Anda di halaman 1dari 47

ASUHAN KEPERAWATAN PSIKIATRI AN.

A DENGAN
GANGGUAN KONSEP DIRI “HARGA DIRI RENDAH”
AKIBAT KASUS PEMERKOSAAN DI RUANG
RAWAT INAP PSIKIATRI

Dosen Pembimbing : Ayu Dekawati, S.Kep.,Ns.,M.Kep


Disusun Oleh: Kelompok 2
1. Muhammad Farid A.M(21123010P) 6. Sa’ada Maulidya (21123015P)
2. Nabila Dwi Novrianti (21123011P) 7. Sherly Putri Anjalin (21123016P)
3. Novi Rahmawati (21123012P) 8. Sindi Heriyanti (21123017P)
4. Rahayu Prasasti (21123013P) 9. Sintia Wati (21123018P)
5. Rizky Yulinda (21123014P) 10. Niken Damayanti (21123029P)

Semester : V
Mata Kuliah : Keperawatan Psikiatri

INSTITUT ILMU KESEHATAN DAN TEKNOLOGI


MUHAMMADIYAH PALEMBANG
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN
2023/2024
KATA PENGANTAR

Segala puji hanya milik Allah SWT. Shalawat dan salam selalu tercurahkan
kepada Rasulullah SAW. Berkat limpahan dan rahmat-Nya penyusun mampu
menyelesaikan tugas tentang Harga Diri Rendah Akibat Pemerkosaan ini guna
memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Psikiatri.
Dalam penyusunan tugas atau materi ini, tidak sedikit hambatan yang penulis
hadapi. Namun penulis menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan materi ini
tidak lain berkat bantuan, dorongan, dan bimbingan dari berbagai pihak, sehingga
kendala-kendala yang penulis hadapi teratasi. Makalah ini disusun agar pembaca dapat
memperluas ilmu tentang Harga Diri Rendah Akibat Pemerkosaan yang kami sajikan
berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber informasi, referensi, dan berita.
Semoga laporan ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi
sumbangan pemikiran kepada pembaca khususnya para mahasiswa Institut Ilmu
Kesehatan dan Teknologi Muhammadiyah Palembang. Penulis sadar bahwa laporan
ini masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna. Untuk itu, kepada dosen
pembimbing kami meminta masukannya demi perbaikan pembuatan makalah ini di
masa yang akan datang dan mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca.

Palembang, Oktober 2023

ii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ................................................................................................. ii
DAFTAR ISI ............................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................... 1
A. Latar Belakang ................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .............................................................................................. 3
C. Tujuan ................................................................................................................ 3
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................. 4
A. Konsep Dasar Pemerkosaan ............................................................................... 4
B. Konsep Dasar Harga Diri Rendah .................................................................... 10
C. Asuhan Keperawatan Teoritis .......................................................................... 20
D. Asuhan Keperawatan Kasus............................................................................. 26
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................. 42
A. Kesimpulan ...................................................................................................... 42
B. Saran................................................................................................................. 43
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 44

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan jiwa diartikan sebagai keadaan sejahtera, dimana individu memiliki
kemampuan untuk menyadari potensi yang ada dalam dirinya, dapat mengatasi
tekanan kehidupan yang terjadi, bekerja secara produktif dan dapat berkontribusi
dalam komunitasnya. Individu yang sering mengalami tekanan emosional,distress
dan terganggunya fungsi (disfungsi), akan berpotensi cukup besar mengalami
gangguan jiwa yang dikenal dengan istilah orang dengan gangguan jiwa (ODGJ)
(Rahayu & Daulima, 2019)
Skizofrenia merupakan salah satu gangguan jiwa yang ada di
indonesia.Menurut (Videbeck, 2015) Skizofrenia merupakan gangguan psikiatrik
yang ditandai dengan disorganisasi pola pikir dimanifestasikan dengan masalah
komunikasi. Gejala skizofrenia meliputi gejala positif dan gejala negatif. Gejala
positif mencakup delusi, halusinasi, sedangkan gejala negatif seperti apatis, afek
datar, hilangnya minat atau ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas rutin,
kemiskinan isi pembicaraan, gangguan dalam hubungan sosial, ditemukan pada
pasien dengan harga diri rendah (Rahayu & Daulima, 2019).
Secara umum kekerasan didefinisikan sebagai suatu tindakan yang dilakukan
satu individu terhadap individu lain yang mengakibatkan gangguan fisik dan atau
mental. Anak ialah individu yang belum mencapai usia 18 tahun, termasuk anak
yang masih dalam kandungan seperti tertera dalam pasal 1 UU Nomor 23 tahun
2002 tentang perlindungan anak. Kekerasan pada anak adalah Tindakan yang di
lakukan seseorang atau individu pada mereka yang belum Genap berusia 18 tahun
yang menyebabkan kondisi fisik dan atau mentalnya
Kekerasan seksual diartikan sebagai segala jenis kegiatan Atau hubungan
seksual yang dipaksakan dan/atau tanpa persetujuan (consent).Kekerasan seksual
terjadi pada semua ranah, yaitu: personal, publik, dan Negara. Sebagai contoh
Ranah personal berarti kekerasan seksual dilakukan oleh orang yang Memiliki
hubungan darah (ayah, kakak, adik, paman, kakek), kekerabatan, Perkawinan

1
(suami), maupun relasi intin (pacaran) dengan korban. Kekerasan Seksual berada
pada ranah personal, atau dilakukan oleh orang yang memiliki Hubungan dekat.
Ranah berikutnya adalah ranah publik yang berarti kasus ini Melibatkan korban
dan pelaku yang tidak memiliki hubungan kekerabatan, darah, Ataupun perkawinan
dari korban terganggu.
Kekerasan Seksual mempengaruhi psikologi korban seperti korban kasus
pemerkosaan. Sebagai contoh timbulnya masalah kejiwaan pada korban yang
mengakibatkan korban tidak bisa berinteraksi dengan sekitar karena adanya rasa
takut. Hal inilah yang akan dibahas pada makalah ini terkait asuhan keperawatan
kasus pemerkosaan.
Harga diri rendah merupakan salah satu respon maladaptif dalam rentang
respon neurobiologi. Proses terjadinya harga diri rendah kronik pada pasien
skizofrenia dapat dijelaskan dengan menganalisa stressor predisposisi dan
presipitasi yang bersifat biologis, psikologis, dan sosial budaya sehingga
menghasilkan respon bersifat maladaptif yaitu perilaku harga diri rendah kronik.
Respon terhadap stressor pada pasien harga diri rendah memunculkan respon
secara kognitif, afektif, fisiologis, perilaku dan sosial. Respon-respon tersebut akan
dianalisis lebih lanjut, sehingga memunculkan rentang respon (Pardede, Keliat, &
Yulia, 2015). Sedangkan harga diri yang tinggi digambarkan dari sifat individu
yang memiliki perasaan penerimaan diri tanpa syarat, meski salah, kalah dan gagal,
sebagai yang berharga dan sifat penting untuk dirinya sendiri. Individu yang
memiliki perasaan tidak berharga, tidak berarti, dan harga diri rendah yang
berkepanjangan karena evaluasi negatif terhadap diri mereka sendiri dan diri
mereka sendiri kemampuan merupakan gambaran seseorang yang memiliki harga
diri yang rendah (Pardede & Laia, 2020).
Upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kemampuan berinteraksi
pada pasien yang mengalami harga diri rendah adalah dukungan keluarga.
Dukungan keluarga merupakan bentuk pemberian dukungan terhadap anggota
keluarga lain yang mengalami permasalahan, yaitu memberikan dukungan
pemeliharaan, emosional untuk mencapai kesejahteraan anggota keluarga dan

2
memenuhi kebutuhan psikososial. Pasien harga diri rendah biasanya memiliki
lebih dari satu masalah keperawatan. Sejumlah masalah pasien akan saling
berhubungan dan dapat digambarkan sebagai pohon masalah (Elvidiana &
Fitriani, 2019).
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam Asuhan keperawatan ini yaitu “Bagaimana proses asuhan
keperawatan dengan kasus Harga Diri Rendah”.
C. Tujuan
1. Tujuan umum
Untuk menggambarkan asuhan keperawatan denan gangguan konsep harga diri
: harga diri rendah, serta penulis dapat memberikan asuhan keperwatan jiwa
secara optimal.
2. Tujuan khusus
a. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian keperawatan dengan kasus
“Harga Diri Rendah”.
b. Mahasiswa mampu merumuskan diagnosa keperawatan terhadap asuhan
keperawatan dengan kasus “Harga Diri Rendah”.
c. Mahasiswa mampu Menyusun intervensi keperawatan terhadap asuhan
keperawatan dengan kasus “Harga Diri Rendah”.
d. Mahasiswa mampu melakukan implementasi keperawatan terhadap asuhan
keperawatan dengan kasus “Harga Diri Rendah”.
e. Mahasiswa mampu melakukan evaluasi keperawatan terhadap asuhan
keperawatan dengan kasus “Harga Diri Rendah”.
f. Mahasiswa mampu melakukan discharge planning keperawatan terhadap
asuhan keperawatan dengan kasus “Harga Diri Rendah”.

3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Dasar Pemerkosaan
1. Definisi
Kekerasan seksual terhadap anak menurut End Child Prostitution in Asia
Tourism (ECPAT) Internasional merupakan hubungan atau interaksiantara
seorang anak dengan seorang yang lebih tua atau orang dewasa sepertiorang
asing, saudara sekandung atau orang tua dimana anak dipergunakan sebagai
objek pemuas kebutuhan seksual pelaku. Perbuatan ini dilakukan dengan
menggunakan paksaan, ancaman, suap, tipuan bahkan tekanan.
Pelecehan seksual terhadap anak adalah suatu bentuk penyiksaan anak
dimana orang dewasa melampiaskan libidonya pada anak atau dengan katalain
orang yang sudah dewasa mendapatkan stimulasi seksualnya pada anak yang
berusia di bawah 18 (delapan belas) tahun. Bentuk pelecehan seksualanak
termasuk atau menekan (memaksa) seorang anak untuk melakukanaktivitas
seksual, paparan tidak senonoh dari alat kelamin kepada anak,menampilkan
pornografi pada anak, kontak seksual yang sebenarnya pada anak, kontak fisik
dengan alat kelamin anak, melihat alat kelamin anak tanpakontak fisik serta
menggunakan anak untuk memproduksi pornografi anak (Roy, 2018).
2. Etiologi
Melihat dari teori-teori sebab terjadinya kejahatan menurut kriminologi,
maka terjadinya kekerasan seksual terhadap anak dapat disebabkan oleh
berbagai faktor yang mempengaruhinya demikian kompleks, secara umum
dapat disebutkan bahwa faktor-faktor penyebab terjadinya kejahatan seksual
pada anak dibagi menjadi 2 (dua) bagian yaitu :
a. Faktor intern
Faktor intern adalah faktor-faktor yang terdapat dalam diri individu. Faktor
ini khusus dilihat pada diri individu dan hal-hal yang mempunyaihubungan
dengan kejahatan seksual meliputi:
1) Faktor kejiwaan

4
2) Faktor biologis
3) Faktor moral
b. Faktor ekstren
Faktor ekstren adalah faktor-faktor yang berada diluar diri si pelaku,
sebagai berikut:
1) Faktor sosial budaya
2) Faktor ekonomi
3) Faktor media
3. Klasifikasi
Menurut Resna dan Darmawan (dalam Huraerah, 2006), tindakan kekerasan
seksual dapat dibagi atas tiga kategori, yaitu:
a. Perkosaan
b. Incest
c. Eksploitasi
Komisi Perlindungan Anak, Kekerasan seksual meliputi: mencolek,meraba,
menyentuh hingga melontarkan kata-kata berorientasi seksual pada anak-
anak. Diperparah dengan tindakan pencabulan, pemerkosaan, sodomi,dan
sejenisnya. (Sinar Harapan, 13 Maret 2004). Yuwono (2015) menyebutkan
bahwa bentuk-bentuk kekerasan seks, sexual gesture(serangan seksual secara
visual termasuk eksibisionisme, sexual remarx(serangan seksual secara
verbal). Menurut Brison (Kusmiran, 2011) kekerasan seksual dapat bersifat
verbal atau non-verbal yang disertai ancaman atau intimidasi, penganiayaan.
Sampai pada pembunuhan. Menurut Collier (Kusmiran, 2011) kategori
kekerasan seksual meliputi pelecehan seksual, ancaman perkosaan, percobaan
perkosaan, perkosaan, perkosaan disertai kekerasan, perkosaandisertai
pembunuhan, dan pemaksaan untuk melacur.
4. Manifestasi Klinis
Ciri-Ciri anak yang mengalami kekerasan seksual menurut Zastrow
(dalamHuraerah, 2006), yaitu:
a. Tanda-tanda perilaku

5
1) Perubahan-perubahan mendadak pada perilaku dari bahagia ke
depresiatau permusuhan,dari bersahabat ke isolasi atau dari
komunikatif ke penuh rahasia.
2) Perilaku ekstrim
Perilaku lebih agresif atau lebih pasif dari teman sebayanya atau dari
perilaku individu sebelumnya, menjadi sensitive dan gampang
marah.
3) Gangguan Tidur Takut pergi ke tempat tidur, sulit tidur atau terjaga
dalam waktu yanglama, takut tidur sendiri, mimpi buruk.
4) Perilaku regresif
Kembali pada perilaku awal perkembangan anak tersebut,
sepertimengompol, mengisap jempol.
5) Perilaku anti-sosial atau nakal
Bermain-main api, mengganggu anak lain atau binatang tindakan-
tindakan merusak
6) Perilaku menghindar
Takut akan atau menghindar dari orang tertentu (orang tua,
kakak,tetangga, saudara lain, pengasuh, lari dari rumah,
nakal,membolos sekolah.
7) Perilaku seksual yang tidak pantas
Masturbasi berlebihan, berbahasa atau bertingkah porno
melebihiusianya, perilaku seduktif terhadap anak yang
lebihmuda,menggambar porno.
8) Penyalahgunaan NAPZA
Alkohol atau obat terlarang khususnya pada anak remaja.
9) Bentuk perlakuan salah terhadap diri sendiri ( self abuse).
Merusak diri sendiri, gangguan makan, berpartisipasi pada kegiatan-
kegiatan beresiko tinggi, percobaan atau melakukan bunuh diri.
b. Tanda-tanda kognitif

6
Tidak dapat berkonsentrasi: sering melamun dan berkhayal, fokus
perhatian singkat/terpecah.Minat sekolah memudar: menurunnya
perhatian pada tugas sekolah dibanding sebelumnya. Respons atau reaksi
berlebihan: khususnya terhadap gerakan tiba – tiba dan orang lain dalam
jarak dekat.
c. Tanda-tanda Sosial – emosional
1) Rendahnya kepercayaan diri : perasaan tidak berharga
2) Menarik Diri : mengisolasi dari teman, lari ke dalam khayalan atau
ke bentuk-bentuk lain yang tidak berhubungan.
3) Depresi tanpa penyebab jelas: Perasaan tanpa harapan
danketidakberdayaan, pikiran dan pernyataan-pernyataan ingin
bunuh diri.
4) Ketakutan berlebihan: Kecemasan, hilang, kepercayaan terhadap
oranglain.
5) Keterbatasan Perasaan: Tidak dapat mencintai, tidak riang
sepertisebelumnya atau sebagaimana dialami teman dekatnya.
d. Tanda-tanda Fisik
1) Perasaan sakit yang tidak jelas: mengeluh sakit kepala, sakit
perut,tenggorokan tanpa penyebab jelas, menurunnnya berat badan
secaradrastis, tidak ada kenaikan berat badan secara memadai,
muntah-muntah.
2) Luka-luka pada alat kelamin atau mengidap penyakit kelamin: Pada
vagina, penis atau anus yang ditandai dengan pendarahan, lecet, nyeri
atau gatal-gatal di seputar alat kelamin (menderita penyakit seksual)
dan kekerasan seksual pada korban juga akan mengakibatkan
kehamilan.
5. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksasan Fisik
Saat melakukan pemeriksaan fisik, gunakan prinsip “head to
toe”.Artinya, pemeriksaan fisik harus dilakukan secara sistematis

7
dari ujungkepala sampai ke ujung kaki. Pelaksanaan pemeriksaan
fisik juga harusmemperhatikan keadaan umum korban. Apabila
korban tidak sadar ataukeadaan umumnya buruk, maka
pemeriksaan untuk pembuatan visum dapat ditunda dan dokter
fokus untuk ”life saving ” terlebih dahulu. Selainitu, dalam
melakukan pemeriksaan fisik, perhatikan kesesuaian dengan
keterangan korban yang didapat saat anamnesis. Pemeriksaan fisik
yang dilakukan dapat dibagi menjadi pemeriksaan umum dan
khusus. Pemeriksaan fisik umum mencakup:
1) Tingkat kesadaran
2) Keadaan umum
3) Tanda vital
4) Penampilan (rapih atau tidak, dandan, dan lain-lain)
5) Afek (keadaan emosi, apakah tampak sedih, takut, dan
sebagainya)
6) Pakaian (apakah ada kotoran, robekan, atau kancing yang
terlepas)
7) Status generalis
8) Tinggi badan dan berat badan
9) Rambut (tercabut/rontok)
10) Gigi dan mulut (terutama pertumbuhan gigi molar kedua dan
ketiga)
11) Kuku (apakah ada kotoran atau darah di bawahnya, apakah ada
kukuyang tercabut atau patah)
12) Tanda-tanda perkembangan seksual sekunder
13) Tanda-tanda intoksikasi NAPZA
14) Status lokalis dari luka-luka yang terdapat pada bagian tubuh
selaindaerah kemaluan.

8
6. Penatalaksanaan
Ada dua macam terapi pengobatan yang dapat dilakukan penderita
stres pasca trauma, yaitu dengan menggunakan farmakoterapi dan
psikoterapi. Pengobatan farmakoterapi dapat berupa terapi obat (terapi
anti depresiva) (kaplan dkk, 1997). Sedangkan pengobatan psikoterapi,
ada tiga tipe psikoterapi, yaitu:
a. Anixiety management
b. Cognitive therapy
c. Exposure therapy
Zastrow (dalam Huraerah, 2006) mengemukakan beberapa model
program konseling yang dapat diberikan kepada anak yang mengalami
kekerasan seksual, yaitu:
a. The Dynamics of sexual abuse
Konseling difokuskan pada pengembangan konsepsi bahwa
kejadiank ekerasan seksual termasuk kesalahan dan tanggung
jawabnya berada pada pelaku bukan “korban”. Anak-anak dijamin
bahwa mereka tidak dipersalahkan meskipun telah terjadi kontak
seksual. Kontak seksual yang terjadi adalah akibat trik para pelaku
yang lebih dewasa, kuat, cerdas danitu merupakan pelanggaran
hukum.
b. Protective behaviors counseling
Anak-anak dilatih untuk menguasai ketrampilan mengurangi
“kerentanannya” sesuai dengan usianya. Untuk anak-anak Pra-
sekolah, pelatihan dibatasi pada cara-cara: (a) berkata “tidak”
terhadap sentuhan-sentuhan yang tidak diinginkan, (b) menjauh
secepat mungkin dari orang-orang yang terlihat sebagai “abuse
person”, (c) melaporkan pada orang tua atau orang dewasa yang
dipercaya dapat membantu menghentikan perlakuan salah.

9
c. Survivor/self-esteem counseling
Menyadarkan anak-anak yang menjadi “korban” bahwa mereka
sebenarnya bukan korban, melainkan “orang yang menghadapi
kekerasan seksual. Untuk mengurangi rasa bersalah pada anak yang
tidak melaporkan kejadian, anak perlu diyakinkan bahwa hal
tersebut merupakan situasi dan perasaan yang wajar.
d. Feeling counseling
Anak-anak yang mengalami kekerasan seksual, diidentiikasi
kemampuannya mengenali bebagai perasaan. Anak –anak
diyakinkan bahwa mereka mempunyai hak untuk memiliki
perasaan sendiri dan bahwa perasaan mereka tidak akan dinilai
“baik” atau “buruk”.
e. Cognitive therapy
Konsep dasar teknik ini adalah bahwa perasaan- perasaan
seseorang mengenai beragam jenis dalam kehidupannya
dipengaruhi oleh pikiran-pikiran mengenai kejadian tersebut secara
berulang-ulang.

B. Konsep Dasar Harga Diri Rendah


1. Definisi Harga Diri Rendah ( HDR )
Harga diri rendah adalah disfungsi psikologis yang meluas dan terlepas dari
spesifiknya. Masalahnya, hampir semua pasien menyatakan bahwa mereka
ingin memiliki harga diri yang lebih baik. Jika kita hanya mengurangi harga diri
rendah, banyak masalah psikologis akan berkurang atau hilang secara
substansial sepenuhnya. Harga diri merupakan komponen psikologis yang
penting bagi kesehatan. Banyak penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa
harga diri yang rendah sering kali menyertai gangguan kejiwaan. Harga diri
yang tinggi dikaitkan dengan kecemasan yang rendah, efektif dalam kelompok
dan penerimaan orang lain terhadap dirinya, sedangkan masalah kesehatan
dapat menyebabkan harga diri, sehingga harga diri dikaitkan dengan hubungan

10
interperonal yang buruk dan beresiko terjadinya depresisehingga perasaan
negatif mendasari hilangnya kepercayaan diri dan harga diri individu dan
menggambarkan gangguan harga diri (Wijayati et al., 2020).
Harga diri rendah berasal dari pengalaman seseorang seiring dengan
pertumbuhannya, seperti : tidak ada kasi sayang , dorogan dan tantangan, tidak
terdapat cinta dan penerimaan, selalu mengalami kritikan, ejekan, sarkame, dan
sinisme, adanya pemukulan fisik dan pelecehan tidak adanya pengakuan dan
pujian untuk prestasi, terdapat kelebihan dan keunikan yang selalu di abaikan
(Pardede, Hafizudin, & Sirait, 2021). Harga diri rendah merupakan perasaan
tidak berharga, tidak berarti, dan rendah diri yang berkepanjangan akibat
evaluasi negatif terhadap diri sendiri dan kemampuan diri (Pardede, 2019)
2. Jenis-Jenis Harga Diri Rendah
Adapun macam-macam jenis konsep diri, diantaranya:
Konsep Diri Positif
Jenis konsep diri ini, baik jika dimiliki oleh seorang individu karena
memiliki:
a. Merasa setara dengan orang lain
b. Yakin dapat mengatasi segala macam masalah
c. Bisa menerima pujian tanpa rasa malu
d. Bisa menyadari bahwa setiap orang memiliki perasaan, keinginan,
serta perilaku yang tidak semuanya dapat di
e. setujui oleh anggota masyarakat.
f. Bisa memperbaiki dirinya sendiri. Maksudnya dia mampu untuk
mengungkapkan tentang aspek kepribadian yang tidak disukainya
dan akan berusaha untuk dapat mengubahnya.
Konsep Diri Negatif
Berikut ini beberapa hal yang di miliki oleh seseorang yang memiliki jenis
konsep diri negatif, diantaranya yaitu:
a. Sangat rerponsif akan pujian
b. Peka terhadap kritikan.

11
c. Lebih bersikap hiperkritis.
d. Merasa tidak di sukai oleh orang lain.
e. Memiliki sikap pesimis disetiap kompetisi.
3. Etiologi
Harga diri rendah situasional disebabkan karena adanya ketidakefektifan
koping individu akibat kurangnya umpan balik yang positif. Penyebab
harga diri rendah juga dapat terjadi pada masa kecil sering disalahkan,
jarang diberi pujian atas keberhasilannya. Saat individu mencapai masa
remaja keberadaannya kurang dihargai, tidak diberi kesempatan dan tidak
diterima. Menjelang dewasa awal sering gagal disekolah, pekerjaan atau
pergaulan. Menurut NANDA (2017)
Faktor yang mempengaruhi harga diri rendah meliputi faktor Predisposisi
dan faktor Presipitasi yaitu :
1. Faktor Predisposisi
a. Faktor yang mempengaruhi harga diri meliputi penolakan orang tua,
harapan orang tua yang tidak realistis, kegagalan yang berulang,
kurang mempunyai tanggung jawab personal, ketergantungan pada
orang lain, dan ideal diri yang tidak realistis.
b. Faktor yang mempengaruhi performa peran adalah stereo type peran
gender, tuntutan peran kerja, dan harapan peran budaya.
c. Faktor yang mempengaruhi identitas pribadi meliputi
ketidakkepercayaan orang tua, tekanan dari kelompok sebaya, dan
perubahan struktur sosial.
2. Faktor Presipitasi Faktor presipitasi terjadi haga diri rendah biasanya
adalah kehilangan bagian tubuh, perubahan penampilan/bentuk tubuh,
kegagalan atau produktifitas yang menurun. Secara umum, ganguan
konsep diri harga diri rendah ini dapat terjadi secara stuasional atau
kronik. Secara situasional karena trauma yang muncul secara tiba-tiba,
misalnya harus dioperasi, kecelakaan, perkosaan atau dipenjara.
Termasuk dirawat dirumah sakit bisa menyebabkan harga diri rendah

12
disebabkan karena penyakit fisik atau pemasangan alat bantu yang
membuat klien tidak nyaman (Yosep, 2016).
3. Perilaku Pengumpulan data yang dilakukan oleh perawat meliputi
perilaku yang objektif dan dapat diamati serta perasaan subjektif dan
dunia dalam diri klien sendiri. Perilaku yang berhubungan dengan harga
diri rendah salah satunya mengkritik diri sendiri, sedangkan keracuan
identitasseperti sifat kepribadian yang bertentangan serta
depersonalisasi (Stuart, 2018)
4. Manifestasi Klinis
Menurut Saptina, (2020) tanda dan gejala pada harga diri rendah yaitu:
a. Data Subjektif
1) Mengintrospeksi diri sendiri.
2) Perasaan diri yang berlebihan.
3) Perasaan tidak mampu dalam semua hal.
4) Selalu merasa bersalah
5) Sikap selalu negatif pada diri sendiri.
6) Bersikap pesimis dalam kehidupan.
7) Mengeluh sakit fisik.
8) Pandangan hidup yang terpolarisasi.
9) Menentang kemampuan diri sendiri.
10) Menjelek-jelekkan diri sendiri.
11) Merasakan takut dan cemas dalam suatu keadaan.
12) Menolak atau menjauh dari umpan balik positif.
13) Tidak mampu menentukan tujuan.
b. Data Obyektif
1) Produktivitas menjadi menurun.
2) Perilaku distruktif yang terjadi pada diri sendiri.
3) Perilaku distruktif yang terjadi pada orang lain.
4) Penyalahgunaan suatu zat.
5) Tindakan menarik diri dari hubungan sosial.

13
6) Mengungkapkan perasaan bersalah dan malu.
7) Muncul tanda depresi seperti sukar tidur dan makan.
8) Gampang tersinggung dan mudah marah.
5. Proses terjadinya
Harga diri rendah kronis terjadi merupakan proses kelanjutan dari harga diri
rendah situasional yang tidak terselesaikan. Atau dapat juga terjadi karena
individu tidak pernah mendapat feed back dari lingkungan tentang prilaku
klien sebelumnya bahkan kecendrungan lingkungan yang selalu memberi
respon negatif mendorong individu menjadi harga diri rendah. Harga diri
rendah kronis terjadi disebabkan banyak faktor. Awalnya individu berada
pada suatu situasi yang penuh dengan stressor (krisis), individu berusaha
menyelesaikan krisis tetapi tidak mampu atau merasa gagal menjalankan
fungsi dan peran. Penilaian individu terhadap diri sendiri karena kegagalan
menjalankan fungsi dan peran adalah kondisi harga diri rendah situasional,
jika lingkungan tidak memberi dukungan positif atau justru menyalahkan
individu dan terjadi secara terus menerus akan mengakibatkan individu
mengalami harga diri rendah kronis(Samosir, 2020)
6. Faktor Predisposisi dan Faktor Presipitasi Harga Diri Rendah
Menurut (Suryani & Efendi, 2020)fakor predisposisi dan faktor presipitasi
harga diri rendah ialah :
a. Aspek Biologis Sebagian besar pasien memiliki riwayat gangguan jiwa
sebelumnya (75%), Sebagian kecil memiliki riwayat genetik (25%).
Faktor genetik berperan dalam mencetuskan terjadinya gangguan jiwa
pada diri seseorang. Sadock dan Sadock (2007) menyampaikan bahwa
genetik memiliki peran pada pasien skizofrenia. Seseorang beresiko
10% jika salah satu orang tua menderita gangguan dan jika kedua orang
tua memiliki riwayat gangguan maka resiko akan lebih besar, yaitu
menjadi 40%.
b. Aspek Psikologis Pasien HDR kronis yang diberikan terapi kognitif
memiliki riwayat psikologis kurang percaya diri (90%). Menurut Stuart

14
(2016) bahwa faktor psikologis meliputi konsep diri, intelektualitas,
kepribadian, moralitas, pengalaman masa lalu, koping dan keterampilan
komunikasi secara verbal mempengaruhi perilaku seseorang dalam
hubungannya dengan orang lain.
c. Aspek Sosial Budaya Pasien yang diberikan terapi kognitif dan
psikoedukasi keluarga memiliki masalah sosial budaya yang sangat
berpengaruh yaitu tidak memiliki teman (85%), konflik keluarga (80%)
dan status ekonomi rendah (70%). Townsend (2009) menyatakan bahwa
status sosioekonomi yang rendah lebih banyak mengalami gangguan
jiwa dibandingkan tingkat sosio ekonomi tinggi.
d. Karakteristik
1) Mengatakan hal yang negatif tentang diri sendiri dalam waktu lama
dan terus menerus
2) Mengekspresikan sikap malu/ minder/ rasa bersalah
3) Kontak mata kurang/ tidak ada
4) Selalu mengatakan ketidak mampuan/kesulitan untuk mencoba
sesuatu
5) Bergantung pada orang lain
6) Tidak asertif
7) Pasif dan hipoaktif
8) Bimbang dan ragu-ragu
9) Menolak umpan balik positif dan membesarkan umpan balik
negatif mengenai dirinya Faktor yang berhubungan
10) Sikap keluarga yang tidak mendukung
11) Penolakan
12) Kegagalan Untuk menegakkan diagnosa ini perlu didapatkan data
utama
a) Kontak mata kurang/tidak ada
b) Mengungkapkan secara verbal rasa minder/malu/bersalah
c) Mengatakan hal yang negatif tentang diri sendiri

15
d) Sering mengatakan ketidakmampuan melakukan sesuatu
7. Proses Terjadinya HDR Stresor

16
8. Pohon Masalah

9. Rentang Respon
Konsep diri merupakan aspek kritikal dan dasar dari perilaku individu.
Individu dengan konsep diri yang positif dapat berfungsi lebih efektif yang
terlihat dari kemampuan interpersonal, kemampuan intelektual dan
penguasaan lingkungan. Konsep diri yang negatif dapat dilihat dari
hubungan individu an sosial yang maladaptif.

Aktualisasi diri adalah pernyataan diri tentang konsep diri yang positif
dengan latar belakang pengalaman nyata yang sukses dan dapat diterima.
Konsep diri positif merupakan bagaimana seseorang memandang apa yang
ada pada dirinya meliputi citra dirinya. Ideal dirinya harga dirinya,

17
penampilan peran serta identitas dirinya secara positif. Hal ini akan
menunjukan bahwa individu itu akan menjadi individu yang sukses.
10. Strategi Pelaksanaan
a. SP 1 :
1. Identifikasi kemampuan melakukan kegiatan dan aspek positif
pasien (buat daftar kegiatan)
2. Bantu pasien menilai kegiatan yang dapat dilakukan saat ini (pilih
dari daftar kegiatan) : buat daftar kegiatan yang dapat dilakukan saat
ini
3. Bantu pasien memilih salah satu kegiatan yang dapat dilakukan saat
ini untuk dilatih
4. Latih kegiatan yang dipilih (alat dan cara melakukannya)
5. Masukan pada jadual kegiatan untuk latihan dua kali per hari
b. SP 2 :
1. Evaluasi kegiatan pertama yang telah dilatih dan berikan pujian
2. Bantu pasien memilih kegiatan kedua yang akan dilatih
3. Latih kegiatan kedua kedua (alat dan cara)
4. Masukkan pada jadual kegiatan untuk latihan: dua kegiatan masing2
dua kali per hari
c. SP 3 :
1. Evaluasi kegiatan pertama dan kedua yang telah dilatih dan berikan
pujian
2. Bantu pasien memilih kegiatan ketiga yang akan dilatih
3. Latih kegiatan ketiga (alat dan cara)
4. Masukkan pada jadual kegiatan untuk latihan: tiga kegiatan,
masing-masing dua kali per hari
d. SP 4
1. Evaluasi kegiatan pertama, kedua, dan ketiga yang telah dilatih dan
berikan pujian
2. Bantu pasien memilih kegiatan keempat yang akan dilatih

18
3. Latih kegiatan keempat (alat dan cara)
4. Masukkan pada jadual kegiatan untuk latihan: empat kegiatan
masing-masing dua kali per hari
e. SP 5
1. Evaluasi kegiatan latihan dan berikan pujian.
2. Latih kegiatan dilanjutkan sampai tak terhingga
3. Nilai kemampuan yang telah mandiri
4. Nilai apakah harga diri pasien meningkat

19
C. Asuhan Keperawatan Teoritis
1. Pengkajian
Harga Diri Rendah pada klien dengan ganngguan jiwa terjadi akibat sering
disalahkan pada msa kesil, jarang diberi pujian atas
keberhasilannya.(Hastuti, 2018).
a. Alasan masuk Terdiri dari : nama klien, umur, jenis kelamin, alamat,
agama, pekerjaan, tanggal masuk, alasan masuk, nomor rekam medic,
keluarga yang dapat dihubungi.
b. Alasan masuk Merupakan penyebab klien atau keluarga datang, atau
dirawat dirumah sakit.
c. Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan TTV, pemeriksaan head to toe yang
merupakan penampilan klien yang kotor dan acak-acakan.
d. Psiko sosial
1) Usia : riwayat tugas perkembangan yang tidak selesai
2) Gender : riwayat ketidakjelasan identitas, riwayat kegagalan peran
gender,
3) Pendidikan : pendidikan yang rendah, riwayat putus dan gagal
sekolah,
4) Pendapatan : penghasilan rendah
5) Pekerjaan : pekerjaan stresful, Pekerjaan beresiko tinggi
6) Status sosial : tuna wisma, Kehidupan terisolasi
7) Latar belakang Budaya : tuntutan sosial budaya seperti paternalistik,
stigma masyarakat
8) Agama dan keyakinan : riwayat tidak bisa menjalankan aktivitas
keagamaan secara rutin, rutin, kesalahan persepsi terhadap ajaran
agama tertentu
9) Keikutsertaan dalam politik : riwayat kegagalan dalam politik
e. Status mental
f. Mekanisme koping
Menurut Stuart (2018) mekanisme koping termasuk pertahanan koping
jangka pendek atau jangka panjang serta penggunaan mekanisme
pertahanan ego untuk melindungi diri sendiri dalam menghadapi

20
persepsi diri yang menyakitkan. Pertahanan tersebut mencakup berikut
ini:
a. Aktivitas yang memberikan pelarian sementara dari krisis identitas
diri (misalnya, konser musik, bekerja keras, menonton televise
secara obsesif)
b. Aktivitas yang memberikan identitas pengganti sementara (misalnya
dalam club sosial, agama, politik, kelompok, gerakan atau geng).
c. Aktivitas yang sementara menguatkan atau meningkatkan perasaan
diri yang tidak menentu (misalnya, olahraga yang kompetitif,
prestasi akademik, kontes untuk mendapatakan popularitas).
g. Masalah psikososial dan lingkungannya
2. Diagnosis Keperawatan
1. Gangguan Konsep Diri: Harga diri rendah

21
3. Intervensi
Nama Pasien :
No Diagnosis Perencanan
1 Keperawatan Tujuan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Harga Klien dapat 1. Ekspresi wajah SP 1: Bina hubungan saling Hubungan saling percaya
dirirendah membina bersahabatdan percaya dengan mengungkapkan merupakan dasar untuk
hubungan saling tersenyum, mau prinsip komunikasi terapeutik: memperlancar ineraksi
percaya berkenalan, ada a. Sapa klien dengan ramah, yang selanjutnya akan
kontak mata, baik verbal ataupun non dilakukan
bersedia verbal.
menceritakan b. Berjabat tangan dengan klien.
perasaannya, c. Perkenalan diri dengan sopan.
bersediamengung d. Tanyakan nama lengkap klien
kapkanmasalah. dan nama panggilan yang
disukai klien.
e. Jelaskan tujuan pertemuan
f. Jujur dan menempati janji
g. Tunjukkan sikap empati dan
menerima klien apa adanya
h. Beri perhatian kepada klien
dan perhatian kebutuhan
dasar klien
Mengidentifikasi Klien mampu SP2 Diskusikan mengenai
kemampuan dan menyebutkan aspek 1. Diskusikan dengan klien tingkat kemampuan
aspek positif yang positif yang dimiliki bahwa klien masih memiliki klien, seperti menilai
masih dimiliki klien, seperti sejumlah kemampuan yang realistis, kontrol diri atau
klien. dimiliki klien integritas ego diperlukan

22
kegiatan klien 2. Membuat daftar tentang sebagai dasar asuhan
dirumah aspek positif yang dimiliki keperawatan
klien
3. Hindari memberi penilaian Peguatan yang positif
negatif akan meningkatkan harga
4. Beri pujian atas kemampuan diri klien
klien Pujian yang realitis tidak
menyebabkan klien
melakukan kegiatan
hanya karena ingin
mendapatkan pujian.
Klien dapat Klien menyebutkan SP 3 Keterbukaan
menilai kemampuan yang 1. Diskusikan dengan klien
kemampuan yang dimilikinya yang tentang kemampuan yang
dimiliki untuk dapat dilaksanakan. masih dapat digunakan selama
dilakukan sakit.
2. Bantu klien menyebutkannya
dan beri penguatan terhadap
kemampuan diri yang
diungkapkan klien.
3. Perlihatkan respon yang
kondusif serta jadilah
pendengar yang aktif
Membantu klien Klien dapat SP 4 Agar klien dapat berpikir
memilih kegiatan merencanakan 1. Tingkatkan kegiatan yang positif, sehingga bisa
yang akan dilatih kegiatan yang sesuai sesuai dengan toleransi dan membuat klien percaya
sesuai dengan dengan kemampuan kondisi. diri
kemampuannya. yang dimilikinya.

23
2. Rencanakan bersama klien
aktifitas yang dapat dilakukan
setiap hari sesuai dengan
kemampuan klien
3. Beri contoh kegiatan yang
boleh digunakan
Melatih klien Klien dapat SP5
sesuai dengan melakukan kegiatan 1. Berdiskusi dengan klien untuk Agar klien
kegiatan yang sesuai jadwal yang menetapkan urutan kegiatan bertanggungjawab
dipilih dibuat. yang telah dipilih klien untuk terhadap dirinya.
berdasarkan dilatih.
rencana yang 2. Anjurkan klien untuk Agar klien dapat
dibuat melaksanakan kegiatan yang melaksanakan kegiatan
telah direncanakan. yang telah dipilih.
3. Pantau kegiatan yang telah
dilaksanakan. Agar klien terbiasa
4. Diskusikan kemungkinan melakukan kegiatan yang
pelaksanaan kegiatan setalah telah dipilihnya.
pulang.
5. Memotivasi klien untuk Agar kegiatan yang telah
memasukkan kegiatan yang dipilih klien bisa di
telah dilakukan kedalam jadwal
kegiatan harian

24
4. Implementasi
Suatu tindakan atau pelaksanaan dari sebuah rencana keperawatan yang
sudah disusun secara matang dan terperinsi.
5. Evaluasi
Dilakukan berdasarkan penilaian untuk melihat keberhasilan atas suatu
tindakan berdasarkan SOAP.

25
D. Asuhan Keperawatan Kasus

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN KASUS HARGA


DIRI RENDAH DI INSTALASI RAWAT INAP

Ruang : Psikiatri Tanggal dirawat : 14 april 2023


A. PENGKAJIAN
I. IDENTITAS KLIEN
Nama (Inisial) : An.A Tanggal pengkajian : 15 april 2023
Jenis Kelamin :P No. Med Rec : 04-62-03
Umur : 16 th Sumber informasi : klien dan
keluarga
Alamat : Kecamatan Mlongo, Kabupaten Jepara, Jawa Tengah

II. Alasan masuk RS : klien datang diantar oleh keluarganya ke RSJ , dengan
keluhan, bahwa pasien cemas, berkelakuan aneh, merasa tidak
berguna,merasa malu/merasa dirinya adalah aib, merasa tidak mampu
melakukan apapun, merasa sulit konsentrasi. Ibu pasien mengatakan bahwa
anaknya menjadi korban pemerkosaan sejak 2017 lalu.
III. Faktor Predisposisi: Klien belum pernah mengalami gangguan jiwa di masa
lalu, dan sedang tidak melakukan pengobatan. Menurut penuturan dari ibu
pasien, bahwa pasien mengalami tindakan kekerasan atau pelecehan seksual
oleh Suaminya Tn.MJ atau Ayah tiri Pasien sejak SD tahun 2017 , keluarga
pasien mengatakan jika anaknya trauma tidak mau beraktivitas seperti biasa
seperti tidak ingin sekolah lagi, ibu pasien mengatakan anaknya sedang hamil.
Pasien Kerap mendapatkan kekerasan dan Ancaman dari Ayah tirinya.
Menurut penjelasan dari ibu klien dari anggota keluarga tidak ada yang
mengalami gangguan jiwa. Pasien mengatakan bahwa dia telah membuat aib
keluarga, pasien mengatakan bahwa dirinya tidak berguna. Masalah
keperawatan : Harga Diri Rendah ( merasa tidak berguna akibat pelecehan
seksual yang terjadi)

26
IV. Pemeriksaan fisik
1. Tanda-tanda vital: TD 115/75 mmHg N: 88x/min S: 36,5
P: 20x/min
2. Berat badan (BB) : 45 kg Tinggi badan: 150 cm
3. Keluhan fisik : ( ) ya (√) tidak
Masalah keperawatan: Tidak ada
V. PSIKOSOSIAL
1. Genogram
Klien merupakan anak ke 2 dari 2 saudara, 1 laki-laki dan 1 perempuan
serta klien mengatakan ayah kandung klien meninggal.

Klien tinggal bersama Ibu kandungnya dan ayah tirinya serta saudaranya.
Ayah kandung klien telah meninggal dunia dan ibu klien menikah kembali
saat klien usia 7 tahun, Klien adalah anak kedua dari dua bersaudara, klien
mengalami gangguan jiwa Harga diri rendah dan keluarga tidak mengalami
gangguan jiwa (sehat jiwa)
Keterangan:
: perempuan

: laki-laki

K : klien
: garis pernikahan
: garis keturunan
X : meninggal
Masalah keperawatan:
Tidak ada

27
2. Konsep diri
a. Gambaran diri : klien mengatakan ia pemuda yang gagal, tidak
punya masa depan yang baik.
b. Identitas diri : klien anak ke 2 dari 2 bersaudara
c. Peran : klien berperan sebagai anak
d. Ideal diri : klien ingin cepat sembuh
e. Harga diri : klien merasa tidak berarti dan gagal
Masalah keperawatan:
3. Spiritual :
a. Nilai dan keyakinan : klien beragama islam
b. Kegiatan ibadah : klien jarang beribadah
Masalah keperawatan:
VI. STATUS MENTAL
1. Penampilan
tidak rapi penggunaan pakaian tidak sesuai cara berpakaian
tidak seperti biasanya
Jelaskan: klien tampak kurang rapi dalam berpakaian
Masalah Keperawatan:
2. Pembicaraan
Cepat keras gagap inkoheran apatis
Lambat membisu tidak mamapu memulai pembicaraan
Jelaskan: Klien masih mampu menjawab pertanyaan perawat dengan
lambat dan jelas namun dapat dipahami
Masalah Keperawatan:
3. Aktivitas Motorik
Lesu Tegang Gelisa Agitasi Tik
Grimasen Tremor Konpulsif
Jelaskan : aktivitas sehari-hari klien tidak dilakukan dengan maksimal.
4. Alam perasaan :
Sedih Ketakutan Putus asa Gembira
berlebihan
Jelaskan: klien mengatakan saya tidak berguna lagi karena saya pemuda

28
yang gagal, saya tidak punya masa depan yang baik, saya jelek dan miskin.
Klien juga sering menyendiri di kamarnya karena malas untuk beraktivitas
bersama teman-temannya. Klien selalu mengatakan kalau klien merasa
gagal.
Masalah Keperawatan:
Harga Diri Rendah
5. Afek
Datar Tumpul Labil Tidak sesuai

6. Interaksi selama wawancara
Bermusuhan Tidak kooperatif Mudah tersinggung
Jelaskan: selama wawancara klien kooperatif saat wawancara, semua yang
diungkapkan pasien berfokus pada kekurangan diri sendiri akibat pemikiran
negatif terhadap diri sendiri.
Masalah Keperawatan:
7. Persepsi
Halusinasi :
Pendengaran penglihatan perabaan
Pengecapan penghidu
Jelaskan: Klien mengatakan bahwa ia tidak dapat memproses cepat
setiap orang berbicara atau bertanya padanya
Masalah Keperawatan:
8. Proses pikir
Sirkumstansial Tangensial Kehilangan assosiasi

Flight of idea Blocking Pengulangan
pembicaraan
Jelaskan: klien mampu menjawab apa yang ditanya baik.
Masalah Keperawatan:
9. Isi pikir
Obsesi Fobia Hipokondria
Depersonalisasi ide yang terkait pikiran magis

29
Jelaskan: Klien tidak dapat mengontrol isi pikirannya,klien berfokus
pada kekurangan diri sendiri akibat pemikiran negatif terhadap diri
sendiri.
10. Tingkat kesadaran
Bingung Sedasi Stupor
Disorientasi :
Waktu Tempat Orang
Jelaskan: Klien tidak mengalami gangguan orientasi, klien mengenali
waktu, orang dan tempat.
Masalah Keperawatan:
11. Memori
Gangguan daya ingat jangka Gangguan Daya ingat jangka
panjang panjang
Gangguan daya ingat saat ini konfabulasi
Jelaskan: Klien mampu menceritakan kejadian di masa lalu dan yang
pernah klien alami
Masalah Keperawatan:
12. Tingkat konsentrasi dan berhitung
Mudah beralih Tidak mampu berkonsentrasi
Tidak mampu berhitung
Jelaskan: Klien kurang berkonsentrasi dalam perhitungan sederhana
dan tanpa harus di bantu orang lain.
Masalah Keperawatan:
13. Kemampuan Penilaian
Gangguan ringan Gangguan bermakna
Jelaskan: Klien dapat membedakan hal yang baik dan yang buruk
(mampu melakukan penilaian).
Masalah Keperawatan:
14. Daya tilik diri
Mengingkari penyakit yang diderita gangguan bermakna
Jelaskan: Klien tidak mengingkari penyakit yang diderita, klien
mengetahui bahwa dia sedang sakit

30
Masalah Keperawatan:
VII. MEKANISME KOPING
Adaptif Maladatif
• Berbicara dengan orang lain
• Mampu menyelesaikan masalah Reaksi lambat
• Teknik relaksasi Bekerja berlebihan
• Aktivitas kontruktif Menghindar
• Olahraga
Jelaskan: Klien mengalami mekanisme koping adaptif yaitu klien dapat
berbicara cukup baik dengan orang lain.
Masalah keperawatan:
VIII. MASALAH PSIKOSOSIAL DAN LINGKUNGAN
• Masalah dengan dukungan kelompok spesifik: klien mengatakan sulit
berinteraksi dengan orang lain karena ia merasa jelek dan tak berguna
• Masalah berhubungan dengan lingkungan spesifik : klien mengatakan
memiliki masalah yang beruhubungan dengan lingkungannya, klien
menarik diri tidak mau berinterkasi dengan lingkungan sekitar.
• Masalah dengan pendidikan : klien mengatakan saat berada dibangku
sekolah klien ditolak dengan teman-temannya karena hamil duluan.
• Masalah dengan perumahan : klien mengatakan tidak mau tinggal dirumah
karena trauma dengan kejadian masa lalu.
• Masalah ekonomi : klien mengatakan tidak ada masalah dengan
ekonominya.
• Masalah dengan pelayanan kesehatan : keluarga klien mengatakan tidak
pernah ada masalah dengan pelayanan kesehatan.
• Masalah lainnya tidak ada masalah
Masalah keperawatan:

31
B. ANALISA DATA

Nama Pasien : An.A Hari/ Tanggal : Sabtu/15


april 2023
No. RM : 04-62-03 Kasus : Harga Diri
Rendah

TGL DATA DIAGNOSA PARAF


15-04-23 DS: Gangguan konsep diri:
- Pasien mengatakan bahwa dia telah Harga Diri Rendah
membuat aib keluarga
- Pasien mengatakan bahwa dirinya
sudah tidak berguna lagi
- Keluarga mengatakan pasien tidak
mau beraktivitas seperti biasanya

DO:
- Pasien tidak mau menatap lawan
bicara
- Pasien tampak menunduk

C. PRIORITAS MASALAH
1. Gangguan Konsep Diri: Harga Diri Rendah

32
D. Intervensi Keperawatan

Nama pasien : An.A


No Diagnosis Perencanan
Keperawatan Tujuan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
1 Harga Diri Klien dapat 1. Ekspresi wajah SP: 1 Hubungan saling percaya
Rendah membina bersahabat dan 1. Bina hubungan saling percaya merupakan dasar untuk
hubungan saling tersenyum, mau dengan mengungkapkan prinsip memperlancar interaksi
percaya berkenalan, ada komunikasi terapeutik: yang selanjutnya akan
kontak mata, bersedia a. Sapa klien dengan ramah, baik dilakukan
menceritakan verbal ataupun non verbal.
perasaannya, bersedia b. Berjabat tangan dengan klien.
mengungkapkan c. Perkenalan diri dengan sopan.
masalah. d. Tanyakan nama lengkap klien
dan nama panggilan yang
disukai klien.
e. Jelaskan tujuan pertemuan
f. Jujur dan menempati janji
g. Tunjukkan sikap empati dan
menerima klien apa adanya
h. Beri perhatian kepada klien
dan perhatian kebutuhan dasar
klien

Mengidentifikasi Klien mampu SP : 2 1. Diskusikan


kemampuan dan menyebutkan aspek 1. Diskusikan dengan klien mengenai tingkat
aspek positif positif yang dimiliki bahwa klien masih memiliki kemampuan klien,
yang masih klien, seperti kegiatan sejumlah kemampuan yang seperti menilai
dimiliki klien klien dirumah dimiliki klien realistis, kontrol diri
atau integritas ego

33
2. Membuat daftar tentang aspek diperlukan sebagai
positif yang dimiliki klien dasar asuhan
3. Hindari memberi penilaian keperawatan
negatif
4. Beri pujian atas kemampuan 2. Peguatan yang positif
klien akan meningkatkan
harga diri klien
3. Pujian yang realitis
tidak menyebabkan
klien melakukan
kegiatan hanya karena
ingin mendapatkan
pujian
Klien dapat Klien menyebutkan SP:3 Keterbukaan dan
menilai kemampuan yang 1. Diskusikan dengan klien tentang
kemampuan dimilikinya yang dapat kemampuan yang masih dapat
yang dimiliki dilaksanakan. digunakan selama sakit.
untuk dilakukan 2. Bantu klien menyebutkannya
dan beri penguatan terhadap
kemampuan diri yang
diungkapkan klien.
3. Perlihatkan respon yang
kondusif serta jadilah pendengar
yang aktif
Membantu klien Klien dapat SP: 4 Agar klien dapat berpikir
memilih merencanakan kegiatan 1. Tingkatkan kegiatan yang sesuai positif, sehingga bisa
kegiatan yang yang sesuai dengan dengan toleransi dan kondisi. membuat klien percaya
akan dilatih kemampuan yang 2. Rencanakan bersama klien diri
sesuai dengan dimilikinya. aktifitas yang dapat dilakukan
kemampuannya

34
setiap hari sesuai dengan Contoh peran yang
kemampuan klien dilihat klien akan
memotivasi klien untuk
3. Beri contoh kegiatan yang boleh melaksanakan kegiatan
digunakan
Melatih klien Klien dapat melakukan SP:5
sesuai dengan kegiatan sesuai jadwal 1. Berdiskusi dengan klien untuk Agar klien
kegiatan yang yang dibuat. menetapkan urutan kegiatan bertanggungjawab
dipilih yang telah dipilih klien untuk terhadap dirinya.
berdasarkan dilatih.
rencana yang 2. Anjurkan klien untuk Agar klien dapat
dibuat melaksanakan kegiatan yang melaksanakan kegiatan
telah direncanakan. yang telah dipilih.

3. Pantau kegiatan yang telah Agar klien terbiasa


dilaksanakan. melakukan kegiatan yang
telah dipilihnya.
4. Diskusikan kemungkinan
pelaksanaan kegiatan setalah Agar kegiatan yang telah
pulang dipilih klien bisa di
lakukann ketika berada
5. Memotivasi klien untuk dirumah.
memasukkan kegiatan yang
telah dilakukan kedalam jadwal Agar klien terbiasa
kegiatan harian melakukan kegiatan yang
telah dipilihnya.
Keluarga Klien memanfaatkan SP: 6 Mendorong keluarga
menjadi sistem sistem yang ada di 1. 1.Beri pendidikan kesehatan agar mampu merawat
pendukung yang keluarga pada keluarga tentang cara klien secara mandiri
efektif bagi klien dirumah Keluaraga

35
merawat klien dengan harga diri sebagai support sistem
rendah kronis (sistem pendukung) akan
2. Diskusikan dengan keluarga sangat berpengaruh
tentang kemampuan yang dalam mempercepat
dimiliki klien dan anjurkan proses penyembuhan
memuji klien atas klien
kemampuannya secara realitis. Untuk meningkatkan
3. Bantu keluarga memberikan peran keluarga dalam
dukungan dan motivasi klien merawat klien dirumah.
dalam melakukan kegiatan yang
sudah dilatih klien selama klien Membantu keluarga
dirawat. menyiapkan lingkungan
dirumah
4. Bantu keluarga menyiapkan
lingkungan dirumah.
Agar keluarga dapat
5. Anjurkan keluarga untuk mengamati perubahan
mengamati perkembangan perkembangan perilaku
perubahan perilaku klien. klien.

36
E. Implementasi Keperawatan
Nama Pasien : An.A
Diagonosa Medis : Skizofernia paranoid
Diagnosa Keperawatan : Harga diri rendah
Ruang : Cendra wasih
Tanggal/waktu Implementasi Evaluasi
Sabtu, 15 april 1. Bina hubungan saling percaya S:
2023 a. Membina hubungan saling percaya - Pasien mengatakan tidak ingin berbicara
b. Menyapa pasien dengan ramah baik verbal maupun
Pukul 09.00 non verbal
WIB c. Memberi salam dan memperkenalkan diri dengan O:
sopan - Tidak ada kontak mata saat diajak berbicara
d. Menanyakan nama lengkap pasien dan nama - Ekspresi wajah afek datar
panggilan yang disukai - Susah diajak berbicara
e. Menjelaskan tujuan pertemuan - Pembicaraan sirkumstansial
f. Menunjukan sikap empati dan menerima pasien apa A:
adanya - Harga diri rendah
g. Beri perhatian kepada pasien.
2. Melakukan kegiatan pertama P:
a. Mendiskusikan kemampuan yang dimiliki klien - Intervensi dilanjutkan
b. Membuat daftar tentang kemampuan dan aspek - Masalah belum teratasi,klien belum bisa
positif yang dimiliki klien melakukan bina hubungan saling percaya
c. Berikan pujian atas kemampuan klien yang - Pertahankan teknik komunikasi terapeutik
dilakukan saat ini - Lanjutkan kegiatan pertama mengidentifikasi
d. Membantu klien dalam memilih salah satu kegiatan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
yang dapat dilakukan klien klien.
e. Melatih kegiatan yang klien pilih

37
f. Membuat kontrak waktu dan jadwal kegiatan
untuk latihan 2 kali per hari
Minggu, 16 april 1. Bina hubungan saling percaya S:
2023 a. Mengucapkan salam - Pasien mengatakan ingin berbicara
Pukul 09.00 b. Mempertahankan teknik komunikasi terapeutik dengan perawat
WIB (menyapa pasien sambil tersenyum, menanyakan - Pasien mengatakan namanya Tn. P,
keadaan pasien hari ini) usianya 27 tahun
c. Meminta pasien mengingat kembali nama - Pasien mengatakan pacar saya
perawat meninggalkan saya karena saya pemuda
d. Menanyakan perasaan pasien yang gagal
2. Melakukan kegiatan pertama - Pasien mengatakan merasa jelek dan
a. Mengidentifikasi kemampuan positif yang miskin
dimiliki klien - Pasien mengatakan tidak punya pekerjaan
b. Membantu klien menilai kemampuan klien yang yang baik
dapat dilakukan saat ini
c. Klien dapat menyebutkan kemampuan positif O:
yang dimilikinya - Pasien mulai bisa diajak interaksi
d. Membuat daftar tentang kemampuan dan aspek - Pasien tampak menerima kehadiran
positif yang dimiliki klien perawat
e. Berikan pujian atas kemampuan klien
3. Melakukan kegiatan kedua A:
a. Mendiskusikan kemampuan klien yang dapat - Harga diri rendah
dilatih P:
b. Klien dapat menyebutkan kemampuan positif - Intervensi dilanjutkan
yang dapat dilatih secara mandiri - Bina hubungan saling percaya
c. Membantu pasien dalam memilih kemampuan - Pertahankan teknik komunikasi
positif yang dapat dilatih terapeutik
d. Melatih kegiatan sesuai kemampuan yang dipilih

38
e. Membuat daftar tentang kemampuan dan aspek - Mengulangi kegiatan pertama
positif yang dapat dilatih klien (mengidentifikasi kemampuan positif
f. Menjelaskan kontrak yang akan dibuat yang dimiliki klien)
g. Membuat kontrak waktu dan tempat setiap kali - Anjurkan pasien dalam memasukkan ke
pertemuan jadwal harian

Senin, 17 april 1. Bina hubungan saling percaya S:


2023 a. Mengucapkan salam - Pasien mengatakan masih mengingat
Pukul 10.00 b. Mempertahankan teknik komunikasi terapeutik nama perawat
WIB (menyapa pasien sambil tersenyum, menanyakan - Pasien mengatakan bisa melakukan
keadaan pasien hari ini) kegiatan berkebun seperti menanam
c. Meminta pasien mengingat kembali nama perawat jagung.
d. Menanyakan perasaan pasien - Pasien mengatakan tidak mau keluar
2. Evaluasi kegiatan pertama kamar karena malas beraktivitas
3. Melakukan kegiatan kedua
a. Mendiskusikan kemampuan klien yang dapat dilatih O:
b. Klien dapat menyebutkan kemampuan positif yang - Pasien tampak menerima kehadiran
dapat dilatih secara mandiri perawat
c. Membantu pasien dalam memilih kemampaun positif - Pasien kooperatif
yang dapat dilatih - Pasien menjawab pertanyaan dengan
d. Berikan contoh cara pelaksanaan kegiatan yang dapat baik walaupun dengan respon yang
dilakukan klien. lambat.
e. Membuat daftar tentang kemampuan dan aspek
positif yang dapat dilatih klien . A:
f. Melatih kemampuan pertama yang telah dpilih - Harga diri rendah
g. Menjelaskan kontrak yang akan dibuat
h. Membuat kontrak waktu dan tempat setiap kali P:
pertemuan - Intervensi dilanjutkan

39
- Pertahankan teknik komunikasi
terapeutik
- Lanjutkan kegiatan ketiga
- Anjurkan pasien dalam memasukkan ke
jadwal harian
Selasa, 18 april 1. Evaluasi kegiatan pertama dan kedua S:
20223 2. Melakukan kegiatan ketiga - Pasien mengatakan perasaannya senang
Pukul 10.00 a. Membantu klien menyebutkan kemampuan positif - Pasien mengatakan dirinya sudah bersih-
WIB yang dimiliki bersih dan mau beraktivitas
b. Mengevaluasi kegiatan yang dapat dilatih sesuai
dengan kemampuan positif klien O:
c. Beri penguatan terhadap kemampuan positif yang - Pasien tampak menerima kehadiran
diungkapkan klien perawat
d. Melatih kegiatan sesuai kemampuan yang dipilih - Pasien kooperatif
e. Melatih kegiatan kedua sesuai dengan kemampuan - Pasien menjawab pertanyaan dengan
positif yang telah dipilih klien baik walaupun dengan respon yang
lambat.

A:
- Harga diri rendah

P:
- Intervensi dilanjutkan
- Pertahankan teknik komunikasi
terapeutik
- Lanjutkan SP 4
- Anjurkan pasien memasukkan ke jadwal
harian

40
Rabu, 19 april 1. Evaluasi kegiatan pertama, kedua, dan ketiga S:
2023 2. Melakukan kegiatan ke empat - Klien mengatakan senang bertemu
Pukul 10.00 a. Mengevaluasi kegiatan ketiga yang telah dilatih dengan perawat
WIB b. Melatih kegiatan ketiga sesuai dengan kemampuan
positif yang telah dipilih klien O:
c. Nilai kemampuan yang telah mandiri - Pasien tampak menerima kehadiran
d. Nilai apakah harga diri pasien meningkat perawat
e. Masukkan pada jadwal kegiatan harian - Pasien kooperatif
- Pasien menjawab pertanyaan dengan
baik walaupun dengan respon yang
lambat.

A:
- Harga diri rendah

P:
- Intervensi dilanjutkan
- Anjurkan pasien memasukkan ke jadwal
harian

Discharge Planning
1. Membantu pasien menilai kemampuan positif yang dimiliki
2. Melatih kemampuan positif yang dimiliki pasien
3. Membuat perencanaan pulang bersama pasien dengan menganjurkan pentingnya bersosialisasi dengan lingkungan
4. Selalu konsultasi perkembangan diri dari penderita dengan tenaga medis

41
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari hasil penerapan proses keperawatan yang telah dilakukan pada An. A
dimulai dari proses pengkajian yang dilakukan sejak pasien masuk rumah sakit
jiwa, penegak diagnosis, melakukan intervensi, implementasi dan evaluasi
keperawatan serta discharge plnning,maka dapat disimpulkan :
a. Pengkajian
Data pengkajian diperoleh menggunakan beberapa metode yaitu
wawancara langsung, observasi, dan pemeriksaan fisik pada An.A. Hasil
pengkajian didapatkan memiliki masalah utama setelah menjalani
wawancara terhadap kline yaitu harga diri rendah.
b. Diagnosa Keperawatan
Dari pengkajian didapatkan diagnosis keperawatan adalah harga diri rendah
c. Intervensi
Intervensi keperawatan yang diterapkan pada kasus pada An.A adalah
stategi pelaksanaan 1 sampai 6 ( Bina hubungan saling percaya,
mendiskusikan dengan klien bahwa klien masih memiliki sejumlah
kemampuan yang dimiliki klien, mendiskusikan dengan klien tentang
kemampuan yang masih dapat digunakan selama sakit, meningkatkan
kegiatan yang sesuai dengan toleransi dan kondisi, mendiskusikan dengan
klien untuk menetapkan urutan kegiatan yang telah dipilih klien untuk
dilatih )
d. Implementasi
Imlementasi keperawatan yang dilakukan pada pasien An.A sesuai dengan
masalah keperawatan pasien yaitu harga diri rendah sehingga Tindakan
yang dilakukan untuk mengurangi masalah tersebut adalah menggunakan
strategi pelaksanaan 1 sampai 6.

42
B. Saran
Hasil penulisan kasus ini dapat dijadikan materi sebagai ilmu
pengetahuan keperawatan jiwa dalam memberikan gambaran psoses asuhan
keperawatan pada kline dengan harga diri rendah dengan penerapan strategi
pelaksanaan 1 sampai 6 ( Bina hubungan saling percaya, mendiskusikan dengan
klien bahwa klien masih memiliki sejumlah kemampuan yang dimiliki klien,
mendiskusikan dengan klien tentang kemampuan yang masih dapat digunakan
selama sakit, meningkatkan kegiatan yang sesuai dengan toleransi dan kondisi,
mendiskusikan dengan klien untuk menetapkan urutan kegiatan yang telah
dipilih klien untuk dilatih )

43
DAFTAR PUSTAKA

Afnuhazi, Ridhyalla. 2015. Komunikasi Terapeutik Dalam keperawatan


Jiwa.Yogyakarta: Gosyen PublishingBadan PPSDM.2012. Modul pelatihan
Kesehatan Jiwa Masyarakat. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia
Dermawan, D. 2013. Keperawatan Jiwa, Konsep dan Kerangka Kerja Asuhan
Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Pustaka Biru
Direja, Ade Herman Surya. 2011. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta:
Nuha Medika
https://www.academia.edu/19169678/ASKEP_HARGA_DIRI_RENDAH
Dewi, Ratna dkk.2017. “ Pemeriksaan Fisik dan Aspek Medikolegal KekerasanSeksual
Pada Anak dan Remaja”.Bandar Lampung : Fakultas KedokteranUniversitas
Lampung
Jeanne Wess, and Videbeck .(2008).“ Metode Penelitian Pengetahuan Sosial .Alih
bahasa: Sulistia, Mujianto, Sofwan, Ahmad, dan Suhardjito”.Semarang: IKIP
Semarang Press.
Samatha, Sie Ariawan dkk.2018. “ Aspek Medis Pada Ksus Kejahatan Seksual
”.JurnalKedokteran Diponogoro, Voume 7 Nomor 2, Mei 2018
Tim Pokja SIKI DPP PPNI.2017.“Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia”.Jakarta
Selatan : DPP PPNI
Tim Pokja SIKI DPP PPNI.2018.“Standar Intervensi Keperawatan Indonesia”.Jakarta
Selatan : DPP PPNI
Tim Pokja SIKI DPP PPNI.2019.“Standar Luaran Keperawatan Indoensia”.
JakartaSelatan : DPP PPNI74

44

Anda mungkin juga menyukai