Anda di halaman 1dari 27

ASUHAN KEPERAWATAN DERMATITIS

DOSEN PEMBIMBING

Ns. Bayu Budi Laksono, M.Kep

Disusun oleh :

1. Rani Alpraningsih 171142


2. Sri Agustiningsih 171163
3. Tinta Fatmawati 171168
4. Yunita Pegi Indarwati 171193

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN

POLITEKNIK KESEHATAN RS dr.SOEPRAOEN MALANG

TA 2018/2019

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dermatitis adalah suatu peradangan pada epidermis dan
dermis yang ditandai oleh gejala obyektif berupa lesi yang bersifat
polimorf dan gejala subyektif gatal, dapat disebabakan oleh faktor
endogen ataupun eksogen (Maryunani, 2010). Dermatitis merupakan
bentuk peradangan kulit yang sangat umum. Jika bertahan sampai
suatu jangka yang lama maka sering disebut sebagai eksem (Knight,
2005).
Menurut Djuanda (2007) bahwa penyakit infeksi dermatitis
merupakan penyakit kulit yang umumnya dapat terjadi secara
berulang-ulang terhadap seseorang dalam bentuk peradangan kulit
(epidermis dan dermis) sebagai respon terhadap pengaruh faktor
eksogen dan atau faktor endogen, menimbulkan kelainan klinis
berupa efloresensi polimorfik (eritema, edema, papul, vesikel,
skuama, likenifikasi) dan keluhan gatal. Prevalensi dari semua bentuk
ekzema adalah 4,66%, termasuk dermatitis atopik 0,69%, ekzema
numular 0,17%, dan dermatitis seboroik 2,32% yang menyerang 2%
hingga 5% dari penduduk.
Banyak faktor penyebab timbulnya penyakit dermatitis,
diantaranya ada yang berasal dari luar (eksogen), misalnya bahan
kimia (contoh: detergen, asam, basa, oli, semen), fisik (contoh: sinar,
suhu), mikroorganisme (contoh: bakteri, jamur), dan ada pula yang
berasal dari dalam (endogen), misalnya dermatitis atopik yang belum
diketahui pasti etiologinya. Umur, jenis kelamin, pekerjaan, status
perkawinan, sumber air, tempat tinggal, dan waktu kejadian
merupakan bagian dari faktor resiko/penyebab yang dapat menjadi
faktor pendukung seseorang mudah untuk terinfeksi penyakit kulit
dermatitis (Hasan, 2009). Selain itu terdapat faktor lain yang dapat
menyebabkan terjadinya dermatitis adalah Direct Causes (faktor
langsung), yaitu berupa bahan kimia dan Indirect Causes (faktor tidak
langsung) yang meliputi penyakit yang telah ada sebelumnya, usia,
lingkungan, dan personal hygiene.
Personal hygiene sangat erat hubungannya dengan terjadinya
kelainan atau penyakit pada kulit seperti dermatitis, oleh karena itu
perlu diperhatikan beberapa aspek kebersihan seperti kebersihan
kulit, kebersihan kaki, tangan, dan kuku, serta kebersihan rambut.
Usia juga salah satu unsur yang tidak dapat dipisahkan dari individu.
Selain itu usia juga merupakan salah satu faktor yang dapat
memperparah terjadinya dermatitis (Suryani, 2011).
Pada beberapa literatur menyatakan bahwa kulit manusia mengalami
degenerasi seiring dengan bertambahnya usia. Sehingga kulit
kehilangan lapisan lemak diatasnya dan menjadi lebih kering.
Kekeringan pada kulit ini memudahkan bahan kimia untuk menginfeksi
kulit, sehingga kulit menjadi lebih mudah terkena dermatitis (Suryani,
2011).
Menurut HSE (Health Safety Environment) (2000) dalam
Suryani (2011) bahwa kondisi kulit mengalami proses penuaan mulai
dari usia 40 tahun. Pada usia tersebut, sel kulit lebih sulit menjaga
kelembapannya karena menipisnya lapisan basal. Selain itu produksi
sebum juga menurun tajam, sehingga banyak sel mati yang
menumpuk karena pergantian sel menurun.
Sedangkan, jenis kelamin adalah perbedaan yang tampak
antara laki-laki dan perempuan yang dilihat dari segi nilai dan tingkah
laku. Dalam hal penyakit kulit perempuan dikatakan lebih berisiko
mendapat penyakit kulit dibandingkan dengan pria, karena terdapat
perbedaan antara kulit pria dengan wanita, perbedaan tersebut terlihat
dari jumlah folikel rambut, kelenjar sebaceous atau kelenjar keringat
dan hormon. Kulit pria mempunyai hormon yang dominan yaitu
androgen yang dapat menyebabkan kulit pria lebih banyak berkeringat
dan ditumbuhi lebih banyak bulu, sedangkan kulit wanita lebih tipis
daripada kulit pria sehingga lebih rentan terhadap kerusakan kulit
(Suryani, 2011). Peneliti-peneliti sebelumnya telah melakukan
penelitian terhadap hubungan personal hygiene, usia, dan jenis
kelamin dengan kejadian dermatitis. Berdasarkan penelitian
sebelumnya oleh Khairunnas (2004) mengenai Hubungan Personal
Hygiene dengan Kejadian Dermatitis pada Pekerja Pengangkut
Sampah di Pasar Tradisional Johar Kota Semarang hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa dari 70 responden, personal hygiene yang
memenuhi syarat sebesar 23 responden (32,9%) sedangkan yang
tidak memenuhi syarat sebesar 47 responden (67,1%) dan responden
yang menderita dermatitis sebesar 42 responden (60%).
Penelitian selanjutnya yang dilakukan oleh Suwondo, dkk
(2011) mengenai Faktor-faktor yang berhubungan dengan Kejadian
Dermatitis Kontak Pekerja Tekstil di Jepara mendapatkan hasil
penelitian sebagai berikut: adanya hubungan yang sangat bermakna
antara umur pekerja dengan angka kejadian dermatitis. Dari data yang
diperoleh usia dewasa 17,1% (7 responden), usia muda 17,1% (7
responden), dan usia tua 65,9% (27 responden).
Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Suryani (2011)
tentang Faktor-faktor yang berhubungan dengan Dermatitis Kontak
pada Pekerja Bagian Processing dan Filling PT. Cosmar Indonesia
Tangerang Selatan. Dalam penelitian ini menunjukkan adanya
hubungan usia dan personal hygiene dengan dermatitis kontak. Hasil
penelitian menunjukan bahwa 81.8% pekerja dengan personal
hygiene tidak baik menderita dermatitis kontak, sedangkan hanya
38.5% pekerja dengan personal hygiene baik yang menderita
dermatitis kontak. Kemudian untuk usia, rata-rata usia pekerja bagian
processing dan filling PT. Cosmar Indonesia yaitu 22 tahun. Bila
dihubungkan dengan kejadian dermatitis kontak, hasil penelitian ini
menunjukan bahwa rata-rata usia pekerja yang mengalami dermatitis
kontak yaitu 23 tahun, sedangkan rata-rata usia pekerja yang tidak
mengalami dermatitis kontak yaitu 20 tahun.
Kebanyakan orang terlalu mengganggap sepele penyakit ini,
padahal bila didiamkan, lama-kelamaan akan timbul bengkak, dan bila
digaruk secara terus menerus akan menyebabkan lecet (Nurani,
2012). Selain itu pada dermatitis ini dapat terjadi komplikasi yaitu
infeksi bakteri, gejalanya berupa bintik-bintik yang mengeluarkan
nanah dan pembengkakan kelenjar getah bening sehingga penderita
mengalami demam dan lesu (Ciptosantoso, 2011). Selain terjadi
infeksi bakteri, dermatitis juga dapat terinfeksi oleh virus, infeksi virus
ini berupa Herpes Simplex 1 (HVS 1) ditandai dengan munculnya
bintik-bintik kecil yang berkelompok secara tiba-tiba, berisi cairan
bening atau putih, nyeri dan gatal. Bintik-bintik ini kemudian dapat
bernanah atau terkikis (Siada, 2007).
Penelitian tentang dermatitis ini sangat bermanfaat untuk dunia
keperawatan guna memperkaya praktek pendidikan keperawatan
yang profesional dalam hal ini dapat membantu perawat
meningkatkan pemahaman khususnya tentang pencegahan dan
penanggulangan penyakit dermatitis, sehingga perawat dapat
memberikan pelayanan keperawatan yang tepat pada masyarakat
untuk dapat mencegah terjadinya dermatitis dengan cara pemberian
informasi dan pendidikan kesehatan terhadap masyarakat sebagai
upaya pencegahan dan penanganan dermatitis, sehingga masyarakat
dapat memberikan pertolongan segera yang dapat mengurangi
kondisi keparahan pada penderita dermatitis.
Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar oleh Depertemen
Kesehatan 2007 prevalensi nasional dermatitis adalah 6,8%
(berdasarkan keluhan responden). Sebanyak 14 provinsi mempunyai
prevalensi dermatitis di atas prevalensi nasional, yaitu Nanggroe
Aceh Darussalam, Sumatera Barat, Bengkulu, Bangka Belitung, DKI
Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Nusa Tenggara
Timur, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Sulawesi Utara,
Sulawesi Tengah, dan Gorontalo (Depkes RI, 2007). Menurut data
dari Dinas Kesehatan Kabupaten Gorontalo menunjukan bahwa
penyakit dermatitis merupakan urutan kedua dari 10 penyakit yang
menonjol pada tahun 2012-2013. Jumlah kasus dermatitis pada
tahun 2012 sebanyak 2829 kasus, sedangkan pada tahun 2013
mengalami peningkatan sebanyak 4836 kasus. Berdasarkan studi
pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti dengan wawancara pada
penderita dermatitis yang datang berkunjung ke Puskesmas
Global Tibawa didapatkan 4 dari 6 penderita dermatitis
personal hygienenya kurang, kemudian rata-rata penderita dermatitis
tersebut berusia lebih dari 40 tahun dan berjenis kelamin
perempuan. Sementara itu berdasarkan hasil survei yang diperoleh
dari Puskesmas Global Tibawa bahwa jumlah kasus dermatitis
semakin meningkat dari tahun ketahun. Pada tahun 2012-2013
sebanyak 2115 kasus, diantaranya 905 kasus dengan prevalensi
42,79% pada tahun 2012, sedangkan pada periode Januari-
November tahun 2013 sebanyak 1210 kasus dengan prevalensi
52,21%. Penyakit ini termasuk dalam 10 penyakit yang menonjol di
Puskesmas Global Tibawa Kabupaten Gorontalo.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan Dermatitis?
2. Apa saja etiologi dari penyakit Dermatitis?
3. Apa saja klasifikasi dari penyakit Dermatitis?
4. Bagaimana Patofisiologi dari pemyakit Dermatitis?
5. Apa saja tanda dan gejala dari penyakit Dermatitis?
6. Bagaimana pemeriksaan fisik dari penyakit Dermatitis?
7. Bagaimana pemeriksaan diagnostik penyakit Dermatitis?
8. Bagaimana intervensi penyakit Dermatitis?

1.3 Manfaat Penelitian


1.3.1 Manfaat Teoritis
Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah dan
mendukung perkembangan ilmu pengetahuan, pengalaman dan
wawasan ilmiah, serta bahan penerapan ilmu metode penelitian,
khususnya mengenai hubungan personal hygiene, usia, dan jenis
kelamin dengan kejadian dermatitis dan dapat digunakan sebagai
bahan acuan untuk penelitian selanjutnya.
1.5.2 Manfaat Praktis
1. Untuk institusi
Penelitian ini dapat menjadi sumber pengetahuan ilmiah untuk
menambah wawasan dan pengetahuan untuk institusi, terutama
dalam menerapkan intervensi keperawatan guna mengurangi tingkat
kejadian dermatitis.
2. Untuk masyarakat
Hasil penelitian ini diharapkan agar bisa menjadi sumber informasi
yang bermanfaat, serta menambah wawasan dan pengetahuan
masyarakat tentang hubungan personal hygiene, usia, dan jenis
kelamin dengan kejadian dermatitis guna mengurangi tingkat
kejadian penyakit dermatitis.
3. Untuk profesi keperawatan
Diharapkan menjadi sumber informasi pengetahuan ilmiah yang
bermanfaat dalam bidang keperawatan dan menjadi acuan dalam
menerapkan asuhan keperawatan khususnya terhadap penyakit
dermatitis.
4. Untuk penelitian
Sebagai masukan untuk peneliti-peneliti selanjutnya khususnya
mereka yang berminat untuk meneliti lebih lanjut mengenai
dermatitis, serta sebagai masukan untuk dapat menambah dan
mendukung ilmu pengetahuan khususnya mengenai hubungan
personal hygiene, usia, dan jenis kelamin dengan kejadian
dermatitis.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Dermatitis adalah peradangan kulit ( epidermis dan dermis )
sebagai respon terhadap pengaruh fakor eksogen atau pengaruh
factor endogen, menimbulkan kelainan klinis berupa efloresensi
polimorfik ( eritema, edema, papul, vesikel, skuama ) dan keluhan
gatal (Djuanda, Adhi, 2007 ).
DERMATITIS lebih dikenal sebagai eksim, merupakan penyakit kulit
yang mengalami peradangan. Dermatitis dapat terjadi karena
bermacam sebab dan timbul dalam berbagai jenis, terutama kulit yang
kering. Umumnya enzim dapat menyebabkan pembengkakan,
memerah, dan gatal pada kulit. Dermatitis tidak berbahaya, dalam arti
tidak membahayakan hidup dan tidak menular. Walaupun demikian,
penyakit ini jelas menyebabkan rasa tidak nyaman dan amat
mengganggu. Dermatitis muncul dalam beberapa jenis, yang masing-
masing memiliki indikasi dan gejala Dermatitis yang muncul dipicu
alergen (penyebab alergi) tertentu seperti racun yang terdapat pada
berbeda.
Dermatitis muncul dalam beberapa jenis, yang masing-masing
memiliki indikasi dan gejala berbeda:

1.Contact Dermatitis

Dermatitis kontak adalah dermatitis yang disebabkan oleh


bahan/substansi yang menempel pada kulit. (Adhi Djuanda,2005)
Dermatitis yang muncul dipicu alergen (penyebab alergi)
tertentu seperti racun yang terd Eapat pada tanaman merambat
atau detergen. Indikasi dan gejala antara kulit memerah dan gatal.
Jika memburuk, penderita akan mengalami bentol-bentol yang
meradang. Disebabkan kontak langsung dengan salah satu
penyebab iritasi pada kulit atau alergi. Contohnya sabun
cuci/detergen, sabun mandi atau pembersih lantai. Alergennya bisa
berupa karet, logam, perhiasan, parfum, kosmetik atau rumput.

2.Neurodermatitis
Peradangan kulit kronis, gatal, sirkumstrip, ditandai dengan
kulit tebal dan garis kulit tampak lebih menonjol(likenifikasi)
menyerupai kulit batang kayu, akibat garukan atau gosokan yang
berulang-ulang karena berbagai ransangan pruritogenik. (Adhi
Djuanda,2005)
Timbul karena goresan pada kulit secara berulang, bisa
berwujud kecil, datar dan dapat berdiameter sekitar 2,5 sampai 25
cm. Penyakit ini muncul saat sejumlah pakaian ketat yang kita
kenakan menggores kulit sehingga iritasi. Iritasi ini memicu kita
untuk menggaruk bagian yang terasa gatal. Biasanya muncul pada
pergelangan kaki, pergelangan tangan, lengan dan bagian
belakang dari leher.

3.Seborrheic Dermatitis

Kulit terasa berminyak dan licin; melepuhnya sisi-sisi dari


hidung, antara kedua alis, belakang telinga serta dada bagian
atas. Dermatitis ini seringkali diakibatkan faktor keturunan, muncul
saat kondisi mental dalam keadaan stres atau orang yang
menderita penyakit saraf seperti Parkinson.

4.Stasis Dermatitis

Merupakan dermatitis sekunder akibat insufisiensi kronik


vena(atau hipertensi vena) tungkai bawah. (Adhi Djuanda,2005)
Yang muncul dengan adanya varises, menyebabkan
pergelangan kaki dan tulang kering berubah warna menjadi
memerah atau coklat, menebal dan gatal. Dermatitis muncul ketika
adanya akumulasi cairan di bawah jaringan kulit. Varises dan
kondisi kronis lain pada kaki juga menjadi penyebab.

5.Atopic Dermatitis

Merupakan keadaan peradangan kulit kronis dan resitif,


disertai gatal yang umumnya sering terjadi selama masa bayi dan
anak-anaka, sering berhubungan dengan peningkatan kadar IgE
dalam serum dan riwayat atopi pada keluarga atau penderita(D.A,
rinitis alergik, atau asma bronkial).kelainan kulit berupa papul gatal
yang kemudian mengalami ekskoriasi dan likenifikasi, distribusinya
dilipatan(fleksural). (Adhi Djuanda,2005)
Dengan indikasi dan gejala antara lain gatal-gatal, kulit
menebal, dan pecah-pecah. Seringkali muncul di lipatan siku atau
belakang lutut. Dermatitis biasanya muncul saat alergi dan
seringkali muncul pada keluarga, yang salah satu anggota keluarga
memiliki asma. Biasanya dimulai sejak bayi dan mungkin bisa
bertambah atau berkurang tingkat keparahannya selama masa
kecil dan dewasa. (ros/Detikhealth).

2.2 Etiologi
Penyebabnya secara umum dapat dibedakan menjadi 2 yaitu :
a. Luar ( eksogen ) misalnya bahan kimia ( deterjen, oli, semen ),
fisik ( sinar matahari, suhu ), mikroorganisme ( mikroorganisme,
jamur).
b. Dalam ( endogen ) misalnya dermatitis atopik.
Penyebab dermatitis dapat berasal dari luar(eksogen), misalnya
bahan kimia (contoh : detergen,asam, basa, oli, semen), fisik (sinar
dan suhu), mikroorganisme (contohnya : bakteri, jamur) dapat pula
dari dalam(endogen), misalnya dermatitis atopik.(Adhi
Djuanda,2005).
Sejumlah kondisi kesehatan, alergi, faktor genetik, fisik, stres, dan
iritasi dapat menjadi penyebab eksim. Masing-masing jenis eksim,
biasanya memiliki penyebab berbeda pula. Seringkali, kulit yang pecah-
pecah dan meradang yang disebabkan eksim menjadi infeksi. Jika kulit
tangan ada strip merah seperti goresan, kita mungkin mengalami selulit
infeksi bakteri yang terjadi di bawah jaringan kulit. Selulit muncul karena
peradangan pada kulit yang terlihat bentol-bentol, memerah, berisi cairan
dan terasa panas saat disentuh dan .Selulit muncul pada seseorang yang
sistem kekebalan tubuhnya tidak bagus. Segera periksa ke dokter jika kita
mengalami selulit dan eksim.

2.3 Klasifikasi
2.3.1 Berdasarkan etiologinya dermatitis diklasifikasikan menjadi 3 yaitu :
a. Dermatitis kontak ( dermatitis venemata )
Merupakan dermatitis yang disebabkan oleh oleh bahan yang
menempel pada kulit atau dermatitis kontak merupakan respon reaksi
hipersensitivitas lambat tipe IV. Penyakit ini adalah kelainan inflamasi
yang sering bersifat ekzematosa yang disebabkan oleh reaksi kulit
terhadap sejumlah bahan yang iritatif atau alergenik.
Ada 4 bentuk dermatitis kontak yaitu :
1. Dermatitis kontak iritan
Dermatitis yang terjadi akibat kontak dengan bahan yang
secara kimiawi atau fisik merusak kulit tanpa dasar imunologik.
Terjadi sesudah kontak pertama dengan iritan atau kontak ulang
dengan iritan ringan selama waktu yang lama. Dermatitis ini terjadi
karena dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu ukuran molekul, daya
larut, konsentrasi bahan tersebut, lama kontak, kekerapan, gesekan
dan trauma fisis, shu serta kelembaban.
Selain faktor diatas faktor lain yang mendukung terjadinya
dermatitis kontak alergik adalah faktor individu misalnya perbedaan
kelembaban kulit, usia ( anak dibawah umur 8 tahun dan usia lanjut
lebih mudah teritasi ), ras ( kulit hitam lebih rentan dari kulit putih )
dan jenis kelamin ( insidans DKI lebih banyak pad wanita ). Gejala
klinis yamg terjadi adalah kekeringan kulit yang berlangsung
beberapa hari hingga bulan. Vesikulasi, fisura dan pecah-pecah.
Tangan dan lengan bawah merupakan bagian yang paling sering
terkena.
2. Dermatitis kontak alergik.
Merupakan reaksi hipersensitivitas tipe IV yang terjadi akibat
kontak kulit dengan bahan alergik ( bahan pelarut, deterjen, minyak
pelumas ). Tipe ini memiliki periode sensitisasi 10 – 14 hari. Reaksi
hipersensitivitas tipe IV terjadi melalui 2 fase yaitu:
a. Fase sensitisasi
Hapten masuk ke dalam epidermis melewati stratum korneum
akan ditangkap oleh sel langerhans denagn cara pinositosis dan
diproses secara kimiawi oleh enzim lisosom. Pada awalnya sel
langerhans dalam keadaan istirahat, dan hanya berfungsi sebagai
makrofag dengan sedikit kemampuan menstimulasi sel T. Terjadinya
sensitisasi kontak tergantung pada sinyal iritan yang dapat berasal
dari alergen kontak sendiri dari ambang rangsang yang rendah
terhadap respon iritan, dari bahan kimia inflamasi pada kulit yang
meradang. Jadi sinyal bahaya yang menyebabkan sensitisasi tidak
berasal dari sinyal antigenik sendiri melainkan dari iritasi yang
menyertainya. Suatu tindakan mengurangi iritasi akan menurunkan
potensi sensitisasi.

b. Fase elisitasi
Fase kedua (elisitasi) hipersensitivitas tipe lambat terjadi
pada pajanan ulang alergen (hapten), hapten akan ditangkap sel
langerhans dan diproses secara kimiawi menjadi antigen, diikat
oleh HLA-DR, kemudian diekskresi di permukaan kulit. Selanjutnya
kompleks HLA-DR-antigen akan dipresentasikan kepada sel T yang
telah tersensitisasi baik di kulit maupun di kelenjar limfe sehingga
terjadi proses aktivasi. Fase elisitasi umumnya berlangsung antara
24-48 jam. Gambaran klinisnya dapat berupa vasodilatasi dan
infiltrat perivaskuler pada dermis, edema intrasel, biasanya terlihat
pada permukaan dorsal tangan.
3. Dermatitis kontak fototoksik
Merupakan dermatitis yang menyerupai tipe iritan tetapi
memerlukan kombinasi sinar matahari dan bahan kimia yang
merusak epidermis kulit. Gambaran klinis yang terjadi serupa
dengan dermatitis iritan.

4. Dermatitis kontak fotoalergik


Menyerupai dermatitis alergi tetapi memerlukan pajanan
cahaya disamping kontak alergen untuk menimbulkan reaktivitas
imunologik. Gambaran klinis serupa dengan dermatitis iritan.

5. Dermatitis Atopik
Merupakan peradangan kulit yang melibatkan perangsangan
berlebihan limfosit T dan sel Mast. Tipe gatal kronik yang sering
timbul, dalam keadaan yang sering disebut eksema. Manifestasi
klinik dimulai sejak selama kanak-kanak. Dalam keadaan akut,
yang pertama tampak kemerahan dan banyak kerak. Pada bayi
lesi kulit tampak pada wajah dan bokong. Pada anak yang yang
lebih tua dan remaja, lesi tampak lebih sering muncul di tangan
dan kaki, di belakang lutut dan lipat siku. Gejala terbesar adalah
pruritus hebat menyebabkan berulangnya peradangan dan
pembentukan lesi yang merupakan keluahan utama mencari
bantuan.
6. Dermatitis medikamentosa
Merupakan kelainan hipersensitivitas tipe I, merupakan
istilah yang digunakan untuk ruang kulit karen pemakaian internal
obat-obatan atau medikasi tertentu. Pada umumnya reaksi obat
timbul mendadak, ruam dapat disertai dengan gejala sistemik atau
menyeluruh.
2.3.2. Berdasarkan morfologinya, dermatitis dapat diklasifikasikan
menjadi 4 , yaitu :
a. Dermatitis papulosa.
b. Dermatitis vesikulosa.
c. Dermatitis madidans.
d. Dermatitis eksfloliative

2.3.3 Berdasarkan bentuknya


Dermatitis numularis
Merupakan dermatitis yng lesinya berbentuk mata uang atau
agak lonjong, berbatas tegas, dengan efloresensi berupa
papulovesikel, biasanya mudah pecah sehingga basah.
Gambaran klinis yang terjadi adalah : umumnya mengeluh
sangat gatal, lesi akut berupa vesikel dan papolu vesikel ( 0,3 – 1.0
cm ) kemudian membesar dengan cara berkonploensi atau meluas
kesamping. Membentuk satu lesi karakteristik seperti uang logam
( koin ), eritematosa, sedikit edematosa, dan berbatas tegas.
Jumlah lesi dapat 1 dapat pula banyak dan tersebar, bilateral atau
simetris dengan ukuran bervariasi mulai dari miliar – numular.

2.4 Patofisologi
Kelainan kulit timbul akibat kerusakan sel yang disebabkan oleh
iritan melalui kerja kimiawi atau fisik. Bahan irisan merusak lapisan
tanduk, denaturasi keratin, menyingkirkan lemak lapisan tanduk, dan
mengubah daya ikat air kulit. Keadaan ini akan merusak sel epidermis.
Ada 2 jenis bahan iritan yaitu: iritan kuat dan iritan lemah. Iritan kuat
akan menimbulkan kelainan kulit pada pajanan pertama pada hampir
semua orang, sedang iritan lemah hanya pada mereka yang paling
rawan atau mengalami kontak berulang-ulang.
Faktor lain yang dapat mempengaruhi yaitu: kelembaban udara,
tekanan, gesekan, mempunyai andil pada terjadinya kerusakan tersebut.
Berkaitan dengan gejala diatas dapat menimbulkan rasa nyeri yang
timbul akibat lesi kulit, erupsi dan gatal. Selain itu, dapat menimbulkan
gangguan intergritas kulit dan gangguan citra tubuh yang timbul karena
vesikel kecil, kulit kering, pecah-pecah dan kulit bersisik.
1. Dermatitis Kontak
Terdapat 2 tipe dermatitis kontak yang disebabkan oleh zat
yang berkontak dengan kulit yaitu dermatitis kontak iritan dan
dermatitis kontak alergik.
a. Dermaitis Kontak Iritan : Kulit berkontak dengan zat iritan
dalam waktu dan konsentrasi cukup, umumnya berbatas relatif
tegas. Paparan ulang akan menyebabkan proses menjadi
kronik dan kulit menebal disebut skin hardering.
b. Dermatitis Kontak Alergik : Batas tak tegas. Proses yang
mendasarinya ialah reaksi hipersensitivitas. Lokalisasi daerah
terpapar, tapi tidak tertutup kemungkinan di daerah lain.
2. Dermatitis Atopik
Bersifat kronis dengan eksaserbasi akut, dapat terjadi infeksi
sekunder. Riwayat stigmata atopik pada penderita atau
keluarganya.
3. Dermatitis Numularis
Kelainan terdiri dari eritema, edema, papel, vesikel, bentuk
numuler, dengan diameter bervariasi 5 – 40 mm. Bersifat
membasah (oozing), batas relatif jelas, bila kering membentuk
krusta. bagian tubuh.
4. Dermatitis Statis
Akibat bendungan, tekanan vena makin meningkat sehingga
memanjang dan melebar. Terlihat berkelok-kelok seperti cacing
(varises). Cairan intravaskuler masuk ke jaringan dan terjadilah
edema. Timbul keluhan rasa berat bila lama berdiri dan rasa
kesemutan atau seperti ditusuk-tusuk. Terjadi ekstravasasi eritrosit
dan timbul purpura. Bercak-bercak semula tampak merah berubah
menjadi hemosiderin. Akibat garukan menimbulkan erosi, skuama.
Bila berlangsung lama, edema diganti jaringan ikat sehingga kulit
teraba kaku, warna kulit lebih hitam.
5. Dermatitis Seiboroika
Merupakan penyakit kronik, residif, dan gatal. Kelainan
berupa skuama kering, basah atau kasar; krusta kekuningan
dengan bentuk dan besar bervariasi.Tempat kulit kepala, alis,
daerah nasolabial belakang telinga, lipatan mammae, presternal,
ketiak, umbilikus, lipat bokong, lipat paha dan skrotum.Pada kulit
kepala terdapat skuama kering dikenal sebagai dandruff dan bila
basah disebutpytiriasis steatoides ; disertai kerontokan rambut. Lesi
dapat menjalar ke dahi, belakang telinga, tengkuk, serta oozing
(membasah), da menjadi nkeadaan eksfoliatif generalisata. Pada
bayi dapat terjadi eritroderma deskuamativa atau disebut penyakit
Leiner.

2.5 Gejala klinis


Pada umumnya penderita dermatitis akan meneluh gatal, dimana
gejala klinis lainnya bergantung pada stradium penyakitnya.
a. Stadium akut : kelainan kulit berupa eritema, edema, vesikel atau
bula, erosi dan eksudasi sehingga tampak basah.
b. Stadium subakut : eritema, dan edema berkurang, eksudat
mongering menjadi kusta.
c. Stadium kronis : lesi tampak kering, skuama, hiperpigmentasi, papul
dan likenefikasi.
Stadium tersebut tidak selalu berurutan, bisa saja sejak awal suatu
dermatitis sejak awal memberi gambaran klinis berupa kelainan
kulit stadium kronis.
2.6 Pemeriksaan fisik
a. Kulit
Pemeriksaan kulit meliputi pemeriksaan inspeksi dan palpasi.
1. Inspeksi
a. Higiene kulit
Penilaian atas kebersihan yang merupakan petunjuk umum
atas kesehatan seseorang.
b. Kelainan yang bisa nampak pada inspeksi, yaitu:• Makula:
suatu bercak yang nampak berwarna kemerahan, permukaan
kulit datar dan ukurannya kueang dari 1 cm, misalnya pada
morbili atau campak.
c. Eritema: suatu bercak kemerahan yang ukurannya lebih besar
dari makula, misalnya: crysipelas.
d. Papula: suatu lesi kulit yang menonjol lebih tinggi daripada
sekitarnya, misalnya gigitan.
e. Vesikula: suatu tonjolan kecil kurang dari 1 cm, berisi cairan
yang jernih, misalnya cacar air , herpes simpleks. Jika
tonjolannya besar-besar lebih dari 1 cm disebut bula, misalnya
luka bakar.
f. Pustula: suatu tonjolan berisi cairan nanah, misalnya impetigo,
jerawat, infeksi kuman staphilococcus (bisul ).
g. Ulkus: suatu lesi yang terbuka yang diakibatkan pecahnya
vesikula dan pustula.
h. Crusta: cairan tubuh yang mengering bisa dari serum, nanah,
darah dsb.
i. Eksoriasis: pengelupasan epidermis pada luka lecet atau
abrasi.
j. Fisurre: retak / pecahnya jaringan kulit sehingga terbentuk
celah retakan. Hal ini diakibatkan penurunan elastisitas
jaringan kulit.
k. Cicatrix: pembentukan jaringan ikat pada kulit sesudah
penyembuhan luka. Hal ini bisa karena bakat ( mempunyai
kecenderungan untuk itu) ada pula yang spesifik, yaitu cicatrix
bekas irisan kulit pada seseorang mofinis dan bekas suntikan
BCG.
l. Petekie: ada bercak pendarahan yang terbatas dan terletak di
epidermis kulit berukuran kurang dari 1 cm.
m. Hematoma: pendarahan di bawah kulit yang umumnya
berukuran lebih besar dan berwarna merah, biru, ungu sampai
biru.
n. Naevus pigmentosus: andeng- andeng atau tahi lalat,
hiperpigmentasi pada suatu daerah kulit dengan batas tegas.
o. Hiperpigmentasi: suatu daerah di kulit yang lebih tua warnanya
dari kulit sekitarnya.
p. Vitiligo/hipopigmentasi: daerah kulit yang tidak berpigmen/
kurang pigmen daripada kulit sekitarnya.
q. Tatttoo: hiperpigmentasi buatan dengan masukan zat warna.
r. Hemangioma: suatu bercak kemerahan akibat pelebaran
pembuluh- pembuluh darah setempat yang biasanya
kongenital.
s. Spider naevi: suatu pelebaran pembuluh- pembuluh darah
arteriola di kulit yang khas bentuk dan arah aliran darahnya
( keluar) misalnya pada penderita sirosis hepatis.
t. : penebalan epidermis dan kekakuan kulit.
u. Striae: suatu garis- garis putih kulit yang bisa ditemui pada kulit
perut wanita hamil, orang- orang yang sangat gemuk ( daerah
gluteal, lipat bahu, ketiak ini karena regangan kulit yang
melebihi ekstisitisitasnya).
v. Mongolian spot: suatu bercak kebiruan yang sering didapat di
daerah gluteal sampai lumbal, bayi-bayi dari ras oriental,
Indian, Amerika, dan Negro.
w. Uremie frost: bedak ureum, salju ureum di kulit merupakan
kristal halus ureum yang terjadi akibat menguapnya keringat
pasien uremia sehingga di kulit tertinggal ”bedak” ureum.
x. Anemi: pucat bisa dilihat dari telapak tangan mulosa bibir,
konjungtiva, warna dasar kuku karena kurangnya Hb.
y. Cyanosis: tampak kulit warna kebiruan akibat jumlah reduced
Hb melebihi kadar 5 % akibat kegagalan transport oksigen
atau menumpuknya CO2 di jaringan.
z. Ikterus: warna kuning- kuning kehijauan yang bisa tampak di
kulit, telapak tangan, dan sklera mata karena bilirubin yang
tinggi pada penyakit-penyakit hati.
2. Palpasi
Pada palpasi pertama dirasakan kehangatan kulit ( dingin,
hangat, demam) kemudian kelembabannya, psien dehidrasi terasa
kering dan pasien hipertiroidisme berkeringat terlalu banyak.
a. Tekstur kulit dirasakan halus, lunak, lentur, pada kulit normal.
Teraba ksar pada defisiensi vitamin A, hipotitoid, terlalu sering
mandi, banyak ketombe, diaper-rash (di selangkangan bayi )
akibat popok bayi.
b. Turgor dinilai pada kulit perut dengan cubitan ringan. Bila
lambat kembali ke keadaan semula menunjukkan turgor turun
pada pasien dehidrasi.
c. Krepitasi teraba ada gelembung-gelembung udara di bawah
kulit akibat fraktura tulang-tulang iga atau trauma leher yang
menusuk kulit sehingga udara paru-paru bisa berada di bawah
kulit dada.
d. Edema adalah terkumpulnya cairan tubuh di jaringan tubuh
lebih daripada jumlah semestinya.

2.7 Pemeriksaan Diagnostik


a. Biopsi kulit.
b. Uji temple.
c. Pemeriksaan dengan menggunakan pencahayaan khusus.
d. Uji kultur dan sensitivitas

BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian
3.1.1 Identitas
Identitas terdiri dari nama, jenis kelamin. Umur, agama, suku
bangsa, pendidkan pendapatan pekerjaan,nomor akses, alamat dan
lain- lain.
Dermatitis kontak dapat terjadi pada semua orang di semua umur
sering terjadi pada remaja dan dewasa muda dapat terjadi pada pria
dan wanita. Bila dibandingkan dengan dermatitis kontak iritan, jumlah
penderita dermatitis kontak alergik lebih sedikit, karena hanya
mengenai orang yang kulitnya sangat peka (hipersensitif). Dermatitis
kontak iritan timbul pada 80% dari seluruh penderita dermatitis kontak
sedangkan dermatitis kontak alergik kira-kira hanya 20%. Sedangkan
insiden dermatitis kontak alergik terjadi pada 3-4% dari populasi
penduduk. Usia tidak mempengaruhi timbulnya sensitisasi namun
dermatitis kontak alergik lebih jarang dijumpai pada anak-anak. Lebih
sering timbul pada usia dewasa tapi dapat mengenai segala usia.
Prevalensi pada wanita dua kali lipat dari pada laki-laki.
Bangsa kaukasian lebih sering terkena dari pada ras bangsa lain.
Nampaknya banyak juga timbul pada bangsa Afrika-Amerika namun
lebih sulit dideteksi. Jenis pekerjaan merupakan hal penting terhadap
tingginya insiden dermatitis kontak.
3.1.2 Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Sekarang.
1. Keluhan Utama
Pada kasus dermatitis kontak biasanya klien mengeluh kulitnya
terasa gatal serta nyeri.Gejala yang sering menyebabkan penderita
datang ke tempat pelayanan kesehatan adalah nyeri pada lesi yang
timbul.
2. Riwayat keluhan utama.
Provoking Inciden, yang menjadi faktor presipitasi dari keluhan utama.
Pada beberapa kasus dematitis kontak timbul Lesi kulit (vesikel ),terasa
panas pada kulit dan kulit akan berwarna merah, edema yang diikuti
oleh pengeluaran secret. Kembangkan pola PQRST pada setiap
keluhan klien .
a. Provocative/palliative.
1 Apa penyebab keluhan,
Apakah sebelumnya klien melakukan kontak dengan bahan-bahan
tertentu yang menyebabkan kerusakan pada kulit.
2. Apa yang membuat keluhan bertambah baik/ringan atau bertambah
berat. Dengan menjauhi sumber dermatitis kontak maka keluhan yang
dirasakan akan berkurang.
b. Quality/quantity
1. Bagaimana keluhan dirasakan, dilihat, didengar
Pada beberapa kasus dermatitis kontak biasanya klien akan
merasakan gatal dan nyeri pada daerah yang terkena bahan tertentu
yang dapat menyebabkan keluhan.
2. Sejauh mana sakit dirasakan
Rasa sakit yang dirasakan mulai dari tingkat ringan sampai berat.
Tergantung dari lama kontak zat dengan kulit, konsentrasi zat serta
tingkat sensitifitas kulit.
c. Region/radiation
1. Dimana letak sakit
Tergantung dari daerah yang kontak dengan penyebab .
2. Area penyebarannya
Area penyebarannya misalnya kaki, luka pada tungkai, jari manis, tempat
cedera, dibalik perhiasan.
d. Severitty scale
1. Apakah mempengaruhi aktifitas
Terganggunya aktifitas tergantung dari letak,tingkat keparahan penyakit.
2.Seberapa jauh skala ringan/berat.
Tergantung dari tingkat keparahan penyakitnya.
e. Timing
1. Kapan mulai terjadi.
2. Kapan sering terjadi.
3. Apakah terjadinya mendadak atau perlahan-lahan
3. Riwayat Kesehatan masa Lalu
Seperti apakah klien pernah dirawat di rumah sakit sebelumnya,
apakah pernah menderita alergi serta tindakan yang dilakukan untuk
mengatasinya selain itu perlu juga dikaji kebiasaan klien.
4. Riwayat Kesehatan keluarga.
Apakah ada salah seorang anggota keluarganya yang mengalami
penyakit yang sama, tapi tidak pernah ditanggulangi dengan tim medis.
Dermatitis pada sanak saudara khususnya pada masa kanak-kanak dapat
berarti penderita tersebut juga mudah menderita dermatitis atopik
3.1.3 Pemeriksaan fisik
1. Keadaan umum
Ringan, sedang, berat.
2. Tingkat Kesadaran
a. Kompos mentis.
b. Apatis.
c. Samnolen, letergi/hypersomnia.
d. Delirium.
e. Stupor atau semi koma.
f. Koma
Tingkat Kesadaran dermatitis kontak biasanya tidak terganggu Dermatitis
kontak termasuk tidak berbahaya, dalam arti tidak membahayakan hidup
dan tidak menular. Walaupun demikian, penyakit ini jelas menyebabkan
rasa tidak nyaman dan amat mengganggu.
3. Tanda-tanda vital
a. Tekanan darah
b. Denyut nadi
c. Suhu tubuh
d. Pernafasan
4. Berat Badan
5. Tinggi Badan
6. Kulit.
a. Inspeksi
 Radang akut terutama priritus ( sebagai pengganti dolor).
 Kemerahan (rubor),
 Gangguan fungsi kulit (function laisa).
 Biasanya batas kelainan tidak tegas an terdapat lesi polimorfi yang
dapat timbul secara serentak atau beturut-turut.
 Terdapat Vesikel-veikel fungtiformis yang berkelompok yang kemudian
membesar.
 Terdapat bula atau pustule,
ekskoriasi dengan krusta. Hal ini berarti dermatitis menjadi kering
disebut ematiti sika.
 Terjadi deskuamasi, artinya timbul sisik. Bila proses menjadi kronis
tapak likenifikasi dan sebagai sekuele telihat
 Hiperpigmentasi tau hipopigmentasi.
b. Palpasi
 Nyeri tekan
 Edema atau pembengkakan
 Kulit bersisik
7. Keadaan Kepala
a. Inspeksi
tekstur rambut klien halus dan jarang, kulit kepala nampak kotor.
b. Palpasi
Periksa apakah ada pembengkakan/ benjolan nyeri tekan atau adanya
massa.
8. Keadaan mata
a. Inspeksi
 Palpebrae : Tidak edema, tidak radang
 Sclera : Tidak ictertus
 Conjuctiva :Tidak terjadi peradangan
 Pupil : Isokor
b. Palpasi
Tidak ada nyeri tekan
Tekanan Intra Okuler ( TIO ) tidak ada
9. Keadaan hidung.
a. inspeksi
- Simetris kiri dan kanan
- Tidak ada pembengkakan dan sekresi
- Tidak ada kemerahan pada selaput lendir
b. Palpasi
- Tidak ada nyeri tekan
- Tidak ada benjolan/tumor
10. Keadaan telinga
 Inspeksi
- Telinga bagian luar simetris
- Tidak ada serumen/cairan, nanah
3.2 Pemeriksaan Diagnostik
a. Biopsi kulit.
b. Uji temple.
c. Pemeriksaan dengan menggunakan pencahayaan khusus.
d. Uji kultur dan sensitivitas.
3.3 Pola Kegiatan Sehari-hari
3.3.1 Nutrisi
Yang perlu dikaji adalah bagaimana kebiasaan klien dalam hal pola
makan, frekwensi maka/hari, nafsu makan, makanan pantang,
makanan yang disukai banyak minuman dalam sehari serta apakah
ada perubahan.
3.3.2 Eliminasi
Pada eliminasi yang perlu dikaji adalah Kebiasaan BAK dan BAB
seperti frekuensi,warna dan konsistensi baik sebelum dan sesudah
sakit

3.3.3 Aktivitas
Pada penderita penyakit dermatitis kontak biasanya akan
mengalami gangguan dalam aktifitas karena adanya rasa gatal
dan apabila mengalami infeksi maka akan mengalami gangguan
dalam pemenuhan aktifitas sehari-hari.
3.3.4 Istirahat
Klien biasanya mengeluh susah tidur dimalam hari karena
gatal serta adanya nyeri. Adanya gangguan pola tidur akibat
gelisah, cemas.
3.3.5 Pola Interaksi social
Secara umum klien yang mengalami dermatitis kontak biasanya
pola interaksi sosialnya terganggu biasanya akan merasa malu dengan
penyakitnya.
3.3.6 Keadaan Psikologis
Biasanya klien mengalami perubahan dalam berinteraksi dengan
orang lain dan biasanya klien lebih suka menyendiri dan sering cemas
dengan penyakit yang diderita. Pada keadaaan psikologis ada beberapa
hal yang perlu dikaji seperti bagaimana persepsi klien terhadap penyakit
yang diderita sekarang, bagaimana harapan klien terhadap keadaan
kesehatannyaserta bagaimana pola interaksi dengan tenaga
kesehatan & lingkungan.
3.3.7 Kegiatan Keagamaan
Biasanya klien beranggapan bahwa penyakit yang dideritanya
merupakan cobaan untuknya dan pasti terdapat hikmah untuknya.yang
perlu dikaji pada kegiatan keagamaan seperti klien menganut agama apa
selama sakit klien sering berdoa.
3.4 Diagnosa Keperawatan
a.Kerusakan integritas kulit yang berhubungan dengan perubahan
fungsi barier kulit.
b. Nyeri dan gatal yang berhubungan dengan lesi kulit.
c. Perubahan pola tidur yang berhubungan dengan pruritus.
d. Perubahan citra tubuh yang berhubungan dengan penampakan
kulit yang tidak baik.
e. Kurang pengetahuan tentang perawatan kulit dan cara – cara
menangani kelainan kulit.
f. Resiko infeksi berhubungan dengan lesi, bercak – bercak merah
pada kulit.

3.5 Rencana Keperawatan


No. Dx. Tujuan, Kriteria Rencana Tindakan
Keperawatan Hasil
1. Ganguan Tujuan : 1. Lakukan inspeksi
integritas kulit, Integritas kulit pasien lesi setiap hari.
2. Pantau adanya
ditandai dengan : kembali utuh
tanda-tanda infeksi.
DS : - Kriteria hasil :
3. Ubah posisi pasien
DO : Pada Kulit utuh, eritema
tiap 2-4 jam.
seluruh tubuh dan skuama hilang 4. Bantu mobilitas
terdapat pateh Krusta menghilang pasien sesuai
erythermatas Daerah axilla dari kebutuhan.
5. Pergunakan sarung
dengan skuama inguinal tidak
tangan jika merawat
tebal, berwarna mengalami maserasi
lesi.
putih dan
6. Jaga agar alat
mengelupas.
tenun selau dalam
keadaan bersih dan
kering.
7. Libatkan keluarga
dalam memberikan
bantuan pada pasien
2. Resiko infeksi, Tujuan : 1. Lakukan tekni
ditandai dengan : Tidak terjadi infeksi aseptic dan
DS : - Kriteria hasil : antiseptic dalam
DO : Seluruh Hasil pengukuran melakukan tindakan
tubuh berwarna tanda vital pada pasien.
2. Ukur tanda vital tiap
kemerahan dalam batas normal.
4-6 jam.
dengan skuama - RR :16-20 x/menit
3. Observasi adanya
berwarna putih - N : 70-82 x/menit
tanda-tanda infeksi.
diatasnya dan - T : 37,5 C 4. Batasi jumlah
mengelupas - TD : 120/85 mmHg pengunjung.
5. Kolaborasi dengan
Tidak ditemukan
ahli gizi untuk
tanda-tanda infeksi
pemberian diet TKTP.
(kalor,dolor, rubor,
6. Libatkan peran
tumor, infusiolesa)
serta keluarga dalam
Hasil pemeriksaan
memberikan bantuan
laborat dalam batas
pada klien
normal Leuksosit
darah : 5000-
10.000/mm3
3. Gangguan Tujuan : 1. Berikan support
konsep diri,b.d Pasien tidak pada pasien untuk
kerusakan kulit mengalami gangguan menerima
Ditandai dengan : konsep diri body keadaannya.
2. Kaji persepsi
DS : Pasien image
pasien tentang
menyatakan Kriteria hasil :
gambaran dirinya.
“mengapa saya Pasien tidak menarik
3. Jaga komunikasi
kelihatan aneh diri dari kontak social
yang baik dengan
seperti ini?” Pasien mau
pasien dan bantu
DO : Pasien berpartisipasi dalam
pasien untuk
sering menutupi perawatan dirinya
berkomunikasi
tubuhnya dengan Ekspresi wajah
dengan orang lain.
selimut dan pasien tidak 4. Catat adanya
menyendiri menunjukkan tanda tingkah laku non-
berduka verbal atau tingkah
laku negative.
5. Libatkan keluarga
untuk meningkatkan
konsep diri pasien.
6. Evaluasi sikap dan
mekanisme koping
pasien

3.6 Evaluasi
a. Diagnosa I
1. Tidak adanya maserasi.
2. Tidak ada tanda – tanda cedara termal.
3. Tidak ada infeksi.
4. Memberikan obat topikal yang diprogramkan
b. Diangnosa II
1. Mencapai peredaran gangguan rasa.
2. Mengutarakan dengan kata – kata bahwa gatal telah reda.
3. Memeperlihatkan tidak adanya gejala ekskoriasi kulit karena
garukan.
4. Mematuhi terapi yang diprogramkan.
5. Pertahankan keadekuatan hidrasi dan lubrikasi kulit.
6. Menunjukan kulit utuh; kulit menunjukan kemajuan dalam
penampilan yang sehat.
c. Diagnosa III
1. Mencapai tidur yang nyenyak.
2. Melaporkan peredaran rasa gatal.
3. Mempertahankan kondisi lingkungan yang tepat.
4. Menghindari konsumsi kafein pada sore hari dan menjelang tidur
malam hari.
5. Mengenali tindakan untuk meningkatkan tidur.

d. Diagnosa IV
1. Mengalami Mengembangkan peningkatan kemampuan untuk
menerima diri sendiri.
2. Mengikuti dan turut berpartisipasi dalam tindakan perawatan
mandiri.
3.Melaporkan perasaan dalam mengendalikan situasi.
4.Menguatkan kembali dukungan positif dari diri sendiri
5.Mengutarakan perhatian terhadap diri sendiri yang sehat.
6.Tampak tidak begitu memperhatikan kondisi.
7.Menggunakan tekhnik menyembunyikan kekurangan dan
menekankan teknik untuk meningkatkan penampilan.
e. Diagnosa V
1. Pola tidur / istirahat yang memuaskan.
2. Perubahan citra tubuh yang berhubungan dengan penampakan
kulit yang tidak baik.
3. Kurang pengetahuan tentang perawatan kulit dan cara – cara
menangani kelainan kulit. Memiliki pemahaman terhadap
perawatan kulit.
4. Mengikuti terapi seperti yang diprogramkan dan dapat
mengungkapkan rasional tindakan yang dilakukan.
5. Menjalankan mandi, pencucian, barutan basah sesuai yang
diprogramkan.
6. Gunakan obat tropikal dengan tepat.
7. Memahami pentingnya nutrisi untuk kesehatan kulit.
f. Diagnosa VI
1. Tetap bebas dari infeksi.
2. Mengungkapkan tindakan perawatan kulit yang meningkatkan
kebersihan dan mencegah kerusakan.
3. Mengidentifikasikan tanda dan gejala infeksi untuk dilaporkan.
4. Mengidentifikasi efek merugikan dari obat yang harus dilaporkan
ke petugas perawatan kesehatan.
5. Berpartisipasi dalam tindakan perawatan kulit ( misalnya mandi,
dan penggantian balut ).

Anda mungkin juga menyukai