Menurut Avena-Woods (2017, dalam Hapsari 2019) Dermatitis Atopik (DA) atau dalam istilah
awam dikenal dengan Eksim Atopik merupakan penyakit kulit yang ditandai dengan inflamasi
kronik pada kulit. Penyakit ini disebabkan karena keturunan, artinya dapat menyerang satu
keluarga penuh karena penyakit ini berkaitan dengan gen yang menurunkan sifat dari ayah dan
atau ibu ke anaknya. Sehingga apabila ayah, ibu, kekek, atau nenek terkena DA maka
kemungkinan besar akan menurun ke anak cucunya, sehingga DA akan mengurangi kualitas
hidup pasien.
Faktor Penyebab
Dermatitis dapat dengan mudah timbul pada pasien dengan kulit Atopik dikarenakan pasien
memiliki IgE yang tinggi sehingga apabila terpapar sedikit saja zat yang dapat merangsang IgE
maka akan muncul manifestasi klinis berupa Dermatitis atau eksim (Osada-Okaet al., 2018).
DA yang juga disebut dengan Eczema Atopik ini dapat diperparah karena adanya suatu alergen
dan iritan, misalkan alergi terhadap beberapa makanan, rhinitis dan asma. Pasien dengan DA
memiliki sensitivitas kulit yang tinggi dan Dermatitis dapat muncul dalam berbagai kondisi
(Avena-Woods, 2017).
usia
Dermatitis Atopik dapat menyerang berbagai usia, mulai dari bayi, anak-anak, hingga
dewasa. Prevalensi DA di Indonesia meningkat pada akhir dekade meliputi 10-20% pada bayi
dan anak, 1-3% pada dewasa dan pada tahun 2012 pasien DA berumur 13-14 tahun sebanyak
1,1% (Kelompok Studi Dermatologi Anak Indonesia PERDOSKI, 2014). DA lebih banyak
terjadi pada laki-laki karena onset penyakit yang lama (Avena-Woods, 2017).
Faktor risiko DA meliputi herediter yaitu adanya keluarga sedarah yang DA misalkan
ayah, ibu, kakek dan atau nenek. Selain itu faktor lingkungan yang meningkatkan risiko DA,
meliputi stres saat hamil (faktor sosioekonomi, merokok, dan perbedaan pola makan), iritan
(misalkan sodium lauryl sulfate), jarak tempat tinggal yang jauh dari garis ekuator, daerah hujan
dan salju, NO2, SO2 dan SO3, ventilasi yang kurang, reactive oxygen species (ROS), rokok, air
yang mengandung mineral tinggi, dan makanan cepat saji. Temperatur tinggi akan melindungi
seseorang tanpa DA dari faktor risiko DA, tetapi pasien DA tidak dapat mentoleransi temperatur
tinggi. Kelembaban berhubungan dengan filaggrin, apabila kelembaban baik maka filaggrin yang
merupakan gen untuk melembabkan kulit akan bertambah sehingga rasa gatal berkurang. UVB
dari sinar matahari akan meningkatkan vitamin D dalam tubuh sehingga menurunkan faktor
Hasil jurnal : banyak pasien DA yang salah mengartikan DA sebagai penyakit yang dapat sembuh
sehingga dapat disimpulkan bahwa pasien DA membutuhkan edukasi yang mendalam. Kepatuhan
pasien terhadap edukasi dokter juga penting untuk meningkatkan kualitas hidup pasien supaya DA tidak
sering kambuh. Berbagai penelitian mengenai pengobatan terbaru DA sedang berkembang dengan baik
sehingga dapat menjadi sarana penting bagi dokter dan tenaga kesehatan lain untuk menemukan obat
yang efektif untuk mengurangi manifestasi klinis DA.
Dapus :
Hapsari, NW. 2019. Analisis Edukasi Dokter kepada Pasien Dermatitis Atopik. Surakarta : Universitas
Sebelas Maret.