laboratorium/ UPF Ilmu Kesehatan Anak, Uniersitas
Airlangga dalam Nursalam (2008), diare dapat dikelompokkan
menjadi:
a. Diare akut, yaitu diare yang terjadi mendadak dan berlangsung

paling lama 3-5 hari.

b. Diare berkepanjangan bila diare berlangsung lebih dari 7 hari.

c. Diare kornik bila diare berlangsung lebih dari 14 hari. Diare kronik
bukan suatu kesatuan penyakit, melainkan suatu sindrom yang
penyebab dan patogenesisnya multikompleks. Mengingat banyaknya
kemungkinan penyakit yang dapat mengakibatkan diare kronik dan
banyaknya pemeriksaan yang harus dikerjakan maka dibuat tinjauan
pustaka ini untuk dapat melakukan pemeriksaan lebih terarah.

Sedangkan menurut Wong (2008), diare dapat diklasifikasikan, sebagai


berikut:

a. Diare akut
Merupakan penyebab utama keadaan sakit pada balita. Diare akut
didefenisikan sebagai peningkatan atau perubahan frekuensi
defekasi yang sering disebabkan oleh agens infeksius dalam traktus
Gastroenteritis Infeksiosa (GI). Keadaan ini dapat menyertai infeksi
saluran napas atau (ISPA) atau infeksi saluran kemih (ISK). Diare
akut biasanya sembuh sendiri (lamanya sakit kurang dari 14 hari)
dan akan mereda tanpa terapi yang spesifik jika dehidrasi tidak
terjadi.

b. Diare kronis
Didefenisikan sebagai keadaan meningkatnya frekuensi defekasi
dan kandungan air dalam feses dengan lamanya (durasi) sakit lebih
dari 14 hari. Kerap kali diare kronis terjadi karena keadaan kronis
seperti sindrom malabsorpsi, penyakit inflamasi usus, defisiensi
kekebalan, alergi makanan, intoleransi latosa atau diare nonspesifik
yang kronis, atau sebagai akibat dari penatalaksanaan diare akut
yang tidak memadai.

c. Diare intraktabel

Yaitu diare membandel pada bayi yang merupakan sindrom pada


bayi dalam usia minggu pertama dan lebih lama dari 2 minggu
tanpa ditemukannya mikroorganisme patogen sebagai penyebabnya
dan bersifat resisten atau membandel terhadap terapi. Penyebabnya
yang paling sering adalah diare infeksius akut yang tidak ditangani
secara memadai.

d. Diare kronis nonspesifik


Diare ini juga dikenal dengan istilah kolon iritabel pada anak atau
diare todler, merupakan penyebab diare kronis yang sering
dijumpai pada anak-anak yang berusia 6 hingga 54 minggu. Feses
pada anak lembek dan sering disertai dengan partikel makanan
yang tidak tercerna, dan lamanya diare lebih dari 2 minggu. Anak-
anak yang menderita diare kronis nonspesifik ini akan tumbuh
secara normal dan tidak terdapat gejala malnutrisi, tidak ada darah
dalam fesesnya serta tidak tampak infeksi enterik.

3. Etiologi
Ngastiyah (2014), mengatakan diare dapat disebabkan oleh berbagai
infeksi, selain penyebab lain seperti malabsorbsi. Diare sebenarnya
merupakan salah satu gejala dari penyakit pada sistem gastrointestinal
atau penyakit lain di luar saluran pencernaan. Tetapi sekarang lebih
dikenal dengan “penyakit diare”, karena dengan sebutan penyakit diare
akan mempercepat tindakan penanggulangannya. Penyakit diare
terutama pada bayi perlu mendapatkan tindakan secepatnya karena
dapat membawa bencana bisa terlambat.
Faktor penyebab diare, antara lain :
a. Faktor Infeksi
1) Infeksi enteral; infeksi saluran pencernaan makanan yang
merupakan penyebab utama diare pada anak. Meliputi infeksi
enteral sebagai berikut :
a) Infeksi bakteri : Vibrio, E.Coli, Salmonella, Shigella,

Campylobacter, Yersinia, Aeromonas, dan sebagainya.

b) Infeksi virus: Enterovirus (virus ECHO,Coxsackie,


Poliomyelitis) Adeno-virus, Rotavirus, Astrovirus, dan
lain-lain.
c) Infeksi parasit: cacing (Ascaris, Trichuris, Oxyuris,
Strongyloides); protozoa (Entamoeba histolytica, Giardia
lamblia, Trichomonas hominis); jamur (Candida albicans)

2) Infeksi parenteral ialah infeksi di luar alat pencernaan makanan


seperti: otitis media akut (OMA) , tonsilitis/ tonsilofaringitis,
bronkopneumonia, ensefalitis, dan sebagainya. Keadaan ini
terutama terdapat pada bayi dan anak berumur di bawah 2 tahun.
b. Faktor malabsorbsi
1) Malabsorbsi karbohidrat: disakarida (intoleransi laktosa,
maltosa dan sukrosa); monosakarida (intoleransi glukosa,
fruktosa, dan galaktosa). Pada bayi dan anak yang terpenting
dan tersering (intoleransi laktosa).
2) Malabsorbsi lemak.
3) Malabsorbsi protein.
c. Faktor makanan, makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan.
d. Faktor psikologis, rasa takut dan cemas (jarang, tetapi dapat terjadi
pada anak yang lebih besar).

2.2 Konsep Dasar Keluarga


1. Definisi
Keluarga merupakan sekumpulan orang yang dihubungkan oleh
perkawinan, adopsi dan kelahiran yang bertujuan menciptakan dan
mempertahankan budaya yang umum, meningkatkan perkembangan fisik,
mental, emosional dan sosial dari individu-individu yang ada di dalamnya
terlihat dari pola interaksi yang saling ketegantungan untuk mencapai
tujuan bersama (Friedman dalam Komang Ayu Henny Achjar, 2012).
Keluarga adalah suatu sistem sosial yang terdiri dari individu-individu
yang bergabung dan berinteraksi secara teratur antara satu dengan yang
lain diwujudkan dengan adanya saling ketergantungan dan berhubungan
untuk mencapai tujuan bersama. Keluarga adalah sebuah kelompok yang
terdiri dari dua atau lebih orang yang masing-masing mempunyai
hubungan kekerabatan yang terdiri dari bapak, ibu, adik, kakak dan nenek
(Sulistyo Andarmo, 2011).
2. Bentuk Keluarga

Bentuk keluarga tradisional, antara lain :

a. Keluarga inti

Jumlah keluarga inti yang terdiri dari seorang ayah yang mencari
nafkah, seorang ibu yang mengurusi rumah tangga dan anak
(Friedman, 2018). Sedangkan menurut Sudiharto (2018) keluarga
inti (nuclear famil,), adalah keluarga yang dibentuk karena ikatan
perkawinan yang direncanakan yang terdiri dari suami, istri dan
anak- anak, baik karena kelahiran (natural) maupun adopsi.
b. Keluarga adopsi.

Keluarga adopsi adalah dengan menyerahkan secara sah tanggung


jawab sebagai orang tua seterusnya dari orang tua kandung ke
orang tua adopsi, biasanya menimbulkan keadaan yang saling
menguntungkan baik bagi orang tua maupun anak. Disatu pihak
orang tua adopsi mampu memberi asuhan dan kasihsayangnya
bagi anak adospsinya, sementara anak adopsi diberi sebuah
keluarga yang sangat menginginkan mereka (Friedman, 2019).
c. Keluarga besar ( Extended Family )

Keluarga dengan pasangan dengan pasangan yang berbagi


pengaturan rumah tangga dan pengeluaran keuangan dengan orang
tua, kakak / adik, dan keluarga dekat lainnya. Anak – anak
kemudian dibesarkan oleh generasi dan memiliki pilihan model
pola perilaku yang akan membentuk pola perilaku mereka
(Friedman, 2018). Sedangkan menurut Sudiharto (2018) keluarga
besar (extended family) adalah keluarga inti ditambah keluarga
yang lain (karena hubungan darah), misalnya kakek, nenek, bibi,
paman, sepupu termasuk keluarga modern, seperti orangtua
tunggal, keluarga tanpa anak, serta keluarga pasangan sejenis
(guy/lesbian families).
d. Keluarga dengan orang tua tunggal

Keluarga dengan kepala rumah tangga duda/janda yang bercerai,


ditelantarkan, atau berpisah (Friedman, 2010).

3. Fungsi Keluarga

Setiap anggota keluarga mempunyai struktur peran formal dan informal.


Misalnya, ayah mempunyai peran formal sebagai kepala keluarga dan
pencari nafkah. Peran informal ayah adalah sebagai panutan dan
pelindung keluarga. Struktur kekuatan keluarga meliputi kemampuan
berkomunikasi, kemampuan keluarga untuk saling berbagi, kemampuan
sistem pendukung diantara anggota keluarga, kemampuan perawatan diri,
dan kemampuan menyelesaikan masalah (Sudiharto, 2018).
Fungsi dasar keluarga ada 5, yaitu :
1. Fungsi afektif, adalah fungsi internal keluarga untuk pemenuhan
kebutuhan psikososial, saling mengasih dan memberikan cinta kasih,
serta saling menerima dan mendukung. Fungsi afektif merupakan dasar
utama baik untuk pembentukan maupun berkelanjutan unit keluarga itu
sendiri, sehingga fungsi afektif merupakan salah satu fungsi keluarga
yang paling penting (Friedman, 2010). Keluarga memberikan
kenyamanan emosional anggota, membantu anggota dalam membentuk
identitas dan mempertahankan saat terjadi stress (Sudiahrto, 2018).
2. Fungsi sosialisasi, adalah proses perkembangan dan perubahan individu
keluarga, tempat anggota keluarga berinteraksi sosial dan belajar
berperan di lingkungan sosial. Sosialisasi merujuk pada banyaknya
pengalaman belajar yang diberikan dalam keluarga yang ditujukan untuk
mendidik anak-anak tentang cara menjalankan fungsi dan memikul
peran sosial orang dewasa seperti peran yang dipikul suami-ayah dan
istri-ibu (Friedman, 2018). Keluarga sebagai guru, menanamkan
kepercayaan, nilai, sikap dan mekanisme koping, memberikan feedback
dan memberikan petunjuk dalam pemecahan masalah (Sudiharto, 2018).
3. Fungsi reproduksi, adalah fungsi keluarga meneruskan kelangsungan
keturunan dan menambah sumber daya manusia (Friedman, 2018).
4. Fungsi ekonomi, adalah fungsi keluarga untuk memenuhi kebutuhan
keluarga seperti sandang, pangan, dan papan (Friedman, 2018).
Keluarga melibatkan penyediaan keluarga akan sumber daya yang
cukup finansial, ruang dan materi serta alokasinya yang sesuai melalui
proses pengambilan keputusan dan kepentingan di masyarakat
(Sudiharto, 2018).
5. Fungsi perawatan kesehatan, adalah kemampuan keluarga untuk
merawat anggota keluarga yang mengalami masalah kesehatan.
Keluarga memberikan keamanan, kenyamanan lingkungan yang
dibutuhkan untuk pertumbuhan, perkembangan dan istirahat termasuk
penyembuhan dari sakit (Friedman, 2018). Fungsi fisik keluarga
dipenuhi oleh orang tua yang menyediakan makanan, pakaian, tempat
tinggal, perawatan terhadap kesehatan dan perlindungan terhadap
bahaya. Pelayanan dan praktik kesehatan adalah fungsi keluarga yang
paling relevan bagi perawat keluarga (Sudiharto, 2019).

4. Struktur Keluarga

Struktur keluarga menurut Friedman (2018), antara lain :

a. Struktur peran.
Peran adalah perilaku yang dikaitkan dengan seseorang yang
memegang sebuah posisi tertentu, posisi mengidentifikasi status
atau tempat seseorang dalam suatu system social.
b. Struktur nilai keluarga
Nilai keluarga adalah suatu sistem ide, perilaku dan keyakinan
tentang nilai suatu hal atau konsep yan secara sadar maupun tidak
sadar mengikat anggota keuarga dalam kebudayaan sehari-hari atau
kebudayaan umum.

c. Proses komunikasi

Proses komunikasi ada dua yaitu prses komunikasi fungsional dan


proses komunikasi disfungsonal.

d. Proses komunikasi fungsional.

Komunikasi fungsional dipandang sebagai landasan keberhasilan


keluarga yang sehat, dan komunikasi funsional didefenisikan
sebagai pengirim dan penerima pesan yang baik isi maupun
tingkat intruksi pesan yang langsung dan jelas, serta kelarasan
antara isi dan tingkai intruksi.
e. Proses komunikasi disfungsional.
Sama halnya ada cara berkomunikasi yang fungsional, gambaran dar
komuniasi disfungsional dari pengirim dan penerima serta
komunkasi disfungsinal juga melibatkan pengirim dan penerima.

f. Struktur kekuasaan dan pengambilan keputusan.

Kekuasaan keluarga sebagai arakteristik system keluarga adalah


kemampua atau potensial, actual dari individu anggota keluarga
yang lain. Terdapat 5 unit berbeda yang dapat dianalisis dalam
karakteristik kekuasaan keluarga yaitu : kekuasaan pernikahan
(pasangan orang dewasa), kekuasaan orang tua, anak, saudara
kandung dan kekerabatan. Sedangkan pengambil keputusan adalah
teknik interaksi yang digunakan anggota keluarga dalam upaya
mereka untuk memperoleh kendali dan bernegosiasi atau proses
pembuatan keputusan.

5. Tahap perkembangan keluarga


Tahap perkembangan keluarga menurut Friedman (2018), yaitu :

a. Tahap I ( Keluarga dengan pasangan baru / Beginning family )


Pembentukan pasangan menandakan pemulaan suatu keluarga
baru dengan pergerakan dari membentuk keluarga asli sampai
kehubungan intim yang baru. Tahap ini juga disebut sebagai
tahap pernikahan. Tugas perkembangan keluarga tahap
ini adalah membentuk pernikahan yang memuaskan bagi satu
sama lain, berhubungan secara harmonis dengan jaringan
kekerabatan, perencanaan keluarga.

b. Tahap II ( Keluarga kelahiran anak pertama / Childbearing


family ) Mulai dengan kelahiran anak pertama dan berlanjut
samapi berusia 30 bulan. Transisi ke masa menjadi orang tua
adalah salah satu kunci menjadi siklus kehidupan keluarga.
Tugas perkembangan tahap ini adalah membentuk keluarga
muda sebagai suatu unit yang stabil ( menggabungkan bayi
yang baru kedalam keluarga), memperbaiki hubungan setelah
terjadinya konflik mengenai tugas perkembangan dan
kebutuhan berbagai keluarga , mempertahankan hubungan
pernikahan yang memuaskan, memperluas hubungan dengan
hubungan keluarga besar dengan menambah peran menjadi orang
tua dan menjadi kakek/nenek.

c. Tahap III ( Keluarga dengan anak prasekolah / Families with


preschool)
Tahap ketiga siklus kehidupan keluarga dimulai ketika anak
pertama berusia 2,5 tahun dan diakhiri ketika anak berusia 5
tahun. Keluarga saat ini dapat terdiri dari tiga sampai lima orang,
dengan posisi pasangan suami-ayah, istri-ibu, putra-saudara laki-
laki, dan putri- saudara perempuan. Tugas perkembangan
keluarga tahap ini adalah memenuhi kebutuhan anggota
keluarga akan rumah, ruang, privasi dan keamanan yang
memadai, menyosialisasikan anak, mengintegrasi anak kecil
sebagai anggota keluarga baru sementara tetap memenuhi
kebutuhan anak lain, mempertahankan hubungan yang sehat
didalam keluarga dan diluar keluarga. Peralatan dan fasilitas juga
harus aman untuk anak-anak.
d. Tahap IV ( Keluarga dengan anak sekolah / Families with school
children)
Tahap ini dimulai ketika anak pertama memasuki sekolah dalam
waktu penuh, biasanya pada usia 5 tahun, dan diakhiri ketika ia
mencapai pubertas, sekitar 13 tahun. Keluarga biasanya
mencapai jumlah anggota keluarga maksimal dan hubungan
keluarga pada tahap ini juga maksimal. Tugas perkembangan
keluarga pada tahap ini adalah menyosialisasikan anak- anak
termasuk meningkatkan restasi, mempertahankan hubungan
pernikahan yang memuaskan.
e. Tahap V ( Keluarga dengan anak remaja / Families with
teenagers)
Ketika anak pertama berusia 13 tahun, tahap kelima dari siklus
atau perjalanan kehidupan keluarga dimulai. biasanya tahap ini
berlangsung selama enam atau tujuh tahun, walaupun dapat
lebih singkat jika anak meninggalkan keluarga lebih awal atau
lebih lama, jika anak tetap tinggal dirumah pada usia lebih dari
19 atau 20 tahun. Tujuan utama pada keluarga pada tahap anak
remaja adalah melonggarkan ikatan keluarga untuk meberikan
tanggung jawab dan kebebasan remaja yang lebih besar dalam
mempersiapkan diri menjadi seorang dewasa muda. Tugas
perkembangan keluarga pada tahap ini adalah menyeimbangkan
kebebasan dengan tanggung jawab seiring dengan kematangan
remaja dan semakin meningkatnya otonomi.

6. Peran perawat keluarga

Peran perawat keluarga dalam asuhan keperawatan berpusat pada


keluarga sebagai unit fungsional terkecil dan bertujuan memenuhi
kebutuhan dasar manusia pada tingkat keluarga sehingga tercapai kesehat
yang optimal untuk setiap anggota keluarga. Melalui asuhan keperawatan
keluarga, fungsi keluarga menjadi optimal (Sudiharto, 2019).

Dalam melakukan asuhan keperawatan keluarga, perwat keluarga perlu


memperhatikan prinsip-prinsip berikut :

a) Melakukan kerja bersama keluarga secara kolektif

b) Memulai pekerjaan dari hal yang sesuai dengan kemampuan


keluarga

c) Menyesuaikan rencana asuhan keperawatan dengan tahap


perkembangan keluarga

d) Menerima dan mengakui struktur keluarga

e) Menekankan pada kemampuan keluarga (Sudiharto, 2012).


Adapun peran perawat keluarga menurut (Friedman, 2010) adalah
sebagai berikut:
a) Sebagai pendidik
Perawat bertanggung jawab memberikan pendidikan kesehatan
kepada keluarga, terutama untuk memandirikan keluarga dalam
merawat anggota keluarga yang memiliki masalah kesehatan.
Peran perawat keluarga dalam memberikan pendidikan kesehatan
yaitu memberikan penjelasan dan pengetahuan kepada klien dan
keluarga bagaimana perawatan dan penatalaksanaan DM kepada
klien dan keluarga.

b) Sebagai koordinator pelaksana pelayanan keperawatan


Perawat bertanggung jawab memberikan pelayanan keperawatan
yang komprehensif. Pelayan keperawatan yang bersinambungan
diberikan untuk menghindari kesenjangan antara keluarga dan unit
pelayanan kesehatan (Puskesmas dan Rumah Sakit). Peran
perawat sebagai koordinator yaitu memberikan motivasi kepada
keluarga agar membawa keluarga dengan DM ke pelayanan
terdekat dan menganjurkan serta menyarankan keluarga agar
mengontrol gula darah ke pelayanan kesehatan terdekat.
c) Sebagai pelaksana pelayanan keperawatan
Pelayanan keperawatan dapat diberikan kepada keluarga melalui
kontak pertama dengan anggota keluarga yang sakit yang
memiliki masalah kesehatan. Dengan demikian, anggota keluarga
yang sakit dapat menjadi “entry point” bagi perawat untuk
memberikan asuhan keperawatan keluarga secara komprehensif.
Peran perawat sebagai pelaksana pelayanan keperawatan adalah
perawat melakukan pengontrolan gula darah pasien dan
melakukan pengukuran tekanan darah pada pasien dengan DM.
d) Sebagai supervisor pelayanan keperawatan
Perawat melakukan supervisi atau pembinaan terhadap keluarga
melalui kunjungan rumah secara teratur, baik terhadap keluarga
berisiko tinggi maupun yang tidak. Kunjungan rumah tersebut
dapat direncanakan terlebih dahulu atau secara mendadak.
e) Sebagai pembela (advokat)
Perawat berperan sebagai advokat keluarga utuk melindungi hak-
hak keluarga sebagai klien. Perawat diharapkan mampu
mengetahui harapan serta memodifikasi sistem pada perawatan
yang diberikan untuk memenuhi hak dan kewajiban mereka
sebagai klien mempermudah tugas perawat untuk memandirikan
keluarga.
f) Sebagi fasilitator
Perawat dapat menjadi tempat bertanya individu, keluarga dan
masyarakat untuk memecahkan masalah kesehatan di keperawatan
yang mereka hadapi sehari-hari serta dapat membantu
memberikan jalan keluar dalam mengatasi masalah DM.
g) Sebagai peneliti
Perawat keluarga melatih keluarga untuk dapat memahami
masalah- masalah kesehatan yang dialami oleh anggota keluarga.
Masalah kesehatan yang muncul didalam keluarga biasanya terjadi
menurut siklus atau budaya yang di praktikan keluarga. Peran
sebagai peneliti difokuskan kepada kemampuan keluarga untuk
mengidentifikasi penyebab, menanggulangi, dan melakukan
promosi kepada anggota keluarganya. Selain itu, perawat perlu
mengembangkan asuhan keperawatan keluarga terhadap binaanya.
BAB 3
ASUHAN PERAWATAN KELUARGA

A. Pengkajian Keluarga

1. Data Umum

a. Nama KK : Tn H

b. Umur : 32 Tahun

c. Agama : Protestan

d. Suku : Batak

e. Pendidikan : SMK

f. Pekerjaan : Wirausaha

g. Alamat : Desa Dusun IV Tj. Gusta Gg.


Mawar
h. Komposisi Keluarga
No Nama JK Hub. Dg Umur Pendi
. Keluarga dikan
1. Tn. H L Suami 27 Th SMK
2. Ny. U P Istri 25 Th SMA
3. An. J P Anak 9 Th SD
4. An. Y P Anak 8 Th SD
5. An. J L Anak 8 Bln Belum
sekolah

i. Genogram

X X X X

Tn. H
Ny. A

Keterangan :

: Laki – Laki

: Perempuan
: Pasien
X : Meninggal
: Tinggal serumah

j. Ecomap Family :

Tempat
Ibadah

Keluarga Tn.
Sekolah H
Keluarga Keluarga Ny.
Tempat Kerja Tn. H U

Fasilitas
Tetangga
Kesehatan

k. Tipe Keluarga
Keluarga klien, merupakan tipe keluarga extended family
yang terdiri dari Ayah, Ibu, dan tiga anak yang masih
tinggal di rumah
l. Jenis Tipe Keluarga
Keluarga inti (Nuclear Family)
m. Suku dan Bangsa:
Suku keluarga Tn. H adalah suku batak.
n. Agama
Agama yang dianut keluarga Tn. H yaitu agama protestan,
dalam keluarga Tn. H agama dijadikan sebagai dasar
keyakinan dalam kehidupan.
o. Status Sosial Ekonomi Keluarga : Keluarga menengah keatas
p. Anggota Keluarga yang mencari nafkah
Tn. H bertanggung jawab mencari nafkah sejak awal
q. Penghasilan
Rp.2.000.000,00
r. Upaya lain
s. Harta benda yang dimiliki
Televisi, Tempat Tidur, Motor, Kipas Angin, Motor
t. Kebutuhan yang dikeluarkan tiap bulan
Listrik Rp. ,- per bulan
air Rp. ,-
makanan kurang lebih Rp. ,-
pakaian kurang lebih Rp. ,-
u. Aktivitas Rekreasi Keluarga
Keluarga sering berekreasi ketika ingin, biasanya ke mall saat
ada waktu libur.

2. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga


a. Tahap perkembangan saat ini
Tahap perkembangan keluarga masa
b. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi:
Semua tahap perkembangan keluarga sudah terpenuhi
c. Riwayat Keluarga Inti:
Riwayat kesehatan keluarga inti:

Tn. H sebagai kepala keluarga jarang sakit, tidak


mempunyai masalah dengan istirahat, makan maupun
kebutuhan dasar yang lain, tidak mempunyai penyakit
keturunan.

Ny. A sebagai ibu rumah tangga. Jarang sakit, tidak


mempunyai masalah dengan istirahat, makan maupun
kebutuhan dasar yang lain, tidak mempunyai penyakit
keturunan.

An. R sebagai anak. Jarang sakit, tidak mempunyai


masalah dengan istirahat, makan maupun kebutuhan dasar
yang lain.

An. Y sebagai anak dari keluarga Tn. H yang bebeapa kali


menggalami diare dalam waktu dekat. Pertama dikarenakan
salah memberi makanan.

An. J sebagai anak. Jarang sakit, tidak mempunyai masalah


dengan istirahat, makan maupun kebutuhan dasar yang lain
3. Pengkajian Lingkungan
a. Karakteristik Rumah
 Luas rumah :
 Tipe rumah : Semi permanen
 Kepemilikan : Rumah sendiri
 Jumlah dan ratio kamar/ ruangan : Kamar tidur 1, kamar
mandi 1
 Pemanfaatan ruangan : terdapat 1 kamar tidur 1 kamar
mandi, dapur, ruang tamu,ruang dapur
 Septi tank : ada
 Sumber air minum : PAM
 Kamar Mandi : 1 Bersih
 Sampah : tidak memakai Limbah RT tempat yang tertutup
b. dan komunitas
 Kebiasaan: Ny. A lebih sering berada didalam rumah
dengan An. Y sambil menonton tv.
 Aturan/kesepakatan
Setiap bulan ada pengutipan uang sampah
 Budaya
Selalu saling tolong menolong
c. Mobilitas geografis keluarga: Sejak menikah dengan suami,
Ny. A tinggal dirumah ini.
d. Perkumpulan dan interaksi dengan masyarakat
Keluarga jarang keluar rumah.
e. System pendukung keluarga:
Jumlah anggota keluarga yang tinggal di rumah untuk saat ini
3 orang, yaitu : Tn. H, Ny. A, An. R, An. Y dan An. J.

4. Struktur Keluarga
a. Pola komunikasi keluarga
Pada komunikasi yang digunakan oleh keluarga Ny “A”
yaitu pola terbuka dalam berkomunikasi tidak ada masalah
b. Struktur kekuatan keluarga
Dalam mengambil keputusan biasanya dilakukan dengan
jalam musyawarah untuk mencapai kesepakatan.

c. Struktur peran (formal dan informal)


Keluarga tidak pernah mengeluh tentang peran masing-
masing dan menjalankan perannya dengan baik.
d. Nilai dan norma keluarga
Di dalam keluarga tidak ada kesepakatan yang
mempengaruhi kesehatan, jika ada keluarga yang sakit,
keluarga selalu membawa ke pelayanan kesehatan terdekat
5. Fungsi Keluarga
a. Keluarga afektif
Hubungan dengan keluarga harmonis, keluarga merasa
nyaman dengan keadaan saat ini, antara keluarga saling
menghargai, menghormati, dan saling menyayangi
b. Fungsi sosial
1. Kerukunan hidup dalam keluarga
Hubungan keluarga Tn. H rukun hidup dengan semua
anggota keluarga
2. Interaksi dan hubungan dalam keluarga
Interaksi keluarga Tn. H dan Ny. A dengan tetangga
6. Pemeriksaan Fisik dan Kebutuhan Dasar

NO VARIABEL NAMA ANGGOTA KELUARGA


Tn. K Ny. A An. Y
1 Riwayat Penyakit Tidak ada Tidak ada Diare
Saat Ini
2 Keluhan Yang Tidak ada Tidak ada BAB cair
Dirasakan
3 Tanda dan Gejala Tidak ada Tidak ada BAB cair, sulit
makan, lemas
4 Riwayat Penyakit Tidak ada Tidak ada Demam, batuk,
Sebelumnya pilek
5 Tanda-tanda TD: TD: RR: 24x/menit
Vital 120/80 110/70 HR: 82x/menit
mmHg mmHg T: 36 C
RR: RR:
20x/menit 20x/menit
HR: HR:
82x/menit 80x/menit
T: 36 C T: 36 C
6 Sistem Baik Baik Baik
Cardiovaskular
7 Sistem Respirasi Baik Baik Baik
8 Sistem Gi Tract Baik Baik BAB banyak
9 Sistem Persarafan Baik Baik Baik
10 Sistem Baik Baik Baik
Muskuloskeletal
11 Sistem Genitalia Baik Baik Baik
12 Makan dan Makan Makan 6x Makan 3xsehari
Minum 3xsehari sehari dan ASI
Minum Minum 10xsehari
2L 2L
13 Istirahat Tidur Tidur Tidur malam: 8
malam: 8 malam: 8 jam
jam jam
Tidur siang: 3
Tidur
Tidur jam
siang: 1
siang: 3
jam
jam

14 Rekreasi Jalan- Jalan- Jalan-jalan


jalan jalan bersama
bersama bersama keluarga ke
anak-anak anak-anak mall
ke mall ke mall
7. Typologi Masalah
A. Ancaman Kesehatan
Kebiasaan pemberian makan jelek Ny. A kepada An. Y sering
memberikan makan seperti coklat yang membuat anak mencret.
B. Kurang atau Tidak sehat
Kebiasaan memberi makan setelah didiagnosa An. Y makan coklat.
C. Krisis
Tidak ada masalah.

1. Analisa Data
No S E P
1. DS : Gangguan Ketidakmampuan
- Ny. A mengatakan keseimbangan keluarga Tn. H
bahwa setelah An. Y cairan pada An. merawat anggota
diberi makan coklat yang Y dikeluarga Tn. keluarga yang
membuat anaknya BAB H sakit
banyak dan cair.
- Keluarga tidak tahu apa
yang terjadi jika tidak
cepat diobati
- Ny. A mengatakan
setelah BAB banyak dan
cair An. Y jadi kurang
nafsu makan dan ASI
berkurang yang biasa
10x perhari menjadi 4-
6x.
DO:
- Tampak Ny. A kurang
memahami bagaimana
penanganan pada anak
saat sakit
- Ny. A bertanya- tanya
tentang penyakit anaknya
RR: 24x/menit
HR: 82x/menit
T: 36 C
2 DS : Ketidakmampuan Defisit
- Keluarga kurang keluarga pengetahuan
mengetahui tentang mengenal tentang
penyakit An. Y masalah perawatan pada
kesehatan pasien Diare
- Ny. A sudah lama tidak
ke klinik untuk
mengontrol An. Y

Do:
- Ny. A bertanya- tanya
tentang penyakit anaknya
- Ny. A bertanya –tanya
tentang perawatan yang
baik
2. Diagnosis Keperawatan

a. Gangguan keseimbangan cairan pada An. Y dikeluarga Tn. H b.d


Ketidakmampuan keluarga Tn. H merawat anggota keluarga yang
sakit
b. Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan b.d Defisit
pengetahuan tentang perawatan pada pasien Diare

3. Perencanaan Keperawatan
Perencanaan Keperawatan di mulai dengan memprioritaskan masalah dengan
cara scoring.

Prioritas Masalah
a. Gangguan keseimbangan cairan pada An. Y dikeluarga Tn. H b.d
Ketidakmampuan keluarga Tn. H merawat anggota keluarga yang
sakit
Kriteria Skor Bobot Nilai Pembenaran
1. Sifat masalah. Skala : 3 1 3/3 x 1 = 1
Aktual 3
Resiko 2
Potensial 1
2. Kemungkinan 1 2 ½x2=1
masalah dapat diubah.
Skala:
Mudah 2
Sebagian 1
Tidak dapat 0
3. Potensi masalah untuk 2 1 3/3 x 1 = 1
dicegah. Skala:
Tinggi : 3
Cukup 2
Rendah 1
4. Menonjolnya 2 1 2/2 x 1 = 1
masalah. Skala :
Masalah berat harus
segera di tangani 2
Ada masalah tapi
tidak perlu ditangani
1
Masalah tidak
dirasakan 0
Jumlah skor = 4

b. Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan b.d Defisit


pengetahuan tentang perawatan pada pasien Diare

Kriteria Skor Bobot Nilai Pembenaran


1. Sifat masalah. Skala : 3 1 3/3 x 1 =
Aktual 3 1
Resiko 2
Potensial 1
2. Kemungkinan 1 2 2/2 x 2 =
masalah dapat diubah. 2
Skala:
Mudah 2
Sebagian 1
Tidak dapat 0

3. Potensi masalah untuk 2 1 2/3 x 1 =


dicegah. Skala: 0,6
Tinggi : 3
Cukup 2
Rendah 1
4. Menonjolnya 2 1 2/2 x 1 =
masalah. Skala : 1
Masalah berat harus
segera di tangani 2
Ada masalah tapi
tidak perlu ditangani
1
Masalah tidak
dirasakan 0
Jumlah skor = 4,6
D. RencanaKeperawatan

No Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional


Keperawatan
1. Gangguan Setelah dilakukan tindakan Diskusikan dengan klien tentang : Keluarga Ny A menjadi tahu
keseimbangan cairan pertemuan 2 x diharapkan - Penyakitnya Diare tentang penyakit Diare dan biasa
pada An. Y keluarga Ny A - Perawatan yang tepat. menjelaskan kembali tentang
dikeluarga Tn. H b.d - paham tentang penyakitnya. apa saja yang telah petugas
- Bantu klien untuk masalah pengobatan
ketidakmampuan - paham tentang gejala dan yang tepat. jelaskan tentang penyakit
keluarga Tn. H penyebab penyakit Diare dan Diare,tanda gejala dan penyebab
- Anjurkan Ny. A untuk membuat
merawat anggota komplikasinya Diare.
oralit pada An. Y
keluarga yang sakit
2. Ketidakmampuan Setelah dilakukan tindakan - Menjelaskan tentang : pengertian, - Keluarga Ny A menjadi tahu
keluarga mengenal pendidikan, kesehatan, keluarga tujuan perawatan keluarga Diare. Hal- tentang masalah penyakit Diare
masalah kesehatan b.d mampu merawat An. Y dengan hal yang boleh dilakukan pada anak dan perawatan Diare.
masalah Diare dengan Diare. - Ny A mampu dan mau
Defisit pengetahuan
- Mendemontrasikan pemberian oralit mendemontrasikan pemberian
tentang perawatan
pada anak oralit pada anak dengan Diare
pada pasien Diare
- Memantau terus perkembangan anak
E. Implementasi Keperawatan
Dilakukan dirumah Ny A pada tanggal 28 Januari 2022
No Diagnosa Implementasi Evaluasi
1. Gangguan Hari Sabtu 28 Desember
keseimbangan cairan 2022 S:-
pada An. Y dikeluarga
jam 10:00 WIB O: Ny A
Tn. H b.d
1. Mengucap salam dan memperhatikan dan
ketidakmampuan
memperkenalkan diri. mendengarkan
keluarga Tn. H merawat
2. Menjelaskan tentang penjelasan dari petugas.
anggota keluarga yang
penyakit Diare
sakit
dengan gejala dan
penyebab
penyakit Diare
2. Ketidakmampuan Hari Sabtu 29 Desember
keluarga mengenal 2022
masalah kesehatan b.d
jam 15:10 WIB S:-
Defisit pengetahuan 1. Melakukan O : RR: 24x/menit
tentang perawatan pada pengukuran vital Sign HR: 82x/menit
pasien Diare pada An. Y T: 36 C

- S:Ny A
2. Menjelaskan tentang : mengatakan
pengertian, tujuan paham/tahu tentang
perawatan pada anak pemberian oralit.
dengan Diare O:Ny A
mendemontrasikan
pembuatan oralit.
S:-
3. Mendemontrasikan
pembuatan oralit O:Mendemontrasikan
oralit pada anak
Diare
S:Ny A mengatakan:
4. Memberikan motivasi
pada keluarga Ny A -Tidak boleh
untuk mengulang makan coklat
informasi yang S: Keluarga Ny A
diberikan. mengatakan akan rutin
memberikan oralit jika
anak Diare

5. Memberikan motivasi
kepada keluarga Ny U
untuk memerikan
oralit
F. Evaluasi
Evaluasi keperawatan dilakukan pada hari ke 2 dirumah klien
No Diagnosa Keperawatan Evaluasi
1. Gangguan keseimbangan S : Klien mengatakan :
cairan pada An. Y dikeluarga
- Tahu jika An. Y diare
Tn. H b.d ketidakmampuan
karena mencret cair
keluarga Tn. H merawat
berlebihan setelah
anggota keluarga yang sakit
makan coklat
- Belum faham tentang
penyakit Diare dan
komplikasinya
O : keadaan umum baik

A : masalah belum
teratasi
P : lanjutkan intervensi

S : klien mengatakan
2. Ketidakmampuan keluarga
belum tahu cara
mengenal masalah kesehatan
perawatan pada anak
b.d Defisit pengetahuan
dengan Diare
tentang perawatan pada pasien
O:
Diare
A : masalah belum
teratasi
P : lanjutkan intervnsi
BAB 4

PEMBAHASAN

Pada bab ini mahasiswa akan membahas kesenjangan antara


konsep dan aplikasi asuhan keperawatan keluarga tahap
perkembangan dikeluarga An J meliputi pengkajian, perencanaan,
implementasi dan evaluasi
1. Pengkajian

Pengkajian yang dilakukan pada keluarga Ny. A


dilakukan pada tanggal 28 Januari 2023 yang meliputi
identifikasi data umum, tahap perkembangan keluarga, data
lingkungan, struktur keluarga, fungsi keluarga, stress dan
koping keluarga, pemeriksaan fisik, dan harapankeluarga
terhadap perawat komunitas. Hal tersebut sesuai dengan
teoripengkajian yang dikemukakan oleh Pada kegiatan asuhan
keperawatan yang paling penting diperhatikan bagi para pihak
yang terlibat seperti perawat, yakni pengkajian keperawatan.
Pengkajian menurut Gartinah, dkk (2014:32) adalah
mengumpulkan semua data yang dibutuhkan untuk
mengevaluasi keadaan pasien. Pengkajian lanjut Gartinah
merupakan langka pertama untuk mengumpulkan semua
informasi yang akurat dari sumber yang berkaitan dengan
kondisi pasien, Gartinah, dkk (2014:33).

Data lain yang memiliki hambatan untuk didapat yaitu


pemeriksaan fisik. Data pemeriksaan fisik didapatkan dalam
waktu 3 kali kunjungan, Pemeriksaan fisik berjalan dengan
baik karenakeluarga menyambut dengan baik kedatangan
perawat.

2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah proses menganalisis data
subjektif dan objektif yang telah diperoleh pada tahap
pengkajian untuk menegakan diagnosis keperawatan.
Diagnosis keperawatan melibatkan proses berpikir kompleks
tentang data yang dikumpulkan dari klien, keluarga, rekam
medik, dan pemberi pelayanan kesehatan yang lain (Ambarwati
dan Wulandari. 2010.48). Diagnosis keperawatan dapat
dibedakan menjadi lima kategori, antara lain :
Diagnosis keperawatan yang muncul pada penderita
diare menurut (SKDI, Edisi 1. 2016) terjadi sesuai dengan
prioritas masalah antara lain :
1. Gangguan keseimbangan cairan pada An. Y dikeluarga Tn. H
b.d ketidakmampuan keluarga Tn. H merawat anggota
keluarga yang sakit
2. Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan b.d
Defisit pengetahuan tentang perawatan pada pasien Diare
3. Intervensi atau Perencanaan

Perencanaan adalah kategori dari perilaku keperawatan dimana


tujuan yang berpusat pada klien dan hasil yang diperkirakan
ditetapkan dan intervensi keperawatan dipilih untuk mencapai
tujuan tersebut (Ambarwati dan Wulandari. 2010:86). minum
obat secara teratur/ membuat oralit dirumah.
Keluarga mampu membuat oralit karena bisa melancarkan
meredakan rasa mulas terhadap An. Y. Sebagian besar rencana
keperawatan dilakukan sesuai dengan teori yang ada, namun
ada beberapa yang tidak direncanakan sesuai dengan teori.
Rencana keperawatan yang tidak direncanakan perawat
berdasarkan teori yang ada untuk mengatasi masalah.
4. Implementasi
Pelaksanaan/implementasi keperawatan merupakan tahap proses
keperawatan dimana perawat memberikan intervensi
keperawatan langsung dan tidak langsung terhadap klien (Potter
& Perry. 2016).
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan langka proses keperawatan yang
memungkinkan perawat untuk menentukan apakah intervensi
keperawatan telah berhasil meningkatkan kondisi klien (Potter &
Perry. 2016).
BAB 5

PENUTUP

A. Kesimpulan
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 1 x 24 jam, maka
penulis mendapatkan gambarannya pelaksanaan asuhan
keperawatan pada keluarga Ny “A” dengan penyakit diabetes
mellitus sudah dapat mengetahui permasalahan yang berkaitan
dengan penyakit Diare serta bagaimana penangananya melalui
oralit dan Ny “A” dan keluarga kurang mengetahui bagaimana cara
membuat oralit. Ny “S” hanya mengetahui penyakit yang di
deritanya adalah diare biasa di mana Ny “A’ dan keluarga belum
tahu bagaimana cara penanganannya jika anak diare

Dengan mengimplementasikan wujud dari perencanaan yang disusun


berdasarkan hasil diagnose tersebut, maka dapat diatasi beberapa
masalah, yakni faktor pendukung dalam studi kasus ini adalah
kemauan seluruh anggota keluarga dalam memahami gejala-gejala
Diabetes Melitus berikut cara penangananya.
B. Saran
1. Bagi Ny A dan keluarga untuk bisa menerapkan hasil
penyuluhan kesehatan yang diberikan oleh petugas.
2. Bagi Universitas Sari Mutiara Indonesia
Hasil studi ini, diharapkan dapat menambah referensi bagi
civitas akademika yang memerlukan tambahan khasanah
pengelolaan asuhan keperawatan terhadap penyakit diare dan
cara penangananya.

Anda mungkin juga menyukai