Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN KANKER KOLOREKTAL

Dosen Pengampuh :

Ibu. Theresia Jamini,M.Kep

Disusun oleh:

Dewi Sinta ( 113063C1170


Elisa Tara Panduyan ( 113063C117008)
Kristia septiadi ( 113063C117019 )
Natalia Adriani uku Hipir ( 113063C117022)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SUAKA INSAN


PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN
BANJARMASIN
2019
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Usus besar merupakan bagian dari sistem pencernaan ( digestive system ) dimana materi
yang di buang dan sampah yang di simpan.Rektrum (rectum) adalah ujung dari usus besar
dekat dubur (anus). Bersamah, mereka membentuk suatu pipa panjang yang berotot yang di
sebut usus besar. Tumor-tumor usus besar dan rektum adalah pertumbuhan-pertumbuhan
yang datangnya dari dinding dalam usus besar. Kanker kolorektral (kanker kolon atau
rektrum) merupakan kanker ketiga yang paling umum terdiagnosis di Amerika Serikat. Di
Amerika Serikat sekitar 146,970 kasus kanker kolorektral di diagnosis pada tahun 2009, dan
di duga menyebabkan 49.920 kematian pada tahun itu (ACS,2009). Diagnosis yang lebih
awal dan kemajuan terapi telah meningkatkan angka kelangsungan hidup untuk kanker
kolorektal. Insidennya yang hampir seimbang antara pria dan wanita, telah mengalami
penurunan di amerika serikat dalam 15 tahun terakhir. Insiden kanker kolorektal beragam di
antara kelompok etnik ; lihat kontak fokus pada keberagaman budaya berikut :

Kanker kolorektral paling sering terjadi setelah usia 50 tahun.insiden terus berlangsung
meningkat seiring bertambahnya usia. Dengan diagnosis dan terapi dini, angka kelangsungan
hidup 5 tahun untuk kanker kolorektral adalah sebesar 90% ; tetapi hanya 39% kanker
kolorektral yang di diagnosis pada stadium awal.

Penyebab nyata dari kanker kolorektral tidak di ketahui, tetapi faktor resiko telah
teridentifikasi, termaksut riwayat atau riwayat kanker kolon atau pulip dalam keluarga,
riwayat penyakit usus inflamasi kronis dan diet tinggi lemak, rotein dan daging serta rendah
serat.

Hal mengenai Definisi, etiologi, patofisiologi, komplikasi hingga proses keperawatan


kanker kolonrektral akan di bahas pada bab selanjutnya.
PEMBAHASAN

ANATOMI DAN FISIOLOGI SISTEM GASTROINTESTINA


Saluran cerna atau traktus digestifus merupakan sistem organ yang berfungsi untuk
mengambil berbagai zat dari luar tubuh (air, mineral, nutrien, vitamin), memecah partikel-
partikel besar menjadi partikel kecil, dan mentransfer partikel-partikel tersebut dari
lingkungan luar ke dalam darah, untuk selanjutnya digunakan atau disimpan dalam sel.
Secara umum, struktur anatomi sistem pencernaan terdiri atas saluran yang
berkesinambungan dan terhubung satu sama lain (rongga mulut, faring, esofagus,
lambung/gaster, usus besar, usus halus, anus) serta organ-organ aksesoris, yaitu kelenjar
ludah, liver, pankreas, serta kelenjar empedu.

1.RONGGA MULUT

Proses pencernaan dimulai di mulut, di mana pencernaan kimia dan mekanik terjadi.
Di dalam mulut terdapat organ aksesori yang membantu pencernaan makanan, yaitu lidah,
gigi, dan kelenjar air liur. Mulut berfungsi untuk mengunyah makanan menjadi lebih halus
dan lunak agar lebih mudah untuk ditelan dan dicerna. Gigi memotong makanan menjadi
potongan-potongan kecil, yang dibasahi oleh air liur sebelum lidah dan otot-otot lain
mendorong makanan ke dalam faring (Pharynx) dan melewatkannya ke dalam kerongkongan
(esophagus).
2. KERONGKONGAN (ESOPHAGUS)

Esofagus (kerongkongan) adalah saluran penghubung antara mulut dengan lambung,


yang letaknya di antara tenggorokan dan lambung.Kerongkongan sebagai jalan untuk
makanan yang telah dikunyah dari mulut menuju lambung. Otot kerongkongan dapat
berkontrasksi sehingga mendorong makanan masuk ke dalam lambung. Gerakan ini disebut
dengan gerak peristaltik.

3.LAMBUNG

Lambung adalah organ berbentuk huruf “J”, yang ukurannya sekitar dua kepalan
tangan. Lambung terletak di antara esofagus dan usus halus di perut bagian atas.

Lambung memiliki tiga fungsi utama dalam sistem pencernaan, yaitu untuk menyimpan
makanan dan cairan yang tertelan; untuk mencampur makanan dan cairan pencernaan yang
diproduksinya, dan perlahan-lahan mengosongkan isinya ke dalam usus kecil.

4.USUS HALUS

Usus halus berbentuk tabung tipis sekitar satu inci dengan panjang sekitar 10 meter.
Usus halus terletak hanya lebih rendah daripada lambung dan memakan sebagian besar ruang
di rongga perut.Seluruh usus halus digulung seperti selang dan permukaan bagian dalamnya
penuh dengan banyak tonjolan dan lipatan. Lipatan ini digunakan untuk memaksimalkan
pencernaan makanan dan penyerapan nutrisi. Pada saat makanan meninggalkan usus halus,
sekitar 90 persen dari semua nutrisi telah diekstraksi dari makanan yang masuk ke
dalamnya.Usus halus terdiri dari tiga bagian, yaitu duodenum (usus 12 jari), jejunum (bagian
tengah melingkar), dan ileum (bagian terakhir).

Usus halus memiliki dua fungsi penting, yaitu:

 Proses pencernaan selesai di sini oleh enzim dan zat lain yang dibuat oleh sel usus,
pankreas, dan hati. Kelenjar di dinding usus mengeluarkan enzim yang memecah pati
dan gula. Pankreas mengeluarkan enzim ke dalam usus kecil yang membantu
pemecahan karbohidrat, lemak, dan protein. Hati menghasilkan empedu, yang
disimpan di kantong empedu. Empedu membantu membuat molekul lemak dapat
larut, sehingga dapat diserap oleh tubuh.
 Usus halus menyerap nutrisi dari proses pencernaan. Dinding bagian dalam dari usus
kecil ditutupi oleh jutaan villi dan mikrovilli. Kombinasi keduanya meningkatkan
luas permukaan usus halus secara besar-besaran, memungkinkan penyerapan nutrisi
terjadi.

5. USUS BESAR

Usus besar membentuk huruf “U” terbalik di atas usus halus yang digulung.
Ini dimulai di sisi kanan bawah tubuh dan berakhir di sisi kiri bawah. Usus besar
berukuran sekitar 5-6 meter, yang memiliki tiga bagian, yaitu sekum (cecum), kolon
dan rektum (rectum). Sekum adalah kantung di awal usus besar. Area ini
memungkinkan makanan lewat dari usus halus ke usus besar. Kolon adalah tempat
cairan dan garam diserap dan memanjang dari sekum ke rektum. Bagian terakhir dari
usus besar adalah rektum, yang mana kotoran (bahan limbah) disimpan sebelum
meninggalkan tubuh melalui anus.

Fungsi utama dari usus besar adalah membuang air dan garam (elektrolit) dari
bahan yang tidak tercerna dan membentuk limbah padat yang dapat dikeluarkan.
Bakteri di usus besar membantu memecah bahan yang tidak tercerna. Sisa isi usus
besar dipindahkan ke arah rektum, di mana feses disimpan sampai meninggalkan
tubuh melalui anus.

6. REKTUM/ANUS

Rektum adalah bagian ujung dari sistem pencernaan di mana kotoran


menumpuk tepat sebelum dibuang. Rektum menyambung dengan kolon sigmoid dan
memanjang 13 sampai 15 cm (5 sampai 6 inci) ke anus. Selembar otot yang disebut
diafragma panggul berjalan tegak lurus ke persimpangan rektum dan anus dan
mempertahankan penyempitan antara dua segmen dari usus besar.

Fungsi utama rektum adalah penyimpanan sementara tinja/limbah pencernaan.


Sehingga kita mungkin memiliki beberapa waktu untuk mencapai tempat di mana kita
bisa buang air besar. Ketika limbah dan bahan makanan yang dicerna masuk ke
dalamnya, kanal menjadi melebar, sehingga otot-otot yang melapisi daerah dubur
meregang/melebar.
BAB II

KONSEP PENYAKIT PADA SYSTEM GASTROINTESTINAL

( KANKER KOLOREKTAL )

1. DEFINISI KANKER KOLOREKTRAL

Kanker kolonrektral adalah suatu bentuk keganasan dari masa


abnormal/neoplasma yang muncul dari jaringan ephitel dari kolon (haryono,2010).
Kanker kolorektral di tujukan pada tumor ganas yang di temukan pada kolon dan
rektrum. Kolon dan rektrum adalah bagian dari usus besar pada sistem pencernaan
yang di sebut traktus gastrointestinal. Lebih jelasnya kolon berada di bagian
proksimal usus besar dan rektum di bagian distal sekitar 5-7 cm di atas anus. Kolon
dan rektum merupakan bagian dari saluran pencernaan atau saluran gastorintestina di
mana fungsinya adalah untuk menghasilkan energi bagi tubuh dan membuang zat-zat
yang tidak berguna (penzzoli dkk,2007).

Kanker kolorektral merupakan suatu kanker malignat yang muncul pada


jaringan ephitelial dari colon/rektum. Umumnya kanker kolorektral adalah
adenokarsinoma yang berkembang dari popil adenoma (Wijaya dan Putri,2013)

2. PENYEBAB/ ETIOLOGI KANKER KOLOREKTRAL

Adapun beberapa faktor yang mempengarui kejadian kanker kolorektal


menurut (Soebachman,2011) yaitu :

a) Usia

Resiko terkena kanker kolon meningkat dengan bertumbuhnya


usia. Kebanyakan kasus terjadi pada orang yang berusia 60-70 tahun.
Jarang sekali ada penderita kanker kolorektal yang usia di bawah 50
tahun. Kalaupun ada, bisa di pastikan dalam sejarah keluarganya ada
yang terkena kanker kolorektal juga.
b) Polip

Adanya polip pada kolon, khususnya polip jenis adenomatosa.


Jika polip ini langsung di hilangkan pada saat di temukan, tindakan
penghilangan tersebut akan bisa mengurangi resiko terjadinya kanker
kolon di kemudian hari.

c) Riwayat Kanker
Seseorang yang pernah terdiagnosis mengidap kanker
kolorektal (bahkan pernah dirawat untuk kanker kolorektral) berisiko
tinggi terkena kanker kolorektal lagi di kemudian hari. Wanita yang
pernah mengidap kanker ovarium (indung telur), kanker uterus, dan
kanker payudara juga memiliki resiko yang lebih besar untuk terkena
kanker kolorektal.

d) Faktor keturunan/genetika
Sejarah adanya kanker kolon dalam keluarga, khususnya pada keluarga
dekat. Orang yang keluarganya punya riwayat penyakit FAP (Familial
adenomatous polyposis) atau polip adenomatosa familia memiliki
resiko 100% untuk terkena kanker kolon sebelum usia 40 tahun bila
FPA-nya tidak di obati. Penyakit lain dalam keluarga adalah HNPCC (
Hereditary Non Polyposis Colorectal Cancer ). Yakni penyakit kanker
kolorektal nonpolip yang menurun dalam keluarga, atau sindrom
lynch.

e) Penyakit kolitis (radang kolon) ulseratif yang tidak di obati.

f) Kebiasaan merokok.
Perokok memiliki resiko jauh lebih besar untuk terkena kanker
kolorektal di bandingkan dengan yang bukan perokok.

g) Kebiasaan makan
Pernah di teliti bahwa kebiasaan makan banyak daging merah (dan
sebaliknya sedikit makan buah, sayuran serta ikan ) turut
meningkatkan risiko terjadinya kanker kolorektal. Mengapa? Sebab
daging merah (sapi dan kambing) banyak mengandung zat besi.

h) Terlalu banyak mengkonsumsi makanan yang mengandung pewarna,


apalagi jika pewarnanya adalah pewarna non makanan.
i) Terlalu banyak mengonsumsi makanan-makanan yang mengandung
bahan pengawet.
j) Kurangnya aktifitas fisik, orang yang beraktifitas lebih banyak
memiliki resiko lebih rendah untuk terkena kanker kolon.
k) Berat badan yang berlebihan.
l) Inveksi virus tertentu seperti HPV (Human Papiloma Virus) turut andil
dalam terjadinya kanker kolon.
m) Kontak dengan zat-zat tertentu. Misalnya logam berat, toksin, dan
ototoksin serta gelombang elektromagnetik.
n) Kebiasaan mengkonsumsi alkohol karena usus merubah alkohol
menjadi asetiladeida yang resiko terkena kanker.
o) Bekerja sambil duduk seharian. Misalnya para eksekutif, pegawai
administrasi atau pengemudi kendaraan umum.

3. PATOFISIOLOGI
Kanker kolon dan rektum (95%) adenokarsinoma (muncul dari lapisan epitel usus). Di
mulai sebagai polip jinak tetapi dapat menjadi ganas dan menyusup serta merusak
jaringan normal serta meluas kedalam struktur sekitarnya. Sel kanker dapat terlepas
dari tumor primer dan menyebar kebagian tubuh yang lain (paling sering ke hati)
Japaries,2013.
Pertumbuhan kanker menghasilkan efek sekunder, meliputi penyumbatan
lumen usus dengan obstruksi dan ulserasi pada dinding usus serta perdarahan.
Penetrasi kanker dapat menyebabkan perforasi dan abses, serta timbulnya metastase
pada jaringan lain. Prognosis relativ baik bila lesi terbatas pada mukosa dan
submukosa pada saat reseks dilakukan, dan jauh lebih jelek telah terjadi mestatase ke
kelenjar limfe (Japaries,2013).
Menurut Diyono (2013), tingkatan kolorektal dari duke sebagai berikut :
1. Stadium 1 : Terbatas hanya pada mukosa kolon (dinding rektum dan kolon).
2. Stadium 2 : Menembus dinding otot, belum metastase.
3. Stadium 3 : Melibatkan kelenjar limfe.
4. Stadium 4 : Metastase ke kelenjar limfe yang berjauhan dan ke organ lain.

Kanker kolorektal merupakan salah satu kanker usus yang dapat tumbuh
secara lokal dan bermetastase luas. Adapun cara penyebaran ini melalui beberapa
cara. Penyebaran secara lokal biasanya masuk kedalam lapisan dinding usus sampai
keserosa dan lemak mesentrik, lalu sel kanker tersebut akanmengenai organ di
sekitarnya. Adapun penyebaran yang luas lagi didalam lumen usus yaitu melalui
limfatik dan sistem sirkulasi.,maka sel kanker tersebut dapat terus masuk ke organ
hati,kemudian metastase ke organ paru-paru. Penyebaran lain dapat ke adrenal, ginjal
,kulit,tulang,dan otak. Sel kaner pun dapat menyebar ke daerah peritoneal pada saat
akan dilakukan reseksi tumor (Diyono,2013).

Hampir semua kanker kolorektal ini berkembang dari polip adenomajenis


villous, tubular, dan viloutubular. Namun dari ketiga jenis adenoma ini, hanya jenis
villous dan tubular yang diperkirakan akan menjadi premaligna. Jenis tubular
berstruktur seperti jari-jari tangan dan tidak bertangkai. Kedua jenis tumbuh
menyerupai bunga kol didalam kolon sehingga massa tersebut akan menekan dinding
mukosa kolon. Penekanan yang terus-menerus ini akan mengalami lesi-lesi ulserasi
yang akhirnya akan menjadi perdarahan kolon. Selain perdarahan, maka obstruksi pun
kadang dapat terjadi.hanaya saja lokasi tumbuhnya adenoma tersebut sebagai acuan.
Bila adenoma tumbuh didalam lumen luas (ascendens dan transversum), maka
obstruksi jarang terjadi. Hal ini dikarenakan isi (feses masih mempunyai konsentrasi
air cukup) dapat melewati lumen tersebut dengan mengubah bentuk (disesuai dengan
lekukkan lumen karena tonjolan masa). Tetapi bila adenoma tersebuit tumbuh dan
berkembang didaerah lumen yang sempit (descendens atau bagian bawah), maka
obstruksi akan terjadi karena tidak dapat melewati lumen yang telah terdesak oleh
massa. Namun kejadian obstruksi tersebut dapat menjadi total atau parsial
(Diyono,2013).

Secara genetik, kanker kolon merupakan penyait kompleks. Peruabahan


genetik sering dikaitkan dengan perkembangan dari lesi permalignan (adenoma)
untuk adenokarsinoma invasif. Rangkaian peristiwa molekuler dan genetik yang
menyebabkan transformsi dan keganasan polip adenomatosa. Proses adala adalah
mutasi APC (adenoimatosa Poliposis Gen) yang pertama kali ditemukan pada
individu dengan keluarga adenomatosa poliposip]s (FAP= familial adenomatous
polyposis). Protein yang dikodekan oleh APC penting dalam aktivitas pnkogen c-myc
dan siklinD1, yang mendorong pengembangan menjadi fenotipe ganas (Muttaqin,
2013)

PATHWAY :

Usia lanjut Infeksi usus Genetika Gaya hidup, pola makan

Mutasi gen

Peningkatan asam

Polip adenomatosa

Kolitis

Lapisan epitel usus


Penyumbatan

Lumen Ulserasi

Adenokarsinoma

Peritonitis

Perporasi/abses

Ca.Colon

Ileus Pendarahan

Obstipasi Hematocezia/BAB

Darah Konstipasi /Diare

Tidak bisa BAB


Resiko kekurangan cairan

Gangguan defekasi Distensi


Nyeri Intoleransi aktifitas

5. TANDA DAN GEJALA

Tanda dan gejala dari kanker kolonretal sangat bervariasi dan tidak
spesifik. Keluhan utama pasien dengan kanker kolorektal berhubungan dengan
besar dan lokasi dari tumor. Tumor yang berada pada kolon kanan biasanya
berupa cairan, cenderungan tetap tersamar hingga lanjut sekali sedikit
kecenderungan menyebabkan obtruksi karena lumen usus lebih besar dari feses
masi encer.

Gejala klinis sering berupa rasa penuh, nyeri abdomen, perdarahan dan
symtomatik anemia(menyebabkan kelemahan, pusing, dan penurunan berat
badaan). Tumor yang berada pada kolon kiri cenderung mengakibatkan perubahan
pola defekasi sebagai akibat iritasi dan respon reflek, perdarahan,mengecilnya
ukuran feses, dan komplikasi karena lesi kolon kiri yang cenderung melingkar
mengakibatkan obstruksi.(Kumar dkk,2010).

6. PENATALAKSANAAN PENYAKIT
a) Penatalaksanaan medis
- Pembedahan reseksi
Satu-satunya pengobatan definif adalah pembedahan reseksi
dan biasanya di ambil sebanyak mungkin dari kolon, batas minimal
adalah 5 cm di sebelah distal dan prosikmal dari tempat kanker. Untuk
kanker di secum dan kolon ansedens biasanya dilakukan
hemikolektomi dan di buat anastemosis ileo-transfersal.
- Kolostomi
Kolostomi merupakan tindakan pembuatan lubang (stoma)
yang di bentuk dari pengeluaran sebagian bentuk kolon kedinding
(perut) atau abdomen. Stoma ini dapat bersifat sementara atau
permanen. Tujuan pembuatan kolostomi adalah untuk tindakan
dekonpresi usus besar kasus sumbatan/obstruksi usus.
- Radioterapi
Setelah dilakukan pembedahan perlu di pertimbangkan untuk
melakukan radiasi dengan dosis adekuat. Karena pengaruh yang
mematikan lebih besar pada sel-sel kanker yang sedang proliferasi dan
berdiferensiasi buruk di bandingkan terhadap sel-sel normal yang
berada di dekatnya. Mungkin jaringan normal mengalami cidera dalam
derajat yang dapat di toleransi dan dapat di perbaiki.sedangkan sel-sel
kanker dapat di matikan dan selanjutnya di lakukan kemoterapi.
- Kemoterapi
Kemoterapi yang di berikan adalah 5-flurourasil (5-FU),
belakangan ini sering di kombinasikan dengan leukovorin yang dapat
meningkatkan efektifits terapi, bahkan ada yang memberikan 3 macam
kombinasi yaitu 5-FU, levamisol dan leuvocorin.

b) Penatalaksanaan keperawatan.
1. Dukungan adaptasi dan kemandirian
2. Meningkatkan kenyamanan
3. Mempertahankan fungsi fisiologis optimal
4. Mencegah komplikasi
5. Memberikan informasi tentang proses/kondisi penyakit,prognosis, dan
kebutuhan pengobatan.
c) Penatalaksanaan diet
1. Cukup mengkonsumsi makanan serat, seperti sayur-sayuran dan buah-
buahan.
2. Kacang-kacang (5 porsi setiap hari)
3. Menghindari makanan yang mengandung lemak jenuh dan kolesterol
tinggi terutama yang terdapat pada daging hewan
4. Menghindari makanan yang di awetkan dan pewarna sintetik, karena
hal tersebut dapat memicu sel karsinogen/sel kanker.
5. Hindari minum berakhohol dan rokok yang berlebihan.
6. Melaksanakan aktifitas fisik atau olahraga secara teratur.
d) Pencegahan kanker kolorektal
1. Konsumsi makanan berserat tujuannya untuk memperlancar buang air
besar dan menurunkan derajat keasaman, konsentrasi asam lemak,
asam empedu dan besi dalam usus besar.
2. Asam lemak omega-3 yang terdapat dalam ikan tertentu.
3. Konsentrasi kalium, vit A, C, D dan E betakarotin.
4. Susu yang mengandung lactobacillus acidophilus
5. Berolah raga dan banyak bergerak membuat semakin mudah dan
teratur buang air besar
6. Hidup rileks dan kurangi stres.

Asuhan keperawatan pada klien kanker kolorektal

DEFINISI: Kanker kolorektal adalah suatu tumor malignan yang terdiri dari jaringan
epitel dari kolon atau rektum.

A.Pengkajian:
1. Kaji pola defekasi terdahulu dan saat ini, apakah terjadi perubahan pola defekasi,
apakah terjadi diare atau konstipasi.
2. Kaji adanya perdarahan dari anus (darah segar).
3. Kaji adanya riwayat kanker pada keluarga, polip khusus, kolitis ulserosa.
4. Kaji kebiasaan makan rendah serat, banyak lemak.
5. Kaji keadaan perasaan lelah yang dialami klien selama sakit.
6. Kaji adanya nyeri abdomen atau rektal dan karakter nyeri: lokasi, frekuensi,
durasi, nyeri apakah berhubungan dengan makanan atau defekasi.
7. Kaji feses yang meliputi warna, bau, dan konsistensi, adanya darah segar atau
mukus pada feses.
8. Kaji terapi obat yang di dapat saat ini.
9. Kaji jumlah konsumsi alkohol dalam sehari dan sejak kapan mulai mengkonsumsi
alkohol.
10. Kaji riwayat penurunan berat badan selama sakit.
11. Pemeriksaan fisik: auskultasi abdomen terhadap bising usus dan palpasi abdomen
untuk area nyeri tekan distensi dan masa padat.

B.Diagnosa keperawatan:

Diagnosa keperawatan yang mungkin timbul pada kanker kolorektal yaitu:


1. Konstipasi/diare berhubungandengan lesi obstruksi, iritasi mukosa gastrointestinal
dari kemoterapi atau radiasi, nelapsorbsi lemak, tumor yang mensekresi hormon.
2. Nyeri berhubungandengan konpresi jaringan sekunder akibat obstruksi.
3. Intoleransi aktifitas berhubungandengan kelemahan fisik.
4. Resiko kekurangan volume cairan berhubungandengan muntah dan dehidrasi.
C.Intervensi

Diagnosa keperawatan Tujuan dan kriteria Intervensi keperawatan Rasional


hasil
1 2 3 4
1. Konstipasi/diare Mempertahankan 1. Kaji kebiasaan 1. Sebagai dasar
berhubunganden konsistensi atau defekasi klien. evakuasi pola
gan lesi pola defekasi defekasi selama
abstruksi, iritasi normal: dirawat.
mukosa gastro a. Konsistensi 2. Kaji bising usus, 2. Konstipasi
intestinal dari feses frekuensi merupakan
kemoterapi atau normal. defekasi dan salah satu
radiasi, b. Pola konsistensi manifestasi dari
malasorbsi defekasi feses, neurotoksisitas.
lemak, tumor normal. terutama3-5 hari
yang mensekresi pertama dari
hormon. terapi alkaloid.
3. Monitor
masukan dan 3. Ketidakadekuata
pengeluaran n masukan
cairan. cairan dapat
menimbulkan
4. Anjurkan konstipasi.
masukan cairan 4. Dapat
adekuat antara menurunkan
1-2 liter/hari. kemungkinan
terjadinya
5. Anjurkan makan konstipasi.
tinggi serat. 5. Dapat
memperbaiki
konsistensi
6. Anjurkan feses.
melakukan 6. Merangsang
latihan range of peristaltik usus,
motion (ROM) sehingga ada
secara pasif rangsangan
maupun aktif. untuk defekasi.
7. Berikan
makanan sedikit 7. Makanan rendah
tetapi serinh serat dapat
dengan rendah menurunkan
sisa: telur sereal, iritabiltas dan
sayur yang memberikan
diblender. istirahat pada
usus bila terjadi
diare.
8. Jelaskan pada 8. Menimbulkan
klien agar rangsangan pada
menghindari gastrointestinal
makanan tinggi yang dapat
lemak dan meningkatkan
makanan frekuensi
dengan defekasi.
kandungan serat
tinggi. 9. Untuk
9. Monitor hasil mengetahui
pemeriksaan keseimbangan
laboratium: elektrolit.
elektrolit sesuai
program. 10. Mencegah
10. Berikan cairan dehidrasi,
intravena sesuai mengencerkan
program terapi. agen kemotrapi
sehingga dapat
menurunkan
efek samping.
11. Untuk
11. Berikan terapi menghentikan
antidiare. terjadinya diare
berat.
12. Memudahkan
12. Berikan pelunak defekasi,
fese, laksatif, terutama pada
enema sesuai klien yang
program terapi. mendapat terapi
dengan efek
samping
konstipasi.
Diagnosa keperawatan Tujuan dan kriteria Intervensi keperawatan Rasional
hasil
1 2 3 4
2. Nyeri Kenyamanan klien 1. Kaji riwayat 1. Identifikasi data
berhubunganden terpenuhi: nyeri: lokasi, dasar untuk
gan kompresi a. Nyeri frekuensi, mengevaluasi
jaringan hilang atau durasi dan kebutuhan atau
sekunder akibat terkontrol. intensitas skala keefektifan
obstruksi. b. Ekspresi (0-10), dan intervensi.
wajah klien tindakan
rileks. penghalang
c. Klien dapat yang
istirahat digunakan.
dengan 2. Jelaskan pada 2. Ketidaknyamana
cukup. klien/orang n rentang luas
terdekat apa adalah umum
yang (nyeri insisi, kulit
diharapkan, terbakar, nyeri
dari program punggung bawah,
terapi yang sakit kepala),
diberikan: tergantung dari
pembedahan, prosedur/agen
radiasi, yang digunakan.
kemoterapi. 3. Meningkatkan
3. Berikan relaksasi dan
tindakan membantu
kenyamanan memfokuskan
dasar, misalnya kembali
reposisi, gosok perhatian.
punggung dan
aktifitas
hiburan
misalnya
dengar musik,
nonton tv. 4. Memungkinan
4. Anjurkan klien untuk
menggunakan berpartisipasi
keterampilkan secara aktif dan
manajemen meningkatkan
nyeri, (teknik rasa kontrol.
relaksasi,
visualisasi,
bimbingan
imajinasi),
tertawa dan
sentuhan
terapeutik. 5. Karena
5. Jelaskan pada merangsang
klien agar spame esofagus
menghindari dan
minuman meningkatkan
terlalu sekresi asam
paans/dingin hidroksida.
dan makanan
pedas. 6. Karena dapat
6. Jelaskan agar meningkatkan
klien nyeri.
menghindari
aktifitas yang
meregangkan
area teorakal. 7. Untuk mencegah
7. Anjurkan terjadinya refluk.
duduk tegak
selama 1-4 jam
setiap selesai
makan. 8. Untuk mencegah
8. Atur posisi terjadinya refluk.
tidur
semifowler/bag
ian kepala
tempat tidur. 9. Penggunaan
9. Jelaskan agar antasida yang
klien tidak berlebihan akan
menggunakan menyebabkan
antasida yang peningkatan asam
berlebihan/tanp lambung dan
a resep dokter. iritasi esofagus.
10. Untuk
10. Berikan menetralisasi dan
antasida dan menurunkan
antagonis asam lambung,
histamin sesuai sehingga
program mencegah iritasi
pengobatan. esofagus dan
lambung.
Diagnosa Tujuan dan kriteria Intervensi Rasional
keperawatan hasil keperawatan

1 2 3 4
3. Intoleransi Meningkatkan 1. Kaji 1. Identifikasi
aktivitas toleransi aktivitas: kemampuan kebutuhan
berhubungand a. Klien dapat aktivitas dan intervensi,
engan melakukan alasan untuk
kelemahan aktivitas sesuai ketidakseimb disesuaikan
fisik kemampuan. angan. dengan
b. Klien kemampuan
berpartisipasi klien.
dalam 2. Buat jadwal 2. Mencegah
pemenuhan aktivitas kelelahan,
kebutuhannya. dengan menghemat
periode energi untuk
istirahat yang melanjutkan
adekuat partisipasi.
sesuai
kemampuan.
3. Anjurkan 3. Meningkatkan
klien kemandirian
partisipasi dan keinginan
dalam untuk
perawatan berpartisipasi.
dan aktivitas
rekreasi.
4. Bantu klien 4. Mencegah
dalam terjadinya
merubah kecelakaan
posisi, seperti
ambulasi bila jatuh/cedera.
dibutuhkan.
5. Berikan 5. Membantu
sepatu klien untuk
penyokong berjalan atau
yang nyaman mempertahanka
dan tepat n keseimbangan
ukuran, diri dengan
sendal yang mencegah
tidak licin. terjadinya jatuh.
6. Mencegah klien
menabrak
6. Pindahkan barang-barang
barang- dan
barang yang menurunkan
tidak resikokecelakaa
diperlukan n jatuh.
dari tempat 7. Memudahkan
latihan. klien untuk
7. Berikan kursi bangun dari
yang kuat posisi duduk.
dengan
tempat duduk
yang tinggi
dengan
pegangan
pada bagian
kiri dan 8. Mencegah
kanan. penurunan
8. Berikan pengelihatan
lingkungan dan mencegah
yang terang terjadinya
pada klien kecelakaan.
yang
mengalami
penurunan 9. Dapat
pengelihatan. membantu
9. Konsultasi dalam membuat
dengan ahli program latihan
terapi aktivitas klien.
fisik/okupasi 10. Klien dengan
anemia berat
tidak mampu
10. Berikan terapi melakukan
komponen aktivitas.
darah sesuai
program
terapi, jika
klien anemia
berat.
4. Resiko Menunjukan 1. Monitor 1. Keseimbagan
kekurangan keseimbangan masukan cairan negatif
volume cairan cairan adekuat: (intake) dan terus menerus,
berhubungande a. Membran pengeluaran menunjukan
ngan muntah mukosa (output) pengeluaran urine
dan dehidrasi. lembab. cairan. Hitung menunjukan
b. Turgor kulit keseimbangan terjadinya
baik. cairan setiap dehidrasi.
c. Pengisian 24 jam. 2. Pengukuran
kapiler 2. Timbang berat sensitif terhadap
cepat badan setiap fluktuasi
d. Pengeluaran hari. keseimbangan
urin cairan.
adekuat 3. Menunjukan
3. Monitor tanda keadekuatan
vital, nadi volume sirkulasi.
perifer, dan
pengisian
kapiler. 4. Indikator dari
4. Kaji turgor status derajat
kulit dan kekurangan
kelembaban cairan.
membram
mukosa dan
keluhan haus. 5. Memenuhi
5. Anjurkan kebutuhan cairan
peningkatan dan menurunkan
masukan resiko
cairan 2,5-3 komplikasi.
liter setiap 24
jam.
6. Observasi 6. Identifikasi dini
terhadap terhadap masalah
kecenderungan yang dapat terjadi
perdarahan, akibat
misalnya kanker/terapi
rembesan dari memungkinkan
membran untuk intervensi
mukosa : segera.
adanya
ekimosis/petek
ie. 7. Mengurangi
7. Hindari trauma potensial terhadap
dan pemberian perdarahan atau
tekanan pada pembentukan
sisi fungsi. hematoma.
8. Untuk dehidrasi
8. Berikan cairan serta
intravena mengencerkan
sesuai program obat
terapi. antineoplastik dan
menurunkan efek
samping mual,
muntah dan
nefroktosisitas.
9. Dapat mencegah
9. Batasi terjadinya
masukan muntah.
makanan dan
cairan per-oral.
10. Berikan 10. Menghilangkan
antimetik keluhan
sesuai program mual/muntah.
terapi.
11. Pemasangan
nasograstik 11. Untuk
tube (NGT) mengalirkan
dilakukan pada akumulasi cairan
praoperasi. dan mencegah
distensi abdomen.
12. Pasang 12. Untuk
kateterindweli memungkinkan
ng sesuai pemantauan
program. pengeluaran urine
setiap jam.
13. Monitor 13. Agar terapi cairan
pengeluaran intravena dapat
urin jika disesuaikan.
pengeluaran
urin 30cc/jam
laporkan pada
dokter.
D.Implementasi

Implementasi dilaksanakan berdasarkan intevensi yang di rencanakan.

E. Evaluasi

1. Nyeri mulai teratasi


2. Nutrisi sudah mulai terpenuhi dengan kriteria,klien sudah ada napsu makan dan setiap
makan porsi di habiskan dalam waktu 1X24 jam.
3. Resiko tinggii terhadap diare dapat teratasi yang di tandai dengan pasien dapat
mempertahankan konsistensi atau pola defikasi.
4. Resiko gangguan volume cairan dapat teratasi yng ditunjukan dengan adanya
keseimbangan adekuat yang di tndai dengan membran mukosa lembab, turgor kulit
baik,tanda vital stabil serta individu dapat mengeluarkan urine dengan tepat.
DAFTAR PUSTAKA

Lemone Pricilla,dkk.(2015).KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH. Jakarta : Buku


Kedokteran EGC

Saratun,Lusiana.(2010). ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN GANGGUAN SISTEM


GASTROINTESTINAL.Jakarta : CV.Trans Info Media

Tim Pokja SDKI DPP PPNI.(2016). STANDAR DIAGNOSIS KEPERAWATAN INDONESIA.


Jakarta Selatan : Dewan Pengurus Pusat

https://www.slideshare.net/mobile/septianraha/makalah-kanker-kolon-print

https://bersamaraihprestasi.wordpress.com/2012/11/17/anatomi-dan-fisiologi-gastro-
intestinal/

Anda mungkin juga menyukai