Anda di halaman 1dari 112

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN

KEJADIAN DIABETES MELLITUS DI WILAYAH


KERJA PUSKESMAS SAWAH LEBAR
KOTA BENGKULU TAHUN 2021

HALAMAN JUDUL
SKRIPSI

Oleh :

WIDYA SAFITRI
NPM. 172426021SM

PROGRAM STUDI KESEHATANMASYARAKAT S-1


FAKULTAS ILMU KESEHATAN (FIKES)
UNIVERSITASDEHASENBENGKULU
TAHUN 2021
FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN
KEJADIAN DIABETES MELLITUS DI WILAYAH
KERJA PUSKESMAS SAWAH LEBAR
KOTA BENGKULU TAHUN 2021

HALAMAN JUDUL DALAM


SKRIPSI

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan
Masyarakat pada Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat (S1)

Oleh :

WIDYA SAFITRI
NPM. 172426021SM

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT S-1


FAKULTAS ILMU KESEHATAN (FIKES)
UNIVERSITASDEHASENBENGKULU
TAHUN 2021
HALAMAN PERSETUJUAN
FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN
KEJADIAN DIABETES MELLITUS DI WILAYAH
KERJA PUSKESMAS SAWAH LEBAR
KOTA BENGKULU TAHUN 2021

SKRIPSI

OLEH :

WIDYA SAFITRI
NPM. 172426021SM

Disetujui Oleh :

Pembimbing Utama, Pembimbing Pendamping,

Ns. Berlian Kando Sianipar, S.Kep, M.Kes Fery Surahman S, SKM, MM


NIDN : 02-0704-8601 NIDN : 02-2308-8902

Mengetahui,

Ketua Program Studi Kesehatan Masyarakat (S1)

Fiya Diniarti, SKM, M.Kes


NIDN : 02-0905-8601
MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Motto :

1. “Kunci Suskes Adalah Tindakan Dan Yang Terpenting Dalam Tindakan

Adalah Ketekunan”

2. “Tantangan,Kegagalan,Kelalahan, dan Akhirnya, Kemajuan, Adalagi Yang

Membuat Hidupmu Berhaga”.

Persembahan :

1. Setiap goresan tinta ini adalah wujud dari keagungan dan kasih sayang yang

diberikan Allah SWT kepada umatnya.

2. Setiap detik waktu menyelesaikan karya tulis ini merupakan hasil getaran doa

kedua Orang Tua Ayah Budi Utomo Dan Ibu Sulya Tesmi yang Tiada Henti

Mendoakanku dan Selalu mendukungku.

3. Setiap pancaran semangat dalam penulisan ini merupakan dorongan dan

dukungan dari Yang Terkasih Galih Tiasna Nihan Yang Selalu Ikhlas

Membantu Dan Selalu Ada Yang Gantikan kedua OrangTuahku.

4. Setiap makna pokok bahasan pada bab-bab dalam skripsi ini merupakan

hempasan kritik dan saran dari Sahabatku Yeva Dwi Fanta,Teman

Seperjuangan Dari Awal Masuk Kuliah Sampai Sekarang.

5. Untuk Dosen pembimbing, (Dosen pembibing utama bunda, Ns.Berlian

Kando Sianipar,S.Kep, M..Kes.dan dosen pendamping bapak Fery Surahman

S, SKM, MM). Beliau yang menjadi jalan menuju keberhasilan yang

kurengkuh saat ini dan menjadi sukses terus kedepannya.


UNIVERSITAS DEHASEN
BENGKULU
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
Jalan Merapi Raya No. 43 Kebun Tebeng Kota Bengkulu 3822
Telp (0736) 21977 Fax. (0736) 20598

PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN

Yang bertanda tangan di bawah ini :


Nama : Widya Safitri
NPM : 172426021SM
Program Studi : Kesehatan Masyarakat (S1)
Institusi : Universitas Dehasen Bengkulu

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa penelitian yang saya tulis ini adalah benar-
benar merupakan hasil karya sendiri dan bukan merupakan pengambilan alihan
tulisan atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai hasil tulisan atau pikiran saya
sendiri.

Apabila dikemudian hari terbukti bahwa saya ternyata melakukan tindakan tersebut,
maka saya bersedia menerima sanksi sesuai peratran yang berlaku di Fakultas Ilmu
Kesehatan Uniersitas Dehasen Bengkulu termasuk (pencabutan gelar
kesarjanaan/sanksi) yang telah Saya peroleh.

Bengkulu, Agustus 2021


Pembuat Pernyataan

WIDYA SAFITRI
NPM. 172426021SM

Pembimbing Utama, Pembimbing Pendamping,

Ns. Berlian Kando Sianipar, S.Kep, M.Kes Fery Surahman S, SKM, MM


NIDN : 02-0704-8601 NIDN : 02-2308-8902
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Desa Pering Baru Kec.

Talo Kecil Kab. Seluma Provinsi Bengkulu pada

tanggal 04 Juli 1998. Anak tunggal dari ti seorang

Ayah yang bernama Budi Utomo dan Ibu yang

bernama Sulya Tasmi. Penulis Tinggal di Desa

Pering Baru bersama ayah kandung dan ibu

kandung.

Bangku pendidikan yang telah penulis tempuh sampai saat ini adalah:Tingkat

Sekolah Dasar(SD) Negeri SDN 64 Pering Baru pada tahun 2006 yang beralamat di

Jalan Pering Baru dimana penulis lulus pada tahun 2011, kemudian melanjutkan

ketingkat Sekolah Menegah Pertama (SMP) Negeri 14 Karang Anyar yang

diselesaikan pada tahun 2014. selanjutnya penulis melanjutkan pendidikan ke

Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 05 Kembang Mumpo yang diselesaikan pada

tahun 2017, dengan keinginan yang keras maka pada tahun 2017 penulis melanjutkan

ke tingkat Perguruan Tinggi yaitu pada Universitas Dehasen Bengkulu mengambil

Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat (Strata-1) Fakultas Ilmu Kesehatan dan

Alhamdulilah dapat saya selesaikan pada tahun 2021. Selain itu prestasi yang telah

penulis dapatkan atau ikuti Mendapatkan Beasiswa Prestasi Ipk dari semester 1

sampai 4t ahun 2019 dan Anggota Himpunan Mahasiswa Kesehatan Masyarakat

tahun 2018
ABSTRAK
FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN
DIABETES MELLITUS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
SAWAH LEBAR KOTA BENGKULU TAHUN 2021

Oleh
Widya Safitri 1)
Berlian Kando Sianipar 2)
Fery Surahman S 2)
Diabetes Mellitus (DM) di Kota Bengkulu tahun 2018 sebesar 4.463 kasus,
tahun 2019 sebesar 3.475 dan tahun 2020 sebesar 2.162 kasus. Kasus DM tertinggi
tahun tahun 2020 berada di puskesmas Sawah Lebar sebesar 619 kasus. Penelitian ini
menganalisis Faktor –faktor yang berhubungan dengan Kejadian Diabetes Mellitus di
Wilayah Kerja Puskesmas Sawah Lebar Kota Bengkulu tahun 2021.
Penelitian ini menggunakan metode observasi analitik dengan menggunakan
rancangan case control study.. Jumlah sampel 80 responden yang terdiri dari 40
sampel kasus dan 40 sampel control dengan teknik pengambilan sampel
menggunakan teknik total sampling pada sampel kasus dan purposive sampling pada
sampel control dengan menggunakan instrumen kuesioner dan pengolahan data
menggunakan SPSS 16
Hasil penelitian dari hasil uji statistik Chi-Square (continuity correction)
obesitas yaitu dengan p-value=0,114> 0.05 dan nilai OR didapat sebesar 3,581
(95% CI = 0,891 – 14,391), artinya responden yang obesitas berpeluang 3,581 kali
lebih beresiko mengalami kejadian DM dibandingkan pasien tidak obesitas (normal),
hipertensi yaitu dengan p-value= 0,821 > 0.05 dan nilai OR didapat sebesar 1,227
(95% CI = 0,505 – 2,982), artinya pasien yang memiliki hipertensi 1,227 kali lebih
beresiko mengalami kejadian DM dibandingkan pasien yang tidak memiliki
hipertensi dan stres yaitu dengan p-value= 0,0115< 0.05 dan nilai OR didapat
sebesar 3,807 (95% CI = 1,447-10,017) artinya pasien dengan stres 3,807 kali lebih
beresiko mengalami kejadian DM dibandingkan pasien tidak mengalami stres.
Kesimpulan bahwa secara statistic tidak ada hubungan antara obesitas dan
hipertensi dengan kejadian Diabetes Mellitus. Sedangkan secara statistic stres dengan
kejadian Diabetes Mellitus terdapat hubungan yang signifikan di Wilayah Kerja
Puskesmas Sawah Lebar Kota Bengkulu Tahun 2021.Saran bagi Puskesmas Sawah
Lebar Kota Bengkulu agar lebih meningkatkan upaya memnimalisi terkait faktor
risiko seperti (obesitas, hipertensi dan stres) dengan menggalakkan screening pada
masyarakat di wilayah kerjanya.

Kata kunci :Obesitas, Hipertensi, Stres, Kejadian DM


Keterangan :
1 : Calon sarjana Kesehatan
2 : Pembimbing
KATA PENGANTAR

Bismillahirohmanirohim. Alhamdulillahorobbilalamin, segala puji syukur


penulis panjatkan kehadirat ALLAH SWT, yang selalu melimpahkan segala rahmat
dan karunia-NYA dengan bimbingan taufik dan hidayah dari-NYA sehingga penulis
bisa menyelesaikan penyusunan Skripsi ini, dengan judul “Faktor-faktor yang
berhubungan dengan Kejadian Diabetes Mellitus di wilayah kerja Puskesmas Sawah
Lebar Kota Bengkulu“. Skripsi ini merupakan bagian yangtak terpisahkan atau
merupakan rangkaian kegiatan akademik yang merupakan syarat yang diwajibkan
untuk memperoleh gelar kesarjanaan Strata-1 (S-1) pada Program Studi Kesehatan
Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Dehasen Bengkulu.
Selanjutnya, tidak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah banyak membantu sehingga Skripsi ini dapat diselesaikan Ucapan terima
aksih khususnya penulis ucapkan kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Kamaludin, SE, MM, selaku Rektor Universitas Dehasen
Bengkulu.
2. Ibu Dr. Ida Samidah, Skp, M.Kes selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Dehasen Bengkulu.
3. Ibu Ns. Berlian Kando Sianipar, S.Kep, M.Kes selaku Wakil Dekan I Falkutas
Ilmu Kesehatan Universitas Dehasen Bengkulu dan sekaligus pembimbing
utama yang telah banyak memberikan bimbingan, saran dan masukkan dalam
penyusunan Skripsi ini.
4. Ibu Dra. Hj. Ice Rakizah Syafrie, M.Kes selaku Wakil Dekan II Fakultas Ilmu
Kesehatan Universitas Dehasen Bengkulu
5. Ibu Fiya Diniarti, SKM, M.Kes selaku ketua program studi SI Kesehatan
Masyarakat (FIKES) Universitas Dehasen Bengkulu.
6. Bapak Fery Surahman S, SKM, MM selaku pembimbing pendamping yang telah
banyak memberikan bimbingan, saran dan masukkan dalam penyusunan Skripsi.
7. Bapak Darmawansyah, SKM, M.Kes, selaku penguji utama yang telah banyak
memberikan kritikan dan saran dalam penyempurnaan skripsi.
8. Ibu Retni, SKM, M.Gizi, selaku penguji pendamping yang telah banyak
memberikan kritik maupun saran kepada penulis dalam perbaikan Skripsi.
9. Seluruh Dosen dan Staf Administrasi Program Studi Kesehatan Masyarakat (S-I)
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Dehasen Bengkulu yang telah banyak
membantu baik secara langsung maupun tidak langsung demi kelancaran dalam
penyusunan Skripsi ini.
10. Rekan-rekan satu angkatan 2017 Program Studi Kesehatan Masyarakat (S-I)
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Dehasen Bengkulu dan lain-lain yang tidak
dapat disebut satu persatu
11. Kepada seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah
membantu penulis selama pengerjaan Skripsi l ini.

Akhirnya dengan segala kerendahan hati, penulis menyadari bahwa dalam


penulisam Skripsi ini masih banyak terdapat kekurangan dan kelemahan yang
disebabkan oleh keterbatasan penulis. Oleh karena itu,penulis sangat mengharapkan
kritik dan saran yag bersifat membangun dar pembaca demi kesempurnaan Skripsi ini
sehingga akan lebih bermanfaat.

Bengkulu, Agustus 2021

Penulis
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL.....................................................................................................1
HALAMAN JUDUL DALAM......................................................................................i
HALAMAN PERSETUJUAN......................................................................................ii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN...............................................................................iii
PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN..............................................................iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP......................................................................................v
ABSTRAK...................................................................................................................vi
KATA PENGANTAR.................................................................................................vii
DAFTAR ISI................................................................................................................ix
DAFTAR TABEL.......................................................................................................xii
DAFTAR BAGAN.....................................................................................................xiii
DAFTAR LAMPIRAN..............................................................................................xiv
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................1
A. Latar Belakang.....................................................................................................1
B. Rumusan Masalah................................................................................................5
C. Tujuan Penelitian.................................................................................................5
D. Manfaat Penelitian...............................................................................................6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...................................................................................8
A. Konsep Diabetes Mellitus....................................................................................8
1. Definisi.............................................................................................................8
2. Epidemiologi....................................................................................................9
3. Etiologi.............................................................................................................9
4. Patofisiologi...................................................................................................10
5. Klasifikasi......................................................................................................12
6. Gejala............................................................................................................14
7. Komplikasi....................................................................................................16
8. Diagnosa........................................................................................................18
9. Pengobatan.....................................................................................................18
10. Penatalaksanaan...........................................................................................19
11. Pencegahan...................................................................................................20
12. Pengendalian Penyakit Diabetes Mellitus....................................................21
B. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan kejadian DM....................................21
1. Usia................................................................................................................22
2. Jenis Kelamin.................................................................................................23
3. Tingkat Pendidikan........................................................................................25
4. Hipertensi.......................................................................................................26
5. Kolestrol.........................................................................................................27
6. Obesitas..........................................................................................................29
7. Aktivitas Fisik................................................................................................30
8. Kebiasaan Merokok.......................................................................................32
9. Stres................................................................................................................34
C. Kerangka Teori...................................................................................................35
BAB III KERANGKA KONSEP HIPOTESIS DAN DEFINISI OPERASIONAL...36
A. Kerangka Konsep...............................................................................................36
B. Definisi Operasional...........................................................................................37
C. Hipotesis Penelitian............................................................................................38
BAB IV METODE PENELITIAN..............................................................................36
A. Jenis dan Desain Penelitian................................................................................36
B. Tempat Dan Waktu Penelitian...........................................................................36
C. Populasi dan Sampel..........................................................................................36
D. Pengumpulan Data.............................................................................................42
E. Teknik Pengumpulan Data, Pengolahan Data dan Analisis Data......................43
F. Etika Penelitian...................................................................................................46
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN..............................................48
A. Hasil Penelitian..................................................................................................48
1. Gambaran Lokasi Penelitian..........................................................................48
2. Jalannya Penelitian.........................................................................................49
3. Analisiss Univariat.........................................................................................49
4. Analisis Bivariat.............................................................................................51
B. Pembahasan........................................................................................................54
BAB VI PENUTUP.....................................................................................................67
A. Kesimpulan........................................................................................................67
B. Saran...................................................................................................................67
DAFTAR TABEL

No Judul Tabel Halaman


2.1 Perbandingan Keadaan DM Tipe 1 Dan DM Tipe 2 13
2.2 Klasifikasi Hipertensi Menurut WHO 27
2.3 Klasifikasi Hipertensi Pada Dewasa 27
2.4 Kategori Kolestrol WHO 29
2.5 Ambang Batas IMT Indonesia 31
2.6 Contoh Aktivitas Fisik dengan Kalori yang Dikeluarkan 32
3.1 Definisi Operasional 39
5.1 Distribusi Frekuensi Obesitas 51
5.2 Distribusi Frekuensi Hipertensi 51
5.3 Distribusi Frekuensi Stres 52
5.4 Distribusi Frekuensi Kejadian DM 52
5.5 Hubungan Obesitas dengan Kejadian DM 53
5.6 Hubungan Hipertensi dengan Kejadian DM 54
5.7 Hubungan Stres dengan Kejadian DM 55
DAFTAR BAGAN

No Judul Bagan Halaman


2.1 Kerangka Teori 37
3.1 Kerangka Konsep 38
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Judul Lampiran

Lampiran 1 Keterangan Kesediaan menjadi Responden


Lampiran 2 Permohonan menjadi Responden
Lampiran 3 Kuesioner
Lampiran 4 Master Data penelitian
Lampiran 5 Hasil Olah Data Penelitian
Lampiran 6 Surat Izin Penelitian
Lampiran 7 Dokumentasi Penelitian
Lampiran 8 Berita Acara Bimbingan Skripsi
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Diabetes Melitus (DM) atau yang biasa disebut dengan kencing manis

merupakan penyakit gangguan metabolisme tubuh yang menahun akibat hormon

insulin dalam tubuh yang tidak dapat digunakan secara efektif dalam mengatur

keseimbangan gula darah sehingga meningkatkan konsentrasi kadar gula di dalam

darah (hiperglikemia) (Kemenkes RI, 2020). DM merupakan salah satu masalah

kesehatan yang berdampak pada produktivitas dan menurunkan mutu sumber daya

manusia. Efek buruk dari penyakit DM sangat besar terhadap berbagai organ tubuh

lainnya, akibat DM yang tidak terkontrol dalam jangka waktu yang panjang bisa

berakibat terjadinya kerusakan pembuluh darah, strok dan penyakit kardiovaskuler

dan kerusakan pada ginjal lainnya bahkan dapat menyebabkan kematian

(Ignatavicius dkk, 2016).

Data dari Internasional Diabetes Federation (IDF) tahun 2019, terdapat

sekitar 463 juta orang dewasa (20-79 tahun) hidup dengan diabetes; pada tahun

2045 ini akan meningkat menjadi 700 juta. Proporsi penderita diabetes tipe 2

meningkat di sebagian besar negara 79% orang dewasa dengan diabetes tinggal di

negara berpenghasilan rendah dan menengah. sekitar 1 dari 5 orang yang berusia

di atas 65 tahun menderita diabetes 1 dari 2 (232 juta) penderita diabetes tidak

i
terdiagnosis. Diabetes menyebabkan 4,2 juta kematian. Diabetes menyebabkan

setidaknya USD 760 miliar dolar pengeluaran kesehatan pada 2019. 10% dari total

pengeluaran untuk orang dewasa. Lebih dari 1,1 juta anak dan remaja hidup

dengan diabetes tipe 1. Lebih dari 20 juta kelahiran hidup (1 dari 6 kelahiran

hidup) dipengaruhi oleh diabetes selama kehamilan 374 juta orang berisiko lebih

tinggi terkena diabetes tipe 2 (IDF, 2019).

World Health Organisation (WHO), memperkirakan jumlah penderita DM

di Indonesia berpotensi mengalami peningkatan drastis dari 8,4 juta orang pada

tahun 2000 dan diperkirakan meningkat menjadi 21,3 juta penderita di tahun 2030.

Peningkatan penyakit DM sebagian besar akan terjadi di negara berkembang,

disebabkan oleh bertambahnya populasi penduduk usia lanjut dan perubahan gaya

hidup, mulai dari pola makan atau jenis makanan yang dikonsumsi, diet tidak

sehat, obesitas sampai berkurangnya kegiatan jasmani (WHO, 2016).

Hasil riset kesehatan dasar (RISKESDAS) tahun 2018 penyakit generatif

meningkat dari 41,7 % menjadi 59.5 %. Beberapa penyakit degeneratif yang ada,

penyakit diabetes mellitus merupakan salah satu penyakit yang mengalami

peningkatan jumlah penderita yang cukup tinggi. Sedangkan hasil riset kesehatan

dasar (RISKESDAS) tahun 2018 Prevalensi DM pada penduduk umur ≥ 15 tahun

sebanyak 10,9%.

Berdasarkan data Dinkes Provinsi Bengkulu tahun 2017 jumlah penderita

Diabetes Melitus di provinsi Bengkulu mencapai 4.568 orang, tahun 2018

sebanyak 19.353 orang dan tahun 2019 sebanyak 18.436 orang. Kota Bengkulu

dalam tiga tahun terakhir merupakan peringkat pertama jumlah penderita DM

ii
yaitu tahun 2017 sebanyak, tahun 2018 sebanyak 6.060 orang dan tahun 2019

sebanyak 4629 orang. Sedangkan Kabupaten Bengkulu Selatan menempati jumlah

penderita terendah tahun 2018 yaitu 255 penderita dan Kabupaten Kaur

menempati jumlah penderita terendah tahun 2019 yaitu 851 penderita (Profil

Dinkes Provinsi Bengkulu, 2019).

Data dari Dinas Kesehatan Kota kasus DM tahun 2018 sebesar 4.463 kasus,

tahun 2019 sebesar 3.475 dan tahun 2020 sebesar 2.162 kasus. Kasus DM

tertinggi tahun 2018 terdapat di puskesmas Telaga Dewa sebesar 1.539 kasus dan

kasus DM terendah terdapat di puskesmas Lingkar Barat sebesar 54 kasus. Kasus

DM tertinggi tahun 2019 terdapat di puskesmas Sukamerindu sebesar 828 kasus

dan kasus DM terendah terdapat di puskesmas Betungan sebesar 12 kasus.

Sedangkan tahun 2020 Puskesmas kasus DM tertinggi berada di puskesmas

Sawah Lebar sebesar 619 kasus dan kasus DM terendah berada di puskesmas

Bentiring sebesar 3 kasus. (Dinkes Kota Bengkulu, 2020).

Penyebab utama DM di era globalisasi ini di antaranya adalah adanya

perubahan gaya hidup (pola makan yang tidak seimbang, kurang aktivitas fisik)

yang pada akhirnya dapat menyebabkan kegemukan. Selain itu penurunan sekresi

insulin dari sel-sel pulau langerhans, reaksi imunologik terhadap insulin dengan

perkembangan anti-insulin, aktivitas insulin berkurang karena suatu antagonis dan

beberapa faktor lain sebagai penyebab timbulnya DM, diantaranya stress, ras dan

hereditas, dimana riwayat keluarga (Octa, 2014). Adanya perubahan gaya seperti

perilaku makan tidak sehat, konsumsi alkohol, stress serta minimnya aktivitas

iii
fisik, merupakan faktor–faktor risiko penyakit degeneratif disamping faktor risiko

lain seperti umur, jenis kelamin dan keturunan (Irawan, 2010).

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Shara Kurnia Trisnawati (2012)

menunjukkan bahwa variabel yang sangat memiliki hubungan dengan kejadian

DM adalah Indek Massa Tubuh (p 0,006 OR 0,14; 95% CI 0,037-0,524). Orang

yang memiliki berat badan >30 atau obesitas lebih berisiko 7,14 kali untuk

menderita DM dibandingkan dengan orang yang tidak obesitas. Penelitian case-

control oleh Jelantik (2013) juga menunjukkan bahwa variabel obesitas dengan

nilai p = 0,000 (p < 0,05) dan hipertensi dengan nilai (p = 0,000 (p < 0,05)

memiliki hubungan dengan kejadian DM.

Hasil survei awal yang dilakukan oleh peneliti di Puskesmas Sawah Lebar

Kota Bengkulu, pasien yang melakukan pemeriksaan gula darah dan kolestrol

yang langsung datang ke Puskesmas sebanyak 12 orang, 10 orang menunjukkan

usia≥ 45 tahun, 10 orang menunjukkan kadar kolesterol LDL dan HDL sebesar

≥200 tidak normal, 12 orang dengan tekanan darah > 140 (mmHg), 3 orang pasien

yang mengalami kelebihan berat badan diakibatkan karena tidak menjaga pola

makan yang sehat, makan berlebihan, mengkonsumsi makanan yang berkalori

tinggi dan berlemak, banyak menghabiskan waktu dengan duduk dan tidak di

dimbangi dengan berolahraga maka sisa energi dari hasil pembakaran kalori akan

disimpan di tubuh dalam bentuk lemak, penumpukan lemak tersebut akan

bertambah dan membuat tubuh terlihat gemuk.

iv
Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian tentang “Analisis Faktor-faktor yang berhubungan dengan Kejadian

Diabetes Mellitus di Puskesmas Sawah Lebar Kota Bengkulu Tahun 20121.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan permasalahan tersebut rumusan masalah dalam penelitian ini

adalah” Apa saja faktor-faktor yang berhubungan Kejadian Diabetes Mellitus di

Puskesmas Sawah Lebar Kota Bengkulu Tahun 2021?

C. Tujuan Penelitian

1. Umum

Diketahuinya faktor-faktor yang berhubungan dengan Kejadian Diabetes

Mellitus di Puskesmas Sawah Lebar Kota Bengkulu Tahun 2021.

2. Khusus

a. Diketahuinya distribusi frekuensi karakteristik responden di Puskesmas

Sawah Lebar Kota Bengkulu Tahun 2021.

b. Diketahuinya distribusi frekuensi hipertensi di Puskesmas Sawah Lebar Kota

Bengkulu Tahun 2021.

c. Diketahuinya distribusi frekuensi obesitas di Puskesmas Sawah Lebar Kota

Bengkulu Tahun 2021.

d. Diketahuinya distribusi frekuensi stres di Puskesmas Sawah Lebar Kota

Bengkulu Tahun 2021.

e. Diketahuinya distribusi frekuensi kejadian Diabetes Mellitus di Puskesmas

Sawah Lebar Kota Bengkulu Tahun 2021.

v
f. Diketahuinya hubungan obesitas dengan kejadian Diabetes Mellitus di

Puskesmas Sawah Lebar Kota Bengkulu Tahun 2021.

g. Diketahuinya hubungan hipertensi dengan kejadian Diabetes Mellitus di

Puskesmas Sawah Lebar Kota Bengkulu Tahun 2021

h. Diketahuinya hubungan stres dengan kejadian Diabetes Mellitus di

Puskesmas Sawah Lebar Kota Bengkulu Tahun 2021.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan informasi bagi

mahasiswa mengenai analisis faktor risiko kejadian penyakit DM dan

diharapkan dapat di gunakan sebagai data dasar penelitian selanjutnya yang

dapat dijadikan acuan dan perbandingan bagi peneliti lain yang akan melakukan

penelitian dengan masalah yang sama.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Dinas Kesehatan.

Penelitian ini diharapkan memberikan informasi mengenai masalah-

masalah penyakit DM sehingga dapat digunakan sebagai bahan evaluasi dan

perencanaan program selanjutnya. Dapat dijadikan masukan untuk para

petugas dinas kesehatan agar bisa menindak lanjuti kejadian DM.

b. Bagi UPTD Puskesmas.

Hasil penelitian ini dapat memberikan masukan kepada UPTD

puskesmas dalam rangka untuk upaya preventif maupun promotif khususnya

vi
dalam pengendalian penyakit DM di Puskesmas Sawah Lebar Kota

Bengkulu.

c. Bagi Fikes Universitas Dehasen.

Penelitian ini dapat memberikan informasi dengan menigkatkan

pengetahuan pembaca mengenai penyakit DM khususnya mahasiswa

Universitas Dehasen Bengkulu tentang faktor resiko kejadian Diabetes

Mellitus.

d. Bagi Peneliti Selanjutnya.

Sebagai landasan dan sumber informasi, referensi atau data dasar guna

mengembangkan penelitian selanjutnya agar jauh lebih baik dan mendalam

tentang faktor risiko kejadian diabetes mellitus.

vii
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Diabetes Mellitus

1. Definisi

Diabetes Melitus (DM) merupakan kelompok penyakit metabolik kronis

dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi akibat kelainan sekresi insulin,

kerja insulin, atau kedua-duanya yang menimbulkan berbagai komplikasi

kronik pada mata, ginjal,saraf, dan pembuluh darahdisertai lesi pada memberan

besalis dalam melakukan pemeriksaan dengan mikroskop elektron (World

Health Organization, 2016). Menurut (American Diabetes Association, 2012),

diabetes mellitus atau kencing manis merupakan suatu penyakit yang ditandai

dengan tingginya gula darah akibat kerusakan sel beta pankreas (pabrik yang

memproduksi insulin). Menurut (Kemenkes RI, 2018) Diabetes melitus adalah

masalah kesehatan masyarakat yang penting dan menjadi salah satu dari empat

penyakit tidak menular prioritas yang menjadi target tindak lanjut oleh para

pemimpin dunia. Jumlah kasus dan prevalensi diabetes melitus terus meningkat

selama beberapa dekade terakhir.

Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa diabetes melitus

merupakan penyakit tidak menular dengan gangguan metabolisme tubuh dalam

waktu lama yang ditandai dengan tingginya kadar gula di dalam darah.

8
9

2. Epidemiologi

Insiden dan prevalensi Diabetes Mellitus setiap tahunnya terus

meningkat, lebih dari 392 juta orang di dunia menderita Diabetes Mellitus pada

tahun 2013 di perkirakan akan meningkat ke seluruh dunia pada tahun 2035

menjadi 592 juta penderita. Indonesia menempati urutan ke-4 dengan jumlah

penderita 8,4 juta terbesar di dunia setelah India, Cina, dan Amerika Serikat

(Taufiqqurohman, 2015). Studi WHO dan PERKENI menunjukkan hasil yang

serupa yaitu adanya peningkatan angka insidensi dan prevalensi Diabetes

Mellitus Tipe 2, baik di dunia maupun di Indonesia Menurut WHO (2014),

Indonesia memiliki jumlah penderita Diabetes Mellitus sebanyak 8,5 juta dari

total penduduk, dan diprediksi akan terus meningkat. PERKENI (2011)

menyatakan terjadi peningkatan jumlah penyandang Diabetes Mellitus

sebanyak 2-3 kali lipat pada tahun 2030. Tingginya peningkatan prevalensi

penyandang Diabetes Mellitus Tipe 2 di Indonesia dari tahun ke tahun

disebabkan oleh gaya hidup yang tidak sehat, pola makan yang tidak seimbang,

dan kurangnya aktivitas fisik atau olahraga. Diabetes Mellitus Tipe 2

merupakan jenis yang paling banyak dijumpai. Biasanya terjadi pada usia 45

tahun, tetapi bisa pula timbul pada usia 20 tahun, Sekitar 90-95 % penderita

menyandang Diabetes Mellitus tipe 2 (Putri & Isfandiari, 2013).

3. Etiologi

Beberapa penelitian menunjukan bahwa etiologi Diabetes Mellitus

bermacam-macam meskipun pada akhirnya akan mengarah pada insufiensi


10

insulin, tetapi determinan genetik biasanya memegang peranan penting pada

mayoritas penderita Diabetes Mellitus baik pada IDDM maupun NIDDM (Price

A, Sylvia, 2014).

Secara garis besar penyebab dari Diabetes Mellitus ini digolongkan

menjadi dua faktor yaitu :

a. Faktor Genetik

Penyakit autoimun yang ditemukan secara genetik dengan gejala-

gejala pada akhirnya menuju pada proses bertahap perusakan imunologik

sel-sel yang memproduksi insulin.

b. Faktor Non Genetik

Dapat disebabkan oleh infeksi virus yang di anggap sebagai faktor

utama seperti virus rubella, heptitis, coksali, mononukrosis infecsiosa.

Gangguan nutrisi seperti : obesitas, malnutrisi, protein, alcohol bisa juga

disebabkan obat-obatan, stress yang pada akhirnya dapat mentimulasi

autoimun yang bersifat sitotosik terhadap sel bheta (Price A. Sylvia. 2014).

4. Patofisiologi

Manusia memerlukan bahan bakar yang berasal dari bahan makanan yang

kita makan sehari-hari, yang terdiri dari karbohidrat (gula dan tepung-

tepungan), protein (asam amino) dan lemak (asam lemak). Saluran pernapasan

memecah makanan jadi bahan dasar dari makanan itu, karbohidrat menjadi

menjadi glukosa, protein menjadi asam amino dan lemak menjadi asam lemak.

Zat glukosa didalam sel dibakar melalui proses kimia yang rumit dan
11

menghasilkan energi. Proses ini disebut metabolisme, dalam metabolisme itu

insulin memegang peranan penting yang bertugas memasukan glukosa ke

dalam sel. Insulin adalah hormon yang dikeluarkan oleh sel beta di pankreas.

Diabetes terjadi karena risistensi insulin dan adanya kelainan didalam sel

glukosa tidak dapat masuk kedalam sel untuk dimetabolisme akibatnya glukosa

tetap di luar sel sehingga kadar glukosa darah meningkat. Ketika kadar glukosa

darah meningkat sampai jumlah glukosa yang difiltrasi melebihi kapasitas,

sehingga sel-sel tubulus melakukan reabsorbsi, maka glukosa akan timbul di

urin (glukosurin), (PERKENI, 2019).

Glukosa di urin menimbulkan efek osmotik yang menarik air bersamanya,

menimbulkan diuresis osmotik yang ditandai oleh poliuria (sering

berkemih). Cairan yang berlebihan keluar dari tubuh menyebabkan dehidrasi,

sehingga dapat menyebabkan kegagalan sirkulasi perifer karena volume darah

turun secara mencolok.  Kegagalan sirkulasi, apabila tidak diperbaiki, dapat

menyebabkan kematian karena aliran darah ke otak turun atau dapat

menimbulkan gagal ginjal sekunder  akibat tekanan filtrasi yang tidak

kuat. Selain itu, sel-sel kehilangan air karena tubuh mengalami dehidrasi akibat

perpindahan osmotik air dari dalam sel ke cairan ekstra sel yang hipertonik.

Sel-sel otak sangat peka karena timbul gangguan fungsi sistem saraf yaitu

polineuropati. Gejala khas lain pada diabetes melitus adalah rasa haus

berlebihan yang merupakan mekanisme kompensasi tubuh untuk mengatasi

dehidrasi akibat poliuria. Karena terjadi defisiensi glukosa intra sel, maka

kompensasi tubuh merangsang syaraf sehingga nafsu makan meningkat dan


12

timbul pemasukan makanan berlebihan (polifagia). Akan tetapi walaupun

terjadi peningkatan pemasukan makanan, berat tubuh menurun secara progresif

akibat efek defisiensi insulin pada metabolisme lemak dan protein. Sintesa

gliserida menurun saat lipolisis meningkat sehingga terjadi mobilisasi asam

lemak dalam darah sebagian besar digunakan oleh sel sebagai sumber energi

alternatif. 

5. Klasifikasi

Diabetes Melitus (DM) berdasarkan penyebabnya, menurut American

Diabetes Association Atau World Health Organization (ADA, WHO) dalam

Koes Irianto 2014 , diklasifikasikan menjadi 4 (empat) macam yaitu:

a. Diabetes Melitus Tipe 1.

Tipe ini disebabkan oleh kerusakan sel beta pankreas aldbat reaksi

autoimun. Pada tipe ini hormon insulin tidak produksi. Kerusakan sel beta

tersebut dapat terjadi sejak anak-anak maupun setelah dewasa. Penderita

harus mendapatkan suntikan insulin setiap hari selama hidupnya sehingga

dikenal dengan istilah Insulin Dependent Diabetes Mellitus (IDDM) atau

DM yang tergantung pada insulin untuk mengatur metabolisme gula di

dalam darah.Umumnya penyakit berkembang kearah ketoasidosis diabetik

yang menyebabkan kematian. Pada diabetes melitus tipe ini biasanya terjadi

sebelum umur 30 tahun dan harus mendapatkan insulin dari luar. Beberapa

faktor resiko dalam diabetes melitus tipe ini adalah:autoimun, infeksi virus,

riwayat keluarga diabetes melitus (ADA, 2012).


13

b. Diabetes Melitus Tipe 2.

Pada tipe ini disebabkan oleh resistensi hormon insulin, karena jumlah

reseptor insulin pada permukaan sel berkurang, meskipun jumlah insulin

tidak berkurang. Hal ini menyebabkan glukosa tidak dapat masuk ke dalam

sel insulin walaupun sudah tersedia. Kondisi ini disebabkan akibat

kegemukan. Faktor genetis, pola hidup diet tinggi lemak dan rendah

karbohidrat dan kurang olahraga juga sebagai penyebabnya. Faktor resiko

DM tipe 2 adalah : obesitas, stress fisik dan emosional, kehamilan umur

lebih dari 40 tahun, pengobatan dan riwayat keluarga diabetes melitus.

Hampir 90% penderita diabetes melitus adalah diabetes melitus tipe 2 (ADA,

2012).

Tabel 2.1 Perbandingan keadaan DM tipe 1 dan DM tipe 2


DM Tipe I
1. Sel pembuat insulin rusak
2. Mendadak berat dan fatal
3. Umumnya di usia muda
4. Insulin absolut dibutuhkan seumur hidup
5. Bukan turunan tapi autoimun
DM Tipe II
1. Lebih sering dari Tipe 1
2. Faktor keturunan positif
3. Muncul saat dewasa
4. Biasanya di awali dengan kegemukan
5. Komplikasi kalau tidak terkendali

c. Diabetes Melitus Dengan Kehamilan

Diabetes Melitus Gestasional (DMG), merupakan penyakit diabetes

melitus yang muncul pada saat mengalami kehamilan padahal sebelumnya


14

kadar glukosa darah selalu normal. Tipe ini akan normal kembali setelah

melahirkan. Faktor resiko pada DMG adalah wanita yang hamil dengan

umur lebih dari 25 tahun disertai dengan riwayat keluarga dengan diabetes

melitus, infeksi yang berulang, melahirkan dengan berat badan bayi lebih

dari 4 kg. (ADA, 2012)

DiabetesMellitus jenis ini terjadi pada sekitar 2-5% dari semua

kehamilan, namun sifatnya hanya sementara dan akan sembuh setela

melahirkan. Namun demikian, ia berpotensi merusak kesehatan ibu hamil

maupun janinnya, meningkatkan risiko kelahiran serta cacat pada janin dan

penyakit jantung bawaan pada bayi. Selain itu, sekitar 40-50% dari

penderita tipe ini menjadi penderita diabetes mellitus tipe 2 di kemudian

hari (PERKENI, 2019).

d. Diabetes Tipe Spesifik

Tipe ini disebabkan karena kelainan genetik spesifik fungsi sel beta,

efek genetik kerja insulin, penyakit eksokrin pankreas, gangguan endokrin,

karena obat atau zat kimia, infeksi dan sindrom genetik lain yang

berhubungan dengan diabetes mellitus. Beberapa hormon seperti hormon

pertumbuhan, kortisol, glukagon, dan epinefrin bersifat antagonis atau

melawan kerja insulin. Kelebihan hormone tersebut dapat mengakibatkan

diabetes melitus tipe ini (ADA,2012).


15

6. Gejala

Gejala DM tipe 1 muncul secara tiba-tiba pada saat usia anak-anak.

Sebagai akibat kelainan genetika sehingga tubuh tidak memproduksi insulin

dengan baik. Gejala-gejala yang dapat di jumpai adalah :

a. Sering kencing dan jumlah yang banyak.

b. Trus menerus timbul rasa haus (polidipsi) dan lapar (polifagi).

c. Berat badan turun, penderita semakin kurus.

d. Penglihatan kabur.

e. Meningkatnya kadar gula dalam darah dan air seni (urine)

DM tipe 1 ini cenderung diderita oleh mereka yang berusia dibawah 20

tahun. Sedangkan DM tipe 2 timbul secara perlahan sampai menjadi ganguan

yang jelas. Pada tahap awal mirip pada DM tipe 1, yaitu :

a. Sering kencing.

b. Terus menerus merasa haus (polidipsi) dan lapar (polifagi).

c. Kelelahan yang berkepanjangan tanpa

d. Mudah sakit yang berkepanjangan.

e. Penglihatan kabur.

f. Luka yang lama atau bahkan tidak kunjung sembuh dan membusuk.

g. Kaki terasa kebas, geli atau terasa terbakar.

h. Infeksi jamur pada saluran reproduksi wanita.

i. Impotensi pada pria.

DM biasanya terjadi pada mereka yang telah berusia d atas 40 tahun,

meskipun saat ini prevalensinya pada remaja dan anak-anak semakin tinggi.
16

Secara umum gejala DM yang telah menahun (kronis) antara lain sebagai

berikut:

a. Gangguan penglihatan, berupa pandangan yang kabur sehingga penderita

sering ganti-ganti kacamata.

b. Gatal-gatal dan bisul. Gatal-gatal biasanya dirasakan pada lipatan kulit

diketiak, payudara dan alat kelamin.

c. Gangguan saraf tepi (perifer), berupa kesemutan,terutama pada kaki dan

terjadi malam hari.

d. Rasa tebal pada kulit, sehingga kadang-kadang penderita lupa memakai

sandal atau sepatu.

e. Gangguan fungsi seksual, berupa gangguan ereksi.

f. Keputihan pada penderita perempuan, akibat daya tahan tubuh menurun.

7. Komplikasi

Dalam Komplikasi atau penyulit pada DM, dapat berupa komplikasi akut

dan komplikasi kronis. Komplikasi kronis, berupa komplikasi kronis vaskuler

dan non vaskuler (Irianto (2014). Komplikasi akut sering terjadi yaitu :

a. Hipoglikemia, yaitu keadaan penurunan kadar glukosa darah dengan gejala

berupa gelisah, tekanan darah turun, lapar, mual,lemah, lesu keringat dingin,

gangguan menghitung sederhana, bibir dan tangan gemetar, sampai terjadi

koma. Kondisi ini harus segera di atasi, dengan diberi gula murni, minuman

sirup, permen, atau makanan yang mengandung karbohidrat seperti roti.


17

b. Hiperglikemia, yaitu keadaan kelebihan gula darah yang biasanya

disebabkan oleh makan secara berlebihan, stress emosional, menghentikan

obat DM secara mendadak. Gejalanya berupa penurunan kesadaran serta

kekurangan cairan (dehidrasi).

c. Ketoasidosis diabetik, yaitu keadaan peningkatan senyawa katon yang

bersifat asam dalam darah yang berasal dari asam bebeas hasil dari

pemecahan sel-sel lemak jaringan. Gejala dan tandanya berupa nafsu makan

menurun, merasa haus, banyak minum, banyak kencing, mual dan muntah,

nyeri perut, nadi cepat pernapasan cepat dan dalam, napas berbau

khas(keton), hipotensi, penurunan kesadaran, sampai koma.

Komplikasi kronis vaskuler dan non vaskuler adalah sebagai berikut :

a) Rasa tebal pada lidah, gigi dan gusi, yang mempengaruhi rasa

pengecapan.

b) Gangguan pendengaran, timbul rasa berdenging pada telinga.

c) Gangguan saraf (neuropati diabetic), berupa rasa teal pada kaki,

kesemutan dan kram pada betis. Pada tahap lebih lanjut dapat terjadi

gangguan saraf pusat sehingga mulut mencong, mata tertutup sebelah,

kaki pincang, dan sebagainya.

d) Gangguan pembuluh darah, berupa penyempitan pembuluh darah, yaitu

mikroangiopati maupun makroangiopati. Mikroangiopati, berupa

retinopati, gejalanya penglihatan kabur sampai buta, juga kelainan

fungsi ginjal. Makroangipati, berupa penyempitan pembuluh darah

jantung dan otak dengan berbagai manisfestasina.


18

e) Gangguan seksual, biasanya berupa gangguan ereksi (disfungsi ereksi)

pada pria maupun impotensi.

f) Kelainan kulit, berupa bekas luka berwarna merah atau kehitaman

terutama pada kaki akibat infeksi yang berulang atau luka sukar sembuh.

8. Diagnosa

Menurut American Diabetes Association,(2012) dan Perkeni (2019),

kriteria diagnosis DM sebagai berikut :

a. Memeriksa HbA1c (≥ 6,5%) di lakukan pada sarana laboratorium yang telah

terstandardisasi.

b. Gejala klasik DM ditambah glukosa plasma sewaktu ≥200mg/dl, (11,1

mmol/L). Glukosa plasma sewaktu merupakan hasil pemeriksaan sesaat pada

suatu hari tanpa memperhatikan waktu makan terakhir.

c. Gejala klasik DM ditambah kadar glukosa darah plasma ≥126 mg/dl.(7,0

mmol/L). Puasa diartikan pasien tidak dapat kalori tambahan sedikitnya 8

jam.

d. Kadar glukosa plasma 2 jam pada tes toleransi glukosa oral (TTGO) ≥200

mg/dl,(11,1 mmol/L) TTGO yang dilakukan dengan standar WHO,

menggunakan beban glukosa yang setara dengan 75 gram glukosa anhidrus

yang dilarutkan ke dalam air.

9. Pengobatan

Tujuan utama pengobatan diabetes mellitus yaitu :


19

a. Mengembalikan konsentrasi glukosa darah menadi senormal mungkin agar

penyandang DM merasa nyaman dan sehat.

b. Mencegah atau memperlambat timbulnya komplikasi

c. Mendidik penderita dalam pengetahuan dan motivasi agar dapat merawat

sendiri penyakitnya sehingga mampu mandiri.

Pengelolaan diabetes mellitus tanpa komplikasi akut pada umumnya

selalu dimulai dengan pengaturan makanan dan latihan jasmani dulu. Apabila

dengan pendekatan tersebut belum mencapai target yang diinginkan, baru

diberikan obat-obatan baik oral maupun suntikan sesuai indikasi.Mengingat

sifat diabetes mellitus yang menahun, tak dapat dipungkiri bahwa edukasi yang

terus menerus dan berkesinambungan menjadi sangat penting. Pada akhirnya

tujuan pengobatan diabetes mellitus harus ditetapkan bersama antara

penyandang DM dengan tim yang mengelola.

10. Penatalaksanaan

Menurut Decroli, E. (2019) penatalaksanaan bagi penderita DM sebagai

berikut :

a. Non medikamentosa meliputi: menghindari atau mengendalikan faktor

resiko, Promosi kesehatan dalam rangka pengendalian faktor resiko (primer,

sekunder dan tersier) dan dietetik dalam hal ini menyangkut bagi penderita

atau yang mempunyai riwayat keluarga DM hendaknya berhati-hati terhadap

makanan sebagai berikut : Gula murni (gula pasir, gula jawa), makanan yang
20

terbuat dari gula murni (abon, dedeng, sarden, manisan, dodol, cake, tart,

sirup, jelly, susu kental manis, coklat, soft drink, es krim, dll).

b. Medikamentosa

Bila gula darah tidak dapat diturunkan sampai tingakat hampir normal

dengan diet maka diperlukan antidiabetik oral yaitu :

1) Klorpopamid mulai 0,1 gram per hari dalam sekali pemberian maksimal

0,5 mg/hari sebelum makan.

2) Glibenklamid mulai 5 mg perhari dalam 2-3 kali pemberian, maksimal 15

mg perhari.

3) Methformin mulai dengan 0,5 gram/hari dalam 2-3 kali, pemberian

maksimal 2 gram perhari.

4) Glipizid 5-20 mg, 1-2 kali perhari.

5) Glikazid 30-20 mg, 1-2 kali perhari sebelum makan.

6) Glimepirid 0,5-6 mg, 1 kali perhari sebelum makan.

7) Acarbose 100-300 mg, 3 kali perhari bersama suapan pertama.

11. Pencegahan

Pencegahan pada diabetes mellitus sangat penting mengingat sifat

penyakitnya yang menahun dan bila telah timbul komplikasi, biaya

perawatannya sangat mahal.Masyarakat perlu dilibatkan dalam program

pencegahan dan pengelolaan penyakit diabetes ini. Dengan pengetahuan yang

memadai, masyarakat dilibatkan dalam program skrining kasus baru terutama

pada kelompok risiko tinggi untuk timbulnya penyakit diabetes mellitus,

disebut pencegahan primer.


21

Sementara itu untuk kelompok masyarakat yang telah menjadi

penyandang diabetes, dapat diajak melakukan pencegahan mandiri terhadap

kemungkinan timbulnya komplikasi, disebut pencegahan sekunder atau

mencegah berlanjutnya koomplikasi menjadi lebih buruk atau fatal, disebut

pencegahan tersier. Dengan program pencegahan pada tingkat manapun, akan

sangat membantu penyandang DM dan keluarga serta masyarakat secara

keseluruhan.

12. Pengendalian Penyakit Diabetes Mellitus

Ada 4 (empat) pilar pengendalian penyakit Diabetes Mellitus (Koes

Irianto, 2014) yaitu:

1. Edukasi, pasien harus tahu bahwa penyakit diabetes tidak dapat disembukan,

tetapi bisa dikendalikan dan pengendalian harus dilakukan seumur hidup.

2. Makanan, jika input atau masukan buruk, maka autput atau hasil akan buruk,

demikian pula bila penderita makan melebihi diet yang ditentukan maka

kadar gula darah akan meningkat. Dengan mengurangi konsumsi karbohidrat

seperti nasi dan mengurangi kunsumsi gula.

3. Olahraga, diperlukan untuk membakar kadar gula berlebihan yang ada dalam

darah.

4. Obat, hanya jika diperlukan. Tetapi bila kadar gula telah turun dengan

meminum obat, bukan berarti telah sembuh, tetapi harus konsultasi dengan

dokter apakah tetap meminum obat dengan kadar yang tetap atau meminum

obat yang sama dengan kadar yang diturunkan atau minum obat yang lain.
22

Dan mengatur pola hidup sehat supaya kadar gula darah tetap terkontrol

dengan baik.

B. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan kejadian DM

Menurut (PERKENI, 2019), faktor-faktor yang dapt menyebabkan seseorang

menderita Diabetes Mellitus atau biasa yang disebut faktor resiko DM, pada

dasarnya terdiri dari dua macam yaitu : 1) Faktor yang dapat dirubah (Changeable

risk factors) 2) Faktor yang tidak dapat di rubah (Unchangeable risk factors).

Beberapa faktor tersebut antara lain :

1. Usia
Diabetes mellitus sering muncul setelah seseorang memasuki usia rawan,

terutama setelah usia 40 tahun pada mereka yang berat badannya berlebih,

sehingga tubuhnya tidak peka lagi terhadap insulin. Seseorang ≥40 tahun

memiliki peningkatan resiko kejadian DM dan intoleraso glukosa yang di

sebabkan oleh faktor degeneratif yaitu menurunnya fungsi tubuh, khususnya

kemampuan dari sel ß dalam memproduksi insulin untuk metabolisme glukosa

(Riskesdas, 2018).

Risiko terjadinya diabetes meningkat seiring dengan usia terutama pada

kelompok usia lebih dari 40 tahun. Seseorang yang berusia ≥ 40 tahun berisiko

14,99 kali bila dibandingkan dengan kelompok usia 15-25 tahun (Irawan D,

2010) . Hal tersebut dikarenakan pada kelompok tersebut mulai terjadi proses

aging yang bermakna sehingga kemampuan sel β pankreas berkurang dalam

memproduksi insulin (Trisnawati, 2013). Selain itu terdapat penurunan aktivitas

mitokondria di sel-sel otot sebesar 35% yang berhubungan dengan peningkatan


23

kadar lemak dalam sel-sel otot tersebut sebesar 30% dan memicu terjadinya

resistensi insulin (Trisnawati, 2013).

Menurut IDF di wilayah Western Pacific dimana Indonesia masuk

didalamnya, kelompok usia 40-59 tahun merupakan kelompok paling banyak

menderita DM dengan distribusi sebanyak 27% laki-laki dan 21% perempuan

(IDF, 2015). Hal ini dipicu oleh fluktuasi hormonal yang membuat distribusi

lemak menjadi mudah terakumuladi dalam tubuh sehingga indeks massa tubuh

(IMT) meningkat dengan persentase lemak yang lebih tinggi (20-25% dari berat

badan total) dengan kadar LDL yang tinggi dibandingkan dengan laki-laki

(jumlah lemak berkisar 15-20% dari berat badan total) (Karinda, 2013) (Irawan,

2010) dalam (Trisnawati, 2013) (Jelantik, 2014). Kondisi tersebut

mengakibatkan penurunan sensitifitas terhadap kerja insulin pada otot dan hati

sehingga perempuan memiliki faktor risiko sebanyak 3-7 kali lebih tinggi

dibandingkan laki-laki yaitu 2-3 kali terhadap kejadian DM (Karinda, 2013),

(Fatimah, 2015).

Berdasarkan hasil penelitian Jelantik (2013), penelitian pada kelompok

kasus sebagian besar mempunyai umur sebanyak 45 orang (90,0 %) dengan

umur paling tinggi 82 tahun dan yang berumur sebanyak 5 orang (10,0 %)

dengan umur paling rendah 24 tahun, sedangkan pada kelompok kontrol

sebagian besar memiliki umur sebanyak 28 orang (56,0%) dengan umur paling

tinggi 80 tahun dan yang berumur orang (44,0 %) dengan umur paling rendah

17 tahun. Di dapatkan hasil uji Koefisian Kontingensi C didapat nilai p = 0,000


24

(p < 0,05) maka terbukti ada hubungan yang bermakna antara umur dengan

kejadian diabetes mellitus.

2. Jenis Kelamin

Menurut Damayanti (2015), wanita lebih beresiko mengindap diabetes

karena secara fisik wanita memiliki peluang meningkatan indeks masa tubuh

yang lebih besar. Sindroma siklus bulanan (premenstrual syndrome), pasca

menopouse yang membuat distribusi lemak tubuh menjadi mudah terkumulasi

akibat proses hormon tersebut sehingga wanita beresiko menderita diabetes

mellitus sebesar 53,2% dibandingkan laki-laki 46.8%. Laki-laki pada umumnya

terkena diabetes pada IMT rata-rata 31,83 kg/m2 sedangkan perempuan

mengalami pada IMT rata-rata 33,89 kg/m2. Perbedaan resiko ini dipengaruhi

oleh disribusi lemak tubuh. Perempuan penumpukan lemak di pinggul,

sedangkan laki-laki penumpukan lemak terkonsentrasi di sekitar perut sehingga

memicu obesitas sentral yang lebih beresiko memicu gangguan metebolisme

(Pramudiarja, 2011), (Kemenkes RI, 2013).

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Shara Kurnia Trisnawati (2012)

menunjukkan prevalensi kejadian DM pada wanita lebih tinggi daripada laki-

laki.Wanita lebih berisiko mengidap diabetes karena secara fisik wanita

memiliki peluang peningkatan indeks masa tubuh yang lebih besar. Sindroma

siklus bulanan (premenstrual syndrome), pasca-menopouse yang membuat

distribusi lemak tubuh menjadi mudah terakumulasi akibat proses hormonal

tersebut sehingga wanita berisiko menderita Diabetes Mellitus.


25

Hasil penelitian Jelantik (2013), untuk mengetahui pada kelompok kasus

sebagian besar mempunyai jenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 32 orang

(64,0 %) dan yang berjenis kelamin laki 25 orang (36,0 %), sedangkan pada

kelompok kontrol juga sebagian besar terdapat pada jenis kelamin perempuan

sebanyak 28 orang (56,0 %) dan pada jenis kelamin laki sebanyak 22 orang

(44,0 %). Hasil uji didapat nilai p = 0,414 (p > 0,05) maka tidak terbukti ada

hubungan yang bermakna antara jenis kelamin dengan kejadian Diabetes

Mellitus.

3. Tingkat Pendidikan

Pendidikan adalah suatu proses pembentukan kecepatan seseorang secara

intelekual dan emosional kearah dalam sesama manusia. Pendidikan juga dapat

diartikan sebagai mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan

di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup. Pendidikan seseorang

merupakan salah satu proses perubahan tinggak laku, semakin tinggi

pendidikan seseorang maka dalam memilih tempat-tempat pelayanan kesehatan

semakin diperhitungkan. Dengan pendidikan yang tinggi seseorang diharapkan

dapt berprilaku sehat yaitu mencegah penyakit DM pada dirinya dan

menghindari faktor-faktor resiko DM. Orang yan memiliki pendidikan yang

tinggi mempunyai hubungan yang signifikan untuk tidak mengalami kejadian

DM dibandingkan dengan orang yang berpendidikan rendah. Hal ini

disebabkan karena orang yang berpedidikan tinggi lebih mengetahui faktor-

faktor resiko DM sehingga dapat berjaga-jaga untuk tidak terkena penyakit DM

(Irawan, 2010).
26

Penelitian Trisnawati dan Setyorogo (2013), tentang faktor risiko

kejadian DM di Puskesmas Kecamatan Cengkareng Jakarta Barat Tahun 2012

mendapatkan hasil bahwa tidak terdapat hubungan antara tingkat pendidikan

dengan kejadian DM dengan nilai p=0,503. Sedangkan penelitian yang

dilakukan oleh Dyah Surya Kusumawati (2016), Secara statistik ada hubungan

yang bermakna antara tingkat pendidikan dengan kejadian diabetes melitus

pada usia produktif ( p value = 0,011). Tingkat pendidikan merupakan faktor

resiko yang berhubungan dengan diabetes melitus.

4. Hipertensi

Hipertensi merupakan pemicu beragam penyakit diantaranya, strok,

diabetes, dan gagal ginjal. Organ yang terkait dengan penyakit fatal ini adalah

jantung. Jantung bertugas memompa darah untuk mengalirkan darah oksigen

dan zat gizi ke seluruh organ tubuh. Saat jantung berkerja, diperlukan tekanan

untuk memompa. Ketika jantung berkontraksi, akan terjadi suatu gelombang

tekanan cairan dalam arteri (pembuluh darah). Hubungan hipertensi dengan

gagal ginjal berkaitan erat, terlalu banyak mengkonsumsi garam, kegemukaan,

sembelit, merokok, alkohol, stress berkelanjutan, dan diabetes membuka lebar

peluang terjadinya hipertensi. Hipertensi merupakan suatu keadaan dimana

peningkatan tekanan darah sistole ≥ 140 mmHg atau tekanan darah diastole ≥

90 mmHg secara kronis (Tanto Chris, 2014).

Tabel 2.2 Klasifikasi Hipertensi Menurut WHO


Kategori Sistol (mmHg) Diastol (mmHg)
Optimal <120 <80
Normal <130 <85
27

Tingkat 1 (hipertensi ringan) 140-159 90-99


Sub grup : perbatasan 140-149 90-94
Tingkat 2 (hipertensi sedang) 160-179 100-109
Tingkat 3 (hipertensi berat) ≥180 ≥110
Hiperetnsi sistol terisolasi ≥140 <90
Sub grup : perbatasan 140-149 <90

Tabel 2.3 Klasifikasi Hipertensi Pada Dewasa


Kategori Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)
Normal <120 <80
Meningkat 120-129 <80
Hipertensi
Stage 1 130-139 80-89
Stage 2 ≥140 ≥90
(Guideline AHA,2017)

Penelitian Jelantik (2013), Menunjukkan bahwa pada kelompok kasus

sebagian besar yang menderita hipertensi yaitu sebanyak 44 orang (88,0%) dan

yang tidak menderita hipertensi sebanyak 6 orang (12,0 %), sedangkan pada

kelompok kontrol sebagian besar tidak menderita hipertensi 33 orang (66,0 %)

dan yang menderita sebanyak 17 orang (34,0 %). Berdasarkan hasil uji

Koefisian Kontingensi C didapat nilai p = 0,000 (p < 0,05) maka ada hubungan

yang bermakna antara kejadian hipertensi dengan kejadian diabetes mellitus.

5. Kolestrol

Kolesterol dalam tubuh dibagi menjadi dua yaitu kolesterol HDL dan

kolesterol LDL yang membuat endapan dan menyumbat arteri. Sumber

kolesterol ada dua, yaitu kolesterol eksogen yang berasal dari makanan yang

kita makan, dan kolesterol endogen yang dibuat di dalam sel tubuh terutama

hati. Kadar kolesterol yang tinggi dalam tubuh dapat menimbulkan

hiperkolesterolemia yang berkaitan dengan terjadinya arterosklerosis. Pada


28

penderita DM, kadar kolesterol yang tinggi dapat memperberat penyakitnya.

Oleh karena itu, konsumsi makanan yang berkolesterol harus dibatasi, dengan

perkiraan jumlah yang dibutuhkan <300 mg perhari (PERKENI, 2019).

Kolestrol suatu keadaan dimana ada kelebihan kolestrol dalam darah

(kolestrol darah 200 mg/ml darah atau lebih adalah tidak normal). Kolestrol

juga adalah bagian yang tak terpisahkan dari setiap sel. Kolestrol diperlukan

dalam beberapa zat-zat metabolik penting seperti empedu dan beberapa

hormon. Kolestrol adalah bagian yang tak terpisahkan dari setiap sel. Kolestrol

diperlukan dalam beberapa zat-zat metabolik penting seperti empedu dan

beberapa hormon. Tubuh, melalui hati sanggup menghasilkan kelestrolnya

sendiri dari bahan-bahan baku seperti karbohidrat, protein dan lemak. Kolestrol

diangkut oleh lipoprotein melalui darah dari hati ke berbagai sel. Terdapat tiga

jenis lipid di dalam darah, yaitu kolesterol, trigliserida, dan fosfolipid. Lipid

membutuhkan suatu zat pelarut yang dikenal dengan nama protein untuk dapat

beredar ke berbagai organ dan jaringan. Gabungan antara senyawa lipid dan

apoprotein ini dikenal dengan nama lipoprotein. Terdapat enam jenis

lipoprotein yaitu High Density Lipoprotein (HDL), Low Density Lipoprotein

(LDL), Intermediate Density Lipoprotein (LDL), Very Low Density

Lipoprotein (VLDL), kilomikron, dan Lipoprotein a (Sudoyo et al, 2007).

Kolesterol total merupakan keseluruhan jumlah koleseterol HDL, kolesterol

LDL, dan 20% kadar trigliserida (American Heart Association, 2014).

Penelitian Oktavia T.Waani dkk didapatkan hasil penelitian yang

sebanding dengan presentase sebesar 50% kadar kolestrol normal (<200


29

mg/dl)dan 50% kadar kolestrol tinggi (≥200 mg/dl). Penelitian yang dilakukan

olehBener dkk, ada hubungan yang senitifikan antara trigliserida dan HDL

dengan kejadian DM. Orang yang mengkonsumsi lemak jenuh mempunyai

hubungan yang signifikan dengan DM dan memberikan resiko kejadian DM

sebesar 0,88 kali. Mengkonsumsi lemak ≥40 gr per hari sebesar 2.07 kali dan

dengan menggunakan analisis multinominal logistik bahwa mengkonsumsi

lemak ≥40 gr per hari akan memberikan resiko DM sebesar 4,43 kali.

Tabel 2.4 Kategori menurut WHO

Kolestrol Kategori baik Kategori perbatasan Kategori Tinggi


Kolestrol LDL <130 130-159 ≥160
Kolesrtol HDL ≥40 40-59 <40
Kolestrol Total <200 200-239 ≥240

6. Obesitas

Obesitas atau kegemukan adalah suatu kondisi dimana tubuh seseorang

memiliki kadar lemak yang terlalu tinggi. Kadar lemak yang terlalu tinggi

dalam tubuh dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan. Faktor ini dapat

dikendalikan, mereka yang berat badannya gemuk (obesitas) dianggap sebagai

kelompok resiko terbesar, disertai dengan keadaan yang lainnya : wanita post

menopause, merokok, makanan berlebihan dengan tinggi karbohidrat, dan

kurang aktivitas fisik. Obesitas justru erat kaitannya bukan saja dengan DM dan

sindrom metabolik tetapi juga dengan penyakit jantung, strok dan lain-lain.
30

Untuk mengetahui dan mengukur indeks massa tubuh (IMT), yaitu

dengan mengukur berat badan dan tinggi badan.IMT dihitung dengan membagi

berat badan (dalam kilogram) dengan kuadrat tinggi badan (dalam

meter).Indeks massa tubuh ini adalah indikator yang paling sering digunakan

dan praktis untuk mengukur tingkat populasi overweight dan obesitas pada

orang dewasa. Berdasarkan klasifikasi Indeks Massa Tubuh (IMT) menurut

kriteria Asia Pasifik, seseorang dikatakan overweight jika memiliki IMT 23-

24,9 dan seseorang dikatakan obesitas tingkat ringan jika memiliki IMT ≥ 25.

Sedangkan menurut Kemenkes RI RI, Seseorang dikategorikan overweight jika

IMT > 25 dan obesitas jika IMT> 27.(Kemenkes RI,2013).

Indeks massa tubuh dihitung sebagai berat badan dalam kilogram (kg)

dibagi tinggi badan dalam meter dikuadratkan (m2) dan tidak terkait dengan

jenis kelamin. Penggunaan IMT hanya berlaku untuk orang dewasa yang

berusia 18 tahun ke atas. IMT tidak diterapkan pada bayi, anak, remaja, ibu

hamil dan olahragawan, serta tidak dapat diterapkan dalam keadaan khusus

(penyakit lainnya), seperti edema, asites, dan hepatomegali (Supariasa et al,

2012).

Penelitian Jelantik (2013), menunjukkan kelompok kasus sebagian besar

yang tergolong bertubuh gemuk (kegemukan) yaitu sebanyak 36 orang (72,0 %)

dan yang tidak bertubuh gemuk (kurus dan normal) sebanyak 14 orang (28,0

%), sedangkan pada kelompok kontrol sebagian besar tergolong tidak gemuk

(normal dan kuru sebanyak 34 orang (68,0 %) dan yang bertubuh gemuk

(kegemukan) terdapat sebanyak 16 orang (32,0%). Hasil uji Koefisian


31

Kontingensi C didapat nilai p = 0,000 (p < 0,05) maka ada hubungan yang

bermakna antara kegemukan dengan kejadian Diabetes Mellitus.

Tabel 2.5 Batas Ambang IMT Indonesia

Gender Kategori IMT (Kg/m2)


Kurus Normal Kegemukan
Tingkat ringan Tingkat berat
Pria <18 kg/m2 18 – 25 kg/m2 >25 – 27 kg/m2 >27kg/m2
Wanita <17 kg/m2 17 – 23 kg/m2 >23 – 27 kg/m2
Sumber : Kemenkes, 2013

7. Aktivitas Fisik

Kegiatan jasmani sehari-hari dan latihan jasmani secara teratur (3-4 kali

seminggu selama kurang lebih 30 menit terdiri dari pemanasan ±15 menit dan

pendinginan ±15 menit), merupakan salah satu cara untuk mencegah DM.

Kegiatan sehari-hari seperti menyapu, mengepel, berjalan kaki ke pasar,

menggunakan tangga, berkebun harus tetap dilakukan dan menghindari

aktivitas sedenter misalnya menonton televisi, main game komputer, dan

lainnya. Latihan jasmani selain untuk menjaga kebugaran juga dapat

menurunkan berat badan dan memperbaiki sensitivitas insulin, sehingga akan

memperbaiki kendali glukosa darah. Latihan jasmani yang dianjurkan berupa

latihan jasmani yang bersifat aerobik seperti jalan kaki, bersepeda santai,

jogging, dan berenang. Latihan jasmani sebaiknya disesuaikan dengan umur

dan status kesegaran jasmani. Hindarkan kebiasaan hidup yang kurang gerak

atau bermalas-malasan (PERKENI, 2019).


32

Tabel 2.6 Contoh Aktivitas Fisik dengan Kalori yang Dikeluarkan

No Aktivitas Fisik Kalori Yang Dikeluarkan


1. Cuci Baju 3,56 Kcal/Menit
2. Mengemudi Mobil 2,80 Kcal/Menit
3. Mengecat Rumah 3,50 Kcal/Menit
4. Potong Kayu 3,80 Kcal/Menit
5. Menyapu Rumah 3,90 Kcal/Menit
6. Jalan Kaki (Kecepatan 3,5 Mil/Jam 5,60-7,00 Kcal/Menit
7. Mengajar 1,70 Kcal/Menit
8. Membersihkan Cendela 3,70 Kcal/Menit
9. Berkebun 5,60 Kcal/Menit
10 Menyetrika 4,20 Kcal/Menit
.
Sumber : (PERKENI, 2019).

Aktivitas fisik yang dianjurkan yaitu melakukan aktivitas fisik sekurang-

kurangnya 30 menit perhari dengan baik dan benar agar bermanfaat bagi

kesehatan dan kebugaran tubuh, misalnya :

a. Membersihkan rumah selama 10 menit dua kali dalam sehari dan ditambah

10 menit bersepeda.

b. Lakukan secara bertahap hingga mencapai 30 menit. Jika belom terbiasa

dapat dimulai dengan beberapa menit setiap hari dan tingkatkan secara

bertahap.

c. Aktivitas fisik dianjurkan 30 menit.

d. Aktivitas fisik dapat dilakukan dimana saja, dengan memperhatikan

lingkungan yang aman dan nyaman, beban polusi, tidam menimbulkan

cindera, misalnya dirumah, disekolah, ditempat kerja, ditempat-tempat

umum (sarana olahraga, taman, tempat rekreasi dll).


33

e. Aktivitas fisik dapat dilakukan dari usia muda hinnga usia lanjut dan

dilanjutkan setiap hari.

8. Kebiasaan Merokok

Rokok adalah silinder dari kertas berukuran panjang antara 70 hingga 120

mm (bervariasi tergantung negara) dengan diameter sekitar 10 mm yang berisi

daun-daun tembakau yang telah dicacah. Dalam asap rokok terdapat 4000 zat

kimia berbahaya untuk kesehatan, dua diantaranya adalah nikotin yang bersifat

adiktif dan bersifat karsinogenik. Racun dan karsinogen yang timbul akibat

pembakaran tembakau dapat memicu terjadinya DM. Pada awalnya rokok

mengandung 8 – 20 mg nikotin dan setelah di bakar nikotin yang masuk ke

dalam sirkulasi darah hanya 25%. Walau demikian jumlah kecil tersebut

memiliki waktu hanya 15 detik untuk sampai ke otak manusia.

Perokok dapat dikategorikan menjadi 2 kelompok yakni perokok aktif

dan perokok pasif. Perokok pasif adalah asap rokok yang dihisap oleh

seseorang yang tidak merokok (Pasive Smoker). Asap rokok merupakan

polutan bagi manusia dan lingkungan sekitarnya. Untuk mengetahui bahwa

perokok aktif adalah orang yang merokok dan langsung menghisap rokok serta

bisa mengakibatkan bahaya bagi kesehatan diri sendiri maupun lingkungan

sekitar. Tingkatan perokok dapat dibagi atas 3 kelompok yaitu:

a. Perokok Ringan yaitu apabila merokok kurang dari 10 batang per hari.

b. Perokok sedang yaitu apabila merokok 10-20 batang per hari.

c. Perokok berat yaitu merokok lebih dari 20 batang.


34

Merokok menyebabkan kekejangan dan penyempitan pembuluh darah.

Para peneliti menyatakan bahwa merokok juga dapat menyebabkan kondisi

yang tahan terhadap insulin. Orang yang merokok ≥ 20 batang/hari memiliki

insiden DM lebih tinggi di bandingkan dengan yang tidak merokok. Resiko

kematian bertambah sehubungan dengan banyaknya merokok dan umur awal

dini. Ada hubungan segnifikasi antara kebiasaan merokok dengan kejadian DM

dan memberikan resiko kejadian DM sebesar 0,89 kali (Bustan, 1997 dalam Sri

Wahyuni, 2010).

Hasil penelitian yang dilakukan Trisnawati (2012) menunjukkan

distribusi responden berdasarkan terpapar asap rokok dan tidak terpapar asap

rokok hampir merata. Responden yang terpapar asap rokok merupakan perokok

aktif dan pasif. Dari responden yang terpapar asap rokok, sebagaian besar

adalah perokok pasif. Perokok pasif memungkinkan menghisap racun sama

seperti perokok aktif. Bahwa perokok aktif memiliki risiko 76% lebih tinggi

untuk terserang DM dibanding dengan yang tidak terpajan.

9. Stres

Stres adalah respon tubuh yang tidak spesifik terhadap setiap kebutuhan

yang terganggu, suatu fenomena universal yang terjadi dalam kehidupan sehari-

hari dan tidak dapat dihindari, setiap orang mengalaminya, stres memberi

dampak secara total pada individu yaitu terhadap fisik, psikologis, intelektual,

sosial dan spiritual, stres dapat mengancam kesimbangan fisiologis. Tingkat

stres yang tinggi dapat memicu kadar gula darah seseorang semakin meningkat,

sehingga semakin tinggi tingkat stres yang dialami oleh pasien diabetes, maka
35

penyakit diabetes melitus yang diderita akan semakin tambah buruk (Chritina &

Mistra, 2012).

Stres fisiologik seperti infeksi dan pembedahan turut menimbulkan

hiperglikemia dan dapat memicu diabetes ketoasidosis atau sindrom HHNK

(Hyperglicemic Hyperosmorlar Nonketolic Coma). Stres emosional dapat

memberi dampak negatif terhadap pengendalian diabetes. Peningkatan hormon

stres akan meningkatkan kadar glukosa darah, khususnya bila asupan makanan

dan pemberian insulin tidak di rubah. Pada saat terjadi stres emosional, pasien

diabetes dapat mengubah pola makan, latihan dan penggunaan obat yang

biasanya di patuhi. Keadaan ini turut menimbulkan hiperglikemia atau bahkan

hipoglikemia (misalnya, pada pasien dengan insulin atau obat hipoglikemia oral

yang berhenti makan sebagai reaksi terhadap stres emosional yang di alaminya.

Pasien diabetes harus menyadari kemungkinan pengendalian diabetes yang

menyertai stres emosional. (Brunner & Suddarth, 2012).


36

C. Kerangka Teori

Kerangka teori adalah penjabaran dari tinjauan teori serta disusun untuk

memecahkan masalah penelitian. Beberapa faktor yang berhubungan dengan

gangguan hormon insulin sehinga menyebabkan terjadinya penyakit Diabetes

Mellitus atau yang biasa disebut dengan resiko DM antara lain : usia, jenis

kelamin, tingkat pendidikan, hipertensi, kadar kolestrol,obesitas,aktivitas fisik, dan

kebiasaan merokok.

Usia

Jenis kelamin

Gangguan Kejadian
Tingkat pendidikan insulin DM

Hipertensi

Kolestrol

Obesitas

Aktivitas fisik

Kebiasaan merokok Di teliti

Tidak di teliti

Stress

Bagan 2.1 : Kerangka teori


Decroli (2019), PERKENI (2019)
37

BAB III

KERANGKA KONSEP HIPOTESIS DAN DEFINISI OPERASIONAL

A. Kerangka Konsep

Kerangka konsep merupakan suatu hubungan/kaitan antar konsep atau

terhadap konsep lainnya dari masalah yang di teliti (hubungan variabel yang ingin

diteliti) atau dengan kata lain kerangka konsep merupakan gambaran sederhana

(ringkas) dan jelas mengenai keterkaitan satu konsep dengan konsep lainnya atau

mengambarkan pengaruh atau hubungan antara suatu kejadian (fenomena) dengan

kejadian (fenomena) lainya (Swarjana, 2015). Pada penelitian ini kerangka konsep

tentang tentang Diabetes militus terlihat di bagan dibawah ini :

Variabel Independen Variabel Dependen

Hipertensi

Obesitas Kejadian Diabetes Mellitus

Stres

Bagan 3.1 Kerangka Konsep


38

B. Definisi Operasional

Definisi Operasional adalah berfungsi untuk membatasi ruang lingkup atau

pengertian variabel-variabel yang di amati atau di teliti. Definisi operasional juga

berfungsi untuk mengarahkan kepada pengukuran atau pengamatan terhadap

variable-variabel yang bersangkutan serta pengambilan instrument atau alat ukur

(Notoatmojo, 2010).

Tabel 3.1 Definisi Operasional

No Variabel Definisi Cara Alat Ukur Kategori Skala


Operasional Ukur

1. Kejadian Suatu penyakit Checklist Glukometer1. DM, jika kadar Ordinal


Diabetes menahun yang gula darah sewaktu
Mellitus ditandai dengan ≥ 200mg/dl
kadar gula dalam 2. Tidak DM
darah pasien yang jika kadar gula
melebihi nilai darah sewaktu
normal yang <200 mg/dl
diagnosa oleh
dokter.

2. Hipertensi Pengukuran tekanan Checklist Tensimeter 1. Hipertensi, jika Ordinal


darah pasien dengan ≥140/90 mmHg
hasil ukur sistolik 2. Tidak hipertensi,
≥140 mmHg atau jika <140/90
tekanan darah mmHg
diastolik ≥90 mmHg.

3. Obesitas Berat badan yang Checklist Meteran 1. Obesitas jika Ordinal


melebihi normal. dan IMT ≥27 kg/m2
Berdasarkan timbangan 2. Tidak obesitas,
perhitungan IMT jika IMT <27
yaitu BB (kg) dibagi kg/m 2
TB (m2).

4 Stres Hasil pengukuran Kuesioner Wawancara 1= Stres, jika > Ordinal


39

untuk mengevaluasi Mean/median


tingkat stres beberapa 2= Tidak Stress,
bulan yang lalu dalam jika skor jawaban
kehidupan subjek ≤ mean/ median
penelitian dengan
istrumen Perceived
Stress Scale (PSS)

C. Hipotesis Penelitian

Hipotesis adalah pernyataan tentang suatu dalil atau kaidah tetapi yang

sebenarnya belum terujikan secara emprik. Dengan demikian dikaitkan dengan

masalah penelitian, hipotesis juga merupakan jawaban sementara terhadap

permasalahan yang diajukan yang kebenarannya dibuktikan secara emprik dengan

penelitian yang dilakukan (Swajana, 2015). Hipotesis dalam penelitian ini

disesuaikan dengan masalah dan tujuan penelitian, rumusan hipotesis dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut:

Ha3 : Ada hubungan antara hipertensi dengan kejadian penyakit DM di

Puskesmas Sawah Lebar Kota Bengkulu.


Ha4 : Ada hubungan antara obesitas dengan kejadian penyakit DM di

Puskesmas Sawah Lebar Kota Bengkulu.


Ha5 : Ada hubungan antara stres dengan kejadian penyakit DM di

Puskesmas Sawah Lebar Kota Bengkulu.


BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Desain Penelitian

Jenis penelitian dalam penelitian ini survei analitik yaitu penelitian yang

mencoba menggali bagaimana dan mengapa fenomena kesehatan itu terjadi.

Desain penelitian dalam penelitian ini menggunakan rancangan Case control.

Case control study adalah penelitian yang dilakukan dengan cara membandingkan

antara dua kelompok yaitu kelompok kasus dan kelompok kontrol (Notoatmodjo,

2018).

B. Tempat Dan Waktu Penelitian

1. Waktu penelitian.

Penelitian telah dilaksanakan pada 23 Juni s/d 07 Juli tahun 2021.

2. Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas Sawah Lebar Kota

Bengkulu.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian (Notoatmodjo, 2018).

Populasi penelitian ini merupakan seluruh pasien DM yang melakukan

36
37

pengobatan di Puskesmas Sawah Lebar Kota Bengkulu pada periode bulan

Februari 2020 - bulan April 2021 yang berjumlah 40 orang.

a. Populasi Kasus

Populasi kasus pada penelitian ini pasien yang berobat sebanyak 40

penderita yang tercatat di register puskesmas Sawah Lebar dari bulan

Februari 2020 - bulan April 2021.

b. Populasi Kontrol

Populasi kontrol pada penelitian ini pasien yang berobat sebanyak 40 orang

yang tercatat di register bukan menderita DM di puskesmas Sawah Lebar

dari bulan Februari 2020 - bulan April 2021.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan atau subyek yang

diteliti dan dianggap memakili seluruh populasi (Notoatmojo, 2018).

a. Sampel Kasus

Sampel kasus pada penelitian ini adalah pasien menderita DM yang tercatat

di puskesmas Sawah Lebar dari bulan Februari 2020 - bulan April 2021.

b. Sampel Kontrol

Sampel kontrol pada penelitian ini adalah pasien yang berobat bukan

menderita DM yang tercatat di Register Puskesmas Sawah Lebar dari bulan

Februari 2020 - bulan April 2021

Penentuan besar sampel dalam penelitian menggunakan teknik total

sampling, yaitu seluruh pasien DM yang melakukan pengobatan di Puskesmas


38

Sawah Lebar Kota Bengkulu pada periode bulan Februari 2020 - bulan April

2021 yang berjumlah 40 orang. Pada penelitian ini dipilih kelompok kasus yaitu

responden DM dan kontrol yaitu responden yang tidak DM dengan

perbandingan 1:1, sehingga besar sampel untuk setiap kelompok 40 reponden,

maka jumlah besar sampel sebanyak 80 orang.

3. Kriteria Sampel

Kriteria sampel dalam penelitian ini ada dua yaitu kriteria inklusi dan

kriteria ekslusi.

a. Kriteria Inklusi

Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian dari suatu

populasi suatu target dan terjangkau akan diteliti. Adapun kriteria sampel

yang akan diteliti adalah :

1) Kasus

a) Bersedia menjadi responden.

b) Penderita DM yang berobat di puskesmas Sawah Lebar dari bulan

Februari 2020 - bulan April 2021.

2) Kontrol

a) Bersedia menjadi responden.

b) Pasien bukan penderita DM yang berobat di puskesmas Sawah Lebar

dari bulan Februari 2020 - bulan April 2021.

b. Kriteria Eksklusi
39

Kriteria eksklusi adalah keadaan yang menyebabkan subjek memenuhi

kriteria inklusi namun tidak dapat diikutsertakan dalam penelitian, yang

meliputi :

1) Kasus

Pada saat penelitian responden dalam keadaan sakit atau tidak

diperbolehkan oleh keluarga untuk memberikan informasi terkait

penelitian.

2) Kontrol

Pada saat penelitian responden dalam keadaan sakit atau tidak

diperbolehkan oleh keluarga untuk memberikan informasi terkait

penelitian.

D. Pengumpulan Data

1. Data Primer

Data primer yaitu data yang dikumpulkan dan diolah sendiri oleh peneliti

langsung dari subjek atau objek penelitian. Data primer dalam penelitian ini

adalah data yang diambil dengan wawancara langsung kepad responden

(sampel) dengan menggunakan kuesioner yang sudah dipersiapkn sebelumnya

dengan pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan variabel yang akan

diteliti kepada responden.

2. Data Sekunder
40

Data sekunder yaitu data yang didapatkan tidak secara langsung dari

objek atau subjek penelitian.Data sekunder dalam penelitian ini adalah data dari

catatan pengarsipan di Puskesmas Sawah Lebar Kota Bengkulu tahun 2021.

E. Teknik Pengumpulan Data, Pengolahan Data dan Analisis Data

1. Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan beberapa instrumen penelitian sebagai

pengumpulan data yaitu menggunakan kuesioner dalam bentuk pertanyaan

tertutup yang berisi data karakteristik responden dan sudah disediakan

jawabannya sehingga responden tinggal memilih agar mempermudah pengisian

bagi responden. Alat glukometer, jarum penusuk (lancet) dan alat penusuk

(lancing device) dan test strip, lembar observasi pengukuran kadar glukosa

darah, alat tensimeter dan timbangan. Daftar pertanyaan dibuat berdasarkan

indikator-indikator yang digunakan untuk mengukur variabel dalam penelitian.

Instrument penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar

kuesioner dalam bentuk pertanyaan tertutup yang sudah disediakan jawabannya

sehingga responden tinggal memilih agar mempermudah pengisian bagi

responden pada waktu penelitian. Daftar pertanyaan dibuat berdasarkan

indikator-indikator yang di gunakan untuk mengukur variabel dalam penelitian.

2. Pengolahan Data

Seluruh data yang terkumpul kemudian dioleh melalui tahap-tahap

sebagai berikut :
41

a. Editing, yaitu memeriksa data yang telah dikumpulkan untuk diteliti

kelengkapan, kejelasan makna jawaban, konsistensi maupun kesalahan antar

jawaban dari kuesioner.

b. Coding, yaitu kegiatan merubah data berbentuk huruf menjadi data

berbentuk angka atau bilangan..

c. Entry, yaitu memasukkan data untuk di olah menggunakan komputer.

d. Cleaning (pembersih data) merupakan kegiatan pengecekan kembali data

yang sudah di-entry apakah ada kesalahan atau tidak.

e. Saving, yaitu menyimpan file yang telah selesai di operasikan ke komputer.

f. Tabulating, yaitu kegiatan untuk meringkas data yang diperoleh kedalam

tabel-tabel yeng telah dipersiapkan.

3. Analisis Data

a. Analisis Univariat

Analisis ini bertujuan menggambarkan distribusi frekuensi masing-

masing variabel penelitian dengan menggunakan ukuran proporsi (Arikunto,

2011). Analisis ini bertujuan menggambarkan distribusi frekuensi masing-

masing variabel penelitian.

Dengan rumus :

f
p= ×100 %
n

Keterangan:

p : Proporsi Atau Jumlah Persentase

f: Jumlah Frekuensi Untuk Setiap Allternatif


42

n : Jumlah Sampel (Arikunto, 2011).

Setelah hasil didapatkan, hasil penelitian disajikan dalam bentuk

persentase dengan kriteria sebagai berikut :

0% : Tidak Satupun Dari Responden

1% - 25% : Sebagian Kecil Dari Responden

26% - 45 % : Hampir Sebagian Responden

46 %- 55% : Sebagian Responden

56% -66 % : Lebih Sebagian Responden

67% -90% : Sebagian Besar Dari Responden

91%-99% : Hampir Seluruh Responden

100% : Seluruh Responden (Arikunto, 2011).

b. Analisis Bivariat

Analisis bivariat adalah analisis yang digunakan untuk melihat

hubungan antara variabel dependen (Penyakit Diabetes Mellitus) dengan

variabel independen (usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, hipertensi,

kolestrol, obesitas dan merokok) secara bersamaan dengan menggunakan

analisa statistik chi-square, dengan derajat kepercayaan 95%, dengan nialai

(p) 0,05.

Data dianalisis dengan menggunakan computer dengan program SPSS.

Jika p value ≤ a 0,05 maka perhitungan secara statistik menunjukan bahwa

adanya hubungan antara variabel independen dengan dependen. Jika p Value

>a 0,05 maka perhitungan secara statistik menunjukan bahwa tidak ada

hubungan antara variabel independen dengan dependen.


43

¿¿

X 2 : Chi kuadrat
O : Nilai Observasi
E : Nilai Ekspektasi (harapan)

∑ E : Sigma
Analisis bivariat ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara

masing-masing variabel bebas dengan variabel terikat. Menentukan uji

kemaknaan hubungan dengan cara membandingkan nilai p (p value) dengan

tingkat signifikan 95% dan a = 0,05 yaitu :

a. Jika nilai p ≤ 0,05 maka Ha di tolak, yang berarti ada hubungan yang

bermakna antara variabel bebas dan variabel terikat.

b. Jika nilai p > 0,05 maka Ho gagal di tolak, yang berarti tidak ada

hubungan yang bermakna antara variabel bebas dan variabel terikat.

F. Etika Penelitian

Peneliti memandang perlu adanya rekomendasi dari pihak institusi dengan

mengajukan permohonan izin kepada intasi tempat penelitian dalam hal ini

diajukan kepada Kepala Puskesmas yang bersangkutan. Setelah mendapatkan

persetujuan barulah dilakukan penelitian dengan menekan masalah etika penelitian

yang di berikan kepada responden meliputi :

1. Informed Consent (Penjelasan dan Persetujuan).

Lembar persetujuan yang akan dibeikan responden yang akn diteliti dan

memenuhi kriteria inklusi dan disertai judul penelitian dan manfaat penelitian.

Lembar persetujuan diberikan kepada responden dengan memberi penjelasan


44

manfaat dan tujuan penelitian yang diperoleh bila bersedia menjadi responden.

Tujuan responden agar mengetahui dampak dan manfaat yang akan diperoleh

setelah menjadi responden penelitian. Jika subjek bersedia menjadi responden,

maka harus menandatangani lembar persetujuan danbila responden menolak

maka peneliti tidak boleh memaksa.

2. Anonymity (Tanpa Nama).

Untuk menjaga kerahasian identitas responden, peneliti tidak

mencantumkan nama responden melainkan hanya kode nomor atau kode

tertentu pada pengumpulan data yang diisi responden sehingga identitas

responden tidak Untuk mengetahui publik.

3. Confidencial (Kerahasiaan).

Kerahasiaan informasi respon dijamin oleh peneliti dan hanya kelompok

data tertentu yang dilaporkan hasil penelitian.


45

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Gambaran Lokasi Penelitian

UPTD Puskesmas Sawah Lebar merupakan Puskesmas induk yang berada

dalam wilayah kecamatan Ratu Agung Kota Bengkulu Dengan batas-batas

wilayah sebagai berikut :

a. Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Sungai Serut

b. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Gading Cempaka

c. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Ratu Samban

d. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Kecamatan Gading Cepaka

Luas wilayah kerja UPTD Puskesmas Sawah Lebar adalah 4.636 Ha

dengan jumlah penduduk 66.398 jiwa dan jumlah KK 21.318 yang terdiri dari 8

( delapan) Kelurahan :

a. Kelurahan Tanah Patah = 8.145 Jiwa dan 5.126 KK

b. Kelurahan Kebun Tebeng = 10.402 Jiwa dan 7,563 KK

c. Kelurahan Sawah Lebar = 8.780 Jiwa dan 5.157 KK

d. Kelurahan Sawah Lebar Baru = 11.606 Jiwa dan 5.768 KK

e. Kelurahan Nusa Indah = 9.301 Jiwa dan 5.502 KK

f. Kelurahan Kebun Beler = 10.605 Jiwa dan 4.801 KK

g. Kelurahan Kebun Kenanga = 7.107 Jiwa dan 4.581 KK

h. Kelurahan Lempuing = 9.890 Jiwa dan 5.301 KK


46

b. Gambaran Penduduk

2. Jalannya Penelitian

Pelaksanaan penelitian ini dibagi menjadi 2 tahap, yaitu tahap persiapan

dan tahap pelaksanaan. Tahap persiapan ini meliputi konsultasi dengan

pembimbing, studi pustaka untuk menemukan masalah penelitian di lapangan,

melakukan survei awal terhadap lokasi penelitian, mengumpulkan data yang

diperoleh selama survei awal, merumuskan masalah yang ditemukan di tempat

penelitian, menyiapkan instrumen penelitian dan mengurus surat izin penelitian

dari FIKes Universitas Dehasen Bengkulu yang diberikan ke Kesbangpol,

setelah itu ke Dinkes Kota Bengkulu dan terakhir ke Puskesmas Sawah Lebar

untuk mendapatkan surat rekomendasi izin penelitian, setelah itu langsung ke

rumah responden untuk melakukan penelitian. Tahap pelaksanaan ini dimulai

dengan cara menyebarkan kuisioner kepada responden kasus dan kontrol di

wilayah kerja Puskesmas Sawah Lebar. Penelitian dilakukan mulai 23 Juni

sampai dengan 07 Juli tahun 2021 di Puskesmas Sawah Lebar. Selanjutnya

dilakukan pengolahan data, analisa data, penyajian data dan laporan hasil

penelitian.

3. Analisiss Univariat

Analisis univariat dalam penelitian ini dilakukan untuk melihat distribusi

frekuensi variabel yang diteliti meliputi : obesitas, hipertensi, stres dan kejadian

DM/ Adapun tabel distribusi frekuensi dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Obesitas Responden di Puskesmas Sawah


Lebar Kota Bengkulu Tahun 2021.
47

Obesitas Frekuensi Persentase (%)


Obesitas 12 15
Tidak Obesitas 68 85
Total 80 100

Berdasarkan Tabel 5.1 dapat dilihat bahwa dari 80 responden, sebagian

besar dari responden tidak obesitas yaitu 68 orang (85%).

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Hipertensi Responden di Puskesmas Sawah


Lebar Kota Bengkulu Tahun 2021.

Hipertensi Frekuensi Persentase (%)


Hipertensi 34 42,5
Tidak Hipertensi 46 57,5
Total 80 100

Berdasarkan Tabel 5.2 dapat dilihat bahwa dari 80 responden, lebih dari

sebagian responden tidak hipertensi yaitu 46 orang (57,5%).

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Stres Responden di Puskesmas Sawah


Lebar Kota Bengkulu Tahun 2021.

Stres Frekuensi Persentase (%)


Stres 30 37,5
Tidak stres 50 62,5
Total 80 100

Berdasarkan Tabel 5.3 dapat dilihat bahwa dari 80 responden, lebih

sebagian dari responden tidak stres (normal) yaitu sebanyak 50 orang (62,5%).

Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Kejadian DM Responden di Puskesmas


Sawah Lebar Kota Bengkulu Tahun 2021.

Kejadian DM Frekuensi Persentase (%)


Kasus (DM) 40 50.0
Kontrol (Tidak DM) 40 50.0
Total 80 100
48

Berdasarkan Tabel 5.4 dapat dilihat bahwa dari 80 responden, sebagian

dari responden mengalami DM yaitu sebanyak 40 orang (50,0%).

4. Analisis Bivariat

Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan antara variabel

independen yaitu : obesitas, hipertensi dan stress dengan variabel dependen

yaitu kejadian DM di Puskesmas Sawah Lebar Kota Bengkulu Tahun 2021. Uji

statistik menggunakan program SPSS Versi 16 yang dilakukan pada analisis

bivarat ini adalah uji chi-square dengan derajat kepercayaan 95% (α = 0,05).

Setelah melakukan pengisian kuesioner dengan responden dan menguji hasil

kuesioner tersebut dengan uji statistik chi-square maka hubungan antar variabel

dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 5.5 Hubungan Obesitas Dengan Kejadian DM di Puskesmas


Sawah Lebar Kota Bengkulu Tahun 2021.

Kejadian DM
Obesitas Kasus Kontrol Total χ² P OR 95% CI
F % F % N
Obesitas 9 22,5 3 7,5 12 2,451 0,117 3,581 0,891 – 14,391
Tidak Obesitas 31 77,5 37 92,5 68

Berdasarkan tabel 5.5 dapat dilihat bahwa dari 12 orang responden

penderita DM dari kelompok kasus terdapat 9 orang (22,5%) obesitas dan 31

orang (77,5%) tidak obesitas (normal). Sedangkan pada kelompok kontrol dari
49

40 orang pasien yang tidak menderita DM terdapat 3 orang (7,5%) obesitas dan

37 orang (92,5%) tidak obesitas (normal) di Puskesmas Sawah Lebar Kota

Bengkulu tahun 2021.

Berdasarkan tabel 5.5 hasil uji Continuity Correction didapat sebesar

2,451 dengan nilai asymp.sig (p) = 0,117. Karena nilai p > 0,05 maka artinya

secara statistik tidak ada hubungan yang signifikan antara obesitas dengan

kejadian DM di Puskesmas Sawah Lebar Kota Bengkulu tahun 2021. Nilai Risk

Estimate hubungan obesitas dengan kejadian DM di Puskesmas Sawah Lebar

Kota Bengkulu tahun 2021, dapat dilihat dari nilai Odds Ratio (OR). Nilai OR

didapat sebesar 3,581 (95% CI = 0,891 – 14,391), artinya pasien yang obesitas

berpeluang 2,149 kali lebih beresiko mengalami kejadian DM dibandingkan

pasien tidak obesitas (normal).

Tabel 5.6 Hubungan Hipertensi Dengan Kejadian DM di Puskesmas


Sawah Lebar Kota Bengkulu Tahun 2021.

Kejadian DM
Hipertensi Kasus Kontrol Total χ² P OR 95%
CI
F % F % N
Hipertensi 18 45 16 40 34 0,051 0,821 1,227 0,505 – 2,982
Tidak Hipertensi 22 55 24 60 56

Berdasarkan Tabel 5.6 dapat dilihat bahwa dari 40 orang responden

penderita DM dari kelompok kasus terdapat 18 orang (45%) hipertensi dan 22

orang (55%) tidak hipertensi (normal). Sedangkan pada kelompok kontrol dari

40 orang pasien yang tidak menderita DM terdapat 16 orang (40%) hipertensi


50

dan 24 orang (60%) tidak hipertensi (normal) di Puskesmas Sawah Lebar Kota

Bengkulu Tahun 2021.

Berdasarkan tabel 5.6 hasil uji Continuity Correction didapat sebesar

0,051 dengan nilai asymp.sig (p) = 0,821. Karena nilai p > 0,05 maka artinya

secara statistic tidak ada hubungan yang signifikan antara hipertensi dengan

kejadian DM di Puskesmas Sawah Lebar Kota Bengkulu Tahun 2021. Nilai

Risk Estimate hubungan hipertensi dengan kejadian DM di Puskesmas Sawah

Lebar Kota Bengkulu Tahun 2021, dapat dilihat dari nilai Odds Ratio (OR).

Nilai OR didapat sebesar 1,227 (95% CI = 0,505 – 2,982), artinya pasien yang

memiliki hipertensi 1,227 kali lebih beresiko mengalami kejadian DM

dibandingkan pasien yang tidak memiliki hipertensi.

Tabel 5.7 Hubungan Stres Dengan Kejadian DM di Puskesmas Sawah


Lebar Kota Bengkulu Tahun 2021.

Kejadian DM
Stres Kasus Kontrol Total χ²² P OR 95% CI
F % F % N
Stres 21 52,5 9 22,5 30 6,453 0,011 3,807 1,447-10,017
Tidak stress 19 47,5 31 77,5 50
Total 40 100 40 100 80

Berdasarkan Tabel 5.7 dapat dilihat bahwa dari 40 orang responden

penderita DM dari kelompok kasus terdapat 21 orang (52,5%) mengalami stres

dan 19 orang (47,5%) tidak stres (normal). Sedangkan pada kelompok kontrol

dari 40 orang pasien kelompok kontrol terdapat 9 orang (22,5%) mengalami


51

stres dan 31 orang (77,5%) tidak stres (normal) di Puskesmas Sawah Lebar

Kota Bengkulu tahun 2021.

Berdasarkan tabel 5.7 hasil uji Continuity Correction didapat sebesar

6,453 dengan nilai asymp.sig (p)=0,011. Karena nilai p < 0,05 maka atinya

secara statistic ada hubungan yang signifikan antara stres dengan kejadian DM

di Puskesmas Sawah Lebar Kota Bengkulu tahun 2021. Nilai Risk Estimate

hubungan stres dengan kejadian DM di Puskesmas Sawah Lebar Kota

Bengkulu tahun 2021, dapat dilihat dari nilai Odds Ratio (OR). Nilai OR

didapat sebesar 3,807 (95% CI = 1,447-10,017) artinya responden yang

mengalami stres 4,421 kali lebih beresiko mengalami kejadian DM

dibandingkan responden tidak stres.

B. Pembahasan

1. Analisis Univariat

a. Distribusi Frekuensi Obesitas Responden di Puskesmas Sawah Lebar

Kota Bengkulu Tahun 2021.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 80 responden, sebagian

besar dari responden tidak obesitas yaitu 68 orang (85%). Hal tersebut

menunjukkan bahwa mayoritas responden tidak memiliki Obesitas (normal).

Berdasarkan wawancara yang dilakukan dengan responden di lapangan, hal

ini terjadi dikarenakan sebagian responden aktif melakukan aktifitas fisik

baik dirumah seperti jalan kaki, bersepeda santai, jogging, dan berenang
52

maupun ikut aktif pada kegiatan prolanis yang dilakukan di puskesmas

dalam setiap bulannya minimal dilakukan selama 2 kali.

Hasil penelitian ini sesuai pendapat (PERKENI, 2019), Latihan

jasmani selain untuk menjaga kebugaran juga dapat menurunkan berat badan

dan memperbaiki sensitivitas insulin, sehingga akan memperbaiki kendali

glukosa darah. Latihan jasmani yang dianjurkan berupa latihan jasmani yang

bersifat aerobik seperti jalan kaki, bersepeda santai, jogging, dan berenang.

Latihan jasmani sebaiknya disesuaikan dengan umur dan status kesegaran

jasmani. Hindarkan kebiasaan hidup yang kurang gerak atau bermalas-

malasan.

Hasil penelitian ini sesuai dengan teori yang dikemukakan (Suyono,

2012) dan (Hutagaol, 2014). Obesitas juga dipengaruhi oleh aktivitas fisik

yang dapat mengontrol kadar gula darah, glukosa akan diubah menjadi

energi pada saat beraktivitas fisik sehingga mengakibatkan insulin semakin

meningkat sehingga kadar gula darah akan berkurang. Pola makan yang

salah kurang mengkonsumsi buah dan sayur dan cenderung berlebih

menyebabkan timbulnya obesitas.

Hasil penelitian ini sejalan penelitian Nasution, (2018), diketahui pada

kelompok kasus dengan obesitas yang berisiko yaitu sebanyak 24 orang

(77,4%). sedangkan untuk WUS pada kelompok kontrol dengan dengan

obesitas yang tidak berisiko yaitu 23 orang (74,2).

b. Distribusi Frekuensi Hipertensi Responden di Puskesmas Sawah Lebar

Kota Bengkulu Tahun 2021.


53

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 80 responden, lebih dari

sebagian responden tidak hipertensi yaitu 46 orang (57,5%). Berdasarkan

wawancara yang dilakukan dengan responden di lapangan, Kondisi ini

kemungkinan disebabkan oleh seseorang yang menderita hipertensi sudah

mendapatkan pengobatan hal ini didukung dari hasil penelitian dimana

seseorang yang mempunyai riwayat hipertensi dan hasil pemeriksaan

tekanan darahnya =140/90 mmHg sebanyak 21 orang semuanya mendapat

terapi kaptopril.

Hasil penelitian ini sesuai dengan teori (Tanto Chris, 2014), yang

menyatakan Hipertensi merupakan suatu keadaan dimana peningkatan

tekanan darah sistole ≥ 140 mmHg atau tekanan darah diastole ≥ 90 mmHg

secara kronis.

Berdasarkan hasil penelitian PESA, Y. M. (2019). Faktor-Faktor yang

Berhubungan Dengan Kejadian Diabetes Melitus Tipe II di RS Awal Bros

Ujung Batu Tahun 2015, hasil penelitian diketahui bahwa pada kelompok

kasus sebagian besar yang menderita hipertensi yaitu sebanyak 100 orang

(67,3%), sedangkan pada kelompok kontrol sebagian besar tidak menderita

hipertensi sebanyak 129 orang (62,3%).

c. Distribusi Frekuensi Stres Responden di Puskesmas Sawah Lebar Kota

Bengkulu Tahun 2021.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 80 responden, lebih sebagian

dari responden tidak stres (normal) yaitu sebanyak 50 orang (62,8%)..

Berdasarkan wawancara yang dilakukan dengan responden di lapangan,


54

Kondisi ini dikarenakan responden lebih sebagian responden telah mampu

mengontrol stres dengan mengisi waktu luang dengan berbagai macam

aktivitas seperti berjalan kaki, menyiram bunga dan membaca buku,

sehingga kondisi stress tidak dialaminya.

Hal ini sesuai dengan teori (Brunner & Suddarth, 2012), pada saat

terjadi stres emosional, pasien diabetes dapat mengubah pola makan, latihan

dan penggunaan obat yang biasanya di patuhi. Keadaan ini turut

menimbulkan hiperglikemia atau bahkan hipoglikemia (misalnya, pada

pasien dengan insulin atau obat hipoglikemia oral yang berhenti makan

sebagai reaksi terhadap stres emosional yang di alaminya. Tingkat stres yang

tinggi dapat memicu kadar gula darah seseorang semakin meningkat,

sehingga semakin tinggi tingkat stres yang dialami oleh pasien diabetes,

maka penyakit diabetes melitus yang diderita akan semakin tambah buruk

(Chritina & Mistra, 2012).

Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang telah

dilakukan oleh Latifah, N., & Nugroho, P. S. (2020), menunjukkan hasil

bahwa pada kelompok kasus sebagian besar memiliki gejala stres yaitu

sebanyak 29 orang (78,4%), sedangkan pada kelompok kontrol sebagian

besar tidak mengalami stres sebanyak 38 orang (51,4%).

2. Analisis Bivariat

a. Hubungan Obesitas dengan Kejadian DM di Puskesmas Sawah Lebar

Kota Bengkulu Tahun 2021.


55

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap dari 40 orang

responden penderita DM dari kelompok kasus terdapat 9 orang (22,5%)

obesitas dan 31 orang (77,5%) tidak obesitas (normal). Kondisi ini

berdasarkan hasil pengukuran IMT responden yang berada pada nilai IMT

normal.

Sedangkan pada kelompok kontrol dari 40 orang pasien yang tidak

menderita DM terdapat 3 orang (7,5%) obesitas dan 37 orang (92,5%) tidak

obesitas (normal) di Puskesmas Sawah Lebar Kota Bengkulu tahun 2021.

Berdasarkan pada kelompok kontrol dari 40 orang pasien yang tidak

menderita DM terdapat 3 orang (7,5%) obesitas, kondisi ini dikarenakan

responden kurang melakukan aktivitas fisik dan kecenderungan memakan

makanan yang berkarbohidrat tinggi seperti makanan cepat saji sehingga

menyebabkan penumpukan lemak di lingkar perut dan sekitar panggul.

Untuk mengetahui hubungan obesitas dengan kejadian DM di

Puskesmas Sawah Lebar Kota Bengkulu Tahun 2021 digunakan uji Chi-

Square (Continuity Correction). Berdasarkan tabel 5.5 hasil uji Continuity

Correction didapat sebesar 2,451 dengan nilai asymp.sig (p) = 0,117. Karena

nilai p > 0,05 maka artinya secara statistic tidak ada hubungan yang

signifikan antara obesitas dengan kejadian DM di Puskesmas Sawah Lebar

Kota Bengkulu tahun 2021. Nilai Risk Estimate hubungan obesitas dengan

kejadian DM di Puskesmas Sawah Lebar Kota Bengkulu tahun 2021, dapat

dilihat dari nilai Odds Ratio (OR). Nilai OR didapat sebesar 3,581 (95% CI

= 0,891 – 14,391), artinya pasien yang obesitas berpeluang 2,149 kali lebih
56

beresiko mengalami kejadian DM dibandingkan pasien tidak obesitas

(normal).

Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh

diabetes (Yunir, 2015) yang menyatakan kegemukan mempunyai risiko

menyandang diabetes. Kegemukan dengan bentuk buah pear (lingkar perut

lebih kecil dari lingkar pinggul) mempunyai risiko lebih rendah untuk

menyandang diabetes dari pada kegemukan dengan bentuk buah apel (lebih

besar lingkar perut dari pada lingkar pinggul). Penyebab yang persis dari

perbedaan ini tidak diketahui, mungkin ada hubungannya dengan aktivitas

metabolik jaringan lemak pada area tubuh yang berbeda. Pada obesitas

abdominal (viseral), lemak yang tertimbun di sekitar abdomen tengah

berhubungan dengan resistensi insulin dan secara fungsi seperti analis.

Penelitian ini secara statistic tidak berhubungan akan tetapi secara

teoritis penelitian ini berhubungan, hal ini dikarenakan terkait jumlah sampel

penelitian yang sama yaitu 1:1. Hasil penelitian ini tidak sejalan penelitian

PESA, Y. M. (2019) yang berjudul Faktor-Faktor yang Berhubungan

Dengan Kejadian Diabetes Melitus Tipe II di RS Awal Bros Ujung Batu

Tahun 2015, menunjukkan kelompok kasus sebagian besar yang tergolong

bertubuh gemuk (kegemukan) yaitu sebanyak 92 orang (69,7%), sedangkan

pada kelompok kontrol yang bertubuh gemuk (kegemukan) terdapat

sebanyak 40 orang (30,3%). Hasil uji Chi square didapat nilai p = 0,001 (p <

0,05), artinya ada hubungan yang bermakna antara kegemukan (obesitas)

dengan kejadian Diabetes Mellitus.


57

b. Hubungan Hipertensi dengan Kejadian DM di Puskesmas Sawah Lebar

Kota Bengkulu Tahun 2021.

Berdasarkan hasil penelitian dari 40 orang responden penderita DM

dari kelompok kasus terdapat 18 orang (45%) hipertensi dan 22 orang (55%)

tidak hipertensi (normal). Berdasarkan wawancara singkat yang dilakukan

peneliti dengan responden kelompok kasus 22 orang (55%) tidak hipertensi

(normal).

Hasil ini sejalan pendapat Fukui yang menyatakan ketika seseorang

terlebih dahulu mengalami diabetes, maka hazard ratio untuk terjadi

hipertensi pada tahun ke 5 adalah sebesar 2,359 (95%CI = 1,7003,724;

p<0,0001). Lama menderita DM dapat menyebabkan terjadinya komplikasi.

Pada DM terjadi paparan hiperglikemia kronik yang menyebabkan

terjadinya komplikasi baik mikrovaskuler maupun makrovaskuler.

Sedangkan pada kelompok kontrol dari 40 orang pasien yang tidak

menderita DM terdapat 16 orang (40%) hipertensi dan 24 orang (60%) tidak

hipertensi (normal) di Puskesmas Sawah Lebar Kota Bengkulu Tahun 2021.

Berdasarkan wawancara singkat yang dilakukan peneliti dengan responden

kelompok kontrol 16 orang (40%) hipertensi, hal ini dikarenakan adanya

kebiasaan makan yang mengandung lemak dan karbohidrat tinggi serta

kurang aktivitas fisik.

Hasil hubungan hipertensi dengan kejadian DM di Puskesmas Sawah

Lebar Kota Bengkulu Tahun 2021, digunakan uji Chi-Square (Continuity

Correction). Berdasarkan tabel 5.6 hasil uji Continuity Correction didapat


58

sebesar 0,051 dengan nilai asymp.sig (p) = 0,821. Karena nilai p > 0,05

maka artinya secara statistic tidak ada hubungan yang signifikan antara

hipertensi dengan kejadian DM di Puskesmas Sawah Lebar Kota Bengkulu

Tahun 2021. Nilai Risk Estimate hubungan hipertensi dengan kejadian DM

di Puskesmas Sawah Lebar Kota Bengkulu Tahun 2021, dapat dilihat dari

nilai Odds Ratio (OR). Nilai OR didapat sebesar 1,227 (95% CI = 0,505 –

2,982), artinya pasien yang memiliki hipertensi 1,227 kali lebih beresiko

mengalami kejadian DM dibandingkan pasien yang tidak memiliki

hipertensi.

Hasil penelitian ini secara statistic tidak berhubungan akan tetapi

secara teoritis penelitian ini berhubungan, hal ini dikarenakan terkait jumlah

sampel penelitian yang sama yaitu 1:1. Penelitian ini tidak sejalan penelitian

PESA, Y. M. (2019) yang berjudul Faktor-Faktor yang Berhubungan

Dengan Kejadian Diabetes Melitus Tipe II di RS Awal Bros Ujung Batu

Tahun 2015, menunjukkan bahwa pada kelompok kasus sebagian besar yang

menderita hipertensi yaitu sebanyak 100 orang (67,1%). Sedangkan pada

kelompok 49 orang (32,9 %) menderita hipertensi. Berdasarkan hasil uji chi

square didapat nilai p = 0,000 (p < 0,05) maka ada hubungan yang bermakna

antara kejadian hipertensi dengan kejadian diabetes mellitus.

c. Hubungan Stres dengan Kejadian DM di Puskesmas Sawah Lebar Kota

Bengkulu Tahun 2021.

Berdasarkan hasil penelitian dari 40 orang responden dari kelompok

kasus terdapat 21 orang (52,5%) mengalami stres dan kelompok kontrol 9


59

orang (22,5%) responden mengalami stres di Puskesmas Sawah Lebar Kota

Bengkulu tahun 2021.

Hasil penelitian ini menunjukkan responden yang mengalami stres

terdapat pada kelompok kasus (52,5%). dan kelompok control (22,5%) . Hal

ini disebabkan karena bukan hanya faktor stres saja yang dapat

menyebabkan terjadinya DM, tetapi dapat disebabkan oleh faktor-faktor lain

seperti pola makan yang tidak sehat, kurangnya aktivitas fisik, kebiasaan

merokok dan minum-minuman bersoda.

Hasill penelitian ini didukung oleh penelitian Haisa, et al. (2019), yang

menyatakan bahwa DM disebabkan oleh faktor stres tetapi dapat disebabkan

berbagai faktor lain seperti adanya riwayat keluarga yang menderita DM,

dan kesadaran serta perilaku individu dalam sehari-harinya. Selain itu, stres

juga dapat dipengaruhi oleh faktor lain yang dapat memicu keadaan stres

seperti tekanan pekerjaan, menganggur, masalah keuangan, penyakit,

penyakit pada anggota keluarga, putus hubungan, dan hadirnya atau

meninggalnya salah satu keluarga). Apalagi dalam masa pandemi seperti

sekarang, keterbatasan dan sulitnya untuk memenuhi kebutuhan baik

perseorangan ataupun rumah tangga juga dapat menjadi faktor pemicu

terjadinya stres.

Hasil hubungan stres dengan kejadian DM di Puskesmas Sawah Lebar

Kota Bengkulu tahun 2021, didapatkan hasil uji Continuity Correction

sebesar 6,453 dengan nilai asymp.sig (p)=0,011. Karena nilai p < 0,05 maka

atinya secara statistic ada hubungan yang signifikan antara stres dengan
60

kejadian DM di Puskesmas Sawah Lebar Kota Bengkulu tahun 2021. Nilai

Risk Estimate hubungan stres dengan kejadian DM di Puskesmas Sawah

Lebar Kota Bengkulu tahun 2021, dapat dilihat dari nilai OR didapat sebesar

3,807 (95% CI = 1,447-10,017) artinya responden yang mengalami stres

4,421 kali lebih beresiko mengalami kejadian DM dibandingkan responden

tidak stres.

Hasil penelitian ini sesuai pendapat (Chritina & Mistra, 2012) dan

Derek MI, (2017), yang menyatakan tingkat stres yang tinggi dapat memicu

kadar gula darah seseorang semakin meningkat, sehingga semakin tinggi

tingkat stres yang dialami oleh pasien diabetes, maka penyakit diabetes

melitus yang diderita akan semakin tambah buruk. Secara teori, stress

adalah faktor yang berpengaruh penting bagi penderita diabetes melitus,

peningkatan hormon stres diproduksi dapat menyebabkan kadar gula darah

menjadi meningkat.

Hasil penelitian didukung peneliian Latifah, N., & Nugroho, P. S.

(2020), menunjukan ada hubungan antara stres dengan kejadian diabetes

melitus di wilayah kerja Puskesmas Palaran kota Samarinda tahun 2019

dengan nilai p value = 0,005< 0,05 Nilai Odds Ratio (OR) = 3,826.

Selanjutnya penelitian Haskas (2018), yang menyatakan bahwa ada

hubungan antara stres dengan kejadian DM tipe 2 di RSUD Labuang Baji

dengan nilai p-value 0,020 dan nilai OR 3,455 yang artinya orang yang

mengalami stres 3,455 kali lebih berisiko mengalami DM tipe 2


61

dibandingkan dengan orang yang tidak mengalami stres dengan nilai CI

(1,195-9,990).
BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan

kejadian DM di Puskesmas Sawah Lebar Kota Bengkulu Tahun 2021, maka dapat

ditarik kesimpulan :

1. Sebagian besar responden tidak obesitas (normal) di Puskesmas Sawah Lebar

Kota Bengkulu Tahun 2021.

2. Lebih dari sebagian responden tidak hipertensi normal) di Puskesmas Sawah

Lebar Kota Bengkulu Tahun 2021.

3. Lebih dari sebagian responden tidak stres (normal) di Puskesmas Sawah Lebar

Kota Bengkulu Tahun 2021.

5. Tidak ada hubungan yang signifikan antara Obesitas dengan kejadian DM di

Puskesmas Sawah Lebar Kota Bengkulu Tahun 2021.

6. Tidak ada hubungan yang signifikan antara hipertensi dengan kejadian DM di

Puskesmas Sawah Lebar Kota Bengkulu Tahun 2021.

7. Ada hubungan yang signifikan antara stres dengan kejadian DM di Puskesmas

Sawah Lebar Kota Bengkulu Tahun 2021.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka peneliti

menyarankan kepada beberapa pihak terkait sebagai berikut :

67
68

1) Bagi Dinas Kesehatan Kota Bengkulu

Diharapkan puskesmas dapat melakukan koordinasi kepada petugas

kesehatan untuk memberikan penyuluhan atau pendidikan kesehatan mengenai

faktor penyebab DM, pencegahan DM, serta mengajak masyarakat untuk

terlibat aktif dalam mengikuti kegiatan pencegahan DM / Prolanis di

puskesmas.

2) Bagi Puskesmas Sawah Lebar

Diharapkan puskesmas dapat mengoptimalkan dan meningkatkan aktifitas

fisik bagi penderita DM dengan menambah jumlah frekuensi kegiatan senam

lansia diwilayah kerjanya.

3) Bagi FIKES Dehasen

Hasil penelitian ini dapat di gunakan sebagai bahan masukan untuk dapat

terlibat langsung dalam menanggulangi penyakit DM di Puskesmas Sawah

Lebar. Pihak akademik dapat melakukan intervensi melalui kegiatan PBL dan

pengabdian masyarakat.

4) Bagi Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian ini dapat di gunakan sebagai bahan penelitian lebih lanjut

dengan menggunakan variabel-variabel yang belum diteliti dalam penelitian ini

serta dengan metode penelitian dan jumlah sampel yang lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA

Ain Fathmi. 2012. Hubungan Indeks Massa Tubuh dengan Kadar Gula Darah pada
Penderita Diabetes Melitus di Rumah Sakit Umum Daerah Karang anyar.

American Diabetes Association. 2012. Diagnosis and Classfication of Diabetes


Mellitus. Diabetes care, 33 (SUPPL.1)

Australia Institute of Health And Welfare. (2012). Enyclopedia of Health


Contributing to Cronic Disease. Canberra: AIHW.

Darmayanti, Santi. 2015, Diabetes Mellitus dan Pelaksanaan Keperawatan. Nuha


Medika. Yogyakarta

DinKes Kota Bengkulu Tahun. 2020. Profil Kesehatan Kota Bengkulu. Bengkulu:
Dinas Kesehatan Kota Bengkulu.

DinKes Provinsi Bengkulu T. 2019. Profil Kesehatan Provinsi Bengkulu. Bengkulu:


Dinas Kesehatan Kota Bengkulu.

Decroli, E. 2019. Diabetes Mellitus tipe 2. Pusat Penerbitan Bagian Ilmu Penyakit
Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

Haskas, Y. (2018). Faktor Risiko Kejadian Diabetes Melitus Tipe Ii Di Rumah Sakit
Umum Daerah Labuang Baji Makassar. Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis
Volume 12 Nomor 4 Tahun 2018.

Haisa, N., Buton, L. D., & Dode, H. (2019). Faktor Risiko Kejadian Penyakit
Diabetes Mellitus Tipe II di Puskesmas Benu-Benua Kecamatan Kendari Barat
Kota Kendari. Miracle Journal of Public Health, 2(1), 77–90.
http://garuda.ristekdikti.go.id/documents/detail/1082634

International Diabetes Federation. 2019. Bukti Diabetes Menuntut Tindakan Nyata


Dari KTT PBB Mengenai Penyakit Tidak Menular.

Ignatavicius, D. D., Workman, M. L., & Winkelman, C. 2016. Medical


Surgical. Nursing: Patient Centered Collaborative Care (8th
ed.). Missouri: Elsevier.

66
67

Igusti Made Geria Jelantik, Hj. Erna Haryati. 2013. Hubungan Faktor Risiko Umur,
Jenis Kelamin, Kegemukan Dan Hipertensi Dengan Kejadian Diabetes
Mellitus Tipe II di Wilayah Kerja Puskesmas Mataram.
Irawan D. 2010. Prevalensi dan Faktor risiko kejadian diabetes melitus tipe 2 di
daerah urban Indonesia (analisa data sekunder RISKESDAS 2007).
Universitas Indonesia. Fakultas Kesehatan Masyarakat. Depok (Tesis).
Kartikawati. Ch Erni. 2012. Panduan Praktis Kolesterol &Asam Urat. Ungaran: V-
media.

Kementerian Kesehatan RI. Infodatin Pusat Data dan Informasi Kementerian


Kesehatan RI Hari Diabetes Sedunia. 2018

Koes Irianto. 2013. Epidemiologi Penyakit Menular dan Tidak Menular. Penerbit
Alfabeta, Bandung.

Koes Irianto. 2014. Memahami Berbagai Penyakit. Penerbit Alfabeta, Bandung.

Latifah, N., & Nugroho, P. S. 2020. Hubungan Stres Dan Merokok Dengan Kejadian
Diabetes Melitus Di Wilayah Kerja Puskesmas Palaran Kota Samarinda
Tahun 2019. Borneo Student Research (BSR), 1(2), 1243-1248.

Nasution, L. K. 2018. Pengaruh Obesitas Terhadap Kejadian Diabetes Melitus Tipe 2


Pada Wanita Usia Subur Di Wilayah Kerja Puskesmas Pintupadang. Jurnal
Muara Sains, Teknologi, Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, 2(1), 240-246.

Notoatmodjo, S. 2018. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.


Notoatmodjo, S. 2012. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta

PERKENI. 2019. Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus di


Indonesia. Jakarta: PERKERNI.

Price, S.A, dan Wilson, L.M. 2014. Patofisiologi Konsep Klinis Proses‐Proses
Penyakit. Jakarta: EGC.

Profil Puskesmas Sawah Lebar Tahun 2020. Kota Bengkulu.

Radio Putra Wicaksono. 2011. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian


Diabetes Mellitus di Poliklik Studi Penyakit dalam Rumah Sakit Dr. Kariadi
Tahun 2011.

Rosadi, D. 2013. Hubungan Obesitas Dengan Kejadian Diabetes Mellitus Tipe 2 Di


Puskesmas Wates Kabupaten Kulon Progo Tahun 2013. Thesis UGM
68

Shara K, Trisnawati, dkk. 2013. Faktor Risiko Kejadian Diabetes Melitus di


Puskesmas Kecamatan Cengkareng Jakarta Barat tahun 2012. Jurnal
Kesehatan Ilmiah.

Wahyuni, Sri. 2010. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Diabetes Mellitus di


Daerah Perkotaan di Indonesia.

Titik Lestari. 2015. Kumpulan Teori Untuk Kajian Pustaka Penelitian Kesehatan.
Penerbit Nuha Medika. Yogyakarta.
Waani, Oktavia T, dkk. Gambaran Kadar Kolestrol Total Darah Pada Pekerja
Kantor. Jurnal e-biomedik (eBm), Vol. 4, No.2.
WHO. 2016. Global Report on Diabetes.France: World Health Organization.

Widiantini & Tafal. Aktivitas Fisik, Stres, dan Obesitas pada PNS. Kesmas, Jurnal
Kesehatan Masyarakat Nasional Vol. 8, No. 7.
69

L
A
M
P
I
R
A
N
70

Lampiran 1, Lembar Kesediaan Menjadi Responden

KETERANGAN KESEDIAAN MENJADI RESPONDEN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini

Nama responden :

Umur :

Alamat :

Dengan ini telah mendapatkan penjelasan dan akan bersedia untuk

turut berpartisipasi sebagai responden dengan memberikan informasi yang

jujur dan sebenar-benarnya tanpa paksaan dalam kegiatan penelitian yang

berjudul “Analisis Faktor-faktor yang berhubungan dengan Kejadian Diabetes

Mellitus di Wilayah Puskesmas Sawah Lebar Kota Bengkulu” oleh Widya

Sapitri, NPM. 172426021SM mahasiswa Program Studi Ilmu Kesehatan

Masyarakat di Universitas Dehasen Bengkulu. Saya mengetahui bahwa

keterangan yang saya berikan akan bermanfaat bagi penelitian ini.

Responden

( .................. )
71

Lampiran 2. Lembar Permohonan Menjadi Responden

PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Kepada
.....................
di-
Tempat
Dengan Hormat

Saya mahasiswa yang menyelesaikan pendidikan stara-1 (S1)

Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat di Universitas Dehasen Bengkulu.

Sebagai salah satu persyaratan menyelesaikan pendidikan pendidikan stara-1

(S1) Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat setiap mahasiswa diwajibkan

untuk membuat proposal.

Sehubungan dengan hal tersebut di atas, saya bermaksud

mengadakan penelitian dengan judul “Faktor-faktor yang berhubungan

dengan Kejadian Diabetes Mellitus di Wilayah Puskesmas Sawah Lebar Kota

Bengkulu”. Penelitian ini tidak akan menimbulkan akibat buruk maupun

kerugikan bapak/ibu sebagai responden. Semua kerahasiaan informasi yang di

berikan akan dijaga dan digunakan untuk kepentingan penelitian, apabila

bapak/ibu menyetujui, maka degan ini saya mohon kesediaan bapak/ibu untuk

menjawab pertanyaan yang saya ajukan dalam format pengumpulan data. Atas

perhatian dan kerjasama bapak /ibu sebagai responden, saya ucapkan

terimakasih.

Hormat saya
72

Widya Sapitri
172426021 SM
Lampiran 3. Lembar Kuesioner Penelitian

KUESIONER PENELITIAN

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN


DIABETES MELLITUS (DM) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
SAWAH LEBAR KOTA BENGKULU

Petunjuk :
Dibawah ini terdapat beberapa pernyataan yang menggambarkan keadaan diri anda.
Berikan tanda (√ ) pada kotak yang disediakan.
A. Lembar Checklist
1. Nama Responden :
2. Alamat :
3. Usia :
4. Jenis Kelamin :
 Laki-laki        
 Perempuan
5. Pendidikan Terakhir :
 Tidak tamat SD/sederajat
 Tamat SD/sederajat
 Tamat SMP/sederajat
 Tamat SMA/sederajat
 Tamat Diploma/Sarjana
6. IMT
a. BB :
b. TB :
73

B. Stres (instrumen Perceived Stress Scale (PSS))

No Pertanyaan TP Jarang Sering Sering


Sekali
1 Saya merasa sulit untuk bersantai? .
2 Saya merasa sulit untuk beristirahat?
3 Saya merasa kesulitan untuk tenang setelah
sesuatu membuat saya kesal?
4 Saya merasa telah menghabiskan banyak
energi untuk gugup
5 Saya mudah merasa kesal
6 Beban menafkahi keluarga sebagai kepala
keluarga atau beban dirumah sebagai ibu
rumah tangga membuat saya stress?
7 Saya sedang dalam keadaan gugup?
8 Saya merasa bahwa diri saya mudah marah
karena hal-hal sepele?
9 Saya mudah merasa gelisah?
10 Saya cenderung mudah bereaksi berlebihan
terhadap situasi?
11 Saya sering sulit tidur?
12 Masalah ekonomi salah satu faktor beban
pikiran saya
13 Saya tidak dapat memaklumi hal apa pun
yang menghalangi saya untuk
menyelesaikan hal yang sedang saya
lakukan
14 Saya merasa diri saya menjadi tidak sabar
ketika mengalami penundaan (misalnya: lift,
kemacetan lalu lintas, menunggu sesuatu)
Sumber : (Trisnawati, dkk. 2013)

Kategori Penilaian
1. Stress,jika skor kode nya 1(berdasarkan tabel denifisi operasional)
2. Tidak Stress,jika skor kode nya 2(berdasarkan tabel definisi operasional)

C. Kejadian DM

No Variabel Satuan Hasil


1. Hipertensi (≥140/90 mmHg)
2. DM Kadar gula darah
74

sewaktu (≥200 mg/dl)


Sumber : (Trisnawati, dkk. 2013)
Lampiran 4. Master Data Penelitian
MASTER DATA KASUS
 
Kod Kejadia
Obesitas Stres Total Kode
Hipertens e n DM
No Nama Umur JK Pendidikan IMT Kode Kode
i 1 1 1 1
BB TB 1 2 3 4 5 6 7 8 9 12
0 1 3 4
16
1 Tn.Bu 45 L SMP 60 21,8 2 150/90 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 28 2 1 (215)
6 Kasus
16 1 (230)
2 Tn.Ya 64 L SD 55 21 2 180/90 1 2 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 39 1
2 Kasus
16 1 (215)
3 Tn.Dr 71 1 SMP 80 31,3 1 160/90 1 3 3 3 4 4 3 4 3 3 3 3 3 3 3 45 1
0 Kasus
14 1 (215)
4 Ny.Nu 62 P SMP 48 21,6 2 130/90 2 3 2 2 2 2 3 2 2 3 3 3 3 3 1 34 2
9 Kasus
15 1 (225)
5 Ny.Su 55 p SD 50 22,2 2 120/80 2 2 3 3 3 3 3 2 3 3 3 2 3 3 3 39 1
0 Kasus
16 1 (210)
6 Ny.Si 60 P SMA 72 28,1 1 150/90 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 28 2
0 Kasus
15 1 (215)
7 Ny.Mu 72 P SMP 58 25,8 2 120/80 2 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 2 2 39 1
0 Kasus
16 1 (205)
8 Tn.So 66 L SD 55 21,5 2 150/80 1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 40 1
0 Kasus
14 1 (215)
9 Tn.Aw 61 L SD 47 21,2 2 140/90 2 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 2 2 2 2 36 2
9 Kasus
1 15 1 (215)
Ny.Nu 59 P SMA 57 23,7 2 130/80 2 3 3 3 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 32 2
0 5 Kasus
1 14 1 (240)
Ny.Ha 65 P SMA 48 21,6 2 170/80 1 3 3 3 4 4 3 4 3 3 3 3 3 3 3 45 1
1 9 Kasus
1 15 1 (300)
Ny.H 63 P SMA 56 22,4 2 120/80 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 28 2
2 8 Kasus
1 15 1 (215)
Ny.I 48 P SMA 52 22,2 2 140/80 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 40 1
3 3 Kasus
1 16 1 (220)
Tn.Ju 66 P SMP 64 23,8 2 170/80 1 3 3 3 4 4 3 4 3 3 3 3 3 3 3 45 1
4 4 Kasus
1 15 1 (215)
Ny.Su 67 P SD 75 30 1 170/80 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 28 2
5 8 Kasus
1 15 1 (210)
Ny.Nu 61 P SMP 50 22,2 2 130/80 2 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 40 1
6 0 Kasus
1 16 1 (300)
Tn.So 60 L SMP 53 20,2 2 120/80 2 3 3 3 4 4 3 4 3 3 3 3 3 3 3 45 1
7 2 Kasus
1 16 1 (210)
Ny.Er 68 P SD 51 17,9 2 120/80 2 3 3 3 4 4 3 4 3 3 3 3 3 3 3 45 1
8 9 Kasus
1 15 1 (230)
Ny.Ar 48 P SMP 65 26 2 140/90 2 2 2 3 3 3 3 2 3 3 2 3 3 3 3 38 1
9 8 Kasus
2 14 1 (235)
Ny.Mu 64 P SMP 53 24,9 2 171/79 1 3 3 3 4 4 3 4 3 3 3 3 3 3 3 45 1
0 6 Kasus
2 15 1 (218)
Ny.Ra 60 P SMA 50 21,6 2 160/90 1 2 2 3 3 3 3 3 2 3 3 2 3 3 2 37 1
1 2 Kasus
2 14 1 (215)
Ny.Tr 73 P SD 53 23,9 2 140/90 2 3 3 3 2 4 3 2 3 3 3 3 3 2 2 39 1
2 9 Kasus
2 16 1 (250)
Tn.Su 66 L SMP 50 19,5 2 120/80 2 2 3 3 2 3 2 2 3 3 3 2 2 2 2 34 2
3 0 Kasus
2 15 1 (218)
Tn.Ma 60 L SMA 48 20,5 2 140/90 2 2 2 3 3 3 3 3 3 2 2 2 2 2 2 34 2
4 3 Kasus
2 15 1 (210)
Ny.Nu 63 P SD 49 21,8 2 130/80 2 3 3 3 3 2 2 2 3 3 3 2 2 2 2 35 2
5 0 Kasus
2 16 1 (230)
Tn.A 66 L SMA 78 30,1 1 150/79 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 28 2
6 1 Kasus
2 16 1 (205)
Tn.Ru 58 L SMA 54 18,9 2 170/80 1 3 3 3 4 4 3 4 3 3 3 3 3 3 3 45 1
7 9 Kasus
2 15 1 (220)
Ny.Ay 59 P SMA 50 20,8 2 170/90 1 3 3 3 2 2 3 2 3 3 3 3 3 2 2 37 2
8 5 Kasus
2 15 1 (200)
Ny,Er 56 P SMA 58 25,1 2 130/80 2 3 3 3 3 3 2 2 3 3 2 3 3 2 3 38 1
9 2 Kasus
3 16 1 (210)
Tn.Da 71 L SMP 52 19,1 2 140/80 1 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 2 3 3 3 39 1
0 5 Kasus
3 15 1 (200)
Tn.Sa 60 L SMP 79 31,2 1 170/80 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 28 2
1 9 Kasus
3 15 1 (220)
Tn.An 75 L SMP 49 19,4 2 120/80 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 28 2
2 9 Kasus
3 17 1 (215)
Ny,Ni 48 P SMA 56 19,2 2 156/86 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 28 2
3 1 Kasus
3 16 1 (215)
Ny.Wu 68 P SMP 78 30,5 1 120/80 2 3 3 3 4 4 3 4 3 3 3 3 3 3 3 45 1
4 0 Kasus
3 17 1 (218)
Ny.Ra 55 P SMA 92 30 1 120/80 2 3 3 3 4 4 3 4 3 3 3 3 3 3 3 45 1
5 5 Kasus
3 16 1 (210)
Tn.Yb 68 L SD 61 21,9 2 160/90 1 3 2 1 1 1 2 1 1 2 2 2 2 1 1 22 2
6 7 Kasus
3 15 1 (200)
Tn.Da 50 L SMA 53 22,1 2 140/80 2 2 2 3 1 2 2 2 1 2 1 3 2 3 2 28 2
7 5 Kasus
3 16 1 (220)
Tn.Mm 58 L SMA 71 27,7 1 150/90 1 1 1 1 1 1 3 3 2 2 2 2 3 3 2 27 2
8 0 Kasus
3 17 1 (250)
Ny.Mu 72 P SMP 75 26 2 120/80 2 3 3 3 4 4 3 4 3 3 3 3 3 3 3 45 1
9 0 Kasus
4 17 1 (200)
Ny.Ma 57 P SMA 57 19,7 2 120/80 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 28 2
0 0 Kasus
MASTER DATA KONTROL
 
Tota Kejadia
Obesitas Stres Kode Kode
Umu Pendidika IM Kod Hipertens Kod l n DM
No Nama JK
r n T e i e 1 1 1 1 1
BB TB 1 2 3 4 5 6 7 8 9
0 1 2 3 4
1 Ny.Er 56 P SMP 92 167 33 1 120/80 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 28 2 2(195) Kontrol
2 Ny.Yu 58 P SMA 57 148 26 2 150/90 1 1 2 2 1 1 2 1 1 1 1 1 2 1 2 19 2 2(185) Kontrol
3 Ny.Ai 63 P SD 63 153 26,9 2 150/80 1 1 1 2 2 2 1 2 1 2 2 2 1 1 1 21 2 2(190) Kontrol
4 Tn.Ro 52 L SMA 60 170 20,8 2 150/80 1 2 2 2 1 2 1 1 3 2 2 4 2 2 2 28 2 2(140) Kontrol
5 Ny.Tm 70 P SD 72 175 23,5 2 150/80 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 28 2 2(150) Kontrol
6 Ny.Mu 54 P SMP 50 160 19,5 2 155/90 1 2 2 2 1 2 2 1 2 3 2 2 3 2 2 28 2 2(165) Kontrol
7 Ny.Nu 44 P SMA 53 150 23,6 2 150/80 1 2 2 2 1 2 3 2 2 1 2 3 2 2 2 28 2 2(175) Kontrol
8 Tn.Yu 48 P SD 61 176 19,7 2 120/80 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 28 2 2(180) Kontrol
9 Ny.Ar 56 P SMP 92 167 33 1 120/80 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 28 2 2(190) Kontrol
1
Tn.Ma 48 L SMA 58 160 22,7 2 150/80 1 2 1 1 1 1 2 1 3 1 2 2 2 2 2 23 2 2(195)
0 Kontrol
1
Tn.Ja 72 L SD 62 170 21,5 2 150/80 1 2 2 2 1 2 3 2 2 1 2 3 2 2 1 27 2 2(135)
1 Kontrol
1
Tn.Ri 58 L SMA 68 162 25,9 2 145/80 1 2 2 2 1 2 2 2 3 3 3 2 2 2 1 29 1 2(140)
2 Kontrol
1
Tn.Nu 73 L SMP 57 173 19 2 120/80 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 28 2 2(150)
3 Kontrol
1
Ny.El 60 L SD 58 165 21,3 2 135/80 2 2 2 2 2 2 2 3 3 2 2 3 2 2 3 32 1 2(180)
4 Kontrol
1
Tn.Ha 62 L SMP 59 164 21,9 2 150/80 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 3 2 28 2 2(188)
5 Kontrol
1
Ny.Ra 60 P SD 53 160 20,7 2 120/80 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 28 2 2(150)
6 Kontrol
1
Tn.He 62 L SMA 55 159 21,8 2 150/80 1 3 3 3 4 4 3 4 3 3 3 3 3 3 3 45 1 2(185)
7 Kontrol
1 Tn.My 67 L SMA 63 168 22,3 2 140/90 1 2 2 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 38 1 2(125) Kontrol
8
1
Ny.Eh 58 P SMP 53 162 20,2 2 160/80 1 3 3 3 4 4 3 4 3 3 3 3 3 3 3 45 1 2(135)
9 Kontrol
2
Ny.Tm 70 P SD 51 157 20,7 2 120/80 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 28 2 2(160)
0 Kontrol
2
Ny,Ta 60 P SD 57 165 20,9 2 120/80 2 3 3 3 4 4 3 4 3 3 3 3 3 3 3 45 1 2(150)
1 Kontrol
2
Ny.Fa 57 P SMP 57 173 19 2 120/80 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 28 2 2(195)
2 Kontrol
2
Ny.Ro 60 P SMP 52 164 19,3 2 120/80 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 28 2 2(150
3 Kontrol
2
Tn.Db 56 L SMA 53 162 20,2 2 120/80 2 3 3 3 4 4 3 4 3 3 3 3 3 3 3 45 1 2(160)
4 Kontrol
2
Ny.Dh 52 P SMA 57 161 22 2 120/80 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 28 2 2(180)
5 Kontrol
2
Ny.He 55 P SMP 53 160 20,7 2 120/80 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 28 2 2(180)
6 Kontrol
2
Tn.Mu 58 L SMA 98 173 32,7 1 120/80 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 28 2 2(135)
7 Kontrol
2
Ny.Fa 70 P SD 52 164 19,3 2 120/80 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 28 2 2(185)
8 Kontrol
2
Ny.Me 59 P SMP 58 156 23,8 2 120/80 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 28 2 2(190)
9 Kontrol
3
Ny.Lw 62 P SMP 53 155 22,1 2 180/90 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 28 2 2((195)
0 Kontrol
3
Tn.Au 69 L SMA 51 158 20,4 2 120/80 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 28 2 2(180)
1 Kontrol
3
Ny.Ra 53 P SMA 58 155 24,1 2 187/88 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 28 2 2(160
2 Kontrol
3
Ny.Mu 48 P SMA 56 160 21,9 2 120/80 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 42 1 2(185)
3 Kontrol
3
Tn.Zo 60 L SMA 57 165 20,9 2 180/98 1 3 3 3 4 4 3 4 3 3 3 3 3 3 3 45 1 2(175
4 Kontrol
3
Ny.Ah 61 L SMA 49 152 21,2 2 120/80 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 28 2 2(180
5 Kontrol
3
Tn.Y 65 L SMP 52 164 19,3 2 120/80 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 28 2 2(150
6 Kontrol
3
Ny.Ah 74 P SMA 52 164 19,3 2 120/80 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 28 2 2(160
7 Kontrol
3
Tn.Ai 71 L SMA 55 171 18,8 2 120/80 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 28 2 2(189
8 Kontrol
3
Tn.Ai 69 L SMP 50 163 18,8 2 120/80 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 28 2 2(140
9 Kontrol
4
Ny. Bi 55 P SMA 56 158 22,4 2 120/80 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 28 2 2
0 Kontrol

Lampiran 5. Hasil Olah Data Penelitian


Statistics

Stres Kasus Stres Kontrol


N Valid 40 40
Missing 40 40
Mean 36.25 30.30
Median 37.00 28.00
Std. Deviation 6.827 6.607
Minimum 22 19
Maximum 45 45

NPar Tests
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Stres_Kasus Stres_Kontrol
N 40 40
Normal Parametersa Mean 36.25 30.30
Std. Deviation 6.827 6.607
Most Extreme Differences Absolute .162 .411
Positive .162 .411
Negative -.150 -.264
Kolmogorov-Smirnov Z 1.022 2.600
Asymp. Sig. (2-tailed) .247 .000
a. Test distribution is Normal.

Frequency Table
Obesitas
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Obesitas 12 15.0 15.0 15.0
Normal 68 85.0 85.0 100.0
Total 80 100.0 100.0

Hipertensi
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Hipertensi 34 42.5 42.5 42.5
Normal 46 57.5 57.5 100.0
Total 80 100.0 100.0
Stres
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Stres 30 37.5 37.5 37.5
Normal 50 62.5 62.5 100.0
Total 80 100.0 100.0

Kejadian DM
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid DM 40 50.0 50.0 50.0
Normal 40 50.0 50.0 100.0
Total 80 100.0 100.0

Crosstabs

Obesitas * Kejadian DM
Crosstab

Kejadian DM

DM Normal Total
Obesitas Obesitas Count 9 3 12
Expected Count 6.0 6.0 12.0
% within Kejadian_DM 22.5% 7.5% 15.0%
Normal Count 31 37 68
Expected Count 34.0 34.0 68.0
% within Kejadian_DM 77.5% 92.5% 85.0%
Total Count 40 40 80
Expected Count 40.0 40.0 80.0
% within Kejadian_DM 100.0% 100.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. (2-sided) Exact Sig. (2-sided) Exact Sig. (1-sided)
Pearson Chi-Square 3.529 a
1 .060
b
Continuity Correction 2.451 1 .117
Likelihood Ratio 3.670 1 .055
Fisher's Exact Test .115 .057
Linear-by-Linear Association 3.485 1 .062
b
N of Valid Cases 80
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 6,00.
b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

95% Confidence Interval

Value Lower Upper


Odds Ratio for Obesitas
3.581 .891 14.391
(Obesitas / Normal)
For cohort Kejadian_DM = DM 1.645 1.084 2.497
For cohort Kejadian_DM =
.459 .168 1.254
Normal
N of Valid Cases 80
Hipertensi * Kejadian DM

Crosstab

Kejadian DM

DM Normal Total
Hipertensi Hipertensi Count 18 16 34
Expected Count 17.0 17.0 34.0
% within Kejadian_DM 45.0% 40.0% 42.5%
Normal Count 22 24 46
Expected Count 23.0 23.0 46.0
% within Kejadian_DM 55.0% 60.0% 57.5%
Total Count 40 40 80
Expected Count 40.0 40.0 80.0
% within Kejadian_DM 100.0% 100.0% 100.0%
Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. (2-sided) Exact Sig. (2-sided) Exact Sig. (1-sided)
Pearson Chi-Square .205 a
1 .651
b
Continuity Correction .051 1 .821
Likelihood Ratio .205 1 .651
Fisher's Exact Test .821 .411
Linear-by-Linear Association .202 1 .653
b
N of Valid Cases 80
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 17,00.
b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

95% Confidence Interval

Value Lower Upper


Odds Ratio for Hipertensi
1.227 .505 2.982
(Hipertensi / Normal)
For cohort Kejadian_DM = DM 1.107 .715 1.715
For cohort Kejadian_DM =
.902 .574 1.416
Normal
N of Valid Cases 80

Stres * Kejadian DM
Crosstab

Kejadian DM

DM Normal Total
Stres Stres Count 21 9 30
Expected Count 15.0 15.0 30.0
% within Kejadian_DM 52.5% 22.5% 37.5%
Normal Count 19 31 50
Expected Count 25.0 25.0 50.0
% within Kejadian_DM 47.5% 77.5% 62.5%
Total Count 40 40 80
Expected Count 40.0 40.0 80.0
% within Kejadian_DM 100.0% 100.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. (2-sided) Exact Sig. (2-sided) Exact Sig. (1-sided)
Pearson Chi-Square 7.680a 1 .006
b
Continuity Correction 6.453 1 .011
Likelihood Ratio 7.845 1 .005
Fisher's Exact Test .010 .005
Linear-by-Linear Association 7.584 1 .006
b
N of Valid Cases 80
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 15,00.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate

95% Confidence Interval

Value Lower Upper


Odds Ratio for Stres (Stres /
3.807 1.447 10.017
Normal)
For cohort Kejadian_DM = DM 1.842 1.205 2.816
For cohort Kejadian_DM =
.484 .269 .871
Normal
N of Valid Cases 80
Lampiran 6. Surat Izin Penelitian
Lampiran 7. Dokumentasi Penelitian

Dokumentasi penelitian pada responden Dokumentasi penelitian pada responden


Dokumentasi penelitian pada responden Dokumentasi penelitian pada responden

Dokumentasi penelitian pada responden Dokumentasi penelitian pada responden

UNIVERSITAS DEHASEN BENGKULU


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
Jalan Merapi Raya No. 43 Kebun Tebeng Kota Bengkulu 38228
Telp (0736) 21977 Fax. (0736) 20598
KARTU BIMBINGAN SKRIPSI

Nama Mahasiswa : Widya Sapitri


NPM : 172426021SM
Pembimbing Utama : Ns. Berlian Kando Sianipar, S.Kep, M. Kes
Judul Proposal Skripsi : Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian Diabetes Militus di Puskesmas Sawah
Lebar kota Bengkulu.Tahun 2021.

Tanda Tangan
Tanggal Bimbingan Komentar
Pembimbing

Bengkulu, Agustus 2021

Ketua Program Studi,

Fiya Diniarti, SKM, M. Kes


NIDN : 02-0905-8601
UNIVERSITAS DEHASEN BENGKULU
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
Jalan Merapi Raya No. 43 Kebun Tebeng Kota Bengkulu 38228
Telp (0736) 21977 Fax. (0736) 20598

KARTU BIMBINGAN SKRIPSI

Nama Mahasiswa : Widya Sapitri


NPM : 172426021SM
Pembimbing Pendamping : Fery Surahman, SKM, MM
Judul Proposal Skripsi : Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian Diabetes Militus di Puskesmas Sawah
Lebar kota Bengkulu.Tahun 2021.

Tanda Tangan
Tanggal Bimbingan Komentar
Pembimbing

Bengkulu, Agustus 2021


Ketua Program Studi,

Fiya Diniarti, SKM, M. Kes


NIDN : 02-0905-8601

Anda mungkin juga menyukai