Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

LAPORAN PENDAHULUAN
COVID-19

Oleh :

Kelompok 6

- Nafisyatuz Zahra - Sefni Emelia


- Alya Atika Putri - Tri Angella
- Thalya Afifa Azzahra - Cyta Muharammi

KELAS 3B
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS PAHLAWAN TUANKU TAMBUSAI
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
kelapangan dan kemudahan sehingga penyusunan makalah ini dapat terselesaikan
dengan baik dan tepat pada waktunya.
Makalah dengan judul "Covid- 19 “ ini disusun sebagai salah satu syarat untuk
menyelesaikan tugas Mata Kuliah Keperawatan Dasar Dewasa Sistem Kardiovaskular,
Respirasi dan Hematologi. Dalam penyusunan makalah ini tentu tidak terlepas dari
bantuan berbagai pihak, baik langsung maupun tidak langsung. Untuk itu, dalam
kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua
pihak yang terlibat.
Kami menyadari dengan sepenuhnya bahwa makalah ini masih banyak
kekurangan dan kekeliruan, untuk itu kritik dan saran yang konstruktif dari rekan-rekan
pembaca sangat kami harapkan. Akhir kata, semoga Makalah ini bermanfaat bagi
rekanrekan pembaca. Dan semoga kesemuanya ini tercatat sebagai amal ibadah di sisi-
Nya.

Kelompok 6

Bangkinang Kota, 19 Oktober 2022

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii


DAFTAR ISI ........................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1

A. LATAR BELAKANG .................................................................................. 1


B. RUMUSAN MASALAH ............................................................................. 2
C. TUJUAN ...................................................................................................... 3

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................ 4

A. KONSEP DASAR MEDIS ........................................................................... 4


1. DEFINISI ............................................................................................... 4
2. ETOLOGY ............................................................................................. 5
3. PATOFSIOLOGY .................................................................................. 6
4. MANIFESTASI KLINIS ........................................................................ 7
5. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK ........................................................... 8
6. PENATALAKSANAAN ........................................................................ 8
7. KOMPLIKASI ....................................................................................... 9
B. KONSEP DASAR KEPERAWATAN.......................................................... 11
1. PENGKAJIAN ...................................................................................... 11
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN ........................................................... 12
3. INTERVENSI ........................................................................................ 14
4. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI ................................................... 14

BAB III PENUTUP ................................................................................................ 22

A. KESIMPULAN ............................................................................................ 22

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 23

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Corona virus adalah keluarga besar virus yang menyebabkan penyakit mulai dari
gejala ringan sampai berat. Ada setidaknya dua jenis coronavirus yang diketahui
menyebabkan penyakit yang dapat menimbulkan gejala berat seperti Middle East
Respiratory Syndrome (MERS) dan Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS).
Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) adalah penyakit jenis baru yang belum pernah
diidentifikasi sebelumnya pada manusia. Virus penyebab COVID-19 ini dinamakan
Sars-CoV-2. Virus corona adalah zoonosis (ditularkan antara hewan dan manusia).
Penelitian menyebutkan bahwa SARS ditransmisikan dari kucing luwak (civet cats) ke
manusia dan MERS dari unta ke manusia. Adapun, hewan yang menjadi sumber
penularan COVID-19 ini masih belum diketahui.
Tanda dan gejala umum infeksi COVID-19 antara lain gejala gangguan
pernapasan akut seperti demam, batuk dan sesak napas. Masa inkubasi rata-rata 5-6 hari
dengan masa inkubasi terpanjang 14 hari. Pada kasus COVID-19 yang berat dapat
menyebabkan pneumonia, sindrom pernapasan akut, gagal ginjal, dan bahkan kematian.
Tanda-tanda dan gejala klinis yang dilaporkan pada sebagian besar kasus adalah
demam, dengan beberapa kasus mengalami kesulitan bernapas, dan hasil rontgen
menunjukkan infiltrat pneumonia luas di kedua paru.
Pada 31 Desember 2019, WHO China Country Office melaporkan kasus
pneumonia yang tidak diketahui etiologinya di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Cina. Pada
tanggal 7 Januari 2020, Cina mengidentifikasi pneumonia yang tidak diketahui
etiologinya tersebut sebagai jenis baru coronavirus (coronavirus disease, COVID-19).
Pada tanggal 30 Januari 2020 WHO telah menetapkan sebagai Kedaruratan Kesehatan
Masyarakat Yang Meresahkan Dunia/ Public Health Emergency of International
Concern (KKMMD/PHEIC). Penambahan jumlah kasus COVID-19 berlangsung cukup

1
cepat dan sudah terjadi penyebaran antar negara. Sampai dengan tanggal 25 Maret 2020,
dilaporkan total kasus konfirmasi 414.179 dengan 18.440 kematian (CFR 4,4%) dimana
kasus dilaporkan di 192 negara/wilayah. Diantara kasus tersebut, sudah ada beberapa
petugas kesehatan yang dilaporkan terinfeksi.
Pada tanggal 2 Maret 2020, Indonesia melaporkan kasus konfirmasi COVID-19
sebanyak 2 kasus. Sampai dengan tanggal 25 Maret 2020, Indonesia sudah melaporkan
790 kasus konfirmasi COVID-19 dari 24 Provinsi yaitu: Bali, Banten, DIY, DKI
Jakarta, Jambi, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan
Timur, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kep. Riau, Nusa Tenggara Barat,
Sumatera Selatan, Sumatera Utara, Sulawesi Utara, Sulawesi Tenggara, Sulawesi
Selatan, Lampung, Riau, Maluku Utara, Maluku dan Papua. Wilayah dengan transmisi
lokal di Indonesia adalah DKI Jakarta, Banten , Jawa Barat (Kota Bandung, Kab.
Bekasi, Kota Bekasi, Kota Depok, Kab. Bogor, Kab. Bogor, Kab. Karawang), Jawa
Timur (kab. Malang, Kab. Magetan dan Kota Surabaya) dan Jawa Tengah (Kota
Surakarta). Berdasarkan bukti ilmiah, COVID-19 dapat menular dari manusia ke
manusia melalui percikan batuk/bersin (droplet), tidak melalui udara. Orang yang paling
berisiko tertular penyakit ini adalah orang yang kontak erat dengan pasien COVID-19
termasuk yang merawat pasien COVID-19.
Rekomendasi standar untuk mencegah penyebaran infeksi adalah melalui cuci
tangan secara teratur menggunakan sabun dan air bersih, menerapkan etika batuk dan
bersin, menghindari kontak secara langsung dengan ternak dan hewan liar serta
menghindari kontak dekat dengan siapapun yang menunjukkan gejala penyakit
pernapasan seperti batuk dan bersin. Selain itu, menerapkan Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi (PPI) saat berada di fasilitas kesehatan terutama unit gawat
darurat.
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja Konsep Dasar Medis Covid- 19; definisi, etiology, patofisiologi,
manifestasi klinis, pemeriksaan diagnostik,penatalaksanaan, dan komplikasi.
2. Bagaimana Asuhan Keperawatan pasien Covid- 19 ?

2
C. Tujuan masalah
1. Untuk mengetahui konsep dasar medis Covid- 19.
2. Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan Covid- 19.

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep Dasar Covid- 19


1. Definisi

Covid-19 merupakan singkatan dari Coronavirus disease 2019 adalah penyakit


jenis baru yang disebabkan oleh virus Severe Acute Respiratory Syndrome
Coronavirus-2 (SARS-Cov-2) yang sebelumnya disebut Novel Coronavirus (2019-
nCov). Virus baru ini sangat menular dan cepat menyebar secara global. Infeksi
coronavirus ditandai dengan demam dan gejala pernapasan seperti batuk, sesak napas,
dan kesulitan bernapas. Pada kondisi parah dapat menyebabkan pneumonia, sindrom
pernapasan akut, gagal ginjal, bahkan kematian.
Kasus penyakit ini bermula dari penemuan kasus pneumonia dengan etiologi
tidak jelas di Wuhan, Provinsi Hubei, Cina yang diinformasikan WHO pada 31
Desember 2019. Kasus penyakit tersebut terus berkembang dan dilaporkan
menyebabkan kematian serta menyebar ke luar Cina. Sesuai dengan International
Health Regulation 2005, pada tanggal 30 Januari 2020 WHO menyatakan wabah ini
sebagai Public Health Emergency of International Concern (PHEIC) atau kita sebut
sebagai Kedaruratan Kesehatan Masyarakat yang Meresahkan Dunia/KKMMD karena
telah menyebar ke 18 negara dengan 4 negara yang melaporkan transmisi ke manusia.
Pada perkembangan selanjutnya Covid-19 menyebar ke 114 negara sehingga pada
tanggal 11 Maret 2020 WHO menetapkan sebagai pandemik. SARS-Cov-2 ditetapkan
oleh International Committee on Taxonomy of Viruses (ICTV) dan diumumkan sebagai
nama virus baru pada tanggal 11 Februari 2020. Karena berdasarkan hasil analisis
filogenik, coronavirus yang menyebabkan Covid-19 adalah betacoronavirus, subgenus
yang sama dengan SARS tetapi dalam clade yang berbeda. Struktur wilayah gen
pengikat reseptor sangat mirip dengan coronavirus SARs.

4
Virus ini juga terbukti menggunakan reseptor yang sama yaitu Angiotensin
Converting Enzim- 2 (ACE2) untuk entri sel. Dalam analisis filogenetik dari 103 strain
SARS-Cov-2 dari Tiongkok ada 2 jenis SARS-Cov-2 yaitu tipe L (mendominasi selama
hari-hari awal epidemi di Tiongkok tetapi menyumbang proporsi strain yang lebih
rendah di luar wuhan) dan tipe S. (Kenneth McIntosh, 2020).

2. Etiology
Penyebab COVID-19 adalah virus yang tergolong dalam family coronavirus.
Coronavirus merupakan virus RNA strain tunggal positif, berkapsul dan tidak
bersegmen. Terdapat 4 struktur protein utama pada Coronavirus yaitu: protein N
(nukleokapsid), glikoprotein M (membran), glikoprotein spike S (spike), protein E
(selubung). Coronavirus tergolong ordo Nidovirales, keluarga Coronaviridae.
Coronavirus ini dapat menyebabkan penyakit pada hewan atau manusia. Terdapat 4
genus yaitu alphacoronavirus, betacoronavirus, gammacoronavirus, dan
deltacoronavirus. Sebelum adanya COVID-19, ada 6 jenis coronavirus yang dapat
menginfeksi manusia, yaitu HCoV-229E (alphacoronavirus), HCoV-OC43
(betacoronavirus), HCoVNL63 (alphacoronavirus) HCoV-HKU1 (betacoronavirus),
SARS-CoV (betacoronavirus), dan MERS-CoV (betacoronavirus).
Coronavirus yang menjadi etiologi COVID-19 termasuk dalam genus
betacoronavirus, umumnya berbentuk bundar dengan beberapa pleomorfik, dan
berdiameter 60-140 nm. Hasil analisis filogenetik menunjukkan bahwa virus ini masuk
dalam subgenus yang sama dengan coronavirus yang menyebabkan wabah SARS pada
2002-2004 silam, yaitu Sarbecovirus. Atas dasar ini, International Committee on
Taxonomy of Viruses (ICTV) memberikan nama penyebab COVID-19 sebagai SARS-
CoV-2.
Belum dipastikan berapa lama virus penyebab COVID-19 bertahan di atas
permukaan, tetapi perilaku virus ini menyerupai jenis-jenis coronavirus lainnya.
Lamanya coronavirus bertahan mungkin dipengaruhi kondisi-kondisi yang berbeda
(seperti jenis permukaan, suhu atau kelembapan lingkungan). Penelitian (Doremalen et
al, 2020) menunjukkan bahwa SARS-CoV-2 dapat bertahan selama 72 jam pada

5
permukaan plastik dan stainless steel, kurang dari 4 jam pada tembaga dan kurang dari
24 jam pada kardus. Seperti virus corona lain, SARS-COV-2 sensitif terhadap sinar
ultraviolet dan panas. Efektif dapat dinonaktifkan dengan pelarut lemak (lipid solvents)
seperti eter, etanol 75%, ethanol, disinfektan yang mengandung klorin, asam
peroksiasetat, dan khloroform (kecuali khlorheksidin).

3. Patofisiologi
Kebanyakan Coronavirus menginfeksi hewan dan bersirkulasi di hewan.
Coronavirus menyebabkan sejumlah besar penyakit pada hewan dan kemampuannya
menyebabkan penyakit berat pada hewan seperti babi, sapi, kuda, kucing dan ayam.
Coronavirus disebut dengan virus zoonotik yaitu virus yang ditransmisikan dari hewan
ke manusia. Banyak hewan liar yang dapat membawa patogen dan bertindak sebagai
vektor untuk penyakit menular tertentu. Kelelawar, tikus bambu, unta dan musang
merupakan host yang biasa ditemukan untuk Coronavirus. Coronavirus pada kelelawar
merupakan sumber utama untuk kejadian severe acute respiratorysyndrome (SARS) dan
Middle East respiratory syndrome (MERS) (PDPI, 2020).
Coronavirus hanya bisa memperbanyak diri melalui sel host-nya. Virus tidak
bisa hidup tanpa sel host. Berikut siklus dari Coronavirus setelah menemukan sel host
sesuai tropismenya. Pertama, penempelan dan masuk virus ke sel host diperantarai
oleh Protein S yang ada dipermukaan virus. Protein S penentu utama dalam
menginfeksi spesies host-nya serta penentu tropisnya (Wang, 2020). Pada studi SARS-
CoV protein S berikatan dengan reseptor di sel host yaitu enzim ACE-2 (angiotensin-
converting enzyme 2). ACE-2 dapat ditemukan pada mukosa oral dan nasal, nasofaring,
paru, lambung, usus halus, usus besar, kulit, timus, sumsum tulang, limpa, hati, ginjal,
otak, sel epitel alveolar paru, sel enterosit usus halus, sel endotel arteri vena, dan sel otot
polos.
Setelah berhasil masuk selanjutnya translasi replikasi gen dari RNA genom
virus. Selanjutnya replikasi dan transkripsi dimana sintesis virus RNA melalui translasi
dan perakitan dari kompleks replikasi virus. Setelah terjadi transmisi, virus masuk ke
saluran napas atas kemudian bereplikasi di sel epitel saluran napas atas (melakukan

6
siklus hidupnya). Setelah itu menyebar ke saluran napas bawah. Pada infeksi akut
terjadi peluruhan virus dari saluran napas dan virus dapat berlanjut meluruh beberapa
waktu di sel gastrointestinal setelah penyembuhan. Masa inkubasi virus sampai muncul
penyakit sekitar 3-7 hari (PDPI, 2020).

4. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinik paling serius dari Covid-19 adalah pneumonia yang ditandai
terutama dengan demam, batuk, sesak napas dan infiltrate di kedua paru pada
pemeriksaan chest imaging. Tidak ada gambaran klinis spesifik yang dapat
membedakan penyakit ini dengan infeksi pernapasan virus lainnya.
Hasil penelitian dari 138 pasien dengan pneumonia Covid-19 di Wuhan. Gejala
klinis yang umum pada awal penyakit adalah demam (99%), kelelahan dalam (70%),
batuk kering (59%), anoreksia (40%), myalgia (35%), dispnea (31%), produksi dahak
(27%). Dalam penelitian lain, demam dilaporkan pada hampir semua pasien tetapi
sekitar 20% memiliki demam dengan tingkat sangat rendah (<38 C). Gejala lain adalah
sakit kepala, sakit tenggorokan dan rhinorea. Gejala gastrointestinal seperti mual dan
diare juga dilaporkan pada beberapa pasien tetapi relative jarang terjadi.
Spektrum klinis Covid-19 bervariasi mulai dari tanpa gejala/asimptomatik
sampai kondisi klinis berat yang ditandai kegagalan pernapasan yang membutuhkan
ventilasi mekanis dan perawatan di ICU hingga manifestasi multi organ dan sistemik,
sepsis, syok septic dan sindrom disfungsi multiorgan. Penulis laporan Pusat
pengendalian dan Pencegahan Penyakit Tiongkok, membagi manifestasi klinis penyakit
Covid-19 berdasarkan tingkat keparahan sebagai berikut:
a. penyakit: ringan (non pneumonia atau pneumonia ringan) terjadi pada 81%
kasus.
b. penyakit berat (dispnea, frekuensi pernapasan >30x/menit, saturasi
oksigen/SpO2 < 93%, rasio PaO2/FiO2 < 300 dan atau infiltrat paru > 50%
dalam 24-48 jam), terjadi pada 14% kasus.
c. Penyakit kritis (gagal napas, syok septik atau disfungsi multiorgan) yang terjadi
pada 5% kasus.

7
Tingkat fatalitas kasus secara keseluruhan adalah 2,3%. Pada kasus-kasus non
kritis tidak dilaporkan ada kematian. Menurut WHO, tingkat fatalitas kasus berkisar
5,8% di Wuhan hingga 0,7% di seluruh Tiongkok. Sebagian besar kasus fatal terjadi
pada pasien usia lanjut atau komorbiditas medis yang mendasari di antaranya penyakit
kardiovaskuler, diabetes mellitus, penyakit paru-paru kronis, hipertensi, dan kanker.

5. Pemeriksaan Diagnostik
1) Pemeriksaan radiologi: foto toraks, CT-scan toraks, USG toraks. Pada pencitraan
dapat menunjukkan: opasitas bilateral, konsolidasi subsegmental, lobar atau
kolaps paru atau nodul, tampilan groundglass.
2) Pemeriksaan spesimen saluran napas atas dan bawah . Saluran napas atas
dengan swab tenggorok(nasofaring dan orofaring). Saluran napas bawah sputum,
bilasan bronkus, BAL, bila menggunakan endotrakeal tube dapat berupa aspirat
endotrakeal
3) Bronkoskopi Pungsi pleura sesuai kondisi
4) Pemeriksaan kimia darah
5) Biakan mikroorganisme dan uji kepekaan dari bahan saluran napas (sputum,
bilasan bronkus, cairan pleura) dan darah Kultur darah untuk bakteri dilakukan,
idealnya sebelum terapi antibiotik. Namun, jangan menunda terapi antibiotik
dengan menunggu hasil kultur darah).
6) Pemeriksaan feses dan urin (untuk investasigasi kemungkinan penularan).

6. Penatalaksanaan
1) Isolasi pada semua kasus .
2) Sesuai dengan gejala klinis yang muncul, baik ringan maupun sedang.
3) Implementasi pencegahan dan pengendalian infeksi
4) Serial foto toraks untuk menilai perkembangan penyakit
5) Suplementasi oksigen. Pemberian terapi oksigen segera kepada pasien dengan,
distress napas, hipoksemia atau syok. Terapi oksigen pertama sekitar 5L/menit

8
dengan target SpO2 ≥90% pada pasien tidak hamil dan ≥ 92-95% pada pasien
hamil
6) Kenali kegagalan napas hipoksemia berat
7) Terapi cairan.Terapi cairan konservatif diberikan jika tidak ada bukti syok
Pasien dengan SARs harus diperhatikan dalam terapi cairannya, karena jika
pemberian cairan terlalu agresif dapat memperberat kondisi distress napas atau
oksigenasi. Monitoring keseimbangan cairan dan elektrolit .
8) Pemberian antibiotik empiris
9) Terapi simptomatik . Terapi simptomatik diberikan seperti antipiretik, obat
batuk dan lainnya jika memang diperlukan.
10) Pemberian kortikosteroid sistemik tidak rutin diberikan pada tatalaksana
pneumonia viral atau ARDS selain ada indikasi lain.
11) Observasi ketat
12) Pahami komorbid pasien.
Saat ini belum ada penelitian atau bukti talaksana spesifik pada COVID-19.
Belum ada tatalaksana antiviral untuk infeksi Coronavirus yang terbukti efektif. Pada
studi terhadap SARSCoV, kombinasi lopinavir dan ritonavir dikaitkan dengan memberi
manfaat klinis. Saat ini penggunaan lopinavir dan ritonavir masih diteliti terkait
efektivitas dan keamanan pada infeksi COVID-19. Tatalaksana yang belum teruji /
terlisensi hanya boleh diberikan dalam situasi uji klinis yang disetujui oleh komite etik
atau melalui Monitored Emergency Use of Unregistered Interventions Framework
(MEURI), dengan pemantauan ketat. Selain itu, saat ini belum ada vaksin untuk
mencegah pneumonia COVID-19 ini (PDPI, 2020).

7. Komplikasi
Komplikasi utama pada pasien COVID-19 adalah ARDS, tetapi Yang, dkk.
menunjukkan data dari 52 pasien kritis bahwa komplikasi tidak terbatas ARDS,
melainkan juga komplikasi lain seperti gangguan ginjal akut (29%), jejas kardiak
(23%), disfungsi hati (29%), dan pneumotoraks (2%). Komplikasi lain yang telah

9
dilaporkan adalah syok sepsis, koagulasi intravaskular diseminata (KID),
rabdomiolisis, hingga pneumomediastinum.
Pankreas Liu, dkk. menunjukkan bahwa ekspresi ACE2 di pankreas tinggi dan
lebih dominan di sel eksokrin dibandingkan endokrin. Hal ini juga diperkuat data
kejadian pankreatitis yang telah dibuktikan secara laboratorium dan radiologis. Bila ini
memang berhubungan, maka perlu perhatian khusus agar tidak berujung pada
pankreatitis kronis yang dapat memicu inflamasi sistemik dan kejadian ARDS yang
lebih berat. Namun, peneliti belum dapat membuktikan secara langsung apakah SARS-
CoV-2 penyebab kerusakan pankreas karena belum ada studi yang menemukan asam
nukleat virus di pankreas.
Miokarditis, miokarditis fulminan telah dilaporkan sebagai komplikasi COVID-
19. Temuan terkait ini adalah peningkatan troponin jantung, myoglobin, dan n-terminal
brain natriuretic peptide. Pada pemeriksaan lain, dapat ditemukan hipertrofi ventrikel
kiri, penurunan fraksi ejeksi, dan hipertensi pulmonal. Miokarditis diduga terkait
melalui mekanisme badai sitokin atau ekspresi ACE2 di miokardium.
Kerusakan Hati. Peningkatan transaminase dan biliriubin sering ditemukan,
tetapi kerusakan liver signifikan jarang ditemukan dan pada hasil observasi jarang yang
berkembang menjadi hal yang serius. Keadaan ini lebih sering ditemukan pada kasus
COVID-19 berat. Elevasi ini umumnya maksimal berkisar 1,5 - 2 kali lipat dari nilai
normal. Terdapat beberapa faktor penyebab abnormalitas ini, antara lain kerusakan
langsung akibat virus SARS-CoV-2, penggunaan obat hepatotoksik, ventilasi mekanik
yang menyebabkan kongesti hati akibat peningkatan tekanan pada paru.

10
B. Konsep Dasar Keperawatan

1. Pengkajian
a. Lakukan pengkajian pada saat triase primer meliputi:
- gejala gangguan pernapasan akut seperti demam, batuk dan sesak napas,
sakit tenggorokan,
- riwayat perjalanan atau tinggal di luar negeri yang melaporkan transmisi
local dalam 14 hari terakhir sebelum timbul gejala,
- riwayat perjalanan ke wilayah terjangkit COVID-19 di Indonesia dalam
14 hari terakhir sebelum timbul gejala dan
- riwayat kontak dengan kasus konfirmasi atau kemungkinan COVID-19
dalam 14 hari terakhir sebelum timbul gejala.
b. Lakukan pemeriksaan awal (primary survey)meliputi jalan napas ,pernapasan
(meliputi irama, kedalaman, frekuensi, dan suara napas) sirkulasi, kesadaran dan
exposure (ABCDE)
c. Lakukan pengkajian tanda-tanda vital yang meliputi:
- tingkat kesadaran
- tekanan darah
- frekuensi nadi
- frekuensi nafas
- suhu
- saturasi oksigen
d. Lakukan pemeriksaan sekunder (secondary survey) meliputi pemeriksaan fisik
head to toe dan pemeriksaan riwayat alergi makanan, obat dan sebagainya
(AMPLE).
e. Lakukan pengkajian psikososial meliputi kecemasan dan distress.
f. Lakukan pemeriksaan rontgen dan pemeriksaan laboratorium .

11
2. Analisa Data dan Diagnosa Keperawatan

Data focus (subjektif


Penyebab Masalah
dan objektif )
DS : klien mengatakan Proses infeksi dan Bersihan jalan nafas tidak
sesak napas. hipersekresi jalan napas efektif b/d prose infeksi dan
DO : hipersekresi jalan napas
-tidak mampu batuk
-sputum berlebih
- mengi, wheezing dan
ronkhi
-pola napas berubah

DS : Perubahan membrane Gangguan pertukaran gas b/d


-klien mengatakan alveolus kapiler perubahan mebran alveolus
sesak napas (dipsnea) kapiler

DO :
-tampak gelisah
-PCO2 meningkat
-PO2 menurun
-PH abnormal
-bunyi napas tambahan
-pola napas abnormal
DS : Gangguan metabolisme Gangguan ventilasi spontan
- dan kelelahan otot b/d Gangguan metabolisme
DO : pernafasan dan kelelahan otot
-PCO2 meningkat pernafasan
-PO2 menurun
- volume tidal

12
menurun
- penggunaan otot
bantu nafas meningkat
DS : Ancaman kematian dan Ansietas b/d Ancaman
Klien merasa khawatir krisis situsional kematian dan krisis
dan merasa bingung situsional
DO :
-tampak gelisah
-tampak tegang
- sulit tidur
DS: Hipoksia, sepsis dan Risiko syok b/d hipoksia,
DO: SIRS sepsis , sindrom respon
Tekanan arteri PS inflamasi sistemik (SIRS)
membaik
-Tekanan darah tidak
normal
-Frekuensi nadi
menurun
- Frekuensi nafas
abnormal
-tidak sadarkan diri
Faktor risiko:
-hipoksia
-sepsis
- sindrom respon
inflamasi sistemik
-hipotensi

13
3. Diagnosa Keperawatan

NO. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Bersihan jalan nafas tidak efektif b/d prose infeksi dan hipersekresi jalan
napas

2. Gangguan pertukaran gas b/d perubahan mebran alveolus kapiler

3. Gangguan ventilasi spontan b/d Gangguan metabolisme dan kelelahan otot


pernafasan

4. Ansietas b/d Ancaman kematian dan krisis situsional

5. Risiko syok b/d hipoksia, sepsis , sindrom respon inflamasi sistemik (SIRS)

4. Intervensi atau Rencana Keperawatan

No. Diagnosa SLKI SIKI


keperawatan (SDKI)
1. Bersihan jalan nafas Setelah dilakukan 1.manajemen jalan napas
tidak efektif b/d prose intervensi Observasi
infeksi dan hipersekresi keperawatan selama - Monitor pola nafas
jalan napas. 1 x 24 Jam maka (frekuensi, kedalaman,
bersihan jalan nafas usaha nafas)
Defenisi : meningkat dengan - Monitor bunyi nafas
ketidakmampuan kriteria hasil: tambahan (gurgling,
membersihkan secret 1. dipsnea menurun mengi, wheezing,
atau obstruksi jalan 2. Produksi sputum ronkhi)
napas untuk menurun - Monitor sputum
mempertahankan jalan 3. Mengi; Whezing; (jumlah, warna, aroma)
napas tetap paten. Ronkhi menurun
4. frekuensi napas Teraupetik
membaik - Posisikan semifowler
5. pola napas atau fowler
membaik - Berikan minum hangat
- Lakukan penghisapan
lendir kurang dari 15
detik

14
Edukasi
- Anjurkan asupan
cairan 2000 ml/hari →
Jika tidak ada
kontraindikasi

Kolaborasi
- Kolaborasikan
pemberian terapi
mukolitik atau
ekspektoran atau
bronkodilator → Jika
perlu
2. Gangguan pertukaran Setelah dilakukan 1. pemantauan respirasi
gas b/d perubahan intervensi Observasi
mebran alveolus keperawatan selama - Monitor frekuensi,
kapiler. 12 Jam maka, irama, kedalaman, dan
pertukaran gas upaya nafas
Definisi : kelebihan meningkat dengan - Monitor pola nafas
atau kekurangan kriteria hasil: (seperti bradypnea,
oksigenasi atau 1. dipsnea menurun takipnea, hiperventilasi,
eliminasi 2. bunyi napas kussmaul, Cheyne-
karbondioksida pada tambahan stokes, biot, ataksik)
membran alveolus- menurun - Monitor saturasi oksigen
kapiler. 3. PCO2 membaik - Monitor nilai AGD
4. PO2 membaik
5. pola napas Teraupetik
membaik. - Dokumentasikan hasil
6. gelisah menurun pemantauan

Edukasi
- Informasikan hasil
pemantauan → Jika
perlu

2. terapi oksigen
Obervasi
- Monitor kecepatan aliran
oksigen
- Monitor efektifitas terapi
oksigen (seperti
oksimetri, Analisa Gas
Darah)
- Monitor integritas

15
mukosa hidung akibat
pemasangan oksigen

Teraupetik
- Bersihkan secret pada
mulut, hidung, dan
trakea → Jika perlu
- Gunakan oksigen yang
sesuai dengan tingkat
mobilitas klien

Kolaborasi
- Kolaborasi penentuan
dosis oksigen
3. Gangguan ventilasi Setelah dilakukan 1. dukungan ventilasi
spontan b/d Gangguan intervensi Observasi
metabolisme dan keperawatan selama ▪ Identifikasi adanya
kelelahan otot 2 Jam maka, kelelahan otot bantu nafas
pernafasan. ventilasi spontan ▪ Monitor status respirasi
meningkat dengan dan oksigenasi (misalnya
Defenisi : penurunan kriteria hasil: frekuensi dan kedalaman
cadangan energy yang 1. volume tidal nafas, penggunaan otot
mengakibatkan individu meningkat bantu nafas, bunyi nafas
tidak mampu bernafas 2. dipsnea menurun tambahan, saturasi
secara adekuat. 3. PaO2 membaik oksigen)
(>80 mmHg)
4. PaCO2 Teraupetik
membaik(35-45 ▪ Pertahankan kepatenan
mmHg) jalan nafas
5. penggunaan otot ▪ Berikan posisi
bantu napas semifowler atau fowler
menurun ▪ Berikan oksigenasi
sesuai kebutuhan
(misalnya nasal kanul,
masker wajah, masker
rebreathing atau
non rebreathing).
▪ Gunaksn bag-valve mask
→ jika perlu

Kolaborasi
▪ Kolaborasikan pemberian
brokhodilator → jika perlu

16
Ansietas b/d Ancaman Setelah dilakukan 1. dukungan ansietas
4. kematian dan krisis intervensi Observasi
situsional. keperawatan selama ▪ Monitor tanda-tanda
1 x 24 Jam maka ansietas (verbal dan non
Defenisi : kondisi tingkat ansietas verbal)
emosi dan pengalaman menurun
subjektif individu dengan kriteria hasil: Teraupetik
terhadap objek yang 1. Verbalisasi ▪ Pahami situasi yang
tidak jelas dan spesifik kebingungan membuat ansietas
akibat antisipasi bahaya menurun ▪ Dengarkan dengan penuh
yang memungkinkan 2. Verballisasi perhatian
individu melakukan khawatir akibat ▪ Tempatkan barang
tindakan untuk kondisi yang pribadi yang memberikan
menghadapi ancaman. dihadapi menurun kenyamanan
3. Perilaku gelisah ▪ Diskusikan perencanaan
menurun realistis tentang peristiwa
4. Perilaku tegang yang akan dating
menurun
Edukasi
▪ Informasikan secara
factual mengenai
diagnosis, pengobatan, dan
prognosis
▪ Latih penggunaan
mekanisme pertahanan diri
yang tepat
▪ Latih Teknik relaksasi
5. Risiko syok b/d Setelah dilakukan 1. pencegahan syok
hipoksia, sepsis , intervensi Observasi
sindrom respon keperawatan selama ▪ Monitor status
inflamasi sistemik 30 menit maka kardiopolmunal (frekuensi
(SIRS) tingkat syok dan kekuatan nadi,
menurun dengan frekuensi nafas, tekanan
Defenisi : berisiko kriteria hasil: darah,
mengalami 1. Tekanan arteri MAP)
ketidakcukupan aliran rata-rata membaik ▪ Monitor status oksigenasi
darah ke jaringan tubuh (dalam batas normal) (oksimetri nadi, AGD)
,yang dapat 2. Tekanan darah ▪ Monitor status cairan
mengakibatkan sistolik membaik (masukan dan haluaran,
disfungsi seluler yang (dalam batas normal) turgor kulit, CRT)
mengancam jiwa. 3. Tekanan diastolic ▪ Monitor tingkat
membaik (dalam kesadaran dan respon
batas normal) pupil
4. Frekuensi nadi

17
membaik (dalam Teraupetik
batas normal) ▪ Berikan oksigen untuk
5. Frekuensi nafas mempertahankan sturasi
membaik (dalam oksigen >94%
batas normal) ▪ Persiapkan intubasi dan
6. Tingkat kesadaran ventilasi mekanis, jika
membaik (dalam perlu
batas normal / GCS
E4V5M6 / Kompos Edukasi
Mentis -menjelaskan tanda dan
gejala awal syok

Kolaborasi
▪ Kolaborasi pemberian
intravena, jika perlu

5. Implementasi dan Evaluasi

No. Diagnosa Implementasi Evaluasi


keperawatan
1. Bersihan jalan nafas 1.Memanajemen jalan napas S : PS. mengatakan
tidak efektif b/d Observasi nafas nya tidak sesak
proses infeksi dan ▪ Memonitori pola nafas lagi.
hipersekresi jalan (frekuensi, kedalaman,
napas. usaha nafas) O : -PS. Sudah
▪ Memonitori bunyi nafas mampu batuk dengan
tambahan ( mengi, normal.
wheezing, ronkhi) -produksi sputum PS
▪ Memonitor sputum menurun
(jumlah, warna, aroma) - mengi, wheezing
dan ronkhi sudah
Teraupetik tidak ada atau
▪ Memposisikan klien sembuh
semifowler atau fowler -pola napas kembali
▪ Memerikan minum hangat normal
kepada klien
▪ Melakukan penghisapan A : Masalah bersihan
lendir kurang dari 15 detik jalan nafas sudah
teratasi semua.
Edukasi
▪ Menganjurkan asupan P: Intervensi tidak
cairan 2000 ml/hari → Jika dilanjutkan
tidak ada kontraindikasi

18
Kolaborasi
▪ Mengolaborasikan
pemberian terapi a
ekspektoran
2. Gangguan pertukaran 1. Memantauan respirasi S : PS mengatakan
gas b/d perubahan Mengobservasi tidak sesak napas
mebran alveolus ▪ Memonitori frekuensi, lagi.
kapiler. irama, kedalaman, dan
upaya nafas O:
▪ Memonitori pola nafas -bunyi napas
(seperti bradypnea, tambahan PS sudah
takipnea, hiperventilasi, hilang
kussmaul, Cheyne-stokes, -PCO2 membaik
biot, - PO2 membaik
ataksik) - pola napas PS
▪ Memonitori saturasi kembali normal
oksigen -PS sudah tidak
▪ Memonitori nilai AGD gelisah

Teraupetik A : Masalah
▪ Mendokumentasikan hasil gangguan pertukaran
pemantauan gas sudah sembuh

Edukasi P : Intervensi tidak


▪ Menginformasikan hasil dilanjutkan
pemantauan

2. terapi oksigen
Mengobservasi
▪ Memonitori kecepatan
aliran oksigen
▪ Memonitori efektifitas
terapi oksigen (seperti
oksimetri, Analisa Gas
Darah)
▪ Memonitori integritas
mukosa hidung akibat
pemasangan oksigen

Teraupetik
▪ Membersihkan secret pada
mulut, hidung, dan trakea
▪ Mengunakan oksigen yang

19
sesuai dengan tingkat
mobilitas klien

Kolaborasi
▪ Mengolaborasi penentuan
dosis oksigen

3. Gangguan ventilasi 1. dukungan ventilasi S:-


spontan b/d Observasi O :PCO2 membaik
Gangguan ▪ Mengidentifikasi adanya -PO2 membaik
metabolisme dan kelelahan otot bantu nafas - volume tidal normal
kelelahan otot ▪ Memonitori status - sudah tidak
pernafasan. respirasi dan oksigenasi ( menggunakan otot
frekuensi dan kedalaman bantu nafas
nafas, penggunaan otot
bantu nafas, bunyi nafas A : Masalah
tambahan, saturasi oksigen) gangguan ventilasi
spontan sudah
Teraupetik teratasi
▪ Mempertahankan
kepatenan jalan nafas P : Intervensi tidak
▪ Memberikan posisi dilanjutkan
semifowler atau fowler
▪ Memberikan oksigenasi
sesuai kebutuhan ( nasal
kanul, ).

4. Ansietas b/d 1. dukungan ansietas S : PS mengatakan


Ancaman kematian Observasi tidak khawatir dan
dan krisis situsional ▪ Memonitori tanda-tanda merasa bingung lagi
ansietas (verbal dan non
verbal) O : PS
- tidak gelisah
Teraupetik -tidak tegang
▪ Memahami situasi yang - PS sudah bisa tidur
membuat ansietas
▪ Mendengarkan dengan A: Masalah ansietas
penuh perhatian sudah teratasi
▪ Menempatkan barang
pribadi yang memberikan P: intervensi tidak
kenyamanan dilnjutkan
▪ Mendiskusikan
perencanaan realistis

20
tentang peristiwa yang akan
dating

Edukasi
▪MengInformasikan secara
factual mengenai diagnosis,
pengobatan, dan prognosis
▪ Melatih penggunaan
mekanisme pertahanan diri
yang tepat
▪ Melatih Teknik relaksasi
5. Risiko syok b/d 1. pencegahan syok S:-
hipoksia, sepsis , Observasi
sindrom respon ▪ Memonitori status O:
inflamasi sistemik kardiopolmunal (frekuensi - Tekanan arteri PS
(SIRS) dan kekuatan nadi, membaik
frekuensi nafas, tekanan -Tekanan darah
darah, sistolik normal
MAP) -Tekanan diastolic
▪ Memonitori status normal
oksigenasi (oksimetri nadi, -Frekuensi nadi
AGD) normal
▪ Memonitori status cairan - Frekuensi
(masukan dan haluaran, nafasnormal
turgor kulit, CRT) -Tingkat kesadaran
▪ Memonitori tingkat normal / GCS
kesadaran dan respon pupil E4V5M6 / Kompos
Mentismasi sistemik
Teraupetik
▪ Memberikan oksigen A: masalah risiko
untuk mempertahankan syok teratasi
sturasi oksigen >94%
▪ Mempersiapkan intubasi P: Intervensi tidak
dan ventilasi mekanis, jika dilanjutkan
perlu

Edukasi
-menjelaskan tanda dan
gejala awal syok

Kolaborasi
▪ Mengolaborasi pemberian
intravena,

21
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
COVID-19 adalah penyakit baru yang telah menjadi pandemi. Penyakit ini
harus diwaspadai karena penularan yang relatif cepat, memiliki tingkat mortalitas yang
tidak dapat diabaikan, dan belum adanya terapi definitif. Masih banyak knowledge gap
dalam bidang ini sehingga diperlukan studi-studi lebih lanjut.
Virus ini bermula di Wuhan, China pada 31 Desember 2019. Virus yang
merupakan virus RNA strain tunggal positif ini menginfeksi saluran pernapasan.
Penegakan diagnosis dimulai dari gejala umum berupa demam, batuk dan sulit
bernapas hingga adanya kontak erat dengan negara-negara yang sudah terifinfeksi.
Pengambilan swab tenggorokan dan saluran napas menjadi dasar penegakan diagnosis
coronavirus disease. Penatalaksanaan berupa isolasi harus dilakukan untuk mencegah
penyebaran lebih lanjut.

22
DAFTAR PUSTAKA

Aditya Susilo, d. (2020). Corona virus disease 2019: tinjauan literatur terkini. Jurnal
Penyakit Dalam Indonesia .

Indonesia, M. K. (2020). PEDOMAN PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN


CORONAVIRUS DISESASE. (S. dr. Listiana Aziza, S. Adistikah Aqmarina, & S.
Maulidiah Ihsan, Eds.) Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.

PPNI. (2020). Panduan Asuhan Keperawatan di Masa Pandemi Covid- 19, Edisi I.
Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

Siti Rahayu, S. M. (2020). Covid- 19 : The nightmare or rainbow . Jakarta: Mata


Aksara.

Yuliana. (2020). Corona virus diseases (Covis- 19): Sebuah tinjauan literatur.
https://wellness.journalpress.id/wellness , 189.

23

Anda mungkin juga menyukai