Kep
Disusun Oleh :
Kelompok 4
I. Konsep Medis
A. Definisi
Abortus komplit adalah terjadinya perdarahan sampai semua produk
pembuahan atau janin, selaput ketuban dan plasenta sudah keluar (Helen Farrer,
2005).
Pada abortus jenis ini, hasil konsepsi telah keluar semua dari cavum uteri.
Perdarahan segera berkurang setelah isi rahim dikeluarkan dan selambat-lambatnya
dalam 10 hari perdarahan berhenti sama sekali karena dalam masa ini luka rahim
telah sembuh dan epitelisasi telah selesai, semua hasil konsepsi sudah dikeluarkan.
Abortus komplit terjadi kalau semua produk pembuahan janin, selaput ketuban dan
plasenta sudah keluar. Perdarahan dan rasa nyeri kemudian akan berhenti, serviks
menutup dan uterus mengalami involusi. (JURNAL ILMIAH KOHESI Vol. 1 No.
1 April 2017)
B. Etiologi
1. Kelainan Pertumbuhan Hasil Konsepsi
Kelainan Kromosom
Blighted Ovum
2. Kelainan atau penyakit Uterus
Kelainan Kongenital Uterus
Tumor Uterus (Mioma Uteri)
Inkompetensi Serviks
3. Penyakit Ibu
Hipertensi,DM, Keganasan
Infeksi (Torch Penyakit Kelamin
Kurang Gizi (Malnutrisi)
C. Klasifikasi
1. Abortus Spontan
Abortus yang terjadi tanpa tindakan mekanis atau medis untuk mengosongkan
uterus, maka abortus tersebut dinamai abortus spontan. Kata lain yang luas
digunakan adalah keguguran (Miscarriage)
2. Abortus Provokatus
Abortus buatan adalah tindakan abortus yang sengaja dilakukanuntuk
menghilangkan kehamilan sebelum umur 28 minggu atau berat janin 500 gram
D. Patofisiologi
Patofisiologi abortus pada awalnya terjadi karena perdarahan dalam desidua
basalis, diikuti oleh nekrosis jaringan sekitarnya, kemudian sebagian atau seluruh
hasil konsepsi terlepas. Karena dianggap benda asing uterus akan berkontraksi untuk
mengeluarkannya.Pada kehamilan dibawah 8 minggu, hasil konsepsi dikeluarkan
seluruhnya karena vilikorialis belum menembus desidua terlalu dalam. Pada
kehamilan 8-14 minggu, vilikorialis telah masuk agak dalam, sehingga sebagian
keluar dan sebagian lagi akan tertinggal atau melekat pada uterus. Hilangnya
kontraksi yang dihasilkan dari aktivitas kontraksi dan retraksi miometrium
menyebabkan terjadinya perdarahan.
E. Manifestasi klinis
Diduga abortus apabila seorang wanita dalam masa reproduksi mengeluh tentang
perdarahan per vaginam setelah mengalami haid yang lambat juga sering terdapat rasa
mulas dan keluhan nyeri pada perut bagian bawah (Mitayani 2009).
Secara umum terdiri dari;
1. Terdapat haid atau amenhore kurang dari 20 minggu
2. Pada pemeriksaan fisik. Keadaan umum tanpak lemah atau kesadaran
menurun, tekanan darah normal atau menurun, denyut nadi normal atau cepat
dan kecil, suhu badan normal atau meningkat.
3. Pendarahan per vaginam, mungkin disertai dengan keluarnya jaringn hasil
konsepsi
4. Rasa mulas dank ram perut di daerah simfisi, sering disertai nyeri pinggung
akibat kontraksi uterus.
F. Komplikasi
1) Perdarahan
Perdarahan dapat diatasi dengan pengosongan uterus dari sisa-sisa
hasil konsepsi dan jka perlu pemberian transfuse darah. Kematian karena
perdarahan dapat terjadi apabila pertolongan tidak diberikan pada waktunya.
2) Perforasi
Perforasi uterus pada kerokan dapat terjadi terutama pada uterus dalam
posisi hiperretrofleksi. Dengan adanya dugaan atau kepastian terjadinya
perforasi, laparatomi harus segera dilakukan untuk menentukan luasnya
perlukaan pada uterus dan apakah ada perlukan alat-alat lain.
3) Syok
Syok pada abortus bisa terjadi karena perdarahan (syok hemoragik) dan
karena infeksi berat.
4) Infeksi
Sebenarnya pada genitalia eksterna dan vagina dihuni oleh bakteri
yang merupakan flora normal. Khususnya pada genitalia eksterna yaitu
staphylococci, streptococci, Gram negatif enteric bacilli, Mycoplasma,
Treponema (selain T. paliidum), Leptospira, jamur, Trichomonas vaginalis,
sedangkan pada vagina ada lactobacili,streptococci, staphylococci, Gram
negatif enteric bacilli, Clostridium sp., Bacteroides sp, Listeria dan jamur.
Organismeorganisme yang paling sering bertanggung jawab terhadap infeksi
paska abortus adalah E.coli, Streptococcus non hemolitikus, Streptococci
anaerob, Staphylococcus aureus, Streptococcus hemolitikus, dan Clostridium
perfringens. Bakteri lain yang kadang dijumpai adalah Neisseria gonorrhoeae,
Pneumococcus dan Clostridium tetani. Streptococcus pyogenes potensial
berbahaya oleh karena dapat membentuk gas.
H. Pemeriksaan Penunjang
1. Tes kehamilan : pemeriksaan HCG, positif bila janin masih hidup, bahkan 2-3
minggu setelah abortus.
2. Pemeriksaan doppler atau USG : untuk menentukan apakah janin masih hidup.
3. Histerosalfingografi, untuk mengetahui ada tidaknya mioma uterus submukosa
dan anomali kongenital.
4. BMR dan kadar urium darah diukur untuk mengetahui apakah ada atau tidak
gangguan glandula thyroidea.
5. Pemeriksaan kadar hemoglobin cenderung menurun akibat perdarahan.
II. Konsep keperawatan
A. Pengkajian
Ny.B berusia 28 tahun datang ke puskesmas untuk memeriksakan dirinya.ibu
mengatakan ini kehamilannya yang kedua dan belum pernah keguguran,Ny.B
Mengeluh nyeri pada bagian bawah perut dan mengeluarkan darah sangat banyak dari
kemaluannya sejak tadi pagi pukul 05:30 WIB.Ny.B merasa cemas dengan
keadaannya saat ini.HPHT Ny.B Pada tanggal 15 januari 2014
Keadaan umum : Ny.B Terlihat pusat dan cemas
TTV :
TD : 100/70 mmHg S : 37O C
N : 70 x/menit R : 20 x/Menit
B. Diagnose keperawatan
1) Kekurangan volume cairan b/d kehilangan vaskuler dalam jumlah berlebihan
2) Nyeri b/d dilatasi serviks,trauma jaringan dan kontraksi uterus
3) Resiko tinggi infeksi b/d trauma jaringan
C. Penyimpangan KDM
Perdarahan nekrosis
Uterus berkontraksi
cemas
stres
nyeri
Intervensi
a) Observasi TTV
R : mengetahui keadaan umum pasien
b) Posisikan ibu dengan tepat (semi fowler )
R : Menjamin keadekuatan darah yang tersedia untuk otak,peninggian
paggul menghindari kompresi vena
c) Berikan sejumlah cairan pengganti harian
R : perdarahan dapat berhenti dengan reproduksi aktivitas
d) Laporkan serta catat jumlah dan kehilangan darah
R : untuk mengetahui perkiraan banyaknya kehilangan darah
Diagnose keperawatan
2) Nyeri b/d dilatasi serviks,trauma jaringan dan kontraksi uterus
Tujuan dan kriteria hasil
a. Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam nyeri
teratasi
b. Kriteria hasil :
Pasien m tidak mengeluh nyeri lagi
Skala nyeri berkurang (˂3)
Intervensi
a) Observasi TTV
R : mengetahui keadaan umum pasien
b) Lakukan pengkajian nyeri
R: - meningkatkan koping pasien dalam mengatasi nyeri
- untuk mengetahui lokasi nyeri,skala dan intensitasnya
c) Ajarkan metode distraksi
R : untuk mengurangi nyeri
d) Kolaborasi pemberian analgetik
R : analgetik berfungsi untuk mengurangi nyeri
Diagnose keperawatan
Intervensi
a) Observasi TTV
R : mengetahui keadaan umum pasien
b) Jelaskan pada pasien pentingnya vulva hygiene
R : untuk mencegah terjadinya infeksi berkelanjutan
c) Lakukan teknik vulva hygiene
R : inkubasi kuman pada area genitalia yang relative cepat dapat
menyebabkan infeksi
d) Tingkatkan teknik cuci tangan yang benar untuk meningkatkan
personal hygiene pasien
R : membantu pencegah penularan bakteri